• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rancang Bangun Sistem Pemetaan Web Informasi Sebaran Titik Panas Dalam Mendukung Tanggap Darurat Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan Di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Rancang Bangun Sistem Pemetaan Web Informasi Sebaran Titik Panas Dalam Mendukung Tanggap Darurat Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan Di Indonesia"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

S E M I N A R N A S I O N A L P E N G I N D E R A A N J A U H 2 0 1 5

Rancang Bangun Sistem Pemetaan Web

Informasi Sebaran Titik Panas Dalam Mendukung Tanggap Darurat

Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan Di Indonesia

Sarno

Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh - LAPAN E-mail: onitsar@gmail.com

ABSTRAK - Ketersediaan informasi pemantauan sebaran titik panas terkini yang cepat, tepat dan akurat dapat meningkatkan pemanfaatan penginderaan jauh untuk mendukung pengelolaan sumber daya kehutanan dan membangun sistem pemantauan yang akuntabel dan dapat menjadi acuan dalam penyelengaraan kegiatan pengendalian kebakaran hutan dan lahan sekaligus ikut serta dalam pengelolaan, menjaga keselamatan serta kelestarian sumber daya alam Indonesia yang berkelanjutan. Mengingat pentingnya informasi dan komunikasi dalam penanggulangan krisis akibat bencana, maka upaya pemantapan dan pengembangannya merupakan suatu langkah yang perlu diwujudkan. Salah satu pengaplikasiannya adalah dengan mengembangkan aplikasi pemetaan web untuk diseminasi informasi pemantauan sebaran titik panas yang akan berfungsi dalam mendukung kesiapsiagaan dan tanggap darurat bencana kebakaran hutan dan lahan di Indonesia.

Kata kunci: diseminasi, informasi, kebakaran hutan, pemantauan, pemetaan web, tanggap darurat, titik panas

ABSTRACT - Availability of information monitoring the distribution of hotspots latest rapid, precise and accurate can improve the remote sensing applications to support the management of forest resources and establish a monitoring system that is accountable and can be a reference in the organization of activities of forest fire control and land at the same time participate in managing, maintaining safety as well as the preservation of Indonesia's natural resources is sustainable. Given the importance of information and communication in response to the crisis caused by the disaster, the stabilization and development effort is a step that needs to be realized. One of its application is to develop a web mapping application for the dissemination of information distribution monitoring hotspots that will serve to support preparedness and emergency response, land and forest fires in Indonesia.

Keywords: dissemination, emergency response, forest fires, hotspots, information, monitoring, web mapping

1.

PENDAHULUAN

Negara Indonesia memiliki kondisi geografis, geologis, hidrologis dan demografis yang memungkinkan terjadinya bencana, baik yang disebabkan oleh faktor alam, faktor non alam maupun faktor manusia yang mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Sesuai dengan amanat Undang-Undang No.24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana, mulai dari tahap pra bencana, saat bencana sampai dengan pasca bencana [BNPB, 2012].

Kebakaran hutan dan lahan di Indonesia sudah berlangsung selama 50 tahun. Kerugian ekonomi dan dampak kesehatan sudah besar [Yunanto, 2015]. Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) menyebutkan, indikasi areal kebakaran hutan dan lahan-hingga 9 September 2015-di Kalimantan dan Sumatera seluas 190.993 hektar. Luasan tersebut terdiri dari 103.953 hektar di lahan pemanfaatan, 29.437 hektar di lahan perkebunan dari pelepasan, dan 58.603 hektar di lahan bidang tanah Badan Pertanahan Nasional (BPN). Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memprediksi, kerugian ekonomi akibat bencana kabut asap yang terjadi karena kebakaran hutan dan lahan di beberapa provinsi di Indonesia pada 2015 bisa melebihi angka Rp 20 triliun. Kebakaran hutan dan lahan di Indonesia, yang kemudian menimbulkan bencana kabut asap, bukan yang pertama kali. Dalam 20 tahun terakhir, bencana serupa hampir setiap tahun terjadi [Marison, 2015].

