• Tidak ada hasil yang ditemukan

Oleh: Sri Purwartiyah SD Negeri 02 Babadan Karangrejo Tulungagung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Oleh: Sri Purwartiyah SD Negeri 02 Babadan Karangrejo Tulungagung"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

MATERI HITUNG CAMPURAN MENGGUNAKAN METODE

AKTIVITAS PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 02 BABADAN

KARANGREJO SEMESTER I TAHUN 2011/2012

Oleh: Sri Purwartiyah

SD Negeri 02 Babadan Karangrejo Tulungagung

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa Kelas V SD Negeri 02 Babadan Kecamatan Karangrejo Semester I Tahun 2011/2012 dalam materi operasi hitung cam-puran melalui metode aktivitas. Metode aktivitas dimaksudkan bahwa pengajaran ini didasarkan pada keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar, sehingga semua siswa beraktivitas sesuai dengan kemampuannya. Hasil penelitian menunjukkan prestasi belajar siswa dinyatakan dengan rerata skor tes formatif untuk siklus I sebesar 73,67. Hasil ini cukup tinggi bila dibandingkan pada nilai sebelumnya yaitu 69,00 karena siswa lebih siap dalam mengikuti pelajaran. Pada siklus II rerata skor formatif sebesar 81,00 Hasil dari siklus II jauh beda dengan siklus I, karena siswa sudah terbiasa dengan mempersiapkan diri untuk mengikuti pelajaran, terdorong untuk belajar yang lebih baik, serta merasa lebih terbuka kepada teman kelompoknya untuk pemahaman konsep-konsep yang belum dimengerti. Disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode aktivitas dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi operasi hitung campuran dalam pembelajaran matematika.

Kata kunci: prestasi belajar, matematika materi hitung campuran, metode aktivitas

Pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam sektor yang sangat luas berdampak pada tuntutan peningkatan mutu pendidikan. Hal ini sesuai dengan peran pen-didikan untuk menyiapkan sumberdaya ma-nusia yang mampu berpikir secara mandiri dan kritis, karena pendidikan merupakan modal dasar bagi pembangunan manusia yang berkualitas.

Dewasa ini pembangunan nasional lebih diarahkan pada pembangunan pendi-dikan dengan penekanannya pada pening-katan mutu untuk setiap jenjang pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu faktor penentu dalam kehidupan, baik dalam kehidupan seseorang, keluarga, maupun bangsa dan negara. Maju mundurnya suatu bangsa akan sangat ditentukan oleh sumber daya manusianya yang berkualitas. Salah

satu wadah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia suatu bangsa adalah melalui pendidikan yaitu peningkatan kuali-tas pendidikan.

Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, UNESCO telah mempersiapkan pendidikan manusia abad XXI, yaitu peserta didik perlu dilatih untuk bisa berpikir, ber-buat atau melakukan sesuatu, menghayati hi-dupnya menjadi seorang pribadi sebagaima-na yang ia inginkan, belajar secara mandiri juga perlu belajar untuk hidup bersama orang lain (Atmadi dan Setiyaningsih, 2000).

Belajar merupakan suatu proses pem-belajaran diri menjadi manusia yang berilmu dan lebih maju dengan berbagai pengalaman belajar. Akan tetapi, ketika seseorang ingin hasil yang maksimal, maka dalam proses belajar mengajar harus ada yang namanya

(2)

suatu usaha dan yang baik untuk menuju proses pembelajaran yang baik.

Aspek-aspek yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan yaitu kurikulum, sarana dan prasarana, guru, siswa dan metode yang digunakan. Kegiatan yang dilakukan guru dan siswa dalam hubungannya dengan pendidikan tersebut disebut kegiatan belajar mengajar. Dalam melaksanakan proses bel-ajar mengbel-ajar diperlukan metode yang tepat agar dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan. Metode yang digunakan harus sesuai dengan materi dan menunjang kegiatan belajar mengajar.

Pembelajaran merupakan suatu sis-tem atau proses menyampaikan pengetahuan dari pendidik kepada peserta didik yang direncanakan untuk mencapai tujuan pem-belajaran secara efektif dan efisien. Berhasil tidaknya suatu pembelajaran tergantung kepada faktor guru dalam menciptakan sis-tem lingkungan yang memungkinkan terjadi-nya proses belajar pada siswa. Tujuan pembelajaran pada dasarnya merupakan tujuan setiap program pendidikan yang diberikan kepada anak didik.

