• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI PENDIDIKAN HUKUM DALAM MENGUPAYAKAN INTERNALISASI HUKUM DI KALANGAN PESERTA DIDIK : Studi Kasus di Madrasah Aliyah Negeri Tanggeung Kabupaten Cianjur.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERANAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI PENDIDIKAN HUKUM DALAM MENGUPAYAKAN INTERNALISASI HUKUM DI KALANGAN PESERTA DIDIK : Studi Kasus di Madrasah Aliyah Negeri Tanggeung Kabupaten Cianjur."

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK .... ... v

ABSTRACT ... ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

UCAPAN TERIMA KASIH ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 11

C. Tujuan Penelitian ... 12

D. Manfaat Penelitian ... 13

E. Struktur Organisasi Tesis ... 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 15

A. Pendidikan Kewarganegaraan ... 15

1. Pengertian dan Karakteristik PKn ... 15

2. Perkembangan Pemikiran PKn ... 17

3. Komponen Pembelajaran PKn ... 26

4. Kompetensi Kewarganegaraan ... 40

B. Pendidikan Hukum ... 45

1. Pengertian Pendidikan Hukum ... 45

2. Tujuan Pendidikan Hukum ... 48

C. Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan Hukum ... 52

1. Fungsi Pendidikan Hukum dalam Pendidikan Kewarganegaraan ... 52

2. Pendidikan Hukum Dalam Internalisasi Hukum ... 55

(2)

BAB III METODE PENELITIAN ... 71

3. Tahap Pengolahan dan Analisis Data Penelitian ... 85

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 89

A. Deskripsi Lokasi penelitian . ... 89

1. Struktur Kurikulum ... 90

2. Fasilitas Pendidikan ... 91

3. Peserta Didik ... 93

4. Struktur Organisasi MAN Tanggeung ... 95

5. Pendidik dan Tenaga Kependidikan ... 95

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 96

1. Materi Kurikulum PKn Dalam Menunjang Fungsi dan Perannya Sebagai Pendidikan Hukum ... 97

(3)

3. Pengimplementasian Perencanaan Program Pembelajaran PKn Sebagai Pendidikan Hukum Untuk Mewujudkan

Internalisasi Hukum di Kalangan Peserta Didik ... 105

4. Pengamalan Hasil Pembelajaran PKn dalam Kehidupan Sehari-hari Dalam Menginternalisasikan Hukum Yang Ada Dalam Kehidupannya ... 110

5. Faktor-faktor yang Menjadi Penghambat Pembelajaran PKn Dalam Upaya Menginternalisasikan Hukum di Kalangan Peserta Didik ... 114

6. Upaya-Upaya Yang Dapat Dilakukan Guru PKn Untuk Mengatasi Kendala-kendala Dalam Upaya Menginternalisasikan Hukum di Kalangan Peserta Didik ... 119

C. Analisis Hasil Penelitian ... 122

1. Muatan Materi PKn Dalam Menunjang Fungsi dan Perannya Sebagai Pendidikan Hukum ... 122

2. Perencanaan Program Pembelajaran PKn Sebagai Pendidikan Hukum Untuk Mewujudkan Internalisasi Hukum di Kalangan Peserta Didik ... 131

3. Pengimplementasian Perencanaan Program Pembelajaran PKn Sebagai Pendidikan Hukum Untuk Mewujudkan Internalisasi Hukum di Kalangan Peserta Didik ... 134

4. Pengamalan Hasil Pembelajaran PKn dalam Kehidupan Sehari-hari Dalam Menginternalisasikan Hukum Yang Ada Dalam Kehidupannya ... 139

5. Faktor-faktor yang Menjadi Penghambat Pembelajaran PKn Dalam Upaya Menginternalisasikan Hukum di Kalangan Peserta Didik ... 143

6. Upaya-Upaya Yang Dapat Dilakukan Guru PKn Untuk Mengatasi Kendala-kendala Dalam Upaya Menginternalisasikan Hukum di Kalangan Peserta Didik ... 149

(4)

DAFTAR TABEL

Tabel

2.1 Pemetaan Standar Isi ... 33

3.1 Subjek Penelitian ... 72

4.1 Sarana Penunjang Pembelajaran ... 92

4.2 Daerah Asal Peserta didik ... 94

4.3 Domisili Peserta didik Selama di MAN Tanggeung ... 94

4.4 Pemetaan Standar Isi ... 126

4.5 Contoh Pembelajaran Informal Content ... 157

(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

3.1 Desain Penelitian ... 72

3.2 Komponen Analisis Data ... 87

4.1 Sturktur Organisasi MAN Tanggeung ... 95

4.2 Proses Wawancara dengan Peserta Didik (Muhtar Aripin, Bayu Bambang dan Ahmad Supiandi) ... 101

4.3 Proses Wawancara dengan Peserta Didik (Erni Agustin dan Suryana) ... 105

4.4 Ketua Komite MAN Tanggeung (Iip Syarif) ... 110

4.5 Peserta Didik Yang Kesiangan dan Tidak Menggunakan Helm Saat Berkendara ... 112

4.6 Proses Wawancara dengan Peserta Didik (Hesti Muztabah) ... 115

4.7 Proses Wawancara dengan Alumni (Jeli Sarwono) ... 118

(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1 Pedoman Observasi dan Wawancara 2 Surat Izin Penelitian

(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Generasi muda mempunyai peranan penting dalam menentukan baik buruknya peradaban di kemudian hari. Jika tatanan kehidupan saat ini

dianggap baik, maka tugas generasi muda adalah bagaimana cara mempertahankan atau meningkatkan kualitas tatanan kehidupan tersebut. Sebaliknya jika tatanan kehidupan saat ini dianggap gagal, maka tugas generasi muda juga untuk memperbaiki atau merancang ulang sebuah tatanan kehidupan yang lebih memberikan arti dalam kehidupan masyarakat di kemudian hari.

Tak bisa dipungkiri bahwa salah satu sarana untuk membangun suatu suatu tatanan kehidupan yang berkualitas adalah melalui pendidikan. Suryadi

(2012 : 1) berpendapat bahwa “Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin

tinggi tingkat produktivitasnya; dan semakin terdidik seseorang semakin tinggi pula pemahamannya akan pentingnya kesehatan, partisipasi politik,

toleransi, dan kehidupan yang harmonis”. Pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan komprehensif yang tidak menonjolkan ketercapaian tujuan pengajaran di satu bidang saja, karena pada akhirnya nanti mereka akan terjun dan hidup di tengah-tengah masyarakat yang di dalamnya banyak permasalahan-permasalahan yang begitu kompleks.

Seperti yang diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik (UUD NRI) Tahun 1945, salah satu tujuan berdirinya negara

(8)

Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran dan/atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan, dan ayat (3) menegaskan bahwa Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.

Untuk meyelaraskan usaha-usaha dalam mencerdaskan kehidupan bangsa tersebut diperlukan perencanaan-perencanaan yang matang dan bertanggung jawab, perencanaan yang matang dan bertanggung jawab harus berangkat dari penetapan target atau tujuan yang ditetapkan sebelumnya. Adapun tujuan pendidikan di Indonesia sebagaimana yang dirumuskan dalam Pasal 2 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah sebagai berikut :

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Ketercapaian tujuan penyelenggaraan pendidikan di Indonesia tersebut

dapat ditempuh melalui berbagai jalur pendidikan, baik melalui pendidikan formal, nonformal, dan informal, yang dalam pelaksanaannya bisa saling melengkapi dan memperkaya satu sama lain. Namun, titik berat pencapaian tujuan pendidikan nasional yang ditetapkan lebih dibebankan pada jalur pendidikan formal. Jenjang pendidikan formal yang ditetapkan oleh pemerintah terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Setiap jenjang dalam pendidikan formal, baik pendidikan dasar, pendidikan menengah maupun pendidikan tinggi memiliki tugas dan fungsi masing-masing yang dapat dilihat dari dari kurikulum yang ditetapkan oleh pemerintah.

(9)

menengah wajib memuat : pendidikan agama; Pendidikan Kewarganegaraan; bahasa; matematika; ilmu pengetahuan alam; ilmu pengetahuan sosial; seni dan budaya; pendidikan jasmani dan olahraga; keterampilan/kejuruan; dan muatan lokal”. Dengan kurikulum seperti yang disebutkan di atas, tentunya diharapkan bahwa penyelenggaraan pendidikan ini mampu melahirkan generasi muda yang mampu menghadapi tantangan saat ini.

