EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING
DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA TEKS BAHASA JEPANG
SISWA SMA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang
Oleh
Tantri Wasliaty
0902393
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JEPANG
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Efektivitas Penerapan Model
Cooperative Learning
Dalam
Pembelajaran Membaca Teks
Bahasa Jepang Siswa SMA
Oleh Tantri Wasliaty
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni
© Tantri Wasliaty 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
LEMBAR PENGESAHAN
Nama : Tantri Wasliaty
NIM : 0902393
Judul : Efektivitas Penerapan Model Cooperative Learning dalam Pembelajaran Membaca Teks Bahasa Jepang Siswa SMA
No. SK : 37/UN40.3.5.3/DT/2013
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH :
Pembimbing I Pembimbing II,
Drs. Mulyana Adimihardja, M.Ed Herniwati, S.Pd., M.Hum
NIP. 194906301980031001 NIP. 197206021996032001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang
ABSTRAK
Efektivitas Penerapan Model Cooperative Learning Dalam Pembelajaran Membaca Teks Bahasa Jepang Siswa SMA
Tantri Wasliaty 0902393
Dalam pembelajaran bahasa, terdapat empat keterampilan berbahasa yaitu berbicara, menulis, membaca, dan menyimak. Dari keempat keterampilan tersebut, keterampilan membaca merupakan salah satu keterampilan yang sulit dikuasai bagi pembelajar bahasa Jepang. Dalam pembelajaran membaca teks bahasa Jepang atau yang dalam bahasa Jepang disebut “Dokkai”, siswa tidak hanya mempelajari cara membacanya saja, tetapi siswa juga harus memahami isi teksnya. Seringkali siswa tidak memahami isi teks tersebut. Oleh karena itu, agar tujuan pembelajaran dapat tercapai, guru perlu menerapkan cara mengajar yang tepat. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis melakukan penelitian dalam pembelajaran membaca teks bahasa Jepang siswa SMA dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning tipe The Power of Two. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan antara kemampuan siswa dalam membaca pemahaman teks bahasa Jepang dengan model Cooperative Learning tipe The Power of Two dan kemampuan siswa dalam membaca pemahaman teks bahasa Jepang tanpa model Cooperative Learning tipe The Power of Two. Penulis menggunakan metode penelitian eksperimen dengan desain Randomized Control Group Only. Sampel dalam penelitian ini adalah 40 orang siswa dari kelas XI IPA SMA Negeri 1 Lembang tahun ajaran 2012/2013. Yaitu 20 orang siswa kelas XI.IPA4 sebagai kelas eksperimen, dan 20 orang siswa kelas XI.IPA1 sebagai kelas kontrol. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposif. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes dan angket. Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh nilai t-hitung adalah 5,90 , nilai t-tabel untuk db 38 pada taraf signifikan 1% yaitu 2,72. Hal ini menunjukkan bahwa nilai t-hitung lebih besar dari nilai t-tabel. Dengan demikian, terdapat perbedaan antara kemampuan siswa dalam membaca pemahaman teks bahasa Jepang dengan model Cooperative Learning tipe The Power of Two dan kemampuan siswa dalam membaca pemahaman teks bahasa Jepang tanpa model Cooperative Learning tipe The Power of Two. Hasil analisis angket menunjukkan bahwa sebagian besar siswa kelas eksperimen berpendapat positif terhadap penerapan model pembelajaran Cooperative Learning tipe The Power of Two.
ABSTRACT
Application of Cooperative Learning Effectiveness Model Text Reading In Learning Japanese High School Students
Tantri Wasliaty 0902393
In language learning, there are four language skills: speaking, writing, reading, and listening. Of the four skills, reading skill is the one which is difficult to master for Japanese language learners. In learning to read Japanese texts or so-called "Dokkai" in Japanese, students do not only learn how to read it, but also need to understand the contents of the text. However, most students do not understand the contents of the text. Therefore, in order to achieve the learning goals, teachers need to implement a appropriate method of teaching. Based on this background, the authors conducted a study in teaching reading Japanese text with the use of one of Cooperative Learning Models: The Power of Two, for high school students. This study aims to determine whether there is any difference between the students ' comprehension ability in reading Japanese texts with the use of cooperative learning model: The Power of Two and the students' ability in reading comprehension Japanese text without the cooperative learning model. The author applied experimental research design: Randomized Control Group Only. The samples in this study were 40 students of grade XI of Science class of SMAN 1 Lembang year 2012/2013. They were 20 students of grade XI of IPA4 as the experimental class, and 20 students of grade XI of IPA1 as the control class. The samples were chosen through purposive sampling. The instrument used in this study were tests and questionnaires. Based on the analysis of data, the value of t-calculated was 5.90, the value of t-table for 38 db with 1% significance level was 2.72. This indicates that the value of t-calculated is greater than the value of t-table. Thus, there is a difference between the students 'ability in reading comprehension Japanese text with the cooperative learning model: The Power of Two and the students' ability in reading comprehension Japanese text without the model. The result of questionnaire analysis showed that most of the experimental class had a positive opinion on the application of cooperative learning instructional model : The Power of Two.
DAFTAR ISI
UCAPAN TERIMAKASIH ... xii
DAFTAR ISI ... xiv
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xvii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan dan Batasan Masalah ... 4
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5
1.4 Definisi Operasional ... 6
1.5 Anggapan Dasar ... 6
1.6 Hipotesis ... 7
1.7 Metode Penelitian ... 7
1.8 Sistematika Pembahasan ... 9
BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1 Pembelajaran ... 11
2.2 Model Pembelajaran ... 12
2.3 Cooperative Learning ... 15
2.4 Membaca ... 22
2.5 Penelitian Terdahulu ... 30
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 31
3.2 Desain Penelitian ... 32
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 33
3.4 Variabel Penelitian ... 34
3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 35
3.6 Teknik Pengolahan Data ... 40
3.7 Uji Kelayakan Instrumen ... 43
3.8 Prosedur Penelitian ... 51
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Penelitian ... 53
4.2 Deskripsi Data ... 57
4.3 Analisis Data ... 60
4.5 Pembahasan ... 68
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ... 70 5.2 Saran ... 72
DAFTAR PUSTAKA ... 73 LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Keterampilan berbahasa terdiri atas empat keterampilan, yaitu keterampilan berbicara, menulis, membaca, dan menyimak. Dari empat keterampilan berbahasa tersebut, membaca merupakan salah satu keterampilan yang perlu dikuasai oleh pembelajar bahasa Jepang, namun juga dianggap sulit untuk dikuasai. Padahal membaca mempunyai peranan yang sangat penting, karena dengan membaca akan diperoleh banyak sekali informasi dari tulisan.
