• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMAKNAAN KARIKATUR PADA RUBRIK OPINI DI KORAN KOMPAS (Studi Analisis Semiotik Tentang pemaknaan karikatur Pada Rubrik Opini Versi “Tong Sampah dengan statement” Bubarkan KPK dan Maafkan Koruptor Edisi 3 Agustus 20.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMAKNAAN KARIKATUR PADA RUBRIK OPINI DI KORAN KOMPAS (Studi Analisis Semiotik Tentang pemaknaan karikatur Pada Rubrik Opini Versi “Tong Sampah dengan statement” Bubarkan KPK dan Maafkan Koruptor Edisi 3 Agustus 20."

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

PEMAKNAAN KARIKATUR PADA RUBRIK OPINI DI

KORAN KOMPAS

(Studi Ana lisis Semiotik Tentang

pemaknaan kar ikatur Pada

Rubr ik Opini Ver si “Tong Sampah dengan statement” Bubar kan

KPK dan Maafkan Kor uptor Edisi 3 Agustus 2011)

SKRIPSI

Oleh :

MARIA MEILINDA P.

NPM. 0743010052

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

SURABAYA

2011

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(2)

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena

penyertaan-Nya dan berkat-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang

berjudul

PEMAKNAAN KARIKATUR DI KORAN KOMPAS EDISI 3

AGUSTUS 2011 (Studi Analisis Semiotik Tentang pemaknaan kar ikatur

di r ubr ik opini “Kontr over si statement Bubar kan KPK dan Maafkan

kor uptor ” di kor an kompas edisi 3 AGUSTUS 2011)

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Drs.Saifuddin Zuhri, M.Si

sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan dalam

penyusunan Skripsi ini dan pada kesempatan ini juga penulis juga akan

menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihak – pihak

yang telah memberikan bantuan dan dukungan dalam penyusunan Skripsi ini baik

moral maupun tenaga antara lain :

1. TUHAN YESUS KRISTUS yang senantiasa memberikan kesehatan dan

kekuatan serta kasihnya yang selalu tercurah bagi penulis sehingga penulis

dapat menyelesaikan proposal ini dengan baik.

2. Prof Dr. Ir. H. Teguh Suedarto mp Rektor Universitas Pembangunan Nasional

“Veteran” Jawa Timur

3. Ibu Dra.Hj.Suparwati, MSi selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak Juwito, S.Sos, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(3)

iii

5. Seluruh dosen FISIP khusunya Dosen Ilmu Komunikasi, yang telah bersedia

untuk mengajarkan semua hal – hal yang berharga dan tak ternilai.

6. FX. Catur Priyanto, Papa penulis yang mendanai semuanya dari awal hingga

akhir masa kuliah dan doa serta dukungan yang selalu tercurah sehinga penulis

semangat menyelesaikan skripsi ini. Thank’s Dad...I Love U so much.

6. LM. Sri Istiningsih, Mama penulis yang selalu doa dan memberikan dukungan

dalam bentuk apapun Meskipun sedikit suka marah-marah, tetapi penulis

paham akan tujuan mama. Thank’s Mom... I Love U so Much.

7. Yohanes Allen Septiano, Kekasih penulis yang dengan setia mendukung dan

menginspirasi dalam penyelesaian skripsi ini. “Thank’s Beib...Maafin aku

kalau aku suka marah-marah terus” I LOVE U.

8. Timotius Denatale Dessandro Pristiano, malaikat kecilku yang selalu

ngegemesin tiap tingkahnya, makasih sayang udah jadi obat di saat lelah

datang. I Love U Son..

9. Nenekku tersayang, Mbak’At,Mbak Opy+Mas Denny, Mbak Ita+Mas Yudhi,

Mbak Narita+Mas Roko, Mbak Nessi+ Mas Ado, Dek Annes, Galih,

Abby,Tio,Willy, Violete. Semua yang penulis sayangi. I Love U aLL...

10. Mama Mia+Pak Pur, yang senantiasa memberikan dukungan doa dan curahan

kasihnya. Semoga Tuhan senantiasa memberikan kesehatan dan rejeki. Amin.

11. Kawan-kawan penulis yang penulis sayangi, Tania,Mey “Jupe”, Marsha,

Mumut, Ratih “Tera”, Yaniar, Yasid, Rizal “Brenk”, Riska “kaka”, Nophie

“mak”, Fandy “Carla”, Shandy, Dimas “bre”, Rizal “Bobo”. Dan semua yang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(4)

iv

tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Thank’s for all.

12. PT. Menara Cipta Indonesia, seluruh karyawan beserta staf. Terutama para

pimpinan yang selalu memberikan ijin di saat penulis meninggalkan kantor.

Untuk Mbak Widia, “Makasih banget,udah di bantuin nyelesein tugas kantor

sewaktu aku ijin ninggal kantor”.

Penulis sepenuhnya menyadari, banyak sekali terdapat kekurangan dalam

penyusunan Skripsi ini, untuk itu segala bentuk saran dan kritik yang membangun

sangat diharapkan oleh penulis.

Skripsi ini adalah sebuah wujud terima kasih dan persembahan penulis

untuk seluruh pembaca, sebagai bentuk kecintaan dan penghargaan penulis

terhadap ilmu pengetahuan, juga dengan harapan besar semoga Skripsi ini dapat

memberikan pengetahuan dan manfaat bagi semua yang membutuhkan. Terima

kasih.

Surabaya,8 November 2011

Penulis

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(5)

vi

HALAMAN PENGESAHAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 14

1.3 Tujuan Penelitian ... 15

1.4 Kegunaan Penelitian ... 15

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 15

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 15

BAB II KAJ IAN PUSTAKA ... 16

2.1 Landasan Teori ... 16

2.1.1 Komunikasi Politik ... 16

2.1.1.1 Fungsi partai politik ... 18

2.1.1.2 Lambang Demokrat ... .19

2.1.1.3 Tong sampah dan loudspekears...20

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(6)

vii

2.1.2 Surat Kabar Sebagai Media Massa...20

2.1.3 Kartun dan Karikatur...23

2.1.4 Karikatur Dalam Media Massa …...26

2.1.5 Kritik Sosial ... 27

2.1.6 Semiotika ... 32

2.1.7 Konsep Makna ... 35

2.1.8 Semiotika Charles Sanders Peirce ... 38

2.2 Kerangka Berpikir ... 40

BAB III METODE PENELITIAN ... 43

3.1 Metode Penelitian ... 43

3.2 Definisi Konseptual ... 43

3.2.1 Corpus ... 44

3.2.1.1. Karikatur ... 45

3.2.1.2. Semiotika ... 45

3.3 Unit Analisis ... 46

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 47

3.4 Teknik Analisis Data... 48

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(7)

viii

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ... 49

4.1.1 Gambaran Umum Harian Kompas ... 49

4.1.2 Sejarah Harian Kompas ... 50

4.2 Penyajian Data ... 54

4.3 Karikatur Rubrik Opini Pada Surat Kabar Kompas “Tong sampah dengan statement Bubarkan KPK..Maafkan Koruptor” Edisi Rabu, 3 Agustus 2011 ... 55

4.4 Karikatur Rubrik Opini Pada Surat Kabar Kompas “Tong sampah dengan statement Bubarkan KPK..Maafkan Koruptor” Dalam Kategori Tanda Pierce ... 56

4.5 Analisis Rubrik Opini pada Surat Kabar Kompas edisi Rabu, 3 Agustus 2011 ... 61

4.5.1 Ikon ... 62

4.5.2 Indeks ... 66

4.5.3 Simbol ... 68

4.6 Makna Keseluruhan Pemaknaan Karikatur Rubrik Opini Pada Surat Kabar Kompas “Tong sampah dengan statement Bubarkan KPK..Maafkan Koruptor” Edisi Rabu, 3 Agustus 2011 (dalam model Triangel of Meaning Peirce) ... 70

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(8)

ix BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 73

5.2 Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 75

LAMPIRAN ... .

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(9)

xi

MARIA MEILINDA, PEMAKNAAN KARIKATUR RUBRIK OPINI

PADA SURAT KABAR KOMPAS

(

Studi Semiotik Pemaknaan Kar ikatur Rubr ik Opini Pada Sur at Kabar Kompas

“Kontr over si Statement BUBARKAN KPK...MAAFKAN KORUPTOR...” Edisi Rabu, 3 Agustus 2011)

The purpose of this study was to determine how meaning is communicated caricature Rubric Compass Newspaper Opinion on the issue Wednesday, August 3, 2011. adjust when it is in fact double this study, presents a direct relationship between the researcher with the object of researchers, more sensitive and can adjust to the many influences on the government in handling corruption cases.The conclusion is a caricaturist wanted the government to be firm in KPK's performance in overseeing eradicate corruption. But however to date, the Commission still remains a necessary institution in the eradication of corruption, if indeed some komisionernya involved moral turpitude and violating the law, should take strict action against the concerned, the Commission should not arbitrarily disbanded immediately. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana makna yang dikomunikasikan karikatur Rubrik Opini pada Surat Kabar Kompas edisi Rabu, 3 Agustus 2011.Teori yang digunakan adalah semiotika Charles Sanders Peirce yang mengemukakan membagi antara tanda dan acuannya tersebut menjadi kategori yaitu : ikon, indeks, simbol adalah tanda yang hubungan antara penanda dan penandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah. Kerangka berpikir yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan pada Frame of Reference (berdasarkan pengetahuan) serta Field of Experience (latar belakang pengalaman).

