DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
BAB I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1
1.2.Rumusan Masalah ... 7
1.3.Tujuan Penelitian ...8
1.4. Manfaat Penelitian ... 8
1.5.Batasan Masalah ... 9
1.6.Definisi Operasional ... 9
1.7.Hipotesis ... 10
BAB II. LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR 2.1.Belajar .. ... 11
2.2. Metode Pembelajaran ... 14
2.3. Pembelajaran Kooperatif ... 16
2.4. CIRC ... 17
2.5. Guru ... 21
2.6. Siswa ... 21
2.7. Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) ... 22
2.8.Multimedia Interaktif ... 22
2.9. Makromedia Flash 8.0 ... 29
2.10. Hasil Belajar Siswa ... 31
2.10.1 Pengertian Hasil Belajar Siswa ... 31
2.10.2 Bukti Hasil Belajar ... 32
2.11. Storyboard ... 39
Muthi Akbar Rangkuti, 2012
Penerapan Metode CIRC ( Cooperative Integrated Reading And Composition) Berbantuan Multimedia Interaktif Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMK Kelas XI Pada Mata Pelajaran Sistem Operasi Jaringan
2.12.1 Langkah Perancangan Aplikasi Multimedia ... 41
2.12.2 Pembentukan Elemen-elemen ... 42
2.12.3 Langkah-langkah authoring ... 43
BAB III. METODE PENELITIAN 3.1Metode Pengembangan Multimedia ... 45
3.2Metode Penelitian ... 49
3.8.4 Tingkat Indeks Kesukaran ... 60
3.9 Teknik Analisis Data Penelitian... 61
3.9.1 Analisis Data Observasi... 62
3.9.2 Analisis Data Tes Kognitif Siswa ... 62
BAB IV. HASIL PENELITIAN 4.1Pengembangan Multimedia Interaktif sebagai alat bantu pada Metode CIRC ... 69
4.2Hasil Desain Antar-muka Pengembangan Multimedia Pembelajaran ... 74
4.3Deskripsi Umum Objek Penelitian ... 79
4.4.Analisis Hasil Uji Coba Instrumen... 79
4.5 Hasil Penelitian ...………... 83
5.5Kesimpulan …………... 99
5.6Saran …... 100
DAFTAR PUSTAKA ... 101
1
Muthi Akbar Rangkuti, 2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komunikasi merupakan salah satu hal yang memerlukan perhatian dalam
dunia pendidikan. Seorang pendidik, seperti guru, ketika sedang melakukan
komunikasi dengan para siswa-siswi pada proses belajar mengajar (PBM),
hendaklah harus mampu berkomunikasi dengan baik. Dengan komunikasi yang
efektif, diharapkan penyampaian ilmu dan nilai-nilai proses pembelajaran
berjalan dengan efektif pula. Begitu pula sebaliknya, sehingga dampak yang
terjadi ketika siswa lambat dalam memahami pelajaran tidak terjadi. Lebih
bahaya lagi adalah munculnya misinterpretasi informasi, dalam hal ini siswa salah
menginterpretasikan maksud dari guru sehingga yang dia pahami justru suatu hal
yang salah informasi. Komunikasi sebagai proses yang di dalamnya terdapat
suatu gagasan yang dikirimkan dari sumber kepada penerima dengan tujuan untuk
merubah perilakunya(Rogers, 2005). Pendapat lain mengatakan bahwa
komunikasi merupakan proses yang di dalamnya menunjukkan arti pengetahuan
dipindahkan dari seseorang kepada orang lain, biasanya dengan maksud
mencapai beberapa tujuan khusus seperti dunia pendidikan(Herbert, 2005).
Melihat kondisi permasalahan yang ada saat ini, tentunya paradigma
dalam pendidikan dan pembelajaran haruslah di pilih dengan baik. Hal ini
tentunya memerlukan perhatian dari pemerintah Indonesia saat ini agar adanya
dan jenjang pendidikan formal(persekolahan). Paradigma pembelajaran
merupakan orientasi pembelajaran yang berpusat pada guru beralih berpusat pada
siswa, metodologi yang semula lebih didominasi ekspositori berganti ke
partisipatori, dan pendekatan yang semula tekstual menjadi kontekstual(Trianto,
1992:2). Satu inovasi yang menarik mengiringi perubahan paradigma tersebut
adalah ditemukan dan diterapkannya model-model pembelajaran yang beraneka
jenis diantaranya metode pembelajaran kooperatif. Metode pembelajaran
kooperatif inilah diharapkan dapat berjalan sinergi mendukung proses dari sistem
pendidikan saat ini. Slavin (dalam Ibrahim, 2000:16) menelaah penelitian dan
melaporkan bahwa 45 penelitian telah dilaksanakan antara tahun 1972 sampai
dengan 1986, menyelidiki pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap hasil
belajar. Dari 45 laporan tersebut, 37 diantaranya menunjukkan bahwa kelas
kooperatif (kelas eksperimen) nilai hasil belajar akademiknya lebih tinggi
dibandingkan dengan kelas konvensional (kelas kontrol) dan delapan studi
menunjukkan tidak ada perbedaan dan tidak satupun studi menunjukkan bahwa
pembelajaran kooperatif memberikan pengaruh negatif.
Pada proses belajar ada tujuan belajar dan pembelajaran yang harus
dicapai. Keberhasilan seorang pendidik dalam mencapai tujuan dari proses
pembelajaran dapat dilihat dari nilai peserta didik dan perubahan tingkah lakunya.
Hasil belajar bukan merupakan suatu penguasaan hasil latihan melainkan
pengubahan kelakuan (Hamalik, 2003: 27). Belajar didefinisikan sebagai sebuah
proses dimana suatu organisme berubah perilakunya akibat
3
Muthi Akbar Rangkuti, 2012
pembelajaran seorang pendidik memerlukan suatu pendekatan pembelajaran.
