• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL SIMULASI PENGUSAHAAN HUTAN PINUS DI KPH BONDOWOSO PERUM PERHUTANI DIVISI REGIONAL JAWA TIMUR MIFTAHOL WAHYUNI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MODEL SIMULASI PENGUSAHAAN HUTAN PINUS DI KPH BONDOWOSO PERUM PERHUTANI DIVISI REGIONAL JAWA TIMUR MIFTAHOL WAHYUNI"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL SIMULASI PENGUSAHAAN HUTAN PINUS DI KPH

BONDOWOSO PERUM PERHUTANI DIVISI REGIONAL

JAWA TIMUR

MIFTAHOL WAHYUNI

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Model Simulasi Pengusahaan Hutan Pinus di KPH Bondowoso Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Timur adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2016

Miftahol Wahyuni

(4)

ABSTRAK

MIFTAHOL WAHYUNI. Model Simulasi Pengusahaan Hutan Pinus di KPH Bondowoso Perum Perhutani Divisi Regional JawaTimur. Dibimbing oleh HERRY PURNOMO.

Pinus merupakan salah satu tanaman kehutanan yang dapat dimanfaatkan tidak hanya hasil hutan kayu, tetapi juga hasil hutan bukan kayu. KPH Bondowoso merupakan perusahaan negara yang memanfaatkan hutan pinus sebagai salah satu sumber pendapatan perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk membuat model dinamika pengusahaan hutan pinus di KPH Bondowoso ditinjau dari aspek ekonomi. Metode pengembangan model yang digunakan adalah pendekatan sistem menggunakan Stella 9.02. Model pendekatan system ini dapat menjelaskan dinamika keuntungan pengusahaan yaitu pada daur 30 tahun dengan penebangan pada KU IV, V dan VI, daur 50 tahun tanpa penebangan pada KU IV, V dan VI dan daur 70 tahun tanpa penebangan pada KU IV, V dan VI. Skenario terbaik yaitu pada daur 30 tahun dengan penebangan pada KU IV, V dan VI. Skenario ini memiliki NPV sebesar Rp1 430 231 459/ha. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membatu perusahaan untuk meningkatkan pendapatan. Penelitian ini dapat dijadikan dasar dalam pengelolaan hutan pinus secara lestari.

Kata kunci: analisis keuntungan, dinamika sistem, hasil hutan kayu, hasil hutan bukan kayu, hutan pinus

ABSTRACT

MIFTAHOL WAHYUNI. Model Simulation of Pine Forest Cultivation at KPH BondowosoPerumPerhutani East Java Regional Divisions. Supervised by HERRY PURNOMO.

Pine is a kind of forest tree that could be utilized not only for timber forest products but also for its non-timber forest products. KPH Bondowoso is a state company which used pine forest as one of their revenue sources. This research aimed to create a model dynamics of pine forest cultivation at KPH Bondowoso, reviewed from economic aspect. Model development method that used was system dynamic approach using stella 9.02. This method could explain profit of cultivation in 30 years rotation with logging at KU IV, V and VI, 50 years rotation without logging at KU IV, V and VI and 70 years rotation without logging at KU IV, V and VI. The best scenario was 30 years rotation with logging at KU IV, V and VI. This scenario had Rp Rp1 430 231 459/ha of NPV. The result of this research is expected to help the company to increase revenue. This research could be used for sustainable pine forest management, efforts.

Keywords: profit analysis, system dynamics, timber products, non timber products, pine forest

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Manajemen Hutan

MODEL SIMULASI PENGUSAHAAN HUTAN PINUS DI KPH

BONDOWOSO PERUM PERHUTANI DIVISI REGIONAL

JAWA TIMUR

MIFTAHOL WAHYUNI

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2015 ini ialah pengusahaan hutan pinus, dengan judul Model Simulasi Pengusahaan Hutan Pinus di KPH Bondowoso Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Timur.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Herry Purnomo MComp selaku pembimbing yang telah banyak memberi masukan. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada segenap pihak KPH Bondowoso Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Timur, yang telah membantu selama pengumpulan data dan masukan terkait penelitian. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah (Masyudi), ibu (Kustiyah), serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Penulis juga ucapkan terima kasih kepada sahabat Wisma Botani 99, Fahutan 48 dan teman-teman MNH48 terutama kepada Ririn Dwitasari, Siska Wulandari, Meirliena Rose Andriani, Irwan Budiarto, Farrah Putri Aprilia, Shopwan Nudin dan Rizqi Rohima Ramadlani Putri atas dukungan, semangat, doa dan masukkan dalam penyusunan karya ilmiah ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi berbagai pihak dan bagi kemajuan bangsa Indonesia.

Bogor, Maret 2016

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 1

METODE 2

Tempat dan Waktu Penelitian 2

Alat dan Bahan 2

Pengumpulan Data 3

Prosedur Analisis Data 3

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Kondisi Umum Lokasi Penelitian 5

Identifikasi Isu, Tujuan dan Batasan 7

Konseptualisasi Model 7

Spesifikasi Model 8

Evaluasi Model 15

Penggunaan Model 16

SIMPULAN DAN SARAN 17

Simpulan 17

Saran 18

DAFTAR PUSTAKA 18

LAMPIRAN 20

(10)

DAFTAR TABEL

1 Ukuran plot ukur pada masing-masing KU 3

2 Luas wilayah kelas perusahaan pinus KPH Bondowoso, Perum Perhutani

Divisi Regional Jawa Timur 6

3 Hasil Hutan KPH Bondowoso Selama 5 Tahun Terkahir 6

4 Luas masing-masing KU 8

5 Etat volume pada masing-masing KU 9

6 Jumlah pohon pada masing-masing KU 10

7 Perbandingan hasil simulasi pendapatan getah dan kayu 15

8 Perbandingan NPV masing-masing skenario 17

DAFTAR GAMBAR

1 Peta lokasi penelitian kelas perusahaan pinus KPH Bondowoso 2 2 Plot ukur yang digunakan dalam pengambilan data diameter dengan

jari-jari r (7.49 – 17.8m) 3

3 Model konseptual dinamika sistem yang dikembangkan 7

4 Sub-model pengaturan hasil 9

5 Sub-model penyadapan getah 11

6 Hasil simulasi produksi getah pinus pada ketiga daur 11

7 Sub-model serapan karbon 12

8 Grafik selisih serapan karbon yang dapat dijual pada daur 30 tahun dan

50 tahun 13

9 Grafik selisih serapan karbon yang dapat dijual pada daur 30 tahun dan

70 tahun 13

10 Sub-model keuntungan perusahaan 14

11 Perbandingan produksi kayu per tahun hasil simulasi dengan kondisi

aktual di lapangan 15

DAFTAR LAMPIRAN

1 Formulasi model kuantitatif berbagai sub-model pengusahaan hutan

kelas perusahaan pinus 21

2 Potensi Tegakan Pinus pada Perhitungan Etat Volume 27

3 Sub-model Luas Tegakan 28

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan (UU 41 tahun 1999). Berdasarkan fungsinya hutan dibedakan menjadi hutan lindung, hutan produksi dan hutan konservasi. Pemanfaatan hutan khususnya hutan produksi dapat berupa pemanfaatan kawasan, pemanfaatan jasa lingkungan, pemanfaatan hasil hutan kayu dan bukan kayu, serta pemungutan hasil hutan kayu dan bukan kayu.

Pinus merupakan salah satu tanaman kehutanan yang dapat dimanfaatkan hasil hutan kayu dan hasil hutan bukan kayunya. Hasil hutan kayu pohon pinus dapat dimanfaatkan sebagai kayu pertukangan, sedangkan hasil hutan bukan kayunya berupa getah pinus yang dapat diolah menjadi gondorukem dan terpentin. Gondorukem dan terpentin dimanfaatkan sebagai bahan baku lem, kosmetik, pernis, cat, campuran bahan baku batik dan insektisida. Selain itu, ada pula manfaat hutan non hayati secara ekologi yaitu kemampuan hutan (tegakan pinus) dalam menyerap karbon terutama CO2.

KPH Bondowoso merupakan perusahaan negara yang memanfaatkan tegakan pinus sebagai salah satu sumber pendapatan perusahaan. Sumber pendapatan tersebut berasal dari kayu dan getah pinus. Namun, berdasarkan Surat Keputusan Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah Nomor 1579/053.4/SPKD&PU tanggal 19 Desember 2007, kelas perusahaan pinus diarahkan sebagai kelas perusahaan getah dengan daur 30 tahun menjadi 50 tahun, sehingga tebangan pada KU IV, V dan VI dihapuskan. Hal itu menyebabkan keuntungan utama yang diperoleh hanya berasal dari getah. Oleh karena itu, perlu adanya analisis pengaruh penerapan surat keputusan tersebut dan pemanfaatan hutan secara ekologi dengan pendekatan dinamika sistem terhadap penerimaan perusahaan.

Tujuan Penelitian

Penelitian bertujuan untuk menyusun model dinamika sistem pengusahaan hutan pinus dengan mempertimbangkan aspek ekonomi berupa pendapatan hasil hutan kayu dan hasil hutan bukan kayu di KPH Bondowoso.

Manfaat Penelitian

Penelitian diharapkan dapat memberikan informasi keuntungan perusahaan dari hasil hutan kayu dan hasil hutan bukan kayu sehingga dapat dijadikan dasar pengambilan keputusan dalam pengelolaan hutan lestari.

(12)

2

METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di area kelas perusahaan pinus yang berada pada bagian hutan Lereng Timur Laut dan bagian hutan Wonosari. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Oktober-November 2015. Pengolahan data dan pembuatan model dilaksanakan pada bulan Desember 2015-Januari 2016 serta penulisan skripsi pada bulan Februari 2016.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, kalkulator, kamera, kompas, meteran, perangkat keras berupa seperangkat computer, pita ukur, serta perangkat lunak untuk pengolahan data seperti: Microsoft Office 2010, STELLA 9.02 dan Vensim PLEx32.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: data tegakan pinus pada bagian hutan Wonosari dan bagian Lereng Timur Laut, tabel tegakan pinus, peta batas wilayah KPH Bondowoso dan data terkait tegakan pinus KPH Bondowoso seperti data realisasi tebangan, data realisasi penyadapan getah dan lain-lain.

