KONSTRUKSI BETON (SIL312)
KOLOM BETON
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Fakultas Teknolog Pertanian
KOLOM
(1) Kolom adalah Komponen Struktur yang
digunakan untuk menahan beban aksial
dan momen
(2) Rasio tinggi dan dimensi terlebar harus
lebih besar atau sama dengan 3
(3) Jika rasio tinggi dan dimensi terlebar
kurang 3 disebut PEDESTAL
TIPE KOLOM BERDASARKAN
TULANGAN LATERAL
(1). Berdasarkan tulangan lateral : Kolom
dengan sengkang ikat dan kolom dengan
sengkang spiral
(2). Sengkang ikat untuk yang berbentuk
segi empat
(3) Sengkang spiral untuk yang berbentuk
lingkaran
Untuk kolom pada bangunan sederhan bentuk kolom
ada dua jenis yaitu kolom utama dan kolom praktis.
Kolom Utama
Yang dimaksud dengan kolom utama adalah kolom yang
fungsi utamanya menyanggah beban utama yang
berada diatasnya. Untuk rumah tinggal disarankan jarak
kolom utama adalah 3.5 m, agar dimensi balok untuk
menompang lantai tidak tidak begitu besar, dan apabila
jarak antara kolom dibuat lebih dari 3.5 meter, maka
struktur bangunan harus dihitung. Sedangkan dimensi
kolom utama untuk bangunan rumah tinggal lantai 2
biasanya dipakai ukuran 20/20, dengan tulangan pokok
8d12mm, dan begel d 8-10cm ( 8 d 12 maksudnya
jumlah besi beton diameter 12mm 8 buah, 8 – 10 cm
maksudnya begel diameter 8 dengan jarak 10 cm).
5 Konstruksi Beton
Kolom Praktis
Adalah kolom yang berfungsi membantu
kolom utama dan juga sebagai pengikat
dinding agar dinding stabil, jarak kolom
maksimum 3,5 meter, atau pada
pertemuan pasangan bata, (sudut-sudut).
Dimensi kolom praktis 15/15 dengan
Dasar- dasar Perhitungan
Menurut SNI-03-2847-2002 ada empat ketentuen terkait perhitungan kolom:
1. Kolom harus direncanakan untuk memikul beban aksial terfaktor yang bekerja pada semua lantai atau atap dan momen maksimum yang
berasal dari beban terfaktor pada satu bentang terdekat dari lantai atau atap yang ditinjau. Kombinasi pembebanan yang menghasilkan rasio maksimum dari momen terhadap beban aksial juga harus
diperhitungkan.
2. Pada konstruksi rangka atau struktur menerus pengaruh dari adanya beban tak seimbang pada lantai atau atap terhadap kolom luar atau dalam harus diperhitungkan. Demilkian pula pengaruh dari beban eksentris karena sebab lainnya juga harus diperhitungkan.
3. Dalam menghitung momen akibat beban gravitasi yang bekerja pada kolom, ujung terjauh kolom dapat dianggap jepit, selama ujung-ujung tersebut menyatu (monolit) dengan komponen struktur lainnya. 4. Momen-momen yang bekerja pada setiap level lantai atau atap harus
didistribusikan pada kolom di atas dan di bawah lantai tersebut
berdasarkan kekakuan relative kolom dengan juga memperhatikan kondisi kekekangan pada ujung kolom.
7 Konstruksi Beton
1.3.5 Jenis-jenis Keruntuhan Kolom
Berdasarkan besarnya regangan pada baja tulangan
tarik,keruntuhan penampang kolom dapat dibedakan
atas :
1. Keruntuhan Tarik :
Keruntuhan kolom diawali dengan lelehnya baja tulangan tarik.
:
2. Keruntuhan seimbang (Balanced) :
Pada keruntuhan ini, lelehnya baja tulangan tarik bersamaan dengan runtuhnya beton bagian tekan.
3. Keruntuhan Tekan :
Pada waktu runtuhnya kolom, beton pada bagian tekan runtuh terlebih dahulu, sedangkan baja tulangan tarik belum leleh.
