commit to user
i
PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN METODE
DEMONSTRASI DAN METODE EKSPERIMEN DITINJAU DARI
KEINGINTAHUAN DAN PERHATIAN SISWA
(Studi Kasus pada Materi Listrik Dinamis untuk Kelas IX SMP N 1
Karangmalang Sragen Tahun Pelajaran 2010/2011)
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
untuk Mencapai Derajat Magister
Program Studi Pendidikan Sains
Minat Utama: Pendidikan Fisika
oleh:
Ibnu Prakosa
S830809010
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN METODE
DEMONSTRASI DAN METODE EKSPERIMEN DITINJAU DARI
KEINGINTAHUAN SISWA DAN PERHATIAN SISWA
(Studi Kasus pada Materi Listrik Dinamis untuk Kelas IX SMP N 1
Karangmalang Sragen Tahun Pelajaran 2010/2011)
disusun oleh:
Ibnu Prakosa
S830809010
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Dewan Pembimbing
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Pembimbing I Prof. Dr. H.Widha Sunarno, M.Pd. 7 Januari 2011
NIP. 195201161980031001 _____________ ________
Pembimbing II Dra. Suparmi, M.A, Ph.D. 7 Januari 2011
NIP. 195209151976032001 _____________ _________
Mengetahui
Ketua Program Pendidikan Sains
commit to user
iii
PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN METODE
DEMONSTRASI DAN METODE EKSPERIMEN DITINJAU DARI
KEINGINTAHUAN SISWA DAN PERHATIAN SISWA
(Studi Kasus pada Materi Listrik Dinamis untuk Kelas IX SMP N 1
Karangmalang Sragen Tahun Pelajaran 2010/2011)
disusun oleh:
Ibnu Prakosa
S830809010
Telah disetujui oleh Tim Penguji
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Ketua Prof. Dr. Ashadi ……… …...
Sekretaris Drs. Cari, M.A., M.Sc., Ph.D. ………….. …...
Anggota Penguji 1. Prof. Dr. H.Widha Sunarno,M.Pd ..……… ……...
2. Dra. Suparmi, M.A, Ph.D …………. ………...
Surakarta, Januari 2011
Mengetahui Ketua Program Studi Pend. Sains
Direktur PPs UNS
commit to user
iv
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya:
Nama : Ibnu Prakosa
NIM : S830809010
menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis saya berjudul “Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing Menggunakan Metode Demonstrasi dan Metode Eksperimen Ditinjau
dari Keingintahuan Siswa dan Perhatian Siswa (Studi Kasus pada Materi Listrik
Dinamis untuk Kelas IX SMP N 1 Karangmalang Sragen Tahun Pelajaran
2010/2011)”, adalah benar-benar karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya
dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari
tesis tersebut.
Surakarta, 3 Januari 2011
Yang membuat pernyataan,
commit to user
v
ABSTRAK
Ibnu Prakosa. S830809010. “Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Menggunakan Metode Demonstrasi dan Metode Eksperimen Ditinjau dari Keingintahuan dan Perhatian Siswa (Studi Kasus pada Materi Listrik Dinamis untuk Kelas IX SMP N 1 Karangmalang Sragen Tahun Pelajaran 2010/2011). Tesis, Surakarta: Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana. Universitas Sebelas Maret, Januari 2011. Pembimbing I: Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. Pembimbing II: Dra. Suparmi, M.A., Ph.D.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Pengaruh pembelajaran fisika pendekatan inkuiri terbimbing menggunakan metode eksperimen dan metode demonstrasi terhadap prestasi belajar siswa; (2) Pengaruh dalam pembelajaran fisika antara keingintahuan siswa kategori tinggi atau keingintahuan siswa kategori rendah terhadap prestasi belajar siswa; (3) Pengaruh dalam pembelajaran fisika antara perhatian siswa kategori tinggi dan perhatian siswa kategori rendah terhadap prestasi belajar siswa; (4) Interaksi antara metode pembelajaran dengan keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar siswa; (5) Interaksi antara metode pembelajaran dengan perhatian siswa terhadap prestasi belajar siswa; (6) Interaksi antara keingintahuan siswa dengan perhatian siswa terhadap prestasi belajar siswa; (7) Interaksi antara metode pembelajaran, keingintahuan siswa dan perhatian siswa terhadap prestasi belajar siswa.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Populasi penelitian adalah seluruh kelas IX SMP Negeri 1 Karangmalang Sragen tahun pelajaran 2010/2011, sejumlah 6 kelas. Sampel diambil dengan teknik simple random sampling sejumlah 2 kelas. Kelas eksperimen pertama diberi meode demonstrasi dan kelas eksperimen kedua diberi metode eksperimen. Data diperoleh menggunakan teknik tes kognitif prestasi belajar dan non-tes angket afektif prestasi belajar, keingintahuan siswa. Data dianalisis menggunakan anava dengan desain factorial 2X2X2, didesain dan dihitung menggunakan Minitab 15.
commit to user
vi
siswa yang tinggi dengan metode eksperimen berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar siswa ranah kognitif maupun ranah afektif; (6) Terdapat interaksi antara keingintahuan siswa dengan perhatian siswa terhadap prestasi belajar siswa ranah kognitif dan afektif. Tingkat keingintahuan siswa yang tinggi dengan metode eksperimen berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar siswa ranah kognitif dan afektif; (7) Tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran, keingintahuan siswa dan perhatian siswa terhadap prestasi belajar siswa ranah kognitif dan afektif.
commit to user
vii
ABSTRACT
Ibnu Prakosa. S830809010. “Guided-Inquiry Learning Using Demonstration and Experiment Methods Overviewed from Student’s Curiosity and Student’s Attention (A Case Study over Electrodynamics for 9th Grade Students, SMP N 1 Karangmalang, Sragen, Academic Year 2010/2011). Thesis, Surakarta: Science
Education Program, Post Graduate Program, Sebelas Maret University. January
2011. Advisor I: Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. Advisor II: Dra. Suparmi, M.A., Ph.D.
The objectives of this research were to know: (1) The effect of guided-inquiry learning using demonstration and experiment methods toward student’s achievements; (2) The effect of high or low student’s curiosity toward student’s learning achievements; (3 The effect of high or low levels student’s attention toward student’s achievements; (4) The interaction between learning methods and student’s curiosity toward student’s achievements; (5) The interaction between learning methods and student’s attention toward student’s achievements; (6) The interaction between student’s curiosity and student’s attention toward student’s achievements; (7) The interaction among learning methods, student’s curiosity, and student’s attention toward student’s achievements.
This research used experiment method. The population of this research was
all of 9th grade students, SMP N 1 Karangmalang, Sragen, academic year
2010/2011, consisted of seven class. The samples was taken using cluster random sampling, consisted of two experiment class. The first class was treated using demonstration method and the second class was treated using experiment method. The data was collected using test for cognitive student’s achievement and non-test questionere for affective student’s achievement, student’s curiosity, and student’s attention. The data was analyzed using anova with 2X2X2 factorial, design and calculated using Minitab 15.
commit to user
viii
interaction among learning methods, student’s curiosity, and student’s attention toward cognitive and affective student’s achievements.
commit to user
ix
ojo ndhisiki kersaning Gusti
ada OBSESI ada JALAN
teteg tenan temen tekun tekan
...
commit to user
x
Flora Mikhaila Hanafi, you are truly more than words,
commit to user
xi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberi rahmat, hidayah serta taufiq-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Tesis ini dengan judul Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Menggunakan Metode Demonstrasi dan Metode Eksperimen Ditinjau dari Keingintahuan Siswa dan Perhatian Siswa.
Penyusunan Tesis ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada yang terhormat:
1. Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan untuk belajar pada Program Pascasarjana.
2. Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah berkenan memberikan fasilitas dalam menempuh pendidikan pada Program Pascasarjana.
3. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta dan selaku pembimbing pertama yang telah memberikan arahan selama penulis menyelesaikan pendidikan dan menyelesaikan laporan penelitian ini.
4. Dra. Suparmi, M.A, Ph.D. selaku pembimbing kedua, yang telah memberikan bimbingan dan petunjuk dalam menyelesaikan laporan penelitian ini.
