PEMAKNAAN KARIKATUR PADA RUBRIK OPINI DI
KORAN KOMPAS
(Studi Ana lisis Semiotik Tentang
pemaknaan kar ikatur Pada
Rubr ik Opini Ver si “Tong Sampah dengan statement” Bubar kan
KPK dan Maafkan Kor uptor Edisi 3 Agustus 2011)
SKRIPSI
Oleh :
MARIA MEILINDA P.
NPM. 0743010052
YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
SURABAYA
2011
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena
penyertaan-Nya dan berkat-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang
berjudul
PEMAKNAAN KARIKATUR DI KORAN KOMPAS EDISI 3
AGUSTUS 2011 (Studi Analisis Semiotik Tentang pemaknaan kar ikatur
di r ubr ik opini “Kontr over si statement Bubar kan KPK dan Maafkan
kor uptor ” di kor an kompas edisi 3 AGUSTUS 2011)
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Drs.Saifuddin Zuhri, M.Si
sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan dalam
penyusunan Skripsi ini dan pada kesempatan ini juga penulis juga akan
menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihak – pihak
yang telah memberikan bantuan dan dukungan dalam penyusunan Skripsi ini baik
moral maupun tenaga antara lain :
1. TUHAN YESUS KRISTUS yang senantiasa memberikan kesehatan dan
kekuatan serta kasihnya yang selalu tercurah bagi penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan proposal ini dengan baik.
2. Prof Dr. Ir. H. Teguh Suedarto mp Rektor Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur
3. Ibu Dra.Hj.Suparwati, MSi selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Bapak Juwito, S.Sos, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
iii
5. Seluruh dosen FISIP khusunya Dosen Ilmu Komunikasi, yang telah bersedia
untuk mengajarkan semua hal – hal yang berharga dan tak ternilai.
6. FX. Catur Priyanto, Papa penulis yang mendanai semuanya dari awal hingga
akhir masa kuliah dan doa serta dukungan yang selalu tercurah sehinga penulis
semangat menyelesaikan skripsi ini. Thank’s Dad...I Love U so much.
6. LM. Sri Istiningsih, Mama penulis yang selalu doa dan memberikan dukungan
dalam bentuk apapun Meskipun sedikit suka marah-marah, tetapi penulis
paham akan tujuan mama. Thank’s Mom... I Love U so Much.
7. Yohanes Allen Septiano, Kekasih penulis yang dengan setia mendukung dan
menginspirasi dalam penyelesaian skripsi ini. “Thank’s Beib...Maafin aku
kalau aku suka marah-marah terus” I LOVE U.
8. Timotius Denatale Dessandro Pristiano, malaikat kecilku yang selalu
ngegemesin tiap tingkahnya, makasih sayang udah jadi obat di saat lelah
datang. I Love U Son..
9. Nenekku tersayang, Mbak’At,Mbak Opy+Mas Denny, Mbak Ita+Mas Yudhi,
Mbak Narita+Mas Roko, Mbak Nessi+ Mas Ado, Dek Annes, Galih,
Abby,Tio,Willy, Violete. Semua yang penulis sayangi. I Love U aLL...
10. Mama Mia+Pak Pur, yang senantiasa memberikan dukungan doa dan curahan
kasihnya. Semoga Tuhan senantiasa memberikan kesehatan dan rejeki. Amin.
11. Kawan-kawan penulis yang penulis sayangi, Tania,Mey “Jupe”, Marsha,
Mumut, Ratih “Tera”, Yaniar, Yasid, Rizal “Brenk”, Riska “kaka”, Nophie
“mak”, Fandy “Carla”, Shandy, Dimas “bre”, Rizal “Bobo”. Dan semua yang
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
iv
tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Thank’s for all.
12. PT. Menara Cipta Indonesia, seluruh karyawan beserta staf. Terutama para
pimpinan yang selalu memberikan ijin di saat penulis meninggalkan kantor.
Untuk Mbak Widia, “Makasih banget,udah di bantuin nyelesein tugas kantor
sewaktu aku ijin ninggal kantor”.
Penulis sepenuhnya menyadari, banyak sekali terdapat kekurangan dalam
penyusunan Skripsi ini, untuk itu segala bentuk saran dan kritik yang membangun
sangat diharapkan oleh penulis.
Skripsi ini adalah sebuah wujud terima kasih dan persembahan penulis
untuk seluruh pembaca, sebagai bentuk kecintaan dan penghargaan penulis
terhadap ilmu pengetahuan, juga dengan harapan besar semoga Skripsi ini dapat
memberikan pengetahuan dan manfaat bagi semua yang membutuhkan. Terima
kasih.
Surabaya,8 November 2011
Penulis
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
vi
HALAMAN PENGESAHAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 14
1.3 Tujuan Penelitian ... 15
1.4 Kegunaan Penelitian ... 15
1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 15
1.4.2 Kegunaan Praktis ... 15
BAB II KAJ IAN PUSTAKA ... 16
2.1 Landasan Teori ... 16
2.1.1 Komunikasi Politik ... 16
2.1.1.1 Fungsi partai politik ... 18
2.1.1.2 Lambang Demokrat ... .19
2.1.1.3 Tong sampah dan loudspekears...20
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
vii
2.1.2 Surat Kabar Sebagai Media Massa...20
2.1.3 Kartun dan Karikatur...23
2.1.4 Karikatur Dalam Media Massa …...26
2.1.5 Kritik Sosial ... 27
2.1.6 Semiotika ... 32
2.1.7 Konsep Makna ... 35
2.1.8 Semiotika Charles Sanders Peirce ... 38
2.2 Kerangka Berpikir ... 40
BAB III METODE PENELITIAN ... 43
3.1 Metode Penelitian ... 43
3.2 Definisi Konseptual ... 43
3.2.1 Corpus ... 44
3.2.1.1. Karikatur ... 45
3.2.1.2. Semiotika ... 45
3.3 Unit Analisis ... 46
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 47
3.4 Teknik Analisis Data... 48
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
viii
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ... 49
4.1.1 Gambaran Umum Harian Kompas ... 49
4.1.2 Sejarah Harian Kompas ... 50
4.2 Penyajian Data ... 54
4.3 Karikatur Rubrik Opini Pada Surat Kabar Kompas “Tong sampah dengan statement Bubarkan KPK..Maafkan Koruptor” Edisi Rabu, 3 Agustus 2011 ... 55
4.4 Karikatur Rubrik Opini Pada Surat Kabar Kompas “Tong sampah dengan statement Bubarkan KPK..Maafkan Koruptor” Dalam Kategori Tanda Pierce ... 56
4.5 Analisis Rubrik Opini pada Surat Kabar Kompas edisi Rabu, 3 Agustus 2011 ... 61
4.5.1 Ikon ... 62
4.5.2 Indeks ... 66
4.5.3 Simbol ... 68
4.6 Makna Keseluruhan Pemaknaan Karikatur Rubrik Opini Pada Surat Kabar Kompas “Tong sampah dengan statement Bubarkan KPK..Maafkan Koruptor” Edisi Rabu, 3 Agustus 2011 (dalam model Triangel of Meaning Peirce) ... 70
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
ix BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ... 73
5.2 Saran ... 74
DAFTAR PUSTAKA ... 75
LAMPIRAN ... .
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
xi
MARIA MEILINDA, PEMAKNAAN KARIKATUR RUBRIK OPINI
PADA SURAT KABAR KOMPAS
(
Studi Semiotik Pemaknaan Kar ikatur Rubr ik Opini Pada Sur at Kabar Kompas“Kontr over si Statement BUBARKAN KPK...MAAFKAN KORUPTOR...” Edisi Rabu, 3 Agustus 2011)
The purpose of this study was to determine how meaning is communicated caricature Rubric Compass Newspaper Opinion on the issue Wednesday, August 3, 2011. adjust when it is in fact double this study, presents a direct relationship between the researcher with the object of researchers, more sensitive and can adjust to the many influences on the government in handling corruption cases.The conclusion is a caricaturist wanted the government to be firm in KPK's performance in overseeing eradicate corruption. But however to date, the Commission still remains a necessary institution in the eradication of corruption, if indeed some komisionernya involved moral turpitude and violating the law, should take strict action against the concerned, the Commission should not arbitrarily disbanded immediately. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana makna yang dikomunikasikan karikatur Rubrik Opini pada Surat Kabar Kompas edisi Rabu, 3 Agustus 2011.Teori yang digunakan adalah semiotika Charles Sanders Peirce yang mengemukakan membagi antara tanda dan acuannya tersebut menjadi kategori yaitu : ikon, indeks, simbol adalah tanda yang hubungan antara penanda dan penandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah. Kerangka berpikir yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan pada Frame of Reference (berdasarkan pengetahuan) serta Field of Experience (latar belakang pengalaman).
