• Tidak ada hasil yang ditemukan

Infeksi Akut Saluran Nafas Bawah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Infeksi Akut Saluran Nafas Bawah"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)a a     

(2)   .  aa x  Bronkitis akut adalah peradangan akut pada bronkus dan cabang-cabangnya, yang mengakibatkan terjadinya edema dan pembentukan mukus. Walaupun diagnosis bronkitis sering merupakan diagnosis yang sering dibuat, pada anak keadaan ini agaknya bukan merupakan suatu penyakit tersendiri tetapi merupakan akibat dari beberapa keadaan lain pada saluran napas atas dan bawah. Manifestasi klinis biasanya terjadi akut mengikuti suatu infeksi saluran napas atas..    Bronkitis berhubungan dengan infeksi virus, bakteri sekunder, polusi udara, alergi, aspirasi kronis, refluks gastroesophageal, dan infeksi jamur. Virus merupakan penyebab tersering bronkitis (90%), sedangkan sisanya (10%) oleh bakteri. Virus penyebab yang sering yaitu yaitu virus Influenza A dan B, Parainfluenza, î   

(3)  (RSV), Rinovirus, adenovirus dan corona virus. Bronkitis akut karena bakteri biasanya dikaitkan dengan  

(4)     ,       

(5) , 

(6)

(7)           

(8)    .        

(9)

(10)  

(11)  .  

(12)   Penyebab lain agen kimia ataupun pengaruh fisik.. Π   

(13)   ejala utama bronkitis adalah timbulnya batuk produktif (berdahak) yang mengeluarkan dahak berwarna putih kekuningan atau hijau. Dalam keadaan normal saluran pernapasan kita memproduksi mukus kira-kira beberapa sendok teh setiap harinya. Apabila saluran pernapasan utama paru (bronkus) meradang, bronkus akan menghasilkan mukus dalam jumlah yang banyak yang akan memicu timbulnya batuk. Dikatakan bronkitis kronik bila keadaan ini berlangsung lebih dari 3 bulan. Mukus yang berwarna selain putih atau bening, menandakan adanya infeksi sekunder. Bronkitis akut juga dapat diikuti oleh gejala-gejala infeksi saluran napas atas, seperti : yY Perasaan tidak enak dan sesak pada dada. c  

(14)    Y Y. Y Y.

(15) yY Venggorokan serak yY 3idung mampat yY Sesak napas yY Mengi (bunyi napas ngik-ngik) yY Demam yang tidak tinggi dan menggigil yY ×emah dan letih. [ 

(16)  [    Vidak ada pemeriksaan penunjang yang memberikan hasil definitif untuk diagnosis bronkitis. Pemeriksaan kultur dahak diperlukan bila etiologi bronkitis harus ditemukan untuk kepentingan terapi. 3al ini biasanya diperlukan pada bronkitis kronis. Pada bronkitis akut pemeriksaan ini tidak berarti banyak karena sebagian besar penyebabnya adalah virus. Pemeriksaan radiologis biasanya normal atau tampak corakan bronkial meningkat.. Pada. beberapa penderita menunjukkan adanya penurunan ringan uji fungsi paru. Akan tetapi uji ini tidak perlu dilakukan pada penderita yang sebelumnya sehat. Jika dicurigai adanya asma sebagai penyakit yang mendasari, uji fungsi paru perlu dipertimbangkan untuk dilakukan.  [  

(17)  . . yY Penderita tidak perlu dirawat inap kecuali ada indikasi seperti dehidrasi atau penyempitan. bronkus yang berat.  yY V    . „Y Antibiotik tidak direkomendasikan secara rutin pada bronkitis akut, bahkan pemberian antibiotik dengan indikasi untuk pencegahan superinfeksi saluran napas bawah tidak memberikan keuntungan. „Y Bronkodilator agonis b2 seperti salbutamol dapat memberikan manfaat untuk mengatasi batuk, utamanya pada keadaan yang disertai dengan tanda-tanda bronkokontriksi. Pemberian salbutamol dengan dosis 0,1 mg/kgBB/kali.akan mengurangi batuk dalam 7 hari, lebih baik dibandingkan pemberian antibiotik, „Y Analgesik & antipiretik bila diperlukan dapat diberikan.. c  

(18)    Y Y. Y Y.

