Lembaga Penelitian
Universitas Negeri Medan 21
PENGEMBANGAN PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA SESUAI
MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN DAN BERBASIS
PROYEK
Friska Juliana Purba 1), Zainuddin Muchtar2) dan Ramlan Silaban2)
1)Alumni Program Studi Pendidikan Kimia Pascasarjana Universitas Negeri Medan, Medan,
Email: sis_ory@yahoo.co.id
2)Dosen Jurusan Kimia FMIPA dan Program Pascasarjana, Universitas Negeri Medan,
Jalan W.Iskandar Psr. V, Medan, Sumatera Utara, Indonesia, 20221
Diterima 2 November 2014, disetujui untuk publikasi 20 Desember 2014
Abstract This research aims to develop practical guidance reaction rates according
to the model of project-based learning and discovery. To know the difference significantly increase learning outcomes that learned by using practical guidance model of project-based learning and discovery. Determine the effectiveness of that learned how to use the guide practical model of project-based learning and discovery. Samples were taken by two classes of experimental class I taught using practical guide appropriate experimental models of discovery and class II are taught using practical guide appropriate project-based learning model. Before do this research practical guidance has been developed, validated by lecturers and teachers who are experts in their field and tested to school. Based on the results of the questionnaire tabulation showed that the average value of project-based learning model is higher than the average value of the discovery learning model. Thus obtained that correspond practical guidance based model projects more effectively applied in learning compared with corresponding practical guidance discovery learning model. Meanwhile, after learning outcomes tested that correspond practical guide more effective discovery learning model applied in learning compared with corresponding practical guide project-based learning model. This is evident because the students in the experimental class I, which uses practical guide with models of discovery in doing practical implementation to fully follow lab procedures with tools and materials have also been provided to make the students evenly understand the lab work while in the second experiment class requires students to design own practice, as well as determine the tools and materials to find yourself in a group. The application of such a practice models still can not fully be done in schools, because the ability of the students have not been evenly distributed so that in practice there is a group of students who dominate the lab work and the other as observers only.
Kata kunci: Development Guidance Practical, Discovery Model, Project Based Learning.
Pendahuluan
Mencerdaskan kehidupan bangsa adalah cita-cita bangsa yang harus terus dilaksanakan untuk menciptakan manusia Indonesia seutuhnya. Mencerdaskan bangsa merupakan tuntutan yang cepat atau lambat yang harus dikerjakan. Dalam proses menuju
kecerdasan tentu melalui satu proses pendidikan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting. Pendidikan merupakan aspek dalam pembangunan suatu bangsa yang harus dikembangkan. Hal ini dituangkan dalam Undang- undang No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang menyatakan bahwa : Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Perkembangan teknologi pendidikan dipengaruhi oleh perkembangan ilmu dan teknologi. Memang sangat masuk akal, sebab teknologi pendidikan bertolak dari penerapan prinsip- prinsip ilmu dan teknologi dalam pendidikan.
Materi pelajaran kimia di SMA/MA secara umum memiliki karakteristik bersifat abstrak sehingga diperlukan kemampuan guru untuk menjadikan lebih konkrit (Suharta dan Putri Lynna, 2013). Kegiatan pembelajaran harus dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologi peserta didik.
Pendekatan saintifik dalam
pembelajaran perlu diperkuat dengan menerapkan model pembelajaran berbasis penelitian (Penemuan). Untuk mendorong kemampuan peserta didik menghasilkan karya kontekstual, baik individual maupun kelompok maka sangat disarankan untuk menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis proyek dan penemuan.
Pembelajaran dengan pendekatan Penemuan yaitu melatih peserta didik untuk mendapatkan jawaban-jawabannya sendiri berdasarkan temuannya atau menemukan lagi sesuatu yang ditemukan (dengan membuktikan kembali). Itu berarti, melalui pendekatan Penemuan yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan ide dan gagasan dalam usaha untuk memecahkan masalah. Pembelajaran dengan pendekatan Penemuan juga dapat lebih memberikan pemahaman kepada siswa dan lebih mudah diingat serta lebih lama melekat. Dan metode pembelajaran Berbasis proyek adalah salah satu pendekatan saintifik yang lebih
alternative dan inovatif untuk diterapkan dalam proses kegiatan belajar mengajar.
