mm
SEMINAIT T{ASIONAI,
I
t
iltIIn
)
II
SasaaDaflamil@ffi
,{f
D)il0)
lKi
il
[(NlVNKrl
{i]
gEffi
Dtdvrvft\
N hr/N
iVA\
IDafFmRamr-d.hn c
MRamgkos
fl"
md
Pmtroffiam nVmoman 2 ilfid roX0dffiffiNffizffico
3.XXTh[hUMU
KGJ)AAPAhAMuK%Nfid2OIO3Yl\
ilteLY$
O}l\lVl\[
((o
N[-l
1i
({
{
31tl
ULVAVI\
I
DAF"IAR ISI
Pengantar ... o... o... i,i,i,
Daftar Isi .... . o... .. ... . ... ... ... o r... ... o o... o... o.... V
o
Pendidikan Karakter Menuiu Manusia Indonesia SeutuhryuOleh : ]end. Ki Tyasno Sudarto ...o... 1
o
Pendidikan Nasional Berdasar Konsep Kebudayaan Nasional Ki Hajar DewantaraOleh : Prof. Sutaryo . . . .. . .. . . .. o . . . .. . .. . . ... . .. . . .. . . ... . . ... o o.. ... ... . . . .. 4
o
Aplikasi Pendidikan Berbasis BudayaUntukIndonesia
Kini
(Berdasar Pada Konsep Pendidikan dan Kebudayaan Ki HadjarDewantoro)
Olgh : Ki
W,tryadi
. . . .. . . .. . . . .. . . ... . . . ... . . .. . . .. . . .. . . .. o. . . o.. z'lto
Kadipaten Pakualarnan Dan Restorasi PendidikanOlgh : Ki Priyo
Dwiarso
...o...o... 37o
Mengakarkan Kearifan Lokal Dalam Pendidikan Karakter Bangsa Suatu Pesan Budaya Ki Hadjar DewantataOleh : Hajar
Pamadhi
. ... .... ... o.. .. ... ... . .... .......
41,o
Pembinaan Generasi Muda Melalui AlamKelua r ga dalam Wsu) ar ah Resi Wasitadrena
anggitanipun K.P .H. Sury aningrat
Oleh : B.R.Ay. Atika
Suryodilogo
...o...oo.oo... 60o
Mampukah Kita Menjawab KekhawatiranKi Hadjar Dewantara ?
Ki Hajar Dewantara Dan Pendidikan Karakter
Olgh : FfY.
Agllt
Murdiyastomo, M.Ffum. ...o....oo...o.o....o.... gg Pendidikan Karakter Bangsa Dalam BingkaiKi Hajar Dewantara
Tinjauan Perspektif Ketuhanan
yME
Olgh : Sutomo Parastho oo.o...o...oo...o..o....o...,.o....o... lM
Pembangunan Watak Bangsa Menurut
Paku Alam
II
: Ajaran SdstradiSebagai BekalHidup
KI
HAIAR DEWANTARA
dan
PENDIDIKAN KARAKTER
Oleh: FIY. Agur Murdiyastoffio, M.Ffum.
A.
PendahuluanPerilaku negatif oknum
Bangsa Indonesia,baik
darikalangan pelajar
dan
mahasiswa, masyarakatumum,
maupun aparat pemerintafu yangkini
marak dipertontonkan oleh mediatelevisi telah
menunjukanterjadinya
kebobrokanmoral.
Bagikelompok
masyarakatlainnya yang
masih
memegang teguhnilai-nilai moral,
hal
tersebuttentu
menimbulkan keprihatinanyang mendalam. Bagi generasi fua, situasi sekaran
g
yang penuhdengan perilaku
burukl,
juga menimbulkan romantisme, merekamerindukan
situasi
di
masa lampau
yang
penuh
dengankejujuran
dan
kesantunan.Dampak
dari
banyakryu
perilakuyang
menunjukan kebobrokan
moral
ini,
sekali
lug
duniapendidikan menjadi terdakwd, terutama dengan
hilangnyapelajaran
budipekerti
dari
kurikulum.
