1 1.1 Latar Belakang
Keindahan alam Indonesia dengan beraneka ragam etnik dan keunikan budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sejak dulu menjadi perhatian dan daya tarik wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara. Berdasarkan pada potensi itu, Indonesia menempatkan sektor Pariwisata menjadi sektor andalan untuk pemasukan devisa Negara
sekaligus peningkatan perekonomian masyarakat Indonesia. Kota Malang berhawa sejuk dan memiliki panorama alam yang
indah. Selain terkenal keindahan panorama alam dan berhawa sejuk, Kota malang juga dikenal dengan Kota pelajar yakni banyaknya universitas atau perguruan tinggi yang ternama. Pada saat ini Kota Malang selain dikenal dengan daerah wisata alam, Kota pelajar juga terkenal dengan pusat kuliner, baik kuliner lokal Jawa Timur yaitu aneka macam kuliner Malangan maupun kuliner dari berbagai daerah nusantara. Mulai dari tempat kuliner yang eksklusif, mewah dan mahal sampai tempat kuliner yang memliki nama yang unik dan menarik.
Papyrus (2010: 2) mengemukakan sebuah nama memang sangat penting keberadaannya dalam bahasa dan kebudayaan. Semua kegiatan yang dilakukan selalu berkaitan dengan orang-orang atau lembaga yang disebut atau lembaga yang disebut atau diacu dengan nama dirinya. Hal ini dikarenakan, nama mempunyai peran sebagai pengenal sekelompok
orang atau sebuah nama produk usaha yang menggunakan nama tersebut.
Oleh kerana itu, pemberian nama pada sebuah plang nama usaha tentu tidak asal hanya jadi. Karena sebuah nama akan menentukan keberhasilan dan khususnya dapat menarik khalayak. Keberhasilan yang dimaksud adalah keberhasilan dalam memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya dari usaha produk yang ditawarkan. Untuk mencapai keberhasilan tersebut, maka seseorang atau pelaku usaha biasannya memberikan nama yang baik bagi usaha yang akan dijalankannya. Hal ini dikarenakan sebuah nama tidak hanya sebagai pengenal/penunjuk usaha, tetapi juga menyiratkan harapan pemakaiannya. Dengan demikian hubungan bahasa dengan kebudayaan memang erat sekali, yakni saling mempengaruhi, saling mengisi, dan berjalan berdampingan dalam arti luas hubungan bahasa dengan kebudayaan dapat dipelajari melalui bahasa.
Dalam hal ini, bahasa berperan sebagai alat atau sarana kebudayaan, baik untuk pengembangan, transmisi maupun penginventarisannya. Kebudayaan Indonesia dikembangkan melalui bahasa Indonesia. Pemerkayaan khazanah kebudayaan Indonesia melalui kebudayaan daerah dan kebudayaan asing, misalnya dilakukan dengan menggunakan bahasa Indonesia. Dengan demikian, bahasa memainkan peranan penting. Bahkan, sering dinyatakan bahwa kebudayaan dapat terjadi
apabila bahasa ada karena bahasalah yang menginginkan terbentuknya kebudayaan (Sibarani 2004: 58).
Media utama untuk mempromosikan budaya adalah bahasa. Bahasa dikemas sedemikian rupa sehingga masyarakat dapat memahami inti kebudayaan yang dipromosikan dan dikembangkan. Pengembangan kebudayaan termasuk jug penyebar luas daerah itu sendiri. Alat yang digunakan pengembangan kebudayaan adalah bahasa.
Oleh karena itu, bahasa memiliki kedudukan yang paling penting dalam kehidupan dan aktivitas manusia. Dengan bahasa, orang dapat menyampaikan ide atau gagasannya kepada orang lain. Seperti dikemukakan Aslinda dan Leni Syafyahya (2007: 7), bahwa hanya manusialah yang memiliki sistem simbol untuk berkomunikasi dan memilik sistem bunyi, memang benar hewan juga berkomunikasi dan mempunyai sistem bunyi, tetapi sistem itu bukanlah sistem kata-kata. Oleh karena itu, masyarakat tersebut memiliki bahasa. Dari pendapat tersebut dapatlah dipahami bahwa manusia merupakan makhluk berbahasa dan manusia mampu berpikir.