Selanjutnya untuk mengimplikasikan Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tersebut, pemerintah menjabarkan ke dalam sejumlah peraturan, antara

lain Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Menengah dan Dasar, untuk kelompok mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Kepribadian memiliki cakupan sebagai berikut :

Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dimaksudkan untuk peningkatan kesadaran dan wawasan peserta didik akan status, hak, dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta peningkatan kualitas dirinya sebagai manusia. Kesadaran dan wawasan termasuk wawasan kebangsaan, jiwa dan patriotisme bela negara, penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan hidup, kesetaraan gender, demokrasi, tanggung jawab sosial, ketaatan pada hukum, ketaatan membayar pajak, dan sikap serta perilaku anti korupsi, kolusi, dan nepotisme.

Mencermati berbagai cakupan yang diamanatkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tersebut, maka Pendidikan Kewarganegaraan memiliki berbagai fungsi. PKn yang bersifat multifaset dengan konteks lintas bidang keilmuan dimana pengaruh ilmu-ilmu sosial yang paling kuat berasal dari dua disiplin, yakni ilmu politik dan hukum, maka jika dikaji dari derajat ilmu pengetahuan, PKn setidaknya memiliki tiga fungsi, yang pertama sebagai Pendidikan Nilai, karena nilai

(10)

kurikulum untuk pendidikan dasar dan menengah, PKn menurut Maftuh (2008 : 137) memiliki fungsi sebagai berikut :

Dengan tuntutan perkembangan masyarakat dan kehidupan bernegara yang demikian maju dengan segala tantangannya, Pendidikan Kewarganegaraan pada masa sekarang ini memiliki misi sebagai berikut: 1) PKn sebagai Pendidikan Politik; 2) PKn sebagai Pendidikan Nilai; 3) PKn sebagai Pendidikan Nasionalisme; 4) PKn sebagai Pendidikan Hukum; 5) PKn sebagai Pendidikan Multikultural; dan 6) PKn sebagai Pendidikan Resolusi Konflik.

PKn sebagai pendidikan politik dapat diartikan sebagai pendidikan yang

memberikan pengetahuan, sikap dan keterampilan kepada peserta didik agar mereka mampu hidup sebagai warga negara yang memiliki kesadaran politik, serta memiliki kemampuan berpartisipasi dalam politik. Jika PKn mampu menjalankan fungsinya sebagai pendidikan politik, maka diharapkan mampu membentuk peserta didik yang memiliki rasa nasionalisme yang kuat. Fungsi PKn selanjutnya adalah sebagai pendidikan nilai, ini berarti melalui PKn diharapkan tertanam dan tertransformasikan nilai, moral dan norma yang dianggap baik oleh bangsa dan negara kepada diri peserta didik. Jika fungsi PKn sebagai pendidikan nilai berhasil, maka hal tersebut juga akan menunjang fungsi PKn sebagai Pendidikan Hukum, karena salah satu paradigma hukum adalah hukum dianggap sebagai permujudan nilai-nilai yang mengandung arti, bahwa kehadirannya adalah untuk memajukan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat (Rahardjo, 2010:66). Fungsi Pendidikan Hukum dalam PKn ini berarti bahwa program pendidikan ini diarahkan untuk membina peserta didik sebagai warga negara yang memiliki kesadaran hukum yang tinggi, yang menyadari akan hak dan kewajibannya dan memiliki kepatuhan terhadap hukum, sehingga mampu mempertahankan nilai-nilai yang dianggap baik oleh masyarakat.

(11)

menghormati persamaan derajat manusia, bekerja sama satu sama lain, mengutamakan kepentingan kelompok lebih daripada individu untuk tujuan kerukunan nasional. Jika fungsi PKn sebagai pendidikan multikultural berhasil, maka PKn juga sekaligus menjalankan fungsinya sebagai pendidikan resolusi konflik.

Fungsi dan tujuan Pendidikan Kewarganegaraan ialah membuka peluang

seluas-luasnya bagi para warga negara, menyatakan komitmennya dan menjalankan perannya yang aktif, untuk belajar mendewasakan diri,

khususnya mengenai hubungan hukum, moral dan fungsional antara para warga negara dengan satuan-satuan organisasi negara dan lembaga-lembaga publik lainnya. Sosok warga negara yang baik yang ingin dihasilkan oleh Pendidikan Kewarganegaraan adalah warga negara yang merdeka yang tidak jadi beban bagi siapapun, yang melibatkan diri dalam kegiatan belajar, memahami garis besar sejarah, cita-cita dan tujuan bernegara, dan produktif dengan turut memajukan ketertiban, keamanan, perekonomian, dan kesejahteraan umum. Jika disederhanakan maka fungsi dan tujuan Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk membentuk atau mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang baik.

Warga negara yang baik adalah warga negara yang mengetahui dan memahami hak-hak dan kewajiban-kewajibannya sebagai warga negara. Hak-hak dan kewajiban-kewajiban warga negara biasanya terumuskan dalam berbagai peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh negara. Jadi logikanya, warga negara tersebut pertama-tama harus mengetahui peraturan perundang-undangan yang berlaku. Setiap orang diharapkan mengetahui hukum yang berlaku di tempat mereka melangsungkan kehidupannya. Jika mereka tidak mengetahui hukum yang berlaku tersebut, mereka tidak bisa

(12)

berlaku untuk semua, baik pejabat, aparat pemerintah, praktisi hukum, pelajar maupun rakyat yang mayoritas buta tentang hukum.

Dalam suatu masyarakat, setiap orang perlu menyadari adanya hukum-hukum yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Untuk mewujudkan proses internalisasi hukum dalam masyarakat, adanya Pendidikan Hukum adalah suatu keharusan. Dengan adanya pengetahuan mengenai hukum di

masyarakat, maka keadilan dapat dikembangkan secara efektif, karena hukum adalah sesuatu yang bisa membuat seseorang sadar tentang kebaikan dan

keadilan. Kegagalan penegakan berbagai hukum yang ada juga merupakan indikasi rendahnya pemahaman masyarakat tentang hukum-hukum tersebut.

Jika mencermati pendapat Koentjaraningrat (1985: 45) tentang mentalitas manusia Indonesia, diantaranya: “(1) sifat mentalitas yang meremehkan mutu; (2) sifat mentalitas yang suka menerabas; (3) sifat tak percaya kepada diri sendiri; (4) sifat tak berdisiplin murni; (5) sifat mentalitas yang suka mengabaikan tanggung jawab”. Mentalitas-mentalitas tersebut tertanam dalam diri bangsa indonesia yang berimbas pada berbagai perbuatan, contohnya dalam perbuatan-perbuatan yang diatur oleh hukum. Lebih lanjut lagi

Koentjaraningrat (1985 : 52) mengemukakan : “banyak orang Indonesia,

terutama di kota-kota, hanya berdisiplin karena takut akan pengawasan dari atas. Pada saat pengawasan itu kendor atau tidak ada, maka hilanglah juga hasrat murni dalam jiwanya untuk secara ketat menaati peraturan-peraturan”.

Manusia Indonesia masa depan perlu dipahami bukan sebagai sesuatu yang tetap seperti yang dikemukakan Koentjaraningrat, tetapi bisa diubah, yaitu dengan melakukan perubahan sistem nilai budaya melalui perantaraan pendidikan, dalam hal ini Pendidikan Hukum. Pendidikan Hukum dalam upaya pembentukan masyarakat yang melek hukum demi terciptanya tertib

sosial di dalam masyarakat juga merupakan ranah yang tidak boleh dikesampingkan.

(13)

ini, khususnya dalam bidang hukum, namun hal utama yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah pendidikan hukum dalam konteks sekolah yang diamanatkan dalam Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam mengupayakan internalisasi hukum kepada warga negara Indonesia. Seperti

yang dikemukakan Sapriya (2007 : 28) bahwa “PKn berperan dalam membangkitkan kesadaran hukum, karena itu di beberapa negara nama yang

dimaksud bukan civic education, tetapi law education, bahkan street law education”. Dalam jenjang pendidikan formal PKn bisa menjadi sarana

sosialisasi hukum-hukum yang ditetapkan oleh negara, para pelajar yang notabene adalah generasi penerus diharapkan memahami hukum-hukum yang berlaku di Indonesia. Kemudian, diharapkan mereka mampu menularkan pemahaman hukum mereka kepada masyarakat sekitarnya, karena mereka langsung terhubung langsung dalam masyarakat, sehingga mereka disiapkan untuk mampu menghadapi masalah-masalah, khususnya masalah-masalah yang berkaitan dengan hukum yang ada dalam kehidupan sehari-hari.

