• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 4.1 Teluk Dalam Sebagai Pusat Kebudayaan Kabupaten Nias Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 4.1 Teluk Dalam Sebagai Pusat Kebudayaan Kabupaten Nias Selatan"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

4.1 Teluk Dalam Sebagai Pusat Kebudayaan Kabupaten Nias Selatan

Kabupaten Nias Selatan merupakan kabupaten baru dari pemekaran Kabupaten Nias yang disahkan melalui Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2003 dengan ibu kota Teluk Dalam. Luas wilayah 1.825,2 km2, terletak di sebelah barat Pulau Sumatera, berjarak sekitar 92 mil laut dari kota Sibolga dengan perbatasan wiyalah sebagai berikut:

1. Sebelah Utara : Kabupaten Nias

2. Sebelah Selatan : Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat

3. Sebelah Timur : Kabupaten Mandailing Natal dan Pulau-Pulau Mursala, Kabupaten Tapanuli Tengah

4. Sebelah Barat : Kabupaten Nias Barat

Pada bagian latar belakang penelitian ini telah disinggung bahwa sebelum pemekaran pulau Nias menjadi beberapa kabupaten, daerah Kabupaten Nias Selatan dewasa ini adalah himpunan desa-desa yang ada di daerah kecamatan Teluk Dalam saat itu dan beberapa pulau yang terletak di bagian Selatan Pulau Nias. Menurut catatan yang diinformasikan oleh tim Kesenian dan Kebudayaan Kabupaten Nias Selatan yang turut serta dalam Pesta Kesenian Bali XXXIII pada tanggal 17 juni 2011, leluhur orang Nias di daerah Teluk Dalam yang migrasi dari daerah Gomo saat itu ada empat orang dengan daerah pendudukan mereka masing-masing yang disebut öri, yakni:

(2)

Gambar 4.1 Peta Kabupaten Nias Selatan 1. Mölö, keturunannya mendiami öri Maenamölö saat ini; 2. Lalu, keturunannya mendiami öri Onolalu sekarang; 3. Zinö, keturunannya mendiami öri Mazinö dewasa ini; 4. Ene, keturunannya mendiami öri To’ene hingga kini.

Dari keterangan ini jelas menggambarkan bahwa tradisi-tradisi Nias Selatan dewasa ini bersumber dan identik dengan kebudayaan daerah Teluk Dalam yang berasal dari keempat nenek moyang tersebut di atas.

Dalam brosur resmi yang diterbitkan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Nias Selatan menyebutkan beberapa tempat wisata yang sangat menarik di daerah Teluk Dalam selain keindahan alam berupa pantai atau tempat

(3)

rekreasi lainnya yaitu wisata budaya dan peninggalan sejarah. Disebutkan beberapa di antaranya adalah lompat batu, tari perang, seni musik tradisional seperti tari moyo, faluaya, mogaele, manahö, famadaya harimao, famadaya saembu, famadaya jahili. Diterangkan bahwa atraksi-atraksi dan seni budaya tersebut dapat disaksikan di setiap desa tradisional di daerah Teluk Dalam seperti desa Bawömataluo, Orahili Fau, Hilisimaetanö, Hilinawalö Fau, Botohilitanö, Hiliamaetaniha, Mazinö, Hilisatarö melalui sanggar-sanggar budaya. Selain itu, peninggalan sejarah juga tersebar pada beberapa titik di daerah Teluk Dalam, seperti Situs Megalit, berupa batu megalit yang dibuat sebagai tanda peringatan dan simbol status sosial kehidupan masyarakat daerah Nias Selatan. Batu-batu megalit ini tersebar di berbagai tempat, khususnya di lokasi desa-desa tertua di Teluk Dalam. Bahkan, sebagian besar lokasi tersebut telah ditinggalkan warga desa dan berpindah ke tempat lain. Berbagai peninggalan sejarah ini antara lain: 1. Börönadu

Börönadu merupakan suatu lokasi yang terdapat beberapa jenis batu megalit. Situs ini terletak di Desa Sifalagö, Kecamatan Gomo, 44 km dari Teluk Dalam. Menurut keterangan dari Kepala Bidang Kebudayaan Kabupaten Nias Selatan (F. Nehe, 2012), Börönadu ini secara umum sudah dikenal oleh wisatawan maupun budayawan, bahkan para arkeolog nasional dan internasional. Di tempat ini terdapat batu megalit berbentuk gowe atau arca. Di samping gowe terdapat sembilan buah osali nadu berupa tempat duduk yang terbuat dari batu pahat. Dalam bahasa Nias modern, istilah osali sering dimaksud sebagai gereja (Zagötö, 2010) atau rumah ibadah umat Nasrani.