Metode semiotik dalam penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, yaitu sebuah metode yang lebih mudah menyesuaikan bila dalam penelitian ini kenyataannya ganda, menyajikan secara langsung hubungan antara peneliti dengan objek peneliti, lebih peka serta dapat menyesuaikan diri dengan banyak pengaruh terhadap pola - pola nilai yang dihadapi. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu data yang dikumpulkan berupa kata - kata dan gambar.

Hasil yang didapat dari interpretasi karikatur adalah adanya sikap masyarakat terhadap statement yang kontroversial yang dilakukan karikaturis dalam sebuah karikatur.Hal ini terlihat dari indeks yang ditampilkan yang menggambarkan bahwa rakyat penuh keragu-raguan dan tanda tanya terhadap pemerintah dalam penanganan kasus korupsi.

Kesimpulan yang didapat adalah karikaturis menginginkan pemerintah bersikap tegas dalam mengawasi kinerja KPK dalam berantas Korupsi. Tetapi bagaimanapun hingga saat ini, KPK masih tetap merupakan lembaga yang dibutuhkan dalam pemberantasan korupsi, jika memang beberapa komisionernya terlibat perbuatan tercela dan melanggar hukum, sebaiknya diambil tindakan tegas terhadap yang bersangkutan, jangan seenaknya langsung bubarkan KPK.

Kata Kunci : Tong Sampah, Korupsi, Partai Demokrat.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(10)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dunia ini dengan segala isi dan peristiwanya tidak bisa melepaskan diri

dari kaitannya dengan media massa; demikian juga sebaliknya, media massa

tidak bisa melepaskan diri dari dunia dengan segala isi dan peristiwanya. Hal

ini disebabkan karena hubungan antara keduanya sangatlah erat sehingga

menjadi saling bergantung dan saling membutuhkan. Segala isi dan peristiwa

yang ada di dunia menjadi sumber informasi bagi media massa. Selanjutnya,

media massa mempunyai tugas dan kewajiban menjadi sarana dan prasarana

komunikasi untuk mengakomodasi segala jenis isi dunia dan

peristiwa-peristiwa di dunia ini melalui pemberitaan atau publikasinya dalam aneka

wujud (berita, artikel, laporan penelitian, dan lain sebagainya) dari yang

kurang menarik sampai yang sangat menarik, dari yang tidak menyenangkan

sampai yang sangat menyenangkan tanpa ada batasan kurun waktu. William L.

Rivers dan kawan-kawannya (Rivers 2003:ix) mengatakan bahwa pada

dasarnya, kondisi di dunia nyata mempengaruhi media massa, dan ternyata

keberadaan media massa juga dapat mempengaruhi kondisi nyata dunia.

Dengan kata lain, dunia mempunyai peranan dan kekuatan untuk

mempengaruhi media massa; dan sebaliknya, media massa juga mempunyai

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(11)

peranan dan kekuatan yang begitu besar terhadap dan bagi dunia ini, terlebih

dalam segala sesuatu yang berkaitan dengan manusia dengan segala aspek

yang melingkupinya. Oleh karenanya, dalam komunikasi melalui media

massa, media massa dan manusia mempunyai hubungan saling ketergantungan

dan saling membutuhkan karena masing-masing saling mempunyai

kepentingan, masing-masing saling memerlukan. Media massa membutuhkan

berita dan informasi untuk publikasinya baik untuk kepentingan media itu

sendiri maupun untuk kepentingan orang atau institusi lainnya; di lain pihak,

manusia membutuhkan adanya pemberitaan, publikasi untuk

kepentingan-kepentingan tertentu (Efendy.2000;92) .

Masyarakat haus akan informasi, sehingga media massa sangat

dibutuhkan oleh masyarakat. Media massa terdiri dari media massa cetak, dan

media massa elektronik. Media massa cetak terdiri dari majalah, surat kabar,

dan buku. Sedangkan media massa elektronik terdiri dari televisi, radio, film,

internet, dan lain - lain. Media cetak seperti, majalah, buku, surat kabar justru

mampu memberikan pemahaman yang tinggi kepada pembacanya, karena ia

sarat dengan analisa yang mendalam dibanding media lainnya. (Cangara,

2005:128). Fungsi media sebagai kontrol sosial dan persuasif secara sadar atau

tidak dapat mengarahkan khalayak untuk mengikuti pola pikir yang disajikan

media. Kebutuhan khalayak akan berita yang paling penting adalah nilai

"kebaruan", nilai ini pada media cetak terletak pada surat kabar. Surat kabar

merupakan media massa yang paling tua dibandingkan dengan jenis media

massa lainnya. Sejarah telah mencatat keberadaan surat kabar dimulai sejak

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(12)

3

ditemukannya mesin cetak oleh Johann Gutenberg di Jerman” (Ardianto &

Erdinaya, 2005, p.99). Perkembangan surat kabar di Indonesia sendiri juga

telah melewati perjalanan panjang selama lima periode, yakni masa penjajahan

Belanda, penjajahan Jepang, menjelang kemerdekaan, zaman orde lama serta

orde baru. Surat kabar sebagai media massa dalam masa orde baru mempunyai

misi menyebarluaskan pesan-pesan pembangunan dan sebagai alat

mencerdaskan rakyat Indonesia. Dari empat fungsi media massa (informasi,

edukasi, hiburan, dan persuasif), fungsi yang paling menonjol adalah

informasi” (Ardianto & Erdinaya, 2005, p.104). Berdasarkan isinya, surat

kabar lebih variatif dengan isi yang beragam. Terdapat rubrik olahraga, berita

lokal, nasional, maupun internasional, terdapat juga rubrik opini, lifestyle dan

sebagainya. Namun secara sederhana isi surat kabar dapat dibagi tiga yaitu,

berita (news), opini (value), iklan (advertising). Berita dalam surat kabar tidak

terfokus pada salah satu fenomena masyarakat (seperti pada tabloid yang

hanya membahas fenomena tentang olahraga) namun semua fenomena atau

peristiwa dalam realitas dilaporkan (Efendy.2000;92).

Melihat ketertarikan khalayak akan informasi terbaru maka media

menyajikan informasi berupa visualiasi karikatur. Informasi yang ringan dan

humoris namun tetap kritis dan faktual membuat khalayak terhibur dan tertarik

dengan informasi tersebut (Efendy.2000;92). Karikatur disajikan sebagai suatu

bentuk kritik sosial yang memiliki kadar humor, estetika serta pesan kritik

yang tepat sasaran. GM Sudarta memberikan arti kata karikatur sebagai

deformasi berlebih atas wajah seseorang, biasanya orang terkenal, dengan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(13)

“mempercantiknya” melalui penggambaran ciri khas lahiriahnya untuk tujuan

mengejek. (Sobur, 2003:138). Sedangkan menurut T. Susanto (1996:39),

gambar kartun atau karikatur merupakan alat yang paling mudah dan cocok

untuk menggambarkan suatu realitas yang terjadi dalam masyarakat. Maka

tidaklah heran apabila dalam media cetak dapat kita jumpai karikatur dengan

halaman khusus untuk mengutarakan suatu opini. Pesan yang disampaikan

dalam karikatur mempunyai ungkapan yang kritis terhadap berbagai

permasalahan, baik itu yang tersamar maupun yang tersembunyi. Dari sini,

dapat kita ketahui bahwa karikatur dapat dikatakan sebagai sarana kritik sosial.

dengan tampilan karikatur. Keberadaan karikatur pada surat kabar bukan

berarti hanya melengkapi surat kabar dan memberikan hiburan selain

berita-berita utama yang disajikan. Tetapi juga dapat memberikan informasi dan

tambahan pengetahuan kepada masyarakat.

Dalam penyajiannya di media cetak gambar karikatur adalah karya

pribadi, produk suatu keahlian seorang kartunis baik dari segi pengetahuan,

intelektual, teknik melukis, psikologis, maupun bagaimana dia memilih tema

atau isu yang tepat. Mereka dikategorikan sebagai wartawan karena karya

mereka faktual sesuai dengan permasalahan yang sedang muncul dalam

realitas. Para wartawan dan karikaturis membentuk berita berdasarkan

interpretasi mereka terhadap realitas yang menjadi bahan pemberitaan.