Peserta didik yang mendapatkan Pendidikan Hukum melalui PKn, dapat memainkan peran yang efektif dalam penyebarluasan pengetahuan hukum di masyarakat, karena pemahaman hukum dalam masyarakat adalah suatu kebutuhan. Hal tersebut demi meningkatkan kapasitas dan daya tawar masyarakat terhadap pemerintah. Pengetahuan tentang hukum merupakan salah satu sarana yang efisien untuk mengembangkan negara. Ketidaktahuan masyarakat tentang hukum juga merupakan suatu hal yang dapat menghambat kemajuan suatu negara. Ketidaktahuan masyarakat tentang hukum hukum dapat diminimalisir dengan suatu kampanye atau pendidikan tentang pentingnya pemahaman hukum di kalangan masyarakat. Seseorang yang paham hukum dapat mengetahui hak-hak dan tugasnya sebagai anggota

(14)

Keberhasilan dari berbagai tujuan dibuatnya aturan/hukum apapun bergantung pada pelaksanaan aturan/hukum tersebut. Seringkali kali ketidaktahuan mengenai hukum yang berlaku menjadi salah satu penyebab utama maraknya pelanggaran-pelanggaran terhadap hukum yang berlaku, yang berakibat pada terhambatnya kemajuan pembangunan bangsa dan negara. Untuk terciptanya ketertiban, kedamaian, pembangunan yang efektif

dan terwujudnya keadilan dalam masyarakat, pengetahuan hukum adalah wajib. Dalam upaya mengupayakan proses internalisasi hukum di masyarakat,

PKn dapat memainkan peran penting, khususnya di dalam lingkup pendidikan formal.

Wahjono (Hidayat, 2007 : 46) berpendapat bahwa “Pendidikan adalah

usaha sadar manusia untuk memanusiakan manusia”, dalam arti manusia yang

sehat jiwa raganya yang dapat mengembangkan budi, akal dan dayanya sehingga mampu mengembangkan kediriannya sesuai dengan budaya kelompoknya. Adapun Pendidikan Hukum di Indonesia adalah usaha sadar manusia untuk membina perasaan hukum dan kesadaran hukum Indonesia sehingga memperlancar pencapaian masyarakat Indonesia yang diidamkan.

Patokan utama dalam mencari materi Pendidikan Hukum dapatlah dikemukakan bahwa tujuan utamanya adalah penginternalisasian hukum yang memadai untuk mencapai masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Adil atau keadilan mencerminkan dan mensyaratkan adanya ketertiban, dan ketertiban sendiri mencerminkan suatu keteraturan masyarakat yang tiada keresahan. Wignjosoebroto (Hidayat, 2007:46) menyatakan bahwa

“Pendidikan tidak hanya menanamkan pengetahuan baru (kognisi) saja, akan

etapi juga hendak menggugah perasaan (afeksi) dan membentuk sikap positif”.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan memegang peranan sangat penting

(15)

Pada tingkat sekolah dasar, sekolah lanjutan pertama, dan sekolah lanjutan atas perlu ditanamkan ketaatan terhadap tata hukum lebih intensif lagi, sehingga mereka menghayati hak dan kewajibannya sebagai warga negara, serta mengerti materi Pancasila, UUD 1945, pasal-pasal terpenting dalam KUHP dan bagaimana cara memperoleh perlindungan hukum. Anak tidak hanya mendapatkan pengetahuan dari mata pelajaran yang diajarkan

sekolah, tetapi mendapatkan pula pengalaman yang akan membantu pembinaan pribadinya di lingkungan sekolah. Semua pengalaman yang

didapatkan di sekolah, baik melalui pembiasaan dan latihan yang dilakukan dengan sengaja oleh guru-gurunya, maupun pengalaman yang didapatnya secara tidak sengaja dari sikap dan cara guru memperlakukan murid-muridnya atau pergaulan guru sesama mereka dan kepribadian guru pada umumnya, disadari atau tidak merupakan penginternalisasian hukum bagi peserta didik. Oleh karena itu guru-guru yang baik dan mempunyai kesadaran hukum akan membantu pertumbuhan kesadaran anak. Bukan hanya guru yang mempunyai pengaruh dalam peninginternalisasian hukum pada anak didik, tetapi sikap semua petugas yang ada serta peraturan yang berlaku di sekolah juga ikut mempengaruhi upaya internalisasi hukum pada anak didik secara tidak langsung.

PKn sebagai wahana Pendidikan Hukum dalam mengupayakan internalisasi hukum bagi generasi muda, diharapkan menjadi salah satu solusi semakin tingginya tingkat pelanggaran aturan-aturan dan hukum-hukum yang berlaku, baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa maupun bernegara. Berdasarkan catatan Mabes Polri, selama kurun tahun 2012, tercatat 109.038 kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan 25.131 orang meninggal dan 36.710 orang mengalami luka berat. Kemudian, tindak pidana konvensional

(16)

pidana korupsi sebanyak 1.171 kasus. Sehingga dapat dapat dirata-ratakan, setiap per 91 detik terjadi tindak kejahatan di Indonesia. (www.kompas.com). Setiap hari media masa memberitakan kasus-kasus kriminalitas yang tidak jarang melibatkan remaja sebagai pelakunya. “Tindak kriminalitas yang melibatkan kalangan usia remaja mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal tersebut berdasarkan data yang dirilis Pemberdayaan Perempuan dan

Anak (PPA) Direktorat Reskrim Polda Sulselbar” (www.tribunnews.com). Begitu pula di Kecamatan Tanggeung Kabupaten Cianjur, Khususnya di

Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Tanggeung. Minimnya berbagai sarana dan prasarana khususnya yang berkaitan dengan media informasi mengakibatkan rendahnya pemahaman peserta didik terhadap hukum-hukum yang berlaku. Di Kecamatan Tanggeung hanya terdapat satu surat kabar harian, dan itu pun hanya bisa diakses oleh kalangan tertentu karena sistem penjualannya yang door to door service. Siaran televisi nasional hanya bisa diakses oleh masyarakat yang mampu, karena untuk mendapatkan semua saluran televisi nasional memerlukan piranti tambahan berupa parabola.

Rendahnya pemahaman peserta didik MAN Tanggeung tentang peraturan-peraturan yang berlaku dapat terlihat dari masih tingginya pelanggaran-pelanggaran terhadap peraturan-peraturan tersebut, seperti sebagian besar peserta didik yang membawa motor tidak memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM), pengabaian penggunaan helm, penggunaan knalpot yang tidak standar. Begitu pun dengan pelanggaran-pelanggaran terhadap peraturan di sekolah, masih banyak peserta didik yang datang terlambat ke sekolah, membolos, penggunaan aksesoris yang dilarang, dan lain-lain. Mereka belum menginternalisasikan peraturan-peraturan yang ada di sekitar mereka, sehingga kepatuhan terhadap peraturan-peraturan yang berlaku didasari oleh

(17)

Banyak faktor yang mempengaruhi budaya pengabaian dan pelanggaran peraturan-peraturan tersebut, namun yang menjadi fokus kajian dalam penelitian ini adalah disinyalir Pendidikan Hukum dalam masyarakat kurang maksimal. Tujuan diselenggarakannya Pendidikan Kewarganegaraan adalah sama di seluruh bagian wilayah Indonesia, termasuk di Madrasah Aliyah Negeri Tanggeung Kabupaten Cianjur. Proses pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan di tiap tempat yang berbeda tentunya memiliki tantangan tersendiri bagi guru Pendidikan Kewarganegaraan. Tujuan Pendidikan

Kewarganegaraan untuk membentuk warga negara yang baik dalam hal ini masyarakat yang menghormati hukum yang berlaku di dalam kehidupannya merupakan tugas yang dibebankan kepada guru Pendidikan Kewarganegaraan khususnya di Madrasah Aliyah Negeri Tanggeung.

Dengan latar belakang tersebut, maka hal ini mendorong penulis untuk melakukan penelitian dengan harapan akan mendapatkan gambaran tentang peranan Pendidikan Hukum melalui PKn dalam mewujudkan internalisasi hukum di kalangan peserta didik, serta diharapkan mampu memberikan kontribusi terhadap peningkatan penghormatan dan ketaatan terhadap hukum baik disekolah, maupun dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah sebagaimana diuraikan di atas, maka yang menjadi persoalan inti dan sekaligus menjadi fokus telahaan dalam penelitian ini adalah bagaimana Peranan Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Pendidikan Hukum dalam mewujudkan internalisasi hukum di kalangan peserta didik?

Mengingat rumusan masalah tersebut di atas begitu luas maka secara

khusus peneliti ingin mengungkapkan beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana materi kurikulum PKn dalam menunjang fungsi dan perannya

(18)

2. Bagaimana merencanakan program pembelajaran PKn sebagai Pendidikan Hukum untuk mewujudkan internalisasi hukum di kalangan peserta didik ? 3. Bagaimana mengimplemetasikan perencanaan program pembelajaran PKn sebagai Pendidikan Hukum untuk mewujudkan internalisasi hukum di kalangan peserta didik?

4. Bagaimana peserta didik dapat mengamalkan hasil pembelajaran PKn

dalam kehidupan sehari-hari dalam rangka menginternalisasikan hukum yang ada dalam kehidupannya?

5. Faktor-faktor apakah yang menjadi penghambat pembelajaran PKn dalam upaya mengintenalisasikan hukum di kalangan peserta didik?