Metode semiotik dalam penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, yaitu sebuah metode yang lebih mudah menyesuaikan bila dalam penelitian ini kenyataannya ganda, menyajikan secara langsung hubungan antara peneliti dengan objek peneliti, lebih peka serta dapat menyesuaikan diri dengan banyak pengaruh terhadap pola - pola nilai yang dihadapi. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu data yang dikumpulkan berupa kata - kata dan gambar.
Hasil yang didapat dari interpretasi karikatur adalah adanya sikap masyarakat terhadap statement yang kontroversial yang dilakukan karikaturis dalam sebuah karikatur.Hal ini terlihat dari indeks yang ditampilkan yang menggambarkan bahwa rakyat penuh keragu-raguan dan tanda tanya terhadap pemerintah dalam penanganan kasus korupsi.
Kesimpulan yang didapat adalah karikaturis menginginkan pemerintah bersikap tegas dalam mengawasi kinerja KPK dalam berantas Korupsi. Tetapi bagaimanapun hingga saat ini, KPK masih tetap merupakan lembaga yang dibutuhkan dalam pemberantasan korupsi, jika memang beberapa komisionernya terlibat perbuatan tercela dan melanggar hukum, sebaiknya diambil tindakan tegas terhadap yang bersangkutan, jangan seenaknya langsung bubarkan KPK.
Kata Kunci : Tong Sampah, Korupsi, Partai Demokrat.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dunia ini dengan segala isi dan peristiwanya tidak bisa melepaskan diri
dari kaitannya dengan media massa; demikian juga sebaliknya, media massa
tidak bisa melepaskan diri dari dunia dengan segala isi dan peristiwanya. Hal
ini disebabkan karena hubungan antara keduanya sangatlah erat sehingga
menjadi saling bergantung dan saling membutuhkan. Segala isi dan peristiwa
yang ada di dunia menjadi sumber informasi bagi media massa. Selanjutnya,
media massa mempunyai tugas dan kewajiban menjadi sarana dan prasarana
komunikasi untuk mengakomodasi segala jenis isi dunia dan
peristiwa-peristiwa di dunia ini melalui pemberitaan atau publikasinya dalam aneka
wujud (berita, artikel, laporan penelitian, dan lain sebagainya) dari yang
kurang menarik sampai yang sangat menarik, dari yang tidak menyenangkan
sampai yang sangat menyenangkan tanpa ada batasan kurun waktu. William L.
Rivers dan kawan-kawannya (Rivers 2003:ix) mengatakan bahwa pada
dasarnya, kondisi di dunia nyata mempengaruhi media massa, dan ternyata
keberadaan media massa juga dapat mempengaruhi kondisi nyata dunia.
Dengan kata lain, dunia mempunyai peranan dan kekuatan untuk
mempengaruhi media massa; dan sebaliknya, media massa juga mempunyai
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
peranan dan kekuatan yang begitu besar terhadap dan bagi dunia ini, terlebih
dalam segala sesuatu yang berkaitan dengan manusia dengan segala aspek
yang melingkupinya. Oleh karenanya, dalam komunikasi melalui media
massa, media massa dan manusia mempunyai hubungan saling ketergantungan
dan saling membutuhkan karena masing-masing saling mempunyai
kepentingan, masing-masing saling memerlukan. Media massa membutuhkan
berita dan informasi untuk publikasinya baik untuk kepentingan media itu
sendiri maupun untuk kepentingan orang atau institusi lainnya; di lain pihak,
manusia membutuhkan adanya pemberitaan, publikasi untuk
kepentingan-kepentingan tertentu (Efendy.2000;92) .
Masyarakat haus akan informasi, sehingga media massa sangat
dibutuhkan oleh masyarakat. Media massa terdiri dari media massa cetak, dan
media massa elektronik. Media massa cetak terdiri dari majalah, surat kabar,
dan buku. Sedangkan media massa elektronik terdiri dari televisi, radio, film,
internet, dan lain - lain. Media cetak seperti, majalah, buku, surat kabar justru
mampu memberikan pemahaman yang tinggi kepada pembacanya, karena ia
sarat dengan analisa yang mendalam dibanding media lainnya. (Cangara,
2005:128). Fungsi media sebagai kontrol sosial dan persuasif secara sadar atau
tidak dapat mengarahkan khalayak untuk mengikuti pola pikir yang disajikan
media. Kebutuhan khalayak akan berita yang paling penting adalah nilai
"kebaruan", nilai ini pada media cetak terletak pada surat kabar. Surat kabar
merupakan media massa yang paling tua dibandingkan dengan jenis media
massa lainnya. Sejarah telah mencatat keberadaan surat kabar dimulai sejak
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
3
ditemukannya mesin cetak oleh Johann Gutenberg di Jerman” (Ardianto &
Erdinaya, 2005, p.99). Perkembangan surat kabar di Indonesia sendiri juga
telah melewati perjalanan panjang selama lima periode, yakni masa penjajahan
Belanda, penjajahan Jepang, menjelang kemerdekaan, zaman orde lama serta
orde baru. Surat kabar sebagai media massa dalam masa orde baru mempunyai
misi menyebarluaskan pesan-pesan pembangunan dan sebagai alat
mencerdaskan rakyat Indonesia. Dari empat fungsi media massa (informasi,
edukasi, hiburan, dan persuasif), fungsi yang paling menonjol adalah
informasi” (Ardianto & Erdinaya, 2005, p.104). Berdasarkan isinya, surat
kabar lebih variatif dengan isi yang beragam. Terdapat rubrik olahraga, berita
lokal, nasional, maupun internasional, terdapat juga rubrik opini, lifestyle dan
sebagainya. Namun secara sederhana isi surat kabar dapat dibagi tiga yaitu,
berita (news), opini (value), iklan (advertising). Berita dalam surat kabar tidak
terfokus pada salah satu fenomena masyarakat (seperti pada tabloid yang
hanya membahas fenomena tentang olahraga) namun semua fenomena atau
peristiwa dalam realitas dilaporkan (Efendy.2000;92).
Melihat ketertarikan khalayak akan informasi terbaru maka media
menyajikan informasi berupa visualiasi karikatur. Informasi yang ringan dan
humoris namun tetap kritis dan faktual membuat khalayak terhibur dan tertarik
dengan informasi tersebut (Efendy.2000;92). Karikatur disajikan sebagai suatu
bentuk kritik sosial yang memiliki kadar humor, estetika serta pesan kritik
yang tepat sasaran. GM Sudarta memberikan arti kata karikatur sebagai
deformasi berlebih atas wajah seseorang, biasanya orang terkenal, dengan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
“mempercantiknya” melalui penggambaran ciri khas lahiriahnya untuk tujuan
mengejek. (Sobur, 2003:138). Sedangkan menurut T. Susanto (1996:39),
gambar kartun atau karikatur merupakan alat yang paling mudah dan cocok
untuk menggambarkan suatu realitas yang terjadi dalam masyarakat. Maka
tidaklah heran apabila dalam media cetak dapat kita jumpai karikatur dengan
halaman khusus untuk mengutarakan suatu opini. Pesan yang disampaikan
dalam karikatur mempunyai ungkapan yang kritis terhadap berbagai
permasalahan, baik itu yang tersamar maupun yang tersembunyi. Dari sini,
dapat kita ketahui bahwa karikatur dapat dikatakan sebagai sarana kritik sosial.
dengan tampilan karikatur. Keberadaan karikatur pada surat kabar bukan
berarti hanya melengkapi surat kabar dan memberikan hiburan selain
berita-berita utama yang disajikan. Tetapi juga dapat memberikan informasi dan
tambahan pengetahuan kepada masyarakat.
Dalam penyajiannya di media cetak gambar karikatur adalah karya
pribadi, produk suatu keahlian seorang kartunis baik dari segi pengetahuan,
intelektual, teknik melukis, psikologis, maupun bagaimana dia memilih tema
atau isu yang tepat. Mereka dikategorikan sebagai wartawan karena karya
mereka faktual sesuai dengan permasalahan yang sedang muncul dalam
realitas. Para wartawan dan karikaturis membentuk berita berdasarkan
interpretasi mereka terhadap realitas yang menjadi bahan pemberitaan.