Pemaknaan diantara para pekerja media itu akan berbeda karena nilai — nilai,

sudut pandang, pengalaman dan rujukan yang dimiliki para pekerja tersebut

(jurnalis) berbeda dengan wartawan atau jurnalis dari media yang berbeda.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(14)

5

Perbedaan tersebut juga dipengaruhi ideologi, kebijakan serta segmentasi

masing — masing media. Dengan demikian hasil reportase mereka berbeda

meskipun objek beritanya sama (Eriyanto.2005;25-26).

Surat kabar menyediakan kolom khusus yang disebut Kolom opini,

disini menjadi tempat baik tim redaksi maupun khalayak umum untuk

berkomentar terhadap suatu fenomena tertentu. Pemikiran atau komentar

tersebut disampaikan secara logis, dan faktual serta subjektif berdasarkan

sudut pandang penulisnya. Demikian halnya yang terjadi pada rubrik kartun

opini dalam harian Kompas. Teks yang dihasilkan dalam kartun opini

dipengaruhi konteks situasi dan social budaya yang terjadi di masyarakat.

Cerita yang diperankan oleh tokoh-tokoh rekaan yang diciptakan penulis

mempunyai pengacuan di dunia nyata, seperti pejabat, pengemis, pemulung,

pengamen, penjahat, dan sebagainya. Hal ini tentu saja disesuaikan dengan

tema yang diangkat dan konteks cerita. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti

tertarik untuk meneliti lebih dalam mengenai Karikatur di rubrik opini dalam

harian Kompas.

Karikatur sebagai wahana penyampai kritik sosial seringkali kita

temui didalam berbagai media massa baik media cetak maupun media

elektronik. Di dalam media ini, karikatur menjadi pelengkap artikel dan

opini. Keberadaannya biasanya disajikan sebagai selingan atau dapat

dikatakan sebagai penyejuk setelah para pembaca menikmati artikel - artikel

yang lebih serius dengan sederetan huruf yang cukup melelahkan mata dan

pikiran. Meskipun sebenarnya pesan - pesan yang disampaikan dalam

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(15)

sebuah karikatur sama seriusnya dengan pesan - pesan yang disampaikan

lewat berita dan artikel, namun pesan - pesan dalam karikatur lebih mudah

dicerna karena sifatnya yang menghibur. Seringkali gambar itu terkesan

lucu dan menggelikan sehingga membuat kritikan yang disampaikan oleh

karikatur tidak begitu dirasakan melecehkan atau mempermalukan. (Indarto,

1999: 5).

Kesengajaan dalam membentuk sebuah pesan menggunakan bahasa

simbol atau non verbal ini juga bukanlah tanpa maksud, penggunaan bentuk

non verbal dalam karikatur lebih diarahkan kepada pengembangan

interpretasi oleh pembaca secara kreatif, sebagai respon terhadap apa yang

yang diungkapkan melalui karikatur tersebut. Dengan kata lain, meskipun

dalam suatu karya karikatur terdapat ide dan pandangan - pandangan

seorang karikaturis, namun melalui suatu proses interpretasi muatan makna

yang terkandung didalamnya akan dapat berkembang secara dinamis,

sehingga dapat menjadi lebih kaya serta lebih dalam pemaknaannya.

Dalam sebuah karikatur yang baik, kita menemukan perpaduan dari

unsur - unsur kecerdasan, ketajaman, dan ketepatan berpikir secara kritis

serta ekspresif melalui seni lukis dalam menanggapi fenomena

permasalahan yang muncul dalam kehidupan masyarakat luas, yang secara

keseluruhan dikemas secara humoris, dengan demikian memahami karikatur

juga perlu memiliki referensi - referensi sosial agar mampu menangkap

pesan yang ingin disampaikan oleh karikaturisnya. Tokoh, isi, maupun

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(16)

7

metode pengungkapan kritik yang dilukiskan secara karikatural sangat

bergantung pada isu besar yang berkembang yang dijadikan headline.

Dari uraian diatas, dapat dilihat bahwa karikatur merupakan salah

satu wujud lambang (symbol) atau bahasa visual yang keberadaannya

dikelompokkan dalam kategori komunikasi non verbal dan dibedakan

dengan bahasa verbal yang berwujud tulisan atau ucapan. Karikatur

merupakan ungkapan ide atau pesan dari karikaturis kepada publik yang

dituju melalui simbol yang berwujud gambar, tulisan dan lainnya.

Simbol pada gambar merupakan simbol yang disertai maksud

(signal). Sobur (2003: 163) menyatakan bahwa pada dasarnya simbol adalah

sesuatu yang berdiri atau ada sesuatu yang lain, kebanyakan diantaranya

tersembunyi atau tidak jelas. Sebuah simbol dapat berdiri untuk institusi,

ide, cara berpikir, harapan, dan banyak hal lain. Dapat disimpulkan bahwa

simbol atau tanda pada sebuah gambar memiliki makna yang dapat digali,

dengan kata lain, bahasa simbolis menciptakan situasi yang simbolis pula

atau memiliki sesuatu yang mesti diungkap maksud dan artinya.

Karikatur membangun masyarakat melalui pesan - pesan sosial

yang dikemas secara kreatif dengan pendekatan simbolis. Jika dilihat dari

wujudnya, karikatur mengandung tanda - tanda komunikatif. Lewat bentuk -

bentuk komunikasi itulah pesan tersebut menjadi bermakna. Disamping itu,

gabungan antara tanda dan pesan yang ada pada karikatur diharapkan

mampu mempersuasi khalayak yang dituju. Tulisan ini bertujuan untuk

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(17)

mengkaji tanda verbal (terkait dengan judul, subjudul, dan teks) dan tanda

visual (terkait dengan ilustrasi, logo, tipografi dan tata visual) karikatur

dengan pendekatan semiotika. Dengan demikian, analisis semiotika

diharapkan menjadi salah satu pendekatan untuk memperoleh makna yang

terkandung dibalik tanda verbal dan tanda visual dalam iklan layanan

masyarakat.

Sementara itu, pesan yang dikemukakan dalam pesan karikatur,

disosialisasikan kepada khalayak sasaran melalui tanda. Secara garis besar,

tanda dapat dilihat dari dua aspek, yaitu tanda verbal dan tanda visual.

Tanda verbal akan didekati dari ragam bahasanya, tema dan pengertian yang

didapatkan, sedangkan tanda visual akan dilihat dari cara

menggambarkannya apakah secara ikon, indeks, maupun simbolis.

Dalam hal ini peneliti tertarik untuk mengambil objek penelitian

gambar karikatur pada rubrik opini Koran Kompas edisi Rabu 3 Agustus

2011 yang bertema Tong Sampah dengan Statment “BUBARKAN

KPK...MAAFKAN KORUPTOR”. Dalam karikatur tersebut

memperlihatkan sebuah Tong Sampah yang berbentuk Loudspekears atau

pengeras suara dan terdapat lambang segitiga didalamnya yang

menyerukan suara BUBARKAN KPK...MAAFKAN

KORUPTOR...kemudian terdapat dua orang berpendapat Seorang Laki laki

yang berbaju sederhana dan berskspresi penuh tanya dengan mulut

menganga serta tangannya memegang orang di sampingnya dan bertanya ”

Kok sepertinya gak serius memberantas korupsi ya?” kemudian seorang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(18)

9

Laki laki berkacamata yang berkepala botak dan berpakaian hem rapi

dengan ekspresi cuek, sambil memejamkan mata dan tangan melipat

menjawab”Emang selama ini serius?

Hal ini berkaitan dengan Kebobrokan atau kebusukan Partai Demokrat

kelihatan telanjang bulat-bulat karena munculnya berbagai kasus yang

berkaitan dengan perkara Nazarrudin, Anas Urbaningrum, Andi Nurpati, dan

kongres Partai Demokrat di Bandung, projek Wisma Atlet di Palembang dan

kompleks olahraga Hambalang. Kebobrokan Partai Demokrat ini sudah

menjadi pembicaraan ramai di kalangan masyarakat. Dari yang sudah

diberitakan oleh pers dan televisi, maka banyak bukti atau indikasi bahwa

Partai Demokrat, yang merupakan partai terbesar, dan memegang kekuasaan,

ternyata adalah partai yang tokoh-tokoh utamanya paling korup, paling tidak

jujur, paling munafik. Tidak hanya Anas Urbaningrum atau Nazaruddin saja

yang demikian itu, melainkan banyak juga lainnya. Dapat di katakan bahwa

dalam partai Demokrat terdapat kebusukan atau tidak bersih.

