• Tidak ada hasil yang ditemukan

Korelasi Antara Pengetahuan Dengan Sikap dan Perilaku Laki-laki Seks Dengan Laki-laki Mengenai Gonre di Yayasan X Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Korelasi Antara Pengetahuan Dengan Sikap dan Perilaku Laki-laki Seks Dengan Laki-laki Mengenai Gonre di Yayasan X Bandung."

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

iv ABSTRAK

KORELASI ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP DAN PERILAKU LAKI-LAKI SEKS DENGAN LAKI-LAKI MENGENAI

GONORE DI YAYASAN X BANDUNG

Maria Pyrhadistya, 2016; Pembimbing I: Dr. Oeij Anindita Adhika, dr., MKes. Pembimbing II: Prawindra Irawan, dr., Sp.KK, MKes.

Latar Belakang. Gonore merupakan penyakit infeksi menular seksual (IMS) yang paling sering terjadi. Laki-laki seks dengan laki-laki (LSL) termasuk kelompok masyarakat berisiko tinggi terhadap IMS. Infeksi gonokokus pada LSL berhubungan dengan perilaku seks mereka, yang biasanya orogenital dan anogenital, yang dapat menyebabkan infeksi oral, anal, maupun uretral.

Tujuan Penelitian. Penelitian ini bertujuan mempelajari korelasi antara pengetahuan dengan sikap dan perilaku LSL mengenai gonore di Yayasan X Bandung.

Metode Penelitian. Desain penelitian ini adalah analitik, menggunakan kuesioner dengan metode wawancara terhadap 41 orang subyek penelitian yang didapatkan dengan conveinience sampling. Analisis data menggunakan uji Somers’d untuk menilai korelasi antara tingkat pengetahuan dengan tingkat sikap dan tingkat perilaku.

Hasil. Uji korelatif antara tingkat pengetahuan dan tingkat sikap LSL mengenai gonore menghasilkan r=0.272, sedangkan antara tingkat pengetahuan dan tingkat perilaku menghasilkan r=−0.046.

Simpulan. Terdapat korelasi positif lemah antara tingkat pengetahuan dan tingkat sikap LSL mengenai gonore, dan korelasi negatif sangat lemah antara tingkat pengetahuan dan tingkat perilaku LSL mengenai gonore.

Kata kunci : LSL, gonore, pengetahuan, sikap, perilaku

(2)

v ABSTRACT

CORRELATION BETWEEN KNOWLEDGE WITH ATTITUDE AND BEHAVIOR OF MAN WHO HAVE SEX WITH MAN ABOUT GONORRHEA

IN X FOUNDATION BANDUNG

Maria Pyrhadistya, 2016; Tutor 1st : Dr. Oeij Anindita Adhika,dr., MKes. Tutor 2nd: Prawindra Irawan, dr., Sp.KK, MKes.

Background. Gonorrhea is the most common sexually transmitted infection (STI). Men who have sex with men (MSM) are included in community groups with the high risk of STIs. The manifestation of gonococcal infection on MSM is related with their sexual behaviors, which are usually orogenital and anogenital, that can lead to oral, anal, or urethral infections.

Objectives. The aim of this research was to study the correlation between the knowledge and the attitude and the behavior of MSM about gonorrhea in the X Foundation Bandung.

Methods. The research was analytical study, with interview using a questionnaire to the 41 study subjects. Data analysis was performed using

Somers’d test to assess the correlation between the level of knowledge and the level of attitude and the level of behavior.

Results. Somers’d tests resulted r=0.272 between the level of knowledge and the level of attitude; and r=−0.046 between the level of knowledge and the level of behavior.

Conclusions. Taken together, there was a positive but weak correlation between the level of knowledge and the level of attitude, and a very weak negative correlation between the level of knowledge and the level of behavior of MSM about gonorrhea.