Sebaran kejadian titik panas indikasi bencana kebakaran hutan dan lahan di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, baik frekuensi maupun intensitasnya. Sumatera dan Kalimantan didera oleh kebakaran hutan dan lahan yang menimbulkan polusi asap yang luar biasa. Pada tahun 2015, kejadian tetap berulang dan lebih panjang. Banyak pakar memprediksi bahwa dalam periode El Nino (iklim kering yang berkepanjangan), kebakaran hutan dan lahan akan semakin panjang mendera kedua pulau ini termasuk dampak asap bagi masyarakatnya. Pada bulan September 2015 di beberapa tempat misalnya di Riau, indeks kualitas udara akibat kebakaran lahan dan hutan adalah antara 400 – 950, di Palangkaraya mencapai 2.550

(2)

pada akhir bulan September 2015. Angka 300 ke atas adalah angka berbahaya bagi kesehatan manusia, dan layak untuk dijadikan status darurat [Wishnu, 2015].

Penanganan dan penanggulangan bencana perlu didukung oleh ketersediaan data dan informasi. Salah satu kunci keberhasilan dalam penanggulangan krisis akibat bencana adalah pengelolaan informasi dan komunikasi yang mudah dijangkau termasuk ketersediaan data terkini yang cepat, tepat dan akurat. Hal ini dibutuhkan oleh semua pemangku kepentingan (stakeholders) yang terkait untuk menetapkan keputusan dan langkah-langkah dalam penanggulangan bencana baik dalam situasi sedang tidak terjadi bencana (pra bencana), tanggap darurat (saat bencana) maupun pasca bencana (pasca bencana). Untuk kegiatan pra bencana, sistem informasi yang terangkai dengan sistem peringatan dini multi hazard berbasis masyarakat, penting peranannya dalam mewujudkan pengurangan risiko bencana [PPK DEPKES, 2011].

Program kegiatan pengembangan Sistem Pemantauan Bumi Nasional (SPBN) di Pusat Pemanfaataan Penginderaan Jauh (Pusfatja), Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) menghasilkan dan mendukung penyediaan informasi pemanfaatan penginderaan jauh dalam sektor kehutanan, antara lain berupa pemantauan sebaran titik panas (hotspots) harian, berbasis pada data utama satelit MODIS Terra/Aqua [LAPAN, 2013]. Informasi tersebut memiliki peran penting dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana, terutama dalam mendukung dan mewujudkan kesiapsiagaan dan tanggap darurat bencana kebakaran hutan dan lahan di Indonesia. Program SPBN telah mengintegrasikan informasi tersebut dalam layer-layer sistem pemetaan web yang mampu untuk menyajikan dan mevisualisasikan spasial dinamis secara interaktif dan terhubung ke jaringan informasi elektronik berupa media web atau internet.

Ketersediaan produk informasi pemantauan sebaran titik panas terkini yang cepat, tepat dan akurat dapat meningkatkan pemanfaatan penginderaan jauh untuk mendukung pengelolaan sumber daya kehutanan dan membangun sistem pemantauan yang akuntabel [LAPAN, 2014] dan dapat menjadi acuan dalam penyelengaraan kegiatan pengendalian kebakaran hutan dan lahan [Mel, 2015] sekaligus ikut serta dalam pengelolaan, menjaga keselamatan serta kelestarian sumber daya alam Indonesia yang berkelanjutan.

Mengingat pentingnya informasi dan komunikasi dalam penanggulangan krisis akibat bencana, maka upaya pemantapan dan pengembangannya merupakan suatu langkah yang perlu diwujudkan [PPK DEPKES, 2011]. Salah satu pengaplikasiannya adalah dengan mengembangkan aplikasi pemetaan web untuk diseminasi informasi pemantauan sebaran titik panas yang akan berfungsi dalam mendukung kesiapsiagaan dan tanggap darurat bencana kebakaran hutan dan lahan di Indonesia.

Makalah ini mendiskusikan proses dalam tahapan kegiatan pengaturan pengintegrasian, penyajian dan visualisai spasial dinamis produk informasi pemantauan sebaran titik panas indikasi kebakaran hutan dan lahan ke dalam SPBN di Pusfatja, LAPAN. Sistem operasional mampu memberikan kemudahan akses secara

on line dan berkelanjutan dalam upaya memenuhi kebutuhan para pengguna.. Sistem dapat diakses dan

mudah dijangkau melalui situs web resmi Pusfatja - LAPAN yaitu http://pusfatja.lapan.go.id.

2.

