SKRIPSI
Oleh
AMIN
NIM 105731133516
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
ii
DETERMINAN PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBIILTY : STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA
TAHUN 2015-2019
SKRIPSI
Oleh
AMIN
NIM 105731133516
Diajukan guna memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Akuntansi (S.Ak) pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
iii
PERSEMBAHAN
Karya ilmiah ini saya persembahkan kepada:
❖ Kedua Orang Tua;❖ Ketiga kakak saya; dan
❖ Almamater Biru Universitas Muhammadiyah Makassar
MOTTO HIDUP
Jika bukan sekarang kapan lagi…..
iv
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
Jl. Sultan Alauddin No. 295 gedung iqra Lt. 7 Telp. (0411) 866972 Makassar
HALAMAN PERSETUJUAN
UJIAN SKRIPSI
Judul Penelitian : “Determinan Pengungkapan Corporate Social Responsibility: Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur
di Bursa Efek Indonesia Tahun 2015--2019”
Nama Mahasiswa : Amin
No. Stambuk/ NIM : 105731133516 Program Studi : Akuntansi
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Makassar
Telah diujiankan serta dipertahankan dihadapan penguji pada Ujian Skripsi yang dilaksanakan pada Tanggal 30 Januari 2021 di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis di Ruangan IQ 7.1 Gedung Iqra Unismuh Makassar
Makassar, 30 Januari 2021 Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Agus Salim HR.,SE.,MM Linda Arisanty Razak,SE.,M.Si.Ak.CA
NIDN. 0911115703 NIDN. 092006772
Mengetahui,
Ketua Program Studi Akuntansi,
Dr. Ismail Badollahi, SE.,M.Si.Ak.CA.CSP NBM. 107 3428
v
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
Jl. Sultan Alauddin No. 295 gedung iqra Lt. 7 Tel. (0411) 866972 Makassar
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi atas Nama AMIN, NIM : 105731133516, diterima dan disahkan oleh Panitia Ujian Skripsi berdasarkan Surat Keputusan Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar Nomor: /1442H/2021 M, Pada tanggal…... Januari 2021 M, sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Akuntansi pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.
Makassar, 17 Jumadil Akhir 1442 H 30 Januari 2021 M PANITIA UJIAN
Pengawas Umum : Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag (………..) (Rektor Unismuh Makassar)
Ketua : Ismail Rasulong, SE., MM (………..)
(Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis)
Sekretaris : Dr. Agus Salim HR., SE., MM (………..) (WD 1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis)
Penguji :1. Dr. Muchriana Muchran, SE.,M.Si., Ak.CA (………..…....)
2. Linda Arisanty Razak, SE.,M.Si., Ak.CA (………...…...)
3. Nurul Fuada, S.ST., M.Si (…………...)
vi
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
Jl. Sultan Alauddin No. 295 gedung iqra Lt. 7 Tel. (0411) 866972 Makassar
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Amin
Stambuk : 105731133516
Jurusan : Akuntansi
Dengan Judul :”Determinan Pengungkapan Corporate Social Responsibility: Studi Empiris pada Perusahaan
Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2015-2019”
Dengan ini menyatakan bahwa :
Skripsi yang saya ajukan di depan Tim Penguji adalah ASLI hasil karya sendiri, bukan hasil jiplakan dan tidak dibuat oleh siapapun.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan saya bersedia menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.
Makassar, 30 Januari 2021 Yang Membuat Pernyataan
AMIN
NIM. 105731133516 Diketahui Oleh:
Dekan, Ketua Program Studi Akuntansi,
Ismail Rasulong, SE., MM Dr. Ismail Badollahi, SE.,M.Si.,Ak.CA.CSP
vii
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya. Shalawat dan salam tak lupa saya kirimkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarga,sahabat dan para pengikutnya. Merupakan nikmat yang tiada ternilai manakala penulisan skripsi yang berjudul “Determinan Pengungkapan
Corporate Social Responsibility : Studi Empiris pada Perusahaan
Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2015-2019”
Skripsi yang saya tulis ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.
Teristimewa dan terutama saya sampaikan ucapan terima kasih kepada kedua orang tua saya bapak LA BOLO dan ibu WA DISA, yang senantiasa memberikan harapan, semangat, perhatian, kasih sayang dan doa tulus tak pamrih. Dan saudara-saudaraku tercinta yang senantiasa mendukung dan memberikan semangat hingga akhir studi ini. Dan seluruh keluarga besar atas segala pengorbanan, dukungan dan doa restu yang telah diberikan demi keberhasilan saya dalam menuntut ilmu. Semoga apa yang telah mereka berikan kepada saya menjadi ibadah dan cahaya penerang kehidupan di dunia dan di akhirat.
Saya menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Begitu pula penghargaan yang setinggi-tingginya dan terima kasih banyak disampaikan dengan hormat kepada:
viii
1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M. Ag., Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar,
2. Bapak Ismail Rasulong, SE., MM, Dekan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar,
3. Bapak Dr. Ismail Badollahi, SE., M.Si., Ak., CA.CSP, selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Makassar,
4. Bapak Dr. Agus Salim HR., SE., MM, selaku pembimbing I yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga Skripsi selesai dengan baik.
5. Ibu Linda Arisanty Razak, SE., M.Si., Ak., CA, selaku pembimbing II yang telah berkenan membantu selama dalam penyusunan skripsi hingga ujian skripsi. 6. Bapak/ibu dan asisten Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar yang tak kenal lelah banyak menuangkan ilmunya kepada saya selama mengikuti kuliah.
7. Segenap Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar
8. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi Angkatan 2016 terkhusus kelas AK16I yang selalu belajar bersama yang tidak sedikit bantuannya dan dorongan dalam aktivitas studi penulis 9. Terima kasih teruntuk semua kerabat yang tidak bisa saya tulis satu persatu
yang telah memberikan semangat, kesabaran, motivasi, dan dukungannya sehingga penulis dapat merampungkan penulisan Skripsi ini.
Akhirnya, sungguh penulis sangat menyadari bahwa Skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan oleh karena itu, kepada semua pihak utamanya
ix
para pembaca yang budiman, penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritikannya demi kesempurnaan Skripsi ini.
Mudah-mudahan Skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua pihak utamanya kepada Almamater Kampus Biru Universitas Muhammadiyah Makassar.
Billahi Fii Sabilil Haq, Fastabiqul Khairat, Wassalamu’alaikum Wr Wb.
Makassar, Januari 2021
x
ABSTRAK
Amin, 2021. Determinan Pengungkapan Corporate Social Responsibility: Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2015-2019, Skripsi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Pembimbing I Agus Salim HR. dan Pembimbing II Linda Arisanty Razak.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan corporate social responsibility (CSR) antara lain kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, dan leverage. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksplanatori. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa laporan tahunan perusahaan tahun 2015-2019. Sampel yang digunakan berjumlah 31 perusahaan manufaktur dengan total pengamatan berjumlah 155 pengamatan. Teknik analisis data penelitian yaitu regresi linier berganda dengan bantuan program SPSS 22. Berdasarkan hasil pengujian diketahui bahwa kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap pengungkapan CSR, sedangkan leverage tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial yang besar mampu meningkatkan luas pengungkapan CSR, hal ini karena kekayaan manajemen secara pribadi terikat dengan kekayaan perusahaan sehingga manajemen akan senantiasa meningkatkan kinerja perusahaan. Kepemilikan institusional yang besar juga mampu meningkatkan luas pengungkapan CSR, hal ini karena adanya monitoring yang besar pula yang dapat mendorong manajemen untuk mengungkapkan CSR. Ukuran dewan komisaris juga mampu meningkatkan luas pengungkapan CSR, hal ini karena jumlah dewan komisaris yang besar akan semakin mudah mengendalikan manajemen dan monitoring yang dilakukan semakin efektif dalam hal mengungkapkan CSR. Sedangkan leverage tidak mempengaruhi luas pengungkapan CSR, hal ini karena perusahaan lebih memandang tanggung jawabnya kepada stakeholder.
