• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI DAN METODE EKSPERIMEN DITINJAU DARI KEINGINTAHUAN DAN PERHATIAN SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI DAN METODE EKSPERIMEN DITINJAU DARI KEINGINTAHUAN DAN PERHATIAN SISWA"

Copied!
175
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN METODE

DEMONSTRASI DAN METODE EKSPERIMEN DITINJAU DARI

KEINGINTAHUAN DAN PERHATIAN SISWA

(Studi Kasus pada Materi Listrik Dinamis untuk Kelas IX SMP N 1

Karangmalang Sragen Tahun Pelajaran 2010/2011)

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

untuk Mencapai Derajat Magister

Program Studi Pendidikan Sains

Minat Utama: Pendidikan Fisika

oleh:

Ibnu Prakosa

S830809010

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

LEMBAR PERSETUJUAN

PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN METODE

DEMONSTRASI DAN METODE EKSPERIMEN DITINJAU DARI

KEINGINTAHUAN SISWA DAN PERHATIAN SISWA

(Studi Kasus pada Materi Listrik Dinamis untuk Kelas IX SMP N 1

Karangmalang Sragen Tahun Pelajaran 2010/2011)

disusun oleh:

Ibnu Prakosa

S830809010

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing

Dewan Pembimbing

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Pembimbing I Prof. Dr. H.Widha Sunarno, M.Pd. 7 Januari 2011

NIP. 195201161980031001 _____________ ________

Pembimbing II Dra. Suparmi, M.A, Ph.D. 7 Januari 2011

NIP. 195209151976032001 _____________ _________

Mengetahui

Ketua Program Pendidikan Sains

(3)

commit to user

iii

PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN METODE

DEMONSTRASI DAN METODE EKSPERIMEN DITINJAU DARI

KEINGINTAHUAN SISWA DAN PERHATIAN SISWA

(Studi Kasus pada Materi Listrik Dinamis untuk Kelas IX SMP N 1

Karangmalang Sragen Tahun Pelajaran 2010/2011)

disusun oleh:

Ibnu Prakosa

S830809010

Telah disetujui oleh Tim Penguji

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Ketua Prof. Dr. Ashadi ……… …...

Sekretaris Drs. Cari, M.A., M.Sc., Ph.D. ………….. …...

Anggota Penguji 1. Prof. Dr. H.Widha Sunarno,M.Pd ..……… ……...

2. Dra. Suparmi, M.A, Ph.D …………. ………...

Surakarta, Januari 2011

Mengetahui Ketua Program Studi Pend. Sains

Direktur PPs UNS

(4)

commit to user

iv

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya:

Nama : Ibnu Prakosa

NIM : S830809010

menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis saya berjudul “Pembelajaran Inkuiri

Terbimbing Menggunakan Metode Demonstrasi dan Metode Eksperimen Ditinjau

dari Keingintahuan Siswa dan Perhatian Siswa (Studi Kasus pada Materi Listrik

Dinamis untuk Kelas IX SMP N 1 Karangmalang Sragen Tahun Pelajaran

2010/2011)”, adalah benar-benar karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya

dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, saya bersedia

menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari

tesis tersebut.

Surakarta, 3 Januari 2011

Yang membuat pernyataan,

(5)

commit to user

v

ABSTRAK

Ibnu Prakosa. S830809010. “Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Menggunakan Metode Demonstrasi dan Metode Eksperimen Ditinjau dari Keingintahuan dan Perhatian Siswa (Studi Kasus pada Materi Listrik Dinamis untuk Kelas IX SMP N 1 Karangmalang Sragen Tahun Pelajaran 2010/2011). Tesis, Surakarta: Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana. Universitas Sebelas Maret, Januari 2011. Pembimbing I: Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. Pembimbing II: Dra. Suparmi, M.A., Ph.D.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Pengaruh pembelajaran fisika pendekatan inkuiri terbimbing menggunakan metode eksperimen dan metode demonstrasi terhadap prestasi belajar siswa; (2) Pengaruh dalam pembelajaran fisika antara keingintahuan siswa kategori tinggi atau keingintahuan siswa kategori rendah terhadap prestasi belajar siswa; (3) Pengaruh dalam pembelajaran fisika antara perhatian siswa kategori tinggi dan perhatian siswa kategori rendah terhadap prestasi belajar siswa; (4) Interaksi antara metode pembelajaran dengan keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar siswa; (5) Interaksi antara metode pembelajaran dengan perhatian siswa terhadap prestasi belajar siswa; (6) Interaksi antara keingintahuan siswa dengan perhatian siswa terhadap prestasi belajar siswa; (7) Interaksi antara metode pembelajaran, keingintahuan siswa dan perhatian siswa terhadap prestasi belajar siswa.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Populasi penelitian adalah seluruh kelas IX SMP Negeri 1 Karangmalang Sragen tahun pelajaran 2010/2011, sejumlah 6 kelas. Sampel diambil dengan teknik simple random sampling sejumlah 2 kelas. Kelas eksperimen pertama diberi meode demonstrasi dan kelas eksperimen kedua diberi metode eksperimen. Data diperoleh menggunakan teknik tes kognitif prestasi belajar dan non-tes angket afektif prestasi belajar, keingintahuan siswa. Data dianalisis menggunakan anava dengan desain factorial 2X2X2, didesain dan dihitung menggunakan Minitab 15.

(6)

commit to user

vi

siswa yang tinggi dengan metode eksperimen berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar siswa ranah kognitif maupun ranah afektif; (6) Terdapat interaksi antara keingintahuan siswa dengan perhatian siswa terhadap prestasi belajar siswa ranah kognitif dan afektif. Tingkat keingintahuan siswa yang tinggi dengan metode eksperimen berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar siswa ranah kognitif dan afektif; (7) Tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran, keingintahuan siswa dan perhatian siswa terhadap prestasi belajar siswa ranah kognitif dan afektif.

(7)

commit to user

vii

ABSTRACT

Ibnu Prakosa. S830809010. “Guided-Inquiry Learning Using Demonstration and Experiment Methods Overviewed from Student’s Curiosity and Student’s Attention (A Case Study over Electrodynamics for 9th Grade Students, SMP N 1 Karangmalang, Sragen, Academic Year 2010/2011). Thesis, Surakarta: Science

Education Program, Post Graduate Program, Sebelas Maret University. January

2011. Advisor I: Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. Advisor II: Dra. Suparmi, M.A., Ph.D.

The objectives of this research were to know: (1) The effect of guided-inquiry learning using demonstration and experiment methods toward student’s achievements; (2) The effect of high or low student’s curiosity toward student’s learning achievements; (3 The effect of high or low levels student’s attention toward student’s achievements; (4) The interaction between learning methods and student’s curiosity toward student’s achievements; (5) The interaction between learning methods and student’s attention toward student’s achievements; (6) The interaction between student’s curiosity and student’s attention toward student’s achievements; (7) The interaction among learning methods, student’s curiosity, and student’s attention toward student’s achievements.

This research used experiment method. The population of this research was

all of 9th grade students, SMP N 1 Karangmalang, Sragen, academic year

2010/2011, consisted of seven class. The samples was taken using cluster random sampling, consisted of two experiment class. The first class was treated using demonstration method and the second class was treated using experiment method. The data was collected using test for cognitive student’s achievement and non-test questionere for affective student’s achievement, student’s curiosity, and student’s attention. The data was analyzed using anova with 2X2X2 factorial, design and calculated using Minitab 15.

(8)

commit to user

viii

interaction among learning methods, student’s curiosity, and student’s attention toward cognitive and affective student’s achievements.

(9)

commit to user

ix

ojo ndhisiki kersaning Gusti

ada OBSESI ada JALAN

teteg tenan temen tekun tekan

...

(10)

commit to user

x

Flora Mikhaila Hanafi, you are truly more than words,

(11)

commit to user

xi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberi rahmat, hidayah serta taufiq-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Tesis ini dengan judul Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Menggunakan Metode Demonstrasi dan Metode Eksperimen Ditinjau dari Keingintahuan Siswa dan Perhatian Siswa.

Penyusunan Tesis ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada yang terhormat:

1. Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan untuk belajar pada Program Pascasarjana.

2. Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah berkenan memberikan fasilitas dalam menempuh pendidikan pada Program Pascasarjana.

3. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta dan selaku pembimbing pertama yang telah memberikan arahan selama penulis menyelesaikan pendidikan dan menyelesaikan laporan penelitian ini.

4. Dra. Suparmi, M.A, Ph.D. selaku pembimbing kedua, yang telah memberikan bimbingan dan petunjuk dalam menyelesaikan laporan penelitian ini.

