• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA SESUAI MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN DAN BERBASIS PROYEK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA SESUAI MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN DAN BERBASIS PROYEK"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Lembaga Penelitian

Universitas Negeri Medan 21

PENGEMBANGAN PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA SESUAI

MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN DAN BERBASIS

PROYEK

Friska Juliana Purba 1), Zainuddin Muchtar2) dan Ramlan Silaban2)

1)Alumni Program Studi Pendidikan Kimia Pascasarjana Universitas Negeri Medan, Medan,

Email: sis_ory@yahoo.co.id

2)Dosen Jurusan Kimia FMIPA dan Program Pascasarjana, Universitas Negeri Medan,

Jalan W.Iskandar Psr. V, Medan, Sumatera Utara, Indonesia, 20221

Diterima 2 November 2014, disetujui untuk publikasi 20 Desember 2014

Abstract This research aims to develop practical guidance reaction rates according

to the model of project-based learning and discovery. To know the difference significantly increase learning outcomes that learned by using practical guidance model of project-based learning and discovery. Determine the effectiveness of that learned how to use the guide practical model of project-based learning and discovery. Samples were taken by two classes of experimental class I taught using practical guide appropriate experimental models of discovery and class II are taught using practical guide appropriate project-based learning model. Before do this research practical guidance has been developed, validated by lecturers and teachers who are experts in their field and tested to school. Based on the results of the questionnaire tabulation showed that the average value of project-based learning model is higher than the average value of the discovery learning model. Thus obtained that correspond practical guidance based model projects more effectively applied in learning compared with corresponding practical guidance discovery learning model. Meanwhile, after learning outcomes tested that correspond practical guide more effective discovery learning model applied in learning compared with corresponding practical guide project-based learning model. This is evident because the students in the experimental class I, which uses practical guide with models of discovery in doing practical implementation to fully follow lab procedures with tools and materials have also been provided to make the students evenly understand the lab work while in the second experiment class requires students to design own practice, as well as determine the tools and materials to find yourself in a group. The application of such a practice models still can not fully be done in schools, because the ability of the students have not been evenly distributed so that in practice there is a group of students who dominate the lab work and the other as observers only.

Kata kunci: Development Guidance Practical, Discovery Model, Project Based Learning.

Pendahuluan

Mencerdaskan kehidupan bangsa adalah cita-cita bangsa yang harus terus dilaksanakan untuk menciptakan manusia Indonesia seutuhnya. Mencerdaskan bangsa merupakan tuntutan yang cepat atau lambat yang harus dikerjakan. Dalam proses menuju

kecerdasan tentu melalui satu proses pendidikan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting. Pendidikan merupakan aspek dalam pembangunan suatu bangsa yang harus dikembangkan. Hal ini dituangkan dalam Undang- undang No. 20 Tahun 2003

(2)

tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang menyatakan bahwa : Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Perkembangan teknologi pendidikan dipengaruhi oleh perkembangan ilmu dan teknologi. Memang sangat masuk akal, sebab teknologi pendidikan bertolak dari penerapan prinsip- prinsip ilmu dan teknologi dalam pendidikan.

Materi pelajaran kimia di SMA/MA secara umum memiliki karakteristik bersifat abstrak sehingga diperlukan kemampuan guru untuk menjadikan lebih konkrit (Suharta dan Putri Lynna, 2013). Kegiatan pembelajaran harus dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologi peserta didik.

Pendekatan saintifik dalam

pembelajaran perlu diperkuat dengan menerapkan model pembelajaran berbasis penelitian (Penemuan). Untuk mendorong kemampuan peserta didik menghasilkan karya kontekstual, baik individual maupun kelompok maka sangat disarankan untuk menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis proyek dan penemuan.

Pembelajaran dengan pendekatan Penemuan yaitu melatih peserta didik untuk mendapatkan jawaban-jawabannya sendiri berdasarkan temuannya atau menemukan lagi sesuatu yang ditemukan (dengan membuktikan kembali). Itu berarti, melalui pendekatan Penemuan yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan ide dan gagasan dalam usaha untuk memecahkan masalah. Pembelajaran dengan pendekatan Penemuan juga dapat lebih memberikan pemahaman kepada siswa dan lebih mudah diingat serta lebih lama melekat. Dan metode pembelajaran Berbasis proyek adalah salah satu pendekatan saintifik yang lebih

alternative dan inovatif untuk diterapkan dalam proses kegiatan belajar mengajar.

