• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kata kunci: sampah organik, komposting, pekarangan, Kampung Surodadi, strategi pengembangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kata kunci: sampah organik, komposting, pekarangan, Kampung Surodadi, strategi pengembangan"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

Zahrotul Wakhidah, Sapja Anantanyu dan Emi Widiyanti

Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta Jl. Ir. Sutami No. 36 A, Kentingan, Surakarta 57126, Telepon: (0271) 637457

Email: zahra_wahida@yahoo.com. Telp. 085647312050

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan strategi pengembangan pemanfaatan sampah organik rumah tangga untuk budidaya tanaman hortikultura di pekarangan Kampung Surodadi, Kelurahan Siswodipuran, Kecamatan Boyolali, Kabupaten Boyolali. Desain penelitian menggunakan pendekatan kualitatif. Metode dasar berupa deskriptif dengan teknik pelaksanaan studi kasus. Validitas data menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi metode. Metode analisis data menggunakan analisis interaktif dan analisis SWOT (Strengths-Weaknesses-Opportunities-Threats) untuk merumuskan alternatif strategi. Strategi yang dipilih untuk pengembangan menuju kawasan rumah pangan ramah lingkungan yaitu: (1) pendirian Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) melalui tahap persiapan, pendekatan sasaran, perencanaan, dan pelaksanaan hingga monitoring, penerapan teknik vertikultur dan hidroponik serta pendirian Kebun Bibit Desa (KBD) di kebun PKK Melati; (2) pelibatan masyarakat partisipan melalui kunjungan studi banding ke bank sampah atau Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) lain; (3) peningkatan keaktifan masyarakat partisipan dengan mengakses informasi melalui media internet atau buku pertanian; (4) pengoptimalan program kerja Kelompok Wanita Tani Perkotaan (KWTP) “Sehati” dengan aktif mengadakan pertemuan dan evaluasi program secara rutin; dan (5) peningkatan kerjasama dengan pemerintah Badan Lingkungan Hidup (BLH) and Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan (BKP3) Boyolali.

Kata kunci: sampah organik, komposting, pekarangan, Kampung Surodadi, strategi pengembangan

Abstract: This research is to formulate the development strategy of household organic waste utilization forcultivation of horticultural crops in Surodadi, Siswodipuran, Boyolali. Research design using qualitative approach with descriptive basic method. Implementation techniques in this research is case study. Validity of data used sources triangulation and methods methods. Methods of data analysis are interactive analysis and SWOT analysis to formulate alternative strategys. The results showed that the chosen strategys for the development of the house toward the area of hospitable environmentall food is; (1) the establishment of Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) through phase preparation, the target approaches, planning and implementation reach to monitoring, application verticultur and hydroponic techniques and the establishment of Kebun Bibit Desa (KBD) in the garden of PKK Melati; (2) community engagement participants through a comparative study visits to the bank or Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) the other; (3) an increase in the activity of the community participants to access information via the Internet or books farming; (4) optimization work program Kelompok Wanita Tani Perkotaan (KWTP) “Sehati” actively held meetings and evaluation program on a regular basis; and (5) improvement of cooperation with the government of Badan Lingkungan Hidup (BLH) and Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan (BKP3) Boyolali.

(2)

PENDAHULUAN

Kegiatan ekonomi yang semakin meningkat mengandung resiko pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup terutama pada lingkungan rumah tangga akibat pembuangan sampah. Undang-undang pengelolaan sampah nomor 18 tahun 2008 menyatakan bahwa “Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau dari proses alam yang berbentuk padat.” Sampah organik rumah tangga terdiri dari sampah hijau dan hewan berpotensi sebagai pupuk organik untuk kegiatan pertanian melalui proses secara alami (Matenggomena, 2013).

Persentase sampah organik mencapai 69,86 % yang terdiri dari sisa makanan (sampah basah), kayu, ranting dan daun. Persentase sampah organik tersebut potensial untuk dikembangkan sebagai pupuk. Kurang lebih 30,6 ton/hari sampah ditimbun di TPA, sedangkan sampah yang terolah untuk komposting sebesar 2,14 ton/hari (BLH, 2013).

