• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Citra Merk (Brand Image) terhadap Loyalitas Pelanggan Produk Mie Instant Indomie.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Citra Merk (Brand Image) terhadap Loyalitas Pelanggan Produk Mie Instant Indomie."

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

The high activity in Indonesia society create new habits arise in their lives. Solid activity will make people need something practical, fast, and the instant that their time is not wasted. No exception on the food sector. This opportunity is seen by some companies, particularly companies in the food sector making the latest innovations in accordance with the needs of the community. PT. Indofood Indomie instant noodle products, has a good reputation in the community. This instant noodle products provide convenience for the people who have high activity, but do not forget the need to consume food. As the pioneer of instant noodles, PT. Indofood has a loyal

customer.

In connection with these phenomena, this study will examine the effect of brand image (brand image) that consists of the image of the manufacturer, the image of the user, and the image of the product to customer loyalty Indomie instant noodle products. The sample in this study using purposive sampling method, a sample of which is student / i Department of Management Maranatha Christian University class of 2011. Analysis of the data used is multiple regression model. The results showed a positive influence of brand image on customer loyalty Indomie instant noodle products by 42.7%

(2)

Tingginya aktivitas di kalangan masyarakat Indonesia membuat kebiasaan baru timbul di kehidupan mereka. Aktivitas yang padat akan membuat masyarakat membutuhkan sesuatu yang praktis, cepat, dan instant agar waktu mereka tidak terbuang sia-sia. Tidak terkecuali pada sektor makanan . Peluang ini dilihat oleh beberapa perusahaan, khususnya perusahaan dalam sektor makanan membuat inovasi terbaru yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat . PT. Indofood dengan produk mie instant Indomie, memiliki reputasi yang baik di kalangan masyarakat. Produk mie instant ini memberikan kemudahan bagi para masyarakat yang memiliki aktivitas tinggi, namun tidak melupakan kebutuhan untuk mengkonsumsi makanan. Sebagai pelopor mie instant, PT. Indofood memiliki pelanggan yang loyal.

Sehubungan dengan fenomena tersebut, maka penelitian ini akan menguji pengaruh citra merek (brand image) yang terdiri dari citra pembuat, citra pemakai, dan citra produk terhadap loyalitas pelanggan produk mie instant Indomie. Sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, yang menjadi sampel yaitu mahasiswa/i Jurusan Manajemen Universitas Kristen Maranatha angkatan 2011. Analisis data yang digunakan adalah model regresi berganda. Hasil penelitian

menunjukkan terdapat pengaruh positif dari citra merek terhadap loyalitas pelanggan pada produk mie instant Indomie sebesar 42,7%

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL………..i

HALAMAN PENGESAHAN………...………ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI………iii

KATA PENGANTAR………..…………iv

ABSTRACT………...………...vi

ABSTRAK………..………...………..vii

DAFTAR ISI………...……….………...viii

DAFTAR GAMBAR………....xi

DAFTAR TABEL………xii

DAFTAR GRAFIK……….xiii

DAFTAR LAMPIRAN………...xiv

BAB I PENDAHULUAN………...1

1.1Latar belakang penelitian………..……...1

1.2Identifikasi Masalah………..…….10

1.3Tujuan Penelitian………...……….11

1.4Manfaat Penelitian………...………...11

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS………...12

(4)

2.1.1 Konsep Pemasaran…………...………...12

2.1.2 Strategi Pemasaran………..…………14

2.1.3 Bauran Pemasaran………...15

2.1.4 Merek (brand) ………20

2.1.5 Citra Merek……….24

2.1.6 Komponen Asosiasi Merek……….25

2.1.7 Faktor Pembentuk Citra Merek………...27

2.1.8 Loyalitas Pelanggan………28

2.1.9 Karakteristik Pelanggan Loyal………31

2.1.10 Faktor yang Mempengaruhi Pelanggan Loyal………..…32

2.1.11 Alasan Perusahaan Mempertahankan Pelanggan…………..…42

2.2 Kerangka Pemikiran………...44

2.3 Hipotesis……….47

BAB III METODELOGI PENELITIAN……….49

3.1 Objek Penelitian………...49

3.2 Jenis Penelitian………...49

3.3 Populasi dan Sampel………...49

3.3.1 Teknik Pengambilan Sampel………...50

3.3.2 Penentuan Jumlah Sampel………...50

3.3.3 Skala Pengukuran………51

3.4 Definisi Operasional Variabel………51

(5)

