LANDASAN KONSEPTUAL PERANCANGAN TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dalam Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur
Periode Februari 2016
LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS 1
DENPASAR – BALI
Oleh :
AZVIN GHARA KRISOPRAS
1204205055
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS TEKNIK
LANDASAN KONSEPTUAL PERANCANGAN TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dalam Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur
Periode Februari 2016
LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS 1
DENPASAR – BALI
Oleh :
AZVIN GHARA KRISOPRAS 1204205055
Dosen Pembimbing: 1. Ir. Nengah Keddy Setiada, MT. 2. Ir. I Nengah Lanus, MT.
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN ARSITEKTUR (REGULER)
KATA PENGANTAR
Salam Sejahtera,
Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmatNya sehingga
penulis dapat menyusun proposal seminar dengan judul ”Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1 Denpasar-Bali”.
Adapun penyusunan proposal seminar tugas akhir ini dilakukan sebagai salah satu syarat
penyusunan Seminar Tugas Akhir yang dalam hal ini dilakukan melalui desain di Jurusan
Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Udayana dan selanjutnya proposal ini sebagai
pertimbangan pihak terkait untuk dilanjutkan ke bentuk laporan seminar tugas akhir.
Penulisan Seminar Tugas Akhir ini didasarkan dari ide penulis yang cukup sering melewati lokasi
dan juga adanya berita di media massa sehingga munculah ide untuk melakukan perancangan
kembali dari LAPAS tersebut. Adapun sumber materi yang di peroleh untuk kepentingan penulisan
ini didapatkan dari buku-buku arsitektur, tinjauan pustaka dari Direktorat Jendral Pemasyarakatan
dan Kementrian Hukum dan HAM dan juga wawancara ataupun survey langsung ke LAPAS yang
bersangkutan.
Penulis ucapkan terima kasih kepada :
1. Ir. Nengah Keddy Setiada, MT. Selaku Pembimbing 1 yang bersedia memberi masukaan
hari-hari senggangnya dan memberi masukan yang sangat baik.
2. Ir. I Nengah Lanus, MT. Selaku Pembimmbing 2 yang telah membuka wawasan saya lebih
lanjut lagi mengenai sistem Lembaga Pemasyarakatan
3. Jajaran pegawai Kementrian Hukum dan Ham divisi pemasyarakatan, Drs. I Made Badra
dan Ni Made Budani, SH. yang telah membantu mengurus perijinan. Nyoman Putra Surya
Admaja, BcIp. SH. MH. sebagai kepala divisi pemasyarakatan yang terus memberikan izin
observasi. UPT Lapas Kerobokan, Ni Nyoman Budi Utami AmdIp., Ssos. MH. dan I Dewa
Astara, SH. MH. yang telah mau mengijinkan observasi kedalam Lapas dan juga membantu
memberikan informasi mengenai Lapas kerobokan.
4. Seluruh pegawai dekanat Fakultas Teknik Universitas Udayana yang membantu mengurus
5. Dr. Ir. AAA Oka Saraswati dan Ir. I Made Suarya, MT. Selaku Ketua jurusan Arsitektur
periode saat ini dan sebelumnya.
6. Keluarga dan Pasangan yang terus mendukung dan memotifasi agar seminar ini dapat
dikerjakan tanpa hambatan
7. Rekan-rekan jurusan Arsitektur UNUD yang juga mengikuti matakuliah seminar, telah
memacu saya agar dapat menyelesaikan seminar tugas akhir ini.
yang senantiasa memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis. Semoga hasil penelitian ini
nantinya dapat bermanfaat khususnya bagi penulis umumnya bagi pembaca.
Denpasar, 22 April 2016
Penyusun,
Daftar Isi
1.4 Metode Perancanga ... 3
1.4.1 Teknik Pengumpulan data ... 4
2.1.4 Pengertian Rehabilitasi ... 10
2.1.5 Klasifikasi Lapas ... 10
2.1.6 Jenis Pelayanan Lapas ... 11
2.1.7 Persyaratan Lokasi ... 11
2.1.8 Pengelompokan Hunian ... 13
2.1.9 Pembinaan Narapidana ... 13
2.1.10 Kendala Lapas ... 15
2.1.11 Hak dan Kewajiban Narapidana ... 16
2.1.12 Fasilitas Lapas ... 16
2.2 Tinjauan Objek Sejenis ... 18
2.2.1 Lembaga Pemasyarakatan Cipinang ... 18
2.2.2 Lembaga Pemasyarakatan Kedungpane ... 24
2.2.3 Lembaga Pemasyarakatan Bogor ... 30
2.2.4 Lembaga Pemasyarakatan Kerobokan ... 32
2.3. Spesifikasi Umum ... 35
2.3.1 Pengertian Lembaga Pemasyarakatan ... 35
2.3.2 Fungsi Lembaga Pemasyarakatan ... 36
2.3.5 Struktur Organisasi ... 37
2.3.6 Civitas Lembaga Pemasyarakatan ... 37
2.3.7 Fasilitas Lembaga Pemasyarakatan ... 38
2.3.8 Pemilihan Lokasi Lembaga Pemasyarakatan ... 40
BAB III 3.1 Gambaran Umum Kota Denpasar ... 41
3.1.1 Aspek Fisik Kota Denoasar ... 41
3.1.2 Aspek Non Fisik Kota Denoasar rakatan ... 45
3.1.3 Tata Ruang dan Tata bangunan Denpasar ... 47
3.2 Studi Pengadaan Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1 Denpasar ... 49
3.2.1 Strength (Kekuatan/Potensi) ... 49
3.2.2 Weakness (Kelemahan/Kendala) ... 49
3.2.3 Opportunities (Peluang)... 50
3.2.4 Threatening (Tantangann)... 50
3.2.5 Kesimpulan Analisis Swot... 51
3.3 Spesifikasi khusus... 52
3.3.1 Pengertian Relokasi Lembaga Pemasyarakatan ... 52
3.3.2 Fungsi Lembaga Pemasyarakatan ... 52
3.3.3 Tujuan Lembaga Pemasyarakatan... 54
3.3.4 Karakteristik Aktivitas dan kegiatannya ... 54
3.3.5 Struktur Organisasi ... 57
BAB IV
4.2.3 Program Arsitektural... 76
BAB V 5.1 Konsep Perancangan site ... 110
5.1.1 Konsep Entrance Site ... 110
5.1.2 Konsep Zoning Site ... 111
5.1.3 Konsep Pola dan bentuk masa... 114
5.1.4 Konsep Pola Sirkulasi ... 115
5.1.6 Konsep Parkir ... 118
5.1.6 Konsep Utilitas site ... 119
5.2 Konsep Perancangan Bangunan ... 121
5.2.1 Konsep Entrance Bangunan... 121
5.2.2 Konsep Zoning Bangunan ... 122
5.2.3 Konsep Tampilan Bangunan...123
5.2.4 Konsep Ruang Dalam... 124
5.2.5 Konsep Struktur ...125
5.2.6 Konsep Utilitas Bangunan...127
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lembaga Pemasyarakatan atau yang biasa di singkat Lapas merupakan tempat untuk melakukan pembinaan terhadap narapidana dan anak didik pemasyarakatan. Penghuni Lembaga Pemasyarakatan dapat berupa narapidana (napi) atau Warga Binaan Pemasyarakatan atau juga yang statusnya masih berupa tahanan (orang yang masih dalam proses peradilan), hal ini dikarenakan minimnya jumlah rumah tahanan yang ada di indonesia sehingga beberapa lapas dapat juga berfungsi sebagai rumah tahanan dan begitu juga sebaliknya.
