• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) BERBANTUAN ANIMASI FLASH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) BERBANTUAN ANIMASI FLASH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) BERBANTUAN ANIMASI

FLASH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN

KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA

SKRIPSI

Oleh :

Nur Kholis Novianto

K.2307043

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) BERBANTUAN ANIMASI FLASH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN

KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA

Oleh :

Nur Kholis Novianto

K.2307043

Skripsi

Ditulis Dan Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Guna

Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Fisika

Jurusan Pendidikan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(3)

commit to user

iii

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji di

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Univesitas Sebelas Maret Surakarta.

Pada hari : Kamis

Tanggal : 21 Juli 2011

(4)

commit to user

iv

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima

untuk memenuhi sebagian dari persyaratan guna mendapatkan gelar Sarjana

Pendidikan.

Pada hari : Kamis

(5)

commit to user

v ABSTRAK

Nur Kholis N. K2307043. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS

(STAD) BERBANTUAAN ANIMASI FLASH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2011.

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatnya

aktivitas belajar dan kemampuan kognitif siswa kelas VII.B SMP Negeri 10

Surakarta tahun ajaran 2010/2011 dengan model pembelajaran kooperatif tipe

Student Team Achievement Divisions (STAD) berbantuan animasi flash pada

materi Gerak.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action

Research) dengan model Kurt Lewin dan model Kolaboratif yang dilaksanakan

dalam tiga siklus. Setiap siklus diawali tahap persiapan kemudian dilanjutkan

tahap pelaksanaan, tahap pengamatan dan tahap refleksi. Subyek penelitian adalah

siswa kelas VII.B SMP Negeri 10 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011 sebanyak

36 siswa dengan penelitian dikhususkan pada materi Gerak. Data diperoleh

melalui pengamatan, wawancara dan diskusi dengan guru, observer dan siswa,

pre-test & post-test, catatan observer, kamera & handycam dan kajian dokumen.

Data-data dari hasil penelitian diolah dan dianalisis secara kualitatif yang

dilakukan dalam tiga komponen yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan

kesimpulan.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD)

berbantuan animasi flash dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dan

kemampuan kognitif siswa pada materi Gerak kelas VII.B SMP Negeri 10

Surakarta tahun pelajaran 2010/2011. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan

aktivitas belajar pada tiap siklus. Dari indikator aktivitas yang ditentukan terjadi

peningkatan aktivitas belajar positif tiap siklus, dari 72,43% di siklus I menjadi

84,23% di siklus II dan 89,75% di siklus III. Sedangkan aktivitas belajar

(6)

commit to user

vi

meningkat dalam setiap siklus dengan peningkatan nilai rata-rata pre-test ke

post-test, yakni 58,82 menjadi 88,68 dengan rata-rata gain ternormalisasi 0,73 pada

siklus I, 49,00 menjadi 88,68 dengan rata-rata gain ternormalisasi 0,78 pada

siklus II dan 50,43 menjadi 77,86 dengan rata-rata gain ternormalisasi 0,55 pada

siklus III.

Kata Kunci : pembelajaran kooperatif, STAD, flash, aktivitas belajar, kemampuan

(7)

commit to user STUDENT LEARNING ACTIVITIES AND COGNITIVE ASPECT. Thesis. Surakarta : Teacher Training and Education Faculty , Sebelas Maret University, july 2011.

The aims of this research to improve the students learning activity and

cognitive aspect by using cooperatif learning model Student Team Achievement

Divisions (STAD) type assisted by flash animation media in VIIB class of SMP

10 Surakarta at academic year 2010/ 2011 on subject matter “Motion”.

This research is a classroom action research with kurt lewin and

collaborative model that was held in three cycles. The cycles were started by

preparation phase then were continued by implementation phase, observation

phase and reflection phase.. The research subject is the student of VII.B of smp

10 surakarta at academic year of 2010/2011, which is consist of 36 studentsand

the research was specialized on motion chapter. The data was collected through

observation, interview and discusion with the teacher, observer and the student,

the result of pretest and post-test, observer notes, documentation using camera and

handycam and referrence document. The datas of research result were processed

and analized qualitatively into three component,they were reduction data,

reserving data and making conclution.

Based on result of research, it can be concluded that The application

using cooperatif learning model Student Team Achievement Divisions (STAD)

type assisted by flash animation media can improve the student learning activities

on subject matter Motion at VIIB class of SMP 10 Surakarta of academic year

2010/2011. It can be seen from the observation result of learning activities each

cycle. Based on the indicators of activities which have been determined,its

occured incresing of positif learning activities each cycle, from 72.43% in cycle I

become 84.23% in cycle II and 89.75% in cycle III. While the negatif learning

activities more decrese in each cycle, they are 27.57% in cycle I become 15,77%

(8)

commit to user

viii

normalized gain in cycle II, and 50.43 become 77.86 with 0.55 of normalized gain

in cycle III.

Keyword : Cooperatif learning, STAD, Flash Animation, Learning activities,

(9)

commit to user

ix MOTTO

“Khoirunnas ,anfa’uhu linnas”, Sebaik-baik manusia adalah manusia yang berguna bagi orang lain. (HR Bukhari Muslim)

“Aku adalah pribadi yang BEDA, karena BEDA itu hanya mempunyai dua kemungkinan (The Best & The Worst). Dan kalaupun saat ini aku menjadi pribadi

yang terjelek, setidaknya dalam setiap langkahku adalah langkah menuju yang

terbaik”. ( Penulis)

“ Menjadi Ahli Ilmu itu lebih mulia daripada Ahli Harta, maka tuntutlah ilmu, gali sedalam-dalamnya dan gunakan untuk kemaslahatan orang banyak. Semakin

diamalkan, insyaalloh semakin banyak pahala yang terkumpul, amiiin”. (Penulis)

”Suatu saat nanti kita pasti MENYESAL, bukan atas seberapa banyaknya kesalahan yang kita perbuat, tetapi karena kita TIDAK BERBUAT APA-APA ”. Jadilah orang yang bermanfaat bagi orang lain, buatlah karya yang besar dan

(10)

commit to user

x

Makalah Skripsi ini dipersembahkan kepada :

Orangtua ku, Ibu Siti Waidah, S.Pd.SD dan

Bapak Panut, S.Pd.SD yang telah memberikan

kasih sayang, doa restu dan nasehat yang belum

(11)

commit to user

xi

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan hidayah-Nya, sehingga Skripsi ini dapat diselesaikan untuk memenuhi

sebagian dari persyaratan guna mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penulisan Skripsi

ini. Namun, berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan tersebut dapat

dapat teratasi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada yang

terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. Selaku Dekan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang

telah memberikan ijin penelitian.

2. Bapak Sukarmin, S.Pd.,M.Si.,Ph.D. Selaku Ketua Jurusan P.MIPA Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang

telah menyetujui permohonan penyusunan Skripsi ini.

3. Bapak Drs. Supurwoko, M.Si. Selaku Ketua Program Fisika Jurusan P. MIPA

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Bapak Drs. Edy Wiyono, M.Pd. Selaku Dosen Pembimbing I Program Fisika

Jurusan P. MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

5. Ibu Elvin Yusliana Ekawati, S.Pd.,M.Pd. Selaku Dosen Pembimbing II yang

telah memberikan bimbingan dalam penyusunan Skripsi ini.

6. Bapak Haryanto, S.Pd. Selaku Kepala SMP Negeri 10 Surakarta yang telah

memberikan izin untuk mengadakan penelitian.

7. Ibu Endang Purwaningsih,S.Pd. Selaku guru mata pelajaran Fisika SMP Negeri

10 Surakarta yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan selama penulis

melakukan penelitian.

8. Siswa-siswi kelas VII.B SMP Negeri 10 Surakarta. Terima kasih atas bantuan

dan kerjasamanya, salam kompak selalu.

(12)

commit to user

xii luangku.