(19) „Y Pemberian antitusif tidak direkomendasikan, mukolitik, dan ekspektoran,walau belum cukup bukti klinis yang kuat, dapat dipertimbangkan diberikan bila batuknya efektif dan pada anak diatas 2 tahun. yY V   „Y Verapi bronkitis akut sebagian besar bersifat suportif. Diperlukan istirahat dan asupan makanan yang cukup, kelembaban udara yang cukup serta masukan cairan ditingkatkan..  a aa x  Bronkiolitis adalah infeksi akut pada saluran napas kecil atau bronkiolus yang pada umumnya disebabkan oleh virus, sehingga menyebabkan gejala - gejala obstruksi bronkiolus. Bronkiolitis ditandai oleh batuk, pilek, panas, u   pada saat ekspirasi, takipnea, retraksi, dan   /hiperaerasi paru pada foto dada.. [    [    RSV adalah  

(20)    î !us yang berukuran sedang (80 ± 350 nm), termasuk !. Verdapat dua glikoprotein permukaan yang merupakan bagian penting dari RSV untuk menginfeksi sel, yaitu protein   (     ) yang mengikat sel dan protein F (   " yang menghubungkan partikel virus dengan sel target dan sel tetangganya. Kedua protein ini merangsang antibodi neutralisasi protektif pada host. Verdapat dua macam strain antigen RSV yaitu A dan B. RSV strain A menyebabkan gejala yang pernapasan yang lebih berat dan menimbulkan sekuele. Masa inkubasi RSV 2 - 5 hari. Virus bereplikasi di dalam nasofaring kemudian menyebar dari saluran nafas atas ke saluran nafas bawah melalui penyebaran langsung pada epitel saluran nafas dan melalui aspirasi sekresi nasofaring. RSV mempengaruhi sistem saluran napas melalui kolonisasi dan replikasi virus pada mukosa bronkus dan bronkiolus yang memberi gambaran patologi awal berupa nekrosis sel epitel silia. Nekrosis sel epitel saluran napas menyebabkan terjadi edema. submukosa dan pelepasan debris dan fibrin ke dalam. lumen bronkiolus. Virus yang merusak epitel bersilia juga mengganggu gerakan mukosilier, mucus tertimbun di dalam bronkiolus. Kerusakan sel epitel saluran napas juga mengakibatkan c  

(21)    Y Y. Y Y.

(22) saraf aferen lebih terpapar terhadap alergen/iritan, sehingga dilepaskan beberapa neuropeptida (neurokinin,  P) yang menyebabkan kontraksi otot polos saluran napas. Pada akhirnya kerusakan epitel saluran napas juga meningkatkan ekpresi Intercellular Adhesion Molecule-1 (ICAM-1) dan produksi sitokin yang akan menarik eosinofil dan sel-sel inflamasi. Jadi, bronkiolus menjadi sempit karena kombinasi dari proses inflamasi, edema saluran nafas, akumulasi sel-sel debris dan mukus serta spasme otot polos saluran napas. Adapun respon paru ialah dengan meningkatkan kapasitas fungsi residu, menurunkan 

(23)  , meningkatkan tahanan saluran napas,    serta meningkatkan  . Semua faktor-faktor tersebut menyebabkan peningkatan kerja sistem pernapasan, batuk, u  , obstruksi saluran napas, hiperaerasi, atelektasis, hipoksia, hiperkapnea, asidosis metabolik sampai gagal napas. Karena resistensi aliran udara saluran nafas berbanding terbalik dengan diameter saluran napas pangkat 4, maka penebalan dinding bronkiolus sedikit saja sudah memberikan akibat cukup besar pada aliran udara. Apalagi diameter saluran napas bayi dan anak kecil lebih sempit. Resistensi aliran udara saluran nafas meningkat pada fase inspirasi maupun pada fase ekspirasi. Selama fase ekspirasi terdapat mekanisme klep hingga udara akan terperangkap dan menimbulkan overinflasi dada. Volume dada pada akhir ekspirasi meningkat hampir 2 kali di atas normal. Atelektasis dapat terjadi bila obstruksi total. Anak besar dan orang dewasa jarang mengalami bronkiolitis bila terserang infeksi virus. Perbedaan anatomi antara paru-paru bayi muda dan anak yang lebih besar mungkin merupakan kontribusi terhadap hal ini. Respon proteksi imunologi terhadap RSV bersifat transien dan tidak lengkap. Infeksi yang berulang pada saluran napas bawah. akan. meningkatkan. resistensi terhadap penyakit. Akibat infeksi yang berulang-ulang, terjadi µ 

