• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. Gambaran Umum Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II. Gambaran Umum Penelitian"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

Gambaran Umum Penelitian

2.1 Letak Geografis

Tanah Jawa terletak di Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara pada 02º 55′ LU dan 99 º 05′ dengan luas wilayahnya

mencapai 647.74 (tahun 1960) dan 491.75 (1992) yang berada pada 260 m

di atas permukaan laut (dpl).14 Daerah kecamatan Tanah Jawa memiliki topografi

perbukitan dengan konstur tanah yang bergelombang, yang berbatasan di sebelah utara dengan Kecamatan Siantar, sebelah selatan dengan Kabupaten Asahan/Tapanuli Utara, sebelah barat dengan Kecamatan Dolok Panribuan, sebelah timur dengan Kecamatan Hutabayu Raja. Wilayah topografi perbukitan merupakan sumber aliran sungai yang cukup potensial yang dimiliki Kecamatan Tanah Jawa untuk mengairi lahan petanian bahkan perkebunan rakyat.

Kecamatan Tanah Jawa terdiri dari 30 Nagori (desa)/kelurahan pada tahun

198315, sedangkan pada tahun 1992 terdapat 17 Desa/Kelurahan yang terdapat di

14

BPS Kabupaten Simalungun

15 Pada tahun 1983 kecamatan tanah jawa terdapat 30 desa yakni Bah Jambi I, Pagar Jambi,

Mariah Jambi, Bah Jambi II, Totap Majawa, Marubun Jaya, Balimbingan, Baja Dolok, Maligas Tongah, Tangga Batu, Saribu Asih, Buntu Turunan, Jawa Tongah, Panombean Marjanji, Tonduhan, Bahalat Bayu, Tanjung Maraja, Jawa Maraja, Bosar Bayu, Maligas Bayu, Dolok Sinumbah, Raja Maligas, Hutabayu, Silakkidir, Mariah Hombang, Pulo Bayu, Bosar Galugur, Muara Mulia, Pem. Tanah Jawa, Tanjung Pasir. (sumber, Kabupaten Simalungun Dalam Angka Tahun 1983 : Kantor Statistik Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara, hlm. 27.)

(2)

Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara (Sumut) adalah Desa Bah Jambi II, Desa Tangga Batu, Desa Buntu Turunan, Desa Baja Dolok, Desa Saribu Asih, Desa Balimbingan, Desa Tonduhan, Desa Bosar Galugur, Desa Maligas Tongah, Desa Marubun Jaya, Desa Panombean Marjanji, Desa Pagar Jambi, Desa Totap Majaya, Kelurahan Pematang Tanah Jawa, Desa Tanjung Pasir, Desa Jawa Tongah, dan Desa Muara Mulia. Tanah Jawa berjarak ± 50 Km dari kantor Bupati Simalungun dengan waktu tempuh ± 1 jam, sedangkan dengan kotamadya Pematang Siantar hanya berjarak ± 21 Km dengan waktu tempuh ± 30 menit. Jaringan jalan pada umumnya lurus-lurus dan sudah ada yang di aspal, diperkeras, jalan tanah dan jalan setapak. Lebar jalan utama sekitar 4-5 m, sedangkan jalan-jalan

cabang hanya sekitar 3 m. Untuk menuju ibukota kabupaten sendiri dan beberapa

kabupaten lainnya masyarakat kecamatan tanah jawa melalui Kotamadya Pematang Siantar. Awal jaringan jalan di Kecamatan Tanah Jawa adalah Pematang Siantar - Pematang Tanah Jawa - Pasir Mandoge. Jalan ini juga membuka daerah simanuk-manuk yang sulit dicapai dan menjadi bagian dari sambungan jalan ke Kuta Cane (Tanah Alas), Kaban Jahe (Tanah Karo), Pematang Siantar, Asahan Hulu, Bila, Pane Rokan, dan Pekan Baru. Adanya lalu-lintas yang padat, pasar yang ramai, perkebunan dan juga irigasi yang terdapat di wilayah Tanah Jawa sanagat berpengaruh pada perkembangan daerah ini ditambah dengan pengangkutan hasil bumi dan

perdagangan berkembang dengan baik.16

(3)

(I-2.2 Sistem Kemasyarakatan

Kecamatan Tanah Jawa adalah salah satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten Simalungun. Suku asli dari kecamatan ini adalah suku Simalungun. Kecamatan Tanah Jawa dulunya adalah kerajaan tradisional yang dikenal dengan kerajaan Tanah Jawa, termasuk kerajaan yang termasyur di zamannya hingga berita ini sampai kepada pemerintah kolonial Belanda di Tanah Batak (Tapanuli Utara).

