• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab V Standar Ransum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab V Standar Ransum"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Universitas Gadjah Mada

Bab V Standar Ransum 1. Pendahuluan

Standar mutu bahan makanan u mutu nya dilakukan tahap demi tahap disesuaikan dengan perkembangan teknologi, industri dan perdagangan. Di beberapa negara seperti Amerika dan Kanada standar mutu makanan ternak dimulai dengan tujuan untuk mencegah adanya pemalsuan bahan makanan temak. Departemen Pertanian, eq. Direktorat Jenderal Petemakan membuat standar ransum dalam rangka menjaga agar produksi ternak dapat stabil dan menjaga keselamatan u mutu . Di samping standar mutu ransum yang dikeluarkan Departemen Pertanian, Departemen Perindustrian dan Departemen Perdagangan juga telah mengeluarkan standar mutu ransum dengan tujuan untuk pengembangan industri dan kelancaran perdagangan.

Dengan adanya standar mutu merupakan kesempatan bagi produsen untuk memperoleh harga yang sesuai dengan kualitas produk yang dihasilkan akan semakin besar, sedangkan bagi konsumen akan semakin besar pula kesempatan untuk memperoleh harga yang wajar.

Perbaikan mutu akan meningkatkan kepuasan langganan, sehingga dapat meningkatkan kepercayaan pasar. Hal ini dapat memudahkan pemasaran. Untuk meningkatkan kerjasama, patisipasi dan koordinasi antar instansi teknis terpadu dalam menunjang pembangunan nasional, pemenntah telah membentuk Dewan Standardisasi Nasional (DSN) berdasarkan Keputusan Presiden no. 20 tahun 1984.

Dalam era globalisasi sekarang agar produk dapat diterima secara intemasional, maka standar mutu harus disesuaikan dengan ISO-9000 (International Organization for Standardization). WO-9000 ini tidak lebih hanya sebagai patokan dalam menentukan sejauh apa perusahaan menerapkan standar standar yang berlaku dalam proses produksi.

Standar Internasional disajikan dalam seri:

1. ISO-9000 standar manajemen mutu dan jaminan mutu, pedoman untuk pemilihan dan penggunaan.

2. ISO-9001 sistem mutu-model jaminan dalam desain! pengembangan, produksi, pemasangan, dan pelayanan.

(2)

Standar ini digunakan apabila keserasian terbadap persyaratan yang ditetapkan suplier hanya

4. ISO-9003 sistem mutu

Standar ini digunakan apabila keserasian terhadap persyaratan di dijamin oleh suplier hanya pada inspeksi akhir dan pengujian.

5. ISO-9004 Unsur-unsur manajemen ISO-9004 Memberikan pedoman ke manajemen mutu

2. Standar Ransum Ternak

Standar ransum ternak yang

terdiri dan standar ransum ayam petelur untuk starter, grower, layer dengan persyaratan mutu masing

Di samping standar ransum untuk unggas juga telah dikeluarkan standar ransum untuk babi yaitu untuk anak babi masa menyusui (prestater), anak babi sapihan (stater), babi pembesaran (grower), penggemukan (finisher), induk babi (sow ration) dengan persyaratan

ransum sapi perah, yang terdiri dari

replacer), konsentrat untuk pedet, dara laktasi, dengan persyaratan mutu thpat dilihat pada Tabel 7.

Standar ransum dikeluarkan oleh Depa

0075) adalah standar ransum ternak ayam dan tern persyaratan mutu pada Tabel 8 dan Tabel 9.

Table . Persyaratan Mutu Ramsum Unggas

digunakan apabila keserasian terbadap persyaratan yang ditetapkan suplier hanya pada produksi dan pemasangan.

