• Tidak ada hasil yang ditemukan

Salam Redaksi. Majalah Potensi Pertahanan. Susunan Redaksi. Pelindung / Penasehat: Penanggung Jawab: Pimpinan Redaksi: Staf Redaksi:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Salam Redaksi. Majalah Potensi Pertahanan. Susunan Redaksi. Pelindung / Penasehat: Penanggung Jawab: Pimpinan Redaksi: Staf Redaksi:"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Majalah Potensi

Pertahanan

Susunan Redaksi

Pelindung / Penasehat:

Dirjen Pothan Kemhan Prof. Dr. Ir. Bondan Tiara Sofyan, M.Si.

Penanggung Jawab:

Sesditjen Pothan Kemhan

Brigjen TNI Aribowo Teguh Santoso, S.T., M.Sc.

Pimpinan Redaksi:

Kabag Datin Setditjen Pothan Kolonel Inf Zulkarnain Dwi Peristianto, S.Sos

Staf Redaksi:

Kasubbag Lahta Info Rohana Siregar, S.Sos Kasubbag Simak BMN Letkol Arh Drs. Firdaus, M.M.

Kasubbag Doksiptakah M.S. Hidayat, S. Ag

Sekretaris:

Giri Satriyo Adi Saputro, S.E Gede Priana Dwipratama, S.E., M.M.

Design Grafis:

Ade Tyas, S.T Akhmad Arifin, S. E. M. Roihan Hanafi, S.IIP. Iwan Muhadhan, S.Hum.

Fotografer:

Mayor Inf. Rudatin

Bahrudin Serka (K) Wina Yunita

Sertu Supriyono

Distribusi:

Diah K, S.E. Dinne Andawiyah, S.Kom.

Sukasih

Adhy Nursaumi, S.Kom. Sri Rahyuni

Penerbit:

Ditjen Pothan Kemhan RI

Jl. Tanah Abang Timur No. 8, Jakarta Pusat Telp. / Fax. (021) 3828847

Email: datin.pothan@kemhan.go.id ISSN 2686-0945

Salam Redaksi

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga majalah Potensi Pertahanan Volume 2 No.1 dapat hadir di tengah-tengah pembaca. Majalah ini merupakan bentuk penyampaian informasi, pengetahuan maupun wawasan mengenai Potensi Pertahanan.

Sejalan dengan itu, artikel yang disajikan pada penerbitan majalah Potensi Pertahanan Volume 2 No.1 ini dengan topik utama yaitu Mengenal ACMI Sukhoi : Produk Anak Bangsa

yang Patut Diperhitungkan; Menggali Nilai Kesadaran Bela Negara dari Filosofi Pesantren Kilat;Pengakuan Keveteranan RI bagi Pejuang Seroja Pasca 17 Juli 1976; dan Peningkatan Layanan Keveteran RI Melalui Pemberdayaan Kantor Wilayah Pertahan di Daerah. Diharapkan agar artikel

tersebut dapat menambah wawasan pengetahuan bagi pembaca.

Kami menyadari bahwa penerbitan edisi kedua ini masih banyak kekurangannya, untuk itu kepada seluruh pembaca, kami sangat mengharapkan sumbangan pikiran, saran dan masukan untuk lebih menyempurnakan edisi selanjutnya.

Akhirnya kami segenap tim redaksi majalah Potensi Pertahanan mengucapkan selamat membaca semoga dapat menambah wawasan pengetahuan dan keilmuan. Salam.

(4)

3

Salam Redaksi

3

Susunan Redaksi

4

Daftar Isi

A r t i k e l

6

Mengenal ACMI Sukhoi : Produk Anak Bangsa yang Patut Diperhitungkan

8

Menggali Nilai Kesadaran Bela Negara dari Filosofi Pesantren Kilat

13

Pengakuan Keveteranan RI bagi Pejuang Seroja Pasca 17 Juli 1976

21

Peningkatan Layanan Keveteranan RI Melalui Pemberdayaan Kantor Wilayah Pertahan di Daerah

28

Permohonan maaf

B e r i t a

(5)

31

Rakernis Ditjen Pothan TA 2020

33

Ditjen Pothan Kemhan Menggelar Aksi Bela Negara Peduli Covid -19 Bersama Menwa Jakarta

35

Upacara Pembukaan Bimtek Relawan Komduk Hanneg Bidang Kesehatan Covid-19

37

Sarasehan Veteran RI

39

MTC Meeting Indonesian – Russian

41

Penandatanganan MoU Kerjasama Bidang Logistik Dan Industri Pertahanan

43

Media Kita

44

Lensa Pothan

K e t e r a n g a n G a m b a r

Sampul depan : Kegiatan Rapim Kemhan, TNI dan Polri 2020 di Jakarta, 22-23 Januari 2020

(6)

MENGENAL ACMI SUKHOI : PRODUK

ANAK BANGSA YANG PATUT

DIPERHITUNGKAN

Oleh :

Kolonel Kal Nanto Nurhuda, S.M.

Analis Kebijakan Madya Bidang Teknologi Dittekindhan Ditjen Pothan Kemhan

Guna mendukung operasional dan meningkatkan kemampuan pilot Pesawat Sukhoi, TNI AU melalui Srenaau mengajukan Program First Article (FA)

berupa Air Combat Maneuvering

Instrumentation (ACMI) yang telah disertifikasi oleh Dislitbangau bekerjasama dengan PT. TRESS (Teknologi Rekatama Solusi Indonesia). Seperti yang kita ketahui bersama, saat ini TNI AU memiliki alat serupa yaitu KITS buatan Cubic Global Defence dan P5 buatan Cubic & DRS Tecnologies Amerika Serikat untuk pesawat F-5E Tiger, F-16 Fighting Falcon dan Hawk 100/200.

Cubic menciptakan ACMI pada tahun 1973 dan telah memproduksi dan mendistribusikannya sejak saat itu. Secara keseluruhan, Cubic telah mengirimkan lebih dari 5.000 pod untuk 40 pesawat berbeda di 80 lokasi di seluruh dunia. Dalam dekade terakhir, Cubic telah mengirimkan 2.000 pod P5 ke 17 negara.

Selain P5, Cubic juga telah

mendistribusikan pod KITS ACMI dan telah mengirimkan 640 pod KITS secara berkala ke Angkatan Udara AS, Kanada, Jepang, Arab Saudi, Indonesia dan Thailand1.

ACMI adalah sistem instrumentasi yang mampu memonitor, menampilkan (dua dimensi maupun tiga dimensi), merekam pergerakan, dan posisi pesawat secara real time yang nantinya digunakan sebagai bahan evaluasi serta mampu

1

https://www.cubic.com/news-events/news/cubic- updates-manufacturing-facility-accommodate-production-air-combat-training

mensimulasikan pertempuran air to air dan air to ground. FA ACMI Sukhoi merupakan program Bangtekindkan hasil kerjasama Ditjen Pothan Kemhan dengan PT. TRESS (Teknologi Rekatama Solusi Indonesia) dan menjadi yang pertama di dunia karena belum ada ACMI yang khusus dibuat untuk pesawat Sukhoi. Dengan selesainya Program FA ACMI Tahun Anggaran 2018 buatan industri dalam negeri, diharapkan dukungan operasional Pesawat Sukhoi TNI AU menjadi lebih efektif dan efisien.

Keunggulan dari ACMI ini adalah murni karya anak bangsa, terjamin kerahasiaannya, dan mampu mendukung latihan penerbang Sukhoi dengan tepat sasaran. Karena FA ACMI Sukhoi ini hasil penelitian bersama dengan Dislitbangau, maka upgrade dan perawatan menjadi lebih mudah. Secara umum, spesifikasi teknis yang diterapkan pada ACMI Sukhoi ini dapat digunakan untuk semua jenis latihan pilot pesawat tempur, antara lain: a. Latihan terbang perorangan dan

element,

b. Latihan terbang satu skadron atau lebih,

c. Latihan gabungan antar skadron, d. Latihan gabungan dengan negara

lain, dan

e. Latihan composite strike.

Dari hail uji statis maupun uji dinamis yang dilaksanakan di Skadron Udara 11 Lanud Hasanuddin Makassar, ACMI Sukhoi

(7)

ini melampaui spesifikasi teknis yang ditetapkan dalam kontrak, antara lain mampu digunakan bermanuver melebihi 6,5 G, mencapai ketinggian di atas 30.000 ft, dan bertahan pada suhu antara -30⁰C hingga 70⁰C.

Perhatian yang sangat luar biasa diberikan oleh Kepala Staf Angkatan Udara dan Dirjen Pothan yang telah mendukung penuh Tim Waspro dan PPHP serta Puslaik Kemhan dalam kegiatan uji statis maupun uji dinamis. Atas dukungan dan kerjasama semua pihak, kini ACMI Sukhoi Program Bangtekindhan Ditjen Pothan Kemhan telah mengantongi Sertifikat Tipe Produk Aeronautika Klas II Militer dan siap untuk diproduksi massal guna mendukung kegiatan TNI AU, compatible dengan pesawat-pesawat TNI AU lainnya (sebelumnya TNI AU telah memiliki ACMI KITS buatan Cubic dan P5 buatan Cubic & DRS Tecnologies untuk pesawat F-5, F-16 dan Hawk 100/200).

Dukungan dan keseriusan TNI AU untuk mengembangkan teknologi ACMI ini juga ditunjukkan dengan diajukannya upgrade ACMI Sukhoi supaya mampu mensimulasikan firing menggunakan rudal R27 maupun R77 serta integrated dengan ACMI KITS maupun P5 dan ditampilkan secara live. Dengan bantuan semua pihak, semoga Program Bangtekindhan dan Binpottekindhan Ditjen Pothan Kemhan mampu membina Industri Pertahanan dalam negeri, baik BUMN maupun BUMS, untuk menjadi industri yang mandiri, handal, dan berdaya saing baik di lingkup nasional maupun internasional.