Lembaga
pendidikanformal kemudian
dituduh
hanya mengejar angka kelulusan yangtitggt. Hal
ini
dimungkinkan angka kelulus€ilr yangtinggi
padaUjian Nasional akan dapat
meningkatkan
pamor
sekolah.Dengan
demikian
pelajaranyang
tidak
diujikan pada
UjianNasional
sedikit
dikesampingkan,termasuk pelajaran
yangmemuat
pesan
moral atau
pembenfukan
karakter
seperti pelajaran sejarah. Lebih jauh dari hal tersebut seolah pendidikandiarahkan
untuk
mencapai
kecerdasan
intelektual,
tetapimengabaikan kecerdasan spirifual, dan sosial.
bagaimana harus bersikap
dan
berperilaku.Akan
tetapi,
padaperkembangannya
sekarang
dalam kurikulum
berbasiskompetensi
pelajaran budipekerti
menghilang.
Untuk memperbaiki hal tersebut, kemudianKurikulum
Tingkat SatuanPelajaran
(KTSP)
diberlakukan.
Dengan
KTSP
sekolahmemperoleh kebebasan
untuk
mengembangkanmateri,
tetapi apakah pengembangan materiitu
akan memasukan unsur-unsurpembentukan karakter? Jawabnya
realita
di
lapangan perilaku pesertadidik
masihjauh dari
harap arn, masihjauh
dari
sopan-santury atau dalam ungkapan Jawa sering disebut " durung lawa" .
Lebih
dari
itu
dewasaini
semakin terungkup bahwa nilai-nilaimoral
bangsaini
semakin merosot,terbukti korupsi terjadi
di mana-mana.Menghadapi
realita
itu, dan
semakin
langkanyakejujuran,
tampak
adanya kegamanganpara
ahli
pendidikan.Tergopoh-gopoh
mereka mencari solusi,
dan
kini
diciptakanpendidikan karakter.
yang pada
praktek
yu
nanti
akandisisipkan
pada
pelajaran
yang ada. Dalam
ketergesaan ituakankah pendidikan karakter berhasil
untuk
memperbaikikeada arrr,
atau
justru
semakin
membebanipara guru
karenamereka harus mengintegrasikan
pendidikan
karakterke
dalampelajaran.
Apabila
pendidikan karakter berhasil
disisipkan kedalam mata pelajaran
yang
ada, maka paramurid
akan belajarteori berkarakter (How to Know), bukan belajar berperilaku yang
berkarakter (how to do).
Di
sisi lain sesunggukmya bangsa ini telahmemiliki
contoh
bagatmana menerapkanpendidikan
karakter,seperti
yang dilakukan
olehKi
Hadjar
Dewantara. Selanjutnyatulisan
ini
akan
mencoba mendiskusikankembali apa
yangdilakukan
Ki
Ha djar, khususnya yang berkaitan dengan karakter,B.
Ki
Hadjar DewantaraKi
Hajar
Dewantaraterlahir
dengan nama SoewardiSoeryaninrat pada tanggal 2
Mei
1889,ia
merupakan anak ke-5dari
9
bersaudara.Ayahnya
Kanjeng
Gusti
Hadipati HaryoSoerjaningrat adalah putra mahkota, tetapi karena ia kehilangan
penglihatan akibat sakit yang diderita ketika masih kanak-kanak,
mengakibatkan
ia
kehilanganhaknya
sebagaiputra
mahkota.Pangeran Soerjaningrat
kemudian
mendalami seni sastra dankarawitan, hingga ia dikenal seb agai
ahli
di
dua bidang seni itu.Suasana
seni yang
berakarpada
budaya Jawadi
lingkungankeluarga
Pangeran soerjaningrat
ini,
rupanya
sangatberpengaruh pada perkembangan
jiwa
Soewardi kecil. Pengaruhtersebut tampak pada ide-ide dan sepak terjangnya di kemudian
hari,
yang selalu kental dengan budaya lawa.