Pembelajaran dengan berorientasi pada peserta didik (student center), salah satunya dapat dilakukan dengan menggunakan metode praktikum. Dalam pembelajaran kimia sangat memerlukan kegiatan penunjang berupa praktikum maupun eksperimen di laboratorium. Hal ini dikarenakan metode praktikum adalah salah satu bentuk pendekatan keterampilan proses. Bagi peserta didik diadakannya praktikum selain dapat melatih bagaimana penggunaan alat dan bahan yang tepat, juga membantu pemahaman mereka terhadap materi kimia yang diajarkan di kelas. Selain itu, bagi peserta didik yang memiliki rasa ingin tahu tinggi, maka melalui praktikum mereka dapat memperoleh jawaban dari rasa ingin tahunya secara nyata.

Keinginan menciptakan kegiatan belajar mengajar dikelas secara ideal serta tuntutan banyaknya materi yang harus dikuasai peserta didik terkadang membuat para guru kesulitan memfokuskan perhatian terhadap kualitas praktikum yang dilakukan peserta didik. Banyak kendala yang dialami guru dalam memaksimalkan kegiatan praktikum peserta didik. Menurut beberapa penelitian yang telah dilakukan, antara lain: Tuysuz (2010) & Desy (2013) terdapat kendala dalam pelaksanaan praktikum di sekolah, diantaranya belum tersedianya penuntun praktikum kimia yang dapat mengarahkan siswa ketika praktikum, guru juga belum memiliki panduan dalam menilai ketrampilan proses sains dan sikap ilmiah, bahan dan alat praktikum kimia yang mahal juga menjadi kendala dalam pelaksanaan praktikum kimia di sekolah.

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan

pengembangan penuntun praktikum kimia SMA materi Laju Reaksi sesuai dengan model pembelajaran penemuan dan berbasis proyek. Sampel di tiap sekolah dibagi kedalam 2 kelas yang di bagi menjadi kelas eksperimen I yang menerapkan kegiatan laboratorium pendekatan saintifik metode Penemuan dan kelas eksperimen II yang menerapkan kegiatan laboratorium pendekatan saintifik

(3)

Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan Volume 21 Nomor 1 Maret 2015 23 metode pembelajaran berbasis proyek. Jumlah

sampel yang diambil dari tiap kelas adalah 30 orang.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan kuantitatif. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan dokumen sebagai objeknya. Prosedur penelitian meliputi tahap sebagai berikut : (1) Menganalisis sintaks pendekatan saintifik dengan metode Penemuan dan Berbasis proyek; (2) Menyusun penuntun praktikum sesuai dengan analisis sintaks yang telah dilakukan; (3) Validasi Penuntun Praktikum sesuai dengan Standard Nasional Pendidikan; (4) Mengimplementasikan penuntun praktikum dalam pembelajaran di SMA; dan (5) Evaluasi penerapan penuntun praktikum dalam pembelajaran melalui posttest.

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah teknik test. Data yang dikumpulkan diperoleh dari: (1) Pretest dilakukan pada kedua kelas sebelum masuk materi pokok bahasan laju reaksi dan sebelum diberi perlakuan. Pemberian pretest bertujuan untuk mengetahui kemampuan dasar siswa terhadap pokok bahasan laju reaksi, yang nantinya dipergunakan untuk pengolahan data. (2) Posttest ini diberikan pada kedua kelas setelah selesai materi laju reaksi dan seluruh proses perlakuan dilakukan. Soal

posttest yang diberikan sama dengan soal pretest. Selisih nilai posttest dan pretest dari

kedua kelas digunakan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa yang diberi perlakuan penerapan penuntun praktikum kimia model pembelajaran penemuan dan berbasis proyek. (3) Tes hasil belajar digunakan untuk mengukur penguasaan dan kemampuan yang dicapai sesorang dalam berbagai bidang pengetahuan. Bentuk tes hasil belajar yang digunakan adalah pilihan berganda yang disusun dengan lima jawaban yaitu A, B, C, D, dan E. seluruh hasil tes hasil belajar dirancang hingga mencakup kawasan kognitif menurut Bloom yaitu aspek pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), sintesis (C5), dan evaluasi (C6)

