HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN
PROKRASTINASI PADA MAHASISWA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun oleh:
Nama : Bernadetta Ditia Kristiani NIM : 089114108
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI
ii
SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN PROKRASTINASI PADA MAHASISWA
Disusun oleh:
Bernadetta Ditia Kristiani NIM: 089114108
Telah disetujui oleh:
Dosen Pembimbing,
iii
SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN PROKRASTINASI PADA MAHASISWA
Dipersiapkan dan ditulis oleh: Bernadetta Ditia Kristiani
NIM : 089114108
Telah dipertahankan di depan panitia Penguji
pada tanggal 10 Desember 2012
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Panitia
Nama Lengkap Tanda Tangan
MM. Nimas Eki S., M.si., Psi. ...
Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si ...
Drs. H. Wahyudi, M.Si ...
Yogyakarta.
Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma
Dekan,
HAL
w that we Have semething until it’s G
semebedy yeu Leve, Befere they Leav
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 10 Desember 2012
Penulis
vi
HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN PROKRASTINASI PADA MAHASISWA
Bernadetta Ditia Kristiani
ABSTRAK
vii
THE RELATION BETWEEN AUTONOMY AND PROCRASTINATION OF COLLEGE STUDENTS
Bernadetta Ditia Kristiani
ABSTRACT
This research aimed to know the relation between autonomy and procrastination of college students. The hypothesis in this research was a negative correlation between autonomy and procrastination of college students. The subjects were 97 students of Psychology Faculty in Sanata Dharma University. The data was revealed by scale of autonomy and scale of procrastination. The reliability of autonomy scale was 0.874, and the reliability of procrastination scale was 0.954. The data was analyzed using the Pearson product-moment correlation technique. Based on this correlation test, the result shows that the correlation between autonomy and procrastination was -0.418 with p = 0.000 (p<0.01), which means there was a negative correlation between autonomy and procrastination.
viii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Nama : Bernadetta Ditia Kristiani
Nomor Mahasiswa : 089114108
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN PROKRASTINASI PADA MAHASISWA
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 10 Desember 2012
Yang menyatakan
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas
penyertaan dan bimbingan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.).
Penulis mengetahui bahwa skripsi ini tidak dapat terlaksana tanpa bantuan
dari berbagai pihak. Maka dari itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
4. Ibu M. M. Nimas Eki S., M.si., Psi, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang
telah membimbing dan mengarahkan penulis selama menyusun skripsi ini.
5. Seluruh dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma atas segala
dukungan dan perhatiannya selama penulis mengeyam pendidikan di
Universitas Sanata Dharma.
6. Mas Gandhung, Pak Gik dan Bu Nanik yang telah berperan dalam
administrasi perkuliahan sehingga penulis dapat mengurus segala administrasi
x
7. Bapak dan Ibu, terima kasih atas segala perhatian, dukungan, doa, jerih payah,
pengorbanan, dan segalanya yang telah banyak membantu penulis dalam
menjalani pendidikan sampai dengan sejauh ini.
8. Mas Anggi “Tole”, terima kasih atas canda tawa, dan “gangguan” yang sudah
diberikan ketika penulis mengerjakan skripsi.
9. Mbah Kakung dan Mbah Putri Boro, terimakasih atas perhatian, dukungan dan
bantuan yang terkadang hanya dapat terlihat dengan hati, namun sangat
membantu penulis dalam menjalani hidup ini.
10.Ricky, skripsi ini tidak dapat selesai tanpa bantuanmu. Terima kasih atas
semangat, pinjaman otak, dorongan, . . . pokoknya segalanya ☺.
11.Bude Suster dan keluarga Bude Ani, terima kasih atas usahanya dalam
membantu penulis untuk mengatasi masalah laptop yang rusak. Terima kasih
juga atas segala wejangan dan pegangan hidup yang telah diberikan.
12.Pakde To, terima kasih atas asupan dana tiap bulan yang telah banyak
membantu penulis dalam hal jajan, hehehe.
13.Keluarga Bude Titik (Pakde Yanto dan Mas Andit), terima kasih atas
pemberian hal yang sangat berguna bagi penulis sehingga penulis dapat
menjalani dan menyelesaikan kuliah dengan lebih mudah (Walaupun dulu
bilangnya cuma minjem, tapi akhirnya dipek, hehe).
14.Keluarga Bude Kus dan Mas Nunung, khususnya Dik Iyo, makasih ya Dik
Yo, udah mau ngalah ga maen game dulu di laptop selama hampir 2 bulan.. ☺.
Bude dan Mas Nunung terimakasih atas segala bantuan sehingga penulis dapat
xi
15.Seluruh keluarga besar lainnya yang tidak disebutkan, terima kasih untuk
semuanya.
16.Trio dangdut “3 Macan” (“Nela” Amanda, “Lala” Krisentia, “Itonk” Sukma),
makasih teman-teman, atas kebersamaan kita selama ini, canda tawa, gosip,
curhat, dlllll. Walaupun akhir-akhir ini kita jarang ketemu, tapi kalian selalu di
hatiku...wkwkwkwk. And especially for Mando and Kris, thanks for help me... 17.Special thanks for Desi & Corry, makasih ya udah mau membantuku buat
nyebar skala…
18.Teman-teman satu perjuangan bimbingan Bu Nimas (Devi, Rimpi, Juwi, Heni,
Mas Lu, Itin, dll) terima kasih atas sharing dan ngobrol-ngobrolnya yang telah
banyak memberi wawasan serta mengusir rasa jenuh ketika menunggu antrian
bimbingan.
19.Seluruh teman-teman psikologi lainnya yang tidak dapat disebutkan satu
persatu, terima kasih atas kebersamaannya selama ini.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam
penelitian ini. Oleh karena itu, peneliti sangat berterimakasih atas semua masukan
baik berupa kritik dan saran yang membangun. Akhir kata, penulis berharap
penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Terima Kasih.
Yogyakarta, November 2012
Penulis
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……… ... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... viii
xiii
1. Pengertian Prokrastinasi Akademik ... 7
2. Karakteristik Prokrastinasi Akademik ... 9
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prokrastinasi Akademik ... 11
B. Kemandirian ... 13
1. Pengertian Kemandirian ... 13
2. Indikator Kemandirian ... 15
C. Mahasiswa ... 17
D. Hubungan antara Kemandirian dengan Prokrastinasi ... 18
E. Hipotesis ... 20
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 22
A. Jenis Penelitian ... 22
B. Identifikasi Variabel ... 22
C. Definisi Operasional... 22
1. Kemandirian ... 22
F. Validitas, Seleksi Aitem dan Reliabilitas ... 25
1. Validitas ... 25
2. Seleksi Aitem ... 26
xiv
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 29
A. Pelaksanaan Penelitian ... 29
B. Deskripsi Subjek Penelitian ... 29
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Distribusi Aitem Skala Kemandirian sebelum uji coba ... 23
Tabel 2. Distribusi Aitem Skala Prokrastinasi sebelum uji coba ... 24
Tabel 3. Distribusi Aitem Skala Kemandirian (Setelah Seleksi Aitem) ... 26
Tabel 4. Distribusi Aitem Skala Prokrastinasi (Setelah Seleksi Aitem) ... 26
Tabel 5. Deskripsi Subjek Penelitian ... 29
Tabel 6. Deskripsi Data Skala ... 30
Tabel 7. Hasil Uji Normalitas ... 30
Tabel 8. Hasil Uji Linearitas ... 31
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Skala Kemandirian ... 45
Lampiran 2. Skala Prokrastinasi ... 49
Lampiran 3. Hasil Seleksi Aitem ... 52
Lampiran 4. Reliabilitas Skala Penelitian ... 55
Lampiran 5. Hasil Uji t antara Mean Empiris dengan Mean Teoretis ... 57
Lampiran 6. Hasil Uji Normalitas ... 59
Lampiran 7. Hasil Uji Linearitas ... 61
Lampiran 8. Hasil Uji Hipotesis ... 63
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masa kuliah merupakan masa yang cukup berat. Hal ini disebabkan
oleh banyaknya tuntutan, keputusan-keputusan dan pilihan-pilihan yang perlu
diambil (Dalton & Crosby, 2011), akibatnya dapat menyebabkan mahasiswa
membolos kuliah, datang terlambat atau bahkan tidak tidur semalaman
dengan alasan menyelesaikan tugas kuliah. Keadaan ini sangat wajar dan
dapat dimaklumi.
