• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian. Hasil penelitian pengembangan modul IPA berbasis GDL sebagai berikut.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian. Hasil penelitian pengembangan modul IPA berbasis GDL sebagai berikut."

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian pengembangan modul IPA berbasis GDL sebagai berikut. 1. Hasil Studi Pendahuluan

Hasil studi pendahuluan meliputi data delapan SNP, analisis ketidaktuntasan Ujian Nasional tahun 2012/2013, hasil wawancara guru dan siswa SMP Negeri 26 Surakarta, serta analisis buku yang digunakan siswa.

a. Analisis 8 Standar Nasional Pendidikan

Hasil observasi pemenuhan delapan SNP SMP Negeri 26 Surakarta menunjukkan tinggi pada dua SNP, yaitu standar proses dan standar penilaian. Standar Proses memiliki persentase 4,63 dan Standar Penilaian memiliki persentase 5,56. Implementasi yang memiliki pemenuhan tinggi disebabkan belum semua proses pembelajaran didukung dengan silabus, RPP, dan instrumen penilaian yang sesuai. Pembelajaran belum semuanya sesuai dengan RPP yang telah dibuat dari MGMP Kota Surakarta, guru belum memanfaatkan media dengan optimal, penguasaan IT masih kurang dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Penilaian hanya mengacu pada kognitif, tanpa mempertimbangkan aspek afektif dan psikomotor siswa. Instrumen penilaian kurang bervariasi, C4-C6 masih rendah (< 50 %). Ulangan harian menggunakan soal dari LKS, soal uraian yang tidak dilengkapi dengan kisi-kisi soal. Ulangan harian jarang dianalisis, sehingga pemetaan konsep dan pemahaman siswa masih rendah kurang teramati.

(2)

Hasil observasi pemenuhan delapan SNP dari wawancara dengan guru, kepala sekolah, Wakasek Kurikulum, guru mata pelajaran, dan pegawai (tenaga kependidikan) di SMP Negeri 26 Surakarta (lihat lampiran 6 halaman 202).

Keterangan: Standar (1: Standar Isi), (2: Standar Proses), (3: Standar Kompetensi Lulusan), (4: Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan), (5: Standar Sarana dan Prasarana), (6: Standar Pengelolaan), (7: Standar Pembiayaan), dan (8: Standar penilaian)

Gambar 4.1. Histogram Perbandingan Persentase Nilai Ideal dan Real 8 SNP di SMP Negeri 26 Surakarta

b. Pemetaan Ketidaktuntasan Ujian Nasional

Pemetaan materi IPA sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan SMP digunakan untuk memetakan materi yang akan dikembangkan dalam pembuatan modul. Pemetaan ketidaktuntasan nilai Ujian Nasional pada tahun 2012/2013 SMP Negeri 26 Surakarta dapat dilihat tabel 4.1.

Hasil pemetaan ketidaktuntasan Ujian Nasional tahun 2012/2013 pada KD 3.4 Mendeskripsikan struktur rangka dan otot manusia, serta fungsinya pada berbagai kondisi (sistem gerak manusia) di SMP Negeri 26 Surakarta memperoleh rerata 24,30. Nilai tersebut masih di bawah rerata kota Surakarta sebesar 38,92 sehingga memiliki nilai rendah (lihat lampiran 7 halaman 221).

SNP skor

(3)

Tabel 4.1. Ketidaktuntasan UN IPA SMP Negeri 26 Surakarta tahun 2012/2013

c. Analisis Angket tentang Pembelajaran dan Pemanfaatan Modul

Hasil wawancara siswa: guru lebih banyak mendominasi pembelajaran, menggunakan model ceramah, mencatat dan siswa hanya mendengarkan, guru sudah melaksanakan praktikum. Sumber belajar menggunakan buku paket (Buku Sekolah Elektronik atau BSE) yang sudah tersedia di sekolah dan LKS. Siswa menganggap modul sama dengan LKS. Siswa menginginkan modul yang dapat merangsang siswa aktif, menyenangkan, banyak kegiatannya, menarik, dan dapat belajar sambil bermain.

Hasil wawancara guru: guru menggunakan metode ceramah, diskusi dan praktikum. Sumber belajar: BSE yang sudah tersedia di sekolah, dan LKS yang dibuat oleh MGMP Kota Surakarta dianggap sama dengan modul, sementara guru tidak ada waktu untuk membuat modul sendiri karena keterbatasan tenaga, waktu, dan kemampuannya. LKS dan buku paket yang digunakan guru belum memberdayakan aspek afektif, psikomotor, dan belum melibatkan siswa dalam proses pembelajaran (lihat lampiran 8 halaman 223).

No. Urut

Kemampuan yang diuji SMP

N 26

Kota /Kab

Prop Nas.

1 Mendeskripsikan unsur, senyawa, atau campuran termasuk rumus kimia

16,32 24,21 32,78 42,77

2 Menjelaskan sistem gerak pada manusia/penyakit yang berhubungan dengannya

24,38 38,92 37,25 45,29

3 Menentukan besaran fisis pada getaran atau gelombang 26,17 43,34 36,35 48,86 4 Mendeskripsikan zat adiktif atau psikotropika serta cara

mengatasinya

26,64 42,37 34,96 44,05 5 Menentukan besaran fisis yang terkait dengan tekanan

pada suatu zat

29,44 42,26 39,18 52,32 6 Menentukan besaran listrik dinamis dalam rangkaian

(seri/paralel), Hukum Ohm (Kirchoff) dan penerapannya

(4)

d. Analisis Sumber Belajar

Sumber belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 26 Surakarta berupa buku paket (BSE) dan LKS. BSE berisi materi, kegiatan, dan latihan soal. Konsep/teori sudah disajikan, tidak menuntut siswa untuk menemukan sendiri konsep/teori tersebut. Konsep/teori berupa kumpulan materi yang harus dihafalkan siswa. Kegiatan yang ada tidak menuntut banyak aktivitas, tidak disertakan rubrik penilaian psikomotor. Soal yang disajikan hanya menuntut aspek kognitif saja. Hasil analisis sumber belajar dapat dilihat pada tabel 4.2. (lihat lampiran 9 halaman 244).

Tabel 4.2. Hasil Analisis Buku yang Digunakan di SMP Negeri 26 Surakarta

BSE LKS

Peta konsep Standar materi yang harus dikuasai oleh siswa

Ada Materi Teori/konsep lebih rinci

disertai dengan ilustrasi

Ringkasan materi

Kegiatan Mengerjakan soal

kognitif, penguasaan

konsep

Lembar kegiatan siswa, mengacu pada hafalan saja Mengamati Menanya Menyelidiki Mengasosiasi Mengkomunikasikan Mengamati Gambar -- Menyelidiki persendian -- ---

Mengamati rangka manusia --

--

Mengisi tabel --

Eksperimen Mengetahui fungsi dan letak sendi pada ayam

Tidak ada

Penilaian Aspek kognitif, soal

pilihan ganda dan uraian

Aspek kognitif, soal pilihan ganda dan uraian

Model Ceramah, demonstrasi Ceramah

Kegiatan student centered belum terlihat pada kedua sumber belajar tersebut. Penilaian hanya aspek kognitif saja. Modul basis penemuan dan keterlibatan siswa aktif belum ditemukan dalam sumber belajar di SMP Negri 26 Surakarta. Hal ini menjadi salah satu penyebab hasil belajar siswa rendah.

(5)

2. Desain Pengembangan Modul

Desain pengembangan modul IPA berbasis GDL pada materi sistem gerak manusia untuk siswa kelas VIII SMP Negeri 26 Surakarta meliputi tahap perencanaan dan tahap pengembangan produk. Pengembangan modul mengikuti prosedur dalam Research and Development (R & D) menurut Borg & Gall.

a. Hasil Perencanaan (Planning)

Data ketidaktuntasan Ujian Nasional tahun 2012/2013 pada KD 3.4 Mendeskripsikan struktur rangka dan otot manusia, serta fungsinya pada berbagai kondisi yang rendah akan digunakan sebagai bahan pertimbangan menyusun materi modul GDL. Modul yang dikembangkan mengambil materi sistem gerak manusia, materi kelas VIII SMP pada semester tiga.

b. Hasil Pengembangan Bentuk Awal Produk

Hasil pengembangan produk awal adalah membuat draf awal modul GDL yang memberdayakan siswa aktif, mengacu pada pemecahan masalah melalui penemuan. Modul GDL mengacu pada penilaian aspek afektif, psikomotor, dan kognitif. Modul GDL diwarnai dengan sintaks GDL yaitu stimulasi, identifikasi masalah, pengumpulan data, pengolahan data, verifikasi, dan generalisasi. Draf awal produk yang belum divalidasi disebut sebagai Produk I.