(24)   # sehingga pada anak yang lebih besar dan orang dewasa cenderung lebih tahan terhadap infeksi bronkiolitis dan pneumonia karena RSV. Penyembuhan bronkiolitis akut diawali dengan regenerasi epitel bronkus dalam 3-4 hari, sedangkan regenerasi dari silia berlangsung lebih lama dapat sampai 15 hari.. Π   

(25)  Mula-mula bayi menderita gejala ISPA atas ringan berupa pilek yang encer dan bersin.  ejala ini berlangsung beberapa hari, kadang-kadang disertai demam dan nafsu makan c  

(26)    Y Y. Y Y.

(27) berkurang. Kemudian timbul distres nafas yang ditandai oleh batuk paroksismal, u   sesak napas. Bayi akan menjadi rewel muntah serta sulit makan dan minum. Bronkiolitis biasanya terjadi setelah kontak dengan orang dewasa atau anak besar yang menderita infeksi salurannafas atas yang ringan. Bayi mengalami demam ringan atau tidak demam sama sekali dan bahkan ada yang mengalami hipotermi. Verjadi distress nafas dengan frekuensi nafas lebih dari 60 kali per menit, kadang-kadang disertai sianosis, nadi juga biasanya meningkat. Verdapat nafas cuping hidung, penggunaan otot bantu pernafasan dan retraksi.Retraksi biasanya tidak dalam karena adanya hiperinflasi paru (terperangkapnya udara dalam paru). Verdapat ekspirasi yang memanjang , u   yang dapat terdengar dengan ataupun tanpa stetoskop, serta terdapat  

(28) . 3epar dan lien teraba akibat pendorongan diafragma karena tertekan oleh paru yang hiperinflasi. Sering terjadi hipoksia dengan saturasi oksigen < 92% pada udara kamar. Pada beberapa pasien dengan bronkiolitis didapatkan konjungtivitis ringan, otitis media serta faringitis.  x  Diagnosis bronkiolitis berdasarkan gambaran klinis, umur penderita dan adanya epidemi RSV di masyarakat. Kriteria bronkiolitis terdiri dari : (1) u   pertama kali, (2) umur 24 bulan atau kurang, (3) pemeriksaan fisik sesuai dengan gambaran infeksi virus misalnya batuk, pilek, demam dan (4) menyingkirkan pneumonia atau riwayat atopi yang dapat menyebabkan u  . Untuk menilai kegawatan penderita dapat dipakai skor î  $     %   &î$ %" yang menilai distres napas berdasarkan 2 variabel respirasi yaitu u   dan retraksi. Bila skor lebih dari 15 dimasukkan kategori berat, bila skor kurang 3 dimasukkan dalam kategori ringan.. Y  Y Y  . . Y Y .  Y `Y. 

(29) YY . ` . Y `Y 

(30) YY. c  

(31)    Y Y.

(32). . `. ` Y  

(33) Y. Y. YY.

(34) î  Y ` ! Y Y    Y Y `    #$#. îY îY î. `Y `Y `. " Y " Y ". Y Y. %. [

(35)    merupakan alat yang tidak invasif dan berguna untuk menilai derajat keparahan penderita. Saturasi oksigen < 95% merupakan tanda terjadinya hipoksia dan merupakan indikasi untuk rawat inap. Ves laboratorium rutin tidak spesifik. 3itung lekosit biasanya normal. Pada pasien dengan peningkatan lekosit biasanya didominasi oleh PMN dan bentuk batang. Kim. dkk. (2003),. mendapatkan bahwa ada subgrup penderita bronkiolitis dengan eosinofilia. Analisa gas darah dapat menunjukkan adanya hipoksia dan asidosis metabolik jika terdapat dehidrasi.  ambaran radiologik mungkin masih normal bila bronkiolitis ringan. Umumnya terlihat paru-paru mengembang &   " Bisa juga didapatkan bercak-bercak yang tersebar, mungkin atelektasis (  

