• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS P ARTIKEL PEMARKAH EMOTIF BAHASA JEPANG SATU KAJIANPRAGMATIK. Nazaya Zulaikha Universitas Dharma Agung Nandang Rahmat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS P ARTIKEL PEMARKAH EMOTIF BAHASA JEPANG SATU KAJIANPRAGMATIK. Nazaya Zulaikha Universitas Dharma Agung Nandang Rahmat"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

10lji:w L1ilgujslik~ Febw;m· 2013, 8..1 -100 TaiJUil ke-J(~ No i COPJ17ght@2()13, Pmgl;llll Stud; LiIlgui'ilik SP-s USn L5SN 16WJ-4(j{j(j

ANALISIS P ARTIKEL PEMARKAH EMOTIF BAHASA JEPANG SATU KAJIANPRAGMATIK

Nazaya Zulaikha Universitas Dharma Agung

Nandang Rahmat UniversftasPa~ajaran

Abstract

This research discuss about Japanese particles/joshi as emotive marker through pragmatic approach Particles have important role in Japanese, not only do as gramatical marker, but also do as emotive marker where speaker express their emotions or actions to listener with using particles in conversations. Problems discussed in this research are kinds of emotive marker particles, various kinds of emotive meaning marked by particles, and the relation between emotive meaning and context of conversation situation. "Gals!" by Mihona Fujii volznne I, 2, and 3 have been used as data sources of this research where emphasize the

analysis on the context of conversation. Sixteen data have been analyzed with considering various of context of situation. Descriptive method has been used in this research in order to examine particles in conversation sentences. Theoretical basis used in this research is pragmatic study based on Leech theory, that is a study that reviewing meaning with considering context of conversation situation, and context of situation based on Sinar theolY. Thus, emotive meaning can be concluded In analyzing data, fe.:'Cicals which is referring a certain emotion have been considered, and also context of situation, there are field of discourse, tenor of discourse, and mode of discourse. Substitution and deletion analysis technique have been used as validity and verification instruments of emotive meaning reviewed The result shown that there are 17 particles which have emotive meaning and have role as sentence--jinal particle, where 3 of them have emotive meaning more than one. Beside,

it is shown that field of discourse has a very important role in reviewing emotive meaning in a particle and all particles can nol being substituted or deleted because it make a differenciation of emotive meaning and confusion in translation.

Keyword: Japanese Particles, Pragmatic, Context of Situation, Emotive Meaning PENDAHULUAN

Bahasa merupakan alat utama dalam komunikasi dan rnemiliki daya ekspresi dan infonnatif yang besar. Salah satu fungsi bahasa adalah untuk mengekspresikan emosi. Menurut Ullmann (2007 : 157) bahwa bahasa itu tidak hanya wahana komunikasi, melainkan juga alat untuk mengekspresikan emosi dan untuk menggunakan emosi. Untuk memahami emosi dapat dilakukan dengan menganalisis kata emosi yang didapatkan dari masyarakat pemakai bahasa terse but. Suzuki (2006 : 6) menyebutkan bahwa dalam bahasa Jepang, emosi disampaikan seeara eksplisit dimana setiap kalimat ditandai dengan emosi atau informasi personal. Pemarkah emosi yang kemp muneul dalam ujaran bahasa Jepang berupa partikel atau joshi. Hal senada disampaikan Oehs dan Sehieffelin dalam Suzuki (2006 : 3) bahwa terdapat berbagai cam dalam mengekspresikan emosi pada berbagai bahasa dan salah satu eara terse but adalah melalui penggunaan part ike I.

Kawashima (1992 : 1) mengungkapkan bahwa daJam bahasa Jepang, partikel mengikuti sebuah kata untuk menunjukkan hUbungannya dengan kata lain dalam sebuah kalirnat atau mernberikan arti dan nuansa tertentu bagi kata tersebut. Dengan menggunakan partike] dalam pereakapan, penutur mengekspesikan emosi atau tindakannya kepada lawan tutur, sarna halnya dengan mengekspresikan maskulinitas atau feminitasnya.

Bahasa yang muneul pada komik atau manga umurnnya rnerupakan bahasa lisan yang dituliskan, sehingga muneul partikeJ-partikel pemarkah emotif tertentu yang dapat dipahami

(2)

NazapJ ZuJaikha

apabila disertai dengan konteks ujaran. Partikel dalam bahasa Jepang yang mengacu pada emosi dapat diketahui melalui konteks pembicaraan yang muneul pada komik "Gals!" karya Mihona Fujiijilid 1,2, dan 3.Komik "Gals!" menceritakan tentang kehidupan rem~a siswa SMA Hounan dengan tokoh utama Kotobuki Ran yang memiliki sahabat dekat bernama Yamazaki Miyu dan Hoshino Aya. Ketiga tokoh dalam komik ini merupakan kogal (kogyanl). Karena tokoh daJam komik ini adalah para rem~a, maka di dalamnya terdapat bentuk-bentuk emosi yang tergambarkan melalui partikel-partikel pemarkah emotif dalam dialog informal dan konteks situasi yang beragam sehingga menarik untuk diteliti. Oleh karena itu, komik "Gals!" dipilih sebagai sumber data dalam penelitian ini. Partikel pemarkah emotif dalam bahasa Jepang sering digunakan dalam percakapan, dimana lawan tutur akan lebih memahami maksud kalimat yang dituturkan apabila disertai dengan emosi yang muneul. Akan tetap;, partikel dalarn bahasa Jepang memiliki jumJah yang eukup banyak dan masing-masing memiliki makna emotif yang berbeda-beda, bahkan suatu partikeJ dapat memiliki beberapa makna emotif yang berbeda, sehingga sebagai akibatnya, penutur sebuah bahasa sering mengalami kesalahpaharnan dalam suasana dan konteks tuturannya, termasuk dalam memahami makna yang terkandung dalam sebuah kata yang mengaeu pada emosi. Dengan adanya perbedaan konteks ujaran, makna emotif yang dihasilkan juga berbeda sehingga diperlukan adanya pemahaman konteks ujaran. Oleh karena itu, dalam menganalisis partikel pemarkah emotif dalam bahasa Jepang hendaknya menggunakan pendekatan pragmatik, yaitu dengan mempertimbangkan konteks situasi ujaran dan makna emotif yang dimaksud penutur. Dalam penelitian ini, permasalahan difokuskan hanya kepada pembahasan mengenai partikel yang terdapat dalam kalimat pereakapan yang membawa makna emotif yang dituturkan oJeh penutur, baik penutur wanita maupun pria, daJam komik "Gals!" karya Mihona Fujii jilid 1, 2, dan 3. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan partikeJ yang muneul sebagai pemarkah emotif, makna emotif yang muneul, dan hubungan makna emotif dengan partikel pemarkah emotif dalam konteks situasi percakapan bahasa Jepang. Sehingga hasil penelitian ini dibarapkan memperkaya khasanah ilmu linguistik kejepangan serta membantu dalam meningkatkan kualitas penelitian bahasa Jepang terutama mengenai keterkaitan partikel dengan bahasa lisan sehingga berpotensi diterapkan dalam pembelajaran mata kuliah percakapan.

KERANGKA TEORI

Penelitian ini menggnnakan teori pragmatik sebagai acuan dalam memahami konteks situasi pereakapan dalam rangka menyimpulkan makna emotif yang munen1. Menurut Yule (1996 : 6), pragmatik sebagai tataran terbaru dalam linguistik merupakan satu-satunya tataran yang turut memperhitungkan manusia sebagai pengguna bahasa. Menurut Levinson (1983 : 9), ilmu pragmatik didefinisikan sebagai berikut: (1) Pragmatik ialab kajian dari bubungan antara bahasa dan konteks yang mendasari penjelasan pengertian bahasa yang merujuk pada fakta babwa untuk mengerti sesuatu ungkapanlujaran bahasa diperJukanjuga pengetahuan di luar makna kata dan hubungan tata bahasanya, yakni bubungannya dengan konteks pemakaiannya. Leech (1997 : 5-6) menyatakan pragmatik mempeJajari maksud ujaran (yaitu untuk apa ujaran itu dilakukan); menanyakan apa yang seseorang maksudkan dengan suatu tindak tutur; dan mengaitkan makna dengan siapa berbieara kepada siapa, dimalla, bila mana, bagaimana. Leech (1997 : 8) mengartikan pragmatik sebagai studi tentang makna daJam hubungannya dengan situasi-situasi ujar (speech situasions). Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan babwa pragmatik adalah suatu telaah umum mengenai bagaimana suatu konteks mempel1garuhi peserta tutur dalam menafsirkan kalimat atau menelaah makna dalam kaitannya dengan situasi ujaran. Adapun konteks situasi sebagai k~ian dalam pragmatik, merupakan dasar bagi inferensi., yakni proses yang barus dilakukan oleh komunikan (pendengar / pembaca / mitra tutllr) untuk memahami makna sehingga sampai pada penyimpulan maksud dan tuturan (SumarJan, 2006:] 4). Tanpa memaharni konteks, lawan tutUf babasa akan kesulitan memabami maksud penutUf. Konteks di sini meliputi tuturan sebelumnya, penutur dalam peristiwa tutur, hubungan antar penutuf, pengetahuan, tujuan, setting sosial dan fisik peristiwa tutur. Singkatnya, makna dalam

(3)

K;!ii;w LilJ,guistiL Tailllfl 1.c-10. No 1 rchmari 2013

pragrnatik merupakan suatu hubungan yang melibatkan tiga sisi (triadic relation) atau hubungan

tiga arab, yaitu bentuk, makna, dan konteks.

