• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Pengukuran Jarak Langsung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Pengukuran Jarak Langsung"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 1 PENGUKURAN JARAK LANGSUNG

PADA AREA MENDATAR, MIRING, DAN TERHALANG

Disusun Oleh:

1. Aeny Sugianto 12/330070/TK/39261 2. Ahmad Baihaqi 12/330398/TK/39565 3. Bondan Galih Dewanto 12/332934/TK/39648 4. I Made Sapta Hadi 12/330081/TK/39272 5. Puji Nurhidayah 12/330456/TK/39598

TEKNIK GEODESI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA 2012

(2)

PENGUKURAN JARAK LANGSUNG PADA AREA MENDATAR A. Tujuan

Mengukur suatu jarak pada area mendatar dengan menggunakan pita ukur dengan memperhatikan ketelitian pengukuran (angka minimal TOR =

3000 1

)

B. Alat

1. Jalon 3 buah 2. Pita Ukur 1 buah 3. Pen Ukur 3 buah 4. Kapur

5. Paku payung 4 buah C. Teori

Pengukuran suatu bidang memiliki bagian penting, yakni membuat garis lurus. Dapat dimengerti bahwa garis lurus ini tidak dapat dibuat seperti menarik garis lurus diatas kertas. Dan garis lurus yang harus dibuat, harus diketahui kedua titik ujungnya. Maka untuk

menentukan garis lurus ini, ditentukan titik-titik di lapangan yang letak di garis lurus yang menghubungkan dua titik ujung dengan jumlah yang cukup bnyak, sehingga garis lurus itu keliatan dengan jelas. Titik-titik ini dinyatakan dengan jalon. Tiap-tiap bagian garis lurus yang letak antara dua jalon dianggap sebagai garis lurus. Pengukuran-pengukuran dilakukan dengan maksud untuk mendapatkan bayangan daripada keadaan lapangan, dengan

menentukan tempat titik-titik diatas permukaan bumi terhadap satu sama lainnya. Untuk mendapatkan hubungan antara titik-titik itu, baik hubungan yang mendatar maupun

hubungan-hubungan tegak,diperlukan sudut yang mendatar dan untuk hubungan diperlukan sudut yang tegak (Wongsotjitro, 1985).

Pengukuran jarak horizontal dengan pita terdiri atas penetapan panjang yang diketahui pada pita berpembagian skala langsung pada sebuah garis beberapa kali. Dua jenis masalah yang timbuladalah mengukur jarak antara dua jenis tertentu, misalnya dua petak di tanah dan memasang sebuah jarak di satu titik awal saja yang tertentu tempatnya. Pengukuran

(3)

dengan pita dilaksanakan dalam enam langkah, meluruskan, member tegangan, pemenggalan, penandaan dengan pita, pembacaan pita ukur, pembacaan jarak dan

pencatatan jarak. Penerapan langkah-langkah dengan pengukuran pita ini dapat dilakukan pada bidang datar dan miring (Brinker, 1986).

Pelaksanaan pengukuran pada area mendatar dapat dilakukan dengan melakukan beberapa penggalan. Misalkan saja jarak antara A dan B merupakan bidang datar maka jarak A dan B dapat diukur dengan pita ukur. Apabila jarak antara A dan B terlalu panjang dan tidak cukup diukur dengan pita ukur,maka kita bisa melakukan penggalan dalam beberapa titik diantar jarak A dan B.

(4)

1. Menyiapkan alat-alat yang akan digunakan

2. Menentukan posisi 2 titik yang akan diukur jarak antara keduanya - Jarak minimal 80 meter (tidak boleh kurang)

- Ditentukan dengan langkah kaki 3. Melakukan pelurusan dengan jalon

- Memasang jalon pada titik A dan B

- Menentukan 3 buah titik diantara A dan B sebagai penggalan (titik p, q dan r) - 3 orang memegang jalon dan 1 orang sebagai pengamat melakukan pelurusan 4. Memasang pen ukur/kapur/paku paying pada titik-titik yang telah ditentukan dengan

jalon

5. Meletakkan jalon ditanah

6. Menarik pita ukur dari ririk A ke p, lalu catat hasilnya, dengan cara yang sama lakukan pengukuran dari titik p ke q, q ke r, dan r ke B

7. Melakukan pengukuran pulang dari titik B ke A dengan 3 titik penggalan yang berbeda (p’ , q’ , dan r’) dengan langkah sama pada poin c, d, e dan f.