9003 sistem mutu-model jaminan mutu dalam inspeksi dan tes akhir. digunakan apabila keserasian terhadap persyaratan di

dijamin oleh suplier hanya pada inspeksi akhir dan pengujian. unsur manajemen mutu dan sistem mutu

9004 Memberikan pedoman kepada semua organisasi untuk tujuan

Standar Ransum Ternak

Standar ransum ternak yang telah dikeluarkan Departemen Pertanian terdiri dan standar ransum ayam petelur untuk starter, grower, layer dengan

masing-masing terdapat dalam Tabel 5.

Di samping standar ransum untuk unggas juga telah dikeluarkan standar abi yaitu untuk anak babi masa menyusui (prestater), anak babi sapihan (stater), babi pembesaran (grower), penggemukan (finisher), induk babi (sow ration) dengan persyaratan mutu terdapat dalam Tabel 6, dan standar sum sapi perah, yang terdiri dari standar konsentrat pengganti susu (milk replacer), konsentrat untuk pedet, dara laktasi, dengan persyaratan mutu thpat Standar ransum dikeluarkan oleh Departemen Perindustrian (SIT 0072 0075) adalah standar ransum ternak ayam dan ternak sapi perah dengan

pada Tabel 8 dan Tabel 9.

Table . Persyaratan Mutu Ramsum Unggas

digunakan apabila keserasian terbadap persyaratan yang model jaminan mutu dalam inspeksi dan tes akhir. digunakan apabila keserasian terhadap persyaratan ditetapkan

semua organisasi untuk tujuan

telah dikeluarkan Departemen Pertanian terdiri dan standar ransum ayam petelur untuk starter, grower, layer dengan Di samping standar ransum untuk unggas juga telah dikeluarkan standar abi yaitu untuk anak babi masa menyusui (prestater), anak babi sapihan (stater), babi pembesaran (grower), penggemukan (finisher), induk babi terdapat dalam Tabel 6, dan standar andar konsentrat pengganti susu (milk replacer), konsentrat untuk pedet, dara laktasi, dengan persyaratan mutu thpat rtemen Perindustrian (SIT 0072 - ak sapi perah dengan

(3)

Keterangan: (1) Umur 1 hari

(2) Umur 7 minggu s/d 21 minggu (3) Umur 21 minggu s/d diafkir (4) Umur 1 hari

(5) Umur 4 minggu s/d dipotong (6) Umur sehari s/d 2 minggu (7) Umur 15 hari

(8) Umur 8 minggu s/d 24 minggu (9) Umur di atas 24 minggu (10) Umur 1 hari

(11) Umur 22 hari s/d 42 hari (12) Umur lebih dari 42 hari

Tabel 6. Persyaratan Mutu

Keterangan:

(1) Ransum tambahan anak babi masa menyusui umur 4 minggu s/d 6 minggu

(2) Umur 6 minggu s/d 17 minggu (3) Umur 17 minggu s/d 22 minggu (4) Umur 22 minggu s/d dipotong (5) Umur 32 minggu s/d dipotong (6) Umur 8 bulan s/d 3 tahun

s/d 6 minggu Umur 7 minggu s/d 21 minggu Umur 21 minggu s/d diafkir

s/d 4 minggu minggu s/d dipotong Umur sehari s/d 2 minggu Umur 15 hari s/d 8 minggu Umur 8 minggu s/d 24 minggu Umur di atas 24 minggu Umur 22 hari s/d 42 hari Umur lebih dari 42 hari

Tabel 6. Persyaratan Mutu Ransum Babi

Ransum tambahan anak babi masa menyusui umur 4 minggu s/d 6 Umur 6 minggu s/d 17 minggu

Umur 17 minggu s/d 22 minggu Umur 22 minggu s/d dipotong Umur 32 minggu s/d dipotong Umur 8 bulan s/d 3 tahun

(4)

Tabel 7. Konsentrat Sapi Perah

Keterangan:

(1) Umur kurang dan 3 bulan (2) Umur sampai dengan setahun (3) Umur 1 tahun sld laktasi (4) Yang sedang laktasi

