46
Jurnal Fisika Indonesia No: 49, Vol XVII, Edisi April 2013
ISSN : 1410-2994
Enang Saepuloh / Pengukuran Resistivitas Bahan Organik Superkonduktor β’-(BEDT-TTF)2ICl2 dengan Metode Four Point Probe
Pengukuran Resistivitas Bahan Organik Superkonduktor
β
’-(BEDT-TTF)
2ICl
2dengan Metode
Four Point Probe
Enang Saepuloh1)*, Riza Iskandar1), Fandi Angga Prasetya2), Gelys Annisa Nindry3), Hiromi Taniguchi4)
1)
Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Padjadjaran, Jl. Raya Bandung-Sumedang KM. 21 Jatinangor
2)
Jurusan Fisika, FMIPA ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111
3)
Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Udayana, Jl. Kampus Bukit Jimbaran Bali
4)
Departement of Physics, Faculty of Sciences Saitama University, Shimo-Okubo 255, Saitama 338-8570
*prianang33@yahoo.com
Abstrak – Telah dilakukan pembuatan kristal β’-(BEDT-TTF)2ICl2 dengan proses elektro sintesis kimia selama 8 hari. Proses
elektrolisis ini dilakukan di dalam incubator dengan arus 1.5 μA. Kristal yang dihasilkan berwarana hitam memanjang . Kristal ini bersifat bahan organik metal dimana BEDT-TTF sebagai kation dan ICl2 sebagai anion. Selanjutnya
kristal ini dilakukan pengukuran resistivitas dengan menggunakan metode four point probe. Metode ini menggunakan kawat emas (Au) sebagai probe, dua probe sebagai sumber arus dan 2 probe lainya sebagai pengukur beda potensial. Hasil karakterisasi menunjukan penambahan resistivitas sesuai dengan penurunan temperatur. Hal ini dikibatkan pengaruh dari β’, sehingga kristal ini memiliki bentuk satu dimensi. Oleh sebab itu kristal β’-(BEDT-TTF)2ICl2 ini bersifat antiferromagnetik
insulator (Mott Insulator).
Kata kunci:β’-(BEDT-TTF)2ICl2, elektro sintesis kimia, four point probe, resistivitas
Abstract – Synthesis of Crystal β’-(BEDT-TTF)2ICl2 has been done by electrochemical process for 8 days. The
electrochemical process was done in an incubator with giving current of 1.5 μA. The resulting of crystal is elongated black by size . This crystal has organic metal properties where BEDT-TTF as cations and ICl2 as anions. Furthermore, it
was characterized resistivity measurement with four point probe method. This method use gold wire (AU) as probe. Two probe as current source and the other as a measure of potential different. Characterization results indicate the addition of resistivity as temperature decrease. In this case is caused by influence of β’. So that, it has 1 dimension form. Therefore, this crystal of
β’-(BEDT-TTF)2ICl2 has antiferromagnetic insulator properties (Mott Insulator).
Key words: β’-(BEDT-TTF)2ICl2, electrochemical process, four point probe method, resistivity
I. PENDAHULUAN
Superkonduktifitas adalah sebuah fenomena yang dapat ditemui pada beberapa bahan yang memiliki resistivitas nol ketika didinginkan pada suhu tertentu yang disebut dengan temperatur kritis (Tc) [6]. Jika temperatur berada diatas temperatur kritis, maka bahan berada dalam keadaan normal seperti bahan logam lainnya. Sejak ditemukannya fenomena superkonduktifitas oleh H. K. Onnes (1911), perkembangan penemuan bahan superkonduktor meningkat dari tahun ketahun. Dimulai dari superkonduktor yang berbasis anorganik yang saat ini mempunyai suhu kritis (Tc) mencapai 150 K [2]. Penelitian superkondutor tidak hanya difokuskan pada bahan anorganik tetapi juga pada bahan organik. Bahan organik superkonduktor yang pertama kali
berhasil ditemukan adalah organic salt (TMTSF)2PF6
(TMTSF=tetramethyl-tetraselenafulvalene). Superkonduktor ini merupakan kelompok (TMTSF)2X [4] dengan Tc 0.9 K pada tekanan 12 Kbar [2].