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang
kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi,
menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan
teoretis tertentu. Pendekatan ada dua jenis yaitu pendekatan harus berpusat pada
guru dan pendekatan tersebut berpusat pada siswa (Ellington, 1988). Seorang
pendidik harus cermat memilih pendekatan tersebut dengan baik, agar proses
pembelajaran dapat berjalan dengan baik.
Setelah memilih pendekatan yang akan digunakan pada proses
pembelajaran, maka seorang pendidik menyusun sebuah strategi pembelajaran.
Newman dan Logan (Makmun, 2003) mengemukakan empat unsur strategi dari
setiap usaha atau strategi, yaitu: (1) Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi
dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan
mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya. (2)
Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling
efektif untuk mencapai sasaran. (3) Mempertimbangkan dan menetapkan
langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran. (4)
Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran
(standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.
Jika perencanaan telah dicapai maka dibuatlah sebuah metode pembelajaran.
Gunter et al mendefinisikan model pembelajaran sebagai sebuah prosedur terarah
Sementara Burden & Byrd berpendapat bahwa model pembelajaran adalah
metode untuk memberikan intruksi yang bertujuan membantu siswa mendapatkan
sebuah pembelajaran yang objektif (Santyasa, 2007 : 7).
Melihat paparan sebelumnya, metode merupakan langkah operasional dari
strategi pembelajaran yang dipilih dalam mencapai tujuan belajar, sehingga bagi
sumber belajar dalam menggunakan suatu metode pembelajaran harus disesuaikan
dengan jenis strategi yang digunakan. Ketepatan penggunaan suatu metode akan
menunjukkan fungsionalnya strategi dalam kegiatan pembelajaran. Kemudian
metode pembelajaran diimplementasikan secara spesifik melalui teknik
pembelajaran. Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan
taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka
terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model
pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari
awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model
pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan,
metode, dan teknik pembelajaran. Dari penjelasan di atas berarti untuk mencapai
tujuan belajar dan pembelajaran yang baik dan efisien diperlukan model
pembelajaran yang cocok untuk diterapkan kepada peserta didik.
Model pembelajaran kooperatif yang diterapkan memiliki berbagai
macamnya diantaranya adalah CIRC (Cooperative Integrated Reading and
Compotition ). Steven& Slavin menjelaskan bahwa metode pembelajaran CIRC
merupakan model pembelajaran kooperatif terpadu membaca dan menulis
5
Muthi Akbar Rangkuti, 2012
kelompok-kelompok kecil yang heterogen, yang terdiri atas 4 atau 6 siswa. Dalam
kelompok ini tidak dibedakan atas jenis kelamin, suku/bangsa, atau tingkat
kecerdasan siswa.
Sesuai penjelasan jurnal pendidikan, berdasarkan pengalaman peneliti
dalam membina matakuliah kemampuan membaca (Reading), masih banyak
terdapat kelemahan- kelemahan mahasiswa dalam memahami sebuah teks.
Kelemahan-kelemahan tersebut berdasarkan hasil refleksi peneliti disebabkan
karena: (1) Kurangnya latihan membaca yang dilakukan oleh mahasiswa; (2)
rendahnya minat dan motivasi mahasiswa untuk membaca; (3) Proses penilaian
yang dilakukan oleh dosen kurang transparan. Selain itu, kesulitan mahasiswa
dalam memahami teks disebabkan pula oleh beberapa faktor, di antaranya
keterbatasan vocabulary, speed reading mahasiswa yang masih rendah, atau
mungkin karena metode mengajar dosen yang masih belum memadai. Metode
Pembelajaran koperatif tipe CIRC terbukti dapat meningkatkan kemampuan
membaca mahasiswa dibandingkan dengan pembelajaran Konvensional. Dalam
menerapkan metode pembelajaan koperatif tipe CIRC dalam proses pembelajaran
di kelas, mahasiswa lebih dapat bekerja sama, berdiskusi bersama, saling
bertanggung jawab, saling tukar pendapat (share or take and give information),
saling mengerti (mutual understanding), dan saling mendorong dalam mencapai
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Hal ini disebabkan karena seorang
mahasiswa dikatakan berhasil apabila teman belajar dalam kelompoknya juga
berhasil. Di pihak dosen, pembelajaran dengan menggunakan metode
tujuan pembelajaran yang lebih mudah dan efektif. Karena dosen tidak lagi perlu
berceramah atau menyampaikan materi sepanjang proses pembelajaran, akan
tetapi mahasiswa dapat berdiskusi terlebih dahulu dalam kelompoknya sehingga
tercipta pula hubungan yang lebih baik sesama manusia (Mahdum, 2008).