Pengembangan ACMI ini sesuai dengan amanat Undang-undang RI Nomor 16 Tahun 2012 tentang Industri

Pertahanan, dimana Kementerian

Pertahanan (Kemhan) mempunyai

kewajiban mendorong pengembangan kemampuan Industri Pertahanan (Indhan) melalui pengembangan sumber daya manusia, sarana teknologi, informasi teknologi, organisasi dan manajemen melalui penetapan kebijakan, regulasi dan

pengawasan. Dalam pelaksanannya, Kemhan memberi tugas kepada Direktorat Jenderal Potensi Pertahanan (Ditjen Pothan) Kemhan untuk merencanakan

program Pengembangan Teknologi

Industri Pertahanan (Bangtekindhan). Tujuan dari pengembangan kemampuan Industri Pertahanan adalah untuk mewujudkan kemandirian dan daya saing Industri Pertahanan.

Dengan terus dikembangkannya Teknologi ACMI ini maka satu lagi produk anak bangsa yang patut diperhitungkan. Selanjutnya kembali kepada TNI AU, apakah ACMI Sukhoi ini layak untuk dimiliki guna meningkatkan profesionalitas penerbang-penerbang tempur TNI AU khususnya Sukhoi 27, 30 maupun SU-35. Semoga berikutnya akan muncul lagi inovasi-inovasi karya anak bangsa yang

menambah kekuatan pertahanan

Indonesia.

Pod ACMI terpasang di Pesawat Sukhoi TS-3011

Tim IMAA Puslaik Baranahan Kemhan tengah mengecek kesiapan Pod ACMI Sukhoi sebelum pelaksanaan uji dinamis di Skadron Udara 11 Wing 5 Lanud Hasanuddin Makassar

Referensi

https://www.cubic.com/news-events/news/cubic-updates-manufacturing-facility-accommodate-production-air-combat-training

(8)

Menggali Nilai Kesadaran Bela

Negara dari Filosofi Pesantren Kilat

Oleh:

Pembina Tk.I IV/b Drs. Panca Mugi Priyatno, M.M.(Han)

Analis Pertahanan Negara Madya Ditjen Pothan Kemhan

Pendahuluan

Bela Negara merupakan kewajiban bagi warga negara termasuk kalangan pelajar dari tingkat Sekolah Dasar sampai dengan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas. Kesadaran Bela Negara penting untuk dimiliki oleh pelajar sebagai generasi penerus. Salah satu bentuk penguatan Bela Negara dapat dilakukan pada kegiatan ekstra kurikuler pesantren kilat (Sanlat), yang kerap dilakukan pada bulan Ramadhan. Disamping mempelajari dan mendalami bidang keagamaan, dapat disisipkan pemahaman tentang Bela Negara yang diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Melalui integrasi pemahaman Bela Negara dalam kegiatan pesantren kilat diharapkan pelajar dapat terbentuk menjadi warga negara yang cerdas, bertanggung jawab, cinta tanah air, dan mampu menggunakan kemajuan teknologi secara positif.

Filosofi Pesantren

Pesantren kilat merupakan suatu kegiatan positif yang dilakukan dalam rangka membentuk karakter islami pada para peserta. Melalui kegiatan pesantren kilat kita dapat membina akhlakul karimah diantara para peserta, serta memberikan pendidikan agama Islam sejak dini kepada peserta khususnya anak-anak muda

dengan membentengi akhlak dan

moralnya agar tidak terpengaruh pada budaya global yang negatif. Selama mengikuti tidak saja mempelajari mengaji tetapi juga tauhid, fikih dan akhlak, bahkan

ditambahkan pemberikan materi

pelajaran diantaranya memanah,

outbound maupun handcraft. Sesi mendengarkan ceramah dari guru agama

atau pak ustaz dan membuat

rangkumannya juga jadi agenda wajib saat mengikuti pesantren kilat. Hasil rangkuman tersebut biasanya akan masuk sebagai nilai untuk mata pelajaran Pendidikan Agama. Selain ceramah yang berkenaan dengan Ramadhan atau nilai keagamaan, biasanya sekolah juga memfasilitasi sesi renungan bersama atau yang lebih dikenal dengan ESQ (Emotional Spiritual Quotient) yang sangat berkaitan dengan pembangunan modal insan yang membentuk pribadi yang baik dan peserta harus dilatih supaya kecerdasan emosi dan rohani dapat diseimbangkan. Para peserta biasanya diperlihatkan video dan diberi motivasi yang lebih baik.

Pesantren Kilat di SMA Islam Terpadu Cibinong Kementerian Agama RI dalam hal ini Subdit Pendidikan Diniyah dan Ma’had Aly menekankan bawa pesantren kilat harus dapat meningkatkan aspek keimanan, ketakwaan, dan toleransi antarmanusia. Pada prinsipnya pesantren kilat adalah pendidikan yang digelar secara mandiri oleh masyarakat. Pesantren kilat dilaksanakan sesuai dengan aturan sejalan dengan filosofi yang melekat

(9)

dalam dunia pesantren dan tidak boleh lepas dari Panca Jiwa Pondok. Panca Jiwa Pondok memiliki lima nilai dasar yaitu: keikhlasan, kesederhanaan, berdikari, ukhuwah Islamiyyah, dan kebebasan . 1. Keikhlasan.

Ikhlas adalah wujud kepasrahan dan ketulusan hati. Ikhlas ditunjukkan dengan sikap tanpa pamrih untuk memperoleh imbalan atau keuntungan langsung pada diri seseorang. Keikhlasan menentukan nilai amal dan mencegah dari perbuatan yang tercela. Dengan demikian, keikhlasan perlu ditanamkan sejak dini agar perbuatan dan tindakan yang ikhlas, tulus hati kepada

bangsa dan negara guna

membangun bangsa yang besar. 2. Kesederhanaan.

Kesederhanaan atau bersahaja artinya sifat, pembawaan dan tingkah laku yang sederhana, tidak berlebih-lebihan. Setiap orang, khususnya pemimpin harus memiliki sifat dan pembawaan yang tidak mementingkan diri sendiri dengan

sikap yang sederhana.

Kesederhanaan juga diwujudkan dalam sikap dan tindakan yang proporsional, artinya apabila ia orang mampu dalam bidang

ekonomi namun tidak

memamerkan kekayaannya dan juga memiliki kepedulian sosial membantu orang yang kurang mampu. Kesederhanaan dapat diwujudkan apabila seseorang melakukan cara hidup dengan hemat, yakni membelanjakan

secukupnya dan apabila

membutuhkan sesuai

kebutuhannya yang pantas dan tidak “tamak atau serakah”

3. Berdikari.

Berdikari menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yakni berdiri di atas kaki sendiri; mandiri.

Kemandirian merupakan sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam melaksanakan kewajiban dan

menyelesaikan tugas yang

diembannya. 4. Ukhuwah Islamiyah.

Umat Islam di Indonesia biasa mengartikan Ukhuwah islamiyah sebagai persaudaraan sesama umat Islam, pemaknaan tersebut dinilai kurang tepat oleh Prof. Quraish Shihab (Pakar Tafsir Al Qur’an) . Beliau melakukan tinjauan kebahasaan untuk memahami

makna ukhuwah islamiyah.

Menurutnya, kata islamiyah tidak tepat jika dijadikan subjek atau pelaku dari kata ukhuwah yang

akan memberikan artian

“persaudaraan sesama umat Islam”.

Kata islamiyah lebih tepat dipahami sebagai adjektiva dari kata ukhuwah, sehingga akan bermakna “persaudaraan yang bersifat islami” atau “persaudaraan yang sesuai ajaran Islam”. Pemahaman mengenai makna yang terakhir lebih memiliki nilai jika dibandingkan pada pemaknaan yang awal. Dan Beliau memberikan

dua alasan mengenai

pendapatnya tersebut. Pertama, Al Qur’an dan Hadis Nabi SAW

memperkenalkan berbagai

macam persaudaraan. Kedua, dalam kaidah bahasa Arab, kata sifat selalu disesuaikan dengan yang disifatinya. Misalnya, jika yang disifatinya memiliki bentuk kata indefinitif maupun feminin, maka kata sifatnya harus memiliki bentuk yang sama. Dan ini terlihat jelas dalam istilah ukuwah iIslamiyah atau al ukuwah Islamiyah. Ukuwah Islamiyah yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW adalah etika persaudaraan yang bersifat universal, toleran, terbuka dan

(10)

disemangati oleh nilai-nilai kemanusiaan.

Kritikan yang dilakukan oleh Prof.

Quraish Shihab mengenai

pemaknaan istilah ukuwah

Islamiyah, dikarenakan jika pemahaman mengenai ukuwah Islamiyah dimaknai sebatas persaudaraan antas sesama Muslim, maka akan mengurangi makna sebenarnya dari istilah tersebut. Namun apabila istilah ukuwah Islamiyah dipahami sebagai persaudaraan yang islami atau persaudaraan sesuai ajaran

Islam, maka pasti akan

menumbuhkan hubungan yang harmonis dalam umat Islam dan akan tercipta kedamaian dalam masyarakat dimana umat Islam berada.

5. Kebebasan.

Istilah yang tepat untuk kebebasan dalam Islam terdapat dalam salah satu istilah syariat; ikhtiar. Ikhtiar tidaklah sama dengan ide modern tentang kebebasan. Sebab akar kata ikhtiar adalah khair (baik), yang berarti “memilih yang terbaik”. Oleh karena itu, jika bukan memilih sesuatu yang baik, pilihan itu bukanlah benar-benar pilihan, melainkan sebuah ketidakadilan (zhulm) . Memilih sesuatu yang terbaik adalah kebebasan sejati

dan untuk melakukannya

seseorang dituntut untuk

mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk. Disinilah proses pendidikan memainkan peran pentingnya. Sebaliknya, memilih sesuatu yang buruk adalah pilihan yang berdasarkan kejahilan dan bersumber dari aspek-aspek yang tercela nafsu hewani.