Di sisi lain, terdapat juga mahasiswa yang membolos kuliah, datang
terlambat, dan tidak tidur semalaman bukan semata-mata karena banyaknya
tugas yang dibebankan kepada mereka, akan tetapi juga karena mereka
sengaja menunda mengerjakan tugas sampai batas akhir pengumpulan tugas.
Penundaan yang disengaja ini benar-benar terjadi di sekitar kita. Hal
ini dibuktikan dengan observasi terhadap teman-teman selama penulis
menjalani perkuliahan dan wawancara informal pada mahasiswa Universitas
Sanata Dharma pada tanggal 6 – 7 Maret 2012. Mereka menyatakan bahwa
mereka memang sengaja menunda mengerjakan tugas sampai batas waktu
yang diberikan hampir habis. Mereka mengaku sengaja melakukan hal
tersebut dengan berbagai alasan, misalnya merasa malas untuk mengerjakan
dengan banyaknya tugas yang diberikan dan merasa mempunyai energi
tambahan ketika mengerjakan tugas hanya dengan waktu yang sedikit.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa mahasiswa
memiliki kecenderungan untuk menunda mengerjakan tugas. Penundaan
tersebut bukan disebabkan oleh hal-hal yang berkaitan dengan penyelesaian
tugas yang akan dilakukan. Penundaan ini disebut prokrastinasi (Ferrari,
Johnson & McCown, 1995).
Prokrastinasi memang merupakan permasalahan yang umum terjadi di
mahasiswa (Blunt & Pychil dalam Chu & Choi, 2005). Hal ini dibuktikan
dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa hampir 70% mahasiswa
melakukan prokrastinasi (Ellis & Knaus dalam Ferrari et al., 1995) dan
prokrastinasi terdapat pada mahasiswa baru sampai mahasiswa senior
(Holloway, 2009). Penelitian lain di Indonesia menyatakan bahwa 67%
mahasiswa Universitas Gadjah Mada juga melakukan prokrastinasi (Rizvi,
1997 dalam Buari, 2003).
Secara umum, terdapat dua istilah prokrastinasi, yaitu prokrastinasi
akademik dan prokrastinasi umum (Ferrari et al., 1995). Prokrastinasi
akademik adalah prokrastinasi yang dilakukan dalam lingkup pendidikan,
sedangkan prokrastinasi umum adalah prokrastinasi yang dilakukan di luar
lingkup pendidikan, antara lain menunda membayar tagihan.
Berdasarkan fungsinya prokrastinasi terdiri dari dua jenis yaitu,
Prokrastinasi fungsional adalah perilaku menunda yang dilakukan untuk
mengerjakan hal lain yang bertujuan untuk mencari informasi yang lebih
akurat dan lengkap tentang hal yang akan dilakukan. Prokrastinasi ini tidak
menimbulkan akibat yang buruk bagi pelakunya, sehingga perilaku ini tidak
terlalu membahayakan, sedangkan, prokrastinasi disfungsional adalah
perilaku menunda yang dilakukan tanpa tujuan yang pasti dan tanpa disertai
alasan yang berguna. Prokrastinasi jenis ini dapat berakibat buruk, misalnya,
nilai akademik yang rendah dan juga tingkat stress yang tinggi (Tice &
Baumister, 1997).
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara ditemukan bahwa
mahasiswa melakukan prokrastinasi akademik disfungsional, yaitu penundaan
dalam mengerjakan tugas dengan alasan yang tidak berkaitan dengan
penyelesaian tugas. Dengan demikian, penelitian ini akan berfokus pada
prokrastinasi akademik disfungsional.
Prokrastinasi akademik dapat disebabkan oleh beberapa hal. Steel
(2007) mengungkapkan bahwa prokrastinasi akademik disebabkan oleh
ketakutan akan kegagalan, pemberontakan, pengaturan waktu yang buruk,
dan gangguan dari lingkungan. Selain itu, prokrastinasi akademik juga dapat
disebabkan oleh keengganan / kemalasan mengerjakan tugas (Steel, 2007).
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, banyak mahasiswa yang
enggan mengerjakan tugas karena merasa tugasnya tidak menarik atau sulit
untuk dikerjakan. Keadaan ini merupakan suatu permasalahan yang dihadapi
pengatasan masalah ini adalah kemandirian mahasiswa. Kemandirian adalah
kemampuan untuk dapat mengatasi permasalahannya sendiri tanpa harus
bergantung kepada orang lain (Hurlock, 1967). Maka dari itu, ketika
seseorang yang mandiri dihadapkan pada tugas yang tidak menarik atau sulit,
ia dapat langsung menyelesaikannya tanpa harus menunggu bantuan dari
orang lain. Keadaan ini membuat seseorang yang mandiri tidak merasa
enggan untuk mengerjakan tugasnya sehingga ia tidak melakukan
prokrastinasi.
Di sisi lain, ketika seseorang yang tidak mandiri dihadapkan pada
suatu tugas yang sulit ataupun tidak menarik, ia membutuhkan bantuan orang
lain untuk dapat menyelesaikannya (Turner & Turner, 1999). Orang tersebut
mungkin akan menunggu bantuan dan saran dari orang lain untuk dapat
menyelesaikan tugas tersebut. Pada kenyataannya, bantuan tersebut tidak
selalu ada. Ketika tidak ada orang yang dapat membantu, orang yang tidak
mandiri tersebut akan merasa enggan untuk mengerjakan dan akhirnya
melakukan prokrastinasi.
Prokrastinasi pada penelitian sebelumnya dihubungkan dengan self regulating pada mahasiswa yang sedang menyusun skripsi (Kurniawati, 2010), locus of control external pada mahasiswa yang sedang menyusun skripsi (Frederik, 2010), dukungan sosial orang tua pada mahasiswa yang
sedang mengerjakan skripsi (Fibrianti, 2009), frekuensi dan
kognitif-behavioral (Solomon & Rothblum, 1984), motivasi berprestasi dan stress
Inggris dan Komunikasi (Yong, 2010), performansi, stress, dan kesehatan
(Tice & Baumister, 1997), dan pusat kendali dan efikasi diri (Rivzi,
Prawitasari & Soetjipto, 1997). Kemandirian pada penelitian sebelumnya
dihubungkan dengan gaya kelekatan pada remaja akhir (Pelawi, 2004), sikap
kompetensi superioritas (Bramasto, 2005), sikap terhadap kekerasan terhadap
istri (Astuti, 2006), dan depresi pada mahasiswa (Herawati, 2003).
Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti berminat untuk melihat
hubungan antara kemandirian dengan prokrastinasi. Penelitian ini dilakukan
karena selama ini belum pernah ada yang meneliti hubungan kedua variable
tersebut. Diharapkan, penelitian ini dapat mengungkap hubungan antara
tingkat kemandirian dengan prokrastinasi pada mahasiswa.
B. RUMUSAN MASALAH
Apakah ada hubungan antara kemandirian dan prokrastinasi pada
mahasiswa?
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah melihat hubungan antara
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Secara Teoretis
Diharapkan penelitian ini dapat menambah informasi tentang
prokrastinasi serta kaitannya dengan kemandirian.
2. Secara Praktis
Bagi universitas, penelitian ini dapat memberikan informasi
mengenai tingkat kemandirian dan juga tingkat prokrastinasi mahasiswa
sehingga universitas dapat menindaklanjuti mahasiswa yang mempunyai
tingkat prokratinasi tinggi dengan mengembangkan kemandiriannya.
Bagi mahasiswa, penelitian ini dapat digunakan sebagai evaluasi diri yang
dapat memberikan informasi mengenai tingkat kemandirian dan juga
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. PROKRASTINASI AKADEMIK
1. Pengertian Prokrastinasi Akademik
Prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastinare yang berarti menunda sampai dengan hari berikutnya (Holloway, 2009). Istilah itu
sendiri terdiri dari dua kata yaitu pro yang berarti ke arah depan (forward)
dan crastinus yang berarti menjadi besok (belonging to tomorrow) (Ferrari et al., 1995).