11.Saudari Atna Fresh Violina Marrysca, terimakasih atas segala doa, kesabaran dan

semangat yang telah diberikan.

12.Mbak Nufy dan mbak Ana yang telah banyak memberi saran dalam proses

penelitian ini

13.Sahabat-sahabatku Fisika 2007 untuk segala dukungan, persahabatan, dan

bantuannya.

14.Keluarga besar Pendidikan Fisika FKIP UNS, semoga dapat mencetak generasi

pendidik yang dapat bermanfaat bagi agama, nusa dan bangsa.

15.Keluarga besar Karang Taruna, Ikatan Pemuda-pemudi Karangturi (IKPK) yang

memberi banyak motivasi untuk berkembang.

16.Teman-teman dari Teacher Training Programs of PASIAD, terimakasih atas

segala ilmu dan semangat yang sudah diberikan.

17.Teman-teman kost An-Nur putra yang selalu memberi warna tersendiri untuk

segala dukungan dan kekeluargaannya.

18.Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.

Semoga amal baik semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari Allah SWT.

Penulis menyadari sepenuhnya skripsi yang telah dikerjakan ini masih

jauh dari kesempurnaan. Penulis berharap semoga karya ini bermanfaat bagi

perkembangan ilmu pengetahuan.

Surakarta, Juli 2011

(13)

commit to user

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGAJUAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN ABSTRAK ... v

HALAMAN ABSTRACT ... vii

HALAMAN MOTTO ... ix

HALAMAN PERSEMBAHAN ... x

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ……… .... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ……… . xviii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Pembatasan Masalah ... 3

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II. LANDASAN TEORI ... 7

A. Tinjauan Pustaka ... 7

1. Hakikat Belajar dan Pembelajaran ... 7

2. Pembelajaran Kooperatif... 8

a. Tipologi Pembelajaran Kooperatif ... 9

b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif ... 10

c. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif... 12

3. Metode Pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD) ... 13

(14)

commit to user

xiv

b. Media Pembelajaran Berbasis Penggunaan Animasi

Macromedia Flash ... 20

c. Karakteristik Pembelajaran Fisika Menggunakan Animasi Flash ... 21

5. Aktivitas Belajar ………. ... 22

6. Kemampuan Kognitif ... 23

7. Penelitian Tindakan Kelas ... 24

B. Penelitian Relevan ... 28

C. Kerangka Pemikiran ... 29

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 31

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 31

1. Tempat Penelitian ... 31

2. Waktu Penelitian ... 31

B. Subjek dan Objek Penelitian ... 31

C. Metode Penelitian ... 32

D. Prosedur Penelitian ... 33

E. Data dan Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen ... 36

1. Data Penelitian ... 36

2. Teknik Pengumpulan Data ... 36

a. Pengamatan/ Observasi ... 36

b. Wawancara atau Diskusi ... 37

c. Kajian Dokumen ... 38

d. Kamera dan Handycam ... 38

e. Tes ... 38

F. Analisis Data ... 38

1. Reduksi Data ... 38

2. Penyajian Data ... 39

3. Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi ... 39

G. Pemeriksaan Validitas Data ... 40

(15)

commit to user

xv

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……… ... 43

A. Keadaan Pra Siklus ……… 43

B. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I ………. .... 45

1. Tahap Perencanaan ……….. ... 45

2. Tahap Pelaksanaan ………. ... 46

3. Tahap Pengamatan……….. ... 48

4. Tahap Refleksi ………... 50

C. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II ……….. . 51

1. Tahap Perencanaan ……….. ... 51

2. Tahap Pelaksanaan ………. ... 52

3. Tahap Pengamatan……….. ... 55

4. Tahap Refleksi ………... 56

D. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus III ……….. 57

1. Tahap Perencanaan ……….. ... 58

2. Tahap Pelaksanaan ………. ... 58

3. Tahap Pengamatan……….. ... 61

4. Tahap Refleksi ………... 63

E. Pembahasan dan Pengambilan Keputusan ... 64

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ……… 68

A. Kesimpulan ……… 68

B. Saran ……… 68

DAFTAR PUSTAKA ……… 70

(16)

commit to user

xvi

Hal

Tabel 2.1 Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif dengan Kelompok

Belajar Konvensional ……… ... 11

Tabel 2.2 Perbedaan Antara Penelitian Formal Dengan Classroom Action Research ... 28

Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa Siklus I ... 48

Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siklus II ... 55

Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siklus III ... 62

Tabel 4.4 Perbandingan Aktivitas Belajar Siswa ... 64

(17)

commit to user

xvii

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 2.1 Prosedur Pelaksanaan PTK... 25

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir ... 30

Gambar 3.1 Skema Analisis Data ... 39

Gambar 3.2 Skema pemeriksaan Validitas Data ... 41

Gambar 4.1 Animasi Gerak Bersifat Relatif ……… ... 47

Gambar 4.2 Kegiatan Diskusi Kelompok... 48

Gambar 4.3 Animasi Flash Siklus II ……… ... 53

Gambar 4.4 Kegiatan Diskusi Kelompok Siklus II ... 54

Gambar 4.5 Animasi Flash Siklus III ... 59

Gambar 4.6 Kegiatan Diskusi Kelompok Siklus III ………... 60

Gambar 4.7 Grafik Perbandingan Aktivitas Belajar Siswa ... 65

(18)

commit to user

xviii

Hal

Lampiran 1 Silabus ... 73

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 80

Lampiran 3 Lembar Kerja Diskusi (LKD) ... 115

Lampiran 4 Tes Kognitif ... 127

Lampiran 5 Hasil Tes Kognitif ……… ... 138

Lampiran 6 Lembar Observasi ... 141

Lampiran 7 Hasil Wawancara ……… ... 152

Lampiran 8 Surat Validasi Isi ... 160

Lampiran 9 Dokumentasi Penelitian ... 171

Lampiran 10 Lain-lain ……… ... 175

(19)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) merupakan penyempurnaan

kurikulum berbasis kompetensi (KBK) sebagai suatu upaya untuk meningkatkan

prestasi siswa didik. KTSP dikembangkan oleh setiap kelompok atau satuan

pendidikan di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau propinsi untuk

pendidikan menengah sesuai dengan relevansinya. KTSP bukanlah kurikulum yang

hanya menekankan pada penguasaan materi atau konsep (based concept) tapi juga

pencapaian kompetensi (based competency). Dengan demikian diharapkan

pencapaian kompetensi siswa juga meningkat sehingga sesuai dengan standar isi dan

standar kelulusan pada KTSP.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru bidang studi Fisika

di SMP Negeri 10 Surakarta, Ibu Endang Purwaningsih, S.Pd., beliau mengemukakan

bahwa untuk kelas VII.B materi Pemuaian yang lulus hanya 10 % dengan batas tuntas

kelulusan dengan nilai 62. Hal ini menunjukkan hasil belajar Fisika siswa rendah dan

belum mencapai target standart ketuntasan karena kriteria ideal ketuntasan untuk

masing-masing indikator dalam KTSP adalah 75 %. Selain itu, dari beberapa siswa

yang kami wawancarai mengemukakan bahwa pembelajaran Fisika dalam

pembelajaran tersebut berlangsung kurang menarik bagi siswa. Terbukti dari

observasi yang dilakukan ternyata beberapa siswa asyik bermain sendiri dan hampir

semua siswa bersikap pasif dan kurang banyak bertanya tentang materi yang siswa

merasa belum jelas.

Rendahnya hasil belajar siswa diduga karena beberapa faktor diantaranya

siswa kurang memperhatikan saat guru mengajar karena pembelajaran Fisika masih

diajarkan secara konvensional. Selain itu pemahaman materi Fisika siswa juga masih

rendah karena siswa kurang dilibatkan secara aktif dalam proses penemuan suatu

konsep seperti melakukan kegiatan pengamatan, siswa cenderung lebih banyak

(20)

commit to user

menerima informasi (Teacher Center) sehingga konsep yang didapat siswa tersebut

tidak tertanam dalam ingatan siswa. Selama proses pembelajaran siswa seharusnya

ikut dilibatkan secara langsung agar siswa memperoleh pengetahuan dari pengalaman

belajarnya.