Kemampuan membaca dimiliki setiap individu yang tahu baca tulis, termasuk siswa di sekolah. Namun, untuk menjadi terampil dalam membaca sangatlah sulit.
Dalam pembelajaran membaca teks bahasa Jepang, siswa tidak
hanya mempelajari cara membacanya saja, melainkan siswa juga dibimbing agar dapat memahami secara keseluruhan isi teks tersebut. Seringkali siswa kurang dapat memahami isi teks tersebut. Sehingga apabila siswa diminta untuk menceritakan kembali isi teksnya, informasi yang disampaikan menjadi tidak jelas. Dan ketika siswa diminta menjawab pertanyaan berdasarkan isi teks tersebut, jawabannya kurang tepat. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain dari segi kemampuan bahasanya, yaitu membaca huruf (hiragana, katakana, maupun kanji), menangkap arti kosakata, dan memahami pola kalimat.
diharuskan memperbanyak pengetahuan dasar tentang huruf kana dan kanji sebelum dapat membaca suatu teks bahasa Jepang.
Banyak siswa juga kurang mampu menangkap arti kosakata bahasa Jepang, karna kosakata bahasa asing, salah satunya bahasa Jepang jelas lebih sulit dicerna dan dihafalkan bila dibandingkan dengan kosakata bahasa Indonesia. Pada umumnya, saat kegiatan belajar mengajar di kelas, guru menuntut siswa untuk bisa menghafal ratusan kosakata bahasa Jepang tanpa menuntut siswa untuk dapat memahami suatu bacaan. Dampaknya siswa cenderung hanya dapat mengingat kosakata yang baru dalam ingatan jangka pendek saja. Belum lagi banyak kosakata bahasa Jepang yang mirip, sehingga membuat siswa merasa kesulitan dalam membedakannya.
Dan juga pola kalimat bahasa Jepang yang dianggap sulit dipahami oleh siswa, karena pola kalimat bahasa Jepang sangatlah berbeda dengan pola kalimat bahasa Indonesia yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagian lainnya menyebutkan bahwa partikel dalam pola kalimat bahasa Jepang sangat banyak, sehingga membuat siswa merasa kesulitan dalam
memahami pola kalimat tersebut.
Selain faktor kekurangmampuan membaca huruf, menangkap arti kosakata, dan memahami pola kalimat, rendahnya minat baca yang dimiliki siswa pun menjadi salah satu faktor kurangnya pemahaman siswa terhadap isi teks.
Menurut La Ode Adili (website, September: 2004), “rendahnya
minat baca siswa disebabkan kurang menariknya pengajaran membaca”.
motivasi siwa. Guru bisa mengatasinya dengan memilih cara mengajar yang mengaktifkan siswa. Tapi bukan berarti guru menghilangkan perannya sebagai pengajar.
Maka dari itu, diperlukan suatu model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan kondisi siswa, agar proses belajar mengajar menjadi lebih menarik dan efektif. Salah satunya yaitu dengan menerapkan model pembelajaran koopertif (cooperative learning). Lie dalam Isjoni (2010 : 23) menyebut Cooperative Learning dengan istilah pembelajaran gotong royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberi kesempatan pada peserta didik untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur. Dalam model Cooperative Learning, aktivitas belajar terpusat pada siswa dalam bentuk diskusi, mengerjakan tugas bersama, saling membantu, dan saling mendukung dalam memecahkan masalah. Siswa yang lemah dibantu siswa yang pandai, dan setiap anggota bertanggung jawab atas keberhasilan
kelompoknya.
Terdapat bermacam-macam tipe dari model Cooperative Learning,
salah satunya yaitu tipe The Power of Two. Menurut Silberman, “The Power of Two berarti menggabungkan kekuatan dua kepala. Menggabungkan dua kepala dalam hal ini adalah membentuk kelompok kecil, yaitu masing-masing
siswa berpasangan”. Aktivitas pembelajaran ini digunakan untuk mendorong pembelajaran kooperatif, serta memperkuat arti penting dan manfaat sinergi dua orang. The Power of Two mempunyai prinsip bahwa berfikir berdua jauh lebih baik daripada berfikir sendiri, dan diskusi berdua lebih kondusif daripada terlalu banyak anggota.
Cooperative Learning harus ada “struktur dorongan dan tugas yang kooperatif” sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan-hubungan yang bersifat interdependesi yang efektif di antara anggota kelompok.
Berdasar dari latar belakang tersebut, penulis mengadakan penelitian mengenai keefetivitasan pembelajaran membaca teks bahasa Jepang di SMA dengan menerapkan suatu model pembelajaran yaitu model Cooperative Learning tipe The Power of Two, dengan judul : “Efektivitas Penerapan
Model Cooperative Learning Dalam Pembelajaran Membaca Teks Bahasa
Jepang Siswa SMA”.
1.2Rumusan dan Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
a. Bagaimana kemampuan siswa kelas eksperimen dalam pembelajaran
membaca teks bahasa Jepang dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe The Power of Two?
b. Bagaimana kemampuan siswa kelas kontrol dalam pembelajaran membaca teks bahasa Jepang tanpa menggunakan model Cooperative Learning tipe The Power of Two (model pembelajaran konvensional)?
c. Adakah perbedaan pada kemampuan membaca dan memahami isi teks bahasa Jepang siswa yang menggunakan model Cooperative Learning tipe The Power of Two dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional?
d. Bagaimana tanggapan siswa kelas eksperimen terhadap penerapan model Cooperative Learning tipe The Power of Two dalam pembelajaran membaca teks bahasa Jepang?
teks bahasa Jepang pada siswa SMA, dan juga tanggapan siswa kelas eksperimen terhadap penerapan model Cooperative Learning tipe The Power Of Two dalam pembelajaran membaca teks bahasa Jepang pada siswa SMA tersebut saja.
1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis bertujuan :
a. Untuk mengetahui kemampuan siswa kelas eksperimen dalam pembelajaran membaca teks bahasa Jepang dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe The Power of Two.
b. Untuk mengetahui kemampuan siswa kelas kontrol dalam pembelajaran membaca teks bahasa Jepang tanpa menggunakan model Cooperative Learning tipe The Power of Two (model pembelajaran konvensional). c. Untuk mengetahui perbedaan pada kemampuan membaca dan memahami
isi teks bahasa Jepang siswa yang menggunakan model Cooperative Learning tipe The Power of Two dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional.
d. Untuk mengetahui bagaimana tanggapan siswa kelas eksperimen terhadap penerapan model Cooperative Learning tipe The Power of Two dalam pembelajaran membaca teks bahasa Jepang.