Hamalik (2001) mengatakan bahwa pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sen-diri atau melakukan aktivitas sensen-diri. Dalam kemajuan metodologi dewasa ini asas aktivi-tas lebih ditonjolkan melalui suatu program unit aktivitas, sehingga kegiatan belajar sis-wa menjadi dasar untuk mencapai tujuan dan hasil belajar yang lebih memadai. Pengajaran berbasis aktivitas dimaksudkan bahwa pengajaran ini didasarkan pada keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar, sehingga semua siswa beraktivitas sesuai dengan kemampuannya. Dengan demikian diharapkan dalam proses belajar

mengajar ini didapatkan hasil belajar yang optimal.

Ada beberapa jenis aktivitas yang disampaikan oleh para ahli, diantaranya: (1) kegiatan visual, (2) kegiatan-kegiatan lisan (oral), (3) mendengarkan, (4) menulis, (5) menggambar, (6) metrik, (7) me-tal, dan (8) emosional. Dari beberapa macam aktivitas tersebut menunjukkan bahwa dalam kegiatan pengajaran, aktivitas siswa sangat diperlukan dalam memenuhi tujuan pengajaran. Sehingga dalam suatu kegiatan pengajaran, aktivitas siswa harus disesuaikan dengan materi pengajaran yang disampaikan guru atau masalah yang sedang dibahas.

Seorang guru akan kecewa bila hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik tidak sesuai dengan target kurikulum. Dalam ka-itannya dengan belajar, hasil berarti pe-nguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh guru melalui mata pelajaran, yang lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Jadi hasil bermakna pada keberhasilan seseorang dalam belajar atau dalam bekerja atau aktivitas lainnya.

Dalam Kamus Umum Bahasa Indo-nesia kata prestasi diartikan sebagai hasil yang telah dicapai, dikerjakan, dilakukan (Poerwadanninta, 1987). Prestasi belajar adalah sebagai indikator kualitas dan pe-ngetahuan yang dikuasai oleh anak. Tinggi rendahnya prestasi belajar adalah sebagai indikator sedikit banyak yang dikuasai dalam bidang studi atau kegiatan tertentu. Jadi, tinggi rendahnya prestasi belajar menunjuk-kan kualitas dan sejauh mana bahan pelajaran yang telah dikuasai oleh siswa (Abdullah, 1995). Berdasarkan uraian di atas, maka yang dimaksud dengan prestasi belajar matematika adalah tingkat keberhasilan

(3)

siswa menguasai bahan pelajaran matemati-ka selain memperoleh pengalaman belajar matematika dalam suatu penggalan waktu tertentu.

Matematika sebagai salah satu ilmu dasar yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan memegang peranan penting da-lam memacu perkembangan ilmu pengetahu-an dpengetahu-an teknologi. Oleh karena itu, pengajarpengetahu-an matematika dan ilmu dasar lainnya perlu mendapat perhatian yang serius dari berbagai pihak, terutama pihak-pihak yang berkaitan langsung dengan pelaksanaan pendidikan.

Obyek langsung dalam matematika adalah fakta, keterampilan proses dan aturan (principal) untuk mempelajari obyek-obyek langsung ataupun untuk mempelajari topik-topik dalam matematika tidak dapat semba-rangan.

Topik-topik dalam matematika itu tersusun secara hirarki mulai dari yang mendasar atau sudah sampai kepada yang paling sukar. Setiap orang yang ingin belajar Matematika dengan baik harus melalui jalur-jalur pasti telah tersusun secara logis. Di samping itu setelah anak memahami fakta, keterampilan konsep dan aturan obyek-obyek langsung itu harus dilatih dan di fahamkannya juga. Siswa harus hafal simbol, notasi, definisi, aturan, prosedur rumus, dalil yang lain-lainnya agar penerapannya pada situasi yang baru lancar mengenai pemahaman suatu konsep atau dalil yang merupakan prasyarat itu dapat secara intensif dan dapat pula secara deduktif.

Rendahnya prestasi belajar siswa terhadap mala pelajaran matematika di sekolah antara lain disebabkan oleh banyak faktor. Untuk memahami konsep-konsep matematika yang abstrak memerlukan pe-ngulangan yang kontinyu dan berkesinam-bungan belajar di luar jam sekolah. Kemauan

siswa untuk mengulang pelajaran matema-tika di rumah akan sangat tergantung dari prestasinya terhadap pelajaran matematika. Kurangnya prestasi siswa untuk belajar matematika disebabkan oleh ketidakmampu-an guru dalam menguasai materi atau cara mengajarkannya kurang efektif, sehingga siswa tidak dapat menyerap materi yang se-dang diajarkan.