Sinar (2010 : 57) membagi konteks situasi dalam tiga variabel, yakni :

1) Medan wacana (field o/discourse), membicarakan kegiatan berinteraksi yang mempunyai

dua dimensi, yaitu apa yang dibicarakan dan untuk apa dibicarakan. Medan wacana

merupakan faktor yang sangat menentukan dalam interaksi, yakni seseorang harus dapat memahami medan yang sedang dibicarakan atau dibaca agar interaksi dapat berlangsung dengan lancar, salah satunya dengan menentukan apa yang dibicarakan melalui item leksikal.

2) Pelibat wacana, merujuk. kepada siapa yang membicarakan. Pelibat wacana merupakan

variabel kontekstual yang mengkarakterisasikan fungsi ekstrinsik konteks situasi dan berhubungan dengan siapayang berperan, kondisi alam partisipan, status dan peranan mereka, yakni hubungan peranan apa yang ditemukan, termasuk hubungan perman en atau sementara antara satu dengan yang lain. Sinar (2010 : 58) melanjutkan, seJuruh jenis ucapan yang mereka lakukan dalam dialog dan ikatan hubungan sosial yang signifikan dimana merek terlibat.

3) Sarana wacana, yakni bagaimana pembicaraan itu diJakukan. Sarana wacana sebagai

jenis peran yang dimainkan bahasa di dalam interaksi sosiaJ penciptaan teks, sarana wacana-dalam-teks yang terdiri dari sa/uran, yakni berhubungan dengan bagaimana cara

sarana diperoleh melalui dua cara, yakni visual dan non-visual, dan medium, yakni

berhubungan dengan apakah bahasa yang diterima oleh partisipan sebagai 'proses' (bahasa lisan) atau 'produk' (bahasa tulisan).

Partikel bahasa Jepang atau disebut dengan joshi sebagai objek kajian dalam penelitian ini

merupakan salah satu aspek terpenting dalam ke1ancaran dalam berkomunikasi. Partikel atau

joshi dalam bahasa Jepang menunjukkan hubungan kata dengan kata lain dalam keseluruhan

kalimat dan memberikan makna atau nuansa tertentu. Beberapa partikel memiliki padanan dalam bahasa lain seperti bahasa Inggris, ada yang memjjjkj fungsi yang sarna dengan preposisi dalam bahasa Inggris, tetapi partike1 juga dapat berfungsi sebagai post-position karena partike1

tersebut selalu mengikuti kata yang dilekatinya. Ada juga partikel yang memiliki fungsi khususltertentll yang tidal<: terdapat dalam bahasa Inggris (Japanese.aoout.com). Karena banyaknya jumlah partikel dan masing-masing partikel dapat memiliki fungsi dan makna yang lebih dari satu macam, sehingga sulit untuk memahami partikel dalam bahasa Jepang. Kitahara (1972 : 214) menambahkan, sebagai fungsinya, partikel menempel pada kata lain dan menyatakan hubungan kata itu dengan kata lain, serta memberikan arti tertentu pada kata yang diikutinya.

Chino (2008 : vii) mengungkapkan bahwa sebuah partikel mungkin dapat didefenisikan sebagai bagian yang tidak dapat ditafsirkan dalam sebuah percakapan yang memiliki kemutlakan arti tersendiri yang bebas ikatan dan melengkapi dirinya sendiri dalam bagian-bagian pembicaraan. Kaidah bahasa yang disepakati daIam bahasa Jepang mungkin sekali bahwa partike] sesungguhnya tidak memiliki arti, kecuali arti yang berhubungan dengan konteksnya. Oleh karen a itu, suatu kata yang hanya terdiri dari partikel saja tidak memiliki arti apapun, namun dengan ditambahkan kata lain, maka akan membawa perbedaan yang signifikan.

Sudjianto (2000: 80-81) mengklasifikasikanjoshi dalam 4 kategori, yaitu :

1) Fukujoshi, yaitu partikel yang digunakan untuk menghubungkan kata-kata yang ada

sebelumnya dengan kata-kata yang ada pada bagian berikutnya. Partikel yang termasuk dalam fukujoshi antara lain: bakarl, dake, demo, hodo, ka. kiri, koso, kurailgurai, made, mo, nado, nari, noni. sae, shika, wa, dan yara

2) Kakujoshi, yaitu partikel yang digunakan setelah taigen (nomina) untuk menyatakan

hubungan satu bunsetsu (suku kata) dengan bunsetsu lainnya. Partikel yang termasuk dalam kakujoshi antara lain: de, e, ga, kara, ni, no, to, ya, dan yorio

3) Setsuzokujoshi, yaitu partikel yang berfungsi untuk menghubungkan bagian-bagian

kalimat (penyambung kalimat). PartikeJ yang termasuk dalam setsuzokujoshi antara Jain:

(4)

4) Slnmjoshi, yaitu partikel yang digunakan di bagian akhir kalimat untuk menyatakan pertanyaan, rasa heran, keragu-raguan, harapan, atau rasa haru pembicara. Partikel yang termasuk dalam shuujoshi antara lain : 1m, kashira, kke, nainaa, ne, sa, tomo, wa, ya, yo, ze, danzo.

Dalam kaitaannya dengan makna emotif, Sugihartono (2001 : viii) menyebutkan bahwa partikel atau joshi daIam bahasa Jepang adaIah jenis kata yang tidak mengaJami perubahan dan tidak bisa berdiri sendiri yang berfungsi membantu dan menentukan arti, hubungan penekanan, pemyataan, keraguan, dalam suatu kalimat bahasa Jepang baik dalam ragam lisan maupun ragam tulisan. Makino dan Tsutsui (.1997 : 49) menambahkan, partikel, terutama partikel akhir kaIimat, memiliki peran penting dalam menentukan fungsi sebuah kalimat. Selain ito, dengan menggunakan partikel dalam percakapan, penutur mengekspesikan emosi atau tindakannya kepada lawan tutur, sarna halnya dengan mengekspresikan maskulinitas atau feminitasnya. Selain itu, Sakakura (1989 : 314) mengungkapkan bahwa shuujoshi merupakan golongan partikel yang berfungsi untuk mengungkapkan pertanyaan, perasaan, seman, larangan, perintaIl, penekanan, dan harapan dari pembicaranya.

Pemahaman emosi sangat terkait dengan stmktur bahasa melalui unsur-unsur makna yang tercermin dalam kata yang menggambarkan pengalaman emosi. Oleh karena ito, pemahaman meugenai emosi dapat dilakukan dengan meuganalisis kata emosi yaug didapatkan dari masyarakat pengguna bahasa tersebut Emosi mewadahi individu untuk berhubungan dengan dunia, tetapi hubungan ini tidak lengkap sampai emosi dikaitkan dengan status kognitif individu yang memberikan sebuah label berupa kata-kata pada emosinya. Kata emosi tidak lahir dengan seudirinya tanpa didahului adanya sebuah reaIitas berupa status emosi yang dilambangkan dengan kata tersebut. Wijokongko dalam Widhiarso (2004 : 21) menyebutkan, kata emosi secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu emosi yang berhubungan dengan peristiwa yang baik (emosi positit) dan emosi yang berhubungan dengan peristiwa yang buruk (emosi negatif). Emosi daIam kelompok pertama meliputi kata-kata seperti gembira, senang, riang, dan bangga. Emosi dalam kelompok kedua yang disebut juga sebagai emosi negatif meucakup kata-kata seperti sed ill, marah, malu, takut, dan kecewa.

Menumt Surlaryat (2004 :26), maklla emotif disebut juga makua afektif, yaitu makna yang timbul sebagai akibat reaksi penutur terhadap penggunaan bahasa dalam dimensi rasa. Makna ini berhubungan dengan perasaan yang timbul setelah pesapa mendeugar atau membaca sesuatu kata sehingga meuunjukkan adanya nilai emosional. Karena itu, makna afektif atau makna emotif berhubungan dengan perasaan pribadi penutur, baik terhadap penutur maupUl1 objek pembicaraan. Makua ini lebih terasa dalam bahasa lisan daripada bahasa tulisan. Lebih lanjut Suwandi (2008 : 94) menyebutkan bahwa makna emotif (emotive meaning) adalah makna yang timbul akibat adanya reaksi pembicara atau rangsangan pembicara mengenai penilaian terhadap apa yang dipikirkan atau dirasakan.

METODE PENELITIAN

Dalam penejitian ini digunakan metode deskriptif analisis, yaitu metode yang menganalisis data berdasarkan data yang diperoleh taupa menambahi atau mengurangi, kemudian mengal1alisisnya, hal ini sesuai dengan pendapat SevilJa (1993 : 71). Sumantri (] 998 : 41) menyebutkan bahwa metode deskriptif analit1s yaitu metode yang dipergunakan untuk meneliti gagasan atau produk pemikiran manusia yang telah tertuang dalam bentuk media cetak, baik yang berbentuk naskah primer maupun naskah sekUllder dengan melakukan studi kritis terhadapnya. Fokus penelitian deskriptif analitis adalah berusaha mendeskripsikan, membahas, dan mengkritik gagasan primer yang selanjutnya dikonfrontasikan dengan gagasan primer yang lain dalam upaya melakukan studi yang berupa perbandingan, hubungan, dan pengembangan model. Dalam kaitannya dengan kajian dalam penelitian ini, penulis berpendapat bahwa dalam menganalisis percakapan, tidak dapat terlepas dari kajian pragmatik. Hal ini dipertegas oleh adanya pendapat Levinson (1983: 284-285) yang mel1gemukakan bahwa untuk mendapatkan pemahaman yang sangat mendasar teotaog fenomena pragmatik, seseorang dapat mengkaji percakapan karena

(5)

KqjiiJIJ LiB/fUi,tik, Tahllll ke-j(~ No 1 rt.~bJUari 2013

pereakapan merupakan inti atau jenis prototipe penggunaan bahasa yang paling mendasar. Berbagai aspek pragmatik ditunjukkan dengan jeJas di dalam pereakapan.