Kata Kunci : Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Ukuran Dewan Komisaris, Leverage, Pengungkapan CSR
xi
ABSTRACT
Amin, 2021. Determinants of Corporate Social Responsibility Disclosure:
Empirical Study of Manufacturing Companies on the Indonesia Stock Exchange 2015-2019, Thesis of Accounting Study Program, Faculty of Economics and Business, Muhammadiyah University of Makassar. Supervised by Advisor I Agus Salim HR. and Second Advisor Linda Arisanty Razak.
This study aims to examine the factors that influence the disclosure of corporate social responsibility (CSR), including managerial ownership, institutional ownership, the board size, and leverage. This type of research used in this research is explanatory research. The kind of data used is secondary data in the form of company annual reports for 2015-2019. The sample used was 31 manufacturing companies with a total of 155 observations. The research data analysis technique is multiple linear regression with the help of the SPSS 22 program. Based on the test results, it is known that managerial ownership, institutional ownership, and board size affect CSR disclosure, while leverage does not affect CSR disclosure. The test results show that sizeable managerial ownership can increase the extent of CSR disclosure; this is because management's wealth is personally tied to the company's wealth so that control will always improve the company's performance. Broad institutional ownership can also increase CSR disclosure; this is because there is also a large amount of monitoring to encourage management to disclose CSR. The board of commissioners' size is also able to increase the extent of CSR disclosure; this is because a large number of commissioners will make it easier to control management, and the monitoring is carried out more effectively in terms of disclosing CSR. While leverage does not affect the extent of CSR disclosure, this is because the company looks more at its responsibilities to stakeholders.
Keywords: Managerial Ownership, Institutional Ownership, Board Of
Commissioners Size, Leverage, CSR Disclosure
xii
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL ...i
HALAMAN JUDUL ...ii
HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTO ...iii
HALAMAN PERSETUJUAN ...iv
LEMBAR PENGESAHAN ...v
SURAT PERNYATAAN ...vi
KATA PENGANTAR ...vii
ABSTRAK ...x
ABSTRACT ...xi
DAFTAR ISI ...xii
DAFTAR TABEL ...xiv
DAFTAR GAMBAR ...xv BAB I PENDAHULUAN ...1 A. Latar Belakang...1 B. Rumusan Masalah ...5 C. Tujuan Penelitian ...6 D. Manfaat Penelitian ...6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...7
A. LandasanTeori ...7
1. Teori Stakeholder ...7
2. Teori Agensi ...8
3. Kepemilikan Manajerial ...8
4. Kepemilikan Institusional ...9
5. Ukuran Dewan Komisaris ...10
6. Leverage ...11
7. Corporate Social Responsibiity ...12
B. Penelitian Terdahulu...20
C. Kerangka Pikir ...24
xiii
BAB III METODE PENELITIAN ...29
A. Jenis Penelitian...29
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ...29
C. Definisi Operasional Variabel Penelitian ...29
D. Populasi dan Sampel...31
E. Data dan Sumber Data ...33
F. Teknik Pengumpulan Data ...33
G. Teknik Analisis Data ...33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...37
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ...37
B. Hasil Penelitian ...40
1. Uji Statistik Deskriptif ...40
2. Uji Asumsi Klasik ...42
3. Uji Hipotesis ...45 C. Pembahasan ...49 BAB V PENUTUP ...56 A. Kesimpulan ...56 B. Saran ...57 DAFTAR PUSTAKA ...59 LAMPIRAN ...63
xiv
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 20
Tabel 3.1 Seleksi Sampel Penelitian ... 32
Tabel 4.1 Sampel Perusahaan... 39
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif ... 40
Tabel 4.3 Uji Normaitas ... 42
Tabel 4.4 Uji Multikolonieritas ... 43
Table 4.5 Uji Autokorelasi ... 45
Tabel 4.6 Uji Regresi Linier Berganda ... 45
Table 4.7 Uji T ... 47
xv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1 Carrol’s CSR Pyramid ...13
Gambar 2.2 Kerangka Pikir ...24
Gambar 4.1 Struktur Organisasi BEI ...38
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Isu terkait sosial dan lingkungan akhir-akhir ini menjadi sorotan bagi
banyak pihak. Hal ini mencuat sebagai dampak dari aktivitas bisnis perusahaan. Entitas bisnis didesak untuk tidak hanya berorientasi pada finansial dalam hal ini profit saja, namun entitas bisnis juga harus berorientasi pada aspek sosial dan lingkungan. Entitas bisnis juga bukan hanya bertanggung jawab seutuhnya kepada pemilik modal namun juga harus bertanggung jawab kepada masyarakat dimana perusahaan itu berada. Salah satu pertanggungjawaban yang dilakukan entitas bisnis adalah dengan program CSR.Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility) selanjutnya disebut CSR merupakan salah satu bentuk tanggung jawab perusahaan untuk pembangunan ekonomi secara berkelanjutan dalam upaya meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dan lingkungan. Pelaksanaan CSR dimunculkan lewat Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Meskipun masih multitafsir, termaktub bahwa perseroan yang menjalankan usahanya di bidang atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib bertanggung jawab terhadap masalah sosial, ekonomi dan lingkungan.
Salah satu tujuan perusahaan dalam melakukan aktivitas CSR adalah untuk menunjukkan kepada para stakeholders atau para pemangku kepentingan (yaitu karyawan, pelanggan, pemasok, dan lain sebagainya) bahwa perusahaan memiliki kepedulian terhadap mereka. Pada awalnya,
perusahaan hanya berfokus pada pihak yang memberikan dana bagi perusahaan, yaitu kreditur dan stockholders.
Ferrell et.al (2010) meyakini bahwa perusahaan harus bertanggung jawab kepada para pemangku kepentingan. Selain itu, kegiatan CSR juga menguntungkan dan bermanfaat bagi perusahaan sehingga dapat menarik minat investor, meningkatkan motivasi karyawan, dan membantu memperbaiki masalah sosial yang timbul akibat aktivitas bisnis yang dijalankan perusahaan. Banyak kasus juga telah membuktikan bahwa CSR berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan di masa mendatang atau jangka panjang.
Hal ini mengindikasikan kepada perusahaan untuk tidak hanya berfokus kepada para penyedia modal semata melainkan juga harus berfokus kepada seluruh pihak yang memiliki kepentingan terhadap perusahaan. Contoh kegiatan CSR yang dilakukan perusahaan diantaranya adalah menyediakan air bersih untuk daerah yang kekurangan dan meningkatkan kesejahteraan karyawan melalui jaminan kesehatan.
Kegiatan CSR yang dilakukan perusahaan diungkapkan selain dalam website resmi perusahaan juga pada Laporan Berkelanjutan atau Sustainability
Report yang berdiri sendiri atau digabungkan dalam laporan tahunan
perusahaan yang terintegrasi. Laporan tersebut disajikan secara periodik, biasanya secara tahunan.
Penyusunan laporan berkelanjutan atau laporan tahunan terkait CSR yang terintegrasi didasarkan pada pedoman dari Global Reporting Initiative (GRI). GRI menginisiasi pelaporan aktivitas sosial dan lingkungan organisasi yang mengacu pada triple bottom line atau 3P (profit, people, planet). Pedoman
pelaporan keberlanjutan GRI dikembangkan untuk membantu organisasi dalam melaporkan kinerja ekonomi, sosial dan lingkungannya serta untuk meningkatkan akuntabilitas laporan tersebut.