Di pulau Bali ini terdapat 6 buah lapas yang tersebar di berbagai daerahnya seperti Lapas Kelas 2A yang terletak di Denpasar (Kerobokan), Lapas Kelas 2 B yang terletak di Karangasem, Singaraja, Tabanan, Lapas Narkotika Kelas 2A di bangli dan Lapas kusus anak Kelas 2B di Gianyar. Dari berbagai jenis lapas di Bali, Lapas pusat dan dengan kelas yang lebih tinggi adalah Lapas Kerobokan, akan tetapi keamanan dan kelancaran proses pemasyarakatan di dalam lapas ini kerap menimbulkan pertanyaan karena banyaknya kerusuhan dan permasalahan yang sering kita dengar dari media masa. Berdasarkan data dari dinas pemasyarakatan per bulan Desember tahun 2015, kapasitas yang ditampung oleh Lapas tersebut berjumlah 323 tahanan, sedangkan jumlah penghuni yang terdaftar berjumlah 978 orang, yang terdiri dari 309 tahanan dan 669 narapidana. Penghuni Pemasyarakatan ini juga termasuk dengan warga binaan pria maupun wanita.
Berdasarkan perbandingan jumlah penghuni, lembaga pemasyarakatan yang menjadi Lapas utama di Bali saat ini, memiliki kepadatan sebesar 320% sehingga fungsi Lembaga pemasyarakatan kelas IIA ini tidak dapat berjalan dengan baik.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan singkat yang diuraikan diatas, perkembangan dan kondisi Lapas di Bali yang kurang mewadahi maka didapat rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakan diperlukan membangun Lembaga Pemasyarakatan dengan kelas dan fasilitas yang lebih baik?
2. Bagaimana kelancaran program pembentukan warga binaan yang terjadi di Bali terutama lapas Denpasar?
3. Bagaimana merancang Lapas yang mampu memfasilitasi setiap kegiatan dan menampung penghuni dengan tingkat provinsi?
1.3 Tujuan
Permasalahan merupakan hal yang sering ditemukan didalam lembaga pemasyarakatan. Hal ini dikarenakan minimnya perhatian dari pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan pemasyarakatan baik dari negara, maupun dinas yang terlibat langsung. Penyelesaian dengan sistem oprasional manusia yang selama ini dilakukan kerap tidak memberikan dampak yang cukup baik. Namun, hampir tidak ada yang berfikir untuk menyelesaikan permasalahan yang ada tanpa menggunakan faktor manusia. Sehingga, penyelesaian secara arsitektur tidak pernah dilakukan di lembaga pemasyarakatan di indonesia. Sehingga penulis tujuan untuk menyelesaikan permasalahan menggunakan arsitektur. Adapun tujuan dari perancangan Lapas ini merupakan.
1. Menciptakan Lapas yang mampu membantu dan memperbaiki kebiasaan buruk yang terjadi di dalamnya.
2. Menciptakan Lapas yang aman dan mampu menanggulangi setiap ancaman dari dalam maupun dari luar.
1.4 Metode Perancangan
Menurut Snyder dan Catanese (1984) terdapat lima langkah metode perancangan antara lain: permulaan, persiapan, pembuatan usulan, evaluasi dan tindakan.
1.4.1 Permulaan
Perumusan dan penjabaran masalah Perancangan Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1 Denpasar-Bali dengan mengidentifikasi latar belakang.
a. Perumusan dan penjabaran kebutuhan akan lembaga pemasyarakatan tingkat 1 di Bali.
b. Perumusan terhadap kendala dan permasalahan yang muncul. 1.4.2 Persiapan
a. Terdiri dari tahap pengumpulan, analisis informasi secara sistematik tentang informasi dan penyusunan konsep desain Lembaga Pemasyarakatan kelas 1 Denpasar.
b. Data primer:
- Observasi dan dokumentasi: pengamatan langsung terhadap instansi terkait dan juga lembaga pemasyarakatan sejenis.
- Wawancara: Tanya jawab dengan pihak terkait.
c. Data Sekunder:
d. Penarikan kesimpulan dari pengertian, sasaran dan tujuan proyek ini. Perumusan program fungsional, arsitektural dan performansi menjadi konsep perancangan.
1.4.3 Pembuatan Usulan
a. Penyampaian ide yang bertujuan untuk memecahkan masalah dengan menggabungkan / sistesis aspek aspek yang berpengaruh.
b. Penyajian pokok pembahasan dalam bentuk fisik/ alternative rancangan.
1.4.4 Evaluasi
- Penetapan tujuan dan kriteria perancangan, pembuatan rancangan potensial, pengukuran pemecahan yang diusulkan, dan evaluasi alternative rancangan.
1.4.5 Tindakan
BAB II
Landasan Teori Lembaga Pemasyarakatan
2.1Tinjauan teori
Tinjauan teori yang akan di paparkan merupakan teori-teori yang berkaitan dengan
perancangan Lembaga Pemasyarakatan.
2.1.1 Pengertian Lembaga Pemasyaraktan
Berdasarkan Undang-undang No. 12 tahun 1995 tentang pemasyarakatan,
Pemasyarakatan adalah kegiatan untuk melakukan pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan
pemidanaan dalam tata peradilan pidana. Sistem Pemasyarakatan adalah suatu tatanan mengenai
arah dan batas serta cara pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan berdasarkan Pancasila yang
dilaksanakan secara terpadu antara pembina, yang dibina, dan masyarakat untuk meningkatkan
kualitas Warga Binaan Pemasyarakatan agar menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak
mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat
aktif berperan dalam pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan
bertanggung jawab.
Lembaga Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut LAPAS adalah tempat untuk
melaksanakan pembinaan Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan. Menurut Keputusan
Menteri Hukum dan Ham No. M.02-PK.04.10 Tahun 1990, yang disebut Lembaga
Pemasyarakatan adalah unit pelaksana teknis pemasyarakatan yang menampung, merawat dan
membina narapidana.
Berdasarkan beberapa pengertian yang sebutkan pada undang-undang, Lembaga
Pemasyarakatan tidak hanya merupakan tempat untuk membina, membimbing dan mendidik
narapidana, melainkan tujuannya adalah agar setelah mereka menyelesaikan masa pidananya,
mereka memiliki kemampuan dan keterampilan dalam menyesuaikan diri sehingga mampu di
terima oleh masyarakat luar.
Penghuni dari Lembaga Pemasyarakatan adalah orang yang kemudiaan dinyatakan
melakukan tindakan melanggar hukum dan telah di putuskan bersalah melalui proses pengadilan.
2.1.2 Tindakan Melanggar Hukum
Hukum di indonesia di bagi menjadi dua, yaitu:
a. Hukum Perdata
Hukum perdata ialah aturan-aturan hukum yang mengatur tingkah laku setiap orang terhadap
orang lain yang berkaitan dengan hak dan kewajiban yang timbul dalam pergaulan masyarakat
maupun pergaulan keluarga.
b. Hukum Pidana
Hukum pidana adalah rangkaian peraturan-peraturan hukum yang mengatur hubungan hukum
subyek hukum yang lain, dengan menitik beratkan pada kepentingan perseorangan, dimana
ketentuan dan peraturan dimaksud dalam kepentingan untuk mengatur dan membatasi kehidupan
manusia atau seseorang dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan atau kepentingan hidupnya.
Tindakan yang berhujung untuk diadili dan di jatuhkan hukuman penjara oleh Mahkamah
pengadilan biasanya merupakan tindakan hukum pidana.
Dalam hukum pidana yang menjadi perhatian adalah perbuatan-perbuatan yang bersifat melawan hukum saja, perbuatan-perbuatan inilah yang dilarang dan diancam dengan pidana.
Langemeyer mengatakan untuk melarang perbuatan yang tidak bersifat melawan hukum, yang tidak dipandang keliru, itu tidak masuk akal”. Mengenai ukuran daripada keliru atau tidaknya suatu perbuatan tersebut ada dua pendapat yaitu :
1. Yang pertama ialah apabila perbuatan telah mencocoki larangan undang-undang maka
disitu ada kekeliruan. Letak perbuatan melawan hukumnya sudah ternyata, dari sifat melanggarnya ketentuan undang-undang kecuali jika termasuk perkecualian yang telah ditentukan oleh undang-undang pula. Dalam pendapat pertama ini melawan hukum berarti melawan undang-undang, sebab hukum adalah undang-undang. Pendirian yang
demikian disebut pendirian yang formal.