Slogan antikorupsi yang digaungkan Partai Demokrat tidak sesuai

dengan kenyataan yang ada. Buktinya, banyak kader Demokrat yang

tersangkut tindak pidana korupsi atau suap. Partai pemenang Pemilu 2009

ini juga terkesan menjadi tempat penampungan para pihak yang bermasalah

hukum. Hal ini, tidak terlepas posisi Partai Demokrat yang berada pada

puncak kekuasaan sehingga bisa dianggap aman sebagai tempat berlindung

bagi para pihak yang bermasalah hukum,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(19)

Hal ini yang mengakibatkan Ketua DPR RI Marzuki Ali dan beliau

adalah salah satu petinggi partai Demokrat mengeluarkan statment bubarkan

KPK dan maafkan koruptor karena tidak puas dengan kinerja KPK(Komisi

Pemberantasan Korupsi) dalam memberantas korupsi dan terkait dengan

dugaan kasus korupsi yang dialami oleh petinggi Partai Demokrat atau beliau

bertujuan mengalihkan perhatian publik dan sebagai upaya menutupi

kebobrokan dan kebusukan di dalam partai Demokrat. Hal ini berbanding

terbalik dengan slogan partai Demokrat ketika pemilu 2009 “Katakan tidak

pada Korupsi”.

Bermula dari tuduhan seorang buron yang bernama M. Nazaruddin,

rekan sejawat Marzuki dari Partai Demokrat yang menyebutkan bahwa

beberapa nama pimpinan KPK pernah beberapa kali melakukan pertemuan

yang tentunya diduga untuk kepentingan persekongkolan jahat. Tudingan

Nazaruddin itu belum dibuktikan karena Nazar sendiri masih dalam diselidiki.

Banyak pihak, termasuk Marzuki sendiri meragukan kebenaran tudingan

Nazar itu. Tapi anehnya Marzuki buru-buru menanggapinya dengan

membuat statement agar KPK dibubarkan saja dan mengajak rakyat memulai

hidup baru, koruptor dimaafkan dan seluruh hartanya disita untuk

negara.Mampukah negara melakukan penyitaan terhadap harta jarahan para

koruptor itu? jika bisa kenapa tidak dilakukan mulai sekarang? kenapa harus

dengan jalan membubarkan KPK dan memaafkan para koruptor.

Meskipun merupakan lembaga ad hock, KPK itu dibentuk berdasarkan

undang-undang, dan terlihat lucunya, jika lembaga tersebut dibubarkan hanya

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(20)

11

karena tuduhan seorang buronan seperti Nazaruddin. Keterangan yang

diberikannya dari tempat persembunyian seperti itu tentu tidak bisa dijadikan

dasar untuk menilai kredibelnya sekelompok orang, terlebih lagi jika dijadikan

dasar untuk membubarkan sebuah lembaga negara seperti KPK.

Tudingan Nazar dan usulan Marzuki sepertinya merupakan satu mata

rantai yang terpisahkan dari Usaha untuk membubar KPK yang memang

sudah ada sejak lama. Keberadaan lembaga ini membuat banyak pihak merasa

tidak nyaman, meskipun dalam praktiknya KPK dinilai belum menjalankan

fungsinya secara optimal, masih terkesan tebang pilih dan lain sebagainya.

Bagaimanapun hingga saat ini, KPK masih tetap merupakan lembaga yang

dibutuhkan dalam rangka upaya pemberantasan korupsi, jika memang

beberapa komisionernya terlibat perbuatan tercela dan melanggar hukum,

sebaiknya diambil tindakan tegas terhadap yang bersangkutan, bukan dengan

cara membubarkan KPK. Membubarkan KPK dengan cara sedemikian rupa

adalah tindakan yang sangat tidak bijak, alangkah lucunya jika nyanyian

seorang buron dari tempat persembunyiannya, dijadikan dasar untuk

membubarkan sebuah lembaga negara yang dibentuk berdasarkan

undang-undang.Pasal 20 UU No.30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan

Korupsi menyebutkan bahwa KPK bertanggung jawab kepada publik atas

pelaksanaan tugas wewenangnya dengan menyampaikan laporan secara

terbuka dan berkala kepada Presiden, DPR dan BPK; namun tidak disebutkan

secara eksplisit dalam undang-undang tersebut mengenai siapa yang akan

mengawasi kinerja KPK sendiri.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(21)

Ketertarikan peneliti terhadap karikatur pada Rubrik Opini Koran

Kompas yang bertema Tong Sampah dengan Statment “Bubarkan KPK dan

Maafkan Koruptor” disebabkan karena dalam mengungkapkan komentar,

karikatur tersebut menampilkan masalah tidak secara harafiah tetapi melalui

metafora agar terungkap makna tersirat di balik peristiwa. Metafora

merupakan pengalihan sebuah simbol (topik) ke sistem simbol lain

(kendaraan). Penggabungan dua makna atau situasi menimbulkan konflik

antara persamaan dan perbedaan, hingga terjadi perluasaan makna menjadi

makna baru. Karikatur ini memindahkan suatu peristiwa actual menjadi

gambar yang ganjil dengan kejenakannnya yang khas. Kejenakaannya selalu

mengandalkan hal - hal yang paradox, maka demikian pula dengan identitas

yang dimilikinya.

Alasan lain peneliti memilih karikatur pada Rubrik Opini Koran

Kompas karena Kompas merupakan salah satu media yang memberikan porsi

pada idealisme yang termasuk pula pada visinya “Amanat Hati Nurani

Rakyat” yang sekaligus menjadi merek dagang Kompas yang membidik pasar

kelas menengah ke atas. Media Kompas merupakan salah satu saluran

komunikasi politik di Indonesia sela era reformasi, realitas media dapat

dilakukan dengan berbagai macam cara. Di samping menggunakan bahasa

tulis sebagai media utama penyampaian informasi, juga dapat menggunakan

dengan memaknai gambar kartun. Sebagai Koran Nasional peredaran Kompas

meliputi hampir seluruh kota di Indonesia dan selalu menjadi market leader.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(22)

13

Dari beberapa uraian di atas, pemilihan gambar karikatur pada Rubrik

Opini Koran Kompas yang bertema “Tong Sampah dengan Statment Bubarkan

KPK dan Maafkan Koruptor” sebagai objek penelitian karena gambar

karikaturnya yang unik, karena apa yang disajikan dalam gambar karikatur

editorial tersebut seakan - akan menggambarkan tanggapan permasalahan yang

terjadi dalam sudut pandang masyarakat Indonesia yang diwakili oleh kartunis.

Dalam mengungkapkan makna pesan gambar karikatur tersebut, peneliti

menggunakan pendekatan Semiotik, yaitu studi mengenai tanda dan segala

yang berhubungan dengan acuannya. Semiotika adalah suatu ilmu atau metode

analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai

dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, di tengah-tengah manusia

dan bersama-sama manusia. Dengan pemilihan model semiotika Pierce yang

digunakan di dalam penelitian, karena sebagaimana pengertiannya tentang

tanda – tanda dan berbagai hal yang berhubungan dengan iklan, cara berfungsi,

hubungannya dengan tanda – tanda lain, pengiriman dan penerimaan pesan,

serta cara mengkomunikasikannya. Pierce membagi tanda berdasarkan

objeknya menjadi tiga yaitu icon(ikon), index(indeks), symbol (simbol). Icon

adalah hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan.

Index adalah tanda yang menunjukan hubungan alamiah antara tanda dan

pertanda yang bersifat kausal atau hubungan timbal balik. Symbol adalah

tanda yang menunjukan hubungan alamiah antara penanda dengan pertanda

dan bersifat arbiter atau hubungan berdasarkan konvensi (perjanjian)

masyarakat (sobur,2004 : 115).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(23)

1.2 Per umu san Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut : “Bagaimana makna karikatur versi Tong

Sampah dengan Statement “Bubarkan KPK dan Maafkan Koruptor” di Rubrik

Opini Koran Kompas Edisi Rabu 3 Agustus 2011?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana makna

yang dikomunikasikan karikatur versi “Tong Sampah Dengan Statement

“Bubarkan KPK dan Maafkan Koruptor” di Rubrik Opini Koran Kompas

Edisi Rabu 3 Agustus 2011 dengan menggunakan pendekatan semiotika.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teor itis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan pemikiran pada Ilmu Komunikasi mengenai karikatur pada Rubrik

Opini Koran Kompas versi “Tong Sampah Dengan Statment Bubarkan KPK

dan maafkan Koruptor” edisi Rabu 3 Agustus 2011.

