BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pada tahun 2014 pemerintah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Danau Toba dan Sekitarnya. Perpres ini mengatur rencana tata ruang Kawasan Danau Toba yang disebutkan sebagai Kawasan Strategis Nasional. Pada tahun 2016, dengan pertimbangan untuk mempercepat pengembangan dan pembangunan Kawasan Pariwisata Danau Toba diperlukan pengaturan secara khusus. Guna menyatukan pelaksanaan kewenangan pengelolaan kawasan, pemerintah memandang perlu membentuk Badan Otorita Pengelola Kawasan Pariwisata Danau Toba. Atas dasar pertimbangan ini, Presiden Joko Widodo pada tanggal 1 Juni 2016 telah menandatangani Peraturan Presiden Nomor 49 Tahun 2016 tentang Badan Otorita Pengelola Kawasan Pariwisata Danau Toba. Menurut Perpres ini, Badan Pelaksana Otorita Danau Toba wajib menyusun Rencana Induk Pembangunan Kawasan Pariwisata Danau Toba untuk jangka waktu 25 tahun, yaitu tahun 2016-2041 dan Rencana Detail Pengembangan dan Pembangunan 5 (lima) tahunan Kawasan Pariwisata Danau Toba.
Saat ini Kawasan Danau Toba telah ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Nasional (KSN) berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008.Selain itu Danau Toba juga ditetapkan sebagai Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) dan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) sesuai dengan PP Nomor 50 Tahun 2011 tentang
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Nasional yang menjadikan Danau Toba sebagai salah satu dari sepuluh prioritas pengembangan kepariwisataan nasional.
KSPN: Kawasan Strategis
Pariwisata Nasional Pariwisata KEK, Kawasan Ekonomi Khusus Gambar 1.1 Lokasi 10 Destinasi Pariwisata Prioritas
TomokParsaoran adalah sebuah desa kecil yang terletak di pesisir Timur Pulau Samosir, Danau Toba, Sumatera Utara. Dibutuhkan waktu kurang lebih 4-5 Jam dari Kota Medan untuk sampai di Parapat dengan mobil pribadi atau bus antar kota. Sesampainya di Parapat, perjalanan dilanjutkan lagi dengan menyebrangi Danau Toba menggunakan kapal yang menghabiskan waktu sekitar satu jam lagi untuk sampai di Tomok. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Samosir pada tahun 2016 jumlah penduduk desa Tomok ialah sebanyak 2.128 jiwa yang terdiri atas 487 kepala keluarga. Masyarakat di desa ini menggantungkan hidup di bidang agraris, perdagangan dan pariwisata.
Desa Tomok Parsaoran menjadi salah satu detinasi pariwisata di Kabupaten Samosir dengan beberapa daya tarik wisata seperti Makam RajaSidabutar, Museum Batak, Patung Sigale-Gale, Batukursi Tomok,Museum Batak Tomok, Pasar Seni, Deretan Rumah Bolon, Patung Gajah, HKBP Resort Tomok dan gereja gereja yang sederhana memenuhi daerah ini. Ditambah pula dengan adanya resort yang berada di Tuk Tuk Siadong yang semakin mengukuhkan daaerah ini menjadi tempat pariwisata. Desa Tomok juga menjadi pintu masuk untuk menuju lokasi wisata lainnya di sekitar Danau Toba seperti TukTuk Siadong, Simanindo, Pantai Pasir Putih Parbaba. Banyaknya makam dan benda-benda peninggalan zaman megalitik dan purba menjadikan lokasi ini sebagai salah satu situs kebudayaan Batak yang cukup terkenal di kalangan wisatawan.Lokasinya yang terletak tepat di tepi dermaga penghubung ke Parapat juga memudahkan para wisatawan mengunjungi tempat ini.
Tabel 1.1 Jumlah Wisatawan di Toba Samosir Tahun 2013 – 2015
Wisatawan Tahun 2013 2014 2015 F % F % F % Wisatawan Mancanegara 10.680 10,25 12.329 10,62 11.828 10,32 Wisatawan Domestik/Nusantara 93.493 89,75 103.759 89,38 102.766 89,68 Jumlah 104.173 100 116.088 100 114.594 100
Berdasarkan statistik kunjungan wisata, jumlah pengunjung objek wisata di Toba Samosir tahun 2015 tercatat sekitar 114.594 orang yang terdiri dari 11.828 untuk wisatawan mancanegara dan 102.766 wisatawan nusantara. Jumlah pengunjung objek wisata pada tahun 2015 ini mengalami penurunan sebesar 1,29 persen (1.494 orang) dari tahun 2014, yang terdiri dari wisatawan mancanegara sebesar 2,98 persen (364 orang) dan wisatawan nusantara sebanyak 1,17 persen (1.220 orang) (BPS Kabupaten Toba Samosir, 2016).