3.6 Uji Instrumen………..56

3.6.1 Uji Validitas………56

3.6.2 Uji Reliabilitas……….56

3.7 Teknik Analisis Data………..57

3.7.1 Uji Regresi Berganda………..…57

3.7.2 Koefisien Determinasi……….58

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……….59

BAB V SIMPULAN DAN SARAN………80

5.1 Simpulan………80

5.2 Saran………...81

DAFTAR PUSTAKA………...81

LAMPIRAN……….

(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1.1 Top Brand Index 2013……….………6

Gambar 2.2.1 Rerangka Pemikiran………..………43

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.3.1 Penelitian Terdahulu………..………...44

(8)

DAFTAR GRAFIK

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 4.1 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Variabel Citra Perusahaan Lampiran 4.2 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Variabel Citra Pemakai Lampiran 4.3 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Variabel Citra Produk

Lampiran 4.4 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Variabel Loyalitas Pelanggan Lampiran 4.5 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Penelitian

Lampiran 4.6 Gambaran Banyaknya Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Lampiran 4.7 Gambaran Banyaknya Responden Berdasarkan Rata-Rata Pendapata Lampiran 4.8 Gambaran Banyaknya Responden Berdasarkan Frekuensi Indomie Lampiran 4.9 Skor Jawaban Responden Terhadap Item-Item Pertanyaan Citra Merek Lampiran 4.10 Persepsi Responden Tentang Pernyataan Mengenai Var. Citra Merek Lampiran 4.11 Skor Jawaban Responden Terhadap Item-Item Pertanyaan Loyalitas Lampiran 4.12 Persepsi Responden Tentang Pernyataan Mengenai Var. Loyalitas Lampiran 4.15 Hasil Perhitungan Nilai Koefisien Persamaan Regresi

Lampiran 4.16 Nilai Koefisien Korelasi Pearson Lampiran 4.17 Koefisien Korelasi dan Taksirannya Lampiran 4.18 Analisis Koefisien Determinasi Lampiran 4.19 Coefficients

Lampiran 4.20 Pengujian Hipotesis Parsial Lampiran 4.21 Pengujian Hipotesis Simultan

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian.

Tingginya aktivitas pada masa kini di kalangan masyarakat membuat

kebiasaan baru timbul. Masyarakat saat ini dituntut cepat dalam mengerjakan

sesuatu, khusunya bagi mereka yang bekerja kantoran atau pun para pelaku

bisnis. Mereka hamper lebih dari separuh harinya dihabiskan di kantor atau pun

melakukan kunjungan bisnis di beberapa tempat. Hal ini sudah tidak asing bagi

masyarakat yang tinggal di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan

Surabaya. Seperti yang kita ketahui bahwa di kota-kota besar tingkat kemacetan

semakin tinggi, hal ini sangat berpengaruh pada mereka yang menghabiskan

waktunya di luar kantor untuk melakukan aktivitasnya seperti kunjungan bisnis.

Mereka membutuhkan sesuatu yang cepat, praktis, dan juga instant agar tidak menghambat pekerjaannya. Hal itu berlaku juga pada apa yang mereka konsumsi.

Dengan tingginya aktivitas dan kemacetan yang semakin tinggi pula, makanan

kadang terlupakan oleh mereka yang sibuk. Solusinya, muncullah perusahaan

yang bergerak di sektor makanan dengan produk siap saji tanpa memakan waktu

banyak. Sehingga para masyarakat yang memiliki aktivitas tinggi dengan mudah

mengkonsumsi makanan tanpa waktu yang lama.

