ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM JAMPERSAL PADA
PELAYANAN DASAR DI KABUPATEN PASAMAN BARAT
TAHUN 2012
TESIS
Oleh :
ELMI MATRA ARIES
No. BP. 1121219005
PROGRAM PASCASARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM PASCASARJANA, UNIVERSITAS ANDALAS Tesis, Januari 2014
ELMI MATRA ARIES, No. BP 1121219005 x + 134 halaman, 7 bagan, 32 tabel, 7 lampiran
ABSTRAK
Menurut SDKI tahun 2007, AKI 228 per 100.000 KH, dan AKB 34 per 1000 KH, sementara target MDG’s AKI 102 per 100.000KH dan AKB 23 per 1000KH. Untuk mempercepat pencapaian target MDGs, maka diluncurkan program Jampersal sesuai dengan surat edaran yang dikeluarkan Menteri Kesehatan nomor TU/Menkes/E/391/11/2011 tentang Jaminan Persalinan, tanggal 22 Februari 2011. Tahun 2012 Kabupaten Pasaman Barat mengalokasikan dana Jampersal untuk 7850 ibu bersalin, namun cakupan ibu bersalin hanya sebesar 6515 ibu bersalin atau 82,9%. Tujuan penelitian adalah mengevaluasi efektifitas Implementasi Program Jampersal di Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2012
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan mewawancarai 10 orang informan dan 2 kelompok FGD untuk mengetahui informasi mengenai pelaksanaan program Jampersal di Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2012, dilihat dari aspek komunikasi, sumber daya, disposisi dan struktur birokrasi.
Hasil analisis menunjukkan bahwa komunikasi sudah berjalan dengan baik, seluruh pelaksana Program Jampersal sudah mendapatkan sosialisasi, baik dari jajaran Dinas Kesehatan, Puskesmas, Bidan Desa, BPS dan peserta Jampersal. Konsistensi antara Juknis dengan Peraturan Bupati belum sesuai. Tatacara pelaksanaan program Jampersal sudah dipahami oleh semua pelaksana program Jampersal dan peserta Jampersal. Kabupaten Pasaman Barat melaksanakan program Jampersal menurut Instrumen kebijakan yang ada. Alokasi dana Jamkesmas dan Jampersal sudah bisa memenuhi kebutuhan program Jampersal di Kabupaten Pasaman Barat. Sumber Daya Manusia pelaksana program Jampersal di Kabupaten Pasaman Barat memiliki jenjang pendidikan yang sudah sesuai dengan kompetensinya dan Jumlah tenaga kesehatan sebagai pelaksana program Jampersal juga sudah mencukupi. Ketersediaan peralatan Kesehatan untuk pelaksanaan program Jampersal di Kabupaten Pasaman Barat belum memadai. Komitmen pelaksana program Jampersal ini sangat baik, hal ini terlihat dari kuatnya keinginan untuk mensukseskan program ini dari jajaran pengambil kebijakan sampai dengan pelaksana kegiatan. Koordinasi antara Tim Pengelola Jamkesmas Jampersal dengan Puskesmas yang ada di Kab Pasaman Barat belum berjalan sesuai dengan Juknis yang ada. Kegiatan monitoring, evaluasi dan pembinaan belum dilakukan secara optimal oleh Tim Pengelola Jamkesmas, Jampersal.
Kepustakaan : 30 (2005–2012)
Kata Kunci : Jampersal, Implementasi Program, Kabupaten Pasaman Barat
POST GRADUATE PROGRAM, ANDALAS UNIVERSITY Thesis, January 2014
ELMI MATRA ARIES, Reg. No. 1121219005 x + 133 pages, 7 charts, 32 tables, 7 enclosures
ABSTRACT
According IHDS in 2007, Maternal Mortality Rate is 228/100.000 life birth and Infant Mortality Rate is 34/1000 life birth, while MDG’s target is Maternal Mortality Rate is 102/100.000 life birth and Infant Mortality Rate is 23/1000 life birth. To achieve MDG’s target therefore Jampersal had been launched. According to circular issued by Ministry of Health No. TU/Menkes/E/391/11/2011 about Jampersal, on February 22nd 2011. In 2012 West Pasaman Regency fund allocation for 7850 maternal, but of maternal only 6515 maternal or about 82,9 %. The purpose of this study is evaluation efektivifity of Jampersal Programme Implementation in the West Pasaman Regency in 2012.