Sejak dahulu, Tomok sudah dikenal sebagai salah satu destinasi wisata di kawasan Danau Toba. Tidak hanya menjadi destinasi wisata, lokasi ini juga menjadi tujuan penelitian berbagai peneliti maupun pelajar baik dari dalam negeri maupun mancanegara. Akan tetapi, seiring dengan perkembangan zaman kondisi pariwisata di Tomok dan Danau Toba sekitarnya semakin merosot. Semakin hari kunjungan wisatawan semakin menurun. Pada umumnya wisatawan hanya berkunjung pada akhir pekan atau hari libur. Wisatawan yang berkunjung pun pada umumnya merupakan wisatawan lokal dari Sumatera Utara. Banyak pihak yang mensinyalir bahwa penurunan jumlah wisatawan ke Danau Toba, khususnya Tomok disebabkan oleh beberapa faktor seperti terjadinya pencemaran air Danau Toba, buruknya infrastruktur, sikap masyarakat lokal, dan lain-lain.
Di tengah menurunnya geliat pariwisata di kawasan Danau Toba khususnya Tomok Parsaoran, pemerintah pusat mencanangkan kembali pembangunan pariwisata Danau Toba menjadi salah satu destinasi pariwisata nasional. Saat ini, sejumlah program telah dilaksanakan pemerintah pusat dalam rangka mewujudkan
pembangunan pariwisata Danau Toba yang dicita-citakan. Sepanjang periode tahun 2016, pemerintah telah membangun infrastruktur berupa jalan tol yang menghubungkan Kota Medan sebagai gerbang masuk ke Sumatera Utara dengan Parapat yang merupakan gerbang masuk menuju objek wisata Danau Toba khususnya Kabupaten Samosir. Dengan dibangunnya jalan ini diharapkan akan berpengaruh terhadap aksesibilitas yang memudahkan wisatawan untuk berkunjung ke Danau Toba. Sebagaimana telah disebutkan di atas, pemerintah bahkan telah membentuk badan khusus yang akan menangani pembangunan pariwisata Danau Toba yang disebut Badan Otorita Pengelola Kawasan Pariwisata Danau Toba.
Dalam pembangunan kepariwisataan khususnya Danau Toba, partisipasi masyarakat merupakan bagian penting. Partisipasi masyarakat menjadi salah satu faktor penentu serta sekaligus indikator keberhasilan dan keberlanjutan pembangunan. Nilai modal sosial yang terkandung dalam partisipasi masyarakat merupakan salah satu yang membentuk pengembangan pariwisata. Peran serta masyarakat dapat ditumbuhkan dan digerakkan melalui usaha-usaha pariwisata serta pengembangan komunikasi sosial yang sehat, yang dilakukan melalui dialog dan bersifat terbuka, terarah, jujur, bebas dan bertanggung jawab. Dialog yang demikian akan melahirkan gagasan serta pandangan untuk pembangunan tetap berjalan dan berkeadilan. Untuk itu pembangunan dan pengembangan pariwisata harus melibatkan masyarakat setempat dan sekitarnya secara langsung.
Pembangunan harus menerapkan prinsip-prinsip desentralisasi, bergerak dari bawah (bottom up), mengikutsertakan masyarakat secara aktif (participatory), dilaksanakan dari dan bersama masyarakat (from and with people).Pendekatan pembangunan yang bersifat top down yang yang selama ini dilaksanakan pemerintah dimana kekuasaan sepenuhnya berada di pemerintah pusat menyebabkan pemerintah daerah tidak responsif dan kurang peka terhadap aspirasi masyarakat daerah.Kewenangan perencanaan pembangunan sepenuhnya berada pada pemerintah pusat, sedangkan pemerintah daerah tidak ikut dilibatkan.Akibatnya pelaksanaan pembangunan berjalan lamban karena kelemahan birokrasi yang terlalu panjang dan terjadinya tumpang tindih dalam melaksanakan suatu program pembangunan.Akibat lainnya yang muncul adalah tidak jarang rencana-rencana pembangunan yang telah disusun dan dilaksanakan oleh pemerintah ternyata tidak sesuai dengan yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Terkait dengan partisipasi masyarakat dalam pembangunan pariwisata, penelitian menemukan beberapa referensi tentang bagaimana dampak pembangunan yang di hasilkan dengan adanya partisipasi masyarakat yang tinggi untuk mengembangkan desa/wilayah mereka menjadi desa wisata, selain bagi pemerintah, dampak langsung juga dirasakan oleh masyarakat itu sendiri. Beberapa daerah seperti Bali, Yogyakarta, NTT berhasil menjadi salah satu destinasi wisata bagi para wisatawan domestik maupun mancanegara dengan memberdayakan kehidupan masyarakat di sekitar objek wisata agar ikut berkontribusi untuk ikut meningkatkan pembangunan dan menjaga objek wisata yang ada di Desa Tomok Parsaoran.