Pemaknaan diantara para pekerja media itu akan berbeda karena nilai — nilai,
sudut pandang, pengalaman dan rujukan yang dimiliki para pekerja tersebut
(jurnalis) berbeda dengan wartawan atau jurnalis dari media yang berbeda.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
5
Perbedaan tersebut juga dipengaruhi ideologi, kebijakan serta segmentasi
masing — masing media. Dengan demikian hasil reportase mereka berbeda
meskipun objek beritanya sama (Eriyanto.2005;25-26).
Surat kabar menyediakan kolom khusus yang disebut Kolom opini,
disini menjadi tempat baik tim redaksi maupun khalayak umum untuk
berkomentar terhadap suatu fenomena tertentu. Pemikiran atau komentar
tersebut disampaikan secara logis, dan faktual serta subjektif berdasarkan
sudut pandang penulisnya. Demikian halnya yang terjadi pada rubrik kartun
opini dalam harian Kompas. Teks yang dihasilkan dalam kartun opini
dipengaruhi konteks situasi dan social budaya yang terjadi di masyarakat.
Cerita yang diperankan oleh tokoh-tokoh rekaan yang diciptakan penulis
mempunyai pengacuan di dunia nyata, seperti pejabat, pengemis, pemulung,
pengamen, penjahat, dan sebagainya. Hal ini tentu saja disesuaikan dengan
tema yang diangkat dan konteks cerita. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti
tertarik untuk meneliti lebih dalam mengenai Karikatur di rubrik opini dalam
harian Kompas.
Karikatur sebagai wahana penyampai kritik sosial seringkali kita
temui didalam berbagai media massa baik media cetak maupun media
elektronik. Di dalam media ini, karikatur menjadi pelengkap artikel dan
opini. Keberadaannya biasanya disajikan sebagai selingan atau dapat
dikatakan sebagai penyejuk setelah para pembaca menikmati artikel - artikel
yang lebih serius dengan sederetan huruf yang cukup melelahkan mata dan
pikiran. Meskipun sebenarnya pesan - pesan yang disampaikan dalam
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
sebuah karikatur sama seriusnya dengan pesan - pesan yang disampaikan
lewat berita dan artikel, namun pesan - pesan dalam karikatur lebih mudah
dicerna karena sifatnya yang menghibur. Seringkali gambar itu terkesan
lucu dan menggelikan sehingga membuat kritikan yang disampaikan oleh
karikatur tidak begitu dirasakan melecehkan atau mempermalukan. (Indarto,
1999: 5).
Kesengajaan dalam membentuk sebuah pesan menggunakan bahasa
simbol atau non verbal ini juga bukanlah tanpa maksud, penggunaan bentuk
non verbal dalam karikatur lebih diarahkan kepada pengembangan
interpretasi oleh pembaca secara kreatif, sebagai respon terhadap apa yang
yang diungkapkan melalui karikatur tersebut. Dengan kata lain, meskipun
dalam suatu karya karikatur terdapat ide dan pandangan - pandangan
seorang karikaturis, namun melalui suatu proses interpretasi muatan makna
yang terkandung didalamnya akan dapat berkembang secara dinamis,
sehingga dapat menjadi lebih kaya serta lebih dalam pemaknaannya.
Dalam sebuah karikatur yang baik, kita menemukan perpaduan dari
unsur - unsur kecerdasan, ketajaman, dan ketepatan berpikir secara kritis
serta ekspresif melalui seni lukis dalam menanggapi fenomena
permasalahan yang muncul dalam kehidupan masyarakat luas, yang secara
keseluruhan dikemas secara humoris, dengan demikian memahami karikatur
juga perlu memiliki referensi - referensi sosial agar mampu menangkap
pesan yang ingin disampaikan oleh karikaturisnya. Tokoh, isi, maupun
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
7
metode pengungkapan kritik yang dilukiskan secara karikatural sangat
bergantung pada isu besar yang berkembang yang dijadikan headline.
Dari uraian diatas, dapat dilihat bahwa karikatur merupakan salah
satu wujud lambang (symbol) atau bahasa visual yang keberadaannya
dikelompokkan dalam kategori komunikasi non verbal dan dibedakan
dengan bahasa verbal yang berwujud tulisan atau ucapan. Karikatur
merupakan ungkapan ide atau pesan dari karikaturis kepada publik yang
dituju melalui simbol yang berwujud gambar, tulisan dan lainnya.
Simbol pada gambar merupakan simbol yang disertai maksud
(signal). Sobur (2003: 163) menyatakan bahwa pada dasarnya simbol adalah
sesuatu yang berdiri atau ada sesuatu yang lain, kebanyakan diantaranya
tersembunyi atau tidak jelas. Sebuah simbol dapat berdiri untuk institusi,
ide, cara berpikir, harapan, dan banyak hal lain. Dapat disimpulkan bahwa
simbol atau tanda pada sebuah gambar memiliki makna yang dapat digali,
dengan kata lain, bahasa simbolis menciptakan situasi yang simbolis pula
atau memiliki sesuatu yang mesti diungkap maksud dan artinya.
Karikatur membangun masyarakat melalui pesan - pesan sosial
yang dikemas secara kreatif dengan pendekatan simbolis. Jika dilihat dari
wujudnya, karikatur mengandung tanda - tanda komunikatif. Lewat bentuk -
bentuk komunikasi itulah pesan tersebut menjadi bermakna. Disamping itu,
gabungan antara tanda dan pesan yang ada pada karikatur diharapkan
mampu mempersuasi khalayak yang dituju. Tulisan ini bertujuan untuk
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
mengkaji tanda verbal (terkait dengan judul, subjudul, dan teks) dan tanda
visual (terkait dengan ilustrasi, logo, tipografi dan tata visual) karikatur
dengan pendekatan semiotika. Dengan demikian, analisis semiotika
diharapkan menjadi salah satu pendekatan untuk memperoleh makna yang
terkandung dibalik tanda verbal dan tanda visual dalam iklan layanan
masyarakat.
Sementara itu, pesan yang dikemukakan dalam pesan karikatur,
disosialisasikan kepada khalayak sasaran melalui tanda. Secara garis besar,
tanda dapat dilihat dari dua aspek, yaitu tanda verbal dan tanda visual.
Tanda verbal akan didekati dari ragam bahasanya, tema dan pengertian yang
didapatkan, sedangkan tanda visual akan dilihat dari cara
menggambarkannya apakah secara ikon, indeks, maupun simbolis.
Dalam hal ini peneliti tertarik untuk mengambil objek penelitian
gambar karikatur pada rubrik opini Koran Kompas edisi Rabu 3 Agustus
2011 yang bertema Tong Sampah dengan Statment “BUBARKAN
KPK...MAAFKAN KORUPTOR”. Dalam karikatur tersebut
memperlihatkan sebuah Tong Sampah yang berbentuk Loudspekears atau
pengeras suara dan terdapat lambang segitiga didalamnya yang
menyerukan suara BUBARKAN KPK...MAAFKAN
KORUPTOR...kemudian terdapat dua orang berpendapat Seorang Laki laki
yang berbaju sederhana dan berskspresi penuh tanya dengan mulut
menganga serta tangannya memegang orang di sampingnya dan bertanya ”
Kok sepertinya gak serius memberantas korupsi ya?” kemudian seorang
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
9
Laki laki berkacamata yang berkepala botak dan berpakaian hem rapi
dengan ekspresi cuek, sambil memejamkan mata dan tangan melipat
menjawab”Emang selama ini serius?
Hal ini berkaitan dengan Kebobrokan atau kebusukan Partai Demokrat
kelihatan telanjang bulat-bulat karena munculnya berbagai kasus yang
berkaitan dengan perkara Nazarrudin, Anas Urbaningrum, Andi Nurpati, dan
kongres Partai Demokrat di Bandung, projek Wisma Atlet di Palembang dan
kompleks olahraga Hambalang. Kebobrokan Partai Demokrat ini sudah
menjadi pembicaraan ramai di kalangan masyarakat. Dari yang sudah
diberitakan oleh pers dan televisi, maka banyak bukti atau indikasi bahwa
Partai Demokrat, yang merupakan partai terbesar, dan memegang kekuasaan,
ternyata adalah partai yang tokoh-tokoh utamanya paling korup, paling tidak
jujur, paling munafik. Tidak hanya Anas Urbaningrum atau Nazaruddin saja
yang demikian itu, melainkan banyak juga lainnya. Dapat di katakan bahwa
dalam partai Demokrat terdapat kebusukan atau tidak bersih.