Menurut J Tideman17 mengenai asal-usul keturunan Raja Tanah Jawa, di Urat

(Samosir) pada masa lalu hidup Nai Heong (Nadi Hoyong) yang memiliki tiga putera (si Mula Raja dan kedua saudaranya). Mereka pergi ke simalungun dan berhenti di danau Toba dan mendarat di Sipolha, kemudian mereka terus ke timur melalui darat. Bertemu dengan seorang Minangkabau yang mengumpulkan getah pohon Jorlang untuk dijual sehingga dikenal dengan Jorlang Hataran. Saudara tertua tinggal disini yang menjadi leluhur Tuan Jorlang Hataran, sedangkan Si Muha Raja, dia tidak memerintah di wilayah ini, karena dia memutuskan untuk meninggalkan Jorlang Hataran dan pergi bersama pengumpul rotan Minangkabau. Dia berkelana juga ke Jawa. Dari pulau ini Si Muha Raja membawa serta tanah dan air, dengan tujuan setelah kembali ke Sumatera dia akan di mengusir saudaranya dari Jorlang Hataran. Di Tanjung Bale, si Muha Raja meninggalkan temannya dan pergi ke barat menuju daerah Tanah Jawa.

Gambaran Geografi), www.simeloengoen.com, 24 November 2015.

17

(4)

Si Muha Raja dihadapkan kepada Raja Sitanggang dan bertanya dari mana ia tiba. Dia menjawab dia adalah orang asing dan tersesat dalam hutan. Raja Sitanggang mengajaknya untuk mencari bagot (tuak) di hutan. Pada suatu hari Si Muha Raja melihat Tupai yang memanjat aren dan berhasil menangkapnya, dia mendekat ternyata hewan ini berbicara dengan suara manusia “tor gotok, tor gotok, ada bambu besar yang melengkung, yang ditarik ke atas dan ditekan kebawah dan terikat”. Karena hewan ini meminum semua tuaknya menjelang sore dia kembali tanpa

membawa minuman kepada Raja yang akan dipersembahkan kepada Raja.18 Raja

Sitanggang sangat marah dengan hal ini dan menduga dia berbohong. Saat itu Raja Sitanggang bersumpah apabila benar ada Tupai yang berbicara, Si Muha Raja akan diangkat menjadi Raja Tanah Jawa, tetapi bila dia berbohong dia akan dibunuh. Raja Sitanggang kemudian mengirim seorang hulubalang kepercayaan yang menegaskan kata-kata Si Muha Raja, tetapi masih tetap belum percaya. Setelah itu dia mengirimkan permaisurinya (Puang Bolon) tetapi dengan hasil yang sama sampai Raja Sitanggang akhirnya pergi dan tidak lagi membantah kebenaran itu. Sebelumnya Sitanggang mengikatkan sebuah ranting sehingga tampak seperti ular lalu berkata apabila itu bukan ular maka Si Muha Raja akan terbunuh, tetapi apabila memang ular maka dia akan menjadi Raja. Dia menyuruh menebang sebuag cabang membuat kain itu jatuh tetapi berubah menjadi ular, ini disebut dengan ulok sawah. Si Muha Raja mengingatkan pada janji Sitanggang dengan berkata “Tanah dimana saya berdiri

(5)

adalah Tanah Jawa dan Airnya adalah Air Jawa”. Sitanggang terlalu kuat dan dia mengajaknya berkelahi, dia terbunuh. Si Muha Raja menjadi Raja di daerah itu yang disebut Tanah Jawa. Desas-desus bahwa Si Muha Raja menjadi raja Tanah Jawa beredar di Dolok Panribuan dimana saudaranya menjadi raja disana. Tuan Dolok Panribuan menyampaikan laporan itu kepada raja Hatahunan, leluhur Tuan Girsang dan Simpangan Bolon agar mereka membawa kerbau ke Tanah Jawa untuk dipotong di sana sebagai saksi raja baru.

Tuan Dolok Panribuan memiliki lopo di rumah penguasa otonom dan harus ada kursi baginya. Tuan Jorlang Hataran hanya memiliki sebuah rumah yang terpisah di Pematang Tanah Jawa, seperti para kepala Girsang dan Sipangan Bolon. Lopo ini disebut dengan lopo ujung, rumah para kepala Girang dan Sipangan Bolon disebut

Bale Siporling.19 Akan tetapi kini tidak ada lagi.

Pada abad-20 daerah simalungun memasuki era baru, dengan kedatangan kolonial Belanda ke wilayah Simalungun yang bertujuan untuk memenuhi kepentingannya, serta adanya perubahan yang terjadi, disamping itu juga Zending (Penyebaran Injil) ikut memperluas misinya demi menghempang masuknya pengaruh Islam yang semakin meluas di kalangan suku Simalungun. Para missionaris dari eropa yang telah terlebih dahulu bekerja di wilayah Tapanuli berusaha juga untuk menyebarkan Injil ke wilayah Simalungun dengan dengan memanfaatkan tenaga putera daerah Tapanuli (sebagai penyeimbang populasi dan malahan melampaui

(6)

populasi penduduk asli). Disamping itu faktor kedatangan suku Batak Toba ke Simalungun juga berasal dari dirinya sendiri. Dengan potensi tanah yang subur di wilayah ini menarik perhatian Batak Toba dan untuk mencari lapangan kerja baru karena faktor keterbatasan lahan produktif di wilayah toba, adanya perkawinan antara masyarakat yang tinggal di Tapanuli Utara dengan yang ada di Kecamatan Tanah Jawa serta adanya penempatan PNS di Tanah Jawa.