METODE

Metode penginderaan jauh dan Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi spasial (TIK-Spasial) menumbuhkan kesadaran akan pentingnya pemecahan suatu masalah dengan memanfaatkan data dan informasi spasial pemanfaatan penginderaan jauh. TIK-Spasial khususnya model penyajian informasi spasial atau pemetaan web (web mapping) adalah sebuah sistem yang digunakan untuk menyajikan informasi spasial secara dijital berbasis teknologi Internet dan media web.

Pemanfaatan TIK-Spasial, penginderaan jauh dan sistem informasi geografis atau pemetaan berbasis web dalam ekstraksi informasi spasial, pengelolaan sumberdaya alam dan penyediaan informasi spasial pemanfaatan penginderaan jauh tematik lainnya, termasuk pemantuan lingkungan dan mitigasi bencana, khususnya informasi pemantauan sebaran titik panas, mempunyai peran penting dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana, terutama dalam mendukung dan mewujudkan kesiapsiagaan dan tanggap darurat bencana kebakaran hutan dan lahan di Indonesia.

2.1 Wilayah Penelitian

Sesuai dengan judul, wilayah rancang bangun sistem pemetaan web untuk diseminasi informasi pemantauan sebaran titik panas dalam mendukung kesiapsiagaan dan tanggap darurat bencana kebakaran hutan dan lahan adalah seluruh wilayah negara kesatuan republik Indonesia.

Aktivitas kegiatan peng rancang bangun sistem dilaksanakan di lingkungan LAPAN, Deputi Bidang Penginderaan Jauh, Pusfatja, Bidang Produksi Informasi, Pekayon - Pasar Rebo, Jakarta Timur.

(3)

S E M I N A R N A S I O N A L P E N G I N D E R A A N J A U H 2 0 1 5

2.2 Data dan Informasi

Rancang bangun sistem pemetaan web untuk diseminasi informasi pemantauan sebaran titik panas dalam mendukung kesiapsiagaan dan tanggap darurat bencana kebakaran hutan dan lahan di Indonesia menggunakan informasi spasial, antara lain:

 Informasi utama berupa informasi pemantauan sebaran titik panas harian tahun 2015 berbasis pada

data satelit MODIS Terra/Aqua, hasil program pengembangan SPBN di Pusfatja LAPAN.

 Peta Dasar berupa Peta Batas Administrasi Indonesia (sumber: Badan Informasi Geospasial), Sebaran

Gambut (sumber: BBSDLP, Kementrian Pertanian).

 Grid Peta berupa grid mulai dari 1 – 5 Degree

 Informasi backgrounds berupa Google (Streets, Physical, Hybrid, Satellite), MapQuest (OSM, Satellite

Tiles), ESRI (Ocean Base Map, World Imagery)

2.3 Arsitektur Sistem

Rancang bangun sistem ini dilakukan dengan perangkat lunak open source dan merupakan implementasi tahapan operasi dan dukungan ’prototyping development metodology with open source software’ (Brian, 2013). Implementasi dititikberatkan pada keterpaduan dan kepraktisan bagi kebutuhan pengguna berupa multi aplikasi GeoFOSS (Geospasial Free and Open Source Software) melalui proses pembenahan berbagai komponen pembentuk agar diperoleh sistem yang sederhana dan mudah dipahami. Metode tersebut biasa dikenal dengan istilah re-engineering, yaitu proses analisis teknologi untuk mengidentifikasi komponen-komponen dan hubungannya serta mengembangkan sistem dalam bentuk baru.

Gambar 1. Arsitektur Sistem Pemetaan Web [Ticheler, 2007].

Rancang bangun sistem pemetaan web untuk diseminasi informasi pemantauan sebaran titik panas dalam mendukung kesiapsiagaan dan tanggap darurat bencana kebakaran hutan dan lahan di Indonesia menerapkan

3-Tiers Architecture, ditunjukkan seperti Gambar 1, dengan legenda seperti Gambar 2 [Ticheler, 2007].

Pada lapisan atas (client) berada pengguna dan aplikasi. Akses ke muatan informasi dimungkinkan baik melalui Desktop, berupa paket perangkat lunak dengan kemampuan geovisualisasi dan fungsi Desktop GIS, seperti paket perangkat lunak Quantum GIS atau melalui Thin Web Map Client untuk antarmuka penyajian dan visualisasi informasi spasial dinamis.