5. Segenap dosen Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan pendalaman ilmu kepada penulis.

6. Kepala Sekolah SMP N 1 Karangmalang Sragen yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian.

7. Rekan mahasiswa Pendidikan Sains Program Pascasarjana. 8. Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga amal kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan yang lebih baik di sisi Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan laporan ini. Akhirnya, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Surakarta, Januari 2011

(12)

commit to user

xii

DAFTAR ISI

JUDUL... i

PERSETUJUAN... ii

PENGESAHAN... iii

PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK... v

MOTTO... vii

PERSEMBAHAN... viii

KATA PENGANTAR... ix

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR GAMBAR... xv

DAFTAR LAMPIRAN... xvi

BAB I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah ……….….. 1

B. Identifikasi Masalah ……… .... . 11

C. Pembatasan Masalah ………. ... . 12

D. Perumusan Masalah ..………. 13

E. Tujuan Penelitian ……..……….……….... 14

(13)

commit to user

xiii

BAB II KAJIAN TEORETIS, KERANGKA BERFIKIR DAN

PENGAJUAN HIPOTESIS... 16

A. Kajian Teoretis………..………..…… ... 16

1. Pembelajaran Inkuiri Terbimbing……… 16

a. Pengertian Belajar ……… 17

b. Teori Belajar ……… ... ……… 18

c. Inkuiri Terbimbing ……… ……… 23

2. Metode Demonstrasi……… ... 33

3. Metode Esperimen……… ... 34

4. Keingintahuan Siswa………... 35

5. Perhatian Siswa……… ... 38

6. Prestasi Belajar Siswa……… ... 40

7. Materi Pelajaran Fisika Listrik Dinamis……… ... 42

B. Penelitian yang Relevan………..………..… 53

C. Kerangka Berfikir………..………..……... 60

D. Pengajuan Hipotesis………..………..…… .. 66

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 67

A. Tempat dan Waktu Penelitian ……… . 67

B. Metode Penelitian ………. 68

C. Populasi, Subyek dan Teknik Pengambilan Sampel ………... 68

D. Variabel Penelitian ……….. 70

E. Data dan Teknik Pengumpulan Data……… 72

(14)

commit to user

xiv

G. Uji Coba Instrumen ………... 76

H. Teknik Analisis Data ………... 83

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... ... 90

A. Deskripsi Data ... 90

B. Uji Prasyarat Analisis ... 110

C. Uji Hipotesis... 123

D. Pembahasan... 140

E. Keterbatasan Penelitian ... 148

BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN... 149

A. Kesimpulan ... 149

B. Implikasi ... 151

C. Saran... 152

DAFTAR PUSTAKA... 153

(15)

commit to user

xv

DAFTAR TABEL

halaman

Tabel 1.1 Nilai Ulangan Harian Listrik Dinamis SMP

Negeri 1 Karangmalang Sragen Kelas IX

Tahun Pelajaran 2009/2010 ……...…..….…………... 2

Tabel 2.1. Langkah Penemuan di dalam Kelas dan

Ragam Langkah Penemuan ………...…..….……... 28

Tabel 2.2 Langkah Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 32

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ... 67

Tabel 3.2 Validitas Item Instrumen Pengambilan

Data Penelitian ... 77

Tabel 3.3 Klasifikasi korelasi reliabilitas ………... 78

Tabel 3.4 Reliabilitas Instrumen Pengambilan Data Penelitian………….. 78

Tabel 3.5 Distribusi Tingkat Kesukaran Soal Tes Kognitif

Prestasi Belajar Siswa………. 80

Tabel 3.6 Distribusi Daya Pembeda Soal Tes Kognitif

Prestasi Belajar Siswa……… 81

Tabel 3.7 Desain Faktorial Penelitian …………... 83

Tabel 4.1 Deskripsi Data Nilai UAS Kelas VIII dari Sampel ...……... 90

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Nilai UAS IPA Kelas VIII

Kelas Eksperimen I (Metode Demonstrasi) ... 91

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Nilai UAS IPA Kelas VIII

Kelompok Eksperimen II (Metode Eksperimen) ... 93

Tabel 4.4 Deskripsi Data Skor Keingintahuan

Siswa Setelah Diberi Perlakuan... 94

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Skor Keingintahuan Siswa

(16)

commit to user

xvi

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Skor Keingintahuan Siswa

Kelompok Eksperimen II (Metode Eksperimen)... 97

Tabel 4.7 Deskripsi Data Skor Perhatian Siswa

Setelah Diberi Perlakuan... 98

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Perhatian Siswa

Kelompok Eksperimen I (Metode Demonstrasi)... ... 99

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Perhatian Siswa

Kelompok Eksperimen II (Metode Eksperimen)... ... 101

Tabel 4.10 Deskripsi Data Tes Kognitif Prestasi Belajar Siswa

Setelah Diberi Perlakuan... ... 103

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Nilai Tes Kognitif Prestasi Belajar Siswa

Kelompok Eksperimen I (Metode Demonstrasi)... 103

Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Nilai Tes Kognitif Prestasi Belajar Siswa

Kelompok Eksperimen II (Metode Eksperimen)... ... 105

Tabel 4.13 Deskripsi Data Skor Angket Afektif Prestasi Belajar Siswa

Setelah Diberi Perlakuan... ... 106

Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Skor Angket Afektif Prestasi Belajar Siswa Kelompok Eksperimen I (Metode Demonstrasi)... 107

Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi Skor Angket Afektif Prestasi Belajar Siswa Kelompok Eksperimen II (Metode Eksperimen)... ... 109

Tabel 4.16 Rangkuman Keputusan Uji Normalitas Masing-Masing Kriteria Data Nilai Tes Kognitif Prestasi Belajar... ... 112

Tabel 4.17 Rangkuman Keputusan Uji Normalitas Masing-Masing Kriteria Data Skor Angket Afektif Prestasi Belajar... 117

Tabel 4.18 Output Hasil Uji Anava Prestasi Belajar (Ranah kognitif)

(17)

commit to user

xvii Tabel 4.19 Rangkuman p-value Uji Hipotesis

(Terhadap Prestasi Ranah Kognitif)... 125

Tabel 4.20 Output Hasil Uji Anava Prestasi Belajar (Ranah afektif)

Ditinjau dari Metode, Keingintahuan, dan Perhatian... 125

Tabel 4.21 Rangkuman p-value Uji Hipotesis

(18)

commit to user

xviii

DAFTAR GAMBAR

halaman

Gambar 2.1 Inquiry in Action ..………..…………... ... 26

Gambar 2.2 Basicmeter sebagai amperemeter……….…. ... 44

Gambar 2.3 Basicmeter sebagai voltmeter…………..…………...……… 46

Gambar 2.4 Rangkaian Hambatan susun Seri……….... 49

Gambar 2.5 Rangkaian Hambatan susun Paralel ……… . 51

Gambar 4.1 Histogram Data Nilai UAS Kelas Eksperimen I

(Metode Demonstrasi) ... 92

Gambar 4.2 Histogram Data Nilai UAS Kelas Eksperimen II

(Metode Eksperimen) ... . 93

Gambar 4.3 Histogram Data Skor Keingintahuan Siswa Kelas

Eksperimen I (Metode Demonstrasi) ... 96

Gambar 4.4 Histogram Data Skor Keingintahuan Siswa Kelas

Eksperimen II (Metode Eksperimen) ... ... 97

Gambar 4.5 Histogram Data Skor Perhatian Siswa Kelas

Eksperimen I (Metode Demonstrasi) ... 100

Gambar 4.6 Histogram Data Skor Perhatian Siswa Kelas

Eksperimen II (Metode Eksperimen) ... ... 102

Gambar 4.7 Histogram Data Nilai Tes Kognitif Prestasi Belajar Siswa Kelas Eksperimen I

(Metode Demonstrasi) ... ... 104

Gambar 4.8 Histogram Data Nilai Tes Kognitif Prestasi Belajar Siswa Kelas Eksperimen II

(Metode Eksperimen) ... ... 105

Gambar 4.9 Histogram Data Skor Angket Afektif Prestasi Belajar Siswa Kelas Eksperimen I

(19)

commit to user

xix

Gambar 4.10 Histogram Data Skor Angket Afektif Prestasi Belajar Siswa Kelas Eksperimen II