Jika kebebasan sejati merupakan sebuah pilihan sesuatu yang baik yang diikhtiarkan, diupayakan memperoleh sesuatu yang baik maka seiring dengan karakter kerja

keras atau pantang menyerah. Kerja keras merupakan sikap dan perilaku yang menunjukan upaya

sungguh-sungguh dalam

mengatasi berbagai hambatan belajar, tugas dengan sebaik-baiknya. Sikap dan perilaku yang selalu mengejar prestasi tidak pernah menghindari masalah,

bahwa masalah merupakan

tantangan. Kegigihan, keuletan, dan semangat pantang menyerah patut digelorakan kepada generasi muda, karena akan menjadi modal dasar untuk menjadikan Indonesia besar dan disegani dunia.

Kesamaan Nilai Bela Negara

Menilik apa yang menjadi filosofi pondok pesantren, terdapat kesamaan nilai dasar jiwa pondok dengan nilai-nilai dasar Bela Negara. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional, konsep nilai-nilai dasar Bela Negara adalah cinta tanah air, rela berkorban, sadar berbangsa dan bernegara, meyakini Pancasila sebagai ideologi negara, dan memiliki kemampuan awal Bela Negara .

Materi Bela Negara dalam perspektif kegiatan Pesantren Kilat

Setelah dibahas secara rinci Panca Jiwa Pondok dan Nilai-nilai Dasar Bela Negara dapat dilihat bahwa keduanya memiliki linieritas dan kesamaan. Kesamaan itu dapat dijelaskan sebagai berikut:

(11)

1. Nilai keikhlasan dalam Panca Jiwa Pondok merupakan penerapan dari sila ketiga Pancasila, Persatuan Indonesia, yang memiliki kesamaan nilai dasar Bela Negara pada tataran rela berkorban untuk

bangsa dan negara yang

diimplementasikan dalam sikap

kerelaan menyumbangkan

tenaga, pikiran, kemampuan, keahlian, dan materi untuk kepentingan masyarakat, bangsa dan negara.

2. Nilai Kesederhanaan dalam Panca

Jiwa Pondok merupakan

penerapan sila kelima Pancasila, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, yang memiliki kesamaan nilai dasar Bela Negara pada tataran nilai cinta tanah air yang diimplementasikan dalam sikap

mencintai dan menjaga

lingkungan.

3. Nilai berdikari dalam Panca Jiwa Pondok merupakan penerapan sila kelima Pancasila, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, yang memiliki kesamaan nilai dasar Bela Negara pada tataran nilai memiliki kemampuan awal Bela Negara (kesiapan fisik dan mental) yang diimplementasikan pada sikap memiliki kemampuan, integrase pribadi dan kepercayaan diri yang tinggi.

4. Nilai Ukhuwah Islamiyah dalam Panca Jiwa Pondok adalah persaudaraan sesuai ajaran Islam maka sejalan dengan nilai

menjaga persatuan bahwa

masyarakat Indonesia

mengembangkan persatuan atas dasar Bhinneka Tunggal Ika, karena menyadari bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku/etnik, budaya, agama dan daerah. Oleh karena itu secara tegas tercantum dalam sila ketiga Pancasila yakni Persatuan Indonesia. Setiap pribadi

hendaknya dapat

mengembangkan cinta terhadap tanah air dan bangsa, serta

kompak dan mengutamakan

kepentingan bersama di atas

kepentingan pribadi dan

golongan. Nilai ukhuwah islamiah tersebut merupakan penerapan sila kelima Pancasila, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, yang memiliki kesamaan nilai dasar Bela Negara pada tataran nilai

kesadaran berbangsa dan

bernegara yang

diimplementasikan pada sikap hormat menghormati sesame warga masyarakat.

5. Nilai kebebasan dalam Panca Jiwa Pondok merupakan sesuatu yang ditempuh oleh orang-orang yang bertakwa, kebebasan sejati, hanya bisa dicapai ketika manusia yang telah berhasil mengesampingkan hawa nafsunya untuk memperoleh jati diri yang lebih tinggi. Kebebasan dalam Islam adalah memilih yang terbaik, dapat dikatakan bahwa kebebasan dari sudut pandang Islam akan menemukan kebahagiaan spiritual. Kebahagiaan spiritual sangat terkait dengan keyakinan terhadap kebenaran mutlak, iman, dan perilaku moral. Kebahagiaan spiritual terjadi secara bersamaan dengan kebahagiaan fisik dan psikologis. Nilai kebebasan

merupakan penerapan sila

keempat Pancasila, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah

kebijaksanaan dalam

permusyawarataan/ perwakilan, yang memiliki kesamaan nilai dasar Bela Negara pada tataran nilai setia pada Pancasila sebagai

ideologi Negara yang

diimplementasikan pada sikap

memelihara persatuan dan

(12)

No. Panca Jiwa Pondok

Nilai-nilai Dasar Bela Negara

1 Keikhlasan Rela berkorban untuk

bangsa dan negara

2 Kesederhanaan Cinta tanah air

3 Berdikari Memiliki kemampuan

awal Bela Negara

4 Ukhuwah

Islamiyah

Kesadaran berbangsa dan bernegara

5 Kebebasan Setia pada Pancasila

sebagai ideologi negara Dari pembahasan diatas, jelas bahwa tidak ada pertentangan antara nilai dasar Bela Negara dengan nilai Panca Jiwa Pondok, sehingga sangat relevan untuk mengintegrasikan pemahaman tentang Bela Negara kedalam program Pesantren Kilat.

Kesimpulan dan rekomendasi

Sebagaimana telah digariskan oleh Undang-Undang Nomor 23 tahun 2019

tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional, bahwa Bela Negara adalah tekad, sikap dan perilaku serta tindakan warga negara, baik secara perorangan

maupun kolektif dalam menjaga

kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 dalam menjamin

kelangsungan hidup bangsa Indonesia dan Negara dari berbagai ancaman, untuk itu seluruh komponen bangsa perlu berpartisipasi dalam penyebarluasan/ sosialisasi Bela Negara, antara lain melalui kegiatan Pesantren Kilat agar peserta dapat memahami tentang implementasi nilai-nilai Bela Negara dalam kehidupan sehari-hari. Pengenalan tersebut memiliki linieritas dan kesamaan untuk membangun sikap nasionalisme sebagai bangsa yang dilakukan di lingkup pendidikan untuk memberikan wawasan kebangsaan.

Referensi

Abdullah Syukri Zarkasyi, Manajemen Pesantren: Pengalaman Pondok Pesantran Modern Gontor (Trimurti Press: Ponorogo, 2005)

Ditjen Pothan Kemhan, 2018, Tataran Dasar Bela Negara.

https://islami.co/bagaimana-memahami-makna-ukhuwah-islamiyah-yang-sebenarnya, 26 Jan. 2019

Muhim Kamaluddin /kebebasan-dalam-pandangan-islam/inpasonline.com, 12 Dec 2013 Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk

Pertahanan Negara.

Wike D. Herlinda, jakarta.bisnis.com/ pesantran-kilat-kekinian 9 Jun 2017

Wiwit Aji Subekti_Implementasi Panca Jiwa dan Implikasinya Dalam Pembelajaran di Pondok

Pesantren Darunnajat Tegalmunding kec. Bumiayu, Kab. Brebes;

(13)

PENGAKUAN KEVETERANAN RI BAGI

PEJUANG SEROJA PASCA 17 JULI 1976

Oleh:

Pembina Tk.I IV/b Ani Maryani, S.Pd., M.M.

Analis Pertahanan Negara Madya Setditjen Pothan Kemhan

Pendahuluan

Peran dan fungsi organisasi Veteran cukup penting bagi suatu bangsa dalam

memberikan pelayanan dan

kesejahteraan bagi para Veteran. Organisasi Veteran terdapat di hampir seluruh negara di dunia. Di Amerika, pemberian kesejahteraan Veteran memiliki sistem tunjangan lebih maju, berdasarkan penggolongan yang lebih spesifik, yaitu diberikan kepada veteran yang hidup sendiri, penyandang disabilitas, lanjut usia, atau punya keluarga sehingga masing-masing memiliki jumlah tunjangan yang berbeda-beda1. Sementara Veteran di

Australia, untuk memberikan penghidupan layak, tunjangan veteran diberikan tidak saja berupa uang, melainkan dalam bentuk tunjangan lain, misalnya

1 Taufik Budi, “Masih banyak veteran perang tak

peroleh tunjangan”,

https:www.okezone.com/okenews. di akses tanggal 8 Februari 2020

kesehatan, pendidikan gratis hingga pinjam-meminjam keuangan sebagai-mana dilansir dari Departemen Veteran Affairs (DVA) sebagai lembaga resmi yang menangani masalah para pejuang perang di Australia2. Untuk negara Asia seperti

Malaysia pelayanan kepada veteran mengadopsi sistem yang mirip dengan Amerika, penggolongan dengan status-status khusus.

Dalam konteks Veteran Republik Indonesia, sebagai elemen bangsa yang bentuk perjuangannya berbeda dengan

negara-negara di dunia perlu

menyesuaikan dengan kondisi dan tuntutan yang ada. Apalagi Veteran RI merupakan elemen penting dalam rangka pembinaan nasionalisme/patriotisme generasi muda, disamping dapat pula

2 Arief Dian, “Inilah Perbandingan Tunjangan Veteran

Indonesia dan Luar Negeri ibarat Langit dan Bumi”,

https:www.boombastis.com/trending. di akses tanggal 28 Mei 2019.

(14)

diperankan sebagai instrumen dalam forum diplomasi internasional. Oleh karena itu, perlu pembinaan yang baik, profesional, sesuai tuntutan jaman dan berkesinambungan.

Pemerintah memiliki komitmen

yang kuat untuk memperhatikan

pelayanan dan kesejahteraan Veteran Republik Indonesia yang dipayungi oleh

peraturan perundang-undangan.

Perhatian tersebut telah di

implementasikan melalui kenaikan indeks

tunjangan veteran sebesar 25%

sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 31 Tahun 2018 tentang Perubahan Kedua Peraturan Pemerintah RI Nomor 67 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2012 tentang Veteran RI.