1.4.2 Kegunaan Pr aktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan dan dapat

menjadi pertimbangan atau masukan untuk mengetahui penerapan tanda dalam

studi semiotik sehingga dapat memberi makna bagi para pembaca Surat Kabar

Kompas mengenai makna dari karikatur.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(24)

15

BAB II

KAJ IAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teor i

2.1.1 Komunikasi Politik

Komunikasi politik (political communication) adalah komunikasi

yang melibatkan pesan-pesan politik dan aktor-aktor politik, atau berkaitan

dengan kekuasaan, pemerintahan, dan kebijakan pemerintah. Dengan

pengertian ini, sebagai sebuah ilmu terapan, komunikasi politik bukanlah

hal yang baru. Komunikasi politik juga bisa dipahami sebagai komunikasi

antara “yang memerintah” dan “yang diperintah”.

Komunikasi politik merupakan salah satu fungsi partai politik, yakni

menyalurkan aneka ragam pendapat dan aspirasi masyarakat dan

mengaturnya sedemikian rupa -”penggabungan kepentingan” (interest

aggregation) dan “perumusan kepentingan” (interest articulation) untuk

diperjuangkan menjadi public policy. (Miriam Budiardjo).

Komunikasi politik adalah penyebaran aksi, makna, atau pesan yang

bersangkutan dengan fungsi suatu sistem politik, melibatkan unsur-unsur

komunikasi seperti komunikator, pesan, dan lainnya. Kebanyakan

komunikasi politik merupakan lapangan wewenang lembaga-lembaga

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(25)

khusus, seperti media massa, badan informasi pemerintah, atau parpol.

Namun demikian, komunikasi politik dapat ditemukan dalam setiap

lingkungan sosial, mulai dari lingkup dua orang hingga ruang kantor

parlemen.(Jack Plano dkk).

Komunikasi politik dapat dipahami sebagai setiap komunikasi yang

bertujuan politik dan dapat terjadi di antara partai-partai politik, di antara

lembaga-lembaga pemerintahan (Presiden/MPR/DPR), antara partai politik

dengan lembaga pemerintahan, antara partai politik dengan masyarakat, atau

antara lembaga pemerintahan dengan masyarakat.

Kajian Komunikasi politik biasanya berpusat pada pembahasan

tentang Opini publik. Hal ini terjadi karena sasaran komunikasi politik

sendiri adalah bagaimana bisa menguasai dan mengarahkan opini publik

sehingga bisa memberi manfaat bagi pelaku komunikasi politik

(komunikator). Sehingga para komunikator politik ini sering mengeluarkan

pernyataan-pernyataan yang merupakan gagasan, kritik ataupun saran untuk

pemerintah untuk mewujudkan kehidupan politik yang demokratis guna

membangun kemajuan bangsa. Dalam hal ini rakyat sebagai komunikan

memberikan efek dan membentuk opini publik yang beraneka ragam.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(26)

17

2.1.1.1 Fungsi Par tai Politik

Menurut Mac Iver, partai politik adalah “suatu kumpulan terorganisasi

untuk menyokong suatu prinsip atau kebijaksanaan (policy) yang oleh

perkumpulan itu diusahakan dengan cara-cara sesuai dengan konstitusi atau

Undang-undang agar menjadi penentu cara melakukan pemerintahan”.

Perkumpulan-perkumpulan itu diadakan karena adanya kepentingan bersama.

Oleh karena itu seringkali suatu perkumpulan atau ikatan diadakan untuk

memenuhi atau mengurus kepentingan bersama dalam masyarakat. Selain

mempunyai kepentingan bersama, suatu perkumpulan khususnya partai politik,

akan muncul karena anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan

cita-cita yang sama.

Ahli lain yaitu Sigmund Neumann mengemukakan bahwa partai politik

adalah organisasi dari aktivitas – aktivitas politik yang berusaha untuk

menguasai kekuasaan pemerintah serta merebut dukungan rakyat atas dasar

persaingan dengan suatu golongan atau golongan yang lain yang mempunyai

pandangan yang berbeda.

Partai politik dalam era modern dimaknai sebagai suatu kelompok yang

terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan

cita-cita yang sama. Tujuannya adalah untuk memperoleh kekuasaan politik dan

merebut kedudukan politik untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan mereka

(Miriam Budiardjo, 1998, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Gramedia).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(27)

Dilihat dari pengertian tersebut, ada beberapa unsur penting yang ada

dalam partai politik, yaitu: orang-orang, ikatan antara mereka hingga terorganisir

menjadi satu kesatuan, serta orientasi, nilai, cita-cita, tujuan dan kebijaksanaan

yang sama. Adapun 4 fungsi partai politik :

Pertama, partai sebagai sarana komunikasi politik. Partai menyalurkan

aneka ragam pendapat dan aspirasi masyarakat. Partai melakukan penggabungan

kepentingan masyarakat (interest aggregation) dan merumuskan kepentingan

tersebut dalam bentuk yang teratur (interest articulation). Rumusan ini dibuat

sebagai koreksi terhadap kebijakan penguasa atau usulan kebijakan yang

disampaikan kepada penguasa untuk dijadikan kebijakan umum yang diterapkan

pada masyarakat. Kedua, partai sebagai sarana sosialisasi politik. Partai

memberikan sikap, pandangan, pendapat, dan orientasi terhadap fenomena

(kejadian, peristiwa dan kebijakan) politik yang terjadi di tengah masyarakat.

Sosialisi politik mencakup juga proses menyampaikan norma-norma dan

nilai-nilai dari satu generasi ke generasi berikutnya. Bahkan, partai politik berusaha

menciptakan image (citra) bahwa ia memperjuangkan kepentingan umum. Ketiga,

partai politik sebagai sarana rekrutmen politik. Partai politik berfungsi mencari

dan mengajak orang untuk turut aktif dalam kegiatan politik sebagai anggota

partai. Keempat, partai politik sebagai sarana pengatur konflik. Di tengah

masyarakat terjadi berbagai perbedaan pendapat, partai politik berupaya untuk

mengatasinya. Namun, semestinya hal ini dilakukan bukan untuk kepentingan

pribadi atau partai itu sendiri melainkan untuk kepentingan umum.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(28)

19

2.1.1.2 Simbol Par tai Demokr at

Setiap partai politik memiliki lambang atau logo sebagai filosofi dan

sebagai landasan partai tersebut. Seperti halnya partai Demokrat yang memilih

simbol segitiga, Lambang segitiga yang ujungnya menghadap ke bawah, itu

menggambarkan PIRAMIDA MESIR; sedangkan gambar segitiga yang ujungnya

ke atas, itu menggambarkan BUKIT ZION di Israel. Intinya, lambang itu

mencer minkan kehancuran per adaban Mesir Fir ’a un dan bangkitnya

per adaban Zionisme (Yudaisme). Kaum Yahudi modern sangat terkenal dengan

simbol-simbol. Sampai ada studi tersendiri yang mengkaji soal simbol-simbol itu.

Simbol yang ditampakkan di depan umum, adalah semacam “deklarasi” bahwa

organisasi, kelompok, perusahaan tertentu masih satu bagian dari gerakan

Zionisme internasional.

Kalau dalam Islam kita mengenal prinsip Tazkiyyah (rekomendasi).

Biasanya ulama, dewan ulama, atau organisasi Islam memberi rekomendasi

tertentu kepada pihak-pihak yang disetujui atau disukai. Kalau dalam gerakan

Yahudi modern, caranya dengan membuat simbol-simbol yang intinya bermuara

kepada simbol “Bintang Yahudi”. Siapa yang memakai simbol itu dianggap

sebagai kawan, siapa yang tidak memakai, dianggap orang luar.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(29)

2.1.1.3 Tong Sampah dan Loudspek ear s (Penger as Suar a)

Tong sampah adalah suatu tempat yang biasanya berbentuk tabung

yang terbuat dari plastik,drum bekas atau ban bekas yang berfungsi

sebagai tempat atau wadah untuk membuang barang-barang

bekas,sisa-sisa makanan,kotoran,popok bayi dan lain-lain. Dengan demikian segala

sesuatu yang ada di dalam tong sampah adalah barang-barang yang sudah

tidak dipakai lagi dan tidak ada gunanya. Sehingga tong sampah identik

dengan bau busuk, kotor dan menjijikkan.

Loudspekears adalah alat pangeras suara dimana transduser yang

mengubah sinyal elektrik ke frekuensi audio (suara) dengan cara

menggetarkan komponennya yang berbentuk membran.Dalam setiap

sistem penghasil suara, pengeras suara merupakan penentu kualitas suara.