Dampak yang ditimbulkan oleh sampah terhadap lingkungan antara lain akan menimbulkan pemandangan yang kotor, kumuh dan mempengaruhi kenyamanan penduduk sekitar (Matenggomena, 2013). Sebuah solusi untuk menghindari permasalahan tersebut adalah dengan mengelola sampah organik menjadi kompos bagi tanaman hortikultura meliputi sayur-sayuran dan buah-buahan di pekarangan rumah sebagai pemenuhan kebutuhan pangan.

Menurut Purwaningsih (2008), permasalahan secara umum mengenai ketahanan pangan adalah penyediaan, distribusi, dan konsumsi pangan. Menurut Danoesastro (1997)

dalam Anwar dan Yulianto (2012),

komoditas hortikultura khususnya sayuran mempunyai produktivitas tinggi dan memberikan keuntungan bagi manusia. Masyarakat perkotaan dan pedesaan dapat mewujudkan ketahanan pangan melalui pemanfaatan pekarangan dengan menanam sayuran untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga sehari-hari.

Pemanfaatan sampah organik rumah tangga untuk pembuatan kompos dilakukan di Kampung Surodadi RT 05 RW 09, Kelurahan Siswodipuran, Kecamatan Boyolali, Kabupaten Boyolali merupakan program komposting percontohan oleh Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Boyolali. Pengelolaan sampah dilakukan untuk mengurangi sampah dengan melibatkan masyarakat. Sampah organik dimanfaatkan menjadi pupuk melalui teknik komposting untuk budidaya tanaman hortikultura di pekarangan rumah dan kebun bersama. Sampah anorganik dikumpulkan ke bank sampah untuk dijual dan hasilnya diberikan kepada nasabah dan digunakan untuk penghijauan.

Menurut Damanhuri (2006) dan Rahardyan (1996) dalam

Subandriyo (2013), usaha pengomposan dapat membuka peluang kerja bagi masyarakat sehingga sangat potensial untuk dikembangkan karena komposisi sampah organik di beberapa kota di Indonesia sangat besar. Melihat potensi warga masyarakat dalam mengelola sampah organik melalui program komposting rumah tangga tersebut, penulis akan mengkaji lebih jauh tentang strategi pengembangan pemanfaatan sampah organik rumah

(3)

tangga untuk budidaya hortikultura dalam rangka mengoptimalkan lahan pekarangan rumah yang ramah lingkungan dengan memberdayakan wanita perkotaan, sehingga tercipta Kampung Surodadi menjadi kawasan perumahan yang bersih, hijau dan sehat serta tercukupi kebutuhan komoditas hortikultura.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pengelolaan sampah organik rumah tangga, mengidentifikasi faktor internal dan ekternal serta merumuskan strategi pengembangan pemanfaatan sampah organik rumah tangga untuk budidaya tanaman hortikultura di pekarangan Kampung Surodadi, Kelurahan Siswodipuran, Kecamatan Boyolali, Kabupaten Boyolali.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian tentang data yang dikumpulkan dan dinyatakan dalam bentuk kata-kata dan gambar. Metode dasar dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, objek, kondisi peristiwa pada masa sekarang, bertujuan untuk membuat deskripsi secara sistematis mengenai fakta-fakta, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir, 2003). Teknik pelaksanaan dalam penelitian ini adalah studi kasus, yaitu memusatkan penelitian pada suatu kasus secara intensif dan mendetail (Surakhmad, 2004).

Lokasi penelitian berada di Kampung Surodadi, Kelurahan Siswodipuran, Kecamatan Boyolali, Kabupaten Boyolali sebagaai wilayah percontohan program

komposting rumah tangga oleh Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Boyolali.

Penentuan informan kunci dilakukan secara sengaja (purposive), yaitu ketua Bank Sampah Melati sekaligus menjadi kader lingkungan. Kemudian informan ditentukan melalui teknik

snowball. Informan dalam penelitian

ini terdiri dari 10 (sepuluh) informan, yaitu masyarakat partisipan, tokoh masyarakat dan petugas pemerintah meliputi dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) dan Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan (BKP3) Kabupaten Boyolali.

Teknik pengumpulan data terdiri dari wawancara secara indepth

interview, observasi partisipasi pasif,

yaitu peneliti datang di tempat kegiatan yang akan diamati tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut (Djunaidi dan Almansur, 2012) serta dokumentasi.