2. Yang kedua berpendapat bahwa belum tentu kalau semua perbuatan yang mencocoki
larangan undang-undang bersifat melawan hukum, karena menurut pendapat ini yang dinamakan hukum bukanlah undang-undang saja, disamping undang-undang (hukum yang tertulis) adapula hukum yang tidak tertulis yaitu norma-norma atau kenyataan-kenyataan yang berlaku dalam masyarakat. Pendirian yang demikian disebut pendirian yang materiil.
2.1.3 Pengertiaan Narapidana
Berdasarkan undang-undang republik indonesia No.12 tahun 1995 Tentang
pemasyarakatan, BAB I pasal 1 ayat 6 & 7 Narapidana adalah Terpidana yang menjalani pidana
hilang kemerdekaan di Lembaga Pemasyarakatan. Terpidana adalah seseorang yang dipidana
1.Kamus besar Bahasa Indonesia memberikan arti bahwa:Narapidana adalah orang hukuman (orang yang sedang menjalani hukuman karena tindak pidana); terhukum.
2.kamus induk istilah ilmiah menyatakan bahwa Narapidana adalah orang hukuman; orang
buaian
3.kamus hukum narapidana diartikan sebagai berikut: Narapidana adalah orang yang menjalani
pidana dalam Lembaga Pemasyarakatan.
Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa narapidana adalah orang
yang telah diputus oleh pengadilan untuk menjalani hukuman/pembinaan di Lembaga
Pemasyarakatan atas tindakan yang melanggar hukuman pidana yang telah di lakukan.
2.1.4 Pengertian Rehabilitasi
Narapidana yang berada di dalam Lembaga Pemasyarakatan kemudian akan di bina dan
di rehabilitasi untuk menjadi manusia yang lebih baik. Berdasarkan asal muasal katanya,
rehabilitasi di bagi menjadi re yang berarti kembali dan habilitasi yang berarti kemampuan.
Menurut arti katanya, rehabilitasi berarti mengembalikan kemampuan. Rehabilitasi adalah proses
perbaikan yang ditunjukan pada penderita cacat agar mereka cakap berbuat untuk memiliki
seoptimal mungkin kegunaan jasmani, rohani, sosial, pekerjaan dan ekonomi (sri widiati,
1984:5)
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), rehabilitasi memiliki arti :
1. pemulihan kepada kedudukan (keadaan, nama baik) yang dahulu (semula)
2. perbaikan anggota tubuh yang cacat dan sebagainya atas individu (misalnya pasien rumah
sakit, korban bencana) supaya menjadi manusia yang berguna dan memiliki tempat dalam
masyarakat
Sehingga dapat di simpulkan bahwa rehabilitasi dapat di artikan sebagai suatu proses
pemulihan atau perbaikan kepada penderita cacat baik dalam bentuk fisik maupun non fisik agar
keadaannya kembali seperti semula. Rehabilitasi yang terjadi di dalam Lembaga Pemasyarakatan
berati untuk memperbaiki pola pikir serta tingkah laku narapidana agar di terima kembali oleh
Jenis kegiatan rehabilitasi yang dapat di terapkan pada Lembaga Pemasyarakatan sebagai
berikut :
1. Bimbingan fisik dan kesehatan
2. Bimbingan mental, prisologis, agama dan kecerdasan
3. Bimbingan sosial
4. Konseling dan terapi
5. Bimbingan keterampilan kerja
6. Bimbingan Pengetahuan umum
Berbagai kegiatan bimbingan di atas mampu di lakukan dalam upaya dalam mengubah
narapidana menjadi lebih baik dan siap untuk di lepas ke masyarakat umum. Dalam menjalankan
kegiatan rehabilitasi juga di butuhkan beberapa kriteria dalam pemilihan tempat rehabilitasi
untuk menunjang kebutuhan dan memaksimalkan pelayanan. Maka memerlukan perhatian
terhadap hal-hal berikut seperti:
1. Pada daerah yang tenang, aman dan nyaman.
2. Kondisi lingkungan yang sehat
3. Tersedianya sarana air bersih, jaringan listrik dan jaringan komunikasi
4. Luas tanah proporsional dengan jumlah rehabilitan yang ada.
2.1.5 Kelasifikasi LAPAS
Berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman RI, M.01. PL.01.01, tahun 1985, tentang
Pola Bangunan Lembaga Pemasyarakatan, Rumah Tahanan Negara dan Rumah Penyimpanan
Barang Sitaan Negara (Departemen Kehakiman RI, Jakarta 1985). Lembaga Pemasyarakatan
memiliki kelasifikasi sebagai berikut:
A. Lembaga Pemasyarakatan Kelas I
Lembaga Pemasyarakatan yang berlokasi di ibu kota provinsi daerah tingkat satu dengan
kapasitas lebih dari 500 orang narapidana, dengan luas lahan minimal kurang lebih 60.000 m2,
memiliki bengkel keterampilan kerja yang lengkap dan memadai, dimana narapidananta
Lembaga Pemasyarakatan Kelas II dibedakan menjadi 2, yaitu :
a. Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA yang berkedudukan di ibu kota DATI II dengan daya
tampung 250-500 orang narapidana dengan luas lahan minimal kurang lebih 40.000 m2.
b. Lembaga Pemasyarakatan kelas IIB, untuk wilayah kabupaten dengan daya tampung
sampai 250 orang dengan luas lahan minimal kurang lebih 30.000 m2.
2.1.6 Jenis Pelayanan LAPAS
Pengelompokan jenis pelayanan Lembaga Pemasyarakatan didasarkan atas jenis kelamin,
umur dan tingkat kejahatan, yaitu:
1. Lembaga Pemasyaraktan Pria Dewasa (di atas 18 tahun)
a. Lembaga Pemasyarakatan untuk pria dewasa
b. Lembaga Pemasyarakatan untuk pria dewasa khusus politik.
2. Lembaga Pemasyarakatan Wanita Dewasa (di atas 18 tahun)
a. Lembaga Pemasyarakatan untuk wanita kriminal
b. Lembaga Pemasyarakatan untuk wanita tuna susila
c. Lembaga Pemasyarakatan untuk wanita khusus politik.
3. Lembaga Pemasyarakatan Anak Pria (di dawah 18 tahun)
a. Lembaga Pemasyarakatan untuk pria korban narkotika
b. Lembaga Pemasyarakatan untuk anak pria (kenakalan dan kriminal)
4. Lembaga Pemasyarakatan Anak Wanita (di bawah 18 tahun)
a. Lembaga Pemasyarakatan untuk wanita korban narkotika
b. Lembaga Pemasyarakatan untuk wanita (kenakalan dan kriminal)
2.1.7 Persyaratan Lokasi, Luas site dan Luas bangunan LAPAS
Berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman RI No. M.020.PK.04.10 Tahun 1990 tentang
pola pembinaan narapidana/tahanan, kriteria lokasi lembaga Pemasyarakatan antara lain:
1. Lokasi Lembaga Pemasyarakatan diusahakan berada pada daerah yang kepadatan
2. Letak di luar atau di pinggir kota tetapi mudah terjangkau dengan sarana transportasi dan
telekomunikasi (telpon), fasilitas penerangan (listrik) serta air bersih.
3. Lokasi Lembaga Pemasyarakatan diusahakan berada pada daerah yang tidak terlalu besar
dipengaruhi oleh urbanisasi/masyarakat yang masih memiliki aktivitas sosial misalnya
kegiatan gotong royong, kebudayaan dan keagamaan, keterikatannya dengan pembinaan
yang membutuhkan interaksi narapidana dengan masyarakat dan usaha pengintegrasian
pola kehidupan masyarakat di dalam Lembaga Pemasyarakatan.
4. Kondisi lingkungan sekitar lokasi Lembaga Pemasyarakatan diusahakan dapan mendukung
kelancaan pelaksanaan pembinaan narapidana dan memungkinkan untuk kelanjutan
perkembangannya di masa mendatang.
5. Keadaan lingkungan alam yang asri dan alami, sehingga memberikan suasana tenang dan
stabil bagi mental dan pikiran narapidana.