Fenomena dewasa ini penerapan CSR di Indonesia menunjukkan tren peningkatan yang cukup baik. Berbagai perusahaan sudah mulai menunjukkan komitmennya untuk menerapkan tanggung jawab sosial kepada para pemangku kepentingan (stakeholder). Hal ini dilihat dari total pengungkapan CSR perusahaan manufaktur yang go publik di Indonesia tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 berturut-turut adalah 10,17%, 12,12%, 17,2%, 19,28%, dan 21,46% (Wati, 2018). Bisa dilihat bahwa terjadi peningkatan setiap tahunnya.
Finch (2005) menyatakan bahwa motivasi perusahaan dalam melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial lebih banyak dipengaruhi oleh komitmen untuk mengkomunikasikan kepada para stakeholder mengenai usaha manajemen dalam mencapai manfaat bagi perusahaan dalam jangka panjang. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi pengungkapan CSR, diantaranya adalah kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, dan leverage.
Struktur kepemilikan saham perusahaan dapat digolongkan menjadi kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional. Shien et.al (2006) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial merupakan kepemilikan saham oleh manajemen perusahaan yang diukur dengan persentase jumlah saham yang dimiliki oleh manajemen. Sedangkan kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham oleh institusi keuangan, institusi berbadan hukum, institusi luar negeri, serta institusi lainnya.
Aziz (2014), Singal dan Putra (2019) dan Anggraini (2006) menunjukkan penelitianya bahwa terdapat pengaruh positif kepemilikan manajerial terhadap luas pengungkapan CSR. Sedangkan Fitriana (2019), Singal dan Putra (2019), serta penelitian Rohmah (2015) menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan CSR.
Dewan Komisaris merupakan salah satu mekanisme corporate
governance yang diperlukan untuk mengurangi agency problem antara pemilik
perusahaan dan manajer. Penelitian Chelsya (2018), Oktavianawati dan Indah (2018) dan Hafidzi (2019) menyatakan Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR.
Leverage merupakan penggunaan pembiayaan melalui utang. Rasio
leverage menunjukkan seberapa besar total kewajiban perusahaan dibandingkan dengan modal perusahaan sendiri. Penelitian Rahman et.al (2011), Giannarakis (2014), serta penelitian dari Habbash (2015) menemukan adanya pengaruh negatif antara leverage dengan luas pengungkapan CSR.
Berdasarkan pemaparan diatas penelitian ini bertujuan untuk menguji variabel-variabel yang diduga berpengaruh terhadap pengungkapan corporate
social responsibility antara lain kepemilikan manajerial, kepemilikan
institusional, ukuran dewan komisaris, dan leverage dengan menjadikan perusahaan manufaktur sebagai objek penelitian. Alasan penggunaan perusahaan manufaktur adalah melihat bahwa perusahaan ini menduduki proporsi yang cukup banyak yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dibanding dengan jenis perusahaan lain. Selain itu perusahaan manufaktur juga berkaitan erat dengan penggunaan sumber daya alam dan memiliki dampak yang signifikan terhadap lingkungan dan masyarakat disekitar perusahaan.
Olehnya itu penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “DETERMINAN PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY: STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2015-2019”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap pengungkapan CSR pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2015-2019? 2. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh terhadap pengungkapan
CSR pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2015-2019?
3. Apakah ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap pengungkapan CSR pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2015-2019?
4. Apakah leverage berpengaruh terhadap pengungkapan CSR pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2015-2019?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian rumusan masalah diatas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh kepemilikan manajerial terhadap pengungkapan CSR pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2015-2019.
2. Untuk mengetahui pengaruh kepemilikan institusional terhadap pengungkapan CSR pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2015-2019.
3. Untuk mengetahui pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap pengungkapan CSR pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2015-2019.
4. Untuk mengetahui pengaruh leverage terhadap pengungkapan CSR pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2015-2019.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah cakrawala keilmuan di bidang akuntansi mengenai corporate social responsibility.
2. Manfaat Praktis a. Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan bagi manajemen dalam pengambilan keputusan untuk melakukan tanggung jawab sosialnya.
b. Bagi Investor
Penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan bagi investor dalam menentukan investasinya.
c. Bagi Pemerintah
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam membuat kebijakan terkait tanggung jawab sosial perusahaan.
7 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Teori Stakeholder
Teori stakeholder pertama kali digagas oleh R. Edward Freeman pada tahun 1984. Teori stakeholder adalah teori yang menggambarkan kepada pihak mana saja perusahaan bertanggung jawab (Freeman, 2001). Perusahaan harus menjaga hubungan dengan stakeholder-nya dengan mengakomodasi keinginan dan kebutuhan stakeholder-nya, terutama
stakeholder yang mempunyai power terhadap ketersediaan sumber daya
yang digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan, misal tenaga kerja, pasar atas produk perusahaan dan lain-lain (Chariri dan Ghozali, 2007).
Salah satu strategi yang digunakan perusahaan untuk menjaga hubungan dengan para stakeholder nya adalah dengan pengungkapan informasi sosial dan lingkungan. Pengungkapan ini diharapkan perusahaan mampu memenuhi kebutuhan informasi yang dibutuhkan serta dapat mengelola stakeholder agar mendapatkan dukungan oleh para stakeholder yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup perusahaan. Hal ini sesuai dengan pendapat pengungkapan informasi keuangan, sosial, dan lingkungan merupakan dialog antara perusahaan dengan stakeholder-nya dan menyediakan informasi mengenai aktivitas perusahaan yang dapat mengubah persepsi dan ekspektasi (Gray et.al, 1995 dalam Wati, 2019).
2. Teori Agensi
Teori keagenan menyatakan hubungan kontraktual antara manajemen suatu usaha (agent) dan pemegang saham atau pemilik perusahaan (principle). Jensen dan Meckling (1976) menggambarkan hubungan keagenan sebagai suatu kontrak antara satu atau lebih principle yang melibatkan agent untuk melaksanakan beberapa layanan atas nama
principle dan memberikan wewenang kepada agen membuat keputusan.
Teori keagenan mengasumsikan bahwa setiap. individu bertindak atas kepentingan masing-masing. Sehingga berpotensi terjadi konflik kepentingan antara principle dan agent yang akan memicu timbulnya biaya keagenan (agency cost). Jika principle dan agent mempunyai tujuan yang sama untuk memaksimumkan nilai perusahaan, maka diyakini agent akan bertindak sesuai dengan kepentingan principle. Bentuk pertanggungjawaban manajemen sebagai agent adalah mengungkapkan informasi pertanggungjawaban sosial perusahaan untuk memenuhi seluruh keinginan principle (Pakpahan dan Rajagukguk, 2018)
3. Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial adalah kondisi yang menunjukkan bahwa manajer memiliki saham dalam perusahaan atau manajer tersebut sekaligus sebagai pemegang saham perusahaan ( Rustiarini, 2008). Pihak tersebut adalah mereka yang duduk di dewan komisaris dan dewan direksi perusahaan. Keberadaan manajemen perusahaan mempunyai latar belakang yang berbeda, antara lain: pertama, mereka mewakili pemegang saham institusi, kedua, mereka adalah tenaga- tenaga profesional yang diangkat oleh pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham.
Ketiga, mereka duduk di jajaran manajemen perusahaan karena turut memiliki saham.
