• Tidak ada hasil yang ditemukan

Meningkatkan keterampilan bertanya jawab dalam Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi dengan model Snowball Throwing SMP Islam Sarbini Grabag Kabupaten Magelang 2012 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Meningkatkan keterampilan bertanya jawab dalam Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi dengan model Snowball Throwing SMP Islam Sarbini Grabag Kabupaten Magelang 2012 2013"

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

i

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERTANYA JAWAB

DALAM ILMU PENGETAHUAN SOSIAL EKONOMI

DENGAN MODEL

SNOWBALL THROWING

SMP ISLAM SARBINI GRABAG

KABUPATEN MAGELANG 2012/2013

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Oleh: SRIHARNI NIM: 101322005

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

PERSEMBAHAN

(5)

v

MOTTO

(6)
(7)
(8)

viii

ABSTRAK

Meningkatkan Keterampilan Bertanya Jawab dalam Ilmu Pengetahuan

Sosial Ekonomi dengan Model Snowball Throwing SMP Islam Sarbini

Grabag Kabupaten Magelang 2012/2013

Sriharni

Universitas Sanata Dharma 2013

Penelitian ini bertujuan memberikan gambaran bagaimana model pembelajaran snowball throwing dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa dalam Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi bagi siswa kelas VIII A SMP Islam Sarbini Grabag, Kabupaten Magelang.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan dalam dua siklus. Siklus I dan siklus II perlakuan model pembelajarannya sama yaitu melempar bola kertas berisi pertanyaan yang harus dijawab siswa lain. Perbedaan kedua siklus adalah pada pada pembentukan kelompok. Siklus I pembentukan kelompok berdasarkan jumlah anggota yang besar yaitu 6-7 siswa. Siklus I pembentukan kelompok berdasarkan jumlah anggota yang besar yaitu 4-5 siswa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran

snowball throwing dapat meningkatkan aktivitas belajar bertanya jawab dari kondisi awal 21,43% menjadi 63,10%, pada siklus I dan meningkat menjadi 75,71% pada siklus II. Hasil belajar siswa kondisi awal rata-rata nilai 63,93 meningkat menjadi 66,43 pada siklus I dan menjadi 76,07 pada siklus II.

(9)

ix Sriharni, Increasing know-how question and answer in Social Science Instruction Economy with the Snowball Throwing Instructional Model of Grabag Islam Sarbini Junior High School Magelang Regency 2012/2013. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma, 2013.

ABSTRACT

This research aimed at describing how the snowball throwing instructional model could increase students’ active participation and learning results in studying social science economy among the eighth A graders of Grabag Islam Sarbini Junior High School, Magelang Regency.

The method was an action research which was conducted in two cycles. In both cycles, the same instructional model was applied, that is throwing paper-ball who contained question, those that must be answered the others person. The difference both cycle was in a grouping. In Cycle I, the group was amount 6-7 person. In Cycle II, the group was amount 4-5 person.

The research results show that the application of the snowball throwing instructional model increased the students’ learning activities question and answer from the initial level of 21,43% to 63.10% in Cycle I and in Cycle II it increased to 75,71%. The students’ learning result increased from the initial average of 63,93 to 66,43 in Cycle I and to 76,07% in Cycle II.

(10)
(11)

xi

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL SKRIPSI ... HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... HALAMAN PENGESAHAN ... HALAMAN PERSEMBAHAN ... HALAMAN MOTTO ... HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... ABSTRAK ... BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... B. Pembatasan Masalah ... C. Rumusan Masalah ... D. Tujuan Penelitian ... E. Manfaat Penelitian ... BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Keterampilan Bertanya ... B. Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran ... C. Metode Pembelajaran Snowball Throwing ... D. Prestasi Belajar ... E. Kerangka Berpikir ... BAB III METODE PENELITIAN

(12)

xii C. Tempat Penelitian ... D. Waktu Penelitian ... E. Prosedur Penelitian ... F. Instrumen Penelitian ... G. Teknik Pengumpulan Data ... H. Teknik Analisis Data ... I. Indikator keberhasilan ... BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum SMP Islam Sarbini Grabag ... B. Hasil Penelitian ... C. Pembahasan ... BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... B. Saran ... C. Keterbatasan Penelitian ... DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN-LAMPIRAN ...