Dalam perkembangannya, ada beragam definisi berkaitan dengan
prokrastinasi. Ada yang menganggap definisi prokrastinasi adalah perilaku
menunda hal yang seharusnya penting untuk dilakukan. Definisi ini
disampaikan oleh Ellis dan Knaus (Chu & Choi, 2005; Ferrari & Tice,
2000) yang menyatakan bahwa prokrastinasi adalah perilaku menunda apa
yang seharusnya penting untuk dilakukan. Definisi tersebut dikuatkan oleh
Milgram, Sroloff dan Rosenbaum (1988) yang menyatakan bahwa
prokrastinasi adalah perilaku untuk menunda sampai besok apa yang
seharusnya dilakukan hari ini.
Ada juga yang menganggap prokrastinasi sebagai perilaku
menunda yang tidak masuk akal. Definisi ini disampaikan oleh Flett,
Blankstein, Hewitt dan Koledin (1992), yang secara tipikal mendefinisikan
yang seharusnya diselesaikan. Definisi ini dilengkapi oleh Tice dan
Baumister (1997) yang mendefinisikan prokrastinasi sebagai kebiasaan
diri yang menyerah pada rasa malas yang mengakibatkan pada penundaan
pekerjaan tanpa ada alasan.
Ada juga definisi yang menganggap prokrastinasi sebagai perilaku
menunda yang dapat menimbulkan akibat buruk pada pelakunya. Definisi
ini disampaikan oleh Solomon dan Rothblum (1984), yang menyatakan
bahwa prokrastinasi adalah perilaku menunda sampai pada titik yang
membuat pelakunya merasa tidak nyaman. Selain itu, Baumister dan Scher
(1988), Ellis dan Knaus (1977) (Tice & Baumister, 1997) juga menyatakan
hal serupa. Mereka menyatakan bahwa prokrastinasi adalah penaklukkan
diri yang dapat berakibat pada menurunnya kualitas performansi, karena
seseorang mengakhiri kerjanya dengan waktu yang sedikit. Definisi ini
dikuatkan oleh Dewitte dan Schouwenburg (2002), yang menyatakan
bahwa prokrastinasi adalah perilaku menunda yang memiliki potensi
konsekuensi yang membahayakan bagi orang yang melakukannya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa prokrastinasi
adalah perilaku menunda yang tidak masuk akal, hal yang seharusnya
penting untuk dilakukan dan dapat menimbulkan akibat buruk pada
pelakunya.
Sementara itu, berdasarkan ruang lingkupnya terdapat prokrastinasi
akademik dan prokrastinasi non akademik. Prokrastinasi akademik adalah
(1984) mengungkapkan bidang akademik yang sering menjadi sasaran
prokrastinasi adalah tugas menulis, tugas belajar untuk menghadapi ujian,
tugas membaca, kinerja administratif, menghadiri pertemuan, dan kinerja
akademik secara keseluruhan. Tugas menulis mencakup tugas membuat
makalah, penulisan laporan pratikum dan tugas-tugas lain yang berkaitan
dengan menulis. Tugas belajar untuk menghadapi ujian, antara lain belajar
untuk kuis, ujian sisipan, ujian akhir semester, dll. Tugas membaca,
meliputi membaca buku atau referensi yang berkaitan dengan tugas
akademik. Kinerja administratif, yaitu pengerjaan dan penyelesaian tugas
administratif, seperti menyalin catatan kuliah dan registrasi ulang.
Menghadiri pertemuan, antara lain menghadiri kuliah, pertemuan, dan
pratikum. Kinerja akademik secara keseluruhan, yaitu mencakup tugas
akademik secara keseluruhan.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa prokrastinasi
akademik adalah perilaku menunda yang tidak masuk akal, hal yang
seharusnya penting untuk dilakukan, dan dapat menimbulkan akibat buruk
pada pelakunya serta berada pada lingkup akademik, yaitu tugas menulis,
belajar untuk ujian, membaca, kinerja administratif, menghadiri
pertemuan, dan kinerja akademik.
2. Karakteristik Prokrastinasi Akademik
Seseorang yang melakukan prokrastinasi akademik tentu
mempunyai karakteristik khusus yang membedakan dirinya dengan pelaku
mengemukakan bahwa prokrastinasi akademik dapat digambarkan dengan
karakteristik sebagai berikut:
a. Perilaku menunda
Kecenderungan untuk tidak segera memulai suatu pekerjaan.
Seseorang mengetahui bahwa tugas yang dihadapinya penting untuk
diselesaikan dan berguna bagi dirinya, namun ia mempunyai
kecenderungan untuk tidak segera mengerjakan tugas yang akan
dikerjakannya atau tidak segera menyelesaikan tugas jika ia sudah
mulai mengerjakan sebelumnya.
b. Keinginan untuk menunda mengerjakan
Ketika seseorang mendapat tugas ataupun akan melanjutkan tugas
yang sudah dikerjakan sebelumnya, seseorang tersebut mempunyai
keinginan untuk tidak segera mengerjakan atau melanjutkannya.
c. Ada ketidakcocokan antara perilaku dan keinginan
Seseorang mempunyai kesulitan untuk mematuhi jadwal yang telah
ditetapkannya sendiri. Seseorang tersebut sudah memiliki keinginan
untuk mulai mengerjakan tugas, ia pun mungkin sudah menetapkan
jadwal/rencana kapan akan mengerjakan. Akan tetapi, ia kesulitan
untuk berperilaku sesuai dengan jadwal/rencana yang telah ditetapkan.
Keadaan ini membuat seseorang mengalami keterlambatan dalam
d. Melakukan aktivitas lain daripada mengerjakan tugas
Seseorang yang melakukan prokrastinasi mengetahui bahwa tugasnya
penting untuk dikerjakan, namun ia lebih memilih untuk melakukan
aktivitas lain daripada mengerjakan tugas. Hal ini dipengaruhi oleh
pikiran irasional yang merasa bahwa melakukan hal lain yang lebih
menyenangkan lebih penting daripada mengerjakan tugas.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik
prokrastinasi akademik adalah adanya penundaan terhadap pengerjaan
tugas, penundaan keinginan untuk mengerjakan tugas, adanya
ketidakcocokkan antara keinginan dan perilaku, serta melakukan hal lain
daripada mengerjakan tugas.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prokrastinasi Akademik
Steel (2007), mengemukakan bahwa prokrastinasi disebabkan oleh
beberapa hal, antara lain:
a. Keengganan/kemalasan mengerjakan tugas
Seseorang mungkin punya kemampuan untuk mengerjakan tugas,
namun orang tersebut mempunyai anggapan bahwa tugasnya tidak
menarik dan/atau sulit untuk dikerjakan. Hal ini menyebabkan ketika
seseorang dihadapkan pada tugas yang tidak terlalu penting dan/atau
tidak terlalu menarik untuknya ataupun sulit, maka orang tersebut akan
b. Ketakutan akan kegagalan
Kecenderungan takut akan kegagalan dihubungkan dengan
keragu-raguan akan diri, sehingga seseorang yang melakukan prokrastinasi
akan lebih memilih dianggap kurang usaha untuk mengerjakan tugas
daripada kurang kemampuan. Keadaan ini akan membuat orang
mengerjakan tugas ketika waktu sudah hampir habis supaya terkesan ia
hanya kurang usaha dan bukan kurang kemampuan.
c. Depresi atau moody
Moody atau depresi (dalam kondisi yang lebih parah) juga mempengaruhi terjadinya prokrastinasi. Hal ini dapat terjadi karena
mood/depresi dapat menurunkan ketertarikan untuk mengerjakan tugas sehingga seseorang akan menunda untuk memulai mengerjakan tugas.
d. Pemberontakan
Prokrastinasi dapat terjadi ketika seseorang merasa tugas yang
diberikan tidak adil, misalnya tugas terlalu berat dan tidak sesuai
dengan waktu yang diberikan untuk mengerjakan tugas. Hal ini akan
membuat seseorang memberontak dan melakukan penundaan.
e. Pengaturan waktu yang buruk
Seseorang dapat melakukan prokrastinasi karena ia meremehkan waktu
yang dibutuhkan untuk mengerjakan tugas, sehingga ia terus saja
menunda untuk memulai mengerjakan karena ia merasa ia hanya
f. Gangguan dari lingkungan
Lingkungan juga dapat mempengaruhi prokrastinasi. Misalnya, ada
seseorang yang akan nyaman ketika ia berada di tempat sepi, sehingga
ketika ia berada di tempat yang ramai ia cenderung menunda untuk
mengerjakan tugas. Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi
seseorang untuk melakukan prokrastinasi masing-masing individu
berbeda tergantung dari individu yang bersangkutan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa prokrastinasi
dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu adanya keengganan dalam
mengerjakan tugas, ketakutan akan kegagalan, depresi atau mood, pemberontakan, pengaturan waktu yang buruk, dan gangguan dari
lingkungan.