This study uses qualitative methods. Qualitative data collection was conducted by interviewing ten informants and two Focus Group Discussion to find out information about the Programme Implementation in the West Pasaman Regency in 2012, communication, resource, disposision dan structure birocrasion.
Results of the analysis indicate that communication has been running well, the entire program execution Jampersal already get socialization, both from the health department, community health center, midwife, BPS and Jampersal participants. Consistency between the guidelines with other policy instruments are complementary, but there is still a midwife and BPS additional charge to participants Jampersal. Clarity Jampersal program is in conformity with the goals, objectives and implementation. Sufficient number of midwifes in West Pasaman Regency sufficient. Educational standards of the midwife in West Pasaman Regency had 100 % college graduates midwifery. Willingness of health facilities are adequate, there is just a little problem regarding the procurement of contraceptives. Commitment Jampersal program implementation is very good, it is already evident from the strong desire to succeed in this program from the ranks of policy makers to the implementer. Activity monitoring, evaluation and reporting is always done in the Jampersal Programme Implementation in the West Pasaman Regency. Coordination done in process monitoring, but in the process of reporting is always a delay in delivering the claims of midwife to the community health center, because there are still many people who do not have ID / KK, while they already utilize Jampersal .
Bibliography : 30 (2005–2012)
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007,
Angka Kematian Ibu (AKI) 228 per 100.000 Kelahiran Hidup (KH), Angka
Kematian Bayi (AKB) 34 per 1000 Kelahiran Hidup (KH). Berdasarkan
kesepakatan global (Millenium Development Goals/MDG’s) pada tahun 2015,
diharapkan AKI menurun menjadi 102 per 100.000KH dan AKB menurun sebesar
23 per 1000KH. Untuk itu pemerintah perlu melakukan intervensi dengan melakukan
terobosan guna mencapai target MDG’s tersebut. Kematian yang terjadi pada tahun
pertama setelah kelahiran hidup disebut kematian bayi. Kematian bayi dan anak
sampai umur lima tahun relative sangat tinggi. Hal ini erat hubungannya dengan
kemampuan orang tua dalam memberikan pemeliharaan dan perawatan pada
anak-anaknya. AKB didefenisikan sebagai jumlah kematian selama satu tahun tertentu per
1000 KH selama tahun yang sama (WHO, 1993).
Untuk mempercepat pencapaian target MDGs, maka tahun 2011 Kementerian
Kesehatan melahirkan inovasi sesuai surat edaran yang dikeluarkan Menteri
Kesehatan nomor TU/Menkes/E/391/11/2011 tentang Jaminan Persalinan
(Jampersal), tanggal 22 Februari 2011, Kementerian Kesehatan meluncurkan
program Jampersal sebagai bentuk intervensi dalam penurunan AKI dan AKB.
Tujuan Program Jampersal ini untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap
seluruh ibu hamil yang belum memiliki jaminan persalinan dan diberikan kepada ibu
hamil agar dapat mengakses pemeriksaan persalinan (Antenatal Care /ANC),
pertolongan persalinan (Partus), pemeriksaan nifas dan pelayanan KB. Program
Jampersal memberikan pertanggungan biaya kepada ibu hamil yang ingin bersalin di
rumah sakit pemerintah kelas III, sarana pelayanan kesehatan dan bidan praktik. Jadi,
biaya persalinan itu ditanggung oleh pemerintah (Kemenkes, 2011).
Upaya penurunan AKI harus difokuskan pada penyebab langsung kematian
ibu, yang terjadi 90% pada saat persalinan dan segera setelah persalinan yaitu
perdarahan (28%), eklamsia (24%), infeksi (11%), komplikasi peuperium 8%, partus
macet 5%, abortus 5%, trauma obstetric 5%, emboli 3%, dan lain-lain 11%.