Bahan lainnya adalah TTF)2X (TTF=bisethylenedithio-tetrafulvalne) [4], dimana BEDT-TTF sebagai basis dan X sebagai anion yang dipadukan membentuk lembaran quasi 2-D [1]. Pada berbagai tipe kristal, secara alamiah memperlihatkan anisotropi sifat konduktivitas dan superkonduktivitas [5].
Pada penelitian ini, kami berhasil membuat kristal β
’-(BEDT-TTF)2ICl2 dengan metode elektro kimia, struktur
kristal ditunjukan pada gambar 1. Pada temperatur 14.2 K, kristal ini mempunyai sifat superkonduktivitas [3]. Pertumbuhan kristalnya sangat bergantung pada temperatur, arus yang dilewatkan, waktu pemberian arus, dan konsentrasi elektrolit dari larutan itu sendiri [7].
Hal yang sangat penting dari fenomena superkonduktor adalah resistivitas pada temperatur tertentu. Sehingga untuk mengetahui kebergantungan resistivitas bahan superkonduktor terhadap temperatur, kami melakukan
pengukuran resistivitas dengan menggunakan metode four
point probe pada kristal β’-(BEDT-TTF)2ICl2. Tehnik ini
menggunakan empat probe, dua probe digunakan sebagai
sumber arus dan dua probe lainya untuk mengukuran beda
potensial. Probe diletakan di tengah bahan yang tidak
diketahui nilai resistansinya [8]. Sedangkan untuk mengukur temperatur menggunakan termokopel yang dihubungkan
47
Jurnal Fisika Indonesia No: 49, Vol XVII, Edisi April 2013
ISSN : 1410-2994
Enang Saepuloh / Pengukuran Resistivitas Bahan Organik Superkonduktor β’-(BEDT-TTF)2ICl2 dengan Metode Four Point Probe
Gambar 1. (a) Struktur kristal β’-(BEDT-TTF)2ICl2 [3], (b)
tipe-β’, (c) tipe- β
II. EKSPERIMEM A. Pembuatan Kristal
Berdasarkan standar penelitian yang dilakukan di
labolatorium Prof. Taniguchi, kristal β’-(BEDT-TTF)2ICl2
dibuat dalam bentuk singel kristal, campuran dari bahan
BEDT-TTF dan (n-Bu)4NICl4 dengan pelarut THF (tetrahydrofuran). Proses ini melalui persamaan reaksi
Supaya bahan tercampur dengan sempurna dilakukan
pengadukan dengan menggunakan magnetic stirrer selama
24 jam yang dibungkus dengan aluminium foil. Kemudian
dilakukan preparasi sampel kedalam dua sel elektrolisis dengan menaruh dua elektroda platina elektroda, seperti yang ditunjukan pada gambar 2.a. Selanjutnya, sel
elektrolisis disimpan di dalam incubator selama 8 hari
dengan diberikan tegangan konstan sebesar 20.2 mV, arus
1.5 μA dan hambatan 10 kΩ, ditunjukan pada gambar 2.b.
Gambar 2. (a) Proses elektrosinteisis kimia kristal β
’-(BEDT-TTF)2ICl2 (b) Sampel yang disimpan dalam incubator (c) Kristal tumbuh setelah kurang lebih 7 hari (d)
Pemasangan kawat Au pada kristal
Gambar 2.c. adalah kristal yang sudah tumbuh yang selanjutnya dilakukan penyaringan dan pencucian dengan menggunakan diethyl ether. Kristal yang sudah kering
diletakan kawat Au dengan diameter 25 μm dan
dihubungkan dengan probe menggunakan perekat karbon
pasta. Supaya diketahui letak kawat dan ukran geometri kristal dilakukan foto dengan menggunakan mikroskop cahaya pembesaran 1000 kali, Gambar 2.d.