Tabel 8. Syarat Mutu Ransum Temak Ayam SII Tabel 7. Konsentrat Sapi Perah

Umur kurang dan 3 bulan Umur sampai dengan setahun Umur 1 tahun sld laktasi Yang sedang laktasi

(5)

Tabel 9. Syarat

Dalam standar ransum SI

ayam petelur atau ayam potong, karena dalam deskripsinya atau dengan istilah SIT adalah definisi, dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan ransum temak ayam adalah : Hasil pencampuran dan bebera

makanan yang dicampur sedemikian rupa sehingga bernilai gizi tinggi, sedangkan definisi

dan beberapa jenis bahan pakan yang diberikan kepada seekor sapi di samping untuk memnuhi zat

Standar ransum ayam broiler dan petelur telah dibahas untuk menjadi Standar Nasional Indonesia dengan mengadakan perubahan perubahan. Rancangan Standar Ransum Ayam Broiler dan Petelur SM mempunyai persyaratan mutu seperti

dan syarat mutu

pengambilan contoh dan standar ransum Departemen Pertanian (SPI tersebut.

Deskripsi ransum ayam petelur starter tidak diubah akan tetapi yang berbeda adalah

Nak ransum dara ayam petelur (grower) adalah: ransum untuk umur 7 minggu sampai 21 minggu diubah pada rancangan SNI menjadi 6 minggu sampai 20 minggu, juga standar ransum ayam petelur (layer) yang SPI-Nak adalah ransum m

sampai afkir diubah menjadi makanan ayam petelur berumur 20 minggu sampai afkir.

Tabel 9. Syarat Mutu Ransum Sapi Perah SII

Dalam standar ransum SIl tersebut tidak ditentukan apakah ransum ayam petelur atau ayam potong, karena dalam deskripsinya atau dengan istilah SIT adalah definisi, dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan ransum temak ayam adalah : Hasil pencampuran dan bebera

makanan yang dicampur sedemikian rupa sehingga bernilai gizi tinggi, sedangkan definisi ransum sapi perah SIl adalah: Suatu bentuk campuran dan beberapa jenis bahan pakan yang diberikan kepada seekor sapi di samping untuk memnuhi zat-zat gizi yang dibutuhkannya.

Standar ransum ayam broiler dan petelur telah dibahas untuk menjadi Standar Nasional Indonesia dengan mengadakan perubahan perubahan. Rancangan Standar Ransum Ayam Broiler dan Petelur SM mempunyai persyaratan mutu seperti pada Tabel 10. Selain perubahan mutu, juga dilakukan perubahan deskripsi dan cara pengambilan contoh dan standar ransum Departemen Pertanian (SPI

Deskripsi ransum ayam petelur starter tidak diubah akan tetapi yang berbeda adalah pada ransum ayam, petelur grower (dara),

Nak ransum dara ayam petelur (grower) adalah: ransum untuk umur 7 minggu sampai 21 minggu diubah pada rancangan SNI menjadi 6 minggu sampai 20 minggu, juga standar ransum ayam petelur (layer) yang

Nak adalah ransum makanan ayam petelur berumur 21 minggu diubah menjadi makanan ayam petelur berumur 20 minggu l tersebut tidak ditentukan apakah ransum ayam petelur atau ayam potong, karena dalam deskripsinya atau dengan istilah SIT adalah definisi, dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan ransum temak ayam adalah : Hasil pencampuran dan beberapa bahan makanan yang dicampur sedemikian rupa sehingga bernilai gizi tinggi, l adalah: Suatu bentuk campuran dan beberapa jenis bahan pakan yang diberikan kepada seekor sapi di Standar ransum ayam broiler dan petelur telah dibahas untuk menjadi Standar Nasional Indonesia dengan mengadakan perubahan-perubahan. Rancangan Standar Ransum Ayam Broiler dan Petelur SM

ain perubahan juga dilakukan perubahan deskripsi dan cara pengambilan contoh dan standar ransum Departemen Pertanian (SPI-Nak) Deskripsi ransum ayam petelur starter tidak diubah akan tetapi etelur grower (dara), pada SPI-Nak ransum dara ayam petelur (grower) adalah: ransum untuk umur 7 minggu sampai 21 minggu diubah pada rancangan SNI menjadi 6 minggu sampai 20 minggu, juga standar ransum ayam petelur (layer) yang pada akanan ayam petelur berumur 21 minggu diubah menjadi makanan ayam petelur berumur 20 minggu