Berdasarkan Undang-Undang

Nomor 15 Tahun 2012, yang dimaksud sebagai Veteran Republik Indonesia adalah warga negara Indonesia yang bergabung dalam kesatuan bersenjata resmi yang diakui oleh pemerintah yang berperan secara aktif dalam suatu peperangan menghadapi negara lain dan/atau gugur dalam pertempuran untuk

membela dan mempertahankan

kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, atau warga negara Indonesia yang ikut serta secara aktif dalam pasukan

internasional di bawah mandat

Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk melaksanakan misi perdamaian dunia, yang telah ditetapkan sebagai penerima Tanda Kehormatan Veteran Republik Indonesia.

Sumber Veteran Republik Indonesia adalah warga negara Indonesia yang

terlibat dalam perjuangan

kemerdekaan/revolusi fisik antara tanggal 17 Agustus 1945 sampai dengan tanggal 27 Desember 1949, dan yang terlibat dalam Operasi Trikora, Dwikora, Seroja, serta dalam tugas perdamaian di bawah

3 Maubere. 2014. Beberapa Foto Sejarah Dari Perjuangan Kemerdekaan Timor-Leste. Tersedia pada:

https://timorlestemerdeka.wordpress.com/2014/06/0

8/beberapa-foto-sejarah-dari-perjuangan-kemerdekaan-timor-leste/. (Online).Diakses pada

tanggal 2 Mei 2020 Jam 21.00.

mandat Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam rangka melaksanakan misi perdamaian dunia.

Selanjutnya, Peraturan Presiden

Nomor 67 Tahun 2014 tentang

pelaksanaan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2012, mengatur bahwa tanda kehormatan Veteran Pembela Seroja diberikan kepada mereka yang terlibat dalam Operasi Seroja dari 21 Mei 1975 sampai dengan 17 Juli 1976 (saat Timor Timur disahkan Undang-Undang No. 7 Tahun 1976, menjadi bagian dari Republik Indonesia), karena mereka terlibat operasi militer dalam rangka menghadapi negara lain.

Gencatan Senjata Tahun 1983/19843

Dalam perjalanan sejarah, kita ketahui bahwa setelah Timor Timur masuk sebagai bagian dari Republik Indonesia, daerah tersebut tidak pernah lepas dari konflik horisontal atau timbulnya

pertentangan pendapat yang

berkembang menjadi konflik fisik terbuka antara warga Timor Timur sehingga banyak korban berjatuhan termasuk TNI/Polri4.

Beberapa insiden terjadi diantaranya Insiden Santa Cruz, Dili 12 Nopember 1991 dan Insiden Liquisa 3 Juli 19995.

Sementara itu, pasukan ABRI terus menerus melaksanakan Operasi Seroja hingga jajak pendapat tahun 1999 di wilayah Timor Timur. Pada masa itu kekuatan bersenjata Fretilin/Falintil (Forcas 4 Zacky Anwar Makarim dkk,Hari-hari Terakhir Timor-Timur, Sebuah Kesaksian, PT. Sportif Media Informasindo.

5 Integrasi Timor Timur ke Dalam Wilayah NKRI 1976-1999 Pusjarah Mabes TNI 2014

(15)

Armadas da Libertacao Nacional de Timor Leste) selama kurun waktu 24 tahun ((1975 -1999) tetap mampu mempertahankan eksistensinya6 dengan melakukan

demontrasi brutal, sehingga pasukan ABRI terpancing ke dalam pelanggaran HAM, yang memberikan kontribusi besar terhadap kemampuan Falintil untuk tetap bertahan sampai pada proses jajak pendapat yang mengakibatkan Timor Timur lepas dari Republik Indonesia.

Atas dasar pertimbangan tersebut saat ini muncul harapan agar pemerintah

mempertimbangkan untuk

memperhatikan periode keterlibatan pejuang Seroja pasca tahun 1976 hingga lepasnya Timor Timur dari Republik Indonesia tahun 1999.

Regulasi Keveteranan RI

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2012 tentang Veteran Republik Indonesia mengatur bahwa terdapat empat jenis Veteran Republik Indonesia sebagai berikut:

1. Veteran Pejuang Kemerdekaan Republik Indonesia (dalam kurun waktu kejuangan 17 Agustus 1945 s.d. 27 Desember 1949)

2. Veteran Pembela Kemerdekaan Republik Indonesia terdiri dari : a. Veteran Trikora (pembebasan

Irian Barat dalam kurun waktu 19 Desember 1961 sampai dengan 01 Mei 1963)

b. Veteran Dwikora (perjuangan di wilayah kalimantan dan sumatera dalam kurun waktu 03 Mei 1964 sampai dengan 11 Agustus 1966)

c. Veteran Seroja (perjuangan di wilayah Timor Timur dalam kurun waktu 21 Mei 1975 sampai dengan 17 Juli 1976) 3. Veteran Perdamaian Republik

Indonesia

4. Veteran Anumerta Republik

Indonesia

6 Letnan Jenderal (Purn) Kiky Syahnakri, “ Pejuang Seroja dan Keveteran RI” , disampaikan pada acara Sarasehan Keveteranan RI, Jakarta, 27 Pebruari 2018

Poin penting dari regulasi keveteranan di atas, bahwa Tanda Kehormatan Veteran Republik Indonesia, atau Satya Lencana Veteran diberikan kepada warga negara yang tergabung dalam kesatuan bersenjata resmi, yang berperan aktif dalam “peperangan menghadapi negara lain”. Dalam konteks Veteran Pembela Seroja, bahwa yang dimaksud dengan negara lain yang dihadapi oleh Pejuang Seroja kala itu adalah Portugal dan cikal-bakal dari Timor Leste sebuah negara baru yang didirikan oleh Fretilin (salah satu partai politik yang didirikan dalam rangka dekolonisasi Timor Portugis). Selanjutnya, Peraturan Pemerintah RI Nomor 67 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2012 tentang Veteran RI,

mengatur bahwa yang berhak

mendapatkan Satya Lencana Seroja adalah mereka yang tergabung dalam Operasi Seroja dari tahun 1975 sampai dengan 17 Juli 1976, karena setelah itu Timor Timur sudah resmi menjadi bagian dari NKRI. Dengan kata lain, musuh yang dihadapi pasca Juni 1976 bukanlah dari negara lain.

Sejarah Integrasi Timor Timur dan Operasi Seroja

Berawal dari “Revolusi Bunga” pada tahun 1974 di Lisabon, suatu Gerakan Angkatan Bersenjata Portugal yang merasa tidak puas karena beban penderitaan mereka dalam tugas operasi militer yang sangat lama dalam menghadapi pemberontakan di negara-negara jajahan Portugal di Afrika. Mereka memaksa para politisi untuk melakukan perubahan radikal dalam kebijakan politik di negara-negara jajahan, sehingga pada

akhirnya melahirkan kebijakan

dekolonisasi. Seiring dengan kebijakan dekolonisasi tersebut, maka di Timor Portugis (sebutan untuk Timor Timur/Timor Leste kala itu) lahir tiga Partai Politik utama yaitu UDT (Uniao Democratica de

(16)

Timorense) yang haluan politiknya merdeka tetapi tetap menginduk pada Portugal, Fretilin (Frente Revolucionaria de Timor Leste Independente) berhaluan politik merdeka penuh, serta ASDT (Associacao Social Democratico de Timor) yang kemudian berubah menjadi Apodeti (Associacao Popular Democratico de Timor), berhaluan politik integrasi dengan Indonesia.

Paskhas TNI AU tiba di Lanud Penfui, Kupang dengan pesawat Garuda pada Desember 19757

Awalnya Indonesia saat itu tidak berminat ikut campur dalam urusan politik Timor Portugis. Namun, akibat perang saudara yang terjadi di Timor Portugis sudah sangat mengganggu stabilitas keamanan dan ekonomi di perbatasan dengan NTT. Di sisi lain Fretilin berhaluan kiri sementara Indonesia anti komunis, serta faktor desakan Amerika Serikat (yang baru mengalami kekalahan di Vietnam) termasuk Australia, maka dengan pertimbangan untuk mencegah berdirinya negara komunis di Timor Portugis, pada 7

Desember 1975 dengan dukungan

Amerika dan Australia, Pasukan Gabungan TNI resmi memasuki Timor Portugis dengan sandi “Operasi Seroja” untuk membantu perjuangan UDT, Apodeti, KOTA dan Trabalhista. Selanjutnya pada tanggal 17 Juli 1976, melalui Undang-Undang No. 7 Tahun 1976, Timor Timur (Propinsi Timor Timur) menjadi bagian dari Republik

7 Ardi, Sucipto. 2010. Operasi Seroja (Timor Timur, 1975 – 1979). Tersedia pada :

https://suciptoardi.wordpress.com/2010/06/25/opera

si-seroja-timor-timur-1975-1979/. (Online). Diakses

pada 2 Mei 2020 Jam 21.20.

Indonesia, kemudian dikuatkan dengan TAP MPR No. VI/1978.

Pergerakan pasukan ABRI selama periode pasca 1976 berlangsung terus menerus dan berkelanjutan, pada tahap berikutnya dinyatakan sebagai tahap stabilisasi (1 Agustus 1976 sampai 31 Oktober 1976) yaitu tahap operasi teritorial

merupakan operasi pokok guna

memantapkan daerah Timor Timur, sedangkan operasi tempur dan operasi intelijen hanya membantu pelaksanaan operasi teritorial8. Operasi yang

dilaksanakan pada tahun 1977 sampai 1978 yaitu Operasi Bharata Yudha dalam rangka penghancuran sisa-sisa kekuatan dan kemampuan GPK (gerombolan pengacau keamanan). Lanjut di tahun 1979 masih terdapat basis pangkalan GPK, operasi tempur dilancarkan oleh Komando Tugas Gabungan Seroja Timor Timur. Pada periode 1981-1982 Timor Timur masih merupakan daerah rawan keamanan sehingga operasi intelijen, operasi tempur dan operasi teritorial tetap dilanjutkan. Periode kontak damai dimulai awal Januari

tahun 1983, namun gagal,

ketidakberhasilan ini ditandai dengan

rangkaian-rangkaian peristiwa

penyerangan dengan kontak tembak. Sesuai analisa, bahwa kekuatan GPK akan digunakan untuk menimbulkan opini internasional, dengan cara melancarkan teror dan serangan, maka dunia luar akan mengetahui bahwa sebetulnya Fretilin masih eksis yang sekaligus diharapkan dapat mempengaruhi perimbangan suara dalam sidang PBB.