B. KEMANDIRIAN
1. Pengertian Kemandirian
Kemandirian (autonomy) berasal dari bahasa Yunani “autos” (diri) dan “nomos” (hukum) yang berarti penguasaan atas diri sendiri (Fox, 2012). Kemandirian di sini dilihat dari perspektif psikologi.
Secara umum, kemandirian didefinisikan sebagai kemampuan
untuk tidak bergantung pada orang lain. Definisi ini dinyatakan oleh
Hurlock (1967) yang menyatakan bahwa kemandirian adalah kemampuan
untuk menangani permasalahannya sendiri tanpa harus bergantung pada
bahwa kemandirian adalah kemampuan untuk menahan tekanan teman
sebaya dan orang tua, terlepas dari kontrol orang tua dalam pengambilan
keputusan, mampu menangani masalah serta mampu membuat keputusan
dengan percaya diri(Steinberg & Silverberg, 1986).
Definisi yang hampir sama dinyatakan oleh Agnew (1984) yang
mendefinisikan bahwa kemandirian adalah penguasaan atas diri sendiri
(self-governance) (meliputi kemampuan untuk membuat keputusan, self-reliance, dan conformity -Russel dan Baken, 2002); kemampuan untuk menolak tuntutan dari orang lain, dan untuk bertindak atas wewenangnya
sendiri. Definisi ini dikuatkan oleh Steinberg (1999) dalam Russel dan
Baken (2002) yang mendefinisikan kemandirian sebagai kemampuan
remaja untuk dapat berpikir, merasakan, membuat keputusan dan
bertindak atas wewenangnya sendiri.
Definisi serupa dinyatakan oleh Petegem, Beyers, Vansteenkiste
dan Soenens (2012), yang mendefinisikan kemandirian sebagai
kemerdekaan (independence) atau ketergantungan pada diri sendiri (self-reliance), yang berarti sejauh mana seseorang dapat bertindak dan membuat keputusan tanpa bergantung dengan orang lain, seperti orang tua.
Definisi ini dikuatkan oleh Davis (2010) yang mendefinisikan kemandirian
sebagai kemampuan untuk bertindak dan membuat keputusan secara
independen. Sejalan dengan itu Clarke (1999), mendefinisikan
kemandirian sebagai mampunya seseorang bertindak berdasarkan
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kemandirian
adalah kemampuan seseorang untuk dapat berpikir, merasakan, membuat
keputusan, menolak/menahan tuntutan dari orang lain, menangani masalah
dan bertindak atas wewenangnya sendiri tanpa bergantung kepada orang
lain (independence dan self-reliance).
2. Indikator Kemandirian
Berdasarkan definisi dari kemandirian, terdapat beberapa indikator
kemandirian, yaitu:
a. Membuat keputusan (Agnew, 1984; Davis, 2009; Petegem, et al.,
2012; Steinberg & Silverberg, 1986; Steinberg, 1999 dalam Russel &
Baken 2002)
Membuat keputusan merupakan proses kognitif untuk memilih
antara dua atau lebih alternatif, mulai dari bagian yang relatif jelas
(misalnya, memesan makan di restoran) sampai ke masalah yang
kompleks (misalnya, memilih pasangan) (VandenBos, 2007).
Seseorang yang sudah mandiri dapat mengambil keputusan secara
percaya diri walaupun tanpa bantuan orang lain (khususnya dari
kontrol orang tua), sedangkan seseorang yang tidak mandiri akan
b. Menolak/menahan tuntutan/tekanan orang lain (Agnew, 1984;
Steinberg & Silverberg, 1986)
Seseorang yang mandiri akan dapat menolak/menahan
tuntutan/tekanan dari orang lain, sedangkan seseorang yang tidak
mandiri tidak dapat menolak/menahan tuntutan dari orang lain. Hal ini
terkait dengan kecenderungan seseorang yang tidak mandiri untuk
menyenangkan orang lain supaya ia mendapat dukungan dari orang
lain (Fairbrother &Moretti, 1998).
c. Bertindak (Agnew, 1984; Clarke,1999; Davis, 2009; Petegem, et al.,
2012; Steinberg, 1999 dalam Russel & Baken, 2002)
Bertindak merupakan urutan gerakan, biasanya berkaitan
dengan beberapa tujuan yang terdiri dari seperangkat komponen
perilaku terintegrasi yang bertentangan dengan respon tunggal
(VandenBos, 2007). Seseorang yang mandiri akan dapat melakukan
suatu hal sendiri dan tanpa bergantung terhadap orang lain. Sebaliknya,
seseorang yang tidak mandiri cenderung untuk membutuhkan orang
lain untuk melakukan suatu hal.
d. Menangani masalah (Hurlock, 1967; Steinberg & Silverberg, 1986)
Menangani masalah adalah proses individu berusaha untuk
mengatasi kesulitan, menyusun rencana supaya dapat mencapai tujuan,
atau mencapai kesimpulan melalui penggunaan fungsi mental yang
lebih tinggi, seperti penalaran dan berpikir kreatif (VandenBos, 2007).
selalu bergantung pada bantuan dan dukungan orang lain, sedangkan
seseorang yang tidak mandiri akan selalu bergantung pada bantuan dan
dukungan orang lain untuk dapat menyelesaikan permasalahannya.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa indikator
kemandirian adalah membuat keputusan, menolak / menahan
tuntutan/tekanan orang lain, bertindak dan menangani masalah.
C. MAHASISWA
Menurut Peraturan Pemerintah nomor 60 tahun 1999 tentang
Perguruan Tinggi, disebutkan bahwa mahasiswa merupakan peserta didik
yang terdaftar dan belajar pada perguruan tinggi (Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia).
Berdasarkan rentang usianya, mahasiswa berada pada masa remaja
akhir yang mulai memasuki masa kedewasaan (Zarrett & Eccles, 2006).
Dengan mulai munculnya kedewasaan ini, seseorang menjadi semakin
mandiri, serta memperoleh dan mengelola tanggung jawab yang lebih besar.
Hal ini terkait dengan pendapat Eccles dan Gootman (dalam Zarrett & Eccles,
2006) yang mengemukakan bahwa pada masa ini seseorang harus beralih dari
ketergantungan terhadap orang tua, mulai mengambil tanggung jawab dalam
keluarga dan juga komunitas, mampu merencanakan masa depan dan
mengambil langkah yang tepat dalam menggapainya, dan memperoleh
kemampuan-kemampuan yang dibutuhkan untuk berhasil dalam transisi
Berkaitan dengan hal tersebut, pada masa mulai munculnya
kedewasaan ini, seseorang telah semakin mampu mengelola problem solving
yang dapat memfasilitasi mereka dalam pembentukan identitas dan
pematangan penalaran moral. Selain itu, masa kuliah juga dapat membantu
mahasiswa dalam mengembangkan kemampuan yang diperlukan untuk dapat
berhasil dalam melewati transisi menuju kedewasaan. Hal ini terkait dengan
karakteristik lingkungan dalam perkuliahan yang memberi ruang bagi
mahasiswa untuk dapat melatih self-governance, individuasi dari orang tua dan kebebasan untuk memillih. Dapat dikatakan, bahwa perkuliahan atau
kampus adalah institusi sosial yang telah disesuaikan untuk dapat
mengembangkan semiautonomy yang dapat membantu dalam transisi menuju
kedewasaan (Zarrett & Eccles, 2006).
D. HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN PROKRASTINASI
Masa perkuliahan adalah masa yang cukup berat. Hal ini disebabkan
pada masa ini, seorang mahasiswa dihadapkan pada banyaknya tuntutan dan
keputusan-keputusan yang perlu diambil (Dalton & Crosby, 2011). Untuk
dapat menghadapi hal-hal tersebut, seseorang membutuhkan kemandirian.
Hal ini disebabkan seseorang yang mandiri memiliki kemampuan untuk dapat
berpikir, merasakan, menangani masalah, membuat keputusan, dan bertindak
atas wewenangnya sendiri. Kemampuan ini membuat seseorang yang mandiri
menentukan keputusan dan juga tindakannya sehingga ia dapat menghadapi
beratnya masa kuliah dengan baik dan tidak melakukan prokrastinasi.
Akan tetapi, tidak semua orang dapat mandiri (Turner & Turner,
1999). Seseorang yang tidak mandiri akan membutuhkan bantuan dan
dukungan orang lain untuk menentukan keputusan dan tindakannya (Turner
& Turner, 1999). Selain itu, seseorang yang tidak mandiri juga membutuhkan
orang lain untuk dapat percaya diri (Turner & Turner, 1999). Keadaan ini
membuat seseorang yang tidak mandiri membutuhkan keberadaan orang lain.
Akan tetapi, tidak selalu ada orang lain untuk dapat membantu seseorang
yang tidak mandiri. Hal ini menyebabkan, ketika seseorang yang tidak
mandiri tersebut dihadapkan pada beratnya masa perkuliahan, misalnya
tugas-tugas kuliah, maka ia akan merasa tugas-tugas tersebut sulit karena tidak ada orang
yang mendukung ataupun membantunya. Ketika hal ini terus berlangsung,
seseorang yang tidak mandiri akan merasa enggan untuk mengerjakan tugas
dan akhirnya melakukan prokrastinasi.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tingkat
kemandirian dapat mempengaruhi tingkat prokrastinasi seseorang. Ketika
seseorang yang mandiri dihadapkan pada beratnya masa kuliah, ia mampu
untuk menyelesaikannya tanpa bantuan dan dukungan orang lain, sehingga ia
tidak melakukan prokrastinasi, sedangkan ketika seseorang yang tidak
mandiri dihadapkan pada beratnya masa perkuliahan, misalnya tugas, dan ia
tidak mendapat dukungan dari orang lain, ia akan merasa tugas tersebut sulit
dikatakan bahwa seseorang yang mandiri mempunyai kecenderungan untuk
tidak melakukan prokrastinasi. Sedangkan, seseorang yang tidak mandiri
mempunyai kecenderungan untuk melakukan prokrastinasi.
E. HIPOTESIS
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan
negatif antara kemandirian dengan prokrastinasi. Semakin tinggi tingkat
kemandirian seseorang, maka semakin rendah tingkat prokrastinasi yang
dimilikinya, sebaliknya semakin rendah tingkat kemandirian seseorang maka
22
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang akan digunakan adalah
penelitian kuantitatif korelasional. Hal ini disebabkan penelitian dilakukan
untuk melihat hubungan antara kemandirian mahasiswa dengan prokrastinasi.
B. IDENTIFIKASI VARIABEL
Terdapat dua variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
Variabel bebas : kemandirian mahasiswa
Variabel tergantung : prokrastinasi
C. DEFINISI OPERASIONAL
1. Kemandirian
Kemandirian dalam penelitian ini diukur dengan skala kemandirian
yang didasarkan pada 4 indikator, yaitu:
a. Pengambilan keputusan
b. Menolak/menahan tuntutan/tekanan dari orang lain
c. Bertindak
d. Menangani masalah
Tinggi rendahnya kemandirian diukur dengan cara semakin tinggi
kemandiriannya dan semakin rendah skor kemandirian seseorang pada
skala ini maka semakin rendah pula kemandiriannya.
2. Prokrastinasi
Prokrastinasi dalam penelitian ini diungkap dengan skala yang
didasarkan pada empat karakteristik prokrastinasi, yaitu:
a. Perilaku menunda
b. Keinginan untuk menunda mengerjakan
c. Ada ketidakcocokan antara perilaku dan keinginan
d. Melakukan aktivitas lain daripada mengerjakan tugas
Dalam skala ini, semakin tinggi skor yang diperoleh maka semakin
tinggi pula tingkat prokrastinasinya. Begitu pula sebaliknya, semakin
rendah skor yang diperoleh maka semakin rendah pula tingkat
prokrastinasinya.
D. SUBJEK PENELITIAN
Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa
Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Pengambilan sampel
penelitian menggunakan teknik convenient sampling yang merupakan salah satu teknik dalam non random sampling, yaitu mengambil sampel di mana
peserta dipilih, sebagian atau seluruhnya, berdasarkan kenyamanan peneliti
E. METODE PENGAMBILAN DATA
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan skala. Skala dalam penelitian ini menggunakan model
modifikasi skala Likert yang terdiri dari 4 respon jawaban. Modifikasi yang
dilakukan adalah dengan meniadakan jawaban tengah atau netral. Terdapat 2
skala yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Skala Kemandirian
Kemandirian diukur dengan menggunakan skala kemandirian.
Skala kemandirian ini terdiri dari 4 respon jawaban, yaitu Sangat Sesuai
(SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS). Kategori
penilaian untuk masing-masing aitem favorable adalah nilai 4 untuk Sangat Sesuai (SS), nilai 3 untuk Sesuai (S), nilai 2 untuk Tidak Sesuai
(TS), dan nilai 1 untuk Sangat Tidak Sesuai (STS). Sebaliknya, kategori
nilai untuk aitem unfavorable, yaitu nilai 1 Sangat Sesuai (SS), nilai 2 untuk Sesuai (S), nilai 3 untuk Tidak Sesuai (TS), dan nilai 4 untuk
Sangat Tidak Sesuai (STS). Berikut ini diuraikan penyusun aitem skala
Kemandirian dan distribusi aitem sebelum uji coba.
Tabel 1. Distribusi aitem skala kemandirian sebelum uji coba
2. Skala Prokrastinasi
Prokrastinasi diukur dengan skala prokrastinasi yang disusun oleh
peneliti. Skala prokrastinasi ini menggunakan model skala likert yang
terdiri dari 4 respon jawaban, yaitu Selalu (SL), Sering (SR), Jarang (JR),
Tidak pernah (TP). Kategori penilaian untuk masing-masing aitem
favorable adalah nilai 4 untuk Selalu (SL), nilai 3 untuk Sering (SR), nilai 2 untuk Jarang (JR), dan nilai 1 untuk Tidak pernah (TP).
Sementara itu, kategori nilai untuk aitem unfavorable yaitu nilai 1 untuk Selalu (SL), nilai 2 untuk Sering (SR), nilai 3 untuk Jarang (JR), dan
nilai 4 untuk Tidak pernah (TP). Di bawah ini, diuraikan penyusun aitem
skala Prokrastinasi, serta distribusi aitem sebelum uji coba.
Tabel 2. Distribusi aitem skala prokrastinasi sebelum uji coba
No. Karakteristik Sebaran aitem ∑
Favorable Unfavorable
2 Keinginan untuk menunda mengerjakan
3, 11, 15, 20, 31
7, 24, 36 8
3 Ada ketidakcocokan antara perilaku dan keinginan
4 Melakukan aktivitas lain daripada mengerjakan tugas
F. VALIDITAS, SELEKSI AITEM DAN RELIABILITAS
1. Validitas
Validitas yang digunakan dalam skala ini adalah validitas isi.
terhadap isi tes dengan cara penilaian profesional atau profesional judgement (Azwar, 2009). Dalam skala ini, profesional judgement
dilakukan oleh dosen pembimbing.