Pada PP No 19 tahun 2005 pasal 19 ayat (1) dijelaskan bahwa proses

pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,

menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta

memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai

dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Sedangkan ayat (3) menyatakan bahwa setiap satuan pendidikan melakukan

perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil

pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses

pembelajaran yang efektif dan efisien. Untuk itu maka perlu dikembangkan suatu

model pengajaran yang menyenangkan, efektif dan efisien.

Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk mengatasi

kondisi pembelajaran Fisika di atas adalah model pembelajaran kooperatif STAD

(Student Teams Achievement Divisons). Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa

teknik-teknik pembelajaran kooperatif lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar

dibandingkan dengan pengalaman-pengalaman belajar individual atau kompetitif.

Pada model pembelajaran ini, bukan lagi guru yang mendominasi jalannya

pembelajaran Teacher Center tetapi siswa yang dituntut lebih aktif dalam

pembelajaran sehingga lebih cenderung ke Student Center.

Perkembangan teknologi yang pesat menghasilkan media pembelajaran yang

menarik dan lebih interaktif. Salah satunya dengan memanfaatkan program

Macromedia Flash, tetapi program tersebut jarang dimanfaatkan pada pembelajaran

Fisika karena pembuatannya cukup rumit dan membutuhkan banyak waktu.

Pembelajaran yang menggunakan media Flash ini juga membutuhkan persiapan lebih

(21)

commit to user

3

Berdasarkan latar belakang dan tinjauan terhadap beberapa hasil penelitian

yang sejenis maka dalam mengajarkan mata pelajaran Fisika di kelas VII.B SMP

Negeri 10 Surakarta tim peneliti sepakat untuk menerapkan MODEL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (Student Teams Achievement

Divisions) BERBANTUAN ANIMASI FLASH UNTUK MENINGKATKAN

AKTIVITAS BELAJAR DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA .

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka masalah dapat

diidentifikasi permasalahan yang dihadapi guru IPA Fisika kelas VII.B SMP Negeri

10 Surakarta tahun ajaran 2010/ 2011 yaitu:

1. Fisika sebagai salah satu ilmu dalam bidang sains merupakan salah satu mata

pelajaran yang sering kali disajikan kurang menarik dalam pembelajaran.

2. Pembelajarann Fisika jarang disajikan secara Student Centre dan lebih cenderung

disajikan secara Teacher Centre.

3. Model Pembelajaran kooperatif masih jarang digunakan dalam pembelajaran

Fisika.

4. Kurang tepatnya model pembelajaran Fisika dalam menyampaikan materi tertentu

selama ini menyebabkan aktivitas belajar dan prestasi belajar siswa kurang

optimal.

5. Pemanfaatan program Macromedia Flash belum dilakukan guru dalam

pembelajaran Fisika.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah di atas, maka

dalam penelitian ini penulis membatasi masalah agar penelitian ini dapat mencapai

tujuan, ruang lingkup dan arahan yang jelas. Adapun pembatasan masalah tersebut

(22)

commit to user

1. Subyek Penelitian :

Subyek penelitian adalah siswa kelas VII.B SMP Negeri 10 Surakarta tahun

ajaran 2010/ 2011.

2. Model dan Media Pembelajaran

Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model

pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD)

berbantuan media animasi flash.

3. Materi Pelajaran

Materi pelajaran IPA Fisika dibatasi pada materi pokok Gerak.

4. Obyek Penelitian

a. Aktivitas Belajar Siswa

Aktivitas belajar siswa terdiri dari aktivitas positif dan aktivitas negatif

dengan indikator sebagai berikut:

Tabel 1.1. Indikator Aktivitas Belajar Siswa

ASPEK INDIKATOR ITEM ITEM

Siswa memberikan ide/ gagasan untuk memecahkan

masalah dalam diskusi kelompok.

1 1

Visual activities Siswa membaca buku materi Fisika 2 2

Writing Activities

Siswa menulis hasil pemecahan masalah dalam

diskusi.

3 3

Siswa membuat ringkasan materi / catatan 3 3

Mental Activities

Siswa menganalisa soal yang ada di LKS 4 4

Siswa mengerjakan soal yang ada di LKS 4 4

Listening activities Siswa mendengarkan penjelasan dari teman yang sedang diskusi dalam kelompok.

(23)

commit to user

5

b. Kemampuan Kognitif Siswa.

Kemampuan kognitif siswa yang dimaksud adalah kemampuan kognitif siswa

dari pre-test dan post-test.

5. Target Ketercapaian

a. Aktivitas Belajar Siswa

- Rata-rata aktivitas positif siswa lebih dari 85,00 %

- Rata-rata aktivitas negatif siswa kurang dari 15,00 %

b. Kemampuan Kognitif Siswa

Peningkatan kemampuan kognitif siswa dengan rata-rata gain ternormalisasi

kelas lebih dari 0,50.

D. Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan

masalah dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams

Achievement Divisions) berbantuan animasi flash dapat meningkatkan aktivitas

belajar siswa kelas VII.B SMP Negeri 10 Surakarta pada materi pokok Gerak?

2. Bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams

Achievement Divisions) berbantuan animasi flash dapat meningkatkan

kemampuan kognitif siswa kelas VII.B SMP Negeri 10 Surakarta pada materi

pokok Gerak?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah, maka tujuan yang hendak dicapai dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

“Meningkatnya aktivitas belajar dan kemampuan kognitif siswa kelas VII.B SMP Negeri 10 Surakarta dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

(24)

commit to user

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi siswa

a) Memberikan suasana baru dalam pembelajaran sehingga siswa lebih aktif

dan berpartisipasi dalam proses pembelajaran.

b) Siswa lebih mudah dalam menerima atau menyerap materi pelajaran

sehingga diharapkan agar tujuan pembelajaran Fisika dapat tercapai secara

optimal.

2. Bagi guru

a) Sebagai masukan bagi guru untuk dapat memilih model pembelajaran yang

tepat sehingga dapat meningkatkan partisipasi dan prestasi siswa dalam

proses pembelajaran .

b) Memberikan kesempatan guru untuk lebih menarik perhatian siswa dalam

proses belajar mengajar.

3. Bagi sekolah

Sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun strategi pembelajaran pada

bidang studi Fisika di Sekolah Menengah Pertama (SMP).

4. Bagi peneliti

a) Meningkatkan efektifitas penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD (Student Teams Achievement Divisions) berbantuan animasi flash .

(25)

commit to user

7

7 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Hakikat Belajar dan Pembelajaran

Belajar pada prinsipnya adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat

dari interaksi antara siswa dengan sumber-sumber atau objek belajar baik secara

sengaja dirancang atau tanpa sengaja dirancang (Suliana dalam penelitian supardi,

2005: 5). Kegiatan belajar tersebut dapat dihayati (dialami) oleh orang yang sedang

belajar. Selain itu kegiatan belajar juga dapat diamati oleh orang lain. Belajar yang

dihayati oleh seorang pelajar (siswa) ada hubungannya dengan usaha pembelajaran,

yang dilakukan oleh pembelajar (guru). Effandi Zakaria dan Zanaton Iksan, dalam

Jurnalnya yang berjudul Promoting Cooperatif Learning in Science and Mathematics

Education (2006: 35) mengemukakan bahwa :

”The quality of education that teachers provide to student is highly dependent upon what teachers do in the classroom”

Jadi, kualitas pendidikan yang didapat siswa tergantung pada apa yang dikerjakan

guru di dalam kelas. Pada satu sisi, belajar yang dialami oleh pelajar terkait dengan

pertumbuhan jasmani yang siap berkembang. Pada sisi lain, kegiatan belajar yang

juga berupa perkembangan mental tersebut juga didorong oleh tindakan pendidikan

atau pembelajaran. Dengan kata lain, belajar ada kaitannya dengan usaha atau

rekayasa pembelajar.