Rekaman yang baik, dikodekan ke dalam alat penyimpanan yang

berkualitas tinggi. Pengeras suara adalah sebuah teknologi menakjubkan

yang memberikan dampak yang sangat besar terhadap budaya kita, namun

sebenarnya pengeras suara hanyalah sebuah alat yang

sederhana.Loudspekears atau pengeras suara ini di Indonesia dikenal

dengan istilah Toa, padahal Toa adalah nama merk dari alat pengeras suara

tersebut, tetapi sudah menjadi paten bahwa pengeras suara itu namanya

Toa. Alat ini sering digunakan pada masjid-masjid, saat apel pagi, atau

bahkan digunakan saat demonstrasi, karena memang dengan menggunakan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(30)

21

alat ini suara yang dihasilkan terdengar lantang sehingga lebih luas

jangkauannya orang dapat mendengarnya.

2.1.2 Surat Kabar Sebagai Media Massa

Surat kabar merupakan media massa yang paling tua dibandingkan

dengan jenis media massa lainnya. Sejarah telah mencatat keberadaan

surat kabar dimulai sejak ditemukannya mesin cetak oleh Johann

Gutenberg di Jerman” (Ardianto & Erdinaya, 2005, p.99). Perkembangan

surat kabar di Indonesia sendiri juga telah melewati perjalanan panjang

selama lima periode, yakni masa penjajahan Belanda, penjajahan Jepang,

menjelang kemerdekaan, zaman orde lama serta orde baru. Surat kabar

sebagai media massa dalam masa orde baru mempunyai misi

menyebarluaskan pesan-pesan pembangunan dan sebagai alat

mencerdaskan rakyat Indonesia. Dari empat fungsi media massa

(informasi, edukasi, hiburan, dan persuasif), fungsi yang paling menonjol

adalah informasi” (Ardianto & Erdinaya, 2005, p.104).

Berdasarkan isinya, surat kabar lebih variatif dengan isi yang

beragam. Terdapat rubrik olahraga, berita lokal, nasional, maupun

internasional, terdapat media cetak terkini bila dibandingkan media cetak

lainnya karena nilai kebaruannya. Adanya isi surat kabar yang variatif, dari

berita— berita internasional hingga lokal. Namun secara sederhana isi surat

kabar dapat dibagi tiga yaitu, berita (news), opini (value), iklan

(advertising). Berita dalam surat kabar tidak terfokus pada salah satu

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(31)

fenomena masyarakat (seperti pada tabloid yang hanya membahas fenomena

tentang olahraga) namun semua fenomena atau peristiwa dalam realitas

dilaporkan (Efendy.2000;92). Dalam pelaporan berita yang dibuat para

pekerja media (wartawan dan karikaturis), terdapat perbedaan antara media

satu dengan media yang lainnya.

Menurut Assegaf (1991: 140) surat kabar adalah penerbitan yang

berupa lembaran yang berisi berita - berita, karangan - karangan dan iklan

yang dicetak dan terbit secara tetap dan periodik dan dijual untuk umum.

Selain itu surat kabar juga mempunyai beberapa karakteristik. Menurut

Pareno (2005 : 24) karakteristik surat kabar adalah sebagai berikut :

1) Berita merupakan unsur utama yang dominan.

2) Memiliki ruang yang relatif lebih leluasa.

3) Memiliki waktu untuk “dibaca ulang” lebih lama.

4) Umpan balik relatif lebih lamban.

5) Kesegaran (immediately) relatif lebih lamban.

6) Dalam hal kenyataan relatif kurang kredibel.

Ada beberapa alasan orang membaca surat kabar. Seseorang ingin

tahu sesuatu karena berbagai alasan : untuk meraih prestise, menghilangkan

kebosanan, agar merasa lebih dekat dengan lingkungannya, atau untuk

menyesuaikan perannya di masyarakat. Bagi sebagian orang, koran

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(32)

23

merupakan sumber informasi dan gagasan tentang berbagai masalah publik

yang seruis. Bagi sebagian yang lain, koran bukan untuk mencari informasi,

melainkan untuk mengisi rutinitas. Sebagian pembaca juga menjadikan

koran sebagai alat kontak sosial. Ada pula yang menjadikan koran untuk

membuang kejenuhan dari kehidupan sehari - hari. (Rivers dan Peterson,

2003: 313)

2.1.3 Kar tun dan Kar ikatur

Karikatur adalah bagian dari kartun, namun memiliki muatan pesan

yang bernuansa kritik atau usulan terhadap seseorang (tokoh) atau suatu

masalah. Walaupun dibumbui dengan humor, karikatur merupakan kartun

satir yang kadang dapat menyindir seseorang dan membuat seseorang

tersenyum kecut saat membacanya. Kartun merupakan gambar lucu atau

dilucukan yang bertujuan agar pemirsanya terhibur, tersenyum, atau tertawa

geli. Sedangkan karikatur, adalah bagian kartun yang diberi muatan pesan

yang bernuansa kritik atau usulan terhadap seseorang atau suatu masalah.

Karikatur cenderung diisi dengan humor. Namun, tetap merupakan sebuah

kartun satir yang kadang bukannya menghibur, tapi dapat membuat

seseorang tersenyum kecut setelah melihatnya (Sobur, 2003:138).

Melalui media visual, kritikan-kritikan yang disampaikan secara

jenaka tidak begitu dirasa melecehkan atau mempermalukan. Bahkan,

seringkali gambar terkesan lucu, sehingga membuat para pembaca

tersenyum dan tertawa karena mengandung unsur humor. Pejabat

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(33)

pemerintah atau tokoh masyarakat yang menjadi objek karikatur pun tidak

tersinggung, tetapi justru sebaliknya merasa senang karena dirinya diangkat

kepermukaan oleh kartunis. (Sobur, 2003:140). Selain itu, menurut Sutarno

pimpinan redaksi harian Suara Pembaruan, karikatur maupun kartun

merupakan salah satu bentuk karya jurnalistik non-verbal yang cukup efektif

dan mengena baik dalam penyampaian pesan maupun kritik sosial

(Pramoedjo, 1996:9).

Karikatur dalam bahasa latin disebut carricare memiliki arti sebagai

gambar wajah yang didistorsikan, diplesetkan, atau dilebih-lebihkan secara

karakteristik tanpa bermaksud melecehkan si pemilik wajah. Bahkan dalam

museum The House of Humor and Satire di Gabrovo, Bulgaria, atau di The

House of Humor di Montreal, Kanada, wajah-wajah karikatural tokoh dunia

dalam bentuk patung atau gambar dwimatra (dua dimensi) dipajang dengan

anggun dan artistik (Pramoedjo, 2008).

Dalam Encyclopedie Internasional karikatur didefinisikan sebagai

sebuah ’satire’ dalam bentuk gambar atau patung. Thomas Nast, kartunis di

pertengahan abad ke-18 merupakan salah satu kartunis politik yang paling

berpengaruh di Amerika. Nast berhasil menjatuhkan jaringan Boss Tweed

dan mesin politik koruptor di New York Tammany Hall dengan

karikaturnya. Kreasi Nast yang paling terkenal hingga sekarang adalah

Santa Claus. Sementara dalam Encyclopedie Britaninica, karikatur adalah

penggambaran seseorang, suatu tipe, atau kegiatan dalam keadaan terdistorsi

(penyajian dibuat berlebihan dari gambar-gambar binatang, burung, sayur,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(34)

25

dan lainnya yang menggantikan bagian-bagian benda hidup atau yang ada

persamaannya).

Menurut Kornreich dan Schimmel, bentuk gambar sangat membuka

peluang seseorang untuk lebih berani mengekspresikan dirinya terhadap

emosi ataupun agitasi yang ditekan (dalam Setiawan, 2002:xviii). Oleh

sebab itu, berkomunikasi melalui media gambar, membuat seseorang tidak

akan merasa terancam karena takut mengaitkan hal-hal yang dianggap tabu,

bahkan sebaliknya, berkomunikasi dalam bentuk gambar visual memiliki

kekuatan sendiri dalam penggambaran suatu hal. Dengan kata lain, gambar

karikatur merupakan produk suatu keahlian seorang karikaturis, baik dari

segi pengetahuan, referensi atau bacaan, maupun bagaimana cara memilih

topic atau isu dalam lingkungan sosial politik yang sedang dihadapi. Karena

itu, media Pers Indonesia menampilkan karikatur sebagai ungkapan kritis

terhadap berbagai masalah yang berkembang secara tersamar dan

tersembunyi. Untuk itu, pembaca diajak berpikir, merenungkan, dan

memahami pesan-pesan yang terdapat dalam gambar karikatur (Augustin

Sibarani,2001:27).

Adapun sifat-sifat karikatur dapat dibagi menjadi tiga macam

(Sibarani, 2001), yaitu: karikatur orang-pribadi, karikatur sosial, dan

karikatur politik. Karikatur orang-pribadi menggambarkan seseorang

(biasanya tokoh yang dikenal) dengan mengekspose ciri-cirinya dalam

bentuk wajah ataupun kebiasaannya tanpa objek lain atau situasi di

sekelilingnya secara karikatural. Karikatur sosial mengemukakan dan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(35)

menggambarkan persoalan-persoalan masyarakat yang menyinggung rasa

keadilan sosial. Sedangkan karikatur politik menggambarkan tentang situasi

politik sedemikian rupa agar kita dapat melihatnya dari segi humor dengan

menampilkan para tokoh politik (Sibarani, 2001).