Setelah penelitian ini dilakukan, penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat antara lain :
1. Bagi Penulis
Melalui penelitian ini, didapatkan gambaran mengenai kemampuan pemahaman baca siswa dalam pembelajaran membaca teks bahasa Jepang setelah menggunakan model Cooperative Learning tipe The Power of Two.
Melalui penelitian ini, diharapkan guru Bahasa Jepang dapat memanfaatkan penggunaan model Cooperative Learning tipe The Power of Two dalam kelas, sebagai alternatif model pembelajaran.
3. Bagi Siswa
Penggunaan model Cooperative Learning tipe The Power of Two dapat melatih siswa untuk menyumbangkan ide, bekerja sama dalam kelompok, dan berinteraksi dengan teman yang memiliki potensi yang berbeda.
1.4Definisi Operasional
1. Cooperative Learning merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda (Isjoni, 2010 : 14). Terdapat banyak sekali tipe dari model Cooperative Learning. Dalam penelitian ini penulis menggunakan model Cooperative Learning tipe The Power of Two. The Power of Two dalam penelitian ini adalah model pembelajaran yang digunakan sebagai treatment atau perlakuan untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan antara siswa yang
menggunakan model pembelajaran ini dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional dalam pembelajaran membaca teks bahasa Jepang siswa SMA. Siswa berfikir untuk memahami isi teks dan menjawab pertanyaan secara individual. Kemudian, setelah siswa berusaha secara individual, satu siswa dipasangkan dengan satu siswa lainnya untuk mendiskusikan isi teks dan jawaban yang telah mereka buat. Siswa juga berdiskusi untuk mendapatkan pemahaman dan jawaban yang lebih tepat. 2. Membaca Teks Bahasa Jepang merupakan salah satu keterampilan yang
1.5 Anggapan Dasar
Dalam penelitian ini penulis mengemukakan anggapan dasar yaitu, kemampuan membaca teks bahasa Jepang pada siswa SMA dapat ditingkatkan dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe The Power of Two, karena model Cooperative Learning tipe The Power of Two ini dirasa dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar dan kemampuan membaca teks bahasa Jepang siswa.
1.6Hipotesis
Berdasarkan pada paparan permasalahan di atas, hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Hipotesis kerja (Hk) : Adanya perbedaan terhadap kemampuan membaca teks bahasa Jepang setelah diterapkan model
Cooperative Learning tipe The Power of Two dalam pembelajaran membaca teks bahasa Jepang.
b. Hipotesis Nol (Ho) : Tidak adanya perbedaan terhadap kemampuan membaca teks bahasa Jepang setelah diterapkan model Cooperative Learning tipe The Power of Two dalam pembelajaran membaca teks bahasa Jepang.
1.7Metode Penelitian
1.7.1 Metode Penelitian
Two. Sedangkan pada kelas kontrol tidak diterapkan model Cooperative Learning tipe The Power of Two (konvensional).
1.7.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan guna memecahkan masalah dan mencapai tujuan penelitian, maka penelitian membutuhkan sumber data. Sumber data yang dimaksud biasanya disebut populasi. Populasi adalah manusia yang dijadikan sebagai sumber data (Dedi Sutedi, 2009 : 179). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI.IPA di SMA Negeri 1 Lembang tahun ajaran 2012/2013.
Sampel adalah bagian dari populasi yang dianggap mewakili untuk dijadikan sumber data (Dedi Sutedi, 2009 : 179). Sampel dalam penelitian ini diambil sebanyak 40 orang siswa dari dua kelas yang berbeda, yaitu 20 orang siswa kelas XI.IPA4 sebagai kelas eksperimen,
dan 20 orang siswa kelas XI.IPA1 sebagai kelas kontrol. Pengambilan sample pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik
purposif.
1.7.3 Instrumen Penelitian
Dalam pengumpulan data perlu adanya instrument atau alat tertentu yang sejalan dengan masalah tentang metode penelitian. Instrumen penelitian yaitu alat yang digunakan untuk mengumpulkan atau menyediakan berbagai data yang diperlukan dalam kegiatan penelitian (Dedi Sutedi, 2009 : 155). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan cara tes dan non tes.
Learning tipe The Power of Two pada pembelajaran membaca teks bahasa Jepang di SMA.
Sedangkan non tes yang digunakan dalam penelitian ini yaitu angket. Angket yang digunakan bertujuan untuk mengetahui tanggapan siswa kelas eksperimen terhadap penerapan model Cooperative Learning tipe The Power of Two dalam pembelajaran membaca teks bahasa Jepang di SMA tersebut.
1.7.4 Teknik Pengolahan Data
Dalam pengolahan data penelitian, penulis menggunakan teknik pengolahan data statistik komparansional untuk mengolah data tes, dan teknik pengolahan data angket untuk mengolah data non tes berupa angket.
Menurut Dedi Sutedi (2009 : 228), statistik komparasional digunakan untuk menguji hipotesis yang menyatakan ada-tidaknya
perbedaan antara dua variable (atau lebih) yang sedang diteliti. Disini penulis menggunakan teknik pengolahan data statistik komparansional
untuk mengetahui ada-tidaknya perbedaan hasil evaluasi antara pembelajaran membaca teks bahasa Jepang dengan model Cooperative Learning tipe The Power of Two dan pembelajaran membaca teks bahasa Jepang dengan model pembelajaran konvensional, dan berapa besar pengaruh penerapan model Cooperative Learning tipe The Power of Two terhadap pembelajaran membaca teks bahasa Jepang.
Sedangkan teknik pengolahan data angket digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa kelas eksperimen terhadap penerapan model Cooperative Learning tipe The Power of Two dalam pembelajaran membaca teks bahasa Jepang.
1.8Sistematika Pembahasan
Dalam bab ini, membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan dan batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, definisi operasional, anggapan dasar, hipotesis, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.
BAB II : LANDASAN TEORITIS
Dalam bab ini, membahas mengenai teori-teori yang berkenaan dengan penerapan model Cooperative Learning tipe The Power of Two dalam pembelajaran membaca teks bahasa Jepang Siswa SMA.