Peluang ini dilihat oleh PT. Indofood dengan meluncurkan inovasi terbaru

agar kebutuhan masyarakat yang menginginkan sesuatu yang cepat, praktis, dan

juga instant dapat terpenuhi. PT. Indofood dengan produk andalannya yaitu mie instan Indomie sudah lama meramaikan pasar sejak tahun 1970-an, dan mulai

(11)

Begitu keluar, merek ini secara cepat langsung merajai pasar, mencaplok sekitar

70% market share pasa mie instan Indonesia. (sumber : Wikipedia)

Dalam beberapa dekade ini, PT. Indofood telah bertransformasi menjadi

sebuah perusahaan total food solutions dengan kegiatan operasional yang mencakup seluruh tahapan proses produksi makanan, mulai dari produksi dan

pengolahan bahan baku hingga menjadi produk akhir yang tersedia di rak para

pedagang eceran.

Makanan mie instan ini sering kali hadir dengan inovasi pada berbagai varian

rasanya. Produk mie instan juga disukai para pelanggan karena harganya yang

pas bagi kantong kebanyakan orang. Selain itu, proses memasaknya yang mudah

dan relatif cepat menjadikan produk Indomie menjadi alternatif bagi masyarakat

yang memiliki aktivitas tinggi. Di Indonesia, tak dipungkiri kategori makanan ini

sangat digemari oleh banyak orang walaupun sering juga diterpa isu-isu

membahayakan kesehatan dan lainnya.

Berdasarkan situs di internet yang bernama TheRamenRater.com yang

mengulas, menguji, dan mengadu semua merek mie instan di seluruh dunia sejak

tahun 2002. Pada tahun 2013 lalu, The Ramen Rater merilis daftar 10 mie instan

terbaik di Indonesia (The Ramen Rater’s Indonesia Top Ten Instant Noodles of All Time 2013).

Dari 10 mie dalam daftar tersebut, terlihat merek Indomie (terutama dengan

varian mie gorengnya) mendominasi rating, dengan menduduki empat posisi

teratas. (

http://www.theramenrater.com/2011/12/08/re-review-indomie-mi-goreng-fried-noodles/)

Dalam berpromosi, Indomie paling jelas terlihat memborbardir iklan di

(12)

pecinta Indomie mebcari dan menikmati mie kesukaannya ini. Indomie terlihat

mengangkat produknya dengan tema selera Nusantara, ini dapat dilihat dari

berbagai varian rasa dalam produk Indomie yang sudah ada di pasaran seperti mie

goreng rendang, mie goreng iga penyet, mie rasa soto lamongan, mie rasa soto

banjar, mie rasa coto makasar, dan masih banyak lagi.

Tak heran Indomie begitu melekat di pikiran masyarakat tidak hanya

Indonesia, bahkan sudah melanglang buana dan bisa ditemukan di Australia,

Asia, Afrika, Selandia Baru, Amerika Serikat, Eropa, dan bahkan di

negara-negara Timur Tengah dan Nigeria. Terutama di Nigeria, ternyata Indomie cukup

dominan merajai pasar mie instan di sana.

Seiring waktu, sebenarnya ada beberapa merek mie instan yang mencoba

meramaikan pasar, tapi tidak berhasil. Satu per satu merek mie instan para

pesaing itu pun tenggelam. Baru pada tahun 2003, setelah sekitar 30 tahun

Indomie berjaya, merek Mi Sedaap muncul turut meramaikan pasar mie instan

Tanah Air. Dan baru merek Mi Sedaap inilah yang dinilai mampu mengikis

sedikit demi sedikit market share Indomie sebagai market leader mie instan di Indonesia.

Selain di Indonesia, Mi Sedaap juga mampu menembus pasar mancanegara

seperti Malaysia. Merek mie instan besutan PT.Wings Food ini pertama kali hadir

dengan hanya tiga varian rasa, yaitu mie goreng dengan “kriuk-kriuk”, rasa soto dengan koya, dan rasa ayam bawang dengan bawang goreng.

Mi Sedaap dengan gigih mencoba mendapatkan posisi kuat dalam pasar mie

instan yang sudah lebih dulu dirajai Indomie. Dengan mereknya, Mi Sedaap

(13)

Selain itu, Mi Sedaap juga gencar beriklan pada berbagai media. Mereka

mencoba menggecarkan promosi secepat mungkin untuk meningkatkan

awareness pasar.