Pembelajaran dengan berorientasi pada peserta didik (student center), salah satunya dapat dilakukan dengan menggunakan metode praktikum. Dalam pembelajaran kimia sangat memerlukan kegiatan penunjang berupa praktikum maupun eksperimen di laboratorium. Hal ini dikarenakan metode praktikum adalah salah satu bentuk pendekatan keterampilan proses. Bagi peserta didik diadakannya praktikum selain dapat melatih bagaimana penggunaan alat dan bahan yang tepat, juga membantu pemahaman mereka terhadap materi kimia yang diajarkan di kelas. Selain itu, bagi peserta didik yang memiliki rasa ingin tahu tinggi, maka melalui praktikum mereka dapat memperoleh jawaban dari rasa ingin tahunya secara nyata.
Keinginan menciptakan kegiatan belajar mengajar dikelas secara ideal serta tuntutan banyaknya materi yang harus dikuasai peserta didik terkadang membuat para guru kesulitan memfokuskan perhatian terhadap kualitas praktikum yang dilakukan peserta didik. Banyak kendala yang dialami guru dalam memaksimalkan kegiatan praktikum peserta didik. Menurut beberapa penelitian yang telah dilakukan, antara lain: Tuysuz (2010) & Desy (2013) terdapat kendala dalam pelaksanaan praktikum di sekolah, diantaranya belum tersedianya penuntun praktikum kimia yang dapat mengarahkan siswa ketika praktikum, guru juga belum memiliki panduan dalam menilai ketrampilan proses sains dan sikap ilmiah, bahan dan alat praktikum kimia yang mahal juga menjadi kendala dalam pelaksanaan praktikum kimia di sekolah.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan
pengembangan penuntun praktikum kimia SMA materi Laju Reaksi sesuai dengan model pembelajaran penemuan dan berbasis proyek. Sampel di tiap sekolah dibagi kedalam 2 kelas yang di bagi menjadi kelas eksperimen I yang menerapkan kegiatan laboratorium pendekatan saintifik metode Penemuan dan kelas eksperimen II yang menerapkan kegiatan laboratorium pendekatan saintifik
Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan Volume 21 Nomor 1 Maret 2015 23 metode pembelajaran berbasis proyek. Jumlah
sampel yang diambil dari tiap kelas adalah 30 orang.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan kuantitatif. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan dokumen sebagai objeknya. Prosedur penelitian meliputi tahap sebagai berikut : (1) Menganalisis sintaks pendekatan saintifik dengan metode Penemuan dan Berbasis proyek; (2) Menyusun penuntun praktikum sesuai dengan analisis sintaks yang telah dilakukan; (3) Validasi Penuntun Praktikum sesuai dengan Standard Nasional Pendidikan; (4) Mengimplementasikan penuntun praktikum dalam pembelajaran di SMA; dan (5) Evaluasi penerapan penuntun praktikum dalam pembelajaran melalui posttest.
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah teknik test. Data yang dikumpulkan diperoleh dari: (1) Pretest dilakukan pada kedua kelas sebelum masuk materi pokok bahasan laju reaksi dan sebelum diberi perlakuan. Pemberian pretest bertujuan untuk mengetahui kemampuan dasar siswa terhadap pokok bahasan laju reaksi, yang nantinya dipergunakan untuk pengolahan data. (2) Posttest ini diberikan pada kedua kelas setelah selesai materi laju reaksi dan seluruh proses perlakuan dilakukan. Soal
posttest yang diberikan sama dengan soal pretest. Selisih nilai posttest dan pretest dari
kedua kelas digunakan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa yang diberi perlakuan penerapan penuntun praktikum kimia model pembelajaran penemuan dan berbasis proyek. (3) Tes hasil belajar digunakan untuk mengukur penguasaan dan kemampuan yang dicapai sesorang dalam berbagai bidang pengetahuan. Bentuk tes hasil belajar yang digunakan adalah pilihan berganda yang disusun dengan lima jawaban yaitu A, B, C, D, dan E. seluruh hasil tes hasil belajar dirancang hingga mencakup kawasan kognitif menurut Bloom yaitu aspek pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), sintesis (C5), dan evaluasi (C6)
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Pengembangan penuntun praktikum kimia SMA model penemuan dan model berbasis proyek ini disesuaikan dengan KI dan KD kimia SMA kelas XI. Penuntun praktikum kimia SMA model Penemuan dan model Berbasis proyek pada materi laju reaksi yang hasil pengembangan penuntun praktikum terdiri atas sub pokok bahasan sesuai kurikulum 2013.