Kepemilikan manajerial merupakan kepemilikan saham perusahaan oleh pihak manajemen perusahaan itu sendiri. Susanti dan Riharjo (2013) menyebutkan kepemilikan manajerial merupakan saham yang dimiliki manajer dan direktur perusahaan. Ikbal (2012) menyebutkan peningkatan atas kepemilikan manajerial akan membuat kekayaan manajemen, secara pribadi, semakin terikat dengan kekayaan perusahaan sehingga manajemen akan berusaha mengurangi resiko kehilangan kekayaannya. Hal ini menjadikan pihak manajemen lebih giat dalam usahanya mengelola perusahaan untuk meningkatkan kinerja perusahaan sesuai dengan harapan semua pihak. Menurut Jensen dan Meckling (1976) mengungkapkan bahwa semakin besar kepemilikan manajer dalam perusahaan, manajer akan semakin banyak mengungkapkan informasi sosial.
4. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional adalah jumlah proporsi saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi seperti asuransi, bank, perusahaan investasi, dan kepemilikan institusi lainnya (Diyah dan Erman, 2009) . Menurut Triwahyuningtias (2012), adanya kepemilikan oleh institusional mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen perusahaan, sehingga potensi terjadinya financial distress dapat diminimalisir karena perusahaan dengan kepemilikan institusional yang lebih besar mengindikasi kemampuannya untuk memonitor manajemen.
Menurut Machmud dan Djakman (2008) dengan jumlah kepemilikan institusional yang signifikan dapat memonitor manajemen sehingga dapat meminimalisir masalah keagenan tersebut. Semakin besar kepemilikan institusional maka semakin efisien pemanfaatan aktiva perusahaan dan diharapkan juga dapat bertindak sebagai pencegahan terhadap kecurangan yang dilakukan oleh manajemen. Hal ini berarti kepemilikan institusional dapat menjadi pendorong perusahaan untuk melakukan pengungkapan
Corporate Social Responsibility.
5. Ukuran Dewan Komisaris
Dewan komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasehat kepada dewan direksi. Dewan komisaris melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan pada umumnya, baik mengenai perseroan maupun usaha perseroan dan memberi nasehat kepada direksi. Pengawasan tersebut dilakukan untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan. pengawasan dan pemberian nasehat yang dilakukan oleh dewan komisaris tidak untuk kepentingan pihak atau golongan tertentu tetapi untuk kepentingan perseroan secara menyeluruh (Fahmi, 2015)
Ukuran dewan komisaris merupakan dewan yang dibentuk pemegang saham dan menjadi wakil pemegang saham dalam manajemen perusahaan sebagai pengawas operasional. Semakin besar jumlah dewan komisaris maka akan memudahkan perusahaan dalam melakukan pengawasan dan monitoring terhadap aktivitas manajemen. Hal ini berarti, dewan komisaris dapat melakukan pengawasan sehingga menjamin bahwa
manajemen bertindak sesuai dengan pemilik perusahaan (investor) dan informasi yang dimiliki oleh manajemen akan diungkapkan semua kepada para stakeholders, termasuk juga informasi mengenai praktik tanggung jawab sosial perusahaan (Wulandari, 2018).
Sembiring (2005) dalam penelitiannya menemukan hasil bahwa jika jumlah anggota dewan komisaris makin besar, maka pengawasan yang dilakukan tentunya semakin efektif sehingga tekanan terhadap manajemen akan semakin besar dalam hal pengungkapan CSR.
6. Leverage
Setiap perusahaan membutuhkan modal untuk dapat menjalankan kegiatan operasionalnya. Sumber modal perusahaan dapat berasal dari dalam perusahaan (internal) maupun dari luar perusahaan (eksternal). Perusahaan akan meminjam dana dari pihak luar ketika modal yang dimiliki oleh perusahaan tidaklah mencukupi untuk menjalankan kegiatan operasionalnya.
Leverage merupakan penggunaan pembiayaan dengan utang. Leverage memiliki implikasi penting (Brigham dan Houston, 2010):
a. Memperoleh dana melalui utang membuat pemegang saham dapat mempertahankan pengendalian atas perusahaan.
b. Kreditor melihat ekuitas atau dana yang disetor oleh pemilik sebagai marjin pengaman, sehingga jika pemegang saham hanya memberikan sebagian kecil dari total pembiayaan, maka risiko perusahaan sebagian besar akan berada pada kreditor.
Rasio leverage adalah mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai dengan utang. Penggunaan utang yang terlalu tinggi akan
membahayakan perusahaan karena perusahaan akan masuk dalam kategori extreme leverage (utang ekstrim) yaitu perusahaan terjebak dalam tingkat utang yang tinggi dan sulit untuk melepaskan beban utang tersebut (Fahmi, 2015)
Debt to equity ratio (DER) merupakan salah satu rasio yang dapat
digunakan untuk menghitung leverage. Marlina dan Danica (2009) mengemukakan bahwa debt to equity ratio (DER) merupakan rasio utang terhadap modal, yang digunakan untuk mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai dengan utang. Semakin tinggi DER, maka semakin besar perusahaan didanai oleh utang sehingga menandakan gejala yang kurang baik untuk perusahaan dan pada akhirnya menurunkan dividen bagi pemegang saham.
Andrikopoulos dan Kriklani (2012) menyatakan bahwa perusahaan dengan tingkat leverage yang cukup tinggi akan mengurangi luas pengungkapan tanggung jawab sosial. Hal ini dikarenakan biaya pelaporan yang mahal sehingga perusahaan yang memiliki leverage yang tinggi cenderung lebih sedikit melakukan pengungkapan CSR, dan sebaliknya perusahaan yang memiliki leverage yang rendah akan lebih leluasa dalam membagi informasi CSR.
7. Corporate Social Responsibility
a. Definisi Corporate Social Responsibility
Carrol (1991) mendefinisikan CSR dengan responsibility
approach yang terdiri dari economic responsibility, legal responsibility, ethical responsibility dan philanthropic responsibility. Carrol
menggambarkan CSR ke dalam empat dimensi yang dikenal dengan CSR pyramids.
Gambar 2.1 Carrol’s CSR Pyramids
Sumber: www.aqa.org.uk, 2020
Carrol menjelaskan bahwa tujuan utama perusahaan adalah menghasilkan keuntungan dari barang dan jasa yang dihasilkannya, perusahaan harus memiliki nilai tambah ekonomi sebagai prasyarat agar perusahaan dapat terus survive dan berkembang (economic
responsibilities). Namun, perlu diperhatikan juga bahwa perusahaan
memiliki tanggung jawab kepada para pemangku kepentingan. Hal lain yang harus diperhatikan adalah legal responsibilities, yaitu bagaimana perusahaan melakukan operasinya sesuai dengan peraturan yang berlaku yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Peraturan ini dibuat untuk menghindari adanya penyalahgunaan yang dilakukan oleh perusahaan. Selanjutnya perusahaan juga harus menjalankan praktek bisnis yang baik, adil dan fair, serta melakukan kegiatan-kegiatan yang tidak menimbulkan kerusakan (ethical responsibilities) dan yang terakhir adalah perusahaan juga harus berusaha untuk menjadi perusahaan yang
baik (good corporate citizen) dan dapat memberi kontribusi yang dapat dirasakan secara langsung bagi lingkungan sekitarnya.
b. Pengungkapan Corporate Social Responsibility
Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang sering juga disebut sebagai social disclosure, corporate social reporting, social
accounting (Mathews, 1995) atau corporate social responsibility
(Hackston dan Milne, 1996) merupakan proses pengkomunikasian dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi organisasi terhadap kelompok khusus yang berkepentingan dan terhadap masyarakat secara keseluruhan (Sembiring, 2005).