Dari segi siswa, belajar yang dialaminya sesuai dengan pertumbuhan

jasmani dan perkembangan mental, akan menghasilkan hasil belajar sebagai dampak

pengiring. Selanjutnya, dampak pengiring tersebut akan menghasilkan program

belajar sendiri sebagai perwujudan emansipasi siswa menuju kemandirian. Dari segi

guru, kegiatan belajar siswa merupakan akibat dari tindakan pendidikan atau

pembelajaran. Proses belajar siswa tersebut menghasilkan perilaku yang dikehendaki,

(26)

commit to user

2. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang

berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar

dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya

berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok

harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran.

Effandi Zakaria dan Zanaton Iksan, dalam Jurnalnya yang berjudul Promoting

Cooperatif Learning in Science and Mathematics Education (2006: 36)

mengemukakan bahwa :

Cooperative learning is grounded in the belief that learning is most effective when students are actively involved in sharing ideas and work cooperatively to complete academic tasks.

Jadi, pembelajaran kooperatif berlandaskan kepercayaan bahwa pembelajaran paling

efektif yaitu saat siswa aktif terlibat dalam mengutarakan ide dan bekerja secara kerja

sama untuk mengerjakan tugas akademik. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar

dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai

bahan pelajaran.

Menurut Anita Lie (2005: 32-35), unsur-unsur dasar dalam pembelajaran

kooperatif adalah sebagai berikut:

a. Saling ketergantungan positif.

Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya.

Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas

sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan

tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan,

b. Tanggung Jawab Perseorangan.

Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan

pola penilaian dibuat menurut prosedur pembelajaran kooperatif, setiap siswa

(27)

commit to user

9

c. Tatap Muka.

Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan

berdiskusi. Hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya daripada hasil

pemikiran dari satu kepala saja.

d. Komunikasi Antar Anggota.

Keberhasilan suatu kelompok bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk

saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat.

e. Evaluasi Proses Kelompok.

Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi

proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja

dengan lebih efektif.

Pembelajaran kooperatif bukan hanya sebuah teknik pengajaran yang

ditujukan untuk meningkatkan pencapaian prestasi para siswa, ini juga merupakan

cara untuk menciptakan keceriaan, lingkungan yang pro-sosial di dalam kelas, yang

merupakan salah satu manfaat penting untuk memperluas perkembangan

interpersonal dan keefektifan. (Slavin, 2008: 100).

a. Tipologi Pembelajaran Kooperatif

Metode pembelajaran kooperatif (Slavin, 2008: 26-28) memiliki berbagai

macam perbedaan, tetapi dapat dikategorisasikan menurut enam karakteristik

prinsipal berikut ini:

1) Tujuan Kelompok. Kebanyakan metode pembelajaran kooperatif menggunakan

beberapa bentuk tujuan kelompok. Dalam metode pembelajaran tim siswa, ini

bisa berupa sertifikat atau rekognisi lainnya yang diberikan kepada tim yang

memenuhi kriteria yang telah ditentukan sebelumnya.

2) Tanggung jawab individual. Ini dilaksanakan dalam dua cara. Yang pertama

adalah dengan menjumlah skor kelompok atau nilai rata-rata kuis individual atau

(28)

commit to user

spesialisasi tugas, dimana tiap siswa diberikan tanggung jawab khusus untuk

sebagian tugas kelmpok.

3) Kesempatan sukses yang sama. Karakteristik unik dari metode pembelajaran tim

siswa adalah penggunaan metode skor yang memastikan semua siswa mendapat

kesempatan yang sama untuk berkontribusi dalam timnya.

4) Kompetisi tim. Studi tahap awal dari STAD dan TGT menggunakan kompetisi

antar Tim sebagai sarana untuk memotivasi siswa untuk bekerjasama dengan

anggota timnya.

5) Spesialisasi Tugas. Unsur utamamnya adalah tugas untuk melaksanakan subtugas

terhadap masing-masing anggota kelompok.

6) Adaptasi terhadap kebutuhan kelompok. Kebanyakan metode pembelajaran

kooperatif menggunakan pengajaran yang mempercepat langkah kelompok.

b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok tradisional yang

menerapkan sistem kompetisi, di mana keberhasilan individu diorientasikan pada

kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah

menciptakan situasi di mana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk

saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas

kooperatif para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan

berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan

menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing. Pembelajaran kooperatif

dapat membantu membuat perbedaan menjadi bahan pebelajaran dan bukannya

menjadi masalah. (Slavin, 2008: 4-5).

Dengan bekerja secara kolaboratif untuk mencapai tujuan bersama, maka

siswa akan mengembangkan keterampilan berhubungan dengan sesama manusia yang

akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah. Killen dalam Trianto (2007:

43-44) membandingkan beberapa hal terkait kelompok belajar kooperatif dengan

(29)

commit to user

11

Tabel 2.1 Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif dengan Kelompok Belajar Konvensional

Kelompok Belajar Kooperatif Kelompok Belajar Konvensional

Adanya saling ketergantungan positif,

saling membantu, dan saling

memberikan motivasi sehingga ada

interaksi promotif

Guru sering membiarkan adanya siswa

yang mendominasi kelompok atau

menggantungkan diri pada kelompok

Adanya akuntabilitas individual yang

mengukur penguasaan materi pelajaran

tiap anggota kelompok, dan kelompok

diberi umpan balik tentang hasil belajar

para anggotanya sehingga dapat saling

mengetahui siapa yang memerlukan

bantuan dan siapa yang dapat

memberikan bantuan

Akuntabilitas individual sering diabaikan

sehingga tugas-tugas sering diborong

oleh salah seorang anggota kelompok

sedangkan anggota kelompok lainnya hanya ”mendompleng” keberhasilan ”pemborong”

Kelompok belajar heterogen, baik dalam

kemampuan akademis, jenis kelamin,

ras, etnik, dan sebagainya sehingga

dapat saling mengetahui siapa yang

memerlukan bantuan dan siapa yang

memberikan bantuan

Kelompok belajar biasanya homogen

Pimpinan kelompok dipilih secara

demokratis atau bergilir untuk

memberikan pengalaman memimpin

bagi para anggota kelompok

Pemimpin kelompok sering ditentukan

oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk

memilih pimpinannya dengan cara

masing-masing

Keterampilan sosial yang diperlukan

dalam kerja gotong-royong seperti

Keterampilan sosial sering tidak secara

(30)

commit to user

kepemimpinan, kemampuan

berkomunikasi, mempercayai orang

lain, dan mengelola konflik secara

langsung diajarkan

Pada saat belajar kooperatif sedang

berlangsung guru terus melakukan

pemantauan melalui observasi dan

melakukan intervensi jika terjadi

masalah dalam kerja sama antar anggota

kelompok

Pemantauan melalui observasi dan

intervensi sering tidak dilakukan oleh

guru pada saat belajar kelompok sedang

berlangsung

Guru memperhatikan secara proses

kelompok yang terjadi dalam

kelompok-kelompok belajar

Guru sering tidak memperhatikan proses

kelompok yang terjadi dalam

kelompok-kelompok belajar

Penekanan tidak hanya pada

penyelesaian tugas tetapi juga hubungan

interpersonal (hubungan antar pribadi

yang saling menghargai)

Penekanan sering hanya pada

penyelesaian tugas

(Killen (1996) dalam Trianto, 2007: 43-44)

c. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang

menggunakan pembelajaran kooperatf. Langkah-langkah itu menurut Trianto

(2007:48-49) terbagi menjadi fase-fase sebagai berikut:

Fase-1. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa; guru menyampaikan semua

tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan memotivasi siswa agar lebih bersemangat

dalam belajar Fisika.