Jika Pn adalah beban aksial nominal suatu kolom, dan Pnb adalah beban aksial nominal pada kondisi seimbang (balanced), maka :
P
n< P
nb: Tipe keruntuhan Tarik
P
n= P
nb: Tipe keruntuhan Seimbang
P
n> P
nb: Tipe keruntuhan Tekan
Dalam segala hal, keserasian regangan (strain compatibility) harus tetap terpenuhi.
Untuk disain tulangan kolom, tipe keruntuhan yang dianjurkan adalah tipe keruntuhan tekan.
a. Tipe Keruntuhan Seimbang (Balanced)
Kondisi keruntuhan seimbang (balanced) tercapai apabila baja tulangan tarik mengalami regangan leleh (es= ey), dan pada saat itu pula beton mengalami regangan batasnya, ecu = 0,003.
Dari segitiga regangan yang sebangun, dapat diperoleh persamaan tinggi garis netral pada kondisi seimbang (balanced), cb yaitu : s y b
E
f
d
c
003
,
0
003
,
0
dengan nilai Es = 200.000 MPa, diperoleh :
...( 1.14 ) 0,003 es= ey 0,85.fc’ As’.fy 0,85.fc’.ab.b ab=b1.c cb As.fy d Pnb eb
CONTOH 1 :
Hitunglah beban pada kondisi balanced (seimbang) (Pnb dan Mnb) dari suatu penampang kolom yang mengalami beban aksial dan lentur pada gambar berikut : fc’ = 25 MPa dan fy = 390 MPa
3D22 3D22 300 500 50 50 3D22 3D22 0,003 es= ey 0,85.fc’ As’.fy 0,85.fc’.ab.b ab=b1.c cb As.fy d Pnb eb Jawab :
Luas tulangan tarik : As = 3D22 = 1140,40 mm2
Luas tulangan tekan : As’ = 3D22 = 1140,40 mm2
mm
a
b
0
,
85
.
272
,
73
231
,
82
Garis netral pada kondisi seimbang :
mm
d
f
c
y b.
450
272
,
73
390
600
600
.
600
600
y s s sf
c
d
c
E
f
.
600
.
.
' ' 'e
Tegangan pada tulangan tekan :
MPa
f
f
MPa
f
c
d
c
E
f
y s y s s s390
;
490
73
,
272
50
73
,
272
.
600
.
.
600
.
' ' ' '
e
Kapasitas Penampang pada kondisi seimbang : kN N f A f A b a f Pnb c b s s s y 85 , 477 . 1 852 . 477 . 1 300 . 82 , 231 . 25 . 85 , 0 . . . . . 85 , 0 ' ' ' '
kNm N y d f A d y f A a y b a f e P Mnb nb b c b b s s s y 07 , 376 376067842 200 . 88951 200 . 951 . 88 242 . 165 . 198 . . . . 2 . . . . 85 , 0 . ' ' ' ' Eksentrisitas pada kondisi seimbang :
mm
m
kN
kNm
P
M
e
nb nb b0
,
2545
254
,
5
85
,
477
.
1
07
,
376
b. Tipe Keruntuhan Tarik
Keruntuhan tarik terjadi dengan lelehnya baja tulangan tarik. Eksentritas yang terjadi adalah : e > eb atau Pn < Pnb
Apabila tulangan tekan, As’ belum leleh, maka :
y s s s
f
c
d
c
E
f
.
600
.
.
' ' 'e
dan apabila baja tulangan tekan sudah leleh, dan As’ = As, maka :
s y s y
c nf
a
b
A
f
A
f
P
0
,
85
.
'.
.
'.
'
.
b
a
f
P
n
0
,
85
.
c'.
.
...( 1.19 ) ...( 1.20 ) ...( 1.21 )
y
d
A
f
d
y
f
A
a
y
b
a
f
M
n c
s y
s y
.
.
.
.
2
.
.
.
.
85
,
0
' ' ' '
'
'.
.
2
2
.
.
.
.
85
,
0
f
a
b
h
a
A
f
d
d
M
n c
s y
Oleh karena :
'
'.
2
.
:
,
.
.
85
,
0
A
f
d
d
a
h
P
M
maka
b
f
P
a
n n s y c n
maka :
'
'/
2
.
.
.
85
,
0
.
.
A
f
d
d
b
f
P
h
P
e
P
s y c n n n
...( 1.22 ) ...( 1.23 ) ...( 1.24 ) ...( 1.25 )
0
.