Keywords: MSM, gonorrhea, knowledge, attitude, behaviour

(3)

viii

1.2 Identifikasi Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.5 Landasan Teori dan Kerangka Pemikiran ... 4

1.6 Hipotesis Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Pengetahuan ... 7

2.2 Sikap ... 8

2.3 Perilaku ... 9

2.4 Homoseksual ... 10

2.5 Anatomi Organa Genitalia Masculina...10

2.6 Neisseria gonorrhoeae...13

2.7 Definisi...14

2.8 Epidemiologi...14

(4)

ix

2.9 Etiologi...17

2.10 Transmisi...17

2.11 Patogenesis...17

2.12 Gambaran Klinis...18

2.13 Pemeriksaan untuk diagnosis...19

2.14 Penatalaksanaan...20

BAB III METODE PENELITIAN ... 22

3.1Instrumen Penelitian...22

3.2 Populasi dan Sampel ... 22

3.3 Desain Penelitian ... 22

3.4 Variabel dan Definisi Operasional ... 24

3.5 Prosedur Penelitian ... 25

3.6 Hipotesis Statistik...25

3.7 Tempat dan Waktu Penelitian...26

3.8 Aspek Etik Penelitian...26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27

4.1 Hasil Penelitian ... 27

4.2 Pembahasan ... 29

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 31

5.1 Simpulan ... 31

5.2 Saran ... 31

(5)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Hasil Pembacaan Tes Thomson...20 Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia...27 Tabel 4.2 Distribusi Tingkat Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku Responden...28

(6)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Organ Reproduksi Laki-Laki ... ...12

Gambar 2.2 Pewarnaan Gram Eksudat Uretra Pasien dengan Gonore ... ...14

Gambar 2.3 Piramida Infeksi Gonore Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin

Tahun 2015 di AS ... ...15

Gambar 2.4 Diagram Batang Distribusi Gonore Pada LSL, LSP, dan Perempuan Berdasarkan Negara Bagian di AS Tahun 2015 ... ...15 Gambar 2.5 Diagram Batang Distribusi Gonore Pada LSL, LSW, Perempuan

Berdasarkan Usia di Amerika Serikat ... ...16

(7)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Keputusan Komisi Etik ... 35

Lampiran 2. Informed Concent...36

Lampiran 3. Kuisioner Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku ... 37

Lampiran 4. Nilai Responden ... 41

Lampiran 5. Hasil Analisis Korelasi antara Tingkat Pengetahuan dan Tingkat Sikap ... 42

Lampiran 6. Hasil Analisis Korelasi antara Tingkat Pengetahuan dan Tingkat Sikap...43

(8)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Gonore atau penyakit kencing nanah adalah penyakit infeksi menular seksual (IMS) yang paling sering terjadi. Gonore disebabkan oleh bakteri diplokokus gram negatif, Neisseria gonorrhoeae (N. gonorrhoeae), yang menginfeksi membran mukosa dari urethra, endocervix, rectum, dan pharynx. Infeksi ini bisa tidak menimbulkan gejala (Morel, 2010). Gonore merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting dan kedua tersering dari IMS di Amerika. Gonore dapat ditularkan melalui hubungan seks vaginal, anal dan oral dengan pasangan yang terinfeksi bakteri N. gonorrhoeae. Gonore juga dapat ditularkan melalui ibu yang sedang mengandung kepada bayi yang ada dalam kandungannya selama proses melahirkan bayi tersebut sehingga menyebabkan ophtalmia neonatorum dan systemic neonatal infection (Wong, 2016).

Gambaran klinis dan perjalanan penyakit pada perempuan berbeda dengan laki-laki. Hal ini disebabkan oleh perbedaan anatomi dan fisiologi alat kelamin laki-laki dan perempuan. Pada perempuan, penyakit akut maupun kronik, gejala subjektif jarang ditemukan dan hampir tidak pernah didapati kelainan objektif. Pada umumnya perempuan datang berobat kalau sudah ada komplikasi. Gejala pertama pada laki-laki berupa uretritissedangkan pada perempuan berupa uretritis dan servisitis. Masa tunas gonore sangat singkat, pada laki-laki umumnya berkisar 2-5 hari, kadang lebih lama. Gejala tersebut dapat menyebabkan komplikasi lokal maupun sistemik selain itu juga dapat menyebabkan komplikasi diseminata seperti artritis, miokarditis, endokarditis, perikarditis, meningitis, dan dermatitis (Daili, 2014).