Modul IPA berbasis GDL memiliki karakter pembelajaran berdasarkan masalah. Menurut Agus (2013), Discovery Learning melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, diskusi, membaca sendiri, dan mencoba sendiri, agar anak dapat belajar sendiri. Modul GDL akan memberikan pengalaman pada siswa sehingga proses belajar terpusat pada siswa (student centred).

(6)

Ada tiga komponen utama Modul yaitu pendahuluan, inti, dan penutup. Bagian pendahuluan berupa sampul, pengantar, kompetensi inti (KI), dan kompetensi dasar (KD). Bagian inti meliputi tujuan pembelajaran dan tahapan GDL yaitu: tahap (1) adalah Stimulasi: (2) adalah identifikasi masalah: (3) adalah pengumpulan data: (4) adalah pengolahan data: (5) adalah verifikasi, dan (6) generalisasi. Bagian inti juga disajikan latihan soal di akhir bab dan uji kompetensi yang merupakan tes kognitif . Bagian penutup terdiri atas daftar pustaka dan glosarium.

Menurut Bruner (Dahar, 2011) Guided Discovery Learning (GDL) apabila selama kegiatan belajar berlangsung siswa dibiarkan mencari atau menemukan sendiri makna segala sesuatu yang dipelajari dengan sedikit bantuan guru. Mereka perlu diberikan kesempatan berperan sebagai pemecah masalah seperti yang dilakukan para ilmuwan, cara tersebut diharapkan siswa mampu memahami konsep-konsep dalam bahasa mereka sendiri. Modul berbasis GDL menuntut siswa menemukan konsep/teori melalui penyelidikan, siswa mencari tahu dari segala sumber dengan sedikit bantuan guru.

Modul GDL bersifat individual, artinya siswa belajar mandiri agar tidak tergantung pihak lain, maka modul memuat tujuan pembelajaran yang dirumuskan dengan jelas, berisi materi per subbab sehingga memudahkan siswa belajar secara tuntas. Materi pembelajaran terdiri dari satu unit kompetensi dasar dalam satu modul utuh. Modul dapat berdiri sendiri, tidak tergantung pada media lain, melalui penggunaan modul siswa mengkonstruksi pemahaman terhadap materi dalam modul. Modul GDL menggunakan bahasa yang mudah dipahami pengguna (sesuai dengan perkembangan siswa) , disajikan ilustrasi (gambar) yang mudah dicerna dan

(7)

mudah ditemukan dalam lingkungan sehari-hari. Tampilan sampul modul ada dua yaitu modul siswa dan modul guru sebagai berikut, perhatikan Gambar 4.2.

Modul GDL merupakan basis

dari modul ini Materi pada modul

Penulis dan konsultan ahli

Jenis modul

Peruntukan modul pada jenjang pendidikan

Menunjukkan jilid

Gambar 4.2. Tampilan Sampul Modul Institusi yang

(8)

Kata pengantar antara modul guru dan modul siswa memiliki kesamaan, perhatikan Gambar 4.3.

Gambar 4.3. Tampilan Kata Pengantar

Daftar isi antara modul siswa dan modul guru terdapat perbedaan, pada modul guru petunjuk penggunaan modul lebih lengkap untuk menunjang membelajarkan modul GDL tersebut. Perhatikan Gambar 4.4

Petunjuk penggunaan modul siswa dan modul guru terdapat perbedaan, pada modul siswa berisi tentang sintaks GDL yang dirinci pada tiap tahapnya. Sedangkan pada modul guru petunjuk penggunaan modul berisi pendahuluan yang berisi tujuan penyusunan modul, pendekatan yang digunakan berupa kontekstual dan model Guided Discovery Learning dan hasil penelitian yang mendukung model tersebut, dan kelebihannya. Pembelajaran IPA yang dibelajarkan dengan GDL yang akan memunculkan pembiasaan sikap siswa. Adanya petunjuk penilaian yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Serta adanya alokasi waktu yang digunakan dalam membelajarkan modul GDL. Perhatikan Gambar 4.5.

Berisi sebagai pengantar dari penyusunan modul GDL

(9)

Modul Siswa

Gambar 4.4. Tampilan Daftar Isi

Peta isi modul antara modul guru dan modul siswa berbeda, perbedaan terletak pada adanya rangkuman pada modul guru sementara pada modul siswa tidak ada rangkuman. Rangkuman merupakan ringkasan materi yang hanya ada pada modul guru, hal ini sesuai dengan model GDL yang melakukan konfirmasi adalah guru. Perhatikan Gambar 4.6.

(10)

Modul siswa

Modul guru

Gambar 4.5. Tampilan Petunjuk Penggunaan Modul

Tujuan pembelajaran, KI, KD dan indikator pencapaian kompetensi antara

Gambar 4.5. Tampilan Petunjuk Penggunaan Modul

Tujuan pembelajaran, KI, KD, dan Indikator pencapaian kompetensi antara modul guru dan modul siswa sama. Dalam suatu pembelajaran baik guru maupun siswa harus memiliki tujuan yang sama, selain itu KI, KD, dan indikator

(11)

pencapaian kompetensi yang sama pula. KD dan indikator merupakan target keberhasilan pembelajaran yang dilakukan guru. Perhatikan Gambar 4.7.

Modul siswa

(12)

Gambar 4.7. Tampilan KI, KD, dan Indikator Pencapaian Kompetensi Model GDL mewarnai modul IPA disajikan dalam 6 sintaks yaitu.

1. Stimulation (stimulasi/ pemberian rangsangan): dalam modul disajikan Gambar , siswa melakukan pengamatan terhadap Gambar, menggunakan semua alat indera siswa melakukan pengamatan. Siswa disajikan rangsangan Gambar yang menarik, Gambar tersebut betul-betul nyata dan siswa bisa melihat dalam kesehariannya. Pada tahap stimulasi ini bertujuan untuk merangsang siswa melalui panca inderanya untuk mengamati objek pembelajaran. Setelah mengamati Gambar siswa diminta mengajukan pertanyaan (menanya) tentang segala sesuatu yang terkait dengan materi yang telah diamati. Tujuan dari menanya untuk melatih siswa mengajukan hipotesis. Agar pertanyaan terarah ke materi pembelajaran guru memberikan bahan diskusi yang memberikan petunjuk siswa untuk masuk ke materi. Perhatikan Gambar 4.8.

Kompetensi Inti merupakan sikap, pengetahuan, dan ketrampilan yang harus dikuasai siswa SMP

Kompetensi Dasar merupakan standar materi minimal yang harus dikuasai siswa, sedangkan indikator adalah target pencapaian yang harus dikuasai siswa

(13)

Tahapan GDL yang pertama yaitu stimulasi: siswa dihadapkan pada suatu kasus nyata atau fakta dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan siswa yaitu melakukan pengamatan terhadap Gambar, kasus dalam kehidupan sehari-hari, kemudian melakukan kegiatan menanya: yaitu mengajukan pertanyaan (membuat pertanyaan) terkait dengan kasus yang diamati, tujuannya untuk merumuskan masalah (hipotesis).

Gambar 4.8. Tampilan Tahap Stimulasi dalam Modul GDL

2. Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah): siswa mengajukan pertanyaan (menanya) terkait dengan Gambar yang diamati siswa, pertanyaan yang diajukan siswa dipilih yang sesuai dengan materi dan dijadikan hipotesis, permasalahan yang akan dicari tahu jawabannya. Sebelum masuk tahap ini siswa harus membekali diri dengan prasyarat yaitu materi minimal yang harus dikuasai siswa untuk masuk pada materi selanjutnya. Identifikasi masalah adalah menunjukkan batasan materi yang akan dibahas pada bab yang akan dipelajari. Perhatikan Gambar 4.9.

Gambar 4.9. Tampilan Tahap Identifikasi Masalah dalam Modul GDL Tahap GDL kedua adalah identifikasi masalah, siswa mengidentifikasi masalah yang terkait dengan materi. Kegiatan siswa yang dilakukan adalah merumuskan masalah atau memilih pertanyaan yang diajukan tadi dan akan dicari tahu jawabannya. Dalam modul ini siswa dipandu dengan bahan diskusi untuk menuntun ke arah materi yang akan dipelajari siswa.