(Metode Eksperimen) ... ... 109

Gambar 4.11 Grafik Uji Normalitas Data Nilai Tes Kognitif ... 111

Gambar 4.12 Grafik Uji Normalitas Data Skor Angket Afektif... 113

Gambar 4.13 Grafik Output Hasil Uji Homogenitas Nilai Tes Kognitif

Prestasi Belajar Ditinjau dari Metode Pembelajaran ... 115

Gambar 4.14 Grafik Output Hasil Uji Homogenitas Nilai Tes Kognitif

Prestasi Belajar Ditinjau dari Keingintahuan Siswa ... 117

Gambar 4.15 Grafik Output Hasil Uji Homogenitas Nilai Tes Kognitif

Prestasi Belajar Ditinjau dari Perhatian Siswa ... .. 118

Gambar 4.16 Grafik Output Hasil Uji Homogenitas Skor Angket Afektif Prestasi Belajar Ditinjau dari Metode Pembelajaran ... 119

Gambar 4.17 Grafik Output Hasil Uji Homogenitas Skor Angket Afektif Prestasi Belajar Ditinjau dari Keingintahuan Siswa... 120

Gambar 4.18 Grafik Output Hasil Uji Homogenitas Skor Angket Afektif Prestasi Belajar Ditinjau dari Perhatian Siswa... 122

Gambar 4.19 Grafik Uji Lanjut Anava Metode Pembelajaran

Terhadap Prestasi Belajar (Ranah Kognitif)... 131

Gambar 4.20 Grafik Uji Lanjut Anava Metode Pembelajaran

Terhadap Prestasi Belajar (Ranah Afektif)... 132

Gambar 4.21 Grafik Uji Lanjut Anava Keingintahuan Siswa

Terhadap Prestasi Belajar (Ranah Kognitif)... 133

Gambar 4.22 Grafik Uji Lanjut Anava Keingintahuan Siswa

Terhadap Prestasi Belajar (Ranah Afektif)... 134

Gambar 4.23 Grafik Uji Lanjut Anava Interaksi Keingintahuan Siswa dengan Metode PembelajaranTerhadap Prestasi Belajar

(Ranah Kognitif)... 135

Gambar 4.24 Grafik Uji Lanjut Anava Interaksi Keingintahuan Siswa dengan Metode PembelajaranTerhadap Prestasi Belajar

(20)

commit to user

xx

Gambar 4.25 Grafik Uji Lanjut Anava Interaksi Keingintahuan Siswa dengan Perhatian Siswa Terhadap Prestasi Belajar

(Ranah Kognitif)... 138

Gambar 4.26 Grafik Uji Lanjut Anava Interaksi Keingintahuan Siswa dengan Perhatian Siswa Terhadap Prestasi Belajar

(21)

commit to user

xxi

DAFTAR LAMPIRAN

halaman

Lampiran 1 Instrumen Silabus Pembelajaran…...…. ... 155

Lampiran 2 Instrumen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran …… ... 159

Lampiran 3 Instrumen Langkah Pembelajaran Inkuiri Terbimbing… ... 179

Lampiran 4 Instrumen Lembar Kerja Siswa (LKS) ………. ... 183

Lampiran 5 Kisi-kisi Angket Perhatian Siswa ……... ... 220

Lampiran 6 Instrumen Angket Perhatian Siswa ... 221

Lampiran 7 Kisi-kisi Angket Keingintahuan Siswa ……..…... ... 228

Lampiran 8 Instrumen Angket Keingintahuan Siswa... 229

Lampiran 9 Kisi-kisi Angket Kemampuan Afektif ……..…... ... 237

Lampiran 10 Instrumen Angket Kemampuan Afektif... 238

Lampiran 11 Kisi-kisi Tes Kemampuan Kognitif ……..…... ... 246

Lampiran 12 Instrumen Tes Kemampuan Kognitif ……..…... 247

Lampiran 13 Uji Validitas, Reliabilitas, Indeks Kesukaran, dan Daya Pembeda Soal Tes Kemampuan Kognitif ... 256

Lampiran 14 Uji Validitas, Reliabilitas Instrumen Angket Kemampuan Afektif ... 259

Lampiran 15 Uji Validitas, Reliabilitas Instrumen Angket Perhatian Siswa ... 262

Lampiran 16 Uji Validitas, Reliabilitas Instrumen Angket Keingintahuan Siswa ... 265

Lampiran 17 Surat Keterangan Penelitian ... 268

(22)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan

nasional (sisdiknas) mendefinisikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Keberhasilan pendidikan tersebut dapat dinilai dalam suatu sistem penilaian

pendidikan.Penilaian hasil belajar oleh pendidik bertujuan untuk memantau proses

dan ke majuan belajar peserta didik serta untuk meningkatkan efektivitas kegiatan

pembelajaran. Oleh karena itu, penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara

berkesinambungan dan mencakup seluruh aspek pada diri peserta didik, baik aspek

kognitif maupun afektif, sesuai dengan karakteristik mata pelajaran.

Fokus penilaian pendidikan adalah keberhasilan belajar peserta didik dalam

mencapai standar kompetensi yang ditentukan. Pada tingkat mata pelajaran,

kompetensi yang harus dicapai berupa Standar Kompetensi (SK) mata pelajaran yang

selanjutnya dijabarkan dalam Kompetensi Dasar (KD). Ukuran kriteria pencapaian

SK dan KD tersebut mengacu pada nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang

telah ditetapkan. Sehingga dengan demikian keberhasilan ketercapaian KKM adalah

(23)

commit to user

salah satu muara dari penilaian keberhasilan pendidikan mengacu pada kurikulum

yang digunakan dalam penyelenggaraan pendidikan.

Pada level praktis di sekolah terdapat kesenjangan dari tuntutan

kurikulum dan kenyataan hasil evaluasi pembelajaran. Kesenjangan yang

dimaksud adalah terdapat hasil evaluasi pembelajaran yang tidak memenuhi

dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM). Contoh kasus yang terjadi

diantaranya di SMP N 1 Karangmalang Sragen. Nilai IPA fisika khususnya materi

listrik dinamis pada siswa kelas IX di SMP N 1 Karangmalang banyak tidak

memenuhi KKM.

Tabel 1.1 Nilai Ulangan Harian Listrik Dinamis Kelas IX Tahun Pelajaran 2009/2010 SMP Negeri 1 Karangmalang Sragen

Nilai (N) Listrik Dinamis

N<70 70≤ N< 75 75≤ N< 80 N≥80

(Sumber: Legger Nilai Ulangan Harian IPA Fisika Kelas IX 2009/2010)

Berdasarkan tabel 1.1 di atas dapat diperoleh gambaran bahwa dengan

nilai KKM yang dtetapkan sebesar 70, ternyata lebih dari 50% siswa di tiap kelas

rombongan belajar di SMP N 1 Karangmalang tidak lolos pada tes kesempatan

pertama. Hal ini terjadi pada salah satu materi dan konsep fisika yang dipelajari

(24)

commit to user

kelistrikan adalah materi yang sangat penting karena penerapannya sangat meluas

dalam kehidupan sehari-hari misalnya peralatan elektronik rumah tangga,

penerangan dan instalasi listrik untuk industri dan lain sebagainya. Walaupun

termasuk materi yang penting, pada kenyataannya materi pelajaran tentang

kelistrikan merupakan materi yang sulit bagi siswa, sebagaimana kasus di SMP N

1 Karangmalang yang menunjukkan rendahnya ketercapaian KKM materi listrik

dinamis, sebagaimana data yang ditunjukkan pada tabel 1.1 di atas.

Berdasarkan kasus yang terjadi di SMP N 1 Karangmalang, faktor

penyebab ketidaktercapaian KKM, khususnya pelajaran IPA fisika materi listrik

dinamis, dapat ditinjau dari empat sisi, yaitu siswa, guru, materi ajar, dan

penunjang sarana prasarana. Ditinjau dari penunjang sarana prasarana sumber

belajar dan lingkungan pembelajaran, kondisi yang ada adalah sekolah belum

memiliki sarana dan sumber belajar yang lengkap yang berupa bahan bacaan atau

sumber informasi, buku pelajaran, alat laboratorium/praktik, ruang laboratorium

yang memadai. Lingkungan suasana pembelajaran kurang menyenangkan, kurang

bermakna, dan kurang kontekstual dengan keseharian siswa.

Ditinjau dari materi ajar, bahwa materi ajar IPA khususnya fisika masih

dianggap sebagai materi yang sulit. Persepsi siswa terhadap materi pelajaran IPA

fisika tersebut cenderung dipengaruhi oleh kegiatan dan proses pembelajaran IPA

yang diterima oleh siswa selama ini. Pembelajaran IPA memerlukan kegiatan

penyelidikan, baik melalui observasi maupun eksperimen, sebagai bagian dari

kerja ilmiah yang melibatkan keterampilan proses yang dilandasi sikap ilmiah,

(25)

commit to user

langsung yang dilakukan melalui kerja ilmiah. Namun, yang terjadi adalah tidak

demikian. Pembelajaran IPA yang diselenggarakan kurang menyasar dengan

karakteristik dan hakekat IPA seperti yang dipaparkan di atas. Hal ini akhirnya

mengakibatkan materi IPA fisika menurut siswa terlalu banyak rumus yang harus

dihafalkan, kurang bisa menangkap hubungan materi yang diajarkan dengan

kehidupan sehari-hari, dan materi IPA fisika kurang bermakna bagi siswa.