(36) ) atau pneumonia (   

(37)  ). Pada x-foto lateral, didapatkan diameter AP yang bertambah dan diafragma tertekan ke bawah. Pada pemeriksaan x-foto dada, dikatakan     apabila kita mendapatkan siluet jantung yang menyempit, jantung terangkat, diafragma lebih rendah dan mendatar, diameter anteroposterior dada bertambah, ruang retrosternal lebih lusen, iga horisontal, pembuluh darah paru tersebar.. [  

(38)  . . Prinsip dasar penanganan bronkiolitis adalah terapi suportif: oksigenasi, pemberian. cairan. untuk mencegah dehidrasi, dan nutrisi yang adekuat. Bronkiolitis ringan biasanya bisa rawat jalan dan perlu diberikan cairan peroral yang adekuat. Bayi dengan bronkiolitis sedang sampai berat harus dirawat inap. Penderita resiko tinggi harus dirawat inap, diantaranya: berusia kurang dari 3 bulan, prematur, kelainan jantung, kelainan neurologi, penyakit paru kronis, defisiensi imun, distres napas. Vujuan perawatan di rumah sakit adalah terapi suportif, mencegah dan mengatasi komplikasi, atau bila diperlukan pemberian antivirus. Di Bagian Anak RS Dr Soetomo Surabaya selain terapi suportif, secara rutin nebulasi agonis b2 juga diberikan pada setiap penderita bronkiolitis. Steroid sistemik diberikan pada kasus± kasus berat. Antibiotika diberikan bilamana keadaan umum penderita kurang baik, atau ada dugaan infeksi sekunder dengan bakteri. c  

(39)    Y Y. Y Y.

(40) [  a x  Pneumonia ialah keradangan pada parenkim paru dimana asinus terisi cairan dan sel radang, dengan atau tanpa disertai infiltrasi sel radang dalam dinding alveoli dan rongga interstitium..    Sebagian besar disebabkan oleh infeksi mikroorganisme (bakteri, virus, dan mycoplasma, jamur, aktinomisetes, riketsia, klamidia, protozoa), akan tetapi dapat juga disebabkan oleh bahan-bahan lain, sehingga dikenal : „Y [   ', oleh karena aspirasi minyak mineral. „Y [   (u, inhalasi bahan-bahan organic dan organic atau uap kimia seperti beryllium, „Y © 

(41)

(42) 

(43) ! 

(44) , inhalasi bahan debu yang mengandung allergen, seperti spora aktinomisetes. „Y [     ), nitrofurantoin, busulfan, metotreksat. „Y [     î „Y Pneumonia dengan penyebab tidak jelas, Desquamative interstitial pneumonia, eosinofilic pneumonia. Berikut pembahasan mengenai penyebab pneumonia karena infeksi dari mikroorganisme, khususnya oleh bakteri, virus, dan mycoplasma, sebagai berikut. yY       ialah penyebab paling umum dari pneumonia.     adalah kokkus gram-positif yang merupakan sebagian besar flora normal di orofaring pada orang dewasa. Pneumonia pnemokokkus umumnya diperoleh dari masyarakat, bukan diperoleh dari rumah sakit, dan seringkali terjadi setelah infeksi virus pada saluran nafas bagian atas.     memiliki kapsul polisakarida agar terhindar dari fagositosis dan merupakan virulensi dari organism itu. 

(45)      merupakan kokkus gram-positif lainnya, yang pada pemeriksaan secara mikroskopik terlihat berkelompok-kelompok. Ada 3 cara sehingga organism dapat menyebabkan pneumonia, yakni : (1) sebagai komplikasi sekunder dari infeksi saluran nafas c  

(46)    Y Y. YY.