Fase-2. Menyajikan informasi; siswa mendapatkan informasi dari demonstrasi atau

(31)

commit to user

13

Fase-3. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok belajar; guru menjelaskan

kepada siswa mengenai pembentukan kelompok belajar dan membantu setiap

kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

Fase-4. Membimbing kelompok; guru membimbing kelompok-kelompok belajar

pada saat pengerjaan tugas kelompok.

Fase-5. Evaluasi; guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah

dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Fase-6. Memberikan penghargaan; guru mencari cara-cara untuk menghargai baik

upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

3. Metode Pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD)

STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di

Universitas John Hopkin dan merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang

paling sederhana. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Scott Amstrong dalam

Jurnalnya yang berjudul Effect on Student Achievement and Attitude (2008: 1), beliau

berpendapat

STAD has been described as the simplest of a group of cooperative learning techniques referred to as Student Team Learning Methods”.

Jadi, STAD adalah teknik pembelajaran kooperatif paling sederhana dari metode

pembelajaran kelompok. Guru yang menggunakan STAD, juga mengacu kepada

belajar kelompok siswa, menyajikan informasi akademik baru kepada siswa setiap

minggu menggunakan presentasi verbal atau teks. Siswa dalam suatu kelas tertentu

dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap kelompok haruslah

heterogen, terdiri dari laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki

kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Anggota tim menggunakan lembar kegiatan

atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya dan

kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui

tutorial, kuis, satu sama lain dan atau melakukan diskusi. Hal tersebut juga dikuatkan

(32)

commit to user

Education (2004: 108) yang berjudul Active Learning with Jeopardy : Students Ask

the Question yang mengungkapkan

For most class sizes, it is a good idea to have students group compete with one another. Group can range from 3 to 5 members each. The number of

groups does not to be limited, as scores can be kept for multiple groups….”

Jadi, untuk kelas yang terdiri dari banyak siswa sangat bagus apabila dibuat

kelompok yang kompetitif. Jumlah kelompok dapat disesuaikan, dapat berisi 3

sampai 5 siswa dalam satu kelompok.

Secara individual setiap minggu atau setiap dua minggu siswa diberi kuis.

Kuis itu diskor, dan tiap individu diberi skor perkembangan. Skor perkembangan ini

tidak berdasarkan pada skor mutlak siswa, tetapi berdasarkan pada seberapa jauh skor

itu melampaui rata-rata skor yang lalu. Setiap minggu pada suatu lembar penilaian

singkat atau dengan cara lain, diumumkan tim-tim dengan skor tertinggi, siswa yang

mencapai skor perkembangan tinggi, atau siswa yang mencapai skor sempurna pada

kuis-kuis itu. Kadang-kadang seluruh tim yang mencapai kriteria tertentu

dicantumkan dalam lembar itu.

Menurut Slavin (2008, 143-147) metode STAD terdiri dari lima komponen

utama yaitu:

a. Presentasi kelas

Materi STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Ini

merupakan pengajaran langsung seperti yang sering kali dilakukan atau diskusi

pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga memasukkan presentasi

audiovisual. Bedanya presentasi kelas dengan pengajaran biasa hanyalah bahwa

presentasi tersebut haruslah benar-benar berfokus pada unit STAD. Dengan cara

ini, para siswa akan menyadari bahwa siswa harus benar-benar memberi perhatian

penuh selama presentasi kelas, karena dengan demikian akan sangat membantu

(33)

commit to user

15

b. Tim atau kelompok

Tim terdiri dari 4-5 siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal

kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Fungsi utama dari tim adalah

memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya

lagi adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis

dengan baik.

Tim adalah fitur yang paling penting dalam STAD. Pada tiap poinnya, yang

ditekankan adalah membuat anggota tim melakukan yang terbaik untuk tim, dan

tim pun harus melakukan yang terbaik untuk membantu tiap anggotanya.

c. Kuis

Setelah sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan presentasi dan

sekitar satu atau dua periode praktik tim, para siswa akan mengerjakan kuis

individual. Para siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam

mengerjakan kuis. Sehingga setiap siswa bertanggung jawab secara individual

untuk memahami materinya.

d. Skor Kemajuan Individual

Gagasan dibalik skor kemajuan individual adalah untuk memberikan kepada

setiap siswa tujuan kinerja yang akan dapat dicapai apabila mereka bekerja lebih

giat dan memberikan kinerja yang lebih baik daripada sebelumnya. Tiap siswa diberikan skor “awal”, yang diperoleh dari rata-rata kinerja siswa tersebut sebelumnya dalam mengerjakan kuis yang sama. Siswa selanjutnya akan

mengumpulkan poin untuk tim berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis siswa

dibandingkan dengan skor awal.

e. Rekognisi Tim

Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor

rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Skor tim siswa dapat juga digunakan

untuk menentukan dua puluh persen dari peringkat siswa.

Berdasarkan nilai perkembangan yang diperoleh tim terdapat tiga tingkat

(34)

commit to user

1). Super Team (Tim istimewa)

Diberikan kepada kelompok yang memperoleh skor rata-rata lebih besar dari

kelompok lainnya.

2). Great Team (Tim hebat)

Diberikan kepada kelompok yang memperoleh skor rata-rata terbaik kedua

3). Good Team (Tim baik)

Diberikan kepada kelompok dengan skor rata-rata terbaik ketiga.

Seperti halnya pembelajaran lainnya, pembelajaran kooperatif STAD juga

membutuhkan persiapan yang matang sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan.

Persiapan-persiapan tersebut antara lain :

a) Perangkat Pembelajaran

Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran perlu dipersiapkan perangkat

pembelajaran yang meliputi Rencana Pembelajaran (RP), buku siswa, Lembar

Kegiatan Siswa (LKS) beserta lembar jawabnya.

b) Membentuk kelompok kooperatif

Menentukan anggota kelompok agar kemampuan siswa dalam kelompok

heterogen dan kemampuan antar satu kelompok dengan kelompok lainnya

relatif homogen.

c) Menentukan skor awal

Skor awal yang dapat digunakan dalam kelas kooperatif adalah nilai ulangan

sebelumnya. Skor awal ini dapat berubah setelah ada kuis/ pre test.

d) Pengaturan tempat duduk

Pengaturan tempat duduk dalam kelas kooperatif perlu juga diatur dengan baik,

hal ini dilakukan untuk menunjang keberhasilan pembelajaran kooperatif

apabila tidak ada pengaturan tempat duduk dapat menimbulkan kekacauan yang

(35)

commit to user

17

e) Kerja kelompok

Untuk mencegah adanya hambatan pada pembelajaran kooperatif STAD,

terlebih dahulu diadakan latihan kerjasama kelompok. Hal ini bertujuan untuk

lebih jauh mengenalkan masing-masing individu dalam kelompok.

(Trianto, 2007: 52-53)

Hal penting yang harus diperhatikan dalam setiap pelaksanaan STAD adalah

pemilihan anggota kelompok. Heterogenitas harus menjadi dasar utama dalam setiap

pemilihan anggota suatu kelompok. Bahan belajar yang diberikan kepada siswa

hendaknya dirancang sedemikian rupa sehingga bahan ajar tersebut bisa dilanjutkan

pada proses pembelajran selanjutnya (kerja kelompok). Dalam hal memberikan

pengakuan atau penghargaan dalam kelompok tidak serta merta berdasarkan

pengamatan saja, guru juga dapat menerapkan prinsip poin individu dan poin

kelompok, yang mana secara individual siswa akan memperoleh poin individu.

Demikian juga dengan poin kelompok yang merupakan gabungan dari poin individu

yang diperoleh setiap anggota kelompok .

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa STAD

adalah model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana yang terdiri dari

beberapa komponen atau langkah-langkah dan membutuhkan persiapan yang matang

dalam penerapannya.