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Pengembangan penuntun praktikum kimia SMA model penemuan dan model berbasis proyek ini disesuaikan dengan KI dan KD kimia SMA kelas XI. Penuntun praktikum kimia SMA model Penemuan dan model Berbasis proyek pada materi laju reaksi yang hasil pengembangan penuntun praktikum terdiri atas sub pokok bahasan sesuai kurikulum 2013.

Setelah dilakukan pengembangan penuntun praktikum kimia SMA model Penemuan dan model berbasis proyek berdasarkan kurikulum 2013 untuk SMA kelas XI, maka tahap selanjutnya adalah melakukan uji standar kelayakan isi, bahasa, dan penyajian dengan membagikan angket yang sudah standar kepada dosen dan guru sebagai validator ahli. Angket yang disusun diberi skor 1-4 untuk setiap poin. Skor yang diperoleh dijumlahkan dan diberikan nilai, kemudian dirata-ratakan untuk memperoleh data respon terhadap standar kelayakan penuntun praktikum kimia berdasarkan model Penemuan dan model berbasis proyek kurikulum 2013 untuk SMA kelas XI. Dari hasil angket yang diberikan maka dapat diketahui respon dosen dan guru kimia terhadap uji kelayakan Penuntun praktikum kimia berdasarkan model Penemuan dan model berbasis proyek.

a. Analisis Penuntun Praktikum Kimia yang Telah Dikembangkan

Aspek Cakupan Praktikum

Gambar 1. Diagram batang Cakupan Praktikum 3.18 3.64 3.55 3.64 3.45 3.82 3.64 3.73 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 4.00 4.50 1 2 3 4 N ila i ra ta -r a ta Cakupan Praktikum Proyek Penemuan

(4)

Aspek Sistematika Penyajian

Gambar 2. Diagram batang Sistematika Penyajian

Aspek Mengandung Wawasan Produktifitas

Gambar 3. Diagram batang Wawasan Produktivitas

Aspek Merangsang Keingintahuan

Gambar 4. Diagram batang Merangsang

Aspek Mengembangkan Kecakapan Hidup (Life Skill)

Gambar 5. Diagram batang Mengembangkan Kecakapan Hidup

Aspek Desain

Gambar 6. Diagram batang Desain Aspek Bahasa

Gambar 7. Diagram batang Bahasa

3.64 3.82 4.00 3.55 3.91 3.73 3.00 3.50 4.00 4.50 1 2 3 N il a i r a ta -r a ta Sistematika penyajian Proyek Penemuan 3.45 3.91 3.27 3.64 2.80 3.00 3.20 3.40 3.60 3.80 4.00 1 2 N il a i r a ta -r a ta Wawasan Produktitas Proyek Penemuan

(5)

Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan Volume 21 Nomor 1 Maret 2015 25 b. Standarisasi Penuntun Praktikum Laju

Reaksi

Untuk mengetahui kualitas penuntun praktikum laju reaksi di SMA/ MA kelas XI dalam pelaksanaan praktikum, kepada masing-masing responden diberikan satu Penuntun Praktikum laju reaksi berdasarkan Berbasis proyek dan Penemuan SMA/MA hasil pengembangan, dan responden diminta pendapat tentang penuntun praktikum berdasarkan Penemuan dan Berbasis proyek pada laju reaksi, berdasarkan kriteria penilaian sangat positif/ sangat baik (skor 4) sampai yang paling lemah/tidak baik (skor 1).Analisis standar kelayakan untuk penuntun praktikum kimia berdasarkan kurikulum 2013 ini dilakukan dengan jumlah responden 2 jenis yang terdiri dari 1 orang dosen kimia yang sudah berpengalaman dan ahli dibidangnya serta 10 orang guru kimia yang ahli dibidangnya dan sudah berpengalaman. Dari setiap aspek yang dikaji diperoleh bahwa model penuntun praktikum berbasis proyek sangat efektif digunakan.