Slogan antikorupsi yang digaungkan Partai Demokrat tidak sesuai
dengan kenyataan yang ada. Buktinya, banyak kader Demokrat yang
tersangkut tindak pidana korupsi atau suap. Partai pemenang Pemilu 2009
ini juga terkesan menjadi tempat penampungan para pihak yang bermasalah
hukum. Hal ini, tidak terlepas posisi Partai Demokrat yang berada pada
puncak kekuasaan sehingga bisa dianggap aman sebagai tempat berlindung
bagi para pihak yang bermasalah hukum,
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Hal ini yang mengakibatkan Ketua DPR RI Marzuki Ali dan beliau
adalah salah satu petinggi partai Demokrat mengeluarkan statment bubarkan
KPK dan maafkan koruptor karena tidak puas dengan kinerja KPK(Komisi
Pemberantasan Korupsi) dalam memberantas korupsi dan terkait dengan
dugaan kasus korupsi yang dialami oleh petinggi Partai Demokrat atau beliau
bertujuan mengalihkan perhatian publik dan sebagai upaya menutupi
kebobrokan dan kebusukan di dalam partai Demokrat. Hal ini berbanding
terbalik dengan slogan partai Demokrat ketika pemilu 2009 “Katakan tidak
pada Korupsi”.
Bermula dari tuduhan seorang buron yang bernama M. Nazaruddin,
rekan sejawat Marzuki dari Partai Demokrat yang menyebutkan bahwa
beberapa nama pimpinan KPK pernah beberapa kali melakukan pertemuan
yang tentunya diduga untuk kepentingan persekongkolan jahat. Tudingan
Nazaruddin itu belum dibuktikan karena Nazar sendiri masih dalam diselidiki.
Banyak pihak, termasuk Marzuki sendiri meragukan kebenaran tudingan
Nazar itu. Tapi anehnya Marzuki buru-buru menanggapinya dengan
membuat statement agar KPK dibubarkan saja dan mengajak rakyat memulai
hidup baru, koruptor dimaafkan dan seluruh hartanya disita untuk
negara.Mampukah negara melakukan penyitaan terhadap harta jarahan para
koruptor itu? jika bisa kenapa tidak dilakukan mulai sekarang? kenapa harus
dengan jalan membubarkan KPK dan memaafkan para koruptor.
Meskipun merupakan lembaga ad hock, KPK itu dibentuk berdasarkan
undang-undang, dan terlihat lucunya, jika lembaga tersebut dibubarkan hanya
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
11
karena tuduhan seorang buronan seperti Nazaruddin. Keterangan yang
diberikannya dari tempat persembunyian seperti itu tentu tidak bisa dijadikan
dasar untuk menilai kredibelnya sekelompok orang, terlebih lagi jika dijadikan
dasar untuk membubarkan sebuah lembaga negara seperti KPK.
Tudingan Nazar dan usulan Marzuki sepertinya merupakan satu mata
rantai yang terpisahkan dari Usaha untuk membubar KPK yang memang
sudah ada sejak lama. Keberadaan lembaga ini membuat banyak pihak merasa
tidak nyaman, meskipun dalam praktiknya KPK dinilai belum menjalankan
fungsinya secara optimal, masih terkesan tebang pilih dan lain sebagainya.
Bagaimanapun hingga saat ini, KPK masih tetap merupakan lembaga yang
dibutuhkan dalam rangka upaya pemberantasan korupsi, jika memang
beberapa komisionernya terlibat perbuatan tercela dan melanggar hukum,
sebaiknya diambil tindakan tegas terhadap yang bersangkutan, bukan dengan
cara membubarkan KPK. Membubarkan KPK dengan cara sedemikian rupa
adalah tindakan yang sangat tidak bijak, alangkah lucunya jika nyanyian
seorang buron dari tempat persembunyiannya, dijadikan dasar untuk
membubarkan sebuah lembaga negara yang dibentuk berdasarkan
undang-undang.Pasal 20 UU No.30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan
Korupsi menyebutkan bahwa KPK bertanggung jawab kepada publik atas
pelaksanaan tugas wewenangnya dengan menyampaikan laporan secara
terbuka dan berkala kepada Presiden, DPR dan BPK; namun tidak disebutkan
secara eksplisit dalam undang-undang tersebut mengenai siapa yang akan
mengawasi kinerja KPK sendiri.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Ketertarikan peneliti terhadap karikatur pada Rubrik Opini Koran
Kompas yang bertema Tong Sampah dengan Statment “Bubarkan KPK dan
Maafkan Koruptor” disebabkan karena dalam mengungkapkan komentar,
karikatur tersebut menampilkan masalah tidak secara harafiah tetapi melalui
metafora agar terungkap makna tersirat di balik peristiwa. Metafora
merupakan pengalihan sebuah simbol (topik) ke sistem simbol lain
(kendaraan). Penggabungan dua makna atau situasi menimbulkan konflik
antara persamaan dan perbedaan, hingga terjadi perluasaan makna menjadi
makna baru. Karikatur ini memindahkan suatu peristiwa actual menjadi
gambar yang ganjil dengan kejenakannnya yang khas. Kejenakaannya selalu
mengandalkan hal - hal yang paradox, maka demikian pula dengan identitas
yang dimilikinya.
Alasan lain peneliti memilih karikatur pada Rubrik Opini Koran
Kompas karena Kompas merupakan salah satu media yang memberikan porsi
pada idealisme yang termasuk pula pada visinya “Amanat Hati Nurani
Rakyat” yang sekaligus menjadi merek dagang Kompas yang membidik pasar
kelas menengah ke atas. Media Kompas merupakan salah satu saluran
komunikasi politik di Indonesia sela era reformasi, realitas media dapat
dilakukan dengan berbagai macam cara. Di samping menggunakan bahasa
tulis sebagai media utama penyampaian informasi, juga dapat menggunakan
dengan memaknai gambar kartun. Sebagai Koran Nasional peredaran Kompas
meliputi hampir seluruh kota di Indonesia dan selalu menjadi market leader.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
13
Dari beberapa uraian di atas, pemilihan gambar karikatur pada Rubrik
Opini Koran Kompas yang bertema “Tong Sampah dengan Statment Bubarkan
KPK dan Maafkan Koruptor” sebagai objek penelitian karena gambar
karikaturnya yang unik, karena apa yang disajikan dalam gambar karikatur
editorial tersebut seakan - akan menggambarkan tanggapan permasalahan yang
terjadi dalam sudut pandang masyarakat Indonesia yang diwakili oleh kartunis.
Dalam mengungkapkan makna pesan gambar karikatur tersebut, peneliti
menggunakan pendekatan Semiotik, yaitu studi mengenai tanda dan segala
yang berhubungan dengan acuannya. Semiotika adalah suatu ilmu atau metode
analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai
dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, di tengah-tengah manusia
dan bersama-sama manusia. Dengan pemilihan model semiotika Pierce yang
digunakan di dalam penelitian, karena sebagaimana pengertiannya tentang
tanda – tanda dan berbagai hal yang berhubungan dengan iklan, cara berfungsi,
hubungannya dengan tanda – tanda lain, pengiriman dan penerimaan pesan,
serta cara mengkomunikasikannya. Pierce membagi tanda berdasarkan
objeknya menjadi tiga yaitu icon(ikon), index(indeks), symbol (simbol). Icon
adalah hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan.
Index adalah tanda yang menunjukan hubungan alamiah antara tanda dan
pertanda yang bersifat kausal atau hubungan timbal balik. Symbol adalah
tanda yang menunjukan hubungan alamiah antara penanda dengan pertanda
dan bersifat arbiter atau hubungan berdasarkan konvensi (perjanjian)
masyarakat (sobur,2004 : 115).
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
1.2 Per umu san Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut : “Bagaimana makna karikatur versi Tong
Sampah dengan Statement “Bubarkan KPK dan Maafkan Koruptor” di Rubrik
Opini Koran Kompas Edisi Rabu 3 Agustus 2011?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana makna
yang dikomunikasikan karikatur versi “Tong Sampah Dengan Statement
“Bubarkan KPK dan Maafkan Koruptor” di Rubrik Opini Koran Kompas
Edisi Rabu 3 Agustus 2011 dengan menggunakan pendekatan semiotika.
