• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara kemandirian dengan prokrastinasi mahasiswa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara kemandirian dengan prokrastinasi mahasiswa"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN

PROKRASTINASI PADA MAHASISWA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun oleh:

Nama : Bernadetta Ditia Kristiani NIM : 089114108

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

(2)

ii

SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN PROKRASTINASI PADA MAHASISWA

Disusun oleh:

Bernadetta Ditia Kristiani NIM: 089114108

Telah disetujui oleh:

Dosen Pembimbing,

(3)

iii

SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN PROKRASTINASI PADA MAHASISWA

Dipersiapkan dan ditulis oleh: Bernadetta Ditia Kristiani

NIM : 089114108

Telah dipertahankan di depan panitia Penguji

pada tanggal 10 Desember 2012

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Panitia

Nama Lengkap Tanda Tangan

MM. Nimas Eki S., M.si., Psi. ...

Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si ...

Drs. H. Wahyudi, M.Si ...

Yogyakarta.

Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma

Dekan,

(4)

HAL

We don’t Know th

So Take care som

Hargailah

Perlakukan

perlakuan

atribut ya

HIDUPLAH U

iv

ALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN

now that we Have something until it’s G

re somebody you Love, Before they Leav

ilah sesamamu manusia, seperti a

n setiap manusia deng

yang sama, tanpa mem

ang melekat padanya

LAH UNTUK MENGASIHI ORAN

Karya yang jauh dari semp

kupersembahk

My whol

yang telah menantikan

Sahabat dan tema

l it’s Gone,

y Leave

you

ti apapun dia

gan

mandang

ORANG LAIN

ari sempurna ini,

embahkan untuk

:

y whole big family,

antikan kelulusanku

(5)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 10 Desember 2012

Penulis

(6)

vi

HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN PROKRASTINASI PADA MAHASISWA

Bernadetta Ditia Kristiani

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kemandirian dengan prokrastinasi pada mahasiswa. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara kemandirian dengan prokrastinasi pada mahasiswa. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang berjumlah 97 mahasiswa. Data penelitian diungkap dengan menggunakan Skala kemandirian dan Skala prokrastinasi. Skala kemandirian memiliki reliabilitas 0.874 dan Skala prokrastinasi memiliki reliabilitas 0.954. Analisis data penelitian dilakukan menggunakan korelasi Pearson Product

Moment. Hasil korelasi antara kemandirian dengan prokrastinasi sebesar -0.418 dengan p = 0.000

(p< 0.01), yang berarti terdapat hubungan negatif antara kemandirian dengan prokrastinasi.

(7)

vii

THE RELATION BETWEEN AUTONOMY AND PROCRASTINATION OF COLLEGE STUDENTS

Bernadetta Ditia Kristiani

ABSTRACT

This research aimed to know the relation between autonomy and procrastination of college students. The hypothesis in this research was a negative correlation between autonomy and procrastination of college students. The subjects were 97 students of Psychology Faculty in Sanata Dharma University. The data was revealed by scale of autonomy and scale of procrastination. The reliability of autonomy scale was 0.874, and the reliability of procrastination scale was 0.954. The data was analyzed using the Pearson product-moment correlation technique. Based on this correlation test, the result shows that the correlation between autonomy and procrastination was -0.418 with p = 0.000 (p<0.01), which means there was a negative correlation between autonomy and procrastination.

(8)

viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma

Nama : Bernadetta Ditia Kristiani

Nomor Mahasiswa : 089114108

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN PROKRASTINASI PADA MAHASISWA

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 10 Desember 2012

Yang menyatakan

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas

penyertaan dan bimbingan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan baik. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.).

Penulis mengetahui bahwa skripsi ini tidak dapat terlaksana tanpa bantuan

dari berbagai pihak. Maka dari itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Dr. Christina Siwi Handayani, M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma.

2. Ibu Agnes Indar Etikawati, S.Psi., Psi, M.Si, selaku dosen pembimbing

akademik.

3. Ibu Ratri Sunar Astuti, M.Psi., selaku Kepala Program Studi Fakultas

Psikologi Universitas Sanata Dharma.

4. Ibu M. M. Nimas Eki S., M.si., Psi, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang

telah membimbing dan mengarahkan penulis selama menyusun skripsi ini.

5. Seluruh dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma atas segala

dukungan dan perhatiannya selama penulis mengeyam pendidikan di

Universitas Sanata Dharma.

6. Mas Gandhung, Pak Gik dan Bu Nanik yang telah berperan dalam

administrasi perkuliahan sehingga penulis dapat mengurus segala administrasi

(10)

x

7. Bapak dan Ibu, terima kasih atas segala perhatian, dukungan, doa, jerih payah,

pengorbanan, dan segalanya yang telah banyak membantu penulis dalam

menjalani pendidikan sampai dengan sejauh ini.

8. Mas Anggi “Tole”, terima kasih atas canda tawa, dan “gangguan” yang sudah

diberikan ketika penulis mengerjakan skripsi.

9. Mbah Kakung dan Mbah Putri Boro, terimakasih atas perhatian, dukungan dan

bantuan yang terkadang hanya dapat terlihat dengan hati, namun sangat

membantu penulis dalam menjalani hidup ini.

10.Ricky, skripsi ini tidak dapat selesai tanpa bantuanmu. Terima kasih atas

semangat, pinjaman otak, dorongan, . . . pokoknya segalanya ☺.

11.Bude Suster dan keluarga Bude Ani, terima kasih atas usahanya dalam

membantu penulis untuk mengatasi masalah laptop yang rusak. Terima kasih

juga atas segala wejangan dan pegangan hidup yang telah diberikan.

12.Pakde To, terima kasih atas asupan dana tiap bulan yang telah banyak

membantu penulis dalam hal jajan, hehehe.

13.Keluarga Bude Titik (Pakde Yanto dan Mas Andit), terima kasih atas

pemberian hal yang sangat berguna bagi penulis sehingga penulis dapat

menjalani dan menyelesaikan kuliah dengan lebih mudah (Walaupun dulu

bilangnya cuma minjem, tapi akhirnya dipek, hehe).

14.Keluarga Bude Kus dan Mas Nunung, khususnya Dik Iyo, makasih ya Dik

Yo, udah mau ngalah ga maen game dulu di laptop selama hampir 2 bulan.. ☺.

Bude dan Mas Nunung terimakasih atas segala bantuan sehingga penulis dapat

(11)

xi

15.Seluruh keluarga besar lainnya yang tidak disebutkan, terima kasih untuk

semuanya.

16.Trio dangdut “3 Macan” (“Nela” Amanda, “Lala” Krisentia, “Itonk” Sukma),

makasih teman-teman, atas kebersamaan kita selama ini, canda tawa, gosip,

curhat, dlllll. Walaupun akhir-akhir ini kita jarang ketemu, tapi kalian selalu di

hatiku...wkwkwkwk. And especially for Mando and Kris, thanks for help me...

17.Special thanks for Desi & Corry, makasih ya udah mau membantuku buat

nyebar skala…

18.Teman-teman satu perjuangan bimbingan Bu Nimas (Devi, Rimpi, Juwi, Heni,

Mas Lu, Itin, dll) terima kasih atas sharing dan ngobrol-ngobrolnya yang telah

banyak memberi wawasan serta mengusir rasa jenuh ketika menunggu antrian

bimbingan.

19.Seluruh teman-teman psikologi lainnya yang tidak dapat disebutkan satu

persatu, terima kasih atas kebersamaannya selama ini.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam

penelitian ini. Oleh karena itu, peneliti sangat berterimakasih atas semua masukan

baik berupa kritik dan saran yang membangun. Akhir kata, penulis berharap

penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Terima Kasih.