(6)

Tabel 10. Rancangan Standar

3. Batas toleransi

Dalam evaluasi pelaksanaan stand

Dirjen Peternakan telah dilaporkan adanya beberapa masalah diantaranya penyimpangan-penyimpangan kandungan komposisi ransum terutama protein kasar, serat kasar, dan mineral (Ca dan P) dan masih ditemukannya pakan yang diperjualbelikan tanpa sertifikat mutu atau sertifikat mutunya sudah kadaluwarsa dan banyak ransum yang diperjualbelikan tanpa label. Hal

terjadi oleh karena masih lemahnya ketentuan

yang belum didukung oleh peraturan pemerintah dan fasilitas yang mendukung pengawasan mutu pakan.

Tabel 10. Rancangan Standar Nasional Indonesia untuk Ransum Ayam Petelur dan Pedaging

Dalam evaluasi pelaksanaan standar mutu Departemen Pertanian cq. Dirjen Peternakan telah dilaporkan adanya beberapa masalah diantaranya penyimpangan kandungan komposisi ransum terutama protein kasar, serat kasar, dan mineral (Ca dan P) dan masih ditemukannya pakan yang erjualbelikan tanpa sertifikat mutu atau sertifikat mutunya sudah kadaluwarsa dan banyak ransum yang diperjualbelikan tanpa label. Hal ini kemungkinan masih terjadi oleh karena masih lemahnya ketentuan ketentuan yang ada dengan sanksi oleh peraturan pemerintah dan fasilitas yang mendukung pakan.

Nasional Indonesia untuk Ransum Ayam Petelur dan

Departemen Pertanian cq. Dirjen Peternakan telah dilaporkan adanya beberapa masalah diantaranya penyimpangan kandungan komposisi ransum terutama protein kasar, serat kasar, dan mineral (Ca dan P) dan masih ditemukannya pakan yang erjualbelikan tanpa sertifikat mutu atau sertifikat mutunya sudah kadaluwarsa kemungkinan masih ketentuan yang ada dengan sanksi oleh peraturan pemerintah dan fasilitas yang mendukung

(7)

Adanya perbedaan hasil laboratorium untuk komposisi protein kasar, serat kasar dan mineral dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Kesalahan yang disebabkan perbedaan kimia atau

dikatakan tidak ada, kesalahan utama adalah kesalahan “sampling (pengambilan contoh)”. Kadang-kadang juga pencampuran bahan waktu diproses menjadi ransum tidak homogen.

Dalam standar ransum SPI

contoh diambil secara acak dan harus merupakan campuran yang merata dan persediaan ransum makanan ternak yang akan diperiksa, jadi belum diperinci apa yang dimaksud pengambilan secara acak, bagaimana apabila jumlah bahannya banyak.

Dalam rancangan SM telah diubah cara pengambilan contoh, yaitu:

(1) Contoh diambil secara acak sebanyak akar pangkat dua dan jumlah kanmg dengan maksi mutu 30 karung yang akan diperiksa