Dengan melihat pernyataan diatas, model pembelajaran kooperatif dapat
memberikan solusi agar proses belajar mengajar (PBM) epektif . Dengan
demikian para siswa dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada ranah kognitif,
misalnya cara berfikir kritis, kreatif dan menumbuhkan rasa sosial yang tinggi
dalam mengerjakan berbagai tugas dalam sebuah kelompok belajar. Metode
pembelajaran yang dimaksud adalah metode pembelajaran kooperatif CIRC
berbantuan multimedia interaktif sebagai alat bantu dalam proses belajar
menagajar (PBM), sehingga peserta didik tidak mengalami kebosanan dan tingkat
monotonisme yang cukup tinggi, yang menyebabkan siswa mengalami penurunan
motivasi belajar. Berpijak kepada konsep Magnesen(1993), bahwa pembelajaran
dengan mempergunakan teknologi audiovisual atau Multimedia Interaktif akan
meningkatkan kemampuan belajar menjadi sebesar 50% dari pada dengan tanpa
mempergunakan media. Pernyataan ini, berbeda sekali dengan penyampaian
pelajaran seorang guru yang menggunakan metode konvensional dan dilakukan
terus-menerus tanpa adanya variasi dalam pembelajaran, dapat dimungkinkan
akan menemui kejenuhan karena tidak ada warna baru dalam kegiatan
pembelajaran tersebut. Metode pembelajaran konvensional atau pendekatan
berpusat pada guru, artinya guru mendominasi pembelajaran dan siswa cenderung
7
Muthi Akbar Rangkuti, 2012
Oleh karena itu, media mempunyai kemampuan atau potensi yang sangat
baik untuk kita manfaatkan. Manfaat yang paling penting adalah media dapat
mengatasi kekurangan-kekurangan guru dalam menyampaikan pelajaran. Media
didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dapat merangsang pikiran, perasaan dan
minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar itu terjadi
(Sadiman, 2002:6). Pemilihan media yang tepat, yaitu sesuai dengan materi yang
akan disampaikan dengan tujuan yang ingin dicapai, merupakan salah satu kunci
keberhasilan suatu pembelajaran (Sunyoto, 2006). Berdasarkan paparan masalah
tersebut, maka penulis terinspirasi untuk melakukan kegiatan penelitian berkenaan
dengan “Penerapan Metode CIRC(Cooperative Integrated Reading And
Composition) Berbantuan Multimedia Interaktif untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa SMK Kelas XI pada Mata Pelajaran Sistem Operasi
Jaringan (SOJ)“.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah ini adalah:
1. Bagaimana pengembangan multimedia interaktif sebagai alat bantu dari
penerapan model pembelajaran CIRC pada mata pelajaran sistem operasi
jaringan (SOJ)?
2. Apakahhasil belajar siswa dengan model pembelajaran CIRC(Cooperatif
Integrated Reading And Composition ) berbantuan multimedia interaktif
lebih meningkat daripada dengan model pembelajaran konvensional pada
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini adalah untuk meneliti penerapan metode CIRC bagi siswa
Sekolah Menengah Kejuruan, pada mata pelajaran sistem operasi
jaringan(SOJ) berbantuan multimedia interaktif.
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana pengembangan multimedia sebagai alat
bantu dalam penerapan metode CIRC pada mata pelajaran sistem operasi
jaringan (SOJ).
2. Untuk mengetahui apakah hasil belajar siswa dengan menggunakan
metode pembelajaran CIRC(Cooperatif Integrated Reading And
Composition ) berbantuan multimedia interaktif lebih meningkat
daripada model pembelajaran konvensional pada mata pelajaran sistem
operasi jaringan (SOJ).
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui manfaat multimedia yang dikembangkan sebagai alat bantu
pada penerapan metode pembelajaran CIRC berbantuan multimedia
interaktif pada mata pelajaran sistem operasi jaringan (SOJ), sehingga
dapat mendukung proses belajar mengajar (PBM).
2. Mengetahui nilai hasil belajar yang baik dari penerapan metode
9
Muthi Akbar Rangkuti, 2012
pembelajaran konvensional pada mata pelajaran sistem operasi
jaringan(SOJ).
1.5 Batasan Masalah
Dalam penelitian ini, peneliti membatasi permasalahan penelitian
sebagai berikut:
1. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI-1 dan XI-2 SMK Merdeka Kota
Bandung.
2. Hasil belajar ranah kognitif yang diukur meliputi kemampuan pengetahuan
(C1), pemahaman (C2) dan penerapan atau aplikasi (C3) sesuai dengan
keterbatasan penelitian dan ketercakupan intrumen.
3. Materi yang diujicobakan yaitu mengenai jenis-jenis sistem operasi
jaringan yang berbasis Grafhical User Interface (GUI).
4. Kelas yang dijadikan bahan penelitian mempunyai kestabilan yang baik,
dalam artian suasana kelas maupun lingkungan kelas mendukung untuk
dilakukan penelitian.
1.6 Definisi Operasional
Untuk menghindari salah penafsiran terhadap istilah-istilah yang digunakan
dalam penelitian ini, maka penulis menganggap perlu digunakannya definisi
operasional sebagai berikut:
1. Metode CIRC adalah Pembelajaran kooperatif tipe CIRC (Cooperative
sebagai suatu model pembelajaran kooperatif yang mengitegrasikan suatu
bacaan secara menyeluruh kemudian mengkomposisikannya menjadi
bagian-bagian yang penting. Pembelajaran CIRC dikembangkan oleh
Stevans, Madden, Slavin dan Farnish.
2. Multimedia interaktif berasal dari kata multi dan media. Multi artinya
banyak sedangkan media dalam bentuk jamaknya berarti medium. Jadi
dapat disimpulkan bahwa mutimedia berarti banyak media. Multimedia ini
diharapkan dapat membantu dalam proses penyampaian materi sistem
operasi jaringan berbasis GUI. Multimedia interaktif pada penelitian ini
merupakan perangkat lunak komputer yang berisi slide materi dengan
bentuk dan desain menggunakan Makromedia Flash 8.
3. Hasil belajar. Hasil belajar siswa yang dimaksud adalah hasil belajar
siswa pada ranah kognitif yaitu C1, C2 dan C3, diperoleh berdasarkan
selisih hasil tes pada sebelum pembelajaran (pretest)) dengan metode
CIRC berbantuan multimedia interaktif dan setelah dilakukan
pembelajaran (postest) dengan metode CIRC berbantuan multimedia
interaktif.
1.7 Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap suatu permasalahan
penelitian. Hipotesis penelitian ini adalah
“Hasil belajar siswa dengan diterapkannya metode CIRC berbantuan
Muthi Akbar Rangkuti, 2012
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metodologi Pengembangan Multimedia
Menurut Munir (2008:195), terdapat berbagai metodologi yang telah
dikembangkan para ahli dalam mengembangkan multimedia berbasis TIK.
Metodologi ini selalu terkait dengan kerangka kerja (framework) pendekatan
sistem informasi. Dalam tulisan ini difokuskan pada Pengembangan Sistem Daur
Hidup (Life cycle).