6. Bagaimana upaya yang dilakukan guru PKn untuk mengatasi kendala-kendala dalam upaya menginternalisasikan hukum di kalangan peserta didik?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum, studi atau penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis secara mendalam peranan Pendidikan Hukum melalui PKn dalam mewujudkan internalisasi hukum di kalangan peserta didik. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis secara mendalam:

1. Materi kurukulum PKn dalam menunjang fungsi dan perannya sebagai Pendidikan Hukum.

2. Perencanaan program pembelajaran PKn sebagai Pendidikan Hukum untuk mewujudkan internalisasi hukum di kalangan peserta didik.

3. Pengimplemetasian perencanaan program pembelajaran PKn sebagai Pendidikan Hukum untuk mewujudkan internalisasi hukum di kalangan peserta didik

4. Pengamalan hasil pembelajaran PKn dalam kehidupan sehari-hari dalam rangka menginternalisasikan hukum yang ada dalam kehidupan peserta didik.

(19)

6. Upaya yang dilakukan guru PKn untuk mengatasi kendala-kendala dalam upaya menginternalisasikan hukum di kalangan peserta didik.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara keilmuan (teoretik) maupun empirik (praktik). Secara teoretik, penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran atau bahan kajian dalam dunia

pendidikan khususnya Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), sehingga pada akhirnya akan memperkuat landasan dimensi Pendidikan Kewarganegaraan

(PKn) yang terdiri dari civic knowledge, civic skills, dan civic dispositions. Dari temuan ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktik bagi beberapa pihak sebagaimana diuraikan berikut :

1. Bagi peneliti

a. Mampu menelaah secara kritis tentang proses internalisasi hukum peserta didik SMA/MA sebagai generasi penerus bangsa yang merupakan salah satu komponen penting bangsa dan negara Indonesia b. Memberikan kontribusi positif terhadap berbagai pihak mengenai

pentingnya memahami dan mengarahkan perubahan pola pikir warga negara terhadap hukum, sehingga tingkat pemahaman dan kepatuhan hukum warga negara terus meningkat.

2. Bagi pihak-pihak lain

a. Institusi pemerintahan: Penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk mempertegas bahwa penanaman pemahaman hukum merupakan salah satu faktor yang perlu mendapatkan perhatian.

b. Institusi pendidikan: Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pengkajian yang lebih komprehensif mengenai urgensi internalisasi hukum dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara.

(20)

E. Struktur Organisasi Tesis

Penelitian ini terdiri atas lima bab, bab pertama berupa pendahuluan yang terdiri dari lalar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi tesis. Bab kedua merupakan kajian pustaka yang di dalamnya membahas Pendidikan Kewarganegaraan, Pendidikan Hukum dan internalisasi hukum.

Bab tiga merupakan bagian yang menguraikan metode penelitian, pada bab ini di uraikan mengenai lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian,

(21)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Adapun yang menjadi lokasi penelitian adalah di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Tanggeung yang beralamat di Jl. Raya Tanggeung-Sindangbarang Km. 01 Kecamatan Tanggeung Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat.

2. Subjek Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan ini tergolong penelitian kualitatif, maka subjek penelitian merupakan pihak-pihak yang menjadi sasaran penelitian atau sumber yang dapat memberikan informasi yang dipilih secara purposif bertalian dengan tujuan tertentu. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Creswell (2010 :266) bahwa partisipan dan lokasi penelitian itu dipilih secara sengaja dan penuh perencanaan, penelitian yang dapat membantu peneliti memahami masalah penelitian.

Penelitian ini menggunakan beberapa kriteria dalam menentukan subjek penelitian. Milles dan Huberman (dalam Creswell, 2010:267),

dijelaskan bahwa pembahasan mengenai partisipan dan lokasi penelitian dapat mencapai empat aspek, yaitu; setting (lokasi penelitian), aktor (siapa

yang akan diobservasi atau diwawancarai), peristiwa (kejadian apa saja yang dirasakan oleh aktor yang akan dijadikan topik wawancara dan observasi), dan proses (sifat peristiwa yang dirasakan oleh aktor dalam setting penelitian).

(22)

Tabel 3.1 Subjek Penelitian

No Informan Jumlah

1. Guru PKN 1 orang

2. Peserta didik Kelas XII 7 orang

3. Alumni 3 orang

4. Waka. Urusan Kurikulum 1 orang

5. Komite Madrasah 1 orang

6. Penduduk Sekitar Sekolah 2 orang

Jumlah 15 orang

Sumber : hasil olah data peneliti

B. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti membuat suatu desain penelitian sebagai gambaran tahapan-tahapan yang akan ditempuh oleh peneliti. Adapun tahapan-tahapan tersebut terdapat pada gambar di bawah ini:

Studi Pendahuluan Penentuan Masalah Studi Empiris

Identifikasi Masalah

Analisis

Perumusan Masalah Kajian Pustaka

Penyusunan Instrumen/ Pedoman wawancara

Pengumpulan Data

Pengolahanan Data

Perumusan Hasil dan Kesimpulan Penelitian

(23)

C. Pendekatan dan Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif didasarkan pada

dua alasan. Pertama, permasalahan yang dikaji dalam penelitian tentang peranan pendidikan hukum melalui PKn dalam mengupayakan internalisasi hukum di kalangan peserta didik membutuhkan sejumlah data lapangan yang sifatnya kontekstual. Kedua, pemilihan pendekatan ini didasarkan pada keterkaitan masalah yang dikaji dengan sejumlah data primer dari subjek penelitian yang tidak dapat dipisahkan dari latar alamiahnya, tanpa ada rekayasa serta pengaruh dari luar. Hal ini senada dengan Moleong (2004:3) bahwa “penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data kualitatif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari perilaku orang-orang yang diamati”.

Atas dasar itulah maka penelitian ini dapat digolongkan kedalam penelitian kualitatif-naturalistik. Cresswell (1994:15) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai berikut:

Qualitatif research is an inquiry process of understanding based on distinct methodological tradition of inquiry that explore a sosial or human problem. The researcher build a complex, holistic picture, analysis words, report detailed views on informants, and conducts teh study in a natural setting.

Pendapat tersebut menjelaskan bahwa penelitian kualitatif didasarkan pada tradisi metodologi penelitian dengan cara menyelidiki masalah sosial atau kemanusiaan. Peneliti membuat gambaran yang kompleks, gambaran secara menyeluruh, menganalisis kata-kata, melaporkan pandangan-pandangan para informan secara rinci, dan melakukan penelitian dalam situasi yang alamiah.

(24)

mengungkap kenyataan yang ada dalam diri orang yang unik atau

menggambarkan alat lain kecuali manusia sebagai instrumen dan peneliti mendatangi sendiri sumbernya secara langsung.

Peneliti memilih pendekatan ini karena ingin mengetahui secara langsung dan mendalam mengenai peranan pendidikan hukum melalui PKn dalam mengupayakan internalisasi hukum di kalangan peserta didik. Dari penelitian ini diharapkan dapat dikumpulkan data sebanyak mungkin dengan tidak mengesampingkan keakuratan data yang diperoleh.

2. Metode Penelitian

Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus atau penelitian kasus (case study). Menurut Stake (Creswell, 2010:20) bahwa “studi kasus merupakan penelitian dimana peneliti didalamnya menyelidiki secara cermat suatu program, peristiwa, aktivitas, proses, atau sekelompok individu yang dibatasi waktu dan peristiwa”. Selanjutnya Nazir (2011:57) menjelaskan bahwa studi kasus atau case study adalah:

Penelitian yang subjek penelitiannya dapat berupa individu, kelompok, lembaga maupun masyarakat. sehingga dapat memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat dan karakter yang khas dari kasus, yang kemudian dari sifat-sifat khas di atas akan menjadikan suatu hal yang bersifat umum.

Berdasarkan pendapat di atas, digambarkan bahwa studi kasus lebih menekankan pada suatu kasus. Adapun kasus yang dimaksud dalam penelitian ini adalah rendahnya kesadaran dan kepatuhan terhadap hukum

yang disinyalir diakibatkan kurangnya penginternalisasian hukum dalam masyarakat, salah satu sarana penginternaliasian hukum dalam masyarakat adalah melalui jalur pendidikan formal yang dibebankan pada Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).

D. Penjelasan Istilah 1. Peranan

(25)

Peranan adalah suatu konsep prihal apa yang dapat dilakukan individu

yang penting bagi struktur sosial masyarakat, peranan meliputi norma-norma yang dikembangkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam

masyarakat, peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan. 2. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Menurut Nu’man Soemantri (2001:299) Pendidikan Kewarganegaraan adalah program pendidikan yang berintikan demokrasi politik yang diperluas dengan sumber-sumber pengetahuan lainnya, pengaruh pengaruh positif dan pendidikan sekolah, masyarakat, dan orang tua, yang kesemuanya itu diproses guna melatih peserta didik untuk berfikir kritis, analitis, bersikap dan bertindak dein dalam mempersiapkan hidup demokratis yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Menurut Permendiknas No.22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, PKn merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD NRI 1945.