Setelah dilakukan pengembangan penuntun praktikum kimia SMA model Penemuan dan model berbasis proyek berdasarkan kurikulum 2013 untuk SMA kelas XI, maka tahap selanjutnya adalah melakukan uji standar kelayakan isi, bahasa, dan penyajian dengan membagikan angket yang sudah standar kepada dosen dan guru sebagai validator ahli. Angket yang disusun diberi skor 1-4 untuk setiap poin. Skor yang diperoleh dijumlahkan dan diberikan nilai, kemudian dirata-ratakan untuk memperoleh data respon terhadap standar kelayakan penuntun praktikum kimia berdasarkan model Penemuan dan model berbasis proyek kurikulum 2013 untuk SMA kelas XI. Dari hasil angket yang diberikan maka dapat diketahui respon dosen dan guru kimia terhadap uji kelayakan Penuntun praktikum kimia berdasarkan model Penemuan dan model berbasis proyek.
a. Analisis Penuntun Praktikum Kimia yang Telah Dikembangkan
Aspek Cakupan Praktikum
Gambar 1. Diagram batang Cakupan Praktikum 3.18 3.64 3.55 3.64 3.45 3.82 3.64 3.73 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 4.00 4.50 1 2 3 4 N ila i ra ta -r a ta Cakupan Praktikum Proyek Penemuan
Aspek Sistematika Penyajian
Gambar 2. Diagram batang Sistematika Penyajian
Aspek Mengandung Wawasan Produktifitas
Gambar 3. Diagram batang Wawasan Produktivitas
Aspek Merangsang Keingintahuan
Gambar 4. Diagram batang Merangsang
Aspek Mengembangkan Kecakapan Hidup (Life Skill)
Gambar 5. Diagram batang Mengembangkan Kecakapan Hidup
Aspek Desain
Gambar 6. Diagram batang Desain Aspek Bahasa
Gambar 7. Diagram batang Bahasa
3.64 3.82 4.00 3.55 3.91 3.73 3.00 3.50 4.00 4.50 1 2 3 N il a i r a ta -r a ta Sistematika penyajian Proyek Penemuan 3.45 3.91 3.27 3.64 2.80 3.00 3.20 3.40 3.60 3.80 4.00 1 2 N il a i r a ta -r a ta Wawasan Produktitas Proyek Penemuan
Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan Volume 21 Nomor 1 Maret 2015 25 b. Standarisasi Penuntun Praktikum Laju
Reaksi
Untuk mengetahui kualitas penuntun praktikum laju reaksi di SMA/ MA kelas XI dalam pelaksanaan praktikum, kepada masing-masing responden diberikan satu Penuntun Praktikum laju reaksi berdasarkan Berbasis proyek dan Penemuan SMA/MA hasil pengembangan, dan responden diminta pendapat tentang penuntun praktikum berdasarkan Penemuan dan Berbasis proyek pada laju reaksi, berdasarkan kriteria penilaian sangat positif/ sangat baik (skor 4) sampai yang paling lemah/tidak baik (skor 1).Analisis standar kelayakan untuk penuntun praktikum kimia berdasarkan kurikulum 2013 ini dilakukan dengan jumlah responden 2 jenis yang terdiri dari 1 orang dosen kimia yang sudah berpengalaman dan ahli dibidangnya serta 10 orang guru kimia yang ahli dibidangnya dan sudah berpengalaman. Dari setiap aspek yang dikaji diperoleh bahwa model penuntun praktikum berbasis proyek sangat efektif digunakan.
c. Aplikasi Penuntun Praktikum Kimia Berdasarkan Model Penemuan dan Model Berbasis Proyek Terhadap Hasil Belajar Siswa
Penelitian ini melibatkan dua kelas, yang terdiri dari satu kelas eksperimen .yang diajarkan dengan penuntun praktikum Penemuan yang dikembangkan dengan kurikulum 2013 dan satu kelas eksperimen yang diajarkan dengan menggunakan penuntun praktikum Berbasis Proyek yang dikembangkan dengan kurikulum 2013.
Pada masing-masing kelas dilakukan terlebih dahulu tes awal (pre-test).Data yang diperoleh disajikan pada tabel dibawah. Tabel 1. Hasil belajar siswa
Kelas Hasil belajar (nilai) siswa Pre-test Post-test Eksperimen I (Penuntun Pratikum model Penemuan) 56,50±10,680 76,00±7,589 Eksperimen II (Penuntun Pratikum model Berbasis proyek) 55,00±9.469 75,00±9,002
Berdasarkan data hasil pretest dan posttest ditemukan ada perbedaan rata-rata nilai pretest dan posttest siswa pada percobaan kimia, sehingga perlu ditentukan nilai gain ternormalisasi hasil belajar kimia pada kelas tersebut. Adapun perhitungan gain ternormalisasi menggunakan rumus:
Pretest Skor Maksimum Skor Pretest Skor Posttest Skor g
Perolehan nilai rata-rata gain ternormalisasi di kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II berturut-turut adalah 0,579 dan 0,577. Dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata gain ternormalisasi yang terendah terdapat pada kelas Eksperimen II yaitu yang diajar menggunakan penuntun pratikum model Berbasis proyek.