Data diperoJeh melaJui metode penelitian pustaka (library research), yaitu suatu teknik penelitian yang dilakukan dengan eara meneari. mengumpulkan, mempelajari, dan meneliti data dari sumber yang berhllbllngan dengan objek penelitiall. Adapun sumber data dalam penelitian ini adaJah komik "Gals!" karya Mihona Fujii jilid 1, 2, dan 3. Data dikumpulkan dengan mengidentifikasi kalimat yang didalamnya terkandung partikel pemarkah emotif, kalimat tersebut kemudian dikumpulkan dan diterjemahkan secara gloss, yakni dengan menerjemahkan kata per kata dalam kalimat pereakapan, kemudian penerjemahan tersebut disesuaikan dengan konteks pereakapan sehingga menghasilkan hasil terjemahan yang baik.

Data yang dikumpulkan kemudian diidentifikasi makna emotif yang muneul dalam kalimat dan partikel yang terdapat di dalamnya, kemudian selanjutnya diidentifikasi hubungan makna emotif yang muneul dalam kalimat pereakapan dengan konteks situasi pereakapan. Analisis dilakukan berdasarkan teori yang berkaitan dengan emosi dan konteks situasi sehingga dapat disimpulkan makna emotif yang muneul dalam suatu kalimat pereakapan. Untuk menguji keabsahan hasil temuan, maka dilakukan teknik substitusi dan teknik delesi. Teknik substitusi adaJah dengan mensubstitusikan partikeJ dengan partikellainnya yang sejenis (daJam kelas kata yang sarna) ke dalam kalimat dan diidentifikasi apakah terjadi perubahan makna emotif. Teknik deJesi mempakan teknik dengan menghilangkan partikel daJam suatu kalimat dan kemudian diidentifikasi apakah terjadi pembahan makna emotif. Kedua teknik ini dilakukan untuk menguji keabsahan hasil temuan dan meminimalkan unsur subjektifitas.

PEMBAHASAN

Pada bagian ini diuraikan pembahasan yang dilakukan dengan anal isis mempertimbangkan leksikal yang terdapat dalam kalimat percakapan dan konteks situasi percakapan, sehingga dapat diketahui makna emotif yang ditandai oleh suatu partikel.

Emosi kemarahan Ka

Partikel ka mempakan salah satu partikel yang termasuk dalam kelas kata shuujoshi yang berfungsi sebagai pemarkah interogatif. Partikel yang disoroti adaJah partike] ka pada kalimat "ld-ten no kat f' 'apa kau dengarl!'. Dalam melihat makna emotif yang muneul, dapat diketahui melalui konteks situasi percakapan, yakni guru memarahi Ran karena sering tidak masuk sekolah, mengarang alasan yang tidak masuk akaJ (bahwa ia tidak masuk sekolah karena dicu]ik oleh alien), memakai terlalu banyak aksesoris ke sekolah, dan mewarnai rambut. Walau begiru, Ran tetap acuh, sehingga guru menjadi semakin marah. Adapun pelibat wacana adalah Ran sebagai tokoh utama dalam komik "Gals!" dan guru. Untuk membuktikan bahwa emosi kemarahan ditunjukkan melalui adanya penggunaan partikel adalah dengan melakukan teknik substitusi dan delesi. Apabila ka disllbstitusikan dengan yo seperti pada kalimat ki-ten no ygJ!,

maka kalimat tersebut menjadi kalimat perintah halus. ApabiJa ka dilesapkan sehingga kalimat terse but menjadi Id-ten no!!, maka kalimat terse but menjadi kalimat pemyataan yang tidak mengandung makna emotif. Dengan demikian, dengan adanya partikel ka di akhir kalimat menunjukkan adanya makna emotif, yakni dalam hal ini adalah emotif marah. Pendapat ini sesuai dengan pendapat Chino (2008 : 37) yang menyebutkan bahwa ka menunjukkan amarah atau eelaan. SeJain ito, Kawashima (1999: 50) juga menyebutkan bahwa salah satu fungsi ka di akhir kalimat adalah untuk menambah omelan atau kritikan yang bernuansa mengkonfirmasi. Yo

Yo termasuk dalam shuujoshi yang berfungsi untuk menekankan suatu pemberitahuan yang mungkin tidak diketahui lawan bicara. Partikel yang disoroti adalah partikel yo pada kalimat "dare ga teme- milai na kan chigai yaro- sulci n; naru katten da l'Q. Amaku miten ja ne-l'Q" 'Siapajuga yang suka dengan laki-laki sepertimu'. Pada kalimat tersebut, terdapat leksikal yang menunjukkan makna emotif, yakni adanya penggunaan Ierne, yaitu kata ganti orang kedua

(6)

tunggal yang hanya ditqjukan kepada orang yang dibenci oleh penutur. Selain it:u., adanya penggunaan ungkapan kan chigai yaro-. Ungkapan tersebut digunakan untuk memjuk pada seorang laki-Iaki yang dibenci dan dianggap bodoh. Kemudian, dilanjutkan dengan amaku miten ja ne yang dapat diterjemahkan dengan 'jangan menganggap enteng'. Melalui leksikal yang muneu1 dalam kalimat tersebut ditemukan adanya nuansa emotif kemarahan tentang sesuatu yang telah terjadi, yakni Satom yang menganggap Ran menyukainya dan Ran memukuJ Satom sebagai ungkapan kemarahan. Adapun konteks situasinya adalah Satom yang beranggapan Ran menyukainya dan Ran merasa tidak senang dengan hal tersebllt sehingga memukul Satoru. Merasa tidak puas hanya dengan memukul, Ran meJontarkan kemarahannya dengan mengomel pada Satoru yang sudah tetjatuh. MelaJui medan wacana, dapat diketahui bahwa melalui item leksikal menunjukkan bahwa adanya emosi kemarahan dari Ran tentang apa yang dilakukan Satoru. Adapun pelibat wacana adalah Satoru yang merupakan tokoh figuran dan Ran yang merupakan tokoh utama dalam komik "Gals!".

Untuk membuktikan bahwa emosi kemarahan ditunjukkan melalui adanya penggunaan partikeJ adalah dengan melakukan teknik substitusi dan delesi. Apabj]a yo disubstitusikan dengan dare ga teme- mita; na kan chigai yaro- suki ni naru katten da wa. Amaku miten ja

ne-!m, maka kalimat tersebut menjadi kalimat pemyataan yang bersifat kasual dimana wa berfungsi untuk memperhalus suatu pemyataan sehingga nuansa emosi marah melljadi hilang. Apabila yo di]esapkan sehingga menjadi dare ga teme- mitai na kan chigai yaro- suki ni naru katten da. Amaku miten ja ne-, maka kalimat tersebut menjadi kalimat pernyataan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa partikel yo dapat menunjukkan emosi kemarahan. Hal ini sesuai dengan adanya pendapat Chino (2008 : 123) dan Kawashima (1999 : 251) yang menyatakan bahwa partikel yo yang digunakan di akhir kalimat salah satunya adalah untuk menunjukkan omelan atau menghina.

Gabungan ka dan yo .

Ka dan yo termasuk dalam shuujoshl. Partikel ka merupakal1 partikel yang berfungsi untuk menunjukkan suatu pertanyaan dan partikel yo merupakan partikel yang berfungsi untuk menekankan suatu pemberitahuan yang mungkin tidak diketahui lawan bieara. Partikel yang disoroti adalah gabungan partikel ka dan yo pada kalimat "teme- matsukiyo eM no chinpira ka yo?" 'Apa kau chinpira seperti di iklan Matsukiyo?'. Pada kalimat terse but terdapat ungkapan menyindir, yakni matsukiyo no chinpira, yakni preman yang dimaksud dalam iklan komersial apotek matsukiyo. Adanya nuansa kemarahan Ran kemudian terlihat dengan adanya penggunaan Ierne pada kalimat tersebut. Teme hanya digunakan untuk menunjukkan oran kedua tunggal yang dibenei oleh penutur. Sehingga dengan demikian makna emosi kemarahan semakin terlihat. Kemudian dilanjutkan dengan adanya kalimat chojiitenjane 'jangan (bicara) seenaknya'. Dan leksikal yang ditemukan menunjukkan adanya nuansa emosi kemarahan tentang sesuatu yang dibicarakan, yakni anggapan Satom bahwa Ran menyukainya.

Adapun konteks situasinya adalah Satom yang beranggapan Ran men}ukainya dan Ran merasa tidak senang dengan hal terse but sehingga ia menyindir Satom dengan ungkapan maJsukiyo no chinpira. MeJalui medan waeana, dapat diketahui bahwa melalui item leksikal menunjukkan bahwa adanya emosi kemarahan dari Ran tentang apa yang dikatakan Satoru. Pelibat wacana adalah Satoru dan Ran. Untuk membuktikan bahwa emosi kemarahan ditunjukkan melalui adanya penggunaan partikeJ adalah dengan melakukan teknik substitusi dan delesi. Apabila ka dan yo disubstitusikan dengan ne seperti pada kalimat berikut : teme-matsukiyo eM no chinpira ne?, maka hasil tetjemahannya menjadi raneu yang disebabkan ne digunakan untuk memberikan pujian atall menyetlljui pendapat orang lain, sedangkan terdapat teme di awal kalimat. Hal ini menyebabkan keraneuan dalam peneIjemahan. Apabila ka dan yo dilesapkan sehingga menjadi teme- matsukiyo eM no chinpira?, maka kalimat terse but berubah meJljadi kalimat pemyataan.