3. Pendidikan

(26)

sehingga ia memperoleh atau mengalami perkembangan sosial dan

kemampuan individu yang optimum. 4. Hukum

Simorangkir dan Sastropranoto dalam Kansil (2010) berpendapat bahwa hukum adalah peraturan-peraturan yang bersifat memaksa, yang menentukan tingkah laku dalam masyarakat, yang dibuat oleh badan-badan resmi yang berwajib dan pelanggaran terhadapnya mengakibatkan diambilnya tindakan, yaitu hukuman tertentu.

Dalam kerangka proses sosialisasi hukum, hukum merupakan isi sosialisasi tersebut. Oleh karena itu, yang penting untuk dibicarakan adalah isi hukum tersebut, kaidah hukum berisikan hal-hal berikut :

a. Perintah atau suruhan, yaitu kewajiban untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukannya;

b. Larangan, yaitu pernyataan tidak boleh melakukan sesuatu;

c. Kebolehan, yaitu kebebasan untuk melakukan sesuatu atau bahkan tidak mengerjakannya. (Akhdiat dan Marliani, 2011 : 146)

5. Pendidikan Hukum

Jika berkaca dari Amerika Serikat, pendidikan yang berkaitan dengan hukum-hukum yang berada dalam kehidupan masyarakat khususnya para

peserta didik, diajarkan dalam mata pelajaran Law-Related Education (LRE). Dalam sebuah publikasi yang dikeluarkan oleh American Bar

(27)

6. Internalisasi Hukum

Secara etimologis internalisasi berasal dari kata intern atau kata internal yang berarti bagian dalam atau di dalam. Sedangkan internalisasi

berarti penghayatan. Internalisasi adalah penghayatan terhadap suatu ajaran, doktrin atau nilai sehingga merupakan keyakinan dan kesadaran akan kebenaran doktrin atau nilai yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku. Internalisasi adalah pengaturan ke dalam pikiran atau kepribadian, perbuatan nilai-nilai, patokan-patokan ide atau praktek-praktek dari orang-orang lain menjadi bagian dari diri sendiri

Berkaitan dengan proses internalisasi hukum, Horton dan Hunt dalam Akhdiat dan Marliani (2011 : 38) berpendapat, dalam proses sosialisasi terjadi tiga proses, yaitu “(1) belajar nilai dan norma (sosialisasi); (2) menjadikan nilai dan norma yang dipelajari tersebut sebagai miliknya (internalisasi); dan (3) membiasakan tindakan dan perilaku sesuai dengan nilai dan norma yang telah menjadi miliknya (enkulturasi)”.

Dari pengertian di atas, maka dapat diuraikan bahwa internalisasi yang dimaksud oleh penulis disini adalah penghayatan para peserta didik dalam menerima dan menindak lanjuti pelajaran tentang hukum, sehingga pelajaran tersebut tidak hanya merupakan ilmu pengetahuan yang bersifat

kognisi saja, akan tetapi pengetahuan yang lebih efektif dan dapat diwujudkan dalam sikap dan perbuatan.

E. Instrumen Penelitian

(28)

Peneliti terjun langsung ke lapangan untuk mencari informasi/data

melalui dokumentasi, observasi, dan wawancara. Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan antar manusia, artinya selama proses penelitian

penulis akan lebih banyak mengadakan kontak dengan orang-orang sekitar lokasi penelitian yaitu di MAN Tanggeung Kabupaten Cianjur. Dengan demikian penulis lebih leluasa mencari informasi dan data yang terperinci tentang berbagai hal yang diperlukan untuk kepentingan penelitian.

F. Uji Validitas Data Penelitian

Penelitian kualitatif seringkali diragukan terutama dalam hal kesahihan data (validitas data). Oleh karena itu, dalam penelitian ini dilakukan pengecekan validitas data melalui “derajat keterpercayaan (credibility), keteralihan (tranferbility), ketergantungan (defendebility), dan kepastian (confirmabality)” (Satori dan Komariah, 2011:164).

1. Keterpercayaan

Salah satu pengecekan validitas data yaitu kredibilitas atau keterpercayaan (Credibility). Kredibilitas adalah adalah “ukuran data yang dikumpulkan, yang menggambarkan kecocokan konsep peneliti dengan hasil penelitian (Satori dan Komariah, 2011:165)”. Untuk memenuhi kredibilitas data penelitian ini, maka ada beberapa cara yang dapat

dilakukan agar kebenaran hasil penelitian dapat dipercaya dalam rencana penelitian tesis ini. Cara-cara yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Memperpanjang Masa Observasi

Agar penelitian ini dipercaya, maka peneliti perlu memperpanjang observasi atau pengamatan. Peneliti harus cukup waktu untuk benar-benar mengenal suatu lingkungan, mengadakan hubungan baik dengan orang-orang di sana, mengenal kebudayaan lingkungan dan memeriksa kebenaran informasi. Lingkungan, orang-orang, dan perilaku dalam penelitian ini, yaitu MAN Tanggeung dengan segala proses interaksinya.

(29)

data adalah dengan meningkatkan intensitas pertemuan dan melakukan

penelitian dalam kondisi yang wajar, dimana mencari waktu yang tepat guna berinteraksi dengan sumber data.

b. Pengamatan Terus-Menerus

Pengamatan terus-menerus dilakukan agar penelitian ini dapat dipercaya, dengan pengamatan terus-menerus atau kontinu peneliti dapat memperhatikan sesuatu lebih cermat, terinci, dan mendalam. Apa saja harus dianggapnya penting. Lambat laun akan dapat membedakan hal-hal yang bermakna untuk memahami gejala tertentu.

Maksudnya agar tingkat validitas data yang diperoleh mencapai tingkat yang tinggi, maka dalam penelitian ini harus mengamati setiap perkembangan yang terjadi pada subjek penelitian.

c. Trianggulasi

Data atau informasi dari satu pihak harus dicek kebenaran dengan cara memperoleh data itu dari sumber lain, misalnya dari pihak kedua, ketiga, dan seterusnya dengan menggunakan metode yang berbeda-beda. Tujuan trianggulasi yaitu memeriksa kebenaran data tertentu dengan membandingkannya data yang diperoleh dari sumber lain, pada berbagai fase penelitian lapangan, pada waktu yang

berlainan, dan sering dengan menggunakan metode yang berlainan. Cara demikian untuk menghindari subjektifitas yang tinggi.

d. Diskusi dengan Teman Sejawat

(30)

e. Menggunakan Bahan Referensi

Penelitian ini menggunakan bahan referensi yaitu bahan dokumentasi, hasil rekaman wawancara dengan subjek penelitian,

foto-foto dan lainnya yang diambil dengan cara yang tidak menganggu atau menarik perhatian informan, sehingga informasi data yang diperlukan dengan tingkat kesahihan yang tinggi.

2. Keteralihan

Salah satu pengecekan validitas data yaitu keteralihan (Transferbility). Keteralihan menurut Satori dan Komariah (2011:165) bahwa “berkenaan dengan derajat akurasi apakah hasil penelitian dapat digeneralisasikan atau diterapkan pada populasi dimana sampel tersebut diambil atau pada setting sosial yang berbeda dengan karakteristik yang hampir sama”.

Terkait dengan penelitian ini, untuk mendapatkan derajat transferbilitas yang tinggi maka peneliti akan berupaya mengangkat makna-makna esensial, melakukan refleksi, dan telaah kritis tentang masalah pokok penelitian ini, yaitu peranan pendidikan hukum melalui PKn dalam mengupayakan internalisasi hukum di kalangan peserta didik MAN Tanggeung Kabupaten Cianjur, secara jelas, rinci, sistematis, dan

dapat dipercaya, sehingga penelitian ini dapat dipahami dan digunakan disituasi dan tempat yang lain.

3. Kebergantungan

Salah satu pengecekan validitas data yaitu kebergantungan (defendability). Kebergantungan menurut istilah konvensional disebut reliability” atau reliabilitas. Menurut Stainback (Satori dan Komariah, 2011:166) bahwa “reliabilitas berkenaan dengan derajat konsistensi dan stabilitas data atau temuan”.

(31)

Dengan demikian, peneliti terjun langsung ke lapangan guna mendapatkan

data secara langsung dalam situasi yang alamiah (natural setting). 4. Kepastian

Salah satu pengecekan validitas data yaitu Kepastian (confirmability). Satori dan Komariah (2011:166) mengungkapkan bahwa:

Confirmabilitas berhubungan dengan objektivitas hasil penelitian. Hasil penelitian dikatakan memiliki derajat objektifitas yang tinggi apabila keberadaan data dapat ditelusuri secara pasti dan penelitian dikatakan objektif bila hasil penelitian telah disepakati banyak orang.