Pengungkapan tanggung jawab sosial adalah informasi yang dimaksudkan untuk pemangku kepentingan agar perusahaan dapat memberikan informasi tentang tanggung jawab sosial yang telah dilakukan pada periode tertentu. Peraturan tentang kegiatan tanggung jawab sosial diatur dalam undang-undang nomor 40 tahun 2007 tentang perusahaan terbatas, ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 74 (1) menyatakan: “Perusahaan yang melakukan kegiatan bisnisnya berhubungan dengan sumber daya manusia wajib menjalankan sosial dan tanggung jawab lingkungan ”.
Pengungkapan CSR dikatakan sebagai salah satu strategi untuk menjaga hubungan baik dengan para stakeholder yang dapat dilakukan dengan cara memberi informasi mengenai kinerja perusahaan baik dalam aspek ekonomi, sosial maupun lingkungan. Dengan adanya pengungkapan CSR diharapkan dapat memenuhi kebutuhan akan
informasi yang sedang dibutuhkan oleh para stakeholder (Sumaryono dan Asyik, 2017).
Pengungkapan corporate social responsibility ini dituangkan melalui laporan keberlanjutan perusahaan dalam konteks pembangunan berkelanjutan (sustainable development) yang isinya terkait dengan keadaan ekonomi, lingkungan sosial, kinerja perusahaan. Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dilaksanakan secara sukarela (voluntary disclosure) karena tidak tergolong bagian dari laporan keuangan (pengungkapan minimum) yang disyaratkan oleh standar akuntansi yang berlaku. Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa pengungkapan tanggung jawab sosial masih belum memiliki standar yang baku sehingga prosedur dan item pengungkapan bergantung kepada kebijakan dari perusahaan (Suprasto dan Haryanti, 2019).
c. Tujuan Pengungkapan CSR
Tujuan perusahaan mengungkapkan aktivitas CSR dalam bentuk Sustainability Report adalah untuk mendongkrak reputasi dan citra merek perusahaan. Perusahaan diharapkan dapat melakukan pengurangan biaya, misalnya terkait dampak pembuangan limbah atau gas industri. Pengungkapan melalui Sustainability Report akan memperbaiki hubungan perusahaan dengan pihak-pihak yang terkait, terutama stakeholders dan regulator. Bagi internal perusahaan, peningkatan produktivitas akan mudah dicapai, karena karyawan merasa diperhatikan dan dihargai. Pengungkapan Sustainability Report juga memberi peluang bagi suatu organisasi atau perusahaan dalam
mendapatkan penghargaan, sehingga akan meningkatkan citra perusahaan dimata stakeholders-nya (Syairozi, 2019 :13).
Dalam melaporkan laporan CSR, akuntabilitas merupakan salah satu syarat utama dalam bentuk laporan, sehingga laporan yang dihasilkan dapat dinyatakan sebagai salah satu syarat peminjaman atau kredit yang diberikan bank. Secara umum, tujuan pengungkapan CSR dalam bentuk laporan dapat dinyatakan sebagai salah satu upaya perusahaan memenuhi harapan masyarakat akan perusahaan yang berkinerja baik tidak hanya dalam masalah ekonomi saja, tetapi juga dalam bidang sosial dan lingkungan (Syairozi, 2019 :14).
d. Manfaat Pengungkapan CSR
Penerapan CSR di suatu organisasi atau perusahaan dapat mendatangkan manfaat di masa mendatang baik untuk internal maupun eksternal perusahaan. Walaupun awalnya perusahaan menganggap bahwa menerapkan dan melakukan aktivitas CSR adalah suatu yang membebankan perusahaan, namun akhirnya perusahaan sadar bahwa aktivitas CSR merupakan salah satu bentuk pelayanan dan juga
philanthropy perusahaan untuk menjalin hubungan yang baik kepada
masyarakat dan lingkungan. Anne et.al (2005 :48) dalam Syairozi (2019: 14) menjelaskan ada dua pondasi yang menjadi dasar dari CSR, yaitu:
1) Charity Principle
Kegiatan ini lebih berfokus untuk memberikan bantuan sukarela kepada seseorang atau masyarakat yang membutuhkan. Bentuk bantuannya biasanya bersifat kedermawanan seperti membentuk yayasan yatim piatu.
2) Stewardship Principle
Kegiatan ini berfokus kepada bagaimana menjalankan hubungan yang baik dengan para stakeholders, hal ini didasarkan bahwa perusahaan juga memiliki ketergantungan kepada masyarakat sekitar.Sehingga dengan melakukan suatu pendekatan tersebut dapat menyeimbangkan dengan kepentingan dan kebutuhan setiap kelompok yang bermacam-macam di masyarakat. Rusdianto (2013:13) menjelaskan bahwa aktivitas CSR memiliki fungsi strategis bagi perusahaan sebagai bagian dari manajemen risiko dalam katup pengaman sosial. Oleh karena dengan menjalankan CSR, perusahaan diharapkan tidak mencari keuntungan dalam jangka waktu pendek tetapi dapat berkontribusi aktif dalam meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat dan lingkungan dalam jangka panjang. Adapun manfaat CSR bagi perusahaan yang menerapkannya, yaitu : (1) Membangun dan menjaga reputasi (Goodwill) perusahaan, (2) Meningkatkan citra perusahaan, (3) mengurangi risiko bisnis perusahaan, (4) melebarkan cakupan bisnis perusahaan, (5) mempertahankan posisi merek perusahaan, (6) mempertahankan sumber daya manusia yang berkualitas, (7) kemudahan memperoleh akses terhadap modal (capital), (8) meningkatkan pengambilan keputusan pada hal-hal yang kritis, (9) mempermudah pengelolaan manajemen risiko. Selain mendapatkan manfaat dari perusahaan, dengan menerapkan aktivitas CSR dapat mendatangkan manfaat yang positif bagi masyarakat dan pemerintah, yaitu:
a) Manfaat bagi masyarakat
Dapat meningkatkan untuk berbagai sektor seperti pengadaan pendidikan yang layak dan berkualitas bagi masyarakat, sektor ketenagakerjaan seperti meningkatkan pelatihan atau training untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja masyarakat luas. b) Manfaat bagi pemerintah
Aktivitas dari CSR sendiri berhubungan dengan masalah yang ada di berbagai daerah seperti halnya masalah pendidikan, kurangnya akses kesehatan bagi masyarakat sekitar,dan pembangunan fasilitas umum untuk kepentingan orang banyak. Dengan adanya kerja sama dari adanya kebijakan pemerintah dengan perusahaan atau organisasi yang menerapkan CSR, banyak masyarakat yang terbantu akan adanya pelaksanaan CSR di sekitar mereka.
Berbagai manfaat-manfaat yang ada, perusahaan kini akan mudah mendapatkan brand image mereka. Kebijakan pemerintah yang ada juga mempermudah akses perusahaan dalam melakukan aktivitas CSR-nya. Dalam ISO 26000 disebutkan beberapa manfaat CSR bagi perusahaan, yaitu:
1) Mendorong lebih banyak informasi dalam pengambilan keputusan berdasarkan peningkatan pemahaman terhadap ekspektasi masyarakat, peluang jika kita melakukan tanggung jawab sosial (termasuk manajemen risiko hukum yang lebih baik) dari risiko jika tidak bertanggung jawab secara sosial.
3) Meningkatkan reputasi organisasi dan menumbuhkan kepercayaan publik yang lebih besar.
4) Meningkatkan daya saing organisasi.
5) Meningkatkan hubungan organisasi dengan para stakeholders dan kapasitasnya untuk inovasi, melalui pasaran perspektif baru dan kontrak dengan para stakeholders.