S E M I N A R N A S I O N A L P E N G I N D E R A A N J A U H 2 0 1 5

2.2 Data dan Informasi

Rancang bangun sistem pemetaan web untuk diseminasi informasi pemantauan sebaran titik panas dalam mendukung kesiapsiagaan dan tanggap darurat bencana kebakaran hutan dan lahan di Indonesia menggunakan informasi spasial, antara lain:

 Informasi utama berupa informasi pemantauan sebaran titik panas harian tahun 2015 berbasis pada

data satelit MODIS Terra/Aqua, hasil program pengembangan SPBN di Pusfatja LAPAN.

 Peta Dasar berupa Peta Batas Administrasi Indonesia (sumber: Badan Informasi Geospasial), Sebaran

Gambut (sumber: BBSDLP, Kementrian Pertanian).

 Grid Peta berupa grid mulai dari 1 – 5 Degree

 Informasi backgrounds berupa Google (Streets, Physical, Hybrid, Satellite), MapQuest (OSM, Satellite

Tiles), ESRI (Ocean Base Map, World Imagery)

2.3 Arsitektur Sistem

Rancang bangun sistem ini dilakukan dengan perangkat lunak open source dan merupakan implementasi tahapan operasi dan dukungan ’prototyping development metodology with open source software’ (Brian, 2013). Implementasi dititikberatkan pada keterpaduan dan kepraktisan bagi kebutuhan pengguna berupa multi aplikasi GeoFOSS (Geospasial Free and Open Source Software) melalui proses pembenahan berbagai komponen pembentuk agar diperoleh sistem yang sederhana dan mudah dipahami. Metode tersebut biasa dikenal dengan istilah re-engineering, yaitu proses analisis teknologi untuk mengidentifikasi komponen-komponen dan hubungannya serta mengembangkan sistem dalam bentuk baru.

Gambar 1. Arsitektur Sistem Pemetaan Web [Ticheler, 2007].

Rancang bangun sistem pemetaan web untuk diseminasi informasi pemantauan sebaran titik panas dalam mendukung kesiapsiagaan dan tanggap darurat bencana kebakaran hutan dan lahan di Indonesia menerapkan

3-Tiers Architecture, ditunjukkan seperti Gambar 1, dengan legenda seperti Gambar 2 [Ticheler, 2007].

Pada lapisan atas (client) berada pengguna dan aplikasi. Akses ke muatan informasi dimungkinkan baik melalui Desktop, berupa paket perangkat lunak dengan kemampuan geovisualisasi dan fungsi Desktop GIS, seperti paket perangkat lunak Quantum GIS atau melalui Thin Web Map Client untuk antarmuka penyajian dan visualisasi informasi spasial dinamis.

S E M I N A R N A S I O N A L P E N G I N D E R A A N J A U H 2 0 1 5

2.2 Data dan Informasi

Rancang bangun sistem pemetaan web untuk diseminasi informasi pemantauan sebaran titik panas dalam mendukung kesiapsiagaan dan tanggap darurat bencana kebakaran hutan dan lahan di Indonesia menggunakan informasi spasial, antara lain:

 Informasi utama berupa informasi pemantauan sebaran titik panas harian tahun 2015 berbasis pada

data satelit MODIS Terra/Aqua, hasil program pengembangan SPBN di Pusfatja LAPAN.

 Peta Dasar berupa Peta Batas Administrasi Indonesia (sumber: Badan Informasi Geospasial), Sebaran

Gambut (sumber: BBSDLP, Kementrian Pertanian).

 Grid Peta berupa grid mulai dari 1 – 5 Degree

 Informasi backgrounds berupa Google (Streets, Physical, Hybrid, Satellite), MapQuest (OSM, Satellite

Tiles), ESRI (Ocean Base Map, World Imagery)

2.3 Arsitektur Sistem

Rancang bangun sistem ini dilakukan dengan perangkat lunak open source dan merupakan implementasi tahapan operasi dan dukungan ’prototyping development metodology with open source software’ (Brian, 2013). Implementasi dititikberatkan pada keterpaduan dan kepraktisan bagi kebutuhan pengguna berupa multi aplikasi GeoFOSS (Geospasial Free and Open Source Software) melalui proses pembenahan berbagai komponen pembentuk agar diperoleh sistem yang sederhana dan mudah dipahami. Metode tersebut biasa dikenal dengan istilah re-engineering, yaitu proses analisis teknologi untuk mengidentifikasi komponen-komponen dan hubungannya serta mengembangkan sistem dalam bentuk baru.