Tanpa bahasa, orang tidak dapat menjalankan amanah dengan sempurna. Memang, orang dapat menjalankan amanah kehidupannya, tetapi masyarakat tidak dapat menerima nikmat rasa untuk mengekspresikan diri mereka kepada orang lain. Bahasa termasuk aktivitas manusia, kegiatan seseorang dengan orang lain atau sekelompok sosial tertentu. Bahasa termasuk aktivitas manusia, kegiatan
seseorang dengan orang lain atau sekelompok sosial tertentu, berbagai pertemuan kebahasaan banyak menggurangi bagaimana seharusnya orang berbahasa atau bersikap dan bukan bagaimana bahasa itu dipakai dan disikapi oleh sekelompok individu usia tertentu.
Ilmu yang mengkaji budaya dan bahasa disebut dengan antropologi. Eratnya hubungan antara bahasa dan kebudayaan untuk mengetahui kajian hubungan bahasa dan aspek budaya tersebut dengan sebutan antropolinguistik. Antropolinguistik merupakan cabang linguistik yang mepelajari variasi dan penggunaan bahasa dalam hubungannya dengan perkembangan waktu, perbedaan tempat komunikasi, sistem kekerabatan, pengaruh kebiasaan etnik, kepercayaan, etika berbahasa, adat istiadat dan pola-pola kebudayaan lain dari suatu suku bangsa Sibarani, (2004: 49-50).
Antropologilinguistik dapat juga disebut linguistik antropologi yang merupakan bidang ilmu interdisipliner yang mempelajari hubungan antara bahasa dan kebudayaan di dalam suatu masyarakat Bawa (2004: 26). Sementara itu Duratin (1997:4) mengemukakan bahwa antropolinguistik merupakan suatu bidang kajian interdispliner, yang terdiri dari bahasa dan budaya, cabang linguistik ini mempelajari unsur-unsur budaya yang terkandung dalam pola-pola bahasa yang dimiliki oleh penuturnya serta mengkaji bahasa dalam hubungannya dengan budaya penuturnya.
Dalam kaitan ini Greertz (dalam Bawa, 2004: 21-21) mengemukakan bahwa antropolinguistik adalah penafsiran dan pencarian makna dalam
kehidupan masyarakat, termasuk bahasa (langue) dan tuturan (speaking) merupakan sistem simbol (bunyi dan tulisan). Makna-makna yang juga dinamis yang diwadahi oleh banggunan bahasa yang konvensional (disepakati) itu, ditafsirkan, dan dipahami oleh manusia, seperti makna-makna yang lainnya seperti makna-makna yang terkandung pola-pola bahasa yang terdapat dalam kehidupan masyarakat, merupakan kajian antropolinguistik. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup antropolinguistik tidak hanya mengkaji variasi bahasa tuturan dalam masyarakat melainkan makna bahasa yang terdapat dalam kehidupan masyarakat. Misalnya dalam bidang linguistik yakni ilmu yang mempelajari linguistik antropologi, menyelidiki hubungan bahasa dan budaya terutama untuk mengamati bagaimana bahasa itu digunakan sehari-hari sebagai alat dalam tindakan masyarakat, Kridalaksana (2011: 59).
Kebudayaan merupakan sesuatu yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Sebenarnya tanpa disadari, apa yang kita lihat dan kita lakukan sehari-hari, tidak lepas dari kebudayaan. Setiap kota, dan setiap negara pasti memiliki kebudayaan yang berbeda-beda Peranan Kebudayaan dirasakan semakin penting di dalam kehidupan manusia terutama sebagai modal untuk pengembangan sumber daya manusia. Setiap bangasa berusaha untuk membangun sumber daya manusia yang mampu menguasai ilmu dan teknologi dapat bermanfaat untuk sistem komunikasi dan kemaslahatan manusia, Sibarani (2014: 2).
Sistem komunikasi yang memungkinkan terjadinya interaksi manusia dalam suatu kelompok masyarakat, bahasa juga termasuk bagian salah satu kebudayaan. Bahasa sebagai suatu sistem komunikasi merupakan wujud kebudayaan yang termasuk sistem sosial yang mendasari tindakan berpola masyarakat menuruti pola-pola tertentu yang merupakan aturan bahasa tersebut.
Dengan demikian hubungan bahasa dengan kebudayaan memang erat sekali, yakni saling mempengaruhi, saling mengisi, dan berjalan berdampingan dalam arti luas hubungan bahasa dengan kebudayaan dapat dipelajari melalui bahasa. Mengingat pentingnya nama sebagai pengenal, maka penelitian tentang nama diri perlu dilakukan. Nama diri yang digunakan dalam penelitian ini adalah nama yang terdapat pada papan nama yang terdapat pada nama perumahan yang ada di kota Malang. Objek utama penelitian ini adalah plang atau papan nama rumah makan yang terdapat di Kota Malang.