Sebagai pendatang baru, Mi Sedaap hadir dengan strategi promosi agresif

untuk sesegera mungkin awareness merek produk. Salah satu bentuk promosinya yaitu pemasangan umbul-umbul Mi Sedaap sepanjang jalan selama Ramadhan,

yang belum dilakukan oleh produk lain.

Strategi awal Mi Sedaap untuk bermain di pasar mie instan adalah menetapkan

harga yang sangat ekonomis, namun mempertahankan rasa bumbu mie yang

sedap dan gurih. Ditambah pula dengan cara klasik, yaitu memberikan hadiah

berupa piring dan gelas. Di awal Mi Sedaap hanya berkutat di Jawa dan Bali,

namun strategi distribusi Mi Sedaap bisa merata dari tingkat grosir sampai tim

motor yang menjelajahi warung-warung kecil.

Semua strategi itu juga didukung iklan produk yang cukup gencar, disertai

dengan versi testimoni. Ada satu hal yang belum pernah dilakukan oleh

kompetitor, misalnya menyuruh orang sebanyak-banyaknya mencoba Mi Sedaap.

Aksi ini dilakukan secara gratis di mal, tempat wisata, dan kampus.

Mi Sedaap sebagai merek mie instan yang relatif baru telah menjadi fenomena

karena berhasil menggerogoti pangsa pasar sang market leader Indomie. Segala

prestasi yang diraih oleh Mi Sedaap adalah berkat bumbu dan rasa yang berhasil

memenuhi ekspektasi konsumen, sehingga sedikit demi sedikit pangsa pasar bisa

diraih—walaupun variasi rasa memang belum bisa sebanyak pesaing terkuatnya,

(14)

Mi Sedaap pastinya menyadari sejak awal bahwa merebut market share

Indofood yang image produknya sudah sangat baik bukanlah perkara mudah.

Sebab itu Wings membutuhkan waktu lebih dari dua tahun untuk melakukan riset

hingga menemukan formula rasa yang pas. Kemudian bisa dimunculkan produk

mie instan dengan penambahan bumbu bawang goreng kriuk pada varian mie

gorengnya. Meski terkesan sepele, ternyata Mi Sedaap varian rasa tersebut cukup

disukai konsumen.

Satu tantangan yang cukup sulit bagi Mi Sedaap adalah mematahkan

stereotype pasar yang selalu mengasosiasikan mie instan dengan Indomie.

Bagaimana cara mematahkan kebiasaan pasar jika ingin makan mie instan

mereka akan sebut, “Ingin makan Mi Sedaap” dan bukannya Indomie. Sebaliknya

bagi Indomie, bagaimana meyakinkan pasar bahwa tidak ada lagi merek mie

instan lain yang lebih enak dan lebih berkualitas daripada Indomie. Sehingga jika

orang ingin makan mie instan, mereka tidak akan tengok kanan-kiri lagi, dan

akan langsung memilih Indomie.

Selain adu bombardir iklan oleh kedua perusahaan di media-media, persaingan

sengit mereka juga ternyata terlihat dari opini-opini masyarakat yang saling

dilemparkan baik di media tradisional maupun digital. Kebanyakan debat dan

argumen menyangkut soal rasa dan tekstur mie maupun bumbu dari kedua merek

mie instan ini. Jika satu isu dilemparkan soal mie mana yang lebih memuaskan,

tentu jawabannya akan sangat beragam dan sering kali memicu perdebatan

panjang. Ini tentu menambah meriahnya iklim persaingan antara Indomie dan Mi

(15)

Adu opini soal Indomie dan Mi Sedaap ini sering juga ditemukan pada

situs-situs media sosial dan forum-forum seperti Kaskus dan blog. Melihat dari begitu

banyak argumen dan debat di semua media tersebut, Indomie masih terlihat jelas

memenangkan persaingan, terutama dari segi rasa dan kualitas mie.

Banyak orang yang mengaku sudah familier dengan rasa dan tekstur Indomie.

Tapi, banyak juga orang yang mengatakan ingin menjajal rasa dan kualitas dari

merek lain. Tentu bila menyangkut kategori produk mie instan yang harganya

terbilang murah dan relatif mudah ditemukan, keputusan orang untuk memilih

pun akan berlangsung secara cepat dan instan. Dalam hal ini, merek yang pertama

kali terlintas di benak pelangganlah yang akan terpilih.