BAB III : METODE PENELITIAN
Dalam bab ini, diuraikan mengenai metode penelitian yang digunakan, bagaimana teknik pengumpulan dan pengolahan datanya, populasi dan sampel penelitian, dan instrumen penelitian.
BAB IV : ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini, dibahas mengenai pelaksanaan dan hasil
penelitian, serta pembahasan mengenai penerapan model Cooperative Learning tipe The Power of Two dalam pembelajaran membaca teks bahasa Jepang Siswa SMA.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Sutedi (2009 : 53) menyatakan bahwa dalam kegiatan penelitian, metode dapat diartikan sebagai cara atau prosedur yang harus ditempuh untuk menjawab masalah penelitian. Prosedur ini merupakan langkah kerja yang bersifat sistematis, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan pengambilan kesimpulan. Fungsi dari metode adalah untuk memperlancar pencapaian tujuan secara lebih efektif dan efesien.
Ada banyak metode yang dapat digunakan dalam penelitian kependidikan. Sutedi (2009 : 54) mengungkapkan tiga jenis metode penelitian kependidikan, yaitu penelitian sejarah, penelitian deskriptif, dan penelitian eksperimental. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian eksperimental. Menurut Sutedi (2009 : 64), penelitian eksperimental atau
penelitian uji coba merupakan salah satu metode yang sering digunakan dalam bidang pengajaran yang bertujuan untuk menguji efetivitas dan efesien dari suatu pendekatan, metode, teknik, atau media pengajaran dan pembelajaran. Dalam penelitian ini, penelitian eksperimental yang penulis gunakan bertujuan untuk menguji efektivitas dari suatu model pembelajaran yaitu model Cooperative Learning tipe The Power of Two dalam pembelajaran membaca teks bahasa Jepang di SMA.
Sutedi (2009 : 66 - 67) mengungkapkan beberapa ciri dari penelitian eksperimental, yaitu :
a. adanya manipulasi terhadap variabel bebas, yaitu memberikan perlakuan secara terencana dan sistematis yang merupakan inti dari kegiatan eksperimen terhadap variabel bebas.
c. adanya pengamatan dan pengukuran terhadap efek atau pengaruh dari manipulasi terhadap variabel bebas. Peneliti perlu mengamati dan mencatat apa yang terjadi pada kelas kontrol, karena efektif tidaknya suatu perlakuan dapat dilihat dari variabel terikat yang menjadi responnya.
Menurut Sutedi (2009 : 67 – 68), ada delapan langkah-langkah pokok yang digunakan dalam kegiatan penelitian eksperimen, yaitu sebagai berikut :
a. peneliti menemukan suatu masalah berdasarkan pengalamannya.
b. mengkaji literatur yang relevan dengan masalah yang akan diteliti, baik berupa penelitian terdahulu maupun teori-teori yang dikemukakan para ahli.
c. mengidentifikasi dan membatasi masalah yang akan dipecahkan dalam penelitian.
d. merumuskan hipotesis penelitian.
e. menyusun rancangan penelitian eksperimental secara lengkap.
f. melaksanakan eksperimen sesuai dengan prosedur dan rancangan yang
telah ditetapkan.
g. mengolah data yang diperoleh sesuai dengan prosedurnya. h. melaporkan hasil penelitian.
3.2 Desain Penelitian
Gambar 3.1 Randomized Control Group Only Design
Pengukuran Perlakuan Pengukuran (pretest) (posttest)
Kelas eksperimen - T X
Kelas kontrol - - Y
Keterangan : T : perlakuan
X : hasil posttest kelas eksperimen dengan perlakuan Y : hasil posttest kelas kontrol tanpa perlakuan
(Suryabrata, 2010 : 104)
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi Penelitian
Untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan guna memecahkan masalah dan mencapai tujuan penelitian, maka penelitian
membutuhkan sumber data. Sumber data penelitian bisa dari manusia ataupun dari bukan manusia. Sumber data yang dimaksud biasanya disebut populasi. Menurut Sutedi (2009 : 179), populasi adalah manusia yang dijadikan sebagai sumber data. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI.IPA di SMA Negeri 1 Lembang tahun ajaran 2012/2013. Berikut ini adalah tabel jumlah populasi dalam penelitian ini.
Tabel 3.1 Populasi Penelitian
No. Kelas Populasi Jumlah
Perempuan Laki-laki
1. XI.IPA1 29 16 45
2. XI.IPA2 27 17 44
3. XI.IPA3 28 17 45
4. XI.IPA4 29 17 46
3.3.2 Sampel Penelitian
Sutedi (2009 : 179) menyatakan bahwa sampel adalah sebagian dari populasi yang dianggap bisa mewakili seluruh karakter dari populasi yang ada untuk dijadikan sumber data. Sampel dalam penelitian ini diambil sebanyak 40 orang siswa dari dua kelas yang berbeda, yaitu 20 orang siswa kelas XI.IPA4 sebagai kelas eksperimen, dan 20 orang siswa kelas XI.IPA1 sebagai kelas kontrol. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposif, yaitu pengambilan sampel yang didasarkan atas pertimbangan peneliti, dengan maksud atau tujuan tertentu yang bisa dipertanggungjawabkan (Sutedi, 2009 : 181). Berikut ini adalah tabel jumlah sampel dalam penelitian ini.
Tabel 3.2 Sampel Penelitian
Sampel
Jumlah Perempuan Laki-laki
Kelas Eksperimen 15 5 20
Kelas Kontrol 13 7 20
∑ 28 12 40
3.4 Variabel Penelitian
Menurut Setiyadi dalam Chairunnisa (2012 : 43), variabel adalah karakteristik dalam sekelompok orang, perilakunya ataupun lingkungannya yang bervariasi dari individu satu dengan individu lainnya.
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu :
a. Variabel X : Pembelajaran membaca teks bahasa Jepang siswa SMA dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe The Power of Two. (kelas eksperimen)
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sutedi (2009 : 53), teknik pengumpulan data berkaitan dengan jenis instrument yang digunakan dalam penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi kedalam dua jenis, yaitu :
3.5.1 Tes
Menurut Sutedi (2009 : 157), tes merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa setelah selesai satuan program pengajaran tertentu. Arikunto (2001 : 53) menambahkan bahwa tes merupakan instrument atau alat yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur keadaan dalam suatu hal, dengan aturan yang sudah ditentukan. Tes yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa besar pengaruh penerapan model
Cooperative Learning tipe The Power of Two dalam pembelajaran membaca teks bahasa Jepang di SMA.