40 40 40 46 56 58 59

61 63 78

(13)

xiii

Pengamatan Aktivitas Tanya Jawab Pratindakan ... Daftar Nilai Ulangan Harian IPS Ekonomi Kelas VIII A

Pratindakan ... Rekapitulasi Nilai Ulangan Harian IPS Ekonomi Kelas

VIII A Pratindakan ... Rekapitulasi Hasil Ulangan Harian I IPS Ekonomi

Semester I Tahun pelajaran 2012/2013 ... Lembar Observasi Aktivitas Tanya Jawab ...

Lembar Observasi Aktivitas Guru ... Kisi-kisi Soal Tes Formatif ... Hasil Perhitungan Validitas Instrumen Uji Coba ... Kuisioner Sikap Siswa Terhadap Metode Snowboll

Throwing ... Pengamatan Aktivitas Tanya Jawab Siklus I ... Daftar Nilai Tes Formatif I IPS Ekonomi Kelas VIII A

Siklus I ... Rekapitulasi Hasil Tes Formatif I IPS Ekonomi Kelas

VIII A ... Pengamatan Aktivitas Tanya Jawab Siklus II ... Perbandingan Aktivitas Tanya Jawab Prasiklus, Siklus I,

dan Siklus II ... Daftar Nilai Tes Formatif II IPS Ekonomi Kelas VIII A

Siklus II ... Rekapitulasi Hasil Tes Formatif II IPS Ekonomi Kelas

VIII A ... Rekapitulasi Aktivitas Tanya Jawab Siswa pada

Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II ... Persentase Peningkatan Aktivitas Siswa pada Siklus I, dan

Siklus II ... Pengamatan Aktivitas Guru ... Kesimpulan Sementara Peningkatan Aktivitas Bertanya

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(15)

xv

Silabus Pembelajaran IPS ... Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... Daftar Kelompok Siklus I ... Daftar Kelompok Siklus II ... Soal Uji Coba ...

Analisis, Validitas, Uji Daya Beda, Tingkat Kesukaran ... Soal Tes Formatif I ... Soal Tes Formatif II ... Lembar Observasi Aktivitas Tanya Jawab Siswa VIII A

Pratindakan ... Lembar Observasi Aktivitas Tanya Jawab Siswa VIII A

Siklus I ... Lembar Observasi Aktivitas Tanya Jawab Siswa VIII A

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah interaksi antara guru dan anak didik yang dapat melestarikan serta mengembangkan kebudayaan yang berhubungan dengan usaha-usaha pengembangan manusia. Pendidikan dipandang sebagai salah satu faktor utama yang menentukan pertumbuhan ekonomi yaitu meningkatkan produksivitas tenaga terdidik. Di samping itu, pendidikan dipandang mempunyai peranan penting dalam menjamin perkembangan dan kelangsungan suatu bangsa.

Perkembangan zaman yang semakin moderen terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan.

(17)

2

Pembelajaran diartikan sebagai proses membangun makna/pemahaman terhadap informasi dan/atau pengalaman. Proses membangun makna tersebut dapat dilakukan sendiri oleh siswa atau bersama orang lain. Proses itu disaring dengan persepsi, pikiran (pengetahuan awal), dan perasaan siswa (Sidi, 2004: 4). Belajar bukanlah proses menyerap pengetahuan yang sudah jadi bentukan guru.

Pembelajaran yang bermakna akan membawa siswa pada pengalaman belajar yang mengesankan. Pengalaman yang diperoleh siswa akan semakin berkesan apabila proses pembelajaran yang diperolehnya merupakan hasil dari pemahaman dan penemuannya sendiri. Dalam konteks ini siswa mengalami dan melakukannya sendiri. Proses pembelajaran yang berlangsung melibatkan siswa sepenuhnya untuk merumuskan sendiri suatu konsep. Keterlibatan guru hanya sebagai fasilitator dan moderator dalam proses pembelajaran tersebut.