Ketika iamendirikan Taman Siswa, dan mengubah namanya menjadi
Ki
Hadjar
Dewantara,
konsep pendidikan yang
diterapkannyadidasari oleh budaya Jawa Sepak terjang
Ki
Hadjar Dewantaraternyata diapresiasi oleh lembaga pendidikan, hin ggapada tahun
1956
Ki
Hadjar
Dewantara memperolehgelar
Doctor HonorisCausa dalam bidang
ilmu
Budaya dari Universitas Gadjah Mada.Selain sebagai bud ayawan Ki Hadja
r
juga dikenal sebagaipejuang
di
bidang
politik,
ia
bergabung
dengandr.
CiptoMangunkusumo,
dan
E.F.E. Douwes Dekker
(DanudirdjoSetyabudhi)
dalam
Indische
Partij
(Marwati
DjoenedPoesponegoro
dan Nugroho Notosusanto,
2008:
27I). Ketigatokoh
ini
kemudian
dikenal
dengan
tiga
serangkai,
artikelmereka
yang dimuat dalam De
Exprestanggal
26Iuli
1913menghebohkan
kaum
kolonialis.Kritik
tajam
yang dilontarkan pada pemerintah kolonral, berkaitan dengan perayaanlgg tahundibuang ke negeri Belanda. Pengasingan ternyata
tidak
mampumelemahkan
perjuangan Soewardi,
bahkan
sebaliktyupengasingan
justru
mendewasakannya.
Dari
pergaulannyadengan
banyak
tokoh
baik
sebangsd,maupun
tokoh
dari Belanda,dan
diskusi-diskusi
yang
dilakukannya
mendorong Soewardi mendalami masalah pendidikan.Sepulangnya
dari
pengasingan Soewardi Soerjaningratmendirikan Taman Siswa, yang merupakan lembaga pendidikan sebagai sarana pe4uangannya.
Pendirian Taman Siswa
juga dianggap
sebagai
titik balik
perjuangan bangsa
untuk memperoleh kemerdekaary dengan mengedepankan pendidikan.Dengan
demikian seolah
Soewardi
mengesampingkan perjuangan politik rlang
selamaini
dilakukannya, tetapi justru iadapat
lebih
maksimal
berjuanguntuk
bangsanya. Pendidikanyang
didasarioleh
semangat danjiwa
kebangsaan merupakandasar perjuangan
untuk
meningkatkan derajat
bangsa, agarsejajar dengan bangsa
lain
di
muka bumi.Ki Hadjar
Dewantara berhasil mendidik angkatanmuda
dengan azas kebangsaan, danmembentuk karakter anak
didiknya
berdasarkan budaya bangsadan religiusitas.
Menanggapi
berdirinya Taman Siswa dengan
azaspendidikannya, ada
yang
mendukung
dan
menyambut baik,tetapi
adapula
yang
mengatakanbahwa
apayang
dilakukanoleh
Ki
Hadjar Dewantara adalah langkahmundur.
Tanggapantersebut tentu
diikuti
dengan alasan-alasan yang mereka anggapbenar,
namun
Ki
Hadjar
Dewantara,tidak
menanggapi kritik yang dilontarkan kepadanya dengan kata.Ki
Hadjar Dewantaratetap
kokoh
dengan pendiriannya,dan
lebih memilih
bekerjabersama para pendukungnya
untuk
membuktikan bahwa apaTaman Siswa
sebagai
sebuah
lembaga
pendidikanpartikelir,
yang
dikelola oleh
seorangpribumi
berdarah biru,mempunyai tujuan
untuk
mendidik
generasi muda agar berjiwa kebangsaan.Oleh
karenaitu Ki
Hadjar
Dewantara
menolakpemberian subsidi pemerintah.
Hal
itu
dilakukan
agffi TamanSiswa menjadi lembaga pendidikan
yang
mandiri,
tidaktergantung
dan
terikat
oleh
pemerintah,
sehingga
dapatmenerapkan
kurikulumnya sendiri.