)
5
,
0
.(
.
.
7
,
1
' '
P
h
e
A
f
d
d
b
f
P
y s n c n
2 1 ' ' 2 '.
.
85
,
0
.
.
.
2
2
2
.
85
,
0
b
f
d
d
f
A
e
h
e
h
d
b
f
P
c y s c n
2 1 ' ' 2 '.
.
85
,
0
.
.
.
2
2
.
2
2
.
2
.
85
,
0
b
f
d
d
f
A
e
h
e
h
d
b
f
P
c y s c n ...( 1.26 ) ...( 1.27 ) ...( 1.28 )Jika :
d
b
A
dan
d
b
A
s s.
.
' '
, maka :
2 1 ' 2 '1
.
.
.
2
.
2
.
2
.
2
.
2
.
85
,
0
d
d
m
d
e
h
d
e
h
d
b
f
P
n c
dimana : '.
85
,
0
c yf
f
m
...( 1.29) ...( 1.30 )CONTOH 2 :
Hitunglah beban aksial nominal Pn untuk penampang pada Contoh 1, apabila beban yang bekerja dengan eksentrisitas e = 270 mm.
Jawab :
Dari contoh 1 diperoleh eb = 254,5 mm < e = 270 mm :
Keruntuhan yang terjadi diawali dengan lelehnya tulangan tarik
2 1 ' 2 '1
.
.
.
2
.
2
.
2
.
2
.
2
.
85
,
0
d
d
m
d
e
h
d
e
h
d
b
f
P
n c
'.
85
,
0
c yf
f
m
dimana :c. Tipe Keruntuhan Tekan
Tipe keruntuhan tekan terjadi diawali dengan hancurnya beton sedangkan baja tulangan tarik belum leleh. Eksentrisitas e lebih kecil daripada eksentrisitas pada kondisi seimbang (balanced),
e<eb dan tegangan pada tulangan tariknya lebih kecil daripada
tegangan leleh (fs < fy).
Selain diperlukan persamaan dasar (1-10) dan (1–11), diperlukan prosedur coba-coba dan penyesuaian serta adanya keserasian regangan di seluruh bagian penampang.
Cara lain yang lebih praktis dapat dilakukan dengan menggunakan solusi pendekatan dari Whitney.
Persamaan Whitney
didasarkan atas asumsi-asumsi sebagai berikut :
1. Tulangan diletakkan secara simetris pada suatu lapisan yang sejajar dengan sumbu lentur penampang segi-empat.
2. Tulangan tekan sudah leleh.
3. Luas tekan beton yang tergantikan oleh tulangan tekan diabaikan terhadap beton tertekan total
4. Untuk kontribusi Cc dari beton, tinggi blok tegangan ekivalen dianggap sebesar 0,54.d.
5. Kurva interaksi dalam daerah tekan adalah garis lurus.
Persamaan Whitney, untuk kolom dengan keruntuhan tekan :
3
.
.
1
,
18
.
.
5
,
0
.
2 ' ' '
d
e
h
f
h
b
d
d
e
f
A
P
n s y c ...( 1.31 ):
Kapasitas penampang beton bertulang untuk menahan kombinasi gaya aksial dan momen lentur dapat
digambarkan dalam suatu bentuk kurva interaksi antara
kedua gaya tersebut, disebut diagram interaksi P – M kolom. Setiap titik dalam kurva tersebut menunjukkan kombinasi
kekuatan gaya nominal Pn (atau f Pn) dan momen nominal Mn (atau f Mn) yang sesuai dengan lokasi sumbu netralnya.
Diagram interaksi ini dapat dibagi menjadi dua daerah, yaitu
daerah yang ditentukan oleh keruntuhan tarik dan daerah
yang ditentukan oleh keruntuhan tekan, dengan
pembatasnya adalah titik seimbang (balanced).
CONTOH 3 :
Dari soal contoh 1, buatlah diagram interaksi P-M dari penampang kolom tersebut :
Mutu beton fc’ = 25 MPa dan mutu baja fy = 390 MPa 3D22 3D22 300 500 50 50 Jawab :
a. Kapasitas maksimum (Po) dari kolom : (kolom sentris)
kN
N
f
A
A
A
f
P
o g st st y c5
,
028
.