Ditinjau dari sisi siswa, dalam proses pembelajaran sehari-hari, banyak

siswa yang menganggap bahwa pembelajaran IPA fisika adalah sulit. Jika

ditelusuri lebih lanjut, pada dasarnya siswa SMP N 1 Karangmalang memiliki rasa

ketertarikan dan perhatian terhadap topik IPA. Namun, ketika terlibat dalam

pembelajaran IPA siswa menjadi kurang antusias. Kemampuan individual dan

faktor internal seperti motivasi, IQ dan EQ, gaya belajar, minat belajar,

kepercayaan diri, keingintahuan, perhatian, kreativitas dari siswa tidak optimal

diperhatikan guru dalam pembelajaran. Faktor internal siswa yang tidak

diperhatikan oleh guru tersebut akhirnya mempengaruhi keberhasilan tujuan

pembelajaran, dengan indikator rerata nilai ulangan harian IPA fisika siswa

banyak yang belum memadai.

Ditinjau dari sisi guru, dapat dicermati bahwa proses pembelajaran yang

dilakukan dan difasilitasi oleh guru di SMP N 1 Karangamalang belum sesuai

dengan pembelajaran IPA. Pembelajaran fisika hanya disajikan sebagai kumpulan

rumus yang harus dihafalkan oleh siswa. Guru kurang kreatif dan variatif dalam

menggunakan strategi dan metode pembelajaran sesuai dengan karaksteristik

(26)

commit to user

bagi siswa. Padahal, banyak metode dan pendekatan pembelajaran yang bias

digunakan oleh guru, misalnya active learning, discovery learning, inquiry

learning, pembelajaran ketrampilan proses, dan sebagainya. Namun, yang terjadi

adalah sebagian besar proses pembelajaran diisi oleh guru yang hanya berceramah

tanpa berupaya memotivasi siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk

memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa (Gagne, Briggs, dan Wagner

dalam Winataputra, 2008). Kegiatan yang dirancang dalam proses pembelajaran

melibatkan pemilahan yang tepat atas pendekatan, metode, dan strategi yang

digunakan. Terdapat beberapa jenis pendekatan, metode, dan strategi dalam

pembelajaran. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis

pendekatan, yaitu: 1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi/ berpusat pada

siswa (student-centered approach); dan 2) pendekatan pembelajaran yang

berorientasi atau berpusat pada guru (teacher-centered approach). Dilihat dari

strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu:

1) exposition-discovery learning, dan 2) group-individual learning (Rowntree

dalam Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya,

strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan

strategi pembelajaran deduktif. Metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk

mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: 1) ceramah; 2)

demonstrasi; 3) diskusi; 4) simulasi; 5) laboratorium; 6) pengalaman lapangan; 7)

brainstorming; 8) debat, 9) simposium, dan sebagainya. Pendekatan, metode

(27)

commit to user

belajar mengajar dapat meningkatkan hasil belajar sesuai dengan yang diinginkan.

Pemilihan pendekatan, metode, dan strategi pembelajaran seyogyanya

memperhatikan faktor antara lain karakteristik materi ajar, karakteristik siswa,

sarana pendukung belajar, dan lingkungan belajar.

Ilmu Pengetahuan Alam atau Sains adalah ilmu pengetahuan yang

mempelajari tentang obyek dan fenomena alam yang diperoleh dari hasil

pemikiran dan penyelidikan ilmuwan yang dilakukan dengan keterampilan

bereksperimen dengan menggunakan metode ilmiah. Definisi ini memberi

pengertian bahwa sains merupakan cabang pengetahuan yang dibangun

berdasarkan pengamatan dan klasifikasi data, dan biasanya disusun dan

diverifikasi dalam hukum-hukum yang bersifat kuantitatif, yang melibatkan

aplikasi penalaran matematis dan analisis data terhadap gejala alam, dan melalui

satu rangkaian kegiatan dalam metode ilmiah.

Hukum dan teori dalam Sains hanyalah produk dari serangkaian aktivitas

manusia yang dikenal dengan penyelidikan penemuan ilmiah (scientific inquiry)

atau metode ilmiah (scientific method). Dalam kerangka pemahaman tersebut,

menurut Siahaan dan Suyana (2010) hakikat dari ilmu sains adalah proses

penemuan. Keluaran/output dari proses ilmiah itu sendiri adalah: 1) Proses,

dimana output Sains berupa proses menginginkan para peserta didik

mendapatkan kemampuan mengamati, mengumpulkan data, mengolah data,

menginterpretasikan data, menyimpulkan, mengkomunikasikan; 2) Produk,

dimana dalam proses penemuan Sains menghasilkan produk berupa konsep, dalil,

(28)

commit to user

dimiliki serta produk yang dihasilkan, diharapkan pula tumbuh sikap yang

muncul setelah proses tersebut dilalui yaitu terbuka, menghargai pendapat,

obyektif dan jujur dalam menyajikan data, berorientasi pada kenyataan,

bertanggungjawab, terbuka pada pikiran dan gagasan baru, sikap kritis dan

investigatif, tidak percaya takhayul, faktual, kreatif dan inovatif dalam

menghasilkan karya ilmiah, sikap ingin tahu, peduli terhadap makhluk hidup dan

lingkungan, tekun dan teliti, dan bekerjasama.

Menurut Siahaan dan Suyana (2010) pembelajaran Sains diharapkan

lebih menekankan pada proses penemuan, dimana siswa aktif selama

pembelajaran untuk membangun pengetahuannya melalui serangkaian kegiatan

agar pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa. Dalam pembelajaran Sains,

siswa berperan seolah-olah sebagai ilmuwan, menggunakan metode ilmiah untuk

mencari dan menemukan jawaban terhadap suatu permasalahan yang sedang

dipelajari. Fisika merupakan bagian dari sains, sehingga apa yang ditekankan

dalam pembelajaran Sains juga berlaku pada pembelajaran fisika. Dengan

demikian, pembelajaran fisika seyogyanya juga diarahkan pada pembelajaran

penemuan (inquiry).

Menurut Koes (2003) Pembelajaran Inkuiri adalah suatu model atau

pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran Sains dan

mengacu pada salah satu cara untuk mempertanyakan, mencari pengetahuan atau

informasi atau mempelajari suatu gejala. Pembelajaran inquiry sesuai dengan

prinsip learning by doing. Menurut Depdiknas (2003) pembelajaran yang

(29)

commit to user

pengalaman belajar. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa begitu pentingnya

peserta didik melakukan sendiri proses penemuan untuk membuat proses belajar

yang telah dilaluinya lebih bermakna. Kelebihan pembelajaran inkuiri diantaranya

adalah: 1) Pengetahuan itu tahan lama atau lama dapat diingat, atau mudah

diingat, bila dibandingkan dengan pengetahuan yang dipelajari dengan cara lain;

2) Hasil belajar inkuiri mempunyai efek transfer yang sangat baik, daripada hasil

belajar lainnya, dengan kata lain konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang

dijadikan milik kognitif seseorang lebih mudah diterapkan pada situasi baru.

Menurut Depiknas (2003) dalam kurikulum 2004 tentang standar

kompetensi disebutkan bahwa pendidikan sains menekankan pada pemberian

pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu

menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan Sains

diarahkan untuk “mencari tahu” dan “berbuat” sehingga dapat membantu siswa

untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Oleh

karena itu, pendekatan yang diterapkan dalam menyajikan pembelajaran Sains

adalah memadukan antara pengalaman proses sains dan pemahaman produk sains

dalam bentuk hand-on activity. Hal ini juga sesuai dengan tingkat perkembangan

mental siswa SMP yang masih berada pada fase transisi dari konkrit ke formal,

akan sangat memudahkan siswa jika pembelajaran Sains mengajak anak untuk

belajar merumuskan konsep secara induktif berdasar fakta-fakta empiris di

lapangan. Oleh karena itu, eksperimen atau praktikum atau demonstrasi

merupakan bagian terpenting dari Sains dan pembelajaran Sains. Kelebihan

(30)

commit to user

hal-hal yang dianggap penting oleh guru sehingga hal yang penting itu dapat

diamati secara teliti; dan 2) Dapat membimbing peserta didik ke arah berpikir

yang sama dalam satu saluran pikiran yang sama. Sedangkan kelebihan metode

eksperimen dianataranya adalah: 1) Membuat siswa lebih percaya atas kebenaran

atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri dari pada hanya menerima

kata guru atau buku saja; 2) Dapat menegembangkan sikap untuk mengadakan

studi eksploratoris tentang sains dan teknologi.