Dengan demikian, setelah dilakukan teknik substitusi dan delesi ditemukan bahwa ka dan yo dalam percakapan di atas menunjukkan makna emosi kemarahan, yang diperkuat dengan

(7)

K!!Jiall LUJ/fW:,tii;. TabuIJ ke-l (j, No 1 FeblllaIl 2013

adanya leksikal yang mendukung daJam kalimat percakapan data di atas. Pendapat ini diperkuat dengan adanya teori yang mendukung, yakni Chino (2008 : 37) dan Kawashima (1999 : 48) yang menyebutkan bahwa ka menunjukkan amarah atau ceJaan. Kemudian ditambah dengan adanya penggunaan partikel yo di akhir kalimat untuk menekankan ejekan, seperti yang disampaikan Chino (2008 : 123) dan Kawashima (1999 : 251) bahwa salah satu fungsi partikel yo di akhir kalimat adalah menunjukkan omelan atau menghina.

Kekhawatiran Yo

Yo termasuk daJam slmujoshi yang berfungsi untuk menekankan suatu pemberitahuan yang mungkin tidak diketahui lawan bicara Partikel yang disoroti adaJah partikel yo pada kalimat "nigeyo- vo!". Pada kalimat tersebut, terdapat leksikal yang menunjukkan makna emotif, yakni adanya penggunaan kata nige (berasal dari kata nigeru) yang berarti 'kabur'. Kata nige dilekati dengan yo-(berasal dari you) yang merupakan penanda gramatikaJ untuk menunjukkan ajakan. Dengan demikian, lligeyo- menunjukkan ajakan penutur untuk segera kabur. Selain ito, sebelumnya terdapat penggunaan kata "yabat,,2 setelah geng ganguro mengetabui bahwa yang berada di hadapan mereka adalah Kotobuki Ran, seorang yang sering membuat keributan di Shibuya. Dari leksikal yang ditemukan menunjukkan adanya nuansa emosi kekhawatiran tentang sesuatu yang dihadapi, yakni kekhawatiran akan perkelahian dengan Kotobuki Ran. Adapun konteks situasinya ialah gallguro 1 yang memprotes Ran karena telah memukul pacarnya, kemudian Ran menantang ganguro 1 dan teman-temannya untuk berkelahi. Namun, ganguro 2 terkejut setelah mengetahui bahwa yang akan mereka hadapi adalah Kotobuki Ran, seorang yang sering membuat keributan di Shibuya, dan merasa khawatir apabila harns berkelahi dengan Ran. MelaJui medan wacana, dapat diketahui bahwa melalui item Ieksikal menunjukkan bahwa adanya emosi kekhawatiran ganguro 2 terhadap apa yang akan dihadapi, yakni perkelahian dengan Ran. Pelibat wacana ialah Ran dan geng ganguro yang beIjumlah tiga orang. Ran merupakan tokoh lltama dalam komik "Gals!" dan geng ganguro merupakan tokoh pendamping. Hubungan antara tokoh Ran dan geng ganguro merupakan hubungan yang permanen, yakni gengganguro muncul dalam beberapa adegan.

Untuk membuktikan bahwa emosi kekhawatiran ditunjukkan melalui adanya penggunaan partikel adalah dengan me1akukan teknik substitusi dan delesi. Apabila yo disubstitusikan dengan wa menjadi nigeyo- wa, maka kalimat terse but menjadi kalimat pemyataan yang bersifat kasual dimana wa berfungsi untuk memperhalus suatu pemyataan. Apabila yo dilesapkan seperti pada kalimat lligeyo-, maka kalimat tersebut menjadi kalimat pemyataan yang bersifat mengajak seseorang melakukan sesuatu. Pada dasamya hanya dengan mengucapkan nigeyo-! 'ayo kabur!' tanpa penambahan partikelyo. makna keinginan pembicara yang mengajak untuk kabur dapat dipahami oleh lawan bicara. Penambahan yo memunculkan emosi kekhawatiran pembicara akan sesuatu yang sedang mereka had api, yaitu menghadapi Kotobuki Ran, sehingga memilih untuk kabur. Emosi kekhawatiran ini berefek mengajak lawan bicara untuk melakukan sesllatu yang dipeIjelas dengan penggunaan kata yabai sehingga memperkuat emosi kekhawatiran yang akhimya muncullah kalimat nigeyo-yo!. Dengan demikian, partikel yo pada percakapan di atas menunjllkkan emosi kekhawatiran. Pendapat ini sesuai dengan pendapat Kawashima (1999 : 252) yang menyebutkan bahwa salah satu fungsi partikel yo adalah sebagai penanda ekspresi emosional. Selain itu, Chino (2008 : 122) menambahkan bahwa yo merupakan partikel yang bersifat permohonan dan lebih keras dari ne. Partikel yo di sini menunjukkan ajakan kuat untuk segera kabur menyelamatkan diri dan Ran. Mon

Aton termasuk dalam shuujoshi yang berfungsi untuk menekankan suatu alasan (Chino, 2008 : 132; Kawashima 1999 : 98). Partikel yang disoroti adalah mon pada kalimat kossori ie kara

2 Yabai berarti "gawat" atau "berbahaya" yang digunakan oleh rem~ja saat merasa terkesan atau terkejut.

(8)

NazaJ';/ Zulaikha

nukedashite !dla kara, oya ni milsukattara taihen da mon '(karena) aIm keluar mmah diam-diam, akan sangat berbahaya kalau orang tuaku menemukanku'. Pada kalimat tersebut, terdapat Jeksikal yang menunjukkan makna emotif, yakni adanya penggunaan taihen yang merujuk pada sesuatu yang slllit, yang memberatkan, maupun suatu masalah. Kemudian adanya alasan yang disampaikan, yakni kossori ie kara nukedashite kila kara <karena aku keluar rumah dengan diam-diam', kemudian ditambah dengan adanya oya ni mitsukatlara 'kalau orang tuaku menemllkanku' yang menunjukkan adanya nuansa kekhawatiran apabila orang 10a Aya menemukannya. Konteks situasinya ialah Ran yang pergi keluar rumah karena merasa kesal dengan orang tuanya yang memaksanya menjadi polisi, secara tidak sengaja bertemu dengan Hoshino Aya, salah satn teman sekelasnya di SMA Hounan. Ran merasa terkejut menemukan Aya yang merupakan siswa berprestasi di sekolahnya berkeliaran di rnalam hari dengan gaya berpakaian yang berbeda. Ran menyapa Aya,kemudjan Aya melihat ke sekeliling dan rnenyampaikan kekhawatirannya akan ditemukan oleh kedua orang tuanya karena ia keluar rumah dengan diam-diam. Melalui medan wacana, dapat diketahui bahwa melalui item leksikal menunjukkan bahwa adanya emosi kekhawatiran Aya terhadap kemungkinan ia ditemukan oleh kedna orang tuanya. Pelibat wacana ialahRan sebagai tokoh utama dalam komik "Gals!" dan Aya yang merupakan sahabat Ran dan juga sebagai tokoh utama dalam komik "Gals!". Hubungan antar tokoh merupakan hubungan yang pennanen, yakni hubungan persahabatan yang berkaitan dengan cerita berikutnya. Untuk membuktikan bahwa emosi kekhawatiran ditunjukkan melalui adanya penggunaan partikel adalah dengan melakukan teknik substitusi dan I

delesi. Apabila mon disubstitusikan rnenjadi yo seperti pada kalimat kossori ie kara nukedashite kita kara, oya ni mitsukattara taihen da .YQ, yo pada kalimat di atas bersifat 'memberitahukan sesuatu yang mungkin tidak diketahui orang lain' dan emosi kekhawatiran menjadi hHang. Apabila mon ditesapkan seperti pada kalimat kossori ie kara nukedashite kita kara, oya ni mitsukattara taihen da, maka kalimat tersebut menjadi kalimat pemyataan dan emosi kekhawatiran menjadi hilang. Dengan demikian, partikel mon pada konteks kalimat di atas membawa emosi kekhawatiran.

Na

PartlKel na merupakan shuujoshi yang berfungsi un10k menunjukkan emosi. Partikel yang disoroti pada adalah na pada kalimat yabbee na • gawat'. Pada kalimat tersebut, terdapat leksikal yang menunjukkan makna emotif, yakni adanya yabbee yang memiliki bentuk asJi yabai yang berarti 'gawat'. Hal ini menunjukkan bahwa adanya sesuatu yang dikhawatirkan oleh si penutnr. Konteks situasinya ialah Ran telah merebut tas sekoJah A-feishou Dai'ichi dari siswa sekolah itu yang melintas di depan gedung Shibuya 109. Sesampainya di rumah, Ran memikirkan apa yang baru s!Ua dilakukannya, apakah tennasuk dalam pencurian atau tidak. Melalui medan wacana, dapat diketahui bahwa meJa)ui item leksikal menunjukkan bahwa adanya emosi kekhawatiran Ran terhadap tindakan yang telah dilakukannya. Pelibat wacana ialah Ran yang merupakan tokoh utama dalam komik "Gals!". Untuk membuktikan bahwa emosi kekhawatiran ditunjukkan melalui adanya penggunaan partikel adalah dengan melakukan teknik substitusi dan de1esi. Apabila na disubstitusikan dengan mon seperti pada kalimat yabbee mon, maka kalimat tersebut menjadi kalimat pernyataan dan emosi senang menjadi hHang. Hal ini ditunjukkan dengan adanya mon di akhir kalimat yang dalam konteks situasi kalimat di atas berfungsi untuk menunjukkan suatu alasan, sehingga tidak mengandung makna emotif. Apabila na dilesapkan seperti pada kalimat yabbee, maka kalimat tersebut menjadi kalimat pemyataan. Dengan demikian, na pada kalimat di atas menunjukkan emosi kekhawatiran. Pendapat ini sesuai dengan pendapat Chino (2008 : 127) yang menyebutkan bahwa na berfungsi untuk menunjukkan rasa dan lebih banyak dipakai oleh lelaki. Menurut Kawashima (J999 : 105), naa memiliki tone emosional yang lebih daripada na.