Tabel 2. Uji Normalitas
Kelas Kolmogorov-Smirnov
a Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Penemuan .129 30 .200* .963 30 .367
Berbasis Proyek .135 30 .174 .959 30 .294
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Dari Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa taraf signifikan normalitas > 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa data diatas terdistribusi normal.
Tabel 3. Uji Homogenitas Levene
Statistic df1 df2 Sig.
Nilai .657 1 58 .421
Dari Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa taraf signifikan homogenitas > 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa data di atas homogen.
Tabel 4. Uji Hipotesis
Kelas Paired Differences t df Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviatio n Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 1 Pre_Penemuan - Pos_Penemuan -19.5000 9.76888 1.78355 23.14776 15.85224 -10.933 29 .000 Pair 2 Pre_Proyek - Pos_Proyek -20.0000 9.46864 1.72873 23.53565 16.46435 -11.569 29 .000 Berdasarkan data pretes dan postes hasil
belajar yang diajar dengan menggunakan penuntun praktikum sesuai model pembelajaran penemuan diperoleh sig <0,05 sehingga Ha diterima yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar sebelum dan sesudah diajarkan dengan menggunakan penuntun praktikum sesuai model pembelajaran penemuan. Untuk data pretes dan postes hasil belajar yang diajar dengan menggunakan penuntun praktikum sesuai model pembelajaran berbasis proyek diperoleh sig <0,05 sehingga Ha diterima yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar sebelum dan sesudah diajarkan dengan menggunakan penuntun praktikum sesuai model pembelajaran berbasis proyek.
Simpulan dan Saran
Penuntun praktikum telah
dikembangkan sesuai dengan model pembelajaran penemuan dan berbasis proyek. Penuntun praktikum sesuai model pembelajaran penemuan dan berbasis proyek yang telah divalidasi berdasarkan saran atau masukan dari 10 orang guru dan 1 orang dosen terdapat bahwa model pembelajaran berbasis proyek lebih efektif digunakan dibandingkan model pembelajaran penemuan.
Setelah diujicobakan ke siswa, penuntun praktikum sesuai model penemuan lebih efektif diterapkan dalam pembelajaran dibandingkan dengan penuntun praktikum sesuai model pembelajaran berbasis proyek. Hal ini terbukti karena siswa pada kelas eksperimen I yang menggunakan penuntun praktikum dengan model Penemuan pada implementasinya melakukan praktikum dengan sepenuhnya mengikuti prosedur praktikum dengan alat dan bahan yang juga telah disediakan menjadikan siswa secara merata memahami pekerjaan praktikum tersebut sedangkan pada kelas ekperimen II menuntut siswa untuk merancang sendiri praktikum, serta menentukkan alat dan bahan dengan mencari sendiri secara berkelompok. Penerapan model praktikum seperti ini masih belum dapat sepenuhnya dilakukan di sekolah, karena kemampuan antara siswa belum merata sehingga dalam satu kelompok praktikum ada siswa yang mendominasi pengerjaan praktikum dan yang lainnya hanya sebagai pengamat saja. Diharapkan guru dapat menyeimbangkan kedua model ini untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada pengajaran kimia.
Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan Volume 21 Nomor 1 Maret 2015 27
Daftar Pustaka
Abidin Yunus. 2014. Desain Sistem Pembelajaran
Dalam Konteks Kurikulum 2013. PT.
Refika Aditama: Bandung.
Amy J. Phelps & Cherin Lee. 2003. The Power of Practice :What Students Learn From
How We Teach. Journal of Chemical
Education, 80 (7), 829 – 832.
Arends. 2008. Learning To Teach : Belajar untuk
Mengajar. Terjemahan : Helly Prajitmo
Soetjipto dan Sri Mulyantini Soetjipto. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
Bruner, J.S. 1990. Acts of meaning. Cambridge, MA: Harvard University Press.
Bryant, R. J., Edmunt, A. M. 1987. They like lab-centered science. The Science Teacher, 54(8), 42-45.
Camplbell, T. dan Bohn. 2008. Descriptive Research from the Classroom. Science
Laboratory Experiences of High School Students Across One State in the U.S.
Science Educator. 17(1):36-44.