Menurut Kurikulum Berbasis Kompetensi yang disempurnakan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) bahwa setiap individu mempunyai potensi yang harus dikembangkan, maka proses pembelajaran yang cocok adalah yang menggali potensi anak untuk dikembangkan agar selalu kreatif dan berkembang.

(18)

3

sejak dulu, sehingga untuk mengadakan perubahan ke arah pembelajaran yang aktif, kreatif, menyenangkan agak sulit.

Proses pembelajaran yang diselenggarakan secara formal di sekolah dimaksudkan untuk mengarahkan perubahan pada diri siswa menuju hal yang positif secara terencana, baik aspek pengetahuan, keterampilan maupun sikap. Proses pembelajaran formal dengan berbagai metode dan model pembelajaran akan menjadikan tujuan pembelajaran lebih terarah.

Berdasarkan pengamatan pratindakan terhadap proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di kelas VIII A SMP Islam Sarbini Grabag Kabupaten Magelang diperoleh informasi bahwa selama proses pembelajaran, guru belum memberdayakan seluruh potensi dirinya sehingga sebagian besar siswa belum mampu mencapai kompetensi individual yang diperlukan untuk mengikuti pelajaran lanjutan. Beberapa siswa belum belajar sampai pada tingkat pemahaman. Siswa baru mampu menghafal fakta, konsep, prinsip, hukum, teori, dan gagasan inovatif lainnya pada tingkat ingatan, mereka belum dapat menggunakan dan menerapkannya secara efektif dalam pemecahan masalah sehari-hari yang kontekstual.

(19)

4

Upaya untuk membangkitkan motivasi siswa kelas VIII A SMP Islam Sarbini Grabag Kabupaten Magelang dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial tentang “Pasar” sudah dilakukan guru kelas dengan berbagai macam cara seperti, memberi kesempatan siswa untuk bertanya dan mengemukakan gagasan, serta berdiskusi kelompok. Namun, dalam pratindakan, siswa yang terlibat aktif dalam tanya jawab masih sedikit sehingga yang terlihat aktif hanya guru memberikan materi pelajaran. Aktivitas siswa dalam pembelajaran khususnya tanya jawab dapat dilihat pada tabel I.1 di bawah ini.

Tabel I.1

Pengamatan Aktivitas Tanya Jawab Pratindakan

No. Aktivitas Frekuensi Persentase

1. Bertanya kepada teman tentang

materi pelajaran 24 85,71%

2. Bertanya pada guru tentang

materi pelajaran 14 50,00%

3. Menjawab pertanyaan teman

tentang materi pelajaran 24 85,71%

4. Menjawab pertanyaan guru

tentang materi pelajaran 12 42,86%

5. Menanggapi jawaban siswa lain 11 39,29%

Rata-rata 17 60,71%

Sumber: Observasi Pratindakan, 2012

(20)

5

Sosial pada tabel I.2 dan rekapitulasi nilai ulangan harian IPS Ekonomi kelas VIII A pratindakan pada tabel I.3.

Tabel I.2

Daftar Nilai Ulangan Harian IPS Ekonomi Kelas VIII A Pratindakan

No NIS Nama Siswa Nilai

(21)

6

Tabel I.3

Rekapitulasi Nilai Ulangan Harian IPS Ekonomi Kelas VIII A Pratindakan

Jumlah

Siswa KKM

Tidak Tuntas Tuntas

Siswa Persentase Siswa Persentase

28 65 18 64,29 10 35,71

Sumber: Observasi Pratindakan, 2012

Terkait belum optimalnya hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas VIII A SMP Islam Sarbini Grabag Kabupaten Magelang ditemukan faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar di SMP Islam Sarbini Grabag Kabupaten Magelang. Faktor-faktor tersebut berasal dari siswa dan guru.

Faktor-faktor penyebab rendahnya hasil belajar yang berasal dari siswa yaitu, (1) siswa kurang semangat dalam mengikuti pelajaran dikelas, terutama pada jam terakhir, (2) kurangnya minat belajar siswa, (3) input siswa yang rendah, (4) latar belakang siswa sebagian besar dari keluarga ekonomi rendah dan keluarga broken home sehingga orang tua kurang mendukung aktivitas belajar.