Berdasarkan kerangka Sains yang sudah diterangkan di atas maka dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran Sains akan lebih efektif jika menggunakan

pembelajaran inkuiri dengan metode eksperimen dan metode demonstrasi. Kedua

metode ini menekankan cara belajar mengajar yang melibatkan peserta didik

untuk mengamati secara cermat, memberi gambaran secara langsung tentang apa

yang dipelajari, serta mengalami dan membuktikan sendiri proses dari hasil

percobaan itu. Walaupun memiliki perbedaan dalam hal proses teknis prosedur

operasional, metode eksperimen dan demonstrasi dapat memberikan pengalaman

langsung kepada siswa dalam proses pembelajaran penemuan (inquiry).

Keingintahuan (curiosity) adalah aspek emosional dari makhluk hidup

untuk melakukan eksplorasi, investigasi dan pembelajaran. Menurut Talib (2009)

keingintahuan (curiousity) dapat diartikan sebagai dorongan berasal dari internal

diri yang memotivasi seseorang untuk belajar dan melakukan penyelidikan,

mencari informasi tentang objek dan ide tentang sesuatu hal melalui proses

eksplorasi. Secara filosofis, keingintahuan didorong oleh rasa kagum karena rasa

(31)

commit to user

Pemicu rasa keingintahuan adalah lingkungan dan gejala atau fenomena di sekitar

manusia melalui panca indra yang dimilikinya. Menurut Berlyne (1954)

keingintahuan (curiosity) adalah faktor yang berpengaruh terhadap perilaku

bereksplorasi. Dalam kerangka sains dan pembelajaran sains, perilaku

bereksplorasi adalah penting karena mencerminkan kemampuan melakukan

proses penemuan berdasarkan metode ilmiah mengenai gejala dan fenomena

alam. Perilaku bereksplorasi secara ilmiah yang dipicu oleh rasa keingintahuan

(curiosity) akan mendorong penguasaan atas sains.

Dalam proses pembelajaran sains, keingintahuan (curiousity) siswa dapat

ditimbulkan melalui kondisi yang menarik perhatian (attention) (Talib 2009).

Siswa akan tertarik dan memperhatikan terhadap situasi yang nyata/realistis dan

mencerminkan aspek kehidupan, lingkungan dan kepribadian diri siswa, bersifat

kekinian, dan dapat dipahami dan dimengerti oleh semua siswa. Siswa dengan

keingintahuan yang tinggi akan sangat sensitif terhadap rangsangan yang

mengenainya, yang akan tampak dari antusiasme dalam mengikuti pembelajaran

dan banyaknya dia mengajukan pertanyaan. Antusiasme dalam proses

pembelajaran tersebut adalah salah satu wujud dari sikap perhatian siswa.

Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan tersebut di atas,

penelitian ini akan mencoba meneliti bagaimana hubungan dan pengaruh dari tiga

hal, yaitu pembelajaran fisika dengan inkuiri terbimbing menggunakan metode

ekpserimen dan demonstrasi, keingintahuan siswa (curiosity), dan perhatian siswa,

terhadap prestasi belajar siswa. Penelitian ini adalah studi kasus pembelajaran

(32)

commit to user

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, dapat

diidentifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Rerata nilai prestasi belajar pelajaran IPA fisika siswa SMP N 1

Karangmalang belum memadai dalam hal ketercapaian ketuntasan belajar.

2. Siswa SMP N 1 Karangmalang menganggap ilmu pengetahuan alam (IPA)

menarik dan menyenangkan dalam hal topik materi ajar, tetapi dirasa sulit dalam

hal pemahaman dan penguasaan.

3. Terdapat berbagai macam pendekatan dalam pembelajaran IPA fisika antara

lain pendekatan ketrampilan proses, discovery learning, cooperative learning,

CTL, inquiry dan lain-lain. Namun, guru cenderung tidak menggunakan

pendekatan yang bervariasi dan menyenangkan.

4. Faktor internal belajar siswa berupa gaya belajar, kreativitas, potensi IQ dan

EQ, minat belajar, keingintahuan siswa, dan perhatian siswa terhadap materi ajar

IPA SMP N 1 Karangmalang berperan dalam pencapaian keberhasilan belajar

siswa karena faktor tersebut dimiliki secara berbeda untuk masing-masing siswa.

Namun hal tersebut belum diperhatikan oleh guru.

5. Terdapat banyak metode pengajaran antara lain metode diskusi, tanya-jawab,

demonstrasi, eksperimen, penugasan proyek, dan lain-lain. Namun, guru lebih

sering menggunakan metode ceramah sehingga proses pembelajaran menjadi

(33)

commit to user

6. Lingkungan belajar kurang menyenangkan dan kurang bermakna.

7. Sarana dan sumber belajar yang tersedia belum lengkap.

8. Materi IPA fisika antara lain materi listrik statis, listrik dinamis, kemagnetan,

ggl induksi tergolong sulit bagi siswa kelas IX di SMP N 1 Karangmalang,

ditunjukkan dengan rerata nilai prestasi belajar pada materi tersebut belum

memadai mencapai ketuntasan nilai KKM.

9. Penilaian prestasi belajar sedapat mungkin mencakup tiga aspek yaitu aspek

kognitif, afektif, dan psikomotorik. Namun, guru hanya melakukan penilaian

hanya pada aspek kognitif saja.

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah diperlukan agar penelitian dapat fokus dan terarah.

Penelitian ini dibatasi pada permasalahan sebagai berikut:

1. Pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran fisika dengan pendekatan

inkuiri terbimbing dengan metode eksperimen dan demonstrasi.

2. Keingintahuan siswa (curiosity) yang dimaksud adalah keingintahuan siswa

dalam belajar fisika dengan dua kategori, yaitu kategori tinggi dan rendah.

3. Perhatian siswa yang dimaksud adalah perhatian siswa dalam belajar fisika

(34)

commit to user

4. Prestasi belajar siswa yang dimaksud adalah prestasi hasil belajar siswa pada

ranah kognitif dan afektif yang dicapai siswa pada materi listrik dinamis kelas IX

semester I.

5. Materi pembelajaran yang diajarkan dalam penelitian ini adalah materi Listrik

Dinamis.

D. Perumusan Masalah

Dari pemaparan latar belakang dan pembatasan masalah tersebut di atas

dapat dirumuskan permasalahan yang dapat diangkat dalam penelitian ini sebagai

berikut:

1. Adakah pengaruh pembelajaran fisika pendekatan inkuiri terbimbing

menggunakan metode eksperimen dan metode demonstrasi terhadap prestasi

belajar siswa?

2. Adakah pengaruh antara keingintahuan siswa kategori tinggi dan rendah

terhadap prestasi belajar siswa?

3. Adakah pengaruh antara perhatian siswa kategori tinggi dan rendah terhadap

prestasi belajar siswa?

4. Adakah interaksi antara metode pembelajaran dengan keingintahuan siswa

terhadap prestasi belajar siswa?

5. Adakah interaksi antara metode pembelajaran dengan perhatian siswa

terhadap prestasi belajar siswa?

6. Adakah interaksi antara keingintahuan siswa dengan perhatian siswa terhadap

(35)

commit to user

7. Adakah interaksi antara metode pembelajaran, keingintahuan siswa dan

perhatian siswa terhadap prestasi belajar siswa?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan adalah penting di dalam menentukan arah suatu tindakan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Pengaruh pembelajaran fisika pendekatan inkuiri terbimbing menggunakan

metode eksperimen dan metode demonstrasi terhadap prestasi belajar siswa.

2. Pengaruh antara keingintahuan siswa kategori tinggi dan rendah terhadap

prestasi belajar siswa.

3. Pengaruh antara perhatian siswa kategori tinggi dan rendah terhadap prestasi

belajar siswa.

4. Interaksi antara metode pembelajaran dengan keingintahuan siswa terhadap

prestasi belajar siswa.

5. Interaksi antara metode pembelajaran dengan keingintahuan siswa terhadap

prestasi belajar siswa.

6. Interaksi antara keingintahuan siswa dengan perhatian siswa terhadap prestasi

belajar siswa.

7. Interaksi antara metode pembelajaran, keingintahuan siswa dan perhatian

siswa terhadap prestasi belajar siswa.