Keberanian
Ki
HadjarDewantara
menolak subsidi,
dan kurikulum dari
Pemerintah mendapat dukungandari
partai-partaiyang
ada, terbukti partai memasukanpendidikan
ke
dalamprograillnya. Lebih
dari
itu
Boedi
Oetomo
menyerahkan sekolah yang lebihdulu didirikan
di
Jatibaru Jakarta,kepada Taman Siswa
(Marwati
DjoenedPoesponegoro
dan Nugroho
Notosusanto, 2008:
273). SejakTaman Siswa
didirikan tahun
1922terus
berkembang, hinggapada
tahun
1930telah mempunyai
40
cabang,3
diantaranya beradadi
Sulawesi,4
di
Kalimantan Selatandan Timur.
Dariseluruh
cabangyang ada
menampungmurid
seiumlah 5140peserta didik, yang tersebar di berbagai tingkat..
Besarnya dukungan dan perhatian masyarakat terhadap
Taman
Siswa
menimbulkan kekhawatiran
di
kalangan pemerintah kolonral, terutama ketakutan terhadap kemungkinan TamanSiswa
dijadikan alat ideologi. Oleh karenanya berbagaLcara ditempuh pemerintah kolonial
untuk
menghentikan TamanSiswa. Cara-c ara
lama
dengan menagkapdan
mengasingkantidak
mungkin
diterapkan pada
Ki
Hadjar
Dewantara, makadicarilah
cara
lain
melalui aturan produk
hukum.
Namun ternyatamulai
dari
Onderwijs Ordonnantie, sampai Kndertoelageyang
diterapkan
pemerintah
kolonial
tidak
berhasilmelumpuhkan
Taman
Siswayang
terus
berkembang dengannasionalisme kebudayaan.
t-Apalah artinya suatu
kemerdekaan
(politik),
jika rakyatnyatak terdidik,
dan terlebih
tercabutakar
budayanya.Dapat
dipastikan merekatidak
mempunyai identitas yang jelas,perilaku
mereka mengimitasi
orang
Belanda,
bahkan
lebihmenyedihkan sebagian orang mengaku orang Belanda
"hitam-hitam
Belandajugu".
Dari
contohitu
sangat tepatkiranya
apayang
dipikirkan
dan dilakukan olehKi
Hadjar Dewantara, yang memegang teguh budaya sendiri dan ditanamkan kepada semuaanak
didiknya. Melihat realita
itu
tidak
salah apa
yang disampaikan dr Sardjito bahwa perjuanganKi
Hadjar Dewantarameliputi tiga aspek yaitu,'l-. Perjuangan kemerdekaan nasionaI,2. Perjuangan pendidikan.
dan
3. Perjuangan kebudayaan. Ketigaaspek tersebut
satu
dan yang
lain
tidak
dapat
dipisahkan (Sardjito, 1956).C.
Pendidikan, Kebudayaan dan KarakterDi
dalam
perjuanganmenuju
kemerdekaan dalam artiluas,
tidak dapat
dipisahkan antara
politik,
pendidikaru
dankebudayaan. Sehubungan dengan
itu
pengajaran yang dilakukandi
Taman Siswa
berpegang
pada
7
azas
(AbdurrachmanSuryomiharjo, 1986
:
88-89), yang
intinya
dapat dikemukakansebagai berikut :
f-.
Pasal I berisi dasar kemerdekaan dan dasar kodrat alamyang diwujudkan dengan sistem among.
2.
Pasal II berisi dasar kemerdekaan3.
PasalIII
berisi sifat pendidikan untuk
kepentingansosial, ekonomi
dan politik, untuk
itu
diterapkan kebudayaan nasional seb agat dasar pendidikan.Pasal V berisi kepercayaan akan kekuatan sendiri dalam mengembangkan pendidikan.
Pasal
vI
berisi
keharusan menggunakan kekuatan sendiri,dn
menghindari bantuan dari pihak lain yang mengikat.Pasal
VII
berisir
guru
harus
mendampin$murid-muridnya ketika mereka belajar.
Pada
teraparmya
7
pasal
tersebutjika
dilihat
daritujuannya
maka dapat
dijelaskan bahwa
pasal
Ldan
2mengandung maksud kemerdekaan
diri.