Faktor-faktor penyebab rendahnya hasil belajar yang berasal dari guru yaitu, (1) guru belum menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dan materi sehingga menyebabkan pembelajaran monoton dan tidak menyenangkan, (2) guru masih menggunakan media yang sederhana sehingga pembelajaran kurang menarik.

(22)

7

merencanakan penelitian dengan judul "Meningkatkan Keterampilan Bertanya Jawab dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi dengan Model Snowball Throwing Siswa Kelas VIII A SMP Islam Sarbini Grabag Kabupaten Magelang".

Penulis memilih model pembelajaran snowball throwing karena dalam model ini terdapat kegiatan yang mengharuskan siswa untuk membuat pertanyaan berkaitan dengan materi. Pertanyaan yang dibuat siswa harus dijawab siswa lain. Menurut penulis, kegiatan bertanya jawab ini merupakan kegiatan belajar yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

B. Pembatasan Masalah

Berdasarkan permasalahan-permasahan yang ditemukan, penulis akan membatasi penelitian pada peningkatan aktivitas belajar siswa khususnya keterampilan bertanya jawab dan penerapan model pembelajaran snowball throwing. Penelitian ini dimaksudkan untuk menyelidiki bagaimana penerapan model pembelajaran snowball throwing pada upaya meningkatkan keterampilan bertanya jawab sehingga berdampak pada meningkatnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi materi “Pasar”, kelas VIIII A SMP Islam Sarbini Grabag.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah:

(23)

8

Pengetahuan Sosial Ekonomi materi Pasar, siswa kelas VIII A SMP Islam Sarbini Grabag semester I tahun pelajaran 2012/2013?

2. Apakah penerapan model pembelajaran snowball throwing dapat meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi materi Pasar, siswa kelas VIII A SMP Islam Sarbini Grabag semester I tahun pelajaran 2012/2013?

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk meningkatkan keterampilan bertanya jawab dalam belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi materi pasar, melalui model pembelajaran

snowball throwing, bagi siswa kelas VIII A SMP Islam Sarbini Grabag semester I tahun pelajaran 2012/2013.

2. Untuk meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi materi pasar, melalui model pembelajaran snowball throwing, bagi siswa kelas VIII A SMP Islam Sarbini Grabag semester I tahun pelajaran 2012/2013.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi guru, siswa, dan lembaga sekolah.

1. Bagi Guru

(24)

9

tentang pembelajaran aktif melalui model pembelajaran snowball throwing.

2. Bagi Siswa

Penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang materi yang telah disampaikan oleh guru, membiasakan siswa untuk belajar aktif dan kreatif dengan bertanya jawab, meningkatkan tanggung jawab dan rasa kebersamaan bagi setiap kelompok kerja dalam melaksanakan tugas pembelajaran.

3. Bagi Sekolah

(25)

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Keterampilan Bertanya

1. Pengertian Keterampilan Bertanya

Bertanya menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 1628) adalah meminta keterangan, penjelasan; meminta supaya diberi tahu tentang sesuatu. Keterampilan bertanya merupakan keterampilan yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari orang lain. Hampir seluruh proses evaluasi, pengukuran, penilaian, dan pengujian dilakukan melalui pertanyaan.

Menurut Browne (1990), bertanya adalah setiap pernyataan yang mengkaji atau menciptakan ilmu pada diri peserta didik. Cara untuk mengajukan pertanyaan yang berpengaruh positif bagi kegiatan belajar peserta didik merupakan suatu hal yang tidak mudah. Oleh sebab itu, sebagai pendidik kita hendaknya berusaha agar memahami dan menguasai penggunaan keterampilan dasar mengajar bertanya.