Carolin Rekar Munro. 2005. “Best Practices” In Teaching and Learning : Challenging
Current Paradigms and Redefining Their
Role In Education. The College
Quarterly. 8 (3), 1 – 7.
Celik, S. 2014. Chemical Literacy Levels of Science
and Mathematics Teacher
Candidates.Australian Journal of
Teacher Education, 39 (1).
Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar:
Konsep-konsep Inti Jilid 2 Edisi Ketiga Erlangga
Daryanto. 2014. Pengembangan Pembelajaran
Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta :
Gava Media.
Derlina. 2013. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Berbasis Model
Pembelajaran Konstruktivis Untuk
meningkatkan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA. Prosiding Seminar Hasil
Penelitian Lembaga Penelitian Unimed Tahun 2013 Bidang Pendidikan. Gagne, Robert, M. Leslie. 1992. Principles of
Instructional Design. New York. Holt
Rinerhart.
Godwin, Ben Davis. 2005. Teaching Undergraduates at the Interface of Chemistry and Biology: Challenges and Opportunities.
Hake, Richard. 1998. Analyzing Chage/Gain
Scores.
http://www.physics.indiana.edu/~s di/Analyzing Change-Gain.pdf (Maret 2015)
Jahro, I.S. 2009.Desain Praktikum Alternatif
Sederhana (PAS) Wujud Kreatifitas Guru dalam Pelaksanaan Kegiatan Praktikum pada Pembelajaran Kimia.
Jurnal Pendidikan Kimia I(2):44-47. Joyce Bruce, Weil Marsha, Calhoun Emily.
2009. Model Of Teaching.
Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar.
Keenan Kleinfelter, Wood. 1989. Kimia
untuk Universitas Jilid 1 .Jakarta :
Erlangga
Marjan, J. 2014. Pengaruh Pembelajaran Pendekatan Saintifik Terhadap Hasil belajar Biologi dan Keterampilan Proses Sains Siswa MA Mu’allimat NW Pancor Selong Kabupaten Lombok Timur Nusa Tenggara Barat.e-journal Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Ganesha volume 4 tahun 2012
Situmorang, H., dan Situmorang, M., (2009), Keefektifan Media Komputer Dalam Meningkatkan Penguasaan Kimia Siswa Sekolah
Menengah Kejuruan Pada
Pengajaran Materi dan
Perubahannya, Jurnal Pendidikan
Matematika dan Sains 3(1):45-51
Situmorang, R. 2013. Pengaruh Metode Peta Pikiran
terhadap Hasil belajar siswa pada Materi Suhu dan Kalor di SMA Negeri 2 Tebing
Tinggi.. Jurnal Penelitian Bidang
Pendidikan Volume 19(1): 19-27. Sudjana, N., (2005), Penilaian Hasil Proses
Belajar Mengajar, Bandung, PT
Suharta dan Putri Lynna A. Luthan. 2013. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Lembaga Penelitian Unimed Tahun
2013 Bidang Pendidikan.
Pengembangan Karakter Kejujuran dan Kemandirian Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Berbasis Masalah.. 6(4):34-40,
Suyanti Dwi Retno, 2010. Strategi Pembelajaran
Kimia, Edisi Pertama, Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Syaif Kemali, 2013. Perkembangan Peserta Didik. Cetakan Pertama. Medan
Tarigan Simson, 2013, Buku Materi Ajar Strategi
Belajar Mengajar Kimia. Medan
Tatli, Z., dan Ayas, A., 2013, Effect of Virtual Laboratory on Students’ Achievment,
Educational Technology and Society Journal16(1): 159-170
Tatli, Z., dan Ayas, A., 2012, Virtual Chemistry Laboratory : Effect of constructivist Learning Environment, Turkish Online
Journal of Distance Education, 13: 1-12
Tezcan, H., & Bilgin, E. 2004.Affects of
laboratory method and other factors on the student success in the teaching of the solvation subject at the high schools. J Gazi Educ Fac ,24:175-191.
Tuysuz, C. 2010. The Effect of the Virtual Laboratory on Students’ Achievement and Attitude in Chemistry. IOJES 2(1): 37-53
Tim Pascasarjana UNIMED, 2010, Pedoman
Administrasi dan Penulisan Tesis &
Disertasi. Medan: Program
Pascasarjana UNIMED.
Wilson L Michael. (2014). Education and
Training in Pathology and Laboratory Medicine.
Widyantini, Theresia. 2014. Penerapan Model
Project Based Learning (Model
Pembelajaran Berbasis Proyek) dalam Materi Pola Bilangan Kelas VII.