Portugal merasa tidak senang,

menganggap Indonesia mencaplok

wilayah jajahannya. Maka dengan dukungan negara-negara Eropa, Afrika

dan Amerika Latin,

mengangkat/mengadukan masalah

tersebut ke PBB, sejak itu pula permasalahan integrasi Timor Timur menjadi masalah politik internasional di PBB dan masuk dalam agenda Dewan 8 Sejarah Timor Timur 1975 – 1999, Dinas Sejarah Angkatan Darat, Bandung 2018.

(17)

Keamanan (DK) PBB. Sejak tahun 1975 – 1982 Majelis Umum PBB beberapa kali telah

melakukan Sidang Umum untuk

menentukan status Timor Timur dan dalam beberapa kali pemungutan suara di Sidang Umum PBB, dukungan terhadap

Indonesia cenderung menguat

sebagaimana Tabel 1.

Tabel 1. Resolusi Sidang Umum PBB Tahun 1975 - 19829 Resolusi Pro Portugal Pro RI Abstai n RES. 3485/1975 72 10 43 RES. 3153/1976 68 20 49 RES. 3234/1977 67 26 47 RES. 3339/1978 59 31 44 RES. 3440/1979 62 31 45 RES. 3227/1980 50 33 42 RES. 3650/1981 59 39 41 RES. 3730/1982 51 46 50

Sayangnya, pada saat posisi Indonesia menguat dan hampir mengejar Portugal seperti tergambarkan dalam Tabel 1, pada 1983 Indonesia menyetujui tawaran Portugal yang didukung PBB agar penyelesaian masalah Timor Timur diselesaikan lewat Forum Tripartite (Indonesia, Portugal, dibawah naungan Sekjen PBB). Dalam Forum Tripartite ini kelanjutan pembicaraan masalah Timor Timur justru membuat posisi Indonesia bertambah lemah.

Selanjutnya di wilayah Timor Timur dilakukan Operasi Tuntas oleh Panglima Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban Daerah Nusa Tenggara, namun belum bisa menyelesaikan kekisruhan yang dimotori oleh GPK/Fretilin sampai pada Maret 1984. Pada tahun 1985, operasi tetap dilanjutkan dengan membagi daerah operasi menjadi 4 sektor. Tahun 1986 GPK selalu berpindah-pindah tempat, cenderung menduduki daerah persembunyian klasik, maka Organisasi Komando Operasi Keamanan

9 Hasan Wirayuda: Summary Outline: Perspektif

Indonesia: Sejarah Timor Timur, disampaikan Letnan

Kam) dibentuk untuk menghadapi lawan secara merata pada semua lini atau sektor, dengan mengeluarkan enam perintah operasi. Pada tahun 1987 dibentuk Tim Satgas 86/Kopassus yang tugasnya melanjutkan pencarian dan pelacakan untuk menangkap hidup atau mati tokoh puncak GPK.

Namun demikian terjadi peristiwa

menyedihkan yang mengakibatkan

kerugian personel dan material cukup besar.

Sampai pada tahun 1988 integrasi Timor Timur dalam wadah NKRI secara resmi belum diterima dalam forum internasional. Hal ini digunakan GPK untuk melakukan eksploitasi dan propaganda ke luar negeri, akibatnya beberapa negara yang terpengaruh, berusaha melakukan pertemuan di Timor Timur untuk mencari fakta adanya pelanggaran hak azasi manusia dan pengecekan propaganda GPK. Selanjutnya tahun 1989 mulai berfungsi Kolakops Timor Timur sebagai Komando pelaksana Operasi di bawah

Pangdam Udayana yang bertugas

mengendalikan pelaksanaan operasi. Tahun 1991 telah memberlakukan perintah

Operasi Halo Kapaz merupakan

optimalisasi peningkatan kegiatan, dukungan sarana, dana dan kekuatan pasukan, dalam rangka pengamanan dan mensukseskan kunjungan delegasi Parlemen Portugal. Proses stabilisasi terus dilaksanakan namun riak-riak kekisruhan terjadi pada peristiwa 12 Nopember 1991 di Dili Timor Timur, massa di kuburan Santa Cruz berjumlah 3500 orang, tampak semakin brutal dan kritis yang menyebabkan jatuhnya banyak korban. Sampai pada tahun 1995 Kodam IX Udayana melaksanakan operasi territorial dibantu operasi intelijen, operasi Kamtibmas, operasi Sospol dan operasi tempur. Pasca tahun 1995 sampai 1999,

tokoh-tokoh Fretilin cenderung

memaksimalkan perjuangannya dalam front politik atau diplomatik.

Isu pelanggaran HAM memberi kontribusi besar terhadap pelemahan Jenderal (Purn) Kiky Syahnakri pada acara

(18)

posisi Indonesia, terutama sejak peristiwa Santa Cruz pada tahun 1991. Selanjutnya menyusul jatuhnya Presiden ke-2, Bapak Soeharto dan naiknya Bapak Habibie menjadi Presiden ke-3 yang pada tahun

1999 memberikan penawaran

penyelesaian final masalah Timor Timur melalui jajak pendapat dengan dua opsi, yaitu: Otonomi khusus di bawah RI, atau merdeka. Dalam jajak pendapat yang diselenggarakan oleh PBB dengan Unamet (United Nation Mission in East Timor) sebagai pelaksananya, pada Agustus 1999 ternyata Indonesia mengalami kekalahan. Dengan demikian berakhirlah kedudukan Timtim sebagai bagian dari NKRI, kemudian menjadi negara merdeka dengan sebutan Timor Leste yang disahkan oleh PBB pada tahun 2002.

Dari gambaran sejarah integrasi Timor Timur dan Operasi Seroja seperti diuraikan di atas, maka jelaslah bahwa selama masa integrasi 24 tahun dan sepanjang perjalanan Operasi Seroja, Timor Timur tidak pernah mendapat pengakuan internasional/PBB sebagai bagian dari Indonesia. Dengan demikian selama 24 tahun integrasi, Timor Timur masih berstatus negara lain, dalam Operasi Seroja pun TNI menghadapi Falintil yang

anggotanya bukan warga negara

Indonesia.

Keikutsertaan Indonesia dalam delapan kali Sidang Umum PBB dari tahun 1975 sampai dengan 1982, serta dalam forum Tripartite untuk menentukan status Timor Timur, secara implisit merupakan pengakuan Indonesia bahwa Timor Timur belum sah secara hukum internasional menjadi bagian dari Indonesia.

Tuntutan Para Veteran Seroja Pasca 1976 dan permasalahannya.

Ketika sebuah negara kehilangan sebagian wilayah, yang terjadi bukan hanya catatan perjalanan sejarahnya, melainkan juga aspek psikologis, seperti kepedihan yang dirasakan oleh segenap warganya, bahkan ada rasa tidak percaya

10 Buku Sejarah TNI AD 1974-2004, Tabel 4.1 Kerugian

Personel TNI AD Selama Operasi Seroja Timor Timur 1975 – 1999 Hal. 373.

akan kehilangan sebagian wilayahnya, lebih-lebih mereka yang terlibat langsung merasakan lebih nestapanya. Runtuhnya Timor Timur atau lepasnya Timor Timur telah

menimbulkan kekecewaan yang

mendalam bagi Veteran Seroja, mereka tidak pernah mau terima kebijakan pemerintah yang telah memberikan opsi pada jajak pendapat Agustus 1999. Menurutnya pengorbanan mereka tidak dihargai, padahal kecacatan tubuh akibat perang Seroja pernah dijalani. Kekecewaan mereka diwujudkan dengan demontrasi dan pada saat itu, Veteran perang Seroja membuat tuntutan kepada pemerintah, salah satunya tentang tunjangan ekonomi.

Sejak Operasi Seroja 7 Desember 1975 sampai 7 September 1999, ribuan prajurit ABRI dan non ABRI telah melaksanakan tugas operasi di wilayah Timor Timur baik itu operasi tempur, operasi intelijen dan operasi teritorial. Dalam kurun waktu 24 tahun, operasi tersebut telah jatuh korban gugur sebanyak 3804 orang, dan korban cacat 2.338 orang, sesuai data bahwa 60 % dari korban itu adalah prajurit TNI AD10. Banyaknya korban, tentunya

menjadi kabar yang menyedihkan bagi satuan dan keluarganya. Para warakawuri atau janda-janda prajurit ABRI yang suaminya gugur di medan laga Timor Timur tentu tersayat hatinya, karena suami tercinta dan ayah dari anak-anak yang ditinggalkan, dimakamkan di Timor Timur. Pasca lepasnya Timor Timur, mereka merasa kesulitan dan menghadapi kendala, karena harus mengurus surat keimigrasian dan mengeluarkan biaya yang relatif besar bila ingin mengunjungi makam.

Dengan demikian sebagian besar komponen anak bangsa sebagaimana tersebut di atas terkena dampak fisik dan mental/psikologis, mereka rela cacat seumur hidup, bahkan mengorbankan nyawanya agar cita-cita saudara mereka untuk bergabung dengan NKRI dapat terwujud, srikandi-srikandi rela menjadi

(19)

janda karena suaminya gugur dalam bertugas.