5. Segenap dosen Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan pendalaman ilmu kepada penulis.
6. Kepala Sekolah SMP N 1 Karangmalang Sragen yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian.
7. Rekan mahasiswa Pendidikan Sains Program Pascasarjana. 8. Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga amal kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan yang lebih baik di sisi Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan laporan ini. Akhirnya, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Surakarta, Januari 2011
commit to user
xii
DAFTAR ISI
JUDUL... i
PERSETUJUAN... ii
PENGESAHAN... iii
PERNYATAAN ... iv
ABSTRAK... v
MOTTO... vii
PERSEMBAHAN... viii
KATA PENGANTAR... ix
DAFTAR ISI... xi
DAFTAR TABEL... xiv
DAFTAR GAMBAR... xv
DAFTAR LAMPIRAN... xvi
BAB I. PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Masalah ……….….. 1
B. Identifikasi Masalah ……… .... . 11
C. Pembatasan Masalah ………. ... . 12
D. Perumusan Masalah ..………. 13
E. Tujuan Penelitian ……..……….……….... 14
commit to user
xiii
BAB II KAJIAN TEORETIS, KERANGKA BERFIKIR DAN
PENGAJUAN HIPOTESIS... 16
A. Kajian Teoretis………..………..…… ... 16
1. Pembelajaran Inkuiri Terbimbing……… 16
a. Pengertian Belajar ……… 17
b. Teori Belajar ……… ... ……… 18
c. Inkuiri Terbimbing ……… ……… 23
2. Metode Demonstrasi……… ... 33
3. Metode Esperimen……… ... 34
4. Keingintahuan Siswa………... 35
5. Perhatian Siswa……… ... 38
6. Prestasi Belajar Siswa……… ... 40
7. Materi Pelajaran Fisika Listrik Dinamis……… ... 42
B. Penelitian yang Relevan………..………..… 53
C. Kerangka Berfikir………..………..……... 60
D. Pengajuan Hipotesis………..………..…… .. 66
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 67
A. Tempat dan Waktu Penelitian ……… . 67
B. Metode Penelitian ………. 68
C. Populasi, Subyek dan Teknik Pengambilan Sampel ………... 68
D. Variabel Penelitian ……….. 70
E. Data dan Teknik Pengumpulan Data……… 72
commit to user
xiv
G. Uji Coba Instrumen ………... 76
H. Teknik Analisis Data ………... 83
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... ... 90
A. Deskripsi Data ... 90
B. Uji Prasyarat Analisis ... 110
C. Uji Hipotesis... 123
D. Pembahasan... 140
E. Keterbatasan Penelitian ... 148
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN... 149
A. Kesimpulan ... 149
B. Implikasi ... 151
C. Saran... 152
DAFTAR PUSTAKA... 153
commit to user
xv
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel 1.1 Nilai Ulangan Harian Listrik Dinamis SMP
Negeri 1 Karangmalang Sragen Kelas IX
Tahun Pelajaran 2009/2010 ……...…..….…………... 2
Tabel 2.1. Langkah Penemuan di dalam Kelas dan
Ragam Langkah Penemuan ………...…..….……... 28
Tabel 2.2 Langkah Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 32
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ... 67
Tabel 3.2 Validitas Item Instrumen Pengambilan
Data Penelitian ... 77
Tabel 3.3 Klasifikasi korelasi reliabilitas ………... 78
Tabel 3.4 Reliabilitas Instrumen Pengambilan Data Penelitian………….. 78
Tabel 3.5 Distribusi Tingkat Kesukaran Soal Tes Kognitif
Prestasi Belajar Siswa………. 80
Tabel 3.6 Distribusi Daya Pembeda Soal Tes Kognitif
Prestasi Belajar Siswa……… 81
Tabel 3.7 Desain Faktorial Penelitian …………... 83
Tabel 4.1 Deskripsi Data Nilai UAS Kelas VIII dari Sampel ...……... 90
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Nilai UAS IPA Kelas VIII
Kelas Eksperimen I (Metode Demonstrasi) ... 91
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Nilai UAS IPA Kelas VIII
Kelompok Eksperimen II (Metode Eksperimen) ... 93
Tabel 4.4 Deskripsi Data Skor Keingintahuan
Siswa Setelah Diberi Perlakuan... 94
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Skor Keingintahuan Siswa
commit to user
xvi
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Skor Keingintahuan Siswa
Kelompok Eksperimen II (Metode Eksperimen)... 97
Tabel 4.7 Deskripsi Data Skor Perhatian Siswa
Setelah Diberi Perlakuan... 98
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Perhatian Siswa
Kelompok Eksperimen I (Metode Demonstrasi)... ... 99
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Perhatian Siswa
Kelompok Eksperimen II (Metode Eksperimen)... ... 101
Tabel 4.10 Deskripsi Data Tes Kognitif Prestasi Belajar Siswa
Setelah Diberi Perlakuan... ... 103
Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Nilai Tes Kognitif Prestasi Belajar Siswa
Kelompok Eksperimen I (Metode Demonstrasi)... 103
Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Nilai Tes Kognitif Prestasi Belajar Siswa
Kelompok Eksperimen II (Metode Eksperimen)... ... 105
Tabel 4.13 Deskripsi Data Skor Angket Afektif Prestasi Belajar Siswa
Setelah Diberi Perlakuan... ... 106
Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Skor Angket Afektif Prestasi Belajar Siswa Kelompok Eksperimen I (Metode Demonstrasi)... 107
Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi Skor Angket Afektif Prestasi Belajar Siswa Kelompok Eksperimen II (Metode Eksperimen)... ... 109
Tabel 4.16 Rangkuman Keputusan Uji Normalitas Masing-Masing Kriteria Data Nilai Tes Kognitif Prestasi Belajar... ... 112
Tabel 4.17 Rangkuman Keputusan Uji Normalitas Masing-Masing Kriteria Data Skor Angket Afektif Prestasi Belajar... 117
Tabel 4.18 Output Hasil Uji Anava Prestasi Belajar (Ranah kognitif)
commit to user
xvii Tabel 4.19 Rangkuman p-value Uji Hipotesis
(Terhadap Prestasi Ranah Kognitif)... 125
Tabel 4.20 Output Hasil Uji Anava Prestasi Belajar (Ranah afektif)
Ditinjau dari Metode, Keingintahuan, dan Perhatian... 125
Tabel 4.21 Rangkuman p-value Uji Hipotesis
commit to user
xviii
DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar 2.1 Inquiry in Action ..………..…………... ... 26
Gambar 2.2 Basicmeter sebagai amperemeter……….…. ... 44
Gambar 2.3 Basicmeter sebagai voltmeter…………..…………...……… 46
Gambar 2.4 Rangkaian Hambatan susun Seri……….... 49
Gambar 2.5 Rangkaian Hambatan susun Paralel ……… . 51
Gambar 4.1 Histogram Data Nilai UAS Kelas Eksperimen I
(Metode Demonstrasi) ... 92
Gambar 4.2 Histogram Data Nilai UAS Kelas Eksperimen II
(Metode Eksperimen) ... . 93
Gambar 4.3 Histogram Data Skor Keingintahuan Siswa Kelas
Eksperimen I (Metode Demonstrasi) ... 96
Gambar 4.4 Histogram Data Skor Keingintahuan Siswa Kelas
Eksperimen II (Metode Eksperimen) ... ... 97
Gambar 4.5 Histogram Data Skor Perhatian Siswa Kelas
Eksperimen I (Metode Demonstrasi) ... 100
Gambar 4.6 Histogram Data Skor Perhatian Siswa Kelas
Eksperimen II (Metode Eksperimen) ... ... 102
Gambar 4.7 Histogram Data Nilai Tes Kognitif Prestasi Belajar Siswa Kelas Eksperimen I
(Metode Demonstrasi) ... ... 104
Gambar 4.8 Histogram Data Nilai Tes Kognitif Prestasi Belajar Siswa Kelas Eksperimen II
(Metode Eksperimen) ... ... 105
