• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA KEBUTUHAN TENAGA KERJA DI BAGIAN ASSEMBLING BERDASARKAN METODE WISN DI RSUD AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG PADA TAHUN 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISA KEBUTUHAN TENAGA KERJA DI BAGIAN ASSEMBLING BERDASARKAN METODE WISN DI RSUD AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG PADA TAHUN 2016"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

i

KARYA TULIS ILMIAH

Disusun untuk salah satu syarat mencapai gelar Diploma III (A.md.RMIK) pada Program Studi DIII Rekam Medis dan Informasi Kesehatan

Oleh : BAYU FAUZAN D22.2013.01353

PROGRAM STUDI DIII REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO

SEMARANG 2016

(2)

ii

© 2016

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

vii

1. Allah SWT yang selalu memberikan kemudahan untuk saya dalam mengerjakan karya tulis ilmiah ini, yang senantiasa memberikan kesehatan untuk saya sehingga saya dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

2. Kedua orang tua saya Bapak dan Ibu yang selalu mendoakan saya disetiap saat selalu mendukung hingga saya dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

3. Untuk kakak saya Mbak Budi & Mbak Siti yang selalu mendukung, mendengarkan segala keluh kesah saya dan memberikan perhatian kepada saya.

4. Dosen pembimbing KTI Bu Maryani Setyowati SKM, M.Kes yang tanpa lelah dan sabar membimbing sampai saya dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

5. Sahabatku M Ashim, Setro, Budi dll yang selalu kerja bareng, berjuang bareng sampai saat ini saling mendukung serta teman-teman satu kelas kelompok D22.61 RMIK angkatan 2013 yang telah memberi dukungan dan semangat kepada saya.

6. Universitas Dian Nuswanto Semarang almamater tercinta dan fakultas kesehatan yang telah menjadi penampung untuk saya belajar banyak hal, terimakasih banyak.

(8)

viii

Jenis Kelamin : Laki - laki

Agama : Islam

Alamat : Setro Gondoriyo rt 04 rw 10 Kec. Bergas Kab. Semarang

Nomor telepon : 083838838647 Status : Belum Menikah

E-mail : bayusetro909@gmail.com

B. DATA PENDIDIKAN

SDN Gondoriyo 02 tahun 2001-2007

SMP Islam Terpadu Miftahul Ulum tahun 2007-2010 SMK NU Ungaran tahun 2010-2013

Program Studi D-III RMIK Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang tahun 2013-1016

(9)

ix

WISN di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang Pada Tahun 2016”.

Karya Tulis Ilmiah ini disusun salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Diploma III Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang.

Peneliti tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, peneliti mengucapkan terimakasih kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Edi Noersasongko, M.kom selaku Rektor Universitas Dian Nuswantoro Semarang.

2. Dr. Guruh Fajar Shidik, S.Kom, M.Cs, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang.

3. Arif Kurniadi, M.Kom, selaku Ketua Progdi DIII Rekam Medis dan Informasi Kesehatan dan pembimbing tugas akhir KTI Universitas Dian Nuswantoro Semarang.

4. Dr. Rini Susilowati, M.kes., MM selaku direktur RSUD Ambarawa.

5. Sri Heri Ambarwati, S.KM selaku kepala unit rekam medis RSUD Ambarawa.

6. Maryani setyowati, S.KM., M.kes. selaku pembimbing karya tulis ilmiah. 7. Segenap staf rekam medis RSUD Ambarawa dan seluruh pihak yang telah

membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.

Dalam penyusun Karya Tulis Ilmiah ini penulis menyadari masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, penulis berharap pembaca dapat memberi kritik dan saran yang bersifat membangun.

Semarang, 17 November 2016

(10)

x

BAYU FAUZAN

ANALISA KEBUTUHAN TENAGA KERJA DI BAGIAN ASSEMBLING BERDASARKAN METODE WISN DI RSUD AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG PADA TAHUN 2016

xix + 86 halaman + 18 tabel + 4 gambar + 12 lampiran

Bagian assembling di RSUD Ambarawa mempunyai 2 petugas assembling dengan kegiatan pokok meregister DRM masuk dari bangsal, merakit formulir – formulir pada DRM, meneliti kelengkapan data pada DRM dan menginput kelengkapan data ke komputer. Berdasarkan survei awal di bagian assembling RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang masih ditemukan banyaknya dokumen yang masuk dan belum dirakit serta diteliti kelengkapannya dan ada tugas tambahan diluar tugas pokoknya sehingga tugas pokoknya tidak diselesaikan dengan baik. Adapun tujuan penelitian ini yaitu mengetahui kebutuhan tenaga kerja di bagian assembling berdasarkan metode WISN di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang tahun 2016.

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif, metode pengumpulan data yaitu dengan observasi dan wawancara. Subjek penelitian adalah 3 orang. objek penelitian adalah DRM pasien yang telah diserahkan ke petugas assembling. metode pengolahan data melalui tahap editing, tabulating dan analisis data secara deskriptif.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan petugas assembling mengerjakan tugas pokoknya yaitu meregister DRM masuk, merakit DRM, meneliti kelengkapan data DRM dan menginput hasil kelengkapan data ke komputer, waktu kerja tersedia pada tahun 2016 adalah petugas A sebanyak 92070 menit/tahun dan petugas B sebanyak 92400 menit/tahun. Jumlah standar beban kerja petugas A dalam 1 tahun adalah 20.736,5 DRM dan standar beban kerja petugas B dalam 1 tahun adalah 16.985,3 DRM. Kuantitas kegiatan petugas assembling RSUD Ambarawa tahun 2016 diperoleh dalam 1 tahun untuk petugas A sebanyak 14.787 DRM/tahun dan petugas B sebanyak 14.560 DRM/tahun. Dengan perhitungan WISN diketahui jumlah kebutuhan tenaga kerja di bagian assembling tahun 2016 sebanyak 3 petugas sedangkan saat ini terdapat 2 petugas, sehingga perlu penambahan 1 petugas assembling.

Sebaiknya petugas tidak melaksanakan tugas diluar tugas pokoknya agar kegiatan atau tugas pokoknya dapat terlaksana dengan baik sesuai dengan SOP.

Kata kunci : beban kerja, tenaga kerja, assembling, WISN Kepustakaan : 19 (1992 – 2011)

(11)

xi

ABSTRACT

Assembler Manpower Needs Analysis Based on Workload Indicator Staff Needs in Regional Public Hospital Ambarawa Semarang, 2016 xix + 86 pages + 18 tables + 4 figures + 12 appendixs

Assembling section in Regional Public Hospital Ambarawa has two officers. Based on the initial survey, many entry documents were unassembled and documents completeness have not been checked. Officers have additional duties beyond the main tasks so that the officer could not complete their basic tasks properly. The purpose of this research was to know manpower needs at assembling section based on WISN methods in Regional Public Hospital Ambarawa Semarang 2016.

This research used descriptive study. Data collection method used observation and interviews. Subjects research were 3 people. Object research were patients medical records document that have been submitted to assembling officer. Data were analyzed on descriptive.

The results showed assembling officer available working time in 2016 was 92 070 minutes / year on officer A and 92400 minutes / year on officer B. Service standard officer A was 20.376 medical records and service standard officer B was 16.985,3 medical records. Quantity of work Assembling officers in Ambarawa regional public hospital on year 2016 was 14.787 medical records for officer A and 14.560 medical records for officer B. Based on WISN the number of staff needs in assembling section ambarawa regional public hospital year 2016 was 3 officers.

Officers should not have another task, so that the main tasks can be done well in consistence with SOP.