Dalam bukunya, Munir (2008:195) memaparkan 5 tahap pengembangan
multimedia pembelajaran, yaitu analisis, desain, pengembangan, implementasi
dan penlaian, yang melibatkan aspek pengguna, lingkungan pembelajaran,
kurikulum, prototaip, penggunaan dan penyempurnaan sistem.
(Munir, 2008:196)
Gambar 3.1
Berikut ini adalah tahapan dalam proses pengembangan multimedia dalam
pendidikan:
1. Tahap Analisis
Pada tahap ini diterapkan tujuan pengembangan software, baik bagi
pelajar, guru maupun bagi lingkungan. Untuk keperluan tersebut maka analisis
dilakukan berkerjasama dengan guru agar pengembangan software mengacu
kepada kurikulum yang digunakan
2. Tahap Desain
Tahap ini meliputi penentuan unsur-unsur yang perlu dimuatkan dalam
software yang akan dikembangkan sesuai dengan desain pembelajaran. Proses
desain pengembangan software pembelajaran meliputi dua aspek desain, yaitu :
aspek model ID (desain instruksional) dan aspek isi pengajaran yang akan
diberikan
3. Tahap Pengembangan
Didasarkan pada desain pembelajaran, maka dibuat papan cerita (story
board). Selanjutnya software dikembangkan sehingga menghasilkan sebuah
prototaip software pembelajaran. Tahap pengembangan software meliputi
langkah-langkah : penyediaan papan cerita, carata alir, aturcara, memperhatikan
grafis, media (suara dan video) dan pengintegrasian sistem. Setelah
pengembangan software selesai, maka penilaian terhadap unit-unit multimedia
tersebut dilakukan dengan menggunakan rangkaian penilaian software
47
4. Tahap Implementasi
Implementasi pengembangan software pembelajaran disesuaikan dengan
model pembelajaran yang diterapkan . peserta didik dapat menggunakan software
multimedia di dalam kelas secara kreatif dan interaktif melalui pendekatan
individu dan kelompok. Software multimedia yang dikembangkan bersumber dari
bahan-bahan pelajaran yang diperoleh dari buku, pengalaman lingkungan, guru,
pengalaman peserta didik itu sendiri atau bersumber dari cerita yang berkembang
di masyarakat. Dalam hal ini peranan guru selain menjadi fasilitator juga untuk
mengontrol perkembangan pembelajaran peserta didik secara objektif.
5. Tahap Penilaian
Untuk mengetahui secara pasti kelebihan dan kelemahan software yang
telah dikembangkan, maka dilakukan penilaian. Perbaikan dan penghalusan
software kemudian perlu dilakuakan agar software lebih sempurna. Multimedia
tersebut dengan program pembelajaran. Penekanan penilaian ditentukan untuk
penilaian dalam kemampuan literasi komputer, literasi materi pelajaran dan tahap
motivasi peserta didik.
Alur pengembangan multimedia pembelajaran sebagai alat bantu pada
penerapan metode CIRC berbantuan multimedia interaktif dapat dilihat dari
Tahap 1
Tahap 2
Tahap 3
Tahap 4
Tahap 5
49
3.2 Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan serangkaian strategi yang digunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data penelitian yang diperlukan untuk mencapai
tujuan penelitian dan menjawab masalah yang diteliti. Sesuai dengan tujuan dan
permasalahan penelitian ini, yaitu pengaruh penerapan metode CIRC berbantuan
multimedia intraktif dalam meningkatkan hasil belajar siswa, maka metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi eksperimen. Desain ini
mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk
mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen
(Sugiyono, 2008:114). Penggunaan metode quasi eksperimen ini dimaksudkan
untuk mengetahui sejauh mana pengaruh bebas terhadap variabel terikat. Variabel
bebas pada penelitian ini adalah metode CIRC, sedangkan variabel terikatnya
adalah peningkatan hasil belajar siswa SMK kelas XI dengan berbantuan
multimedia interaktif .
Keberhasilan penerapan metode yang diujikan dapat dilihat dari perbedaan
nilai tes kelompok eksperimen sebelum diberikan perlakuan yaitu berupa
pelaksanaan pembelajaran dengan metode yang diujikan (pretest) dan nilai tes
3.3 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah Nonekivalen Pretest – Posttest
Control Group Design (Arikunto, 2010:210). Adapun gambaran desain
penelitiannya sebagai berikut :
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Kelas Pretest Treatment Posttest
E O1 X O2
K O1 O2
Keterangan :
E : Kelas eksperimen, yaitu kelas yang diberikan perlakuan model pembelajaran metode CIRC berbantuan multimedia interaktif.
K : Kelas kontrol, yaitu kelas yang diberikan perlakuan metode pembelajaran konvensional.
X : Perlakuan yang diberikan, yaitu pembelajaran dengan model pembelajaran metode CIRC berbantuan multimedia interaktif.
O1 : Tes Awal (Pretest) sebelum perlakuan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
O2 : Tes Akhir (Posttest) setelah perlakuan dengan pendekatan metode CIRC pada kelas eksperimen dan pendekatan konvensional pada kelas kontrol.
Penjelasan desain penelitian ini sebagai berikut:
(1) Kelas eksperimen adalah kelas yang diberikan perlakuan metode CIRC
berbantuan multimedia interaktif, sedangkan kelas kontrol adalah kelas yang
diberikan model pembelajaran konvensional (ceramah) yang menekankan pada
diskusi. (2) Kedua kelas ini diberikan pretest(test-awal) untuk mengetahui
keadaan awal pada masing-masing kelas. (3) Hasil pretest(test-awal) yang baik
51
kelas diberikan perlakuan yang berbeda. (5) Setelah diberi perlakuan, baru
diberikan postest(test-akhir) untuk mengetahui hasil dari kedua kelas tersebut.