1.4 Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan Teor itis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan pemikiran pada Ilmu Komunikasi mengenai karikatur pada Rubrik
Opini Koran Kompas versi “Tong Sampah Dengan Statment Bubarkan KPK
dan maafkan Koruptor” edisi Rabu 3 Agustus 2011.
1.4.2 Kegunaan Pr aktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan dan dapat
menjadi pertimbangan atau masukan untuk mengetahui penerapan tanda dalam
studi semiotik sehingga dapat memberi makna bagi para pembaca Surat Kabar
Kompas mengenai makna dari karikatur.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
15
BAB II
KAJ IAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teor i
2.1.1 Komunikasi Politik
Komunikasi politik (political communication) adalah komunikasi
yang melibatkan pesan-pesan politik dan aktor-aktor politik, atau berkaitan
dengan kekuasaan, pemerintahan, dan kebijakan pemerintah. Dengan
pengertian ini, sebagai sebuah ilmu terapan, komunikasi politik bukanlah
hal yang baru. Komunikasi politik juga bisa dipahami sebagai komunikasi
antara “yang memerintah” dan “yang diperintah”.
Komunikasi politik merupakan salah satu fungsi partai politik, yakni
menyalurkan aneka ragam pendapat dan aspirasi masyarakat dan
mengaturnya sedemikian rupa -”penggabungan kepentingan” (interest
aggregation) dan “perumusan kepentingan” (interest articulation) untuk
diperjuangkan menjadi public policy. (Miriam Budiardjo).
Komunikasi politik adalah penyebaran aksi, makna, atau pesan yang
bersangkutan dengan fungsi suatu sistem politik, melibatkan unsur-unsur
komunikasi seperti komunikator, pesan, dan lainnya. Kebanyakan
komunikasi politik merupakan lapangan wewenang lembaga-lembaga
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
khusus, seperti media massa, badan informasi pemerintah, atau parpol.
Namun demikian, komunikasi politik dapat ditemukan dalam setiap
lingkungan sosial, mulai dari lingkup dua orang hingga ruang kantor
parlemen.(Jack Plano dkk).
Komunikasi politik dapat dipahami sebagai setiap komunikasi yang
bertujuan politik dan dapat terjadi di antara partai-partai politik, di antara
lembaga-lembaga pemerintahan (Presiden/MPR/DPR), antara partai politik
dengan lembaga pemerintahan, antara partai politik dengan masyarakat, atau
antara lembaga pemerintahan dengan masyarakat.
Kajian Komunikasi politik biasanya berpusat pada pembahasan
tentang Opini publik. Hal ini terjadi karena sasaran komunikasi politik
sendiri adalah bagaimana bisa menguasai dan mengarahkan opini publik
sehingga bisa memberi manfaat bagi pelaku komunikasi politik
(komunikator). Sehingga para komunikator politik ini sering mengeluarkan
pernyataan-pernyataan yang merupakan gagasan, kritik ataupun saran untuk
pemerintah untuk mewujudkan kehidupan politik yang demokratis guna
membangun kemajuan bangsa. Dalam hal ini rakyat sebagai komunikan
memberikan efek dan membentuk opini publik yang beraneka ragam.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
17
2.1.1.1 Fungsi Par tai Politik
Menurut Mac Iver, partai politik adalah “suatu kumpulan terorganisasi
untuk menyokong suatu prinsip atau kebijaksanaan (policy) yang oleh
perkumpulan itu diusahakan dengan cara-cara sesuai dengan konstitusi atau
Undang-undang agar menjadi penentu cara melakukan pemerintahan”.
Perkumpulan-perkumpulan itu diadakan karena adanya kepentingan bersama.
Oleh karena itu seringkali suatu perkumpulan atau ikatan diadakan untuk
memenuhi atau mengurus kepentingan bersama dalam masyarakat. Selain
mempunyai kepentingan bersama, suatu perkumpulan khususnya partai politik,
akan muncul karena anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan
cita-cita yang sama.
Ahli lain yaitu Sigmund Neumann mengemukakan bahwa partai politik
adalah organisasi dari aktivitas – aktivitas politik yang berusaha untuk
menguasai kekuasaan pemerintah serta merebut dukungan rakyat atas dasar
persaingan dengan suatu golongan atau golongan yang lain yang mempunyai
pandangan yang berbeda.
Partai politik dalam era modern dimaknai sebagai suatu kelompok yang
terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan
cita-cita yang sama. Tujuannya adalah untuk memperoleh kekuasaan politik dan
merebut kedudukan politik untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan mereka
(Miriam Budiardjo, 1998, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Gramedia).
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilihat dari pengertian tersebut, ada beberapa unsur penting yang ada
dalam partai politik, yaitu: orang-orang, ikatan antara mereka hingga terorganisir
menjadi satu kesatuan, serta orientasi, nilai, cita-cita, tujuan dan kebijaksanaan
yang sama. Adapun 4 fungsi partai politik :
Pertama, partai sebagai sarana komunikasi politik. Partai menyalurkan
aneka ragam pendapat dan aspirasi masyarakat. Partai melakukan penggabungan
kepentingan masyarakat (interest aggregation) dan merumuskan kepentingan
tersebut dalam bentuk yang teratur (interest articulation). Rumusan ini dibuat
sebagai koreksi terhadap kebijakan penguasa atau usulan kebijakan yang
disampaikan kepada penguasa untuk dijadikan kebijakan umum yang diterapkan
pada masyarakat. Kedua, partai sebagai sarana sosialisasi politik. Partai
memberikan sikap, pandangan, pendapat, dan orientasi terhadap fenomena
(kejadian, peristiwa dan kebijakan) politik yang terjadi di tengah masyarakat.
Sosialisi politik mencakup juga proses menyampaikan norma-norma dan
nilai-nilai dari satu generasi ke generasi berikutnya. Bahkan, partai politik berusaha
menciptakan image (citra) bahwa ia memperjuangkan kepentingan umum. Ketiga,
partai politik sebagai sarana rekrutmen politik. Partai politik berfungsi mencari
dan mengajak orang untuk turut aktif dalam kegiatan politik sebagai anggota
partai. Keempat, partai politik sebagai sarana pengatur konflik. Di tengah
masyarakat terjadi berbagai perbedaan pendapat, partai politik berupaya untuk
mengatasinya. Namun, semestinya hal ini dilakukan bukan untuk kepentingan
pribadi atau partai itu sendiri melainkan untuk kepentingan umum.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
19
2.1.1.2 Simbol Par tai Demokr at
Setiap partai politik memiliki lambang atau logo sebagai filosofi dan
sebagai landasan partai tersebut. Seperti halnya partai Demokrat yang memilih
simbol segitiga, Lambang segitiga yang ujungnya menghadap ke bawah, itu
menggambarkan PIRAMIDA MESIR; sedangkan gambar segitiga yang ujungnya
ke atas, itu menggambarkan BUKIT ZION di Israel. Intinya, lambang itu
mencer minkan kehancuran per adaban Mesir Fir ’a un dan bangkitnya
per adaban Zionisme (Yudaisme). Kaum Yahudi modern sangat terkenal dengan
simbol-simbol. Sampai ada studi tersendiri yang mengkaji soal simbol-simbol itu.
Simbol yang ditampakkan di depan umum, adalah semacam “deklarasi” bahwa
organisasi, kelompok, perusahaan tertentu masih satu bagian dari gerakan
Zionisme internasional.
Kalau dalam Islam kita mengenal prinsip Tazkiyyah (rekomendasi).
Biasanya ulama, dewan ulama, atau organisasi Islam memberi rekomendasi
tertentu kepada pihak-pihak yang disetujui atau disukai. Kalau dalam gerakan
Yahudi modern, caranya dengan membuat simbol-simbol yang intinya bermuara
kepada simbol “Bintang Yahudi”. Siapa yang memakai simbol itu dianggap
sebagai kawan, siapa yang tidak memakai, dianggap orang luar.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
2.1.1.3 Tong Sampah dan Loudspek ear s (Penger as Suar a)
Tong sampah adalah suatu tempat yang biasanya berbentuk tabung
yang terbuat dari plastik,drum bekas atau ban bekas yang berfungsi
sebagai tempat atau wadah untuk membuang barang-barang
bekas,sisa-sisa makanan,kotoran,popok bayi dan lain-lain. Dengan demikian segala
sesuatu yang ada di dalam tong sampah adalah barang-barang yang sudah
tidak dipakai lagi dan tidak ada gunanya. Sehingga tong sampah identik
dengan bau busuk, kotor dan menjijikkan.