(13)

3

Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder. Data primer berupa data diameter pohon setinggi dada (Dbh) pada semua kelas umur (KU). Data diameter digunakan dalam pendugaan volume pohon yang diperoleh dengan membuat plot lingkaran pada masing-masing KU. Jari-jari (r) plot disesuaikan dengan KU yang ada dan jumlahnya juga disesuaikan dengan luasannya dengan jarak antar plot 50 – 100 m.

Data sekunder yang dikumpulkan meliputi data luas areal produktif, Kerapatan Bidang Dasar (KBD) dan bonita. Selain itu, data realisasi tebangan, data realisasi penyadapan getah pinus, biaya pengelolaan hutan dan harga kayu dan getah pinus serta dokumen terkait lainnya.

Prosedur Analisis Data Penentuan Etat

Metode pengaturan hasil yang digunakan adalah metode Burn. Metode tersebut merupakan metode pengaturan hasil yang digunakan pihak Perum Perhutani hingga saat ini. Data yang digunakan dalam penentuan etat antara lain, luas areal produktif, KBD rata-rata dan bonita rata-rata. Persamaan metode Burn adalah sebagai berikut (Munandar 2005):

𝐴𝐴 =ΣLiUi ΣLi 𝑈𝑇𝑅 = 𝐴𝐴 +1 2𝐷 𝐸𝐿 = 𝐿 𝐷 𝐸𝑚 =𝑉1 + 𝑉2 𝐷 Keterangan : D EL AA Li Ui UTR L Em V1 V2 = = = = = = = = = = daur (thn)

etat luas (ha/tahun) umur rata-rata (thn)

luas tegakan kelas umur ke-I (ha)

umur tengah kelas umur dengan luas Li (thn) umur tebang rata-rata (thn)

luas areal produktif (ha) etat massa (m3/thn)

massa kayu tegakan kelas umur pada UTR (m3) massa kayu tegakan masak tebang (m3)

Gambar 2 Plot ukur yang digunakan dalam pengambilan data diameter dengan jari-jari r (7.49 – 17.8m)

Tabel 1 Ukuran plot ukur pada masing-masing KU

KU Jari-jari (r) (m) Luas (ha) Jumlah plot

I – II 7.49 0.02 6

III – IV 11.28 0.04 12

>V 17.80 0.10 12

(14)

4

Pendugaan serapan karbon a. Pendugaan volume tegakan

Volume tegakan diperoleh melalui pengukuran diameter tegakan pinus setinggi dada (±1.3 m di atas permukaan tanah). Kemudian digunakan pendekatan volumetrik dengan Tarif Volume Lokal (TVL) KPH Bondowoso. Selanjutnya dihitung riap individu pohon dengan membagi volume rata-rata per pohon dengan umur masak tebangnya, yaitu pada kelas umur VII atau pada umur 35 tahun, sehingga riap individu yang diperoleh adalah 0.05 m3/pohon/tahun.

b. Pendugaan biomassa tegakan

Berdasarkan IPCC (2006) menyatakan bahwa perhitungan biomassa dari tegakan pinus diperoleh dari persamaan berikut ini:

Biomassa = volume x Berat Jenis x BEF

dengan nilai berat jenis pinus sebesar 0.55 dan BEF (Biomass Expansion Factor) sebesar 1.31 (Hendra 2002).

c. Pendugaan karbon tegakan

Perhitungan karbon merupakan konversi dari perhitungan biomassa yang diperoleh dengan mengalikannya dengan faktor koreksi (0.47) (IPCC 2006). Stok karbon dalam hutan dapat diduga dengan menggunakan rumus:

C = W x 0.47

dengan, C = Jumlah stok karbon (tonC/ha) dan W = Biomassa (ton/ha).

Selain itu hasil perhitungan C dikonversi ke dalam bentuk CO2 dengan mengalikan hasil perhitungan C tersebut dengan faktor konversi sebesar 3.67 (Mirbach 2000). Nilai tersebut diperoleh dari reaksi kimia C terhadap CO

2

dengan bentuk sistematis sebagai berikut: CO

2 = C x 3.67

dengan, C = Jumlah stok karbon (tonC/ha) dan CO

2 = jumlah stok CO2 (ton

CO

2/ha).

Analisis Dinamika Sistem

Asumsi – asumsi yang digunakan antara lain:

a. Data yang digunakan berupa data dalam jangka lima tahun terakhir

b. Harga kayu, getah dan karbon serta standar biaya yang dikeluarkan Perum perhutani selama simulasi tetap

c. Aspek yang dianalisis terkait aspek ekonomi

Langkah awal yang perlu dilakukan adalah penentuan asumsi – asumsi sebagai batasan penelitian. Setelah menetapkan asumsi, maka langkah selanjutnya adalah membuat model yang terdiri dari beberapa tahapan. Purnomo (2012), membagi tahapan penyusunan model menjadi 5 tahap berikut:

1. Identifikasi isu, tujuan, dan batasan

Identifikasi isu, tujuan dan batasan dilakukan untuk mengetahui dimana sebenarnya pemodelan perlu dilakukan. Tujuan yang spesifik diperlukan untuk memudahkan proses pembuatan model.

2. Konseptualisasi model

Pemodelan dinamik merupakan pemodelan yang menggambarkan perubahan yang terjadi pada suatu sistem berdasarkan waktu (bersifat dinamis). Dalam pemodelan ini satuan waktu yang digunakan adalah tahun. Fase ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran secara menyeluruh

(15)

5

tentang model yang dibuat, memasukkan data yang telah diolah ke dalam model (sebagai input) dan membuat simulasi.

3. Spesifikasi model

Perumusan yang lebih detail dari setiap hubungan yang ada dalam model konseptual dilakukan di fase ini. Jika pada model konseptual hubungan dua komponen dapat digambarkan dengan anak panah, maka pada fase ini anak panah tersebut dapat berupa persamaan numerik dengan satuan-satuan yang jelas. Peubah waktu yang dapat digunakan dalam model juga harus ditentukan.

4. Evaluasi model

Fase evaluasi model bertujuan untuk melihat apakah relasi yang dibuat telah logis seuai dengan harapan atau perkiraan. Tahapan dalam fase ini adalah:

a. Pengamatan kelogisan model dan membandingkan dengan kenyataan pada dunia nyata

b. Mengamati perilaku model dengan harapan atau perkiraan yang digambarkan pada fase konseptualisasi model

c. Membandingkan antara perilaku model dengan data yang didapat dari sistem atau dunia nyata. Proses pengujian kewajaran dan kelogisan model adalah melakukan pembandingan dunia nyata dengan model yang dibuat.

5. Penggunaan model

Tahapan penggunaan model bertujuan untuk menjawab pertanyaan yang telah diidentifikasi pada awal pembuatan model. Tahapan ini melibatkan perencanaan dan simulasi dari beberapa skenario.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Lokasi Penelitian Lokasi dan Luas

KPH Bondowoso merupakan salah satu unit Kesatuan Pemangkuan Hutan Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Timur. Luas kawasan hutan yang dikelola oleh KPH Bondowoso 88 870 ha. Adapun batas-batas wilayah pengelolaan hutan KPH Bondowoso adalah sebagai berikut:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Madura.

2. Sebelah Timur berbatasan dengan KPH Banyuwangi Utara dan KPH Banyuwangi Barat.

3. Sebelah Selatan berbatasan dengan KPH Jember. 4. Sebelah Barat berbatasan dengan KPH Probolinggo.

Secara administratif, KPH Bondowoso terletak di dua wilayah kabupaten, yaitu Kabupaten Bondowoso seluas 60 529 ha dan Kabupaten Situbondo 28 341 ha. Wilayah kerja seluas 88 870 ha terdiri atas kawasan lindung seluas 43 868 ha, kawasan produksi seluas 39 046 ha dan penggunaan lain seluas 5 955 ha (Perum Perhutani 2015).

(16)

6

Wilayah pengelolaan KPH Bondowoso ditetapkan menjadi dua kelas perusahaan, yaitu kelas perusahaan jati dan kelas perusahaan pinus. Kelas perusahaan jati terbagi dalam dua bagian hutan, diantaranya bagian hutan Gunung Ringgit dan bagian hutan Prajekan, sedangkan kelas perusahaan pinus terbagi menjadi dua bagian hutan pula, yaitu bagian hutan Wonosari dan bagian hutan Lereng Timur Laut. Adapun luas masing – masing kelas perusahaan hutan disajikan pada tabel sebagai berikut:

Kondisi Fisik

KPH Bondowoso memiliki topografi dari mulai datar hingga sangat curam. Topografi yang mendominasi yaitu curam dengan luasan 85% dari luasan total. Hal tersebut menunjukkan bahwa perlu adanya pengelolaan khusus di KPH Bondowoso. Ketinggian tempat pada kawasan hutan berada pada 0 – 2000 mdpl yang didominasi pada ketinggian 0 – 1000 mdpl sebesar 71%.

Jenis tanah yang terdapat di wilayah KPH Bondowoso adalah latosol, regosol, andosol dan litosol. Tipe iklim KPH Bondowoso menurut pembagian Schmidt dan Fergusson tergolong pada tipe C dan D untuk jenis pinus, sedangkan untuk jenis jati hanya pada tipe iklim D saja.