Berdasarkan, Top Brand Index 2013 terlihat memang masih Indomie yang

merajai pasar mie instan di Indonesia, namun Mi Sedaap berada di posisi kedua.

Hal ini menunjukkan adanya persaingan yang jelas antara Indomie dengan Mi

Sedaap untuk merajai pasar mie instan di Indonesia.

Mie Instant dalam Kemasan Bag

Sumber : Top Brand Index 2013

Gambar 1.1.1

Merek TBI TOP

Indomie 80.6 % TOP

Mi Sedaap 13.5 % TOP

Supermi 2.1 %

(16)

Gaga 100 0.5 %

Grafik 1.1.1

Jika dilihat dari Top Brand Index (TBI) 2013 dan 2014, kedua merek ini

terpaut cukup jauh, yaitu Indomie meraih indeks 75,9% dan Mie Sedaap 14,4%.

Dilihat dari lima tahun ke belakang pun, Indomie terlihat masih memimpin pasar

mie instan di Indonesia dari tahun 2010 sampai 2014 ini. Indeks yang diraih

Indomie pun terbilang cukup dominan sekitar 70%.

Dari semua merek pesaing, Mi Sedaap yang paling mungkin menggoyang

posisi market leader Indomie di pasar. Terbukti memang Mi Sedaap-lah yang

diam-diam sedikit menggerogoti pangsa pasar Indomie. Ini benar terutama pada

awal Mi Sedaap muncul di pasaran dan konsumen banyak yang tertarik untuk

menjajal mie instan baru ini. Tetapi, dari data Top Brand Index mulai tahun 2010

sampai sekarang, terlihat posisi Indomie memang sulit disaingi.

Citra merek saat ini berkembang menjadi salah satu bagian terpenting dalam

memasarkan suatu produk atau jasa., karena dengan citra merek yang baik di

(17)

mendapatkan profit dan juga untuk mempertahnkan kelangsungan bisnisnya.

Citra merek merepresentasikan keseluruhan persepsi terhadap merek dan

dibentuk dari informasi dan pengalaman masa lalu terhadap merek itu. Citra

terhadap merek berhubungan dengan sikap yang berupa keyakinan dan preferensi

terhadap suatu merek.

Hubungan terhadap suatu merek akan semakin kuat jika didasarkan pada

pengalaman dan mendapat banyak informasi. Citra atau asosiasi

merepresentasikan presepsi yang bisa merefleksikan kenyataan yang objektif

ataupun tidak. Citra yang terbentuk dari asosiasi inilah yang mendasari dari

keputusan membeli bahkan loyalitas merek (brand loyalty) dari konsumen. (Aaker, 2001 : 100).

Menyadari pentingnya mempertahankan konsumen yang loyal, perusahaan

memakai berbagai cara untuk memuaskan pelanggan. Salah satunya adalah

menjadikan pelanggan sebagai bagian dari aktivitas atau program yang dilakukan

perusahaan, memberikan keuntungan-keuntungan yang hanya didapatkan bagi

pelanggan setia, memberikan pelayanan terbaik maupun memberikan

informasi-informasi baru mengenai inovasi produk atau produk baru dari perusahaan,

merupakan beberapa cara yang dilakukan untuk mendekatkan dan memuaskan

pelanggan terhadap perusahaan dan juga merek. (Marconi, 2004 : 65).

Begitu topnya merek Indomie, orang pun sering menyebut semua makanan

mie instan sebagai “Indomie”. “Saya mau makan Indomie”. Padahal belum tentu

mie instan yang dimakannya bermerek Indomie. Indofood dinilai sukses

(18)

Hal utama bagi perusahaan selain membentuk citra merek (brand image) tentang produk atau jasa yang baik di mata pelanggan yaitu menjaga loyalitas

pelanggan. Memperthankan pelanggan dirasa lebih baik dibandingkan dengan

mengganti pelanggan dengan yang baru, karena biaya untuk menarik pelanggan

baru bisa lima kali lipat dari biaya mempertahankan seorang pelanggan yang

sudah ada. (Kotler, 2007 : 207).