E. Hasil Dan Pembahasan 1. Hasil

No Lokasi Pergi Pulang Ketelitian 1. A (depan gedung Teknik Arsitektur dan PWK) 83,720 m 83,715 m Selisih = (83,720-83,715) m = 0,005 m Rata-rata = (83,720 m+83,715 m) /2 = 83,717 m TOR = 0,005/83,717 = 1/16743,5 2. B (Utara gedung Teknik Arsitektur dan PWK) 85,496 m 85,492 m Selisih = (85,496-85,492) m = 0,004 m Rata-Rata = (85,496 m+85,492 m)/2 = 85,494 m TOR = 0,004/85,494 = 1/21373,5 Sketsa Pengukuran 1. Pengukuran Lokasi A

(5)

A 21,950 m p 21,186 m q 20,054 m r 20,530 m B

 Pengukuran pulang lokasi A

A 21,354 p’ 20,753 m q’ 20,358 m r 21,250 m B

2. Pengukuran Lokasi B

 Pengukuran pergi lokasi B

A 22,690 m p 21,596 m q 20,548 m r 20,662 m B

 Pengukuran pulang lokasi B

A 20,634 m p’ 20,938 m q’ 21,680 m r’ 22,240 m B

2. Pembahasan

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa, pada lokasi 1 (timur gedung arsitektur dan perencanaan), hasil pengukuran pergi adalah 83,720 m dan hasil pengkuran

pulangnya adalah 83,715 m, sehingga rata-rata jaraknya adalah 83,717 m dan selisih

jaraknya 0,005 m dengan ketelitian mencapai . Sedangkan pada lokasi 2 (utara gedung arsitektur dan perencanaan), hasil pengukuran pergi adalah 85,496 m dan hasil pengkuran pulangnya adalah 85,492 m, sehingga rata-rata jaraknya adalah 85,494 m dan

(6)

, maka dapat dikatakan bahwa data hasil pengukuran jarak langsung baik di lokasi 1 maupun lokasi 2 memenuhi TOR.

PENGUKURAN JARAK LANGSUNG PADA AREA MIRING

A. Tujuan

Mengukur suatu jarak pada area miring dengan menggunakan pita ukur dengan memperhatikan ketelitian pengukuran (angka minimal TOR =

3000 1

).

(7)

1. Pita ukur 1 Buah 2. Pen ukur 3 Buah 3. Unting-unting 2 Buah 4. Paku payung 6 Buah 5. Kapur 3 Batang 6. Jalon 3 Buah C. Teori

1. Pengertian

Jarak antara dua buah titik di permukaan bumi dalam ilmu ukur tanah adalah jarak dalam bidang horizontal, yang merupakan jarak terpendek antara 2 buah titik. Jarak dapat diukur atau ditentukan dengan berbagai alat dan cara atau metode, yang pemilihannya tergantung dari alat yang tersedia dan tujuan pengukuran serta tingkat ketelitian yang disyaratkan. Pengukuran jarak dapat dibagi menjadi 2 yakni pengukuran jarak langsung dan pengukuran jarak tidak langsung. Pengukuran jarak langsung adalah pengukuran yang dilakukan langsung terhadap parameternya, misalnya parameternya berupa jarak dan jarak tersebut yang langsung diukur.

2. Alat yang Diperlukan Dalam Pengukuran Jarak

Dalam pengukuran jarak langsung diperluka alat utama dan alat – alat bantu. Alat - alat utama dalam pengukuran jarak langsung antara lain :

1. Pita ukur yang terbuat dari baja, fiberglass,plastic,kain atau campuran dari padanannya.

2. Pegas ukur yang terbuat dari plat/pita baja dan dilengkapi dengan pegas pengukuran ketegangan.

3. Rantai ukur yang terbuat dari kawat baja. 4. Kayu ukur.

Adapun alat – alat bantu ukur antara lain :

1. Jalon atau anjir,yaitu tongkat kayu, aluminium atau besi berdiameter 1,5 – 3 cm dengan panjang 1,5 sampai 3 m yang runcing dibagian bawah dan dicat merah putih atau hitm putih setiap 20 sampai 30 cm, digunakan untuk pelurusan. Tongkat ini bisa berupa satu batang penuh atau berupa dua batang sambungan yang dapat dilepas. 2. Pen ukur terbuat dari kawat baja. Pen ukur berfungsi untuk menandai titik – titik

pnggalan pada pengukuran jarak langsung.