6. Bebas atau jauh dari kemungkinan tertimpa bencana alam (gempa, banjir, longsor) dan
lancar pembuangan air limbah dengan tidak merusak (mengotori ) lingkungan.
7. Sedapat-dapatnya dekat dengan markas Kepolisian, Kejaksaan dan Pengadilan.
Sedangkan untuk luas site dan luas bangunan Lembaga Pemasyarakatan, paling kurang
harus memenuhi persyaratan berikut.
1. Luas tanah/lahan Lembaga Pemasyarakatan kelas I , IIA dan IIB masing-masing minimal
60.000, 40.000 dan 30.000.
2. Luas Gedung/Bangunan Lembaga Pemasyarakatan Kelas I, IIA dan IIB masing-masing:
19.000, 14.000 dan 7.000 m2 dan diletakan di area pusat dari lahan.
Penentuan luas ini penting agar tanah/lahan selebihnya itu dapat dimanfaatkan untuk
a. Menjaga keserasian bertetangga dengan masyarakat di sekitarnya (jarak antara gendung/
bangunan Lembaga Pemasyarakatan dengan tempat tinggal masyarakat cukup berjauhan)
b. Menghindari agar masyarakat tidak terganggu jika ada tindakan pencegahan terhadap
gangguan keamanan dan ketertiban.
c. Latihan keterampilan pertanian (bercocok tanam, perikanan, peternakan) dan lain
d. Keindahan (pertamanan penghijauan) agar tidak mengesankan sebagai tempat yang
menakutkan atau menyeramkan.
e. Sesuai dengan tata kota dan keserasian lingkungan hidup.
f. Perumahan petugas dan khususnya perumahan Kalapas, Kepala Unit SATPAM, Kepala
Unit Pendaftaran, Kepala Unit Kesehatan dan Petugas Dapur mengambil tempat lebih dekat
dengan gedung / bangunan Lembaga Pemasarakatan.
2.1.8 Pengelompokan Hunian
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 12 Tahun 1995 Tentang
Pemasyarakatan, BAB I pasal 12 ayat 1, dalam rangka pembinaan terhadap Narapidana di
Lembaga Pemasyarakatan dilakukan penggolongan atas dasar :
1. Umur
2. Jenis kelamin
3. Lama pidana yang di jatuhkan
4. Jenis Kejahatan
5. Kriteria lainnya sesuai dengan kebutuhan atau perkembangan pembinaan.
Sedangkan menurut keputusan Menteri Kehakiman RI No. M.020.PK.04.10 Tahun 1990
tentang pola pembinaan narapidana/tahanan, pengelompokan dan penempatan narapidana / anak
didik digolongkan atas dasar :
1. Jenis Kelamin
Berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman RI No. M.020.PK.04.10. Tahun 1990, pola
1. Mengayomi dan memberikan bekal hidup agar mereka dapat menjalankan perannya sebagai
warga masyarakatan yang baik dan ebrguna.
2. Penjatuhan pidana tidak lagi didasari oleh latar belakang pembalasan, hal ini berarti tidak
boleh ada penyiksaan terhadap narapidana baik yang berupa tindakan, perlakuan, ucapan,
cara perawatan, ataupun penempatan.
3. Memberikan bimbingan agar mereka bertobat.
4. Negara tidak berhak membuat mereka menjadi lebih buruk atau lebih jahat daripada
sebelum dijatuhi pidana.
5. Selama kehilangan kemerdekaan bergeraknya narapidana tidak boleh diasingkan dari
masyarakat.
6. Pekerjaan yang diberikan kepada narapidana tidak boleh bersifat sekedar pengisi waktu.
7. Pembinaan dan bimbingan yang diberikan kepada narapidana berdasarkan Pancasila.
8. Narapidana bagaikan orang sakit yang perlu diobati agar mereka sadar bahwa pelanggaran
hukum yang pernah dilakukannya adalah merusak dirinya, keluarga dan lingkungan.
9. Narapidana hanya dijatuhi hukuman pidana berupa pembatasan kemerdekaannya dalam
jangka waktu tertentu.
10.Untuk pembinaan dan bimbingan para narapidana maka disediakan sarana yang
diperlukan.
Melalui bukunya, Panjaitan dan Simorangkir (1995:37) menyebutkan bahwa pembinaan
narapidana harus dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip pokok dalam pemasyarakatan
sebagaimana telah dikemukakan dalam Konferensi Dinas Direktorat Pemasyarakatan yang
pertama pada tanggal 27 April 1964 di Lembang, Bandung. Prinsip-Prinsip pokok
pemasyarakatan adalah sebagai berikut.
1. Orang yang tersesat diayomi
2. Menjatuhi pidana bukan tindakan balas dendam
3. Tobat tidak dapat dicapai dengan penyiksaan melainkan bimbingan
4. Negara tidak berhak membuat seseorang lebih buruk
7. Bimbingan harus berdasarkan Pancasila
8. Tiap orang harus diperlakukan sebagai manusia
9. Narapidana hanya dijatuhi pidana hilang kemerdekaan
10.Perlu didirikan lembaga pemasyarakatan baru
Berdasarkan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 12 tahun 1995, sistem pembinaan
pemasyarakatan dilaksanakan atas:
1. Pengayoman
2. Persamaan perlakuan dan pelayanan
3. Pendidikan
4. Pembimbingan
5. Penghormatan harkat dan martabat manusia
6. Kehilangan kemerdekaan merupakan satu-satunya penderitaan.
7. Terjaminnya hak untuk tetap berhubungan dengan keluarga atau orang-orang tertentu.
Pola pembinaan yang paparkan oleh departemen kehakiman pada tahun 1990 menyatakan
bahwa :
1. Pembinaan berupa interaksi langsung, bersifat kekeluargaan antara Pembina dan yang
dibina.
2. Pembinaan yang bersifat persuasif yaitu berusaha merubah tingkah laku melalui
keteladanan.
3. Pembinaan berencana, terus menerus dan sistematika.
4. Pembinaan kepribadian yang meliputi kesadaran beragama, berbangsa dan bernagara,
intelektual, kecerdasan, kesadaran hukum, keterampilan, mental spiritual.
2.1.10 Kendala-kendala LAPAS
Dalam pelaksanaannya, lembaga pemasyarakatan juga sering mendapatkan kendala yang
mampu menjadi halangan dalam kegiatan pengayoman dan pemasyaraktannya. Kendala-kendala
yang umumnya dihadapi oleh Lembaga Pemasyarakatan di indonesia antara lain :
Terkait ketidak mampuan Negara untuk memberikan Lapas dengan ukuran dan fasilitas
yang mewadahi untuk narapidana, selain itu juga cepat bertambahnya jumlah narapidana di
indonesia.
b. Faktor Ekoomi
Terkait biaya yang di keluarkan untuk kegiatan yang berlangsung di dalam Lapas cukup
besar sehingga fasilitas yang di siapkan kurang memadahi. Selain itu juga gaji dari sipir dan
penjaga lapas yang kecil membuat sedikitnya pegawai lembaga pemasyarakatan tersebut.
c. Faktor Mental
Terkait mental penjaga dan juga narapidana yang ada di dalam lapas yang di karenakan
gaji yang sedikit membuat penjaga menghalalkan berbagai cara untuk mendapatkan uang di
dalam lapas. Selain itu pembinaan yang kurang baik juga membuat tidak terjadi perubahan pada
narapidana yang berada di dalam lapas tersebut.
2.1.11 Hak dan Kewajiban Narapidana
Dengan menjalankan masa hukuman di dalam lembaga pemasyaraktan. Tidak berarti
bahwa narapidana tersebut tidak memiliki hak dan kewajiba. Berdasarkan Undang-untang No. 12
tahun 1995 tentang pemasyarakatan pasal ke 14, narapidanan berhak untuk
a. Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya;
b. mendapat perawatan, naik perawatan rohani maupun jasmani
c. mendapatkan pendidikan dan pengajaran
d. mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak
e. menyampaikan keluhan
f. mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang tidak dilarang
g. mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan
h. menerima kunjungan keluarga, penasihat hukum, atau orang tertentu lainnya
k. mendapatkan pembebasan bersyarat
l. mendapatkan cuti menjelang bebas; dan
m.mendapatkan hak-hak lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2.1.12 Fasilitas LAPAS
Perumusan fasilitas yang berada di dalam lembaga pemasyaraktan yang dirancang oleh
Kementrian Hukum dan Ham yang dibahas melalui Keputusan Menteri Kehakiman RI No. M.