Keterampilan dasar bertanya dapat kita kelompokkan menjadi dua tingkatan, yaitu keterampilan dasar bertanya tingkat dasar dan keterampilan dasar bertanya tingkat lanjut. Keterampilan dasar bertanya tingkat dasar mempunyai beberapa komponen dasar yang perlu diterapkan dalam mengajukan segala jenis pertanyaan.

(26)

11

dasar, dan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik, memperbesar partisipasi mereka dan mendorong mereka agar dapat mengambil inisiatif sendiri.

2. Komponen Keterampilan Bertanya

Keterampilan bertanya memiliki beberapa komponen. Komponen tersebut tergantung pada tingkatannya, yaitu tingkat dasar dan tingkat lanjut.

a. Keterampilan bertanya tingkat dasar

1) Penggunaan pertanyaan secara jelas dan singkat

Pertanyaan guru harus diungkapkan secara jelas dan singkat dengan menggunakan kata-kata yang mudah dipahami oleh peserta didik sesuai dengan taraf perkembangannya. Tingkatan ini jarang digunakan pada peserta didik kecuali untuk beberapa disiplin ilmu yang memang masih baru atau masih asing sehingga pertanyaan yang diberikan masih bersifat dasar.

2) Pemberian acuan

(27)

12

3) Pemindahan giliran

Ada kalanya satu pertanyaan perlu dijawab oleh lebih dari seorang peserta didik, karena jawaban yang diberikan belum benar atau belum memadai. Untuk itu kita dapat menggunakan teknik pemindahan giliran. Mula-mula kita mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, kemudian memilih salah seorang peserta didik untuk menjawab, dengan cara menyebut namanya, atau dengan menunjuk salah seorang dari mereka. Sangat mungkin jawaban yang muncul pertama kali baru satu perspektif, maka kita dapat menawarkan kembali kepada peserta didik lain tentang pertanyaan yang kita ajukan tersebut.

4) Penyebaran

Untuk melibatkan peserta didik sebanyak-banyaknya di dalam pelajaran, kita perlu menyebarkan giliran untuk menjawab pertanyaan secara acak. Kita hendaknya berusaha melontarkan pertanyaan ke semua peserta didik agar semua mendapat giliran yang sama.

5) Pemberian waktu berpikir

(28)

13

6) Pemberian tuntunan

Bila seorang peserta didik memberikan jawaban yang kurang rasional atau kurang tepat, kita hendaknya memberikan beberapa batasan atau catatan kepada peserta didik itu, agar ia dapat menemukan sendiri jawaban yang benar baik dengan mendiskusikan bersama sesama teman atau melalui penelusuran di perpustakaan.

b. Komponen-komponen keterampilan bertanya tingkat lanjut

1) Pengubahan tuntunan tingkat kognisi dalam menjawab pertanyaan Pertanyaan yang kita kemukakan dapat mengandung proses mental yang rendah sampai proses mental yang tinggi. Oleh karena itu, dalam mengajukan pertanyaan, kita hendaknya berusaha mempertimbangkan tuntutan tingkat kognisi dalam menjawab pertanyaan dari tingkat yan paling rendah, yaitu: evaluasi ingatan, pemahaman penerapan, analisis, sintesis dan, aplikasi. Tentu kita harus membedakan tingkat berpikir yang hanya mengetahui dengan yang tingkat menganalisis.

2) Pengaturan urutan pertanyaan

(29)

14

ingatan, setelah itu pertanyaan kita naikkan ke pemahaman, penerapan, analisis, dan akhirnya evaluasi.

3) Penggunaan pertanyaan pelacak

Jika jawaban yang diberikan peserta didik kita nilai benar, tetapi masih dapat ditingkatkan menjadi labih sempurna, maka kita dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan pelacak kepada mereka. 4) Peningkatan terjadinya interaksi

Agar peserta didik lebih terlibat secara keseluruhan, jawaban yang mungkin belum sempurna diberikan oleh salah seorang siswa tidak harus langsung kita jawab tetapi kita lontarkan kembali ke semua orang agar memberikan komentar atau jawaban.