Kondisi KPH

Hasil hutan kayu KPH Bondowoso yang diperoleh setiap tahunnya berbeda. Perubahan daur 30 tahun menjadi 50 tahun mempengaruhi tujuan utama produksi yaitu menjadi sadapan getah pinus. Getah pinus yang merupakan hasil hutan bukan kayu dikirim ke Pabrik Gondorukem dan Terpentin di PGT Garahan Kabupaten Jember. Produksi kayu dan getah di KPH Bondowoso selama 5 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Hasil Hutan KPH Bondowoso Selama 5 Tahun Terkahir Tahun Produksi Kayu (m3) Produksi Getah (ton)

2010 978 1 160

2011 1 275 1 355

2012 1 529 1 483

2013 948 1 319

2014 1 831 1 393

Sumber: Daftar Kemajuan Pekerjaan (DKP) KPH Bondowoso

Tabel 2 Luas wilayah kelas perusahaan pinus KPH Bondowoso, Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Timur

Kelas Perusahaan Hutan Bagian Hutan Luas (Ha) Kelas perusahaan jati Gunung Ringgit 18 737

Prajekan 18 072

Kelas perusahaan pinus Wonosari 33 010

Lereng timur laut 19 050

JumlahjJumlah 88 870

Sumber: Perum Perhutani (2015)

(17)

7

Identifikasi Isu, Tujuan dan Batasan

Pinus merupakan salah satu tanaman pioner yang cepat tumbuh dan dapat beradaptasi dengan baik pada tanah berpasir dan kekurangan hara. Pinus merupakan penghasil kayu bernilai tinggi untuk kayu pulp dan konstruksi ringan. Selain itu pinus juga menghasilkan getah pinus (oleoresin) yang merupakan sumber komersil dan diperoleh secara langsung pada tegakan berdiri dengan cara disadap (Sutigno 1983 dalam Hansen, Kjær dan Sirikul 2001). Manfaat hasil hutan baik hasil hutan kayu dan hasil hutan bukan kayu yang dihasilkan oleh pinus dapat memberikan keutungan lebih dibandingkan dengan tanaman lain yang hanya menghasilkan hasil hutan kayu atau hasil hutan bukan kayu. Jadi isu yang diangkat dalam pemodelan ini adalah analisis keuntungan dari kedua komoditi tersebut yang dapat meningkatkan keuntungan perusahaan.

Tujuan pemodelan adalah membuat sebuah model dinamika sistem yang dapat mengintegrasikan daya guna masing-masing komoditi sebagai sumber pendapatan perusahaan. Melalui model tersebut dapat dibuat skenario untuk meningkatkan penerimaan perusahaan. Diharapkan skenario yang ada dapat digunakan oleh perusahaan dalam pengelolaan hutan. Model dinamika sistem yang dibuat memiliki batasan terkait komoditi yang dianalisis terbatas pada hasil hutan berupa kayu, getah pinus dan karbon sebagai skenario tambahan.

Konseptualisasi Model

Model konseptual yang dikembangkan tersaji pada Gambar 3. Pemodelan ini terdiri dari beberapa sub-model, antara lain sub-model luas tegakan, sub-model pengaturan hasil, sub-model struktur tegakan, sub-model penyadapan getah pinus, sub-model serapan karbon dan sub-model keuntungan perusahaan.

Penyusun berbagai sub-model terdiri dari variabel-variabel yang saling berinteraksi. Terdapat dua jenis hubungan antar variabel, yaitu hubungan positif (+)

Gambar 3 Model konseptual dinamika sistem yang dikembangkan

Jumlah Pohon Pinus Ingrowth Upgrowth Penanaman Volume Pohon Pinus Jumlah Getah Pinus Jumlah Tebangan Akhir Daur Jumlah Penjarangan Biomassa Jumlah Serapan Karbon Jumlah Pendapatan Getah Pinus Jumlah Biaya Getah

Pinus PendapatanJumlah

Kayu Jumlah Pendapatan

Karbon Jumlah Kayu Jumlah Biaya Kayu Jumlah Pendapatan Jumlah Pengeluaran Besar Keuntungan + -+ + -+ + + + + + + + + + + + + + + + + -Luas Kelas Umur + -+ -+ Jumlah Biaya Serapan Karbon + + Mortality +

(18)

8

dan negatif(-). Variabel volume pohon pinus berkorelasi positif terhadap variabel jumlah produksi getah pinus. Arti dari korelasi positif yaitu, semakin besar volume pohon pinus maka jumlah produksi getah yang dihasilkan semakin besar pula. Sebaliknya, jumlah produksi getah pinus yang besar menyebabkan volume pohon pinus menjadi kecil akibat adanya penyadapan, sehingga hubungan tersebut berkorelasi negatif. Adanya hubungan positif dan negatif yang terjadi pada dua variabel menunjukkan adanya umpan balik (Loop) negatif. Selain itu, terdapat umpan balik (Loop) negatif juga pada variabel jumlah pohon pinus dan variabel jumlah penjarangan.

Model konseptual di atas menggambarkan komponen-komponen yang berpengaruh dalam keuntungan perusahaan. Diagram ini dibuat dengan bantuan perangkat lunak VENSIM PLE X32. Model dinamika sistem selengkapnya dijelaskan pada spesifikasi model.

Spesifikasi Model Sub-model Luas Tegakan

Sub-model ini terdiri dari tujuh peubah tetap (state variable) yang menyatakan luas masing-masing kelas umur (KU) kelas hutan produksi. Luas masing-masing KU mengalami perubahan setiap tahunnya karena adanya perpindahan luas yang pindah setiap tahunnya dari KU di bawahnya ke KU di atasnya. Luas masing – masing umur pada suatu KU diasumsikan sama, sehingga luas yang pindah ke KU diatasnya adalah sebesar 0.2 dari KU tersebut. Selain itu, luas KU juga dipengaruhi oleh adanya penebangan pada KU IV, V, VI dan VII. Hal tersebut berpengaruh pada penanaman yang harus memperhatikan luas hutan produksi. Luas masing-masing KU disajikan pada Tabel 4 dan sub-model luas tegakan dapat dilihat pada Lampiran 3.

Sub-model Pengaturan Hasil

Sub-model ini menggambarkan panen tahunan, baik berupa etat luas maupun etat volume dengan menggunakan formula Burn. Etat volume ditentukan berdasarkan besarnya volume per hektar setiap kelas umur. Volume per hektar ditentukan berdasarkan umur tengah masing masing KU yang diperoleh dari Tabel Tegakan Sepuluh Jenis Kayu Industri 1975 dengan asumsi bonita tetap sepanjang tahun. Sedangkan untuk perhitungan etat luas yaitu jumlah total semua KU dibagi dengan daur. Analisis dinamika sistem menunjukkan etat volume memiliki nilai yang berbeda setiap tahunnya. Perbedaan nilai tersebut terjadi karena adanya

Tabel 4 Luas masing-masing KU

Kelas Umur Luas (ha)

I 460.2 II 275.08 III 525.64 IV 481.85 V 326.29 VI 460.13 VII-UP 876.92 Jumlah 3 406.11

(19)

9

perubahan nilai volume pada masing-masing KU. Perubahan nilai volume tersebut juga dipengaruhi oleh jumlah pohon pada setiap KU. Berdasarkan hasil penghitungan etat luas yang diperoleh sebesar 113.54 ha/tahun, sedangkan etat volume pada masing-masing KU dapat dilihat pada Tabel 5 dan sub-model pengaturan hasil dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Sub-model pengaturan hasil

v standing stock daur 30th v phn i v phn ii v phn iii v phn iv v phn v v phn vi v phn vii v phn iv up v phn iv v phn v v phn vi v phn vii jmlh phn ku i jmlh phn ku ii jmlh phn ku iii jmlh phn ku iv jmlh phn ku v jmlh phn ku vi jmlh phn ku vii v per phn i v perphn ii v perphn iii v perphn iv v perphn v v perphn vi v perphn vii waktu penggunaan model

etat volume burn areal berhutan ku i ku ii ku iii ku iv ku v ku vi ku vii up

etat volume dinamis etat luas 1

daur 30th areal berhutan

produsi kayu

Pengaturan Hasil

Tabel 5 Etat volume pada masing-masing KU

Umur (tahun) Etat volume (m3/tahun)

1 – 5 18 789.43 6 – 10 21 355.74 11 – 15 21 295.11 16 – 20 28 180.53 21 – 25 7 545.66 26 – 30 11 212.24 31 – 35 7 024.32 36 – 40 24 766.82 41 – 45 90 408.42 46 – 50 71 128.15 51 – 55 105 999.8 56 –60 77 310.84 61 –65 63 380.25 66 – 70 48 214.51 71 – 75 21 004.12

(20)

10

Sub-model Struktur Tegakan

Sub-model struktur tegakan menggambarkan jumlah pohon pada setiap KU yang mengalami perubahan setiap tahunnya karena adanya ingrowth dan mortality pada jumlah pohon serta adanya penebangan pada KU tertentu. Ingrowth menyatakan jumlah pohon yang masuk ke dalam suatu KU atau jumlah pohon yang pindah ke KU berikutnya. Besarnya ingrowth dipengaruhi oleh luasan yang pindah dan jumlah pohon per hektar pada umur yang siap pindah ke KU berikutnya.

Mortality menyatakan jumlah pohon yang keluar dari suatu KU karena adanya

kerusakan berupa penjarangan dan kematian. Penjarangan kelas perusahaan pinus pada daur 30 tahun dilakukan pada umur 5, 10, 15 dan 20 tahun. Penjarangan dibedakan menjadi dua yaitu penjarangan normal dan penjarangan yang masuk kategori kematian. Penjarangan normal terjadi apabila jumlah pohon aktual melebihi jumlah pohon normal. Sedangkan kematian merupakan jumlah pohon yang mati alami dan dijarangi karena tertekan atau cacat. Tingkat kerusakan rata-rata pada KU I-III sebesar 5% dan pada KU IV-VII sebesar 7%. Penebangan yang terjadi pada tegakan pinus dimulai pada tegakan dengan umur 20 tahun atau pada KU IV.

Berdasarkan penghitungan data di lapangan jumlah pohon per ha sebanyak 400 pohon/ha. Jumlah pohon pada masing-masing KU dapat dilihat pada Tabel 6. Sub-model struktur tegakan digambarkan seperti yang telihat pada Lampiran 4.