02.PK.04.10. Tahun 1990. Halaman 67. Perumusan fasilitas lembaga pemasyarakatan diawali
dengan pengidentifikasian aktivitas yang diwadahi dalam sebuah Lembaga pemasyarakatan yang
dapat digolongkan seperti berikut.
1. Aktivitas pengelola
2. Aktivitas Hunian
3. Aktivitas pengunjung
4. Aktivitas servis dan penunjang
5. Aktivitas keamanan.
Melalui aktivitas-aktivitas yang telah di sebutkan di atas maka menurut buku sistim
pemasyarakatan di indonesia, LAPAS di indonesia membutuhkan :
1. Ruang administrasi
2. Ruang penerimaan narapidana
3. Ruang persiapan narapidana yang akan lepas
4. Ruang kunjungan, ada 2 tipe:
5. Ruang tinggal
6. Day room : ruang untuk bermain catur, bridge, olahraga ringan, dll
7. Ruang makan
8. Ruang disiplin
9. Ruang admisi/orientasi
10.Ruang pembinaan
b. ruang konsultasi
c. workshop
d. perpustakaan
e. auditorium: untuk rekreasi, upacara di dalam gedung, ceramah-ceramah, kesenian,
pemutaran film pendidikan, pameran dan sebagainya
f. ruang ibadah
g. ruang sidang Dewan Pembinaan Pemasyarakatan (DPP)
h. operation room / ruang pengumpulan data
i. lapangan rekreasi (olahraga)
j. dapur beserta gudang
k. garasi mobil dinas, truk, alat transportasi narapidana, mobil/kereta kebakaran
l. laundri/cucian
m.tempat mandi, cuci, kakus
11. Ruang Mechanical (Ruang pusat penyalur mekanik ke seluruh bangunan)
12.Gudang, tempat penyimpanan
a. bahan-bahan untuk bengkel kerja
b. barang-barang yang sudah jadi
c. uang titipan dan simpanan serta barang-barang berharga lainnya kepunyaan narapidana
d. senjata dan alat-alat keamanan lainnya
13.Ruang penjagaan
14.Menara penjagaan
15.Ruang rumah sakit
2.2 Tinjauan Objek sejenis
2.2.1 Lembaga Pemasyarakatan Cipinang (Jakarta)
Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Cipinang pada awalnya merupakan bangunan yang
sangat luas, didirikan oleh pemerintah Belanda pada tahun 1918 namun karena jumlah penghuni
tanah yang sama dibangun secara bertahap tiga bangunan penjara dan satu bangunan rumah sakit
lembaga pemasyarakatan.
Bangunan yang pertama didirikan adalah Lembaga Pemasyarakatan Khusus Narkotika
Kelas II A Jakarta dengan luas bangunan 3 hektar, dimana Lembaga Pemasyarakatan ini khusus
untuk membina narapidana kasus narkotika tahap kedua yang dibangun adalah Lembaga
Pemasyarakatan Kelas I Cipinang yang baru, dengan luas bangunannya adalah 3,5 hektar meter
persegi, tahap ketiga yang dibangun adalah Rumah Sakit Lembaga Pemasyarakatan Kelas I
Cipinang dengan luas banguna 1 hektar, selanjutnya yang terakhir dalam proses sedang
membangun yaitu Rumah Tahanan (RUTAN) Kelas I Cipinang dengan luas area 1,2 hektar.
Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1 Cipinang sangat heterogen, karena terdiri dari
perkantoran, pertokoan perumahan penduduk bahkan pedagang kaki lima, loaksi dari Lembaga
Pemasyarakatan kelas 1 cipinang berada di sisi timur kota jakarta, yaitu Jl. Raya Bekasi Timur
No. 170, Kelurahan Cipinang Besar Utara, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur. Letak geografis
yang sangat strategis, dengan sisi timur yang berbatasan dengan Jalan Cipinang Jaya, sebelah
utara berbatasan dengan perumahan penduduk dan perumahan pegawai Lembaga
Pemasyarakatan serta rumah susun, disebelah barat berbatasan dengan jalan cipinang
pemasyarakatan dan kantor Imigrasi Jakarta Timur, sebelah selatan berbatasan dengan Jalan raya
Bekasi Timur dan rel kereta api, sehingga wilayah ini sangat padat transportasi. Lembaga
Pemasyarakatan ini juga di huni oleh 1.418 Narapidana dan 1.952 Tahanan yang bertotal 3.227
Warga binaan.
Civitas yang berada di dalam Lembaga Pemasyarakatan Cipinang antara lain:
1. Narapidana dan tahanan
2. Petugas jaga
3. Staff keamanan dan ketertiban
4. Administrasi
6. Staff kantor/TU/ Administrasi
7. Dokter dan paramedis
Fasilitas yang terdapat di Lembaga Pemasyarakatan Cipinang adalah:
Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Cipinang terdiri atas tiga gedung utama ;
1. Gedung I (satu) luasnya adalah 1,078.63 M2, dimana untuk memasuki gedung satu ini harus
melalui pagar kawat baja yang tingginya sekitar 7 meter dengan dua pintu masuk yang
merupakan akses keluar masuknya kendaraan petugas dan pengunjung.
2. Gedung II (dua) luasnya adalah 1,096.50 M2 dimana untuk memasuki gedung dua ini harus
melewati pintu portir yang dijaga oleh tiga orang petugas penjagaan, gedung II ini terdiri dari
dua tingkat :
A. Lantai pertama terdiri dari :
a) Ruang kunjungan yang merupakan tempat pengunjung membesuk keluarganya yang menjalani hukuman di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Cipinang, dimana ruangan ini luasnya yaitu + 226.20 m2.
b) Ruangan klinik atau rumah sakit, melayani Warga Binaan Pemasyarkatan yang bermasalah dengan kesehatannya atau sakit, untuk itu Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Cipinang dibantu oleh 10 orang Dokter dan 11 orang perawat.
c) Ruangan rergistrasi tempat yang mengurus segala bentuk administrsi yang berhubungan dengan warga binaan pemasyarakatan.
B. Lantai kedua terdiri dari :
a) Ruangan komputer, merupakan ruang komputerisasi yang bertugas mengimput dan menyajikan segala macam data dan informasi yang berhubungan dengan warga binaan pemasyarakatan dan bersifat online pada semua bagian perkantoran di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Cipinang.
b) Ruangan Kamtib/keamanan ketertiban.
d) Ruangan kontrol CCTV yang lansung dapat memantau segala aktivitas orang pada ruangan kunjungan, pada portir dan halaman depan bangunan.
Gedung dua ini posisinya terpisah dari gedung satu, karena gedung dua berada didalam
lingkaran tembok keliling lembaga pemasyarakatan yang tingginya lebih kurang 6 meter dengan
ketebalan + 30 Cm dan pada gedung dua inilah terdapat pintu portir sebagai tempat masuk
keluarnya orang dan barang ke dan dari Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Cipinang.