Oleh karena itu, agar penelitian ini dapat menjaga kebenaran dan objektifitas, maka peneliti akan berusaha mendapatkan kepastian artinya jejak yang dapat dilacak. Dalam pengertian ini artinya pemeriksaan keseluruhan proses penelitian. Dalam rangka penulisan tesis ini comfirmabilty dilakukan oleh pembimbing. Pembimbing berkewajiban untuk memeriksa proses penelitian serta taraf kebenaran data serta tafsirannya. Cara ini dilakukan untuk mengetahui apakah laporan penelitian ini sesuai dengan data yang dikumpulkan atau tidak, untuk menjamin kebenaran sebuah penelitian.

G. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif, untuk memperoleh data dan informasi yang akurat dan representatif dibutuhkan teknik pengumpulan data yang dipandang

(32)

1. Observasi

Menurut Creswell (2010:267) bahwa “observasi yang dilakukan dalam penelitian kualitatif adalah observasi yang didalamnya peneliti

turun langsung ke lapangan untuk mengamati perilaku dan aktivitas-aktivitas individu-individu di lokasi penelitian”. Maksudnya dalam penelitian ini, peneliti terjun langsung ke lapangan untuk mengamati dan menyajikan secara realistik informasi tentang peranan pendidikan hukum melalui PKn dalam mengupayakan internalisasi hukum di kalangan peserta didik.

2. Wawancara

Teknik wawancara merupakan kegiatan pengumpulan data dalam penelitian kualitatif dengan menggunakan pedoman wawancara. Menurut Satori dan Komariah (2011:130) bahwa “wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan informasi yang digali dari sumber data langsung melalui percakapan atau tanya jawab”.

Wawancara harus dilakukan oleh peneliti kepada subjek penelitian untuk memperoleh data yang diperlukan. Seorang peneliti dapat menggunakan wawancara sesuai dengan kondisi subjek yang terlibat dalam interaksi sosial yang dianggap memiliki pengetahuan yang memadai

dan mengetahui informasi yang dibutuhkan agar memperoleh data yang digunakan untuk menjawab fokus penelitian.

3. Studi Dokumentasi

Creswell (2010:269-270) mengemukakan bahwa “pengumpulan data dalam penelitian dilakukan melalui dokumen publik, dokumen privat, dan materi audio visual”. Dokumen publik yang dimaksud adalah koran, majalah, dan laporan kantor. Dokumen privat yang dimaksud yaitu buku harian, diary, surat, dan email. Sedangkan dokumen materi audio visual yakni foto, objek-objek, seni, video, tape atau segala jenis suara (bunyi).

(33)

tulisan, suara (video), dan gambar atau foto. Studi dokumentasi merupakan

pelengkap dari penggunaan teknik observasi dan wawancara. 4. Studi Literatur

Satori dan Komariah (2011:147) mengemukakan bahwa “literatur adalah bahan-bahan yang diterbitkan secara rutin ataupun berkala”. Lebih lanjut menurut Green (Satori dan Komariah, 2011:152) bahwa:

Suatu literatur menjadi dokumen kajian dalam studi literatur karena memiliki kriteria yang relevan dengan fokus kajian, yang dimaksud relevan adalah sesuatu sifat yang terdapat pada dokumen yang dapat membantu pengarang dalam memecahkan kebutuhan akan informasi. Dokumen dinilai relevan (relevance) bila dokumen tersebut mempunyai topik yang sama, atau berhubungan dengan subjek yang diteliti (topical relevance).

Studi literatur dilakukan dengan cara membaca, mempelajari, menganalisis, dan memahami buku-buku yang relevan dengan masalah yang diteliti. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh data secara teoritis

yang dapat mendukung kebenaran data yang diperoleh dan sebagai penunjang kenyataan yang berlaku pada penelitian.

H. Prosedur Penelitian

Pada dasarnya prosedur penelitian memuat tentang tahapan-tahapan yang harus dilakukan oleh peneliti. Adapun tahapan-tahapan tersebut akan dijelaskan berikut ini.

1. Tahap Pra-Penelitian

Tahap pra-penelitian sebagai langkah awal yaitu memilih masalah, menentukan judul dan lokasi penelitian dengan tujuan menyesuaikan keperluan dan demi kepentingan masalah yang akan diteliti. Setelah masalah dan judul penelitian disetujui oleh pembimbing, peneliti melakukan studi pendahuluan guna memperoleh gambaran awal tentang subjek yang akan diteliti.

(34)

terlebih dahulu peneliti harus menempuh prosedur perizinan sebagai

berikut:

a. Mengajukan surat permohonan izin untuk mengadakan penelitian

kepada Ketua Progran Studi Pendidikan Kewarganegaraan Pascasarjana, selanjutnya diteruskan kepada Asisten Direktur I untuk mendapatkan surat rekomendasi dari Kepala BAAK UPI yang secara kelembagaan mengatur segala jenis urusan administratif dan akademis.

b. Pembantu Rektor I atas nama Rektor UPI mengeluarkan surat permohonan izin penelitian untuk disampaikan kepadaKepala Seksi Madrasah dan Pendidikan Agama Islam (Kasi. Mapenda) Kantor Kementerian Agama Kabupaten Cianjur.

c. Kepala Madrasah Aliyah Negeri Tanggeung Kabupaten Cianjur mengeluarkan surat Rekomendasi izin untuk disampaikan kepada pihak yang terkait dengan penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Setelah tahap pra penelitian selesai, maka penulis mulai terjun ke lapangan untuk memulai penelitian.Pelaksanaan penelitian dilaksanakan dengan mengumpulkan data dari informan. Selain itu, peneliti

mengumpulkan hasil observasi di lapangan. Pada tahap pelaksanaan penelitian ini penulis menempuh langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menghubungi Kepala MAN Tanggeung untuk meminta izin mengadakan penelitian di lembaga yang dipimpinnya, serta untuk melakukan wawancara

b. Menghubungi Guru PKn di MAN Tanggeung untuk mengadakan wawancara.

c. Menghubungi Wakil Kepala Urususan Kurikulum MAN Tanggeung untuk mengadakan wawancara.

(35)

e. Menghubungi para Alumni MAN Tanggeung untuk mengadakan

wawancara.

f. Menghubungi Anggota Komite Madrasah untuk mengadakan

wawancara.

g. Menghubungi anggota masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar MAN Tanggeung untuk mengadakan wawancara.

h. Melakukan studi dokumentasi dan membuat catatan yang diperlukan yang dianggap berkaitan dengan masalah yang akan diteliti.

i. Memperhatikan dan mengikuti kegiatan yang terkait dengan masalah yang akan diteliti

Setelah selesai mengadakan wawancara, peneliti menuliskan kembali data yang terkumpul kedalam catatan lapangan dengan maksud agar dapat mengungkapkan data secara terperinci. Data yang diperoleh dari hasil wawancara, disusun dalam bentuk catatan lengkap setelah didukung oleh dokumen lainnya.

3. Tahap Pengolahan dan Analisis Data Penelitian

Dalam penelitian ini, pengolahan data dan analisis melalui proses menyusun, mengkategorikan data, mencari kaitan isi dari berbagai data yang diperoleh dengan maksud untuk mendapatkan maknanya. Data yang

diperoleh dan dikumpulkan dari informan melalui hasil observasi, wawancara, dan studi dokumentasi di lapangan untuk selanjutnya

dideskripsikan dalam bentuk laporan.

Proses analisis data kualitatif mencakup penggalian makna yang ada didalam data tertulis maupun gambar. Proses ini meliputi persiapan analisis data, menyajikan data, penggalian makna yang mendalam terhadap data, menyajikan data, dan membuat interpretasi yang lebih luas tentang makna data (Creswell, 2010:190).

(36)

diperoleh darai catatan lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk

analisis data yang bertujuan untuk menajamkan, mengelompokkan, memfokuskan, pembuangan yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data

untuk memperoleh kesimpulan final. Penyajian data dilakukan dengan menyajikan sekumpulan informasi yang tersusun dalam suatu kesatuan bentuk yang disederhanakan, selektif dalam konfigurasi yang mudah dipakai sehingga memberi kemungkinan adanya pengambilan keputusan. Setelah data tersaji secara baik dan terorganisasi maka dilakukan penarikan kesimpulan atau verifikasi

Proses pengumpulan dan analisis data (termasuk penulisan laporan) merupakan proses yang simultan dalam penelitian kualitatif. Pada saat pengumpulan data peneliti dapat langsung melakukan analisis informasi yang terkandung dalam data untuk menemukan gagasan pokok. Proses ini juga dapat bersifat interaktif, dimana pengumpulan dan analisis data dapat dilakukan secara bolak-balik dan seterusnya. Peneliti dapat melakukan wawancara ulang terhadap individu apabila terjadi kekurangan data atau terjadi kesimpangsiuran data (Creswell, 2010:244-245).