Proses data awal berupa nilai pretest(test-awal) kedua kelas dan hasil
pembelajaran berupa nilai postest(test-akhir), penulis akan mengolah data-data
tersebut untuk menghitung perbedaan peningkatan hasil belajar kedua kelas yang
diberikan dan dinyatakan efektif atau tidak. Pendekatan yang digunakan oleh
penulis dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif sebagai acuan dasar
penelitian, pengumpulan dan pengolahan data. Seperti dikatakan oleh Putri
Istianti G (2010), bahwa pendekatan kuantitatif merupakan metode pemecahan
masalah yang terencana dan cermat, dengan desain yang tersusun ketat,
pengumpulan data secara sistematis terkontrol, dan tertuju pada penyusunan teori
yang disimpulkan secara induktif dalam kerangka pembuktian hipotesis secara
empiris.
3.4 Populasi dan Sampel
3.4.1 Populasi
Dalam suatu kegiatan penelitian berkenaan dengan sumber data yang
digunakan. Sugiyono, (2008, hal.117) menjelaskan bahwa Populasi adalah
wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subyek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI TKJ di
Tabel 3.2
Jumlah Siswa Kelas XI Jurusan TKJ SMK Merdeka Bandung Tahun Ajaran 2012-2013
3.4.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono,2008:118). Sampel dalam penelitian ini adalah siswa
kelas TKJ XI-1 dan TKJ XI-2 dengan jumlah 30 siswa perkelasnya yang akan
diberi perlakuan dengan menggunakan metode CIRC baik berbantuan multimedia
interaktif dan menggunakan pembelajaran konvensional tanpa berbantuan
multimedia interaktif.
Dalam desain ini penulis memilih 2 (dua) kelas sebagai sample yang
dilakukan dengan teknik Cluster Random Sampling, artinya sampel diambil secara
acak tanpa memperhatikan strata dalam populasi.
3.5 Instrumen Penelitian.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah.
a. Seperangkat tes prestasi belajar (pretest dan posttest) dalam bentuk pilihan
ganda sebanyak 20 item soal dengan lima alternatif pilihan jawaban
untuk mengukur peningkatan .
b. Lembar observasi untuk mengobservasi keterlaksanaan penggunaan model
pembelajaran CIRC selama proses pembelajaran berlangsung.
Kelas XI-1 XI-2 XI-3 XI-4 XI-5 XI-6 Jumlah
Total
53
3.6 Tahapan Penelitian
3.6.1 Tahap Persiapan Penelitian
Persiapan yang dilakukan untuk melaksanakan penelitian ini dimulai dari :
a. Menentukan sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian.
b. Membuat surat izin penelitian dari Jurusan Pendidikan Ilmu
Komputer dan Fakultas Pendidikan MIPA UPI.
c. Menghubungi pihak sekolah menengah kejuruan yang akan
dijadikan sebagai lokasi penelitian.
d. Konsultasi dengan guru mata pelajaran produktif jurusan TKJ
ditempat dilaksanakannya penelitian.
e. Melakukan Studi Lapangan.
Studi lapangan ini dilakukan untuk mengetahui proses
pembelajaran di lapangan, kondisi guru, siswa dan prasarana
pembelajaran termasuk alat-alat di lab komputer. Studi lapangan
ini dilakukan untuk menentukan masalah yang akan diteliti.
f. Studi Literatur
g. Menyusun Bab I, II dan III
h. Menyusun silabus dan rencana pembelajaran
i. Membuat media pembelajaran.
j. Menyusun instrumen penelitian
k. Melakukan uji coba intrumen yang telah di-judgement oleh dosen
l. Melakukan analisis terhadap hasil uji coba dan melakukan
perbaikan terhadap instrumen yang tidak valid.
3.6.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian
Tahapan pelaksanaan penelitian dimulai dengan:
a. Menentukan populasi dan sampel penelitian.
b. Menentukan waktu pelaksanaan penelitian.
c. Memberikan tes awal(pretest) pada kelompok eksperimen.
d. Melakukan pembelajaran mata pelajaran produktif –Sistem Operasi
Jaringan dimana peneliti bertindak sebagai guru pengajar dengan
menerapkan model CIRC berbantuan multimedia interaktif.
e. Pada saat bersamaan dengan pelaksanaan pembelajaran dilakukan
observasi tentang pelaksanaan pembelajaran dikelas, yang
dilakukan oleh observer. Yang menjadi observer dalam penelitian
ini adalah 2 orang guru produktif yang mengamati proses
pembelajaran dan aktivitas siswa. Sebelum observasi dilakukan, 2
orang guru diberikan pengarahan atau latihan cara mengobservasi
dan mengisi lembar observasi. Hasil observasi dan monitoring
pelaksanaan uji coba model tersebut kemudian dibahas bersama
antara peneliti dan observer serta guru yang terlibat setiap selesai
pembelajaran. Hasil pembahasan tersebut dijadikan bahan untuk
melakukan perbaikan model CIRC sehingga model yang
55
f. Mengukur kemampuan akhir siswa dengan memberikan tes akhir
(posttest) untuk mengetahui kemampuan kognitif siswa setelah
diberi perlakuan.
3.6.3 Tahap Akhir Penelitian
Penelitian pada tahap akhir ini meliputi :
a. Analisis data observasi
b. Analisis data hasil belajar (penskoran, menghitung skor rata-rata
tes, menghitung gain yang ternormalisasi, menguji normalitas
pretest dan posttest, menguji homogenitas dan menguji hipotesis
tiap pembelajaran).
3.7 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data mengacu pada cara apa yang harus dilakukan
untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian. Teknik pengumpulan
data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan instrumen yang telah
disusun sebelumnya, yaitu:
3.7.1 Tes
Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau
mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah
ditentukan (Arikunto, 2003: 53). Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan
mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil kemampuan kognitif dan psikomotor
berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan
tes bentuk pilihan ganda sebanyak 20 (duapuluh) butir soal untuk ujian pertama,
20(duapuluh) butir soal dan untuk ujian kedua (setelah dilakukan uji validitas,
reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda). Seluruh instrumen ini memuat
ranah kognitif yang menginduk pada taksonomi Bloom. Tes tersebut dilakukan
satu kali yaitu sebelum pembelajaran (pretest) dan setelah pembelajaran
(posttest).
