• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gambaran Peran Perawat Puskesmas dalam Pelaksanaan Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) di Kota Salatiga Tahun 2013 T1 462009055 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gambaran Peran Perawat Puskesmas dalam Pelaksanaan Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) di Kota Salatiga Tahun 2013 T1 462009055 BAB IV"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

47 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 GAMBARAN RESPONDEN PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas se-Kota Salatiga yaitu sebanyak 6 Puskesmas pada tahun 2013, dengan jumlah responden sebanyak 46 perawat di Puskesmas. Data demografi responden penelitian dijabarkan menurut umur, jenis kelamin, pendidikan, masa kerja di Puskesmas.

A. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Berdasarkan Usia

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation 46 25.00 50.00 36.0217 7.11021

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Usia Frekuensi Persentase

25-30 tahun 13 28.3 %

31-35 tahun 11 23.9 %

36-40 tahun 10 21.7 %

41-45 tahun 6 13.0 %

46-50 tahun 6 13.0 %

Total tahun 46 100 %

(2)

B. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis kelamin Frekuensi Persentase

L 10 21.7 %

P 36 78.3 %

Total 46 100 %

Berdasarkan tabel 4.3 terlihat bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan, yaitu sebanyak 36 orang (78,3%).

C. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan Frekuensi Persentase

D3 37 80.4 %

S1 9 19.6 %

Total 46 100 %

Berdasarkan tabel 4.4 terlihat bahwa sebagian besar responden berpendidikan D3 yaitu sebanyak 37 orang (80,4%).

D. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja Tabel 4.5 Statistik Deskriptif Berdasarkan Masa Kerja

(3)

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Masa Kerja Masa kerja Frekuensi Persentase

2-7 25 54.3 %

8-12 7 15.2 %

13-17 5 10.9 %

18-22 6 13.0 %

23-27 3 6.5 %

Total 46 100 %

Dari tabel 4.5 dan 4.6 menunjukan bahwa rata-rata masa kerja responden yaitu 9,79 tahun dengan frekuensi masa kerja terbanyak yaitu 2-7 tahun 54,3% (25).

4.2 PELAKSANAAN PENELITIAN A. Perijinan

Syarat untuk melakukan penelitian adalah surat ijin penelitian. Peneliti meminta surat pengantar dari Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kristen Satya Wacana yang ditujukan kepeda Badan Kesatuan Bangsa dan Politik, dan Dinas Kesehatan Kota Salatiga. Selanjutnya memberikan surat ijin tersebut ke Puskesmas-Puskesmas untuk memperoleh ijin dalam melakukan penelitian ditempat yang dimaksud.

B. Pengumpulan data

(4)

September 2013. Peneliti dapat menerima semua kuesioner kembali karena peneliti menunggu responden penelitian mengisi kuesioner tersebut dan semua angket dapat diperoleh.

4.3 HASIL PENELITIAN A. Peran Perawat

1. Gambaran Peran Perawat Sebagai Pemberi Asuhan Keperawatan

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Peran Perawat Sebagai Pemberi Asuhan Keperawatan

Range Frekuensi Persentase

2.51-3.25 22 47.8 %

3.26-4.00 24 52.2 %

Total 46 100 %

Tabel 4.8 Statistik Deskriptif Peran Perawat Sebagai Pemberi Asuhan Keperawatan

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation 46 2.60 4.00 3.2826 .39682

(5)

2. Gambaran Peran Perawat Sebagai Penemu Kasus Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Peran Perawat Sebagai

Penemu Kasus

Range Frekuensi Persentase

1.76-2.50 16 34.8 %

2.51-3.25 25 54.3 %

3.26-4.00 5 10.9 %

Total 46 100 %

Tabel 4.10 Statistik Deskriptif Peran Perawat Sebagai Penemu Kasus

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

46 1.60 3.40 2.6783 .41415

Dari tabel 4.9 dan 4.10 menunjukan bahwa responden yang menjalankan perannya sebagai penemu kasus dengan kategori tidak optimal sebanyak 16 orang (34,8%), optimal sebanyak 25 orang (54,3%) dan sangat optimal sebanyak 5 orang (10,9%). Nilai mean sebesar 2,68 menunjukan bahwa rata-rata peran perawat sebagai

penemu kasus masuk dalam kategori optimal.