Gambar 4.9 Histogram Data Skor Angket Afektif Prestasi Belajar Siswa Kelas Eksperimen I
commit to user
xix
Gambar 4.10 Histogram Data Skor Angket Afektif Prestasi Belajar Siswa Kelas Eksperimen II
(Metode Eksperimen) ... ... 109
Gambar 4.11 Grafik Uji Normalitas Data Nilai Tes Kognitif ... 111
Gambar 4.12 Grafik Uji Normalitas Data Skor Angket Afektif... 113
Gambar 4.13 Grafik Output Hasil Uji Homogenitas Nilai Tes Kognitif
Prestasi Belajar Ditinjau dari Metode Pembelajaran ... 115
Gambar 4.14 Grafik Output Hasil Uji Homogenitas Nilai Tes Kognitif
Prestasi Belajar Ditinjau dari Keingintahuan Siswa ... 117
Gambar 4.15 Grafik Output Hasil Uji Homogenitas Nilai Tes Kognitif
Prestasi Belajar Ditinjau dari Perhatian Siswa ... .. 118
Gambar 4.16 Grafik Output Hasil Uji Homogenitas Skor Angket Afektif Prestasi Belajar Ditinjau dari Metode Pembelajaran ... 119
Gambar 4.17 Grafik Output Hasil Uji Homogenitas Skor Angket Afektif Prestasi Belajar Ditinjau dari Keingintahuan Siswa... 120
Gambar 4.18 Grafik Output Hasil Uji Homogenitas Skor Angket Afektif Prestasi Belajar Ditinjau dari Perhatian Siswa... 122
Gambar 4.19 Grafik Uji Lanjut Anava Metode Pembelajaran
Terhadap Prestasi Belajar (Ranah Kognitif)... 131
Gambar 4.20 Grafik Uji Lanjut Anava Metode Pembelajaran
Terhadap Prestasi Belajar (Ranah Afektif)... 132
Gambar 4.21 Grafik Uji Lanjut Anava Keingintahuan Siswa
Terhadap Prestasi Belajar (Ranah Kognitif)... 133
Gambar 4.22 Grafik Uji Lanjut Anava Keingintahuan Siswa
Terhadap Prestasi Belajar (Ranah Afektif)... 134
Gambar 4.23 Grafik Uji Lanjut Anava Interaksi Keingintahuan Siswa dengan Metode PembelajaranTerhadap Prestasi Belajar
(Ranah Kognitif)... 135
Gambar 4.24 Grafik Uji Lanjut Anava Interaksi Keingintahuan Siswa dengan Metode PembelajaranTerhadap Prestasi Belajar
commit to user
xx
Gambar 4.25 Grafik Uji Lanjut Anava Interaksi Keingintahuan Siswa dengan Perhatian Siswa Terhadap Prestasi Belajar
(Ranah Kognitif)... 138
Gambar 4.26 Grafik Uji Lanjut Anava Interaksi Keingintahuan Siswa dengan Perhatian Siswa Terhadap Prestasi Belajar
commit to user
xxi
DAFTAR LAMPIRAN
halaman
Lampiran 1 Instrumen Silabus Pembelajaran…...…. ... 155
Lampiran 2 Instrumen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran …… ... 159
Lampiran 3 Instrumen Langkah Pembelajaran Inkuiri Terbimbing… ... 179
Lampiran 4 Instrumen Lembar Kerja Siswa (LKS) ………. ... 183
Lampiran 5 Kisi-kisi Angket Perhatian Siswa ……... ... 220
Lampiran 6 Instrumen Angket Perhatian Siswa ... 221
Lampiran 7 Kisi-kisi Angket Keingintahuan Siswa ……..…... ... 228
Lampiran 8 Instrumen Angket Keingintahuan Siswa... 229
Lampiran 9 Kisi-kisi Angket Kemampuan Afektif ……..…... ... 237
Lampiran 10 Instrumen Angket Kemampuan Afektif... 238
Lampiran 11 Kisi-kisi Tes Kemampuan Kognitif ……..…... ... 246
Lampiran 12 Instrumen Tes Kemampuan Kognitif ……..…... 247
Lampiran 13 Uji Validitas, Reliabilitas, Indeks Kesukaran, dan Daya Pembeda Soal Tes Kemampuan Kognitif ... 256
Lampiran 14 Uji Validitas, Reliabilitas Instrumen Angket Kemampuan Afektif ... 259
Lampiran 15 Uji Validitas, Reliabilitas Instrumen Angket Perhatian Siswa ... 262
Lampiran 16 Uji Validitas, Reliabilitas Instrumen Angket Keingintahuan Siswa ... 265
Lampiran 17 Surat Keterangan Penelitian ... 268
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional (sisdiknas) mendefinisikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Keberhasilan pendidikan tersebut dapat dinilai dalam suatu sistem penilaian
pendidikan.Penilaian hasil belajar oleh pendidik bertujuan untuk memantau proses
dan ke majuan belajar peserta didik serta untuk meningkatkan efektivitas kegiatan
pembelajaran. Oleh karena itu, penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara
berkesinambungan dan mencakup seluruh aspek pada diri peserta didik, baik aspek
kognitif maupun afektif, sesuai dengan karakteristik mata pelajaran.
Fokus penilaian pendidikan adalah keberhasilan belajar peserta didik dalam
mencapai standar kompetensi yang ditentukan. Pada tingkat mata pelajaran,
kompetensi yang harus dicapai berupa Standar Kompetensi (SK) mata pelajaran yang
selanjutnya dijabarkan dalam Kompetensi Dasar (KD). Ukuran kriteria pencapaian
SK dan KD tersebut mengacu pada nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang
telah ditetapkan. Sehingga dengan demikian keberhasilan ketercapaian KKM adalah
commit to user
salah satu muara dari penilaian keberhasilan pendidikan mengacu pada kurikulum
yang digunakan dalam penyelenggaraan pendidikan.
Pada level praktis di sekolah terdapat kesenjangan dari tuntutan
kurikulum dan kenyataan hasil evaluasi pembelajaran. Kesenjangan yang
dimaksud adalah terdapat hasil evaluasi pembelajaran yang tidak memenuhi
dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM). Contoh kasus yang terjadi
diantaranya di SMP N 1 Karangmalang Sragen. Nilai IPA fisika khususnya materi
listrik dinamis pada siswa kelas IX di SMP N 1 Karangmalang banyak tidak
memenuhi KKM.
Tabel 1.1 Nilai Ulangan Harian Listrik Dinamis Kelas IX Tahun Pelajaran 2009/2010 SMP Negeri 1 Karangmalang Sragen
Nilai (N) Listrik Dinamis
N<70 70≤ N< 75 75≤ N< 80 N≥80
(Sumber: Legger Nilai Ulangan Harian IPA Fisika Kelas IX 2009/2010)
Berdasarkan tabel 1.1 di atas dapat diperoleh gambaran bahwa dengan
nilai KKM yang dtetapkan sebesar 70, ternyata lebih dari 50% siswa di tiap kelas
rombongan belajar di SMP N 1 Karangmalang tidak lolos pada tes kesempatan
pertama. Hal ini terjadi pada salah satu materi dan konsep fisika yang dipelajari
commit to user
kelistrikan adalah materi yang sangat penting karena penerapannya sangat meluas
dalam kehidupan sehari-hari misalnya peralatan elektronik rumah tangga,
penerangan dan instalasi listrik untuk industri dan lain sebagainya. Walaupun
termasuk materi yang penting, pada kenyataannya materi pelajaran tentang
kelistrikan merupakan materi yang sulit bagi siswa, sebagaimana kasus di SMP N
1 Karangmalang yang menunjukkan rendahnya ketercapaian KKM materi listrik
dinamis, sebagaimana data yang ditunjukkan pada tabel 1.1 di atas.
Berdasarkan kasus yang terjadi di SMP N 1 Karangmalang, faktor
penyebab ketidaktercapaian KKM, khususnya pelajaran IPA fisika materi listrik
dinamis, dapat ditinjau dari empat sisi, yaitu siswa, guru, materi ajar, dan
penunjang sarana prasarana. Ditinjau dari penunjang sarana prasarana sumber
belajar dan lingkungan pembelajaran, kondisi yang ada adalah sekolah belum
memiliki sarana dan sumber belajar yang lengkap yang berupa bahan bacaan atau
sumber informasi, buku pelajaran, alat laboratorium/praktik, ruang laboratorium
yang memadai. Lingkungan suasana pembelajaran kurang menyenangkan, kurang
bermakna, dan kurang kontekstual dengan keseharian siswa.