Key words : Workload, Employee, Assembling, WISN Bibliography : 19 (1992 – 2011)

(12)

xii

HALAMAN HAK CIPTA…... ii

PERSETUJUAN LAPORAN TUGAS AKHIR…... iii

PENGESAHAN PENGUJI…... iv

HALAMAN KEASLIAN PENELITIAN…... v

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI…... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN…... vii

HALAMAN RIWAYAT HIDUP…... viii

KATA PENGANTAR…... ix

ABSTRAK INDONESIA…... x

ABSTRAK INGGRIS…... xi

DAFTAR ISI…... xii

DAFTAR TABEL…... xvi

DAFTAR GAMBAR…... xvii

DAFTAR LAMPIRAN…... xviii

DAFTAR SINGKATAN…... xix

BAB I PENDAHULUAN…... 1 A. Latar Belakang …... 1 B. Rumusan Masalah…... 4 C. Tujuan Penelitian…... 4 D. Manfaat Penelitian…... 5 E. Lingkup Penelitian…... 6 F. Keaslian Penelitian…... 6

(13)

xiii

2. Jenis Pelayanan Rumah Sakit…... 8

B. Rekam Medis…... 10

1. Pengertian Rekam Medis…... 10

2. Tujuan Rekam Medis…... 10

3. Kegunaan Rekam Medis…... 11

C. Assembling…... 12

1. Pengertian Assembling…... 12

2. Fungsi Assembling…... 12

3. Deskripsi Pokok Kegiatan Pelayanan Rekam Medis Di Assembling…... 12

4. Fungsi Yang Terkait Dengan Bagian Assembling…... 14

D. Mutu Pelayanan Kesehatan…... 15

E. Ergonomi…...16 1. Pengertian Ergonomi…... 16 2. Tujuan Ergonomi…... 17 3. Produktivitas Kerja…... 17 4. Kapasitas Kerja…... 18 5. Beban Kerja…... 19 6. Waktu Kerja…... 20 7. Kelelahan…... 21

F. Cara Pengukuran Dan Pencatatan Waktu Kerja…... 22

(14)

xiv

J. Analisa Deret Berkala…... 32

K. Mutu Pelayanan…... 33

L. Kerangka Teori…... 37

BAB III METODE PENELITIAN…... 38

A. Kerangka Konsep…... 38

B. Jenis Penelitian…... 39

C. Variabel Penelitian…... 39

D. Definisi Operasional…... 39

E. Populasi Dan Sampel…... 42

F. Cara Pengumpulan Data…... 48

G. Pengolahan Data…... 50

H. Analisis Data…... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN …... 53

A. Gambaran Umum Rsud Ambarawa …... 53

B. Gambaran Umum Rekam Medis Rsud Ambarawa…... 59

C. Uraian Tugas Instalasi Rekam Medis Bagian Assembling …... 61

D. Hasil Pengamatan …...62

1. Deskripsi Pekerjaan Bagian Assembling ... 62

2. Kapasitas Kerja Petugas Assembling ... 63

3. Rata – Rata Waktu Per Kegiatan …... 64

E. Perhitungan Kebutuhan Tenaga Kerja Di Bagian Assembling Dengan Metode Wisn …... 66

(15)

xv

4. Standar Beban Kerja …... 72

5. Perhitungan Standar Tenaga Kerja …... 73

F. Analisa Data …... 74

BAB V PEMBAHASAN …... 76

A. Pembahasan …... 76

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN …... 81

A. Kesimpulan …... 81

B. Saran …... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 83

(16)

xvi

convidance level dan 5% degree of accuracy (percision) …... 24

Tabel 2.2 jumlah kemungkinan hari kerja dalam 1 tahun………….……... 28

Tabel 3.1 definisi operasional………... 39

Tabel 3.2 pencatatan DRM masuk pada buku register petugas A……... 42

Tabel 3.3 perhitungan sampel perakitan petugas A…... 43

Tabel 3.4 perhitungan sampel kelengkapan DRM petugas A…... 44

Tabel 3.5 perhitungan sampel input laporan kelengkapan DRM…... 45

Tabel 3.6 pencatatan DRM masuk pada buku register petugas B... 46

Tabel 3.7 perhitungan sampel perakitan petugas B…... 47

Tabel 3.8 perhitungan sampel kelengkapan DRM petugas B…... 47

Tabel 4.1 Karakteristik Petugas Assembling…... 63

Tabel 4.2 Hasil Pengamatan…... 65

Tabel 4.3 jumlah pasien rawat inap berdasarkan RL.3…... 68

Tabel 4.4 perhitungan trend dengan metode kuadrat kecil…... 68

Tabel 4.5 faktor kelonggaran kategori petugas A dan B…... 70

Tabel 4.6 faktor kelonggaran individu petugas assembling…... 71

(17)

xvii

Gambar 4.1 Struktur Organisasi RSUD Ambarawa... 58 Gambar 4.2 Struktur Organisasi Unit Rekam Medis RSUD Ambarawa... 60

(18)

xviii

LAMPIRAN 3 Pedoman Wawancara Petugas Assembling LAMPIRAN 4 Pedoman Wawancara Kepala Rekam Medis LAMPIRAN 5 Hasil Wawancara Petugas Assembling LAMPIRAN 6 Hasil Wawancara Kepala Rekam Medis LAMPIRAN 7 Pedoman Observasi

LAMPIRAN 8 hasil Pedoman Observasi

LAMPIRAN 9 SOP Penyusunan Berkas Rekam Medis

LAMPIRAN 10 Pengamatan Rata – Rata Waktu Kegiatan Petugas A LAMPIRAN 11 Pengamatan Rata – Rata Waktu Kegiatan Petugas B LAMPIRAN 12 Dokumentasi

(19)

xix

SDM : Sumber Daya Manusia

WISN : Work Load Indicator Staff Need FKK : Faktor Kelonggaran Kategori FKI : Faktor Kelonggaran Individu RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah SHRI : Sensus Harian Rawat Inap DHF : Dengue Haemorraghic Fever

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah sakit adalah suatu unit pelayanan kesehatan yang

sangat kompleks dalam berbagai jenis pelayanan di bidang kesehatan

demi mewujudkan tingkat kesehatan masyarakat yang optimal,

Sehingga rumah sakit dituntut untuk professional dalam melaksanakan

berbagai jenis pelayanan kesehatan terhadap pasien sehingga pasien

mendapatkan pelayanan yang memuaskan dirumah sakit tersebut.

Salah satu unit yang harus ada di rumah sakit yaitu unit rekam medis

(1)

Berdasarkan Permenkes RI Nomor 269/Menkes/PER/III/2008

Bab 1, pasal 1, menyebutkan bahwa rekam medis merupakan berkas

yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas, anamnesis,

pemeriksaan, diagnosis, pengobatan dan tindakan pelayanan lain yang

diberikan kepada seorang pasien

(2)

.

Karena begitu besar peranan rekam medis dalam mendukung

kegiatan pelayanan di rumah sakit maka perlu penyesuaian kebutuhan

tenaga kerja dengan beban kerja petugasnya, tenaga kerja yang

sesuai dengan beban kerja sangat mempengaruhi tingkat efisiensi dan

produktifitas kerja. Jika jumlah tenaga kerja sedikit sedangkan beban

kerja semakin meningkat, mengakibatkan produktivitas kerja rendah

dan akan mempengaruhi mutu pelayanan rumah sakit terhadap pasien,

begitu pula sebaliknya apabila jumlah petugas lebih banyak

(21)

dibandingkan dengan beban kerjanya maka akan banyak waktu luang

yang tersisa sehingga mengakibatkan kurangnya keefektifan dalam

bekerja

(3)

. Salah satunya adalah peran dari petugas assembling yang

sangat dibutuhkan demi kelancaran dalam suatu pelayanan kesehatan.

Tugas pokok dan fungsi assembling adalah merakit kembali

formulir - formulir DRM menjadi urut atau runtut sesuai kronologi

penyakit pasien, meneliti kelengkapan data yang tertera didalam

formulir rekam medis sesuai dengan kasus penyakit pasiennya,

mendistribusikan dan mengendalikan penggunaan formulir rekam

medis dan mengendalikan penggunaan nomor rekam medis. Kegiatan

assembling dapat berjalan dengan baik dan mencapai pelayanan yang

berkualitas maka diperlukan tenaga kerja yang berkompeten dan

berkualitas. serta menunjang ketepatan pelepasan informasi maka

diperlukan jumlah tenaga assembling yang sesuai dengan beban kerja

yang ada

(4)

.

Berdasarkan survei awal yang telah dilaksanakan di Rumah

Sakit Umum Daerah Ambarawa Kabupaten Semarang yang merupakan

rumah sakit tipe C dengan bagian assembling rawat inap yang hanya

memiliki 2 (dua) petugas assembling dengan kapasitas kerja yang

berbeda, untuk hari kerja yaitu Senin – Sabtu dan jam kerja mulai pukul

07.30-14.00 untuk hari senin

– kamis, sedangkan pada hari jum’at dan

sabtu mulai pukul 07.30

– 13.00, menurut hasil wawancara pada salah

satu petugas assembling, petugas mampu menyelesaikan kurang lebih

(22)

40 dokumen rekam medis dalam satu hari, dan hasil dari pengamatan

yang telah dilakukan terhadap 10 (sepuluh) DRM setiap petugasnya

dapat menyelesaikan untuk 1 (satu) DRM yang meliputi kegiatan yaitu

mencatat DRM yang masuk dari bangsal pada buku register, merakit

formulir DRM, meneliti kelengkapan data pada DRM dan menginput

hasil kelengkapan data ke dalam komputer, dengan rata

– rata waktu

16,38 menit, sedangkan jumlah DRM yang masuk ke bagian

assembling dari bangsal rawat inap lebih dari 60 dokumen perhari.