(2) Contoh diambil di tiap karung dan bagian atas, tengah dan bawah, kemu diaduk, dibagi empat bagian dan diambil secara diagonal sebanyak 500 gram dan dibungkus serta disegel dengan sebuah

jumlah sampel yang diambil sama dengan rancangan SM. Di Inggris co

berdasarkan Cockcerell et. al

Adanya perbedaan hasil laboratorium untuk komposisi protein kasar, serat kasar dan mineral dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Kesalahan yang disebabkan perbedaan kimia atau analisisnya adalah relatif kecil, sehingga dapat dikatakan tidak ada, kesalahan utama adalah kesalahan “sampling (pengambilan kadang juga pencampuran bahan waktu diproses menjadi Dalam standar ransum SPI-Nak cara pengambilan contoh dinyatakan, contoh diambil secara acak dan harus merupakan campuran yang merata dan persediaan ransum makanan ternak yang akan diperiksa, jadi belum diperinci apa yang dimaksud pengambilan secara acak, bagaimana apabila jumlah bahannya

Dalam rancangan SM telah diubah cara pengambilan contoh, yaitu:

Contoh diambil secara acak sebanyak akar pangkat dua dan jumlah kanmg dengan maksi mutu 30 karung yang akan diperiksa

Contoh diambil di tiap karung dan bagian atas, tengah dan bawah, kemu diaduk, dibagi empat bagian dan diambil secara diagonal sebanyak 500 gram dan dibungkus serta disegel dengan sebuah dupli Departemen Perdagangan jumlah sampel yang diambil sama dengan rancangan SM.

Di Inggris contoh yang diambil tergantung dari jumlah berdasarkan Cockcerell et. al. (1975)

Adanya perbedaan hasil laboratorium untuk komposisi protein kasar, serat kasar dan mineral dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Kesalahan yang analisisnya adalah relatif kecil, sehingga dapat dikatakan tidak ada, kesalahan utama adalah kesalahan “sampling (pengambilan kadang juga pencampuran bahan waktu diproses menjadi gambilan contoh dinyatakan, contoh diambil secara acak dan harus merupakan campuran yang merata dan persediaan ransum makanan ternak yang akan diperiksa, jadi belum diperinci apa yang dimaksud pengambilan secara acak, bagaimana apabila jumlah bahannya

Dalam rancangan SM telah diubah cara pengambilan contoh, yaitu:

Contoh diambil secara acak sebanyak akar pangkat dua dan jumlah kanmg Contoh diambil di tiap karung dan bagian atas, tengah dan bawah, kemudian diaduk, dibagi empat bagian dan diambil secara diagonal sebanyak 500 gram Departemen Perdagangan jumlah bahan

Gambar

Table . Persyaratan Mutu Ramsum Unggas
Tabel 7. Konsentrat Sapi Perah
Tabel 9. Syarat
Tabel 10. Rancangan Standar

Referensi

Dokumen terkait

Korelasi empiris yang diperoleh sangat bermanfaat untuk meramalkan kondisi proses di dalam pembuatan microsphere berdiameter sesuai yang diinginkan, misalnya sebagai

E.1 Pertanggungjawab Pidana Pengobat Tradisional Atas Kelelaiannya Yang Menyebabkan Luka Berat Atau Kematian Ditinjau Dari Hukum Positif Indonesia Hukum positif Indonesia

DEXNA SOFIARANTI SOLIN (120304015), dengan judul Skripsi Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Buah-buahan Masyarakat (studi kasus : Kecamatan Medan

Untuk membantu proses penelitian ini dilakukan dan dibutuhkan beberapa sumber yang dapat menjadi acuan dalam pembahasan serta menjadi refrensi, meneliti proses

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan tujuan menjawab permasalahan “ apakah penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa

Hasil penelitian pada taraf signifikansi 5% menunjukkan bahwa: (1) Iklan berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian Handphone Dual Simcard buatan Cina pada Mahasiswa

menggunakan perangkat pembelajaran pada konsep daur ulang sampah terhadap hasil belajar dan keterampilan berpikir tingkat tinggi biologi di SMA. 2) Bagi siswa,

Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut IV / Tanjungpinang atau Lantamal IV/Tanjungpinang merupakan salah satu pangkalan TNI AL di jajaran Komando Armada RI Kawasan