Gambar 1. Arsitektur Sistem Pemetaan Web [Ticheler, 2007].

Rancang bangun sistem pemetaan web untuk diseminasi informasi pemantauan sebaran titik panas dalam mendukung kesiapsiagaan dan tanggap darurat bencana kebakaran hutan dan lahan di Indonesia menerapkan

3-Tiers Architecture, ditunjukkan seperti Gambar 1, dengan legenda seperti Gambar 2 [Ticheler, 2007].

Pada lapisan atas (client) berada pengguna dan aplikasi. Akses ke muatan informasi dimungkinkan baik melalui Desktop, berupa paket perangkat lunak dengan kemampuan geovisualisasi dan fungsi Desktop GIS, seperti paket perangkat lunak Quantum GIS atau melalui Thin Web Map Client untuk antarmuka penyajian dan visualisasi informasi spasial dinamis.

(4)

Pada lapisan tengah (middleware): disusun, disesuaikan dan diintegrasikan semua layanan yang membantu aksesibilitas ke repositori informasi. Lapisan tengah juga menyediakan Layanan Akses langsung ke Basis Data informasi untuk query dan analisis informasi.

Pada lapisan paling bawah: disusun, disesuaikan dan diintegrasikan tempat penyimpanan berupa server basis data informasi dan sistem file dalam rangka mencapai manajemen data yang lebih efisien.

Gambar 2. Legenda Arsitektur Sistem Pemetaan Web [Ticheler, 2007].

2.4 File Konfigurasi Web Map Server

Konfigurasi web map server merupakan proses untuk pengaturan menggambar dan berinteraksi dengan map. File konfigurasi web map server atau lebih dikenal dengan istilah file map merupakan komponen utama dan jantung dari Minesota MapServer. File map digunakan oleh MapServer untuk pengaturan dan akses data. Pengaturan mencakup data layer yang akan digambarkan, memfokuskan letak geografis dalam map, sistem proyeksi dan format keluaran image yang akan digunakan, serta mengatur legenda dan skala.

File map merupakan file teks sederhana yang menggunakan struktur hirarkis objek, terdiri dari objek-objek. Setiap objek memiliki kata kunci untuk memulai dan kata END untuk mengakhiri. Objek dapat memiliki sub objek lain di dalam objek tersebut [Tyler M., 2005]. Representasi grafis struktur hirarkis model objek file map, ditunjukkan seperti pada Gambar 2-3, model objek map seperti pada Gambar 4 dan model objek layer seperti pada Gambar 5 [Yewondwossen, A., 2004].

Pada lapisan tengah (middleware): disusun, disesuaikan dan diintegrasikan semua layanan yang membantu aksesibilitas ke repositori informasi. Lapisan tengah juga menyediakan Layanan Akses langsung ke Basis Data informasi untuk query dan analisis informasi.

Pada lapisan paling bawah: disusun, disesuaikan dan diintegrasikan tempat penyimpanan berupa server basis data informasi dan sistem file dalam rangka mencapai manajemen data yang lebih efisien.

Gambar 2. Legenda Arsitektur Sistem Pemetaan Web [Ticheler, 2007].

2.4 File Konfigurasi Web Map Server

Konfigurasi web map server merupakan proses untuk pengaturan menggambar dan berinteraksi dengan map. File konfigurasi web map server atau lebih dikenal dengan istilah file map merupakan komponen utama dan jantung dari Minesota MapServer. File map digunakan oleh MapServer untuk pengaturan dan akses data. Pengaturan mencakup data layer yang akan digambarkan, memfokuskan letak geografis dalam map, sistem proyeksi dan format keluaran image yang akan digunakan, serta mengatur legenda dan skala.

File map merupakan file teks sederhana yang menggunakan struktur hirarkis objek, terdiri dari objek-objek. Setiap objek memiliki kata kunci untuk memulai dan kata END untuk mengakhiri. Objek dapat memiliki sub objek lain di dalam objek tersebut [Tyler M., 2005]. Representasi grafis struktur hirarkis model objek file map, ditunjukkan seperti pada Gambar 2-3, model objek map seperti pada Gambar 4 dan model objek layer seperti pada Gambar 5 [Yewondwossen, A., 2004].