Uji validitas dengan menggunakan dua teknik triangulasi yaitu triangulasi sumber dan triangulasi metode Triangulasi sumber. Triangulasi sumber yaitu melihat data yang sama dari berbagai sumber yang berbeda. Triangulasi metode adalah memandang satu dari berbagai metode yang dilakukan, yaitu teknik pengumpulan data yang terdiri dari wawancara, observasi dan dokumentasi. Triangulasi metode menggunakan hasil wawancara di lapangan dipadukan dengan dokumen serta hasil observasi.

Metode analisis data yang digunakan adalah dengan metode kualitatif dengan model Miles dan Hubberman (1992), yaitu model analisis interaktif meliputi reduksi data, penyajian data dan penarikan

(4)

kesimpulan. Reduksi data dilakukan dengan membuang yang tidak perlu, mengorganisasikan data dan menyederhanakan kalimat. Bentuk penyajian data dengan menggunakan teks naratif yang dirancang untuk menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu. Penarikan kesimpulan dan verifikasi berdasarkan semua hal yang terdapat dalam reduksi atau sajian data. Kesimpulan ini juga diverifikasi selama penelitian berlangsung dengan maksud menguji kebenaran.

Identifikasi faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) serta perumusan alternatif strategi melalui analisis SWOT

(Strengths-Weaknesses-Opportunities-Threats)

digambarkan ke dalam Matriks SWOT dengan 4 kemungkinan alternatif strategi, yaitu: strategi kekuatan-peluang (S-O), kelemahan-peluang (W-O), kekuatan-ancaman (S-T), dan kelemahan-ancaman (W-T).

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum

Program percontohan komposting rumah tangga di Kampung Surodadi RT 05 RW 09 Siswodipuran Boyolali merupakan salah satu program pengelolaan sampah kota oleh Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Boyolali sejak tahun 2010 dalam rangka mereduksi sampah langsung dari sumbernya, yaitu rumah tangga. Program komposting bertujuan untuk memanfaatkan sampah organik menjadi pupuk kompos. Output yang dihasilkan dari proses komposting adalah pupuk organik yang

bermanfaat bagi pertanian, khususnya budidaya tanaman hortikultura di pekarangan.

Secara umum program komposting ditujukan untuk mengurangi volume sampah yang keluar dari masing-masing rumah tangga. Tujuan khusus program percontohan komposting rumah tangga adalah; (1) berkurangnya sampah warga yang harus dibuang ke TPA, (2) terbangunnya modal sosial warga Kampung Surodadi RT 05 RW 09 untuk secara kolektif dan mandiri mengelola sampah dan lingkungannya, serta (3) terbentuknya kelembagaan bank sampah untuk menjamin keberlanjutan kegiatan.

Berdasarkan tujuan di atas dapat disimpulkan bahwa output dari program komposting adalah terbentuknya masyarakat yang mandiri dalam mengelola sampah rumah tangga sehingga jumlah sampah yang dibawa ke TPA menjadi berkurang, serta terbentuknya kelembagaan bank sampah.

Program komposting rumah tangga melibatkan masyarakat dengan menggunakan pendekatan skala rumah tangga, yaitu sampah yang dihasilkan oleh masing-masing rumah tangga dikelola terlebih dahulu sebelum dibawa ke TPS/TPA. Program komposting rumah tangga terdiri dari; (1) pemilahan sampah organik dan anorganik, (2) pengomposan menggunakan komposter dan genthong berbahan tanah liat, serta (3) daur ulang sampah anorganik.

Bank sampah merupakan keberlanjutan dari program komposting rumah tangga. Pada

(5)

awalnya merupakan bagian dari kegiatan dawis (dasa wisma) sejak tahun 2011 dengan gerakan pemilahan sampah laku jual. Setelah berjalan dengan baik, kemudian berkembang ke seluruh warga RT 05 RW 09 dan terbentuk Bank Sampah Melati pada tahun 2012. Pembentukan bank sampah dilakukan dengan upaya penyamaan persepsi tentang pengelolaan sampah, melibatkan peran serta masyarakat sebagai pengelola bank sampah, melakukan kemitraan dengan pembeli atau pengepul sampah dan melakukan koordinasi terkait pengelolaan sampah dengan Badan Lingkungan Hidup (BLH). Bank Sampah Melati berkembang dengan mengusahakan warung dan perpustakaan mini. Tujuan Bank Sampah Melati adalah mendidik dan membudayakan pengurangan sampah masyarakat sekaligus mengambil manfaat ekonomi.