Masalah yang terjadi di bagian assembling di RSUD Ambarawa

Kabupaten Semarang adalah banyaknya dokumen yang masuk dari

bangsal yang belum dirakit dan diteliti kelengkapannya serta

keterlambatan pendistribusian dokumen rekam medis dari bangsal

yang

mengakibatkan

penumpukan

dan

keterlambatan

dalam

pencatatan DRM masuk pada buku register, perakitan, pengecekan

kelengkapan data dan penginputan data kedalam komputer, yang akan

berdampak pada bagian koding yaitu DRM tidak bisa segera di kode,

dan berdampak pada bagian analising reporting yaitu terlambat dalam

pelaporannya sehingga tidak tepat waktu, hal ini berdampak pula pada

bagian filing yaitu terlambatnya DRM masuk ke dalam rak dan

terlambat dalam menyediakan DRM untuk kebutuhan pelayanan rekam

medis. Adanya tugas tambahan yang terkadang diberikan kepada

petugas assembling sehingga petugas mengalami jam kerja yang

berlebih atau lembur, serta petugas memiliki kepentingan diluar rumah

(23)

sakit seperti diklat, rapat dan lain

– lain serta adanya perangkapan

tugas di bagian assembling yang menambah tingginya beban kerja.

Deskripsi pokok kegiatan di bagian assembling begitu besar,

metode yang tepat digunakan untuk penelitian ini adalah menggunakan

metode WISN ( Work Load Indicator Staff Need ) karena metode ini

digunakan berdasarkan pada beban kerja nyata pada tingginya beban

kerja di unit assembling dengan metode WISN peneliti dapat mudah

mengoprasikan data secara komprehensif dan realistis.

Berdasarkan masalah-masalah tersebut, Maka saya bermaksud

untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul “Analisa

Kebutuhan Tenaga Kerja Di Bagian Assembling Berdasarkan Metode

WISN di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang Pada Tahun 2016”.

B. Rumusan Masalah

Banyaknya DRM yang dikembalikan dari bangsal ke bagian assembling yang belum dirakit dan diteliti kelengkapannya serta tugas tambahan yang terkadang diberikan kepada petugas assembling. Dari masalah tersebut dapat dimunculkan pertanyaan penelitian. “Berapa kebutuhan petugas di bagian assembling RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang pada tahun 2016 berdasarkan metode WISN?”

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Mengetahui kebutuhan tenaga kerja di bagian assembling berdasarkan metode WISN di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang tahun 2016.

(24)

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi fungsi dan tugas pokok bagian assembling di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang.

b. Mendeskripsikan kapasitas kerja petugas meliputi umur, pendidikan dan jenis kelamin.

c. Menghitung volume kegiatan di bagian assembling RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang.

d. Menghitung jam kerja efektif per kegiatan, waktu per kegiatan dan waktu longgar untuk menghitung standar beban kerja di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang.

e. Menghitung hari kerja dalam satu tahun untuk menghitung waktu kerja efektif di bagian assembling RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang tahun 2016.

f. Menghitung kebutuhan tenaga kerja dengan rumus metode WISN di bagian assembling RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang tahun 2016.

D. Manfaat Penelitian

Dalam menjalankan proses dan memperoleh hasil penelitian sesuai dengan tujuan diatas, maka diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Bagi rumah sakit

Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan masukan dan pertimbangan mengenai perencanaan kebutuhan tenaga kerja.

(25)

2. Bagi peneliti

Menambah pengetahuan, pengalaman, dan ketrampilan dalam ilmu ergonomi, terutama tentang analisa kebutuhan tenaga kerja berdasarkan metode WISN.

3. Bagi akademik

Sebagai bahan masukan untuk referensi sebagai pengembangan di bidang rekam medis khususnya mengenai perhitungan kebutuhan tenaga kerja.

E. Lingkup Penelitian 1. Lingkup keilmuan

Penelitian ini termasuk dalam bidang ilmu rekam medis dan informasi kesehatan.

2. Lingkup materi

Materi penelitian ini termasuk materi ergonomi khususnya tentang kebutuhan tenaga kerja dengan metode WISN.

3. Lingkup lokasi

Lingkup lokasi penelitian ini dilakukan di bagian assembling unit rekam medis RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang.

4. Lingkup metode

Metode yang digunakan yaitu observasi dan wawancara. 5. Lingkup objek

Objek penelitian ini adalah kebutuhan tenaga kerja di bagian assembling. 6. Lingkup waktu

(26)

F. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

No Nama Judul Metode Hasil

1 Febrina Hapsari Setyanin grum Analisa kebutuhan tenaga kerja berdasarkan teori WISN dibagian assembling RSUD Kota Semarang

Observasi a. Terdapat penumpukan DRM dibagian assembling yang disebabkan oleh faktor lain diluar job description.

b. Tidak diperlukan penambahan petugas karena sudah terdapat 3 petugas. 2 Lavenia Fiscal Alicia Rianti Analisis beban kerja berdasarkan metode WISN petugas assembling di RSUD tugurejo semarang tahun 2015. Observasi dan wawancar a

Kebutuhan tenaga kerja dengan kuantitas kegiatan pokok tahun 2015 yaitu 28598 DRM, dan berdasarkan standar beban kerjanya dibutuhkan penambahan 1 petugas. 3 Fatimah Alifah Analisis beban kerja petugas assembling dengan metode WISN di RSUD Dr. Amino Gondohutomo provinsi jawa tengah periode tahun 2013 Observasi dan wawancar a

Jumlah standart beban

kerja petugas assembling

selama

satu

tahun

adalah 14797, Kuantitas

kegiatan

petugas

assembling adalah 4874.

Dengan

metode

perhitungan

WISN

diketahui

jumlah

kebutuhan tenaga kerja

di

bagian

assembling

tahun 2014 adalah 4

petugas

Perbedaan penelitian dari ketiga karya tulis ilmiah tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan ini adalah lokasi dan waktu penelitian yang berbeda, penelitiain ini dilakukan di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang pada tahun 2016, metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode observasi dan wawancara serta objek yang akan diteliti

(27)

dalam penelitian ini adalah kebutuhan tenaga kerja dibagian assembling, dengan teori yang sama yaitu teori WISN.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Rumah Sakit

1. Pengertian Rumah Sakit

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 159b/Menkes/Per/II/1988 tentang Rumah Sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara merata, dengan mengutamakan upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan, yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit dalam suatu tatanan rujukan, serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga dan penelitian.(4)

2. Jenis Pelayanan Rumah Sakit

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit dapat dibagi berdasarkan jenis pelayanan dan pengelolaannya:

a. Berdasarkan jenis pelayanan 1) Rumah Sakit Umum

Memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. Dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan secara berjenjang dan fungsi rujukan, rumah sakit umum diklasifikasikan berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan rumah sakit:

(28)

a) rumah sakit umum kelas A, adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik luas dan subspesialistik luas.

b) rumah sakit umum kelas B, adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik sekurang - kurangnya sebelas spesialistik dan subspesialistik luas.

c) rumah sakit umum kelas C, adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik dasar.

d) rumah sakit umum kelas D, adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik dasar. 2) Rumah Sakit Khusus

Memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya, rumah sakit khusus memberi pelayanan pengobatan khusus untuk pasien dengan kondisi medik tertentu baik bedah maupun non bedah. Contoh: rumah sakit kanker, rumah sakit bersalin.

b. berdasarkan pengelolaan 1) Rumah Sakit Publik

Dapat dikelola oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan badan hukum yang bersifat nirlaba. Rumah sakit publik yang dikelola pemerintah dan pemerintah daerah diselenggarakan berdasarkan pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan

(29)

Layanan Umum Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2) Rumah Sakit Privat

Dikelola oleh badan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk Perseroan Terbatas atau Persero.(5)

B. Rekam Medis

1. Pengertian Rekam medis

Berdasarkan Permenkes RI Nomor 269/Menkes/Per/III/2008

yang dimaksud rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan

dokumen antara lain identitas pasien, hasil pemeriksaan,

pengobatan yang telah diberikan, serta tindakan dan pelayanan lain

yang telah diberikan kepada pasien

(2)

.

Rekam medis adalah fakta yang berkaitan dengan keadaan

pasien, riwayat penyakit dan pengobatan masa lalu serta saat ini

yang tertulis oleh tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan

kepada pasien tersebut

(5)

.

2. Tujuan Rekam Medis

Rekam medis bertujuan untuk menyediakan informasi guna memudahkan pengelolaan dalam pelayanan kepada pasien dan memudahkan pengambilan keputusan manajerial (perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, penilaian, dan

(30)

pengendalian). Oleh pemberi pelayanan klinis dan administrasi pada sarana pelayanan kesehatan(1).