Penelitian yang berkaitan dengan papan nama atau plang nama perumahan, sebelumnya pernah dilakukan oleh Fitriyah (2011) dengan judul Analisis Diksi pada Papan Nama Usaha di Kota Malang. Penelitian ini memperoleh temuan bahwa nama yang digunakan pada papan nama usaha di kota Malang, pada umumnya berupa nomina, adjektiva, verba, kalimat, singkatan-singkatan. Selain itu, berdasarkan hasil penelitian oleh Shapira (2013) dengan judul Leksikon Makanan dan Peralatan dalam Upacara Adat Wuku Taun di Kampung
Cikondang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung dengan Pendekatan Etnosemantik. Penelitan ini memperoleh temuan makna Leksikon pada peralatan yang digunakan dalam upacara adat Wuku Taun dan bentuk Lingual Leksikon pada peralatan upacara Adat Leksikon. Berbeda dengan penelitian sebelumnya , peneliti ini lebih fokus pada analisis antropolinguistik yang dilihat dari penamaan nama rumah makan dan makna nama rumah makan Kota Malang. Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan penelitian sebelumnya. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan peneliti memilih nama-nama rumah makan yang ada di daerah Kota Malang sebagai objek penelitian yang didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan berikut.
Hasil survei yang telah dilakukan peneliti di Kota Malang, ternyata cukup banyak nama-nama rumah makan yang menarik dan unik, keunikan tersebut dapat dilihat dari gaya pemberian nama warung makan yang memiliki banyak makna dibalik nama tersebut. Hal ini membuat peneliti tertarik untuk mengkaji nama-nama rumah makan dari penamaan nama dan makna nama dari nama-nama rumah makan di Kota Malang.
Adapun tujuan penulis menganalisis nama-nama rumah makan dalam pemberian nama usaha di Kota Malang, agar dapat memberikan pengetahuan tentang makna dibalik sebuah nama. Berdasarkan uraian di
atas, penulis tertarik untuk membahas lebih lanjut mengenai makna nama-nama rumah makan melalui pendekatan Antropolinguistik.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun uraian masalah pada latar belakang di atas dalam penelitian analisis Antropolinguistik terhadap nama-nama rumah makan di Kota Malang, dapat diuraikan sebagai berikut.
1.) Bagaimana penamaan yang terkandung dalam nama-nama rumah makan di Kota Malang?
2.) Bagaimana makna nama yang terkandung dalam nama-nama rumah makan di Kota Malang?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai peneliti ini adalah untuk mendeskripsikan bahasa yang digunakan pada masyarakat di Kota Malang, serta menyatakan tujuan peneliti secara operasional yang mengacu pada sub-sub pertanyaan penelitian. Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan khusus penelitian ini di rumuskan berikut ini.
a. Mendeskripsikan penamaan yang terkandung dalam nama-nama rumah makan di Kota Malang.
b. Mendeskripsikan makna nama yang terkandung dalam nama-nama rumah makan di Kota Malang.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini sebagai berikut; 1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan kepada pembelajaran Bahasa Indonesia, manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoretis maupun secara praktis, dan diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap analisis antropolinguistik pada papan nama-nama rumah makan di Kota Malang.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis yang diperoleh dari hasil penelitian ini antara lain sebagai berikut.
a. Bagi masyarakat umum penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan pengetahuan tentang penamaan nama rumah makan. b. Bagi mahasiswa yang mengambil penelitian sejenis dapat digunakan
sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan penelitian berikutnya.
1.5 Definisi Operasional
1) Antropolinguistik disebut juga cabang linguistik antropologi yang menyelidiki hubungan bahasa dan budaya terutama untuk
mengamati bagaimana bahasa itu digunakan sehari-hari sebagai alat dalam tindakan masyarakat.
2) Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI (2008), definisi Budaya adalah pikiran, akal budi, yang di dalamnya juga termasuk adat istiadat. Dari pengertian ini dapat kita simpulkan bahwa budaya adalah hasil pemikiran manusia yang dilandasi cipta, rasa, dan karsa. 3) Bahasa merupakan bagian dari kegiatan komunikasi manusia yang memiliki fungsi-fungsi tertentu yang digunakan berdasarkan kebutuhan seseorang, yakni sebagai alat untuk berkomunikasi, sebagi alat untuk mengekspresikan diri, sebagai alat untuk beradaptasi di dalam lingkungan sosial.
4) Papyrus (2010:2) mengemukakan papan nama merupakan lembaga, instansi atau perusahaan yang memiliki kantor berupa bangunan fisik harus dilengkapi dengan papan nama. Definisi papan nama adalah sebuah media informasi yang berisi nama suatu lembaga, instansi atau perusahaan.