(9)

Kekecewaan Noni

K;yiall LilJ/J[Jisfik, TaiJ1JJJ .k.e-j(~ iVa 1 Fcbmari 2013

Noni tennasuk dalam setsllzokujoshl yang menurut Chino (2008 : 83) digunakan diantara dua klausa untuk menunjukkan bahwa antara keduanya berlawanan arti yang dapat diartikan sebagai "walaupun, namun kenyataannya". Partikel yang disoroti adalah partikel noni pada kalimat "na, nand a yo! Ima omoshiroku naru toko datta noni!!" 'A .. apa sih! Padahal sedang seru-serunya!! ". Pada kalimat tersebut, terdapat leksikal yang menunjukkan makna emotif, yakni adanya ungkapan na, nanda yo! 'a, apa sih!' yang rnenunjukkan ketidakpuasan Ran terhadap sesuatu dan kalirnat ima omoshiroku naru toko datta 'sekarang sedang seru-serunya' yang menunjukkan bahwa Ran ketidakpuasan/kecewa dengan apa yang baru saja teIjadi, yakni ia diperintahkan untuk datang ke kantor polisi, sedangkan ia barn saja berbangga did melihat geng ganguro sudah akan kabur karena takut berkelahi melawan Ran. Konteks situasinya ialah Ran menantang geng ganguro untuk berkelahi. Geng ganguro ketakutan dan berusaha kabur setelah mengetahui bahwa mereka sedang berhadapan dengan Kotobuki Ran yang sering membuat onar di Shibuya. Ran baru saja akan berkelahi dengan geng ganguro, namun tiba-tiba seorang polisi yang juga merupakan kakak tertua Ran bernama Yamato, datang menghampiri Ran dan memintanya untuk datang ke kantor polisi. Melalui medan wacana, dapat diketahui bahwa melalui item leksikal menunjukkan bahwa adanya emosi kekesalan Ran karena kesenangannya diganggu. Pelibat wacana ialah Ran sebagai tokoh utama dalarn komik "Gals!" dan Yarnato sebagai tokoh pendamping dalam komik "Gals!" yang memiliki hubungan kakak adik yang berkaitan dengan cerita berikutnya. Untuk membuktikan bahwa emosi kekecewaan ditunjukkan melalui adanya penggunaan partikel adalah dengan melakukan teknik substitusi dan delesi. Apabila noni disubstitusikan dengan no menjadi na, nanda yo! Ima omoshirokunaru toko datta no!!, maka menjadi kalimat pernyataan dengan adanya peuekanan pada kegiatan atau pernyataan yang dituturkan. Apabila noni dilesapkan rnenjadi na, nanda yo! Ima omoshirokunaru toko datta! /, maka me£Yadi kalimat pernyataan dan makna emotif menjadi hilang. Dengan demikian, noni pada percakapan di atas menunjukkan emosi kekecewaan. Pendapat ini sesuai dengan pendapat Chino (2008 : 84) yang menyebutkan bahwa part ike) noni pada akhir sebuah kalimat menunjukkan perasaan tidak puas.

Ski

Shi termasuk dalam setsllZokujoshi yang, menurut Chino (2008 : 10 1) dan Kawashima (1999 : 180), berfungsi untuk menUluukkan (dan sering menekankan) kejadian atau keberadaan dua perbuatan atau lebih atau pernyataan. Partikel yang disoroti adalah partikel shi pada kalimat "hito no hanashi zenzen kikanai shi ... " 'Ucapan orang lain pun tidak didengarnya ... '. Pada kalimat terse but, terdapat leksikal yang menunjukkan makna ernotif, yakni adanya ungkapan zenzen kikanai 'sarna sekali tidak didengar' yang rnenunjukkan adanya emosi kekecewaan. Konteks situasinya ialah Ran bertemu dengan Rei dan Yuuya di sebuah cafe untuk meminta pendapat mereka mengenai pria. Setelah memberikan saran, Yuuya berusaha mengutarakan isi hatinya kepada Ran, bahwa selama ini ia menyukai Ran. Namun tanpa membeDkan kesempatan kepada Yuuya untuk berbicara, Ran langsung pergi meninggalkan Rei dan Yuuya karena sudah ada janji dengan Miyu dan Aya. Melalui medan wacana, dapat diketahui bahwa melalui item leksikal menunjukkan bahwa adanya ernosi kekecewaan Yuuya karena ia gagal mengutarakan isi hatinya. Pelibat wacana ialah Ran, Rei, dan Yuuya yang merupakan tokoh utama dalam komik "Gals!". Untuk membuktikan bahwa emosi kekecewaan ditunjukkan melalui adanya penggunaan partikel adalah dengan melakuk:an teknik substitusi dan delesi. Apabila shi disubstitusikan dengan mon seperti pada kalimat hilo no hanashi zenzen kikanai mon ... , maka kalimat tersebut menjadi ka1imat pemyataan yang menunjukkan alasan. Apabiia shi dilesapkan sehingga menjadi hilo no hanashi zenzen kikanai..., maka kalimat terse but me£Yadi kalimat pernyataan dan rnakna emotif menjadi hilang. Deugan demikian, shi yang berada di akhir kalimat menunjukkan emosi kekecewaan si pembicara.

(10)

Nazaya ZUlaiJdl;l Kepasrahan Mon

Mon merupakan bentuk infonnal dari mono (lori, 2001 : 380) yang tennasuk dalam sJnlzgoshi. Menurut Chino (2008 : 132), mon berfungsi untuk menunjukkan suatu alasan. Partikel yang disoroti adalah mon pada kalimat 'Jujinkeikan nante shou ni awasane- mon" <lagian (aku) sarna sekali tidak cocok menjadi polwan'. Pada kalimat tersebut, terdapat leksikal yang menunjukkan makna emotif, yakni adanya ungkapan shou ni awasane- 'tidak cocok'. Orang tua Ran memaksanya untuk menjadi polisi, namun Ran menolaknya dengan keras dan ungkapan tersebut menonjukkan bahwa Ran merasa ia tidak cocok menjadi polwan dan lebih baik tetap menjadi kogal. Konteks situasinya ialah Ran yang dibawa Yamato ke kantor polisi disebabkan karena ia membuat keributan dan hampir berkelahi dengan geng ganguro di jalanan daerah Shibuya. Yamato selalu berusaha menjaga dan menyelamatkan Ran karena merasa bertanggungjawab sebagai seorang kakak dan juga sebagai seorang poJisi. Namun Ran tetap saja melakukan tindakan-tindakan yang berbahaya dan memancing keributan. Yamato mengingatkan kembali bahwa Ran seharusnya juga menjadi polisi, seperti halnya garis keturunan dalam keluarga mereka, namon Ran menolak dengan sangat keras bahwa ia sama sekali tidak ingin menjadi polisi dan ingin tetap menjadi kogal karena ia sarna sekali tidak cocok menjadi seorangpolisi. Melalui medan wacana, dapat diketahui bahwa melalui item leksikal dalam percakapan data 4 menunjukkan bahwa adanya emosi kepasrahan Ran bahwa ia sarna sekali tidak cocok melljadi seorang kogal dan ingin tetap menjadi kogal. Pelibat wacana ialah Ran sebagai tokoh utama dalam komik «Gals!" dan Yamato sebagai tokoh pendamping yang merupakan kakak tertua Ran yang berprofesi sebagai polisi. Hubungan antar tokoh mempakan hubungan kakak dan adik.

Untuk membuk.-tikan bahwa emosi kepasrahan ditunjukkan melalui adanya penggunaan partikel adalah dengan melakukan teknik substitusi dan delesi. Apabila mon disubstitusikan dengan ne seperti pada kalimat berikut : fujinkeikan nante shou ni ([wasane- ne, maka makna emotif kekecewaan menjadi hilang dan kalimat tersebut berubah menjadi bemuansa meminta persetujuan dari lawan bicara. Apabila mon dilesapkan sehingga menjadifujinkeikan nante shou ni awasane-, maka kalimat tersebut berubah menjadi kalimat pernyataan. Dengan demikian, setelah dilakukan teknik substitusi dan delesi ditemukan bahwa mon dalam percakapan di atas menunjukkan makna emosi kepasrahan, yang diperkuat dengan adanya leksikal yang mendukung dalam kalimat percakapan data 5. Pendapat ini sesuai dengan pendapat Kawashima (1999 : 98) yang menyebutkan bahwa salah satu fungsi mon adalah mengikuti alasan tertentu yang mengekspresikan ketidakpuasan atau keinginan. Mon dalam kalimat tersebut menunjukkan kepasrahan Ran bahwa ia memang tidak cocok menjadi polwan. Dengan demikian, partikel mon dalam kalimat Ran di atas mengandung makna emotifyakni kepasrahan.