Pada lapisan tengah (middleware): disusun, disesuaikan dan diintegrasikan semua layanan yang membantu aksesibilitas ke repositori informasi. Lapisan tengah juga menyediakan Layanan Akses langsung ke Basis Data informasi untuk query dan analisis informasi.

Pada lapisan paling bawah: disusun, disesuaikan dan diintegrasikan tempat penyimpanan berupa server basis data informasi dan sistem file dalam rangka mencapai manajemen data yang lebih efisien.

Gambar 2. Legenda Arsitektur Sistem Pemetaan Web [Ticheler, 2007].

2.4 File Konfigurasi Web Map Server

Konfigurasi web map server merupakan proses untuk pengaturan menggambar dan berinteraksi dengan map. File konfigurasi web map server atau lebih dikenal dengan istilah file map merupakan komponen utama dan jantung dari Minesota MapServer. File map digunakan oleh MapServer untuk pengaturan dan akses data. Pengaturan mencakup data layer yang akan digambarkan, memfokuskan letak geografis dalam map, sistem proyeksi dan format keluaran image yang akan digunakan, serta mengatur legenda dan skala.

File map merupakan file teks sederhana yang menggunakan struktur hirarkis objek, terdiri dari objek-objek. Setiap objek memiliki kata kunci untuk memulai dan kata END untuk mengakhiri. Objek dapat memiliki sub objek lain di dalam objek tersebut [Tyler M., 2005]. Representasi grafis struktur hirarkis model objek file map, ditunjukkan seperti pada Gambar 2-3, model objek map seperti pada Gambar 4 dan model objek layer seperti pada Gambar 5 [Yewondwossen, A., 2004].

(5)

S E M I N A R N A S I O N A L P E N G I N D E R A A N J A U H 2 0 1 5

Gambar 3. Representasi Model Objek Map [Yewondwossen, A., 2007]

Gambar 4. Representasi Model Objek Layer [Yewondwossen, A., 2007] S E M I N A R N A S I O N A L P E N G I N D E R A A N J A U H 2 0 1 5

Gambar 3. Representasi Model Objek Map [Yewondwossen, A., 2007]

Gambar 4. Representasi Model Objek Layer [Yewondwossen, A., 2007] S E M I N A R N A S I O N A L P E N G I N D E R A A N J A U H 2 0 1 5

Gambar 3. Representasi Model Objek Map [Yewondwossen, A., 2007]

(6)

3.

HASIL PEMBAHASAN

Sistem pemetaan web informasi pemantauan sebaran titik panas dalam mendukung tanggap darurat bencana kebakaran hutan dan lahan di Indonesia, dapat diakses melalui situs web resmi Pusfatja - LAPAN yaitu http://pusfatja.lapan.go.id.

Berikut ini adalah perangkat lunak sistem, peta dasar, grid dan informasi backgrounds, serta informasi utama sistem pemetaan web hasil rancang bangun tersebut.

3.1 Perangkat Lunak Sistem

Rancang bangun sistem pemetaan web informasi sebaran titik panas dalam mendukung tanggap darurat bencana kebakaran hutan dan lahan di Indonesia menerapkan 3-Tiers Architecture:

 Framework perangkat lunak Geomoose [Geomoose, 2013], digunakan sebagai aplikasi web map

client/viewer, disusun dan disesuaikan sebagai antarmuka sistem untuk penyajian dan visualisasi spasial dinamis informasi pemantauan sebaran titik panas.

 Perangkat lunak UMN (University of Minnesota) MapServer [Kropla, B., 2005; MapServer, 2013]

digunakan sebagai web map server, disusun dan disesuaikan untuk mempublikasikan informasi dan sebagai server pemetaan yang menyediakan fungsi-fungsi operasi sistem pemetaan web, memfasilitasi akses dan penggunaan informasi spasial online.

 Perangkat lunak PostgreSql/PostGis [Obe, Regina O., 2011; PostGis, 2013] digunakan sebagai

geospatial Database Management System Server disusun dan disesuaikan untuk manajemen basis data informasi spasial dan Sistem tata kelola file atau berkas raster citra satelit penginderaan jauh dalam format GeoTiff.