Yogyakarta, November 2012

Penulis

(12)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……… ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

1. Secara Teoretis ... 6

2. Secara Praktis ... 6

BAB II. LANDASAN TEORI ... 7

(13)

xiii

1. Pengertian Prokrastinasi Akademik ... 7

2. Karakteristik Prokrastinasi Akademik ... 9

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prokrastinasi Akademik ... 11

B. Kemandirian ... 13

1. Pengertian Kemandirian ... 13

2. Indikator Kemandirian ... 15

C. Mahasiswa ... 17

D. Hubungan antara Kemandirian dengan Prokrastinasi ... 18

E. Hipotesis ... 20

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 22

A. Jenis Penelitian ... 22

B. Identifikasi Variabel ... 22

C. Definisi Operasional... 22

1. Kemandirian ... 22

2. Prokrastinasi ... 23

D. Subjek Penelitian ... 23

E. Metode Pengambilan Data ... 24

1. Skala Kemandirian ... 24

2. Skala Prokrastinasi ... 25

F. Validitas, Seleksi Aitem dan Reliabilitas ... 25

1. Validitas ... 25

2. Seleksi Aitem ... 26

(14)

xiv

G. Analisis Data ... 28

1. Uji Asumsi ... 28

a. Uji Normalitas ... 28

b. Uji Linearitas ... 28

2. Uji Hipotesis ... 28

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 29

A. Pelaksanaan Penelitian ... 29

B. Deskripsi Subjek Penelitian ... 29

C. Deskripsi Data Penelitian ... 30

D. Hasil Penelitian ... 31

1. Uji Asumsi ... 31

a. Uji Normalitas ... 31

b. Uji Linearitas ... 32

2. Uji Hipotesis ... 33

E. Pembahasan ... 34

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 39

A. Kesimpulan ... 39

B. Saran ... 39

1. Bagi Subjek Penelitian ... 39

2. Bagi Universitas ... 39

3. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 40

DAFTAR PUSTAKA ... 41

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Distribusi Aitem Skala Kemandirian sebelum uji coba ... 23

Tabel 2. Distribusi Aitem Skala Prokrastinasi sebelum uji coba ... 24

Tabel 3. Distribusi Aitem Skala Kemandirian (Setelah Seleksi Aitem) ... 26

Tabel 4. Distribusi Aitem Skala Prokrastinasi (Setelah Seleksi Aitem) ... 26

Tabel 5. Deskripsi Subjek Penelitian ... 29

Tabel 6. Deskripsi Data Skala ... 30

Tabel 7. Hasil Uji Normalitas ... 30

Tabel 8. Hasil Uji Linearitas ... 31

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Skala Kemandirian ... 45

Lampiran 2. Skala Prokrastinasi ... 49

Lampiran 3. Hasil Seleksi Aitem ... 52

Lampiran 4. Reliabilitas Skala Penelitian ... 55

Lampiran 5. Hasil Uji t antara Mean Empiris dengan Mean Teoretis ... 57

Lampiran 6. Hasil Uji Normalitas ... 59

Lampiran 7. Hasil Uji Linearitas ... 61

Lampiran 8. Hasil Uji Hipotesis ... 63

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Masa kuliah merupakan masa yang cukup berat. Hal ini disebabkan

oleh banyaknya tuntutan, keputusan-keputusan dan pilihan-pilihan yang perlu

diambil (Dalton & Crosby, 2011), akibatnya dapat menyebabkan mahasiswa

membolos kuliah, datang terlambat atau bahkan tidak tidur semalaman

dengan alasan menyelesaikan tugas kuliah. Keadaan ini sangat wajar dan

dapat dimaklumi.

Di sisi lain, terdapat juga mahasiswa yang membolos kuliah, datang

terlambat, dan tidak tidur semalaman bukan semata-mata karena banyaknya

tugas yang dibebankan kepada mereka, akan tetapi juga karena mereka

sengaja menunda mengerjakan tugas sampai batas akhir pengumpulan tugas.

Penundaan yang disengaja ini benar-benar terjadi di sekitar kita. Hal

ini dibuktikan dengan observasi terhadap teman-teman selama penulis

menjalani perkuliahan dan wawancara informal pada mahasiswa Universitas

Sanata Dharma pada tanggal 6 – 7 Maret 2012. Mereka menyatakan bahwa

mereka memang sengaja menunda mengerjakan tugas sampai batas waktu

yang diberikan hampir habis. Mereka mengaku sengaja melakukan hal

tersebut dengan berbagai alasan, misalnya merasa malas untuk mengerjakan

(18)

dengan banyaknya tugas yang diberikan dan merasa mempunyai energi

tambahan ketika mengerjakan tugas hanya dengan waktu yang sedikit.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa mahasiswa

memiliki kecenderungan untuk menunda mengerjakan tugas. Penundaan

tersebut bukan disebabkan oleh hal-hal yang berkaitan dengan penyelesaian

tugas yang akan dilakukan. Penundaan ini disebut prokrastinasi (Ferrari,

Johnson & McCown, 1995).

Prokrastinasi memang merupakan permasalahan yang umum terjadi di

mahasiswa (Blunt & Pychil dalam Chu & Choi, 2005). Hal ini dibuktikan

dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa hampir 70% mahasiswa

melakukan prokrastinasi (Ellis & Knaus dalam Ferrari et al., 1995) dan

prokrastinasi terdapat pada mahasiswa baru sampai mahasiswa senior

(Holloway, 2009). Penelitian lain di Indonesia menyatakan bahwa 67%

mahasiswa Universitas Gadjah Mada juga melakukan prokrastinasi (Rizvi,

1997 dalam Buari, 2003).

Secara umum, terdapat dua istilah prokrastinasi, yaitu prokrastinasi

akademik dan prokrastinasi umum (Ferrari et al., 1995). Prokrastinasi

akademik adalah prokrastinasi yang dilakukan dalam lingkup pendidikan,

sedangkan prokrastinasi umum adalah prokrastinasi yang dilakukan di luar

lingkup pendidikan, antara lain menunda membayar tagihan.

Berdasarkan fungsinya prokrastinasi terdiri dari dua jenis yaitu,

prokrastinasi fungsional (functional procrastination) dan prokrastinasi

(19)

Prokrastinasi fungsional adalah perilaku menunda yang dilakukan untuk

mengerjakan hal lain yang bertujuan untuk mencari informasi yang lebih

akurat dan lengkap tentang hal yang akan dilakukan. Prokrastinasi ini tidak

menimbulkan akibat yang buruk bagi pelakunya, sehingga perilaku ini tidak

terlalu membahayakan, sedangkan, prokrastinasi disfungsional adalah

perilaku menunda yang dilakukan tanpa tujuan yang pasti dan tanpa disertai

alasan yang berguna. Prokrastinasi jenis ini dapat berakibat buruk, misalnya,

nilai akademik yang rendah dan juga tingkat stress yang tinggi (Tice &

Baumister, 1997).

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara ditemukan bahwa

mahasiswa melakukan prokrastinasi akademik disfungsional, yaitu penundaan

dalam mengerjakan tugas dengan alasan yang tidak berkaitan dengan

penyelesaian tugas. Dengan demikian, penelitian ini akan berfokus pada

prokrastinasi akademik disfungsional.

Prokrastinasi akademik dapat disebabkan oleh beberapa hal. Steel

(2007) mengungkapkan bahwa prokrastinasi akademik disebabkan oleh

ketakutan akan kegagalan, pemberontakan, pengaturan waktu yang buruk,

dan gangguan dari lingkungan. Selain itu, prokrastinasi akademik juga dapat

disebabkan oleh keengganan / kemalasan mengerjakan tugas (Steel, 2007).

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, banyak mahasiswa yang

enggan mengerjakan tugas karena merasa tugasnya tidak menarik atau sulit

untuk dikerjakan. Keadaan ini merupakan suatu permasalahan yang dihadapi

(20)

pengatasan masalah ini adalah kemandirian mahasiswa. Kemandirian adalah

kemampuan untuk dapat mengatasi permasalahannya sendiri tanpa harus

bergantung kepada orang lain (Hurlock, 1967). Maka dari itu, ketika

seseorang yang mandiri dihadapkan pada tugas yang tidak menarik atau sulit,

ia dapat langsung menyelesaikannya tanpa harus menunggu bantuan dari

orang lain. Keadaan ini membuat seseorang yang mandiri tidak merasa

enggan untuk mengerjakan tugasnya sehingga ia tidak melakukan

prokrastinasi.

Di sisi lain, ketika seseorang yang tidak mandiri dihadapkan pada

suatu tugas yang sulit ataupun tidak menarik, ia membutuhkan bantuan orang

lain untuk dapat menyelesaikannya (Turner & Turner, 1999). Orang tersebut

mungkin akan menunggu bantuan dan saran dari orang lain untuk dapat

menyelesaikan tugas tersebut. Pada kenyataannya, bantuan tersebut tidak

selalu ada. Ketika tidak ada orang yang dapat membantu, orang yang tidak

mandiri tersebut akan merasa enggan untuk mengerjakan dan akhirnya

melakukan prokrastinasi.