Sub-model Penyadapan Getah

Sub-model ini menggambarkan produksi getah pinus di KPH Bondowoso. Berdasarkan Surat Direktur Utama Perum Perhutani No.555/041.1/prosar/Dir/2011 tanggal 6 Oktober 2011, penyadapan getah pinus dilakukan pada umur tegakan 11 tahun (KU III) dengan syarat minimal 80% populasi memiliki keliling sebesar 60 cm. Besarnya produksi getah dipengaruhi oleh luasan yang disadap, umur pohon dan jumlah pohon. Menurut Priyanto (1985), umur mempunyai pengaruh yang nyata terhadap produksi getah pinus, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa semakin bertambahnya umur maka diameter bertambah dan produksi getah pun semakin meningkat. Produksi getah memiliki hubungan positif dengan KU, maka

Tabel 6 Jumlah pohon pada masing-masing KU

Kelas Umur Jumlah Pohon

I 184 080 II 110 032 III 210 256 IV 192 740 V 130 516 VI 184 052 VII-UP 350 768 76 – 80 30 655.72 81 – 85 44 308.57 86 – 90 62 337.66 91 – 95 45 511.50 96 –100 35 249.00

(21)

11

produksi getah pinus dapat diduga menggunakan persamaan berikut Nugraha (1994) dalam Fauziyyah (2003), yaitu:

Y=1.88+0.35X

Dimana, Y = produksi getah pinus (gram/quare/hari/pohon) X = umur pohon yaitu umur tengah setiap KU

Pendugaan besarnya produksi getah pinus disimulasikan pada tiga daur, yaitu daur 30 tahun, 50 tahun dan 70 tahun. Selain itu, produksi getah pinus pada daur 50 tahun dan 70 tahun tidak dipengaruhi oleh adanya tebangan pada KU IV, V dan VI seperti yang terjadi pada daur 30 tahun dan jumlah Hari Orang Kerja (HOK) yaitu 240 hari dalam satu tahun. Sub-model penyadapan getah dan hasil simulasi produksi getah dapat dilihat pada Gambar 5 dan Gambar 6.

Berdasarkan Gambar 6, menunjukkan hasil simulasi produksi getah pinus pada berbagai daur. Hasil produksi rata-rata getah pinus pada daur 30 tahun, 50 tahun dan 70 tahun berturut-turut sebesar 2 281 ton/tahun, 3 855 ton/tahun dan 5 006 ton/tahun. Produksi getah paling rendah pada hasil simulasi daur 30 tahun.

Gambar 5 Sub-model penyadapan getah

prod ku iv

prod ku vii prod ku vi

prod ku iii prod ku v

prod getah d30th jmlh phn ku iii jmlh phn ku iv jmlh phn ku v jmlh phn ku vi jmlh phn ku vii penyadapan

Gambar 6 Hasil simulasi produksi getah pinus pada ketiga daur

10:06 PM Mon, Apr 4, 2016 Page 1 0.00 25.00 50.00 75.00 100.00 Time 1: 1: 1: 2: 2: 2: 3: 3: 3: 4 10802 21600

1: prod getah d30th 2: prod getah d50th 3: prod getah d70th

1 1 1 1 2 2 2 2 3 3 3 3 tahun ton/ tahun

(22)

12

Rendahnya produksi getah tersebut dipengaruhi adanya tebangan pada KU IV, V dan VI yang menyebabkan berkurangnya jumlah pohon penghasil getah. Sedangkan hasil produksi getah tertinggi yaitu pada hasil simulasi daur 70 tahun tanpa penebangan. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin panjang daur yang digunakan maka hasil produksi getah yang diperoleh semakin besar setiap tahunnya (Fauziyyah 2003).

Sub-model Serapan Karbon

Sub-model ini menggambarkan besarnya serapan karbon pada setiap masing – masing KU. Serapan karbon yang dihitung berupa serapan karbon di atas permukaan tanah yaitu tegakan pinus. Serapan karbon dihasilkan dari penghitungan volume kemudian biomassa, penghitungan jumlah C dan penentuan besarnya CO2.

Sub-model serapan karbon dapat dilihat pada Gambar 7.

Penentuan besarnya serapan karbon yang dapat dijual yaitu dengan menghitung besarnya selisih serapan karbon pada keadaan awal dan serapan karbon pada keadaan dengan perlakuan. Serapan karbon pada keadaan awal yang dimaksud adalah serapan karbon tegakan pinus dengan daur 30 tahun dan adanya penebangan pada KU IV, V dan VI, sedangkan serapan karbon pada keadaan dengan perlakuan adalah serapan karbon pada daur 50 tahun dan 70 tahun tanpa adanya penebangan pada KU IV, V dan VI. Selisih dari keduanya menunjukkan besarnya serapan karbon yang dapat dijual. Besarnya selisih serapan karbon pada daur 50 tahun dan 30 tahun serta selisih serapada karbon pada daur 70 tahun dan 30 tahun seperti telihat pada Gambar 8 dan Gambar 9.

Besarnya selisih yang diperoleh kemudian dihitung nilai ekonominya dengan mengalikan serapan CO2 dan harga CO2. Harga karbon berdasarkan The

World Bank (2011) yang digunakan dalam penentuan nilai ekonomi tersebut adalah US$ 5.8 /tonCO2 (Polosakan, Laode dan Joeni 2014) dengan nilai rupiah yang

digunakan yaitu Rp 13 621. Biaya – biaya yang dikeluarkan dalam perdagangan Gambar 7 Sub-model serapan karbon

riap individu volume d30 volume d50 volume d70 jmlh phn ku i jmlh phn ku ii jmlh phn ku iii jmlh phn ku iv jmlh phn ku v jmlh phn ku vi jmlh phn ku vii jmlh phn ku i 2 jmlh phn ku ii 2 jmlh phn ku iii 2 jmlh phn ku iv 2 jmlh phn ku v 2 jmlh phn ku vi 2 jmlh phn ku vii 2 jmlh phn ku i 3 jmlh phn ku ii 3 jmlh phn ku iii 3 jmlh phn ku iv 3 jmlh phn ku v 3 jmlh phn ku vi 3 jmlh phn ku vii 3 biomassa d 30 C d30 CO2 d30 biomassa d50 C d50 CO2 d50 CO2 dijual biomassa d70 C d70 CO2 d70 CO2 dijual 2 Serapan CO2

(23)

13

karbon adalah biaya validasi, verifikasi dan upah sertifikasi CO2. Besarnya

biaya-biaya tersebut berdasarkan ketentuan Voluntary Carbon Standard (AFOLU) yang terdapat pada Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.36/Menhut-II/2009 tentang Tata Cara Perizinan Usaha Pemanfaatan Penyerapan dan/atau Penyimpanan Karbon pada Hutan Produksi dan Hutan Lindung. Dalam peraturan tersebut dijelaskan pula besar keuntungan perdagangan karbon yang diperuntukkan untuk perusahaan yaitu sebesar 60%.

Berdasarkan Gambar 8 dan Gambar 9 menunjukkan besar serapan CO2 pada

masing-masing daur. Menurut Gambar 8 besarnya serapan CO2 pada daur 30 tahun

dan 50 tahun yaitu, 403 989 ton CO2/ tahun atau 118 ton CO2/ha/tahun dan 429 661

ton CO2/tahun atau 126 ton CO2/ha/tahun. Selisih dari kedua serapan yang dapat

dijual sebesar 25 671 ton CO2/tahun atau 7 ton CO2/ha/tahun. Sedangkan pada

Gambar 9 Grafik selisih serapan karbon yang dapat dijual pada daur 30 tahun dan 70 tahun 10:06 PM Mon, Apr 4, 2016 Page 1 0.00 25.00 50.00 75.00 100.00 Time 1: 1: 1: 2: 2: 2: 50000 400000 750000 1: CO2 d30 2: CO2 d70 1 1 1 1 2 2 2 2

Gambar 8 Grafik selisih serapan karbon yang dapat dijual pada daur 30 tahun dan 50 tahun 10:06 PM Mon, Apr 4, 2016 Page 1 0.00 25.00 50.00 75.00 100.00 Time 1: 1: 1: 2: 2: 2: 0 375000 750000 1: CO2 d30 2: CO2 d50 1 1 1 1 2 2 2 2 tahun tahun C O2 ( ton/ tahun) CO2 (ton/tah un)

(24)

14

Gambar 9 terlihat besarnya serapan karbon pada daur 30 tahun dan 70 tahun sebesar 403 989 ton CO2/tahun atau 118 ton CO2/ha/tahun dan 548 135 ton CO2/tahun atau

160 ton CO2/ha/tahun dengan selisih keduanya sebesar 144 146 ton CO2/tahun atau

42 ton CO2/ha/tahun.

Menurut Samiaji (2011) emisi CO2 yang dapat dihitung berasal dari ternak,

kebakaran hutan dan lahan, pemakaian energi dan sampah. Menurut Global Carbon Atlas (2014), jumlah emisi di Indonesia tahun 2014 sebanyak 641 000 000 000 ton CO2. Penyerap gas CO2 berupa hutan dan lautan. Penyerapan CO2 oleh daratan

yaitu hutan lebih besar daripada lautan. Berdasarkan hasil penghitungan besarnya CO2 yang dapat diserap hutan pinus jenis Pinus merkusii di KPH Bondowoso hanya

dapat menyerap emisi di atmosfer sebesar 0.00002% per tahun atau <0.01% per tahun.

Sub-model Keuntungan Perusahaan

Sub-model ini menggambarkan selisih dari penerimaan perusahaan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan. Pada sub-model ini dibatasi hanya untuk pendapatan dan biaya yang langsung berasal dari kegiatan produksi getah, kayu maupun serapan karbon. Biaya yang dikeluarkan oleh perusahan antara lain, biaya penanaman, biaya panen kayu, biaya panen getah biaya validasi, verifikasi dan upah sertifikasi CO2, sedangkan untuk pendapatan berasal dari produksi getah

dan pemanenan kayu serta penjualan serapan CO2. Sub-model keuntungan

masing-masing komoditi perusahaan dapat dilihat pada Gambar 10.