4
545
.
028
.
4
390
.
8
,
2280
8
,
2280
500
.
300
.
25
.
85
,
0
.
.
.
85
,
0
'
b. Kekuatan nominal maksimum penampang kolom :
untuk kolom dengan tulangan sengkang ikat
Pn (max) = 0,80 Po = 0,80 x 4.028,5 = 3.222,8 kN
c. Kuat Tekan Rencana Kolom : fPn
untuk kolom dengan tulangan sengkang ikat :
f Pn (max) = f 0,80 Po = 0,65 x 3.222,8 kN = 2.094,8 kN
Eksentristas minimum : emin = 0,1 x 500 mm = 50 mm
d. Kapasitas Penampang pada Kondisi Seimbang (Balanced):
y s s s b c nb
f
a
b
A
f
A
f
P
0
,
85
.
'.
.
'.
'
.
y
d
A
f
d
y
f
A
a
y
b
a
f
e
P
M
b
.
0
,
85
.
'.
.
.
'.
'.
'.
.
kNm
N
y
d
f
A
d
y
f
A
a
y
b
a
f
e
P
M
nb nb b c b b s s s y07
,
376
376067842
200
.
88951
200
.
951
.
88
242
.
165
.
198
.
.
.
.
2
.
.
.
.
85
,
0
.
' ' ' '
Eksentrisitas pada kondisi seimbang :
mm
m
kN
kNm
P
M
e
nb nb b0
,
2545
254
,
5
85
,
477
.
1
07
,
376
kN
N
f
A
f
A
b
a
f
P
nb c b s s s y85
,
477
.
1
852
.
477
.
1
300
.
82
,
231
.
25
.
85
,
0
.
.
.
.
.
85
,
0
' ' '
e. Kapasitas Penampang pada Kondisi Momen Murni : ( P = 0)
kNm
kNm
x
M
kN
kN
x
P
nb nb4
,
244
07
,
376
65
,
0
.
6
,
960
85
,
477
.
1
65
,
0
.
f
f
kNm
b
f
f
A
d
f
A
M
c y s y s n6
,
184
300
.
25
390
.
4
,
1140
.
59
,
0
450
.
390
.
4
,
1140
.
.
.
59
,
0
.
.
'
Kapasitas penampang dengan kondisi momen murni ditentukan Dengan menganggap penampang balok dengan tulangan tunggal
kNm
kNm
x
M
n0
,
80
184
,
6
147
,
68
.
f
Diagram Interaksi P - M 0 1000 2000 3000 4000 5000 0 100 200 300 400 fM n, M n fP n , P n Mn, Pn fMn, fPn Keruntuhan tekan Keruntuhan tarik Mn, Pn f Mn, f Pn
1.5. Kolom Beton Bundar
Sebagaimana halnya dengan kolom segi-empat, pada kolom
bundar keseimbangan momen dan gaya yang sama digunakan untuk mencari gaya tahanan nominal Pn untuk suatu
eksentritas yang diberikan. Persamaan keseimbangan tersebut serupa dengan persamaan (1-10) dan (1-11), dengan perbedaan dalam hal :
Bentuk luas yang tertekan yang merupakan elemen lingkaran, dan Tulangan-tulangan tidak dikelompokkan kedalam kelompok tekan dan tarik sejajar.
Dengan demikian gaya dan tegangan pada masing-masing
tulangan harus ditinjau sendiri-sendiri. Luas dan titik berat segmen lingkaran dihitung dengan menggunakan persamaan matematisnya. Apabila tidak demikian, dapat digunakan persamaan dari Whitney sebagai penyederhanaan.
1.5.1. Metoda Empiris untuk Analisis Kolom Bundar Untuk penyederhanaan analisis kolom bundar dapat
di-transformasikan menjadi kolom segi-empat ekuivalen, seperti pada Gambar 1.5.