6) Meningkatkan loyalitas dan semangat kerja karyawan. Meningkatkan keselamatan dan kesehatan baik karyawan laki-laki maupun perempuan dan berdampak positif pada kemampuan organisasi untuk merekrut, memotivasi dan mempertahankan karyawan. 7) Memperoleh penghematan terkait dengan peningkatan produktivitas
dan efisiensi sumber daya, konsumsi air dan energi yang lebih rendah, mengurangi limbah, dan meningkatkan ketersediaan bahan baku.
8) Meningkatkan keandalan dan keadilan transaksi melalui keterlibatan politik yang bertanggung jawab, persaingan yang adil, dan tidak adanya korupsi. Mencegah atau mengurangi potensi konflik dengan konsumen tentang produk dan jasa.
9) Memberikan kontribusi terhadap kelangsungan jangka panjang organisasi dengan mempromosikan keberlanjutan sumber daya alam dan jasa lingkungan.
10) Kontribusi kepada masyarakat dan untuk memperkuat masyarakat umum dan lembaga.
B. Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No
.
Peneliti Judul Variabel Metode
Penelitian Hasil Penelitian 1 Agustia( 2013) Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuanga n. vol. 17, no. 3, hal. 379-390 Pengaruh Struktur Kepemilikan Dan Dewan Komisaris Terhadap corporate social Responsibility
dan Reaksi Pasar
Variabel independen yaitu Jumlah dewan komisaris (X1), proporsi kepemilikan publik (X2), proporsi kepemilikan manajerial (X3). Variabel dependen yaitu pengungkapan CSR (Y1) dan Reaksi pasar (Y2)
Kuantitatif Jumlah dewan komisaris berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR, proporsi kepemilikan publik dan proporsi kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. 2 Singal dan Putra (2019), EJA : E- Jurnal Akuntans i, vol. 29, no.1, hal. 468-484 Pengaruh Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, dan Kepemilikan Asing Pada Pengungkapan Corporate Social Responsibility Variabel independen yaitu kepemilikan institusional (X1), kepemilikan manajerial (X2), dan kepemilikan asing (X3). Variabel dependen yaitu Pengungkapan corporate social responsibility (Y). Kuantitatif Kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR, sedangkan kepemilikan asing berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap pengungkapan CSR 3 Krisna dan Suhardia nto (2016) Jurnal Akuntans Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Variabel independen yaitu ukuran perusahaan (X1), profitabilitas (X2), leverage (X3), kepemilikan
Kuantitatif Ukuran perusahaan, dan komite audit memiliki pengaruh positif terhadap pengungkapan CSR. Tidak ditemukan bukti
i dan Keuanga n, vol. 18, no. 2 institusional (X4), ukuran dewan komisaris (X5), ukuran dewan direksi (X6), dan ukuran komite audit (X7). Variabel dependen yaitu luas pengungkapan CSR pengaruh profitabilitas, leverage, kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, dan ukuran dewan direksi terhadap pengungkapan CSR. 4 Hantono dan Hwee (2017), Jurnal Manajem en Bisnis dan Inovasi, vol.4, no.3 Pengaruh Likuiditas, Ukuran Perusahaan, Leverage Terhadap Profitabilitas Dengan Corporate Social Responsibility Sebagai Variabel Intervening Pada Perusahaan Consumer Goods Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Variabel independen terdiri dari likuiditas (X1), ukuran perusahaan (X2), dan leverage (X3). Variabel dependen yaitu Corporate social responsibility (Y1) dan profitabilitas (Y2)
Kuantitatif Likuiditas, ukuran perusahaan dan leverage berpengaruh terhadap corporate social responsibility. 5 Ruroh dan Latifah (2018), Jurnal Akademi Akuntans i, vol.1, no.1 Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Ukuran Perusahaan Dan Risk Minimization Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) (Studi Empiris Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di Variabel independen yaitu profitabilitas (X1), leverage (X2), ukuran perusahaan (X3) dan risk minimization (X4). Variabel dependen yaitu pengungkapan corporate social responsibility (Y) Kuantitatif Profitabilitas, leverage, ukuran
perusahaan dan risk
minimization berpengaruh terhadap pengungkapan corporate social responsibility.
Bei Periode 2015- 2016 6 Pradnya ni dan Sidnyani (2015) E-Jurnal Akuntans i Universit as Udayana . vol. 11, no. 2, hal. 384-397 Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, Dan Ukuran Dewan Komisaris Pada Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Variabel independen yaitu ukuran perusahaan (X1), profitabilitas (X2), leverage (X3), dan Ukuran dewan komisaris (X4). Variabel dependen yaitu pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (Y)
Kuantitatif Profitabilitas dan ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan, ukuran perusahaan dan leverage tidak berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan 7. Wati (2018) Jurnal Ecodemi ca, vol. 2, no. 2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Corporate Social Responsibility Dengan GRI 3 Variabel independen terdiri dari good corporate governance (GCG) (X1), profitabilitas (X2), ukuran perusahaan (X3), pertumbuhan perusahaan (X4), usia perusahaan (X5). Variabel dependen yaitu Pengungkapan Corporate Social Responsibility (Y)
Kuantitatif Good corporate governance (kepemilikan manajerial), profitabilitas perusahaan, dan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR. Pertumbuhan perusahaan dan usia perusahaan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. 8 Sumilat dan Destrian a (2017) Jurnal Bisnis dan Akuntans i, vol. 19, no. 1a, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Corporate Social Responsibility Variabel independen terdiri dari Kepemilikan manajerial (X1), kepemilikan publik (X2), kepemilikan asing (X3), independensi dewan direksi (X4), komite audit
Kuantitatif Kepemilikan asing dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. Sedangkan kepemilikan manajerial, kepemilikan publik,
hal. 129-140 (X5), ukuran perusahaan (X6), umur perusahaan (X7), leverage (X8), profitabilitas (X9), likuiditas (X10). Variabel dependen yaitu pengungkapan CSR (Y) independensi dewan direksi, komite audit, umur perusahaan, leverage, profitabilitas dan likuiditas tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. 9 Anggrain i (2006) Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Keuangan Tahunan (Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan yang terdaftar Bursa Efek Jakarta) Variabel independen terdiri dari kepemilikan manajemen (X1), leverage (X2), ukuran perusahaan (X3), tipe industry (X4), profitabilitas (X5). Variabel dependen yaitu pengungkapan informasi social (Y) Kuantitatif Kepemilikan
manajemen dan tipe industri berpengaruh terhadap pengungkapan informasi sosial. Sedangkan leverage, ukuran perusahaan, dan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap pengungkapan informasi sosial. 10 Ruroh dan Latifah (2018), Jurnal Akademi Akuntans i, vol.1, no.1 Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Ukuran Perusahaan Dan Risk Minimization Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) (Studi Empiris Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bei Periode 2015- 2016 Variabel independen terdiri dari profitabilitas (X1), leverage (X2), ukuran perusahaan (X3) dan risk minimization (X4). Variabel dependen yaitu pengungkapan corporate social responsibility (Y) Kuantitatif Profitabilitas, leverage, ukuran
perusahaan dan risk
minimization berpengaruh terhadap pengungkapan corporate social responsibility.