3. Benang dan unting – unting,memiliki fungsi untuk memproyeksikan suatu titik secara vertical ke bawah.

4. Klinometer atau heling meter atau Abney level. 5. Jepitan penarik.

6. Pegas pengukuran ketegangan.

(8)
(9)

3. Tahapan Pengukuran Jarak Langsung

Tahapan pengukuran jarak langsung biasanya berbeda – beda tergantung dari area yang akan diukur,baik itu area mendatar, miring ataupun area dengan halangan. Namun secara umum pengukuran jarak langsung biasanya melalui tahapan :

1. Penentuan titik – titik yang akan diukur.

Penentuan titik – titik yang akan diukur dapat dilakukan secara manual misalnya saja dengan langkah kaki.

2. Pelurusan arah anatara dua titik yang akan diukur.

Pelusuran dilakukan apabila pengukuran tidak dapat dilakukan dengan sekali membentangkan pita ukur karena jarak yang diukur melebihi panjang pita ukur dan atau permukaan tanahnya tidak mendatar, sehingga jarak tersebut perlu dipenggal penggal agar pada setiap penggalan dapat dilakukan pengukuran jarak dengan sekali membentangkan pita ukur dan pita ukur dapat ditarik hingga mendatar. 3. Pelaksanaan pengukuran jaraknya sendiri.

Pengukuran jarak langsung minimal dilakukan oleh 2 orang, orang pertama memegangi bagian awal pita ukur, dan orang kedua menarik pita ukur dibagian yang lain.

(10)

Pada medan yang miring, misalnya saja A ke B adalah jarak yang berisi area miring, maka dalam pengukurannya bisa dibantu dengan unting – unting. Dalam pengukuran jarak dalam area miring perlu dilakukan pelurusan dan pembuatan penggalan - penggalan lebih dahulu. Baru kemudian dilakukan pengukuran jarak untuk setiap penggalannya. Disini pita ukur ditarik sehingga mendatar ( bisa dengan alat khusus dan pengukur ketegangan ) dan batas penggal jarak yang diukur ditanah diperoleh dengan bantuan unting – unting yang digantung dengan benang dari pita ukur yang direntangkan dan padaa ujung unting – unting diatas tanah ditancapkan pen ukur.

Angka bacaan jarak dibaca pada angka yang berimpit dengan benang unting – unting. Selain dengan cara tersebut pengukuran dapat pula dilakukan dengan permukaan tanah yang miring, kemudian besarnya kemiringan medannya ( Ɵ ) diukur dengan alat klinometer atau Abney level sehingga jarak datar sama dengan jarak miring cos Ɵ.

4. Pencatatan hasil pengukuran

Agar data ukuran-ukuran jarak yang banyak tidak membingungkan dan menjadi lebih sistematik dan mudah dipahami orang lain, maka data tsb dicata dalam formulir ukur atau buku ukur dan disertakan sket pengukuran, arah pengukuran dan cara penulisan data dengan aturan yang baku atau seragam.

4. Kesalahan Dalam Pengukuran Jarak Langsung

Secara umum kesalahan pengukuran jarak dapat dikategorikan menjadi 3 :

1. Mistake atau blunder atau kesalahan besar, umumnya terjadi karena ketidak cermatan dari surveyor. Misalnya saja salah pencataatan.

2. Kesalahan sistematik, kesalahan yang umumnya bersumber dari alat. Kesalahan ini makin kecil bila alat yang digunakan makin baik. Cara yang biasanya dilakukan untuk menghilangkan kesalahan sistematik adalah dengan kalibrasi dan melakukan pengukuran sesuai dengan SOP ( Standar Operational Prosedur )

3. Kesalahan random,merupakan kesalahan yang tersisa (umumnya kecil) sesudah kesalahan besar dan kesalahan besar dihilangkan.

Beberapa contoh lain kesalahan dalam pengukuran jarak langsung antara lain pita ukur tidak betul – betul mendatar, unting – unting tidak vertiakl betul

(11)

karena hembusan angina, pelurusan yang tidak seksama,panjang pita ukur tidak standar, kesalahan membaca angka pita ukur, dan lain – lain.