Menurut WHO, pada tahun 2008 terjadi peningkatan infeksi N. gonorrhoeae yang signifikan selain di benua Eropa dan daerah Timur Tengah, yaitu dari sebanyak 87,7 juta kasus pada tahun 2005 menjadi 106,1 juta kasus pada tahun 2008. Pada Benua Afrika insidensi penderita gonore perempuan sebanyak 9,6 juta

(9)

2

kasus, sedangkan laki-laki sebanyak 11,6 juta kasus. Pada Tahun 2008, di Benua Amerika penderita gonore perempuan 4,4 juta kasus, sedangkan laki-laki sebanyak 6,6 juta kasus. Di Asia Tenggara insidensi penderita gonore perempuan sebanyak 7,5 juta kasus, sedangkan laki-laki 18,0 juta kasus. Insidensi penderita gonore perempuan di Benua Eropa sebanyak 1,9 juta kasus, sedangkan laki-laki sebanyak 1,6 juta kasus. Di Timur tengah insidensi penderita gonore perempuan sebanyak 1,2 juta kasus sedangkan laki-laki 1,9 juta kasus.

Data mengenai IMS secara keseluruhan menurut SDKI 2012. Laki-laki kawin usia 15-54 tahun yang berobat IMS ke klinik, dokter, atau tenaga kesehatan lainnya sebanyak 45%, 8% membeli obat sendiri ke apotik, 6% membeli obat dari sumber lain selain apotik, dan sebanyak 39% tidak melakukan pengobatan IMS.

Di Indonesia, IMS yang paling banyak ditemukan adalah sifilis dan gonore. Prevalensi infeksi menular di Indonesia yakni kota Bandung sebanyak 37,4% untuk kasus gonore, klamidia 34,5%, dan sifilis 25,2%. Di Surabaya prevalensi infeksi klamidia 33,7%, sifilis 28,8%, dan gonore sebanyak 19,8%. Jakarta sebagai ibu kota negara Republik Indonesia memiliki jumlah kasus gonore sebanyak 29,8%, sifilis 25,2% dan klamidia 22,7%. Di Medan angka kejadian syphilis terus meningkat setiap tahun. Peningkatan penyakit ini terbukti sejak tahun 2003 meningkat 15,4%, sedangkan pada tahun 2004 terus menunjukkan peningkatan menjadi 18,9%, sementara pada tahun 2005 menjadi 22,1% (Chiuman, 2009).

Laki-laki seks laki-laki (LSL) termasuk kelompok masyarakat berisiko tinggi terhadap IMS. Angka kejadian infeksi menular seksual pada LSL di Amerika meningkat cukup tinggi. Berbagai faktor penyebab tingginya angka kejadian HIV dan IMS pada LSL adalah berhubungan seksual dengan pasangan yang terinfeksi dan ahkirnya menularkan dirinya sendiri, perilaku seks yang tidak menggunakan kondom dan perilaku seks melalui anal, serta pandangan masyarakat yang buruk terhadap LSL dapat mempengaruhi kesehatan dari LSL (Center for Disease Control and Prevention, 2016).

Gonore dapat disembuhkan dengan pemberian antibiotik. Pengobatan antibiotik ini akan diberikan kepada seseorang dengan hasil tes gonore positif,

(10)

3

seseorang yang berhubungan seks dengan pasangan yang terinfeksi dengan ada atau tidak adanya gejala dalam kurun waktu enam puluh hari, dan bayi yang lahir dari ibu yang menderita gonore (Marshall, 2014).