Berdasarkan kondisi yang telah di-uraikan di atas, maka untuk lebih mewujud-kan fungsi dan tujuan matematika sebagai salah satu wahana sumber daya manusia per-lu dikembangkan iklim belajar yang kons-truktif bagi berkembangnya potensi kreatif siswa sehingga lahir gagasan baru dalam pembelajaran harus menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi peserta didiknya sedangkan siswa harus selalu ber-usaha melakukan kegiatan yang lebih banyak daripada guru. Peran guru harus membim-bing, mengarahkan materi pelajaran sehingga siswa lebih banyak memahami aktivitas belajar dari sisi konsep serta kemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam belajar yang aktif dan kreatif.

Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar guru perlu memperhatikan semua aspek pribadi siswa seperti potensi fisik dan jiwa (lambat, cepat), tingkat perkembangan pengalaman belajar, latar belakang sosial ekonomi dan lingkungan sosial budaya, ba-kat, minat kepribadian dan harapannya serta proyeksi yang diterapkan masyarakat, pe-merintah untuk masa depannya (Gunawan, 1996).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan rancang-an penelitirancang-an tindakrancang-an kelas (PTK) drancang-an ber-upaya untuk memperoleh hasil yang optimal

(4)

melalui cara dan prosedur paling efektif, se-hingga dimungkinkan adanya tindakan yang berulang dengan revisi untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dan pemahaman siswa terhadap mata pelajaran IPS khususnya eko-nomi. Penelitian dilakukan mulai dari (1) pe-rencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tinda-kan, (3) pemantauan (observasi), (4) refleksi pada setiap tindakan yang dilakukan, dan (5) evaluasi (Arikunto, 2009:16).

Pengumpulan data penelitian dilak-sanakan selama 2 bulan yaitu pada bulan Oktober-November 2011 dan mendapatkan responden 24 orang dari siswa V SDN 02 Babadan. Instrumen penelitian dilakukan dengan tes, observasi, angket dan catatan la-pangan.

Penelitian terdiri dari 2 siklus, setiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai. Dalam penelitian guru bertindak sebagai penyampai materi pembelajaran dan dibantu oleh rekan guru sebagai pengamat/observer. Hal ini dilaku-kan untuk melihat ada tidaknya peningkatan belajar pada siswa kelas dalam pembelajaran matematika melalui metode aktivitas.

Dalam menentuan keberhasilan pro-ses yang dilakukan selama penelitian, diten-tukan dengan menggunakan lembar obser-vasi yang. Dimana penilaian menggunakan format skor. Arikunto (1997) membagi skor penilaian menjadi 4 kategori, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.

Untuk mencari persentase nilai rata-rata setelah dilakukan observasi dilakukan dengan menggunakan rumus:

𝑁𝑅 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟

𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙𝑥 100% NR adalah persentase nilai rata-rata setelah dilakukan observasi.

Tabel 1 Kategori Penilaian Lembar Observasi

Penilaian skor Kategori

4 Sangat baik

3 Baik

2 Cukup baik

1 Kurang baik

Data yang sudah didapat dianalisis menggunakan teknik analisis data kualitatif, baik yang bersifat linear (mengalir) maupun bersifat sirkuler. Langkah-langkah analisis yang dilakukan adala menelaah seluruh data yang telah dikumpulkan dan mereduksi data yang melibatkan kegiatan pengkategorian dan pengklarifikasian di dalamnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan observasi di Kelas V Semester I SD Negeri 02 Babadan dapat direkam bagi Kelas V Semester I SD Negeri 02 Babadan siswanya tampak lebih siap untuk mengikuti pelajaran, perhatian siswa terhadap pelajaran meningkat. Indikator observasi adalah siswa aktif dalam menyaji-kan tugas kelompok, cukup banyak yang mengacungkan jari, tetapi frekuensi siswa bertanya masih kurang. Guru lebih mudah dalam menyampaikan materi karena guru tidak terlalu banyak menerangkan konsep. Dalam hal ini guru hanya memberikan penjelasan hal-hal yang pokok. Materi yang disampaikan sesuai dengan sasaran yang diinginkan. Serta guru lebih mudah dalam mengarahkan proses belajar mengajar.

Hasil belajar siswa pada siklus I dapat dinyatakan dalam Tabel 2.

Tabel 2 Nilai siswa pra siklus

No Nama Siswa Seb.Siklus Nilai Siklus I

1 AW 76 76 2 AJA 60 60 3 DRA 60 60 4 DW 60 76 5 DAS 76 76 6 DPR 84 92 7 DPA 60 76 8 FTL 76 76

(5)

No Nama Siswa Seb.Siklus Nilai Siklus I 9 GJK 76 76 10 IYF 84 84 11 LNA 76 76 12 LF 76 76 13 MDP 68 76 14 MSE 52 68 15 SDY 60 60 16 SE 76 76 17 YDS 76 76 18 YW 76 76 19 YWH 60 60 20 LH 60 76 21 RP 76 84 22 MA 60 76 23 AB 60 76 24 JW 68 60 Jumlah 1656 1768 Rata-rata 69.00 73.67

Hasil belajar siswa pada siklus I dapat dinyatakan dalam tabulasi data pada Tabel 3.