D. Pelaksanaan Praktek

1. Menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan.

2. Menentukan lokasi 2 titik yang akan diukur jarak antara keduanya (titik A dan B). a. Jarak minimal 80 meter ( tidak boleh kurang dari 80 meter).

b. Ditentukan dengan langkah kaki (tidak boleh menentukan jarak langsung menngunakn pita ukur).

3. Melakukan pelurusan dengan jalon. a. Memasang jalon pada titik A dan B.

b. Menentukan titik-titik di antara A dan B sebagai penggalan.

c. 3 orang memegang jalon dan 1 orang sebagai pengamat melakukan pelurusan.

4. Memasang pen ukur/kapur/paku payung pada titik-titik yang sudah ditentukan dengan jalon.

5. Meletakkan jalon di tanah.

6. Pada area pengukuran yang bidangnya mendatar, pengukuran dilakukan dengan pita ukur dari titik awal sampai titik akhir di bidang mendatar. Kemudian catat hasil pengukuran. 7. Pada area pengukuran yang bidangnya miring, pengukuran dilakukan dengan pita ukur

yang dibantu dengan unting-unting.

a. Menempatkan unting-unting secara vertical tepat pada titik penggalan sampai terjadi keseimbangan.

b. Menarik pita ukur secara mendatar sampai pada benang unting-unting, sehingga keduanya tegak lurus.

(12)

c. Catat hasil pengukuran yang terlihat pada pita ukur yang berpotongan dengan unting-unting.

8. Melakukan pengukuran pulang titik B ke A dengan membuat titik-titik penggalan yang baru. Langkah pengukuran sama dengan yang tercanutm pada poin 3 sampai dengan 7. E. Hasil dan Pembahasan

1. Hasil

NO LOKASI PERGI PULANG KETELITIAN

1. Area miring dari tugu teknik menuju KPFT 100,106 m 100,110 m Rata-rata : 100,108 m 100,110 - 100,106 = 0,004 m TOR = =

2. Area miring samping kantin teknik (sebelah timur)

92,814 m 92,826 m Rata-rata :

= 92,820 m

= 0,012 m

(13)

Sketsa Pengukuran Lokasi 1  Pergi  Pulang Lokasi 2  Pergi 16,940 m 19,728 m A d e f g B 15,694 m 4,624 m 27,638 m 4,412 m 5,590 m a 5,480 m b c e A a b c d B 25,664 m 9,323 m 9,750 m 12,420 m 14,008 m 21,740 m 92,814 m 100,106 m 100,110 m d’ f’ g’ e’ 27,396 m c’ B 4,938 m 5,064 m 18,332 m 5,138 m 15,694 m A b’ 5,210 m 18,338 m a’

(14)

 Pulang

2. Pembahasan

Dalam pengukuran jarak pada area miring ini diperlukan alat bantu yakni unting – unting sebagai alat untuk memproyeksikan suatu titik secara vertical ke bawah.

Dalam pengukuran jarak langsung pada area miring, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain :

a. Titik penggalan di area miring.

Jarak antara titik penggalan diarea kemiringan dengan area datar sebelum masuk area miring harus diperkirakan, agar pada saat unting – unting digunakan , pita ukur dapat tegak lurus / berpotongan dengan tali unting – unting. Apabila titik penggalan pada bidang miring terlalu jauh dengan area datarnya maka kemungkinan pita ukur tidak dapat bertpotongan / tegak lurus dengan tali unting – unting.

b. Posisi unting – unting

Posisi unting – unting harus benar – benar lurus kearah vertical. Sedikit saja bergeser atau miring maka hasil pengukuran akan kurang akurat..

c. Ketegangan dan kelurusan pita

a’ b’ B A c’ d’ e’ 9,942 m 10,180 m 11,494 m 12,176 m 23,578 m 25,456 m 92,826 m

(15)

Ketegangan pita berkaitan dengan tenaga yang kita berikat dalam menarik pita ukur. Usahakan ketegangan pita dalam setiap pengukuran itu sama sehingga pengukuran lebih akurat. Untuk kelurusan pita itu juga sangat penting terutama saat mengukur di area miring,pita harus lurus dan tegak lurus pada tali unting – unting.