Sejarah perjuangan integrasi Timor Timur selama 24 tahun, yang kita hadapi adalah pihak asing/negara lain, karena secara hukum internasional Timor Timur belum diakui sebagai wilayah Indonesia, sehingga para pejuang Seroja yang berjuang pasca 1976 menuntut untuk mendapatkan Satya Lencana Veteran Seroja. Alasan lainnya, bahwa resiko yang dihadapi oleh pejuang Seroja pasca tahun 1976 pun masih tinggi dan tidak kalah beratnya dibanding periode tahun 1975 sampai dengan 1976 dan pada saat ini banyak pejuang Seroja pasca tahun 1976 sangat berharap kepada pemerintah agar diberikan perhatian kesejahteraan berupa tanda kehormatan veteran, tunjangan veteran serta hak-hak tertentu bagi veteran.

Simpulan dan Rekomendasi

Penghargaan negara terhadap dedikasi perjuangan Veteran telah diwujudkan kedalam kebijakan regulasi, dengan adanya Undang-Undang RI Nomor 15 Tahun 2012 tentang Veteran Republik Indonesia beserta turunannya, namun regulasi tersebut masih belum menjangkau para pejuang lainnya yang tergabung dalam sejarah perjuangan bangsa, yaitu para pejuang yang melaksanakan peristiwa keveteran Seroja di Timor Timur antara tanggal 18 Juli 1976 sampai dengan 1999. Maka dalam rangka memenuhi tuntutan rasa keadilan bagi pejuang seroja tersebut, Pemerintah

diharapkan dapat memberikan regulasi yang terbaik kepada para pejuang Seroja pasca 1976. Sehingga dapat memacu semangat dalam pembangunan karakter bangsa (nation characters building) bagi pertahanan negara. Berdasarkan hasil analisa, disarankan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Direktorat Veteran Ditjen Pothan

Kemhan perlu menyamakan

persepsi dan merumuskan

perubahan regulasi tentang

Keveteranan dengan

melaksanakan Focus Grup

Disscusion (FGD) bersama

pemangku kepentingan/Stake Holder dalam rangka mendukung perubahan Undang-Undang RI Nomor 15 Tahun 2012 tentang Veteran Republik Indonesia.

2. Selama kurun waktu 24 tahun, korban yang gugur dalam Operasi Seroja diperkirakan 3804 orang, dan korban cacat 2.338 orang, sesuai data bahwa 60 % dari korban adalah prajurit TNI AD, selanjutnya agar diperoleh data yang lebih akurat, dalam melaksanakan inventarisir data pejuang Operasi Seroja, sebaiknya berkoordinasi dengan instansi pada masing-masing Angkatan yang menangani administrasi Anugerah Tanda

Kehormatan Negara berupa

Satyalencana Seroja (TMT 18 Juli 1976 - Agustus 1999).

Referensi

Ardi, Sucipto. 2010. Operasi Seroja (Timor Timur, 1975 – 1979). Tersedia pada : https://suciptoardi.wordpress.com/2010/06/25/operasi-seroja-timor-timur-1975-1979/. (Online).

Arief Dian, “Inilah Perbandingan Tunjangan Veteran Indonesia dan Luar Negeri ibarat Langit dan Bumi”, https:www.boombastis.com/trending, di akses tanggal 28 Mei 2019. Dinas Sejarah TNI Angkatan Darat, “Sejarah Timor Timur 1975 – 1999”, Bandung 2018.

Kolonel Inf Widjdan Hamam, Sejarah TNI AD 1974-2004 (Tabel 4.1 Kerugian Personel TNI AD Selama Operasi Seroja Timor Timur 1975 – 1999), Jakarta: Dinas Pembinaan Mental Angkatan Darat, 2005.

(20)

Letnan Jenderal (Purn) Kiky Syahnakri, “Pejuang Seroja dan Keveteran RI” , disampaikan pada acara Sarasehan Keveteranan RI, Jakarta, 27 Pebruari 2018.

Maubere. 2014. Beberapa Foto Sejarah Dari Perjuangan Kemerdekaan Timor-Leste. Tersedia pada: https://timorlestemerdeka.wordpress.com/2014/06/08/beberapa-foto-sejarah-dari-perjuangan-kemerdekaan-timor-leste/. (Online)

Peraturan Pemerintah RI Nomor 31 Tahun 2018 tentang Perubahan Kedua Peraturan Pemerintah RI Nomor 67 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2012 tentang Veteran RI.

Peraturan Pemerintah RI Nomor 79 Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2012 tentang Veteran RI.

Pusat Sejarah Mabes TNI, “Integrasi Timor Timur ke Dalam Wilayah NKRI 1976-1999”, Jakarta 2014.

Taufik Budi, “Masih banyak veteran perang tak peroleh tunjangan”, https:www.okezone.com/okenews, di akses tanggal 8 Februari 2020.

Undang-Undang RI Nomor 15 Tahun 2012 tentang Veteran RI.

Zacky Anwar Makarim, Glenny Kairupan, Andreas Sugiyanto dan Ibnu Fatah, Hari-hari Terakhir Timor-Timur, Sebuah Kesaksian, Jakarta, PT. Sportif Media Informasindo, 2003.

(21)

PENINGKATAN LAYANAN

KEVETERANAN MELALUI

PEMBERDAYAAN KANTOR WILAYAH

PERTAHANAN DI DAERAH

Pendahuluan

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2012 tentang Veteran Republik Indonesia, yang ditindak lanjuti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 67

Tahun 2014 serta

perubahan-perubahannya, Veteran dapat

memperoleh hak-haknya yang dijamin negara. Untuk mendapatkan hak-haknya Calon Veteran (Cavet) harus mengajukan dan menyelesaikan administrasi sesuai

dengan persyaratan dan prosedur yang berlaku.

Penyelesaian administrasi

keveteran ini dilaksanakan secara berjenjang mulai dari Tim Penyaringan II (TP II), Tim Penyaringan I (TP I) di Tk. Daerah dan selanjutnya diselesaikan oleh Direktorat Veteran Ditjen Pothan Kemhan RI sebagai Tim Penyaringan Pusat (TPP) hingga pencairan dana di TASPEN. (Alur proses penyelesaian administrasi dapat dilihat pada Gambar 1).

Gambar 1. Alur proses administrasi Keveteranan Oleh:

Pembina Tk.I IV/b Dra. Marwitri,M.M.Han

(22)

Penyaringan administrasi di TP.II dilaksanakan oleh Kantor Administrasi Veteran (Kaminvet), Pangkalan TNI AL (Lantamal), Pangkalan TNI AU (Lanud) dan Kepolisian Daerah (Polda) yang langsung berhadapan dengan masyarakat atau dalam pengajuan sebagai calon veteran. Untuk TP I dilaksanakan oleh Badan Pembinaan administrasi Veteran dan Cadangan TNI Komando Daerah Militer (Babinminvetcaddam), Dinas Perawatan Personil Angkatan Laut (Diswatpersal), Dinas Perawatan Personil Angkatan Udara (Diswatpersau) dan Staf Sumber Daya Manusia (SSDM) Polri sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang Undang Nomor 15 Tahun 2012 tentang Veteran RI yang ditindaklanjuti dengan Permenhan Nomor 10 Tahun 2016 tentang Tanda Kehormatan Veteran RI.

Sebagai realisasi dalam membantu pelaksanaan tugas Keveteranan RI di daerah, Kementerian Pertahanan RI telah memberikan dukungan dana kepada Pembina Administrasi Veteran di daerah sejak tahun 2014, hal ini sesuai dengan amanat Permenhan Nomor 36 Tahun 2014 tentang Dukungan kepada Pembina

Administrasi Veteran Republik Indonesia, yang telah ditetapkan pada tanggal 8 Agustus 2014.

Namun hingga saat ini karena

keterbatasan anggaran negara,

Kementerian Pertahanan hanya dapat mendukung sarana komputer, keperluan penyelesaian administrasi atau Alat Tulis Kantor (ATK) yang didistribusikan setiap Tahun Anggaran, sementara untuk operasional seperti alat transportasi, rumah

dinas dan perkantoran masih

menggunakan fasilitas dari Angkatan atau satuan masing-masing.

Pembina Administrasi Veteran di Daerah

Sesuai Organisasi Tata Kerja Kodam Babinminvetcadam dan Kaminvetcadam ada dibawah struktur organisasi Kodam (Gambar 2.), jumlah keseluruhan Babinminvetcadam sebanyak 15 sesuai

banyaknya Kodam, untuk jumlah

Kaminvetcadam sebanyak 244 ditambah

dengan Pembina Administrasi

Keveteranan di TNI-AL dan TNI-AU menjadi 17 Pembina Administrasi Keveteranan sebagai TP I dan 327 Pembina Administrasi Keveteranan selaku TP II.

Gambar 2 Struktur Organisasi Kodam1

(23)

Pembina Administrasi Keveteranan di TP I dan Pembina Administrasi Keveteranan selaku TP II inilah yang

mendapatkan dana bantuan dari

Kementerian Pertahanan untuk biaya penyelesaian administrasi dan ATK, dimana dana ini diserahkan tidak langsung kepada TP II melainkan melalui TP I. Adapun besaran dukungan dana yang diberikan disesuaikan dengan banyaknya jumlah Kaminvet yang ada serta jarak tempuh dan sulitnya medan dalam rangka penyelesaian administrasi veteran.

Sementara dukungan dana untuk

Pembina administrasi Keveteranan di Polri belum dilaksanakan karena tidak terdapat pada pasal 6 Permenhan Nomor 36 Tahun 2014.

Dari hasil Rapat Koordinasi dengan para Babinminvet, disampaikan bahwa

dukungan dana yang diserahkan

Kementerian Pertahanan melalui

Babinminvet dan Angkatan belum memadai, karena dukungan tersebut hanya untuk keperluan penyelesaian administrasi Keveteranan berupa ATK. Sementara jika dilihat dari kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan

21

https://www.kemhan.go.id/2016/06/24/pendirian-

kantor-pertahanan-di-daerah-merupakan-amanah-konstitusi.html

mengakibatkan jarak tempuh antara TP I dan TP II cukup jauh dan medan yang sulit seperti wilayah Kalimantan, Sulawesi dan Papua. Jarak tempuh dan sulitnya medan membutuhkan biaya transportasi yang tidak sedikit, untuk itu diperlukan tambahan dukungan dana dan alat transportasi yang memadai. Begitu pula dengan kondisi gedung dan peralatan kantor jika dibandingkan dengan banyaknya arsip (berkas Veteran).