Suku pendatang dari Tapanuli Utara sebagian besar bekerja sebagai petani20,

namun ada juga yang bekerja di instansi pemerintah (bagi mereka yang telah mendapatkan pendidikan). Suku Batak Toba yang datang tidak hanya bertani tetapi mereka juga melakukan perluasan budaya dan agama yang telah didapatkannya dari daerah asal yang telah diberitakan para zending dari Eropa (I.L. Nomensen missioner dari Jerman). Suku Batak Toba memiliki Filosofi yang sudah diterapkan bertahun-tahun yakni berpedoman pada Dalihan Natolu dan mewujudkan misi budaya batak yang sering disebut dalam 3H (hagabeon, hasangapon, hamoraon). Pedoman dalam

Dalihan Natolu adalah somba marhula-hula, manat mardongan tubu dan elek marboru. Somba marhula-hula, hula-hula adalah keluarga laki-laki dari pihak istri

atau ibu, yang selalu disebut Tulang oleh anak dan yang harus selalu di hormati (pihak yang dirajakan). Manat mardongan tubu, dongan tubu adalah kelompok masyarakat dalam satu rumpun marga. Elek marboru, boru adalah saudara

20 Bertani adalah pekerjaan utama yang dilakukan masyarakat Batak Toba di daerah asal dan

mereka sangat terampil. Sehingga banyak yang memilih bertani dibanding bekerja di dalam perkebunan. Terlebih lagi masih banyaknya lahan yang kosong.

(7)

perempuan dari marga kita. Dalam kehidupan sehari-hari sering kita dengar istilah

elek marboru yang artinya agar saling mengasihi supaya mendapat berkat

(pasu-pasu), istilah boru dalam adat batak tidak memandang status, jabatan, kekayaan dan oleh sebab itu mungkin saja seorang pejabat harus sibuk dalam satu pesta adat batak karena posisinya saat itu sebagai boru. Pedoman filsafat inilah yang dibawa masyarakat Batak Toba dimanapun mereka tinggal. Banyaknya Suku Batak Toba yang datang ke wilayah Kecamatan Tanah Jawa menyebabkan adanya percampuran budaya. Percampuran budaya ini terjadi karena ada perkawinan antara suku yang satu dengan suku yang lain (misalnya Suku Batak Toba dan Batak Simalungun, Batak Toba dan Batak Karo dan Batak Simalungun dan Batak Karo). Budaya batak toba yang lebih dikenal di Tanah Jawa dan penggunaan bahasa batak toba sebagian besar disebabkan penggunaan bahasa ini sebagai bahasa pengantar oleh penginjil RMG yang menyebarkan agama Kristen pada suku ini. Sedangkan Batak Karo yang bermigrasi ke wilayah ini juga melakukan pesta rakyat agar tidak lupa akan adat istiadat mereka yang dibawa dari daerah asal yakni pesta rakyat etnis Goro-Goro Aron Mburo Ate Tedeh Merga Silima dengan berbagai pertunjukan diantaranya

tarian Roti Manis dan Piso Surit. 21 Pesta rakyat ini memiliki makna dan

mencerminkan kebersamaan bagi etnis batak karo ditengah masyarakat yang ada di Kecamatan Tanah Jawa. Pesta ini yang selalu dilakukan di Pasar Baru Jalan Mandoge Kampung Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun.

(8)

2.3 Penduduk

Asal usul masyarakat Kecamatan Tanah Jawa merupakan kebanyakan dari suku pendatang dari Pulau Jawa dan Suku Batak Toba yang merantau ke daerah Simalungun. Suku Jawa sendiri datang dengan program pemerintah kolonial yang banyak memperkerjakan mereka di perkebunan-perkebunan yang terdapat di Simalungun. Sedangkan kedatangan Suku Batak Toba ke wilayah ini awalnya disebabkan 3 faktor yakni dari pihak pemerintah kolonial Belanda sendiri, pihak missionaris dan dengan keinginan merantau atau sering disebut transmigrasi mandiri untuk lebih meningkatkan taraf hidup karena lahan pertanian yang semakin sempit dan kesuburan tanah yang menurun. Sektor pertanian mendominasi sumber pendapatan daerah dibandingkan dengan sektor lain. Oleh sebab itu masalah pertanian menjadi suatu faktor strategis yang penting mendapat perhatian dari penulisan skripsi ini.