3.2 Peta Dasar, Grid dan Backgrounds

Dalam sistem pemetaan web tersebut telah diintegrasikan: Peta Dasar berupa Peta Batas Administrasi dan sebaran Gambut di Indonesia; Grid Peta berupa grid mulai dari 1, 2, 3, 4 dan 5 derajat (degree); dan Informasi backgrounds berupa Google (Streets, Physical, Hybrid, Satellite), MapQuest (Open Street Map,

Satellite Tiles), ESRI (Ocean Base Map, World Imagery), seperti ditunjukkan pada Gambar 3.

Gambar 3. Sistem Pemetaan Web: Peta Dasar, Grid dan Background.

Pada Gambar 3 tersebut nampak bahwa layer informasi yang dalam keadaan aktif adalah semua layer Peta Dasar yaitu Peta Batas Administrasi dan sebaran Gambut, Grid 5 degree dan backgrounds Google

(7)

S E M I N A R N A S I O N A L P E N G I N D E R A A N J A U H 2 0 1 5

3.3 Informasi Utama dan

Operasi Sistem Pemetaan Web

Informasi utama sistem pemetaan web berupa informasi pemantauan sebaran titik panas harian berbasis pada data satelit MODIS Terra/Aqua. Informasi yang telah diintegrasikan merupakan hasil kegiatan program pengembangan SPBN di Pusfatja LAPAN yang disusun dan disajikan sesuai tanggal dan seperti Gambar 4.

Gambar 4. Informasi Utama Sistem Pemetaan Web.

Gambar 5. Informasi Rinci Sistem Pemetaan Web: Operasi Identifikasi Titik Panas

Pada Gambar 4 tersebut nampak bahwa telah dipersiapkan wadah layer informasi mulai dari bulan Januari sampai dengan bulan Desember Tahun 2015 dan informasi hasil pemantauan sebaran titik panas harian (2015-10-18 dan 2015-10-19), dalam keadaan aktif dan yang lainnya tidak aktif.

(8)

Melalui tombol pilihan atau navigasi pada layar browser memungkinkan pengguna dapat secara dinamis berinteraksi dengan menampilkan peta dan menemukan hubungan informasi dalam peta.

Gambar 6. Layout Peta Informasi Titik Panas

Gambar 7. Hasil Print Peta Informasi Titik Panas Ke File PDF

Pengguna juga dapat menjalankan beberapa operasi pada informasi sebaran titik panas, seperti zoom-in dan zoom-out, memperoleh informasi rinci tertentu seperti identifikasi titik panas, seperti ditunjukkan pada Gambar 5 atau melakukan pencetakan (print) ke dalam file pdf, seperti ditunjukkan pada Gambar 6 dan Gambar 7.

(9)

S E M I N A R N A S I O N A L P E N G I N D E R A A N J A U H 2 0 1 5

4.

KESIMPULAN

Telah berhasil dilaksanakan rancang bangun sistem pemetaan web informasi sebaran titik panas dalam mendukung tanggap darurat bencana kebakaran hutan dan lahan di Indonesia. Sistem mempunyai antarmuka pengguna, berupa tombol pilihan atau navigasi untuk menjalankan operasi fungsi-fungsi sistem pemetaan web. Antarmuka tersebut memungkinkan pengguna dapat secara mudah melakukan pengelolaan penyajian informasi spasial sebaran titik panas dalam mendukung tanggap darurat bencana kebakaran hutan dan lahan. Sistem operasional memberikan kemudahan akses melalui situs web http://pusfatja.lapan.go.id.

UCAPAN TERIMAKASIH

Terima kasih sebesar-besarnya disampaikan kepada: Bpk Winanto atas dukungan administrasi; Mba Esti kerja sama team; dan para kolega lainnya atas kebersamaan dalam pelaksanaan kegitan ini.

DAFTAR PUSTAKA

BNPB (2012). Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 07 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pengelolaan Data dan Informasi Bencana Indonesia. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Kropla B.( 2005), Beginning Mapserver : Open Source GIS Development., USA., Appres..

LAPAN.(2014), Program Penginderaan Jauh INCAS: Metodologi dan Hasil, Versi 1., LAPAN-IAFCP., Jakarta. Obe, Regina O. (2011), et. al., [PostGIS in Action]. Manning, USA..