Sementara untuk penyelesaian

administrasi Keveteran

Babinminvetcaddam dan

Kaminnvetcaddam tidak mendapat

dukungan Anggaran dari Kodam.

Pembangunan Kantor Wilayah Pertahanan di Daerah

Pendirian Kantor Pertahanan di daerah sebagai Kantor Perwakilan Kementerian Pertahanan merupakan amanah konstitusi atau Undang Undang dalam rangka Pelaksanaan Tugas dan Fungsi (PTF) di bidang pertahanan negara oleh pemerintah melalui Kementerian Pertahanan di daerah12. Karena, sejak

Undang Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara diberlakukan,

belum dilaksanakan tugas yang

diamanatkan bahwa Kementerian

Pertahanan harus membentuk Instansi vertikal di daerah.

Sebelum era reformasi, PTF Kemhan di daerah dilaksanakan oleh Kodam. Namun,berdasarkan UU TNI dijelaskan

bahwa Kodam merupakan alat

pertahanan negara bukan sebagai penyelenggara fungsi pemerintah. Dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 2015 Tentang Kebijakan Umum Pertahanan Negara Tahun

2015-2019 juga disebutkan bahwa

pembentukan instansi vertikal Kementerian Pertahanan di daerah, sebagai upaya dalam membangun sumber daya nasional secara lebih komprehensif dan lebih tertata untuk kepentingan pertahanan.

(24)

Pembangunan Kantor Wilayah Pertahanan di daerah dirasakan sangat penting, karena diarahkan untuk mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan dan negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional. Pembangunan tersebut diselenggarakan secara terintegrasi antara unsur Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah melalui penataan ruang wilayah nasional/daerah dengan menata wilayah pertahanan untuk

mewujudkan pertahanan negara yang tangguh.

Fungsi kantor pertahanan di daerah diantaranya adalah menjembatani pemerintah pusat di daerah di bidang pertahanan negara, koordinasi, integrasi

dan sinkronisasi kepentingan

kesejahteraan di daerah, mengakomodasi kepentingan pertahanan yang integratif, pembinaan pengelolaan sumber daya nasional, melaksanakan pengawasan dan pengendalian dan pembinaan kesadaran Bela Negara.

Gambar 3. Struktur Organisasi Kanwil Kemhan Sesuai Peraturan Menteri Nomor 21

Tahun 2018 tanggal 17 Oktober 2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Kementerian Pertahanan, Kanwil Kemhan terdapat disetiap Provinsi yang berjumlah 34 Kanwil sesuai dengan jumlah provinsi di Indonesia, yang dipimpin oleh pejabat setingkat eselon 2 dengan jumlah personil 7 orang (lihat Gambar 3), akan tetapi untuk pengisian personil masih belum merata sehingga ada wilayah yang hanya diawaki oleh 2 orang atau 3 orang seperti wilayah Banten, Jawa Barat, Kalimantan Tengah, Padang, Aceh, Bengkulu, Kepri, bahkan hanya 1 orang di Jambi.

Pengembangan organisasi dan pembangunan kantor wilayah pertahanan saat ini belum terlaksana dengan maksimal, karena peraturan

perundang-undangan diatasnya belum ada.

Berdasarkan Surat Sekretaris Kabinet Republik Indonesia Nomor Surat Sekretaris Kabinet Republik Indonesia Nomor: B.355/Seskab/Polhukam/06/2016 tanggal 16 Juni 2016 tentang Arahan Presiden terkait Rencana Pembentukan dan Pembangunan Kantor Pertahanan di Daerah, Presiden RI belum menyetujui pembentukan Kantor Pertahanan di Daerah. Sehingga untuk pengembangan organisasi, personil dan pembangunan

(25)

kantor wilayah Pertahanan yang memerlukan anggaran cukup besar belum dapat dilaksanakan hingga saat ini sebagian besar gedung kantor wilayah pertahanan di daerah masih sewa ataupun dipinjamkan oleh Instansi lain seperti kantor yang ditempati oleh Kanwil Kemhan di Provinsi Jawa Barat, merupakan bangunan yang dipinjamkan oleh Kumdam Kodam III/SLW, namun ada sebagian daerah telah disiapkan lahannya Pemerintah Daerah. Untuk pelaksanaan tugas dan fungsi Kawilhan di bidang potensi pertahanan masih terbatas pengawasan dan pengendalian dan pembinaan kesadaran Bela Negara,

khususnya untuk penanganan

penyelesaian administrasi Keveteran belum dilaksanakan karena masih dilaksanakan oleh Kodam.

Penggunaan Kanwilhan sebagai Pembina Administrasi Veteran di Daerah

Seperti telah dijelaskan diatas, pembentukan instansi vertikal Kementerian Pertahanan di daerah yang disebut dengan Kantor Wilayah Pertahanan (Kanwilhan) dirasakan sangat penting sebagai upaya dalam membangun sumber daya nasional secara lebih komprehensif dan lebih tertata untuk kepentingan pertahanan dan juga sebagai unsur pemerintah dalam memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat yang biasa disebut dengan pelayanan publik. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik menyatakan, bahwa pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa dan/atau pelayanan administrasi yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.

Dalam pelaksanaan

Undang-Undang Nomer 15 Tahun 2012 tentang Veteran Republik Indonesia, khususnya pelayanan kepada masyarakat adalah berupa pelayanan administrasi veteran yang merupakan tugas pokok fungsi

Direktorat Veteran Ditjen Pothan Kemhan yang selama ini masih dibantu oleh Staf Angkatan khususnya di daerah, ini dikarenakan masih terbatasnya fungsi Kanwilhan. Penggunaan Kanwilhan sebagai pembina administrasi Veteran di daerah sebagai TP.I sangat diharapkan, karena keberadaan Kanwilhan ada di seluruh provinsi Indonesia yang tidak dapat dilaksanakan oleh Babinminvetcaddam. Sementara Untuk pelaksanaan TP. II diharapkan dapat dibentuk di provinsi dengan cakupan wilayahnya sangat luas seperti Kalimantan, Maluku dan Papua agar pelayanan Keveteranan dapat lebih maksimal.

Pelayanan administrasi Veteran dengan menggunakan Kanwilhan akan

lebih cepat karena dapat

dilaksanakannya pelayanan satu pintu sehingga mudah berkoordinasi, dapat memperkecil jalur birokrasi dan pengendalian/pengawasan dapat lebih mudah, baik pengendalian pelaksanaan administrasi maupun pengendalian anggaran. Tugas Kanwilhan selaku TP.I dan TP.II didaerah selain melaksanakan penelitian dan penyaringan terhadap berkas administrasi calon Veteran yang akan diajukan kepada TPP, Kanwilhan juga dapat melaksanakan sosialisasi kepada masyarakat secara langsung tentang Keveterannan RI di daerahnya masing-masing.

Dengan adanya wacana

pendaftaran calon Veteran secara online melalui smartphone dan penggunakan Sistem Informasi Veteran (Sisinfovet) untuk pelayanan administrasi dalam rangka peningkatan layanan Veteran yang akan dilaksanakan oleh Ditjen Pothan Kemhan, maka keberadaan Kanwilhan sebagai

pelaksana pelayanan Keveteran

sangatlah tepat, karena Kanwilhan ada didalam struktur organisasi Kemhan sehingga proses pembangunan Sisinfovet dapat segera dilaksanakan dan tidak membutuhkan birokrasi yang panjang.

(26)

Kesimpulan

1. Ditinjau dari Organisasi, bahwa sesuai Undang-Undang Nomor 34 tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia, TNI adalah Komponen Utama dalam sistem

pertahanan negara yang

mempunyai tugas pokok yaitu

menegakkan kedaulatan,

mempertahankan keutuhan

wilayah NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD Negara RI 1945 dengan melaksanakan OMP dan OMSP. Sedangkan sesuai Undang-Undang No.15 Tahun 2012 tentang Veteran RI bahwa “Pemberian

Tanda Kehormatan Veteran

Republik Indonesia didelegasikan kepada Menteri dan/atau pejabat lain yang ditunjuk oleh Presiden”, maka tugas Keveteran adalah

merupakan tugas dari

Kementerian/Lembaga yang

langsung bertanggungjawab

kepada Menteri Pertahanan. 2. Pembangunan Kantor Pertahanan

di daerah sebagai Kantor

Perwakilan Kementerian

Pertahanan merupakan amanah konstitusi atau Undang Undang dalam rangka Pelaksanaan Tugas dan Fungsi (PTF) di bidang

pertahanan negara oleh

pemerintah melalui Kementerian Pertahanan di daerah, yang

berfungsi menjembatani

pemerintah pusat dan daerah di bidang pertahanan negara.

3. Fungsi pelaksanaan pelayanan publik Kementerian Pertahanan di daerah dapat dilaksanakan oleh Kanwilhan, khususnya penyelesaian administrasi keveteranan karena Kanwilhan sudah ada di seluruh provinsi Indonesia sehingga

pelaksanaan administrasi

keveteranan dapat dilaksanakan secara maksimal sehingga akan

tercapainya peningkatan

layananan Keveteranan RI.

Saran

1. Pembentukan Kanwil Kemhan di

daerah sangat mendukung

program-program Kementerian Pertahanan dalam menjembatani kebijakan pemerintah pusat di

daerah dalam bidang

pertahanannegara. Pembentukan Kanwilhan dapat mempermudah pelaksanaan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi serta dapat

mengakomodasi kepentingan

pertahanan seperti pembinaan

pengelolaan sumber daya

nasional, melaksanakan

pengawasan dan pengendalian dan pembinaan kesadaran Bela Negara. Untuk itu disarankan

pengesahan peraturan

perundang-undangan

pembentukan Kanwil Kemhan di daerah segera terealisasi agar

pengembangan fungsi dan

pembangunan Kanwil Kemhan di daerah dapat dilaksanakan dan lebih maksimal sehingga semua kebijakan yang dibuat di pusat dapat dilaksanakan lebih optimal didaerah.