Loudspekears adalah alat pangeras suara dimana transduser yang
mengubah sinyal elektrik ke frekuensi audio (suara) dengan cara
menggetarkan komponennya yang berbentuk membran.Dalam setiap
sistem penghasil suara, pengeras suara merupakan penentu kualitas suara.
Rekaman yang baik, dikodekan ke dalam alat penyimpanan yang
berkualitas tinggi. Pengeras suara adalah sebuah teknologi menakjubkan
yang memberikan dampak yang sangat besar terhadap budaya kita, namun
sebenarnya pengeras suara hanyalah sebuah alat yang
sederhana.Loudspekears atau pengeras suara ini di Indonesia dikenal
dengan istilah Toa, padahal Toa adalah nama merk dari alat pengeras suara
tersebut, tetapi sudah menjadi paten bahwa pengeras suara itu namanya
Toa. Alat ini sering digunakan pada masjid-masjid, saat apel pagi, atau
bahkan digunakan saat demonstrasi, karena memang dengan menggunakan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
21
alat ini suara yang dihasilkan terdengar lantang sehingga lebih luas
jangkauannya orang dapat mendengarnya.
2.1.2 Surat Kabar Sebagai Media Massa
Surat kabar merupakan media massa yang paling tua dibandingkan
dengan jenis media massa lainnya. Sejarah telah mencatat keberadaan
surat kabar dimulai sejak ditemukannya mesin cetak oleh Johann
Gutenberg di Jerman” (Ardianto & Erdinaya, 2005, p.99). Perkembangan
surat kabar di Indonesia sendiri juga telah melewati perjalanan panjang
selama lima periode, yakni masa penjajahan Belanda, penjajahan Jepang,
menjelang kemerdekaan, zaman orde lama serta orde baru. Surat kabar
sebagai media massa dalam masa orde baru mempunyai misi
menyebarluaskan pesan-pesan pembangunan dan sebagai alat
mencerdaskan rakyat Indonesia. Dari empat fungsi media massa
(informasi, edukasi, hiburan, dan persuasif), fungsi yang paling menonjol
adalah informasi” (Ardianto & Erdinaya, 2005, p.104).
Berdasarkan isinya, surat kabar lebih variatif dengan isi yang
beragam. Terdapat rubrik olahraga, berita lokal, nasional, maupun
internasional, terdapat media cetak terkini bila dibandingkan media cetak
lainnya karena nilai kebaruannya. Adanya isi surat kabar yang variatif, dari
berita— berita internasional hingga lokal. Namun secara sederhana isi surat
kabar dapat dibagi tiga yaitu, berita (news), opini (value), iklan
(advertising). Berita dalam surat kabar tidak terfokus pada salah satu
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
fenomena masyarakat (seperti pada tabloid yang hanya membahas fenomena
tentang olahraga) namun semua fenomena atau peristiwa dalam realitas
dilaporkan (Efendy.2000;92). Dalam pelaporan berita yang dibuat para
pekerja media (wartawan dan karikaturis), terdapat perbedaan antara media
satu dengan media yang lainnya.
Menurut Assegaf (1991: 140) surat kabar adalah penerbitan yang
berupa lembaran yang berisi berita - berita, karangan - karangan dan iklan
yang dicetak dan terbit secara tetap dan periodik dan dijual untuk umum.
Selain itu surat kabar juga mempunyai beberapa karakteristik. Menurut
Pareno (2005 : 24) karakteristik surat kabar adalah sebagai berikut :
1) Berita merupakan unsur utama yang dominan.
2) Memiliki ruang yang relatif lebih leluasa.
3) Memiliki waktu untuk “dibaca ulang” lebih lama.
4) Umpan balik relatif lebih lamban.
5) Kesegaran (immediately) relatif lebih lamban.
6) Dalam hal kenyataan relatif kurang kredibel.
Ada beberapa alasan orang membaca surat kabar. Seseorang ingin
tahu sesuatu karena berbagai alasan : untuk meraih prestise, menghilangkan
kebosanan, agar merasa lebih dekat dengan lingkungannya, atau untuk
menyesuaikan perannya di masyarakat. Bagi sebagian orang, koran
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
23
merupakan sumber informasi dan gagasan tentang berbagai masalah publik
yang seruis. Bagi sebagian yang lain, koran bukan untuk mencari informasi,
melainkan untuk mengisi rutinitas. Sebagian pembaca juga menjadikan
koran sebagai alat kontak sosial. Ada pula yang menjadikan koran untuk
membuang kejenuhan dari kehidupan sehari - hari. (Rivers dan Peterson,
2003: 313)
2.1.3 Kar tun dan Kar ikatur
Karikatur adalah bagian dari kartun, namun memiliki muatan pesan
yang bernuansa kritik atau usulan terhadap seseorang (tokoh) atau suatu
masalah. Walaupun dibumbui dengan humor, karikatur merupakan kartun
satir yang kadang dapat menyindir seseorang dan membuat seseorang
tersenyum kecut saat membacanya. Kartun merupakan gambar lucu atau
dilucukan yang bertujuan agar pemirsanya terhibur, tersenyum, atau tertawa
geli. Sedangkan karikatur, adalah bagian kartun yang diberi muatan pesan
yang bernuansa kritik atau usulan terhadap seseorang atau suatu masalah.
Karikatur cenderung diisi dengan humor. Namun, tetap merupakan sebuah
kartun satir yang kadang bukannya menghibur, tapi dapat membuat
seseorang tersenyum kecut setelah melihatnya (Sobur, 2003:138).
Melalui media visual, kritikan-kritikan yang disampaikan secara
jenaka tidak begitu dirasa melecehkan atau mempermalukan. Bahkan,
seringkali gambar terkesan lucu, sehingga membuat para pembaca
tersenyum dan tertawa karena mengandung unsur humor. Pejabat
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
pemerintah atau tokoh masyarakat yang menjadi objek karikatur pun tidak
tersinggung, tetapi justru sebaliknya merasa senang karena dirinya diangkat
kepermukaan oleh kartunis. (Sobur, 2003:140). Selain itu, menurut Sutarno
pimpinan redaksi harian Suara Pembaruan, karikatur maupun kartun
merupakan salah satu bentuk karya jurnalistik non-verbal yang cukup efektif
dan mengena baik dalam penyampaian pesan maupun kritik sosial
(Pramoedjo, 1996:9).
Karikatur dalam bahasa latin disebut carricare memiliki arti sebagai
gambar wajah yang didistorsikan, diplesetkan, atau dilebih-lebihkan secara
karakteristik tanpa bermaksud melecehkan si pemilik wajah. Bahkan dalam
museum The House of Humor and Satire di Gabrovo, Bulgaria, atau di The
House of Humor di Montreal, Kanada, wajah-wajah karikatural tokoh dunia
dalam bentuk patung atau gambar dwimatra (dua dimensi) dipajang dengan
anggun dan artistik (Pramoedjo, 2008).
Dalam Encyclopedie Internasional karikatur didefinisikan sebagai
sebuah ’satire’ dalam bentuk gambar atau patung. Thomas Nast, kartunis di
pertengahan abad ke-18 merupakan salah satu kartunis politik yang paling
berpengaruh di Amerika. Nast berhasil menjatuhkan jaringan Boss Tweed
dan mesin politik koruptor di New York Tammany Hall dengan
karikaturnya. Kreasi Nast yang paling terkenal hingga sekarang adalah
Santa Claus. Sementara dalam Encyclopedie Britaninica, karikatur adalah
penggambaran seseorang, suatu tipe, atau kegiatan dalam keadaan terdistorsi
(penyajian dibuat berlebihan dari gambar-gambar binatang, burung, sayur,
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
25
dan lainnya yang menggantikan bagian-bagian benda hidup atau yang ada
persamaannya).
Menurut Kornreich dan Schimmel, bentuk gambar sangat membuka
peluang seseorang untuk lebih berani mengekspresikan dirinya terhadap
emosi ataupun agitasi yang ditekan (dalam Setiawan, 2002:xviii). Oleh
sebab itu, berkomunikasi melalui media gambar, membuat seseorang tidak
akan merasa terancam karena takut mengaitkan hal-hal yang dianggap tabu,
bahkan sebaliknya, berkomunikasi dalam bentuk gambar visual memiliki
kekuatan sendiri dalam penggambaran suatu hal. Dengan kata lain, gambar
karikatur merupakan produk suatu keahlian seorang karikaturis, baik dari
segi pengetahuan, referensi atau bacaan, maupun bagaimana cara memilih
topic atau isu dalam lingkungan sosial politik yang sedang dihadapi. Karena
itu, media Pers Indonesia menampilkan karikatur sebagai ungkapan kritis
terhadap berbagai masalah yang berkembang secara tersamar dan
tersembunyi. Untuk itu, pembaca diajak berpikir, merenungkan, dan
memahami pesan-pesan yang terdapat dalam gambar karikatur (Augustin
Sibarani,2001:27).