Analisis data kualitatif terdiri dari tiga alur kegiatan yang dilakukan secara bersamaan yaitu: reduksi data, sajian data, dan penarikan

kesimpulan. Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemfokusan, penyederhanaan, abstraksi dan transformasi terhadap data “kasar” yang

(37)

Sumber : Miles dan Huberman, (2007:23)

Gambar 3.2 Komponen Analisis data

Proses pengumpulan dan analisis data (termasuk penulisan laporan) merupakan proses yang simultan dalam penelitian kualitatif. Proses ini juga dapat bersifat interaktif, dimana pengumpulan dan analisis data dapat dilakukan secara bolak-balik dan seterusnya. Peneliti dapat melakukan wawancara ulang terhadap individu apabila terjadi kekurangan data atau terjadi kesimpangsiuran data (Creswell, 1998:244-245).

Berdasarkan pendapat di atas, dapat dijelaskan bahwa dalam pengolahan data dan menganalisis data dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

a. Reduksi Data

Dalam penelitian ini aspek yang direduksi adalah Peranan Pendidikan Hukum Melalui Pendidikan Kewarganegaraan dalam mengupayakan internalisasi Hukum di Kalangan Peserta didik (Studi

kasus Di Madrasah Aliyah Negeri Tanggeung) yang meliputi: 1) Pengemasan materi pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dalam

(38)

mengintenali-sasikan hukum di kalangan peserta didik; 5) Upaya yang

dilakukan guru pendidikan kewarganegaraan untuk mengatasi kendala-kendala dalam upaya menginternalisasikan hukum di kalangan peserta

didik.

b. Display Data

Setelah informasi dan data yang diperoleh dari lapangan direduksi, selanjutnya penulis melakukan display data, yakni menyajikan data secara singkat dan jelas. Hal ini dimaksudkan agar dapat melihat gambaran keseluruhan dari hasil penelitian atau bagian-bagian tertentu dari hasil penelitian tersebut.

c. Kesimpulan/Verifikasi

Sebagai langkah akhir dari proses pengolahan dan analisis data adalah penarikan kesimpulan yang dimaksudkan untuk mencari makna, arti, penjelasan terhadap data yang telah dianalisis dengan mencari hal-hal penting. Penyusunan kesimpulan ini dilakukan secara singkat dan jelas agar memudahkan bagi berbagai pihak untuk memahaminya.

Dengan demikian secara umum proses pengolahan data dimulai dengan pencatatan data lapangan (data mentah), kemudian ditulis

kembali dalam bentuk unifikasi dan kategorisasi data. Setelah data dirangkum, direduksi dan disesuaikan dengan masalah pokok

penelitian, selanjutnya data analisis dan diperiksa keabsahannya melalui beberapa teknik sebagai berikut:

1) Data yang diperoleh disesuaikan dengan data pendukung lainnya untuk mengungkapkan permasalahan secara tepat.

2) Data yang terkumpul setelah dideskripsikan kemudian didiskusikan, dikritisi ataupun dibandingkan dengan pendapat orang lain.

(39)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini peneliti akan menyajikan deskripsi hasil penelitian dan pembahasan penelitian, baik yang diperoleh melalui observasi, wawancara, studi dokumentasi, studi literatur maupun catatan lapangan. Deskripsi dan interpretasi data penelitian yang diperoleh di lapangan diketengahkan secara objektif. Selanjutnya, deskripsi dan interpretasi data tersebut akan dibahas untuk

mengungkap esensi fenomena yang muncul di lapangan. Pembahasan dimaksudkan untuk mengungkap makna yang tersirat dari hasil akumulasi data secara dengan membandingkan temuan empiris dengan teori yang relevan, atau dengan hasil temuan sebelumnya. Di bawah ini akan disajikan Deskripsi umum lokasi penelitian, deskripsi Hasil Penelitian, Analisis Hasil Penelitian dan pembahasan hasil penelitian

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Tanggeung secara geografis terletak pada koordinat 7O16’22” LS 107O7’29” BT yang secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan Tanggeung Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat. Madrasah Aliyah Negeri Tanggeung adalah lembaga pendidikan jenjang SLTA di bawah naungan Kementerian Agama. Awalnya, lembaga ini bernama Madrasah Aliyah Swasta Al-Holiliyah cabang dari MAS Al-Holiliyah Cidaun. Berdiri pada tahun 1988, berkat perjuangan para pemerhati pendidikan di Kecamatan Tanggeung Khususnya dan wilayah Cianjur selatan pada umumnya, madrasah ini menjadi madrasah negeri pada tahun 1996.

MAN Tanggeung berjarak 80 Km dari ibukota Kabupaten Cianjur, yang dapat ditempuh dengan waktu 2-3 jam perjalanan darat.

Dalam usianya yang masih relatif muda, MAN Tanggeung tengah

(40)

selain memiliki sarana prasarana sebagai daya dukung pengembangan keilmuan juga memiliki tenaga pendidik dan kependidikan yang memadai. 1. Struktur Kurikulum

Secara umum kurikulum yang diterapkan di MAN Tanggeung mengacu pada tiga sumber, yaitu kurikulum yang ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, kurikulum yang ditetapkan

oleh Kementerian Agama dan kurikulum lokal yang disusun oleh MAN Tanggeung. Untuk kurikulum yang ditetapkan oleh pemerintah, MAN

mengimplementasikan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, jadi semua mata pelajaran beserta Standar kompetensi yang telah ditetapkan diberikan juga di MAN Tanggeung.

Selain menggunakan kurikulum yang ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, MAN Tanggeung juga mengacu pada Surat Edaran Dirjen Pendidikan Islam No. DJ.II.1/PP.00/Ed/ 681 / 2006 tentang Pelaksanaan Standar Isi, di mana Pendidikan Agama Islam Untuk Madrasah aliyah terdiri atas lima pelajaran, yaitu Al-Qur’an dan Hadits, Fikih, Akidah Akhlak, Sejarah Kebudayaan Islam dan Bahasa Arab. Jadi yang membedakan antara Sekolah menengah Atas (SMA) dengan Madrasah Aliyah adalah mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Jika di SMA Pendidikan Agama Islam hanya merupakan satu pelajaran dengan alokasi waktu 2 Jam Pelajaran, maka di Madrasah Aliyah khususnya MAN Tanggeung mata pelajaran Pendidikan Agama Islam terdiri atas lima pelajaran dengan alokasi waktu 10 Jam Pelajaran.

Kurikulum ketiga yang menjadi acuan MAN Tanggeung adalah kurikulum muatan lokal (Mulok) yang disusun oleh tingkat satuan

(41)

pelajaran tersendiri. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan, tidak terbatas pada mata pelajaran keterampilan. Muatan lokal merupakan mata pelajaran, sehingga satuan pendidikan harus mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk setiap muatan lokal yang diselenggarakan. Satuan pendidikan dapat menyelenggarakan satu mata pelajaran muatan lokal setiap semester. Ini

berarti bahwa dalam satu tahun satuan pendidikan dapat menyelenggarakan dua mata pelajaran muatan lokal.

Program muatan lokal disusun berdasarkan kebutuhan peserta didik untuk bersosialisasi dengan lingkungan di sekitarnya dan kebutuhannya kelak setelah lulus dari madrasah yang mengacu pada ciri khas keagamaan madrasah dan budaya daerah setempat. Dengan mengacu pada substansi yang ada, MAN Tanggeung mengembangkan muaatan lokal Baca Tulis Al-Qur’an dan, Tahfidz, dan Praktek Ibadah.

2. Fasilitas Pendidikan

MAN Tanggeung berdiri di atas tanah seluas 5420 m2, di mana 1870 m2 merupakan tanah hibah dan 3550 m2 adalah tanah sewaan dari desa. Di dalam tanah seluas 5420m2 tersebut di bangun berbagai sarana dan prasarana penunjang keberlangsungan penyelanggaraan pendidikan, yang dapat dilihat dalam tabel 4.1. Pemerintah telah mengamanatkan penyusunan delapan standar yang salah satunya adalah standar Sarana/Parasarana yang memadai yang telah ditetapkan dalam standar sarana prasarana untuk mencapai tujuan dari pada pendidikan. Keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan tergantung dari keberhasilan kegiatan belajar mengajar yang merupakan sinergi dari komponen-komponen pendidikan yang baik yang merupakan masukan instrumental

(42)

Dari komponen-komponen tersebut di atas, sarana pendidikan merupakan faktor yang tidak dapat diabaikan dan sangat berpengaruh pada keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, berbagai usaha telah dilakukan antara lain peningkatan sarana dan prasarana pendidikan. Kondisi sarana fisik sekolah dewasa ini masih beraneka ragam terutama bangunan dan perlengkapan lainnya. Secara

teknis edukatif masih terdapat jumlah, jenis, ukuran ruang dan perabotan sekolah yang belum memenuhi tuntutan kegiatan belajar mengajar.