Sa

Sa tennasuk dalam shuujoshii. Partikel yang disoroti adalah sa pada kalimat "kane nai ,m, kane nakutte, hi saro ni mo ikenai sa" 'uang pun tidak ada, karena tidak ada, ke salon pun tidak bisa'. Pada kalimat tersebut, te.rdapat leksikal yang menunjukkan makna emoti£, yakni adanya kalimat kane ga nai 'tidak punya uang' yang menunjukkan adanya ketidakmampuan Ran dalam hal keuangan dan hi saro ni mo ikenai 'pergi ke salon sehari-hari juga tidak bisa' yang menunjukkan akibat dari ketidakmanlpuan Ran dalam hal keuangan, yakni tidak bisapergi ke salon. Konteks situasinya ialah Ran berencana untuk merebut tas salah satu siswa sekolah Meishou Dai'ichi yang melintas. Miyu yang diajak Ran untuk menemaninya me rasa terkejut atas rencana Ran terse but. Kemudian Ran menyampaikan alasannya mengapa ia berencana merebut tasitu, yakni karen a ia tidak punya nang untuk membelinya, se.dangkan ia sangat menginginkall tas itu. Melalui medan wacana, dapat diketahui bahwa melalui item leksikal menunjukkan bahwa adanya emosi kepasrahan Ran bahwa tidak punya uang sedangkan ia sangat menginginkan tas sekolah Meishou Dai'ichi, sehingga ia terpaksa merebut tas itu dari siswa sekolah Meishou Dai'ichi yang melintas di depan gedung Shibuya 109. Pelibat wac ana ialah Ran sebagai tokoh utama dalam komik "Gals!" dan Miyu yang merupakan sahabat Ran dan juga berperan sebagai tokoh utama dalam komik "Gals!" yang keduanya merupakan sahabat.

(11)

K!kall LinlJuistik Tabull ke-]O, No] Febman 2013

Untuk membuktikan bahwa emosi kepasrahan ditunjukkan meiaJui adanya penggunaan partikel adalah dengan melakukan teknik substitusi dan delesi. Apabila sa disubstitusikan dengan partikel mon seperti pada kalimat kane nai mon, kane nakutte, hi saro ni mo ikenai mono Demo hoshii mon wa hoshii!! Nani ga nande mo hoshii~~!!!!, emosi kepasrahan si pembicara berubah menjadi kekecewaan. Hal ini disebabkan karena fungsi mon menurut Chino (2008 : 133) adalah menunjukkan ketidakpuasan. Apabila sa dilesapkan seperti pada kalimat kane nai, kane nakutte, hi saro ni mo ikenai. Demo hoshii mon wa hoshii!! Nani ga nande mo hoshii~~!!!!, maka kalimat tersebut menjadi kalimat pemyataan yang tidak mengandung makna emotif. Dengan demikian, dengan digunakannya partikel sa pada kalimat di atas, maka makna emotifyang mnneul adalah emotifkepasrahan dari si pembieara mengenai situasi negatif yang dialaminya. Menurut Chino (2008 : 128), sa umumnya digunakan oleh laki-laki untuk memperhalus suatu penegasan. Kawashima (1999 : 177) menambahkan, sa berfungsi untuk menekankan kalimat dalam penggunaan yang kasual. Konteks situasi pereakapan pada data 6 yang berupa kalimat negatif ini dan kehadiran partikel sa menjadi makna latar belakang timbuLnya emosi kepasrahan.

Kekesalan/kejengkelan -Tteba

Partikel -tteba tennasuk daJam shuujoshi. Partikel yang disoroti adalall -tteba pada kaJimat da - ka - ra - Atashi wa keikan ni naru tsumori nante naitleba!! "i-tu-Iah, (sudah kUbiJang) aku

sarna sekali tidak punya rencana menjadi polisH!'. Pada kalimat tersebut, terdapat leksikal yang menunjukkan makna emotif, yakni adanya kalimat keikan ni naru tsumori nante nai 'sarna sekali tidak ada reneana menjadi polisi' yang menunjukkan alasan Ran daJam menolak keinginan orang tuanya untuk meneruskan tradisi keluarga menjadi polisi. Kemlldian, leksikal yang menunjukkan adanya kekesalan/kejengkelan adalah adanya penggunaan nante yang berartj "apaJah' yang menunjukkan bahwa kata di depannya merupakan sesuatu yang tidak penting dan penutur tidak memberikan perhatian pada kata itu. Selain itu, adanya penggunaan da-ka-ra di awal kalimat yang menunjllkkan kejengkelan Ran terhadap apa yang baru saja didengarnya.

Konteks situasi ialah kedua orang tua Ran membicarakan masa depan Ran kelak, yakni mereka menginginkan Ran meneruskan tradisi keluarga untuk menjadi polisi, seperti halnya kedua orang tua Ran, kakak tertua Ran (Y amato), dan saudara-saudara mereka. Namun, Ran menolak hal itu dengan keras, dengan menyatakan bahwa ia sarna sekali tidak memiliki rencana untuk menjadi polisi dan ia bersikeras tetap ingin menjadi kogal. elalui medan waeana, dapat diketahui bahwa melalui item leksikal menunjllkkan bahwa adanya emosi kejengkelan Ran atas paksaan orang tuanya yang menginginkan ia menjadi polisi. Pelibat wacana ialah Ran sebagai tokoh utama dalam komik "Gals!" dan kedua orang tua Ran sebagai tokoh pendamping dalam komik "Gals!". Untuk membuktikan bahwa emosi kejengkelan ditunjukkan melalui adanya penggunaan partikel adalah dengan melakukan teknik substitusi dan delesi. Apabila -tteba disubstitusikan dengan no seperti pada kaJimat da - ka - ra - Atashi wa keikan ni naru tsumori nante nai no!!, maka kalimat tersebut mertiadi kalimat pernyataan dan emosi kejengkelan menjadi hiJang. ApabiJa partikel -Iteba dilesapkan seperti pada kalimat da - ka - ra - Atashi wa keikan ni naru tsumori nante naif!, maka kalimat tersebut juga menjadi kalimat pernyataan. Dengan demikian, -tteba dalam kalimat di atas memmjukkan emosi kejengkelan. Pendapat ini sesuai dengan pendapat Chino (2008 : 130) yang menyebutkan bahwa -tteba digunakan untuk menunjukkan kejengkelan terhadap seseorang.

Kara

Partikel kara termasuk dalam setsuzokujoshi yang berfungsi sebagai penyambung kalimat dan menunjukkan sebab akibat. PartikeJ yang disoroti adalah kara pada kalimat "mou-- acchi kocchi tsure mtM'asun da /rara" 'ugh~~ dari tadi diajak kesana kemari'. Pada kalimat terse but, terdapat leksikal yang menunjukkan makna emotif, yakni adanya ungkapan mou~ di awal kalimat yang merupakan ungkapan kekesalan penutur atas sesuatu yang dirasakan dan dihadapi. Konteks situasi ialah Aya dan Miyu sedal1g menemani Rei dan Yuuya mengikuti interview di majalah. Tiba-tiba Ran datang dan mengajak Miyu dan Aya pergi. Aya merasa kelelahan karena

(12)

Na7A.J'd Zu/;likha

terus diajak kesana-kemari. Melalui medan wacana, dapat diketahui bahwa melalui item leksikal menunjukkan bahwa adanya emosi kekesalan Aya karena diajak kesana kemari terus-menerus. Pelibat waeana ialah Ran dan Aya sebagai tokoh utarna dalam komik "Gals!" yang keduanya merupakan sahabat. Untuk membuktikan bahwa emosi kekesalan ditunjukkan melalui adanya penggunaan partikel adalah dengan melakukan teknik substitusi dan delesi. Apabila partikel kara disubstitusikan dengan shi seperti dalam kalimat acchi kocchi tsure mawasun da @., maka emosi yang muneul menjadi kekeeewaan. Apabila kara dilesapkan seperti dalam kalimat acchi kocchi tsure mawasun do, maka kalimat tersebut menjadi kalimat pemyataan dan tidak mengandung makna emotif. Chino (2008: 55) berpendapat, kara yang terdapat di akhir ka:Iimat berfungsi untuk menunjukkan kritik atau peringatan terhadap lawan bicara. Melalui kara di akhir kalimat pada kalimat di atas, emosi yang muneuI adalah kekesalan. Hal ini diperkuat dengan adanya penggunaan mo--- di awal kalimat. Dengan demikian, partikel kara menunjukkan makna emotifkekesa:Ian.

-Tie

Morita (1989 : 153) menyebutkan bahwa walaupun dengan bentuk yang sarna, terjadi perubahan kakujoshi4 to menjadi -tte yang digunakan sebagai shuujoshi. Isao (2001 : 334) menyebutkan bahwa (to wa) dalam bahasa percakapan berubah menjadi (tte). Hal senadajuga dinyatakan oleh Tomomatsu (2008 : 249), bahwa dalam percakapan informal, to wa berubah menjadi -tte. SWlagawa (1998 : 232) menyebutkan bahwa partike1 -tte digunakan untuk mengangkat topik percakapan, menyatakan defenisi/arti, dan untuk memberikan pen aks iran. Digunakan dalam pereakapan santai. Dalam rnenyatakan defenisilarti di dalam bahasa tulisan formal, digunakan bentu [N to wa]. Pendapat yang sama dinyatakan oleh Tomomatsu dkk (2008 : 215) yang menyebutkan bahwa dalam pereakapan, to iu berubah menjadi tte iu atau tte. Partikel yang disoroti adalah partikel-tte pad a kalimat nande RIO naitte!! 'tidak ada apa-apa!!'. Pada kalimat

tersebut, terdapat leksikal yang menllnjukkan makna emotif, yakni adanya ungkapan nande RIO

llai 'tidak ada apa-apa' yang merupakan ungkapan keterkejutan Ran karen a orang tuanya rnenerobos masuk ke kamarnya seeara tiba-tiba.