Adapun sifat-sifat karikatur dapat dibagi menjadi tiga macam
(Sibarani, 2001), yaitu: karikatur orang-pribadi, karikatur sosial, dan
karikatur politik. Karikatur orang-pribadi menggambarkan seseorang
(biasanya tokoh yang dikenal) dengan mengekspose ciri-cirinya dalam
bentuk wajah ataupun kebiasaannya tanpa objek lain atau situasi di
sekelilingnya secara karikatural. Karikatur sosial mengemukakan dan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
menggambarkan persoalan-persoalan masyarakat yang menyinggung rasa
keadilan sosial. Sedangkan karikatur politik menggambarkan tentang situasi
politik sedemikian rupa agar kita dapat melihatnya dari segi humor dengan
menampilkan para tokoh politik (Sibarani, 2001).
Pelukisan karikatur sendiri memiliki dua ciri, yaitu adanya satire dan
distorsi. Satire dalam hal ini diartikan sebagai ironi, tragedi-komedi, atau
parodi. Sehingga, di dalamnya dapat mengandung sesuatu yang janggal,
absurd , yang dapat menertawakan, namun bisa juga memprihatinkan atau
menyedihkan (Komunitas Ruang Baca – Tempo, Rimbun Natamarga,
2010). Dalam buku Ilmu Komunikasi. Teori dan Praktek karya Onong
Uchjana Effendy, karikatur dalam media manjalankan salah satu fungsi
pers, yaitu fungsi menghibur (to entertain ).
2.1.4 Kar ikatur Dalam Media Massa
Komunikasi massa secara umum diartikan sebagai komunikasi
yang dilakukan melalui media massa seperti majalah, surat kabar, radio,
televisi dan lain sebagainya. Komunikasi massa merupakan komunikasi
dimana penyampaian pesan kepada sejumlah orang dilakukan melalui media
massa. Baik kartun maupun karikatur di Indonesia belakangan ini sudah bisa
menjadi karya seni yang menyimpan gema panjang, sarat oleh pesan dan
estetika, disamping kadar humornya. Karikatur penuh dengan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
27
perlambangan-perlambangan yang kaya akan makna, oleh karena itu
karikatur merupakan ekspresi dari situasi yang menonjol di dalam
masyarakat. Setajam atau sekeras apapun kritik yang diampaikan sebuah
gambar karikatur, tidak akan menyebabkan terjadinya evolusi. Dengan kata
lain, karikatur dapat mengetengahkan suatu permasalahan yang sedang
hangat di permukaan.
Menurut Anderson, dalam memahami studi komunikasi politik di
Indonesia akan lebih mudah dianalisa mengenai konsep politik Indonesia
dengan membedakan dalam dua konsep, yaitu dengan Direct Speech
(komunikasi langsung) dan Symbolic Speech (komunikasi tidak langsung).
Komunikasi langsung merupakan konsepsi politik yang analisanya dipahami
sejauh penelitian tersebut ditinjau dari komunikasi yang bersifat langsung,
seperti humor, gossip, diskusi, argumen, intrik, dan lain - lain. Sedangkan
komunikasi tidak langsung, tidak dapat secara langsung dipahami maupun
diteliti seperti patung, monument dan simbol - simbol lainnya (Bintoro
dalam Marliani, 2004: 49).
Peran karikatur yang tertulis seperti yang telah diuraikan di atas,
merupakan alasan utama dijadikannya karikatur sebagai objek studi ini.
Selain karena karikatur merupakan suatu penyampaian pesan lewat kritik
yang sehat dan juga suatu keahlian karikaturis adalah bagaimana dia
memilih topik - topik isu yang tepat dan masih hangat.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
2.1.5 Kr itik Sosial
Indonesia terbangun ketika budaya tulis sudah menyebar luas,
ketika segala tatanan kehidupan dirumuskan secara tertulis dan tidak tertulis
baik dalam bentuk buku, majalah, surat kabar, radio, televisi, dan internet.
Semakin luas melalui pendidikan modern dan yang tak kalah pentingnya,
ketika segala bentuk tulisan sebagian besar menyampaikan berbagai
informasi melalui bahasa Indonesia dijadikan media resmi pendidikan
nasional dan sebagai alat komunikasi dalam birokrasi (Masoed, 1999: 42).
Dengan demikian melestarikan atau mempertahankan kritik
terselubung dalam konteks budaya yang tidak lagi menopangnya, sama saja
dengan membunuh eksistensi kritik sehingga sebuah institusi sosial yang
lahir dari kebutuhan pengembangan hidup bersama manusia. Dalam konteks
budaya tulis, budaya modern materialistis yang berpenopang pada budaya
tulis di atas pembangunan, pengembangan, dan penyebaran kritik sama
statusnya dengan pembangunan dan pengembangan, dan penyebaran kritik
itu sendiri.
Dalam beberapa pengertian kritik sosial mengandung konotasi
negatif seperti “celaan”, namun kata “kecaman” mengandung kemungkinan
kata positif yaitu dukungan, usulan, atau saran, penyelidikan yang cermat.
(Masoed, 1999: 36). Definisi “kritik” menurut kamus Oxford adalah “one
who appreises literaryor artistic work” atau suatu hal yang membentuk dan
memberikan penilaian untuk menemukan kesalahan terhadap sesuatu. Kritik
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
29
awalnya dari bahasa Yunani (Kritike = pemisahan, Krinoo = memutuskan)
dan berkembang dalam bahasa Inggris “critism” yang berarti evaluasi atau
penilaian tentang sesuatu. Sementara sosial adalah suatu kajian yang
menyangkut kehidupan dalam bermasyarakat menciptakan suatu kondisi
sosial yang tertib dan stabil (Susanto, 1986: 7).
Dalam kritik sosial, pers dan politik Indonesia kritik sosial adalah
salah satu bentuk komunikasi dalam masyarakat yang bertujuan atau
berfungsi sebagai sumber kontrol terhadap jalannya sebuah sistem sosial
atau proses bermasyarakat. Dalam konteks inilah kritik sosial merupakan
salah satu unsur penting dalam memelihara sistem sosial. Dengan kata lain,
kriti sosial dalam hal ini berfungsi sebagai wahana untuk konservasi dan
reproduksi sebuah sistem sosial atau masyarakat (Abar dalam Masoed,
1999: 47).
Kritik sosial juga dapat berarti sebuah inovasi sosial dalam arti
bahwa kritik sosial menjadi sarana komunikasi gagasan baru, sembari
menilai gagasan lama, untuk suatu perubahan sosial. Kritik sosial
konservatif, status quo dalam masyarakat untuk perubahan sosial, kritik
sosial dalam pengertian ini sering muncul ketika masyarakat atau sejumlah
orang atau kelompok sosial dalam masyarakat yang menginginkan suasana
baru, suasana yang lebih bai dan lebih maju, atau secara kritik sosial yang
demikian yang lebih banyak dianut kaum oleh kritis dan strutualis. Mereka
melihat kritik sosial adalah wahana komunikatif untuk suatu tujuan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
perubahan sosial. Suatu kritik sosial selalu menginginkan perbaikan, ini
berarti bahwa suatu kritik sosial yang murni kurang didasarkan pada
peneropongan kepentingan diri saja, melainkan justru menitikberatkan dan
mengajak masyarakat atau khalayak untuk memperhatikan kebutuhan -
kebutuhan nyata dalam masyarakat. Suatu kritik sosial kiranya didasarkan
pada rasa tanggung jawab atas perkembangan lingkungan sosialnya,
sehingga diharapkan dapat menuju ke arah perbaikan dalam masyarakat
untuk mewujudkan suatu ketertiban sosial. (Susanto, 1986: 105).