2. Pelaksanaan administrasi

Keveteran RI di TP I dan TP II, dapat dilaksanakan oleh Kanwil Kemhan di daerah ,karena antara pembina Keveteranan Tk. Pusat dan Daerah merupakan satu jalur organisasi yang terintegrasi dan vertikal, sehingga semua kegiatan dan anggaran dapat terkontrol dan terkoordinasi dengan baik. Disarankan pembangunan Kanwil Kemhan di daerah dapat segera dilaksanakan, agar tugas-tugas Kementerian Pertahanan dapat dilaksanakan di daerah, khususnya Kanwilhan selaku TP.I dan TP. II.dalam penyelesaian administrasi

Veteran agar peningkatan

pelayanan administrasi Keveteran dapat dilaksanakan secara maksimal.

(27)

Referensi

Peraturan Menteri Nomor 21 Tahun 2018 tanggal 17 Oktober 2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Kementerian Pertahanan

Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang Undang Nomor 15 Tahun 2012 tentang Veteran RI.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 2015 Tentang Kebijakan Umum Pertahanan Negara Tahun 2015-2019.

Permenhan Nomor 14 Tahun 2019 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertahanan.

Permenhan Nomor 36 Tahun 2014tentangDukungan kepada Pembina Administrasi Veteran Republik Indonesia.

Undang Undang Nomor 3 Tahun 2002tentangPertahanan Negara.

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2012 tentang Veteran Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 34 tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia.

(28)

ERRATUM

Mohon maaf, terdapat koreksi pada MAJALAH POTENSI PERTAHANAN Volume 1 No.1 tanggal 10 Juni 2019 halaman 5-14 tentang artikel berjudul “Perlunya Pedoman Standarisasi Dan Kriteria Dalam Membangun Jalan dan Jembatan Sebagai Sarpras Pendukung Kepentingan Negara” oleh Pembina Tk I IV/b Tri Rahayu Irianingsih, S.H, M.H., sebagai berikut: 1. Halaman 5, alenia 1 Pendahuluan, semula tertulis “Pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan masih menjadi program prioritas utama yang berkelanjutan dan berkesinambungan” dan seterusnya dirubah menjadi “Sebagaimana kita ketahui bersama di era kepemerintahan saat ini, banyak sekali pembangunan jalan dan jembatan yang sedang dikerjakan” dan seterusnya.

2. Halaman 6 alenia 4, semula tertulis “Bila sebelumnya hanya terpusat di Pulau Jawa, kini sedang dikerjakan” dan seterusnya dirubah menjadi “Mengenai seberapa besar pembangunan jalan yang dibangun oleh pemerintah, penulis mengutip dari berita Marketeers by Ramadhan Triwijanarko bulan Juli 2017 dikatakan bila sebelumnya hanya” dan seterusnya.

3. Halaman 7 alenia 6, semula tertulis “Di Indonesia saat ini, 90% pengiriman distribusi logistik memanfaatkan jalur darat dan hanya 10%” dan seterusnya dirubah menjadi “Dikutip kembali dari berita Marketeers by Ramadhan Triwijanarko, bahwa Indonesia saat ini, ada 90% pengiriman distribusi logistik memanfaatkan jalur darat dan 10%” dan seterusnya.

4. Halaman 9 alenia 11, semula tertulis “Jalan aspal atau biasa disebut hot mix, merupakan konstruksi jalan” dan seterusnya dirubah menjadi “Dikutip dari liputan6.com, yang dimaksud dengan Jalan aspal atau biasa disebut hot mix,” dan seterusnya.

5. Halaman 9 alenia 13, semula tertulis “Terkait kepentingan pertahanan negara, sejauh ini belum ada konstruksi jalan dan jembatan yang dibangun sesuai standarisasi/kriteria untuk mendukung penggunaan alutsista” dan seterusnya dirubah menjadi “Pada umumnya pembangunan konstruksi jalan ataupun jembatan yang dibuat belum mewadahi penggunaan untuk alutsista TNI, yang memiliki standarisasi/kriteria sesuai kebutuhan TNI AD d.h.i Ditziad. Mengingat Direktorat Zeni Angkatan Darat (Ditziad) menurut sumber yang dikutip dari ditzi-tniad.mil.id menyebutkan bahwa satuan Zeni” dan seterusnya.

6. Halaman 10 alenia 17, semula tertulis “Karena itu, pelaksanaan pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan harus dilaksanakan sesuai spesifikasi kriteria/standar penggunaan alutsista TNI. Walaupun pernah adanya.” Dan seterusnya dirubah menjadi “Dikutip dari berita katadata.co.id, yang mengatakan bahwa dalam pelaksanaan pembangunan jalan, pernah ada pelibatan Zeni di tahun anggaran 2017” dan seterusnya.

Demikian perbaikan artikel yang dapat disampaikan dan atas perhatiannya diucapkan terima kasih

(29)

RAPIM KEMHAN TAHUN 2020

Dirjen Pothan Kemhan Prof. Dr. Ir. Bondan Tiara Sofyan, M.Si, menghadiri kegiatan Rapim Kemhan , TNI dan Polri yang berlangsung selama dua hari Rabu dan Kamis (22-23/01/2020). Adapun tema Rapim pada tahun ini “Pertahanan Semesta Yang Kuat Menjamin Kelangsungan Hidup NKRI” Kegiatan Rapim berlangsung selama 2 hari dan pada hari pertama dibuka oleh Wakil Menteri Pertahanan, Bapak Sakti Wahyu Trenggono. Kegiatan ini juga dihadiri oleh Kasum TNI, Sekjen Kemhan, Irjen Kemhan, Rektor Unhan, Pejabat Eselon 1 dan 2 Kemhan, Pejabat Mabes TNI/Angkatan, Pejabat KKIP, Tim Lak YKPP dan Pejabat PT. Asabri (Persero).

Diawali sambutan oleh Wamenhan yang menekankan tentang kerja dalam pelaksanaan tugas, melaksanakan Evaluasi dan perbaikan program yang lalu serta mempertahankan predikat opini Wajar Tanpa Pengeculian (WTP) bagi Kemhan. Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan paparan para Pejabat Eselon I.

Paparan Dirjen Pothan Kemhan menyampaikan refleksi 2015-2019 dan Proyeksi Tahun 2020 tentang aplikasi berbasis media online bidang Veteran, perlunya merevisi Undang-Undang No 15/2012 tentang definisi dan kurun waktu peristiwa keveteranan seroja. Optimalisasi Bela Negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, penyelesaian UU 23/2019 tentang

(30)

PSDN untuk Hanneg. Untuk melaksanakan UU tersebut, maka Ditjen Pothan juga menyusun 1 PP dan 2 Perpres sebagai delegasi aturan turunannya. Roadmap Komponen Cadangan jangka pendek dan jangka panjang, serta usulan perubahan OTK Ditsumdahan kembali menjadi Ditkomcad dan Ditkomduk. Di bidang Tekindhan menyampaikan tentang pencapaian implementasi kebijakan KLO dan Ofset, kerjasama internasional, promosi indhan, Bangtekindhan dan Binpottekindhan, serta Capaian 7 Program Prioritas Nasional.

Rapim hari Kedua dihadiri oleh Presiden RI Bapak Ir. H. Joko

Widodo dan dilanjutkan

penyampain materi tentang kebijakan pertahanan negara Tahun 2020 dan penyerahan amanat anggaran TA.2020 oleh Menhan kepada Panglima TNI, Kepala Staf Angkatan dan Sekjen Kemhan. Kegiatan ini dihadiri oleh beberapa Menteri Kabinet Indonesia Maju, Para Pejabat Kemhan, Pejabat TNI dan Pejabat

Polri. Setelah Presiden RI memberikan pengarahan dilanjutkan peninjauan ke tempat pameran Alutsista didampingi oleh Menhan, rombongan dan para tamu undangan.

Gambar

Tabel 1. Resolusi Sidang Umum PBB Tahun  1975 - 1982 9 Resolusi  Pro  Portugal  Pro RI  Abstain  RES
Gambar 1. Alur proses administrasi Keveteranan Oleh:
Gambar 2 Struktur Organisasi Kodam 1
Gambar 3. Struktur Organisasi Kanwil Kemhan  Sesuai Peraturan Menteri Nomor 21

Referensi

Dokumen terkait

Untuk Analisis Sifat hujan bulan November 2020 pada umumnya di wilayah Banten dan DKI Jakarta bersifat Atas Normal, kecuali Kab Serang bagian Utara dan sebagian kecil di bagian

Menyetujui pemberian kuasa dan wewenang kepada Direksi Perseroan untuk melakukan perubahan Pasal 1 Anggaran Dasar dimaksud sesuai dengan keputusan Rapat, menyatakan keputusan rapat

Dari Matrix SWOT diatas, strategi yang dapat dipilih adalah S4-O2 STRATEGIES. Dalam hal ini Doctor Studio meluncurkan produk baru yang memiliki berbagai

(1) Atas impor bahan baku/bahan penolong dan bagian/komponen untuk perakitan mesin dan motor berputar sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran Keputusan Menteri Keuangan ini,

Code-switching sebagai akibat kebiasaan menggunakan bahasa Jawa untuk percapakan sehari-hari di kalangan keluarga dan kerabat mereka yang berasal dari suku Jawa, beralih ke

Prakiraan tingkat kekeringan dan kebasahan bulan Desember 2020 dan Januari – Februari 2021 Provinsi Banten dan DKI Jakarta umumnya berada pada kategori Normal hingga

Maka untuk itu pemerintahan daerah diberikan kewenangan untuk membuat dan membentuk aturan sendiri sesuai dengan karakteristik daerah masing masing tetapi tidak

Tesis Pascasarjana Jurusan Ilmu Sejarah Universitas Gadjah Mada.. La Temmu Page Arung Labuaja, Sang