3.7.2 Lembar Observasi
Lembar observasi dimaksudkan untuk mengetahui secara langsung aktivitas
guru selama proses pembelajaran berlangsung. Observasi ini berbentuk rating
scale dimana observer hanya memberikan tanda cek (√) pada kolom yang sesuai
dengan aktivitas yang diobservasi dan memuat kolom komentar atau saran-saran
terhadap aktivitas guru/peneliti selama pembelajaran. Tujuannya untuk melihat
perkembangan keterlaksanaan model pembelajaran yang diujikan.
3.8 Teknik Pengolahan Data
Intrumen penelitian yang akan digunakan sebagai alat pengumpul data
diujicobakan kepada kelas yang telah mempelajari materi tersebut. Hal ini
dilakukan untuk mendapatkan alat ukur yang valid dan reliabel, serta mengukur
tingkat kesukaran dan daya pembedanya. Data hasil uji coba selanjutnya dianalisis
untuk menyeleksi soal-soal yang telah dibuat, soal-soal yang tidak memenuhi
syarat diganti dengan soal lain atau diperbaiki sehingga dapat digunakan dalam
57
Analisis yang dilakukan terhadap butir soal adalah sebagai berikut :
3.8.1 Analisis Validitas Butir Soal
Suatu alat evaluasi disebut absah atau shahih apabila alat tersebut mampu
mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi (Suherman, 2003: 102).
Uji validitas ini berfungsi untuk mengukur ketepatan alat evaluasi dalam
melaksanakan fungsinya. Untuk menentukan validitas soal secara keseluruhan
digunakan rumus kolerasi product moment dengan angka kasar Pearson, yaitu :
rxy=
Y = Kriterium (nilai rata-rata harian peserta tes)
Selanjutnya koefisien kolerasi yang diperoleh diinterprestasikan ke dalam
klasifikasi koefisien validitas menurut Guilford (Suherman, 2003: 112 – 113).
Seperti yang terdapat dalam Tabel 3.3 sebagai berikut:
Interprestasi Koefisien Validitas Instrumen
Koefisien Kolerasi Interpretasi
0,90 <rxy 1,00 Validitas sangat tinggi
Sedangkan validitas untuk tiap soal dihitung dengan menggunakan rumus
yang sama, tetapi dengan variabel yang berbeda, yaitu :
rxy=
√ –
(No. 2)
Keterangan :
rxy = Koefisien korelasi antara variable X dan Y
N = Banyaknya subjek (peserta tes)
X = Skor tiap butir soal
Y = Skor total
3.8.2 Uji Reliabilitas
Menurut Suherman (2003: 131), reliabilitas adalah suatu alat ukur atau
alat evaluasi yang dimaksudkan sebagai suatu alat yang memberikan hasil yang
tetap sama (konsisten). Hasil pengukuran itu harus tetap sama (relatif sama) jika
pengukurannya diberikan pada subjek yang sama meskipun dilakukan oleh orang
yang berbeda, waktu yang berbeda dan tempat yang berbeda. Hal tersebut tidak
dipengaruhi oleh pelaku, situasi dan kondisi.
Uji reliabilitas pada penelitian ini menggunakan Kuder dan Richardson
atau yang biasa dikenal dengan KR-20, yaitu :
r
11 =
59
Keterangan :
n = Banyaknya butir soal
Pi = Proporsi banyak subjek yang menjawab benar pada butir soal ke-i
qi = proporsi banyak subjek yang menjawab salah pada butir soal ke-i, jadi
qi = 1- pi
St2 = varians skor total
Setelah koefisien reliabilitas diperoleh kemudian di interpretasikan dengan
menggunakan derajat reliabilitas alat evaluasi menurut Guilford (Suherman, 2003:
139) yang diinterpretasikan dalam Tabel 3.4.
Tabel 3.4. Kriteria Reliabilitas Butir Soal Menurut Guilford
Koefisien Kolerasi Interpretasi
0,90 <rxy 1,00 Realibilitas sangat tinggi
0,70 < rxy Realibilitas tinggi 0,40 < rxy 0,70 Realibilitas sedang 0,20 < rxy 0,40 Realibilitas rendah 0,00 < rxy 0,20 Realibilitas sangat rendah
rxy 0,00 Tidak Realibilitas
3.8.3 Uji Daya Pembeda
Menurut Suherman (2003:159), daya pembeda dari sebuah butir soal
menyatakan seberapa jauh kemampuan butir soal tersebut mampu membedakan
antara siswa yang memiliki kemampuan tinggi, siswa yang memiliki kemampuan
Untuk mengetahui daya pembeda tiap butir soal, digunakan rumus sebagai
atau jumlah untuk kelompok atas.
JBB = Jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan
benar atau jumlah benar untuk kelompok bawah.
JSA = Jumlah siswa kelompok atas
JSB = Jumlah siswa kelompok bawah
Selanjutnya koefisien daya pembeda yang diperoleh dari perhitungan
diinterpretasikan dengan table 3.5 kriteria berikut:
Tabel 3.5
Kriteria Daya Pembeda Butir Soal Menurut Guilford
Daya Pembeda Interpretasi
Untuk mengetahui tingkat/indeks kesukaran dari tiap butir soal, digunakan
rumus sebagai berikut :
IK =
61
Keterangan :
JBA = jumlah siswa kelompok atas yang menjawab soal itu dengan
benar atau jumlah benar untuk kelompok atas.
JBB = jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab soal itu
dengan benar atau jumlah benar untuk kelompok bawah.
JSA = jumlah siswa kelompok atas.