Dalam pengambilan data penelitian, penulis melakukan empat kali pertemuan baik di kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Tes yang digunakan berupa tes tulis berbentuk essai. Pertanyaan-pertanyaan yang digunakan mengacu pada teks yang tersedia. Karna dari itu, siswa dituntut untuk memahami isi teks terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaan.
1). Pertemuan pertama, materi berdasarkan buku pelajaran bahasa
Jepang sakura jilid 2 pelajaran 32 い yaitu
mengenai kegiatan berbelanja. Wacana :
う さ い
い ツ い ツ
ピンク けい い けい い
さ う ピア
Pertanyaan :
1. さ い
2. けい い
3. けい い
4. ツ い
5. ツ い
2). Pertemuan kedua, materi berdasarkan buku pelajaran bahasa
Jepang sakura jilid 2 pelajaran 33 コ あ
yaitu mengenai makanan dan minuman. Wacana :
A : せ バソ あ
B : い あ
A : バソ い さい
B : い こ
A :コ あ
B : せ あ せ
A :ああ う こう あ
B : い あ
A : こう さい
B : い こ
Pertanyaan :
1. Aさ
2. バソ あ
3. コ あ
3). Pertemuan ketiga, materi berdasarkan buku pelajaran bahasa
Jepang sakura jilid 2 pelajaran 34 い い yaitu
mengenai rasa makanan dan minuman. Wacana :
わ ア ウ ア う
ト ン わ
い い
あ い ュ
あ い い
ュ あ い こう
い こう
あ あ い
Pertanyaan :
1. あさ
2. うさ
3. い い
4. ュ う
5. う
4). Pertemuan keempat, merupakan pertemuan terakhir dalam penelitian ini. Tes yang diberikan pada pertemuan ini merupakan tes akhir (posttest). Materi berdasarkan buku pelajaran bahasa
Jepang sakura jilid 2 pelajaran 35 うび こ
あ yaitu mengenai letak keberadaan tempat.
Baca dan pahamilah wacana sederhana di bawah ini!
わ こう え え あ
こう うび あ うび
ほ こう あ こう
び うい あ び うい え
あ
Isilah denah A – F sesuai wacana!
え
A B C
D E F
Jawablah pertanyaan berikut sesuai wacana!
1. え こ あ
2. うび こ あ
3. ほ こ あ
4. こう こ あ
5. び うい こ あ
Dalam sistem penilaian setiap instrument tes yang digunakan dalam penelitian ini, penulis memberikan nilai dengan bobot 0 sampai 4. Dengan deskripsi sebagai berikut :
Nilai 0 = Tidak dijawab (kosong)
Nilai 1 = Terdapat banyak sekali kesalahan
Nilai 2 = Terdapat kesalahan pada susunan pola kalimat
Nilai 3 = Terdapat sedikit kesalahan penulisan
Nilai 4 = Tidak terdapat kesalahan (sempurna)
esai isian sederhana ini, penulis memberikan nilai dengan bobot 0 sampai 3. Dengan deskripsi sebagai berikut :
Nilai 0 = Tidak dijawab (kosong)
Nilai 1 = Terdapat banyak sekali kesalahan
Nilai 2 = Terdapat sedikit kesalahan penulisan
Nilai 3 = Tidak terdapat kesalahan (sempurna)
3.5.2 Non Tes
Teknik pengumpulan data non tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket. Menurut Faisal dalam Sutedi (2009 : 164), angket merupakan salah satu instrument pengumpul data penelitian yang diberikan kepada responden (manusia dijadikan objek penelitian). Teknik pengumpulan data angket ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data melalui daftar pertanyaan tertulis yang disebarkan
kepada responden, untuk mendapatkan informasi atau keterangan dari responden.
Angket yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendapat siswa kelas eksperimen terhadap penerapan model Cooperative Learning tipe The Power of Two dalam pembelajaran membaca teks bahasa Jepang. Angket ini hanya diberikan kepada siswa kelas eksperimen, karena model Cooperative Learning tipe The Power of Two hanya diterapkan pada kelas eksperimen. Dalam penelitian ini penulis menggunakan angket tertutup, dimana alternatif jawaban sudah disediakan oleh penulis. Soal angket terdiri dari 8 pertanyaan.
Berikut ini adalah angket yang digunakan dalam penelitian ini :
ANGKET
Pilihlah jawaban sesuai hati nurani Anda! 1. Apakah Anda menyukai bahasa Jepang?
2. Apakah Anda tertarik dengan pelajaran membaca teks bahasa Jepang?
a. Ya b. Tidak
3. Apakah Anda mengalami kesulitan dalam pelajaran membaca teks bahasa Jepang?
a. Ya b. Tidak
4. Kesulitan apa yang dialami dalam pelajaran membaca teks bahasa Jepang?
a. Membaca huruf b. Mencari arti kosakata c. Memahami pola kalimat d. Alasan lain : ……… 5. Bagaimana cara Anda mengatasi kesulitan dalam pelajaran
membaca teks bahasa Jepang?
a. Bertanya kepada guru b. Bertanya kepada teman
c. Diam saja d. Alasan lain : ………
6. Apakah sebelumnya Anda mengetahui model pembelajaran Cooperative Learning tipe The Power of Two?
a. Ya b. Tidak
7. Bagaimana kesan Anda setelah pelajaran membaca teks bahasa Jepang dengan model pembelajaran Cooperative Learning tipe The Power of Two?
a. Menarik b. Kurang menarik
c. Tidak menarik d. Sangat tidak menarik 8. Apakah model pembelajaran Cooperative Learning tipe The Power
of Two mempermudah Anda dalam pelajaran membaca teks bahasa Jepang?
a. Ya b. Tidak
3.6 Teknik Pengolahan Data
3.6.1 Teknik Pengolahan Data Statistik
Teknik pengolahan data statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pengolahan data statistik komparansional. Menurut Sutedi (2009 : 228), statistik komparasional digunakan untuk menguji hipotesis yang menyatakan ada-tidaknya perbedaan antara dua variabel (atau lebih) yang sedang diteliti.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengolahan data statistik komparansional yang bertujuan untuk mengetahui ada-tidaknya perbedaan hasil evaluasi antara pembelajaran membaca teks bahasa Jepang dengan model Cooperative Learning tipe The Power of Two dan pembelajaran membaca teks bahasa Jepang dengan model pembelajaran konvensional, serta berapa besar pengaruh penerapan model Cooperative Learning tipe The Power of Two terhadap pembelajaran membaca teks bahasa Jepang. Salah satu rumus
statistik yang bisa digunakan dalam statistik komparansional ini, yaitu dengan menggunakan uji t test (uji t tabel).