(4)

Sedangkan nadu berasal dari kata “adu” yang berarti patung (Lase, 2011). Kata-kata ini dapat memberikan keterangan bahwa sebelum agama Kristen masuk ke Nias, nenek moyang orang Nias telah memiliki system kepercayaan dan tempat pemujaan.

Gambar 4.2 Gowe atau Arca dan Salah Satu Osali Nadu. Foto: niasisland.com

2. Tundrumbaho

Batu megalit ini juga terletak di daerah kecamatan Gomo, merupakan batu megalit yang dipahat dengan berbagai bentuk dan motif seperti ni’ogadi, saita gari, daro-daro, osa-osa dan behu.

Gambar 4.3. Daro-Daro dan Ni’ogadi, Contoh Bentuk Batu Megalit di Tundrumbaho Osali Nadu Gowe

(5)

3. Hililaja dan Lölö Ana’a

Menurut keterangan dari Nehe (2012), kepala bidang kebudayaan Kabupaten Nias Selatan, berbagai bentuk situs megalit di lokasi Hililaja dan Lölö Ana’a masih utuh dan terpelihara. Bentuk pahatan batu menyerupai manusia, batu tegak tinggi dan batu berbentuk bulat untuk tempat duduk. Bentuk dan motif yang sama dapat dijumpai di desa Lölö Ana’a, berjarak 3 km dari pusat kota kecamatan Lölömatua. Situs megalit di desa Hililaja dapat ditempuh dengan kendaraan umum yang berjarak 2,5 km dari pusat ibu kota Kecamatan Lölömatua.

Gambar 4.4. Situs Megalit di Hililaja dan Lölö Ana’a. Foto: Budpar Nias Selatan. 4. Tetegewo

Situs Tetegewo terletak di Desa Hilisao’ötö yang berjarak 12 km dari kecamatan Lahusa. Salah seorang staf Kebudayaan dan Pariwisata, Frederik Fau menerangkan bahwa lokasi Tetegewo masih belum terjangkau oleh kendaraan. “Kita harus berjalan kaki sekitar 1,5 km untuk mencapai puncak lokasi.” Diterangkan bahwa, bentuk dan motif pahatan batu di lokasi ini antara

(6)

lain: saita gari, ni’ogadi, tempat penyimpanan tengkorak, penjara kuno, osa-osa dan behu, seperti terlihat pada beberapa gambar di bawah ini.

Gambar 4.5 Desa Tradisional Hilisao’ötö. Foto: Nias-bangkit.com

Gambar 4.6 Batu Megalit di Puncak Tetegewo. Foto: Nias-bangkit.com

4.2 Gambaran Umum Desa Bawömataluo 4.2.1 Letak dan Keadaan Geografis

Desa Bawömataluo saat ini termasuk dalam Kecamatan Fanayama, Kabupaten Nias Selatan, Provinsi Sumatera Utara. Luas area pedesaan ± 5 (lima) hektar dan berada pada ketinggian sekitar 400 meter atau 1.313 kaki di atas permukaan laut. Nama Bawömataluo sering diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai “Bukit Matahari”. Dari nama ini sudah dapat dibayangkan

(7)

bahwa desa ini memang dibangun di atas perbukitan sehingga relatif aman terhadap ancaman gelombang besar atau tsunami, meskipun jaraknya hanya sekitar 4 km dari tepi laut.