(36)

commit to user

Sebagai suatu kajian ilmiah, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

manfaat teoritis maupun praktis, sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Memberi sumbangan pemikiran kepada tenaga pendidik, khususnya guru

bidang studi IPA fisika dalam usaha meningkatkan prestasi belajar.

b. Memberi sumbangan pemikiran kepada guru tentang pentingnya pemilihan

pendekatan dan metode pembelajaran yang tepat.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan pengalaman kepada guru IPA dalam penggunaan pembelajaran

dengan pendekatan inkuiri terbimbing metode pembelajaran eksperimen dan

demonstrasi sebagai salah satu alternatif metode pembelajaran IPA fisika.

b. Memberikan pengalaman kepada siswa untuk terlibat dalam proses

(37)

commit to user

BAB II

KAJIAN TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR

DAN PEGAJUAN HIPOTESIS

A. Kajian Teoretis

1. Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

a. Pengertian Belajar

Menurut Sudjana (1996) mendefinisikan belajar suatu proses yang ditandai

dengan adanya perubahan pada diri seseorang seperti berubah pengetahuan,

pemahaman, sikap dan tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan, serta

perubahan aspek lain yang ada pada individu yang belajar. Sedangkan Winkel

(1996) mengartikan belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung

dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam

pengetahuan-pemahaman, ketrampilan dan nilai-sikap.

Berdasarkan Sudjana (1996) dan Winkel (1996) tersebut di atas dapat

disimpulkan bahwa belajar adalah belajar merupakan proses yang dilakukan oleh

individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang terjadi karena adanya

interaksi antara individu dengan lingkungannya. Interaksi melibatkan siswa

dengan guru, dengan membaca buku, dengan melakukan percobaan dan siswa

dengan orang lain melalui diskusi. Perubahan tingkah laku mencakup perubahan

keterampilan, kebiasaan, sikap, pengetahuan, pemahaman, apresiasi, dan aspek

tingkah laku yang lain.

(38)

commit to user

b. Teori Belajar

Untuk memberikan dasar ilmiah dalam penelitian ini, maka akan ditinjau teori

teori belajar yang telah terkenal dikemukan oleh para ilmuwan. Teori belajar yang

dirasa sesuai dengan penelitian ini adalah teori belajar menurut Bruner, Ausubel,

dan Piaget. Berikut ini review dari teori belajar tersebut dan hubungan

relevansinya dengan penelitian ini.

1) Teori Belajar Bruner

Brunner memandang belajar adalah proses kognitif yang didalamnya siswa

mengembangkan pengetahuan (Chery 2004). Kerangka teori konstruktivisme

Bruner mendukung keyakinan bahwa siswa secara aktif melakukan konstruksi ide

atau konsep baru berdasarkan pada pengetahuan (knowledge) yang dimiliki

sebelumnya (Cherry 2004). Menurut konstruksi Bruner, siswa dapat menjadi

pemecah masalah yang aktif dan berkemampuan mengeksplorasi materi lebih

mendalam (Cherry 2004). Proses belajar adalah dinamis bergerak secara konstan

bergerak melibatkan siswa membentuk pengetahuan baru didasarkan pada

pengetahuan yang telah dipelajari sebelumnya. Proses konstruksi pengetahuan ini

diperoleh dari transformasi informasi, menghantarkan makna dari proses

pengalaman langsung, pembentukan dugaan ilmiah atau hipotesis, dan penentuan

pengambilan keputusan (Sorensen 2002).

Dalam konteks proses belajar, Bruner membagi tiga fase belajar yaitu

memperoleh informasi baru, transformasi informasi dan menguji relevansi dan

ketetapan pengetahuan atau evaluasi. Tiga fase ini mengkondisikan siswa melalui

(39)

commit to user

dengan kerangka kognitif yang dimiliki sehingga kerangka itu berubah, dalam arti

ada yang digeser, dikurangi atau ditambah. Selama belajar siswa menemukan

sendiri struktur dasar atau konsep dari materi pelajaran. Cara belajar seperti ini

oleh Bruner belajar dengan menemukan sendiri (discovery-inquiry learning).

Di dalam pandangan Bruner, belajar dengan penemuan adalah belajar

untuk menemukan, dimana seorang siswa dihadapkan dengan suatu masalah

atau situasi yang tampaknya ganjil sehingga siswa dapat mencari jalan

pemecahan. Menurut Bruner pembelajaran dengan penemuan (discovery-inquiry

learning) memberikan pembelajaran yang baik bagi siswa karena dapat mereka

berperan sebagai pemecah masalah yang berinteraksi dengan lingkungan,

menyusun dugaan hipotesis, dan mengembangkan generalisasi (Hassard 2000).

Konstruktivisme Bruner memposisikan pebelajar sebagai kreator dan pemikir

melalui proses penemuan (inquiry) dan pengalaman autentik dalam pembelajaran,

sehingga dapat membentuk pengetahuan baru.

Pembelajaran berbasis penemuan terbimbing membuat siswa dihadapkan

kepada situasi dimana siswa bebas menyelidiki dan menarik kesimpulan.

Terkaan, intuisi dan mencoba-coba (trial and error) hendaknya dianjurkan

dan guru sebagai penunjuk jalan dan membantu siswa agar mempergunakan ide,

konsep dan ketrampilan yang sudah mereka pelajari untuk menemukan

pengetahuan yang baru.

Pada penelitian ini digunakan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan

metode eksperimen dan demonstrasi. Sesuai dengan teori Bruner mengenai

(40)

commit to user

metode eksperimen dan demonstrasi yang digunakan pada penelitian ini

mengarahkan siswa menemukan konsep sendiri. Salah satu contoh pada

pembelajaran listrik dinamis yang sesuai dengan teori belajar Bruner yaitu untuk

menemukan perbedaan konduktor dan isolator, siswa menemukan sendiri melalui

eksperimen atau demonstrasi dengan menggunakan peralatan yang sederhana.

2) Teori Belajar Piaget

Menurut Piaget perkembangan kognitif pada anak secara garis besar terbagi

empat periode yaitu: a) periode sensori motor (0 – 2 tahun); b) periode

praoperasional (2-7 tahun); c)periode operasional konkrit (7-11 tahun); d) periode

operasi formal (11-15) tahun. Batas umur tiap periode tersebut tidak berlaku

mutlak. Seluruh anak pada suatu kelas yang sama belum tentu akan mempunyai

tingkat perkembangan mental yang sama. Tetapi masa transisi itu penting untuk

diketahui ketahui dalam rangka pengelolaan pengajaran.

Dalam masalah interaksi pendidikan dengan perkembangan mental, Piaget

mengatakan bahwa pendidikan harus dipandang sebagai suatu kondisi formatif

yang penting diperlukan untuk menuju ke perkembangan mental anak secara

alamiah. Mereka sudah berpikir secara sistematik, abstrak, dengan menggunakan

logika matematika. Tetapi tentu saja tiap individu kadar perkembangan mentalnya

akan berbeda, mengingat adanya perbedaan pengalaman yang menyangkut faktor

pemercepat perkembangan mental, khususnya untuk faktor pengalaman sosial.

Konsep dasar proses organisasi dan adaptasi intelektual menurut Piaget

yaitu: skemata (dipandang sebagai sekumpulan konsep); asimilasi (peristiwa

(41)

commit to user

seseorang; akomodasi (terjadi apabila antara informasi baru dan lama yang semula

tidak cocok kemudian dibandingkan dan disesuaikan dengan informasi lama); dan

equilibrium (bila keseimbangan tercapai maka siswa mengenal informasi baru).

Menurut Piaget, perkembangan intelektul hanya berjalan bila seseorang

mengasimilasi dan mengakomodasi rangsangan dalam lingkungannya. Asimilasi

adalah proses menyesuaikan atau mencocokkan informasi yang baru dengan apa

yang telah ia ketahui dengan mengubahnya bila perlu dan akomodasi adalah

menyusun dan membangun kembali atau mengubah apa yang telah diketahui

sebelumnya sehingga informasi yang baru dapat disesuaikan dengan lebih baik.