(14)

3. Data collection (Pengumpulan Data): modul menyajikan bahan diskusi, secara berkelompok siswa mendiskusikan petunjuk penemuan konsep/teori. Siswa mencari tahu, mengumpulkan informasi dari berbagai sumber. Siswa melakukan pengumpulan informasi, dengan diskusi kelompok, mencari dari sumber lain, melakukan percobaan, dan sebagainya. Perhatikan Gambar 4.10.

Gambar 4.10. Tampilan Tahap Pengumpulan Data dalam Modul GDL 4. Data Processing (Pengolahan Data): data yang telah dikumpulkan

diklasifikasikan, ditabulasikan, dianalisis. Modul menyajikan tabel untuk dilengkapi, diisi dengan melihat informasi dan data yang telah dikumpulkan, atau mencari dari berbagai sumber. Informasi yang telah dikumpulkan, diolah, diklasifikasikan sesuai dengan materi yang didiskusikan. Lihat Gambar 4.11. 5. Verification (Pembuktian): data yang telah diklasifikasikan, ditabulasikan,

dianalisis dikonfirmasikan dengan teori/konsep yang ada pada sumber belajar/buku/internet. Hipotesis atau rumusan masalah yang diajukan apakah sesuai dengan konsep/teori yang ada. Tahap pembuktian yaitu informasi yang telah dikumpulkan, diklasifikasikan, kemudian dibuktikan apakah hasil

Tahap GDL ketiga adalah pengumpulan data, siswa melakukan penyelidikan untuk mengumpulkan informasi yang terkait dengan materi. Kegiatan siswa adalah menggali informasi dari berbagai sumber untuk mendukung masalah y6ang diajukan oleh guru, siswa dipandu melakukan penyelidikan dengan melakukan kegiatan mengamati torso, melakukan praktikum, dan kegiatan diskusi kelompok untuk mengumpulkan informasi.

(15)

pengolahan data tersebut sudah sesuai dengan teori yang ada pada sumber lain, apakah ada perbedaan atau sudah sesuai dengan teori yang mendukungnya. Lihat Gambar 4.12.

Tahap GDL yang keempat adalah pengolahan data, siswa melakukan mengelompokan informasi, memilah dan memilih informasi yang sesuai dan yang kurang digali lagi.

Kegiatan siswa adalah mendata atau informasi yang didapatkan siswa dari berbagai sumber diolah, dikelompokkan, dan ditabulasikan untuk tahap selanjutnya.

Gambar 4.11. Tampilan Tahap Pengolahan Data dalam Modul GDL

Gambar 4.12. Tampilan Tahap Verifikasi dalam Modul GDL

6. Generalization (menarik kesimpulan/ generalisasi): memperhatikan hasil verifikasi dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi. Menarik kesimpulan dari kegiatan tersebut, dengan menemukan konsep, teori yang terkait dengan materi. Selanjutnya siswa mengkomunikasikan dalam diskusi

Tahap GDL yang kelima adalah verifikasi, siswa merangkum dari data dan informasi yang telah diolah. Kegiatan siswa adalah membuat suatu ringkasan atau menyimpulkan

(16)

kelas melalui pemaparan, presentasi, dan membandingkan dengan kelompok lain. Lihat Gambar 4.13.

Tahap GDL terakhir adalah generalisasi, siswa membuat suatu kesimpulan dari kegiatan penyelidikan yang telah dilakukan. Kegiatan siswa adalah membuat suatu kesimpulan yang mengarah ke konsep dan teori yang harus dipahami oleh siswa. Kegiatan generalisasi juga dikomunikasikan dalam diskusi kelas melalui presentasi kelompok.

Bagian akhir pembelajaran disajikan refleksi untuk mengukur pemahaman siswa tentang materi terkait. Selanjutnya guru melakukan konfirmasi dari komunikasi kelompok siswa dan membenarkan teori dan konsep yang belum tepat, sekaligus guru menegaskan konsep atau teori yang terkait dengan materi sistem gerak manusia. Setiap akhir bab disajikan latihan soal, tujuan dari latihan soal ini untuk mengukur ketercapaian indikator pembelajaran. Modul GDL ini juga dilengkapi refleksi yang bertujuan untuk mengingatkan kembali siswa tentang materi yang sudah dipelajari (dipahami). Infobio disajikan sebagai tambahan wawasan siswa terkait dengan materi. Lihat Gambar 4.14.

Modul GDL bagian akhir bab disajikan latihan soal, yang berfungsi sebagai tolok ukur ketercapaian indikator pembelajaran yang telah ditentukan, menguji aspek kognitif siswa dan angket untuk aspek afektif. Lihat Gambar 4.15

(17)

Infobio merupakan materi tambahan bagi siswa,

tujuannya untuk

membuka wawasan siswa tentang materi yang terkait dan terjadi dalam dunia nyata, dalam kehidupan sehari-hari.

Diakhir tiap bab disajikan latihan soal, tujuannya untuk mengukur

ketercapaian indikator pembelajaran pada tiap bab.

Gambar 4.15. Tampilan Latihan Soal yang Mewarnai modul GDL Gambar 4.14. Tampilan Tahap Refleksi dan Infobio dalam Modul GDL

Refleksi bertujuan untuk mengingatkan siswa kembali pada pokok materi yang harus dipahami siswa.

(18)

3. Uji Coba Lapangan Utama

Produk yang telah dikembangkan berupa modul IPA berbasis GDL pada materi sistem gerak manusia untuk siswa kelas VIII SMP Negeri 26 Surakarta melalui validasi ahli (ahli materi dan ahli modul) dan validasi instrumen pembelajaran meliputi silabus, RPP, soal kognitif (lihat lampiran 10 halaman 266).

a. Validasi Produk Modul oleh Ahli Materi

Validasi produk modul IPA berbasis GDL pada materi sistem gerak manusia untuk siswa kelas VIII SMP Negeri 26 Surakarta oleh Bapak Puguh Karyanto, Ph.D.(lihat lampiran 10 halaman 266). Masukan dari ahli materi adalah sebagai berikut:

Sebelum Sesudah

Keterangan

Saran: Gambar kerangka diganti yang lebih nyata, diberi keterangan pada Gambar untuk mendukung penyelidikan berikutnya.

Perbaikan: Gambar diambil dari torso, diberi keterangan yang menjelaskan skleton aksial dan skleton apendikular.

(19)

Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Keterangan:

Saran: Gambar tengkorak diganti yang asli. Perbaikan: Gambar diganti dengan torso.

Keterangan:

Saran: Gambar tulang rusuk dan tulang dada diganti yang asli.

(20)

Sebelum Sesudah

Sebelum Sesudah

Keterangan:

Saran: Gambar tulang belakang diganti yang asli.

Perbaikan: Gambar tulang belakang diganti dengan torso.

Keterangan:

Saran: Gambar tulang anggota gerak diganti yang asli.

(21)

Sebelum Sesudah

Sebelum Sesudah

Keterangan:

Saran: Rangkuman tidak diperlukan dalam modul siswa. Perbaikan: modul siswa tidak memuat rangkuman, hanya dicantumkan dalam modul guru karena sesuai dengan GDL.

Keterangan:

Saran: tabel pada Generalisasi sebaiknya dipindahkan ke pengolahan data yang lebih tepat.

(22)

Revisi dari ahli materi secara umum: Gambar mati (benda) digantikan dengan Gambar yang lebih nyata, materi sebaiknya dipisahkan dari modul siswa untuk mendukung model GDL yang mewarnai modul tersebut. Penilaian dengan lembar validasi meliputi tujuh aspek, yaitu kelengkapan materi, keakuratan materi, kegiatan yang mendukung pembelajaran, kemutakhiran materi, materi dapat meningkatkan hasil belajar siswa, materi mengikuti sistematika keilmuan, dan materi mengembangkan kemampuan berpikir.

Hasil penilaian dari ahli materi: kelengkapan materi mendapatkan nilai 100, keakuratan materi mendapatkan nilai 100, kemutakhiran materi mendapatkan nilai 100, dan sistematika penulisan materi mendapatkan nilai 100. Kegiatan yang mendukung pembelajaran mendapatkan nilai 92, materi yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa mendapatkan nilai 92 . Hasil keseluruhan dari ahli materi mendapatkan nilai 96 . Kesimpulannya Modul GDL bisa diimplementasikan di sekolah (lihat lampiran 10 halaman 266).

b. Validasi Produk Modul oleh Ahli Modul

Validasi produk modul IPA berbasis GDL pada materi sistem gerak manusia untuk siswa kelas VIII SMP Negeri 26 Surakarta oleh Bapak Dr. M. Masykuri, M.Si. Validasi dari ahli modul menggunakan lembar validasi meliputi aspek: organisasi penyajian modul secara umum, penyajian mempertimbangkan kebermaknaan dan kebermanfaatan, melibatkan siswa secata aktif, tampilan umum, variasi dalam cara penyampaikan informasi, anatomi buku pelajaran, dan pemperhatikan kode etik dan hak cipta (lihat lampiran 10 halaman 266).