C. Kerangka Pikir
Gambar 2.2 Kerangka Pikir
D. Hipotesis
1. Pengaruh kepemilikan manajerial terhadap pengungkapan corporate social responsibility
Berdasarkan pada teori keagenan terjadi perbedaan kepentingan antara manajer dengan pemilik perusahaan sehingga berpotensi terjadinya konflik kepentingan atau agency problem, untuk meminimalisir hal tersebut dapat dilakukan dengan meningkatkan kepemilikan saham manajer di perusahaan. Hal ini menjadikan manajer dengan pemilik perusahaan mempunyai pandangan yang sama terhadap prospek perusahaan untuk bagaimana meningkatkan nilai perusahaan. Pengungkapan tanggung jawab sosial merupakan bagian dari strategi untuk meningkatkan nilai perusahaan
Kepemilikan Manajerial (X1)
Kepemilikan Institisional (X2)
Ukuran Dewan Komisaris (X3) Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSRDI) (Y) Leverage (X4)
Penelitian Aziz (2014) dan Singal dan Putra (2019) menyatakan kepemilikan manajerial berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengungkapan corporate social responsibility. Menurut Jensen dan Meckling (1976) mengemukakan bahwa untuk mengurangi agency problem dapat dilakukan dengan meningkatkan kepemilikan manajer di perusahaan. Ketika kepemilikan manajer dalam perusahaan meningkat, manajer akan semakin produktif untuk meningkatkan nilai perusahaan sehingga menurunkan agency cost. Selain itu, Jansen dan Meckling juga mengungkapkan bahwa semakin besar kepemilikan manajer dalam perusahaan, manajer akan semakin banyak mengungkapkan informasi sosial. Berdasarkan uraian tersebut dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H1 : Diduga kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap pengungkapan CSR pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2015-2019.
2. Pengaruh kepemilikan institusional terhadap pengungkapan corporate social responsibility
Berdasarkan pada teori keagenan terdapat perbedaan kepentingan antara manajer dengan pemilik perusahaan sehingga akan berpotensi terjadinya masalah keagenan atau agency problem, dengan jumlah kepemilikan saham oleh pihak institusional yang besar dapat memonitor manajemen sehingga masalah keagenan tersebut dapat diminimalisir Menurut Machmud dan Djakman (2008) Semakin besar kepemilikan institusional maka semakin efisien pemanfaatan aktiva perusahaan dan diharapkan juga dapat bertindak sebagai pencegahan terhadap kecurangan yang dilakukan oleh manajemen. Hal ini berarti
kepemilikan institusional dapat menjadi pendorong perusahaan untuk melakukan pengungkapan Corporate Social Responsibility.
Penelitian Fitriana (2019), Singal dan Putra (2019) dan Rohmah (2015) yang menyatakan kepemilikan institusional memiliki pengaruh positif terhadap pengungkapan corporate social responsibility. Menurut Machmud dan Djakman (2008) mengemukakan semakin besar kepemilikan institusional maka semakin efisien pemanfaatan aktiva perusahaan dan diharapkan juga dapat bertindak sebagai pencegahan terhadap kecurangan yang dilakukan oleh manajemen. Hal ini berarti kepemilikan institusional dapat menjadi pendorong perusahaan untuk melakukan pengungkapan
Corporate Social Responsibility. Berdasarkan uraian tersebut dirumuskan
hipotesis sebagai berikut:
H2 : Diduga kepemilikan institusional berpengaruh terhadap pengungkapan CSR pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2015-2019.
3. Pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap pengungkapan corporate social responsibility
Dewan komisaris adalah perwakilan pemegang saham perusahaan yang didirikan sebagai perseroan terbatas dan berfungsi sebagai pengawas manajemen. Dikaitkan dengan teori keagenan keberadaan dewan komisaris menjadi jawaban atas persoalan perbedaan kepentingan antara manajer dan pemilik perusahaan untuk mewakili pemilik perusahaan .
Penelitian Agustia (2013), Pradnyani dan Sidnyani (2015), dan Oktavianawati dan Indah (2018) membuktikan ukuran dewan komisaris
berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan corporate social responsibility. Pengaruh yang kuat dapat diberikan oleh dewan komisaris
dengan menekan manajemen untuk mengungkapkan informasi sosial mereka secara luas untuk mewujudkan akuntabilitas perusahaan. Semakin besar ukuran dewan komisaris, pengawasan yang lebih baik akan dilakukan oleh manajemen perusahaan. Pengawasan yang baik diharapkan untuk memperluas pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) dalam memenuhi kebutuhan informasi pemangku kepentingan dan untuk meminimalkan informasi yang dapat disembunyikan oleh manajemen perusahaan. Dukungan dari para pemangku kepentingan ini membantu perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H3 : Diduga ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap pengungkapan CSR pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2015-2019.
4. Pengaruh leverage terhadap pengungkapan corporate social responsibility. Berdasarkan teori keagenan, tingkat leverage mempunyai pengaruh negatif terhadap pengungkapan CSR. Perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi cenderung mengurangi luas pengungkapan CSR yang dibuatnya agar tidak menjadi sorotan dari para debtholders.
Penelitian Rahman et.al (2011), Giannarkis (2014) serta penelitian Habbash (2015) yang menyatakan adanya pengaruh negatif antara leverage dengan pengungkapan corporate social responsibility. Habbash (2015) mengemukakan bahwa para pemangku kepentingan sebaiknya tidak mengharapkan pengungkapan CSR yang luas dari
perusahaan dengan leverage yang tinggi. Hal ini dikarenakan perusahaan tersebut akan lebih memilih untuk menghemat biaya dari pengungkapan yang luas agar dapat membayar hutangnya dan menurunkan tingkat leverage perusahaan. Andrikopoulos dan Kriklani (2012) mengemukakan prosedur yang mahal juga menjadi alasan bagi perusahaan untuk tidak melakukan pengungkapan CSR yang luas. Berdasarkan uraian tersebut dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H4 : Diduga leverage berpengaruh terhadap pengungkapan CSR pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2015-2019.
29 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan metode kuantitatifdengan pendekatan
eksplanatory, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh
antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan memanfaatkan website resmi www.idx.co.id dan waktu penelitian diproyeksikan memakan waktu selama 2 (dua) bulan yakni September-Oktober 2020.
C. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran 1. Variabel Independen
a. Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial merupakan kepemilikan saham oleh manajer dan direktur dalam perusahaan. Dalam penelitian ini kepemilikan manajerial diukur dengan melihat proporsi jumlah lembar saham yang dimiliki oleh pihak manajemen dalam perusahaan dibagi dengan jumlah saham yang beredar.
KM = Jumlah Saham yang dimiliki Manajerial
b. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham oleh pihak institusi baik institusi lokal maupun asing seperti perusahaan asuransi, perbankan, perusahaan investasi dan institusi lainnya. Kepemilikan institusional dapat diukur sesuai dengan proporsi kepemilikan saham yang dimiliki oleh pihak institusi atau lembaga dibagi dengan jumlah saham yang beredar.
KI = Jumlah Saham yang dimiliki Institusional
Jumlah Saham Beredar
c. Ukuran Dewan Komisaris
Ukuran dewan komisaris merupakan jumlah anggota dewan komisaris dalam perusahaan baik komisaris internal maupun independen. Pengukuran ukuran dewan komisaris dalam penelitian ini yaitu dilihat dari banyaknya atau jumlah anggota dewan komisaris suatu perusahaan.
UDK = ∑ Anggota Dewan Komisaris
d. Leverage
Leverage merupakan rasio untuk mengukur besarnya aktiva
yang dibiayai oleh hutang. Debt to equity ratio (DER) atau rasio hutang terhadap modal digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur tingkat
leverage.
DER = Total Hutang
2. Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pengungkapan
corporate social responsibility. Pengukuran variabel ini mengacu pada
indeks pengungkapan CSR yang dilakukan oleh Sembiring (2006). Di dalam penelitiannya, Sembiring (2006) mengacu pada indeks pengungkapan CSR yang dilakukan oleh Hackston dan Milne (1999) yang telah dimodifikasi sebelumnya yang membagi CSR ke dalam 7 kategori, yaitu lingkungan, energi, kesehatan dan keselamatan kerja, lain-lain tentang tenaga kerja, produk, keterlibatan masyarakat dan umum. Ketujuh kategori tersebut berjumlah 78 item pengungkapan CSR.. Analisis konten digunakan untuk melihat item-item pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dalam laporan tahunan. Apabila item diungkapkan, diberikan skor 1, apabila tidak diungkapkan diberikan skor 0.