Tabel 3 Nilai siswa siklus I

No Nama Siswa Siklus I Nilai Siklus II

1 AW 76 76 2 AJA 84 84 3 DRA 76 76 4 DW 76 76 5 DAS 76 76 6 DPR 100 100 7 DPA 76 76 8 FTL 92 92 9 GJK 76 76 10 IYF 84 84 11 LNA 76 76 12 LF 76 76 13 MDP 76 76 14 MSE 76 76 15 SDY 92 92 16 SE 84 84 17 YDS 84 84 18 YW 76 76 19 YWH 76 76 20 LH 76 76 21 RP 76 76 22 MA 100 100 23 AB 84 84 24 JW 76 76 Jumlah 1768 1944 Rata-rata 73,67 81,00

Berdasarkan hasil penelitian tentang situasi pembelajaran dengan metode aktivi-tas, tampaknya pengajaran dengan menggu-nakan metode ini membuat siswa lebih ber-gairah daripada diajar dengan teknik ceramah yang biasa dilakukan sebelumnya. Di dalam penelitian ini diketahui bahwa sebagian besar siswa aktif dalam mengerjakan tugas kelompok dan cukup banyak siswa yang me-ngacungkan jari untuk menjawab pertanyaan guru. Tetapi dalam penelitian ini diketahui pula bahwa frekuensi untuk bertanya masih kurang. Kemungkinan hal ini disebabkan budaya malu masih sangat kuat di dalam diri siswa. Aktivitas siswa mengalami peningkatan, pada siklus I 65,63 sedangkan pada siklus II naik menjadi 82,81. Dari segi guru, tampaknya pengajaran dengan metode aktivitas sangat memudahkan karena guru lebih mudah mengarahkan jalannya proses belajar mengajar. Aktivitas guru juga meng-alami peningkatan, pada siklus I sebesar 69,32 meningkat pada siklus II sebesar 80,62. Untuk lebih jelasnya gambaran tentang peningkatan prestasi hasil belajar siswa yang dicapai dari sebelum siklus sampai siklus II disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1 Grafik Peningkatan hasil belajar siswa 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 100.00 50.00 75.00 100.00 69.00 73.6781.00 KETUNTASA N RATA-RATA

(6)

Hasil belajar siswa yang dinyatakan dengan rata rata nilai tes formatif untuk siklus I sebesar 73,67. Hasil ini cukup tinggi bila dibandingkan pada nilai sebelumnya yaitu 69,00 karena siswa lebih siap dalam mengikuti pelajaran. Pada siklus II rata rata nilai formatif sebesar 81,00. Hasil dari siklus II jauh beda dengan siklus I, karena siswa sudah terbiasa dengan mempersiapkan diri untuk mengikuti pelajaran, terdorong untuk belajar yang lebih baik, serta merasa lebih terbuka, kepada teman kelompoknya untuk pemahaman konsep-konsep yang belum dimengerti.

Pada siklus I siswa dikelompokkan, masing-masing kelompok terdiri dari 4 orang untuk mengerjakan tugas kelompok. Tam-paknya pengelompokkan ini dapat mem-berikan pengaruh terhadap hasil belajar. Namun perlu ditingkatkan dengan pem-bagian kelompok yang lebih kecil lagi. Ber-dasarkan hasil yang diperoleh, yaitu jauh ber-beda dengan siklus 1. Berdasarkan hasil ini dapat disimpulkan bahwa pemberian tugas secara berkelompok sangat bermanfaat, utamanya untuk kelas yang berjumlah besar.

Respon siswa terhadap pembelajaran dengan Metode aktivitas dikatakan positif yaitu sebesar 1,83. Sebagian siswa menya-takan lebih mudah dan lebih tertarik dalam proses belajar mengajar. Hal ini bisa dipa-hami karena proses belajar mengajar menjadi bergairah dan tidak membosankan.

Pada pembelajaran matematika di ke-las, belajar matematika dengan kerja kelom-pok adalah kelomkelom-pok kerja yang kooperatif lebih dari kompetitif, meskipun pada suatu keadaan khusus hal tersebut dapat terjadi. Dengan menerapkan kelompok, maka kemampuan dalam satu kelompok memiliki kemampuan yang heterogen. Sehingga setiap

siswa belajar pada aspek khusus pem-belajaran secara individual. Diskusi terjadi pada saat siswa saling mempertanyakan ja-waban yang dikerjakan teman satu timnya (Slavin, 1985).