2. Seleksi Aitem
Seleksi aitem dilakukan untuk mendapatkan aitem yang valid
sehingga layak digunakan untuk penelitian. Seleksi aitem ini dilakukan
dengan melihat koefisien korelasi aitem total (rix) tiap aitem. Penghitungan
koefisien aitem total akan dilakukan dengan menggunakan SPSS Statistics
versi 17.0. Biasanya, kriteria yang digunakan sebagai batasan aitem adalah
rix ≥ 0.30 (Azwar, 2009). Maka dari itu, pada penelitian ini aitem yang
mempunyai rix < 0.30 akan digugurkan.
Uji coba skala dilakukan pada tanggal 15 Agustus 2012 terhadap
mahasiswa angkatan 2011 Fakultas Psikologi Sanata Dharma pada mata
kuliah Dinamika Kelompok kelas A dan Psikologi Perkembangan II kelas
B. Terdapat 84 mahasiswa yang mengisi skala kemandirian dan juga
prokrastinasi.
Pada skala kemandirian, dari 32 aitem, 19 aitem dinyatakan sahih
dan 13 aitem harus digugurkan karena memiliki rix < 0.30. Dengan batasan
tersebut, jumlah aitem yang lolos pada skala ini sedikit, maka batasan yang
digunakan diturunkan menjadi rix ≥ 0.25 (Azwar, 2009). Perubahan ini,
berhasil mengurangi jumlah item yang gugur menjadi hanya 8 aitem,
sedangkan 24 aitem lainnya dinyatakan sahih. Pada skala prokrastinasi,
digugurkan karena memiliki rix < 0.30. Untuk menyamakan bobot
komponen skala, maka 3 aitem tambahan harus digugurkan.
Berikut distribusi aitem setelah seleksi aitem.
Tabel 3. Distribusi aitem skala kemandirian (setelah seleksi aitem)
No. Indikator Sebaran aitem ∑
Tabel 4. Distribusi aitem skala prokrastinasi (setelah seleksi aitem)
No. Karakteristik Sebaran aitem ∑
Favorable Unfavorable
3 Ada ketidakcocokan antara perilaku dan keinginan
Reliabilitas pada skala ini diperoleh dengan menggunakan
koefisien Alpha-Cronbach yang terdapat pada program SPSS versi 17.0. Koefisien reliabilitas yang diperoleh pada skala kemandirian adalah
0.874 dengan korelasi aitem total antara 0.270 – 0.676. Pada skala
korelasi aitem total antara 0.382 – 0.759. Dengan demikian, skala tersebut
dinyatakan reliabel. Hal ini didasarkan pada teori yang menyatakan bahwa
suatu alat ukur dinyatakan reliabel apabila memiliki koefisien Alpha-Chronbach ≥ 0.600 (Azwar, 2011).
G. ANALISIS DATA
1. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
Dalam penelitian ini, uji normalitas data akan dilakukan dengan
menggunakan rumus One Sample Kolmogorov-Smirnov Z Test pada program SPSS versi 17.0. Distribusi data dinyatakan normal apabila
nilai signifikansi lebih dari 0.05 (p > 0.05).
b. Uji Linearitas
Uji linearitas yang akan dipergunakan dalam penelitian ini
adalah Test for Linearity pada program SPSS versi 17.0. Suatu hubungan dinyatakan linear apabila nilai signifikansi yang didapatkan
lebih kecil dari 0.05 (p < 0.05), sementara itu hubungan dinyatakan
tidak linear bila nilai signifikansi yang didapatkan lebih besar dari 0.05
(p > 0.05).
2. Uji Hipotesis
Teknik uji hipotesis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
29
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. PELAKSANAAN PENELITIAN
Penelitian dilakukan terhadap mahasiswa Fakultas Psikologi pada 3
angkatan yang berbeda, yaitu angkatan 2011, 2010 dan 2009. Pada
mahasiswa angkatan 2011 penelitian dilaksanakan pada tanggal 19 September
2012 pada mata kuliah Dinamika Kelompok kelas D. Kemudian, terhadap
mahasiswa angkatan 2010 penelitian dilaksanakan pada tanggal 20 September
2012 terhadap mata kuliah Psikodiag III: Wawancara kelas A. Pada angkatan
2009, penelitian dilakukan dengan membagikan skala penelitian di luar kelas
secara individual dari tanggal 22 September 2012 sampai tanggal 26
September 2012. Terdapat 32 orang mahasiswa yang mengisi skala penelitian
pada angkatan 2011, 40 orang pada angkatan 2010, dan 25 orang pada
angkatan 2009. Dengan demikian, total subjek yang mengisi skala penelitian
adalah 97 orang.
B. DESKRIPSI SUBJEK PENELITIAN
Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah 97
orang mahasiswa yang berasal dari 3 angkatan yang berbeda, yaitu angkatan
2009-2011. Pemilihan subjek yang berada pada angkatan 2009-2011
didasarkan pada fokus penelitian ini yang ingin meneliti mahasiswa yang
belum genap 3 bulan menjadi mahasiswa ketika penelitian ini dilaksanakan,
sehingga belum mengalami beratnya tuntutan yang dihadapi mahasiswa.
Tabel 5. Deskripsi subjek penelitian
Deskripsi Jumlah subjek Total subjek
Usia 17 2 97
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh data sebagai berikut. Skala
kemandirian memiliki mean teoretis sebesar 60, sedangkan mean empirisnya adalah 63.46. Mean empiris pada skala kemandirian lebih besar daripada
mean teoretisnya. Berdasarkan hasil uji t, nilai signifikansi yang diperoleh lebih kecil dari 0.05, yaitu 0.00. Hal ini menunjukkan bahwa mean empiris memiliki perbedaan yang signifikan terhadap mean teoretis. Dengan demikian, diketahui bahwa tingkat kemandirian subjek tinggi.
Pada skala prokrastinasi, mean teoretis yang diperoleh adalah 80, sedangkan mean empiris yang diperoleh adalah 73.87. Mean empiris pada skala prokrastinasi lebih kecil dari mean teoretisnya. Berdasarkan hasil uji t, nilai signifikansi yang diperoleh lebih kecil dari 0.05, yaitu 0.00. Hal ini
menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara mean empiris dan
Tabel 6. Deskripsi data skala
sudah memenuhi syarat untuk dilakukan korelasi. Uji asumsi terdiri dari
uji normalitas dan linearitas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk melihat normal tidaknya data
yang digunakan dalam penelitian ini. Uji normalitas data pada
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan One Sample Kolmogorov-Smirnov Z Test pada program SPSS Statistics versi 17.0. Distribusi data dinyatakan normal apabila nilai signifikansi yang
diperoleh lebih besar dari 0.05 (p > 0.05).
Tabel 7. Hasil uji normalitas
Variabel Kolmogorov-Smirnov
Z Test
p (2-tailed)
Kemandirian 0.927 0.356
Prokrastinasi 0.821 0.511
Berdasarkan hasil perhitungan, nilai signifikansi pada data
kemandirian adalah 0.356. Pada data prokastinasi, nilai signifikansi
kemandirian dan prokrastinasi yang digunakan dalam penelitian ini
termasuk ke dalam kurva normal karena memiliki p > 0.05.
b. Uji Linearitas
Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan
yang linear antara kemandirian sebagai varibel bebas dengan
prokrastinasi sebagai variabel tergantung. Uji linearitas yang
digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan Test for Linearity
pada program SPSS versi 17.0. Suatu hubungan dinyatakan linear
apabila nilai signifikansi yang diperoleh lebih kecil dari 0.05 (p <
0.05), sementara itu hubungan dinyatakan tidak linear bila nilai
signifikansi yang diperoleh lebih besar dari 0.05 (p > 0.05).
Tabel 8. Hasil uji linearitas
F Sig.
Berdasarkan hasil uji linearitas, kemandirian dengan
prokrastinasi memiliki F sebesar 20.825 dengan signifikansi sebesar
0.000. Hal ini menunjukkan bahwa kemandirian dengan prokrastinasi
memiliki hubungan yang linear karena memiliki signikansi lebih kecil
2. Uji Hipotesis
Teknik uji hipotesis yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan korelasi Pearson-Product Moment yang terdapat dalam program SPSS versi 17.0. Teknik ini dipilih karena data kemandirian dan
prokrastinasi termasuk ke dalam distribusi normal.