Kurikulum pada jenjang pendidikan dasar dan menengah mengalami penyempurnaan sesuai dengan tuntutan pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan kurikulum yang berlaku akan mempengaruhi pembakuan sarana fisik sekolah yang selalu bertumpu pada kurikulum.

Berdasarkan pemikiran tersebut maka keberadaan sarana dan prasarana tidak bisa diabaikan karena sarana dan prasarana pendidikan merupakan pendukung utama penjabaran kurikulum yang dilakukan di lapangan.

Tabel. 4.1 Sarana Penunjang Pembelajaran

No. Nama fasilitas Jumlah Luas

1. Ruang Kelas 19 1368 m2

2. Ruang Lab. Komputer 1 72 m2

3. Ruang Lab. IPA 1 72 m2

4. Ruang guru 1 144 m2

5. Ruang Tata Usaha dan Kepala 1 36 m2

6. Ruang BP 1 24 m2

7. Ruang OSIS 1 24 m2

8. Ruang Perpustakaan 1 72 m2

9. WC Guru 3 24 m2

10. WC Peserta didik 4 16 m2

11. Lapang Upacara/Olahraga 570 m2

12. Kebun/ taman 750 m2

13. Dipakai lainnya 150 m2

14. Pelataran 2.271 m2

Jumlah 5420m2

(43)

3. Peserta Didik

Peserta didik adalah mereka yang berada dalam proses perkembangan dan pertumbuhan menurut fitrahnya masing-masing, mereka memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju kearah titik optimal kemampuan fitrahnya. Di dalam pandangan yang lebih modern anak didik tidak hanya dianggap sebagai objek atau sasaran pendidikan, melainkan juga mereka harus diperlukan sebagai subjek pendidikan, diantaranya adalah dengan cara melibatkan peserta didik dalam memecahkan masalah dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan pengertian ini, maka anak didik dapat dicirikan sebagai orang yang tengah memerlukan pengetahuan atau ilmu, bimbingan dan pengarahan.Dasar-dasar kebutuhan anak untuk memperoleh pendidikan, secara kodrati anak membutuhkan dari orang tuanya. Dasar-dasar kodrati ini dapat dimengerti dari kebutuhan-kebutuhan dasar yang dimiliki oleh setiap anak dalam kehidupannya, dalam hal ini keharusan untuk mendapatkan pendidikan itu jika diamati lebih jauh sebenarnya mengandung aspek-aspek kepentingan, antara lain

Peserta didik Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Tanggeung berasal dari berbagai kecamatan yang berada di Cianjur Selatan, yang tentunya

(44)

Tabel 4.2 Daerah Asal Peserta Didik Asal Kecamatan Jumlah %

Tanggeung 240 44.86%

Cibinong 77 14.39%

Pasirkuda 59 11.03%

Cikadu 41 7.66%

Leles 30 5.61%

Sindangbarang 27 5.05%

Pagelaran 17 3.18%

Cijati 12 2.24%

Kadupandak 10 1.87%

Naringgul 9 1.68%

Agrabinta 5 0.93%

Cidaun 5 0.93%

Cipeundeuy, KBB 1 0.19%

Cisewu, Garut 1 0.19%

Sukanagara 1 0.19%

Jumlah 535 100%

Sumber : Dokumen BP/BK MAN Tanggeung 2012

Seperti yang terlihat dalam tabel 4.2, lebih dari setengahnya peserta didik MAN Tanggeung adalah penduduk luar Kecamatan Tanggeung. dengan kondisi geografis antara kecamatan Tanggeung dan kecamatan yang lainnya berjauhan ditambah keadaan sarana transportasi yang terbatas, maka banyak peserta didik yang memilih untuk tinggal di

pesantren atau kost. Berikut adalah gambaran tempat tinggal peserta didik selama menjadi peserta didik MAN Tanggeung

Tabel 4.3 Domisili Peserta Didik Selama Di Man Tanggeung

Domisili Jumlah %

Tinggal di Pesantren 231 46,32%

Tinggal di Kost 33 5.52%

Tinggal di Rumah 288 48.16%

Sumber : Dokumen BP/BK MAN Tanggeung 2012

(45)

perbedaan latar belakang kultur dan gaya belajar peserta didik MAN Tanggeung. Disadari atau tidak peserta didik yang tinggal di pesantren memiliki waktu dan gaya yang berbeda dengan peserta didik yang tinggal di rumah dan kost.

4. Struktur Organisasi Madrasah Aliyah Negeri Tanggeung

5. Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Pendidik dan tenaga kependidikan adalah dua profesi yang sangat berkaitan erat dengan dunia pendidikan, sekalipun lingkup keduanya berbeda. Hal ini dapat dilihat dari pengertian keduanya yang tercantum dalam Pasal 1 Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. Dalam undang-undang tersebut dinyatakan bahwa Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan. Pendidik adalah orang-orang yang dalam melaksanakan tugasnya akan berhadapan dan berinteraksi langsung dengan para peserta didiknya dalam suatu proses yang sistematis, terencana, dan bertujuan. Penggunaan istilah dalam kelompok pendidik tentu disesuaikan dengan lingkup lingkungan tempat tugasnya masing-masing.

(46)

Sekalipun pendidik (guru) yang akan berhadapan langsung dengan para peserta didik, namun ia tetap memerlukan dukungan dari para tenaga kependidikan lainnya, sehingga ia dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Karena pendidik akan mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugasnya apabila berada dalam konteks yang hampa, tidak ada aturan yang jelas, tidak didukung sarana prasarana yang memadai, tidak dilengkapi

dengan pelayanan dan sarana perpustakaan serta sumber belajar lain yang mendukung. Karena itulah pendidik dan tenaga kependidikan memiliki

peran dan posisi yang sama penting dalam konteks penyelenggaraan pendidikan (pembelajaran). Karena itu pula, pada dasarnya baik pendidik maupun tenaga kependidikan memiliki peran dan tugas yang sama yaitu melaksanakan berbagai aktivitas yang berujung pada terciptanya kemudahan dan keberhasilan peserta didik dalam belajar.

Mencermati tugas yang digariskan oleh Undang-undang di atas khususnya untuk pendidik dan tenaga kependidikan di MAN Tanggeung, berdasarkan dokumentasi yang ada khususnya untuk Tahun 2012-2013, di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Tanggeung terdapat 34 pendidik dan 16 tenaga kependidikan. Untuk pendidik terdapat 24 guru tetap (GT) dan 10 orang guru tidak tetap (GTT) yang terdiri dari 3 orang Magister (S2), 30 orang Sarjana (S1) dan 1 orang lulusan SMA. Untuk guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) terdapat 2 orang guru, 1 orang berijazah PKn dan 1 orang berijazah Bahasa Inggris. Sedangkan untuk tenaga kependidikan terbagi menjadi 7 orang tenaga administrasi, 1 orang bendahara DIPA, 1 orang bendahara komite, 2 orang pustakawan, 2 orang satuan pengamanan (satpam) dan 3 orang caraka (penjaga sekolah).

B. Deskripsi Hasil Penelitian

Gambar

Tabel 2.1 3.1
Gambar  3.1 Desain Penelitian  ........................................................................
gambaran tahapan-tahapan yang akan ditempuh oleh peneliti. Adapun
Tabel. 4.1 Sarana Penunjang Pembelajaran Nama fasilitas Jumlah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa pengelolaan nilai nasionalism e dalam pembelajaran PKn yang di mulai dengan perencaan aw al yang mat ang

Berdasarkan Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi perencanaan yang dilakukan Madrasah Aliyah Negeri 2 Surakarta dalam upaya peningkatan mutu pembelajaran untuk

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) Perencanaan pendidikan karakter dan budaya bangsa dalam pembelajaran PKn dengan menggunakan RPP dalam melaksanakan proses

Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan silabus dan RPP yang dibuat guru PKn sebelum mengajar di kelas dan implementasi pembelajaran PKn pada MA Pondok

Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan silabus dan RPP yang dibuat guru PKn sebelum mengajar di kelas dan implementasi pembelajaran PKn pada MA Pondok

Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih rendahnya minat tehadap pembelajaran PKn, (1)dikarenakan masih kurangnya partisipasi aktif dalam pembelajaran, sulit

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan partisipasi siswa antara yang diajar dengan model pembelajaran Everyone is Teachers Here (ETH)

Upaya-upaya yang dilakukan guru PKn dalam membina karakter kedisiplinan siswa yaitu dengan memberikan motivasi setiap awal pembelajaran, menegur langsung kepada siswa yang