Banyaknya masyarakat yang datang ke wilayah ini menyebabkan daerah Simalungun Bawah seperti Tanah Jawa bisa dikatakan berubah menjadi kediaman orang Toba, sedangkan Dataran Tinggi (Simalungun Atas) kediaman orang

Simalungun.22 Akibatnya peningkatan dalam jumlah penduduk yang bekerja pada

sektor pertanian maupun non pertanian. Pada tahun 1962 jumlah penduduk di kecamatan Tanah Jawa adalah 95.576 jiwa, penduduk mengalami peningkatan pada

22

Juandaha Raya P. Dasuha dan Martin Lukito Sinaga, TOLE! DEN TIMORLANDEN DAS EVANGELLIUM : Sejarah Seratus Tahun Pekabaran Injil di Simalungun 2 September 1903-2003, P. Siantar : Kolportase GKPS, 2003, hlm 82.

(9)

tahun 1977 sebanyak 116.843 jiwa23 hal ini terjadi dikarenakan banyaknya migrasi yang datang untuk mencari lahan yang cocok untuk diusahakan dan ada yang datang dengan ikut saudara dan terutama adalah faktor ekonomi, tidak jauh berbeda dengan tahun 1977 pada tahun 1983 juga mengalami peningkatan penduduk, dimana penduduk tahun 1983 adalah 120.845 orang dan jumlah rumah tangganya mencapai

22.434 rumah tangga dengan kepadatan penduduk 187 orang/ (lihat tabel 2.1).

Pada tahun 1983 data kependudukan terdapat dua kelurahan atau nagori yang memiliki jumlah penduduk yang relatif lebih besar dibandingkan Desa/nagori lainnya, yaitu: Desa Bah Jambi I dan Desa Maligas bayu. Hal ini didukung oleh letak wilayah yang dekat dengan pusat perkebunan dan pasar/perdagangan, serta jarak tempuh ke kantor pemerintahan kecamatan. Mayoritas penduduknya juga banyak melakukan kegiatan harian sebagai pedagang, pegawai pemerintahan, jasa transportasi, guru, dan juga buruh bangunan/buruh tani/buruh perkebunan.

Tabel 2.1 : Jumlah Penduduk Warga di Kecamatan Tanah Jawa, Kabupaten Simalungun pada tahun 1983.

No. Nagori/Kelurahan Jumlah Penduduk L + P

Laki Perempuan

1. Bah Jambi I 3708 3793 7501

2 Pagar Jambi 800 748 1548

3. Bah Jambi II 2194 2228 4422

23 Proyek Pengembangan Permuseuman Sumatera Utara Departemen Pendidikan Dan

Kebudayaan, Monografi Kebudayaan Suku Batak Simalungun di Kabupaten Simalungun, Medan, 1980/1981, hlm 251.

(10)

4. Mariah Jambi 2321 2224 4545 5. Totap Majawa 2133 2332 4465 6. Marubun Jaya 3044 2576 5620 7. Balimbingan 2971 2987 5958 8. Baja Dolok 1950 1693 3643 9. Maligas Tongah 2178 2261 4439 10. Tangga Batu 2094 2151 4245 11. Seribu Asih 1421 1548 2969 12. Buntu Turunan 1829 1854 3683 13. Jawa Tongah 1517 1623 3140 14. Panombean Marjanji 1563 1626 3189 15. Tonduhan 1442 1474 2916 16. Bahalat Bayu 1641 1900 3541 17. Tanjung Maraja 995 1218 2213 18. Jawa Maraja 1234 1246 2480 19. Bosar Bayu 1527 1549 3076 20. Maligas Bayu 3952 3912 7864 21 Dolok Sinumbah 3284 3109 6393 22 Raja Maligas 3111 3204 6365 23 Huta Bayu 2524 2501 5025 24 Silakkidir 1609 1727 3336 25 Mariah Hombang 1739 1844 3583 26 Pulo Bayu 1353 1447 2800 27 Bosar Galugur 1685 1704 3389 28 Muara Mulia 1143 1270 2413

29 Pem. Tanah Jawa 1461 1470 2931

30 Tanjung Pasir 1582 1621 3203

Total 60005 60840 120845

Sumber : Kantor Statistik Kabupaten Simalungun

Pada tahun 1985 jumlah penduduk di kecamatan tanah jawa mengalami peningkatan mencapai 121.392 orang dengan kepadatan penduduk 187 orang/

(11)

dan jumlah rumah tangga mencapai 23.857 rumah tangga.24 Namun pada tahun 1992 penduduk di kecamatan tanah jawa berkurang mencapai 68.749 orang dengan

kepadatan penduduk 140 orang/ (dapat kita lihat pada tabel 2.2). hal ini terjadi

karena adanya pemekaran kecamatan hutabayu raja yang mana wilayah ini dulunya masuk dalam kecamatan tanah jawa.