Output kegiatan komposting

berupa pupuk organik untuk budidaya tanaman hortikultura dalam rangka pemanfaatan lahan pekarangan. Suasana hijau di halaman rumah menjadi kebutuhan masyarakat kota besar maupun kecil. Penghijauan dilakukan oleh masyarakat kota agar lingkungan tetap hijau dan asri. Selain pekarangan bernilai seni, keberadaan pekarangan apabila diolah akan memiliki nilai ekonomis tinggi. Pemanfaatan lahan pekarangan dengan menanam berbagai tanaman sayuran sebagai bahan konsumsi pangan dapat menghemat pengeluaran sekaligus menambah sumber pendapatan.

Dalam rangka

mengembangkan potensi warga

masyarakat untuk peduli terhadap pertanian, terbetuklah Kelompok Wanita Tani Perkotaan (KWTP) “Sehati” pada Bulan Februari 2015. Pembentukan Kelompok Wanita Tani Perkotaan (KWTP) “Sehati” bertujuan untuk mewujudkan lingkungan yang tersenyum (Tertib, Elok, Rapi, Sehat, Nyaman untuk Masyarakat) dengan melaksanakan program kerja yang sudah dirancang secara bersama-sama untuk menunjang kegiatan ramah lingkungan di lingkungan perkotaan.

Identifikasi Faktor Internal dan Faktor Eksternal

Sumberdaya Manusia

Masyarakat partisipan program komposting dan budidaya hortikultura di pekarangan meliputi ibu-ibu warga Kampung Surodadi RT 05 RW 09 Siswodipuran, Boyolali yang terdiri dari 33 partisipan. Pengetahuan dan keterampilan masyarakat partisipan diperoleh secara otodidak dari orang lain maupun akses informasi media massa. Tingkat pendidikan partisipan minimal tamatan SMA dan tidak sedikit telah menempuh pendidikan sarjana serta saat ini telah pensiun sehingga mempunyai waktu luang yang cukup untuk melakukan kegiatan komposting dan budidaya hortikultura di pekarangan.

Masyarakat partisipan telah aktif melakukan pengelolaan sampah rumah tangga khususnya sampah organik untuk kegiatan komposting yang menghasilkan kompos sebagai pupuk organik. Keaktifan masyarakat dalam kegiatan komposting tidak lepas dari peran tokoh kader lingkungan dan penguatan kelembagaan Bank

(6)

Sampah Melati maupun Kelompok Wanita Tani Perkotaan (KWTP) “Sehati”. Keterampilan yang dituntut dalam kegiatan pengelolaan sampah rumah tangga adalah masyarakat mampu membedakan sampah organik dan sampah anorganik serta dapat mengelola sampah sesuai dengan jenisnya. Indikator ketercapaian partisipasi masyarakat dalam mengelola sampah rumah tangga dapat dilihat ketika masyarakat telah sadar akan perubahan cara pandang terhadap nilai manfaat sampah dan perubahan perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah, dari membuang menjadikan sampah yang bermanfaat, dengan cara meningkatkan pengetahuan dan kepedulian masyarakat dalam pengelolaan sampah dan kebersihan lingkungan.

Lingkungan Sosial

Kampung Surodadi merupakan kawasan percontohan program komposting rumah tangga dan bank sampah dalam rangka pengelolaan sampah organik dan anorganik. Beberapa pengunjung datang dari komunitas tertentu dalam rangka untuk memperoleh informasi atau studi banding. Semakin banyak pengunjung yang datang tentu akan meningkatkan kinerja dan produktivitas melalui evaluasi dan perbaikan kegiatan pemanfaatan sampah organik untuk budidaya hortikultura di pekarangan. Kunjungan juga berasal dari kalangan siswa Sekolah Dasar (SD) dalam rangka pengamatan dan pengenalan langsung tanaman obat keluarga di kebun PKK Melati.