c. Aplikasi Penuntun Praktikum Kimia Berdasarkan Model Penemuan dan Model Berbasis Proyek Terhadap Hasil Belajar Siswa

Penelitian ini melibatkan dua kelas, yang terdiri dari satu kelas eksperimen .yang diajarkan dengan penuntun praktikum Penemuan yang dikembangkan dengan kurikulum 2013 dan satu kelas eksperimen yang diajarkan dengan menggunakan penuntun praktikum Berbasis Proyek yang dikembangkan dengan kurikulum 2013.

Pada masing-masing kelas dilakukan terlebih dahulu tes awal (pre-test).Data yang diperoleh disajikan pada tabel dibawah. Tabel 1. Hasil belajar siswa

Kelas Hasil belajar (nilai) siswa Pre-test Post-test Eksperimen I (Penuntun Pratikum model Penemuan) 56,50±10,680 76,00±7,589 Eksperimen II (Penuntun Pratikum model Berbasis proyek) 55,00±9.469 75,00±9,002

Berdasarkan data hasil pretest dan posttest ditemukan ada perbedaan rata-rata nilai pretest dan posttest siswa pada percobaan kimia, sehingga perlu ditentukan nilai gain ternormalisasi hasil belajar kimia pada kelas tersebut. Adapun perhitungan gain ternormalisasi menggunakan rumus:

Pretest Skor Maksimum Skor Pretest Skor Posttest Skor g

Perolehan nilai rata-rata gain ternormalisasi di kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II berturut-turut adalah 0,579 dan 0,577. Dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata gain ternormalisasi yang terendah terdapat pada kelas Eksperimen II yaitu yang diajar menggunakan penuntun pratikum model Berbasis proyek.

Tabel 2. Uji Normalitas

Kelas Kolmogorov-Smirnov

a Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Penemuan .129 30 .200* .963 30 .367

Berbasis Proyek .135 30 .174 .959 30 .294

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Dari Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa taraf signifikan normalitas > 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa data diatas terdistribusi normal.

(6)

Tabel 3. Uji Homogenitas Levene

Statistic df1 df2 Sig.

Nilai .657 1 58 .421

Dari Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa taraf signifikan homogenitas > 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa data di atas homogen.

Tabel 4. Uji Hipotesis

Kelas Paired Differences t df Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviatio n Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 1 Pre_Penemuan - Pos_Penemuan -19.5000 9.76888 1.78355 23.14776 15.85224 -10.933 29 .000 Pair 2 Pre_Proyek - Pos_Proyek -20.0000 9.46864 1.72873 23.53565 16.46435 -11.569 29 .000 Berdasarkan data pretes dan postes hasil

belajar yang diajar dengan menggunakan penuntun praktikum sesuai model pembelajaran penemuan diperoleh sig <0,05 sehingga Ha diterima yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar sebelum dan sesudah diajarkan dengan menggunakan penuntun praktikum sesuai model pembelajaran penemuan. Untuk data pretes dan postes hasil belajar yang diajar dengan menggunakan penuntun praktikum sesuai model pembelajaran berbasis proyek diperoleh sig <0,05 sehingga Ha diterima yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar sebelum dan sesudah diajarkan dengan menggunakan penuntun praktikum sesuai model pembelajaran berbasis proyek.

Simpulan dan Saran

Penuntun praktikum telah

dikembangkan sesuai dengan model pembelajaran penemuan dan berbasis proyek. Penuntun praktikum sesuai model pembelajaran penemuan dan berbasis proyek yang telah divalidasi berdasarkan saran atau masukan dari 10 orang guru dan 1 orang dosen terdapat bahwa model pembelajaran berbasis proyek lebih efektif digunakan dibandingkan model pembelajaran penemuan.