3. Kegunaan Rekam medis

Kegunaan rekam medis menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 yang disingkat menjadi ALFRED yaitu : a. Administration

Menyangkut tindakan berdasarkan wewenang dan tanggung jawab sebagai tenaga medis dan para medis dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan.

b. Legal

Berisikan tentang adanya jaminan kepastian hukum atas dasar keadilan dalam rangka usaha penegakan hukum serta menyediakan bahan tanda bukti untuk menegakkan keadilan.

c. Financial

Menyangkut data atau informasi yang dapat dipergunakan untuk menilai biaya yang dikeluarkan.

d. Research

Menyangkut data atau informasi yang dapat dipergunakan sebagai bahan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan.

e. Education

Menyangkut data atau informasi tentang perkembangan kronologis dan kegiatan pelayanan medic yang diberikan kepada pasien.

(31)

f. Documentation

Menyangkut sumber ingatan yang harus didokumentasikan dan digunakan sebagai bahan pertanggung jawaban dan laporan.(2)

C. Assembling

1. Pengertian assembling

Assembling adalah salah satu bagian dalam unit rekam medis yang mempunyai fungsi dan tugas pokok :

a. Menerima pengembalian dokumen dari URJ, URI, dan UGD. b. Merakit dokumen rekam medis rawat inap.

c. Meneliti kelengkapan data yang harus ada dalam dokumen rekam medis pasien.

d. Meneliti kebenaran pencatatan data rekam medis.

e. Mengendalikan pengembalian DRM yang belum lengkap ke unit pencatat data untuk dilengkapi kembali.

f. Mendistribusikan dan mengendalikan penggunaan formulir rekam medis.(1)

2. Fungsi Assembling

Peran dan fungsi Assembling dalam pelayanan rekam medis yaitu : a. Perakit formulir rekam medis.

b. Peneliti kelengkapan data rekam medis. c. Pengendali DRM yang tidak lengkap.

d. Pengendalian penggunaan nomor rekam medis dan formulir rekam medis (1).

(32)

a. Terhadap sesnsus harian yang diterima.

1) Menerima SHRI, SHRJ, SHGD, beserta DRM rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat setiap hari.

2) Mencocokan jumlah DRM dengan jumlah pasien yang tercatat pada sensus harian masing-masing.

3) Menandatangani buku ekspedisi sebagai bukti serah terima DRM. 4) Mengirimkan sensus harian tersebut kebagian analising reporting. b. Terhadap DRM yang diterima

1) Merakit kembali formulir rekam medis secara urut dan runtut sesuai dengan kronologi riwayat kesehatan pasien, melakukan kegiatan penelitian terhadap kelengkapan data medis sesuai dengan kasusnya 2) Mencatat hasil penelitian tersebut ke dalam formulir :

a) Formulir KLPCM untuk mencatat data yang tidak lengkap kemudian di letakkan pada halaman depan pada dokumen rekam medis.

b) Kartu kendali

3) Bila DRM sudah lengkap

a) Menyerahkan DRM kebagian koding/indeksing.

b) Menyerahkan sensus harian ke bagian analising/reporting. 4) Bila DRM tidak lengkap

a) Menempelkan kartu kendali pada halaman depan DRM

b) Dengan menggunakan buku ekspedisi, menyerahkan DRM yang tidak lengkap kepada unit pencatat data untuk di serahkan kepada tenaga kesehatan yang bertanggung jawab terhadap

(33)

kelengkapan isi data rekam medis yang bersangkutan untuk dilengkapi kembali.

c) Mengambil kembali DRM yang tidak lengkap pada kurun waktu 2 x 24 jam setelah waktu penyerahannya.

c. Terhadap penggunaan nomor dan formulir rekam medis.

1) Mengalokasikan nomor rekam medis agar tidak terjadi duplikasi dalam penggunaan nomor rekam medis.

2) Mengendalikan nomor rekam medis agar tidak terjadi duplikasi dalam penggunaan nomor rekam medis.

3) Mendistribusikan formulir, catatan dan laporan rekam medis ke unit-unit yang memerlukan untuk proses pelaporan rekam medis.

4) Mengendalikan penggunaan formulir, catatan dan pelaporan tersebut dengan menggunakan buku pengendalian formulir rekam medis.

4. Fungsi Yang Terkait Dengan Bagian Assembling

a. Fungsi pencatat data dirawat jalan, gawat darurat, dan rawat inap yang bertanggung jawab terhadap :

1) Pencatatan kelengkapan isi data rekam medis pada setiap formulir dalam folder DRM

2) Penggunaan formulir yang digunakan untuk pelayanan klinis.

3) Penggunaan nomor rekam medis dikamar bersalin (VK) untuk bayi baru lahir.

b. Fungsi pencatat data pendaftaran pasien rawat jalan dan rawat inap yang bertanggung jawab terhadap :

(34)

2) Penggunaan nomor rekam medis agar tidak terjadi duplikasi.

c. Fungsi koding dan indeksing yang bertanggung jawab terhadap pengkodean dan pengindeksan penyakit, operasi, sebab kematian, dan indeks dokter.

d. Fungsi analising dan reporting yang bertanggung jawab terhadap pengumpulan dan pengolahan data rekam medis untuk disusun laporan kegiatan pelayanan.

e. Formulir-formulir yang digunakan diassembling

1) Kertas atau form KLPCM untuk mencatat data yang tidak lengkap kemudian ditempelkan pada halaman depan DRM.

2) Kartu kendali (KK) untuk :

a) Pencatatan data rekam medis guna pengendalian DRM tidak lengkap dan pengkodean penyakit, operasi, sebab kematian, dan kode dokter.

b) Mengendalikan DRM yang tidak lengkap untuk dikembalikan ke unit pencatat data.

c) Melacak keberadaan DRM yang sedang dilengkapi. d) Menghitung angka IMR.

e) Buku catatan penggunaan nomor rekam medis(3). D. Mutu Pelayanan Kesehatan

Mutu pelayanan kesehatan adalah penampilan yang pantas atau sesuai ( yang berhubungan dengan standar - standar ) dari suatu intervensi yang di ketahui aman, yang dapat memberikan hasil kepada masyarakat yang bersangkutan dan yang telah mempunyai kemampuan untuk menghasilkan

(35)

dampak pada kematian, kesakitan, ketidakmampuan, dan kekurangan gizi (Milton I Roemer dan C Montoya Agular, WHO, 1998)(5).

Penelitian yang dilakukan oleh Roberts dan Prevost (1987)

membuktikan adanya perbedaan dimensi mutu yaitu :

1. Bagi pemakai jasa pelayanan kesehatan (health consumer), mutu pelayanan kesehatan lebih terkait pada dimensi ketanggapan petugas memenuhi kebutuhan pasien, kelancaran komunikasi antar petugas dengan pasien, keprihatinan serta keramah-tamahan petugas dalam melayani pasien, atau kesembuhan penyakit yang sedang diderita oleh pasien.

2. Bagi penyelenggara pelayanan kesehatan (health provider). Mutu pelayanan kesehatan lebih terkait pada dimensi kesesuaian pelayanan yang diselenggarakan dengan perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran mutakhir atau adanya otonomi profesi pada waktu menyelenggarakan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien.

3. Bagi penyandang dana pelayanan kesehatan (health financing), mutu pelayanan kesehatan lebih terkait pada dimensi efisiensi pemakaian sumber dana, kewajaran pembiayaan kesehatan, dan kemampuan pelayanan kesehatan mengurangi kerugian menyandang dana pelayanan kesehatan(6).

E. Ergonomi

1. Pengertian ergonomi

Ergonomi berasal dari bahasa yunani yaitu “ergon” berarti kerja dan “nomos” berarti aturan atau hukum. Jadi secara ringkas ergonomi adalah

(36)

suatu aturan atau norma dalam sistem kerja, sedangkan definisi ergonomi secara luas adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam beraktifitas maupun istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan manusia baik fisik maupun mental sehingga kualitas hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik.(8)

2. Tujuan ergonomi

Secara umum tujuan dari penerapan ergonomi adalah :

a. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja. b. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas

kontak sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak produktif.

c. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek teknis, ekonomis, antropologis, dan budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi.(9)

3. Produktivitas kerja

Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja secara umum yaitu : a. Motivasi

Motivasi adalah kekuatan atau pendorong kegiatan seseorang ke arah tujuan tertentu dan memberikan segala kemampuan yang dimiliki untuk mencapainya.