Prokrastinasi pada penelitian sebelumnya dihubungkan dengan self

regulating pada mahasiswa yang sedang menyusun skripsi (Kurniawati,

2010), locus of control external pada mahasiswa yang sedang menyusun

skripsi (Frederik, 2010), dukungan sosial orang tua pada mahasiswa yang

sedang mengerjakan skripsi (Fibrianti, 2009), frekuensi dan

kognitif-behavioral (Solomon & Rothblum, 1984), motivasi berprestasi dan stress

(21)

Inggris dan Komunikasi (Yong, 2010), performansi, stress, dan kesehatan

(Tice & Baumister, 1997), dan pusat kendali dan efikasi diri (Rivzi,

Prawitasari & Soetjipto, 1997). Kemandirian pada penelitian sebelumnya

dihubungkan dengan gaya kelekatan pada remaja akhir (Pelawi, 2004), sikap

kompetensi superioritas (Bramasto, 2005), sikap terhadap kekerasan terhadap

istri (Astuti, 2006), dan depresi pada mahasiswa (Herawati, 2003).

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti berminat untuk melihat

hubungan antara kemandirian dengan prokrastinasi. Penelitian ini dilakukan

karena selama ini belum pernah ada yang meneliti hubungan kedua variable

tersebut. Diharapkan, penelitian ini dapat mengungkap hubungan antara

tingkat kemandirian dengan prokrastinasi pada mahasiswa.

B. RUMUSAN MASALAH

Apakah ada hubungan antara kemandirian dan prokrastinasi pada

mahasiswa?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah melihat hubungan antara

(22)

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Secara Teoretis

Diharapkan penelitian ini dapat menambah informasi tentang

prokrastinasi serta kaitannya dengan kemandirian.

2. Secara Praktis

Bagi universitas, penelitian ini dapat memberikan informasi

mengenai tingkat kemandirian dan juga tingkat prokrastinasi mahasiswa

sehingga universitas dapat menindaklanjuti mahasiswa yang mempunyai

tingkat prokratinasi tinggi dengan mengembangkan kemandiriannya.

Bagi mahasiswa, penelitian ini dapat digunakan sebagai evaluasi diri yang

dapat memberikan informasi mengenai tingkat kemandirian dan juga

(23)

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. PROKRASTINASI AKADEMIK

1. Pengertian Prokrastinasi Akademik

Prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastinare yang berarti

menunda sampai dengan hari berikutnya (Holloway, 2009). Istilah itu

sendiri terdiri dari dua kata yaitu pro yang berarti ke arah depan (forward)

dan crastinus yang berarti menjadi besok (belonging to tomorrow) (Ferrari

et al., 1995).

Dalam perkembangannya, ada beragam definisi berkaitan dengan

prokrastinasi. Ada yang menganggap definisi prokrastinasi adalah perilaku

menunda hal yang seharusnya penting untuk dilakukan. Definisi ini

disampaikan oleh Ellis dan Knaus (Chu & Choi, 2005; Ferrari & Tice,

2000) yang menyatakan bahwa prokrastinasi adalah perilaku menunda apa

yang seharusnya penting untuk dilakukan. Definisi tersebut dikuatkan oleh

Milgram, Sroloff dan Rosenbaum (1988) yang menyatakan bahwa

prokrastinasi adalah perilaku untuk menunda sampai besok apa yang

seharusnya dilakukan hari ini.

Ada juga yang menganggap prokrastinasi sebagai perilaku

menunda yang tidak masuk akal. Definisi ini disampaikan oleh Flett,

Blankstein, Hewitt dan Koledin (1992), yang secara tipikal mendefinisikan

(24)

yang seharusnya diselesaikan. Definisi ini dilengkapi oleh Tice dan

Baumister (1997) yang mendefinisikan prokrastinasi sebagai kebiasaan

diri yang menyerah pada rasa malas yang mengakibatkan pada penundaan

pekerjaan tanpa ada alasan.

Ada juga definisi yang menganggap prokrastinasi sebagai perilaku

menunda yang dapat menimbulkan akibat buruk pada pelakunya. Definisi

ini disampaikan oleh Solomon dan Rothblum (1984), yang menyatakan

bahwa prokrastinasi adalah perilaku menunda sampai pada titik yang

membuat pelakunya merasa tidak nyaman. Selain itu, Baumister dan Scher

(1988), Ellis dan Knaus (1977) (Tice & Baumister, 1997) juga menyatakan

hal serupa. Mereka menyatakan bahwa prokrastinasi adalah penaklukkan

diri yang dapat berakibat pada menurunnya kualitas performansi, karena

seseorang mengakhiri kerjanya dengan waktu yang sedikit. Definisi ini

dikuatkan oleh Dewitte dan Schouwenburg (2002), yang menyatakan

bahwa prokrastinasi adalah perilaku menunda yang memiliki potensi

konsekuensi yang membahayakan bagi orang yang melakukannya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa prokrastinasi

adalah perilaku menunda yang tidak masuk akal, hal yang seharusnya

penting untuk dilakukan dan dapat menimbulkan akibat buruk pada

pelakunya.

Sementara itu, berdasarkan ruang lingkupnya terdapat prokrastinasi

akademik dan prokrastinasi non akademik. Prokrastinasi akademik adalah

(25)

(1984) mengungkapkan bidang akademik yang sering menjadi sasaran

prokrastinasi adalah tugas menulis, tugas belajar untuk menghadapi ujian,

tugas membaca, kinerja administratif, menghadiri pertemuan, dan kinerja

akademik secara keseluruhan. Tugas menulis mencakup tugas membuat

makalah, penulisan laporan pratikum dan tugas-tugas lain yang berkaitan

dengan menulis. Tugas belajar untuk menghadapi ujian, antara lain belajar

untuk kuis, ujian sisipan, ujian akhir semester, dll. Tugas membaca,

meliputi membaca buku atau referensi yang berkaitan dengan tugas

akademik. Kinerja administratif, yaitu pengerjaan dan penyelesaian tugas

administratif, seperti menyalin catatan kuliah dan registrasi ulang.

Menghadiri pertemuan, antara lain menghadiri kuliah, pertemuan, dan

pratikum. Kinerja akademik secara keseluruhan, yaitu mencakup tugas

akademik secara keseluruhan.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa prokrastinasi

akademik adalah perilaku menunda yang tidak masuk akal, hal yang

seharusnya penting untuk dilakukan, dan dapat menimbulkan akibat buruk

pada pelakunya serta berada pada lingkup akademik, yaitu tugas menulis,

belajar untuk ujian, membaca, kinerja administratif, menghadiri

pertemuan, dan kinerja akademik.

2. Karakteristik Prokrastinasi Akademik

Seseorang yang melakukan prokrastinasi akademik tentu

mempunyai karakteristik khusus yang membedakan dirinya dengan pelaku

(26)

mengemukakan bahwa prokrastinasi akademik dapat digambarkan dengan

karakteristik sebagai berikut:

a. Perilaku menunda

Kecenderungan untuk tidak segera memulai suatu pekerjaan.

Seseorang mengetahui bahwa tugas yang dihadapinya penting untuk

diselesaikan dan berguna bagi dirinya, namun ia mempunyai

kecenderungan untuk tidak segera mengerjakan tugas yang akan

dikerjakannya atau tidak segera menyelesaikan tugas jika ia sudah

mulai mengerjakan sebelumnya.

b. Keinginan untuk menunda mengerjakan

Ketika seseorang mendapat tugas ataupun akan melanjutkan tugas

yang sudah dikerjakan sebelumnya, seseorang tersebut mempunyai

keinginan untuk tidak segera mengerjakan atau melanjutkannya.

c. Ada ketidakcocokan antara perilaku dan keinginan

Seseorang mempunyai kesulitan untuk mematuhi jadwal yang telah

ditetapkannya sendiri. Seseorang tersebut sudah memiliki keinginan

untuk mulai mengerjakan tugas, ia pun mungkin sudah menetapkan

jadwal/rencana kapan akan mengerjakan. Akan tetapi, ia kesulitan

untuk berperilaku sesuai dengan jadwal/rencana yang telah ditetapkan.