Hasil simulasi keuntungan yang diperoleh, dihitung nilai Net Present Value (NPV). NPV merupakan selisih uang yang diterima dan uang yang dikeluarkan dengan memperhatikan time value of money. Penghitungan nilai NPV bertujuan untuk mengetahui nilai uang saat ini. Besarnya suku Bungan Bank Indonesia yang digunakan yaitu 6.75% dan nilai NPV dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

NPV= ∑Bt-Ct (1+i)t Keterangan :

Bt = pendapatan pada tahun ke-t Ct = biaya pada tahun ke-t Gambar 9 Sub-model keuntungan perusahaan

tebang d50th

CO2 dijual

biaya panen kayu 2 biaya pemasaran 2

pendapatan kayu 2

keuntungan kayu 2

vol tot penjr 2

~ harga penjr 2 ~ harga kayu 2 biaya penjr 2 pnjrgn3 2 pnjrgn4 2 daur 2 prod getah d50th

keuntungan getah daur 50th

harga karbon 2 pendapatan karbon pengeluaran lain2 2 ~ biaya pemeliharaan 50th ku i ~ biaya penanaman 50th

biaya panen getah perton

keuntungan karbon daur 50th harga getah perton

keuntungan getah & karbon daur 50th penanaman 2 pendapatan getah 4 biaya transaksi ~ validasi ~ verifikasi upah sertifikasi keuntungan perusahaan

(25)

15

t = umur proyek (tahun) i = suku bunga (discount rate) (%) Evaluasi Model

Evaluasi model dilakukan pada model yang telah dibuat untuk mengetahui kesesuaiannya dengan dunia nyata. Terdapat tiga tahapan evaluasi model yaitu mengevaluasi kelogisan model, kesesuaiannya dengan dunia nyata dan perbandingan perilaku model dengan data aktual (Purnomo 2012). Pengujian tahap pertama dan keduan dapat dilihat pada Tabel 7 dengan membandingkan hasil simulasi dengan hasil penelitian serupa.

Menurut Tabel 7, menunjukkan kesesuaian hasil simulasi. Tabel tersebut menunjukkan bahwa hasil simulasi memiliki relasi yang logis jika dibandingkan dengan hasil analisisis di bagian hutan Gunung Lawu KPH Lawu Ds. Rerata pendapatan getah dan kayu yang diperoleh antara keduanya tidak jauh berbeda sehingga dinyatakan logis dan sesuai dengan dunia nyata, meskipun hasil simulasi lebih besar dibandingkan dengan hasil analisis. Perbedaan rerata pendapatan tersebut dipengaruhi oleh luas bagian hutan dan umur tebang minimum. Umur tebang minimum di bagian hutan Gunung Lawu yaitu 25 tahun sedangkan umur tebang minimum yang disimulasikan adalah 20 tahun.

Pengujian tahap ketiga dapat dilihat pada Gambar 12. Evaluasi perbandingan dengan data aktual dilakukan dengan contoh data produksi kayu KPH Bondowoso. Perbandingan data produksi kayu berdasarkan simulasi dengan data aktual perhutani KPH Bondowoso. Berdasarkan gambar di atas terlihat produksi kayu hasil simulasi dan produksi kayu aktualnya tidak berbeda jauh, sehingga dapat disimpulkan model masih dapat mewakili kondisi nyata di lapangan.

Tabel 7 Perbandingan hasil simulasi pendapatan getah dan kayu Hasil simulasi Santri Ana (2014) Rerata pendapatan getah

dan kayu (Rp/5tahun) 289 267 471 361 227 290 454 626

Gambar 10 Perbandingan produksi kayu per tahun hasil simulasi dengan kondisi aktual di lapangan

0 1000 2000

2010 2011 2012 2013 2014

Produksi kayu KPH Bondowoso

Data Aktual Data Simulasi

tahun

(26)

16

Penggunaan Model

Penggunaan model berfungsi untuk menerapkan model dalam skenario-skenario yang telah ditetapkan dalam rangka memberikan jawaban mengenai tujuan penelitian (Purnomo 2012). Tujuan utama yang ingin dicapai adalah menganalisis keuntungan yang diperoleh perusahaan dari komoditi kayu, getah dan karbon. Analisis keuntungan disimulasikan dengan pengaruh dari daur yang digunakan dan adanya tebangan atau tidak pada KU IV, V, VI dan VII . Daur yang disimulasikan adalah 30 tahun, 50 tahun dan 70 tahun.

1) Skenario 1: Keuntungan Perusahaan pada Daur 30 tahun dengan penebangan pada KU IV, V, VI dan VII

Perusahaan mendapatkan keuntungan yang berasal dari komiditi kayu dan getah pada skenario daur 30 tahun dengan penebangan pada KU IV, V dan VI. Komoditi kayu dan getah dengan daur 30 tahun yang disimulasikan dalam 100 tahun terjadi dalam tiga siklus tebang. Pada ketiga siklus tebang tersebut menunjukkan bahwa keuntungan yang diperoleh komoditi kayu dan getah pada setiap siklus berbeda. Hal tersebut disebabkan luasan masing-masing KU pada setiap siklus mengalami perubahan. Keuntungan komiditi kayu yang diperoleh sebesar Rp4 775 049 486 942 atau Rp1 401 952 286/ha. Sedangkan, keuntungan komoditi getah yaitu sebesar Rp437 822 714 459 atau Rp128 544 543/ha. Penghitungan keuntungan kedua komoditi yaitu dengan menjumlahkan keuntungan kayu dan getah serta dikurangi dengan biaya-biaya umum lainnya sehinggga keuntungan yang diperoleh selama simulasi sebesar Rp5 200 185 716 090 atau Rp1 482 079 801/ha. Pada skenario ini, tidak diperoleh keuntungan karbon karena serapan karbon yang dihasilkan merupakan serapan pada keadaan yang diasumsikan sebagai keadaan “Business as

usual (BAU)” atau keadaan awal (tanpa perlakuan).

2) Skenario 2: Keuntungan Perusahaan pada Daur 50 tahun tanpa penebangan pada KU IV, V dan VI

Keuntungan yang diperoleh dari skenario penerapan daur 50 tahun tanpa penebangan pada KU IV, V dan VI diperoleh dari komoditi getah dan kayu yang berasal dari penjarangan dan tebangan akhir daurnya. Keuntungan komiditi getah yang disimulasikan dalam 100 tahun diperoleh dalam dua siklus. Keuntungan yang diperoleh dari komiditi getah tersebut sebesar Rp745 566 687 572 atau Rp218 898 029/ha. Sedangkan keuntungan dari komoditi kayu sebesar Rp3 598 186 760 097 atau Rp1 056 425 942/ha.

Salah satu manfaat lain dari hutan yaitu penyerapan karbon, karena secara alami proses fotosintesis tumbuhan membutuhkan CO2 sebagai bahan utama dalam

prosesnya. Kemampuan hutan ini memiliki potensi untuk memperoleh insentif dari pihak yang berkewajiban menurunkan tingkat emisinya melalui mekanisme penjualan jasa lingkungan karbon. Tambahan pendapatan dari jasa lingkungan tersebut dapat meningkatkan keuntungan perusahaan. Berdasarkan hasil simulasi keuntungan dari komiditi karbon pada skenario ini sebesar Rp118 389 910 935/tahun atau Rp34 759 222/ha. Keuntungan yang diperoleh perusahaan pada daur 50 tahun tanpa penebangan pada KU IV, V dan VI adalah Rp4 454 649 640 946 atau Rp1 307 883 041/ha. Keuntungan tersebut merupakan keuntungan bersih dari semua komoditi yang telah dikurangi dengan biaya-biaya umum.

3) Skenario 3: Keuntungan Perusahaan pada Daur 70 tahun tanpa penebangan pada KU IV, V dan VI

(27)

17

Simulasi keuntungan pada daur 70 tahun tanpa penebangan pada KU VI, V dan VI tidak jauh berbeda dengan hasil simulasi pada daur 50 tahun tanpa penebangan pada KU IV, V dan VI. Perbedaannya pada penerapan daur yang digunakan pada skenario ini lebih panjang. Namun keuntungan yang diperoleh sama yaitu berasal dari komoditi getah, kayu (hasil penjarangan dan tebangan akhir daur) dan komoditi karbon. Siklus yang terjadi pada daur 70 tahun yang disimulasikan selama 100 tahun hanya terjadi satu siklus saja. Keuntungan yang diperoleh dari getah yaitu Rp960 654 289 172 atau Rp282 047 648/ha, sedangkan kayu adalah Rp1 039 569 642 602 atau Rp305 217 158/ha dan karbon sebesar Rp681 664 205 727 atau Rp305 217 158/ha. Keuntungan totalnya yang diperoleh perusahaan sebesar Rp2 674 394 419 861 atau Rp785 200 945/ha.

Berdasarkan hasil simulasi pada masing-masing skenario, dipilih skenario terbaik dengan membandingkan nilai net present value (NPV) yang diperoleh. Perbandingan keuntungan yang diperoleh pada masing-masing skenario dapat dilihat pada Tabel 8.