(37)

b. Kedisiplinan

Disiplin merupakan sikap mental yang tercermin dalam perbuatan tingkah laku perorangan, kelompok atau masyarakat berupa kepatuhan atau ketaatan terhadap peraturan, ketentuan, etika, norma dan kaidah yang berlaku.

c. Etos kerja

Etos kerja merupakan pandangan untuk menilai sejauh mana kita melakukan suatu pekerjaan dan terus berupaya untuk mencapai hasil yang terbaik dalam setiap pekerjaan yang kita lakukan.

d. Ketrampilan

Faktor ketrampilan baik ketrampilan teknis maupun manajerial sangat menentukan tingkat pencapaian produktivitas. Setiap individu selalu dituntut untuk terampil dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi ( IPTEK ) terutama dalam perubahan teknologi mutakhir. e. Pendidikan

Diambil tingkat pendidikannya harus selalu dikembangkan baik melalui jalur pendidikan formal maupun informal karena setiap penggunaan teknologinya hanya akan dapat kita kuasai dengan pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan yang handal.(10)

4. Kapasitas kerja

Untuk mencapai tujuan ergonomi, perlu adanya keserasian antara pekerja dan pekerjaannya, sehingga pekerja dapat bekerja sesuai dengan kemampuan, kebolehan dan keterbatasannya. Secara umum kemampuan, kebolehan dan keterbatasan manusia ditentukan oleh berbagai faktor antara lain umur, jenis kelamin, pendidikan, lama kerja, pengetahuan,

(38)

antopometri, status kesehatan dan nutrisi, kesegaran jasmani, kemampuan kerja fisik, kapasitas kerja dapat mempengaruhi beban kerja petugas berdasarkan umur, jenis kelamin, pendidikan, lama kerja, dan lain - lain.(9) 5. Beban kerja

Menurut Rodahl, Adiputra dan Manuaba bahwa secara umum hubungan antara beban kerja dan kapasitas kerja dipengaruhi oleh berbagai faktor yang sangat komplek, baik faktor internal maupun eksternal.

a. Faktor eksternal

Faktor eksternal beban kerja adalah beban kerja yang berasal dari luar tubuh pekerja.

1) Tugas-tugas (task) yang dilakukan baik bersifat fisik seperti stasiun kerja, tata ruang tempat kerja, alat dan sarana kerja, kondisi atau medan kerja, sikap kerja, cara angkut-angkut, dan lain - lain. Sedangkan tugas-tugas yang bersifat mental seperti kompleksitas pekerjaan atau tingkat kesulitan pekerjaan yang mempengaruhi tingkat emosi pekerja, tanggung jawab pekerjaan, dan lain - lain.

2) Oragnisasi kerja yang dapat mempengaruhi beban kerja seperti, lamanya waktu kerja, waktu istirahat, kerja bergilir, kerja malam, sistem pengupahan, dan lain - lain.

3) Lingkungan kerja yang dapat memberikan beban tambahan kepada pekerjaannya adalah :

(39)

a) Lingkungan kerja fisik seperti : mikroklimat intensitas penerangan, intensitas kebisingan, vibrasi mekanis dan tekanan udara.

b) Lingkungan kerja kimiawi seperti : debu, gas-gas pencemar udara, uap logam, fume dalam udara, dan lain - lain.

c) Lingkungan kerja biologis seperti : bakteri, virus dan parasit, jamur, serangga, dan lain - lain.

d) Lingkungan kerja psikologis seperti : pemilihan dan penempatan tenaga kerja, hubungan antara pekerja dan pekerja, pekerja dengan atasan, pekerja dan keluarga dan pekerja dengan lingkungan sosial yang berdampak kepada performansi kerja ditempat kerja.(9)

b. Faktor internal

Faktor internal beban kerja adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh itu sendiri sebagai akibat adanya reaksi dari beban kerja eksternal. Secara lebih ringkas faktor internal meliputi :

a) Faktor somatik meliputi : jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, kondisi tubuh, status gizi.(9)

b) Faktor psikis meliputi : motivasi, presepsi, kepercayaan, keinginan, kepuasan, dan lain - lain.(9)

6. Waktu Kerja

Waktu kerja dan istirahat bagi tenaga kerja harus dilakukan sesuai dengan peraturan pemerintah yang berlaku karena memiliki peran penting dalam menentukan kemampuan produktivitas dan efisiensi kerja seseorang.

(40)

Segi penting dalam persoalan waktu meliputi :

a. Lamanya seseorang dapat bekerja dengan baik. b. Hubungan antara waktu kerja dengan waktu istirahat.

c. Waktu kerja sehari menurut periode yang meliputi pagi, siang, sore dan malam.

Jadi kerja tanpa istirahat untuk waktu kebutuhan Personal Fatique and

Delay (PFD) adalah 15% dari waktu normal. Rata-rata lamanya seseorang

bekerja secara baik pada umumnya adalah 6-8 jam dan sisanya untuk istirahat atau kegiatan sosial di masyarakat. Maka dalam seminggu seseorang dapat bekerja dengan baik selama 36 – 48 jam.(11)

7. Kelelahan

Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut, sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Kelelahan diatur secara sentral oleh otak. Pada susunan syaraf pusat terdapat sistem aktivasi (bersifat simpatis) dan inhibisi (bersifat para simpatis), istilah kelelahan biasanya menunjukan kondisi yang berbeda-beda pada setiap individu tapi semuanya bermuara kepada kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh tanpa pandang apapun sebabnya, seperti kelelahan yang sumber utamanya adalah mata (kelelahan visual), kelelahan fisik umum, kelemahan mental, kelelahan syaraf, kelelahan oleh lingkungan yang monoton, dan kelelahan kronis yang terus menerus sebagai pengaruh berbagai macam faktor secara menetap.(11)

Sebab-sebab kelelahan :

(41)

b. Problem fisik : tanggung jawab, kekhawatiran konflik c. Lingkungan : iklim,penerangan, kebisingan, getaran, dll. d. Kenyerian dan kondisi kesehatan

e. Circadian Rhythm f. Nutrisi.(9)

F. Cara pengukuran dan pencatatan waktu kerja

Ada tiga metode yang umum digunakan untuk mengukur elemen-elemen kerja dengan menggunakan jam henti (stopwatch), yaitu :

1. Pengukuran waktu secara terus ,menerus (continous timing).

Pada pengukuran waktu terus menerus pengamat kerja akan menekan tombol stopwatch pada saat elemen kerja pertama kali dimula dan membiarkan jarum penunjuk stopwatch berjalan secara terus menerus sampai periode waktu atau siklus kerja selesai berlangsung.

2. Pengukuran waktu secara berulang-ulang (repetive timing).

Pengukuran waktu berulang-ulang disebut juga sebagai sanp-back

method disini jarum petunjuk stopwatch akan selalu dikembalikan

(snap-back) lagi keposisi nol pada setiap akhir elemen kerja yang diukur 3. Pengukuran waktu secara penjumlahan (accumulative timing).

Pada pengukuran waktu secara penjumlahan menggunakan dua atau lebih stopwatch. Apabila stopwatch pertama dijalankan, maka stopwatch nomor dua berhenti, apabila elemen kerja sudah berakhir maka tombol ditekan agar menghentikan gerakan jarum dari stopwatch pertama dan menggerakan stopwatch yang kedua untuk mengukur elemen kerja yang berikutnya, selanjutnya pengamat bisa mencatat data waktu yang diukur oleh stopwatch pertama.(10)

(42)

G. Metode Sederhana Untuk Menetapkan Jumlah Pengamatan

Untuk membuat estimasi mengenai jumlah pengamatan yang seharusnya dilaksanakan, the maytag company telah mencoba memperkenalkan prosedur sebagai berikut :

1. Laksanakan pengamatan / pengukuran awal dari elemen kegiatan yang ingin diukur waktunya dengan ketentuan sebagai berikut :

a. 10 kali pengamatan untuk kegiatan yang berlangsung dalam siklus sekitar 2 menit atau kurang.

b. 5 kali pengamatan untuk kegiatan yang berlangsung dalam siklus waktu yang lebih besar dari 2 menit.

2. Tentukan nilai range (R), yaitu perbedaan nilai terbesar (H) dari nilai terkecil (L) dari hasil pengamatan yang diperoleh.

3. Tentukan harga rata-rata (average) yaitu X yang merupakan jumlah hasil waktu (data) pengamatan yang diperoleh dibagi dengan banyaknya pengamatan (N) yang telah dilaksanakan. Nilai N disini seperti yang telah ditetapkan, berkisar antara 1 / 10 kali pengamatan. Harga rata-rata tersebut secara kasar bisa didekati dengan cara menjumlahkan nilai data yang tertinggi dan terendah dan dibagi dengan 2 atau dengan formulasi (H/L) / 2

4. Tentukan nilai dari range dibagi dengan nilai rata-rata. Nilai tersebut bisa diformulasikan sebagai (R/K).

5. Tentukan jumlah pengamatan yang diperlukan atau seharusnya dilaksanakan dengan menggunakan tabel berikut (95% convidence level

& 5% degree accuracy untuk 90% convidence level & 10% degree accuracy, maka ditemukan dibagian 4).