Sutedi (2009 : 230 - 232) mengungkapkan delapan langkah yang harus ditempuh dalam menggunakan uji t test, yaitu :
a. menentukan variabel X dan Y
b. mencari mean variabel X dan Y, dengan rumus ;
M
X=
∑Sd
X =d. mencari standar eror mean variabel X dan Y, dengan rumus ;
SEM
X =1− 1
SEM
Y = 2− 1 Keterangan :SEMx : standar eror rata-rata nilai variabel X
SEMy : standar eror rata-rata nilai variabel Y
e. mencari standar eror perbedaan mean X dan Y, dengan rumus ;
SEM
xy =�
2+
�
2Keterangan :
SEMxy : standar eror perbedaan rata-rata nilai variabel X dan Y
f. mencari nilai t hitung, dengan rumus ;
t
o = −� −
Keterangan : to : t hitung
g. memberikan interpretasi berdasarkan nilai t hitung
Merumuskan hipotesi kerja (Hk) : Terdapat perbedaan antara variabel X dan variabel Y;
Merumuskan hipotesi nol (Ho) : Tidak terdapat perbedaan antara variabel X dan variabel Y.
db = (N1 + N2) – 2
3.6.2 Teknik Pengolahan Data Angket
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengolahan data angket untuk mengetahui pendapat siswa terhadap penerapan model Cooperative Learning tipe The Power of Two dalam pembelajaran membaca teks bahasa Jepang. Pengolahan data angket dilakukan dengan cara menghitung presentase tiap jawaban per nomor soal, kemudian mengintrepetasikannya.
Rumus yang digunakan dalam menghitung presentase tiap jawaban per nomor soal adalah :
P =
× 100%
Keterangan :
P : persentase jawaban
f : frekuensi setiap jawaban dari sampel N : jumlah sampel
Berikut ini akan penulis paparkan penafsiran persentase yang digunakan untuk menginterpretasikan hasil pengolahan data angket dalam penelitian ini.
Tabel 3.3 Penafsiran Hasil Pengolahan Data Angket
Persentase Penjelasan
0% Ditafsirkan tidak ada
1% – 25% Ditafsirkan sebagian kecil
26% – 49% Ditafsirkan hampir setengahnya
50% Ditafsirkan setengahnya
51% – 75% Ditafsirkan sebagian besar
76% – 99% Ditafsirkan hampir seluruhnya
100% Ditafsirkan seluruhnya
3.7 Uji Kelayakan Instrumen
Menurut Arikunto (2009 : 164), secara umum terdapat dua jenis instrumen yaitu instrumen yang disusun sendiri oleh peneliti, dan istrumen yang sudah terstandar. Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah instrumen yang disusun sendiri. Maka dari itu, uji kelayakan instrumen perlu dilakukan sebelum instrumen penelitian berupa tes ini digunakan, untuk mengetahui tingkat kesukaran, daya pembeda, validitas, serta reliabilitasnya, karena instrumen yang disusun sendiri belum terstandarisasi. Pengujian dilakukan dengan statistik. Dalam penelitian ini, instrumen tes dibuat dalam bentuk esai. Sebelum instrumen tes digunakan, penulis terlebih dahulu mengadakan uji coba untuk menguji kelayakan instrumen.
Statistik Uji Coba
Uji coba instrument penelitian dilaksanakan pada tanggal 5 maret 2013 kepada 10 orang siswa kelas XI.IPS SMA Negeri 1 Lembang, yaitu 5
orang siswa kelas XI.IPS1 dan 5 orang siswa kelas XI.IPS5 yang bukan merupakan sampel penelitian. Data tes berbentuk esai dimana butir soal A
sampai F diberi skor ideal yang berkisar antara 0 sampai dengan 3, dan butir soal 1 sampai dengan 5 diberi skor ideal yang berkisar antara 0 sampai dengan 4.
Hasil tes uji coba kepada 10 orang siswa kelas XI.IPS adalah sebagai berikut :
Tabel 3.4 Hasil Tes Uji Coba
7. 0 1 3 1 3 1 3 0 0 0 0 12
8. 0 0 0 0 0 0 2 3 0 0 0 5
9. 0 0 0 0 0 0 2 1 1 0 0 4
10. 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 3
∑ 15 18 19 18 21 17 16 10 9 6 2 151
3.7.1 Tingkat Kesukaran
Perhitungan tingkat kesukaran sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan uji coba instrument.
Rumus statistik yang digunakan untuk mengukur tingkat
kesukaran pada butir soal esai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut,
TK =
+ −(2 × . � )2 × ( . � − .min )
Keterangan :
TK : tingkat kesukaran
SkA : jumlah skor jawaban kelompok atas SkB : jumlah skor jawaban kelompok bawah
n : jumlah sampel kelompok atas atau kelompok bawah Sk.mak : skor maksimal
Sk.min : skor minimal
Tabel 3.5 Penafsiran Tingkat Kesukaran
TK Penafsiran
0,00 – 0,25 Sukar
0,26 – 0,75 Sedang
0,76 – 1,00 Mudah
(Sutedi, 2009 : 214 - 216)
Tabel 3.6 Perhitungan Tingkat Kesukaran
TK = + −(2 × . � )
2 × ( . � − .min )
A. 0,44 Sedang
B. 0,50 Sedang
C. 0,39 Sedang
D. 0,44 Sedang
E. 0,50 Sedang
F. 0,50 Sedang
1. 0,50 Sedang
2. 0,56 Sedang
3. 0,38 Sedang
4. 0,33 Sedang
5. 0,33 Sedang
3.7.2 Daya Pembeda
Rumus yang digunakan untuk mengukur daya pembeda butir soal esai adalah berikut,
DP =
−( . � − .min )
Keterangan : DP : daya pembeda
SkA : jumlah skor jawaban kelompok atas SkB : jumlah skor jawaban kelompok bawah
n : jumlah sampel kelompok atas atau kelompok bawah Sk.mak : skor maksimal
Sk.min : skor minimal
Tabel 3.7 Penafsiran Daya Pembeda
DP Penafsiran
0,00 – 0,25 Rendah 0,26 – 0,75 Sedang
(Sutedi, 2009 : 214 - 217)
Tabel 3.8 Perhitungan Daya Pembeda
No. Soal apa yang hendak diukur dengan baik. Sebelum digunakan, instrumen penelitian yang telah disusun perlu diketahui terlebih dahulu tingkat validitasnya melalui tes uji coba, agar bisa mendapatkan ketepatan hasil penelitian.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik korelasi
product moment untuk menguji validitas intstrumen, dengan cara menghitung korelasi hasil uji coba dan rata-rata nilai harian siswa yang diuji cobakan, dengan rumus
r.xy =
.∑ −(∑ )(∑ )[ .∑ 2− (∑ )2][ .∑ 2− (∑ )2]
r.xy : koefisien korelasi antara variabel X dan Y N : jumlah sampel
X : nilai hasil uji coba
Y : nilai ulangan harian siswa
Untuk mengubah skor menjadi nilai, penulis menggunakan skala 100, dengan rumus :
Nilai = . �
.� �
× 100
Keterangan :
Sk.Aktual : Skor yang diperoleh siswa Sk.Ideal : Skor jika jawaban benar semua
Tabel 3.9 Penafsiran Uji Validitas
Korelasi Penafsiran
Tabel 3.10 Persiapan Perhitungan Korelasi
No.