Kritik sosial dapat disampaikan melalui berbagai wahana, mulai
dari cara yang paling tradisional, seperti berjemur diri, ungkapan - ungkapan
sindiran melalui komunikasi antar personal dan komunikasi sosial melalui
berbagai pertunjukan sosial dan kesenian dalam komunikasi publik, seni
sastra, dan melalui media massa. Kritik dari masyarakat ini hendaknya
ditanggapi dengan serius oleh pemerintah. Memang dalam menanggapi
kritik dari masyarakat, belum menjamin persoalan akan selesai, tetapi itu
menunjukkan adanya perhatian dari pemerintah. Perhatian inilah yang
secara akumulatif membentuk kesan, pemerintah mempunyai kepedulian
yang tinggi terhadap rakyatnya. Apabila masyarakat sudah diperhatikan
aspirasinya, masyarakat tidak akan lupa budi, sehingga apabila pemerintah
mempunyai program kerja maka partispasi masyarakat akan muncul dengan
sendirinya (Panuju, 1999: 49).
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
31
Kritik sosial itu sebenarnya merupakan sesuatu yang positif karena
ia mendorong sesuatu yang terjadi didalam masyarakat untuk kembali ke
kriteria yang dianggap wajar dan telah disepakati bersama. Menurut Aris
Susanto dalam bidang politik istilah kritik sosial seringkali memperoleh
konotasi negatif karena diartikan mencari kelemahan - kelemahan pihak lain
dalam pertarungan politik sehingga arti yang substansial dari kritik sosial itu
menjadi kabur (Masoed, 1999: 71).
Kesan oposisi sejauh mungkin harus dapat dihindarkan,
masyarakat awam menganggap kritik sama dengan oposisi, yang artinya
“pihak sana” (out group) sehingga kritik tertuju kebijaksanaan atau oknum
aparat pemerintah, diidentifikasi sebagai penentang atau melawan
pemerintah. Padahal, kritik bukanlah seperti itu. Kritik tidak selamanya
berarti melawan. Kritik itu mengandung muatan - muatan saling memberi
arti. Setidaknya menjadi masukan yang dapat dipertimbangkan dalam
merumuskan kebijaksanaan dan tindak lanjutnya. (Ali, 1999: 84).
Kritik - kritik terbaik, sesuai dengan setting sosial, politik, dan
budaya kita adalah kritik yang membuat saran kritik menangis, tapi dalam
mimik mukanya yang tetap tertawa, artinya jika kita melaksanakan kritik
kepada sasaran tertentu, kritik tersebut tidak boleh membuat malu sasaran
kritik dihadapan publik, apalagi secara meluas.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Sesuai dengan ciri makhluk rasional, maka keterbukaan dan kritik
harus mengandung beberapa unsur utama. Diantaranya adalah peningkatan
supremasi individu, kompetisi dan membuka peluang pengarahan bagi
tindakan manusia untuk meraih sukses dan keuntungan di planet bumi ini.
(Ali, 1999: 194).
Dengan demikian, melestarikan atau mempertahankan kritik
terselubung dalam konteks budaya yang tidak lagi menopangnya sama saja
membunuh eksistensi kritik sebagai sebuah institusi sosial yang lahir dari
kebutuhan pengembangan hidup kebersamaan manusia. Dalam konteks
budaya tulis, budaya modern materialistis yang berpenopang pada budaya
tulis diatas, pembangunan, pengembangan, penyebaran kritik sama
statusnya dengan pembangunan, pengembangan, dan penyebaran kritik itu
sendiri.
2.1.6 Semiotika
Kata “semiotika” berasal dari bahasa Yunani, Semeion yang berarti
tanda, atau Seme yang berarti penafsir tanda. Semiotika sendiri berakar dari
studi klasik dan skolastik atas seni logika, retorika, poetika. Semiotika
adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang tanda. Tanda
terdapat dimana - mana “kata” adalah tanda, demikian pula gerak isyarat,
lampu lalu lintas, bendera, dan sebagainya. Struktur karya sastra, struktur
film, bangunan (arsitektur) atau nyanyian burung dapat dianggap sebagai
tanda. Segala sesuatu dapat menjadi tanda, tanda - tanda tersebut
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
33
menyampaikan suatu informasi atau pesan baik secara verbal maupun non
verbal sehingga bersifat komunikatif. Hal tersebut memunculkan suatu
proses pemaknaan oleh penerima tanda akan makna informasi atau pesan
dari pengirim pesan. Semiotika merupakan cabang ilmu yang semula
berkembang dalam bidang bahasa. Dalam perkembangannya kemudian
semiotika bahkan masuk pada semua segi kehidupan manusia, sehingga
Derrida (dalam kurniawan, 2008: 34), mengikrarkan bahwa tidak ada
sesuatu pun di dunia ini sepenting bahasa. “there is nothing outside
languange”. Bahasa dalam hal ini dibaca sebagai “teks” atau “tanda”. Dalam
konteks ini tanda memegang peranan penting dalam kehidupan umat
manusia sehingga : “manusia yang tak mampu mengenal tanda, tak akan
bertahan hidup” (Widagdo dalam Kurniawan, 2008). Charles Sanders Peirce
merupakan ahli filsafat dan tokoh terkemuka dalam semiotika modern
Amerika menegaskan bahwa, manusia hanya dapat berfikir dengan sarana
tanda dan manusia hanya dapat berkomunikasi dengan tanda. Tanda yang
dapat dimanfaatan dalam seni rupa berupa tanda visual yang bersifat non
verbal, terdiri dari unsur dasar berupa seperti grafis, warna, bentuk, tekstur,
komposisi, dan sebagainya. Tanda - tanda yang bersifat verbal adalah objek
yang dilukiskan, seperti objek, manusia, binatang, alam, imajinasi atau hal
hal lainnya yang abstrak. Apapun alasan (senirupawan, designer) untuk
berkarya, karyanya adalah sesuatu yang kasat mata, karena itu secara umum
bahasa digunakan untuk merangkul segala yang kasat mata dan merupakan
media atara perupa dengan pemerhati atau penonton. Seniman dan designer
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
membatasi bahasa rupa pada segitiga, estetis - simbolis - bercerita (story
telling). Bahasa merupakan imaji dan tata ungkapan. Imaji mencakup makna
yang luas, baik imaji yang kasat mata maupun imaji yang ada khayalnya.
Menurut Pierce model yang membahas mengenai makna dalam
studi semiotik mempunyai tiga fundamental yaitu :
1. Ikon
Adalah tanda yang berhubungan antara tanda dan acuannya
bersifat bersamaan bentuk alamiah ( berupa hubungan
kemiripan ). Misalnya adalah potret dan peta. Potret
merupakan ikonik dari pulau yang ada dalam potret tersebut,
sedangkan peta merupakan ikonik dari pulau yang ada dalam
peta tersebut.
2. Indeks
Adalah tanda yang menunjukan hubungan alamiah antara
tanda dan acuannya yang bersifat kausal atau hubungan sebab
akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataannya.
Misalnya ada asap sebagai tanda apinya.
3. Simbol
Adalah tanda yang menunjukan hubungan alamiah antara
tanda dan acuannya ( berdasarkan hubungan konvensi atau
perjanjian ). Misalnya orang yang menggelengkan kepalanya
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
35
merupakan simbol yang menandakan ketidak setujuan yang
termasuk secara konvensional. ( Sobur 2006 : 41 ).
Dalam semiotik model yang digunakan dapat berasal dari berbagai
ahli, seperti Saussure, Peirce, dan sebagainya. Pada penelitian ini yang akan
digunakan adalah model semiotik milik Peirce karena adanya kelebihan
yang dimiliki yaitu tidak mengkhususkan analisisnya pada studi linguistik.
2.1.7 Konsep Makna
Para ahli mengakui, istilah makna (meaning) memang merupakan
kata dan istilah yang membingungkan. Dalam bukunya The Meaning of
Meaning, (Odgen dan Richards dalam buku Kurniawan, 2008: 27) telah
mengumpulkan tidak kurang dari 22 batasan mengenai makna.
Makna sebagaimana dikemukakan oleh Fisher (dalam Sobur, 2004:
248), merupakan konsep yang abstrak yang telah menarik perhatian para
ahli filsafat dan para teoritis ilmu sosial selama 2000 tahun silam. Semenjak
Plato mengkonseptualisasikan makna manusia sebagai salinan
“ultrarealitas”, para pemikir besar telah sering mempergunakan konsep itu
dengan penafsiran yang sangat luas yang merentang sejak pengungkapan
mental dari Locke sampai ke respon yang dikeluarkan dari Skinner.
“Tetapi”, (kata Jerold Katz dalam Kurniawan, 2008: 47), “setiap usaha
untuk memberikan jawaban yang langsung telah gagal. Beberapa seperti
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :