UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 10 TAHUN 1956
TENTANG
PENETAPAN "UNDANG-UNDANG DARURAT NOMOR 7 TAHUN 1954 TENTANG DASAR HUKUM KEPUTUSAN KEPALA DAERAH OTONOM
DALAM KEADAAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH/ DEWAN PEMERINTAH DAERAH TIDAK ADA ATAU TIDAK DAPAT MENJALANKAN TUGAS KEWAJIBANNYA" SEBAGAI UNDANG-UNDANG
DAN TENTANG PERATURAN PEMBAGIAN KEKUASAAN DALAM KEADAAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH/
DEWAN PEMERINTAH DAERAH TIDAK ADA ATAU TIDAK DAPAT MENJALANKAN TUGAS KEWAJIBANNYA *)
Presiden Republik Indonesia,
Menimbang : a. bahwa Pemerint ah dengan mempergunakan haknya t ermakt ub
dalam pasal 96 ayat 1 Undang-undang Dasar Sement ara Republik Indonesia t elah menet apkan Undang-undang Darurat No. 7 t ahun 1954 t ent ang dasar hukum keput usan Kepala Daerah Ot onom dalam keadaan Dewan Perwakil an Rakyat Daerah/ Dewan Pemerint ah Daerah t idak ada at au t idak dapat menj alankan t ugas kewaj ibannya;
b. bahwa perat uran-perat uran yang t ermakt ub dalam Undang-undang Darurat t ersebut perlu dit et apkan sebagai Undang- undang-undang, akan t et api berpendapat , bahwa mulai berlakunya undang-undang ini perlu diadakan perat uran pembagian kekuasaan dalam keadaan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah/ Dewan Pemerint ah Daerah t idak ada at au t idak dapat menj alankan t ugas kewaj ibannya;
Mengingat : pasal-pasal 97, 131 dan 142 Undang-undang Dasar Sement ara
Republik Indonesia;
Dengan perset uj uan Dewan Perwakilan Rakyat ;
Memut uskan:
BAB I.
Perat uran-perat uran yang t ermakt ub dal am Undang-undang Darurat No. 7 t ahun 1954 (Lembaran-Negara t ahun 1954 No. 54) dit et apkan sebagai undang-undang dengan perubahan-perubahan, sehingga berbunyi sebagai berikut :
Pasal 1.
Bilamana berhubung dengan sesuat u hal , Dewan Perwakilan Rakyat Daerah belum dapat dibent uk, at au Dewan Perwakilan Rakyat Daerah besert a at au t idak besert a Dewan Pemerint ah Daerahnya t idak dapat menj alankan t ugas kewaj ibannya, maka sambil menunggu dibent uknya Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, at au Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Dewan Pemerint ah Daerah kembali menj al ankan t ugas kewaj ibannya, hak kekuasaan pemerint ah daerah unt uk sement ara di j alankan oleh:
a. Kepala Daerah dalam hal Dewan Perwakilan Rakyat Daerah belum dibent uk;
b. Dewan Pemerint ah Daerah dalam hal Dewan Perwakilan Rakyat Daerah t idak dapat menj alankan t ugas kewaj ibannya,
c. Kepala Daerah, apabil a dalam hal t ersebut sub b j uga Dewan Pemerint ah Daerah t idak dapat menj alankan t ugas kewaj ibannya.
Pasal 2.
Segala keput usan Kepala Daerah Ot onom t ermaksud dalam pasal 1 yang dit et apkan sebelum mulai berlakunya undang-undang ini, t et ap berlaku sebagai keput usan Daerah Ot onom yang bersangkut an, hingga dit ambah, diubah at au dicabut dengan keput usan Pemerint ah Daerah Ot onom t ermaksud.
BAB II.
Pasal 3.
Mulai berl akunya undang-undang ini, maka dalam keadaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 1, hak kekuasaan pemerint ah daerah unt uk sement ara wakt u dij alankan sebagai berikut :
a. kekuasaan membuat Perat uran dan Anggaran Daerah dilakukan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah set ingkat lebih at as, at au kalau ini t idak ada at au t idak dapat menj alankan t ugas kewaj ibannya, oleh Dewan Pemerint ah Daerah set ingkat lebih at as; kalau ini j uga t idak ada at au t idak dapat menj alankan t ugas kewaj ibannya, oleh Kepal a Daerah, Swat ant ra at au bukan, yang set ingkat lebih at as;
Bagi daerah t ingkat pert ama maka kekuasaan it u dil akukan oleh Ment eri Dalam Negeri;
b. kekuasaan pengawasan, yang dimaksud dalam pasal 36 Undang-undang No. 22 t ahun 1948, dilakukan oleh Kepala Daerah, Swat ant ra at au bukan, yang set ingkat lebih at as c. q. oleh Presiden;
Pasal 4.
Undang-undang ini mulai berlaku pada hari diundangkan.
Agar supaya set iap orang dapat menget ahuinya, memerint ahkan pengundangan undang-undang ini dengan penempat an dal am Lembaran-Negara Repubyik Indonesia.
Disahkan di Dj akart a
pada t anggal 19 Maret 1956 Presiden Republik Indonesia,
SOEKARNO.
Diundangkan
pada t anggal 26 Maret 1956 Ment eri Kehakiman.
LOEKMAN WIRIADINATA.