Upaya pencegahan yang harus dilakukan agar tidak tertular IMS adalah dengan menanyakan kepada pasangan sebelum berhubungan seksual apakah pasangan anda sedang menderita gonore, gunakan kondom dengan benar setiap kali berhubungan seks, berpikir dua kali sebelum berhubungan seks terutama jika bukan dengan pasangan tetap, batasi jumlah pasangan dalam berhubungan seks, dan mengetahui status diri sendiri apakah sedang menderita IMS sehingga dapat menjauhkan pasangan dari risiko tertular IMS (Center for Disease Control and Prevention, 2016)

Pada LSL didapatkan beberapa gejala klinik yang jarang didapatkan pada pasangan heteroseksual yaitu infeksi oropharyngeal maupun anal karena perilaku seks mereka yang menyimpang seperti anal sex dan oral sex. Tingginya insidensi LSL mungkin juga akan berdampak pada tingginya infeksi gonore yang ada saat ini.

Yayasan X adalah yayasan yang menampung para LSL di Kota Bandung. Visi yayasan ini adalah menambah rasa percaya diri kepada LSL agar dapat berdaya dan diterima oleh masyarakat. Misi utamanya adalah menghilangkan stigma dan diskriminasi di masyarakat. Berbagai kegiatan dilakukan oleh yayasan ini salah satunya dengan mengadakan kegiatan penyuluhan dan skrining gratis mengenai IMS dan HIV/AIDS rutin setiap bulannya.

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, penulis tertarik untuk mempelajari gambaran tingkat pengetahuan, tingkat sikap, dan tingkat perilaku dan adakah korelasi antara tingkat pengetahuan, tingkat sikap, dan tingkat perilaku LSL mengenai gonore agar dapat mengetahui lebih jelas fenomena apa yang sebenarnya terjadi pada saat ini dan masyarakat dapat mewaspadai penularan gonore.

(11)

4

1.2 Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apakah terdapat korelasi antara tingkat pengetahuan dan tingkat sikap LSL

mengenai gonore di Yayasan X Bandung.

2. Apakah terdapat korelasi antara tingkat pengetahuan dan tingkat perilaku LSL mengenai gonore di Yayasan X Bandung.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari korelasi antara tingkat pengetahuan dengan tingkat sikap dan tingkat perilaku LSL mengenai gonore di Yayasan X Bandung.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat akademis penelitian karya tulis ilmiah ini adalah menyajikan data mengenai korelasi tingkat pengetahuan dengan tingkat sikap dan tingkat perilaku LSL mengenai gonore di Yayasan X Bandung.

Manfaat praktis penelitian ini adalah menambah wawasan masyarakat tentang pengetahuan, sikap, dan perilaku LSL mengenai gonore, sehingga masyarakat dapat berkontribusi dalam upaya pencegahan penyakit ini.

1.5 Landasan Teori dan Kerangka Pemikiran

Penyakit menular seksual (PMS) memang sudah lama dikenal dan beberapa sangat populer di Indonesia, yaitu sifilis dan gonore. Tetapi istilah PMS saat ini sudah diganti dengan infeksi menular seksual (IMS).

Laki-laki seks dengan laki-laki saat ini semakin marak dikalangan masyarakat menyebabkan semakin tingginya angka kejadian IMS pada LSL. Infeksi gonokokus pada LSL berhubungan dengan perilaku seks mereka, yang biasanya

(12)

5

berupa orogenital dan anogenital, yang dapat menyebabkan infeksi oral, anal, maupun uretral. Laki-laki homoseksual yang melakukan perilaku seks tersebut lebih berisiko terkena infeksi dibanding heteroseksual yang melakukan hubungan seks vaginal.

Gambaran klinis yang sering timbul pada laki-laki yaitu uretritis anterior akuta dan dapat menjalar ke proksimal, dan mengakibatkan komplikasi lokal, asendens, serta diseminata. Keluhan subjektif berupa rasa gatal, panas dibagian distral uretra disekitar orifisium uretra eksternum, kemudian disusul disuria, polakisuria, keluar duh dari ujung uretra yang kadang-kadang disertai darah, dapat pula disertai nyeri waktu ereksi. Tampak orifisium uretra eksternum kemerahan, edema, dan ektropion. Tampak pula duh tubuh yang mukopurulen (Daili, 2014).