Piaget membedakan antara dua aspek berfikir yang saling melengkapi,

yaitu aspek figuratif dan aspek operatif. Aspek figuratif merupakan imitasi

keadaan sesaat dan statis, sedangkan aspek operatif berkaitan dengan transformasi

dari level pemikiran tertentu ke level yang lain. Setiap level keadaan dapat

dimengerti sebagai akibat dari transformasi tertentu atau sebagai titik tolak

transformasi yang lain. Aspek yang sangat berperan dalam pembentukan

pengetahuan seseorang adalah aspek operatif.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa belajar pada dasarnya adalah

aktif yaitu memasukkan proses asimilasi dan pemahaman dari diri anak,

sementara mengingat dan menghafal adalah tidak dianggap sebagai belajar. Untuk

itu setiap pengetahuan mengandalkan suatu interaksi dan pengalaman. Tanpa

interaksi dan pengalaman, seorang anak tidak dapat mengkonstruksi pengetahuan

(42)

commit to user

Pembelajaran inkuiri terbimbing dengan menggunakan eksperimen dan

demonstrasi pada penelitian ini mengarahkan siswa menemukan konsep dari

pengamatan konkret sehingga siswa akan lebih mudah mengabstraksikannya ke

dalam pikiran. Salah satu contoh pembelajaran listrik dinamis pada penelitian ini

yang sesuai dengan teori belajar Piaget adalah ketika siswa mengamati

eksperimen atau demonstrasi yang nyata tentang konduktor dan isolator, siswa

diminta mengabstraksikan melalui kata-kata sehingga siswa memperoleh konsep

sendiri.

3) Teori Belajar Ausubel

Teori pembelajaran Ausubel merupakan salah satu dari sekian banyaknya

teori pembelajaran yang menjadi dasar dalam cooperative learning. Menurut

Ausubel bahan subjek yang dipelajari siswa haruslah “bermakna” (meaningfull).

Pembelajaran bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada

konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Struktur

kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi yang telah

dipelajari dan diingat siswa.

Pembelajaran bermakna terjadi apabila siswa boleh menghubungkan

fenomena baru ke dalam struktur pengetahuan mereka. Artinya, bahan subjek itu

mesti sesuai dengan keterampilan siswa dan mesti relevan dengan struktur

kognitif yang dimiliki siswa. Oleh karena itu, subjek mesti dikaitkan dengan

konsep yang sudah dimiliki para siswa, sehingga konsep-konsep baru tersebut

benar-benar terserap olehnya. Dengan demikian, faktor intelektual-emosional

(43)

commit to user

Menurut Ausubel belajar dapat diklasifikasikan kedalam dua dimensi.

Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran itu

disajikan kepada siswa melalui penerimaan atau penemuan. Dimensi kedua

menyangkut bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur

kognitif yang telah ada. Jika siswa hanya mencoba menghafalkan informasi baru

itu tanpa menghubungkan dengan struktur kognitifnya maka terjadilah belajar

dengan hafalan. Sebaliknya jika siswa menghubungkan atau mengaitkan informasi

baru itu dengan struktur kognitifnya maka yang terjadi adalah belajar bermakna.

Pada penelitian ini digunakan pembelajaran inkuiri terbimbing melalui

eksperimen dan demonstrasi dimana siswa mengalami sendiri dalam memperoleh

konsep sehingga siswa mempunyai kemampuan yang tinggi karena konsep yang

didapat sendiri akan bertahan lebih lama dan lebih bermakna. Salah satu contoh

pembelajaran listrik dinamis yang sesuai dengan teori belajar Ausubel adalah

ketika siswa menemukan konsep konduktor dan isolator melalui pengamatan

eksperimen atau demonstrasi, konsep ini akan bertahan lama karena siswa

mengalami sendiri.

c. Inkuiri Terbimbing

Menurut Sudjana dan Ibrahim (2000) pembelajaran adalah proses

mengkoordinasikan sejumlah komponen berupa tujuan, bahan ajar, metode dan

alat, serta penilaian agar satu sama lain saling berhubungan dan saling

berpengaruh, sehingga menumbuhkan kegiatan belajar pada siswa seoptimal

mungkin menuju perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan yang telah

(44)

commit to user

Menurut Hamalik (2001) pembelajaran adalah sebagai suatu kombinasi

yang tersusun meliputi unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan

prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Menurut Corey dalam Sagala (2007) pembelajaran adalah proses dimana

lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan turut serta

dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi khusus atau menghasilkan respons

terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan.

Sehingga, pembelajaran adalah proses terlibatnya manusia, lingkungan, prosedur,

sarana dan prasarana untuk mencapai tujuan belajar mengajar.

Menurut Amien (1979) pembelajaran inkuiri merupakan pembelajaran yang

lebih menekankan peran aktif siswa baik fisik maupun mental dalam proses

pembelajaran dengan menekankan pengalaman belajar yang mendorong siswa

untuk dapat menemukan konsep dan prinsip melalui proses mentalnya sendiri.

Proses mental yang dilakukan misalnya merumuskan problema, merancang

eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data,

menarik kesimpulan, mempunyai sikap ilmiah.

Menurut Margono (1998) pembelajaran inkuiri adalah pembelajaran dimana

siswa sendiri bebas memilih atau mengatur obyek belajarnya, mulai dari

penentuan masalah, proses pengumpulan data, analisis sampai eksperimentasi.

Sedangkan menurut Arifin (1995) pembelajaran inkuiri merupakan suatu proses

dimana terdapat interaksi yang tinggi antara siswa, pengajar, alat atau bahan,

(45)

commit to user

Berdasarkan pendapat Amien (1979) dan Margono (1998) tersebut di atas

dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran dengan inkuiri yaitu pembelajaran

yang lebih menekankan peran aktif siswa dalam memperoleh suatu konsep

sedangkan guru lebih banyak menempatkan diri sebagai pembimbing dan

fasilitator belajar baik secara kelompok maupun perseorangan. Proses

pembelajaran dengan inkuiri memberikan kesempatan luas kepada siswa yang

merupakan prasyarat bagi siswa untuk berlatih mandiri.

Menurut Khalick (2004) inkuiri dapat dilihat dari dua sisi yaitu sisi

inquiry-as-means (inquiry in science) dan sisi inquiry-as-ends (inquiry about science)

pembelajaran. Dalam pengertian inquiry-as-means adalah pendekatan

instruksional yang bertujuan untuk membantu siswa dalam mengembangkan

pemahaman terhadap sains. Inquiry-as-ends adalah hasil yang diharapkan bahwa

siswa belajar untuk menemukan (inquiry) dalam konteks sains dan

mengembangkan pemahaman epistemologis atas sains, pengembangan

pengetahuan sains, dan kemampuan/ketrampilan menemukan (inquiry skill) yaitu:

mengidentifikasi masalah, merumuskan masalah penelitian, merancang dan

melakukan penelitian/penyelidikan, dan merumuskan, mengkomunikasikan dan

mempertahankan hipotesis, model dan penjelasan hasil penelitian (Khalick 2004).

Terdapat dua hal utama dalam proses penemuan ilmiah (scientific inquiry

process) yaitu pengalaman dan pengamatan (Bourdeau 2000). Proses inkuiri harus

melalui pengalaman yang dirasakan secara langsung mengenai gejala atau

fenomena alam yang dihadapi. Pengalaman langsung dilakukan dengan

(46)

commit to user

pengalaman dan pengamatan tersebut diperoleh proses penemuan ilmiah oleh

siswa pebelajar.

Beberapa ahli membedakan antara discovery dengan inquiry sebagai bagian

dari penyelidikan sebaliknya ahli-ahli lain menulis tentang penemuan (heurisitic

modes) yang meliputi discovery dan inquiry penemuan. Sund (1975) berpendapat

bahwa discovery adalah proses mental dimana siswa mengasimilasi sesuatu

konsep atau sesuatu prinsip, proses mental tersebut: logam apabila dipanasi

mengembang, lingkungan berpengaruh terhadap kehidupan organisme, dan

sebagainya. Inquiry menurut Sund (1975) meliputi juga discovery. Dengan

perkataan lain, inquiry adalah perluasan proses discovery yang digunakan lebih

mendalam. Artinya, proses inquiry mengandung proses-proses mental yang lebih

tinggi tingkatannya, misalnya: merumuskan problema, merangsang eksperimen,

melakukan eksperimen, mengumpulkan data, menganalisa data, menarik

kesimpulan, dan sebagainya. Penemuan (penyelidikan), sering dipertukarkan

pemakaiannya dengan discovery (penemuan) dan pemecahan masalah (problem

(47)

commit to user

1. Menentukan apa yang diamati dan dipelajari oleh siswa dan

mengidentifikasi senjangan pengetahuan atau ketidaktahuan ilmu.

3. Apa yang ingin dipelajari dan diketahui oleh siswa? Pertanyaan

apa yang dimiliki oleh siswa terkait pelajaran yang ingin diketahui tersebut?

6. Kelompok siswa merancang penyelidikan ilmiah sederhana.

7. Kelompok siswa memilih peralatan perlengkapan untuk

memperoleh data ilmiah yang disusun dalam lembar kerja data ilmiah.

8. Kelompok siswa melakukan pengambilan data penyelidikan dan

melengkapi lembar kerja data ilmiah.