Tabel 9. Hasil uji korelasi kemandirian dengan prokrastinasi
Prokrastinasi Kemandirian
Kemandirian Pearson Correlation 1 -.418**
Sig. (1-tailed) .000
N 97 97
Prokrastinasi Pearson Correlation -.418** 1
Sig. (1-tailed) .000
N 97 97
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
Berdasarkan hasil perhitungan, kemandirian dengan prokrastinasi
memiliki koefisien korelasi (r) sebesar -0.418 dengan signifikansi sebesar
0.000. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif
antara kemandirian dengan prokrastinasi karena nilai signifikansinya lebih
kecil dari 0.01 (p < 0.01). Dengan demikian, semakin tinggi tingkat
kemandirian mahasiswa maka semakin rendah tingkat prokrastinasinya.
Begitu pula sebaliknya, semakin rendah tingkat kemandirian mahasiswa,
maka semakin tinggi tingkat prokrastinasinya.
Untuk dapat memberikan besar kecilnya penafsiran terhadap
koefisien korelasi yang ditemukan, maka dapat dilihat dengan
sebesar 0.174. Hal ini menunjukkan adanya sumbangan efektif variabel
kemandirian sebesar 17.4 % terhadap prokrastinasi mahasiswa. Hasil ini
menunjukkan bahwa ada sumbangan sebesar 82.6 % yang berasal dari
variabel lain.
E. PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara kemandirian
mahasiswa sebagai variabel bebas dengan prokrastinasi sebagai variabel
tergantung. Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa terdapat
hubungan negative antara kemandirian dengan prokrastinasi. Hal ini dapat
terlihat dari perolehan hasil koefisien korelasi sebesar -0.418 dengan
signifikansi sebesar 0.00 (p < 0.01). Dengan demikian, semakin tinggi tingkat
kemandirian mahasiswa maka semakin rendah tingkat prokrastinasinya.
Begitu pula sebaliknya, semakin rendah tingkat kemandirian mahasiswa,
maka semakin tinggi tingkat prokrastinasinya.
Berkaitan dengan banyaknya tuntutan, keputusan dan pilihan yang
harus dihadapi pada masa perkuliahan, mahasiswa yang mandiri akan
menghadapi beratnya masa kuliah ini dengan lebih baik. Hal ini dapat terjadi
karena kemandirian merupakan periode perkembangan seseorang yang
menjadi kunci keberhasilan remaja dalam mengemban peran dan tanggung
jawab sebagai orang dewasa (Rice, 1996). Kemandirian (self-reliance) adalah salah satu tugas perkembangan masa remaja akhir-dewasa awal yang
mempertimbangkan konsekuensi jangka panjang dari hal yang akan ia
putuskan saat ini (Steinberg, 2002). Keadaan ini membuat seseorang yang
mandiri lebih memikirkan konsekuensi jangka panjang ketika ia akan
melakukan prokrastinasi.
Namun, tidak semua orang mandiri (Turner & Turner, 1999). Ketika
seseorang tidak mandiri, ia akan bergantung kepada dukungan dan bantuan
orang lain dalam melakukan sesuatu (Turner & Turner, 1999). Hal ini akan
memicu seseorang melakukan prokrastinasi. Misalnya, ketika seseorang yang
tidak mandiri menghadapi tugas-tugas perkuliahan yang sulit, ia bergantung
pada bantuan dan dukungan orang lain untuk mengerjakannya. Namun,
bantuan yang diharapkan tidak selalu ada. Akibatnya, ia akan merasa
kesulitan mengambil keputusan dan merasa enggan mengerjakan tugas
sehingga akhirnya melakukan prokrastinasi.
Seseorang yang tidak mandiri juga selalu berusaha menyenangkan
orang lain (Fairbrother & Moretti, 1998). Hal ini membuat seseorang yang
tidak mandiri kesulitan untuk dapat menolak tuntutan dari orang lain.
Keadaan ini juga dapat menimbulkan prokrastinasi. Misalnya, ketika
seseorang yang tidak mandiri akan melakukan suatu tugas akademik dan ada
orang lain yang mengajaknya melakukan hal lain, ia akan kesulitan
menolaknya dan akhirnya memilih untuk melakukan hal lain tersebut.
Seseorang yang tidak mandiri juga bergantung kepada penerimaan
orang lain untuk mendapatkan kepercayaan dirinya (Turner & Turner, 1999).
kepercayaan diri yang rendah. Kepercayaan diri yang rendah ini membuat
seseorang mempunyai kecenderungan untuk melakukan prokrastinasi (Ferrari
et al., 1995; Steel 2007).
Berdasarkan pembahasan di atas, kemandirian dapat diperhitungkan
menjadi salah satu faktor prokrastinasi. Faktor prokrastinasi yang telah ada
terdiri dari dua hal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri dan luar diri.
Faktor yang berasal dari dalam diri antara lain percaya diri yang rendah
(Ferarri et al., 1995; Steel, 2007), rendahnya self efikasi, depresi, kurangnya
control diri, kurangnya pengaturan diri (organize), dan kurang motivasi serta depresi (Steel, 2007). Faktor yang berasal dari luar adalah keengganan
mengerjakan tugas yang disebabkan oleh tugas yang membosankan, sulit atau
tidak menyenangkan (Steel, 2007), lingkungan, pengaruh dari orang lain dan
beberapa kasus disebabkan oleh faktor genetis (Wilson & Nguyen, 2012).
Akan tetapi, untuk dapat membuktikan bahwa kemandirian
merupakan salah satu faktor prokrastinasi perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut dengan menggunakan metode eksperimen sehingga didapatkan causal relationship.
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa sumbangan yang diberikan
oleh kemandirian terhadap prokrastinasi adalah sebesar 17.4 %. Hal ini
berarti ada sekitar 82.6 % sumbangan yang diberikan oleh variabel lain
terhadap prokrastinasi.
Sumbangan kemandirian terhadap prokrastinasi yang hanya sebesar
a. Tidak semua orang yang sudah mandiri menjadi tidak prokrastinasi.
Artinya, kemandirian bukan merupakan faktor satu-satunya yang
mempengaruhi prokrastinasi. Ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang
menyatakan bahwa mahasiswa lanjutan (s2/master dan s3/doktoral) juga
melakukan prokrastinasi (Muszynki & Akamatsu, 1991; Onwuegbuzie,
2000), bahkan tingkat prokrastinasi mereka lebih tinggi dari mahasiswa s1
(Onwuegbuzie, 2000). Meskipun, sebenarnya berdasarkan rentang usianya
mahasiswa lanjutan termasuk dalam kategori dewasa sehingga seharusnya
sudah memiliki kemandirian.
b. Karakteristik tugas. Pada penelitian ini dijelaskan bahwa ketika seseorang
yang tidak mandiri dihadapkan pada tugas yang sulit, ia akan meminta
bantuan orang lain dan ketika tidak ada orang yang membantu, ia pun
merasa kesulitan dan akhirnya enggan mengerjakan tugas. Akibatnya ia
melakukan prokrastinasi. Akan tetapi, menurut penelitian dijelaskan
bahwa siswa pada suatu SMP memiliki tingkat prokrastinasi yang rendah
(Zakiyah, Hidayati, & Setyawan, 2010). Sedangkan, berdasarkan rentang
usianya, siswa SMP termasuk dalam kategori remaja awal yang belum
mencapai kemandirian. Hal ini dapat terjadi karena pada masa SMP belum
banyak terdapat tugas berat yang harus dikerjakan secara individu.
c. Tidak semua seseorang yang tidak mandiri melakukan prokrastinasi. Hal
ini dapat terjadi jika lingkungan seseorang yang tidak mandiri selalu dapat
Akan tetapi untuk dapat membuktikan hal tersebut, perlu dilakukan
penelitian lanjutan tentang keterkaitan kemandirian dengan prokrastinasi pada
siswa dari berbagai jenjang pendidikan, meliputi siswa SMP maupun SMA
39
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan negative
antara kemandirian dengan prokrastinasi. Hal ini menunjukkan bahwa
semakin tinggi tingkat kemandirian mahasiswa maka semakin rendah tingkat
prokrastinasinya. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah tingkat kemandirian
mahasiswa, maka semakin tinggi tingkat prokrastinasinya.