Artinya, setiapmurid
dibebaskan untuk mengembangkan minat dan bakatnya
masi.g-rnasing, dan mengatur dirinya sendiri. Dalam pembelajarary para
murid
diarahkan agffi mampu
berolahpikir,
rasa, dan karya secara merdeka, dalam rangka menciptakan suasana tertib dandamai,
yarrg mendasari sistemamong.
Dalam sistem amongtersebut seorang
guru
menempatkandiri di
belakang,untuk
memberi kesempatan Para
murid
berjalan sendiri,inilah
yangdisebut
tut
wuri
handayani.Saat
yang
lain
seorang gurumenempatkan
diri di
antara murid-muridnyd, untuk memberisemangat
dan
motivasi,
dan
petunjuk, inilah yang
disebut denganirg
madya mangun karso. Pada kesempatan lain seorangguru harus mampu
berdiri di
depan, di sana seorang guru harus mampu memberi contoh yang baik atau teladan, karena seorangguru harus dapat digugu lan ditiru. Hal yang terakhir
ini
disebuting ngnrso sung tulada. Pasal
3
menyangkut pengembangandiri
dalam
bidang
sosial, ekonomi,
dan
politik.
Bangsa kitamerupakan bangsa yang
luwes
dan mudah menyesuaikandiri
dengan lingkungan, sehingga banyak anak bangsa yang hidupkebarat-baratan, sehingga
tidak
cocok dengan budaya sendiri.Pendidikan
mengejar
kecerdasan intelektual,
tetapimengabaikan kecerdasan sosial,
dan
spiritual.
Oleh sebabitu
5.
6.
agar bangsa
ini
berkembangdengan
baik
berkarakter
danberidentitas,
p€nting
rasanya
untuk
menggali
kembali pembelajaran berdasarkan budaya seperti yang diterapkan olehKi
Hadjar
Dewantara. Pasal4
menunjukan bahwa pendidikanharus
berwawasan
kerakyatan,
artinya
pendidikan
sebaikapapun
tidak
akan
banyakberarti,
jika
hanya
dinikmati
olehsegelintir orang. Pasal
5
dan
6
merupakan penunjang pasal 4,setiap orang harus percaya akan kemampuan
dirinya,
termasukdalam
hal
pembiayaan. Pasal 7 menunjuk keikhlasan para guruuntuk
bekerja,mendekati
murid-muridnya
(Marwati
Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, 2008 :272).Pernyataan
7
pasal
pendidikan
yang
disampaikan KiHadjar
Dewantara,
sungguh
menarik
perhatian
kaum pergerakan. Sebaganyang
tidak
setujumengkritik
Ki
Hadjar Dewantara sebagai agen komunis, tetapikritik itu
tidak
dilayanisecara frontal. Semua
kritik
baik dari bangsa sendiri maupun darikaum kolonialis dijawab
dengan karya,dan
dijelaskan melalui tulisan yang dimuat dalam majalahpendidikanWasita yang terbittahun
1928.Di
sampingkritik,
Banyakpula
yang
setuju danmendukung gagasan
dan
apayang dilakukan
olehKi
Hadjar Dewantara. BoediOetomo
bahkan menyerahkan sekolah yangdidirikannya
kepada Taman Siswa, PPPKI
mengundang KiHadjar
Dewantarauntuk
berbic ara tentang pendidikan, dalam konggres merekadi
Surabaya pada tahun 1928. Dijelaskan OlehKi
Hadjar
Dewantara hubungan pendidikan
dan
politik,pendidikan
yang
meningkatkan martabat bangsa,
adalahpendidikan
yarrg didasarkan atasnilai-nilai
budayanya sendiri.Politik
bertugasuntuk
mengawal
dan
memagari agffi
duniapendidikan tidak dimasuki unsur-unsur budaya asing yang akan
Cara yang
ditempuh
dalam pendidikan dan pengajaranadalah membawa
anak
didik ke
dalam
susanarumah
danlingkungannya
sendiri, dan nilai-nilai
luhur
budaya
sendiriditanamkan
kuat-kuat melalui
permainandan nyanyian
yangdisesuaikan dengan
alam
pikiran.