Wilayah Bawömataluo sendiri seluas 17.000 hektar dan berbatasan dengan beberapa desa berikut:

Sebelah utara : Desa Lahusa Fau dan Desa Siwalawa Sebelah selatan : Desa Hili Zihönö dan Desa Sondege Asi Sebelah timur : Desa Hili Geho dan Desa Hili Sondekha Sebelah barat : Desa Orahili Fau dan Desa Hili Simaetanö.

Jarak Desa Bawömataluo dari Ibu Kota Kabupaten Nias Selatan yakni kota Teluk Dalam sekitar 12 km. Desa ini dapat dijangkau dengan kendaraan roda dua maupun roda empat. Sarana transportasi jalur laut dapat dicapai ke kota Teluk Dalam dengan kapal Ferry dari Pelabuhan Teluk Bayur Sumatera Barat dengan jadwal 2 kali seminggu selama 10 jam perjalanan. Kapal-kapal yang lebih besar juga dapat digunakan seperti Balanak dan kapal Pelni yang bergantian datang 1 Minggu sekali dari Pelabuhan Sibolga, Tapanuli Tengah ke Pelabuhan Baru, Gunung Sitoli. Dari kota Gunung Sitoli yang merupakan ibu kota Kabupaten Nias, digunakan kendaraan umum ke kota Teluk Dalam yang berjarak sekitar 100 km dan ditempuh selama sekitar dua jam perjalanan.

Untuk jalur penerbangan, sementara ini baru beroperasi bandar udara Binaka yang berjarak 20 km dari Kota Gunung Sitoli. Penerbangan komersil dilayani oleh Wings Air sebanyak 4-5 kali sehari dari bandara Polonia, Medan.

(8)

Kapal perintis seperti Merpati dan SMAC (Sabang Merauke Air Charter) juga melayani rute ini dengan waktu tempuh sekitar 1 jam perjalanan.

Pemerintah daerah Kabupaten Nias Selatan pada dasarnya sedang membuka bandara Silambo, di desa Batohilitanö, kecamatan Luaha Gundre, berjarak sekitar 10 km dari kota Teluk Dalam. Letak bandara tersebut sangat strategis karena berada di dekat Pantai Sorake yang ombaknya sudah tersohor ke seantero dunia terutama pencinta selancar air dan Pantai Lagundri yang terkenal dengan pasir putihnya. Silambo juga tidak jauh dari desa Bawömataluo, berjarak hanya sekitar 14 km. Pembebasan lahan telah dilakukan sejak akhir tahun 2007. Menurut informasi dari niasonline.net, data BRR Nias menunjukkan bahwa hingga tahun 2009, proyek itu sudah menyerap anggaran hingga Rp. 27 miliar. Pada pertengahan tahun 2011, bupati Nias Selatan, Idealisman Dachi lewat wawancara eksklusif dengan Nias Online mengatakan bahwa bandara Silambo paling lambat tahun 2013 sudah beroperasi. (Nehe, 16/5/2011). Namun, pada kenyataannya bandara tersebut belum diselesaikan pembangunannya hingga saat ini.

4.2.2 Kependudukan dan Pemukiman

(9)

Jumlah penduduk desa Bawömataluo per Juni 2011 sebanyak 5.257 jiwa yang terdiri atas laki-laki 2.663 jiwa dan perempuan 2.594 jiwa dengan jumlah keluarga sebanyak 1.310 KK. Sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani sebanyak 300 KK, disusul tenaga honorer sebanyak 180 orang, buruh 120 orang dan pegawai negeri sipil (PNS) sebanyak 72 orang. Profesi lain yang digeluti adalah sebagai pengrajin sebanyak 62 orang, tukang 30 KK, kontraktor sebanyak 15 orang, dan pedagang terdiri dari 12 KK. Untuk lebih jelasnya, kependudukan desa Bawömataluo dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.1 Kependudukan Desa Bawömataluo Berdasarkan Profesi

Profesi Petani Honorer Buruh PNS Pengrajin Tukang Kontraktor Pedagang Jumlah (jiwa/KK) 300 KK 180 orang 120 orang 72 orang 62 orang 30 KK 15 orang 12 KK