Menurut Tabel 8, skenario yang memperoleh NPV tertinggi pada skenario 1 yaitu daur 30 tahun dengan penebangan pada KU IV, V dan VI. Komoditi yang diusahakan adalah komoditi getah dan kayu. Komoditi kayu yang dimaksud berasal dari hasil penjarangan dan hasil tebangan pada KU IV, V dan VI serta tebangan akhir daur. Sedangkan, skenario alternatif untuk mencapai tujuan perusahaan yang mengutamakan produksi getah adalah skenario2 dengan nilai NPV tertinggi kedua. Hasil komoditi getah dan kayu yang diperoleh pada skenario tersebut cukup besar. Tabel 8 juga menunjukkan bahwa keuntungan komiditi getah semakin meningkat dengan penerapan daur yang lebih panjang dan dihapuskannya tebangan pada KU IV, V dan VI. Begitu pula dengan keuntungan karbon yang juga meningkat dengan daur yang lebih panjang. Namun, berbeda pada keuntungan kayu menurun pada daur 50 tahun dan 70 tahun karena pada skenario ini hanya memperoleh pendapatan dari tebangan akhir daur. Pada skenario 2 dan 3 manfaat ekonomi yang diperoleh lebih kecil dibandingankan dengan skenario 1. Tetapi, maanfaat lain dari skenario 2 dan 3 yang dapat diperoleh adalah manfaat ekologi dan sosial. Manfaat ekologi yang diperoleh yaitu penyerapan emisi CO2 sehingga emisi di atmosfer dapat berkurang. Sedangkan manfaat sosialnya yaitu dapat menyerap tenaga penyadap lebih banyak setiap tahunnya (Fauziyyah 2003).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Penyusunan model pengusahaan pinus di KPH Bondowoso disimulasikan dengan tiga skenario yaitu keuntungan perusahaan pada daur 30

Tabel 8 Perbandingan NPV masing-masing skenario

Skenario NPV Perusahaan (Rp/ha)

Getah Karbon Kayu Total 1 120 416 434 BAU 1 131 304 249 1 430 231 459 2 205 056 701 32 561 332 989 626 175 1 225 183 177 3 264 213 253 187 481 302 285 917 713 735 551 236

(28)

18

dengan penebangan pada KU IV, V, VI dan VII, daur 50 tahun tanpa penebangan pada KU IV, V dan VI dan daur 70 tahun tanpa penebangan pada KU IV, V dan VI. Berdasarkan hasil simulasi, skenario terbaik dengan NPV tertinggi adalah pada daur 30 tahun dengan penebangan pada KU IV, V dan VI. NPV yang diperoleh sebesar Rp1 430 231 459/ha. Penerapan skenario 2 yaitu daur 50 tahun tanpa penebangan pada KU IV, V dan VI, sebagai skenario alternatif untuk mendapat nilai NPV yang cukup tinggi sebesar Rp1 225 183 177/ha dengan mengutamakan produksi getah pinus.

Saran

Apabila pengusahaan hutan pinus di KPH Bondowoso hanya difokuskan pada pengusahaan getah pinus maka perlu adanya inovasi dalam penyadapan getah untuk lebih meningkatkan produksi getahnya. Selain itu, penelitian terkait serapan karbon juga perlu dilakukan pada semua kelas perusahaan yang ada untuk mengetahui potensi serapan karbon KPH Bondowoso.

DAFTAR PUSTAKA

Fauziyyah E K. 2003. Penyusunan model simulasi pengaturan hasil hutan kelas perusahaan pinus di KPH Garut. [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Global Carbon Atlas. 2015. Rank worldwide emitters of CO2 emissions. www.globalcarbonatlas.org/?q=en/emissions. [6 April 2016]

Hansen O K, Kjær E D & Sirikul W. 2001. Geographic genetic pattern of Pinus

merkusii in Thailand base on a provenance trial – implication for

conservation of genetic resources. Forest genetic. 8(3):237 – 245.

Hendra S. 2002. Model pendugaan biomassa pinus (Pinus merkusii Jungh et De Vriese) di Kesatuan Pemangkuan Hutan Cianjur PT Perhutani unit III Jawa Barat. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

[IPCC] Intergovernmental Panel on Climate Change. 2006. IPCC 2006 Guidelines for National Greenhouse Gas Inventories. Prepared by the National Greenhouse Gas Inventories Programme. Tokyo: IGES.

Mirbach VM. 2000. Carbon budget accounting at the forest management unit level: An Overview of Issues and Methods. http://www.modelforest.net. [28 Desember 2015].

Munandar F. 2005. Studi penyusunan model pengaturan hasil hutan dengan menggunakan pendekatan sistem di KPH Cepu Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah. [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Perum Perhutani. 2015. Pedoman penyusun rencana pengaturan kelestarian hutan

kelas perusahaan pinus. Surabaya (ID): Perum Perhutani.

Polosakan R, Laode A & Rahajoe J S. 2014. Estimasi biomassa dan karbon tersimpan pada Pinus Merkusii Jung et de Vriese di Hutan Pinus Gunung Bunder, Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Berita Biologi. 13(2):1-6. Priyanto A. 1985. Potensi produksi getah Pinus merkusii Jungh et de Vriese KPH

(29)

19

Di Pekalongan. [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Purnomo H. 2012. Pemodelan dan Simulasi untuk Pengelolaan Adaptif Sumber

Daya Alam dan Lingkungan. Bogor (ID): IPB Press.

Samiaji T. 2011. Gas CO2 di wilayah Indonesia. Berita Dirgantara. 12(2):68-75.

Santri Ana A A. 2014. Penerapan simulasi monte carlo pada pengaturan hasil getah dan kayu pinus untuk estimasi pendapatan di bagian hutan Gunung Lawu KPH Lawu Ds. [skripsi]. Yogyakarta (ID): Universitas Gadjah Mada

Sutigno P. 1983. Utilization of merkusii pine wood for various products. Jakarta (ID): Pine Symposium.

(30)

20

(31)

21

Lampiran 1 Formulasi model kuantitatif berbagai sub-model pengusahaan hutan kelas perusahaan pinus

1. Luas Tegakan

ku_i(t) = ku_i(t - dt) + (penanaman - pindah_2 - gang) * dtINIT ku_i = 460.2 INFLOWS: penanaman=(tebangv+tebang_iv+tebang_vi+tebang_vii+(luas_produksi-areal_berhutan)/daur) OUTFLOWS: pindah_2 = ku_i*0.2 gang = mati_1/2500

ku_ii(t) = ku_ii(t - dt) + (pindah_2 - pindah_3 - gang_2) * dtINIT ku_ii = 275.08 INFLOWS:

pindah_2 = ku_i*0.2 OUTFLOWS:

pindah_3 = ku_ii*0.2 gang_2 = mati_2/7500

ku_iii(t) = ku_iii(t - dt) + (pindah_3 - pindah_4) * dtINIT ku_iii = 525.64 INFLOWS:

pindah_3 = ku_ii*0.2 OUTFLOWS:

pindah_4 = IF(tebang_iv=ku_iv)THEN(0)ELSE(ku_iii*0.2)

ku_iv(t) = ku_iv(t - dt) + (pindah_4 - pindah_5 - tebang_iv) * dtINIT ku_iv = 481.85 INFLOWS: pindah_4 = IF(tebang_iv=ku_iv)THEN(0)ELSE(ku_iii*0.2) OUTFLOWS: pindah_5 = IF(tebangv=ku_v)THEN(0)ELSE(ku_iv*0.2) tebang_iv = sisa_tebang_v

ku_v(t) = ku_v(t - dt) + (pindah_5 - pindah_6 - tebangv) * dtINIT ku_v = 326.29 INFLOWS:

pindah_5 = IF(tebangv=ku_v)THEN(0)ELSE(ku_iv*0.2) OUTFLOWS:

pindah_6 = IF(tebang_vi=ku_vi)THEN(0)ELSE(ku_v*0.2) tebangv = sisa_tebang_vi

ku_vi(t) = ku_vi(t - dt) + (pindah_6 - pindah_7 - tebang_vi) * dtINIT ku_vi = 460.13 INFLOWS: pindah_6 = IF(tebang_vi=ku_vi)THEN(0)ELSE(ku_v*0.2) OUTFLOWS: pindah_7 = IF(tebang_vii=ku_vii_up)THEN(0)ELSE(ku_vi*0.2) tebang_vi = sisa_tebang_vii

ku_vii_up(t) = ku_vii_up(t - dt) + (pindah_7 - tebang_vii) * dtINIT ku_vii_up = 876.92

INFLOWS:

pindah_7 = IF(tebang_vii=ku_vii_up)THEN(0)ELSE(ku_vi*0.2) OUTFLOWS:

(32)

22 etat = IF(konversi_luas<=etat_luas_1)THEN(konversi_luas)ELSE(etat_luas_1) luas_produksi = 40668.75 penebangan = IF(waktu<2014)THEN(tebangan_sebelumnya)ELSE(etat) sisa_tebang_v=IF(sisa_tebang_vi>ku_v)THEN(sisa_tebang_vi-tebangv)ELSE(0) sisa_tebang_vi=IF(sisa_tebang_vii>ku_vi)THEN(sisa_tebang_vii-tebang_vi)ELSE(0) sisa_tebang_vii=IF(penebangan>ku_vii_up)THEN(penebangan-tebang_vii)ELSE(0) waktu = TIME tebangan_sebelumnya = GRAPH(waktu) (2010, 35.3), (2011, 92.6), (2012, 137), (2013, 32.5), (2014, 220) 2. Pengaturan hasil areal_berhutan = ku_i+ku_ii+ku_iii+ku_iv+ku_v+ku_vi+ku_vii_up daur = 30 etat_luas_1 = areal_berhutan/daur etat_volume_burn=IF(waktu<=5)THEN(18789.43163)ELSE(IF(waktu=6)OR( waktu=7)OR(waktu=8)OR(waktu=9)OR(waktu=10)THEN(21355.73707)ELS E(IF(waktu=11)OR(waktu=12)OR(waktu=13)OR(waktu=14)OR(waktu=15)T HEN(21295.10628)ELSE(IF(waktu=16)OR(waktu=17)OR(waktu=18)OR(wak tu=19)OR(waktu=20)THEN(28180.52727)ELSE(IF(waktu=21)OR(waktu=22) OR(waktu=23)OR(waktu=24)OR(waktu=25)THEN(7545.660243)ELSE(IF(wa ktu=26)OR(waktu=27)OR(waktu=28)OR(waktu=29)OR(waktu=30)THEN(11 212.2435)ELSE(IF(waktu=31)OR(waktu=32)OR(waktu=33)OR(waktu=34)O R(waktu=35)THEN(7024.324071)ELSE(IF(waktu=36)OR(waktu=37)OR(wak tu=38)OR(waktu=39)OR(waktu=40)THEN(24766.81695)ELSE(IF(waktu<=4 5)THEN(90408.42058)ELSE(IF(waktu<=50)THEN(71128.14655)ELSE(IF(w aktu<=55)THEN(105999.818)ELSE(IF(waktu<=60)THEN(77310.83945)ELS E(IF(waktu<=65)THEN(63380.25302)ELSE(IF(waktu<=70)THEN(48214.507 31)ELSE(IF(waktu<=75)THEN(21004.1184)ELSE(IF(waktu<=80)THEN(306 55.7217)ELSE(IF(waktu<=85)THEN(44308.5698)ELSE(IF(waktu<=90)THE N(62337.6551)ELSE(IF(waktu<=95)THEN(45511.49536)ELSE(IF(waktu<=1 00)THen(35248.99994) else 0))))))))))))))))))) etat_volume_dinamis = v_standing_stock/daur penggunaan_model = 0 produksi_kayu=IF(penggunaan_model=0)THEN(etat_volume_burn)ELSE(etat _volume_dinamis) v_perphn_ii = 0.348 v_perphn_iii = 0.477 v_perphn_iv = 0.718 v_perphn_v = 1.979 v_perphn_vi = 1.293 v_perphn_vii = 1.620 v_per_phn_i = 0.014 v_phn_i = jmlh_phn_ku_i*v_per_phn_i v_phn_ii = jmlh_phn_ku_ii*v_perphn_ii v_phn_iii = jmlh_phn_ku_iii*v_perphn_iii