(47) bersama influenza virus; (2) pasien yang dirawat di rumah sakit, yang mana mengalami beberapa kerusakan pertahanan tubuh dan oropharingnya dihuni oleh 

(48)   ; (3) sebagai komplikasi penyebaran disseminate dari staphylococcal atau melalui aliran darah. Berbagai organisme gram-negatif merupakan penyebab potensial terjadinya pneumonia, namun hanya sebagian kecil contoh penting dari group ini, sebagai berikut :  

(49)     yang merupakan coccobacillary gram-negatif, sering ditemukan pada nasopharing pada individu yang sehat serta saluran nafas bagian bawah pada penderita penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), dan dapat mengakibatkan pneumonia pada orang dewasa dan anak-anak. (

(50) 

(51)

(52)    , ialah organisme batang gram negative yang relatif besar yang pada keadaan normal ditemukan pada saluran pencernaan. Organisme ini telah dinilai sebagai penyebab pneumonia pada ketergantungan alcohol. Pada keadaan tertentu, seperti pada perawatan yang lama di rumah sakit ataupun penggunaan antibiotic yang baru-baru saja, dapat mengakibatkan bakteri yang menghuni oropharing berubah, terutama digantikan oleh batang gram-negatif aerobic dan   . yY  Walaupun virus sering menjadi agen penyebab pada infeksi saluran nafas bagian atas, namun virus sebagai penyebab utama pneumonia sangat jarang terjadi, kecuali pada anak-anak. Virus influenza merupakan agen yang pada umumnya didiagnosa pada orang dewasa. Wabah pneumonia yang berkaitan dengan adenovirus juga cukup diakut, terutama pada perekrutan tentara militer. Kasus pneumonia yang relative jarang yang sering mengakibatkan fulminant dan lethal pneumonia telah digambarkan di selatan Amerika Serikat. Virus yang bertanggung jawab atas kasus pneumonia tersebut, dikenal sebagai  !, yang terdapat pada hewan pengerat. yY  

(53)  Organism ini telah diakui sebagai penyebab umum dari pneumonia, karena dari 10 ± 20% kasus seluruh kasus pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme ini. Walaupun frekuensi pneumonia yang disebabkan oleh organism ini banyak ditemukan pada golongan usia dewasa muda, tidak menutup kemungkinan ditemukan pada golongan usia lainnya. Pneumonia yang disebabkan oleh mikroorganisme ini biasanya diperoleh melalui lingkungan masyarakat, bukan diperoleh dari lingkungan rumah sakit. c  

(54)    Y Y. YY.

(55) [    [    Dalam keadaan sehat, tidak terjadi pertumbuhan mikroornagisme di paru. Keadaan ini disebabkan oleh mekanisme pertahanan paru. Apabila terjadi ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh, mikroorganisme dapat berkembang biak dan menimbulkan penyakit. Resiko infeksi di paru sangat tergantung pada kemampuan mikroorganisme untuk sampai dan merusak permukaan epitel saluran napas. Ada beberapa cara mikroorganisme mencapai permukaan : 1. Inokulasi langsung 2. Penyebaran melalui pembuluh darah 3. Inhalasi bahan aerosol 4. Kolonisasi dipermukaan mukosa Dari keempat cara tersebut diatas yang terbanyak adalah secara Kolonisasi. Secara inhalasi terjadi pada infeksi virus, mikroorganisme atipikal, mikrobakteria atau jamur. Kebanyakan bakteri dengan ukuran 0,5 -2,0 m melalui udara dapat mencapai bronkus terminal atau alveol dan selanjutnya terjadi proses infeksi. Bila terjadi kolonisasi pada saluran napas atas (hidung, orofaring) kemudian terjadi aspirasi ke saluran napas bawah dan terjadi inokulasi mikroorganisme, hal ini merupakan permulaan infeksi dari sebagian besar infeksi paru. Aspirasi dari sebagian kecil sekret orofaring terjadi pada orang normal waktu tidur (50 %) juga pada keadaan penurunan kesadaran, peminum alkohol dan pemakai obat (drug abuse). Sekresi orofaring mengandung konsentrasi bakteri yang tinggi 10 8-10/ml, sehingga aspirasi dari sebagian kecil sekret (0,001 - 1,1 ml) dapat memberikan titer inokulum bakteri yang tinggi dan terjadi pneumonia. Pada pneumonia mikroorganisme biasanya masuk secara inhalasi atau aspirasi. Umumnya mikroorganisme yang terdapat disaluran napas bagian atas sama dengan di saluran napas bagian bawah, akan tetapi pada beberapa penelitian tidak di temukan jenis mikroorganisme yang sama. Mikroorganisme yang masuk bersama sekret bronkus ke dalam alveoli menyebabkan reaksi radang berupa edema seluruh alveoli disusul dengan infiltrasi sel-sel PMN dan diapedesis eritrosit sehingga terjadi permulaan fagositosis sebelum terbentuknya antibodi. Sel-sel PMN mendesak bakteri ke permukaan alveoli dan dengan bantuan leukosit yang lain melalui psedopodosis sitoplasmik mengelilingi bakteri tersebut kemudian dimakan. Pada waktu terjadi peperangan antara host dan bakteri maka akan tampak 4 zona pada daerah parasitik terset yaitu : c  