Keadaan ini membuat seseorang mengalami keterlambatan dalam

(27)

d. Melakukan aktivitas lain daripada mengerjakan tugas

Seseorang yang melakukan prokrastinasi mengetahui bahwa tugasnya

penting untuk dikerjakan, namun ia lebih memilih untuk melakukan

aktivitas lain daripada mengerjakan tugas. Hal ini dipengaruhi oleh

pikiran irasional yang merasa bahwa melakukan hal lain yang lebih

menyenangkan lebih penting daripada mengerjakan tugas.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik

prokrastinasi akademik adalah adanya penundaan terhadap pengerjaan

tugas, penundaan keinginan untuk mengerjakan tugas, adanya

ketidakcocokkan antara keinginan dan perilaku, serta melakukan hal lain

daripada mengerjakan tugas.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prokrastinasi Akademik

Steel (2007), mengemukakan bahwa prokrastinasi disebabkan oleh

beberapa hal, antara lain:

a. Keengganan/kemalasan mengerjakan tugas

Seseorang mungkin punya kemampuan untuk mengerjakan tugas,

namun orang tersebut mempunyai anggapan bahwa tugasnya tidak

menarik dan/atau sulit untuk dikerjakan. Hal ini menyebabkan ketika

seseorang dihadapkan pada tugas yang tidak terlalu penting dan/atau

tidak terlalu menarik untuknya ataupun sulit, maka orang tersebut akan

(28)

b. Ketakutan akan kegagalan

Kecenderungan takut akan kegagalan dihubungkan dengan

keragu-raguan akan diri, sehingga seseorang yang melakukan prokrastinasi

akan lebih memilih dianggap kurang usaha untuk mengerjakan tugas

daripada kurang kemampuan. Keadaan ini akan membuat orang

mengerjakan tugas ketika waktu sudah hampir habis supaya terkesan ia

hanya kurang usaha dan bukan kurang kemampuan.

c. Depresi atau moody

Moody atau depresi (dalam kondisi yang lebih parah) juga

mempengaruhi terjadinya prokrastinasi. Hal ini dapat terjadi karena

mood/depresi dapat menurunkan ketertarikan untuk mengerjakan tugas

sehingga seseorang akan menunda untuk memulai mengerjakan tugas.

d. Pemberontakan

Prokrastinasi dapat terjadi ketika seseorang merasa tugas yang

diberikan tidak adil, misalnya tugas terlalu berat dan tidak sesuai

dengan waktu yang diberikan untuk mengerjakan tugas. Hal ini akan

membuat seseorang memberontak dan melakukan penundaan.

e. Pengaturan waktu yang buruk

Seseorang dapat melakukan prokrastinasi karena ia meremehkan waktu

yang dibutuhkan untuk mengerjakan tugas, sehingga ia terus saja

menunda untuk memulai mengerjakan karena ia merasa ia hanya

(29)

f. Gangguan dari lingkungan

Lingkungan juga dapat mempengaruhi prokrastinasi. Misalnya, ada

seseorang yang akan nyaman ketika ia berada di tempat sepi, sehingga

ketika ia berada di tempat yang ramai ia cenderung menunda untuk

mengerjakan tugas. Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi

seseorang untuk melakukan prokrastinasi masing-masing individu

berbeda tergantung dari individu yang bersangkutan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa prokrastinasi

dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu adanya keengganan dalam

mengerjakan tugas, ketakutan akan kegagalan, depresi atau mood,

pemberontakan, pengaturan waktu yang buruk, dan gangguan dari

lingkungan.

B. KEMANDIRIAN

1. Pengertian Kemandirian

Kemandirian (autonomy) berasal dari bahasa Yunani “autos” (diri)

dan “nomos” (hukum) yang berarti penguasaan atas diri sendiri (Fox,

2012). Kemandirian di sini dilihat dari perspektif psikologi.

Secara umum, kemandirian didefinisikan sebagai kemampuan

untuk tidak bergantung pada orang lain. Definisi ini dinyatakan oleh

Hurlock (1967) yang menyatakan bahwa kemandirian adalah kemampuan

untuk menangani permasalahannya sendiri tanpa harus bergantung pada

(30)

bahwa kemandirian adalah kemampuan untuk menahan tekanan teman

sebaya dan orang tua, terlepas dari kontrol orang tua dalam pengambilan

keputusan, mampu menangani masalah serta mampu membuat keputusan

dengan percaya diri(Steinberg & Silverberg, 1986).

Definisi yang hampir sama dinyatakan oleh Agnew (1984) yang

mendefinisikan bahwa kemandirian adalah penguasaan atas diri sendiri

(governance) (meliputi kemampuan untuk membuat keputusan,

self-reliance, dan conformity -Russel dan Baken, 2002); kemampuan untuk

menolak tuntutan dari orang lain, dan untuk bertindak atas wewenangnya

sendiri. Definisi ini dikuatkan oleh Steinberg (1999) dalam Russel dan

Baken (2002) yang mendefinisikan kemandirian sebagai kemampuan

remaja untuk dapat berpikir, merasakan, membuat keputusan dan

bertindak atas wewenangnya sendiri.

Definisi serupa dinyatakan oleh Petegem, Beyers, Vansteenkiste

dan Soenens (2012), yang mendefinisikan kemandirian sebagai

kemerdekaan (independence) atau ketergantungan pada diri sendiri

(self-reliance), yang berarti sejauh mana seseorang dapat bertindak dan

membuat keputusan tanpa bergantung dengan orang lain, seperti orang tua.

Definisi ini dikuatkan oleh Davis (2010) yang mendefinisikan kemandirian

sebagai kemampuan untuk bertindak dan membuat keputusan secara

independen. Sejalan dengan itu Clarke (1999), mendefinisikan

kemandirian sebagai mampunya seseorang bertindak berdasarkan

(31)

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kemandirian

adalah kemampuan seseorang untuk dapat berpikir, merasakan, membuat

keputusan, menolak/menahan tuntutan dari orang lain, menangani masalah

dan bertindak atas wewenangnya sendiri tanpa bergantung kepada orang

lain (independence dan self-reliance).

2. Indikator Kemandirian

Berdasarkan definisi dari kemandirian, terdapat beberapa indikator

kemandirian, yaitu:

a. Membuat keputusan (Agnew, 1984; Davis, 2009; Petegem, et al.,

2012; Steinberg & Silverberg, 1986; Steinberg, 1999 dalam Russel &

Baken 2002)

Membuat keputusan merupakan proses kognitif untuk memilih

antara dua atau lebih alternatif, mulai dari bagian yang relatif jelas

(misalnya, memesan makan di restoran) sampai ke masalah yang

kompleks (misalnya, memilih pasangan) (VandenBos, 2007).

Seseorang yang sudah mandiri dapat mengambil keputusan secara

percaya diri walaupun tanpa bantuan orang lain (khususnya dari

kontrol orang tua), sedangkan seseorang yang tidak mandiri akan

membutuhkan dukungan (emotional reliance) maupun bantuan orang

(32)

b. Menolak/menahan tuntutan/tekanan orang lain (Agnew, 1984;

Steinberg & Silverberg, 1986)

Seseorang yang mandiri akan dapat menolak/menahan

tuntutan/tekanan dari orang lain, sedangkan seseorang yang tidak

mandiri tidak dapat menolak/menahan tuntutan dari orang lain. Hal ini

terkait dengan kecenderungan seseorang yang tidak mandiri untuk

menyenangkan orang lain supaya ia mendapat dukungan dari orang

lain (Fairbrother &Moretti, 1998).

c. Bertindak (Agnew, 1984; Clarke,1999; Davis, 2009; Petegem, et al.,

2012; Steinberg, 1999 dalam Russel & Baken, 2002)

Bertindak merupakan urutan gerakan, biasanya berkaitan

dengan beberapa tujuan yang terdiri dari seperangkat komponen

perilaku terintegrasi yang bertentangan dengan respon tunggal

(VandenBos, 2007). Seseorang yang mandiri akan dapat melakukan

suatu hal sendiri dan tanpa bergantung terhadap orang lain. Sebaliknya,

seseorang yang tidak mandiri cenderung untuk membutuhkan orang

lain untuk melakukan suatu hal.

d. Menangani masalah (Hurlock, 1967; Steinberg & Silverberg, 1986)

Menangani masalah adalah proses individu berusaha untuk

mengatasi kesulitan, menyusun rencana supaya dapat mencapai tujuan,

atau mencapai kesimpulan melalui penggunaan fungsi mental yang

lebih tinggi, seperti penalaran dan berpikir kreatif (VandenBos, 2007).

(33)

selalu bergantung pada bantuan dan dukungan orang lain, sedangkan

seseorang yang tidak mandiri akan selalu bergantung pada bantuan dan

dukungan orang lain untuk dapat menyelesaikan permasalahannya.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa indikator

kemandirian adalah membuat keputusan, menolak / menahan

tuntutan/tekanan orang lain, bertindak dan menangani masalah.

C. MAHASISWA

Menurut Peraturan Pemerintah nomor 60 tahun 1999 tentang

Perguruan Tinggi, disebutkan bahwa mahasiswa merupakan peserta didik

yang terdaftar dan belajar pada perguruan tinggi (Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia).

Berdasarkan rentang usianya, mahasiswa berada pada masa remaja

akhir yang mulai memasuki masa kedewasaan (Zarrett & Eccles, 2006).

Dengan mulai munculnya kedewasaan ini, seseorang menjadi semakin

mandiri, serta memperoleh dan mengelola tanggung jawab yang lebih besar.