Konteks situasi ialah Ran telah berhasil merebut tas sekolah Meishou Dai'ichi dari salah seorang siswa Meishou Darichi yang melintas di depan gedung Shibuya 109 dan membawa tas itu ke rumah. Namun sesampainya di rumah, ia merasa tidak tenang akan apa yang barn saja dilakukannya. Ia berpikir keras, apakah tindakannya itu termasuk da)arn kategori pencurian atau tidak. Lalu secara tiba-tiba, kedua orang tua Ran yang merupakan anggota kepolisian menerobos masuk ke kamar Ran karena mend en gar kata 'peneurian' dan rnengira telah teljadi peneurian di kamar Ran.Ran yang sedang berpikir keras merasa terkejut dan kesal karena tindakan kedua orang tual1ya tersebut. Melalui medan wacana, dapat diketahui bahwa rneJalui item leksikal menunjukkan bahwa adanya emosi kekesaJan Ran karen a kedua orang tuanya tiba-tiba menerobos masuk ke kamarnya. Pelibat waeana ialah Ran sebagai tokoh utama dalam komik "Gals!" dan kedua orang tua Ran sebagai tokoh pendarnping dalarn komik "Gals!". Untuk membuktikan bahwa emosi kekesalan ditunjukkan melalui adanya penggunaan partikel adalah dengan me1akukan teknik substitusi dan deIesi. Apabila -tte disubstitusikan dengan no rnenjadi nande 1110 nai no!!, emosi kekesalan di dalamnya menjadi hilang dan kalimat tersebllt

mel1jadi kalirnat pemyataan. Apabila -tie dilesapkan seperti kalimat nan de mo naif!, rnaka ka:Iimat tersebut juga menjadi kaljmat pernyataan. Dengan demikian, -Ue dalam kalimat dj atas menunjukkan emosi kekesalan. Kawashima (1999 : 226) menyebutkan bahwa to wa (yang dalam bentuk percakapan menjadi tIe) diletakkan di akhir kaJimat sebagai partikel seman yang rnengekspresikan keterkejutan, kemarahan, atau emosi lainnya. Dalam hal ini, partikel -tte menunjukkan makna emos; kekesalan yang didalamnyajuga terkandung keterkejlltan.

Kesenangan

Ne/nee

Partikelne rnerupakan shuujoshi yang berfungs; untuk menunjukkan kesepakatan dengan orang lain. Partikel yang disoroti pada adalah ne pada kalimat jutokutei tasuu nara inl mon ne-!

(13)

Kyi1IJ Lin.lllli<;tik. TahUIl kc-J ~ No j 'Febman 2013

'kalau pacar yang jumlahnya banyak ada kan~!'. Pada kalimat tersebut, terdapat leksikal yang menunjukkan makna emotif, yakni adanya kalimatfiltokutei tasuu nara iru yang merujuk pada masa laIu Aya yang pernah menjadi ternan kencan pria-pria separuh baya. Kalimat ini digunakan Ran untuk menggoda Aya agar mau meng-highlight poni dengan warna memb. Konteks situasi ialah

Ran"

Miyu, dan Aya sedang berada di toko pakaian dan mengobrol tentang tren meng-highlight poni dengan wama merah. Ran menggoda Aya dengan masa lalunya, yaitu pernah menjadi ternan kencan pria-pria separuh baya, untuk meng-highlight poninya dengan warna merah. Melalui medan wacana, dapat diketahui bahwa meIalui item leksikal menunjukkan bahwa adanya emosi kesenangan Ran dalarn menggoda Aya. Pelibat wacana ialah Ran dan Aya yang merupakan tokoh utama dalam komik "Gals!" yang keduanya merupakan sahabat. Untuk membuktikan bahwa emosi kesenangan ditunjukkan melalui adanya penggunaan partikel adalah dengan melakukan teknik substitusi dan delesi. Apabila partikel ne disubstitusikan dengan mon seperti pada kalimat fotokutei tasuu nara iru mon~!, maka kalimat tersebut menjadi kalimat pernyataan. Aton yang menjadi penutup di akhir kalimat tersebut menunjukkan penekanan alasan dan makna emotif menjadi hilang. Apabila ne dilesapkan seperti pada kalimat fotokutei tasuu nara fru!, maka kalimat tersebut menjadi kalimat pernyataan. Menurnt Chino (2008: 120), ne berfungsi untuk menunjukkan kesepakatan dengan orang lain, selain itu Chino (2008: 121) menambahkan, ne berfungsi untuk menunjukkan suatu tuntutan yang tingan atau pendapat. Kawashima (1999 : 116) menyebutkan bahwa ne dan nee pada dasarnya adalall sarna, namun nee lebih menyiratkan emosi yang merupakan bentuk seman sebagai bentuk konfrrmasi yang kasual. Dengan demikian, dengan adanya partikel ne pada kalimat di atas menunjukkan makna emotif senang.

Na/naa

Partikel na merupakan shuujoshi yang berfungsi nntuk menunjukkan emosi Partikel yang disoroti pada adalah na pada kalimat '"su-pa- koukollsei no Rei kUll wa unltora jeminisllto do" 'Rei siswa SMA super yang ultra feminis'. Pada kalimat tersebut, terdapat leksikal yang mennnjukkan makna emotif, yakni adanya kalimat yang menunjukkan alasan dari emosi yang disampaikan meJalui partikel no, yakni su-pa- kOllkousei no Rei kun wa urutora jeminisuto. Konteks situasi ialah Ran dan teman-temannya sedang berkumpul bersama Rei dan Yuuya di sebuah cafe. Ran terus-menerus memakan makanan Rei, padahal ia duduk agak jauh dari Rei. Rei kemudian menegur Ran, namun Ran dibela oJeh Yuuya dengan menunjukkan sebuah artikeJ di majalah yang memuat ballwa Rei merupakan seorang ultra feminis. Namun Rei membantahnya, bahwa berita itu sudah dimanipulasi. Melalui medan wacana, dapat diketahui bahwa melalui item leksikal menunjukkan bahwa adanya emosi kesenangan Yuuya daJam menggoda Rei. Pelibat wacana ialah Ran, Rei, dan Yuuya yang merupakan tokoh utama dalam komik "Gals!" yang merupakan sahabat.

Untuk membuktikan bahwa emosi kesenangall ditunjukkan melalui adanya penggunaan partikeJ adalah dengan meJakukan teknik substitusi dan delesi. Apabila na disubstitusikan dengan mon seperti pada kalimat su-pa- koukousei no Rei kun wa un/tora jeminisuto da mon, maka kalimat tersebut menjadi kalimat pemyataan dan emosi senang menjadi hi lang. Hal ini ditunjukkan dengan adanya mon di akhir kalimat yang dalam konteks situasi kalimat di atas berfuogsi uotuk menunjukkan suatu alasan, sehingga tidak mengandung makna emotif. Apabila na dilesapkan seperti pada kalimat su-pa- koukousei no Rei kun wa urutorafeminisuto da, maka kalimat tersebut menjadi kalimat pernyataan. Dengan demikian, na pada kalimat di atas menunjukkan emosi senaog yang bernuansa mengkonfirmasi. Pendapat ini sesuai dengan pendapat Chino (2008 : 127) yang menyebutkan bahwa na berfungsi untuk menunjukkan rasa dan lebih banyak dipakai oIeh lelaki. Menurut Kawashima (1999 : 105), naa memiIiki tone emosional yang lebih daripada na.

Yo

Partikel yo merupakan shuujoshi yang berfungsi menginformasikan sesuatu yang dianggap tidak diketahui lawan tutur. PartikeJ yang disoroti pada adalah yo pada kalimat "koko no kuban motteru no ga kogyaru no suteitasu tte wake )!Qn" 'dengan membawa tas ini meningkatkan

(14)

JVaZ:JFI Zlllaikha

status kogal'. Pada kaJimat tersebut, terdapat leksikal yang menunjukkan makna emoti£: yakni adanya ka1imat kaban motteru no ga kogyaru no suteitasu '"membawa tas (ini) menjadi status seorang kogal' yang menunjukkan bahwa dengan seorang kogal membawa tas sekolah i\feishou Dot'ichi, maka status kogal tersebut menjadi meningkat. Kemudian, datam konteksnya, Satsuki sebagai penutur sedang memakai tas sekolah Meishou Dai'ichi ke sekolahnya, yaitu SMA Hounan. Dengan kata lain, dengan Satsuki memiliki tas sekolah il1eishou Dai'ichi dan memakainya ke sekolah, maka statusnya sebagai kogal sudah meningkat.