3. Gedung III dengan luas tanah + 4,471.00 M2, merupakan bangunan tempat hunian bagi
narapidana dan tahanan, terdiri dari 3 ( tiga ) bangunan dan berlantai 3, yaitu ;
a) Blok tipe VII dengan luas bangunan 1,269.00 M2 termasuk aula tipe 7. Lantai1 (Aula C1, Aula C2, Aula C3), Lantai 2 (Blok: II C1, II C2, II C3), dan Lantai 3 (Blok: III C1, III C2, III C3). Untuk lantai 2 dan 3, tiap blok mempunyai 8 kamar yang berkapasitas 7 orang.
b) Blok tipe V dengan luas bangunan 3.16.00 M2 terbagi dari lantai I (Blok: Aula B1, Aula B2), lantai 2 (Blok: II B1, II B2) dan lantai 3 (Blok: III B1, III B2). Tiap blok mempunyai 14 kamar yang kapasitas isi masing-masing adalah 5 orang.
c) Blok tipe III dengan luas bangunan 3,225.60 M2 dan terdiri Lantai 1 (blok: Aula, I A1, II A2 dan Cell straaf), lantai 2 (Blok: II A1, II A2), lantai III (Blok: III A1, III A2). Tiap blok mempunyai 16 kamar yang kapasitas 3 (tiga) orang, kecuali lantai 1sebanyak 24
kamar berkapasitas 1 orang (Blok Isolasi dan Cell Straaf )
Selain bangunan utama yang telah disebutkan di atas, Lembaga Pemasyarakatan Kelas I
Cipinang juga dilengkapi dengan sarana pendukung lainnya didalam pembinaan narapidana
seperti,
a. Masjid yang berada dekat lapangan sepak bola ditengah-tengah bangunan antara gedung II
(dua) dan gedung hunian narapidana, mesjid ini digunakan sebagai tempat shalat
berjamaah oleh narapidana dan tahanan terutama shalat zohor dan ashar sedangkan untuk
waktu Sholat Isya dan Subuh mesjid tidak digunakan oleh Warga Binaan Pemasyarakatan.
b. Dapur umum bersebelahan dengan masjid dan dibatasi oleh dinding pagar kawat yang
tingginya lebih kurang 3 M, dapur umum difungsikan sebagai tempat memasak untuk
narapidana yang terlebih dahulu telah diseleksi oleh petugas terutama petugas pembinaan
yang bekerja di dapur, sehingga dipercaya untuk memasak bagi semua narapidana, didalam
dapur umum terdapat berbagai macam alat memasak dalam bentuk dan ukuran yang besar
dimana peralatan ini dikhususkan untuk memasak makanan dalam porsi yang besar pula.
Mengenai jatah makanan dan minuman setiap narapidana dan tahanan mendapatkan
makanan dan minuman adalah sesuai dengan syarat kesehatan.
c. Bangunan kepala pengamanan/karupam dengan luas + 29,25.M2, gardu PLN merupakan
pusat pengaturan jaringan listrik di lembaga pemasyarakatan dengan luas + 36.00 M2.
d. Selanjutnya terdapat bangunan gereja, wihara, yang merupakan tempat beribadah bagi
umat Kristen dan Hindu.
e. Pos jaga portabel yang terdiri atas empat pos jaga yang dibangun pada masing-masing
sudut Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Cipinang.
f. Pos jaga polisi yang terletak di depan Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Cipinang dimana
bangunan ini belum difungsikan sebagai pos jaga, dengan adanya bangunan ini diharapkan
terjalin kerjasama yang baik antara Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Cipinang dengan
g. Kepolisian Jakarta Timur.
Berikut denah Lapas Kelas 1 Cipinang
Struktur Kepengurusan Lapas Kelas 1 Cipinang
Dalam menjalankan tugas sehari-hari Lemabaga Pemasyrakatan dilaksanakan oleh
pegawai sejumlah 401 orang yang terdiri dari 357 laki- laki dan 44 wanita. Tabel di bawah ini
adalah tabel struktur organisasi dan ringkasan kepegawaian Lapas Cipinang.
Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas I Kedungpane Semarang merupakan salah satu
Unit Pelaksana Teknis (UPT) di bidang pemasyarakatan dalam wilayah kerja Kantor Wilayah
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Jawa Tengah. Lembaga Pemasyarakatan Kelas I
Kedungpane Semarang berfungsi untuk menampung para narapidana dan anak didik
pemasyarakatan yang sedang menjalani proses pemasyarakatan dan para tahanan yang sedang
menunggu proses peradilan. Sebagai lembaga yang berperan merawat dan membina narapidana,
Lapas turut andil dalam menyadarkan narapidana agar kelak ketika sudah keluar dari Lapas
mampu berinteraksi dan berintegrasi kembali dengan masyarakat .
Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Kedungpane Semarang merupakan pindahan dari
Lapas lama yang beralamat di Jl. Dr. Cipto No. 62, Mlaten, Semarang. Pemindahan Lapas ini
karena pertimbangan tata ruang kota dan mengingat situasi dan kondisi, ketertiban dan
keamanan. Tepatnya pada tanggal 13 Maret 1993 Lapas Kelas I Kedungpane Semarang di
resmikan oleh Ismail Saleh, SH yang saat itu menjabat sebagai Menteri Kehakiman RI. Lembaga
Pemasyarakatan Kelas I Kedungpane Semarang berlokasi di Jalan Raya Semarang Boja Km.4
Kedungpane Semarang, dikutip tanggal 18 September 2014). Lapas Kelas I Semarang ini
dibangun dengan kapasitas maksimal 510 orang narapidana dan tahanan yang dibagi dalam 11
blok hunian, 6 blok untuk narapidana dan 5 blok untuk tahanan. Kapasitas ini 54 belum
merupakan kapasitas maksimal untuk sebuah Lapas Kelas I dimana seharusnya mampu
menampung 500 tahanan dan 500 narapidana. Overkapasitas di LP Semarang mulai terjadi
sekitar tahun 2000 dan sampai saat ini jumlah penghuni keseluruhan Lapas Kelas I semarang
mencapai dua kali lipat dari kapasitas peruntukan maksimalnya (Sumber: pegawai Bimpas).
Civitas yang berada di dalam Lembaga Pemasyarakatan Kedungpane semarang adalah,
1. Narapidana dan tahanan
2. Petugas jaga
3. Staff keamanan dan ketertiban
4. Administrasi
5. Staff Pembina & kegiatan kerja
6. Staff kantor/TU/ Administrasi
7. Dokter dan paramedis
Jenis-jenis Pembinaan Lapas Kelas 1 Kedungpane Semarang
Pembinaan dan bimbingan yang dilakukan di Lapas Kelas I Semarang berdasarkan
Keputusan Menteri Kehakiman RI No. M.02- PK.04.10 tahun 1990 tentang Pola Pembinaan
Warga Binaan, dibagi kedalam dua bidang yaitu:
A. Pembinaan Kepribadian
a. Pembinaan kesadaran beragama meliputi kegiatan ibadah sesuai dengan agama
masing-masing.
b. Pembinaan kesadaran berbangsa dan bernegara dengan mengadakan Upacara Kesadaran
Nasional dilaskanakan upacara setiap tanggal 17 tiap bulan.
1. Kursus dan latihan keterampilan.
2. Perpustakaan.
3. Memperoleh informasi dari luar melalui majalah, radio,
televisi.
d. Pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) yang ber-
perkara narkoba, antara lain:
1. Penyuluhan setiap bulan bekerja sama dengan Yayasan
Wahana Bakti Sejahtera Semarang
2. Pojok informasi setiap Selasa dan Kamis bekerja sama
dengan Yayasan Wahana Bakti Sejahtera Semarang
3. Penerbitan Buletin Tobat dua kali setiap bulan
e. Pembinaan kesadaran hukum, menyelenggarakan kegiatan antara lain:
1) Ceramah
2) Temu Wicara
f. Pembinaan mengintegrasikan diri dengan masyarakat. Program
ini dilaksanakan berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor M.01.PK.04-10
tahun 1999 tentang Asimilasi, Pembebasan Bersyarat dan Cuti Menjelang Bebas.
1) Asimilasi: bekerja dengan pihal III, kerja bakti dan
pelatihan pertanian.
2) Integrasi: memberikan kesempatan untuk Pembebasan Bersyarat (PB), Cuti Menjelang
Bebas (CMB) dan Cuti Mengunjungi Keluarga (CMK)
B. Pembinaan Kemandirian
a. Kerja Produktif, yaitu: batako/paving blok, bingkai/keset,
penjahitan sandal dan sepatu, pembuatan kasur lipat, las listrik dan acetylen, pembuatan
kompos.
b. Kegiatan Kerja Rumah Tangga, yaitu: pemuka, juru masak, pembantu ruang kantor,
kebersihan, pertamanan, kebersihan luar blok, kebersihan lingkungan luar kantor
(Handbook profil Lapas Kelas 1 Kedungpane Semarang, dikutip tanggal 18 September
2014).