Hal ini terkait dengan pendapat Eccles dan Gootman (dalam Zarrett & Eccles,

2006) yang mengemukakan bahwa pada masa ini seseorang harus beralih dari

ketergantungan terhadap orang tua, mulai mengambil tanggung jawab dalam

keluarga dan juga komunitas, mampu merencanakan masa depan dan

mengambil langkah yang tepat dalam menggapainya, dan memperoleh

kemampuan-kemampuan yang dibutuhkan untuk berhasil dalam transisi

(34)

Berkaitan dengan hal tersebut, pada masa mulai munculnya

kedewasaan ini, seseorang telah semakin mampu mengelola problem solving

yang dapat memfasilitasi mereka dalam pembentukan identitas dan

pematangan penalaran moral. Selain itu, masa kuliah juga dapat membantu

mahasiswa dalam mengembangkan kemampuan yang diperlukan untuk dapat

berhasil dalam melewati transisi menuju kedewasaan. Hal ini terkait dengan

karakteristik lingkungan dalam perkuliahan yang memberi ruang bagi

mahasiswa untuk dapat melatih self-governance, individuasi dari orang tua

dan kebebasan untuk memillih. Dapat dikatakan, bahwa perkuliahan atau

kampus adalah institusi sosial yang telah disesuaikan untuk dapat

mengembangkan semiautonomy yang dapat membantu dalam transisi menuju

kedewasaan (Zarrett & Eccles, 2006).

D. HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN PROKRASTINASI

Masa perkuliahan adalah masa yang cukup berat. Hal ini disebabkan

pada masa ini, seorang mahasiswa dihadapkan pada banyaknya tuntutan dan

keputusan-keputusan yang perlu diambil (Dalton & Crosby, 2011). Untuk

dapat menghadapi hal-hal tersebut, seseorang membutuhkan kemandirian.

Hal ini disebabkan seseorang yang mandiri memiliki kemampuan untuk dapat

berpikir, merasakan, menangani masalah, membuat keputusan, dan bertindak

atas wewenangnya sendiri. Kemampuan ini membuat seseorang yang mandiri

(35)

menentukan keputusan dan juga tindakannya sehingga ia dapat menghadapi

beratnya masa kuliah dengan baik dan tidak melakukan prokrastinasi.

Akan tetapi, tidak semua orang dapat mandiri (Turner & Turner,

1999). Seseorang yang tidak mandiri akan membutuhkan bantuan dan

dukungan orang lain untuk menentukan keputusan dan tindakannya (Turner

& Turner, 1999). Selain itu, seseorang yang tidak mandiri juga membutuhkan

orang lain untuk dapat percaya diri (Turner & Turner, 1999). Keadaan ini

membuat seseorang yang tidak mandiri membutuhkan keberadaan orang lain.

Akan tetapi, tidak selalu ada orang lain untuk dapat membantu seseorang

yang tidak mandiri. Hal ini menyebabkan, ketika seseorang yang tidak

mandiri tersebut dihadapkan pada beratnya masa perkuliahan, misalnya

tugas-tugas kuliah, maka ia akan merasa tugas-tugas tersebut sulit karena tidak ada orang

yang mendukung ataupun membantunya. Ketika hal ini terus berlangsung,

seseorang yang tidak mandiri akan merasa enggan untuk mengerjakan tugas

dan akhirnya melakukan prokrastinasi.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tingkat

kemandirian dapat mempengaruhi tingkat prokrastinasi seseorang. Ketika

seseorang yang mandiri dihadapkan pada beratnya masa kuliah, ia mampu

untuk menyelesaikannya tanpa bantuan dan dukungan orang lain, sehingga ia

tidak melakukan prokrastinasi, sedangkan ketika seseorang yang tidak

mandiri dihadapkan pada beratnya masa perkuliahan, misalnya tugas, dan ia

tidak mendapat dukungan dari orang lain, ia akan merasa tugas tersebut sulit

(36)

dikatakan bahwa seseorang yang mandiri mempunyai kecenderungan untuk

tidak melakukan prokrastinasi. Sedangkan, seseorang yang tidak mandiri

mempunyai kecenderungan untuk melakukan prokrastinasi.

E. HIPOTESIS

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan

negatif antara kemandirian dengan prokrastinasi. Semakin tinggi tingkat

kemandirian seseorang, maka semakin rendah tingkat prokrastinasi yang

dimilikinya, sebaliknya semakin rendah tingkat kemandirian seseorang maka

(37)

Mahasiswa

Beratnya masa kuliah:

banyak tuntutan dan

keputusan-keputusan

Mandiri:

Tidak tergantung pada orang

lain dalam bertindak,

menangani masalah dan

membuat keputusan

Merasa enggan

Prokrastinasi

Tidak merasa enggan

Tidak prokrastinasi

Tidak selalu ada orang lain yang dapat mendukung dan menentukan tindakan

Merasa kesulitan karena tidak ada dukungan

Tidak kesulitan karena dapat menangani masalah tanpa orang lain

Tidak terpengaruh dan tidak membutuhkan orang lain untuk

menentukan apa yang harus

dilakukan

Tidak mandiri:

-Butuh orang lain untuk menentukan keputusan dan tindakan yang akan diambil

(38)

22

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang akan digunakan adalah

penelitian kuantitatif korelasional. Hal ini disebabkan penelitian dilakukan

untuk melihat hubungan antara kemandirian mahasiswa dengan prokrastinasi.

B. IDENTIFIKASI VARIABEL

Terdapat dua variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

Variabel bebas : kemandirian mahasiswa

Variabel tergantung : prokrastinasi

C. DEFINISI OPERASIONAL

1. Kemandirian

Kemandirian dalam penelitian ini diukur dengan skala kemandirian

yang didasarkan pada 4 indikator, yaitu:

a. Pengambilan keputusan

b. Menolak/menahan tuntutan/tekanan dari orang lain

c. Bertindak

d. Menangani masalah

Tinggi rendahnya kemandirian diukur dengan cara semakin tinggi

(39)

kemandiriannya dan semakin rendah skor kemandirian seseorang pada

skala ini maka semakin rendah pula kemandiriannya.

2. Prokrastinasi

Prokrastinasi dalam penelitian ini diungkap dengan skala yang

didasarkan pada empat karakteristik prokrastinasi, yaitu:

a. Perilaku menunda

b. Keinginan untuk menunda mengerjakan

c. Ada ketidakcocokan antara perilaku dan keinginan

d. Melakukan aktivitas lain daripada mengerjakan tugas

Dalam skala ini, semakin tinggi skor yang diperoleh maka semakin

tinggi pula tingkat prokrastinasinya. Begitu pula sebaliknya, semakin

rendah skor yang diperoleh maka semakin rendah pula tingkat

prokrastinasinya.

D. SUBJEK PENELITIAN

Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa

Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Pengambilan sampel

penelitian menggunakan teknik convenient sampling yang merupakan salah

satu teknik dalam non random sampling, yaitu mengambil sampel di mana

peserta dipilih, sebagian atau seluruhnya, berdasarkan kenyamanan peneliti

(40)

E. METODE PENGAMBILAN DATA

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan skala. Skala dalam penelitian ini menggunakan model

modifikasi skala Likert yang terdiri dari 4 respon jawaban. Modifikasi yang

dilakukan adalah dengan meniadakan jawaban tengah atau netral. Terdapat 2

skala yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Skala Kemandirian

Kemandirian diukur dengan menggunakan skala kemandirian.

Skala kemandirian ini terdiri dari 4 respon jawaban, yaitu Sangat Sesuai

(SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS). Kategori

penilaian untuk masing-masing aitem favorable adalah nilai 4 untuk

Sangat Sesuai (SS), nilai 3 untuk Sesuai (S), nilai 2 untuk Tidak Sesuai

(TS), dan nilai 1 untuk Sangat Tidak Sesuai (STS). Sebaliknya, kategori

nilai untuk aitem unfavorable, yaitu nilai 1 Sangat Sesuai (SS), nilai 2

untuk Sesuai (S), nilai 3 untuk Tidak Sesuai (TS), dan nilai 4 untuk

Sangat Tidak Sesuai (STS). Berikut ini diuraikan penyusun aitem skala

Kemandirian dan distribusi aitem sebelum uji coba.