(23)

Sebelum Sesudah

Keterangan:

Saran: penulisan pengarang sebaiknya dipisahkan antara penulis dan konsultan ahli.

Perbaikan: penulis adalah peneliti, konsultan ahli adalah pembimbing tesis. Sesudah

Keterangan:

Saran: header disampul dihilangkan, dimunculkan model pembelajaran yang mewarnai modul.

Perbaikan: header dihilangkan pada sampul, model GDL dicantumkan dalam sampul.

(24)

Keterangan:

Saran: penggantian Gambar supaya tidak menakutkan , kemudian dicari Gambar yang resolusinya bagus.

Perbaikan: Gambar diganti yang lebih bagus resolusinya dan diambil dari benda asli.

Sebelum Sesudah

Keterangan:

Saran: pada francis tidak ada Gambar, isinya hanya teks saja. Perbaikan: Gambar pada francis dihilangkan.

(25)

Keterangan:

Saran: warna pada tahap generalisasi mengapa berbeda ? padahal tahapan GDL sama ?

Perbaikan: pada tahap generalisasi warna diganti sama dengan pada tahap GDL yang lain.

(26)

Keterangan:

Saran: Gambar robot diganti yang lebih jelas.

Perbaikan: Gambar robot transformer diganti yang lebih kelihatan bagian tubuhnya.

Keterangan:

Saran: Gambar otot dicari yang resolusinya lebih bagus.

Perbaikan: Gambar diganti dengan Gambar yang lebih bagus resolusinya

(27)

.

Revisi dari ahli modul adalah sebagai berikut: header pada sampul dihilangkan, judul modul berbasis GDL diletakkan di sampul, pemilihan Gambar sampul tidak menakutkan siswa, Gambar dicari yang resolusinya bagus, pada francis tidak pakai Gambar berisi teks saja tanpa FKIP, pada isi modul Gambar kurang jelas, istilah asing dicetak miring (italic), tahap pembelajaran (sintaks) di

bold, nomor indikator disesuaikan dengan kompetensi, Gambar robot kurang jelas

perlu ditambahkan teks. Setting lembar kerja siswa digabung dan diberi nomor untuk menjawab, Gambar tanpa seding, generalisasi harus disamakan karena menunjukkan tingkatan yang sama dalam sintaks.

Rangkuman Bab I dijadikan dua halaman, latihan soal tiap bab diberi kunci lengkap diletakkan di akhir (setelah daftar pustaka ebelum glosarium), Gambar otot

Keterangan:

Saran: sumber belajar berupa alamat web sebaiknya dihilangkan karena sudah ada di daftar pustaka.

Perbaikan: sumber belajar yang berupa web dihilangkan.

(28)

pada bab III dicari yang resolusinya bagus, alamat web disingkat atau dihilangkan saja karena sudah ada di daftar pustaka.

Hasil validasi menunjukkan bahwa modul GDL melibatkan siswa dalam penemuan konsep, anatomi modul, dan memperhatikan kode etik dan hak cipta memiliki nilai sempurna (100). Tampilan modul GDL secara umum juga memiliki nilai 94 (sangat baik). Hasil keseluruhan dari ahli modul didapatkan nilai 91 (sangat baik) dan bisa diimplementasikan di sekolah (lihat lampiran 10 halaman 266).

c. Validasi Produk Instrumen dari Ahli Instrumen

Validasi produk instrumen yang mendukung modul IPA berbasis GDL pada materi sistem gerak manusia untuk siswa kelas VIII SMP Negeri 26 Surakarta dilakukan oleh Bapak Dr. Maridi, M.Pd. (lihat lampiran 10 halaman 266).

Validasi dari ahli instrumen pada tujuan pembelajaran, kata mengidentifikasi sebaiknya diganti dengan menyebutkan, siswa familiar dengan kata menyebutkan dari pada mengidentifikasi. Perbaikan kata mengidentifikasi pada tujuan pembelajaran diganti dengan kata menyebutkan. Saran pada kegiatan pembelajaran berisi kegiatan dalam proses pembelajaran, dirinci kegiatan yang dilakukan oleh guru dan kegiatan yang dilakukan oleh siswa.

(29)

Kegiatan pembelajaran berisi perintah guru dan bahan diskusi tetapi apa yang dilakukan guru. Perbaikan pada kegiatan pembelajaran dibedakan menjadi kegiatan guru dan kegiatan siswa. Kegiatan guru: apa yang dilakukan guru selama proses pembelajaran. Kegiatan siswa: kegiatan yang dilakukan oleh siswa

Sebelum

(30)

Saran pada kisi-kisi soal kognitif kata kerja operasional pada aspek kognitif disesuaikan dengan kemampuan yang akan diukur, misalnya C3 menyebutkan seharusnya mengaplikasikan. Perbaikan penyesuaian kata kerja operasional pada aspek kognitif dengan kemampuan yang akan diukur.

(31)
(32)
(33)

Saran pada lembar penilaian sebaiknya menggunakan nama siswa bukan huruf, sebaiknya diberi nomor urut saja untuk menghindari nama-nama yang mungkin akan mengganggu nantinya. Perbaikan untuk kolom nama siswa ditulis nomor absen saja, untuk menghindari subjektivitas penilaian.

Validasi ahli instrumen menggunakan lembar validasi yang meliputi aspek: Perumusan tujuan pembelajaran, pemilihan dan pengorganisasian materi ajar, pemilihan sumber dan media ajar, model dan model pembelajaran, dan penilaian hasil belajar. Hasil keseluruhan dari ahli instrumen mendapatkan nilai sempurna (100). Instrumen dapat diimplementasikan di sekolah (uji lapangan operasional) (lihat lampiran 10 halaman 266).

4. Hasil Revisi Produk Utama

Produk modul GDL yang telah divalidasi dari ahli materi oleh Bapak Puguh Karyanto, Ph.D., ahli modul Bapak Dr. M. Masykuri, M.Si., dan ahli instrumen Bapak Dr. Maridi, M.Pd. , hasil revisi produk modul GDL bahwa produk perlu diperbaiki dan siap diuji cobakan pada uji coba lapangan utama.

Hasil validasi ahli materi mendapatkan nilai 96, ahli modul nilai 91, dan ahli instrumen nilai 100. Produk modul dan instrumen yang sudah divalidasi ahli materi, ahli modul, dan ahli instrumen dihasilkan Produk II. Produk Modul IPA berbasis

Guided Discovery Learning pada materi sistem gerak manusia untuk siswa kelas

(34)

5. Uji Coba Lapangan Utama

Modul IPA berbasis GDL pada materi sistem gerak manusia untuk siswa memiliki kelebihan yaitu siswa termotivasi untuk mempelajari lebih lanjut setelah membacanya. Bahasa yang terdapat dalam modul GDL mudah dipahami oleh siswa dan komunikatif. Gambar atau ilustrasi dalam modul menarik bagi siswa, karena Gambar berupa benda asli dan berwarna, sehingga memudahkan siswa memahami materi yang disampaikan dengan mengamati, melakukan penyelidikan melalui Gambar tersebut. (lihat lampiran 11, halaman 276).

Modul IPA berbasis GDL menyajikan informasi kasus nyata dalam kehidupan sehari-hari dikemas dalam bentuk infobio. Infobio merupakan hal baru bagi siswa sehingga dapat menambah wawasan siswa. Saran tulisan pada soal terlalu kecil dan Gambar ada soal kurang jelas. Hasil angket pengembangan modul GDL dari siswa sangat setuju dengan nilai 3,5 (sangat baik), siswa yang setuju dengan nilai 1,2 (cukup), dan 0,2 siswa ragu-ragu. (lihat lampiran 13 halaman 302).

Soal kognitif dalam modul GDL, telah divalidasi oleh 30 siswa SMP kelas VIII diuji cobakan sebanyak 70 buah soal pilihan ganda. Hasilnya dianalisis validitas dan reliabilitasnya, dari 70 soal semuanya reliabel, 47 soal valid, 18 soal perlu direvisi, dan 5 soal tidak valid. (lihat lampiran 12 halaman 288).

Modul IPA berbasis GDL pada materi sistem gerak manusia untuk guru merupakan produk baru. Bahasanya mudah dipahami dan komunikatif, Gambarnya menarik, sintaks jelas dan mudah dikerjakan, soal dapat dipahami tetapi tulisan dan Gambar sebaiknya diperjelas. Hasil angket diperoleh nilai 4,0 (sangat baik). Modul GDL menarik dan layak untuk digunakan oleh siswa kelas VIII SMP/MTs.