5) Prinsip keterampilan bertanya

Kalau kita ingin mempunyai keterampilan bertanya yang baik kita dapat mencermati prinsip-prinsip penggunaan keterampilan bertanya berikut ini.

a) Kehangatan dan antusias

(30)

15

gerakan, dan posisi badan menampakkan ada tidaknya kehangatan dan antusiasme kita.

b) Kebiasaan yang perlu dihindari

(1) Jangan mengulang-ulang pertanyaan apabila peserta didik tak mampu menjawabnya. Hal ini dapat menyebabkan munurunnya perhatian dan partisipasi.

(2) Jangan mengulang-ulang jawaban peserta didik.

(3) Jangan menjawab sendiri pertanyaan yang diajukan sebelum peserta didik memperoleh kesempatan untuk menjawabnya.

(4) Usahakan agar peserta didik tidak menjawab pertanyaan secara serempak, sebab kita tidak mengetahui dengan pasti siapa yang menjawab dengan benar dan siapa yang salah. (5) Menentukan siswa yang harus menjawab sebelum

mengajukan pertanyaan. Oleh karena itu, pertanyaan diajukan terlebih dahulu kepada seluruh siswa. Baru kemudian guru menunjuk salah seorang untuk menjawab. (6) Pertanyaan ganda. Guru kadang mengajukan pertanyaan

yang sifatnya ganda, menghendaki beberapa jawaban atau kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa.

3. Tujuan Keterampilan Bertanya

(31)

16

a. Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu peserta didik terhadap suatu masalah yang sedang dibicarakan.

Dengan memberikan pertanyaan kita akan dapat menarik minat peserta didik dalam pembelajaran. Terlebih jika pertanyaan yang kita berikan tidak sembarangan, memerlukan pemikiran dan renungan mendalam karena cukup pelik dan tidak dapat dilihat secara hitam putih. Untuk memancing rasa ingin tahu peserta didik kita perlu memilih pertanyaan terkait dengan isu-isu baru dan sesuai dengan dunia peserta didik.

b. Memusatkan perhatian siswa pada suatu masalah yang sedang dibahas.

(32)

17

biasanya sudah berkurang orang yang tidak memperhatikan pembelajaran.

c. Mendiagnosis kesulitan-kesulitan khusus yang menghambat peserta didik dalam belajar.

Dengan melontarkan pertanyaan kita akan mengetahui sejauh mana pemahaman peserta didik tentang topik pembelajaran. Jika sudah paham, kita dapat meneruskan topik pembelajaran berikutnya, namun jika belum paham kita dapat mengulangi pembahasan atau mendiskusikan lebih jauh, atau mengulangi lagi pada pertemuan berikutnya. Selain itu, jika peserta didik belum paham terhadap materi pembelajaran, kita dapat segera mengidentifikasi berbagai penyebabnya sehingga akan kita tawarkan solusinya.

d. Mengembangkan cara belajar siswa aktif.

Bertanya pada dasarnya ada proses memahami yang pro-aktif. Bertanya berarti memahami sebagian materi. Bertanya dapat melatih peserta didik aktif mencari dan menemukan pengetahuan baru.

e. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengasimilasikan informasi.

(33)

18

f. Mendorong siswa mengemukakan pendapat dalam diskusi.

Dengan kita memberikan pertanyaan kepada seluruh anak, mereka dibiasakan mengemukakan pendapat di muka umum. Di samping itu, jika terjadi perbedaan pandangan mereka akan dilatih menghargai pandangan orang lain.

g. Menguji dan mengukur hasil belajar.

Tujuan terakhir dari keterampilan bertanya adalah untuk menguji dan mengukur hasil belajar. Ini berarti kegiatan bertanya dikaitkan dengan tujuan pembelajaran sudah tercapai atau belum.

B. Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran

1. Definisi Pendekatan CTL

Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

(34)

19

pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil. Dalam pembelajaran kontektual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru.

Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual. Aspek penting yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran berbasis CTL adalah guru harus dapat membawa siswa ke dalam situasi belajar yang dapat menghubungkan apa saja yang ada di sekolah atau kelas dengan apa yang ada dalam kehidupan nyata siswa. Dengan demikian siswa akan merasakan dan menyadari manfaat belajar dengan pergi ke sekolah. Siswa juga dapat membuktikan sendiri dan menemukan jawaban dalam menghadapi kehidupan di luar kelas yang penuh tantangan dan masalah.