Tabel 2.2 : Jumlah Penduduk, Luas, dan Kepadatan Penduduk di Kecamatan Tanah Jawa, Kabupaten Simalungun pada tahun 1992

No Desa/Kelurahan Luas ( ) Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk 1 Tangga Batu 169,40 5948 36 2 Buntu Turunan 85,75 6445 76 3 Seribu Asih 14,55 2700 186 4 Tonduhan 32,50 3258 101 5 Panombean Marjanji 11,00 3119 248 6 Jawa Tongah 15,20 2711 179 7 Maligas Tongah 19,10 4281 225 8 Marubun Jaya 18,75 7071 377 9 Totap Majawa 27,00 4890 181 10 Bah Jambi II 18,75 4021 215 11 Balimbingan 14,25 7622 535

12 Pem. Tanah Jawa 2,90 3192 1101

13 Tanjung Pasir 6,75 3152 467 14 Muara Mulia 9,75 2127 219 15 Bosar Galugur 15,40 3331 217 16 Baja Dolok 15,50 3866 249 17 Pagar Jambi 15,20 979 64 Jumlah 491,75 68.749 140

(12)

Kecamatan Tanah Jawa ini dulunya adalah kerajaan tanah jawa yang bersifat tradisional dan otonom. Setelah Kerajaan Tanah Jawa dihapuska, Tanah Jawa dipimpin oleh Asisten Wedana (setara dengan Camat), namun pada tahun 1970 istilah dengan Asisten Wedana dihapuskan dan dipakai dengan nama Camat. Wilayah Kecamatan Tanah Jawa dipimpin sebanyak tiga orang mulai tahun 1970-1996. (nama camat di kecamatan Tanah Jawa dapat dilihat dalam tabel 2.3)

Tabel 2.3 : Camat di Kecamatan Tanah Jawa

No Camat Masa Jabatan

1 Aged Sinaga 1970-1980

2 Budiman Simarmata 1980-1990

3 Tumpul Sinaga, Ba 1990-1996

Sumber : Kantor Kecamatan Tanah Jawa

Selain keberagaman dari kelompok etnis, masyarakat di kecamatan Tanah Jawa juga memiliki keragaman agama, berdasarkan sensus penduduk, mayoritas penduduk Kecamatan Tanah Jawa beragama kristen. Pada tahun 1977 jumlah penganut agama Kristen Protestan 56.061 orang, Kristen Khatolik 6.109 orang, Islam 53.838 orang, Hindu 6 orang dan Budha 191 orang. Pada tahun 1983 jumlah penganut agama kristen protestan 56.560 orang, kristen khatolik 9.463 orang, Islam

53.418 orang, Budha 133 orang dan lain-lainnya 1281 orang25 dengan rumah ibadah

Masjid 93, Mushola 37, Gereja Protestant 127, Gereja Khatolik 46, dan vihara 126.

25BPS, Kabupaten Simalungun Dalam Angka Tahun 1983, hlm. 98. 26Ibid, hlm. 97.

(13)

Pada tahun 1992 jumlah sarana ibadah berkurang karena pemekaran kecamatan hutabayu raja dari kecamatan tanah jawa, akan tetapi berbeda dengan penganut agama Islam yang lebih banyak dibanding tahun 1983. Dimana rumah ibadah Masjid

56, Mushola 34, Gereja 11227 dan jumlah penduduk yang menganut agama dapat

dilihat dalam tabel 2.4.28

Tabel 2.4 : Penduduk Menurut Agama Yang Dianut Tahun 1992.

No Desa/Kelurahan Islam Khatolik Kristen

Protestant Budha 1 Tangga batu 3927 892 1165 - 2 Buntu turunan 4985 195 1265 - 3 Seribu asih 447 272 1981 - 4 Tonduhan 2732 93 433 - 5 Panombean marjanji 962 73 2084 - 6 Jawa tongah 548 125 2038 - 7 Maligas tongah 3621 65 595 - 8 Marubun jaya 5087 72 1912 - 9 Totap majawa 4299 24 567 - 10 Bah jambi II 2578 47 1393 3 11 Balimbingan 5771 181 1664 6

12 Pem. Tanah jawa 1262 177 1684 69

13 Tanjung pasir 746 455 1951 - 14 Muara mulia 22 126 1979 - 15 Bosar galugur 1098 132 2101 - 16 Baja dolok 3145 23 698 - 17 Pagar jambi 885 16 78 - Jumlah 42.115 2.968 23.588 78 27BPS Kabupaten Simalungun .

(14)

2.4 Kecamatan Tanah Jawa sebelum 1960

a. Masa pemerintah kolonial Belanda

Sebelum ke wilayah Tanah Jawa, Belanda sudah berada di Tanah Batak (Tapanuli Utara). Tujuan kedatangan dari kolonial Belanda adalah untuk memperluas tanah jajahannya. Selama di tanah batak belanda mendengar berita tentang tanah simalungun yang diperintah oleh kerajaan yang bersifat tradisional. Kontrolir Belanda

yang tiba di Kerajaan Tanah Jawa adalah kontrolir DA Kroesen dan Pale Van Dijk.29

Belanda mencoba masuk dan mempengaruhi yang ada dalam kerajaan.