(43)

6. Apabila harga (R/X) tidak bisa dijumpai persis sama seperti yang tertera didalam tabel, maka diambil data yang paling mendekati.(10)

Tabel 2.1 jumlah pengamatan yang diperlukan (N’) untuk 95%

convidance level dan 5% degree of accuracy (precision)

R/X Data Sampel Dari 5 10 R/X Data Sampel Dari 5 10 R/X Data Sampel Dari 5 10 0.10 3 2

0.42

52 30

0.74

162 93 0.12 4 2

0.44

57 33

0.76

171 98 0.14 6 3

0.46

63 36

0.78

180 103 0.16 8 4

0.48

68 39

0.80

190 108 0.18 10 6

0.50

74 42

0.82

199 113 0.20 12 7

0.52

80 46

0.84

209 119 0.22 14 8

0.54

86 49

0.86

218 125 0.24 17 10

0.56

93 53

0.88

229 131 0.26 20 11

0.58

100 57

0.90

239 138 0.28 23 13

0.60

107 61

0.92

250 143 0.30 27 15

0.62

114 65

0.94

261 149 0.32 30 17

0.64

121 69

0.96

273 156 0.34 34 20

0.66

129 74

0.98

284 162 0.36 38 22

0.68

137 78 1.00 296 169 0.38 43 24

0.70

145 83 0.40 47 27

0.72

153 88

(44)

H. Penetapan Waktu Longgar Dan Waktu Baku

Waktu normal semata-mata menunjukan bahwa seorang operator yang berkualifikasi baik akan bekerja menyelesaikan pekerjaan pada kecepatan / tempo kerja yang normal. Tapi kenyataanya operator akan sering menghentikan kerja dan membutuhkan waktu khusus untuk keperluan seperti,

personal need, istirahat melepas lelah dan alasan - alasan lain yang diluar

kontrolnya. Waktu baku adalah sama dengan waktu normal kerja dengan waktu longgar. Waktu longgar yang dibutuhkan bisa diklasifikasikan menjadi :

1. Kelonggaran waktu untuk kebutuhan personal (personal allowance). Jumlah waktu longgar untuk kebutuhan personal dapat ditetapkan dengan melaksanakan aktivitas time study sehari kerja penuh atau dengan metode sampling kerja. Personal allowance untuk pekerjaan yang yang relatif ringan berkisar 2% - 5%, sedangkan untuk pekerjaan yang berat dan kondisi kerja yang tidak enak Personal allowancenya lebih dari 5%. 2. Kelonggaran waktu untuk melepaskan lelah (Fatique Allowance).

Kelelahan fisik manusia bisa disebabkan oleh beberapa penyebab diantaranya adalah kerja yang membutuhkan pikiran banyak dan kerja fisik. Waktu yang diperlukan untuk keperluan istirahat akan sangat tergantung pada individu yang bersangkutan, internal waktu dan siklus kerja dimana pekerja akan memikul beban kerja secara penuh, kondisi

(45)

lingkungan fisik pekerjaan dan faktor-faktor lainnya. Yang sering dilakukan adalah memberikan satu kali periode istirahat pada pagi hari dan sekali lagi pada saat siang menjelang sore hari, lama waktu berkisar antara 5 sampai 15 menit.

3. Kelonggaran waktu karena keterlambatan – keterlambatan (Delay

Allowance)

Keterlambatan – keterlambatan yang terjadi dari saat ke saat umumnya disebabkan oleh mesin, operator ataupun hal-hal lain yang diluar kontrol. Macam dan lamanya keterlambatan untuk suatu aktivitas kerja dapat ditetapkan dengan teliti yaitu dengan melaksanakan aktivitas time study secara penuh ataupun bisa juga dengan kegiatan sampling kerja. Dengan demikian waktu kerja tersebut dapat diperoleh dengan mengaplikasikan rumus sebagai berikut : (10)

Atau

I. Prosedur Perhitungan Kebutuhan SDM Kesehatan Dengan Menggunakan Metode WISN (Work Load Indicator Staff Need)

Metode perhitungan kebutuhan SDM berdasarkan beban kerja (WISN) adalah suatu metode perhitungan kebutuhan SDM kesehatan berdasarkan beban pekerjaan nyata yang dilaksanakan oleh setiap kategori SDM kesehatan pada tiap unit kerja di fasilitas pelayanan kesehatan. kelebihan

Standart Time = normal time + (normal time x %

allowance)

Standart Time = normal time x

100%

100% - % allowance

(46)

metode ini adalah mudah digunakan secara teknis mudah diterapkan komprehensif dan realistis.

Langkah-langkah perhitungan kebutuhan SDM berdasarkan WISN ini, yaitu : 1. Memilih kategori staf untuk pengembangan WISN

Metode WISN dapat digunakan untuk menghitung susunan kepegawaian yang dibutuhkan bagi seluruh kategori staf disemua jenis fasilitas kesehatan, tetapi perlu detetapkan prioritas bagian mana yang akan digunakan dalam pengembangan WISN.

Setiap kategori staf memiliki kegiatan pokok dimana kegiatan pokok adalah kumpulan jenis kegiatan sesuai standar pelayanan dan standar operasional prosedur (SOP) untuk menghasilkan pelayanan kesehatan / medis yang dilaksanakan dengan kompetensi tertentu.(12)

2. Menghitung waktu kerja tersedia

Menghitung waktu kerja tersedia adalah menentukan banyaknya waktu yang dimiliki seorang tenaga kesehatan dalan suatu kategori staf tertentu untuk melaksanakan tugasnya. Petugas berhak atas cuti tahunan, libur nasional dan izin untuk keperluan pribadi termasuk izin sakit. Waktu kerja yang tersedia dapat dinyatakan sebagai hari atau jam dalam setahun. Untuk menghitung WKT (waktu kerja tersedia) berikut adalah rumus yang memperlihatkan perhitungan matematisnya :

Keterangan :

WKT = { K - ( L + M P )} x

R

(47)

WKT = waktu kerja tersedia K = hari kerja setahun L = libur nasional M = cuti tahunan

P = personal (ketidak hadiran sebab tertentu) R = jumlah jam kerja sehari

Jumlah hari kerja yang tersedia dalam satu tahun (K) dapat diperoleh dengan menghitung jumlah minggu dalam setahun dikalikan jumlah hari kerja. Terdapat 2 kategori kemungkinan hari kerja dalam setahun yaitu : (12)

Tabel 2.2 jumlah kemungkinan hari kerja dalam 1 tahun

Kategori tenaga kesehatan Jumlah minggu dalam 1 tahun Jumlah hari kerja dalam 1 minggu Jumlah hari kerja yang mungkin dalam 1 tahun A B 52 52 6 5 52 x 6 = 312 52 x 5 = 260

3. Menetapkan komponen beban kerja

Komponen – komponen beban kerja dibagi menjadi 3 kelompok yaitu : a. Kegiatan pelayanan kesehatan utama yang dilaksanakan oleh

semua anggota kategori tenaga kesehatan tersebut.

b. Kegiatan penunjang penting yang dilakukan oleh semua anggota kategori tenaga kesehatan tersebut.

c. Kegiatan lain yang dikerjakan oleh anggota – anggota tertentu dalam kategori tenaga kesehatan ini.(12)

(48)

4. Menetapkan standar kegiatan

Standar kegiatan adalah waktu yang dibutuhkan oleh seseorang pekerja yang terdidik dan terlatih dengan baik, terampil dan berdedikasi untuk melaksanakan waktu kegiatan sesuai dengan standar professional dalam keadaan setempat ( Indonesia dan provinsi daerah ).

Ada dua jenis standar kegiatan yang berbeda yaitu : a. Standar pelayanan

Standar pelayanan diukur sebagai rata – rata waktu yang dibutuhkan seorang tenaga kesehatan untuk melaksanakan kegiatan tersebut dan tersedia catatan statistik tahunannya. Dalam menetapkan standar pelayanan, perhitungan, waktunya dimulai dari saat suatu kegiatan mulai dilaksanakan hingga kegiatan yang sma berikutnya dimulai.

b. Standar kelonggaran

Standar kelonggaran adalah untuk kegiatan – kegiatan dimana tidak dilakukan pencatatan statistik tahunannya secara teratur. Standar kelonggaran ditulis sebagai persentase dari waktu kerja atau waktu kerja sesungguhnya dan bagi kegiatan penunjang dapat dinyatakan sebagai “lima persen dari waktu kerja” atau sebagai “satu jam setiap hari kerja” (dimana rata – rata waktu kerja harian adalah 7,2 jam).(11) 5. Menyusun standar beban kerja

Standar beban kerja adalah banyaknya kerja (dalam satu kegiatan pelayanan utama) yang dapat dilaksanakan oleh petugas dalam satu tahun. Standar beban kerja ditetapkan untuk semua kegiatan pelayanan kesehatan yang utama dan mengasumsikan bahwa tenaga kesehatan