Loyalitas pelanggan tidak muncul begitu saja, diperlukan strategi dalam

pengelolaannya sehingga loyalitas pelanggan pun akan didapatkan. Perusahaan

atau para pelaku bisnis harus mampu mengerti keinginan dan kebutuhan dari para

pelanggan, baik yang dibutuhkan saat ini maupun di masa yang akan datang.

Konsumen sebagai individu dalam mendapatkan atau membeli suatu produk

memiliki hak bebas memilih sesuai dengan kebutuhannya. Dalam hal ini,

pelanggan melalui beberapa tahapan diantaranya yaitu mendapatkan referensi

atau ulasan dari lingkungan sekitar mengenai produk atau jasa yang akan dipilih

(word of mouth), kemudian besarnya tingkat promosi yang dilakukan oleh perusahaan, dan yang terakhir adalah membandingkan produk satu dengan

produk lainnya sampai pada tahapan akhir yaitu mengkonsumsi produk atau jasa

tersebut. Dari pengalaman yang dirasakan langsung, pelanggan dapat menilai

mengenai kualitas dari produk atau jasa yang mereka konsumsi. Apabila

perkiraan produk atau jasa sesuai dengan harapan pembeli maka pelanggan akan

merasa puas. (Kotler dan Armstrong, 2005: 70).

Selain berhubungan dengan dengan keputusan pembelian citra merek pun

berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan, dimana pelanggan pada masa ini

sering berpindah dalam mengkonsumsi suatu produk atau jasa. Hal ini

(19)

pelanggan dengan kualitas yang terjamin. Selain itu, berbagai macam keuntungan

menarik yang ditawarkan kepada pelanggan menjadi salah satu petimbangan

dalam mengkonsumsi suatu produk atau jasa. Pelanggan juga menjadi lebih kritis

mengenai hal-hal yang terjadi di dalam dunia bisnis. Berbagai macam informasi

yang didapat pelanggan mengenai suatu merek, kesalahan yang dilakukan

perusahaan, janji yang diberikan melalui media iklan dan promosi akan

ditanggapi lebih kritis oleh pelanggan, dan dijadikan salah satu pertimbangan

untuk mengkonsumsi produk atau jasa tersebut.

Dalam dunia bisnis nama baik dan nama besar perusahaan dapat mewakilkan

keunggulan kualitas suatu produk dan layanan purna jualnya. Jadi pengakuan dari

konsumen terhadap nama baik dan nama besar merek jelas akan mempengaruhi

keputusan pembelian terhadap suatu produk. Citra terhadap merek berhubungan

dengan sikap yang berupa keyakinan dan preferensi terhadap suatu merek.

Konsumen dengan citra positif terhadap suatu merek lebih memungkinkan untuk

emlakukan pembelian. Dari uraian tersebut, diduga citra merek (brand image) mempunyai pengaruh terhadap loyalitas pelanggan dalam mengkonsumsi atau

membeli produk mie instant Indomie.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik mengambil judul skripsi :

“Pengaruh Citra Merek (brand image) Terhadap Loyalitas Pelanggan Produk Mie Instant Indomie”

1.2 Identifikasi Masalah.

Berdasarkan uraian yang sudah dijelaskan pada latar belakang, makan

(20)

1. Bagaimana respon pelanggan terhadap brand image produk mie instant

Indomie?

2. Bagaimana respon pelanggan terhadap loyalitas mie instant Indomie?

3. Seberapa besar pengaruh brand image terhadap loyalitas pelanggan pada

produk mie instant Indomie?

1.3 Tujuan Penelitian.

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk menguji dan menganalisis respon pelanggan terhadap brand image

produk mie instant Indomie.

2. Untuk menguji dan menganalisis respon pelanggan terhadap loyalitas

produk mie instant Indomie.

3. Untuk menguji dan menganalisis seberapa besar pengaruh brand image

terhadap loyalitas pelanggan pada produk mie instant Indomie.

1.4 Manfaat Penelitian.

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak, antara lain :

1. Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perusahaan atau para pelaku

bisnis dalam hal penerapan strategi pemasaran sehingga nantinya bisa

membentuk brand image yang baik dan mempertahankan pelanggan yang

loyal.