Kematian ibu juga diakibatkan beberapa faktor resiko keterlambatan (Tiga
Terlambat), diantaranya terlambat dalam pemeriksaan kehamilan, terlambat dalam
memperoleh pelayanan persalinan dari tenaga kesehatan, dan terlambat sampai di
fasilitas kesehatan pada saat dalam keadaan emergensi. Salah satu upaya
pencegahannya adalah melakukan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan di
fasilitas kesehatan (Kemenkes, Juknis Jampersal 2012).
Persalinan oleh tenaga kesehatan pada kelompok sasaran miskin (Quintile I)
baru mencapai sekitar 69,3%. Sedangkan persalinan yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan di fasilitas kesehatan baru mencapai 55,4%. (Riskesdes,2010). Salah satu
kendala penting untuk mengakses persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas
kesehatan adalah keterbatasan dan ketidak-tersediaan biaya sehingga diperlukan
di fasilitas kesehatan melalui kebijakan yang disebut Jaminan Persalinan (Kemenkes,
Juknis Jampersal 2012).
Jaminan Persalinan dimaksudkan untuk menghilangkan hambatan finansial
bagi ibu hamil untuk mendapatkan Jaminan Persalinan yang didalamnya temasuk
pemeriksaan kehamilan, pelayana nifas termasuk KB pasca persalinan, dan pelayana
bayi baru lahir. Dengan demikian, kehadiran Jaminan Persalinan diharapkan dapat
mengurangi terjadinya Tiga Terlambat tersebut sehingga dapat mengakselerasi
tujuan pencapaian MDGs 4 dan 5 (Kemenkes, Juknis Jampersal 2012).
Pada Tahun 2011 AKI di Provinsi Sumatera Barat 211/100.000 kelahiran
hidup, dan AKB 26/1000 kelahiran hidup. Kasus kematian neonatal umur 0 - 7 hari
sebanyak 378 orang, kasus tertinggi terdapat di Kabupaten Sijunjung dan Kabupaten
Pasaman Barat yaitu sebanyak 36 orang. Umur 8 - 28 hari sebanyak 129 orang,
kasus tertinggi terdapat di Kabupaten Sijunjung dan Kabupaten Pasaman Barat yaitu
sebanyak 22 orang (Profil Dinkes Prov Sumbar,2011)
Pada Tahun 2011 Kabupaten Pasaman Barat memiliki Jumlah Kematian Bayi
sebesar 70 orang dan Jumlah Kematian Ibu sebesar 10 orang dan pada tahun 2012
Kabupaten Pasaman Barat memiliki Jumlah Kematian Bayi sebesar 63 orang dan
Tabel 1.1
Jumlah Kematian Ibu dan Jumlah Kematian Bayi di Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2011-2012
Sumber : Laporan Tahunan Seksi KIA/Gizi Tahun 2011-2012
Tabel 1.2
Persentase Jumlah Kematian Ibu dan Jumlah Kematian Bayi di Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2011-2012
Sumber : Laporan Tahunan Seksi KIA/Gizi Tahun 2011 - 2012
Berdasarkan penelitian Anggorodi Tahun 2009, menyimpulkan bahwa salah
satu faktor penyebab tingginya Angka Kematian Ibu di Provinsi Sumatera Utara
berhubungan dengan pemilihan pertolongan persalinan, dan tidak semua ibu hamil
melakukan proses persalinan di sarana kesehatan atau menggunakan pertolongan
Tenaga Kesehatan, selain itu kesulitan akses terhadap pelayanan kesehatan juga
menyebabkan rendahnya pemanfaatan pelayanan kesehatan. Selain akses jarak, akses
biaya juga mempengaruhi, sehingga masyarakat masih banyak yang beranggapan No Kecamatan
8. Sasak Ranah Pasisie 1 5 7
9. Luhak Nan Duo 2 9 6 2 Jumlah Kematian Bayi ( Persentase ) 70 (0,96 %) 63 (0,78 %) 3 Jumlah Kelahiran Hidup ( Persentase) 7241 (98,%) 8026 (99,13)
bahwa bila persalinan ditolong oleh bidan biayanya mahal, sedangkan bila ditolong
oleh dukun bisa membayar berapa saja (Anggorodi,2009).