(56)    Y Y. YY.

(57) 1. Zona luar : alveoli yang tersisi dengan bakteri dan cairan edema. 2. Zona permulaan konsolidasi : terdiri dari PMN dan beberapa eksudasi sel darah merah. 3. Zona konsolidasi yang luas : daerah tempat terjadi fagositosis yang aktif dengan jumlah PMN yang banyak. 4. Zona resolusiE : daerah tempat terjadi resolusi dengan banyak bakteri yang mati, leukosit dan alveolar makrofag.. î    ialah daerah perifer yang terdapat edema dan perdarahan ' ray hepatization' ialah konsolodasi yang luas.. Œ    

(58)   ejala umum dari pneumonia ialah sebagai berikut. âY Demam âY Batuk âY Sesak Nafas âY Nyeri Pleuritic Y Pada pneumonia yang disebabkan    , waktu terjadinya gejala klinik relative tiba-tiba. Suhu tubuh biasanya sangat meningkat dan disertai menggigil. Batuk biasanya produktif dan warna dahak yang dihasilkan seperti berkarat. Y Pneumonia yang disebabkan oleh mycoplasma, biasanya tidak tinggi dan pada umumnya juga tidak menggigil. Batuk yang terjadinya seringkali tidak productive. Y Pasien. dengan. staphylococcus. atau. pneumobacillary. gram-negatif. seringkali. menimbulkan gejala yang cukup parah. Seringkali pasien ialah mereka yang telah memiliki masalah kesehatan yang cukup komplek, dan telah masuk rumah sakit, dan memiliki mekanisme pertahanan tubuh yang buruk, atau yang baru-baru ini mendapat terapi antibiotic.      c  

(59)    Y Y. Y Y.

(60) x   R * 

(61)   a. Anamnesis  ambaran klinik biasanya ditandai dengan demam, menggigil, suhu tubuh meningkat dapat melebihi 40oC, batuk dengan dahak mukoid atau purulen kadang-kadang disertai darah, sesak napas dan nyeri dada. b. Pemeriksaan Fisik Vemuan pemeriksaan fisis dada tergantung dari luas lesi di paru. Pada inspeksi dapat terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu bernapas, pasa palpasi fremitus dapat mengeras, pada perkusi redup, pada auskultasi terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronkial yang mungkin disertai ronki basah halus, yang kemudian menjadi ronki basah kasar pada stadium resolusi. + [   [  ,  a.  ambaran Radiologis Foto toraks (PA/lateral) merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk menegakkan diagnosis.  ambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsolidasi dengan "air broncogram", penyebab bronkogenik dan interstisial serta gambaran kaviti. Foto toraks saja tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia, hanya merupakan petunjuk ke arah diagnosis etiologi, misalnya gambaran pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh         [      sering memperlihatkan infiltrat bilateral atau gambaran bronkopneumonia sedangkan (

(62) 

(63)     sering menunjukkan konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus. b. Pemeriksaan ×abolatorium Pada pemeriksaan labolatorium terdapat peningkatan jumlah leukosit, biasanya lebih dari 10.000/ul kadang-kadang mencapai 30.000/ul, dan pada hitungan jenis leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan ×ED. Untuk menentukan diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan dahak, kultur darah dan serologi. Kultur darah dapat positif pada 20-25% penderita yang tidak diobati. Analisis gas darah menunjukkan hipoksemia dan hikarbia, pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik^. c  

(64)    Y Y. YY.