4. Media Pembelajaran

Sejalan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi,

berkembang pula tugas dan peranan guru sejalan dengan jumlah anak yang

memerlukan pendidikan. Harus diakui bahwa guru bukanlah satu-satunya sumber

belajar melainkan hanya salah satunya. Siswa dapat belajar dari beraneka sumber.

Siswa dapat belajar di mana saja dan kapan saja.

Gerlach dan Ely dalam Azhar Arsyad (2007 : 3) mengatakan bahwa media

apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang

(36)

commit to user

keterampilan atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan

sekolah adalah media. Secara khusus, media dalam proses belajar mengajar

cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis atau elektronis untuk

menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.

Media adalah sebuah menu perantara atau pengantar saja. Media adalah

segala bentuk yang digunakan untuk menyalurkan pesan, pesan itulah yang harus

dapat sampai kepada peserta didik. Andersen dalam Wijaya Kusumah (2008: 31)

mengatakan bahwa media adalah perlengkapan yang digunakan untuk memperjelas

pesan dan memungkinkan terjadinya interaksi antara siswa dengan pesan. Interaksi

akan berjalan baik apabila media yang yang digunakan dapat menyampaikan pesan

yang di inginkan. Jadi pengertian media adalah segala sesuatu yang dapat

menyampaikan pesan dari sumber pesan kepada penerima.

Kegunaan media pembelajaran menurut penelitian Wijaya Kusumah (2008:

32) adalah :

a. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistik (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan)

b. Mengatasi keterbatasan ruang,waktu, dan daya indera, misalnya :

1). Objek yang terlalu besar–dapat digantikan dengan realitas, gambar, film atau model.

2). Objek yang kecil–dibantu dengan proyektor mikro, film atau gambar. 3). Gerak yang terlalu lambat atau cepat, dapat dibantu dengan timelapse

atau highspeed photography.

4). Kejadian atau peristiwa yang terjadi dimasa lampau dapat ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, photo ataupun secara verbal

5). Objek-objek yang terlalu kompleks (misalnya mesin) dapat disajikan dalam model, diagram, dan lain-lain.

6). Konsep yang terlalu luas (gunung berapi,gempa bumi, iklim, dan lain-lain) dapat divisualisasikan dalam bentuk film, gambar, dan sebagainya.

c. Penggunaan media pembelajaran secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media pembelajaran berguna untuk :

1). Menimbulkan kegairahan belajar

(37)

commit to user

19

3). Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya.

Dari uraian di atas, media sangat membantu dalam pembelajaran, terlebih

bagi guru yang ingin melaksanakan pembelajaran yang interaktif dan menarik. Maka

guru dapat memanfaatkan media animasi flash dalam pembelajaran untuk

meningkatkan aktivitas dan kemampuan kognitif siswa terhadap mata pelajaran

Fisika.

a. Media Pembelajaran Berbasis Komputer

Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi juga semakin

mengembangkan bentuk dan variasi media pembelajaran. Menurut Thompson dalam

Dedy Dwitagama (2010: 320) Komputer yang digunakan dalam pembelajaran dapat

memberikan manfaat, yakni saat digunakan komputer meningkatkan motivasi

pembelajaran. Para siswa akan menikmati kerja komputer ini dan komputer

memberikan tantangan disamping komputer menampilkan perpaduan antar teks,

gambar (foto), film (video), animasi gerak, dan suara secara bersamaan maupun

bergantian.

Wankat & Oreonovicz dalam Made Wena (2009: 205) menjelaskan bahwa

keuntungan utama metode pembelajaran berbasis komputer adalah memberi

kemudahan bagi guru dalam mengembangkan materi pembelajaran lebih lanjut.

Demikian pula pembelajaran berbasis komputer memiliki beberapa keuntungan

antara lain sebagai berikut.

1). Dapat mengakomodasi siswa yang lamban karena dapat menciptakan iklim belajar yang efektif dengan cara yang lebih individual.

2). Dapat merangsang siswa untuk mengerjakan latihan karena tersedianya animasi grafis, warna, dan musik.

3). Kendali berada pada siswa sehingga kecepatan belajar dapat disesuaikan dengan tingkat kemampuan.

Disamping itu, menurut Made Wena (2009: 205) pembelajaran komputer

juga memiliki beberapa kelemahan, antara lain sebagai berikut

(38)

commit to user

2). Jika tampilan fisik isi pembelajaran tidak dirancang dengan baik atau hanya merupakan tampilan seperti buku teks biasa, maka siswa cepat bosan.

3). Guru yang tidak memahami aplikasi program komputer tidak dapat merancang pembelajaran lewat media komputer, ia harus bekerja sama dengan ahli programmer komputer grafis, juru kamera, dan teknisi komputer.

Mengacu pada beberapa keuntungan dan kelemahan yang diperoleh, maka

penggunaan komputer dalam pembelajaran diyakini mampu membantu siswa dalam

memahami materi pelajaran. Oleh karena itu, pengembangan pembelajaran berbasis

komputer dalam pembelajaran merupakan hal yang sangat penting dan harus

dilakukan oleh guru.

b. Media Pembelajaran Berbasis Penggunaan Animasi Macromedia Flash

Program Macromedia Flash 8 merupakan software milik perusahaan

Macromedia dan merupakan pengembangan dari Flash versi sebelumnya.

Macromedia Flash sendiri merupakan sebuah program aplikasi standar authoring tool

professional yang digunakan untuk membuat animasi yang sangat menakjubkan

untuk keperluan pembangunan situs web yang interaktif dan dinamis. Selain itu,

aplikasi ini juga dapat digunakan untuk membuat animasi logo, movie, game,

pembuatan navigasi pada situs web, banner, tombol animasi, menu interaktif,

interaktif form isian, e-card, screen saver dan pembuatan keseluruhan isi situs web

atau pembuatan aplikasi-aplikasi web lainnya.

Movie-movie Flash memiliki ukuran file yang kecil sehingga dapat di

download secara cepat dan dapat ditampilkan dengan ukuran layar yang dapat

disesuaikan dengan keinginan. Aplikasi Flash merupakan sebuah standar aplikasi

industri perancangan animasi web yang tak tertandingi dengan peningkatan

pengaturan dan perluasan kemampuan integrasi yang lebih tinggi lagi.

Area kerja Flash dirancang secara khusus agar ruang kerja yang digunakan dapat

(39)

commit to user

21

yang telah berpengalaman. Hasil yang dihasilkan berupa animasi menarik yang

diharapkan dapat mempermudah peserta didik dalam memahami materi pelajaran,

khususnya Fisika.

c. Karakteristik Pembelajaran Fisika Menggunakan Animasi Flash

Fisika adalah bagian dari Sains, dimana Sains merupakan hasil serangkaian

proses ilmiah yang berupa pengetahuan, gagasan dan konsep dari interaksi manusia

dengan lingkungannya. Proses yang dimaksud meliputi penyelidikan, penyusunan,

dan pengajuan gagasan-gagasan. Pelajaran Sains (termasuk Fisika) berkaitan dengan

kegiatan mengumpulkan data, mengamati, mengukur, menghitung, menganalisis,

mencari hubungan antara dua kejadian, dan menghubungkan konsep-konsep. Oleh

karena itu, dibutuhkan media yang dapat memvisualisasikan kejadian-kejadian alam

ke dalam kelas. Dengan media animasi dari Macromedia Flash, diharapkan dapat

membantu pola pikir siswa (khususnya siswa SMP yang masih sulit berfikir abstrak )

untuk mempelajari Fisika. Siswa akan lebih mudah menangkap konsep-konsep Fisika

yang di animasikan, baik berupa contoh penerapan hukum-hukum Fisika, kejadian

alam yang berkaitan dengan fisika, ataupun konsep-konsep yang berhubungan dalam

bentuk mikro (sangat kecil).