Pada awal abad 20 wilayah Simalungun mengalami perubahan dengan hadirnya kolonial Belanda. Pada tahun 1889 Tanah Jawa berada dalam pengaruh

Belanda 30 ketika salah satu dari anggota kerajaan meminta bantuan kepada

Pemerintah Kolonial Belanda. Pemerintah Belanda menerimanya dan dengan begitu telah membuka jalan bagi Belanda untuk memperluas pengaruhnya di wilayah Kerajaan Tanah Jawa. Pada tahun 1891 kerajaan-kerajaan yang ada di simalungun takluk kepada Pemerintah kolonial dan diperkuat lagi dengan perjanjian Korte

Verklaring (Plakat Pendek)31 pada tahun 1907 yang ditandatangani setiap kerajaan termasuk kerajaan Tanah Jawa (10 september 1907). Kolonial Belanda mulai

29 J Tideman, op.cit, hlm. 32. 30 Ibid, hlm 32.

31 Perjanjian Korte Verklaring berisi : Belanda akan mengelola tanah-tanah mereka sambil

secara politis raja kecil itu dilarang menjalin relasi dengan kerajaan di luar Simalungun (Martin Lukito Sinaga, Identitas Poskolonial “Gereja Suku” dalam Masyarakat Sipil, Yogyakarta : PT Lkis Pelangi Aksara, 2004, hlm 57)

(15)

menerapkan bentuk pemerintahan baru, dimana dengan memberikan pengakuan kekuasaan terhadap raja-raja yang terdapat di Simalungun dan tetap dalam pengawasan kolonial Belanda. Namun, sistem kemasyarakatan atau adat istiadat yang telah dijalankan selama ini tetap berjalan atau tidak dihapuskan oleh kolonial Belanda. Kedatangan penjajah Belanda ke Simalungun membawa perubahan dalam struktur ekonomi dan sosial yang besar di Simalungun lewat kehadiran para planters (tuan-tuan kebun). Dimana dengan potensi tanah yang terdapat diwilayah Simalungun merupakan daerah yang sangat subur dan cocok untuk membuka perkebunan.

Adanya pembukaan perkebunan di wilayah Tanah Jawa secara otomatis akan membutuhkan banyaknya para tenaga kerja mengingat suku asli simalungun tidak mau bekerja kepada belanda karena masyarakat juga memiliki lahan yang luas untuk dikelola dan juga penduduknya masih tergolong sedikit. Untuk memenuhi kebutuhan perkebunan akan pekerja, Belanda mendatangkan migran dalam jumlah yang sangat besar. Dengan kesempatan ini semakin banyak para migrasi ke wilayah ini baik suku jawa dari luar Sumatera Timur (sebagai buruh kuli kontrak), suku mandailing (sebagai pedagang) serta suku Batak Toba (yang dominan sebagai petani). Akan tetapi Suku Batak Toba tidak tinggal dan bekerja di dalam perkebunan, mereka

sengaja didatangkan untuk mengatasi persediaan pangan 32 karena terbatasnya

32 Suku Toba dikenal sebagai suku yang mahir bertani padi. Orang Toba dikenal mahir bertani

padi dengan bersawah (wet cultivating), metode yang lebih produktif daripada berladang (dry cultivating).

(16)

sumber-sumber beras di daerah tanah jawa dan untuk dipekerjakan di administrasi perkantoran.

Bahkan, orang-orang Toba diberi wilayah dan hak khusus oleh pemerintah kolonial, hal ini dilakukan oleh Belanda demi menunjang kelanggengan usaha para planters yang menguntungkan keuangan kolonial Belanda. Para migrasi Batak Toba yang berhasil membawa beberapa keluarga akan diberikan Jabatan. Hal ini menarik perhatian dan banyak dimanfaatkan orang Batak Toba terutama bagi masyarakat yang tidak memiliki Jabatan di daerah asal dengan membawa beberapa keluarga ke wilayah ini akan mendapatkan Jabatan ditempat yang baru ditujunya.

Dalam mengusahakan swasembada pangan, pihak Belanda juga memfasilitasi usaha pertanian orang Batak Toba dengan membuka lahan-lahan pertanian dan membuka irigasi seperti di Juma Saba telah dibangun tali air permanen pada tahun 1910. Disamping itu, meluasnya penyebaran penduduk batak toba ke sumatera timur akibat adanya perkembangan ekonomi. Kehadiran mereka juga telah dijelaskan diatas. Dengan demikian diperlukan adanya perluasan tanah-tanah pertanian. Migrasi Batak Toba secara berangsur-angsur mendesak Batak Simalungun menjadi kelompok minoritas.

Kehadiran mereka juga menimbulkan berbagai masalah karena tanah-tanah yang secara turun-temurun dimiliki penduduk asli, kini digarap tidak hanya

(17)

perkebunan asing tetapi juga oleh para petani Batak Toba.33 Dampak lain dari masuknya pemerintahan kolonial belanda adalah berkembangnya lembaga pendidikan atau sekolah. Pada tahun 1936 berdiri Kesatuan Simalungun (Simalungun

Sapariahan) yang bertujuan untuk mengembangkan kebudayaan Simalungun.