Ditinjau dari materi ajar, bahwa materi ajar IPA khususnya fisika masih
dianggap sebagai materi yang sulit. Persepsi siswa terhadap materi pelajaran IPA
fisika tersebut cenderung dipengaruhi oleh kegiatan dan proses pembelajaran IPA
yang diterima oleh siswa selama ini. Pembelajaran IPA memerlukan kegiatan
penyelidikan, baik melalui observasi maupun eksperimen, sebagai bagian dari
kerja ilmiah yang melibatkan keterampilan proses yang dilandasi sikap ilmiah,
commit to user
langsung yang dilakukan melalui kerja ilmiah. Namun, yang terjadi adalah tidak
demikian. Pembelajaran IPA yang diselenggarakan kurang menyasar dengan
karakteristik dan hakekat IPA seperti yang dipaparkan di atas. Hal ini akhirnya
mengakibatkan materi IPA fisika menurut siswa terlalu banyak rumus yang harus
dihafalkan, kurang bisa menangkap hubungan materi yang diajarkan dengan
kehidupan sehari-hari, dan materi IPA fisika kurang bermakna bagi siswa.
Ditinjau dari sisi siswa, dalam proses pembelajaran sehari-hari, banyak
siswa yang menganggap bahwa pembelajaran IPA fisika adalah sulit. Jika
ditelusuri lebih lanjut, pada dasarnya siswa SMP N 1 Karangmalang memiliki rasa
ketertarikan dan perhatian terhadap topik IPA. Namun, ketika terlibat dalam
pembelajaran IPA siswa menjadi kurang antusias. Kemampuan individual dan
faktor internal seperti motivasi, IQ dan EQ, gaya belajar, minat belajar,
kepercayaan diri, keingintahuan, perhatian, kreativitas dari siswa tidak optimal
diperhatikan guru dalam pembelajaran. Faktor internal siswa yang tidak
diperhatikan oleh guru tersebut akhirnya mempengaruhi keberhasilan tujuan
pembelajaran, dengan indikator rerata nilai ulangan harian IPA fisika siswa
banyak yang belum memadai.
Ditinjau dari sisi guru, dapat dicermati bahwa proses pembelajaran yang
dilakukan dan difasilitasi oleh guru di SMP N 1 Karangamalang belum sesuai
dengan pembelajaran IPA. Pembelajaran fisika hanya disajikan sebagai kumpulan
rumus yang harus dihafalkan oleh siswa. Guru kurang kreatif dan variatif dalam
menggunakan strategi dan metode pembelajaran sesuai dengan karaksteristik
commit to user
bagi siswa. Padahal, banyak metode dan pendekatan pembelajaran yang bias
digunakan oleh guru, misalnya active learning, discovery learning, inquiry
learning, pembelajaran ketrampilan proses, dan sebagainya. Namun, yang terjadi
adalah sebagian besar proses pembelajaran diisi oleh guru yang hanya berceramah
tanpa berupaya memotivasi siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk
memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa (Gagne, Briggs, dan Wagner
dalam Winataputra, 2008). Kegiatan yang dirancang dalam proses pembelajaran
melibatkan pemilahan yang tepat atas pendekatan, metode, dan strategi yang
digunakan. Terdapat beberapa jenis pendekatan, metode, dan strategi dalam
pembelajaran. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis
pendekatan, yaitu: 1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi/ berpusat pada
siswa (student-centered approach); dan 2) pendekatan pembelajaran yang
berorientasi atau berpusat pada guru (teacher-centered approach). Dilihat dari
strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu:
1) exposition-discovery learning, dan 2) group-individual learning (Rowntree
dalam Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya,
strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan
strategi pembelajaran deduktif. Metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk
mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: 1) ceramah; 2)
demonstrasi; 3) diskusi; 4) simulasi; 5) laboratorium; 6) pengalaman lapangan; 7)
brainstorming; 8) debat, 9) simposium, dan sebagainya. Pendekatan, metode
commit to user
belajar mengajar dapat meningkatkan hasil belajar sesuai dengan yang diinginkan.
Pemilihan pendekatan, metode, dan strategi pembelajaran seyogyanya
memperhatikan faktor antara lain karakteristik materi ajar, karakteristik siswa,
sarana pendukung belajar, dan lingkungan belajar.
Ilmu Pengetahuan Alam atau Sains adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari tentang obyek dan fenomena alam yang diperoleh dari hasil
pemikiran dan penyelidikan ilmuwan yang dilakukan dengan keterampilan
bereksperimen dengan menggunakan metode ilmiah. Definisi ini memberi
pengertian bahwa sains merupakan cabang pengetahuan yang dibangun
berdasarkan pengamatan dan klasifikasi data, dan biasanya disusun dan
diverifikasi dalam hukum-hukum yang bersifat kuantitatif, yang melibatkan
aplikasi penalaran matematis dan analisis data terhadap gejala alam, dan melalui
satu rangkaian kegiatan dalam metode ilmiah.
Hukum dan teori dalam Sains hanyalah produk dari serangkaian aktivitas
manusia yang dikenal dengan penyelidikan penemuan ilmiah (scientific inquiry)
atau metode ilmiah (scientific method). Dalam kerangka pemahaman tersebut,
menurut Siahaan dan Suyana (2010) hakikat dari ilmu sains adalah proses
penemuan. Keluaran/output dari proses ilmiah itu sendiri adalah: 1) Proses,
dimana output Sains berupa proses menginginkan para peserta didik
mendapatkan kemampuan mengamati, mengumpulkan data, mengolah data,
menginterpretasikan data, menyimpulkan, mengkomunikasikan; 2) Produk,
dimana dalam proses penemuan Sains menghasilkan produk berupa konsep, dalil,
commit to user
dimiliki serta produk yang dihasilkan, diharapkan pula tumbuh sikap yang
muncul setelah proses tersebut dilalui yaitu terbuka, menghargai pendapat,
obyektif dan jujur dalam menyajikan data, berorientasi pada kenyataan,
bertanggungjawab, terbuka pada pikiran dan gagasan baru, sikap kritis dan
investigatif, tidak percaya takhayul, faktual, kreatif dan inovatif dalam
menghasilkan karya ilmiah, sikap ingin tahu, peduli terhadap makhluk hidup dan
lingkungan, tekun dan teliti, dan bekerjasama.
Menurut Siahaan dan Suyana (2010) pembelajaran Sains diharapkan
lebih menekankan pada proses penemuan, dimana siswa aktif selama
pembelajaran untuk membangun pengetahuannya melalui serangkaian kegiatan
agar pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa. Dalam pembelajaran Sains,
siswa berperan seolah-olah sebagai ilmuwan, menggunakan metode ilmiah untuk
mencari dan menemukan jawaban terhadap suatu permasalahan yang sedang
dipelajari. Fisika merupakan bagian dari sains, sehingga apa yang ditekankan
dalam pembelajaran Sains juga berlaku pada pembelajaran fisika. Dengan
demikian, pembelajaran fisika seyogyanya juga diarahkan pada pembelajaran
penemuan (inquiry).
Menurut Koes (2003) Pembelajaran Inkuiri adalah suatu model atau
pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran Sains dan
mengacu pada salah satu cara untuk mempertanyakan, mencari pengetahuan atau
informasi atau mempelajari suatu gejala. Pembelajaran inquiry sesuai dengan
prinsip learning by doing. Menurut Depdiknas (2003) pembelajaran yang
commit to user
pengalaman belajar. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa begitu pentingnya
peserta didik melakukan sendiri proses penemuan untuk membuat proses belajar
yang telah dilaluinya lebih bermakna. Kelebihan pembelajaran inkuiri diantaranya
adalah: 1) Pengetahuan itu tahan lama atau lama dapat diingat, atau mudah
diingat, bila dibandingkan dengan pengetahuan yang dipelajari dengan cara lain;
2) Hasil belajar inkuiri mempunyai efek transfer yang sangat baik, daripada hasil
belajar lainnya, dengan kata lain konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang
dijadikan milik kognitif seseorang lebih mudah diterapkan pada situasi baru.