Pada LSL, biseksual, dan heteroseksual gejala yang paling utama adalah faringitis akibat infeksi gonokokus setelah melakukan seks oral. Gejala faringitis yang muncul akibat infeksi gonokokus ini tidak bisa dibedakan dengan infeksi akibat bakteri lain seperti demam, limfadenopati dan tonsilitis. Hampir 60% infeksi ini tidak bergejala. Gejala lainya akibat infeksi anal yang sering didapat berupa gatal, terdapat nanah pada rectal, terdapat sedikit darah pada rectal, nyeri, hingga konstipasi. Pada pemeriksaan fisik juga didapatkan bercak kemerahan, nanah, kerusakan mukosa anus dan rektum (Kaloczi, 2010).

Pada dasarnya pengetahuan merupakan syarat dari seseorang untuk berperilaku. Pengetahuan juga merupakan faktor kekuatan terjadinya perubahan sikap (Suryani et al., 2006). Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulasi atau objek. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, tapi merupakan “predisposisi” tindakan atau perilaku (Notoatmojo, 2007).

Pengetahuan dan sikap menjadi landasan pembentukan moral remaja sehingga dalam diri seseorang idealnya memliki keselarasan antara pengetahuan dan sikap, dimana sikap terbentuk setelah proses tahu terlebih dahulu (Suryani et al., 2006).

Berdasarkan teori yang telah dijabarkan diatas seharusnya pengetahuan akan berdampak pada sikap dan perilaku

(13)

6

1.5Hipotesis Penelitian

1. Berapa besar korelasi antara tingkat pengetahuan dan tingkat sikap LSL mengenai gonore di Yayasan X Bandung.

2. Berapa besar korelasi antara tingkat pengetahuan dan tingkat perilaku LSL mengenai gonore di Yayasan X Bandung.

(14)

32 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Pada penelitian mengenai gambaran pengetahuan, sikap dan perilaku LSL

penderita gonore di Kota Bandung, didapatkan hasil:

1. Terdapat korelasi positif namun lemah antara pengetahuan dan sikap LSL di

Yayasan X, Bandung.

2. Terdapat korelasi negatif sangat lemah antara pengetahuan dan perilaku LSL

di Yayasan X, Bandung.

5.2 Saran

1.

Pemerintah harus lebih giat untuk menyosialisasikan tentang layanan tes

skrining gratis IMS untuk LSL di puskesmas.

2.

Penyuluhan maupun edukasi di puskesmas mengenai kesehatan dan cara

merawat organ reproduksi.

3.

Edukasi untuk selalu menggunakan kondom dalam hubungan seksual dan setia pada pasangan.

4.

Penelitian dengan jumlah sampel yang lebih besar dalam satu kota sehingga

dapat menentukan secara pasti mengenai gambaran maupun hubungan antara

pengetahuan, perilaku, dan sikap LSL.

5. Penelitian terhadap LSL mengenai penyakit infeksi yang lain seperti

HIV/AIDS, sifilis, herpes simpleks, hepatitis B/C.

(15)

i

KORELASI ANTARA PENGETAHUAN

DENGAN SIKAP DAN PERILAKU LAKI-LAKI SEKS

DENGAN LAKI-LAKI MENGENAI GONORE

DI YAYASAN X BANDUNG

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ini Dibuat Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

MARIA PYRHADISTYA

1310232

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BANDUNG

(16)

vi

KATA PENGANTAR

Puji Tuhan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat, dan kasih

karunianya, sehingga saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini pada

waktunya.

Karya tulis ilmiah ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

sarjana kedokteran (SKed.) di Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Marantha.

Penyusunan karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan bantuan dan

dukungan dari berbagai pihak secara moril maupun materil, oleh karena itu,

perkenankanlah saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Oeij Anindita Adhika, dr., MKes., selaku pembimbing utama karya tulis

ilmiah ini yang tanpa lelah memberikan waktu, bimbingan, pengarahan, serta

pengetahuannya dari awal hingga akhir, sehingga karya tulis ini dapat

terselesaikan.

2. Prawindra Irawan, dr., Sp.KK., MKes. selaku pembimbing kedua yang juga

tidak kenal lelah memberikan waktu, bimbingan, pengarahan, serta

pengetahuannya dari awal hingga akhir dalam proses pembuatan karya tulis

ilmiah ini.