JSB = jumlah siswa kelompok bawah.
Selanjutnya indeks kesukaran yang diperoleh dari perhitungan
diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria tabel 3.6 berikut :
Tabel 3.6 Kriteria Indeks Kesukaran
Indeks Kesukaran Interpretasi
IK = 0 Terlalu Sukar
0,00 < IK ≤ 0,30 Sukar
0,30 < IK ≤ 0,70 Sedang
0,70 < IK ≤ 1,00 Mudah
IK = 1,00 Terlalu mudah
3.9 Teknik Analisis Data Hasil Penelitian
Data yang diperoleh dari hasil penelitian merupakan data mentah yang
belum memiliki makna yang berarti. Oleh karena itu, agar data tersebut dapat
lebih bermakna dan dapat memberikan gambaran nyata mengenai permasalahan
yang diteliti, maka data harus diolah dan dianalisis terlebih dahulu, sehingga dapat
memberikan arah untuk pengkajian lebih lanjut. Data dalam penelitian ini berupa
data kuantitatif, maka cara pengolahannya dilakukan dengan menggunakan teknik
3.9.1 Analisis Data Observasi
Observasi guru dilakukan untuk mengetahui keterlaksanaan model
pembelajaran CIRC berbantuan multimedia interaktif. Tahapan analisis data
observasi tersebut adalah sebagai berikut:
a. Menjumlahkan keterlaksanaan indikator model pembelajaran CIRC
yang terdapat pada lembar observasi yang telah diamati oleh observer.
b. Menghitung presentasi keterlaksanaannya dengan menggunakan
rumus:
Persentase= Skor hasil observasi x 100% (Arikunto,2009:293) Skor total
3.9.2 Analisis Data Tes Kognitif Siswa
Pengolahan data dilakukan terhadap skor-skor tes dan nilai gain (gain
value). Pengolahan data terhadap skor tes akhir dimaksudkan untuk mengetahui
prestasi belajar siswa sedangkan perhitungan gain dimaksudkan untuk mengetahui
pengaruh perlakuan model CIRC berbantuan multimedia interaktif terhadap hasil
belajar siswa.
Adapun langah-langkah yang digunakan untuk mengolah data hasil
penelitian ini, terdiri dari : penskoran, uji normalitas distribusi frekuensi pretest
dan posttest, uji homogenitas variansi pretest dan posttest dan uji hipotesis.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas pada dasarnya bertujuan untuk melihat apakah data
63
Adapun langkah-langkah pengujian yang ditempuh adalah sebagai
berikut:
a. Menyusun data skor gain yang diperoleh ke dalam tabel distribusi
frekuensi, dengan susunan berdasarkan kelas interval. Untuk
menentukan banyak kelas interval dan panjang kelas setiap interval
digunakan aturan Sturges yaitu sebagai berikut:
- Menentukan banyak kelas (K)
K = 1 + 3,3 log N
- Menentukan panjang kelas interval (P)
P = R/K
= rentang/banyak kelas
b. Menentukan batas atas dan batas bawah setiap kelas interval. Batas
atas diperoleh dari ujung kelas atas ditambah 0,5, sedangkan batas
bawah diperoleh dari ujung kelas bawah dikurangi 0,5.
c. Menetukan skor rata-rata untuk masing-masing kelas, dengan
menggunakan rumus :
X = ∑ Xi N
Dengan X yaitu skor rata-rata, Xi yaitu skor setiap siswa dan N yaitu
jumlah siswa.
d. Menghitung standar deviasi dengan rumus :
Sx2 = ∑( Xi – X)2
e. Menghitung z skor batas nyata masing-masing kelas interval dengan
menggunakan rumus z skor:
z = bk – X S
f. Menghitung luas daerah tiap-tiap kelas interval sebagai
berikut: I = I1 – I2
dengan I yaitu luas kelas interval, I1 yaitu luas daerah batas atas kelas
interval, I2 yaitu luas daerah batas bawah kelas interval.
g. Menentukan frekuensi ekspektasi:
Ei = N x l
h. Menghitung harga frekuensi dengan Chi-kuadrat:
x2hitung = ∑(Oi – Ei)2 (Sudjana, 1996 : 273) Ei
dengan Oi yaitu frekuensi observasi (pengamatan), Ei yaitu frekuensi
ekspektasi (diharapkan) dan x2hitung yaitu harga chi kuadrat yang
diperoleh dari hasil perhitungan.
i. Mengkonsultasikan harga x2 dari hasil perhitungan dengan tabel
Chi-Kuadrat pada derajat kebebasan tertentu sebesar jumlah kelas interval
dikurangi satu (dk = k – 1). Jika diperoleh harga x2hitung < x2tabel , pada
taraf nyata α tertentu, maka dikatakan bahwa sampel berdistribusi
normal. Untuk memastikan kebenaran dan ketepatan perhitungan yang
telah dilakukan, penulis melakukan uji normalitas dengan bantuan
65
b. Uji Homogenitas Variansi Gain
Uji homogenitas dilakukan untuk memeriksa apakah skor-skor
pada penelitian yang dilakukan mempunyai variansi yang homogen atau
tidak untuk taraf siginifikan α.
Perhitungan uji homogenitas dapat dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menentukan varians data gain skor
b. Menghitung nilai F(tingkat homogenitas)
Fhitung = s2b (Panggabean, 2000 : 151)
s2k
dengan Fhitung yaitu nilai homogenitas yang dicari, s2b yaitu varians
yang nilainya lebih besar dan s2k yaitu varians yang nilainya lebih
kecil.
c. Menentukan nilai F dari tabel distribusi frekuensi dengan derajat
kebebasan (dk) = n – 1; dengan n adalah jumlah siswa.
d. Membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan nilai F dari tabel.
Jika:
Fhitung < Ftabel, maka data berdistribusi homogen.
Fhitung ≥ Ftabel , maka data berdistribusi tidak homogen.