Sampel
X
(Nilai Uji Coba)
Y
(Nilai Ulangan Harian) XY X
9. 11 60 660 121 3600
10. 8 50 400 64 2500
∑ 399 706 31.015 21.717 51.376
Data diatas tersebut diolah dengan menggunakan rumus
teknik korelasi product moment untuk menghitung tingkat validitas instrument tes yang digunakan. Dari hasil perhitungannya, maka diperoleh nilai korelasi 0,95. Maka dapat ditafsirkan bahwa instrument tes yang diuji cobakan pada penelitian ini tingkat validitasnya sangat
tinggi.
3.7.4 Uji Reliabilitas
Menurut Sutedi (2009 : 217), reliabel yaitu ajeg, atau dapat menghasilkan data yang sama meskipun digunakan berkali-kali. Sedangkan reliabilitas suatu instrument tes adalah tingkat keajegan atau ketepatan suatu alat ukur atau instrument terhadap kelompok tertentu yang dapat dipercaya, jika digunakan untuk mengukur subjek yang sama berulang-ulang kali hasilnya relatif sama, sehingga alat ukur dapat diandalkan sebagai alat pengambil data.
Dalam penelitian ini, untuk menentukan reliabilitas instrument tes yang digunakan, penulis menggunakan rumus koefesien Alpha Cronbach. Nurgiantoro dalam Sutedi (2009 : 225) menyatakan bahwa rumus koefesien Alpha Cronbach ini digunakan untuk menguji
reliabilitas soal yang berbentuk esai.
r =
−1
1
−
∑ �2 2
Keterangan :
r : angka koefesien reliabilitas yang dicari k : jumlah butir soal
St2 : varian total
Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam menggunakan rumus koefesien Alpha Cronbach ini antara lain adalah sebagai berikut :
a. Menganalisis setiap jawaban siswa (sampel) perbutir soal.
b. Menghitung setiap skor siswa kemudian menjumlahkannya menjadi skor total tiap siswa, lalu menguadratkan setiap skor tersebut.
c. Menghitung jumlah skor perbutir soal (secara vertikal) dan jumlah kuadrat dari setiap skor, kemudian mencari jumlah seluruh jumlah kuadrat tersebut. Tabel 3.11 Persiapan Perhitungan Reliabilitas Tes Esai
7. 0 1 3 1 3 1 3 0 0 0 0 12 144
8. 0 0 0 0 0 0 2 3 0 0 0 5 25
9. 0 0 0 0 0 0 2 1 1 0 0 4 16
10. 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 3 9
∑ 15 18 19 18 21 17 16 10 9 6 2 151 3.119
(��) 39 50 53 50 63 47 44 24 27 18 2
Dengan menggunakan rumus koefesien Alpha Cronbach dalam menghitung tingkat reliabilitas instrument tes, diperoleh nilai koefesien reliabilitas 0,87. Maka dapat ditafsirkan bahwa instrument tes yang diuji cobakan ini reliabilitasnya tinggi.
3.8 Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian merupakan tahap-tahap yang dilalui oleh seorang
peneliti untuk memperlancar kegiatan penelitian. Prosedur penelitian ini terdiri atas beberapa tahap, yaitu :
3.8.1 Tahap Awal (persiapan)
Kegiatan awal yang harus dilakukan oleh seorang peneliti sebagai tahap persiapan, antara lain :
a. Membuat proposal penelitian.
b. Mengurus surat perizinan penelitian yang ditujukan ke SMA Negeri 1 Lembang.
c. Pembuatan instrumen penelitian. d. Pembuatan RPP penelitian.
e. Mengumpulkan data-data nilai siswa. f. Menentukan sampel penelitian. g. Menentukan waktu penelitian.
h. Menentukan sampel penelitian uji coba test. i. Melaksanakan uji coba test.
j. Pengolahan data statistik hasil uji coba test.
Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap pelaksanaan, adalah :
a. Melaksanakan pembelajaran membaca teks bahasa Jepang dengan model Cooperative Learning tipe The Power of Two pada kelas eksperimen selama empat kali pertemuan.
b. Melaksanakan pembelajaran membaca teks bahasa Jepang tanpa model Cooperative Learning tipe The Power of Two (model pembelajaran konvensional) pada kelas kontrol selama empat kali pertemuan.
c. Pemberian soal post-test kepada kelas eksperimen sekaligus pemberian angket.
d. Pemberian soal post-test kepada kelas kontrol.
3.8.3 Tahap Akhir
Tahap terakhir yang dilakukan peneliti pada penelitian ini,
adalah :
a. Pengolahan data statistik (tes dan angket).
b. Menganalisis data.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini dilatar belakangi oleh keterampilan membaca teks bahasa Jepang yang sering dianggap sulit oleh siswa. Kesulitan yang seringkali siswa alami di sekolah ketika membaca dan memahami suatu teks bahasa Jepang adalah membaca huruf (hiragana, katakana, maupun kanji), menangkap arti kosakata, dan memahami pola kalimat.
Rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah 1).bagaimana kemampuan siswa kelas eksperimen dalam pembelajaran membaca teks bahasa Jepang dengan menggunakan model Cooperative learning tipe The Power of Two? 2).bagaimana kemampuan siswa kelas kontrol dalam pembelajaran membaca teks bahasa Jepang dengan menggunakan model pembelajaran konvensional? 3).adakah perbedaan pada
kemampuan siswa yang menggunakan model Cooperative learning tipe The Power of Two dan kemampuan siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional? 4).Bagaimana tanggapan siswa kelas eksperimen terhadap penerapan model Cooperative learning tipe The Power of Two dalam pembelajaran membaca teks bahasa Jepang?
Berdasarkan hasil penelitian dan analisa data yang telah diperoleh, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Dari hasil data posttest, diketahui bahwa nilai rata-rata yang diperoleh kelas eksperimen adalah 93,50. Berdasarkan standar penilaian UPI, nilai rata-rata yang diperoleh kelas eksperimen setelah dilakukan pembelajaran membaca pemahaman teks bahasa Jepang dengan model Cooperative Learning tipe The Power of Two termasuk ke dalam kategori baik sekali. 2. Dari hasil data posttest, diketahui bahwa nilai rata-rata yang diperoleh
kelas kontrol adalah 61,25. Berdasarkan standar penilaian UPI, nilai rata-rata yang diperoleh kelas kontrol setelah dilakukan pembelajaran membaca pemahaman teks bahasa Jepang dengan model pembelajaran konvensional termasuk ke dalam kategori kurang.
3. Dari perhitungan menggunakan rumus statistik uji t tabel pun dapat diketahui bahwa nilai t-hitung adalah 5,90 dan nilai t-tabel untuk db 38
adalah : 2,03 (5%) dan 2,72 (1%), dapat disimpulkan nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel, maka Hk diterima. Ini menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan antara pembelajaran membaca teks bahasa Jepang dengan model Cooperative Learning tipe The Power of Two dan pembelajaran membaca teks bahasa Jepang dengan menggunakan model pembelajaran konvensional.
Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran membaca teks bahasa Jepang dengan model Cooperative Learning tipe The Power of Two dapat meningkatkan pemahaman membaca teks bahasa Jepang pada siswa SMA dibandingkan dengan pembelajaran membaca teks bahasa Jepang tanpa model Cooperative Learning tipe The Power of Two (model pembelajaran konvensional). Artinya, penerapan model Cooperative Learning tipe The Power of Two efektif dalam pembelajaran membaca teks bahasa Jepang pada siswa SMA.
5.2 Saran
Setelah melihat hasil penelitian dan kesimpulan yang telah penulis paparkan, maka saran yang ingin penulis sampaikan adalah sebagai berikut : 1. Banyak kesulitan yang sering dihadapi siswa ketika membaca sekaligus
memahami isi teks bahasa Jepang. Sehingga penulis menyarankan
pembelajaran membaca teks bahasa Jepang melalui model Cooperative Learning tipe The Power of Two dapat dijadikan sebagai salah satu model pembelajaran alternatif, agar proses pembelajaran menjadi lebih menarik dan dapat membantu siswa dalam proses pembelajaran, baik dalam pembelajaran keterampilan berbahasa maupun pembelajaran lainnya. 2. Untuk memperlancar proses pembelajaran dengan model Cooperative
Learning tipe The Power of Two, pengajar perlu memperhatikan pembagian pasangan sehingga setiap siswa mendapatkan pasangan yang tepat untuk sharing/berbagi tentang materi yang sedang dipelajari dan suasana kelas menjadi hidup.
3. Harapan dari penulis adalah agar penelitian ini dapat menjadi bahan penelitian selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Yunus. 2012. Pembelajaran Membaca Berbasis Pendidikan Karakter. Bandung : Refika Aditama.
Arikunto, Suharsimi. 2009. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.
Chairunnisa, Triani Rizky. 2012. Efektivitas Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Dalam Penguasaan Kosakata Bahasa Jepang. Skripsi pada FPBS UPI Bandung : tidak diterbitkan.
Echols, John dan Hassan Shadily. 2003. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta : Gramedia.
Ibrahim. 2002. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung : UPI.
Isjoni. 2010. Cooperative Learning. Bandung : Alfabeta.
Isjoni, dkk. 2007. Pembelajaran Visioner : Perpaduan Indonesia-Malaysia.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Lie, Anita. 2004. Cooperative Learning : Mempraktikkan Cooperative Learning
di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta : PT Grasindo.
Mafatih, Ahmad Bisyri Hadi. 2007. Makalah Strategi Belajar Dengan Cara Kooperatif (Bidang Studi IPS). http://media.diknas.go-id. Diakses pada tanggal 18 Desember 2012
Muqowin. 2007. “Strategi Pembelajaran”. http://muqowin.com. Diakses tanggal 18 Desember 2012.
Murwani, Sri. et al. 2009. Buku Pelajaran Bahasa Jepang SAKURA Jilid 2. Jakarta : The Japan Foundation.
Permatasari, R Thiky Adelina. 2009. Model Cooperative Intergated Reading and Composition (CIRC) dalam Membaca Teks Bahasa Jepang (Penelitian Eksperimen Terhadap Kelas XI SMAN 14 Bandung 2008/2009). Skripsi pada FPBS UPI Bandung : tidak diterbitkan.
Runchitami, Nevi. 2012. Efektivitas Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dalam Pembelajaran Dokkai pada Mahasiswa Tingkat I Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Indonesia Tahun Ajaran 2011/2012. Skripsi pada FPBS UPI Bandung : tidak diterbitkan.
Sagala, Syaipul. 2008. Konsep dan Makna Pembelajaran, Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar Mengajar. Bandung : Alfabeta.
Sharan, Shlomon. 2009. HANDBOOK OF COOPERATIVE LEARNING : Inovasi Pengajaran dan Pembelajaran untuk Memacu Keberhasilan Siswa di Kelas. Yogyakarta : Imperium.
Silberman, Melvin L. 2007. Active Learning : 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta : Pustaka Insan Madani.
Sudjianto. 2010. Metodologi Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Jepang. Bekasi : Kesaint Blanc.
Sudjiono, Anas. 2004. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta : Rajawali Press.
Suryabrata, Sumadi. 2010. Metodologi Penelitian. Jakarta : Rajawali Pers.
Sutedi, Dedi. 2009. Penelitian Pendidikan Bahasa Jepang. Bandung : Humaniora.
Tampubolon, Dp. 2008. Kemampuan Membaca, Teknik Membaca Efektif dan Efisien. Bandung : Angkasa.