(35)

6. Hasil Revisi Produk Operasional

Gambar yang terdapat dalam modul IPA berbasis GDL diperbesar, tulisan pada soal kognitif ukurannya diperbesar. Soal kognitif direvisi kalimatnya, sehingga memudahkan siswa memahami soal tersebut. Soal tidak valid tidak digunakan, 65 soal valid dan yang sudah direvisi digunakan sebanyak 60 soal. Soal diletakkan pada akhir bab dan sebagai uji kompetensi di akhir modul.

Produk modul IPA berbasis GDL setelah mengalami revisi disebut sebagai produk final. Produk inilah yang diuji lapangan operasional di sekolah sasaran.

7. Uji Lapangan Operasional

Uji lapangan operasional dilaksanakan pada kelompok belajar, karena dilaksanakan di luar jadual pelajaran/kurikulum. Kelompok belajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII .

Uji lapangan operasional dilaksanakan sebanyak lima kali pertemuan, setiap pertemuan dilaksanakan 2 x 40 menit (sama seperti jam pelajaran kurikulum). Sebelum dilakukan uji coba pada dua kelompok belajar yaitu satu kelompok kelas dengan penggunaan modul berbasis GDL dan satu kelompok belajar kelas baseline dilakukan tes awal. Kelas dengan penggunaan modul berbasis GDL dilaksanakan pembelajaran menggunakan produk III dan pada kelas baseline pembelajaran konvensional.

Uji kognitif awal (tes awal) dilaksanakan sebelum uji lapangan operasional, dan setelah proses pembelajaran dilakukan tes akhir. Siswa mengerjakan angket afektif dan psikomotor sebelum penelitian sebagai tes awal dan pada akhir juga dilakukan mengerjakan angket afektif dan psikomotor sebagai tes akhir. Pada uji

(36)

lapangan operasional setiap kali pembelajaran berlangsung dilakukan pengumpulan data dengan lembar observasi aspek afektif dan psikomotor.

8. Revisi Produk Akhir

Produk modul GDL setelah digunakan pada uji lapangan operasional terdapat beberapa salah ketik yang perlu dilakukan pembetulan. Adanya kritik dan saran dari pengguna modul, pembaca, dan sahabat untuk ikut melakukan koreksi terhadap modul tersebut. Modul yang sudah direvisi akan menjadi produk akhir. Produk akhir dari modul IPA berbasis GDL pada materi sistem gerak manusia untuk siswa kelas VIII SMP/MTs akan disosialisasikan melalui MGMP IPA SMP Kota Surakarta.

9. Hasil Uji Lapangan Operasional

Hasil penelitian berupa hasil belajar siswa ditinjau dari aspek afektif, aspek psikomotor, dan aspek kognitif. Aspek kognitif dilakukan dengan tes pilihan ganda. Aspek afektif dengan lembar observasi dan angket. Aspek psikomotor dengan lembar observasi dan angket. Sebelum penelitian dilakukan tes awal dan diakhiri dengan tes akhir.

Kelas dengan penggunaan modul GDL menekankan bimbingan atau petunjuk yang mengarah ke penemuan konsep/teori. Penelitian ini sependapat dengan Sweller et.al (2007), guided discovery learning menekankan bekerja dari bimbingan, mereka memiliki instruktur dengan memberikan masalah untuk belajar dan berlatih sendiri, teknik pembelajaran seperti itu akan lebih berhasil untuk menutupi keterbatasan kapasitas memori kerja (struktur kognitif siswa). Senada

(37)

dengan Melani et.al (2012) bahwa model guided discovery learning berpengaruh terhadap sikap ilmiah dan hasil belajar.

Sependapat dengan Martins dan Oyebanji et al (2000) serta Bajah dan Asim (2002) bahwa guided discovery learning lebih efektif dari pembelajaran konvensional dan meningkatkan hasil belajar siswa. Senada dengan Atherton (2002), dalam konteks belajar, pembelajaran berbasis penemuan dapat dideskripsikan sebagai proses dimana pengalaman belajar direfleksikan secara mendalam dan dari sini muncul pemahaman baru (proses belajar), hasil belajar siswa akan meningkat secara signifikan.

1. Hasil Belajar Aspek Kognitif

Hasil belajar kognitif pada kelas dengan penggunaan modul berbasis GDL tes awal memiliki rerata 45 dan tes akhir 76, sementara kelas baseline tes awal dengan rerata 51 dan tes akhir 72. Kelas dengan penggunaan modul berbasis GDL lebih efektif dibanding kelas baseline. Selisih tes awal dan tes akhir pada kelas dengan penggunaan modul berbasis GDL sebesar 31 tingkat keefektifan 59,6% sedangkan kelas baseline 21 tingkat keefektifan 40,4%.

Kelas dengan penggunaan modul berbasis GDL lebih efektif dibandingkan kelas baseline. Hasil ini sependapat dengan Santrock (2007), belajar sebagai pengaruh permanen atas perilaku, pengetahuan dan keterampilan berpikir yang diperoleh melalui pengalaman. Hasil belajar kognitif senada dengan pendapat Ibrahim dan Syaodah (2010), bahwa dalam pengajaran siswalah yang menjadi subjek, dialah pelaku kegiatan belajar, dengan demikian hasil belajar kognitif akan meningkat.

(38)

Penelitian ini sependapat dengan Aunurrahman (2009), bahwa belajar dikatakan aktif jika siswa menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan yang telah dimilikinya. Siswa akan belajar dengan baik apabila diberikan kesempatan menghubungkan fakta dan fenomena dengan situasi nyata (konstruktif). Untuk meningkatkan perolehan belajar, siswa harus menyadari tujuan yang ingin dicapainya. Perbandingan aspek kognitif antara kelas dengan penggunaan modul berbasis GDL dan kelas baseline dapat dilihat pada Gambar 4.16.(lihat lampiran 15 halaman 315).

Gambar 4.16. Histogram Perbandingan Rerata Aspek Kognitif Kelas dengan Penggunaan Modul Berbasis GDL dan Baseline

Kelas dengan penggunaan modul berbasis GDL diakhir pembelajaran diberikan tes untuk mengukur ketercapaian indikator. Pembelajaran materi rangka diperoleh rerata 76. Materi persendian diperoleh rerata 77. Materi otot rerata 80 dan materi penyakit/gangguan pada sistem gerak diperoleh rerata 81. (lihat lampiran 15 halaman 315). Kelas baseline pada materi rangka diperoleh rerata 68. Materi persendian diperoleh rerata 69. Materi otot rerata 72 dan materi penyakit/gangguan pada sistem gerak diperoleh rerata 73 (lihat lampiran 16 halaman 321). Hasil

45 76 51 72 0 10 20 30 40 50 60 70 80

Rerata tes awal Rerata tes akhir

GDL Baseline Nilai

(39)

penelitian ini sependapat dengan Castronova Joyce (2002), pembelajaran penemuan menekankan proses bukan produk akhir, sehingga mendorong penguasaan dan penerapan. Lihat tabel 4.3.

Tabel 4.3. Rerata Aspek Kognitif pada Setiap Pertemuan

Kelas Rangka Persendian Otot Penyakit/gangguan pada sistem gerak

Modul GDL 76 77 80 81

Baseline 68 69 72 73

Selama proses pembelajaran sistem gerak manusia terjadi peningkatan nilai rerata kedua kelas yang dapat dilihat pada Gambar 4.17.

Gambar 4.17. Histogram Perbandingan Rerata Kognitif pada Proses Pembelajaran

Terjadinya perbedaan signifikan antara kelas dengan penggunaan modul berbasis GDL dan kelas baseline disetiap pertemuan disebabkan adanya kegiatan yang menunjang siswa kelas dengan penggunaan modul berbasis GDL dalam melakukan penyelidikan dan mengalami sendiri proses penemuan konsep. Proses pembelajaran dipandu menggunakan modul GDL, mengarahkan siswa dalam

68 69 72 73 76 77 80 81 60 65 70 75 80 85

rangka sendi otot penykt

Baseline modul GDL Nilai

(40)

Penelitian ini sependapat dengan Surya (2008), penggunaan modul untuk belajar mandiri. Modul dilengkapi petunjuk untuk belajar sendiri agar tercapainya tujuan pembelajaran. Modul GDL membantu siswa dalam memahami materi, langkah-langkah GDL dalam proses penemuan konsep serta adanya panduan pada modul tersebut, mengarahkan siswa pada proses penemuan konsep.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Mayer et al (2004). Pembelajaran

discovery terbimbing umumnya lebih efektif dari pada discovery murni. Siswa

bekerja sama dalam kelompoknya melakukan kegiatan menanya, megamati, menyelidiki, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan hasil diskusi kelompok (penyelidikannya). Penelitian ini juga sependapat dengan Bruner (Dahar, 2011).