(65) [  

(66)  . . Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif. Pemberian antibiotik pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan hasil uji kepekaannya, akan tetapi karena beberapa alasan yaitu : 1. penyakit yang berat dapat mengancam jiwa 2. bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia. 3. hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu. Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris. Secara umum pemilihan antibiotic berdasarkan baktri penyebab pneumonia dapat dilihat sebagai berikut : Y     : golongan penicillin, macrolide, dan beberapa antibiotic tertentu dari golongan quinolone. Y 

(67)    : golongan vancomycin, oxacillin, nafcillin. Y .  

(68)   : golongan cephalosporins generasi 2 atau 3, Cotrimoxazole. Y Batang gram-negatif : golongan amynoglycosides, cephalosporins generasi 3. Y Organisme anaerobe : golongan penicillin, clindamycin. Y Mycoplasma : golongan macrolide, quinolone. Y 

(69)     : tetracycline, macrolide.   

(70)  m Efusi pleura. m Empiema. m Abses Paru. m Pneumotoraks. m  agal napas. m Sepsis. c  

(71)    Y Y. YY.

(72)  [  x  Abses Paru diartikan sebagai kematian jaringan paru-paru dan pembentukan rongga yang berisi sel-sel mati atau cairan akibat infeksi bakteri..    Kebanyakan abses paru muncul sebagai komplikasi dari pneumonia aspirasi akibat bakteri anaerob di mulut. Penderita abses paru biasanya memiliki masalah periodontal (jaringan di sekitar gigi). Sejumlah bakteri yang berasal dari celah gusi sampai ke saluran pernafasan bawah dan menimbulkan infeksi. Vubuh memiliki sistem pertahanan terhadap infeksi semacam ini, sehingga infeksi hanya terjadi jika sistem pertahanan tubuh sedang menurun, seperti yang ditemukan pada: m seseorang yang berada dalam keadaan tidak sadar atau sangat mengantuk karena pengaruh obat penenang, obat bius atau penyalahgunaan alkohol. m Penderita penyakit sistem saraf. Jika bakteri tersebut tidak dapat dimusnahkan oleh mekanisme pertahanan tubuh, maka akan terjadi pneumonia aspirasi dan dalam waktu 7-14 hari kemudian berkembang menjadi nekrosis (kematian jaringan), yang berakhir dengan pembentukan abses. Mekanisme pembentukan abses paru lainnya adalah bakteremia atau endokarditis katup trikuspidalis, akibat emboli septik pada paru-paru. Pada 89% kasus, penyebabnya adalah bakteri anaerob. Yang paling sering adalah Peptostreptococcus, Bacteroides, Fusobacterium dan Microaerophilic streptococcus. Organisme lainnya yang tidak terlalu sering menyebabkan abses paru adalah: m 

(73)      m       m        m (

(74) 

(75)

(76)     m  

(77)   

(78)   m spesies Actinomyces dan Nocardia m Basil gram negative. c  

(79)    Y Y. YY.

(80) Penyebab non-bakteri juga bisa menyebabkan abses paru, diantaranya : m Parasit (Paragonimus, Entamoeba) m Jamur (Aspergillus, Cryptococcus, 3istoplasma, Blastomyces, Coccidioides) m Mycobacteria..     