(33)

23 v_phn_iv = jmlh_phn_ku_iv*v_perphn_iv v_phn_iv_up = v_phn_iv+v_phn_v+v_phn_vi+v_phn_vii v_phn_v = jmlh_phn_ku_v*v_perphn_v v_phn_vi = jmlh_phn_ku_vi*v_perphn_vi v_phn_vii = jmlh_phn_ku_vii*v_perphn_vii v_standing_stock=v_phn_i+v_phn_ii+v_phn_iii+v_phn_iv+v_phn_v+v_phn_v i+v_phn_vii 3. Struktur tegakan

jmlh_phn_ku_i(t) = jmlh_phn_ku_i(t - dt) + (in_i - out_1 - in_2) * dtINIT jmlh_phn_ku_i = 184080 INFLOWS: in_i = penanaman*(1*10000/6)*0.79 OUTFLOWS: out_1 = mati_1+(pnjrgn*0.25*ku_i)+(ku_i*0.05) in_2 = pindah_2*n_perha_ku1

jmlh_phn_ku_ii(t) = jmlh_phn_ku_ii(t - dt) + (in_2 - out_2 - in_3) * dtINIT jmlh_phn_ku_ii = 110032 INFLOWS: in_2 = pindah_2*n_perha_ku1 OUTFLOWS: out_2 = mati_2+(pnjrgn2*0.43*ku_ii)+(ku_ii*0.05) in_3 = n_perha_ku_ii*pindah_3*0.72

jmlh_phn_ku_iii(t) = jmlh_phn_ku_iii(t - dt) + (in_3 - out_3 - in_4) * dtINIT jmlh_phn_ku_iii = 210256 INFLOWS: in_3 = n_perha_ku_ii*pindah_3*0.72 OUTFLOWS: out_3 = (pnjrgn3*0.32*ku_iii)+(in_3*0.2)+(ku_iii*0.05) in_4 = n_perha_kuiii*pindah_4*0.8

jmlh_phn_ku_iv(t) = jmlh_phn_ku_iv(t - dt) + (in_4 - out_4 - in_5 - tebang_4) * dtINIT jmlh_phn_ku_iv = 192740 INFLOWS: in_4 = n_perha_kuiii*pindah_4*0.8 OUTFLOWS: out_4 = (pnjrgn4*0.2*ku_iv)+(in_4*0.2)+(ku_iv*0.07) in_5 = n_perha_iv*pindah_5*0.88 tebang_4 = sisa_tebang5

jmlh_phn_ku_v(t) = jmlh_phn_ku_v(t - dt) + (in_5 - out_5 - in_6 - tebang_5) * dtINIT jmlh_phn_ku_v = 130516 INFLOWS: in_5 = n_perha_iv*pindah_5*0.88 OUTFLOWS: out_5 = in_5*0.18 in_6 = n_perha_v*pindah_6*0.95 tebang_5 = sisa_tebang6

jmlh_phn_ku_vi(t) = jmlh_phn_ku_vi(t - dt) + (in_6 - out_6 - in_7 - tebang_6) * dtINIT jmlh_phn_ku_vi = 184052

(34)

24 INFLOWS: in_6 = n_perha_v*pindah_6*0.95 OUTFLOWS: out_6 = in_6*0.2 in_7 = n_perha_vi*pindah_7*0.95 tebang_6 = sisa_tebang7

jmlh_phn_ku_vii(t)=jmlh_phn_ku_vii(t-dt) + (in_7- out_7- tebang_7)*dtINIT jmlh_phn_ku_vii = 350768 INFLOWS: in_7 = n_perha_vi*pindah_7*0.95 OUTFLOWS: out_7 = in_7*0.00005 tebang_7 = tebang etat_sebelumnya = jmlh_phn_perha*tebangan_sebelumnya konversi_luas=IF(n_perha_vi>0)THEN(tebang_4/n_perha_iv+tebang_5/n_per ha_v+tebang_6/n_perha_vi+tebang_7/n_perha_vi)ELSE(tebang_4/n_perha_iv +tebang_5/n_perha_v) m3_perpohon = 0.0105949 mati_1 = ku_i*70 mati_2 = ku_ii*40 n10_tab = 605 n15tab = 410 n20_tab = 220 n5_tab = 1170 n_perha_iv = IF(ku_iv>0)THEN(jmlh_phn_ku_iv/ku_iv)ELSE(0) n_perha_ku1 = IF(ku_i>0)THEN(jmlh_phn_ku_i/ku_i)ELSE(0) n_perha_kuiii = IF(ku_iii>0)THEN(jmlh_phn_ku_iii/ku_iii)ELSE(0) n_perha_ku_ii = IF(ku_ii>0)THEN(jmlh_phn_ku_ii/ku_ii)ELSE(0) n_perha_v = IF(ku_v>0)THEN(jmlh_phn_ku_v/ku_v)ELSE(0) n_perha_vi = IF(ku_vi>0)THEN(jmlh_phn_ku_vi/ku_vi)ELSE(0) pnjrgn = IF(n_perha_ku1>n5_tab)THEN(n_perha_ku1-n5_tab)ELSE(0) pnjrgn2 = IF(n_perha_ku_ii>n10_tab)THEN(n_perha_ku_ii-n10_tab)ELSE(0) pnjrgn3 = IF(n_perha_kuiii>n15tab)THEN(n_perha_kuiii-n15tab)ELSE(0) pnjrgn4 = IF(n_perha_iv>n20_tab)THEN(n_perha_iv-n20_tab)ELSE(0) sisa_tebang5=IF(tebang_5>jmlh_phn_ku_v)THEN(sisa_tebang6-tebang_5)ELSE(0) sisa_tebang6=IF(tebang_6>jmlh_phn_ku_vi)THEN(sisa_tebang7-tebang_6)ELSE(0) sisa_tebang7 = IF(tebang>jmlh_phn_ku_vii)THEN(tebang-tebang_7)ELSE(0) tebang=IFmod(waktu,30) THEN(etat_sebelumnya*1)ELSE(etat_volume_burn/m3_perpohon) jmlh_phn_perha = GRAPH(waktu) (2010, 5.63), (2011, 116), (2012, 142), (2013, 26.6), (2014, 77.6) 4. Penyadapan Getah prod_getah_d30th=(prod_ku_iii*jmlh_phn_ku_iii)+(prod_ku_iv*jmlh_phn_ku _iv)+(prod_ku_v*jmlh_phn_ku_v)+(prod_ku_vi*jmlh_phn_ku_vi)+(prod_ku_ vii*jmlh_phn_ku_vii)*240

(35)

25 prod_ku_iii = (1.88+0.35*12)/1000000 prod_ku_iv = (1.88+0.35*17)/1000000 prod_ku_v = (1.88+0.35*22)/1000000 prod_ku_vi = (1.88+0.35*27)/1000000 prod_ku_vii = (1.88+0.35*32)/1000000 5. Serapan CO2 biomassa_d50 = volume_d50*0.55*1.31 biomassa_d70 = volume_d70*0.55*1.31 biomassa_d_30 = volume_d30*0.55*1.31 CO2_d30 = C_d30*3.67 CO2_d50 = C_d50*3.67 CO2_d70 = C_d70*3.67 CO2_dijual = CO2_d50-CO2_d30 CO2_dijual_2 = CO2_d70-CO2_d30 C_d30 = biomassa_d_30*0.47 C_d50 = biomassa_d50*0.47 C_d70 = biomassa_d70*0.47 riap_individu = 0.05 volume_d30=(jmlh_phn_ku_i+jmlh_phn_ku_ii+jmlh_phn_ku_iii+jmlh_phn_k u_iv+jmlh_phn_ku_vi+jmlh_phn_ku_v+jmlh_phn_ku_vii)*riap_individu volume_d50=(jmlh_phn_ku_iii_2+jmlh_phn_ku_ii_2+jmlh_phn_ku_iv_2+jml h_phn_ku_i_2+jmlh_phn_ku_vii_2+jmlh_phn_ku_vi_2+jmlh_phn_ku_v_2)*ri ap_individu volume_d70=(jmlh_phn_ku_iii_3+jmlh_phn_ku_ii_3+jmlh_phn_ku_iv_3+jml h_phn_ku_i_3+jmlh_phn_ku_vii_3+jmlh_phn_ku_vi_3+jmlh_phn_ku_v_3)*ri ap_individu 6. Keuntungan perusahaan biaya_panen_getah_perton = 1300000 biaya_panen_kayu_2 = 46500 biaya_pemasaran_2 = 18500 biaya_penjr_2 = 15000 biaya_transaksi = upah_sertifikasi+validasi+verifikasi harga_getah_perton = 3200000 harga_karbon_2 = 79000 keuntungan_getah_&_karbon_daur_50th=(keuntungan_getah_daur_50th+keun tungan_karbon_daur_50th+keuntungan_kayu_2)-pengeluaran_lain2_2 keuntungan_getah_daur_50th=pendapatan_getah_4-(biaya_panen_getah_perton*prod_getah_d50th) keuntungan_karbon_daur_50th = (pendapatan_karbon-biaya_transaksi)*0.6 keuntungan_kayu_2=pendapatan_kayu_2-((biaya_panen_kayu_2*(tebang_d50th*1.62))+(biaya_penjr_2*vol_tot_penjr_2 )+(biaya_pemasaran_2*(tebang_d50th*1.62))) pendapatan_getah_4 = harga_getah_perton*prod_getah_d50th pendapatan_karbon = CO2_dijual*harga_karbon_2 pendapatan_kayu_2=(harga_kayu_2*(tebang_d50th*1.62)+(harga_penjr_2*vol _tot_penjr_2))