Guided discovery learning (GDL) apabila selama kegiatan belajar berlangsung

siswa dibiarkan mencari atau menemukan sendiri makna segala sesuatu yang dipelajari dengan sedikit bantuan guru.

Modul GDL memandu siswa melakukan kegiatan stimulasi yaitu siswa diajak mengamati benda nyata terkait dengan materi, kemudian melakukan identifikasi masalah untuk menentukan arah penyelidikan, modul memandu siswa dengan pertanyaan pada bahan diskusi agar siswa lebih terarah ke konsep/teori. Siswa melakukan penyelidikan dengan mengumpulkan informasi, melakukan praktikum, menyelidiki torso, mengamati otot pada mikroskop. Penelitian ini sependapat dengan I Nyoman Suardana et al (2006) dan Kuwato et al (2007), modul pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar yang disertai perubahan tingkah laku. Modul GDL dapat meningkatkan hasil belajar siswa dari aspek kognitif.

Modul GDL pada tahap pengumpulan data dilakukan dengan mencari informasi dari sumber lain (buku yang relevan, internet, dan dalam kehidupan

(41)

sehari-hari). Setelah data dikumpulkan, selanjutnya data diolah, dikelompokkan, dianalisis, dan ditabulasikan. Data kemudian diverifikasi atau dibuktikan dengan membandingkan dengan teori yang sudah ada, apakah sudah benar atau masih salah. Selanjutnya digeneralisasi (disimpulkan), sehingga siswa akan menemukan konsep yang benar menurut siswa. Konsep/teori yang ditemukan siswa dikomunikasikan dalam diskusi kelas melalui presentasi kelompok. Guru sebagai motivator dan fasilitator melakukan konfirmasi untuk meluruskan dan menegaskan konsep/teori yang telah ditemukan oleh siswa.

Siswa pada kelas dengan penggunaan modul berbasis GDL lebih aktif terlibat secara langsung, mengalami sendiri proses penemuan konsep/teori baru. Teori/konsep tersebut akan lebih bermakna dan tersimpan dalam benaknya. Hal ini senada dengan pendapat Agus (2013) bahwa model pembelajaran berbasis GDL adalah model mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya tidak melalui pemberitahuan, namun ditemukan sendiri. Khasnis et al (2011), menyatakan bahwa model guided discovery dalam pembelajaran meningkatkan kecerdasan siswa (aspek kognitif). Hal inilah yang menyebabkan siswa dari kelas dengan penggunaan modul berbasis GDL memiliki nilai rerata yang lebih tinggi dari kelas baseline.

Kelas baseline pembelajaran menggunakan buku paket (BSE, Saeful: Belajar IPA, 2009) dan LKS (Tiara, IPA Biologi, 2013) yang biasa digunakan di sekolah. Guru memberikan informasi langsung pada siswa, sehingga siswa pasif menerima informasi. Selain itu siswa mengerjakan kegiatan yang ada pada LKS berupa latihan soal, dan mengisi tabel yang menuntut aspek kognitif. Siswa pada kelas ini menerima pengetahuan hanya satu arah, siswa tidak aktif, siswa hanya

(42)

menghafalkan materi dan mengerjakan soal seperti yang mereka hafalkan. Teori/konsep didapatkan berasal dari penjelasan guru, sehingga siswa hafal tetapi sedikit pengetahuan terekam dalam memorinya.

BSE sama dengan modul sedangkan LKS merupakan media pembelajaran. Peningkatan aspek kognitif juga terjadi pada kelas baseline. Gambar 4.18. menunjukkan bahwa kelas dengan penggunaan modul berbasis GDL lebih efektif meningkatkan hasil belajar dibandingkan kelas baseline, tetapi dalam prosesnya siswa mengalami perbedaan. Proses pembelajaran yang dialami siswa sejalan dengan teori kognitivisme. Teori kognitivisme berpendapat bahwa anak SMP (usia sekitar 12-15 tahun) pada tahap berpikir formal operasional, sudah menunjukkan kemampuan berpikir orang dewasa, dapat mengaplikasikan konsep dan prinsip pada situasi baru, dapat mengendalikan variabel, mengemukakan hipotesis, dan merancang/melaksanakan eksperimen. Anak memprediksikan sesuatu yang abstrak atau menduga yang akan terjadi, kemampuan berpikir sistematis, memikirkan semua kemungkinan untuk memecahkan masalah serta mengkaitkan informasi yang didapatkan dengan struktur kognitif yang dimiliki siswa. Penelitian pengembangan modul GDL, siswa dari kelas dengan penggunaan modul berbasis GDL lebih aktif, mengalami sendiri proses penemuan konsep/teori, sehingga pengetahuan itu akan menjadi milikinya sendiri (teori konstruktivisme).

Gagne mengemukakan bahwa pengetahuan yang diperoleh siswa dapat berupa pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural (Dahar, 2011). Pengetahuan deklaratif dapat dilihat saat siswa melakukan presentasi di depan kelas, sementara pengetahuan prosedural saat siswa melakukan kegiatan

(43)

pengamatan. Langkah-langkah sistematis dalam pengamatan merupakan pencerminan dari pengetahuan prosedural (keterampilan intelektual).

2. Hasil Belajar Aspek Afektif

Penelitian pengembangan modul GDL untuk penilaian aspek afektif melalui lembar observasi dan angket. Sebelum dan sesudah penelitian dilakukan tes dengan menggunakan angket. Selama pembelajaran dilakukan pengambilan data dengan menggunakan lembar observasi.

Hasil aspek afektif kelas dengan penggunaan modul berbasis GDL pada tes awal memiliki rerata 63,9 dan tes akhir 77,3 sedangkan kelas baseline tes awal rerata 64,1 dan tes akhir 69,3. (lihat lampiran 15 halaman 315).Selisih antara tes awal dan tes akhir kelas dengan penggunaan modul berbasis GDL sebesar 13,4 sedangkan kelas baseline 5,2. Tingkat keefektifan sebesar 72% pada kelas modul dan 27,9% pada kelas baseline (lihat lampiran 16 halaman 321) Hal ini membuktikan bahwa modul GDL lebih efektif dibanding kelas baseline. Perhatikan Gambar 4.18.

Gambar 4.18. Histogram Perbandingan rerata Aspek Afektif Kelas dengan penggunaan modul berbasis GDL dan Baseline

63.9 77.3 64.1 69.9 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

tes awal tes akhir

GDL Baseline Nilai

(44)

Kelas dengan penggunaan modul berbasis GDL memiliki rerata di atas 70 yang merupakan target penelitian. Selama proses pembelajaran dilakukan pengamatan langsung melalui lembar observasi. Kelas dengan penggunaan modul berbasis GDL memiliki rerata 48 pada materi rangka, memiliki rerata 57 materi persendian, memiliki rerata 68 untuk materi otot, dan materi penyakit/gangguan pada sistem gerak manusia memiliki rerata 76 (lihat lampiran 15 halaman 315). Kelas baseline memiliki rerata 40 pada materi rangka, materi persendian 53, materi otot 61, dan materi penyakit/gangguan pada sistem gerak manusia 71 (lihat lampiran 16 halaman 321). Perhatikan tabel 4.4. dan Gambar 4.19.

Tabel 4.4. Rerata Aspek Afektif pada Setiap Pertemuan

Kelas Rangka Persendian Otot Penyakit/gangguan pada sistem gerak

Modul GDL 48 57 68 76

Baseline 40 53 61 71

Selama proses pembelajaran kelas dengan penggunaan modul berbasis GDL selalu memiliki rerata di atas kelas baseline. Meskipun kedua kelas mengalami peningkatan rerata aspek afektif selama proses pembelajaran. Kelas dengan penggunaan modul berbasis GDL menuntut siswa aktif, sehingga siswa akan terbiasa untuk melakukan kegiatan seperti pengamatan terhadap lingkungan sekitar sebagai wujud pengamalan agama yang dianutnya, memiliki perilaku teliti dan cermat mengamati objek pembelajaran, memiliki perilaku objektif dan bertanggungjawab dalam melakukan diskusi kelompok, menghargai kerja individu dalam kelompok saat melaksanakan diskusi, menunjukkan sikap peduli terhadap kesehatan diri sendiri dan lingkungan, menunjukkan perilaku sehat dalam memilih

(45)

makanan dan minuman yang menyehatkan, dan menunjukkan sikap menghargai penjual makanan di sekolah.