3. Dosen-dosen penguji yang telah berbaik hati meluangkan waktunya untuk

menguji karya tulis ilmiah ini.

4. Dosen-dosen beserta para staf Fakultas Kedokteran Universitas Kristen

Maranatha atas bantuannya dalam mengurus perizinan.

5. Seluruh subjek penelitian yang telah bersedia berpartisipasi dalam penelitian

ini dan yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

6. Pengurus komunitas LSL di Bandung yang telah memberikan izin dan

kerjasamanya dalam pengambilan data.

7. Teman-teman seperjuangan dari Fakultas Kedokteran Universitas Kristen

Maranatha yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian karya tulis

ilmiah ini: Reevaldo Calvin, Danar Wahyu, Cindy Nanda, Richard Sejahtera,

Vanny Febriana, Aisyah Mulqiah.

(17)

vii

atas dukungan moril, materil, doa, dan nasehat yang tiada henti-hentinya

menguatkan selama proses pembuatan karya tulis ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam

penyusunan karya tulis ini, baik dalam isi maupun sistematika penulisannya. Oleh

karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari

para pembaca dalam penyempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

Akhir kata, semoga Karya Tulis ini dapat menambah wawasan bagi semua

pihak dan bermanfaat bagi perkembangan ilmu kedokteran.

Bandung, November 2016

(18)

33

DAFTAR PUSTAKA

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2001. Jakarta: Balai Pustaka.

Adikusumo, A., & Damping, C. 2014. Gangguan Psikoseksual. Dalam F. K. Indonesia, Buku Ajar Psikiatri (hal. 340-341). Jakarta: Badan Penerbit FK UI.

Brooks, G., Carrol, K., Butel, J., Morse, S., & Mietzner, T. 2013. Jawetz, Melnick, Adelberg Mikrobiologi Kedokteran edisi 25. Jakarta: EGC.

Center for Disease Control and Prevention. 2016, March 9. Dipetik March 18, 2016, dari http://www.cdc.gov/msmhealth/std.htm

Centers for Disease Control and Prevention. 2016, October 18. 2015 Sexually Transmitted Disease Surveillance. Dipetik October 28, 2016, dari Centers for Disease Control and Prevention:

http://www.cdc.gov/std/stats15/figures/17.htm

Chiuman, L. 2009. Gambaran Pengetahuan dan Sikap Remaja SMA Wiyata Dharma Terhadap Infeksi Menular Seksual. Universitas Sumatera Utara, 1.

Daili, S. F. 2014. Gonore. Dalam S. F. Daili, Infeksi Menular Seksual Edisi ke 4 (hal. 66). Jakarta: Badan Penerbit FKUI.

Daili, S. F. 2014. Gonore. Dalam S. F. Daili, Infeksi Menular Seksual Edisi ke 4 (hal. 65). Jakarta: Badan Penerbit FKUI.

Douglas, G., Nicol, F., & Robertson, C. 2014. Macleod Pemeriksaan Klinis edisi 13. Singapore: Elsevier.

Fatusi, Ijandunola, Ojofeitimi, Adewuyi, Akinyemi, Omideyi, et al. 2004. The Influence of sociodemografic factors on awareness, knowledge, and attitude toward andropause among health professionals in ile-ile nigeria. The Aging Male 7, 269-279.

Heymann, D. L. 2014. Control of Communicable Disease Manual, 20th edition. America: American Public Health Association.

Imron, A. 2012. Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja. Yogyakarta: Ar Ruzz Media.

(19)

34

Kaloczi, L. 2010. Sexually Transmitted Infection. Dalam K. L. McCance, S. E. Huether, V. S. Brasber, & N. S. Rote, Pathophysiology The Biologic Basis for Disease in Adults and Children 6th ed (hal. 923). United States of America: Elsevier.

Kementrian Kesehatan. 2012. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan.

Kementrian Kesehatan RI. 2011, Oktober. Pedoman Nasional Penanganan Infeksi Menular Seksual 2011. Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan 2011, 81-86.