3. Gambaran Peran Perawat Sebagai Pendidik kesehatan

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Peran Perawat Sebagai Pendidik Kesehatan

Range Frekuensi Persentase

1.76-2.50 4 8.7 %

2.51-3.25 26 56.5 %

3.26-4.00 16 34.8 %

(6)

Tabel 4.12 Statistik Deskriptif Peran Perawat Sebagai Pendidik Kesehatan

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

46 2.00 4.00 3.1174 .48365

Dari tabel 4.11 dan 4.12 menunjukan bahwa responden yang menjalankan perannya sebagai pendidik kesehatan dengan kategori tidak optimal sebanyak 4 orang (8,7%), optimal sebanyak 26 orang (56,5%) dan sangat optimal sebanyak 16 orang (34,8%). Nilai mean sebesar 3,12 menunjukan bahwa rata-rata peran perawat sebagai pendidik kesehatan masuk dalam kategori optimal.

4. Gambaran Peran perawat Sebagai Koordinator dan Kolabolator

Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Peran Perawat Sebagai Koordinator dan Kolabolator

Range Frekuensi Persentase

1.00-1.75 1 2.2 %

1.76-2.50 10 21.7 %

2.51-3.25 24 52.2 %

3.26-4.00 11 23.9 %

Total 46 100 %

Tabel 4.14 Statistik Deskriptif Peran Perawat Sebagai Koordinator dan Kolabolator

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

(7)

Dari tabel 4.13 dan 4.14 menunjukan bahwa responden yang menjalankan perannya sebagai koordinator dan kolabolator dengan kategori sangat tidak optimal sebanyak 1 orang (2,2%) tidak optimal sebanyak 10 orang (21,7%), optimal sebanyak 24 orang (52,2%) dan sangat optimal sebanyak 11 orang (23,9%). Nilai mean sebesar 3,01 menunjukan bahwa rata-rata peran perawat sebagai koordinator dan kolabolator masuk dalam kategori optimal.

5. Gambaran Peran Perawat Sebagai Konselor

Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi Peran Perawat Sebagai Konselor

Range Frekuensi Persentase

1.00-1.75 2 4.3 %

1.76-2.50 2 4.3 %

2.51-3.25 15 32.6 %

3.26-4.00 27 58.7 %

Total 46 100 %

Tabel 4.16 Statistik Deskriptif Peran Perawat Sebagai Konselor

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

46 1.00 4.00 3.3478 .73499

(8)

sebanyak 15 orang (32,6%) dan sangat optimal sebanyak 27 orang (58,7%). Nilai mean sebesar 3,35 menunjukan bahwa rata-rata peran perawat sebagai konselor masuk dalam kategori sangat optimal.

6. Gambaran Peran Perawat Sebagai Panutan

Tabel 4.17 Distribusi Frekuensi Peran Perawat Sebagai Panutan

Range Frekuensi Persentase

1.76-2.50 6 13.0 %

2.51-3.25 12 26.1 %

3.26-4.00 28 60.9 %

Total 46 100 %

Tabel 4.18 Statistik Deskriptif Peran Perawat Sebagai Panutan

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

46 2.25 4.00 3.4293 .57654

(9)

Diagram 4.1 Distribusi Peran Perawat

Keterangan:

PAK : Pemberi Asuhan Keperawatan PK : Penemu Kasus

PS : Pendidik Kesehatan

KK : Koordinator dan Kolabolator K : Konselor

P : Panutan 0

10 20 30 40 50 60 70

PAK PK PS KK K P

Sangat tidak optimal Tidak optimal

Optimal

(10)

B. Pelaksanaan Perkesmas

1. Gambaran Pelaksanaan (P1)

Tabel 4.19 Distribusi Frekuensi Pelaksanaan Perkesmas (Pelaksanaan P1)

Range Frekuensi Persentase

1.76-2.50 7 15.2 %

2.51-3.25 28 60.9 %

3.26-4.00 11 23.9 %

Total 46 100 %

Tabel 4.20 Statistik Deskriptif Pelaksanaan Perkesmas (Pelaksanaan P1)

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

46 2.00 3.83 2.9452 .47835

Dari tabel 4.19 dan 4.20 menunjukan bahwa tahapan pelaksanaan perkesmas (P1) dengan kategori tidak optimal sebanyak 7 orang (15,2%), optimal sebanyak 28 orang (60,9%) dan sangat optimal sebanyak 11 orang (23,9%). Nilai mean sebesar 2,95 menunjukan bahwa rata-rata pelaksanaan perkesmas (P1) masuk dalam kategori optimal.