(49)

tersebut hanya mengerjakan kegiatan yang sedang dibuatkan beban kerja standarnya selama setahun itu. Di dunia nyata, para tenaga kesehatan tentunya melaksanakan berbagai macam kegiatan sepanjang hari atau tahun kerja. Rumus perhitungan standar beban kerja dibagi menjadi 2, yaitu : (12)

Apabila standar pelayanan dinyatakan dalam unit waktu :

Apabila standar pelayanan dinyatakan dalam kecepatan kerja :

6. Menghitung faktor – faktor kelonggaran

Menghitung faktor kelonggaran bertujuan untuk memberikan kesempatan pada petugas untuk memulihkan diri dari kelelahan fisik dan psikologis dalam melaksanakan kegiatan tertentu, berikut perhitungannya :

a. Mengubah standar kelonggaran kategori dari setiap kegiatan penunjang yang penting menjadi presentase waktu kerja.

b. Mengalikan masing – masing standar kelonggaran individu dengan jumlah orang yang melakukan kegiatan tersebut.

c. Menjumlahkan semua hasil yang diperoleh diatas kemudian membagi hasil tersebut dengan waktu kerja tersedia, maka faktor kelonggaran kategori :

Standar beban kerja = WKT setahun : unit untuk waktu

kegiatan

Standar beban kerja = WKT setahun : kecepatan keja

(50)

Faktor kelonggaran individu memperhitungkan waktu kerja yang digunakan untuk kegiatan – kegiatan tambahan. FKI menghitung beberapa petugas yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan – kegiatan ini secara “setara purna waktu” (whole time equivalent, WTE), FKI baru ditambahkan dalam perhitungan akhir dari keseluruhan kebutuhan staff. Berikut perhitungannya :

a. Kalikan masing – masing standar kelonggaran individu dengan jumlah orang yang melakukan kegiatan tersebut.

b. Jumlahkan semua hasil yang diperoleh diatas.

c. Bagilah hasil tersebut dengan waktu kerja tersedia (WKT).(11)

7. Menentukan kebutuhan staf berdasarkan WISN

Data untuk menentukan kebutuhan total staf untuk 3 jenis kegiatan yang berbeda yaitu :

a. Kegiatan pelayanan utama : bagilah beban kerja setahun dari setiap kegiatan dengan beban kerja standar yang bersangkutan. Anda akan mendapatkan jumlah tenaga kesehatan yang dibutuhkan untuk kegiatan tersebut. Jumlahkan semua kebutuhan bagi setiap kegaiatan untuk mendapatkan jumlah total kebutuhan staf utnuk semua kegiatan pelayanan utama.

b. Kegiatan penunjang penting yang dilakukan setiap orang : kalikan kebutuhan staf bagi kegiatan – kegiatan pelayanan utama dengan faktor kelonggaran kategori. Anda akan memperoleh jumlah tenaga

(51)

kesehatan yang dibutuhkan bagi semua kegiatan pelayanan utama dan penunjang penting.

c. Kegiatan tambahan beberapa anggota staf : tambahkan faktor kelonggaran individu kepada kebutuhan staf diatas. Maka akan mendapatkan jumlah total kebutuhan staf berdasarkan WISN. Disini telah ikut diperhitungkan keseluruhan satf yang dibutuhkan untuk melaksanakan ketiga jenis kegiatan.(12)

J. Analisa Deret Berkala

Adalah analisa variasi variabel dari waktu ke waktu dalam bentuk – betuk angka indeks. Analisa trend penelitian ini menggunakan metode kuadrat terkecil (least square) dan merupakan hasil perpaduan antara kekuatan – kekuatan yang beraneka ragam.

Dalam analisa deret berkala, metode yang paling sering digunakan untuk menentukan persamaan trend adalah metode kuadrat terkecil.

Persamaan garis yang dicari berbentuk Y = a + bX, dimana : Y = nilai variabel Y pada suatu waktu tertentu

a = pemotongan antara garis trend dengan sumbu tegak ( Y ) a = nilai Y, jika X = 0

b = kemiringan garis trend, besarnya perubahan variabel Y yang terjadi pada setiap perubahan suatu unit variabel X.

X = periode waktu deret berkala

pada metode kuadrat terkecil langkah – langkah yang digunakan adalah :

Kebutuhan Staff = kuantitas kegiatan x

FKK

(52)

1. Menyusun data sesuai dengan urutan tahunnya

2. Menentukan tahun yang terletak ditengah – tengah tahun

3. Hitung nilai xy dan X2 kemudian cari jumlah Y , jumlah XY dan jumlah X2

4. Mencari harga a dan b dengan rumus

5. Memasukan nilai a dan b kepersamaan trend Y = a + bX

6. Untuk meramaikan pada tahun yang akan datang maka

lanjutkan bilangan atau kode tahun yang telah dibuat, sampai

pada kode tahun yang akan diramaikan.

(13)

K. Mutu pelayanan 1. Mutu pelayanan

Rumah Sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karaktristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan, kesehatan, kemajuan teknologi, kehidupan sosial, ekonomi masyarakat, dan harus tetap mampu meningkatkan meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terjadi derajat kesehatan yang setinggi tingginya. Mutu dapat diartikan sebagai tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan untuk memenuhi keinginan pelanggan. Baik tidaknya mutu tergantung pada kemampuan penyedia jasa dalam memenuhi harapan pelanggannya secara konsisten.(15)

a = ∑Y

n

b = ∑XY

∑ X

2

(53)

Parasuraman, Zeithmal dan Berry mengidentifikasi sepuluh faktor utama dalam menentukan kualitas pelayanan yaitu :

1) Nyata atau berwujud (Tangible) meliputi penampillan fisik dan fasilitas, peralatan, karyawan dan alat-alat komunikasi.

2) Keandalan (Reliability) kemampuan untuk melaksanakan jasa yang telah dijanjikan secara konsisten dan dapat di andalkan (akurat). 3) Cepat tanggap (Responsiveness) kemauan untuk membantu

pelanggan (konsumen) dan menyediakan jasa atau pelayanan yang tepat dan cepat.

4) Kompetensi (Competence) setiap pegawai memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk dapat memberikan pelayanan tertentu.

5) Kemudahan (Access) kemudahan untuk dihubungi atau ditemui yang berarti lokasi fasilitas mudah dijangkau, waktu menunggu tidak terlalu lama, saluran komunikasi mudah dihubungi.

6) Keramahan (Courtesy) sikap sopan santun, respek, perhatian dan keramahan dari para kontak personal.

7) Komunikasi (Communication) memberikan informasi yang dapat dipahami pelanggan serta selalu mendengarkan saran dan keluhan pelanggan.

8) Kepercayaan (Credibility) jujur dan dapat dipercaya.

9) Keamanan (Security) aman (secara fisik, finansial dan kerahasiaan) dari bahaya, resiko atau keragu-raguan.

10) Understanding / knowing the customer upaya untuk memahami kebutuhan pelanggan.(16)

(54)

Kemudian berkembangnya pada kesimpulan oleh Parasuraman,

Zeithaml dan Berry menganalisis dimensi kualitas jasa

berdasarkan lima aspek komponen. Kelima komponen mutu

pelayanan tersebut dikenal dengan nama ServQual

.(17)

2. Dimensi mutu pelayanan

a. Cepat Tanggap (Responsiveness)

Pelayanan kesehatan yang responsif terhadap kebutuhan pelanggan kebanyakan ditentukan oleh sikap yang secara langsung berhubugan dengan para pengguna jasa dan keluarganya, baik melalui tatap muka, komunikasi non-verbal atau langsung.

b. Kemampuan (Reliability)

Kemampuan yang diberikan harus sesuai dengan tepat waktu dan akurat. Untuk meningkatkan kemampuan perlu ditingkat kinerja dokter dalam pemberian layanan yang diberikan kepada pasien.

c. Jaminan (Assurance)

Pemenuhan terhadap pelayanan yang diberikan mengakibatkan pengguna jasa merasa terbebas dari risiko dan dapat memberikan jaminan bagi pasien.

d. Perhatian(Empaty)

Rasa kepedulian dan perhatian terhadap pasien yang dimana memahami kebutuhan mereka dan memberikan kemudahan. Untuk menentukan mutu pekayanan dan dapat langsung memenuhi kepuasan pasien.

(55)

Mutu jasa pelayanan dapat dirasakan secara langsung oleh pasien denga adanya fasilitas fisik dan perlengkapan yang memadai. Mampu bekerja secara optimal sesuai keterampilan.

3. Mutu Rekam Medis

Rekam medis yang baik mampu mencerminkan mutu pelayanan yang diberikan, rekam medis yang bermutu juga digunakan untuk keperluan evaluasi dan audit medik terhadap pelayanan rekam medis secara retrospektif terhadap rekam medis. Tanpa dipenuhinya syarat-syarat dari mutu tersebut, maka tenaga medis maupun pihak rumah sakit akan sukar membela diri di pengadilan bila terdapat tuntutan malpraktik oleh pihak pasien.