Kegunaan lain dari animasi (gambar bergerak) adalah, dapat memperlihatkan

pada siswa contoh perilaku yang diinginkan, atau contoh interaksi manusia, dan dapat

menyajikan masalah yang akan dipecahkan siswa. Dale dalam Azhar Arsyad (2009:

23) mengemukakan bahwa bahan-bahan audio-visual dapat memberikan manfaat

asalkan guru berperan aktif dalam proses pembelajaran. Guru harus selalu hadir

untuk menyajikan materi pelajaran dengan bantuan media apa saja agar bermanfaat,

terlebih lagi dalam pembelajaran Fisika sangat perlu untuk membuat media yang

dapat menggambarkan konsep-konsep Fisika secara nyata. Oleh karena itu, peneliti

memandang animasi Flash ini sangat perlu untuk diterapkan dalam pembelajaran

(40)

commit to user

5. Aktivitas Belajar

Pada prinsipnya belajar adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku. Dalam

proses belajar, aktivitas peserta didik merupakan hal yang sangat penting dan perlu

diperhatikan oleh guru agar proses belajar mendapat hasil yang optimal. Menurut

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008 : 31), “Aktivitas berarti keaktifan, kegiatan, kesibukan dalam bekerja atau berusaha”. Jadi aktivitas belajar siswa adalah setiap kegiatan atau kesibukan yang dilakukan oleh siswa dalam kegiatan belajar-mengajar.

Sedangkan menurut Sardiman (2001: 93), “Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas”. Jadi orang yang belajar harus aktif, karena tanpa aktivitas kegiatan pembelajaran tidak mungkin dapat terjadi.

Dalam merancang pembelajarannya, seorang guru harus mampu

mengarahkan dan mengoptimalkan keaktifan yang telah dimiliki oleh setiap siswa.

Banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa di sekolah. Aktivitas siswa

tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang lazim terdapat di

sekolah–sekolah tradisional. Menurut Paul B. Diedrich yang dikutip oleh Sardiman (2010: 101) membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan siswa yang

digolongkan menjadi 8 aktivitas diantaranya :

1) Visual activities meliputi kegiatan membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, atau pekerjaan orang lain,

2) Oral Activities termasuk menyatakan pendapat,

3) Listening activities termasuk kegiatan mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato,

4) Writing activities meliputi menulis karangan, cerita, laporan, angket, menyalin,

5) Drawing activities meliputi kegiatan menggambar, membuat grafik, peta, diagram,

6) Motor activities contohnya: melakukan percobaan, membuat konstruksi, mereparasi, bermain, berkebun, beternak,

7) Mental activities, misalnya menanggapi, mengingat memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan dan aktivitas,

(41)

commit to user

23

dengan klasifikasi di atas menunjukkan bahwa aktivitas siswa dalam belajar cukup

kompleks dan bervariasi. Berbagai macam kegiatan tersebut harus berusaha

diciptakan di dalam kelas agar siswa tidak merasa bosan dalam belajar. Aktivitas

yang diamati dalam penelitian ini adalah visual activities, oral activities, listening

activities, writing activities, dan mental activities.

6. Kemampuan Kognitif

Kemampuan kognitif bisa diartikan sebagai kemampuan individu untuk

menggunakan pengetahuan yang dimiliki secara optimal untuk pemecahan masalah

yang berhubungan dengan diri dan lingkungan sekitar. Tanpa kemampuan kognitif,

mustahil siswa dapat memahami faedah dan menangkap pesan-pesan moral yang

terkandung dalam materi pelajaran yang diikuti. Itulah sebabnya pendidikan dan

pembelajaran perlu diupayakan agar kemampuan kognitif para siswa dapat berfungsi

secara positif dan bertanggung jawab.

Berhasil atau tidaknya proses belajar mengajar dapat dilihat dari hasil

belajarnya. Hasil belajar secara umum dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu

pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Sedangkan menurut Bloom, hasil belajar

dibagi menjadi tiga ranah, yaitu “...ranah kognitif, afektif, dan ranah psikomotorik” (Nana Sudjana, 2009: 22).

Bloom dan beberapa ahli pendidikan memiliki pendapat yang sama dalam

mengklasifikasikan kemampuan kognitif. Klasifikasi kemampuan kognitif tersebut

dalam Nana Sudjana (2009: 23-29) adalah sebagai berikut:

a. Pengetahuan (knowledge)

Kemampuan kognitif ini mencakup ingatan siswa akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan. Hal ini dapat meliputi fakta, kaidah, dan prinsip yang diketahui.

b. Pemahaman (comprehension)

(42)

commit to user

Kemampuan kognitif ini mencakup kemampuan siswa untuk menerapkan suatu kaidah atau prinsip pada suatu kasus atau masalah yang konkret dan baru atau penggunaan pengetahuan tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

d. Analisis (analysis)

Kemampuan kognitif ini mencakup kemampuan siswa untuk merinci suatu kesatuan kedalam bagian-bagian, sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami dengan baik. Adapun kemampuan ini dinyatakan dalam penganalisisan bagian-bagian pokok atau komponen-komponen dasar bersama-sama dengan hubungan antar bagian-bagian itu.

e. Sintesis (synthesis)

Kemampuan kognitif ini mencakup kemampuan siswa untuk membentuk suatu kesatuan atau pola baru meliputi menggabungkan berbagai informasi menjadi suatu kesimpulan atau konsep.

f. Evaluasi (evaluation)

Kemampuan kognitif ini mencakup kemampuan siswa untuk membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal bersama pertanggungjawaban pendapat tersebut yang berdasarkan kriteria tertentu, kemampuan ini dinyatakan dalam memberikan penilaian terhadap sesuatu.

Kemampuan kognitif mempunyai enam tingkatan, tetapi penguasaan tiap

tingkatan itu berdasarkan jenjang perkembangan usia dan kedewasaan anak didik.

Pada jenjang SMP kemampuan kognitif yang harus dikuasai adalah tingkat satu

sampai tingkat tiga, yaitu dari pengetahuan sampai aplikasi.

7. Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) merupakan sebuah

kegiatan penelitian yang dilakukan di kelas. Menurut Suharsimi Arikunto (2008: 3) “penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas

secara bersama”. Hal ini sejalan dengan pendapat Mohammad Ali Salmani Nodoushan (2009: 220) di dalam papernya yang berjudul Improving Learning and

(43)

commit to user

25

“….it was argued that action research, unlike traditional forms of qualitative and quantitative research, focuses only on classroom problems that require informed decisions and solutions.”.

Jadi, Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan di dalam kelas

yang bertujuan untuk memecahkan masalah yang ada di dalam kelas tersebut.

Kemmis dan Carr dalam Wijaya Kusumah dan Dedy Dwitagama (2010: 8)

mengemukakan Penelitian Tindakan merupakan suatu bentuk penelitian refleksi diri

(self reflective) yang dilakukan oleh para partisipan dalam situasi sosial untuk

memperbaiki rasionalitas dan kebenaran. dalam penjelasan lebih lanjut Kemmis dan

Carr memasukkan bidang pendidikan didalamnya. Ini berarti bahwa guru ikut terlibat

dalam penelitian tindakan kelas. Namun demikian guru peneliti akan belajar banyak

hal tentang proses perubahan itu sendiri, yaitu bahwa mereka memerlukan orang lain

dalam proses belajar mengajar.

Kurt Lewin dalam Wijaya Kusumah dan Dedy Dwitagama (2010: 28) PTK

dilaksanakan melalui proses pengkajian berdaur yang terdiri dari empat tahap seperti

pada gambar berikut ini:

Gambar 2.1. Prosedur pelaksanaan PTK

Mohammad Asrori (2008: 68) mengemukakan bahwa sebenarnya ada beberapa

macam model penelitian tindakan kelas yang dapat digunakan. Namun, model yang

tampaknya tidak terlalu sulit untuk dilakukan oleh guru dikelas adalah penelitian

tindakan model siklus. Model ini dikembangkan oleh Kemmis dam Mc Taggart pada

tahun 1988 dari deaklin University of Australia. Model penelitian tindakan kelas ini

mengandung empat komponen, yaitu :

a. Rencana (Planning)

Pada komponen ini, guru sebagai peneliti merumuskan rencana tindakan yang

akan dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran,

perilaku, sikap, dan prestasi belajar siswa.