2. Gambaran Penggerakan Pelaksanaan (P2)

Tabel 4.21 Distribusi Frekuensi Pelaksanaan Perkesmas (Penggerakan Pelaksanaan P2)

Range Frekuensi Persentase

1.76-2.50 18 39.1 %

2.51-3.25 25 54.3 %

3.26-4.00 3 6.5 %

(11)

Tabel 4.22 Statistik Deskriptif Pelaksanaan Perkesmas (Penggerakan Pelaksanaan P2)

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

46 1.88 4.00 2.7115 .45465

Dari tabel 4.21 dan 4.22 menunjukan bahwa tahapan pelaksanaan perkesmas (P2) dengan kategori tidak optimal sebanyak 18 orang (39,1%), optimal sebanyak 25 orang (54,3%) dan sangat optimal sebanyak 3 orang (6,5%). Nilai mean sebesar 2,72 menunjukan bahwa rata-rata pelaksanaan perkesmas (P2) masuk dalam kategori optimal.

3. Gambaran Pengawasan, Pengendalian Dan Penilaian (P3)

Tabel 4.23 Distribusi Frekuensi Pelaksanaan Perkesmas (Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian P3) Range Frekuensi Persentase

1.76-2.50 4 8.7 %

2.51-3.25 16 34.8 %

3.26-4.00 26 56.5 %

Total 46 100 %

Tabel 4.24 Statistik Deskriptif Pelaksanaan Perkesmas (Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian P3) N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

46 2.00 4.00 3.3337 .59222

(12)

(56,5%). Nilai mean sebesar 3,33 menunjukan bahwa rata-rata pelaksanaan perkesmas (P3) masuk dalam kategori sangat optimal.

Diagram 4.2 Keterlaksanaan Perkesmas

Keterangan:

P1 : Pelaksanaan

P2 : Penggerakan Pelaksanaan

P3 : Pengawasan, Pengendalian, Penilaian 0

10 20 30 40 50 60 70

Sangat tidak optimal

Tidak optimal

Optimal Sangat optimal

(13)

4.4 PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Peran perawat Kesehatan Masyarakat

Perawat di Puskesmas, sebagai perawat kesehatan minimal dapat berperan sebagai pemberi layanan kesehatan melalui asuhan keperawatan, penemu kasus, pendidik kesehatan, koordinator dan kolabolator, konselor dan panutan (Depkes, 2006).

1. Pemberi asuhan keperawatan

Hasil penelitian menunjukan sebagian besar peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan dalam kategori sangat optimal yaitu sebanyak 52,2%.

(14)

baik. Stigma-stigma negatif tentang perawat dapat hilang dengan pembuktian nyata berupa layanan keperawatan yang profesional kepada klien (Asmadi, 2008).

Hal ini sejalan dengan penelitian Muhith (2012) tentang mutu asuhan keperawatan berdasarkan kinerja perawat, kepuasan perawat dan pasien menunjukan bahwa ada pengaruh kepuasan pasien terhadap pelaksanaan standar kinerja profesional perawat.

Agar peran ini dapat berjalan dengan efektif dan efisien sehingga tujuan asuhan keperawatan tercapai, maka perawat harus melakukan proses asuhan keperawatan yang terdiri atas assessment, diagnosis, planning, implementation dan evaluation (Potter &

Perry, 2005). 2. Penemu kasus

Hasil penelitian menunjukan sebagian besar peran perawat sebagai penemu kasus dalam kategori optimal yaitu sebanyak 54,3%.

(15)

penelitian Fauziah (2012) tentang persepsi masyarakat tantang peran perawat Puskesmas di Kelurahan Bintara Kota Bekasi dimana 79,2% menjawab tidak pernah kunjungi rumah, hanya 15,6% responden yang dikunjungi rumah. Hal ini menunjukan bahwa perawat masih lebih banyak menjalankan passive case finding dari pada active case finding karena hanya pasien kusus saja yang dikunjungi kerumah seperti pasien dengan TB paru, dan gizi buruk.

Penemu kasus dapat dilakukan dengan jalan mencari langsung ke masyarakat (active case finding) dan dapat pula didapat tidak langsung yaitu pada kunjungan pasien ke puskesmas (passive case finding) (Depkes, 2004).

(16)

3. Peran perawat sebagai pendidik kesehatan

Hasil penelitian menunjukan sebagian besar peran perawat sebagai pendidik kesehatan dalam kategori optimal yaitu sebanyak 56,5%.