Kelembagaan

Bank Sampah Melati

Kelembagaan Bank Sampah Melati menjadi salah satu faktor penting dalam keberhasilan partisipasi masyarakat program komposting rumah tangga dan budidaya tanaman hortikultura dalam rangka pemanfaatan lahan pekarangan. Keberadaan Bank Sampah Melati telah mampu mengubah pola perilaku masyarakat terhadap sampah organik dan anorganik. Kelembagaan bank sampah meliputi aspek sumberdaya manusia, manajemen dan keuangan. Konsep bank sampah sebagai salah satu bentuk inovasi pengelolaan sampah merupakan salah satu terobosan yang efektif dengan melibatkan elemen masyarakat secara aktif. Bank sampah menjadi menarik dengan adanya sistem menabung sampah, seperti menabung uang di bank.

Kelompok Wanita Tani Wanita

Kelompok Wanita Tani Perkotaan (KWTP) “Sehati” merupakan wadah masyarakat Kampung Surodadi yang mempunyai kepentingan yang sama, yaitu sebagai partisipan komposting rumah tangga dan petani pekarangan perkotaan dalam rangka penghijauan untuk menunjang kegiatan ramah lingkungan melalui upaya pengelolaan sampah organik maupun anorganik di Kampung Surodadi, Siswodipuran, Boyolali.

Pemerintah

Kebijakan pemerintah

Kebijakan pemerintah meliputi kebijakan tentang pengelolaan sampah, dan program ketahanan pangan seperti model Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) oleh

(7)

Badan Lingkungan Hidup (BLH) dan Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan (BKP3).

Fasilitasi pemerintah

Fasilitasi pemerintah berupa pemberian sarana dan prasarana komposting rumah tangga meliputi bak sampah, alat komposter maupun

genthong komposting. Selain itu juga

berupa program pemberdayaan masyarakat. Masyarakat Kampung Surodadi khususnya RT 05 RW 09 diberdayakan dalam mengelola sampah organik skala rumah tangga.

Perencanaan pembangunan

Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan Badan Lingkungan Hidup menurut Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJM-D) Kabupaten Boyolali 2010-2015 untuk

mengendalikan dampak

pembangunan sampah terhadap sumber daya alam dan lingkungan hidup. Program tersebut meliputi kebijakan manajemen, sarana dan prasarana, teknologi, peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan persampahan, dan monitoring evaluasi.

Pengelolaan Sampah

Sampah masyarakat yang dihasilkan oleh rumah tangga terdiri dari sampah yang dapat dikomposkan dan tidak dapat dikomposkan. Pemilihan dilakukan untuk memilih sampah yang akan dikelola.

Proses komposting

Proses komposting dimulai dari memilah sampah organik, mencacah

dan memasukkan sampah organik ke dalam genthong komposting, menambahkan dan mencampurkan bagian kompos lama, pengadukan, penyiraman dan penyaringan sampai kompos dapat digunakan sebagai pupuk organik.

Budidaya tanaman hortikultura

Budidaya hotikultura di pekarangan perkotaan memiliki pendekatan teknis yang berbeda karena lahan pekarangan di perkotaan yang terbatas. Penataan pekarangan melalui teknik budidaya dan pengelolaan lahan pekarangan secara intensif dengan tata letak sesuai dengan pemilihan komoditas. Pemilihan komoditas ditentukan dengan mempertimbangkan pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi. Jenis komoditas yang paling banyak ditanam meliputi sayuran organik untuk konsumsi pangan setiap hari.

Teknologi

Teknik vertikultur dikembangkan untuk mengurangi masalah keterbatasan lahan dan mengandung nilai estetika agar menarik bagi pertanian di perkotaan. Teknik pertanian organik khususnya sayuran organik saat ini mempunyai peluang besar mengingat kesadaran masyarakat akan pentingnya pola hidup sehat semakin meningkat.

Berdasarkan hasil analisis faktor internal dan eksternal di atas maka dapat diidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dapat dilihat pada Tabel 1.