Fasilitas yang terdapat di Lembaga Pemasyarakatan Kedungpane adalah:
Bentuk bangunan Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Kedungpane Semarang adalah Pavilium,
yang dibangun diatas tanah seluas 45.636 M2 dengan luas bangunan 13.073 M2. Sedangkan
bangunan-bangunan yang berada di komplek Lapas antara lain:
1. Ruang kepala
2. Ruang kantor berlantai dua
3. Ruang aula serbaguna
4. Ruang kunjungan, pembinaan dan keamanan
5. Blok narapidana dan tahanan, yang terdiri dari 12 Blok (daya
tampung 530 orang) yaitu:
a. Blok A dan B (tempat hunian bagi Narapidana Narkoba)
b. Blok C, D dan E (tempat hunian untuk Narapidana Umum)
c. Blok F, G, dan H (tempat hunian tahanan)
d. Blok I (tempat hunian tipikor)
e. Blok J (blok tipikor)
g. Blok L (blok tipikor)
6. Tempat Ibadah (Masjid dan Gereja)
7. Ruang polik klinik
8. Ruang ketrampilan kerja
9. Pos jaga atas 7 unit dan pos jaga bawah 4 unit
10.Ruang dapur dan gudang
11. Lapangan sarana olah raga
12.Rumah dinas pegawai
Daya tampung yang dimiliki Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Kedungpane Semarang
sebanyak 1260 orang. Jumlah Blok yang dimiliki sebanyak 12 Blok. Sedangkan masing-masing
Blok terdiri dari 21 kamar dan memiliki daya tampung maksimal 5 orang . Berikut adalah tabel
!
Struktur Kepengurusan Lapas Kelas 1 Semarang
Dalam menjalankan tugas sehari-hari Lemabaga Pemasyrakatan dilaksanakan oleh pegawai
sejumlah 137 orang yang terdiri dari 116 laki- laki dan 21 wanita. Tabel di bawah ini adalah tabel
!
!
Tabel 2.3: Pegawai LP Kedungpane
Gambar 2.3: Struktur Organisasi LP Kedungpane
2.2.3 Lembaga Pemasyarakatan (Bogor)
Lapas kelas IIA Bogor yang terletak di Jalan Paledang No.2 Kota Bogor merupakan
bangunan penjara warisan pemerintah kolonial Belanda yang didirikan pada tahun 1906 diatas
tanah seluas 8.185m2, dengan luas bangunan 2.629 m2 memiliki 4 blok hunian dengan jumlah
kamar hunian 39 buah dengan luas ±1.042,8m2. Adapun lokasi Lapas kelas IIA Bogor yakni
memiliki batas-batas :
• Sebelah Timur berbatasan dengan Jalan Paledang
• Sebelah Barat berbatasan dengan Jalan Kapten Muslihat
• Sebelah Utara berbatasan dengan Sungai Cipakancilan
• Sebelah Selatan berbatasan dengan perumahan penduduk.
Pada awalnya Lapas kelas IIA Bogor bernama Rumah Penjara yang memiliki arsitektur
dan tata ruangan yang menitikberatkan kepada masalah keamanan dan pelaksanaan sistem
penjeraan. Namun, setelah adanya sistem pemasyarakatan yang diprakarsai oleh DR. Sahardjo
pada tahun 1964, maka Rumah Penjara selanjutnya berdasarkan SK Menteri Kehakiman RI
Nomor : M.01-PR.07.03 Tahun 1985 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga
Pemasyarakatan, Lembaga Pemasyarakatan Bogor berubah menjadi Lembaga Pemasyarakatan
kelas IIA Bogor dan merangkap sebagai Rumah Tahanan Negara di bawah pimpinan Kepala
Kantor Wilayah XII Departemen Kehakiman Jawa Barat.
Tata ruang dan kondisi bangunan Lapas kelas IIA Bogor telah mengalami beberapa
renovasi. Renovasi ini dilaksanakan atas dasar Surat Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor :
M.01.PL.01.01 tanggal 11 April 1985 tentang Pola Bangunan Lapas yang berorientasi kepada
Keamanan dan Pembinaan Narapidana.
Penghuni dari Lembaga Pemasyarakatan kelas 2A ini berjumlah 1609 penghuni yang
terdiri dari 905 tahanan dan 704 narapidana. Persebaran pegawai yang terdapat di lapas bogor ini
Civitas yang berada di dalam Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Bogor adalah ;
1. Narapidana dan tahanan
2. Petugas jaga
3. Staff keamanan dan ketertiban
4. Administrasi
5. Staff Pembina & kegiatan kerja
6. Staff kantor/TU/ Administrasi
7. Dokter dan paramedis
Aktivitas yang terjadi di Lapas kelas IIA Bogor ini antara lain:
Waktu Kegiatan
06.30 - 07.00 Apel Pagi
07.00 - 07.30 Buka Kamar / MCK
07.30 - 08.00 Senam Pagi
08.00 - 09.00 Makan Pagi
09.00 - 11.30 Kegiatan Pagi (Bimbingan / Seminar)
10.00 - 11.00 Pembagian Makan siang
12.00 - 12.30 Shalat Siang berjamaah
12.30 - 13.00 Apel Siang
13.00 - 15.00 Pembinaan
13.30 - 16.30 Olahraga Sore
15.30 - 16.00 Pembagian Makan Malam
15.00 - 16.30 Kegiatan Sore (Kerja)
Komponen bangunan terdiri dari :
1. Bangunan Kantor Lantai I dan Lantai II untuk kegiatan administrasi
perkantoran terdiri dari : 22 ruangan.
2. Bangunan Blok ABCD untuk kamar tidur tahanan dan narapidana untuk
kapasitas penghuni sebesar 500 orang terdiri dari:
1. Blok A, untuk tahanan: 18 kamar
2. Blok B, untuk narapidana dengan hukuman di atas 1 tahun: 6 kamar
3. Blok C, untuk narapidana dengan hukuman di atas 1 tahun, dan khusus
kamar 1C terisolasi khusus untuk Blok Wanita: 6 kamar
4. Blok D, untuk narapidana dengan sisa hukuman di bawah 1 tahun: 9
kamar
3. Bangunan Kegiatan Kerja untuk:
1. Kegiatan pembinaan narapidana bidang kemandirian : 3 ruangan
2. Dapur : 1 ruangan
4. Bangunan Aula/Ruangan Serbaguna untuk kegiatan olah raga. Kesenian,
pertemuan, peribadatan, dan lain-lain.
2.2.4 Lembaga Pemasyarakatan Kerobokan (Denpasar)
Lembaga Pemasyarakatan Denpasar (Kerobokan) dulunya bernama Penjara Denpasar. Penjara warisan pemerintah kolonial Belanda ini awalnya berada di daerah Pekambingan, di
jalan Diponegoro Denpasar. Penjara Denpasar yang terletak di daerah Pekambingan Denpasar ini
awalnya didirikan oleh pemerintah kolonial Belanda tahun 1916. Penjara Denpasar kemudian
17.00 - 18.00 Kunci Blok dan Apel sore
dipindahkan ke daerah Kerobokan yang terletak di wilayah Kabupaten Badung pada tahun 1983.
Di bekas lokasi penjara kemudian dibangun pusat pertokoan yang diresmikan mantan Gubernur
Bali Ida Bagus Mantra tahun 1986.
Wilayah Kerobokan di Kabupaten Badung kemudian dipilih sebagai lokasi baru Lapas Denpasar. Pertimbangannya wilayah ini masih dekat dengan Kota Denpasar. Waktu itu (1983), lokasi Lapas Kerobokan merupakan areal persawahan yang subur. Harga tanah di sana juga masih murah karena belum terkena dampak perkembangan pariwisata. Mulai tahun 1983, Lembaga Pemasyarakatan (LP) Denpasar pindah dan menjadi LP Kerobokan. Meski secara geografis sudah berada di wilayah kabupaten Badung, namun penjara terbesar di Bali ini masih merupakan Lembaga Pemasyarakatan kelas II A Denpasar atau Lapas Denpasar. Lembaga Pemasyarakatan Kerobokan ini memiliki daya tampung sebesar 323 narapidana dan berdasarkan data tahun 2016 dihuni oleh 999 warga binaan.