Sumber: Diadaptasi dari monografi desa Bawömataluo periode Juni 2011

Pemukiman desa Bawömataluo terdapat sekitar 794 rumah yang terdiri dari 142 omo hada (rumah adat), 462 omo ndrawa (rumah permanen biasa) dan 192 rumah darurat atau rumah sangat sederhana. Menurut laporan bulanan di Desa Bawömataluo, masih terdapat 300 KK yang belum memiliki rumah. Jumlah besar keluarga yang belum memiliki rumah ini biasanya keluarga baru menikah dan masih tinggal dengan orang tua mereka. Ada juga keluarga yang memang tidak mampu memiliki tempat tinggal dan mereka biasanya menumpang di rumah sanak saudara mereka yang memiliki rumah.

Tabel 4.2 Pola Pemukiman Desa Bawömataluo Bentuk Rumah Jumlah Unit /

Jumlah KK Keterangan

Rumah adat 142 unit Tercatat sekitar 300 keluarga (KK) yang Rumah permanen 462 unit

(10)

Rumah darurat/sangat

sederhana 190 unit

belum memiliki rumah tinggal pribadi di desa ini.

Total 794 unit

Sumber: Diadaptasi dari Laporan Bulanan Desa: Bawömataluo periode Juni 2011

Jumlah rumah adat (omo hada) di desa Bawömataluo yang hanya 142 unit, memang tidak sebanyak rumah biasa lainnya. Namun rumah-rumah adat ini berada tepat di jantung kampung Bawömataluo. Berdasarkan ukurannya terdapat 3 jenis omo hada di desa ini yakni omo hada sebua (rumah adat yang sangat besar milik raja di desa tersebut) sebanyak 1 unit, omo hada sito’ölö (rumah adat dengan ukuran agak besar) sebanyak 15 unit, dan sisanya omo hada side-ide (rumah adat ukuran kebanyakan). Konon, ukuran rumah ini menggambarkan status sosial seseorang di desa tersebut. Rumah dengan ukuran yang agak besar biasanya dimiliki oleh keluarga bangsawan (si’ulu). Pada gambar berikut ini menunjukkan perbedaan tipe rumah yang dimaksud.

Gambar 4.8 Rumah adat di Desa Bawömataluo: Rumah Raja, Rumah Bangsawan (tengah) dan rumah masyarakat kebanyakan. Foto: Koleksi Pribadi Penulis.

(11)

4.2.3 Sarana Ibadah, Pendidikan dan Kesehatan Desa Bawömataluo

Di desa Bawömataluo terdapat lima unit sarana ibadah berupa gereja sebab mayoritas penduduk desa ini menganut agama Kristen. Penganut agama Katolik hanya sekitar 1.133 atau 21,55% dari total jumlah penduduk di desa ini. Agama Protestan jauh lebih banyak sehingga terbagi dalam empat denominasi yakni BKPN (Banua Keriso Protestan Nias) dengan jumlah umat mayoritas yakni 3374 orang atau sekitar 64,18% dari jumlah penduduk desa Bawömataluo. Tiga denominasi lainnya masing-masing Gereja Bala Keselamatan dengan jumlah umat 338 orang, BNKP (Banua Niha Keriso Protestan) ada 304 umat dan GKPI (Gereja Kristen Protestan Indonesia) dengan jumlah umat 108 orang. Berikut ini tabel yang menunjukkan persentasi umat beragama di Desa Bawömataluo.

Tabel 4.3 Jemaat dan Sarana Ibadah di Desa Bawömataluo

Gereja/Sarana Ibadah Keadaan umat Pimpinan

Jumlah Umat Persentase

BKPN 3374 orang 64,18% Gj. Baliu Nehe KATOLIK 1133 orang 21,55% Ltr. Apolonius Manaö BALA KESELAMATAN 338 orang 6, 43% Pdt. Situasi Wau BNKP 304 orang 5,78% Gj. Niodödö Buulölö GKPI 108 orang 2,06% Pdt. Ukuran Bali