B. Proses Karakterisasi
Proses karakterisasi kritasl β’-(BEDT-TTF)2ICl2 pada four
point probe dengan memberikan nitrogen cair pada dewar secara konstan setiap penurunan 1 K setiap menitnya.
Kristal yang diletakan pada probe gambar 3.a.
dipasangkan pada tabung dewar , gambar 3.b., dalam kondisi tertutup rapat supaya terjadi proses adiabatik.
Gambar 3. (a) Kritasl yang terpasang pada probe (b) dewar (c) pengoperasian software pengatur parameter
Pengatuan parameter fisis dilakukan dengan menggunakan software, Parameter yang diatur yaitu arus
sekitar 1.0 μA dan rentang temperatur dari 300 K sampai
titik didih nitrogen cair 77 K, gambar 3.c.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Proses pembuatan kristal β’-(BEDT-TTF)2ICl2
menghasilkan kristal organik berbasis BEDT-TTF dan anion ICl2- yang memberikan tipe β’pada strukturnya, gambar 1.b. Kristal yang dihasilkan berwarna hitang memanjang dengan
rata-rata panjang . Bentuk geometri kristal
sangat bergantung pada pemberian arus secara konstan ketika proses elektrosintesisnya. Dengan adanya arus pada larutan elektrolit tersebut maka proses ionisasi terjadi, sehinga kristal tumbuh pada anoda.
Gambar 4. Four point probe method
Resistivitas diukur dengan metode four point probe.
Dalam metode ini, arus mengalir pada dua probe ujung sisi
kristal. Arus yang diinjeksikan (titik A dan D) ini
menghasilkan daerah ekuipotensial di dalam kristal.
Sehingga dua probe yang berada di tengah sebagai pengukur
beda potensial antara titik B dan C, yang ditunjukan pada
gambar 4. Dengan mengasumsikan bahwa kristal adalah seragam dan permukaan datar, maka nilai resistivitas bisa
dihitung dengan persamaan (1), dimana ρ adalah resistivitas,
R adalah resistansi bahan pada setiap penurunan temperatur,
adalah tebal kristal, b lebar kristal, dan adalah d jarak
daerah beda potensial kristal (B dan C).
(1)
Dari hasil pengukuran ini diperoleh data hubungan
resistansi disetiap daerah kristal β’-(BEDT-TTF)2ICl2
48
Jurnal Fisika Indonesia No: 49, Vol XVII, Edisi April 2013
ISSN : 1410-2994
Enang Saepuloh / Pengukuran Resistivitas Bahan Organik Superkonduktor β’-(BEDT-TTF)2ICl2 dengan Metode Four Point Probe
dihentikan, karena nilai resistansi menunjukan harga tetap. Sebelum temperatur mencapai 180 K resistansi sudah
mencapai 40.000 Ω, sementara percobaan sebelumnya yang
dilakukan oleh Nadya, resistansi mencapai 45.000 Ω.
Karena proses elektrosintesis yang kami lakukan lebih lama 2 hari dari percobaan sebelumnya dan pemberian arus lebih
kecil 1.5 μA dari 2 μA.
Gambar 5. (a) Resistansi kristal β’-(BEDT-TTF)2ICl2
terhadap penurunan temperatur (b) grafik ln ρ terhadap 1/T
pada kristal β’-(BEDT-TTF)2ICl2 (c) Grafik resistivitas
untuk kristal β’-(BEDT-TTF)2ICl2 terhdap perubahan
temperatur dengan variasi tekanan yang diberikan [3]. Gambar 5.b. merupakan hasil konversi ke bentuk fungsi logaritmik yang dibandingkan dengan percobaan Taniguchi pada tekanan 0 GPa (gambar 5.c). Respon resistivitas yang
diberikan kristal β’-(BEDT-TTF)2ICl2 dalah menurun.