Ment eri Dalam Negeri a. i. ,
MEMORI PENJELASAN.
UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1956
TENTANG
PENETAPAN "UNDANG-UNDANG DARURAT NO. 7 TAHUN 1954 TENTANG DASAR HUKUM KEPUTUSAN KEPALA DAERAH OTONOM DALAM KEADAAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH/ DEWAN PEMERINTAH DAERAH TIDAK ADA ATAU TIDAK DAPAT MENJALANKAN
TUGAS KEWAJIBANNYA" SEBAGAI UNDANG-UNDANG DAN TENTANG PERATURAN PEMBAGIAN KEKUASAAN DALAM KEADAAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
DAERAH/ DEWAN PEMERINTAH DAERAH TIDAK ADA ATAU TIDAK DAPAT MENJALANKAN TUGAS KEWAJIBANNYA
Dalam beberapa daerah ot onom ant ara lain yang t elah dibent uk berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 22 t ahun 1948 dan Undang-Undang-undang N. I. T. No. 44 t ahun 1950. t ernyat a bahwa berhubung dengan sesuat u hal (misalnya: dibekukannya Perat uran Pemerint ah No. 39 t ahun 1950 ) belum dapat dibent uk Dewan Perwakilan Rakyat Daerah/ Dewan Pemerint ah Daerah yang sangat diperlukan unt uk dapat memut arkan roda pemerint ahan didaerah menurut Undang-undang pemerint ahan daerah yang bersangkut an it u.
Selain dari pada it u ada kalanya pula Dewan Perwakilan Rakyat Daerah/ Dewan Pemerint ah Daerah it u sudah t erbent uk berdasarkan perat uran yang berl aku didaerah it u, akan t et api karena sesuat u hal (misal nya lebih dari separoh mengundurkan diri at au non-akt if , at au sepert i t elah t erj adi dibeberapa daerah, dimana Dewan Perwakilan Rakyat Daerah it u menyat akan diri bubar) t idak dapat menj al ankan t ugas kewaj ibannya.
Keadaan sepert i t ersebut diat as dengan sendirinya t idak hanya akan merugikan daerah-daerah yang bersangkut an saj a, melainkan j uga Negara, karena dengan demikian segala urusan rumah-t angga daerah t idak dapat diselenggarakan dengan baik, berhubung dengan t erdapat nya "vacuum" dalam pemerint ahan daerah.
Berhubung dengan it u Pmerint ah berpendapat bahwa perlu segera mengat ur masalah ini dengan t idak menunggu sampai dikeluarkan Undang-undang pokok t ent ang pemerint ahan daerah yang baru, karena keadaan dibeberapa daerah sudah sangat mendesaknya. Bahkan ada beberapa daerah sepert i Propinsi Jawa Timur dan Sumat era Ut ara dimana karena desakan keadaan Gubernur, Kepala Daerah t elah menj alankan t ugas Dewan Perwakilan Rakyat Daerah/ Dewan Pemerint ah Daerah dengan menet apkan j uga perat uran-perat uran daerah, hal mana t elah mendapat perset uj uan Pemerint ah. Unt uk memberikan dasar hukum, dan memberi legalisasi pada keadaan t ersebut diat as, maka masalah t ersebut t el ah diat ur oleh Pemerint ah dengan suat u Undang-undang Darurat , yait u Undang-undang Darurat No. 7 t ahun 1954. Berdasarkan pasal 97 ayat 4 Undang-undang Dasar Sement ara, maka dengan ini Undang-undang Darurat t ersebut dit et apkan sebagai undang-undang.
Dalam undang-undang ini dit et apkan bahwa:
a. apabila Dewan Perwakilan Rakyat Daerah it u belum dapat dibent uk sepert i misalnya di Propinsi Jawa Timur, Sumat era Ut ara dan lain-lain, maka hak t ugas dan kewaj iban pemerint ah daerah unt uk sement ara dilakukan ol eh Kepala Daerah, sedang
sesuat u hal t idak dapat menj al ankan t ugas kewaj ibannya, maka hak kekuasaan pemerint ah daerah ini unt uk sement ara t erpaksa dilakukan oleh Dewan Pemerint ah Daerah dari derah yang bersangkut an (sepert i t el ah pernah t erj adi misalnya dibeberapa daerah). Akan t et api apabil a Dewan Pemerint ah Daerah inipun t idak dapat menj alankan t ugas kewaj ibannya, maka berl akulah ket ent uan t ermaksud dalam pasal I sub c.
Ket ent uan t ersebut dalam sub a dan b diat as dengan sendirinya hanya berlaku unt uk sement ara wakt u yait u selama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah/ Dewan Pemerint ah Daerah yang diperlukan it u belum dapat dibent uk.
Perlu j uga disini dij elaskan, bahwa apabila Dewan Pemerint ah Daerah berhubung dengan keadaan t idak dapat menj alankan t ugas kewaj ibannya, adalah kewaj iban Dewan Perwakilan Rakyat Daerah unt uk segera mengadakan "voorziening"nya. Ket ent uan dalam pasal 2 bermaksud unt uk memberikan dasar hukum kepada keput usan-keput usan Kepala Daerah, yang sebelum mulai berl akunya Undang-undang Darurat t ersebut diat as t elah mel akukan t i ndakan-t indakan sepert i t ersebut diat as.