(8)

Tabel 1. Identifikasi Faktor Internal dan Faktor Eksternal

Faktor Internal Kekuatan Kelemahan

Sumberdaya Manusia - Tingkat pendidikan partisipan

tinggi

- Motivasi dan semangat masyarakat yang tinggi dalam melakukan penghijauan

- Sebagian besar pengalaman bertani rendah karena tidak memahami ilmu pertanian secara mendalam

Kelembagaan - Penguatan kelembagaan Bank

Sampah Melati

- Pembentukan Kelompok Wanita Tani Perkotaan (KWTP) “Sehati”

Pengelolaan sampah - Teknik komposting mudah dan

sederhana

Budidaya - Dapat mengurangi biaya belanja

konsumsi pangan

- Keterbatasan media tanam berupa tanah di perkotaan

- Pengelolaan dan

pencegahan hama dan

penyakit masih

menggunakan pestisida

Faktor Eksternal Peluang Ancaman

Pemerintah - Tersedia bantuan peralatan

komposting yang memadai

- Adanya program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) oleh BKP3

- Adanya program penyuluhan

secara berkala oleh BKP3

- Pembinaan dan pengawasan program komposting tidak secara berkala

Teknologi - Teknik vertikultur untuk pertanian

lahan terbatas

- Telah berkembang teknik pertanian organik dan hidroponik

Masyarakat umum - Konsep green education perkotaan

- Kunjungan masyarakat dari dalam atau luar daerah

Kondisi alam - Kondisi iklim tak menentu

mengancam penurunan

produksi

Sumber: Analisis Data Primer, 2015

Strategi Pengembangan

Perumusan alternatif strategi melalui analisis SWOT yang digambarkan ke dalam matriks SWOT dengan 4 (empat) kemungkinan alternatif strategi, yaitu: stategi kekuatan-peluang (S-O strategies), strategi

kelemahan-peluang (W-O strategies), strategi kekuatan-ancaman (S-T

strategies), dan strategi kelemahan

ancaman (W-T strategies). Matriks SWOT dapat dilihat pada Tabel 2.

(9)

Tabel 2. Matriks SWOT Strategi Pengembangan Pemanfaatan Sampah Organik Rumah Tangga untuk Budidaya Tanaman Hortikultura di Pekarangan

Faktor Internal

Faktor Eksternal

Kekuatan (S) Kelemahan (W)

1. Tingkat pendidikan

sumberdaya partisipan tinggi

2. Motivasi dan semangat

masyarakat yang tinggi dalam melakukan penghijauan 3. Penguatan kelembagaan Bank

Sampah Melati

4. Pembentukan Kelompok

Wanita Tani Perkotaan

(KWTP) “Sehati”

5. Teknik komposting mudah dan sederhana

6. Dapat mengurangi biaya

belanja konsumsi pangan

1. Sebagian besar

pengalaman bertani rendah karena tidak

memahami ilmu

pertanian secara

mendalam

2. Keterbatasan media tanam berupa tanah di perkotaan

3. Pengelolaan dan

pencegahan hama

dan penyakit masih menggunakan pestisida

Peluang (O) Strategi S-O Strategi W-O

1. Tersedia bantuan peralatan

komposting yang

memadai

2. Adanya program KRPL (Kawasan Rumah Pangan Lestari) oleh BKP3

3. Adanya program

penyuluhan secara berkala oleh BKP3

4. Teknik vertikultur untuk pertanian lahan terbatas 5. Telah berkembang teknik

pertanian organik dan

hidroponik

6. Konsep green education perkotaan

7. Kunjungan masyarakat

dari dalam atau luar

daerah

1. Meningkatkan partisipasi

masyarakat dengan

melibatkan setiap kegiatan

yang berkaitan dengan

program komposting dan

teknik budidaya hortikultura seperti studi banding ke bank sampah dan kawasan KRPL lain (S1, S2, S4, S5, O2, O3, O7)

2. Mendirikan Kawasan Rumah

Pangan Lestari (KRPL)

dengan konsep ramah

lingkungan perpaduan dari

program komposting dan

pemanfaatan lahan

pekarangan (S3, S4, S5, S6, O1, O2, O4, O5, O6)

1. Meningkatkan keaktifan partisipan

untuk mengikuti

penyuluhan dan aktif menambah informasi untuk memperkaya wawasan tentang teknik budidaya hortikultura di pekarangan dalam rangka ketahanan pangan (W1, W2, W3, O2, O3) 2. Menerapkan teknik hidroponik untuk budidaya tanaman hortikultura khususnya sayur-sayuran (W2, O5)