CSRDI = Jumlah Item yang Diungkapkan
78
D. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi merupakan jumlah secara keseluruhan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2015-2019 yang berjumlah 193 perusahaan.
2. Sampel
Sampel merupakan bagian atau wakil dari populasi. Sampel penelitian ini berjumlah 31 perusahaan. Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Purposive sampling
merupakan suatu cara penentuan sampel dengan mempertimbangkan atau berdasarkan kriteria tertentu.
Kriteria-kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : a. Perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
b. Perusahaan yang tidak melakukan IPO pada periode tahun penelitian yaitu tahun 2015 sampai dengan tahun 2019.
c. Perusahaan manufaktur yang mempubikasikan laporan tahunan atau laporan keberlanjutan berturut-turut yakni tahun 2015, 2016, 2017, 2018 dan 2019.
d. Perusahaan manufaktur yang memiliki data lengkap berkaitan dengan variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian ini yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris,
leverage, dan corporate social responsibility.
Tabel 3.1 Seleksi Sampel berdasarkan kriteria
No. Kriteria-kriteria Jumlah
1 Perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
193 2 Perusahaan yang melakukan IPO pada periode tahun
penelitian yaitu tahun 2015 sampai dengan tahun 2019.
(54) 3 Perusahaan manufaktur yang tidak mempublikasikan
laporan tahunan atau laporan keberlanjutan berturut-turut yakni tahun 2015, 2016, 2017, 2018 dan 2019.
(12)
4 Perusahaan manufaktur yang tidak memiliki data lengkap berkaitan dengan variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian ini yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, leverage, dan
corporate social responsibility.
(96)
Perusahaan yang menjadi sampel 31
Jumlah Observasi (31 x 5 tahun) 155
Berdasarkan tabel 3.1, setelah melalui proses seleksi sampel sesuai dengan kriteria-kriteria yang ditentukan didapatkan jumlah sampel yaitu 31 perusahaan dan jumlah pengamatan yang dilakukan berjumlah 155.
E. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh peneliti dari sumber yang telah ada berupa laporan tahunan perusahaan tahun 2015-2019 yang diperoleh dari laman resmi Bursa Efek Indonesia www.idx.co.id.
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Studi Pustaka (Library Research)
Studi pustaka adalah penelitian yang dilakukan dengan jalan mendapatkan buku-buku atau literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian peneliti. 2. Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data penelitian melalui dokumen, yaitu berupa laporan tahunan perusahaan.
G. Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif, yaitu menggambarkan suatu data yang terlihat dari nilai rata-rata, varian, standar deviasi, nilai minimum dan nilai maksimum.
1. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan menguji apakah data variabel terikat dan variabel bebas pada persamaan regresi yang dihasilkan berdistribusi normal atau berdistribusi tidak normal. Pengujian dilakukan dengan Uji
Kolmogorov Smirnov. Kriteria yang digunakan untuk menilai normal atau
tidaknya suatu data adalah melihat nilai probabilitasnya. Apabila nilai probabilitas <0,05 maka distribusi data adalah tidak normal, sebaliknya apabila nilai probabilitas > 0,05 maka distribusi data adalah normal.
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan korelasi antar variabel bebas (independen). Metode yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas dalam model regresi dapat dilihat dari nilai Tolerance dan Variance Inflation
Factor (VIF). Jika nilai Tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10, maka tidak
terjadi multikolinearitas begitupun sebaliknya.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Pengujian heteroskedastisitas pada penelitian ini menggunakan Grafik Scatterplot. Data tidak terjadi heteroskedastisitas apabila tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y (Ghozali, 2011).
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi (Ghozali, 2011). Persamaan regresi yang baik adalah yang tidak memiliki masalah
autokorelasi, jika terjadi autokorelasi maka persamaan tersebut menjadi tidak baik atau tidak layak dipakai prediksi. Menurut Suntoyo (2016) salah satu ukuran untuk menentukan ada tidaknya gejala autokorelasi adalah dengan uji Durbin-Watson (DW) dengan kriteria sebagai berikut:
1) Terjadi autokorelasi positif, jika nilai DW dibawah -2 (DW < -2). 2) Tidak terjadi autokorelasi, jika nilai DW berada di antara -2 dan +2
atau -2 < DW < +2.
3) Terjadi autokorelasi negatif jika DW diatas +2 atau DW > +2.
2. Uji Hipotesis
a. Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda adalah hubungan secara linear antara satu variabel independen (X) dengan variabel. dependen (Y). Persamaan regresi linier berganda dirumuskan sebagai berikut :
Y = α +β1X1+β2X2+β3X3+β4X4+ ε Keterangan :
Y = Pengungkapan corporate social responsibility (CSRDI) α = Konstanta
β = Koefisien regresi ε = Error
X1 = Kepemilikan manajerial X2 = Kepemilikan institusional X3 = Ukuran dewan komisaris X4 = Leverage
b. Uji Parsial (Uji T)
Uji T bertujuan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Uji ini dilihat dari nilai t hitung dan t tabel. Jika t hitung lebih besar dari t tabel pada taraf signifikansi 0,05 atau 5%, maka variabel independen mempunyai pengaruh signifikan. Sebaliknya jika t hitung lebih kecil dari t tabel pada taraf lebih dari 5%, maka variabel tersebut tidak mempunyai pengaruh yang signifikan.
c. Koefisien Determinasi (R2)
Uji koefisien determinasi ini digunakan untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan varians variabel terikatnya. Uji ini dapat dilihat dari nilai Adjusted R Square. Nilai pada R2 yang kecil artinya upaya variabel-variabel bebas atau independen dalam usaha menjelaskan variabel dependen sangat kecil (Ghozali, 2011).
37 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Bursa Efek Indonesia (BEI) Indonesia Stock Exchange (IDX) adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem juga sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli Efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan Efek di antara mereka. Bursa Efek Indonesia merupakan bursa hasil penggabungan dari Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan Bursa Efek Surabaya (BES). Demi efektivitas operasional dan transaksi, Pemerintah memutuskan untuk menggabung Bursa Efek Jakarta sebagai pasar saham dengan Bursa Efek Surabaya sebagai pasar obligasi dan derivatif menjadi BEI. Bursa hasil penggabungan ini mulai beroperasi pada 1 Desember 2007. Terdapat beberapa sektor perusahaan yang sahamnya diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia yaitu:
1. Agriculture
2. Basic Industry and Chemicals 3. Consumer Goods Industry 4. Finance
5. Infrastructure, Utilities and Transportation 6. Mining
7. Miscellaneous Industry
8. Property, Real Estate, and Building Construction
Visi dan Misi Bursa Efek Indonesia
Visi : Menjadi bursa yang kompetitif dengan kredibilitas tingkat dunia.
Misi : Menciptakan infrastruktur pasar keuangan yang terpercaya dan kredibel untuk mewujudkan pasar yang teratur, wajar, dan efisien, serta dapat diakses oleh semua pemangku kepentingan melalui produk dan layanan yang inovatif.
Gambar 4.1
Struktur Organisasi Bursa Efek Indonesia
Sumber : www.idx.co.id
Objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang terdiri atas 3 sektor yaitu Basic
Industry and Chemicals, Consumer Goods Industry, dan Miscellaneous Industry