Menurut Depiknas (2003) dalam kurikulum 2004 tentang standar
kompetensi disebutkan bahwa pendidikan sains menekankan pada pemberian
pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu
menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan Sains
diarahkan untuk “mencari tahu” dan “berbuat” sehingga dapat membantu siswa
untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Oleh
karena itu, pendekatan yang diterapkan dalam menyajikan pembelajaran Sains
adalah memadukan antara pengalaman proses sains dan pemahaman produk sains
dalam bentuk hand-on activity. Hal ini juga sesuai dengan tingkat perkembangan
mental siswa SMP yang masih berada pada fase transisi dari konkrit ke formal,
akan sangat memudahkan siswa jika pembelajaran Sains mengajak anak untuk
belajar merumuskan konsep secara induktif berdasar fakta-fakta empiris di
lapangan. Oleh karena itu, eksperimen atau praktikum atau demonstrasi
merupakan bagian terpenting dari Sains dan pembelajaran Sains. Kelebihan
commit to user
hal-hal yang dianggap penting oleh guru sehingga hal yang penting itu dapat
diamati secara teliti; dan 2) Dapat membimbing peserta didik ke arah berpikir
yang sama dalam satu saluran pikiran yang sama. Sedangkan kelebihan metode
eksperimen dianataranya adalah: 1) Membuat siswa lebih percaya atas kebenaran
atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri dari pada hanya menerima
kata guru atau buku saja; 2) Dapat menegembangkan sikap untuk mengadakan
studi eksploratoris tentang sains dan teknologi.
Berdasarkan kerangka Sains yang sudah diterangkan di atas maka dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran Sains akan lebih efektif jika menggunakan
pembelajaran inkuiri dengan metode eksperimen dan metode demonstrasi. Kedua
metode ini menekankan cara belajar mengajar yang melibatkan peserta didik
untuk mengamati secara cermat, memberi gambaran secara langsung tentang apa
yang dipelajari, serta mengalami dan membuktikan sendiri proses dari hasil
percobaan itu. Walaupun memiliki perbedaan dalam hal proses teknis prosedur
operasional, metode eksperimen dan demonstrasi dapat memberikan pengalaman
langsung kepada siswa dalam proses pembelajaran penemuan (inquiry).
Keingintahuan (curiosity) adalah aspek emosional dari makhluk hidup
untuk melakukan eksplorasi, investigasi dan pembelajaran. Menurut Talib (2009)
keingintahuan (curiousity) dapat diartikan sebagai dorongan berasal dari internal
diri yang memotivasi seseorang untuk belajar dan melakukan penyelidikan,
mencari informasi tentang objek dan ide tentang sesuatu hal melalui proses
eksplorasi. Secara filosofis, keingintahuan didorong oleh rasa kagum karena rasa
commit to user
Pemicu rasa keingintahuan adalah lingkungan dan gejala atau fenomena di sekitar
manusia melalui panca indra yang dimilikinya. Menurut Berlyne (1954)
keingintahuan (curiosity) adalah faktor yang berpengaruh terhadap perilaku
bereksplorasi. Dalam kerangka sains dan pembelajaran sains, perilaku
bereksplorasi adalah penting karena mencerminkan kemampuan melakukan
proses penemuan berdasarkan metode ilmiah mengenai gejala dan fenomena
alam. Perilaku bereksplorasi secara ilmiah yang dipicu oleh rasa keingintahuan
(curiosity) akan mendorong penguasaan atas sains.
Dalam proses pembelajaran sains, keingintahuan (curiousity) siswa dapat
ditimbulkan melalui kondisi yang menarik perhatian (attention) (Talib 2009).
Siswa akan tertarik dan memperhatikan terhadap situasi yang nyata/realistis dan
mencerminkan aspek kehidupan, lingkungan dan kepribadian diri siswa, bersifat
kekinian, dan dapat dipahami dan dimengerti oleh semua siswa. Siswa dengan
keingintahuan yang tinggi akan sangat sensitif terhadap rangsangan yang
mengenainya, yang akan tampak dari antusiasme dalam mengikuti pembelajaran
dan banyaknya dia mengajukan pertanyaan. Antusiasme dalam proses
pembelajaran tersebut adalah salah satu wujud dari sikap perhatian siswa.
Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan tersebut di atas,
penelitian ini akan mencoba meneliti bagaimana hubungan dan pengaruh dari tiga
hal, yaitu pembelajaran fisika dengan inkuiri terbimbing menggunakan metode
ekpserimen dan demonstrasi, keingintahuan siswa (curiosity), dan perhatian siswa,
terhadap prestasi belajar siswa. Penelitian ini adalah studi kasus pembelajaran
commit to user
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, dapat
diidentifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Rerata nilai prestasi belajar pelajaran IPA fisika siswa SMP N 1
Karangmalang belum memadai dalam hal ketercapaian ketuntasan belajar.
2. Siswa SMP N 1 Karangmalang menganggap ilmu pengetahuan alam (IPA)
menarik dan menyenangkan dalam hal topik materi ajar, tetapi dirasa sulit dalam
hal pemahaman dan penguasaan.
3. Terdapat berbagai macam pendekatan dalam pembelajaran IPA fisika antara
lain pendekatan ketrampilan proses, discovery learning, cooperative learning,
CTL, inquiry dan lain-lain. Namun, guru cenderung tidak menggunakan
pendekatan yang bervariasi dan menyenangkan.
4. Faktor internal belajar siswa berupa gaya belajar, kreativitas, potensi IQ dan
EQ, minat belajar, keingintahuan siswa, dan perhatian siswa terhadap materi ajar
IPA SMP N 1 Karangmalang berperan dalam pencapaian keberhasilan belajar
siswa karena faktor tersebut dimiliki secara berbeda untuk masing-masing siswa.
Namun hal tersebut belum diperhatikan oleh guru.
5. Terdapat banyak metode pengajaran antara lain metode diskusi, tanya-jawab,
demonstrasi, eksperimen, penugasan proyek, dan lain-lain. Namun, guru lebih
sering menggunakan metode ceramah sehingga proses pembelajaran menjadi
commit to user
6. Lingkungan belajar kurang menyenangkan dan kurang bermakna.
7. Sarana dan sumber belajar yang tersedia belum lengkap.
8. Materi IPA fisika antara lain materi listrik statis, listrik dinamis, kemagnetan,
ggl induksi tergolong sulit bagi siswa kelas IX di SMP N 1 Karangmalang,
ditunjukkan dengan rerata nilai prestasi belajar pada materi tersebut belum
memadai mencapai ketuntasan nilai KKM.
9. Penilaian prestasi belajar sedapat mungkin mencakup tiga aspek yaitu aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Namun, guru hanya melakukan penilaian
hanya pada aspek kognitif saja.
C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah diperlukan agar penelitian dapat fokus dan terarah.
Penelitian ini dibatasi pada permasalahan sebagai berikut:
1. Pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran fisika dengan pendekatan
inkuiri terbimbing dengan metode eksperimen dan demonstrasi.
2. Keingintahuan siswa (curiosity) yang dimaksud adalah keingintahuan siswa
dalam belajar fisika dengan dua kategori, yaitu kategori tinggi dan rendah.
3. Perhatian siswa yang dimaksud adalah perhatian siswa dalam belajar fisika
commit to user
4. Prestasi belajar siswa yang dimaksud adalah prestasi hasil belajar siswa pada
ranah kognitif dan afektif yang dicapai siswa pada materi listrik dinamis kelas IX
semester I.
5. Materi pembelajaran yang diajarkan dalam penelitian ini adalah materi Listrik
Dinamis.
D. Perumusan Masalah
Dari pemaparan latar belakang dan pembatasan masalah tersebut di atas
dapat dirumuskan permasalahan yang dapat diangkat dalam penelitian ini sebagai
berikut:
1. Adakah pengaruh pembelajaran fisika pendekatan inkuiri terbimbing
menggunakan metode eksperimen dan metode demonstrasi terhadap prestasi
belajar siswa?
2. Adakah pengaruh antara keingintahuan siswa kategori tinggi dan rendah
terhadap prestasi belajar siswa?
3. Adakah pengaruh antara perhatian siswa kategori tinggi dan rendah terhadap
prestasi belajar siswa?
4. Adakah interaksi antara metode pembelajaran dengan keingintahuan siswa
terhadap prestasi belajar siswa?
5. Adakah interaksi antara metode pembelajaran dengan perhatian siswa
terhadap prestasi belajar siswa?
6. Adakah interaksi antara keingintahuan siswa dengan perhatian siswa terhadap
commit to user
7. Adakah interaksi antara metode pembelajaran, keingintahuan siswa dan
perhatian siswa terhadap prestasi belajar siswa?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan adalah penting di dalam menentukan arah suatu tindakan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Pengaruh pembelajaran fisika pendekatan inkuiri terbimbing menggunakan
metode eksperimen dan metode demonstrasi terhadap prestasi belajar siswa.