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa, pada lokasi 1 yang terletak di Area miring dari tugu teknik menuju KPFT, hasil pengukuran pergi adalah 100,106 m dan hasil pengkuran pulangnya adalah 100,110 m, sehingga rata-rata jaraknya adalah

100,108 m dengan ketelitian mencapai . Sedangkan pada lokasi 2 yang terletak di Area miring samping kantin teknik (sebelah timur), hasil pengukuran pergi adalah 92,814 m dan hasil pengkuran pulangnya adalah 92,826 m, sehingga rata-rata

jaraknya adalah 92,820 m dengan ketelitian mencapai .

Dengan TOR lebih dari , maka dapat dikatakan bahwa data hasil pengukuran jarak langsung baik di lokasi 1 maupun lokasi 2 baik.

PENGUKURAN JARAK LANGSUNG PADA AREA TERHALANG A. Tujuan

Untuk mengetahui cara pengukuran pada bidang yang terdapat halangannya dan untuk mengetahui jarak pada pada bidang tersebut

B. Alat

1. Jalon 3 buah 2. Pita Ukur 1 buah 3. Pen Ukur 3 buah

(16)

4. Kapur

5. Paku payung 4 buah

6. Benang bangunan yang salah satu ujungnya diikatkan paku C. Teori

Di lapangan, dua titik yang akan diukur jaraknya kadang-kadang tidak langsung dapat saling terlihat karena adanya halangan. Halangan tersebut dapat berupa gedung atau rumah, semak-semak, rumpun bambu, bukit, tanggul sungai atau bahkan harus menyeberang sungai yang cukup lebar.

Apabila di lapangan akan dibuat sebuah garis melalui suatu obyek dan garis tersebut tegak lurus terhadap garis lain dengan peralatan yang sederhana,maka dapat dikerjakan dengan beberapa macam cara antara lain, dengan:

1. Perbandingan sisi segitiga siku-siku.

A C B

D

E 2. Mengukur titik tengah tali busur.

A

B

C

D

E

F

(17)

A B C D I J E F G H Gedung B C E D

Mobil

A (Basuki, Slamet : 2011) D. Pelaksanaan Praktek 1. Terhalang mobil

a. Menyiapkan alat-alat yang akan digunakan.

b. Menentukan 2 titik, A dan B, (menggunakan jalon) yang akan diukur jaraknya dan diantaranya terdapat halangan berupa mobil.

c. Menandai titik A dan B menggunakan pen ukur.

d. Menggunakan metode busur, membuat busur lingkaran menggunakan benang bangunan dan paku dengan pusat titik A.

e. Membuat garis lurus dari titik B yang memotong busur lingkaran yang telah dibuat.

f. Menandai dengan kapur/ tipex/ paku payung titik perpotongan antara garis lurus dari B dan busur lingkaran yang berpusat di A sebagai titik C dan D.

g. Menentukan titik tengah garis CD dan menandainya dengan kapur/ tipex/ paku payung sebagai titik E.

h. Menghubungkan titik A dan E, sehingga AE tegak lurus BC. i. Mengukur jarak garis AE dan garis BE menggunakan pita ukur. j. Menghitung jarak AB dengan menggunakan rumus phytagoras. k. Mencatat hasil pengukuran dan perhitungan.

(18)

a. Menyiapkan alat-alat yang akan digunakan.

b. Menentukan 2 titik, A dan B, (menggunakan jalon) yang akan diukur jaraknya dan diantaranya terdapat halangan berupa gedung.

c. Menandai titik A dan B menggunakan pen ukur.

d. Menggunakan metode busur, membuat busur lingkaran menggunakan benang bangunan dan paku dengan pusat titik A.

e. Dengan cara yang sama, membuat busur lingkaran menggunakan benang bangunan dan paku dengan pusat titik B.

f. Membuat garis lurus sembarang menggunakan pita ukur (jalon untuk pelurusan) yang memotong busur lingkaran yang berpusat di A dan B, misal CD di luar gedung yang saling terlihat.

g. Menandai titik perpotongan antara garis CD dan busur lingkaran yang berpusat di A (sebagai titik E dan F) dan berpusat di B (sebagai titik G dan H) menggunakan kapur/ tipex/ paku payung.

h. Menentukan dan menandai (menggunakan kapur/ tipex/ paku payung) titik tengah garis EF sebagai titik I dan titik tengah garis GH sebagai titik J.

i. Mengukur jarak AI, BJ, danIJ menggunakan pita ukur.

j. Menghitung jarak AB dengan menggunakan metode phytagoras.