Kesulitan yang akan dihadapi pemerintah adalah bagaimana masyarakat lokal ikut berkontribusi atau berpartisipasi dalam program pembangunan kawasan pariwisata Tomok Parsaoran, apakah masyarakat dilibatkan untuk berpartisipasi dalam perencanaan pembangunan atau tidak. Inilah yang menjadi alasan peneliti ingin meneliti bagaimana pengaruh keberhasilan dari partisipasi masyarakat Desa Tomok Parsaoran dalam perencanaan dan pembangunan Desa Tomok Parsaoran.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah adalah pertanyaan penelitian yang berkaitan dengan topik ataupun judul penelitian yang akan di jawab dan mencari jalannya pemecahannya. Rumusan masalahakan mengarahkan penelitiagar terfokus dan tidak lari dari jalur yang telah ditetapkan. Berdasarkanuraian latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana tingkat partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan kawasan pariwisata Danau Toba di Desa Tomok Parsaoran Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir?
1.3. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini ialah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan kawasan pariwisata Danau Toba di Desa Tomok Parsaoran Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir
1.4. Manfaat Penelitian
Secara umum, manfaat penelitian ini terdiri atas dua bagian yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.
1.4.1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini bermanfaat untuk memperkaya penelitian-penelitian sejenis yang telah ada yang dapat dijadikan perbandingan dengan penelitian-penelitian selanjutnya dan menambah pengetahuan peneliti untuk mengetahui bagaimana tingkat partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan kawasan pariwisata Danau Toba di Desa Tomok Parsaoran Kecamatan Simanindo.
1.4.2. Manfaat Praktis
Secara praktis rangkaian kegiatan penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan penulis dalam menulis karya ilmiah serta menambah pengetahuan penulis mengenai masalah yang diteliti.Hasil penelitian juga diharapkan dapat memberikan masukan bagi pemerintah Kabupaten Toba Samosir dalam memberdayakan masyarakatnya serta melihat dan mengembangkanpotensi wisata Danau Toba.
1.5. Defenisi Konsep
Konsep adalah defenisi abstrak mengenai gejala atau realita atau suatu pengertian yang nantinya akan menjelaskan suatu gejala (Suyanto dan Sutinah, 2005: 49). Konsep yang ada menjadi panduan dan acuan bagi peneliti saat melakukan penelitian agar tidak terjadi kerancuan.Sedangkan pendefenisian konsep merupakan proses dan upaya penegasan dan pembatasan makna konsep dalam suatu penelitian untuk menghindari salah pengertian atas makna konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian, maka seorang peneliti harus menegaskan dan membatasi makna-makna konsep yang diteliti. Adapun konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Partisipasi Masyarakat
Partisipasi berarti peran serta seseorang atau kelompok masyarakat dalam proses pembangunan baik dalam bentuk pernyataan maupun dalam bentuk kegiatan dengan memberi masukan pikiran, tenaga, waktu, keahlian, modal dan atau materi, serta ikut memanfaatkan dan menikmati hasil-hasil pembangunan (Sumaryadi, 2010: 46).Partisipasimasyarakat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tindakan atau kegiatan yang dilakukan masyarakat untuk ikut berperan serta berkontribusi dalam perencanaan dan pembangunan kawasan pariwisata di Danau Toba di Desa Tomok. Pembangunan akan berhasil jika masyarakat ikut berpartisipasi, karena salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah adanya partisipasi masyarakat lokal dalam program pembangunan di daerah mereka. Masyarakatdiikut sertakan dalam
rapat atau pengambilan keputusan terhadap program perencanaan pembangunan kawasan pariwisata Danau Toba di Desa Tomok, sehingga masyarakat bisa menyampaikan aspirasi dan melihat langsung program pembangunan apa yang akan di lakukan di desa mereka serta akan mengetahui program itu bisa diterapkan atau tidak dengan mereka.