9. Kelompok siswa melaporkan analisis mengenai hasil temuan

penyelidikan ilmiah dan tanggapan mereka untuk menjawab pertanyaan penyelidikan, berdasarkan hasil investigasi.

10. Melalui diskusi kelompok, berusaha untuk menerapkan temuan

mereka dalam pengalaman keseharian atau kehidupna nyata.

11. Apakah seluruh kelompok siswa merasa puas terhadap temuan

mereka dapat menjawab peratanyaan dan hipotesis awal?

10a. Jika ya merasa puas, maka

(Sumber: National Research Council 1996)

(48)

commit to user

Berdasarkan Gambar 2.1 di atas dapat diterangkan model aksi penemuan

ilmiah menurut National Research Council Amerika (1996). Proses penemuan

diawali dengan: 1) penentuan apa yang diketahui dan yang telah diamati oleh

siswa, ideetifikasi senjangan pengatahuan siswa; 2) Apa yang ingin diketahui

oleh siswa, pertanyaan apa yang dimiliki oleh siswa; 3) Siswa atau tim

mengungkap pertanyaan atau rumusan hipotesis yang dapat dieksplorasi melalui

penyelidikan ilmiah; 4) Siswa atau tim merancang penyelidikan ilmiah sederhana;

5) Siswa atau tim memilih peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan

investigasi ilmiah; 6) Siswa atau tim mengumpulkan data ke dalam kertas kerja

ilmiah; 7) Siswa melaporkan hasil investigasi dan temuan mereka yang sudah

dianalisis sebelumnya, dilakukan forum diskusi untuk pembahasan hasil dikaitkan

pertanyaan awal investigasi; 8) Melalui forum diskusi kelompok dieksplorasi

pengembangan penerapan contoh dalam keseharian; 9) Apakah tercapai kepuasan

ilmiah pada diri siswa?; 10a) jika terdapat kepuasan ilmiah maka proses inkuiri

dilanjutkan ke inkuiri selanjutnya; 10b) jika masih belum tercapai kepuasan

ilmiah maka proses kembali ke langkah 4 tetapi dengan sebelumnya melakukan

perbaikan/revisi pertanyaan investigasi yang diajukan.

Mengacu pada model yang dirumuskan National Science Education

Standard America (NSES 2006),terdapat 5 elemen esensial belajar dan mengajar,

yaitu: 1) Siswa terikat dengan pertanyaan yang berorientasi ilmiah, bredasar atas

pertanyaan apa dan mengapa; 2) Siswa memberikan prioritas terhadap bukti

ilmiah untuk mengembangkan dan mengevaluasi secara ilmiah; 3) Siswa

(49)

commit to user

ilmiah; 4) Siswa mengevaluasi penjelasan ilmiah yang diajukan dihadapkan

dengan penjelasan alternatif yang ada terutama yang mencerminkan pemahaman

ilmiah; 5) Siswa mengkomunikasikan penjelasan atas fenomena yang mereka

usulkan hasil dari investigasi ilmiah.

Tabel 2.1 Langkah Penemuan di Dalam Kelas dan Ragam Langkah Penemuan

Ragam Langkah Esensial Penemuan

(50)

commit to user

Menurut Arifin (1995) ciri pembelajaran dengan inkuiri sebagai berikut: 1)

Cara berpikir berkembang dari pengamatan pada masalah tertentu kepada

genaralisasi; 2) Tujuan pengajaran adalah mempelajari proses obyek tertentu

(masalah tertentu) sampai generalisasi tentang obyek tersebut; 3) Guru sebagai

pengontrol-data, materi, obyek dan sebagai pemimpin dalam kelas; 4) Siswa

memberikan reaksi terhadap data, materi, obyek untuk menemukan pola hubungan

berdasarkan pengamatannya dan berdasarkan pengamatan lain dalam kelas; 5)

Kelas dianggap sebagai laboratorium; 6) Generalisasi, biasanya tercipta dari

siswa; 7) Guru mendorong siswa untuk mengkomunikasikan generalisasi.

Margono (1998) memilah beberapa hal yang menjadi ciri dari pendekatan

inkuiri, yaitu: 1) Siswa menemukan masalah sendiri atau mempunyai keinginan

yang kuat untuk memecahkan suatu masalah; 2) Masalah dirumuskan

seoperasional mungkin, sehingga terlihat kemungkinannya untuk dipecahkan; 3)

Siswa merumuskan hipotesis, untuk menuntun dalam mencari data; 4) Siswa

menyusun cara-cara pengunpulan data dengan melakukan eksperimen,

mengadakan pengamatan, membaca, dan memanfaatkan sumber lain; 5) Siswa

melakukan penelitian secara individual atau kelompok untuk pengumpulan data;

6) Siswa mengolah data dan mengambil kesimpulan.

Berdasarkan pendapat dari Arifin (1995) dan Margono (1998) di atas dapat

dirangkum bahwa pembelajaran inkuiri mempunyai ciri: 1) Guru menyajikan

bahan pelajaran tidak dalam bentuk jadi, tetapi siswalah yang diberi peluang

untuk mengadakan penelaah penyelidikan dan menemukan sendiri jawabannya

(51)

commit to user

mempunyai keinginan sendiri untuk memecahkan masalah; 3) Masalah

dirumuskan seoperasional mungkin, sehingga terlihat kemungkinannya untuk

dipecahkan; 4) Siswa merumuskan hipotesis, untuk menuntun dalam mencari

data; 5) Siswa menyusun cara-cara pengunpulan data dengan melakukan

eksperimen, mengadakan pengamatan, membaca, dan memanfaatkan sumber lain;

6) Siswa melakukan penelitian secara individual atau kelompok untuk

pengumpulan data; 7) Siswa mengolah data dan mengambil kesimpulan.

Kelebihan pembelajaran inkuiri menurut Bruner dalam Dahar (1989) adalah:

1) Pengetahuan itu tahan lama atau lama dapat diingat, atau mudah diingat, bila

dibandingkan dengan pengetahuan yang dipelajari dengan cara lain; 2) Hasil

belajar inkuiri mempunyai efek transfer yang sangat baik, daripada hasil belajar

lainnya, dengan kata lain konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang dijadikan milik

kognitif seseorang lebih mudah diterapkan pada situasi baru; 3) Dapat

meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir secara bebas; 4)

Dapat melatih keterampilan kognitif siwa untuk menemukan dan memecahkan

masalah tanpa pertolongan orang lain. 5) Dapat membangkitkan keingintahuan

siswa, memberi motivasi untuk bekerja terus sampai menemukan jawaban.

Kelemahan pembelajaran inkuiri menurut Bruner dalam Dahar (1989)

adalah: 1) Diperlukan keharusan kesiapan mental untuk cara belajar; 2) Jika

diterapkan dalam kelas dengan jumlah pembelajar yang besar, kemungkinan besar

tidak berhasil; 3) Pembelajar yang terbiasa belajar dengan pengajaran tradisional,

biasanya agak sulit terdorong, dampaknya dapat mengecewakan pengajar dan

Gambar

Tabel 2.2 Langkah Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Gambar 2.2 memperlihatkan basicmeter yang diseting menjadi
Gambar 2.3 memperlihatkan basicmeter yang diformat menjadi voltmeter.
Gambar 2.4. Rangkaian Hambatan Listrik Tersusun Seri
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk PDRB atas dasar harga konstan tidak terjadi hal yang sama, karena kondisi Triwulan I-2017 justru lebih rendah jika dibandingkan dengan Triwulan I-2016.. Nihilnya

Tugas akhir ini mengacu kepada perancangan identitas visual dan promosi pariwisata Kuningan, yang dilakukan sejak bulan Februari 2017 s.d Juli 2017, target audiens

Uzimajući u obzir sve aktivne korisnike, odnosno one koji internetu pristupaju i putem pametnih telefona i podatkovnih kartica, gustoća usluge širokopojasnog pristupa

Indikator kinerja yang ingin dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini adalah meningkatnya hasil belajar PKn materi Peraturan Perundang-undangan pada peserta didik kelas V

menggunakan berbasis LKS strategi metakognitif, sehingga kemampuan itu dapat dicapai. Berdasarkan pengamatan, karakter siswa kelas tujuh adalah sebagai berikut: Pada

Begitu pula hasil penelitian yang dilakukan pada variabel sumber daya ustadz/ustadzah yang membuktikan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara sumber daya

Secara umum, Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah (MBS) dapat diartikan sebagai model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah dan mendorong pengambilan

Dari Hasil percobaan yang telah dilakukan secara bertahap – tahap suatu komponen dapat bekerja dengan baik dalam pengujian sensor mendeteksi objek sebuah kotak kertas dan