PPK DEPKES (2011). Pedoman Pos Informasi Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana. Pusat Penangggulangan Krisis (PPK) - Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Brian, N.H., (2013). Open source software, web services, and internet-based geographic information system development, School of Information Science, Claremont, CA 91711.

http://www.cartogis.org/docs/proceedings/2005/hilton.pdf., [Agustus 2013]. Geomoose (20013). Documentation. http://geomoose.org., [29 September 2013].

LAPAN, Kepala (2013). Dukungan Teknologi Penginderaan Jauh dalam Penilaian Sumberdaya Hutan (Forest Resource Assessment) Tingkat Nasional: Akses Citra Satelit, Penggunaan dan Kepentingannya.

http://www.forda-mof.org//files/Dukungan_Teknologi_Penginderaan_Jauh_LAPAN.pdf. [09 September 2015]. MapServer (2013)., [MapServer Documentation]., http://www.mapserver.org/MapServer.pdf., [Agustus 2013].

Marison G (2015). Kebakaran Hutan dan Kejahatan Korporasi. http://nasional.kompas.com/read/2015/10/03/16191531/ Kebakaran.Hutan.dan.Kejahatan.Korporasi. [29 September 2015].

Mel (2015). SiPongi - Deteksi Dini Kebakaran Hutan dan Lahan. http://bpphp13.web.id/index.php/menuartikel/42-sipongi. [19 September 2015]

Ticheler, J., (2007). SDI-Architecture, http://geonetwork-opensource.org/download/SDI-Architecture.ppt, 2007. Wishnu S (2015). Asap lagi, Asap lagi.

http://www.kompasiana.com/wishnubio/asap-lagi-asap-lagi_5609995463afbd400ca7d8ac. [29 September 2015].

Yunanto W., U (2015). Cerita Ultimatum hingga Satgas Doa, di Balik Rapat Pejabat tentang Kebakaran Hutan. http://sains.kompas.com/read/2015/09/16/07000091/Cerita.Ultimatum.hingga.Satgas.Doa.di.Balik.Rapat.Pejabat.ten tang.Kebakaran.Hutan. [29 September 2015].

Yewondwossen (2007), A., Daniel, M., “PHP Mapscript”., DM Solutions Group Inc.,

(10)

Gambar

Gambar 1. Arsitektur Sistem Pemetaan Web [Ticheler, 2007].
Gambar 2. Legenda Arsitektur Sistem Pemetaan Web [Ticheler, 2007].
Gambar 3. Representasi Model Objek Map [Yewondwossen, A., 2007]
Gambar 3. Sistem Pemetaan Web: Peta Dasar, Grid dan Background.
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dalam skripsi ini dijelaskan bahwa Penyelesaian utang piutang mura>bah}ah pada pembiayaan mikro di BRI Syariah Kantor Cabang Induk Gubeng Surabaya yaitu dengan

Program implemtasi pendidikan karakter melalui kegiatan kepramukaan di SDN 4 Cendono Kecamatan Dawe Kudus merupakan program yang dilakukan oleh guru dalam upaya untuk

Banyuasin Tahun Anggaran 2014, berdasarkan Berita Acara Hasil Pengadaan Langsung Nomor.. 10.04/PP.I/Disbun-01/2014 Tanggal 23 Mei 2014 dan Surat Penetapan Penyedia

(4) Dana cadangan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dipindahbukukan dari Rekening Dana Cadangan ke Rekening Kas Umum Daerah tahun anggaran 2015 yang dialokasikan

Sebaliknya, bila senyawa radikal bebas bertemu dengan senyawa yang bukan radikal bebas akan terjadi tiga kemungkinan, yaitu (1) radikal bebas akan memberikan elektron yang

Melalui diskusi kelompok dan menggali informasi dari kelompok lain dengan menggunakan media gambar, siswa dapat menyebutkan dan menjelaskan jenis-jenis perpindahan

Rancangan bentuk masukkan berfungsi untuk menjelaskan secara rinci mengenai semua dokumen input yang digunakan program Perancangan Website Komunitas Penggemar Burung

Dengan menggunakan pendekatan kualitatif tersebut penulis melakukan penelitian untuk menghasilkan data deskriptif terkait dengan strategi rekrutmen kader yang diterapkan