2. Perencanaan Pembangunan Pariwisata
Perencanaan merupakan suatu kegiatan universal, suatu keahlian dasar dalam kehidupan yang berkaitan dengan pertimbangan suatu hasil sebelum dilakukan pemilihan diantara alternatif yang ada.Demikian pula halnya dalam perencanaan pembangunan kepariwisataan.Perencanaan pembangunan kepariwisataan tak lepas dari segala aspek kepariwisataan, yakni segala hal yang berkaitan dengan pembangunan pariwisata. Dengan demikian lingkup perencanaan pembangunan kepariwisataanmencakup jaringanseluruh kegiatan yang berkaitan dengan pembangunan pariwisata, suatu proses perencanaan yang menyeluruh (komprehensif), antardisiplin dan multidisiplin (Warpani,2007 :157).
3. Pembangunan Partisipatif
Di Indonesia, kata pembangunansudah menjadi kata kunci bagi segala hal. Secara umum, kata ini diartikan sebagai usaha untuk memajukan kehidupan masyarakat dan warganya (Budiman, 1995).Secara sosiologis pembangunan merupakan bentuk perubahan sosial yang terarah dan terncana melalui berbagai macam kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf kehidupan
masyarakat.Pembangunan Partisipatif merupakan perencanaan pembangunan diupayakan menjadi lebih terarah, artinya rencana atau program pembangunan yang disusun itu adalah sesuai dengan yang dibutuhkan oleh masyarakat, berarti dalam penyusunan rencana/program pembangunan dilakukan penentuan prioritas, dengan demikian dalam pelaksanaan program pembangunan akan terlaksana secara efektif dan efisien dengan bantuan masyarakat (Adisasmita, 2006).
4. Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa (Musrembang)
Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) desa adalah forum musyawarah tahunan para pemangku kepentingan (stakeholders) desa untuk menyepakati Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKP Desa) tahun anggaran yang direncanakan. Musrenbang desa dilakukan setiap bulan Januari dengan mengacu kepada dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM Desa). Setiap desa diamanatkan untuk menyusun dokumen rencana 5 tahunan yaitu RPJM Desa dan dokumen rencana tahunan yaitu RKP Desa (Djohani,2008).
Musrenbang adalah forum perencanaan (program) yang diselenggarakan oleh lembaga publik, yaitu pemerintah desa, bekerjasama dengan warga dan para pemangku kepentingan lainnya. Musrenbang yang bermakna akan mampu membangun kesepahaman tentang kepentingan dan kemajuan desa, dengan cara memotret potensi dan sumber-sumber pembangunan yang tersedia baik dari dalam maupun luar desa.
1.7. Operasionalisasi Variabel
Operasional variabel adalah suatu batasan yang diberikan kepada suatu variabel dengan cara memberikan arti atau mempersepsikan kegiatan ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut. Operasional variabel digunakan untuk melihat variabel-variabel yang menjadi kajian penelitian. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Partisipasi Masyarakat, sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah Perencanaan Pembangunan Kawasan Pariwisata.
1.Variabel Bebas (X)
Adapunyang menjadi indikatorPartisipasi Masyarakat dalam penelitian ini,yaitu:
1. Keterlibatan masyarakat dalam perencanaan :
Tahap perencanaan, yang diwujudkan dengan keikutsertaan masyarakat dalam rapat-rapat. Proses perencanaan bermaksud untuk melihat sejauh mana kesadaran masyarakat dalam memberikan penilaian dan menentukan pemilihan sesuai dengan kebutuhan mereka sendiri. Seringkali pengambilan keputusan dalam perencanaan yang dilakukan oleh stakeholders hanya terpusat pada orang-orang yang memiliki kekuasaan, seperti pihak perusahaan yang lebih merasa mampu dari segala bidang, sedangkan masyarakat cenderung diabaikan bahkan tidak dilibatkan dalam proses ini, padahal dalam proses perencanaan, keputusan yang dihasilkan sangat bergantung
pada keberhasilan aktivitas kemudian. Apabila masyarakat diikutsertakan sebagai subyek dan mampu mengambil keputusan mandiri maka akan lebih baik untuk keberlanjutan programnya.
2. Keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan :
Tahap pelaksanaan yang merupakan tahap terpenting dalam pembangunan, sebab inti dari pembangunan adalah pelaksanaanya. Wujud nyata partisipasi pada tahap ini digolongkan menjadi tiga, yaitu partisipasi dalam bentuk sumbangan pemikiran, bentuk sumbangan materi, dan bentuk tindakan sebagai anggota. Tahap pelaksanaan juga seringkali diartikan sebagai tahap implementasi, bahwa pada tahap ini partisipasi tidak hanya bernilai sebuah tindakan nyata, namun dapat pula secara tidak langsung memberikan masukan untuk perbaikan program dan membantu melalui sumber daya. Tahap pelaksanaan partisipatif sangat berbeda dengan top down dan bottom up, namun partisipasi dapat berupa gabungan dari kedua pendekatan tersebut, seperti yang bekerja bukanlah hanya pihak perusahaan, namun bersama merumuskan kebutuhan kemudian membangun hal yang diperlukan. Seperti contoh pelaksanaan top down hanya mengikuti instruksi dari pihak tertentu baik instansi atau perusahaan tanpa secara langsung mengikuti kebutuhan dari masyarakat sehingga banyak pelaksanaan pembangunan yang menjadi sia-sia dan tidak berkelanjutan.
3. Keterlibatan dalam penerimaan dan pemanfaatan hasil :
Tahap menikmati hasil, yang dapat dijadikan indikator keberhasilan partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksanaan proyek. Selain itu, dengan melihat posisi masyarakat sebagai subjek pembangunan, maka semakin besar manfaat proyek dirasakan, berarti proyek tersebut berhasil mengenai sasaran. Pada tahapan ini masyarakat sudah mampu merasakan keberhasilan dari program yang telah mereka lakukan. Mereka juga dapat mengukur hasil yang mereka peroleh dengan potensi sendiri yang mereka miliki.
4. Keterlibatan dalam pengawasan dan penilaian hasil :
Tahap evaluasi, dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap ini merupakan umpan balik yang dapat memberi masukan demi perbaikan pelaksanaan proyek selanjutnya. Evaluasi merupakan kemampuan masyarakat dalam menilai baik-buruknya, berhasil-tidak berhasil, dan efektif-tidak efektifnya suatu program. Pada tahapan ini masyarakat setingkat lebih memahami kegunaan dan kerugian dari suatu program yang diberikan sehingga mereka dapat menyusun dan mengeksekusi solusi atas penilaian mereka. Evaluasi juga dapat menilai sejauhmana keberhasilan dan keefektifan program yang mereka lakukan, sehingga mereka dapat menentukan secara mandiri dan sadar apakah mereka harus melanjutkan atau meninggalkan kegiatan tersebut. Evaluasi yang dilakukan oleh orang dalam cenderung lebih sesuai konteks dengan permulaan difasilitasi oleh
orang luar. Apabila evaluasi dilakukan oleh pihak lain hal ini tentunya menunjukkan belum munculnya partisipasi dari masyarakat sendiri.
2. Variabel Terikat (Y)
Adapunyang menjadi indikatorPerencanaa Pembangunan Kawasan Pariwisata dalam penelitian ini,yaitu:
1. Sarana dan Prasarana.
Sarana merupakan fasilitas yang memberikan pelayanan kepada wisatawan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Prasarana pariwisata adalah semua fasilitas utama atau dasar yang memungkinkan saran kepariwisataan dapat hidup dan berkembang dalam rangka memberikan pelayanan kepada para wisatawan.
2. Peningkatan Jumlah Wisatawan.
Wisatawan merupakan pelaku atau orang yang melakukan wisata. Pengembangan pariwisata berdampak pada peningkatan jumlah wisatawan. Semakin bagus pengembangan pariwisata, semakin tinggi peningkatan jumlah wisatawan, demikian pula sebaliknya.
3. Daya Tarik
Daya tarik dijelaskan sebagai segala sesuatu yang memiliki keunikan, daya tarik, kemudahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau kunjungan wisatawan yang datang ke suatu daerah tertentu.
4. Promosi dan Pemasaran Pariwisata.
Promosi pariwisata merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memperkenalkan pariwisata yang menjadi daya tarik dari sebuah daerah yang bertujuan untuk mampu mempengaruhi wisatawan untuk datang ke daerah tersebut. Kegiatan promosi harus dapat memanfaatkan segala media yang ada serta melakukan berbagai kegiatan-kegiatan di luar daerah pariwisata tersebut.
1.8. Bagan Operasional Variabel.
Sumber: Kementrian Pariwisata, 2016