Total 5257 orang 100%

Sumber: Diadaptasi dari Laporan Bulanan Desa: Bawömataluo periode Juni 2011

Sarana pendidikan di Desa Bawömataluo termasuk memadai sebab desa ini telah ada 1 (satu) Taman Kanak-Kanak, 2 (dua) lembaga Sekolah Dasar, 2 (dua) perguruan Sekolah Menengah Pertama, 1 (satu) Sekolah Menengah Atas, 1 (satu) Sekolah Menengah Kejuruan dan bahkan sudah terdapat kursus bahasa Inggris di bawah pimpinan Petrus Zagötö dan PAUD di bawah asuhan Elmina Hura. Tabel berikut memaparkan sarana pendidikan di Desa Bawömataluo.

(12)

Tabel 4.4 Sarana dan Lembaga Pendidikan di Desa Bawömataluo

Nama Lembaga Siswa

Tenaga

Pengajar Pimpinan Lk Pr Jmlh PNS GTT

TK BINA MANDIRI 28 27 55 - 2 Yostasina Atimeta

SDN 071101 167 119 286 7 15 Solidar Fau, S.Pd

SD INPRES 99 83 182 8 7 Haiya Zagöto, S.Pd

SMPN 1 FANAYAMA 86 76 162 8 6 Hasanötöna Wau, A.Md

SMPN 4 FANAYAMA 117 126 243 12 19 Mewaris Zagötö, A.Md

SMAN 1 FANAYAMA 40 70 110 13 3 Martinus Tel, S.Pd, S.Sos

SMKN 1 FANAYAMA 45 23 68 6 10 Florius Manaö, S.Pd

THE FAMILY ENGLISH 30 17 47 - 2 Petrus Zagötö

PAUD 116 120 236 - 3 Elmina Sihura

Sumber: Diadaptasi dari Laporan Bulanan Desa: Bawömataluo periode Juni 2011

Selain sarana ibadah dan sarana pendidikan, Desa Bawömataluo juga telah terdapat Puskesmas sebagai sarana pelayanan kesehatan bagi masyarakat desa. Sesuai laporan yang diberikan oleh kepala desa kepada peneliti, layanan pusat kesehatan masyarakat ini per tanggal 22 Juni 2012 masih di bawah pimpinan Edita Wau, S. Km.

4.3 Pengembangan Pariwisata dan Perekonomian

Pengembangan pariwisata di Nias Selatan, khususnya di Desa Bawömataluo terus diupayakan. Utamanya pada empat tahun belakangan ini. Desa Bawömataluo di bawah pimpinan Bapak Ariston Manaö terus berbenah diri dalam pembangunan ekonomi berbasis pariwisata budaya. Bahkan sejak tahun 2009, Desa Bawömataluo telah didaftarkan menjadi salah satu warisan budaya dunia di UNESCO, meskipun statusnya masih dalam tentative list hingga saat ini. Namun demikian, desa ini tidak patah semangat dalam memperkenalkan budayanya ke seluruh nusantara, bahkan dunia.

Perjuangan ini dapat dilihat dari kunjungan wisatawan yang melonjak pada tahun 2011. Penyebabnya adalah diadakannya suatu pagelaran budaya di desa ini yang dinamakan “Festival Bawömataluo 2011” pada bulan Mei. Tabel berikut ini

(13)

menunjukkan peningkatan kunjungan wisata di Desa Bawömataluo setelah diadakannya Festival Bawömataluo 2011.

Tabel 4.5 Data Kunjungan Wisata di Desa Bawömataluo

Tahun Bulan 2009 2010 2011 2012 Januari 658 1.103 6.802 Februari 378 1.376 7.206 Maret 396 1.675 6.912 April 413 1.856 7.102 Mei 389 51.000 8.968 Juni 369 4.589 Juli 426 5.932 Agustus 2.368 6.697 September 479 6.707 Oktober 635 6.843 November 212 758 6.498 Desember 3.689 3.874 8.197 Jumlah 3.901 11.143 102.473