B. SARAN
1. Bagi Subjek Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian, subjek memiliki kemandirian yang
tinggi dan prokrastinasi yang rendah. Walaupun begitu, subjek diharapkan
untuk terus mengembangkan kemandiriannya sehingga prokrastinasi
subjek akan semakin rendah.
2. Bagi Universitas
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat hubungan antara
kemandirian dengan prokrastinasi pada mahasiswa. Maka dari itu,
universitas diharapkan dapat mengadakan pelatihan kemandirian supaya
dapat lebih mengembangkan kemandirian mahasiswa sehingga
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan peneliti selanjutnya untuk dapat melaksanakan
penelitian dengan menggunakan metode eksperimen sehingga didapatkan
causal relationship. Selain itu, peneliti selanjutnya juga diharapkan untuk memperluas lingkup penelitian dengan mengambil subjek dari berbagai
jenjang pendidikan, meliputi mahasiswa s2 (master) dan s3 (doctoral) serta
41
DAFTAR PUSTAKA
Agnew, R. (1984). Autonomy and Delinquency. Sociological Perspective, Vol. 7, No. 2.
Astuti, P. (2006). Kemandirian dan Kekerasan Terhadap Istri. Buletin Psikologi,
Th. X, No. 2.
Azwar, S. (2009). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar, S. (2011). Reliabilitas dan Validitas (Ed ke-3). Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Bramasto, T. Y. (2005). Hubungan Antara Kemandirian dan Sikap Kompetisi Superioritas, pada Siswa SMA Pangudi Luhur Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
Buari, D. P. (2003). Hubungan Antara Kecenderungan Melakukan Prokrastinasi Akademik dengan Tingkat Stress pada Mahasiswa Skripsi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
Chu, A. H. C., & Choi, J. N. (2005). Rethinking Procrastination : Positive Effects of “Active” Procrastination Behavior on Attitudes and Performance. The Journal of Social Psychology, Vol. 145, No. 3.
Clarke, D. M. (1999). Autonomy, Rationality and Wish to Die. Journal of Medical Ethics, Vol. 25, No. 6.
Dalton, J. C., & Crosby, P. C. (2011). Time on Task : The Critical Role of Self-Regulating in College Student Academic Success and Personal Development. Journal of College & Character, Vol. 12 No. 3.
Davis, E. M., (2010). Common Characteristics of young People who Text : the Connection to Autonomy, Identity, and Self-Esteem. Thesis. Utah: Utah State University.
Dewitte, S., & Schouwenberg, H. C. (2002). Procrastination, Temptation, and Incentives: The Struggle between the Present and the Future in Procrastinators and the Punctual. European Journal of Personality, Vol. 16.
Ferrari, J. R., & Tice, D. M. (2000). Procrastination as a Self-Handicap for Men and Women: A Task-Avoidance Strategy in a Laboratory Setting. Journal of Research in Personality, Vol. 34.
Ferrari, J. R., Johnson, J. L., & McCown, W. G. (1995). Procrastination and Task Avoidance: Theory, Research and Treatment. New York: Plenum press. Fibrianti, I. D. (2009). Hubungan Antara Dukungan Sosial Orang Tua dengan
Prokrastinasi Akademik dalam Menyelesaikan Skripsi pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang. Skripsi. Semarang: Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang.
Flett, G. L., Blankstein, K. R., Hewitt, P. L., & Koledin, S. (1992). Components of Perfectionism and Procrastination in College Students. Social Behavior and Personality, Vol. 20, No. 2.
Fox, S. (2012). Review Article: Adolescents, Graduated Autonomy, and Genetic Testing. Genetic Research International, Vol. 2012.
Frederik, A. (2010). Hubungan Antara Locus of Control Eksternal dengan Prokrastinasi Maladaptif pada Mahasiswa Fakultas Psikologi yang Sedang Mengerjakan Skripsi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
Herawati, F. E. (2003). Hubungan Antara Kemandirian dan Depresi pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Holloway, B. E. (2009). Does Procrastination and Stress Have an Affect on Your
Health?. Missoury Western University. Diunduh dari internet pada 16 Februari pukul 17:59 WIB.
Hurlock, E. B. (1967). Adolescent Development (3rd Ed). Boston: McGraw-Hill. Kurniawati, F. Y. (2010). Hubungan Antara Self-Regulating Learning dengan
Prokrastinasi Pada Mahasiswa yang Sedang Menyusun Skripsi. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
Milgram, N. A., Sroloff, B., Rosenbaum, M. (1988). The Procrastination of Everyday Life. Journal of Research in Personality, Vol. 22.
Muszynski, S. Y., & Akamatsu, T. J. (1991). Delay in Completion of Doctoral Dissertation in Clinical Psychology. Professional Psychology: Research and Practice, Vol. 22, No.2.
Pelawi, R. P. S (2004). Kemandirian Ditinjau dari Gaya Kelekatan pada Remaja Akhir. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. (tanpa tahun). Diunduh 11 Oktober 2012, dari http://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/17214/node/537
Petegem, S. V., Beyers, W., Vansteenkiste, M., & Soenens, B. (2012). On the Association between Adolescent Autonomy and Psychosocial Functioning: Examining Decisional Independence from a Self-Determination Theory Perspective. Developmental Psychology, Vol. 48, No. 1.
Prasetyo, B., & Jannah, L. M. (2005). Metode Penelitian Kuantitatif : Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Rice, F. P. (1996). The Adolescent (8th ed). Boston: Allyn & Bacon.
Rivzi, A., Prawitasari, J. E., & Soetjipto, H. P. (1997). Pusat Kendali dan Efikasi Diri Sebagai Prediktor Terhadap Prokrastinasi Akademik Mahasiswa.
Psikologika, No. 3, Th. II.
Rumiani. (2006). Prokrastinasi Akademik Ditinjau dari Motivasi Berprestasi dan Stres Mahasiswa. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro, Vol. 3, No. 2. Russell, S., & Bakken, R. J. (2002). Development of Autonomy in Adolescence.
University Nebraska-Lincoln. Diunduh dari internet pada 8 Maret pukul 16:23 WIB.
Solomon, L. J., & Rothblum, E. D. (1984). Academic Procrastination: Frequency and Cognitive-Behavioral Correlates. Journal of Counseling Psychology,Vol. 31, No. 4.
Steel, P. (2007). The Nature of Procrastination: A Meta-Analytic and Theoretical Review of Quintessential Self-Regulatory Failure. Psychological Bulletin,
Vol. 133, No.1.
Steinberg, L. (2002). Adolescence (6th Ed). Boston: McGraw-Hill.
Steinberg, L., & Silverberg, S. B. (1986). The Vicissitudes of Autonomy in Early Adolescent. Child Development, Vol. 57.
Tice, D. M., & Baumister R. F. (1997). Longitudinal Study of Procrastination, Performance, Stress, and Health: The Cost and Benefit of Dawdling.
Psychological Science, Vol. 8 No. 6.
VandenBos, G. R. (Ed.). (2007). APA Dictionary of Psychology (1st ed). Washington: APA.
Wilson, B. A., & Nguyen T. D. (2012). Belonging to Tomorrow: An Overview of Procrastination. International Journal of Psychological Studies, Vol. 4, No. 1, March.
Yong, F. L. (2010). A Study on the Assertiveness and Academic Procrastination of English and Communication Students at a Private University. American Journal of Scientific Research, Issue 9.
Zakiyah, N., Hidayati, F. N. R., & Setyawan, I. (2010). Hubungan Penyesuaian Diri dengan Prokrastinasi Akademik Siswa Sekolah Berasrama SMP N 3 Peterongan Jombang. Jurnal PSikologi Undip, Vol. 8, No. 2.
Zarrett, N., & Eccles, J. (2006). The Passage to Adulthood: Challenges of late adolescence. New Directions for Youth Development, No. 111.
45
46
Lampiran 1
50
Lampiran 2
53