Untuk memastikan kebenaran dan ketepatan perhitungan yang
telah dilakukan, penulis melakukan uji homogenitas dengan menggunakan
c. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya
perbedaan yang signifikan antara pretest dan posttest akibat pemberian
perlakuan atau untuk mengetahui apakah hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini diterima atau ditolak. Hipotesis yang diajukan adalah
peningkatan hasil belajar siswa (nilai kognitif), setelah diterapkan model
pembelajaran CIRC berbantuan multimedia interaktif lebih baik daripada
yang dengan pembelajaran konvensional, pada materi sistem operasi
jaringan (SOJ).
Pengujian hipotesis bisa dilakukan dengan dua cara yaitu uji t. Jika
asumsi normalitas dipenuhi, maka uji hipotesis yang digunakan adalah
uji-t dengan sampel kecil..Unuji-tuk menguji hipouji-tesis dengan menggunakan uji-uji-t
dengan sampel kecil (n < 30) pada tingkat signifikansi 0,05, rumus yang
digunakan ialah :
t = M1– M2 (Panggabean, 1996 : 108) √ (S1)2 + (S22)
(N1) (N2)
Dengan M1 adalah skor posttest rata-rata, M2 adalah skor pretest
rata-rata, N1 sama dengan N2 adalah jumlah siswa, s21 adalah varians
67
Hasil yang diperoleh dikonsultasikan pada tabel distribusi t. Adapun cara
untuk mengkonsultasikan thitung dengan ttabel adalah :
a. Menentukan derajat kebebasan (dk) = N – 1.
b. Melihat tabel distribusi t pada taraf signifikasi tertentu, misalnya
pada taraf 0,05 atau interval kepercayaan 95%, sehingga akan
diperoleh nilai t dari tabel distribusi t dengan persamaan ttabel = t
(1-α)(dk). Bila pada dk yang diinginkan tidak ada maka dilakukan
proses interpolasi.
c. Kriteria hasil pengujian
Hipotesis yang diajukan diterima jika thitung > ttabel.
d. Penerapan Pembelajaran
Keberhasilan penerapan pembelajaran dapat diketahui dengan cara
menghitung gain skor yang ternormalisasi <g>. Langkah-langkah yang
ditempuh dalam melihat keberhasilan penerapan pembelajaran adalah
sebagai berikut :
a. Menghitung gain ternormalisasi dan menjumlahkan nilai gain
ternormalisasi untuk seluruh siswa dengan menggunakan rumus :
< g > = T2 – T1 (Hake,R.R, 1998) Tmaks– T1
Dengan <g> yaitu skor gain ternormalisasi, T2 yaitu skor postest, T1
b. Menentukan nilai rata-rata dari skor gain ternormalisasi
c. Menentukan kriteria keberhasilan penerapan metode pembelajaran
pada standar berikut:
Tabel 3.7
Interpretasi Gain Skor Ternormalisasi
Nilai <g> Klasifikasi
<g> ≥ 0,7 Tinggi
0,3 ≤ <g> < 0,7 Sedang
<g> ≤ 0,3 Rendah
99
Muthi Akbar Rangkuti, 2012
Penerapan Metode CIRC ( Cooperative Integrated Reading And Composition) Berbantuan Multimedia
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian, pengolahan data, analisis dan pembahasan, diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengembangan multimedia pembelajaran pada penelitian ini hanya sebagai alat
bantu pada proses penyampaian materi dalam penerapan metode CIRC
berbantuan multimedia interaktif. Dimana pengembangan multimedia
pembelajaran ini dibuat melalui beberapa tahap yaitu tahap analisa, desain,
pengembangan, implementasi dan evaluasi.
2. Siswa yang diberikan perlakuan metode CIRC berbantuan multimedia interaktif
mempunyai rerata hasil belajar siswa yang lebih baik dibandingkan dengan siswa
yang diberikan pembelajaran konvensional. Hal ini ditunjukkan dari rata-rata nilai
siswa pada masing-masing kelas dan dari perbedaan nilai gain ternormaslisasi.
Rata-rata nilai siswa kelas eksperimen sebelum diberikan perlakuan sebesar 44.17
meningkat menjadi 61.33 . Sedangkan hasil belajar siswa kelas kontrol tidak lebih
besar dari kelas eksperimen yaitu sebesar 43.67 menjadi 44.67. Hal ini
menunjukkan bahwa implementasi metode metode CIRC berbantuan multimedia
interaktif dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Sistem
Operasi Jaringan (SOJ).
3. Metode pembelajaran CIRC berbantuan multimedia interaktif yang diterapkan
peneliti memberikan respon yang sangat baik dari hasil angket siswa, begitu pula
dengan aktivitas siswa dan guru disetiap pertemuan menghasilkan peningkatan,
memberikan beberapa saran berikut ini:
1. Proses belajar mengajar (PBM) dengan metode CIRC berbantuan multimedia
interaktif yang peneliti terapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada
mata pelajaran Sistem Operasi Jaringan (SOJ). Oleh karena itu, para pengajar
diharapkan dapat mengembangkan atau memodifikasi metode pembelajaran ini,
dimulai dari materi ajar yang akan diberikan dan menyesuaikannya dengan
keadaan siswa.
2. Sebelum melaksanakan proses belajar mengajar (PBM) menggunakan metode
ini, guru harus dapat mempersiapkan komponen pendukung, seperti rencana
pembelajaran yang lebih sistematis agar jelas apa yang akan dilakukan, media
pembelajaran yang dapat memfasilitasi metode CIRC, multimedia yang
digunakan mudah dimengerti siswa dan menjelaskan aturan serta tujuan dari
pembelajaran yang akan dilaksanakan kepada siswa.
3. Pengkondisian tahapan proses belajar-mengajar (PBM) siswa sebelum, selama
dan sesudah proses belajar mengajar dalam kelas harus diperhatikan, karena