Setelah diujicobakan ke siswa, penuntun praktikum sesuai model penemuan lebih efektif diterapkan dalam pembelajaran dibandingkan dengan penuntun praktikum sesuai model pembelajaran berbasis proyek. Hal ini terbukti karena siswa pada kelas eksperimen I yang menggunakan penuntun praktikum dengan model Penemuan pada implementasinya melakukan praktikum dengan sepenuhnya mengikuti prosedur praktikum dengan alat dan bahan yang juga telah disediakan menjadikan siswa secara merata memahami pekerjaan praktikum tersebut sedangkan pada kelas ekperimen II menuntut siswa untuk merancang sendiri praktikum, serta menentukkan alat dan bahan dengan mencari sendiri secara berkelompok. Penerapan model praktikum seperti ini masih belum dapat sepenuhnya dilakukan di sekolah, karena kemampuan antara siswa belum merata sehingga dalam satu kelompok praktikum ada siswa yang mendominasi pengerjaan praktikum dan yang lainnya hanya sebagai pengamat saja. Diharapkan guru dapat menyeimbangkan kedua model ini untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada pengajaran kimia.

(7)

Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan Volume 21 Nomor 1 Maret 2015 27

Daftar Pustaka

Abidin Yunus. 2014. Desain Sistem Pembelajaran

Dalam Konteks Kurikulum 2013. PT.

Refika Aditama: Bandung.

Amy J. Phelps & Cherin Lee. 2003. The Power of Practice :What Students Learn From

How We Teach. Journal of Chemical

Education, 80 (7), 829 – 832.

Arends. 2008. Learning To Teach : Belajar untuk

Mengajar. Terjemahan : Helly Prajitmo

Soetjipto dan Sri Mulyantini Soetjipto. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

Bruner, J.S. 1990. Acts of meaning. Cambridge, MA: Harvard University Press.

Bryant, R. J., Edmunt, A. M. 1987. They like lab-centered science. The Science Teacher, 54(8), 42-45.

Camplbell, T. dan Bohn. 2008. Descriptive Research from the Classroom. Science

Laboratory Experiences of High School Students Across One State in the U.S.

Science Educator. 17(1):36-44.

Carolin Rekar Munro. 2005. “Best Practices” In Teaching and Learning : Challenging

Current Paradigms and Redefining Their

Role In Education. The College

Quarterly. 8 (3), 1 – 7.

Celik, S. 2014. Chemical Literacy Levels of Science

and Mathematics Teacher

Candidates.Australian Journal of

Teacher Education, 39 (1).

Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar:

Konsep-konsep Inti Jilid 2 Edisi Ketiga Erlangga

Daryanto. 2014. Pengembangan Pembelajaran

Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta :

Gava Media.

Derlina. 2013. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Berbasis Model

Pembelajaran Konstruktivis Untuk

meningkatkan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA. Prosiding Seminar Hasil

Penelitian Lembaga Penelitian Unimed Tahun 2013 Bidang Pendidikan. Gagne, Robert, M. Leslie. 1992. Principles of

Instructional Design. New York. Holt

Rinerhart.

Godwin, Ben Davis. 2005. Teaching Undergraduates at the Interface of Chemistry and Biology: Challenges and Opportunities.

Hake, Richard. 1998. Analyzing Chage/Gain

Scores.

http://www.physics.indiana.edu/~s di/Analyzing Change-Gain.pdf (Maret 2015)

Jahro, I.S. 2009.Desain Praktikum Alternatif

Sederhana (PAS) Wujud Kreatifitas Guru dalam Pelaksanaan Kegiatan Praktikum pada Pembelajaran Kimia.

Jurnal Pendidikan Kimia I(2):44-47. Joyce Bruce, Weil Marsha, Calhoun Emily.

2009. Model Of Teaching.

Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar.