2. Pengaruh antara keingintahuan siswa kategori tinggi dan rendah terhadap
prestasi belajar siswa.
3. Pengaruh antara perhatian siswa kategori tinggi dan rendah terhadap prestasi
belajar siswa.
4. Interaksi antara metode pembelajaran dengan keingintahuan siswa terhadap
prestasi belajar siswa.
5. Interaksi antara metode pembelajaran dengan keingintahuan siswa terhadap
prestasi belajar siswa.
6. Interaksi antara keingintahuan siswa dengan perhatian siswa terhadap prestasi
belajar siswa.
7. Interaksi antara metode pembelajaran, keingintahuan siswa dan perhatian
siswa terhadap prestasi belajar siswa.
commit to user
Sebagai suatu kajian ilmiah, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat teoritis maupun praktis, sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Memberi sumbangan pemikiran kepada tenaga pendidik, khususnya guru
bidang studi IPA fisika dalam usaha meningkatkan prestasi belajar.
b. Memberi sumbangan pemikiran kepada guru tentang pentingnya pemilihan
pendekatan dan metode pembelajaran yang tepat.
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan pengalaman kepada guru IPA dalam penggunaan pembelajaran
dengan pendekatan inkuiri terbimbing metode pembelajaran eksperimen dan
demonstrasi sebagai salah satu alternatif metode pembelajaran IPA fisika.
b. Memberikan pengalaman kepada siswa untuk terlibat dalam proses
commit to user
BAB II
KAJIAN TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR
DAN PEGAJUAN HIPOTESIS
A. Kajian Teoretis
1. Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
a. Pengertian Belajar
Menurut Sudjana (1996) mendefinisikan belajar suatu proses yang ditandai
dengan adanya perubahan pada diri seseorang seperti berubah pengetahuan,
pemahaman, sikap dan tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan, serta
perubahan aspek lain yang ada pada individu yang belajar. Sedangkan Winkel
(1996) mengartikan belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung
dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam
pengetahuan-pemahaman, ketrampilan dan nilai-sikap.
Berdasarkan Sudjana (1996) dan Winkel (1996) tersebut di atas dapat
disimpulkan bahwa belajar adalah belajar merupakan proses yang dilakukan oleh
individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang terjadi karena adanya
interaksi antara individu dengan lingkungannya. Interaksi melibatkan siswa
dengan guru, dengan membaca buku, dengan melakukan percobaan dan siswa
dengan orang lain melalui diskusi. Perubahan tingkah laku mencakup perubahan
keterampilan, kebiasaan, sikap, pengetahuan, pemahaman, apresiasi, dan aspek
tingkah laku yang lain.
commit to user
b. Teori Belajar
Untuk memberikan dasar ilmiah dalam penelitian ini, maka akan ditinjau teori
teori belajar yang telah terkenal dikemukan oleh para ilmuwan. Teori belajar yang
dirasa sesuai dengan penelitian ini adalah teori belajar menurut Bruner, Ausubel,
dan Piaget. Berikut ini review dari teori belajar tersebut dan hubungan
relevansinya dengan penelitian ini.
1) Teori Belajar Bruner
Brunner memandang belajar adalah proses kognitif yang didalamnya siswa
mengembangkan pengetahuan (Chery 2004). Kerangka teori konstruktivisme
Bruner mendukung keyakinan bahwa siswa secara aktif melakukan konstruksi ide
atau konsep baru berdasarkan pada pengetahuan (knowledge) yang dimiliki
sebelumnya (Cherry 2004). Menurut konstruksi Bruner, siswa dapat menjadi
pemecah masalah yang aktif dan berkemampuan mengeksplorasi materi lebih
mendalam (Cherry 2004). Proses belajar adalah dinamis bergerak secara konstan
bergerak melibatkan siswa membentuk pengetahuan baru didasarkan pada
pengetahuan yang telah dipelajari sebelumnya. Proses konstruksi pengetahuan ini
diperoleh dari transformasi informasi, menghantarkan makna dari proses
pengalaman langsung, pembentukan dugaan ilmiah atau hipotesis, dan penentuan
pengambilan keputusan (Sorensen 2002).
Dalam konteks proses belajar, Bruner membagi tiga fase belajar yaitu
memperoleh informasi baru, transformasi informasi dan menguji relevansi dan
ketetapan pengetahuan atau evaluasi. Tiga fase ini mengkondisikan siswa melalui
commit to user
dengan kerangka kognitif yang dimiliki sehingga kerangka itu berubah, dalam arti
ada yang digeser, dikurangi atau ditambah. Selama belajar siswa menemukan
sendiri struktur dasar atau konsep dari materi pelajaran. Cara belajar seperti ini
oleh Bruner belajar dengan menemukan sendiri (discovery-inquiry learning).
Di dalam pandangan Bruner, belajar dengan penemuan adalah belajar
untuk menemukan, dimana seorang siswa dihadapkan dengan suatu masalah
atau situasi yang tampaknya ganjil sehingga siswa dapat mencari jalan
pemecahan. Menurut Bruner pembelajaran dengan penemuan (discovery-inquiry
learning) memberikan pembelajaran yang baik bagi siswa karena dapat mereka
berperan sebagai pemecah masalah yang berinteraksi dengan lingkungan,
menyusun dugaan hipotesis, dan mengembangkan generalisasi (Hassard 2000).
Konstruktivisme Bruner memposisikan pebelajar sebagai kreator dan pemikir
melalui proses penemuan (inquiry) dan pengalaman autentik dalam pembelajaran,
sehingga dapat membentuk pengetahuan baru.
Pembelajaran berbasis penemuan terbimbing membuat siswa dihadapkan
kepada situasi dimana siswa bebas menyelidiki dan menarik kesimpulan.
Terkaan, intuisi dan mencoba-coba (trial and error) hendaknya dianjurkan
dan guru sebagai penunjuk jalan dan membantu siswa agar mempergunakan ide,
konsep dan ketrampilan yang sudah mereka pelajari untuk menemukan
pengetahuan yang baru.
Pada penelitian ini digunakan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan
metode eksperimen dan demonstrasi. Sesuai dengan teori Bruner mengenai
commit to user
metode eksperimen dan demonstrasi yang digunakan pada penelitian ini
mengarahkan siswa menemukan konsep sendiri. Salah satu contoh pada
pembelajaran listrik dinamis yang sesuai dengan teori belajar Bruner yaitu untuk
menemukan perbedaan konduktor dan isolator, siswa menemukan sendiri melalui
eksperimen atau demonstrasi dengan menggunakan peralatan yang sederhana.
2) Teori Belajar Piaget
Menurut Piaget perkembangan kognitif pada anak secara garis besar terbagi
empat periode yaitu: a) periode sensori motor (0 – 2 tahun); b) periode
praoperasional (2-7 tahun); c)periode operasional konkrit (7-11 tahun); d) periode
operasi formal (11-15) tahun. Batas umur tiap periode tersebut tidak berlaku
mutlak. Seluruh anak pada suatu kelas yang sama belum tentu akan mempunyai
tingkat perkembangan mental yang sama. Tetapi masa transisi itu penting untuk
diketahui ketahui dalam rangka pengelolaan pengajaran.
Dalam masalah interaksi pendidikan dengan perkembangan mental, Piaget
mengatakan bahwa pendidikan harus dipandang sebagai suatu kondisi formatif
yang penting diperlukan untuk menuju ke perkembangan mental anak secara
alamiah. Mereka sudah berpikir secara sistematik, abstrak, dengan menggunakan
logika matematika. Tetapi tentu saja tiap individu kadar perkembangan mentalnya
akan berbeda, mengingat adanya perbedaan pengalaman yang menyangkut faktor
pemercepat perkembangan mental, khususnya untuk faktor pengalaman sosial.
Konsep dasar proses organisasi dan adaptasi intelektual menurut Piaget
yaitu: skemata (dipandang sebagai sekumpulan konsep); asimilasi (peristiwa
commit to user
seseorang; akomodasi (terjadi apabila antara informasi baru dan lama yang semula
tidak cocok kemudian dibandingkan dan disesuaikan dengan informasi lama); dan
equilibrium (bila keseimbangan tercapai maka siswa mengenal informasi baru).