Peristiwa ini disebabkan karena anion ICl2 memiliki tipe
kristal β’ berada pada posisi miring, gambar 1.b. Berbeda
dengan tipe β, gambar 1.c, anionnya berada dalam posisi
horinzontal, menyebabkan molekul BEDT-TTF yang ujungnya terhubung dengan anion mengalami kemiringan juga. Hal ini menimbulkan perubahan struktur konduksi molekul BEDT-TTF menjadi 1-D dan bersifat insulator.
Karena β’ memiliki dimerisasi yang kuat, maka sifat
insulator ini terjadi. Selain itu, pengaruh kalkulasi transfer muatan intermolekular yang mengakibatkan adanya tolakan
antar elektron, peristiwa ini disebut dengan Mott Insulator.
Seperti halnya percobaan yang pernah dilakukan Taniguchi bahwa struktur spinnya mengalami fasa antiferromagnetik ketika temperatur berada pada 22 K. Sifat konduktivitas
pada kristal β’-(BEDT-TTF)2ICl2 dengan anion ICl2 berada
pada tekanan 9 GPa.
IV. KESIMPULAN
Telah berhasil dibuat kristal organik β’-(BEDT-TTF)2ICl2
dengan metode elektrositesis kimia, dengan pemberian arus
1.5 μA selama 8 hari. Kristal yang didihasilkan berwarna
hitam memanjang . Pengukuran resistivitas
dilakukan dengan metode four point probe dengan respon
resistivitansi bertambah sehingga keristal β
’-(BEDT-TTF)2ICl2 adalah bersifat sebagai antiferromagnetik insulator (Mott Insulator).
UCAPAN TERIMA KASIH
Penelitian ini dibiayai oleh Student Exchange Kanryu Program di Labolatorim Prof. Taniguchi Saitama University Jepang. Para penulis mengucapkan terimakasih kepada Prof. Taniguchi sebagai pembimbing eksperimen, staf akademik Saitama University, Dr. Risdiana sebagai pembimbing, dan teman-teman lab Prof. Taniguchi.
PUSTAKA
[1] N. Nocker and J. Fink, Investigation of α- and β-
(BEDT-TTF)2I3 by Electrin Energy- Loss Spectroscopy,
Physica B, 1986, pp. 482-484.
[2] Suzuki, Yamochi and Sasaki,
Bis(ethylenedithio)-tetrahiafulvalene, Phys Rev., 1989, PP. 3108-3109.
[3] H. Taniguchi, et al., Superconductivity at 14.2 K in
Layered Organics Under Extreme Pressure, Journal of the Physical Society of Japan,Vol. 72, 2003, PP. 468-471.
[4] H. Kobayashi and H. Cui, Organic Metals and
Supercondutors Based on BETS (BETS=Bis(ethylenedithio)tetraselenafulvalene,),
Chem. Rev, 2004, Vol. 104, PP. 5265-5288.
[5] N. Doiron, P. Auban, S. rene, K. Bechgaard, D. Jerome
and L. Taillefer, Towards a Consistent Picture for
Quasi-1D Organic Superconductors, Physica B, 2010, Vol. 405, PP. 265-268.
[6] N. Plakida, HighTemperature Cuprate Superconductors,
Springer, 2010.
[7] N. L. Kartika, Pembuatan dan karakteristik Bahan
Organik Superkonduktor β-(BEDT-TTF)2I3 dan β
’-(BEDT-TTF)2ICl2, Sarja Skripsi, Universitas Padjadjaran, Jatinangor, 2012.
[8] Keithley, Four-Probe Resistivity and Hall Voltage
Measurements Aplications Note Series, 2475, 201with
the Model 4200-SCS, 2011, Website:
49
Jurnal Fisika Indonesia No: 49, Vol XVII, Edisi April 2013
ISSN : 1410-2994