(a). Penampang kolom bundar (b). Penampang segi-empat ekuivalen
Gambar 1.5. Transformasi kolom segi-empat menjadi kolom segi-empat ekuivalen
h
Ds
b
1. Tebal dalam arah lentur, sebesar 0,8.h, dimana h adalah diameter luar lingkaran kolom bundar.
2. Lebar kolom segi-empat ekuivalen diperoleh sama dengan luas bruto kolom bundar dibagi 0,8.h, jadi b = Ag/(0,8.h), dan
3. Luas tulangan total Ast ekuivalen di-distribusikan pada 2 lapis tulangan yang sejajar masing-masing Ast/2, dengan jarak antara lapisannya 2Ds/3 dalam arah lentur dimana Ds
adalah diameter lingkaran tulangan (terjauh) as ke as.
Agar keruntuhannya berupa keruntuhan tekan, penampang segi-empat ekuivalen harus mempunyai :
Apabila dimensi kolom segi-empat ekuivalen telah diperoleh,
analisis dan disain dapat dilakukan seperti kolom
segi-empat aktual.
Persamaan untuk keruntuhan tarik dan keruntuhan tekan, dapat juga dinyatakan dalam dimensi kolom bundar sebagai berikut : a. Untuk keruntuhan Tarik :
0
,
85
.
0
,
38
.
5
,
2
.
38
,
0
.
85
,
0
.
85
,
0
. 2 2 'h
e
h
D
m
h
e
h
f
P
n c
g sb. Untuk keruntuhan Tekan :
0
,
8
.
0
,
67
.
1
,
18
.
.
6
,
9
.
0
,
1
.
3
.
2 '
s c g s y st nD
h
e
h
f
A
D
e
f
A
P
...( 1.32 ) ...( 1.33 )dimana :
h ; diameter penampang kolom bundar
Ds ; diameter lingkaran tulangan (terjauh) as ke as
e ; eksentrisitas terhadap pusat plastis penampang
g = Ast/Ag = luas tulangan bruto/luas beton bruto
1.6.Kolom Pendek dengan Tulangan pada 4 sisi
Apabila kolom mempunyai tulangan pada ke-empat sisinya, persamaan dasar (1-10) dan (1-11) harus disesuaikan dulu. Kontrol keserasian tegangan harus tetap dipertahankan di seluruh bagian penampang.
Cara coba-coba dan penyesuaian dilakukan dengan menggunakan asumsi tinggi garis netral c, sehingga tinggi blok tegangan a diketahui.
Besarnya regangan pada setiap lapis (layer) tulangan ditentukan dengan menggunakan distribusi regangan seperti Gambar. 1.6.
Gambar 1.6. Kolom dengan tulangan pada keempat sisinya, (a).penampang melintang; (b). regangan ; (c). gaya-gaya yang
Pn Pn
e
Beberapa anggapan yang digunakan adalah :
Gsc : titik berat gaya tekan pada tulangan tekan
Gst : titik berat gaya tarik pada tulangan tarik
Fsc : resultan gaya tekan pada tulangan = S As’.fsc
Fst : resultan gaya tarik pada tulangan = S As.fst
Keseimbangan antara gaya-gaya dalam dengan momen dan gaya luar harus terpenuhi, yaitu :
st sc c n
f
a
b
F
F
P
0
,
85
.
'.
.
st st sc sc c nF
y
F
y
a
h
b
a
f
M
.
.
2
2
.
.
.
.
85
,
0
'
...( 1.33 ) ...( 1.34 )Cara coba-coba dengan penyesuaian diterapkan dengan menggunakan suatu asumsi tinggi garis netral c.
Besarnya regangan pada setiap lapis (layer) tulangan
ditentukan dengan menggunakan distribusi regangan seperti Gambar 1.6. untuk menjamin terpenuhinya keserasian
regangan.
Tegangan pada setiap lapis tulangan diperoleh dengan menggunakan persamaan berikut :
c
s
c
c
s
E
E
f
si s.
e
si s.
e
cu.
i600
.
i dimana : fsi haruslah ≤ fy. ...( 1.35 )Carilah Pn untuk nilai c yang di-asumsikan, dengan
menggunakan pers. (1-33). Kemudian subsitusikan besarnya nilai Pn ke dalam pers. (1-34), dan diperoleh harga c.
Apabila nilai c belum cukup dekat dengan yang di-asumsikan
semula, lakukan coba-coba berikutnya.
Gaya tahanan nominal Pn yang sesungguhnya adalah yang diperoleh pada coba-coba terakhir, dengan nilai c yang benar.