- Mencari alas segitiga dengan cara mengurangkan panjang garis AI dengan garis BJ.

(19)

A B C D K I J E F G H Gedung B C E D Mobil A

E. Hasil dan Pembahasan 1. Hasil

1. Hasil

a. Terhalang mobil

Titik

Jarak Terukur (m) Sketsa

Dari Ke B C 10,288 B D 6,214 B E 8,251 C D 4,074 C/D E 2,037 A E 3,538 A B 8,978 b. Terhalang gedung Titik

Jarak Terukur (m) Sketsa

Dari Ke C D 20,802 G H 3,64 E F 6,07 E/F I 3,035 G/H J 1,82 A I 7,712 I J 11,935 B K 11,935 B J 2,248 A K 5,464 A B 13, 126

(20)

2. Pembahasan a. Terhalang mobil

Pengukuran jarak antara titik A dan B dilakukan dengan metode busur dengan titik A sebagai titik tumpu, kemudian tarik garik lurus dari B hingga mengalami perpotongan sebanyak dua kali pada busur yang telah dibuat, tandai dan ukur kedua titik perpotongan tersebut (Titik C dan D) kemudian titik tengah antara kedua titik perpotongan (Titik E) akan tegak lurus dengan B (900), sehingga dapat dipastikan

bahwa segitiga AEB adalah segitiga siku-siku. Dengan begitu dapat dilakukan pengukuran dari A ke B dengan menggunakan teorema phytagoras sebagai berikut :

Jarak BC = 10,288 m BD = 6,214 m CD = 4,074 m CE = DE = 2,037 m BE = BD+DE = 6, 214 m + 2, 037 m = 8,251 m AE = 3,538 m AB = = = = = 8,978 m b. Terhalang gedung

Metode pengukuran titik A dan dilakukan dengan cara yang hampir sama dengan pada pengukuran di area pertama I. Pada pengukuran di area II kali ini, pengukuran jarak A dan B dilakukan dua kali metode busur dengan dua titik sumbu yakni titik A dan B. Setelah terbentuk dua buah busur tarik garis lurus sembarang (dari titik C ke D) yang memotong kedua busur tersebut. Tandai titik perpotongan antara garis CD dengan busur yang berpusat pada titik A (titik E dan F) dan busur yang berpusat pada titik B (titik G dan H), kemudian lakukan pengukuran untuk mendapatkan titik tengah

(21)

antara titik E dan F (titik I) dan antara titik G dan H (titik J), dimana keduanya (titik I dan J) tegak lurus terhadap titik C (900). Selisih antara garis AI dengan BJ akan

membentuk garis AK. Sehingga pada akhirnya terbentuk segitiga AKB yang siku-siku. Dengan begitu pengukuran dapat dilakukan dengan teorema Phytagoras sebagai berikut : Jarak CD = 20,802 m GH = 3,64 m EF = 6,07 m EI = FI = 3,035 m GJ = HJ = 1,82 m AI = 7,712 m BJ = 2,248 m IJ = BK = 11,935 m AK = AI-BJ = 7,712 m - 2,248 m = 5,464 m AB = = = = = 13,126 m DAFTAR PUSTAKA

Basuki, Slamet.2012. Ilmu Ukur Tanah Edisi Revisi.Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.

(22)

Referensi

Dokumen terkait

Namun Suichiro Honda tidak menenggelamkan diri dalam penilaian yang dilakukan ego, ia malah memanfaatkan semua itu untuk menyempurnakan pikiranya (untuk

Hal ini berkolerasi positif dengan struktur komunitas ikan dengan jumlah serta keanekaragaman yang tinggi, sedangkan faktor yang mempengaruhi keanekaragaman rendah yaitu

[r]

e) pekerjaan jasa konsultansi dibidang hukum meliputi konsultan Hukum/Advokat atau pengadaan Arbiter yang tidak direncanakan sebelumnya, untuk menghadapi gugatan dan/atau

Para santri menggunakan metode wahdah dengan cara (a) mempersiapkan al- Qur‟an pojok, (b) membaca satu persatu ayat-ayat yang hendak dihafalnya, dan (c) setiap ayat yang

Sebaliknya yang terjadi pada varietas Inpari 10, meskipun potensi hasilnya rendah karena panjang malai dan jumlah butir per-malai rendah, namun karena jumlah butir hampa

Untuk SMA/MA Kelas X Semester 1.