Penelitian ini sesuai dengan teori belajar bermakna Ausubel. Belajar bermakna memiliki ciri berhubungan dengan cara informasi (sistem penerimaan atau penemuan) dan cara bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada dibenaknya. Belajar bermakna diartikan sama dengan belajar hafalan, belajar penerimaan juga dapat menjadi bermakna dengan cara menjelaskan hubungan antar konsep-konsep. Siswa mengkaitkan pengetahuan yang dimiliki dengan konsep baru yang didapatkan dari belajar bersama. Melalui proses penemuan tersebut konsep akan lebih lama tersimpan dalam benaknya.

Gambar 4.19. Histogram Perbandingan Rerata Aspek Afektif Selama Proses Pembelajaran

Kelas baseline siswa menerima informasi secara langsung dari guru, menghafal tanpa tahu proses penemuan konsep/teori baru. Siswa pasif, duduk manis dalam kelas, mendengarkan guru menerangkan, mencatat, siswa lebih suka berbicara dengan teman, atau sibuk dengan kegiatannya sendiri yang tidak ada

48 57 68 76 40 53 61 71 0 10 20 30 40 50 60 70 80

Rangka Sendi Otot Penyakit

GDL Baseline Nilai

(46)

kaitannya dengan pembelajaran dan bertanya belum jelas materi dari guru. Hal ini menunjukkan aspek afektif rendah

Penelitian ini menggunakan penemuan terbimbing sependapat dengan Herdian (2010). Model yang mungkin dilaksanakan pada siswa SMP adalah model penemuan terbimbing (guided discovery learning). Hal ini dikarenakan siswa SMP masih memerlukan bantuan guru sebelum menjadi penemu murni. Guru membimbing siswa yang dapat memotivasi siswa sehingga aspek afektif mengalami peningkatan yang signifikan. Melani et al (2012) melaporkan bahwa model guided discovery learning berpengaruh signifikan terhadap sikap ilmiah dan hasil belajar kognitif. Effendi et al (2013) melaporkan bahwa hasil belajar siswa yang menggunakan MPGD (Model Pembelajaran Guided Discovery) lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang menggunakan MPL (Model Pembelajaran Langsung).

Kelas dengan penggunaan modul berbasis GDL telah mencapai target yang ditentukan sebelum penelitian yaitu dengan rerata 70. Hasil penelitian pengembangan pada aspek afektif dilakukan penilaian proses pada setiap pertemuan, ternyata akan memotivasi siswa untuk lebih aktif dan terlibat langsung dalam proses penemuan konsep/teori. Hal ini menunjukkan bahwa kelas dengan penggunaan modul berbasis GDL lebih efektif dibanding kelas baseline.

3. Hasil Belajar Aspek Psikomotor

Hasil belajar aspek psikomotor dengan angket, kelas dengan penggunaan modul berbasis GDL pada tes awal memiliki rerata 59,9 dan tes akhir 73,6 (lihat lampiran 15 halaman 315) keefektifan 67,5%, sedangkan kelas baseline pada tes

(47)

awal memiliki rerata 57,8 dan tes akhir rerata 64,4 keefektifan 32,5%. Selisih tes awal dan tes akhir kelas dengan penggunaan modul berbasis GDL sebesar 13,7 sedangkan kelas baseline sebesar 6,6 (lihat lampiran 16 halaman 321). Perhatikan Gambar 4.20.

Hasil lembar observasi selama pembelajaran, kelas dengan penggunaan modul berbasis GDL memiliki rerata 52 pada materi rangka, materi persendian 62, rerata 70 pada materi otot, dan 78 pada materi penyakit/gangguan sistem gerak

Gambar 4.20. Histogram Perbandingan Rerata Aspek Psikomotor antara Kelas dengan penggunaan modul berbasis GDL dan Baseline

manusia. Sedangkan pada kelas baseline memiliki rerata 45 pada materi rangka, rerata 54 pada materi persendian, rerata 62 pada materi otot, dan memiliki rerata 71 pada materi penyakit/gangguan sistem gerak manusia. Penelitian ini sesuai dengan pendapat Budiningsih (2005) bahwa lingkungan siswa yang demokratis memberi kebebasan melakukan pilihan tindakan belajar dan mendorongnya terlibat secara fisik, emosional, dan mental dalam proses belajar, sehingga dapat memacu kegiatan kreatif-produktif. Siswa akan melakukan kegiatan yang mengaktifkan aktivitas

59.9 73.6 57.8 65.3 0 10 20 30 40 50 60 70 80

Psikomotor awal Psikomotor akhir

GDL Baseline Nilai

(48)

Tabel 4.5. Rerata Aspek Psikomotor pada Setiap Pertemuan

Kelas Rangka Persendian Otot Penyakit/gangguan

pada sistem gerak

Modul GDL 52 62 70 78

Baseline 45 54 62 71

Penelitian ini sependapat dengan penelitian Borthick dan Jones et al (2000), bahwa model penemuan menuntut siswa belajar mengenal suatu masalah, karakteristik dari solusi, mencari informasi yang relevan, membangun strategi untuk mencari solusi, dan melaksanakan strategi yang dipilih. Model penemuan membiasakan siswa dalam memecahkan masalah. Perbandingan diantara keduanya dapat diamati pada Gambar 4.21.

Gambar 4.21. Histogram Perbandingan rerata Aspek Psikomotor selama Proses Pembelajaran

Kelas dengan penggunaan modul berbasis GDL menuntut keaktifan siswa, memotivasi siswa menjadi lebih aktif sehingga terjadi peningkatan rerata aspek psikomotor. Louis Alfieri et al (2011), pembelajaran penemuan terbimbing merupakan bentuk bimbingan instruksional untuk membantu siswa belajar, merespon kemajuan siswa melalui bimbingan guru.

52 62 70 78 45 54 62 71 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Rangka Sendi Otot Penyakit

GDL baseline Nilai

(49)

Lembar observasi untuk menilai saat siswa mengkomunikasikan hasil diskusi/penyelidikan meliputi merumuskan masalah, merumuskan hipotesis,

merencanakan prosedur percobaan, melakukan pengamatan/pengukuran,

melakukan analisis data dan menyimpulkan, penguasaan konsep sains, penampilan presenter, dan tayangan presentasi. Aspek psikomotor tidak bisa dikendalikan oleh guru tetapi oleh siswa itu sendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Wenning (2009) perbedaan antara pelajaran dan laboratorium (kegiatan praktikum), guru sebagian besar akan mengendalikan pelajaran sedangkan pada saat kegiatan praktikum sebagian besar dikendalikan oleh siswa. Aspek psikomotor (keterampilan siswa) akan nampak pada pembelajaran di laboratorium atau kegiatan praktikum.

B. Pembahasan

Produk modul yang dihasilkan berupa modul siswa dan modul guru. Modul siswa dilengkapi dengan sintaks GDL, siswa dipandu melakukan kegiatan

mengamati, menanya, mengumpulkan data, mengasosiasi, dan

mengkomunikasikan. Modul GDL membimbing siswa untuk menemukan konsep/teori yang baru bagi siswa, memotivasi siswa untuk melakukan penyelidikan dengan bimbingan petunjuk dalam modul. Modul guru memuat petunjuk bagi guru untuk mengkonfirmasi konsep/teori, dilengkapi dengan kunci jawaban dari modul siswa, dilengkapi dengan lembar penilaian aspek afektif dan psikomotor.

Modul GDL digunakan pada pembelajaran IPA, Wenning (2005) menyatakan bahwa pembelajaran IPA (Sains) disebut sebagai "penyelidikan berorientasi"

(50)

ilmiah: mengidentifikasi pertanyaan, konsep yang membimbing penyelidikan ilmiah, melakukan investigasi ilmiah, penggunaan teknologi, dan komunikasi. Siswa merumuskan dan merevisi penjelasan ilmiah menggunakan logika dan bukti, menganalisis, dan mengkomunikasikan serta mempertahankan argumentasi ilmiah. Modul IPA berbasis GDL sesuai dengan pembelajaran Sains sependapat dengan Wenning, kegiatan pembelajaran mengacu pada penyelidikan berorientasi kegiatan sehingga siswa melakukan penyelidikan ilmiah.