PENUTUP Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang te-lah dilaksanakan selama dua siklus dapat di-simpulkan bahwa langkah pembelajaran yang diterapkan pertama adalah kegiatan ta-nya jawab, memberikan tugas untuk disele-saikan secara berkelompok, siswa menyim-pulkan pekerjaannya, guru memberi pengu-atan, siswa mengerjakan tes secara individu dan yang terakhir guru memberikan tugas rumah (PR).

Pembelajaran dengan menggunakan metode aktivitas dapat meningkatkan ke-mampuan siswa kelas V Semester I SDN 02 Babadan Kecamatan Karangrejo Tahun Pela-jaran 2011/2012 dalam memahami materi operasi hitung campuran pada mata pelajaran matematika secara signifikan. Hal ini diketahui dari peningkatan nilai dan ketun-tasan belajar sebelum siklu 67,0 dengan ke-tuntasan sebesar 50,0%, siklus II 73,67 dengan ketuntasan 75%, serta siklus II 81,00 dengan nilai ketuntasan sebesar 100%.

Saran

Pembelajaran yang menggunakan me-tode aktivitas perlu dikembangkan pada mata pelajaran matematika untuk meningkatkan pemahaman siswa.

Untuk mendapatkan prestasi yang maksimal maka perlu dilakukan kombinasi pola pembelajaran yang menggunakan meto-de aktivitas meto-dengan mometo-del belajar yang lain.

(7)

Penggunaan model pembelajaran me-nggunakan metode metode aktivitas perlu di-lakukan secara terus menerus karena pem-belajaran ini menyenangkan bagi siswa, mendorong dan membiasakan siswa untuk belajar mandiri, serta tidak bergantung ke-pada guru.

Untuk meningkatkan kemampuan guru dalam mengembangkan model pembelajaran yang menggunakan metode aktivitas, diperlukan pelatihan agar guru dapat me-ngembangkan kemampuannya.

DAFTAR RUJUKAN

Abdullah, A.E. 1995. Prinsip-Prinsip Layan-an BimbingLayan-an Belajar. Ujung PLayan-an- Pan-dang: IKIP Ujung Pandang.

Atmadi,A & Setiyaningsih, Y. 2000. Trans-formasi Pendidikan. Jakarta: Kanisius. Arikunto, S. 1997. Prosedur Penelitian

Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Gunawan, U. 1996. Peningkatan Mutu Pro-ses Belajar Mengajar Sekolah Dasar. Bandung: Siger Tengah

Hamalik, O. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

Poerwadannita. 1987. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Slavin, R.E. 1985. An Introduction to

Coope-rative Learning Research. Dalam Slavin, R. et al 1985. Learning to Cooperate, Cooperating to Learn. (pp 5-14). New York: Plenum Press.

Gambar

Tabel 1 Kategori Penilaian Lembar Observasi
Tabel 3 Nilai siswa siklus I

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan Penelitian adalah: (1) Untuk mengetahui jenis–jenis aktiva tetap yang digunakan dalam kegiatan operasional perusahaan; (2) Untuk mengetahui cara perolehan aktiva

MM, MBA selaku dosen pembimbing tesis dan Direktur Binus International, yang telah bersedia meluangkan dan mengorbankan waktu serta tenaga untuk memberikan bimbingan dan

Sasaran kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah seluruh ibu hamil risiko tinggi sebanyak 17 orang yang berada di wilayah kerja Puskesmas Nanggalo Padang. Persiapan ini

Berdasarkan hasil penelitian tentang Pengaruh Fiskal dan Moneter terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Pertanian di Indonesia maka dapat disimpulkan bahwa

Psikologi agama mengkaji dan menemukan “pengaruh keyakinan agama terhadap orang - orang yang memeluknya, proses pertumbuhan dan perkembangan jiwa keagamaan, dan

Menurunnya keputusan pembelian ulang tersebut memiliki gap dengan suasana toko dan harga yang seharusnya dapat meningkatkan keputusan pembelian ulang konsumen

Maka, untuk menghadapi tuntutan dan perubahan masyarakat menuju masyarakat milenium ketiga, diperlukan usaha pembaruan pendidikan Islam secara terencana, sistimatis dan

Aqidah juga memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap akhlak seseorang, sehingga dapat dikatakan apabila seseorang memiliki aqidah yang kuat, bisa