Menurut Piaget, perkembangan intelektul hanya berjalan bila seseorang
mengasimilasi dan mengakomodasi rangsangan dalam lingkungannya. Asimilasi
adalah proses menyesuaikan atau mencocokkan informasi yang baru dengan apa
yang telah ia ketahui dengan mengubahnya bila perlu dan akomodasi adalah
menyusun dan membangun kembali atau mengubah apa yang telah diketahui
sebelumnya sehingga informasi yang baru dapat disesuaikan dengan lebih baik.
Piaget membedakan antara dua aspek berfikir yang saling melengkapi,
yaitu aspek figuratif dan aspek operatif. Aspek figuratif merupakan imitasi
keadaan sesaat dan statis, sedangkan aspek operatif berkaitan dengan transformasi
dari level pemikiran tertentu ke level yang lain. Setiap level keadaan dapat
dimengerti sebagai akibat dari transformasi tertentu atau sebagai titik tolak
transformasi yang lain. Aspek yang sangat berperan dalam pembentukan
pengetahuan seseorang adalah aspek operatif.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa belajar pada dasarnya adalah
aktif yaitu memasukkan proses asimilasi dan pemahaman dari diri anak,
sementara mengingat dan menghafal adalah tidak dianggap sebagai belajar. Untuk
itu setiap pengetahuan mengandalkan suatu interaksi dan pengalaman. Tanpa
interaksi dan pengalaman, seorang anak tidak dapat mengkonstruksi pengetahuan
commit to user
Pembelajaran inkuiri terbimbing dengan menggunakan eksperimen dan
demonstrasi pada penelitian ini mengarahkan siswa menemukan konsep dari
pengamatan konkret sehingga siswa akan lebih mudah mengabstraksikannya ke
dalam pikiran. Salah satu contoh pembelajaran listrik dinamis pada penelitian ini
yang sesuai dengan teori belajar Piaget adalah ketika siswa mengamati
eksperimen atau demonstrasi yang nyata tentang konduktor dan isolator, siswa
diminta mengabstraksikan melalui kata-kata sehingga siswa memperoleh konsep
sendiri.
3) Teori Belajar Ausubel
Teori pembelajaran Ausubel merupakan salah satu dari sekian banyaknya
teori pembelajaran yang menjadi dasar dalam cooperative learning. Menurut
Ausubel bahan subjek yang dipelajari siswa haruslah “bermakna” (meaningfull).
Pembelajaran bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada
konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Struktur
kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi yang telah
dipelajari dan diingat siswa.
Pembelajaran bermakna terjadi apabila siswa boleh menghubungkan
fenomena baru ke dalam struktur pengetahuan mereka. Artinya, bahan subjek itu
mesti sesuai dengan keterampilan siswa dan mesti relevan dengan struktur
kognitif yang dimiliki siswa. Oleh karena itu, subjek mesti dikaitkan dengan
konsep yang sudah dimiliki para siswa, sehingga konsep-konsep baru tersebut
benar-benar terserap olehnya. Dengan demikian, faktor intelektual-emosional
commit to user
Menurut Ausubel belajar dapat diklasifikasikan kedalam dua dimensi.
Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran itu
disajikan kepada siswa melalui penerimaan atau penemuan. Dimensi kedua
menyangkut bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur
kognitif yang telah ada. Jika siswa hanya mencoba menghafalkan informasi baru
itu tanpa menghubungkan dengan struktur kognitifnya maka terjadilah belajar
dengan hafalan. Sebaliknya jika siswa menghubungkan atau mengaitkan informasi
baru itu dengan struktur kognitifnya maka yang terjadi adalah belajar bermakna.
Pada penelitian ini digunakan pembelajaran inkuiri terbimbing melalui
eksperimen dan demonstrasi dimana siswa mengalami sendiri dalam memperoleh
konsep sehingga siswa mempunyai kemampuan yang tinggi karena konsep yang
didapat sendiri akan bertahan lebih lama dan lebih bermakna. Salah satu contoh
pembelajaran listrik dinamis yang sesuai dengan teori belajar Ausubel adalah
ketika siswa menemukan konsep konduktor dan isolator melalui pengamatan
eksperimen atau demonstrasi, konsep ini akan bertahan lama karena siswa
mengalami sendiri.
c. Inkuiri Terbimbing
Menurut Sudjana dan Ibrahim (2000) pembelajaran adalah proses
mengkoordinasikan sejumlah komponen berupa tujuan, bahan ajar, metode dan
alat, serta penilaian agar satu sama lain saling berhubungan dan saling
berpengaruh, sehingga menumbuhkan kegiatan belajar pada siswa seoptimal
mungkin menuju perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan yang telah
commit to user
Menurut Hamalik (2001) pembelajaran adalah sebagai suatu kombinasi
yang tersusun meliputi unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan
prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Menurut Corey dalam Sagala (2007) pembelajaran adalah proses dimana
lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan turut serta
dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi khusus atau menghasilkan respons
terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan.
Sehingga, pembelajaran adalah proses terlibatnya manusia, lingkungan, prosedur,
sarana dan prasarana untuk mencapai tujuan belajar mengajar.
Menurut Amien (1979) pembelajaran inkuiri merupakan pembelajaran yang
lebih menekankan peran aktif siswa baik fisik maupun mental dalam proses
pembelajaran dengan menekankan pengalaman belajar yang mendorong siswa
untuk dapat menemukan konsep dan prinsip melalui proses mentalnya sendiri.
Proses mental yang dilakukan misalnya merumuskan problema, merancang
eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data,
menarik kesimpulan, mempunyai sikap ilmiah.
Menurut Margono (1998) pembelajaran inkuiri adalah pembelajaran dimana
siswa sendiri bebas memilih atau mengatur obyek belajarnya, mulai dari
penentuan masalah, proses pengumpulan data, analisis sampai eksperimentasi.
Sedangkan menurut Arifin (1995) pembelajaran inkuiri merupakan suatu proses
dimana terdapat interaksi yang tinggi antara siswa, pengajar, alat atau bahan,
commit to user
Berdasarkan pendapat Amien (1979) dan Margono (1998) tersebut di atas
dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran dengan inkuiri yaitu pembelajaran
yang lebih menekankan peran aktif siswa dalam memperoleh suatu konsep
sedangkan guru lebih banyak menempatkan diri sebagai pembimbing dan
fasilitator belajar baik secara kelompok maupun perseorangan. Proses
pembelajaran dengan inkuiri memberikan kesempatan luas kepada siswa yang
merupakan prasyarat bagi siswa untuk berlatih mandiri.
Menurut Khalick (2004) inkuiri dapat dilihat dari dua sisi yaitu sisi
inquiry-as-means (inquiry in science) dan sisi inquiry-as-ends (inquiry about science)
pembelajaran. Dalam pengertian inquiry-as-means adalah pendekatan
instruksional yang bertujuan untuk membantu siswa dalam mengembangkan
pemahaman terhadap sains. Inquiry-as-ends adalah hasil yang diharapkan bahwa
siswa belajar untuk menemukan (inquiry) dalam konteks sains dan
mengembangkan pemahaman epistemologis atas sains, pengembangan
pengetahuan sains, dan kemampuan/ketrampilan menemukan (inquiry skill) yaitu:
mengidentifikasi masalah, merumuskan masalah penelitian, merancang dan
melakukan penelitian/penyelidikan, dan merumuskan, mengkomunikasikan dan
mempertahankan hipotesis, model dan penjelasan hasil penelitian (Khalick 2004).
Terdapat dua hal utama dalam proses penemuan ilmiah (scientific inquiry
process) yaitu pengalaman dan pengamatan (Bourdeau 2000). Proses inkuiri harus
melalui pengalaman yang dirasakan secara langsung mengenai gejala atau
fenomena alam yang dihadapi. Pengalaman langsung dilakukan dengan
commit to user
pengalaman dan pengamatan tersebut diperoleh proses penemuan ilmiah oleh
siswa pebelajar.