Pelukisan karikatur sendiri memiliki dua ciri, yaitu adanya satire dan

distorsi. Satire dalam hal ini diartikan sebagai ironi, tragedi-komedi, atau

parodi. Sehingga, di dalamnya dapat mengandung sesuatu yang janggal,

absurd , yang dapat menertawakan, namun bisa juga memprihatinkan atau

menyedihkan (Komunitas Ruang Baca – Tempo, Rimbun Natamarga,

2010). Dalam buku Ilmu Komunikasi. Teori dan Praktek karya Onong

Uchjana Effendy, karikatur dalam media manjalankan salah satu fungsi

pers, yaitu fungsi menghibur (to entertain ).

2.1.4 Kar ikatur Dalam Media Massa

Komunikasi massa secara umum diartikan sebagai komunikasi

yang dilakukan melalui media massa seperti majalah, surat kabar, radio,

televisi dan lain sebagainya. Komunikasi massa merupakan komunikasi

dimana penyampaian pesan kepada sejumlah orang dilakukan melalui media

massa. Baik kartun maupun karikatur di Indonesia belakangan ini sudah bisa

menjadi karya seni yang menyimpan gema panjang, sarat oleh pesan dan

estetika, disamping kadar humornya. Karikatur penuh dengan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(36)

27

perlambangan-perlambangan yang kaya akan makna, oleh karena itu

karikatur merupakan ekspresi dari situasi yang menonjol di dalam

masyarakat. Setajam atau sekeras apapun kritik yang diampaikan sebuah

gambar karikatur, tidak akan menyebabkan terjadinya evolusi. Dengan kata

lain, karikatur dapat mengetengahkan suatu permasalahan yang sedang

hangat di permukaan.

Menurut Anderson, dalam memahami studi komunikasi politik di

Indonesia akan lebih mudah dianalisa mengenai konsep politik Indonesia

dengan membedakan dalam dua konsep, yaitu dengan Direct Speech

(komunikasi langsung) dan Symbolic Speech (komunikasi tidak langsung).

Komunikasi langsung merupakan konsepsi politik yang analisanya dipahami

sejauh penelitian tersebut ditinjau dari komunikasi yang bersifat langsung,

seperti humor, gossip, diskusi, argumen, intrik, dan lain - lain. Sedangkan

komunikasi tidak langsung, tidak dapat secara langsung dipahami maupun

diteliti seperti patung, monument dan simbol - simbol lainnya (Bintoro

dalam Marliani, 2004: 49).

Peran karikatur yang tertulis seperti yang telah diuraikan di atas,

merupakan alasan utama dijadikannya karikatur sebagai objek studi ini.

Selain karena karikatur merupakan suatu penyampaian pesan lewat kritik

yang sehat dan juga suatu keahlian karikaturis adalah bagaimana dia

memilih topik - topik isu yang tepat dan masih hangat.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(37)

2.1.5 Kr itik Sosial

Indonesia terbangun ketika budaya tulis sudah menyebar luas,

ketika segala tatanan kehidupan dirumuskan secara tertulis dan tidak tertulis

baik dalam bentuk buku, majalah, surat kabar, radio, televisi, dan internet.

Semakin luas melalui pendidikan modern dan yang tak kalah pentingnya,

ketika segala bentuk tulisan sebagian besar menyampaikan berbagai

informasi melalui bahasa Indonesia dijadikan media resmi pendidikan

nasional dan sebagai alat komunikasi dalam birokrasi (Masoed, 1999: 42).

Dengan demikian melestarikan atau mempertahankan kritik

terselubung dalam konteks budaya yang tidak lagi menopangnya, sama saja

dengan membunuh eksistensi kritik sehingga sebuah institusi sosial yang

lahir dari kebutuhan pengembangan hidup bersama manusia. Dalam konteks

budaya tulis, budaya modern materialistis yang berpenopang pada budaya

tulis di atas pembangunan, pengembangan, dan penyebaran kritik sama

statusnya dengan pembangunan dan pengembangan, dan penyebaran kritik

itu sendiri.

Dalam beberapa pengertian kritik sosial mengandung konotasi

negatif seperti “celaan”, namun kata “kecaman” mengandung kemungkinan

kata positif yaitu dukungan, usulan, atau saran, penyelidikan yang cermat.

(Masoed, 1999: 36). Definisi “kritik” menurut kamus Oxford adalah “one

who appreises literaryor artistic work” atau suatu hal yang membentuk dan

memberikan penilaian untuk menemukan kesalahan terhadap sesuatu. Kritik

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(38)

29

awalnya dari bahasa Yunani (Kritike = pemisahan, Krinoo = memutuskan)

dan berkembang dalam bahasa Inggris “critism” yang berarti evaluasi atau

penilaian tentang sesuatu. Sementara sosial adalah suatu kajian yang

menyangkut kehidupan dalam bermasyarakat menciptakan suatu kondisi

sosial yang tertib dan stabil (Susanto, 1986: 7).

Dalam kritik sosial, pers dan politik Indonesia kritik sosial adalah

salah satu bentuk komunikasi dalam masyarakat yang bertujuan atau

berfungsi sebagai sumber kontrol terhadap jalannya sebuah sistem sosial

atau proses bermasyarakat. Dalam konteks inilah kritik sosial merupakan

salah satu unsur penting dalam memelihara sistem sosial. Dengan kata lain,

kriti sosial dalam hal ini berfungsi sebagai wahana untuk konservasi dan

reproduksi sebuah sistem sosial atau masyarakat (Abar dalam Masoed,

1999: 47).

Kritik sosial juga dapat berarti sebuah inovasi sosial dalam arti

bahwa kritik sosial menjadi sarana komunikasi gagasan baru, sembari

menilai gagasan lama, untuk suatu perubahan sosial. Kritik sosial

konservatif, status quo dalam masyarakat untuk perubahan sosial, kritik

sosial dalam pengertian ini sering muncul ketika masyarakat atau sejumlah

orang atau kelompok sosial dalam masyarakat yang menginginkan suasana

baru, suasana yang lebih bai dan lebih maju, atau secara kritik sosial yang

demikian yang lebih banyak dianut kaum oleh kritis dan strutualis. Mereka

melihat kritik sosial adalah wahana komunikatif untuk suatu tujuan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(39)

perubahan sosial. Suatu kritik sosial selalu menginginkan perbaikan, ini

berarti bahwa suatu kritik sosial yang murni kurang didasarkan pada

peneropongan kepentingan diri saja, melainkan justru menitikberatkan dan

mengajak masyarakat atau khalayak untuk memperhatikan kebutuhan -

kebutuhan nyata dalam masyarakat. Suatu kritik sosial kiranya didasarkan

pada rasa tanggung jawab atas perkembangan lingkungan sosialnya,

sehingga diharapkan dapat menuju ke arah perbaikan dalam masyarakat

untuk mewujudkan suatu ketertiban sosial. (Susanto, 1986: 105).

Kritik sosial dapat disampaikan melalui berbagai wahana, mulai

dari cara yang paling tradisional, seperti berjemur diri, ungkapan - ungkapan

sindiran melalui komunikasi antar personal dan komunikasi sosial melalui

berbagai pertunjukan sosial dan kesenian dalam komunikasi publik, seni

sastra, dan melalui media massa. Kritik dari masyarakat ini hendaknya

ditanggapi dengan serius oleh pemerintah. Memang dalam menanggapi

kritik dari masyarakat, belum menjamin persoalan akan selesai, tetapi itu

menunjukkan adanya perhatian dari pemerintah. Perhatian inilah yang

secara akumulatif membentuk kesan, pemerintah mempunyai kepedulian

yang tinggi terhadap rakyatnya. Apabila masyarakat sudah diperhatikan

aspirasinya, masyarakat tidak akan lupa budi, sehingga apabila pemerintah

mempunyai program kerja maka partispasi masyarakat akan muncul dengan

sendirinya (Panuju, 1999: 49).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(40)

31

Kritik sosial itu sebenarnya merupakan sesuatu yang positif karena

ia mendorong sesuatu yang terjadi didalam masyarakat untuk kembali ke

kriteria yang dianggap wajar dan telah disepakati bersama. Menurut Aris

Susanto dalam bidang politik istilah kritik sosial seringkali memperoleh

konotasi negatif karena diartikan mencari kelemahan - kelemahan pihak lain

dalam pertarungan politik sehingga arti yang substansial dari kritik sosial itu

menjadi kabur (Masoed, 1999: 71).