(36)

26 pengeluaran_lain2_2=(biaya_penanaman_50th*penanaman_2)+(biaya_pemeli haraan_50th*ku_i) upah_sertifikasi = 0.04*13621*CO2_dijual vol_tot_penjr_2 = (pnjrgn3_2+pnjrgn4_2)*0.59 biaya_pemeliharaan_50th = GRAPH(TIME) (0.00, 72200), (10.0, 0.00), (20.0, 0.00), (30.0, 0.00), (40.0, 0.00), (50.0, 72200), (60.0, 0.00), (70.0, 0.00), (80.0, 0.00), (90.0, 0.00), (100, 72200) biaya_penanaman_50th = GRAPH(TIME) (0.00, 512801), (10.0, 0.00), (20.0, 0.00), (30.0, 0.00), (40.0, 0.00), (50.0, 512801), (60.0, 0.00), (70.0, 0.00), (80.0, 0.00), (90.0, 0.00), (100, 512801) harga_kayu = GRAPH(daur_30th)

(20.0, 1.1e+006), (25.0, 1.1e+006), (30.0, 1.2e+006), (35.0, 1.2e+006), (40.0, 1.3e+006), (45.0, 1.3e+006), (50.0, 1.3e+006)

harga_penjr = GRAPH(daur_30th) (10.0, 241000), (15.0, 454000) validasi = GRAPH(TIME) (0.00, 6.9e+007), (5.00, 0.00), (10.0, 0.00), (15.0, 0.00), (20.0, 0.00), (25.0, 6.9e+007), (30.0, 0.00), (35.0, 0.00), (40.0, 0.00), (45.0, 0.00), (50.0, 6.9e+007), (55.0, 0.00), (60.0, 0.00), (65.0, 0.00), (70.0, 0.00), (75.0, 6.9e+007), (80.0, 0.00), (85.0, 0.00), (90.0, 0.00), (95.0, 0.00), (100, 0.00) verifikasi = GRAPH(TIME) (0.00, 2.7e+008), (5.00, 0.00), (10.0, 0.00), (15.0, 0.00), (20.0, 0.00), (25.0, 2.7e+008), (30.0, 0.00), (35.0, 0.00), (40.0, 0.00), (45.0, 0.00), (50.0, 2.7e+008), (55.0, 0.00), (60.0, 0.00), (65.0, 0.00), (70.0, 0.00), (75.0, 2.7e+008), (80.0, 0.00), (85.0, 0.00), (90.0, 0.00), (95.0, 0.00), (100, 0.00)

(37)

27

Lampiran 2 Potensi Tegakan Pinus pada Perhitungan Etat Volume

Kelas Hutan

Luas (ha)

Rata - rata Standard Normal forest Forest standing

Bonita KBD Umur Tengah Volume tabel (m3/ha) Vol/Ha (m3/ha) CAI (m3/ha/thn) Luas areal Volume (NG) (m3) CAI (NI) (m3/ha/thn) Actual areal Volume (AG) (m3) CAI (Ia) (m3) VII-UP 876.92 3.25 0.81 32.5 268.0 217.08 7.657 1355.625 294279.10 9054.74 349.51 75871.63 2334.51 VI 460.13 3.15 1.04 27.5 248.5 258.44 8.283 1355.625 350347.70 12739.92 460.13 118916.00 4324.22 V 326.29 3.10 1.13 22.5 220.0 248.60 8.800 1355.625 337008.40 14978.15 326.29 81115.69 3605.14 IV 481.85 3.51 1.27 17.5 204.0 259.08 10.200 1355.625 351215.30 20069.45 481.85 124837.70 7133.58 III 525.64 3.43 1.16 12.5 110.5 128.18 7.367 1355.625 173764 13901.12 525.64 67376.54 5390.12 II 275.08 3.45 0.85 7.5 47.0 39.95 4.700 1355.625 54157.22 7220.96 275.08 10989.45 1465.26 I 460.20 2.76 0.60 2.5 10.0 6.00 2.000 1355.625 8133.75 3253.50 460.2 2761.20 1104.48 JUMLAH 3406.11 3.21 0.97 1108.0 1157.33 49.007 1568905.00 81217.84 481868.20 25357.32 27

(38)

28

28

Lampiran 3 Sub-model Luas Tegakan

ku i ku ii ku iii ku iv ku v ku vi ku vii up

penanaman pindah 2 pindah 3 pindah 4 pindah 5 pindah 6

pindah 7

luas produksi

sisa tebang v sisa tebang vi

tebang iv tebangv tebang iv tebangv gang gang 2 tebang vi mati 1 tebang vii

sisa tebang vii mati 2 waktu daur 30th tebang vi ~ tebangan sebelumnya penebangan tebang vii konversi luas etat areal berhutan etat luas 1 luas tegakan

(39)

29 29 mati 2 mati 1 tebang 4 ku ii tebang 5 tebang 6 tebang 7 sisa tebang5 konversi luas

etat volume burn

sisa tebang6 sisa tebang7 penanaman ku i ~ tebangan sebelumnya sisa tebang6 sisa tebang7 jmlh phn ku i jmlh phn ku ii jmlh phn ku iii jmlh phn ku iv jmlh phn ku v jmlh phn ku vi jmlh phn ku vii in i out 1 out 2 in 2 in 3 pnjrgn n5 tab n perha ku1 pindah 2 ku i tebang 4 pnjrgn2 n10 tab n perha ku ii out 3 ku ii pindah 3 tebang 5 out 4 tebang 6 tebang 7 out 5 out 6 etat sebelumnya out 7 in 4 in 6 in 5 in 7 ku iii pindah 4 ~ jmlh phn perha n15tab pnjrgn3 n perha kuiii waktu m3 perpohon tebang pnjrgn4 n perha iv n perha v n perha vi n20 tab ku iv ku v ku vi pindah 5 pindah 6 pindah 7 n perha iv n perha v n perha vi struktur tegakan Lampi ran 4 S ub-model S truktur Teg aka n

(40)

30

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Andung Sari, Kecamatan Pakem, Kabupaten Bondowoso, tanggal 13 Februari 1993, sebagai anak pertama dari satu bersaudara dari pasangan Bapak Masyudi dan Ibu Kustiyah. Penulis memulai jenjang penididikan di SD Negeri Dabasah 4 lulus pada tahun 2005. Penulis melanjutkan pendidikan Sekolan Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Bondowoso pada tahun 2008. Pada tahun 2011, penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 2 Bondowoso. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN Undangan.

Selama menjadi mahasiswa, penulis tercatat sebagai anggota divisi Informasi dan Komunikasi Forest Management Student Club (FMSC) periode 2012 – 2013 dan periode 2013-2014 dan Bendahara Umum Ikatan Putra Putri Bondowoso di Bogor (IKAPINDO) periode 2013-2014. Penulis juga aktif dalam berbagai kepanitiaan di Institut Pertanian Bogor baik di lingkup Fakultas maupun Universitas.

Penulis melakukan kegiatan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Batu Raden dan Nusakambangan (Cilacap) pada tahun 2013; Praktik Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW), Sukabumi dan KPH Cianjur Jawa Barat pada tahun 2014 dan Praktik Kerja Lapang (PKL) di IUPHHK-HA PT. Bina Ovivipari Semesta, Kalimantan Barat pada tahun 2015. Penulis melakukan penelitian untuk skripsi sebagai syarat tugas akhir di KPH Bondowoso, Bondowoso Jawa Timur.

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Program Studi Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, penulis menyusun skripsi berjudul “Model Simulasi Pengaturan Hasil Pengusahaan Hutan Pinus di KPH Bondowoso Perum Pehutani Divisi Regional Jawa Timur” di bawah bimbingan Prof Dr Ir Herry Purnomo, MComp.

Gambar

Gambar 1 Peta lokasi penelitian kelas perusahaan pinus KPH Bondowoso
Gambar 2 Plot ukur yang digunakan dalam pengambilan data diameter dengan  jari-jari r (7.49 – 17.8m)
Gambar 3 Model konseptual dinamika sistem yang dikembangkan
Tabel 5 Etat volume pada masing-masing KU
+6

Referensi

Dokumen terkait

Jadi keluargakurang memahami dan mereka tidak mempunyai banyak waktu untukmemperhatikan perkembangan lansia Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

Program Diploma III Teknik Informatika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret Surakarta.. Kebudayaan merupakan suatu aset yang

Hasil dari penelitian yang telah dilakukan yaitu ditemukan serangga ordo Hymenoptera di Cagar Alam Imogiri sebanyak 22 jenis.

Variabel-variabel dalam penelitian ini yang meliputi variabel independen (eksogen, bebas) yaitu gaya kepemimpinan (X1), motivasi (X2), disiplin (X3), dan variabel

Dengan mengetahui bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal dapat membantu perusahaan makanan dan minuman dalam menentukan bagaimana seharusnya

[r]

[r]

Metode analisis data yang digunakan adalah Gross Profit Margin yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba bruto per rupiah penjualan,