Beberapa ahli membedakan antara discovery dengan inquiry sebagai bagian
dari penyelidikan sebaliknya ahli-ahli lain menulis tentang penemuan (heurisitic
modes) yang meliputi discovery dan inquiry penemuan. Sund (1975) berpendapat
bahwa discovery adalah proses mental dimana siswa mengasimilasi sesuatu
konsep atau sesuatu prinsip, proses mental tersebut: logam apabila dipanasi
mengembang, lingkungan berpengaruh terhadap kehidupan organisme, dan
sebagainya. Inquiry menurut Sund (1975) meliputi juga discovery. Dengan
perkataan lain, inquiry adalah perluasan proses discovery yang digunakan lebih
mendalam. Artinya, proses inquiry mengandung proses-proses mental yang lebih
tinggi tingkatannya, misalnya: merumuskan problema, merangsang eksperimen,
melakukan eksperimen, mengumpulkan data, menganalisa data, menarik
kesimpulan, dan sebagainya. Penemuan (penyelidikan), sering dipertukarkan
pemakaiannya dengan discovery (penemuan) dan pemecahan masalah (problem
commit to user
1. Menentukan apa yang diamati dan dipelajari oleh siswa dan
mengidentifikasi senjangan pengetahuan atau ketidaktahuan ilmu.
3. Apa yang ingin dipelajari dan diketahui oleh siswa? Pertanyaan
apa yang dimiliki oleh siswa terkait pelajaran yang ingin diketahui tersebut?
6. Kelompok siswa merancang penyelidikan ilmiah sederhana.
7. Kelompok siswa memilih peralatan perlengkapan untuk
memperoleh data ilmiah yang disusun dalam lembar kerja data ilmiah.
8. Kelompok siswa melakukan pengambilan data penyelidikan dan
melengkapi lembar kerja data ilmiah.
9. Kelompok siswa melaporkan analisis mengenai hasil temuan
penyelidikan ilmiah dan tanggapan mereka untuk menjawab pertanyaan penyelidikan, berdasarkan hasil investigasi.
10. Melalui diskusi kelompok, berusaha untuk menerapkan temuan
mereka dalam pengalaman keseharian atau kehidupna nyata.
11. Apakah seluruh kelompok siswa merasa puas terhadap temuan
mereka dapat menjawab peratanyaan dan hipotesis awal?
10a. Jika ya merasa puas, maka
(Sumber: National Research Council 1996)
commit to user
Berdasarkan Gambar 2.1 di atas dapat diterangkan model aksi penemuan
ilmiah menurut National Research Council Amerika (1996). Proses penemuan
diawali dengan: 1) penentuan apa yang diketahui dan yang telah diamati oleh
siswa, ideetifikasi senjangan pengatahuan siswa; 2) Apa yang ingin diketahui
oleh siswa, pertanyaan apa yang dimiliki oleh siswa; 3) Siswa atau tim
mengungkap pertanyaan atau rumusan hipotesis yang dapat dieksplorasi melalui
penyelidikan ilmiah; 4) Siswa atau tim merancang penyelidikan ilmiah sederhana;
5) Siswa atau tim memilih peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan
investigasi ilmiah; 6) Siswa atau tim mengumpulkan data ke dalam kertas kerja
ilmiah; 7) Siswa melaporkan hasil investigasi dan temuan mereka yang sudah
dianalisis sebelumnya, dilakukan forum diskusi untuk pembahasan hasil dikaitkan
pertanyaan awal investigasi; 8) Melalui forum diskusi kelompok dieksplorasi
pengembangan penerapan contoh dalam keseharian; 9) Apakah tercapai kepuasan
ilmiah pada diri siswa?; 10a) jika terdapat kepuasan ilmiah maka proses inkuiri
dilanjutkan ke inkuiri selanjutnya; 10b) jika masih belum tercapai kepuasan
ilmiah maka proses kembali ke langkah 4 tetapi dengan sebelumnya melakukan
perbaikan/revisi pertanyaan investigasi yang diajukan.
Mengacu pada model yang dirumuskan National Science Education
Standard America (NSES 2006),terdapat 5 elemen esensial belajar dan mengajar,
yaitu: 1) Siswa terikat dengan pertanyaan yang berorientasi ilmiah, bredasar atas
pertanyaan apa dan mengapa; 2) Siswa memberikan prioritas terhadap bukti
ilmiah untuk mengembangkan dan mengevaluasi secara ilmiah; 3) Siswa
commit to user
ilmiah; 4) Siswa mengevaluasi penjelasan ilmiah yang diajukan dihadapkan
dengan penjelasan alternatif yang ada terutama yang mencerminkan pemahaman
ilmiah; 5) Siswa mengkomunikasikan penjelasan atas fenomena yang mereka
usulkan hasil dari investigasi ilmiah.
Tabel 2.1 Langkah Penemuan di Dalam Kelas dan Ragam Langkah Penemuan
Ragam Langkah Esensial Penemuan
commit to user
Menurut Arifin (1995) ciri pembelajaran dengan inkuiri sebagai berikut: 1)
Cara berpikir berkembang dari pengamatan pada masalah tertentu kepada
genaralisasi; 2) Tujuan pengajaran adalah mempelajari proses obyek tertentu
(masalah tertentu) sampai generalisasi tentang obyek tersebut; 3) Guru sebagai
pengontrol-data, materi, obyek dan sebagai pemimpin dalam kelas; 4) Siswa
memberikan reaksi terhadap data, materi, obyek untuk menemukan pola hubungan
berdasarkan pengamatannya dan berdasarkan pengamatan lain dalam kelas; 5)
Kelas dianggap sebagai laboratorium; 6) Generalisasi, biasanya tercipta dari
siswa; 7) Guru mendorong siswa untuk mengkomunikasikan generalisasi.
Margono (1998) memilah beberapa hal yang menjadi ciri dari pendekatan
inkuiri, yaitu: 1) Siswa menemukan masalah sendiri atau mempunyai keinginan
yang kuat untuk memecahkan suatu masalah; 2) Masalah dirumuskan
seoperasional mungkin, sehingga terlihat kemungkinannya untuk dipecahkan; 3)
Siswa merumuskan hipotesis, untuk menuntun dalam mencari data; 4) Siswa
menyusun cara-cara pengunpulan data dengan melakukan eksperimen,
mengadakan pengamatan, membaca, dan memanfaatkan sumber lain; 5) Siswa
melakukan penelitian secara individual atau kelompok untuk pengumpulan data;
6) Siswa mengolah data dan mengambil kesimpulan.
Berdasarkan pendapat dari Arifin (1995) dan Margono (1998) di atas dapat
dirangkum bahwa pembelajaran inkuiri mempunyai ciri: 1) Guru menyajikan
bahan pelajaran tidak dalam bentuk jadi, tetapi siswalah yang diberi peluang
untuk mengadakan penelaah penyelidikan dan menemukan sendiri jawabannya
commit to user
mempunyai keinginan sendiri untuk memecahkan masalah; 3) Masalah
dirumuskan seoperasional mungkin, sehingga terlihat kemungkinannya untuk
dipecahkan; 4) Siswa merumuskan hipotesis, untuk menuntun dalam mencari
data; 5) Siswa menyusun cara-cara pengunpulan data dengan melakukan
eksperimen, mengadakan pengamatan, membaca, dan memanfaatkan sumber lain;
6) Siswa melakukan penelitian secara individual atau kelompok untuk
pengumpulan data; 7) Siswa mengolah data dan mengambil kesimpulan.
Kelebihan pembelajaran inkuiri menurut Bruner dalam Dahar (1989) adalah:
1) Pengetahuan itu tahan lama atau lama dapat diingat, atau mudah diingat, bila
dibandingkan dengan pengetahuan yang dipelajari dengan cara lain; 2) Hasil
belajar inkuiri mempunyai efek transfer yang sangat baik, daripada hasil belajar
lainnya, dengan kata lain konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang dijadikan milik
kognitif seseorang lebih mudah diterapkan pada situasi baru; 3) Dapat
meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir secara bebas; 4)
Dapat melatih keterampilan kognitif siwa untuk menemukan dan memecahkan
masalah tanpa pertolongan orang lain. 5) Dapat membangkitkan keingintahuan
siswa, memberi motivasi untuk bekerja terus sampai menemukan jawaban.
Kelemahan pembelajaran inkuiri menurut Bruner dalam Dahar (1989)
adalah: 1) Diperlukan keharusan kesiapan mental untuk cara belajar; 2) Jika
diterapkan dalam kelas dengan jumlah pembelajar yang besar, kemungkinan besar
tidak berhasil; 3) Pembelajar yang terbiasa belajar dengan pengajaran tradisional,
biasanya agak sulit terdorong, dampaknya dapat mengecewakan pengajar dan