Konteks situasi ialah Satsuki memamerkan tas sekolah Meishou Dai'ichi yang dimilikinya kepada ternan-ternan sekelasnya. Hanya Satsuki yang memiliki las tersebut. Menurutnya, dengan membawa tas sekolah Aleishou Dai 'ichi, maka dapat meningkatkan statusnya di kalangan kogal. Melalui medan waeana) dapat diketahui bahwa melalui item leksikal menunjukkan bahwa adanya emosi kesenangan Satsuki bahwa bam ia sendiri yang memiliki tas sekolah Meishou Dai'ichi dan dengan ia memiliki tas tersebut, statusnya sebagai kogal meningkat. Pelibat wacana ialah Satsuki sebagai penutur dan tokoh pendamping dalam komik "Gals!" dan Ran, Miyu, dan Rie sebagai tokoh utama (Ran dan Miyu), tokoh pendamping (Rie) dan sebagai pendengar. Untuk membuktikan bahwa emosi kesenangan ditunjukkan melalui adanya penggunaan partikel adalah dengan melakukan teknik substitusi dan delesi. Apahila yo disubstitusikan dengan ne menjadi koko no kaban mo/teru no ga kogyaru no suteitasu /te wake ne, maka tidak muneul emosi kesenangan, melainkan muneul nuansa ingin mengkonfirmasi pernyataan tersebut kepada lawan bieara. Apabila yo dilesapkan menjadi koko no kaban motteru no ga kogyaru no suteitasu /te wake, maka emosi kebanggan menjadi hHang. Halini disebabkan karena apabila partikel yo dihilangkan, maka kalimat di atas berubah menjadi kalimat pernyataan dan tidak mengandung makna emotif. Dengan demikian, maka yo dalam kalimat di atas menunjukkan emosi senang. Emosi kesenangan tergambar dari adanya penggunaan yo yang dilekati dengan adanya n yang berfungsi untuk menambah kesan imut saat berbicara.

Kebencian Kuseni

paftikel kuse ni termasuk dalam setsuzokujoshi. Partikel yang disoroti pada adalah kuse ni pada kalimat "chuu 2 no kuse ni yo" "dasar anak SMP brengsek'. Kuse ni tidak dapat disubstitusi dengan partikel emotif lain dan tidak dapat dilesapkan karena akan menimbulkan kalimat yang tidak berterima secara gramatikal sebubungan dengan struktur kalimat pada data 16 in i menunjukkan makna atribut._Konteks situasi ia:1a:h Miyu dihadang oleh tiga wanita dari geng lawan. Mereka marah karena Miyu memukul dua anggota mereka sehingga mereka berniat untuk membalas dendam. Melalui medan wacana, dapat diketahui bahwa melalni item leksikal menunjukkan bahwa adanya emosi kebencian dari tiga wanita terse but terhadap Miyu karena sudah memukul dna anggota mereka. Pelibat waeana ialah Miyu sebagai tokoh utama dalam komik "Gals!" dan tiga wanita yang merupakan tokoh figuran. Kawashima (1999 : 82) menyebutkan bahwa kuse ni menyiratkan kritikan pada guatu "nilai". Tomomatsn (2008 : 73) juga menyebutkan bahwa kuse ni digunakan untuk mengkritik kesalahan orang lain, merasa superior dari orang lain, memiliki perasaan yang tidak diperkirakan, atau mengekspresikan kebeneian. Menurut Chino (2008 : 85), pemakaian kuse hampir sama dengan no ni, namun ada tam bah an perasaan meneela atau j ijik.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasiI penelitian, dapat disimpulkan bahwa :

I. Sifat penelitian ini adalah pembuktian teori tentang fungsi partikel sebagai pemarkah gramatikal dan pemarkah emotif.

2. HasjJ penelaahan mengenai partikel yang berperan sebagai pemarkah emotif dalam komik "Gals!" karya Mihona Fujii jiJid I, 2, dan 3, yang didapat dari 16 data yang diteliti yang kesemuanya termasuk dalam shmifoshi, yaitu ka, yo, gabungan ka dan yo, mon, noni, shi, sa, -tteba, kara. -tte, ne(e), na(a) , dan kuse ni.

(15)

K<~ii;JJJ LiIl,lflli'iLik, Tabu/] ke-IO,. No 1 l''ebmari 2013

3. Makna emotif yang muncul dalam partikel pada komik "Gals!" jilid 1, 2, dan 3 adalah sebagai berik.t.lt :

1) Emotif kemarahan ditandai partikeI ka, yo, dml gabungan ka dml yo 2) Emotifkekhawatiran ditandai partikelyo, mon, dan na

3) Emotif kekecewaan ditandai partikel noni dan shi 4) Emotif kepasrahan ditandai partikel mon dan sa

5) Emotif kekesalanlkejengkelan ditandai partikel-tteba, kara, dan -tte 6) Emotif kesenangan ditandai partikel nelnee, na/naa, dan yo

7) Emotifkebencian ditandai partikel kuse n;

Dengan demikian menunjukkan bahwa makna emotifyang dominan muncu} pada komik "Gals!" karya Mihona Fujiijilid 1,2, dan 3 adalah emosi negatif(6 emosi negatif dari 7 emosi yang muneul).

4. Terdapat tiga partikel yang memiIiki makna Iebih dari satu, yakni : yo memiliki tiga makna emotifyakni kemarahan, kekhawatifaJ1, dan kesenangan ; mon memiliki dua makna emotif yakni kekhawatiran dan kepasrahan, dan na yang memiliki dua emotif yakni kekhawatiran dan kesenangan. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya perbedaan konteks situasi, menyebabkan muncuInya makna emotif yang berbeda dari partikel yang sarna.

DAFTAR PUSTAKA

Chino, Naoko. 2008. Partikel Penting Bahasa Jepang. Jakarta: Kesaint Blanc.

Djajasudarma, T. Fatimah. 1993. Semantik 1. Pengantar ke Arah Rmu l\1akna. Bandung : ERESCO.

Hasan, Iqbal. 2002. Pokok-Pokok lvIateri Metodologi Penelilian dm1 Aplikasinya. Edisi Pertama. Jakarta: Ghalia Indonesia.

lori, Isao. 2001. Nihongo Bunpou Handobukku. Tokyo: 3A Corp.

Kawashima, Sue. A. 1999. A Dictionary of Japanese Particles. Tokyo: Kodansha IntemationaL Kitahara, Yasuo. 1972. Nihon Bunpou Jiten. Tokyo: Yuseido Shuppan.

Leech, Geoffrey. 1997. Prinsip-Prinsip Pragmatik. rrerj. Dr. M.D.D. Oka). Jakarta: VI Press. Levinson, Stephen C. 1983. Pragmatics. Cmnbridge: Cambridge University Press.

_ _ _ _ _ _ _ _ . 1985. Pragmatics. Cmnbridge : Cmnbridge University Press.

Makino, Seiiehi. Michio Tsutsui. 1997. A Dictionary of Basic Japanese Grammar. Tokyo: The Japan Times.

Mey, Jacob L. 2001. Pragmatics.- An Introduction. Australia: Blackwell Publishing. Morita, Yoshiyuki. Matsumoto Masae. 1989. Nihongo Hyougen Bunkei. Tokyo: Aruku. Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: PT. Ghalia Indonesia.

Paltridge, Brian. 2000. Making Sense of Discourse AJwlysis. Gold Coast.

Sakakura, Atsuyoshi. 1989. Nihon Bunpou No Hanashi. Tokyo: Kyoiku Shuppan. SevjJIa C. 1993. Pengantar i\1etoda Penelitian. Jakarta: Universitas Indonesia.

Sinar, Tengku Silvana 2010. Teori & Analisis Wacana .- Pendekatm1 Linguistik Sistemik-Fungsional. Medan : Pustaka Bangsa Press.

Sudaryat, Yayat. 2004. Struktur Makna ,- Prinsip-Prinsip Studi Semantik. Cetakan Pertama. Bandung : Penerbit Raksa Cipta.

Sudjianto. 2000. Gramatika Bahasa Jepang Modern. Jakarta: Kesaint Blanc. Sugihartono. 2001. Nihongo No Joshi, Bandung : Humaniora Utama Press.

Sumantri, Jujun. S. 1998. Penelitian llmiah, Kefilsajatml, dan Keagamaan : Mencari Paradigma Bersama dalam Tradisi Baru Penelitian Agama Islam .- Tinjauan Antar DisipUn Ilmu. Bandung : PusjarlitPress.

Sumarian, 2006. Analisis Wacana Tekstual dan Kontek')tual. Surakarta : Universitas Sebelas Maret.

Suwandi, Sarwiji. 2008. Semantik Pengantar Kajian Makna. Yogyakarta: Media Perkasa. Suzuki, Satoko. 2006. Emotive Communication in Japanese. Amsterdam: John Benjamin

(16)

Nazaya Zllla.iklJa

Ullman, Stephen. 2007. P enganlar Semantik. Y ogyakarta : Pustaka Pelajar

Widhiarso, Wahyu. 2004. Strllktllr Semantik Kosokato Emosi do/am bahaso Indonesia [Skripsi]. Y ogyakarta : Universitas Gadjah Mada.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data diperoleh temuan penelitian bahwa kompetensi dan motivasi kerja berada pada kategori tinggi, begitupula dengan kinerja guru

[r]

Beban (expense) menurut IAI (2007:13), diartikan sebagai “Penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau

Gulo (2002),Menyatakan strategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal sleuruh kemampuan siswa untuk mencari

Policy makers have to implemented sustainable transport in broader system towards innovations and value configuration within pull measures policy both locally

Hasil dari penelitian ini adalah ada adanya perbedaan nilai tes hasil belajar antara sebelum dan sesudah diterapkan pendekatan keterampilan proses merupakan perbedaan yang

Dari pembahasan di atas, dapat ditarik beberapa simpulan yaitu : (1) media pembelajaran merupakan suatu alat atau perantara untuk mengkomunikasikan materi pelajaran

Catatan ini berisi hal-hal yang terkait dengan penjualan barang dan merupakan bukti fisik penjualan barang. Rekapitulasi