Sentimen anti-Toba tampak kuat di daerah Simalungun karena perampasan tanah oleh migrasi Batak Toba. Untuk mengatasi hal itu, pemerintah Belanda menyediakan

1.500 hektar tanah sawah untuk kepentingan penduduk asli simalungun.34

b. Masa Pemerintahan Jepang

Jepang mulai masuk di daerah Simalungun pada bulan Februari 1942, mereka

masuk bukan dari Medan akan tetapi dari Pantai Cermin dan dari Tanjung Balai.35

Setelah kekalahan belanda, jepang berhasil menduduki wilayah sumatera. Pada masa pemerintahan jepang, jepang mengambil suatu tindakan bahwa seluruh tanah perkebunan adalah milik kekaisaran Jepang dan semuanya dibawah kontrol

pemerintahan Jepang.36 Namun sistem kerajaan yang terdapat di simalungun tidak

dihapuskan oleh pihak Jepang, karena Jepang memanfaatkan hal ini untuk

33

Suprayitno, op.cit, hlm 26.

34 Ibid, hlm 41.

35 Proyek pengembangan Permuseuman Sumatera Utara Departemen Pendidikan Dan

Kebudayaan, Monografi Kebudayaan Suku Batak Simalungun di Kabupaten Simalungun, Medan, 1980/1981, hlm 231.

36 Dengan adanya keputusan ini berarti hak istimewa yang dimiliki penguasa tradisional

(18)

kepentingannya.37 Dan segera perlahan-lahan, Jepang memperalat raja-raja untuk menjalankan keinginannya untuk mengumpulkan bahan pangan dari rakyat. Lama kelamaan kedudukan raja-raja dan bangsawan sangat ditekan dan sebagai akibatnya penghormatan pada golongan ini semakin lama semakin berkurang, karena kelemahan atas golongan ini yang tidak mampu memimpin setiap masyarakatnya. Pemerintahan jepang memerintahkan agar tanah kosong di Sumatera Timur dan sebagian tanah perkebunan segera ditanami padi, jagung. Adanya kebijakan ini menyebabkan para pendatang segera berdatangan dan membuka tanah-tanah kosong dan hutan lebat banyak dijadikan persawahan, bahkan menganggap sebagai miliknya sendiri. Tindakan ini memang jelas memberikan kerugian kepada pihak suku asli dan kerajaan. Mereka tidak hanya kehilangan tanah tetapi mereka menyaksikan bagaimana tanah tersebut diambil alih oleh sejumlah besar kaum pandatang.

Pada tahun 1943, Jepang membentuk Shu Sangikai (Dewan Penasihat). Di

wilayah Sumatera Timur ini di dominasi oleh kaum kerajaan.38 Jepang membentuk

suatu Organisasi yakni BOEMPA (Badan Oentoek Membantoe Pertahanan Asia) dan

Heiho.39 Pada masa pemerintahan Jepang ini membawa suatu perubahan, masyarakat

semakin berpikiran radikal dan kesadaran nasionalis. Pada 14 Agustus 1945 jepang

37 Nazief Chatib, dkk, Sejarah Daerah Sumatera Utara, Medan : Proyek Penelitian Dan

Pencatatan Kebudayaan Daerah 1976/1977, 31 Desember 1976, hlm 142.

38

Ibid, hlm 49.

39 BOEMPA adalah mendukung pemerintahan militer Jepang. Sedangkan Heiho adalah

sebagai tentara pembantu pasukan Jepang dan sebagai lasykar rakyat yang memiliki kemampuan untuk bertempur di lapangan.

(19)

mengalami kekalahan dan pada 17 Agustus 1945 Soekarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

c. Revolusi Sosial

Revolusi adalah wujud perubahan sosial sebagai tanda perpecahan mendasar dalam proses historis. Revolusi muncul akibat adanya ketidakpuasan yang selanjutnya disampaikan oleh agitasi dan provokasi dari pihak-pihak yang berkepentingan dengan menunjukkan kelemahan atau rasa kebencian pada rezim yang akan dijatuhkan. Artinya suatu revolusi tidak pernah berjalan spontan, dia berada dalam posisi direncanakan secara rapi dengan memanfaatkan situasi ketidakpuasan publik. Dengan mengatasnamakan menjunjung tinggi kedaulatan rakyat, kelompok Revolusioner melakukan pemberontakan yang berujung dengan pembunuhan dan perampokan pada orang-orang bangsawan.