Ancaman (T) Strategi S-T Strategi W-T

1. Pembinaan dan

pengawasan program

komposting tidak secara berkala

2. Kondisi iklim tak menentu

mengancam penurunan

hasil budidaya hortikultura

1. Mengoptimalkan program

kerja Kelompok Wanita Tani Perkotaan (KWTP) “Sehati”

dan rutin mengadakan

evaluasi secara mandiri (S1, S2, S4, S7, T1)

2. Meningkatan keaktifan

partisipan untuk mencari

informasi budidaya

hortikultura kepada penyuluh maupun petani lain yang sudah berkompeten atau menggunakan media internet dan buku sebagai referensi (S1, S4, T1, T2) 1. Meningkatkan kerjasama dengan instansi pemerintah BLH dan BKP3 dalam rangka pembinaan dan pendampingan program komposting rumah tangga dan

pemanfaatan lahan

pekarangan (W1,

W2, W3, T1, T2)

(10)

SIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan pelaksanaan pengelolaan sampah organik rumah tangga di Kampung Surodadi, Siswodipuran, Boyolali berupa kegiatan komposting rumah tangga menjadikan berkurangnya jumlah sampah yang akan dibawa ke TPA dan mengubah perilaku masyarakat, dari membuang menjadi memanfaatkan sampah. Pengelolaan sampah organik menggunakan teknik komposting berguna sebagai pupuk kompos untuk tanaman hortikultura di pekarangan.

Faktor-faktor internal terdiri dari kekuatan dan kelemahan, sedangkan faktor eksternal terdiri dari peluang dan ancaman. Faktor kekuatan meliputi tingkat pendidikan sumberdaya partisipan tinggi, motivasi dan semangat masyarakat yang tinggi dalam melakukan penghijauan, penguatan kelembagaan Bank Sampah Melati, pembentukan Kelompok Wanita Tani Perkotaan (KWTP) “Sehati”, teknik komposting mudah dan sederhana, dan dapat mengurangi biaya belanja konsumsi pangan. Faktor kelemahan meliputi rendahnya pengalaman bertani karena tidak memahami ilmu pertanian secara mendalam, keterbatasan media tanam berupa tanah di perkotaan serta pengelolaan dan pencegahan hama dan penyakit masih menggunakan pestisida. Faktor peluang meliputi tersedianya bantuan peralatan komposting yang memadai, adanya program KRPL (Kawasan Rumah Pangan Lestari) dan penyuluhan oleh BKP3, teknik vertikultur untuk pertanian lahan terbatas, telah berkembang teknik pertanian organik, konsep green

education perkotaan dan kunjungan

masyarakat dari dalam atau luar daerah. Faktor ancaman meliputi pembinaan dan pengawasan program komposting tidak secara berkala serta kondisi iklim tak menentu mengancam penurunan hasil budidaya hortikultura.

Strategi yang dipilih untuk pengembangan menuju kawasan rumah pangan ramah lingkungan adalah sebagai berikut: (1) pendirian Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) melalui tahap persiapan, pendekatan sasaran, perencanaan, dan pelaksanaan hingga monitoring dari Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana penyuluhan (BKP3), penerapan teknik vertikultur dan hidroponik serta pendirian Kebun Bibit Desa (KBD) di kebun PKK Melati, (2) pelibatan masyarakat partisipan melalui kunjungan studi banding ke bank sampah atau Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) lain, (3) peningkatan keaktifan masyarakat partisipan dengan mengakses informasi melalui media internet atau buku pertanian, (4) pengoptimalan program kerja Kelompok Wanita Tani Perkotaan (KWTP) “Sehati” dengan aktif mengadakan pertemuan dan evaluasi program secara rutin, (5) peningkatan kerjasama dengan pemerintah Badan Lingkungan Hidup (BLH) dan Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan (BKP3) Kabupaten Boyolali.