Tabel 1. Distribusi aitem skala kemandirian sebelum uji coba

No. Indikator Sebaran aitem ∑

Favorable Unfavorable 1 Menolak/menahan

tuntutan/tekanan dari orang lain

2, 3, 5, 10 9, 13, 17, 18, 21 9

2 Mengambil keputusan

4, 15, 20 1, 11, 16, 22, 25 8

3 Bertindak 7, 27, 32 8, 24, 30 6

4 Menangani masalah 14, 23,31 6, 12, 19, 26, 28, 29 9

(41)

2. Skala Prokrastinasi

Prokrastinasi diukur dengan skala prokrastinasi yang disusun oleh

peneliti. Skala prokrastinasi ini menggunakan model skala likert yang

terdiri dari 4 respon jawaban, yaitu Selalu (SL), Sering (SR), Jarang (JR),

Tidak pernah (TP). Kategori penilaian untuk masing-masing aitem

favorable adalah nilai 4 untuk Selalu (SL), nilai 3 untuk Sering (SR),

nilai 2 untuk Jarang (JR), dan nilai 1 untuk Tidak pernah (TP).

Sementara itu, kategori nilai untuk aitem unfavorable yaitu nilai 1 untuk

Selalu (SL), nilai 2 untuk Sering (SR), nilai 3 untuk Jarang (JR), dan

nilai 4 untuk Tidak pernah (TP). Di bawah ini, diuraikan penyusun aitem

skala Prokrastinasi, serta distribusi aitem sebelum uji coba.

Tabel 2. Distribusi aitem skala prokrastinasi sebelum uji coba

No. Karakteristik Sebaran aitem ∑

Favorable Unfavorable

1 Perilaku menunda 1, 6, 13, 22,

35

8, 18, 26, 27, 32

10

2 Keinginan untuk menunda mengerjakan

3, 11, 15, 20, 31

7, 24, 36 8

3 Ada ketidakcocokan antara perilaku dan keinginan

4, 17, 21, 25, 37

10, 14, 29, 33, 38

10

4 Melakukan aktivitas lain daripada mengerjakan tugas

2, 9, 12, 28, 30

5, 16, 19, 23, 34

10

Jumlah aitem 20 18 38

F. VALIDITAS, SELEKSI AITEM DAN RELIABILITAS

1. Validitas

Validitas yang digunakan dalam skala ini adalah validitas isi.

(42)

terhadap isi tes dengan cara penilaian profesional atau profesional

judgement (Azwar, 2009). Dalam skala ini, profesional judgement

dilakukan oleh dosen pembimbing.

2. Seleksi Aitem

Seleksi aitem dilakukan untuk mendapatkan aitem yang valid

sehingga layak digunakan untuk penelitian. Seleksi aitem ini dilakukan

dengan melihat koefisien korelasi aitem total (rix) tiap aitem. Penghitungan

koefisien aitem total akan dilakukan dengan menggunakan SPSS Statistics

versi 17.0. Biasanya, kriteria yang digunakan sebagai batasan aitem adalah

rix ≥ 0.30 (Azwar, 2009). Maka dari itu, pada penelitian ini aitem yang

mempunyai rix < 0.30 akan digugurkan.

Uji coba skala dilakukan pada tanggal 15 Agustus 2012 terhadap

mahasiswa angkatan 2011 Fakultas Psikologi Sanata Dharma pada mata

kuliah Dinamika Kelompok kelas A dan Psikologi Perkembangan II kelas

B. Terdapat 84 mahasiswa yang mengisi skala kemandirian dan juga

prokrastinasi.

Pada skala kemandirian, dari 32 aitem, 19 aitem dinyatakan sahih

dan 13 aitem harus digugurkan karena memiliki rix < 0.30. Dengan batasan

tersebut, jumlah aitem yang lolos pada skala ini sedikit, maka batasan yang

digunakan diturunkan menjadi rix ≥ 0.25 (Azwar, 2009). Perubahan ini,

berhasil mengurangi jumlah item yang gugur menjadi hanya 8 aitem,

sedangkan 24 aitem lainnya dinyatakan sahih. Pada skala prokrastinasi,

(43)

digugurkan karena memiliki rix < 0.30. Untuk menyamakan bobot

komponen skala, maka 3 aitem tambahan harus digugurkan.

Berikut distribusi aitem setelah seleksi aitem.

Tabel 3. Distribusi aitem skala kemandirian (setelah seleksi aitem)

No. Indikator Sebaran aitem ∑

Favorable Unfavorable

1 Menolak/menahan tuntutan/tekanan dari orang lain

2, 3, 8 11, 14, 16 6

2 Mengambil keputusan 4, 15 1, 9, 13, 19 6

3 Bertindak 6, 24 7, 23 4

4 Menangani masalah 12, 17 5, 10, 18, 20,

21, 22

8

Jumlah aitem 9 15 24

Tabel 4. Distribusi aitem skala prokrastinasi (setelah seleksi aitem)

No. Karakteristik Sebaran aitem

Favorable Unfavorable

1 Perilaku menunda 5, 12, 19,

31

7, 17, 23, 27 8

2 Keinginan untuk menunda

mengerjakan

2, 10, 14, 18, 26

6, 21, 32 8

3 Ada ketidakcocokan antara perilaku dan keinginan

3, 16, 20, 30

9, 13, 22, 28 8

4 Melakukan aktivitas lain daripada mengerjakan tugas

1, 8, 11, 24, 25

4, 15, 29 8

Jumlah aitem 18 14 32

3. Reliabilitas

Reliabilitas pada skala ini diperoleh dengan menggunakan

koefisien Alpha-Cronbach yang terdapat pada program SPSS versi 17.0.

Koefisien reliabilitas yang diperoleh pada skala kemandirian adalah

0.874 dengan korelasi aitem total antara 0.270 – 0.676. Pada skala

(44)

korelasi aitem total antara 0.382 – 0.759. Dengan demikian, skala tersebut

dinyatakan reliabel. Hal ini didasarkan pada teori yang menyatakan bahwa

suatu alat ukur dinyatakan reliabel apabila memiliki koefisien

Alpha-Chronbach ≥ 0.600 (Azwar, 2011).

G. ANALISIS DATA

1. Uji Asumsi

a. Uji Normalitas

Dalam penelitian ini, uji normalitas data akan dilakukan dengan

menggunakan rumus One Sample Kolmogorov-Smirnov Z Test pada

program SPSS versi 17.0. Distribusi data dinyatakan normal apabila

nilai signifikansi lebih dari 0.05 (p > 0.05).

b. Uji Linearitas

Uji linearitas yang akan dipergunakan dalam penelitian ini

adalah Test for Linearity pada program SPSS versi 17.0. Suatu

hubungan dinyatakan linear apabila nilai signifikansi yang didapatkan

lebih kecil dari 0.05 (p < 0.05), sementara itu hubungan dinyatakan

tidak linear bila nilai signifikansi yang didapatkan lebih besar dari 0.05

(p > 0.05).

2. Uji Hipotesis

Teknik uji hipotesis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan korelasi Pearson-Product Moment yang terdapat dalam program

(45)

29

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. PELAKSANAAN PENELITIAN

Penelitian dilakukan terhadap mahasiswa Fakultas Psikologi pada 3

angkatan yang berbeda, yaitu angkatan 2011, 2010 dan 2009. Pada

mahasiswa angkatan 2011 penelitian dilaksanakan pada tanggal 19 September

2012 pada mata kuliah Dinamika Kelompok kelas D. Kemudian, terhadap

mahasiswa angkatan 2010 penelitian dilaksanakan pada tanggal 20 September

2012 terhadap mata kuliah Psikodiag III: Wawancara kelas A. Pada angkatan

2009, penelitian dilakukan dengan membagikan skala penelitian di luar kelas

secara individual dari tanggal 22 September 2012 sampai tanggal 26

September 2012. Terdapat 32 orang mahasiswa yang mengisi skala penelitian

pada angkatan 2011, 40 orang pada angkatan 2010, dan 25 orang pada

angkatan 2009. Dengan demikian, total subjek yang mengisi skala penelitian

adalah 97 orang.

B. DESKRIPSI SUBJEK PENELITIAN

Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah 97

orang mahasiswa yang berasal dari 3 angkatan yang berbeda, yaitu angkatan

2009-2011. Pemilihan subjek yang berada pada angkatan 2009-2011

didasarkan pada fokus penelitian ini yang ingin meneliti mahasiswa yang

(46)

belum genap 3 bulan menjadi mahasiswa ketika penelitian ini dilaksanakan,

sehingga belum mengalami beratnya tuntutan yang dihadapi mahasiswa.