Peran utama perawat kesehatan masyarakat selain memberikan asuhan keperawatan juga sebagai pendidik atau penyuluh kesehatan yang merupakan bagian dari promosi kesehatan. Oleh sebab itu, kemampuan dalam melakukan promosi kesehatan dengan baik dan benar harus dimiliki oleh setiap perawat kesehatan masyarakat (Depkes, 2006).

Banyak faktor yang mempengaruhi peningkatan kebutuhan pembelajaran tentang kesehatan oleh perawat. Saat ini, ada kecenderungan baru untuk peningkatan dan penjagaan kesehatan dari pada pelayanan. Sebagai akibatnya, masyarakat ingin dan bisa memperoleh banyak pengetahuan di bidang kesehatan (Mubarak & Chayatin, 2009).

(17)

pendidikan kesehatan tersebut. Sejak tahun 1918, di Amerika serikat, National for Nursing (LNN) mengamati arti penting pendidikan kesehatan sebagai suatu fungsi di dalam lingkup praktik keperawatan, termasuk tanggung jawab promosi kesehatan dan pencegahan penyakit di lingkungan seperti rumah sakit, sekolah dan rumah (Bastable, 2002).

(18)

hidup agar tercapai kesehatan yang optimal baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

4. Peran sebagai koordinator dan kolabolator

Hasil penelitian menunjukan sebagian besar peran perawat sebagai koordinator dan kolabolator dalam kategori optimal yaitu sebanyak 52,2%.

Koordinator dan kolabolator merupakan peran yang sangat penting karena pada peran inilah perawat mampu bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain untuk meningkatkan derajat kesehatan klien. Perawat bisa bekerja sama dengan tim kesehatan yang terdiri dari dokter, apoteker, ahli gizi, laboratorium dan lainnya dalam kaitannya membantu mempercepat proses penyembuhan klien.

Hal ini sejalan dengan Secretary of Health end Human Services Commission on Nursing, dalam

(19)

pasien terhadap awitan komplikasi atau perubahan dalam setatus komplikasi yang sering terjadi. Komplikasi biasanya berhubungan dengan proses penyakit pasien atau tindakan pengobatan, atau pemeriksaan diagnosik ( Smeltzer, 2001).

5. Peran perawat sebagai konselor

Hasil penelitian menunjukan sebagian besar peran perawat sebagai konselor dalam kategori sangat optimal yaitu sebanyak 58,7%.

Perawat sebagai konselor melakukan konseling keperawatan sebagai usaha memecahkan masalah secara efektif. Kegiatan yang dapat dilakukan perawat Puskesmas antara lain menyediakan informasi, mendengar secara objektif, memberi dukungan, memberi asuhan dan meyakinkan klien, menolong klien mengidentifikasi masalah dan faktor-faktor terkait, memandu klien menggali permasalahan, dan memilih pemecahan masalah yang dikerjakan (Depkes, 2004).

6. Peran perawat sebagai panutan

(20)

Perawat puskesmas harus dapat memberikan contoh yang baik dalam bidang kesehatan pada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat tentang bagaimana cara hidup yang sehat yang dapat ditiru dan dicontoh oleh masyarakat (Fetaria dalam Fauziah, 2012).

B. Tingkat Pelaksanaan Perawatan Kesehatan Masyarakat Dilihat dari masing-masing tahapan mulai dari pelaksanaan (P1) 60,9% masuk dalam kategori optimal, penggerakan pelaksanaan (P2) 54,3% masuk dalam kategori optimal, dan pengawasan, pengendalian dan penilaian (P3) 56,5% masuk dalam kategori sangat optimal.

Menurut Depkes (2006) pelaksanaan perkesmas merupakan kegiatan keperawatan baik di dalam gedung maupun luar gedung Puskesmas dengan indikator pencapaian berdasarkan target yang sesuai dengan sumber daya masing-masing Puskesmas sebesar minimal 75%. Presentase ini berdasarkan pada cakupan kelompok binaan, hasil deteksi kasus-kasus prioritas MGD’s seperti HIV/AIDS, Tb paru, malaria, dan gizi kurang.

(21)

daerah binaan, penilaian kegiatan pertahun, desimilasi informasi, rencana tahunan dan bulanan perkesmas terpadu, penanggung jawab binaan, pencatatan dan pelaporan kegiatan hasil perkesmas, pemantauan kegiatan perdesa/daerah binaan keperawatan, apabila dibawah 75% maka dapat dikategorikan pelaksanaan perkesmas tersebut kurang baik.

Menurut Tafwidhah (2010), pelatihan terbukti memiliki hubungan dengan tingkat keterlaksanaan perkesmas. Bila dihubungkan dengan hasil penelitian dan standar di atas, maka dapat dikatakan bahwa pelaksanaan (P1) dan pengawasan, pengendalian dan penilaian (P3) di Puskesmas Kota Salatiga sudah baik, penggerakan pelaksanaan (P2) kurang baik, namun dapat terus diperbaiki dengan melakukan pelatihan kepada perawat Puskesmas. Saptino (2007), pencapaiian pelaksanaan perkesmas dapat ditingkatkan salah satunya adalah melalui pengawasan/pengendalian yang terus menerus.

(22)

keperawatan dalam bentuk asuhan keperawatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat (Kepmenpan, No 94 tahun 2011).

Kegiatan perawat perkesmas dapat terwujud melalui peningkatan kerjasama lintas program terkait. Pelaksanaan perkesmas melalui program wajib Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), serta Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) dapat dilakukan melalui program imunisasi. Petugas Puskesmas dapat mendatangi keluarga untuk melakukan pembinaan pada bayi yang drop out (DO). Kerjasama lintas program perkesmas dengan program gizi terwujud dalam pembinaan yang mempunyai bayi atau anak yang memiliki berat badan di bawah garis merah (BGM) dan ibu hamil atau nifas yang kekurangan energi serta membantu dalam hal pelaksanaan dalam pemberian makanan tambahan (PMT). Sedangkan lintas program dengan program pembrantasan penyakit, petugas Puskesmas membantu pemberian bimbingan serta tindak lanjut untuk kasus-kasus penyakit menular ataupun tidak menular.

(23)

perawat, peningkatan cakupan, dan mutu pelayanan kesehatan. Penilaian dilaksanakan minimal akhir tahun meliputi semua aspek baik input, proses, output, outcome, sebagai masukan penyusunan rencana kegiatan perkesmas tahun berikutnya. Cara yang mudah untuk memudahkan pemantauan dan penilaian kinerja perkesmas adalah dengan melakukan penyajian hasil dengan menggunakan tabel, grafik blok/garis atau grafik Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) (Sualman, 2009).

4.5 KETERBATASAN PENELITIAN

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah hanya membahas tentang peran perawat dan pelaksanaan perawatan kesehatan masyarakat. Dengan demikian perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor yang mempengaruhi peran perawat dan pelaksanaan perawatan kesehatan masyarakat (perkesmas). Selain itu juga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang persepsi masyarakat tentang kinerja perawat dalam pelaksanaan perawatan kesehatan masyarakat (perkesmas).

(24)

memberikan informasi terbatas dan belum tentu menggambarkan situasi yang dialami responden. Pada saat pengumpulan data, peneliti telah berupaya menjelaskan tujuan penelitian dan mengharapkan responden untuk mengisi kuesioner sesuai dengan apa yang dilakukannya.

Gambar

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Berdasarkan Usia
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Masa Kerja
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Peran Perawat Sebagai
+7

Referensi

Dokumen terkait

perempuan separoh dari nilai kesaksian kaum laki-laki terkait dengan jender atau. jenis

13 5.2.3.62.01 Peningkatan Pelayanan BLUD Kesehatan Pelayanan dan Pendukung Rehabilitasi Gedung Aster 110.000.000 BLUD RSUD Cepu Pemilihan. Pelayanan BLUD

Fakto-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja antara lain (1) motivasi dimana motivasi yang rendah ditunjukan oleh AR karena AR hanya ingin meluangkan waktunya dalam bekerja,

 Napolean Hill dilahirkan dikeluarga miskin, ibunya meninggal dunia saat masih kecil, jadi guru motivasi terkenal didunia, bukunya Think and Grow Rich :. menjadi acuan pertama

Serta untuk mengetahui cara penanganan masalah-masalah yang melatar belakangi timbulnya masalah agresifitas yang ditimbulkan oleh tetirah yang ada disana.. Jenis penelitian ini

ADI PURWANTO, MM ALAMAT

Menurut komponen ini, siswa dapat menerima keberadaan guru BK, memahami peran dan fungsinya, serta dapat menerima pelajaran yang diberikan guru BK, namun para siswa

unbiased with respect to spatial scales, DO index, i.e. a statistic index introduced by Duranton and Overman in 2005, is adopted to measure the agglomeration. Using the