Saran yang diberikan terhadap pengembangan pemanfaatan sampah organik rumah tangga untuk budidaya tanaman hortikultura di pekarangan Kampung Surodadi, Siswodipuran, Boyolali adalah: (1) mengoptimalkan segala aspek kegiatan yang sudah berlangsung,

(11)

seperti komposting rumah tangga, bank sampah, pemanfaatan lahan pekarangan untuk budidaya tanaman hortikultura dan pembentukan Kelompok Wanita Tani Perkotaan (KWTP) “Sehati” untuk mencapai pengembangan kawasan rumah pangan ramah lingkungan dengan mendirikan model Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) di kampung Surodadi yang merupakan perpaduan dari segala aspek tersebut, serta memberikan percontohan untuk Rukun Tetangga (RT) yang lain agar kawasan semakin meluas; (2) pemerintah memberikan pengarahan dan pelatihan untuk meningkatkan kapabilitas masyarakat partisipan mengenai aspek komposting rumah tangga, bank sampah, pemanfaatan lahan pekarangan untuk budidaya tanaman hortikultura secara mendalam serta memberikan pengawasan atau monitoring evaluasi secara rutin dan berkala, dan (3) meningkatkan kerjasama dengan instansi pemerintah, seperti Badan Lingkungan Hidup (BLH) dan Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan (BKP3) Kabupaten Boyolali terkait program pengembangan kawasan pangan ramah lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Hairil dan Yulianto. 2012. Idetifikasi Hama-hama Utama Tanaman Sayuran di Lokasi Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (MKRPL) Kabupaten Banjarnegara.

Prosiding Seminar Nasional Optimalisasi Pekarangan.

Semarang, 6 November 2012. Magister Agribisnis, UNDIP.

Matenggomena, M. Faesal. 2013.

Pemanfaatan Sampah Rumah Tangga untuk Budidaya Tanaman Sayuran Organik di Pekarangan Rumah. Badan

Litbang Pertanian.

Miles, M. B dan A. M. Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif:

Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru (Judul Asli: Qualitative Data Analysis, Diterjemahkan oleh Tjetjep Rohandi Rohidi). Jakarta: UI

Press

Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia

Purwaningsih, Yunastiti. 2008. Ketahanan Pangan: Situasi, Permasalahan, Kebijakan dan Pemberdayaan Masyarakat.

Jurnal Ekonomi Pembangunan

9 (1) 1 - 27.

Subandriyo. 2013. Optimasi Pengomposan Sampah Organik Rumah Tangga Menggunakan Kombinasi Aktivator EM4 dan Aktivator Mikro Organisme Lokal (Mol). Tesis. Magister Ilmu Lingkungan UNDIP. Surakhmad. 2004. Pengantar

Penelitian Ilmiah: Dasar-dasar Metode Teknik. Tarsito. Bandung.

Gambar

Tabel 1. Identifikasi Faktor Internal dan Faktor Eksternal
Tabel 2. Matriks SWOT Strategi Pengembangan Pemanfaatan Sampah Organik  Rumah Tangga untuk Budidaya Tanaman Hortikultura di Pekarangan

Referensi

Dokumen terkait

TRADING BUY : Posisi beli untuk jangka pendek / trading , yang menitikberatkan pada analisa teknikal dan isu-isu yang beredar.. NEUTRAL : Tidak mengambil posisi pada saham

Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pendidikan Tahun Anggaran 2012 dialokasikan untuk menunjang program wajib belajar pendidikan dasar 9 (sembilan) tahun yang bermutu

Dalam rangka menghadapi masa depan yang harus berkelanjutan, kini sudah ramai dibicarakan, disiapkan dan disediakan berbagai kerangka rencana dan aksi pembangunan yang

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten, setelah melakukan Visitas/Verifikasi Kepada Lembaga Taman Kanak-kanak yang mengusulkan permohonan

Dengan permasalahan – permasalahan tersebut maka secara umum design daerah tropis di Indonesia selalu menerapkan overstek yang berfungsi untuk menjaga agar air hujan

Buah jeruk nipis dipotong, lalu diperas, campurkan dengan minyak kayu putih dan kapur sirih, aduk sampai rata. Aturan

Beberapa konsep ulul albab di atas merupakan hal yang sangat penting yang akan diwujudkan oleh Pendidikan Islam sebagai sebuah tujuan, karena menurut hemat penulis bahwa

Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dan pemberian ASI eksklusif, terdapat hubungan yang signifikan antara pengalaman menyusui dan pemberian