(35)

20

mengumpulkan data, analisis data, dan menarik kesimpulan (inquiry). Seluruh proses dan hasil belajar diukur dengan berbagai cara dan diamati dengan indikator yang jelas (outhentic assessment). Setiap selesai pembelajaran guru wajib melakukan refleksi terhadap proses dan hasil pembelajaran (reflection).

2. Karakteristik Pendekatan CTL

Pembelajaran yang dilaksanakan dengan pendekatan CTL memiliki karakteristik sebagai berikut.

a. Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks yang otentik, artinya pembelajaran diarahkan agar siswa memiliki keterampilan dalam memecahkan masalah dalam konteks nyata atau pembelajaran diupayakan dilaksanakan dalam lingkungan yang alamiah (learning in real life setting). Dengan berbagai cara dan diamati dengan indikator yang jelas (outhentic assessment). Setiap selesai pembelajran guru wajib melakukan refleksi terhadap proses dan hasil pembelajaran (reflection).

b. Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugas-tugas yang bermakna (meaningful learning).

c. Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna kepada siswa melalui proses mengalami (learning by doing).

(36)

21

e. Kebersamaan, kerja sama, dan saling memahami secara mendalam merupakan aspek penting untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan (learning to know each other deeply).

f. Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, dan mementingkan kerja sama (learning to ask, to inquiry, to work together).

g. Pembelajaran dilaksanakan dengan cara yang menyenangkan (learning as an enjoy activity).

Temuan penelitian menunjukkan bahwa CTL memiliki kesesuaian dengan roh Kurikulum Berbasis Kompetensi dan merupakan salah satu strategi yang sangat tepat untuk mengoperasionalkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (Nur, 2001).

3. Prinsip-Prinsip CTL

(37)

22

Kehadiran CTL diharapkan dapat mengubah pembelajaran tradisional ke arah pembelajaran kontekstual. Pembelajaran tradisional biasanya diasosiasikan dengan pembelajaran yang bercirikan (1) siswa pasif karena gurunya yang dominan, (2) guru hanya mengandalkan materi dari buku teks, buku teks merupakan satu-satunya sumber belajar, (3) siswa hanya diajak menghafal, mencatat, melakukan pengulangan-pengulangan yang sifatnya mekanis, dan (4) siswa bekerja secara individual, dan tes hanya bersifat hafalan. Jika masih ada guru yang demikian diharapkan pembelajarannya diubah ke arah pembelajaran kontekstual yang bercirikan: berbasis pemecahan masalah, memberdayakan konteks alamiah, menggunakan beragam sumber yang relevan, menggunakan penilaian otentik dengan beragam alat ukur yang sesuai, guru bertindak sebagai fasilitator, pembimbing, siswa diajak untuk bekerja sama,dan siswa belajar bukan diberitahu tetapi dari mengalami, menemukan, dan akhirnya memperkuat temuannya.

4. Pilar CTL

Terdapat tujuh prinsip (pilar) CTL yang diharapkan dapat mengubah pembelajaran dari tradisional ke pembelajaran kontekstual. Ketujuh prinsip CTL tersebut diuraikan berikut ini.

a. Konstruktivisme

(38)

23

sumber daya manusia yang ideal. Paradigma behavioristic yang dipegang guru selama ini, yang wujudnya dalam proses pembelajaran berupa transfer pengetahuan dari guru ke siswa, telah menunjukkan kegagalannya dalam menghasilkan lulusan pendidikan yang ideal. Cara pandang behavioristic ini harus secara radikal diganti dengan cara pandang konstruktivistik.