2. Akademisi

Membantu para akademisi dalam hal memberikan informasi dan pengetahuan

mengenai pentingnya brand image dalam membentuk loyalitas pelanggan.

(21)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil analisa dan perhitungan yang telah dilakukan tentang “Pengaruh

Citra Perusahaan (X1), Citra Pemakai (X2), dan Citra Produk (X3) berpengaruh

signifikan terhadap Loyalitas Pelanggan (Y)”, maka dapat disimpulkan sebagai

berikut :

1. Respon pelanggan terhadap brand image produk mie instant Indomie termasuk

dalam kategori baik.

2. Respon pelanggan terhadap loyalitas mie instant Indomie termasuk dalam

kategori tinggi

3. Secara parsial Citra Perusahaan (X1) berpengaruh signifikan terhadap Loyalitas

Pelanggan (Y), dengan persentase pengaruh sebesar 28,90%, Citra Pemakai (X2)

berpengaruh signifikan terhadap Loyalitas Pelanggan (Y), dengan persentase

pengaruh sebesar 29,50%, Citra Produk (X3) berpengaruh signifikan terhadap

Loyalitas Pelanggan (Y), dengan persentase pengaruh sebesar 26,90%;

4. Secara simultan, Citra Perusahaan (X1), Citra Pemakai (X2), dan Citra Produk

(X3) berpengaruh signifikan terhadap Loyalitas Pelanggan (Y), dengan total

persentase pengaruh sebesar 42,7%, sedangkan sisanya sebesar 57,3%

(22)

5.2 Saran

Bagi Perusahaan

Sebagai pelopor mie instan di Indonesia, PT. Indofood dengan produk

andalnnya yaitu Indomie diharapkan dapat mempertahankan citra yang baik di

kalangan masyarakat. Sehubungan dengan adanya pesaing yaitu Mi Sedaap, Indomie

seharusnya memikirkan strategi lain atau pun inovasi terbaru agar pelanggan tetap

loyal dan tetap merajai pasar mie instan di Indonesia.

Implikasi Manajerial

Peneliti selanjutnya diharapkan dapat memberikan tambahan dalam hal

variabel yang berpengaruh dengan loyalitas pelanggan, ataupun menambahkan jumlah

responden agar hasil penelitian dapat memberikan gambaran secara menyeluruh.

5.3Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini masih terdapat beberapa keterbatasan, yang diharapkan dapat

menjadi perbaikan untuk penelitian selanjutnya. Keterbatasan-keterbatasan tersebut

yaitu :

1. Penelitian ini hanya dilakukan dengan pengambilan sampel responden yang

pernah mengkonsumsi mie instant Indomie di Universitas Kristen Maranatha

.

2. Keterbatasan waktu dalam perolehan data, sehingga kurang tersebar dan

tidak bervariasi

(23)

DAFTAR PUSTAKA

Afsar dkk. 2010. “Determinants of Customer Loyalty in the Banking Sector: the Case of Pakistan” dalam African Journal of Business Management Vol. 4 (6) hlm. 1040 – 1047.

Alanentalo, Anna-Karin. 2006. Creating Long-term Relationships with the Help of a Customer Club sebuah Thesis. Luleä, Swedia: Luleä University of Technology.

Anderson, J.C. dan Narus, J.A. 1990. “A Model of Distributor Firm and Manufacturer Firm Working Partnerships” dalam Journal of Marketing, Vol. 54, Januari, hlm. 42-58.

Angling Laraswaty Kemuning. 2010. Pengaruh Citra Merek Terhadap Loyalitas Konsumen Pada Air Mineral Aqua. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Mercu Buana.

Farid Yuniar Nugroho. 2011. Pengaruh Citra Merek dan Kepuasan Pelanggan Terhadap Loyalitas Konsumen. Yogyakarta: Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”.

Griffin, Jill. 2002. Manajemen. Jakarta. Erlangga.

Hasan, Ali(2008 : 81). Menjelaskan definisi-definisi loyalitas. (2003 : 45)

Jogiyanto, H. 2011. Metodologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta: BPFE.

Saputri, M.E., Pranata, T.R. (2014). Pengaruh Brand Image Terhadap Kesetiaan Pengguna Smartphone Iphone. Jurnal Sosioteknologi Volume 13Nomor 3.

Kanuk., Schiffman., dalam Sulistian., Ogi (2011 : 33). Faktor-faktor pembentuk citra merek.

Keller (2003). Komponen asosiasi merek.

Kotler., & Keller (2007). Pengertian Manajemen Pemasaran

Kotler., Keller (2009 : 332). Merek adalah nama, istilah, tanda, symbol, atau rancangan, atau kombinasi dari semuanya, yang dimaksdukan untuk mengidentifikasi barang atau jasa penjual atau kelompok penjual dan untuk mendiferensiasikannya dari barang atau jasa pesaing.

(24)

Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller, 2007. Manajemen Pemasaran Edisi 12 Jilid 1. Jakarta: Indeks-Prentice Hall.

Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller, 2007. Manajemen Pemasaran Edisi 12 Jilid 2. Terjemahan oleh Benyamin Moaln. Jakarta. PT. Indeks

Ogi Sulistian. 2011. Pengaruh Brand Image Terhadap Loyalitas Pelanggan Rokok Gudang Garam Filter. Kuningan: Fakultas Ekonomi Universitas Kuningan.

Simamora., dalam Sulistian, Ogi (2011:33). Komponen pembentuk citra merek.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: AFABETA, cv

Sugiyono. (2011) non-probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.

Sugiyono (2012) purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.

Sugiyono (2012) kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara member pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk menjawabnya.

Sugiyono (2005 : 62), data sekunder adalah data yang tidak langsung memberikan data kepada peneliti.

Suliyanto (2005) terdapat beberapa teknik yang digunakan dalam pengumpulan data, yang dapat dibagi menjadi dua pembagian data menurut cara

memperolehnya yaitu data primer dan sekunder.

Susanto, dalam yuniar Nugroho, Farid (2011: 11) Citra merek adalah apa yang dipersepsikan oleh konsumen mengenai sebuah merek. Dimana hal ini

menyangkut bagaimana seorang konsumen menggambarkan apa yang mereka rasakan mengenai merek tersebut ketika mereka memikirkannya.

Swatstha., dan Handoko., dalam riyadi., Joko (2004 : 83). Lima faktor utama yang mempengaruhi loyalitas konsumen.

http://www.nextdigital.co.id/blog/2014/01/mengapa-sebuah-brand-dapat-meningkatkan-usaha-anda/

http://www.kajianpustaka.com/2012/12/citra-merek-brand-image.html

(25)

http://repository.widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/handle/10364/949/bab1-

2.pdf?sequence=1&1534-D83A_1933715A=729b9f2021c4ab821e24bade842d92a52f7fa84a

http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/448/jbptunikompp-gdl-didinbasir-22387-3-babii.pdf

Gambar

Gambar 1.1.1
Grafik 1.1.1

Referensi

Dokumen terkait

performance. To get more information about the difficulties in teaching conversation, the researcher did an interview to ten students and the students were from

Pada analisa kali ini juga akan dilakukan beberapa variasi yang sudah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya seperti melakukannya terhadap beberapa variasi sudut skew,

Putusan Pengadilan yang dapat diajukan permohonan kasasi yaitu sebagaimana diatur dalam KUHAP menyebutkan yang dapat diajukan kasasi ialah semua putusan perkara

Admin finance melakukan pengecekan informasi rekening bank, jika sudah ada pembayaran dari customer untuk tagihan tersebut, maka admin finance membuat incoming

Berikut ini beberapa sistem struktur atas yang akan digunakan untuk bangunan. gelanggang remaja, yaitu

Berdasarkan faktor-faktor diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa stres dapat terjadi baik itu dari dalam pekerjaan maupun dari luar pekerjaan individu, Dan yang sering

Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa besar arus berpengaruh terhadap kekerasan hasil pengelasan baja ST 60 menggunakan pengelasan SMAW. Kekerasan logam las tertinggi pada

Siregar, S (2011) StatistikaDeskriptifuntukPenelitian.Jakarta: PT