Berdasarkan penelitian Setyawati Tahun 2010, menyimpulkan bahwa kondisi
sosial ekonomi dan pengetahuan masyarakat di Provinsi Riau pempengaruhi
prevelensi ibu hamil untuk melakukan proses persalinan menggunakan dukun. Hal
ini menuntut adanya strategi dalam memberikan intervensi medis mengingat
determinan dari Angka Kematian Ibu bersifat kompleks (Setyawati,2010).
Berdasarkan penelitian Armey Yudha Tahun 2011, menyimpulkan bahwa
kondisi geografis dan sosial/budaya masyarakat di Kabupaten Lebak menjadi
penyebab langsung rendahnya cakupan program Jampersal, kondisi geografis yang
berbukit dan daerah-daerah tertentu yang sulit dijangkau dengan kendaraan petugas
kesehatan menyebabkan ibu hamil melakukan proses persalinan di rumah yang
ditolong oleh dukun (Armey Yudha,2011)
Disparitas kesehatan ibu dan anak antara lain disebabkan oleh faktor geografis,
daerah terpencil dan kepulauan, belum terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan
ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan obata-obatan yang terjangkau,
kurangnya tenaga kesehatan, serta masih adanya hambatan finasial masyarakat dalam
mengakses pelayanan kesehatan yang disediakan oleh pemerintah
(www.kesehatanibu.depkes.go.id)
Menurut penelitian Women Research Institute (WRI) yang dilakukan di 7
(tujuh) Kota/Kabupaten dalam kurun waktu 2007-2008 tak kurang dari 59%
Kota/Kabupaten tersebut adalah Kabupaten Jembrana, Lampung Selatan, Indramayu,
Sumba Barat, Lombok Tengah, Lebak dan Kota Surakarta. Faktor biaya kerap
menjadi alasan pemilihan rumah sebagai tempat persalinan. Selain itu keterbatasan
jumlah bidan memperkuat alasan tersebut, hal ini disebabkan karena seorang bidan
harus melayani masyarakat dari dua desa. (www.menkokesra.go.id)
Data cakupan Jampersal Kabupaten Pasaman Barat pada tahun 2011 sebesar
1214 ibu bersalin, pencapaian tersebut hanya 52,7% dari sasaran ibu bersalin yaitu
2304 ibu bersalin atau yang didanai oleh Jampersal (Dinkes Kab Pasaman Barat,
2012 ).
Data cakupan Jampersal Kabupaten Pasaman Barat pada tahun 2012 sebesar
6.515 ibu bersalin, pencapaian tersebut hanya 82,9% dari sasaran ibu bersalin yaitu
7850 ibu bersalin atau yang didanai oleh Jampersal (Dinkes Kab Pasaman Barat,
2012 ).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, rumusan masalahnya yaitu :
Bagaimana Implementasi ( aspek komunikasi, sumberdaya, disposisi dan struktur
birokrasi ) Program Jampersal pada pelayanan dasar di Kabupaten Pasaman Barat
Tahun 2012 dan faktor-faktor apa saja yang mendukung dan menghambat
keberhasilan pelaksanaan program Jampersal pada pelayanan dasar di Kabupaten
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini diketahuinya Implementasi Program Jampersal Pada
Pelayanan Dasar di Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2012.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Menggali informasi mengenai aspek komunikasi, sumberdaya, disposisi dan struktur birokrasi dalam Program Jampersal Pada Pelayanan Dasar di Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2012.
1.3.2.2 Menggali informasi mengenai faktor-faktor apa saja yang menjadi
penghambat atau kendala dalam Program Jampersal Pada Pelayanan Dasar
di Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2012.
1.3.2.3 Menggali informasi mengenai faktor penunjang Program Jampersal Pada
Pelayanan Dasar di Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2012.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam menyusun
alokasi dana, strategi sebagai bahan pertimbangan dan mengakomodir permasalahan
1.4.2 Program S2 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Unand
Dapat menjadi tambahan bahan pembelajaran dan memberikan sumbangan
referensi literatur di dunia akademis dalam menganalisis kebijakan kesehatan.
1.4.3 Peneliti
Menambah wawasan dan meningkatkan pengetahuan peneliti dalam