Pengembangan modul IPA berbasis GDL divalidasi oleh ahli validasi, dan pengguna produk. Hasil divalidasi oleh ahli materi dengan nilai 96 (sangat baik), dan ahli modul dengan nilai 91 (sangat baik). Modul GDL dinyatakan layak untuk digunakan (diimplementasikan) di sekolah.

Penelitian ini sejalan dengan pendapat Dimyati dan Mudjiono (2000) bahwa hasil belajar merupakan hasil interaksi dari tindak belajar dan mengajar, hasil belajar meliputi kognitif, afektif dan psikomotor. Senada dengan Purwanto (2013), hasil belajar merupakan pencapaian tujuan pendidikan pada siswa yang mengikuti proses belajar mengajar dan bersifat aktual. Sependapat dengan Winkel (2009), hasil belajar adalah perubahan yang melibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Sependapat dengan Sudjana (2009) hasil belajar adalah perubahan-perubahan perilaku yang diperoleh dari proses belajar yaitu aktifitas mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan dan menghasilkan peubahan-perubahan yang relatif konstan dan berbekas. Bloom mengklasifikasikan hasil belajar menjadi tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotor..

(51)

Keefektifan diperoleh dari selisih rerata nilai tes awal dan tes akhir dibagi dengan penjumlahan selisih kelas modul GDL dan kelas baseline dikalikan 100 %. Kelas dengan penggunaan modul GDL aspek kognitif keefektifan sebesar 59,6%, aspek afektif keefektifan 72%, dan aspek psikomotor keefektifan 67,5%. Kelas

baseline aspek kognitif keefektifan 40,4%, aspek afektif keefektifan 27,9%, dan

aspek psikomotor keefektifan 32,5%. Keefektifan bisa juga dilihat dari pencapaian rerata tes akhir melebihi KKM sebesar 70. Hal ini membuktikan bahwa modul GDL lebih efektif meningkatkan hasil belajar siswa.

Penelitian pengembangan modul GDL untuk meningkatkan hasil belajar siswa, hasil penelitian menunjukkan bahwa kelas dengan penggunaan modul berbasis GDL memiliki hasil belajar yang lebih tinggi dibanding kelas baseline. Senada dengan Balim et al (2009), hasil pembelajaran model GDL memiliki prestasi lebih tinggi dibandingkan dengan kelas konvensional. Senada dengan Gijler et al (2005) menunjukkan bahwa model GDL yang didasarkan pada pendekatan konstruktivis, memiliki efek positif pada prestasi belajar siswa. Senada dengan Udo, Mfon Effiong et al (2007), bahwa penemuan terbimbing adalah yang paling efektif diikuti oleh demonstrasi yang berpusat pada siswa. Penelitian senada Akanmu, M. Alex et al (2013) menunjukkan bahwa kelas eksperimen pembelajaran dengan model penemuan terbimbing memiliki prestasi lebih tinggi dibanding kelas kontrol.

Aspek afektif dan aspek psiokomotor kelas dengan penggunaan modul berbasis GDL memiliki nilai rerata lebih tinggi dibanding dengan kelas baseline. Senada dengan Papert (2000), bahwa belajar adalah aktif bukan pasif, berbasis proses bukan berbasis fakta. Belajar penemuan (GDL) dapat difasilitasi melalui

(52)

berbagai strategi, siswa aktif mencari pengetahuan baru . Siswa terlibat dalam hand

on (keterampilan atau aspek psikomotor) pada masalah nyata dan membutuhkan

solusi. Aspek afektif yang meningkat pada kelas dengan penggunaan modul berbasis GDL senada dengan Duffy (2009) yang menunjukkan bahwa motivasi siswa akan meningkat melalui pembelajaran penemuan terbimbing.

Pembelajaran pada kelas dengan penggunaan modul berbasis GDL dilakukan pengamatan dengan menggunakan lembar observasi keterlaksanaan sintaks. Lembar observasi mencakup indikator pembelajaran dirumuskan secara rinci dan operasional, pendekatan berpusat pada siswa (adanya interaksi antara guru dan siswa), KBM sesuai dengan RPP, menghubungkan konsep yang dipelajari dengan kehidupan sehari-hari, guru menggunakan bahasa yang komunikastif, alokasi waktu, dan penilaian yang dilakukan. Semua sintaks GDL terlaksana dengan baik (lihat lampiran 17 halaman 327).

C. Keterbatasan Penelitian

Modul IPA berbasis GDL terbatas pada materi sistem gerak manusia merupakan materi kelas VIII semester tiga, tetapi diberikan pada semester empat sebagai pengayaan. Modul GDL divalidasi oleh dua ahli validator (satu orang ahli materi dan satu orang ahli modul), 10 orang siswa kelas VIII dan dua orang guru IPA. Hasil validasi akan lebih baik apabila melibatkan banyak ahli validasi, jumlah siswa dan guru sebagai pengguna produk.

Model GDL sesuai dengan karekteristik materi sistem gerak manusia, apabila digunakan pada materi lain akan memiliki pengaruh berbeda. Penelitian pengembangan sampai tahap sembilan. Penelitian pengembangan Modul GDL

(53)

sampai pada revisi produk akhir, karena mengingat keterbatasan tenaga dan waktu. Tahap diseminasi hasil pengembangan tidak dilakukan, tetapi hasil pengembangan modul sudah disosialisasikan pada sekolah lain melalui MGMP IPA SMP/MTs Kota Surakarta. Modul GDL diuji keefektifan pada kelompok belajar yang merupakan siswa kelas VIII. Kelas yang digunakan ada dua yaitu kelas dengan penggunaan modul GDL.

Siswa hanya melihat dan menggambar preparat awetan yang sudah jadi. Siswa menggambar tiga macam preparat awetan yaitu otot polos, otot lurik, dan otot jantung. Kemudian siswa mengamati masing-masing otot dan menyebutkan ciri-ciri yang bisa diamati dari preparat tersebut.

D. Temuan di Lapangan

Penelitian pengembangan modul IPA berbasis GDL yang diuji lapangan operasional ternyata:

1. Ada dua produk akhir berupa modul siswa dan modul guru. 2. Modul GDL layak diimplementasikan di sekolah.

3. Kelas dengan penggunaan modul GDL lebih efektif dibanding kelas

baseline.

4. Modul GDL memotivasi siswa lebih berani mengajukan pertanyaan terkait dengan materi.

5. Modul GDL meningkatkan kerjasama siswa dalam satu kelompok, maupun dengan kelompok lain.

6. Modul GDL meningkatkan sikap peduli terhadap orang lain, menghargai perbedaan pendapat, dan berani mengkomunikasikan hasil diskusi.

(54)

7. Prosedur pengembangan R&D model Borg,W.R.& Gall,M.D. dilaksanakan sampai tahap sembilan, produk akhir sudah disosialisasikan di MGMP IPA Kota Surakarta.

8. Pelaksanaan pembelajaran dengan penggunaan modul GDL memerlukan waktu yang lebih lama.

Gambar

Gambar 4.1. Histogram Perbandingan Persentase Nilai Ideal dan Real 8 SNP   di SMP Negeri 26 Surakarta
Tabel 4.1. Ketidaktuntasan UN IPA SMP Negeri 26 Surakarta tahun 2012/2013
Tabel 4.2. Hasil Analisis Buku yang Digunakan di SMP Negeri 26 Surakarta
Gambar 4.2. Tampilan Sampul Modul Institusi yang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Roh utama Rumah Sakit Pendidikan adalah terselenggaranya proses pembelajaran klinik di Rumah Sakit berbasis pelayanan dengan mengutamakan keselamatan pasien. Semoga buku ini

Kita telah melihat bahwa meningkatnya suhu konflik LCS tidak mengarah pada perang besar disebabkan oleh norma cooperative security yang menjadi landasan Cina

Penelitian ini merupakan jenis penelitian dan pengembangan dan model pengembangan menggunakan Define, Design, Develop, Deseminate (4-D). Subjek dalam penelitian ini

Pada Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kabupaten jepara terdapat insentif untuk meningkatkan motivasi pegawai yang pada akhirnya akan meningkatkan produktivitas

Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Diploma III Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan banyak ilmu dan pengetahuan

Sesuai dengan analisa yang telah dilakukan oleh peneliti diatas bahwa fatwa yang menjadi dasar operasional perbankan syariah menerapkan metode penentuan

Kecemasan adalah manifestasi dari berbagai proses emosi yang bercampur baur, yang terjadi ketika orang sedang mengalami tekanan perasaan (frustasi) dan pertentangan batin / konflik

predictive maintenance , dimana perawatan ini lebih berfokus pada waktu, improve systems , dan reduce life-cycle cost .(Jiang et al 2015). Dijaman sekarang, Planning production