Sumber: Monografi Desa Bawömataluo periode Juni 2012

Banyak hal yang menarik ketika berkunjung ke Desa Bawömataluo. Selain hombo batu yang begitu populer di desa ini, omo sebua (rumah adat milik raja desa setempat) juga menjadi kebanggaan desa Bawömataluo. Rumah adat yang masih tertata rapi ba mboto mbanua (pada kampung inti), batu megalit yang berumur ratusan tahun dan bawa göli ni fobawa lasara (gerbang tangga desa yang dihiasi oleh patung mulut harimau pada kedua sudut tangga masuk desa, terutama pada gerbang utama pintu masuk desa). Letaknya yang berada di perbukitan, membuat desa ini memiliki pemandangan yang menakjubkan. Ketika berada di puncak pintu gerbang masuk desa di sebelah barat, daya tarik pariwisata di Nias Selatan sebagian besar terlihat, seperti pantai Lagundri, pantai sorake, bandara Silambo yang sedang dibangun, bahkan perkantoran dinas kebudayaan dan pariwisata Nias Selatan.

(14)

Gambar 4.9 Daya Tarik Pariwisata Budaya Desa Bawömataluo Keterangan gambar:

1. Pintu gerbang menuju Desa Bawömataluo, terdiri atas 88 anak tangga. 2. Rumah raja (omo ni folasara) di Desa Bawömataluo, tampak depan.

3. Batu-batu va’ulu sebagai lambang kedudukan seseorang di daerah Maenamölo 1 2 3 4 5 6 7 8 9

(15)

4. Ewali (pekarangan rumah) di Desa Bawömataluo.

5. Salah satu bentuk batu megalit di Nias Selatan berupa daro-daro jibihasa (tempat duduk leluhur).

6. Anak-anak muda di Desa Bawömataluo menjajakan beberapa jenis souvenir kepada wisatawan, sebagai salah satu wujud dari penambahan lapangan pekerjaan dan pendapatan masyarakat pada umumnya.

7. Balai desa sebagai tempat orahu mbanua atau rapat untuk wadah musyawarah desa di Desa Bawömataluo.

8. Salah satu bentuk rumah adat di Nias Selatan, selain omo sebua.

9. Pemandangan ke Pantai Sorake (salah satu tempat surfing) di Nias Selatan, dilihat puncak pintu gerbang utama di Desa Bawömataluo.

Gambar

Gambar 4.1 Peta Kabupaten Nias Selatan
Gambar 4.2 Gowe atau Arca dan Salah Satu Osali Nadu. Foto: niasisland.com
Gambar 4.4. Situs Megalit di Hililaja dan Lölö Ana’a. Foto: Budpar Nias Selatan.
Gambar 4.6 Batu Megalit di Puncak Tetegewo. Foto: Nias-bangkit.com
+6

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan hubungan pekerjaan, peran PMO, pelayanan kesehatan, dukungan keluarga dan diskriminasi terhadap ketidakteraturan

Konsentrasi ini cenderung sama dengan konsentrasi klorofil-a pada daerah fishing ground ikan pelagis besar dengan jarak dari 22-46 mil laut pantai Kabupaten Manokwari,

Pengetahuan tentang berbagai gejala (fisik maupun sosial) yang berlangsung di muka bumi yang direpresentasikan sebagai gejala keruangan (spatial phenomena) suatu obyek tertentu

Di masa pendemi covid-19 metode Belajar akan mempengaruhi hasil belajar, untuk memperoleh proses pembelajaran yang efektif dimasa pendemi, serta menarik perhatian

Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir Menguasai bahasa Madura lisan dan tulis, reseptif Menilai penggunaan bahasa Madura pada Tingkat keilmuan yang mendukung mata

Memberikan persetujuan kepada Perseroan untuk melakukan Penawaran Umum Terbatas VIII dengan cara menerbitkan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu kepada Para Pemegang

Kontrak/Berita Acara Serah Terima Pekerjaan FHO /Berita Acara Pembayaran Terakhir BAP ASLI atau REKAMAN yang sudah dilegalisir oleh instansi yang berwenang

Di dalam matematika terdapat banyak sekali materi salah satunya yaitu KPK dan FPB. Menyelesaikan soal KPK dan FPB bisa dilakukan dengan banyak cara, dalam hal ini