Kesan oposisi sejauh mungkin harus dapat dihindarkan,

masyarakat awam menganggap kritik sama dengan oposisi, yang artinya

“pihak sana” (out group) sehingga kritik tertuju kebijaksanaan atau oknum

aparat pemerintah, diidentifikasi sebagai penentang atau melawan

pemerintah. Padahal, kritik bukanlah seperti itu. Kritik tidak selamanya

berarti melawan. Kritik itu mengandung muatan - muatan saling memberi

arti. Setidaknya menjadi masukan yang dapat dipertimbangkan dalam

merumuskan kebijaksanaan dan tindak lanjutnya. (Ali, 1999: 84).

Kritik - kritik terbaik, sesuai dengan setting sosial, politik, dan

budaya kita adalah kritik yang membuat saran kritik menangis, tapi dalam

mimik mukanya yang tetap tertawa, artinya jika kita melaksanakan kritik

kepada sasaran tertentu, kritik tersebut tidak boleh membuat malu sasaran

kritik dihadapan publik, apalagi secara meluas.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(41)

Sesuai dengan ciri makhluk rasional, maka keterbukaan dan kritik

harus mengandung beberapa unsur utama. Diantaranya adalah peningkatan

supremasi individu, kompetisi dan membuka peluang pengarahan bagi

tindakan manusia untuk meraih sukses dan keuntungan di planet bumi ini.

(Ali, 1999: 194).

Dengan demikian, melestarikan atau mempertahankan kritik

terselubung dalam konteks budaya yang tidak lagi menopangnya sama saja

membunuh eksistensi kritik sebagai sebuah institusi sosial yang lahir dari

kebutuhan pengembangan hidup kebersamaan manusia. Dalam konteks

budaya tulis, budaya modern materialistis yang berpenopang pada budaya

tulis diatas, pembangunan, pengembangan, penyebaran kritik sama

statusnya dengan pembangunan, pengembangan, dan penyebaran kritik itu

sendiri.

2.1.6 Semiotika

Kata “semiotika” berasal dari bahasa Yunani, Semeion yang berarti

tanda, atau Seme yang berarti penafsir tanda. Semiotika sendiri berakar dari

studi klasik dan skolastik atas seni logika, retorika, poetika. Semiotika

adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang tanda. Tanda

terdapat dimana - mana “kata” adalah tanda, demikian pula gerak isyarat,

lampu lalu lintas, bendera, dan sebagainya. Struktur karya sastra, struktur

film, bangunan (arsitektur) atau nyanyian burung dapat dianggap sebagai

tanda. Segala sesuatu dapat menjadi tanda, tanda - tanda tersebut

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(42)

33

menyampaikan suatu informasi atau pesan baik secara verbal maupun non

verbal sehingga bersifat komunikatif. Hal tersebut memunculkan suatu

proses pemaknaan oleh penerima tanda akan makna informasi atau pesan

dari pengirim pesan. Semiotika merupakan cabang ilmu yang semula

berkembang dalam bidang bahasa. Dalam perkembangannya kemudian

semiotika bahkan masuk pada semua segi kehidupan manusia, sehingga

Derrida (dalam kurniawan, 2008: 34), mengikrarkan bahwa tidak ada

sesuatu pun di dunia ini sepenting bahasa. “there is nothing outside

languange”. Bahasa dalam hal ini dibaca sebagai “teks” atau “tanda”. Dalam

konteks ini tanda memegang peranan penting dalam kehidupan umat

manusia sehingga : “manusia yang tak mampu mengenal tanda, tak akan

bertahan hidup” (Widagdo dalam Kurniawan, 2008). Charles Sanders Peirce

merupakan ahli filsafat dan tokoh terkemuka dalam semiotika modern

Amerika menegaskan bahwa, manusia hanya dapat berfikir dengan sarana

tanda dan manusia hanya dapat berkomunikasi dengan tanda. Tanda yang

dapat dimanfaatan dalam seni rupa berupa tanda visual yang bersifat non

verbal, terdiri dari unsur dasar berupa seperti grafis, warna, bentuk, tekstur,

komposisi, dan sebagainya. Tanda - tanda yang bersifat verbal adalah objek

yang dilukiskan, seperti objek, manusia, binatang, alam, imajinasi atau hal

hal lainnya yang abstrak. Apapun alasan (senirupawan, designer) untuk

berkarya, karyanya adalah sesuatu yang kasat mata, karena itu secara umum

bahasa digunakan untuk merangkul segala yang kasat mata dan merupakan

media atara perupa dengan pemerhati atau penonton. Seniman dan designer

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(43)

membatasi bahasa rupa pada segitiga, estetis - simbolis - bercerita (story

telling). Bahasa merupakan imaji dan tata ungkapan. Imaji mencakup makna

yang luas, baik imaji yang kasat mata maupun imaji yang ada khayalnya.

Menurut Pierce model yang membahas mengenai makna dalam

studi semiotik mempunyai tiga fundamental yaitu :

1. Ikon

Adalah tanda yang berhubungan antara tanda dan acuannya

bersifat bersamaan bentuk alamiah ( berupa hubungan

kemiripan ). Misalnya adalah potret dan peta. Potret

merupakan ikonik dari pulau yang ada dalam potret tersebut,

sedangkan peta merupakan ikonik dari pulau yang ada dalam

peta tersebut.

2. Indeks

Adalah tanda yang menunjukan hubungan alamiah antara

tanda dan acuannya yang bersifat kausal atau hubungan sebab

akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataannya.

Misalnya ada asap sebagai tanda apinya.

3. Simbol

Adalah tanda yang menunjukan hubungan alamiah antara

tanda dan acuannya ( berdasarkan hubungan konvensi atau

perjanjian ). Misalnya orang yang menggelengkan kepalanya

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(44)

35

merupakan simbol yang menandakan ketidak setujuan yang

termasuk secara konvensional. ( Sobur 2006 : 41 ).

Dalam semiotik model yang digunakan dapat berasal dari berbagai

ahli, seperti Saussure, Peirce, dan sebagainya. Pada penelitian ini yang akan

digunakan adalah model semiotik milik Peirce karena adanya kelebihan

yang dimiliki yaitu tidak mengkhususkan analisisnya pada studi linguistik.

2.1.7 Konsep Makna

Para ahli mengakui, istilah makna (meaning) memang merupakan

kata dan istilah yang membingungkan. Dalam bukunya The Meaning of

Meaning, (Odgen dan Richards dalam buku Kurniawan, 2008: 27) telah

mengumpulkan tidak kurang dari 22 batasan mengenai makna.

Makna sebagaimana dikemukakan oleh Fisher (dalam Sobur, 2004:

248), merupakan konsep yang abstrak yang telah menarik perhatian para

ahli filsafat dan para teoritis ilmu sosial selama 2000 tahun silam. Semenjak

Plato mengkonseptualisasikan makna manusia sebagai salinan

“ultrarealitas”, para pemikir besar telah sering mempergunakan konsep itu

dengan penafsiran yang sangat luas yang merentang sejak pengungkapan

mental dari Locke sampai ke respon yang dikeluarkan dari Skinner.

“Tetapi”, (kata Jerold Katz dalam Kurniawan, 2008: 47), “setiap usaha

untuk memberikan jawaban yang langsung telah gagal. Beberapa seperti

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

Gambar

Gambar 2.1 : Hubungan Tanda, Objek, dan Interpretant Peirce
Gambar 4.1 : Hubungan Antara Objek, Tanda dan Interpretant dalam
Gambar 4.2 : Karikatur Opini dalam Kategori Tanda Pierce

Referensi

Dokumen terkait

Pembuatan sistem dapat memudahkan seseorang untuk menghitung biaya yang akan dikeluarkan untuk membuat rumah atau bangunan. Data yang diolah akan berguna bila

[r]

Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui adanya kecemasan terhadap sebelum datangnya rasa sakit pada penderita rematik yang mengalami kecemasan

Dalam penelitian Laporan Praktik Kerja Lapangan ini, penulis menggunakan data yang tepat dan akurat sebagai sumber informasi untuk mendukung penyajian laporan ini. Sumber

Penegasan di atas menunjukan bahwa desentralisasi fiskal merupakan instrumen yang paling penting untuk mencapai keberhasilan melaksanakan otonomi daerah, sebab

Pada dasarnya dalam gaya kepemimpinan situasional, tingkat kematangan bawahan, baik dari sisi kemauannya maupun kemampuannya akan sangat menjadi pertimbangan pemimpin,

1) Sistem kontak tinggi (high-contact system), konsumen harus menjadi bagian dari sistem untuk menerima jasa. Contoh: jasa pendidikan, rumah sakit, dan transportasi. 2) Sistem

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif untuk menganalisis pengaruh brand awareness, brand image, accessibility dan