Revolusi ini dipicu oleh gerakan kaum komunis yang hendak menghapuskan sistem kerajaan dengan alasan antifeodalisme dan yang tidak begitu antusias terhadap kemerdekaan Indonesia karena setelah Jepang masuk, pemerintah Jepang mencabut semua hak istimewa kaum bangsawan dan lahan perkebunan diambil alih oleh para buruh. Kaum bangsawan tidak merasa senang dan berharap untuk mendapatkan hak-haknya kembali dengan bekerja sama dengan Belanda/NICA, sehingga semakin menjauhkan diri dari pihak pro-republik. Sementara itu pihak pro-republik mendesak kepada komite nasional Indonesia (KNI) di wilayah Sumatera Timur supaya daerah

(20)

istimewa seperti Pemerintahan swapraja/kerajaan dihapuskan dan menggantikannya dengan pemerintahan demokrasi rakyat sesuai dengan semangat perjuangan kemerdekaan. Revolusi melibatkan mobilisasi rakyat yang berujung pada pembunuhan anggota keluarga yang dikenal dengan pro-Belanda. Sebelum Revolusi Sosial di Simalungun terjadi, pada 3 februari 1946 diadakan muasyawarah di gedung KNI Medan. T.M.Hasan mendesak agar raja-raja memutuskan hubungannya dengan

Belanda dan melakukan proses demokratisasi dan mendukung Republik Indonesia.40

Dalam musyawarah Loet Siregar secara lebuh tegas menyatakan bahwa pemerintahan Republik yang berdasarkan kepada rakyat semua yang berbau feodal

akan dilenyapkan. Rakyat menginginkan semua wilayah kerajaan di

demokratisasikan. Memasuki bulan Maret, Republik terombang-ambing antara

revolusi dan evolusi.41 Kondisi ini menghambat proses pemerintahan di Sumatera

Timur. Semangat revolusioner yang berkecamuk di Sumatera Timur pada 3 Maret 1946 sulit untuk dibendung. Belanda sendiri sebagai tuan besar penyelamat yang diharapkan pihak kerajaan tidak dapat berbuat apa-apa. Kekerasan yang terjadi selama bulan maret 1946 telah melenyapkan semua kerajaan di Sumatera Timur, hanya dalam tempo beberapa hari, kerajaan runtuh disapu ganasnya revolusi sosial. Setelah revolusi sosial terjadi, semua hak istimewa atas tanah dicabut. Tanah-tanah perkebunan dibagikan kepada buruh-buruh dan petani. Dalam Revolusi Sosial,

40 Suprayitno, op.cit, hlm 71. 41 Ibid, hlm 73.

(21)

anggota kerajaan Tanah Jawa banyak yang dibunuh dan Jones Sihombing mengatakan bahwa anggota kerajaan yang dibunuh mayatnya dipotong-potong dan

ada yang diperkosa.42

Dengan dihapuskannya pemerintahan kerajaan, ribuan petani menduduki tanah-tanah perkebunan. Revolusi sosial dengan tiba-tiba telah mengubah keadaan sebelumnya. Dalam analisa Cunningham, akibat daerah Sumatera Timur mengalami revolusi sosial berdarah yang mengubah keadaan, pada tahun 1950 hampir 50% penduduk di wilayah Tapanuli bermigrasi ke Simalungun. Mereka melihat keadaan kacau Simalungun sebagai kesempatan bagi mereka dan menyebut momen itu

sebagai hadiah revolusi yang telah terjadi.43

42 Wawancara dengan Jones Sihombing, 6 Agustus 2015.

43 Martin Lukito Sinaga, Identitas Poskolonial “Gereja Suku” dalam Masyarakat Sipil,

Gambar

Tabel  2.1  :  Jumlah  Penduduk  Warga  di  Kecamatan  Tanah  Jawa,  Kabupaten Simalungun  pada tahun 1983
Tabel  2.2  :  Jumlah  Penduduk,  Luas,  dan  Kepadatan  Penduduk  di  Kecamatan Tanah Jawa, Kabupaten Simalungun  pada tahun 1992
Tabel 2.3 : Camat di Kecamatan Tanah Jawa
Tabel 2.4 : Penduduk Menurut Agama Yang Dianut Tahun 1992.

Referensi

Dokumen terkait

Penilaian hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak diujikan pada UN dan aspek kognitif dan/atau

[r]

Pra penelitian yang dilakukan di UPTD Pengolahan Kulit Padang Panjang dengan menggunakan bahan penyamak nabati lainnya yang berasal dari gambir sebanyak 15- 35% diperoleh

Sistem Informasi Geografis Pembangunan Jaringan Irigasi Kementerian Perusahaan Umum provinsi Bengkulu dapat diakses pada halaman website http://sigi-bws7.com. Menu

memasy asyarak arakatk atkan an per perhat hatian ian khu khusus sus pad pada a seju sejuml mlah ah fak faktor tor. /i /i sisi sisi lai lain n kar karena ena metode

Selanjutnya kepada jurusan pertanian maupun kehutanan dapat pula diberi kebebasan untuk mengikuti sejumlah mata kuliah yang nantinya mendapat surat keterangan (mata

sempit. Kegiatan budidaya lele organik ini diajukan sebagai program I b M bagi ibu-ibu rumah tangga RT 01/ RW 08 dan RT 02/ RW 08 Desa Bandardawung karena ikan

Pada penelitian ini, pelaku distribusi yang diamati adalah pabrik, gudang penyangga dan packing plant, dan distributor & toko yang diagregatkan dalam