Keenan Kleinfelter, Wood. 1989. Kimia

untuk Universitas Jilid 1 .Jakarta :

Erlangga

Marjan, J. 2014. Pengaruh Pembelajaran Pendekatan Saintifik Terhadap Hasil belajar Biologi dan Keterampilan Proses Sains Siswa MA Mu’allimat NW Pancor Selong Kabupaten Lombok Timur Nusa Tenggara Barat.e-journal Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Ganesha volume 4 tahun 2012

Situmorang, H., dan Situmorang, M., (2009), Keefektifan Media Komputer Dalam Meningkatkan Penguasaan Kimia Siswa Sekolah

Menengah Kejuruan Pada

Pengajaran Materi dan

Perubahannya, Jurnal Pendidikan

Matematika dan Sains 3(1):45-51

Situmorang, R. 2013. Pengaruh Metode Peta Pikiran

terhadap Hasil belajar siswa pada Materi Suhu dan Kalor di SMA Negeri 2 Tebing

Tinggi.. Jurnal Penelitian Bidang

Pendidikan Volume 19(1): 19-27. Sudjana, N., (2005), Penilaian Hasil Proses

Belajar Mengajar, Bandung, PT

(8)

Suharta dan Putri Lynna A. Luthan. 2013. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Lembaga Penelitian Unimed Tahun

2013 Bidang Pendidikan.

Pengembangan Karakter Kejujuran dan Kemandirian Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Berbasis Masalah.. 6(4):34-40,

Suyanti Dwi Retno, 2010. Strategi Pembelajaran

Kimia, Edisi Pertama, Yogyakarta:

Graha Ilmu.

Syaif Kemali, 2013. Perkembangan Peserta Didik. Cetakan Pertama. Medan

Tarigan Simson, 2013, Buku Materi Ajar Strategi

Belajar Mengajar Kimia. Medan

Tatli, Z., dan Ayas, A., 2013, Effect of Virtual Laboratory on Students’ Achievment,

Educational Technology and Society Journal16(1): 159-170

Tatli, Z., dan Ayas, A., 2012, Virtual Chemistry Laboratory : Effect of constructivist Learning Environment, Turkish Online

Journal of Distance Education, 13: 1-12

Tezcan, H., & Bilgin, E. 2004.Affects of

laboratory method and other factors on the student success in the teaching of the solvation subject at the high schools. J Gazi Educ Fac ,24:175-191.

Tuysuz, C. 2010. The Effect of the Virtual Laboratory on Students’ Achievement and Attitude in Chemistry. IOJES 2(1): 37-53

Tim Pascasarjana UNIMED, 2010, Pedoman

Administrasi dan Penulisan Tesis &

Disertasi. Medan: Program

Pascasarjana UNIMED.

Wilson L Michael. (2014). Education and

Training in Pathology and Laboratory Medicine.

Widyantini, Theresia. 2014. Penerapan Model

Project Based Learning (Model

Pembelajaran Berbasis Proyek) dalam Materi Pola Bilangan Kelas VII.

Gambar

Gambar 1. Diagram batang Cakupan  Praktikum 3.183.643.55 3.643.453.823.64 3.730.000.501.001.502.002.503.003.504.004.501234Nilai rata-rataCakupan  Praktikum Proyek Penemuan
Gambar 4. Diagram batang Merangsang
Tabel 1. Hasil belajar siswa

Referensi

Dokumen terkait

Hasil yang diperoleh oleh ibu MH adalah beliau menjadi lebih sabar dan dapat mengontrol emosi negatif yang muncul serta pikiran juga jernih karena terus

Incremental budget dimana masing-masing kelompok pendapatan dan belanja besarnya dihitung dengan meningkat sejumlah prosentase tertentu (berdasarkan tingkat inflasi)

Pengetahuan terhadap Teknologi Informasi dapat membantu akuntan dalam mempertimbangkan teknologi komputer yang bermanfaat dan sesuai kebutuhan dalam pengembangan sistem..

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk menyusun arahan pengembangan hutan rakyat di Jawa Timur melalui : (a) Identifikasi jenis tanaman yang berpotensi dalam

Pertama, perancangan perangkat keras yang terdiri dari rangkaian sensor waterlevel dan sensor soil moisture sebagai pendeteksi ketinggian air dalam kendi dan kadar

[r]

Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta pada tanggal 19 Oktober

Tujuan umum dari karya tulis ilmiah ini adalah memberikan pengalaman yang nyata kepada penulis dalam penatalaksanaan Asuhan Keperawatan pada keluarga dengan