Tindakan Observasi Refleksi

(44)

commit to user

b. Tindakan (Action )

Pada komponen ini guru melakukan tindakan berdasarkan rencana tindakan yang

telah direncanakan, sebagai upaya perbaikan dan peningkatan atau perubahan

proses pembelajaran, perilaku, sikap, dan prestasi belajar siswa yang diinginkan.

c. Pengamatan (Observation)

Pada komponen ini guru mengamati dampak atau hasil dari tindakan yang

dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa. Apakah berdasarkan tindakan yang

dilaksanakan tersebut memberikan pengaruh yang meyakinkan terhadap perbaikan

dan peningkatan proses pembelajaran dan hasil belajar siswa atau tidak.

d. Refleksi (Reflection )

Pada komponen ini, guru mengkaji dan mempertimbangkan secara mendalam

tentang hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan itu dengan mendasakan

pada berbagai kriteria yang telah dibuat. Berdasarkan hasil refleksi ini, guru dapat

melakukan perbaikan terhadap rencana awal yang telah dibuatnya jika masih

terdapat kekurangan sehingga belum memberikan dampak perbaikan dan

peningkatan yang meyakinkan.

Komponen-komponen dalam suatu kelas yang dapat dikaji melalui

penelitian tindakan kelas, menurut Suhardjono (2007: 58), meliputi :

1). Siswa, dapat dicermati objeknya ketika siswa yang bersangkutan sedang asyik mengikuti proses pemebelajaran di kelas/ lapangan/ laboratorium/ bengkel, ketika sedang asyik mengerjakan pekerjaan rumah di malam hari, atau ketika sedang mengikuti kerja bakti di luar sekolah.

2). Guru, dapat dicermati ketika guru yang bersangkutan sedang mengajar di kelas, sedang membimbing siswa-siswa yang sedang berdarmawisata, atau mengadakan kunjungan ke rumah siswa.

3). Materi pelajaran, dapat dicermati ketika guru sedang mengajar atau sebagai bahan yang ditugaskan kepada siswa.

4). Peralatan atau sarana pendidikan, dapat dicermati ketika guru sedang mengajar, dengan tujuan meningkatkan mutu hasil belajar, yang diamati adalah guru, siswa, atau keduanya.

(45)

commit to user

27

6). Lingkungan, baik lingkungan siswa di kelas, sekolah, maupun yang melingkungi siswa di rumahnya. Bentuk perlakuan atau tindakan yang dapat dilakukan adalah mengubah kondisi lingkungan menjadi lebih kondusif.

7). Pengelolaan, merupakan kegiatan yang sedang diterapkan dan dapat diatur/direkayasa dalam bentuk tindakan. Unsur pengelolaan, yang jelas-jelas merupakan gerak kegiatan sehingga mudah diatur dan direkayasa dalam bentuk tindakan. Dalam hal ini yang digolongkan sebagai kegiatan pengelolaan misalnya cara pengelompokan siswa ketika guru memberikan tugas, pengaturan jadwal, pengaturan tempat duduk siswa, penempatan papan tulis, penataan peralatan pemilik siswa, dan sebagainya.

Salah satu ciri penelitian tindakan kelas adalah adanya kolaborasi

(kerjasama) antara praktisi (guru, kepala sekolah, dan siswa) dan peneliti (dosen,

widyaswara) dalam pemahaman, kesepakatan tentang permasalahan, pengambilan

keputusan yang akhirnya melahirkan kesamaan tindakan (action). Suhardjono (2009:

63) menyatakan bahwa ”Kerjasama (kolaborasi) antara guru dengan peneliti sangat penting dalam bersama menggali dan mengkaji permasalahan nyata yang dihadapi.

Terutama dalam kegiatan mendiagnosis masalah, menyusun usulan, melaksanakan

tindakan, menganalisis data, menyeminarkan hasil dan menyusun laporan”.

Penelitian tindakan kelas berbeda dengan penelitian formal. Penelitian

formal bertujuan menguji hipotesis dan membangun teori yang bersifat umum.

Penelitian tindakan lebih bertujuan memperbaiki kinerja. Perbedaan antara penelitian

(46)

commit to user

Tabel 2.2. Perbedaan Antara Penelitian Formal Dengan Classroom Action Research

No. Ketentuan Penelitian Formal Penelitian CAR

1. Pelaku Dilakukan orang lain Dilakukan oleh guru yang

bersangkutan

2. Sampel Harus representatif Tidak harus representatif

3. Instrumen Harus valid dan reliabel Tidak harus valid dan reliabel

4. Statistik Analisis statistik yang

baik

Tidak harus menggunakan

statistik

5. Hipotesis Hipotesis harus jelas Tidak mensyaratkan Hipotesis

6. Teori Harus berlandaskan

teori yang telah ada

Teori tidak terlalu berpengaruh

7. Fungsi Menguji Teori Memperbaiki praktik

pembelajaran secara langsung

(Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, 2010: 10).

Dengan Penelitian tindakan kelas, guru dapat meneliti sendiri terhadap praktik

pembelajaran di kelas. Guru juga dapat melakukan penelitian terhadap siswa dilihat

dari aspek interaksinya dalam proses pembelajaran. Selain itu, dengan melakukan

Penelitian Tindakan Kelas, guru juga dapat memperbaiki praktik pembelajaran yang

dilakukan menjadi berkualitas dan lebih efektif.

B. Penelitian Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Yeni Susilowati (2006), model pembelajaran

kooperatif STAD dilaporkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam

penelitian pembelajaran yang dilakukan oleh Dikdik Krisnadi, (2009) bekerjasama

dengan guru SMP N 1 Malang berhubungan dengan penerapan model kooperatif

STAD memperlihatkan bahwa penerapan model ini dapat meningkatkan prestasi dan

motivasi siswa dalam mempelajari Fisika, dan siswa meminta supaya pembelajaran

Gambar

Tabel 2.1 Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif dengan Kelompok
Tabel 1.1. Indikator Aktivitas Belajar Siswa
Tabel 2.1 Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif dengan Kelompok Belajar Konvensional
Gambar 2.1. Prosedur pelaksanaan PTK
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sistem JPKM ini merupakan sistem asuransi bagi keluarga mampu sehingga kedepan diharapkan akan mengurangi beban Pemerintah daerah Kabupaten Polewali Mandar di bidang kesehatan

Hal ini mengindikasikan kontribusi dari personal adjustment dan dukungan keluarga sebesar 52,5% sedangkan sisanya 47,5% menyangkut sumbangan dari variabel atau

Nilai daya dukung dan penurunan berdasarkan program Metode Elemen Hingga sebesar 285,46 ton dan 11,42 mm nilai ini tidak jauh berbeda dengan secara analitis.. Kata Kunci :

Mahmudi (Pedagang Bandeng), Umi Komsiyah (Pedagang Kios), Setiawan (Pedagang Kelontong), Suroso (Pedagang Sembako), Sri Maryati (Pedagang sembako), Jumiyem

[r]

HASIL EPROF ECCT 2016 - S1 ILMU KOMUNIKASI Berlaku efektif. BAGIAN PUSAT

Dakwah islam Masyarakat kaum muslim merupakan satu state(negara) dibawah bimbingan nabi muhammad saw yang mempunyai kedaulatan. Ini merupakan dasar bagi usaha

bahwa dalam rangka menyesuaikan nomenklatur Tunjangan Kinerja dan pemberian Tunjangan Kinerja sebagaimana diatur dengan Peraturan Presiden Nomor 156 tentang Tunjangan Kinerja Pegawai