Tabel 5. Deskripsi subjek penelitian

Deskripsi Jumlah subjek Total subjek

Usia 17 2 97

18 4

19 26

20 42

21 19

22 4

Jenis kelamin

Perempuan 75 97

Laki-laki 22

C. DESKRIPSI DATA PENELITIAN

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh data sebagai berikut. Skala

kemandirian memiliki mean teoretis sebesar 60, sedangkan mean empirisnya

adalah 63.46. Mean empiris pada skala kemandirian lebih besar daripada

mean teoretisnya. Berdasarkan hasil uji t, nilai signifikansi yang diperoleh

lebih kecil dari 0.05, yaitu 0.00. Hal ini menunjukkan bahwa mean empiris

memiliki perbedaan yang signifikan terhadap mean teoretis. Dengan

demikian, diketahui bahwa tingkat kemandirian subjek tinggi.

Pada skala prokrastinasi, mean teoretis yang diperoleh adalah 80,

sedangkan mean empiris yang diperoleh adalah 73.87. Mean empiris pada

skala prokrastinasi lebih kecil dari mean teoretisnya. Berdasarkan hasil uji t,

nilai signifikansi yang diperoleh lebih kecil dari 0.05, yaitu 0.00. Hal ini

menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara mean empiris dan

mean teoretis. Dengan demikian, diketahui bahwa tingkat prokrastinasi

(47)

Tabel 6. Deskripsi data skala

Skala N Teoretis Empiris

Min Max Mean Min Max Mean

Kemandirian 24 24 96 60 46 89 63.46

Prokrastinasi 32 32 128 80 35 102 73.87

D. HASIL PENELITIAN

1. Uji Asumsi

Uji asumsi dilakukan untuk melihat apakah data yang digunakan

sudah memenuhi syarat untuk dilakukan korelasi. Uji asumsi terdiri dari

uji normalitas dan linearitas.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk melihat normal tidaknya data

yang digunakan dalam penelitian ini. Uji normalitas data pada

penelitian ini dilakukan dengan menggunakan One Sample

Kolmogorov-Smirnov Z Test pada program SPSS Statistics versi 17.0.

Distribusi data dinyatakan normal apabila nilai signifikansi yang

diperoleh lebih besar dari 0.05 (p > 0.05).

Tabel 7. Hasil uji normalitas

Variabel Kolmogorov-Smirnov

Z Test

p (2-tailed)

Kemandirian 0.927 0.356

Prokrastinasi 0.821 0.511

Berdasarkan hasil perhitungan, nilai signifikansi pada data

kemandirian adalah 0.356. Pada data prokastinasi, nilai signifikansi

(48)

kemandirian dan prokrastinasi yang digunakan dalam penelitian ini

termasuk ke dalam kurva normal karena memiliki p > 0.05.

b. Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan

yang linear antara kemandirian sebagai varibel bebas dengan

prokrastinasi sebagai variabel tergantung. Uji linearitas yang

digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan Test for Linearity

pada program SPSS versi 17.0. Suatu hubungan dinyatakan linear

apabila nilai signifikansi yang diperoleh lebih kecil dari 0.05 (p <

0.05), sementara itu hubungan dinyatakan tidak linear bila nilai

signifikansi yang diperoleh lebih besar dari 0.05 (p > 0.05).

Tabel 8. Hasil uji linearitas

F Sig.

Kemandirian * Prokrastinasi

Between group (Combined)

1.768 .028

Linearity 20.825 .000

Deviation from Linearity

1.111 .354

Berdasarkan hasil uji linearitas, kemandirian dengan

prokrastinasi memiliki F sebesar 20.825 dengan signifikansi sebesar

0.000. Hal ini menunjukkan bahwa kemandirian dengan prokrastinasi

memiliki hubungan yang linear karena memiliki signikansi lebih kecil

(49)

2. Uji Hipotesis

Teknik uji hipotesis yang akan digunakan dalam penelitian ini

adalah dengan korelasi Pearson-Product Moment yang terdapat dalam

program SPSS versi 17.0. Teknik ini dipilih karena data kemandirian dan

prokrastinasi termasuk ke dalam distribusi normal.

Tabel 9. Hasil uji korelasi kemandirian dengan prokrastinasi

Prokrastinasi Kemandirian

Kemandirian Pearson Correlation 1 -.418**

Sig. (1-tailed) .000

N 97 97

Prokrastinasi Pearson Correlation -.418** 1

Sig. (1-tailed) .000

N 97 97

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

Berdasarkan hasil perhitungan, kemandirian dengan prokrastinasi

memiliki koefisien korelasi (r) sebesar -0.418 dengan signifikansi sebesar

0.000. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif

antara kemandirian dengan prokrastinasi karena nilai signifikansinya lebih

kecil dari 0.01 (p < 0.01). Dengan demikian, semakin tinggi tingkat

kemandirian mahasiswa maka semakin rendah tingkat prokrastinasinya.

Begitu pula sebaliknya, semakin rendah tingkat kemandirian mahasiswa,

maka semakin tinggi tingkat prokrastinasinya.

Untuk dapat memberikan besar kecilnya penafsiran terhadap

koefisien korelasi yang ditemukan, maka dapat dilihat dengan

menggunakan sumbangan determinan (r2). Sumbangan kemandirian

(50)

sebesar 0.174. Hal ini menunjukkan adanya sumbangan efektif variabel

kemandirian sebesar 17.4 % terhadap prokrastinasi mahasiswa. Hasil ini

menunjukkan bahwa ada sumbangan sebesar 82.6 % yang berasal dari

variabel lain.

E. PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara kemandirian

mahasiswa sebagai variabel bebas dengan prokrastinasi sebagai variabel

tergantung. Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa terdapat

hubungan negative antara kemandirian dengan prokrastinasi. Hal ini dapat

terlihat dari perolehan hasil koefisien korelasi sebesar -0.418 dengan

signifikansi sebesar 0.00 (p < 0.01). Dengan demikian, semakin tinggi tingkat

kemandirian mahasiswa maka semakin rendah tingkat prokrastinasinya.

Begitu pula sebaliknya, semakin rendah tingkat kemandirian mahasiswa,

maka semakin tinggi tingkat prokrastinasinya.

Berkaitan dengan banyaknya tuntutan, keputusan dan pilihan yang

harus dihadapi pada masa perkuliahan, mahasiswa yang mandiri akan

menghadapi beratnya masa kuliah ini dengan lebih baik. Hal ini dapat terjadi

karena kemandirian merupakan periode perkembangan seseorang yang

menjadi kunci keberhasilan remaja dalam mengemban peran dan tanggung

jawab sebagai orang dewasa (Rice, 1996). Kemandirian (self-reliance) adalah

salah satu tugas perkembangan masa remaja akhir-dewasa awal yang

(51)

mempertimbangkan konsekuensi jangka panjang dari hal yang akan ia

putuskan saat ini (Steinberg, 2002). Keadaan ini membuat seseorang yang

mandiri lebih memikirkan konsekuensi jangka panjang ketika ia akan

melakukan prokrastinasi.

Namun, tidak semua orang mandiri (Turner & Turner, 1999). Ketika

seseorang tidak mandiri, ia akan bergantung kepada dukungan dan bantuan

orang lain dalam melakukan sesuatu (Turner & Turner, 1999). Hal ini akan

memicu seseorang melakukan prokrastinasi. Misalnya, ketika seseorang yang

tidak mandiri menghadapi tugas-tugas perkuliahan yang sulit, ia bergantung

pada bantuan dan dukungan orang lain untuk mengerjakannya. Namun,

bantuan yang diharapkan tidak selalu ada. Akibatnya, ia akan merasa

kesulitan mengambil keputusan dan merasa enggan mengerjakan tugas

sehingga akhirnya melakukan prokrastinasi.

Seseorang yang tidak mandiri juga selalu berusaha menyenangkan

orang lain (Fairbrother & Moretti, 1998). Hal ini membuat seseorang yang

tidak mandiri kesulitan untuk dapat menolak tuntutan dari orang lain.

Keadaan ini juga dapat menimbulkan prokrastinasi. Misalnya, ketika

seseorang yang tidak mandiri akan melakukan suatu tugas akademik dan ada

orang lain yang mengajaknya melakukan hal lain, ia akan kesulitan

menolaknya dan akhirnya memilih untuk melakukan hal lain tersebut.

Seseorang yang tidak mandiri juga bergantung kepada penerimaan

orang lain untuk mendapatkan kepercayaan dirinya (Turner & Turner, 1999).

(52)

kepercayaan diri yang rendah. Kepercayaan diri yang rendah ini membuat

seseorang mempunyai kecenderungan untuk melakukan prokrastinasi (Ferrari

et al., 1995; Steel 2007).

Berdasarkan pembahasan di atas, kemandirian dapat diperhitungkan

menjadi salah satu faktor prokrastinasi. Faktor prokrastinasi yang telah ada

terdiri dari dua hal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri dan luar diri.