(81)   ejala awalnya menyerupai pneumonia : m mudah lelah m hilang nafsu makan m berat badan menurun m berkeringat m demam m batuk berdahak, dahaknya bisa mengandung darah. Dahak seringkali berbau busuk karena bakteri dari mulut atau tenggorokan cenderung menghasilkan bau busuk. Ketika bernafas, penderita juga bisa merasakan nyeri dada, terutama jika telah terjadi peradangan pada pleura.. x  Diagnosis abses paru tidak dapat ditegakkan hanya berdasarkan gejalanya yang menyerupai pneumonia maupun hasil pemeriksaan fisik saja. Diduga suatu abses paru jika gejala yang menyerupai pneumonia terjadi pada keadaan-keadaan berikut : m kelainan sistem saraf m penyalahgunaan alkohol atau obat lainnya m penurunan kesadaran karena berbagai sebab Rontgen dada seringkali bisa menunjukkan adanya abses paru. Abses paru tampak sebagai rongga dengan bentuk yang tidak beraturan dan di dalamnya tampak perbatasan udara dan cairan. Abses paru akibat aspirasi paling sering menyerang segmen posterior paru lobus atas atau segmen superior paru lobus bawah. Ketebalan dinding abses paru bervariasi, bisa tipis ataupun tebal, batasnya bisa jelas maupun samar-samar. Dindingnya mungkin licin atau kasar.  ambaran yang lebih jelas bisa terlihat pada CV scan. Biakan dahak dari paru-paru bisa membantu menentukan organisme penyebab terjadinya abses. c  

(82)    Y Y. YY.

(83) [  

(84)  . . Untuk penyembuhan sempurna diperlukan antibiotik, baik intravena (melalui pembuluh darah) maupun per-oral (melalui mulut). Pengobatan ini dilanjutkan sampai gejalanya hilang dan rontgen dada menunjukkan bahwa abses telah sembuh. Untuk mencapai perbaikan seperti ini, biasanya antibiotik diberikan selama 4-6 minggu. Pada rongga yang berukuran besar (diameter lebih dari 6 cm), biasanya perlu dilakukan terapi jangka panjang. Perbaikan klinis, yaitu penurunan suhu tubuh, biasanya terjadi dalam waktu 3-4 hari setelah pemberian antibiotik. Jika dalam waktu 7-10 hari setelah pemberian antibiotik demam tidak juga turun, berarti telah terjadi kegagalan terapi dan sebaiknya dilakukan pemeriksaan diagnostik lebih lanjut untuk menentukan penyebab dari kegagalan tersebut. 3al -hal yang perlu dipertimbangkan pada penderita yang memberikan respon yang buruk terhadap pemberian antibiotik adalah penyumbatan bronkial oleh benda asing atau tumor; atau infeksi oleh bakteri, mikobakteri maupun jamur yang resisten. Pada abses paru tanpa komplikasi sangat jarang dilakukan pembedahan. Indikasi pembedahan biasanya adalah kegagalan terhadap terapi medis, kecurigaan adanya tumor atau kelainan bentuk paru-paru bawaan. Prosedur yang dilakukan adalah lobektomi atau pneumonektomi. Angka kematian karena abses paru mencapai 5%. Angka ini lebih tinggi jika penderita memiliki gangguan sistem kekebalan, kanker paru-paru atau abses yang sangat besar.. c  

(85)    Y Y. YY.

(86)

Referensi

Dokumen terkait

Kondisi ini dapat dibuktikan bahwa keputusan waktu panen lobster ternyata hasilnya tidak dapat selamanya benar dalam hal tidak dapat merubah situasi menjadi lebih baik

Maka jelaslah dalam hal pelaksanaan pembentukan peraturan daerah harus berdasarkan program legislasi daerah sebagai instrumen awal dalam pembentukan peraturan daerah yang

Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh wajib pajak yang pembayarannya menurut peraturan-peraturan dengan tidak mendapat

Tujuan penelitian dan penulisan tesis ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis kedudukan hukum atas kesepakatan para pihak untuk memilih sengketa ekonomi syariah di

- Pengamatan keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan saat tanya jawab atau diskusi, kinerja keterampilan dalam melakukan peragaan serta penilaian sikap, minat,

menggunakan bahan baku yang telah memiliki COA (Certificate of Analysis)  Mesin yang digunakan dalam proses produksi minuman ringan di Borobudur Citra. Perkasa yaitu double

Sejauh ini peneliti belum menemukan penelitaian terdahulu yang relevan dengan penelitian sastra lisan dalam upacara adat Dal Sir Davai Dam Sir Aja Jelburom Matvui di