Kumar, V., Cotran, R., & Robbins, S. 2007. Robbins Buku Ajar Patologi edisi 7. Jakarta: EGC.

Luthfiana, Y. 2012. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Terhadap Perilaku Berisko HIV/AIDS Pada Pekerja Bangunan Di Proyek World Class University Tahun 2012. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 53.

Maolinda, N., Sriati, A., & Maryanti, I. 2012. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Siswa Terhadap Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja di SMAN 1 Margahayu. Fakultas Ilmu Keperawatan Unpad, Bandung, 12.

Marcelena, R., & Menaldi, S. L. 2014. Gonore. Dalam F. K. IV, Kapita Selekta Kedokteran (hal. 341-345). Jakarta: Media Aesculapius.

Marshall, S. 2014, Juny 4. Gonorhea. Dipetik January 21, 2016, dari WebMD: http://www.webmd.com/sexual-conditions/tc/gonorrhea-cause

Moore, K. L., Dalley, A., & Agur, A. M. 2014. Moore Clinically Oriented Anatomy (7th ed.). United States of America: Wolter Kluwer Lippincots William and Wilkins.

Morel, P. 2010. Gonorrhea. Dalam M. G. Lebwohl, W. R. Heymann, J. B. Jones, & I. Coulson, Treatment of Skin Disease: Comprehensive Therapeutic Strategies 3rd ed. China: Elsevier Saunders.

Notoatmojo, S. 2007. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.

Schwartz, B. 2016. Bacterial and Chlamydial Infection. Dalam M. Papadakis, & S. McPhee, Current Medical Diagnosis and Treatment. United States of America: Mc Graw Hill Education.

Suryani, Rahayuwati, & Kosasih. 2006. Hubungan antara pengetahuan tentang pencegahan HIV/AIDS dengan sikap remaja terhadap pencegahan

(20)

35

HIV/AIDS di SMU pasundan bandung. Jurnal Keperawatan Unpad Vol 8 no. XIV.

Tomb, D. A. 2004. Buku Saku Psikiatri edisi 6. Jakarta: EGC.

Walgito, B. 2003. Psikologi Sosial (suatu pengantar). Yogykarta: Andi Offset.

Wong, B. 2016, March 15. Gonorrhea. Dipetik March 18, 2016, dari Medscape: http://emedicine.medscape.com/article/218059-overview#a2

Suharyadi, dan S. K. Purwanto. 2009. Statistika: Untuk Ekonomi dan Keuangan Modern. Edisi 2, buku 1. Jakarta: Penerbit Salemba Empat

Gambar

Tabel 4.2 Distribusi Tingkat Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku Responden........28
Gambar 2.4 Diagram Batang Distribusi Gonore Pada LSL, LSP, dan Perempuan

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan perilaku remaja putri mengenai menarche pada siswi- siswi SMP “X” di Kota Bandung 2015.. Penelitian ini menggunakan

” Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dan Sikap Tentang Kesehatan Reproduksi dengan Perilaku Kissing, Necking, Petting, Intercourse (KNPI) pada Mahasiswa Laki- laki FIK

ikut serta dalam penelitian yang berjudul: Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Mengenai Masturbasi Dengan Perilaku Masturbasi Siswa Asrama “X” Di Kabupaten Sukabumi

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU SISWA MENGENAI MASTURBASI DI SMP “X” DI KOTA CIMAHI

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU SISWA-SISWI SMU NEGERI KOTA BANDUNG TERHADAP PERILAKU SEKS BEBAS..

4.2.10 Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku Responden Mengenai Apa Yang Harus Dilakukan Untuk Menjaga Kebersihan Gigi Dan Mulut Selama Memakai Alat Ortodontik

Penilaian terhadap Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku knowledge, attitude, practice/KAP dokter umum terhadap DM dan retinopati diabetik diperlukan untuk mengevaluasi pelayanan yang

Kesimpulan Berdasarkan uraian teoritis dan analisis data yang diperoleh mengenai Studi Korelasi Antara Pengetahuan Kurikulum Ismubaristik dengan Sikap Sopan dan Santun Pada Siswa