Faktor yang berasal dari dalam diri antara lain percaya diri yang rendah

(Ferarri et al., 1995; Steel, 2007), rendahnya self efikasi, depresi, kurangnya

control diri, kurangnya pengaturan diri (organize), dan kurang motivasi serta

depresi (Steel, 2007). Faktor yang berasal dari luar adalah keengganan

mengerjakan tugas yang disebabkan oleh tugas yang membosankan, sulit atau

tidak menyenangkan (Steel, 2007), lingkungan, pengaruh dari orang lain dan

beberapa kasus disebabkan oleh faktor genetis (Wilson & Nguyen, 2012).

Akan tetapi, untuk dapat membuktikan bahwa kemandirian

merupakan salah satu faktor prokrastinasi perlu dilakukan penelitian lebih

lanjut dengan menggunakan metode eksperimen sehingga didapatkan causal

relationship.

Dalam penelitian ini ditemukan bahwa sumbangan yang diberikan

oleh kemandirian terhadap prokrastinasi adalah sebesar 17.4 %. Hal ini

berarti ada sekitar 82.6 % sumbangan yang diberikan oleh variabel lain

terhadap prokrastinasi.

Sumbangan kemandirian terhadap prokrastinasi yang hanya sebesar

(53)

a. Tidak semua orang yang sudah mandiri menjadi tidak prokrastinasi.

Artinya, kemandirian bukan merupakan faktor satu-satunya yang

mempengaruhi prokrastinasi. Ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang

menyatakan bahwa mahasiswa lanjutan (s2/master dan s3/doktoral) juga

melakukan prokrastinasi (Muszynki & Akamatsu, 1991; Onwuegbuzie,

2000), bahkan tingkat prokrastinasi mereka lebih tinggi dari mahasiswa s1

(Onwuegbuzie, 2000). Meskipun, sebenarnya berdasarkan rentang usianya

mahasiswa lanjutan termasuk dalam kategori dewasa sehingga seharusnya

sudah memiliki kemandirian.

b. Karakteristik tugas. Pada penelitian ini dijelaskan bahwa ketika seseorang

yang tidak mandiri dihadapkan pada tugas yang sulit, ia akan meminta

bantuan orang lain dan ketika tidak ada orang yang membantu, ia pun

merasa kesulitan dan akhirnya enggan mengerjakan tugas. Akibatnya ia

melakukan prokrastinasi. Akan tetapi, menurut penelitian dijelaskan

bahwa siswa pada suatu SMP memiliki tingkat prokrastinasi yang rendah

(Zakiyah, Hidayati, & Setyawan, 2010). Sedangkan, berdasarkan rentang

usianya, siswa SMP termasuk dalam kategori remaja awal yang belum

mencapai kemandirian. Hal ini dapat terjadi karena pada masa SMP belum

banyak terdapat tugas berat yang harus dikerjakan secara individu.

c. Tidak semua seseorang yang tidak mandiri melakukan prokrastinasi. Hal

ini dapat terjadi jika lingkungan seseorang yang tidak mandiri selalu dapat

(54)

Akan tetapi untuk dapat membuktikan hal tersebut, perlu dilakukan

penelitian lanjutan tentang keterkaitan kemandirian dengan prokrastinasi pada

siswa dari berbagai jenjang pendidikan, meliputi siswa SMP maupun SMA

(55)

39

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan negative

antara kemandirian dengan prokrastinasi. Hal ini menunjukkan bahwa

semakin tinggi tingkat kemandirian mahasiswa maka semakin rendah tingkat

prokrastinasinya. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah tingkat kemandirian

mahasiswa, maka semakin tinggi tingkat prokrastinasinya.

B. SARAN

1. Bagi Subjek Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian, subjek memiliki kemandirian yang

tinggi dan prokrastinasi yang rendah. Walaupun begitu, subjek diharapkan

untuk terus mengembangkan kemandiriannya sehingga prokrastinasi

subjek akan semakin rendah.

2. Bagi Universitas

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat hubungan antara

kemandirian dengan prokrastinasi pada mahasiswa. Maka dari itu,

universitas diharapkan dapat mengadakan pelatihan kemandirian supaya

dapat lebih mengembangkan kemandirian mahasiswa sehingga

(56)

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan peneliti selanjutnya untuk dapat melaksanakan

penelitian dengan menggunakan metode eksperimen sehingga didapatkan

causal relationship. Selain itu, peneliti selanjutnya juga diharapkan untuk

memperluas lingkup penelitian dengan mengambil subjek dari berbagai

jenjang pendidikan, meliputi mahasiswa s2 (master) dan s3 (doctoral) serta

(57)

41

DAFTAR PUSTAKA

Agnew, R. (1984). Autonomy and Delinquency. Sociological Perspective, Vol. 7, No. 2.

Astuti, P. (2006). Kemandirian dan Kekerasan Terhadap Istri. Buletin Psikologi, Th. X, No. 2.

Azwar, S. (2009). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, S. (2011). Reliabilitas dan Validitas (Ed ke-3). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bramasto, T. Y. (2005). Hubungan Antara Kemandirian dan Sikap Kompetisi Superioritas, pada Siswa SMA Pangudi Luhur Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

Buari, D. P. (2003). Hubungan Antara Kecenderungan Melakukan Prokrastinasi Akademik dengan Tingkat Stress pada Mahasiswa Skripsi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

Chu, A. H. C., & Choi, J. N. (2005). Rethinking Procrastination : Positive Effects of “Active” Procrastination Behavior on Attitudes and Performance. The

Journal of Social Psychology, Vol. 145, No. 3.

Clarke, D. M. (1999). Autonomy, Rationality and Wish to Die. Journal of

Medical Ethics, Vol. 25, No. 6.

Dalton, J. C., & Crosby, P. C. (2011). Time on Task : The Critical Role of Self-Regulating in College Student Academic Success and Personal Development. Journal of College & Character, Vol. 12 No. 3.

Davis, E. M., (2010). Common Characteristics of young People who Text : the Connection to Autonomy, Identity, and Self-Esteem. Thesis. Utah: Utah State University.

Dewitte, S., & Schouwenberg, H. C. (2002). Procrastination, Temptation, and Incentives: The Struggle between the Present and the Future in Procrastinators and the Punctual. European Journal of Personality, Vol. 16.

(58)

Ferrari, J. R., & Tice, D. M. (2000). Procrastination as a Self-Handicap for Men and Women: A Task-Avoidance Strategy in a Laboratory Setting. Journal

of Research in Personality, Vol. 34.

Ferrari, J. R., Johnson, J. L., & McCown, W. G. (1995). Procrastination and Task

Avoidance: Theory, Research and Treatment. New York: Plenum press.

Fibrianti, I. D. (2009). Hubungan Antara Dukungan Sosial Orang Tua dengan Prokrastinasi Akademik dalam Menyelesaikan Skripsi pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang. Skripsi. Semarang: Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang.

Flett, G. L., Blankstein, K. R

Gambar

Tabel 4. Distribusi Aitem Skala Prokrastinasi (Setelah Seleksi Aitem) ..........  26
Tabel 1. Distribusi aitem skala kemandirian sebelum uji coba
Tabel 2. Distribusi aitem skala prokrastinasi sebelum uji coba
Tabel 5. Deskripsi subjek penelitian
+4

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian yang berjudul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Dampaknya Terhadap Pendapatan Petani (Studi Kasus Desa Kondangjaya, Kecamatan

Thesis is Submitted as Partial of the Requirement for a Bachelor Degree in Management Department-Faculty of Economics.

[r]

Untuk dapat mengambil tindakan yang lebih tepat dan efektif dalam menyelesaikan masalah pengembangan nuklir Korea Utara maka anggota-anggota tetap Dewan Keamanan

Perkuliahan PKn SD yang menggunakan model pembelajaran pembelajaran pedagogi reflektif ini ternyata dapat menampilkan dan meningkatkan kompetensi mahasiswa secara

Como Van Gogh, la imagen de Pablo Picasso lo convirtió en una figura icónica fuera del círculo artístico. Mientras que Van Gogh simboliza la propia destrucción, maniaco depresivo

Setelah reduksi selesai dilakukan, barulah setiap kelompok nomor rule (pada contoh adalah 1-5, 6-8 dan 9-11) ditulis ke dalam setiap segitiga pada diagram ketergantungan yang

Pedoman Pelaksanaan kredit Ketahanan Pangan Dan Energi (KKP-E) dimaksudkan sebagai acuan bagi penerima KKP-E, koperasi, Mitra Usaha Pemerintah Daerah dan Dinas