Dengan
caraitu
anak akan berkembangmenjadi
manusia
yang berjiwa
merdeka,
yang terikat dengan nilai-nilai budayanya sendiri, bebas dari pengaruhnegatif budaya asing,
kebenciary
dan tidak
rendah
diri,
berhadapan gemerlapnya bud aya
lain.
Dengan demikian anakakan
dididik
menjadiputra
bangsayang cinta dan
setia pada tanahairnya, hingga berkembang pulajiwa patriot
dan semangat pengabdian bagi nusa dan bangsanya'Untuk mencapai tujuan pendidikan manusia yang cerdas, dan berkarakter, tentunya bukan hanya tanggungjawab lembaga
pendidikan, maka
Ki
Hadjar Dewantarapun menyampaikan arti pentingnyatiga
pusatpendidikan
yartu,lingkungan
keluar3d,lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat. Ketiga lingkungan
ini,
satu dan yang
lain
harus saling
mendukung,hingga
adakesimbangan
di
ant ara ketiganya, karena ketiganya menentukanbaik-buruknya seorang
anak
didik
dikemudian
hari.
Di
lingkungan
keluarga
seorang
anak
mendapat
perlindungansekaligus belajar tentang ketaqwaan kepada Sang Pencipta, cinta
dan
kasih
sayang, tolong-menolong,dan
tanggungjaw a.b, darinasehat
dan
teladan orang tuanya,
sehingga
seorang anakmemperoleh kepekaan spiritual. Lingkungan sekolah anak
didik
memperoleh pelajaran, tentangilmu
pengetahuan, teknologi, danseni
untuk
memperoleh kecerdasanintelektual.
Lingkunganmasyarakat, mengajarkan tentang kehidupary kepada anak didik,
D.
KesimpulanDari
uraian
di
atas,
jelaslah
kini
bahwa apa
yarrgdipikirkary
dan
dilakukan
oleh
Ki
Hajar
Dewantara
telah melampaui teman-teman seangkatannya. Apa yangdipikirkan Ki
Hadjar Dewantara tentang pendidikan dan kebudayaan ternyata
masih
relevanhingga
sekarang.Ketika
bangsaini
mengalamikerisauan
akibat banyak
yu
penyimpanganperilaku
baik
olehpara
pejabat,pegawai,
maupun orang
kebanyakan, dengantindakan korupsi,
pemaksaan
kehendak,
dan
perusakan,menunjukan
kurangnya
kecerdasan
sosial,
denganmendahulukan kepentingan pribadi.
Pendidikan dengan berbagai
kurikulum yang
silih bergantiditerapkan,
ternyata hanya menghasilkan kecerdasanintelektual
saja.Dampaknya
kepandaianyang
dimiliki
tidakdiperuntukan bagi kemuliaan sesama, kepedulian terhadap nasib
orang lain seolah terkubur oleh nafsu hedonis yang tidak pernah
terpuaskan.
Banyak
usulan
tentang
pendidikan
yang membangun karakter, tetapi Bangsaini
barangkali
lupa bahwaBangsa
Indonesia
memiliki
Bapak Pendidikan
yang
telahmenghasilkan konsep pendidikan. Selayaknyalah
jika
bangsa inimempertimbangkan
kembali
konsep-konsepyang
disampaikanKi
Hajar,
yangpada
dasarnyapendidikan
harus berakar padaDaftar Pustaka
.Abdurrachman Suryomiharjo.
Ki
Hadjar Deu)antara dan TamanSiswa dalam Sejarah Indonesia Modern.
Jakarta
:
Sinar Harapan, 1986.Cakrawala Pendidikan,
Mei
20\0,
Th.
XXIX,
Edisi
I(husus
Dies Natalis UNY,Yogyakarta : ISPI-DIY dan LPMIINY.
Kebangkitan Pendidikan Nasional: Menggali
Butir-butir
PemikiranPendidikan
Ki
Hadjar
Dewantara
untuk
MemaknaiKebangkitan Nasional.Yowakarta : Trah Hudyono, 2008.
Marwati
Djoened Poesponegoro,Nugroho
Notosusanto. SejarahNasionnl Indonesia V. Jakarta : Balai Pustaka, 2008