Menurut huffman (1990) dan soejaga (1996), mutu rekam medis yang baik adalah rekam medis yang memenuhi indikator - indikator mutu rekam medis sebagai berikut:

a. Kelengkapan isi resume medis b. Keakuratan

c. Tepat waktu

(56)

L. Kerangka Teori

Gambar 2.1 kerangka teori

Sumber :15,17,22

Assembling :

a. Job description b. Kapasitas kerja c. Standar beban kerja d. SOP

Beban

kerja

Kebutuhan

tenaga

kerja

berdasarkan

metode WISN

produktivitas

Mutu pelayanan

(57)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Kuantitas kegiatan

pertahun:

a. Job description

b. Volume kegiatan

c. Jumlah hari kerja

per tahun

kapasitas kerja :

a. Umur

b. Jenis kelamin

c. Tingkat pendidikan

d. Lama kerja

Standar beban kerja :

a. Jam kerja per

tahun

b. Waktu kerja per

kegiatan

c. PFD

Kebutuhan tenaga

kerja

(58)

Gambar 3.1 kerangka konsep

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan untuk menjelaskan hasil penelitian, tentang kebutuhan tenaga kerja. Proses pengambilan data dilakukan melalui observasi dan wawancara, yaitu peneliti mengamati secara langsung keadaan masalah yang akan diteliti tentang kebutuhan tenaga kerja dan mengajukan pertanyaan pada petugas yang bersangkutan.

C. Variabel Penelitian 1. Kapasitas kerja

2. kuantitas kegiatan pokok 3. standar beban kerja 4. kebutuhan tenaga kerja D. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional No Variabel Definisi Operasional

1.

Kapasitas kerja Kemampuan kerja petugas assembling di RSUD Ambarawa yang meliputi :

a. Umur, yaitu rentang kehidupan dengan satuan tahun yang dihitung dari sejak dilahirkan sampai dengan hari ini.

(59)

b. Tingkat pendidikan, yaitu pendidikan terakhir yang ditempuh seseorang dengan ukuran tingkat pendidikan meliputi : SD, SMP, SMA, Diploma, Sarjana, dst.

c. Jenis kelamin, yaitu yang membedakan seseorang secara biologis yang terdiri dari laki-laki dan perempuan.

d. Lama kerja, yaitu berapa lama seseorang telah bekerja dihitung dari mulai bekerja sampai dengan saat ini dengan satuan tahun.

2. Kuantitas

kegiatan pokok per tahun.

Jumlah kegiatan pokok yang dilakukan oleh petugas assembling di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang pada tahun 2016 dengan perhitungan sebagai berikut :

Volume kegiatan x hari efektif per tahun

a. Volume kegiatan, yaitu beban kerja di bagian assembling.

b. Hari kerja efektif per tahun, jumlah hari kerja selama satu tahun dikurangi dengan cuti pertahun, pendidikan dan pelatihan, hari libur nasional, dan ketidakhadiran kerja.

c. Jumlah hari, Jumlah hari kerja yang tersedia dalam satu tahun (K) dapat diperoleh dengan menghitung jumlah minggu dalam setahun dikalikan jumlah hari kerja.

(60)

3. Standar beban kerja

Standar pelayanan petugas assembling di RSUD Ambarawa pada tahun 2016 dengan menggunakan rumus :

a. Jam kerja efektif pertahun, yaitu hari kerja efektif dalam satu tahun dikali dengan jam kerja per hari.

b. Waktu kerja per kegiatan, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.

c. PFD, yaitu kelonggaran waktu untuk kebututhan personal untuk melepas lelah dan keterlambatan – keterlambatan.

4. Kebutuhan tenaga kerja petugas

assembling

Diperoleh dari kuantitas kegiatan pokok per tahun dibagi dengan standar beban kerja per tahun.

Kuantiitas kegiatan pokok per tahun Standar beban kerja per tahun

a. Kuantitas kegiatan pokok per tahun, yaitu beban kerja petugas assembling dalam satu tahun.

b. Standar beban kerja per tahun, yaitu beban kerja dalam satu tahun berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan di bagian assembling RSUD

Jumlah jam kerja efektif pertahun x 60menit

Waktu kerja perkegiatan

(61)

Ambarawa pada tahun 2016.

E. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini terdiri dari subjek atau pelaku yang terkait dalam beban kerja petugas assembling, yaitu 2 (dua) orang petugas dalam pencatatan DRM masuk pada buku register, perakitan, pengecekan dan penginputan kelengkapan DRM. Serta kepala rekam medis yaitu 1 (satu) orang, sehingga subjeknya sebanyak tiga orang. Sedangkan objek dalam penelitian ini yaitu DRM pasien rawat inap yang sudah pulang dan telah diserahkan ke petugas assembling.

2. Sampel

Berikut adalah hasil penentuan jumlah sampel dari masing – masing petugas A dan B dengan tugas pokok yang sama untuk pencatatan DRM masuk pada buku register, perakitan DRM dan pengecekan kelengkapan DRM, sedangkan penginputan kelengkapan data hanya dikerjakan oleh petugas A, yang dikenalkan oleh the maytag company :

a. Sampel petugas A

Tabel 3.2 pencatatan DRM masuk pada buku register No Waktu yang diperlukan (menit)

1. 2. 3. 4. 5.

2,06

1,31

1,49

2,03

1,21

(62)

6. 7. 8. 9. 10.

1,41

1,17

2,07

1,43

2,02

Range (R) = nilai terbesar – nilai terkecil

=2,07 – 1,17 = 0,9

Rata - rata (X) = Σ waktu

Σ pengamatan

= 16,2 / 10 = 1,62

(R / X) = 0,9 / 1,62 = 0,55

Didapatkan hasil R/X = 0,55 maka dari data sampel 10 kali pengamatan didapatkan jumlah pengamatan yang harus dilakukan sebanyak 49 sampel ( dengan 95% convidence level dan 5% degree

of accurancy ).

Tabel 3.3 perhitungan sampel perakitan : No Waktu yang diperlukan (menit)

1. 2. 3. 4. 5.

11,39

10,57

10,55

12,28

08,45

Range (R) = nilai terbesar – nilai terkecil

(63)

Rata - rata (X) = Σ waktu

Σ pengamatan

= 53.24 / 5 = 10,648

(R / X) = 03,83 / 10,648 = 0,359 0,36

Didapatkan hasil R/X = 0,36 maka dari data sampel 5 kali pengamatan didapatkan jumlah pengamatan yang harus dilakukan sebanyak 38 sampel ( dengan 95% convidence level dan 5% degree

of accurancy ).

Tabel 3.4 perhitungan sampel kelengkapan DRM No Waktu yang diperlukan (menit)

1. 2. 3. 4. 5.

3,58

3,53

4,43

5,16

4,57

Range (R) = nilai terbesar – nilai terkecil

= 5,16 – 3,53 = 1,63

Rata - rata (X) = Σ waktu

Σ pengamatan

= 21,27/ 5 = 4,25

(R / X) = 1,63 / 4,25 = 0,38

Didapatkan hasil R/X = 0,38 maka dari data sampel 5 kali

pengamatan didapatkan jumlah pengamatan yang harus

dilakukan sebanyak 43 sampel ( dengan 95% convidence level

dan 5% degree of accurancy ).

Gambar

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
Tabel 2.2 jumlah kemungkinan hari kerja dalam 1 tahun
Gambar 2.1 kerangka teori  Sumber :15,17,22 Assembling : a. Job description b. Kapasitas kerja c
Gambar 3.1 kerangka konsep
+5

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan Pengalihan pengelolaan PBB-P2 menjadi pajak daerah menurut UU adalah meningkatkan akuntabilitas penyelenggaraan otonomi daerah, memberikan peluang baru kepada

Tepung daging dan tulang Tepung udang Tepung darah LEMAK Minyak kelapa Minyak sawit Minyak jagung Minyak ikan Lemak sapi KARBOHIDRAT Dedak padi Dedak jagung Pollard

Dari bentuk morfologi dasar laut tersebut terlihat bahwa daerah yang mempunyai anomali negatif (biru) berada pada cekungan morfologi bagian tenggara daerah penelitian, sedangkan

Simpulan dari penelitian ini adalah penerapan Quantum Teaching dengan mengoptimalkan media realia dapat (1) meningkatkan pemahaman konsep pesawat sederhana, (2)

kinerja Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Barat di tahun-.. tahun

Agriculture, Environment and Forestry, Home Affairs, National Land Agency, National Planning Agency, and from GAPKI (The Indonesian Palm Oil Plantation

Sebagai suatu ideologi bangsa dan negara Indonesia, Pancasila pada hakekatnya bukan hanya merupakan suatu hasil perenungan.. atau pemikiran seseorang

[r]