Lembaga Pemasyarakatan Kerobokan (Denpasar) memiliki batas-batas wilayah pada
sebelah, Utara : Pertokoan
Timur : Pemukiman Selatan : Pemukiman Barat : Pemukiman
Lembaga Pemasyarakatan Kerobokan memiliki luas bangunan sebesar 17.000 m2 dengan luas area 4 Ha mengambil bentuk bangunan pavilium dengan bangunan yang menyebar memiliki fasilitas sebagai berikut :
1. Kantor (1 Unit)
2. Blok Huninan (14 Unit) 3. Aula (1 Unit)
Berikut adalah Layout dari Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Denpasar
!
Gambar 2.4 Denah Lembaga Pemasyaraktan
Maka melalui Studi objek sejenis di atas dapat di simpulkan bahwa:
Tabel 2.4 Perbandingan Objek sejenis
2.3 Spesifikasi Umum
Pada spesifikasi umum akan memberikan gambaran umum proyek yang direncanakan
dan dirancang, meliputi pengertian, fungsi, tujuan, sasaaran pembinaan, struktur organisasi,
civitas dan fasilitas yang ada.
2.3.1 Pengertian Lembaga Pemasyarakatan
Lembaga Pemasyarakatan adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan narapidana dan
anak didik, yang di maksud dalam anak didik dan narapidana di sini adalahalah pria dan wanita
dewasa yang berusia di atas 18 tahun dan telah di jatuhi hukuman oleh pengadilan akibat tindak
pidana berupa kejahatan maupun pelanggaranggaran yang telah dilakukannya sehingga harus
Objek LP Cipinang LP Semarang LP Bogor LP Kerobokan
Item
Lokasi Jl. Raya Bekasi Timur
No. 170, Kelurahan
Cipinang Besar Utara,
Kecamatan Jatinegara,
Jakarta Timur (daerah
padat penduduk)
3.227/1380 1116 / 1260 1609/500 999/323
Kelas I I IIA IIA
Luas Bangunan
8.7 Ha 1.3 Ha 0.26 Ha 1.7 Ha
menerima dan menjalani hukuman. Narapidana tersebut meliputi Narapidana dan Anak didik
Pemasyarakatan.
2.3.2 Fungsi Lembaga Pemasyarakatan
Sistem Pemasyarakatan berfungsi untuk menyiapkan Warga Binaan Pemasyarakatan agar
dapat berintegrasi secara sehat dengan masyarakat. Sebagai sarana untuk membina dan
membimbing Warga Binaan Pemasyarakatan, Lembaga Pemasyarakatan memberikan bimbingan
kerohanian agar Warga Binaan sadar terhadap kesalahan yang telah di lakukannya dan kembali
bertakwa kepada Tuhan YME, Juga memberikan bimbingan pendidikan, keterampilan agar saat
mereka telah terbebas dari hukuman mampu menjadi manusa yang produktif dan mampu hidup
secara mandiri sehingga dapat berguna dan diterima oleh masyarakat.
2.3.3 Tujuan Lembaga Pemasyarakatan
Tujuan dari Lembaga Pemasyarakatan adalah :
1. Membentuk Warga Binaan Pemasyarakatan agar menjadi manusia seutuhnya, menyadari
kesalahan, memperbaiki diri dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima
kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan dan dapat
hidup secara wajar sebagai warga negara yang baik dan bertanggung jawab.
2. Memberikan jaminan perlindungan hak asasi tahanan yang ditahan di Rumah Tahanan
Negara dan Cabang Rumah Tahanan Negara dalam rangka memperlancar proses penyidikan,
penuntutan dan pemeriksaan di sidang pengadilan
3. Memberikan jaminan perlindungan hak asasi tahanan / para pihak berperkara serta
keselamatan dan keamanan benda-benda yang disita untuk keperluan barang bukti pada
tingkat penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan serta benda-benda
yang dinyatakan dirampas untuk negara berdasarkan putusan pengadilan.
Sasaran utama pengayoman ataupun pembinaan warga binaan itu ialah untuk
mempersiapkan agar warga binaan tersebut mampu menghadapi masa depan serta mampu
menyesuaikan dengan berbagai kondisi di masyarakat, oleh sebab itulah Lembaga
Pemasyarakatan diharapkan sebagai wadah bagi warga binaan untuk menjalani masa pidananya
serta memperoleh berbagai pembinaan dan keterampilan.
2.3.5 Struktur Organisasi Lembaga Pemasyarakatan
Struktur organisasi Lembaga Pemasyarakatan yang akan di gunakan menggunakan
struktur organisasi yang sama dengan Lembaga Pemasyarakatan di Semarang, seperti berikut:
!
2.3.6 Civitas dalam Lembaga Pemasyarakatan
Civitas yang berada dalam lingkungan Lembaga Pemasyarakatan adalah :
1. Warga Binaan
Gambar 2.4: Struktur Organisasi
2. Kepala Lembaga Pemasyarakatan
2.3.7 Fasilitas dalam Lembaga Pemasyarakatan
Fasilitas yang terdapat di dalam Lembaga Pemasyarakatan ini, berdasarkan Kepututsan
Mentri Kehakiman RI No. M.020.PK.04.10 Tahun 1990 harus mewadahi aktivitas pengelola,
hunian, pengunjung, serfis dan penunjang serta keamanan. Makan di butuhkan aktivitas-aktivitas
sebagai berikut:
1. Kantor Kepala Lembaga Pemasyarakatan
2. Unit Keamanan dan Ketertiban
- Ruang portir (pintu gerbang)
- Ruang kerja kepala unit keamanan
- Ruang staff unit keamanan
- Pos pengamanan
- Ruang besuk
- Ruang/bangunan blok hukuman
3. Unit Administrasi Kepegawaian
- Ruang Kerja Kepala unit kepegawaian
- Ruang Kerja staff kepegawaian
- Ruang arsip
- Ruang Kerja staff keuangan
- Ruang pemeriksaan dan pengobatan
- Apotek
6. Unit Pendidikan Umum/ Rekreasi dan keterampilan
- Ruang Kerja Kepala unit pendidikan
- Ruang Kerja staff pendidikan
- Ruang kelas
7. Unit Pendidikan Mental / Agama
- Ruang Kerja Kepala unit
- Ruang Kerja
- Ruang kelas
- Tempat ibadah
8. Unit Perpustakaan
- Ruang Kerja Kepala unit
- Ruang Kerja
- Ruang perpustakaan / ruang baca
9. Unit Pendidikan / Keterampilan kerja
- Ruang Kerja Kepala unit
- Ruang Workshop
- Ruang penyimpanan peralatan
- Ruang penyumpanan hasil
10.Unit Perusahaan
- Ruang Kerja
- Ruang kegiatan kerja
- Ruang penyimpanan bahan
- Ruang penyimpanan hasil kerja
11.Ruang Bimbingan Konseling
12.Ruang Karantina
13.Dapur
14.Kantin
15.Unit Hunian
16.Lapangan Olahraga
17.Area pertania / pertambakan
18.Gudang
2.3.7 Pemilihan Lokasi Lembaga Pemasyarakatan
Berdasarkan pemahaman dan spesifikasi umum yang telah di sampaikan di atas, maka
dalam rangka relokasi Lembaga Pemasyarakatan Kerobokan / Denpasar dibutuhkan beberapa
kriteria seperti :
1. Lokasi yang tidak berada di daerah padat penduduk
2. Lokasi yag memiliki sarana dan prasarana fisik yang cukup baik
3. Lokasi yang memiliki lingkungan sekitar yang asri dan dapat di manfaatkan untuk jalannya
kegiatan pemasyarakatan / pembinaan
4. Bebas dan jauh dari kemungkinan terjadinya bencana.