Ciri khas paradigma konstruktivistik adalah aktivitas dan keterlibatan siswa dalam upaya proses belajar dengan memanfaatkan pengetahuan awal dan gaya belajar masing-masing siswa dengan bantuan guru sebagai fasilitator yang membantu siswa apabila siswa mengalami kesulitan dalam upaya belajarnya. Dalam kaitannya dengan pemberian bantuan, guru hanya membantu siswa dengan memberikan arahan atau media dalam mengerjakan tugas-tugas yang sulit dikuasai siswa. Namun, tanggung jawab penyelesaian tugas tetap pada diri siswa. Ada kemungkinan dalam mengerjakan tugas, siswa melakukan beberapa kesalahan tetapi dengan mediasi atau bantuan baik berupa umpan balik, bimbingan maupun petunjuk yang diberikan guru, siswa dapat mengerjakan tugas-tugas tersebut dan mencapai tujuan. Pemberian bantuan semacam ini dikenal dengan istilah

scaffolding.

(39)

24

memahami benar bahwa pengetahuan itu dibangun sedikit demi sedikit, dan diperluas atau diperdalam melalui kegiatan mengalami dalam konteks alamiah/nyata. Hal ini akan tercermin dalam skenario pembelajarannya yang didesain secara bertahap dalam bentuk fase-fase untuk membantu siswa mencapai kompetensi optimal yang harus dikuasai.

Berdasarkan uraian di atas, dapat ditegaskan bahwa inti dari konstruktivistik adalah membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal. Pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima

pengetahuan b. Inkuiri

Inquiri adalah kegiatan inti dari pembelajaran berbasis CTL. Inquiri diawali dengan pengamatan untuk memahami konsep/fenomena dan dilanjutkan dengan melaksanakan kegiatan bermakna untuk menghasilkan temuan. Dengan mengembangkan keterampilan berpikir kritis, siklus inquiri adalah sebagai berikut: mengamati, bertanya, mengajukan dugaan sementara (hipotesis), mengumpulkan data, menganalisis data , dan merumuskan teori.

(40)

25

diselesaikan dengan baik. Hal yang perlu ditegaskan dalam inquiri adalah harus terjadi proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman dan siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis.

c. Bertanya (Questioning)

Questioning atau bertanya adalah salah satu prinsip pembelajaran CTL. Bertanya dalam pembelajaran CTL dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong siswa mengetahui sesuatu, mengarahkan siswa untuk memperoleh informasi, membimbing dan mengetahui kemampuan berpikir siswa. Bertanya merupakan bagian yang sangat penting dalam belajar. Pertanyaan yang diajukan oleh siswa merupakan indiaktor bahwa siswa sudah mulai belajar. Tanpa pertanyaan, siswa dapat dikatakan belum belajar. Jika seseorang siswa bertanya, maka ia sudah melihat permasalahan atau masalah pada sesuatu yang sedang dipelajari. Pemunculan masalah menandakan bahwa siswa sudah mulai berpikir, dan jika masalah itu dirumuskan menjadi pertanyaan berarti siswa itu berkehendak untuk menemukan jawaban atas masalah yang ditemukan; berarti pula siswa berkehendak untuk mengembangkan pikiran lebih lanjut. Itulah belajar.

(41)

26

umumnya mengajukan pertanyaan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana materi pelajaran yang diceramahkan guru sudah dipahami siswa, atau hanya untuk membawa siswa ke pamahaman materi pelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Namun, pertanyaan yang diajukan dalam proses pembelajaran kontekstual mempunyai tujuan lebih dari itu. Ada tiga tujuan pokok dari dikemukakannya pertanyaan dalam proses pembelajaran, yaitu: meningkatkan tingkat berpikir siswa, mengecek pemahaman siswa, dan meningkatkan partisipasi belajar siswa. Pada pembelajaran berbasis kompetensi, khususnya pada pembelajaran yang menggunakan model belajar penemuan (discovery-inquiry learning), tujuan diajukannya pertanyaan dalam kelas lebih banyak lagi, yang utama adalah:

1) mendorong siswa untuk menggali informasi, 2) merangsang rasa ingin tahu,

3) melatih siswa untuk mengidentifikasi dan menemukan masalah, 4) membimbing siswa untuk merumuskan hipotesis,

5) membimbing siswa untuk mengolah data,

6) membimbing siswa untuk menarik kesimpulan berdasarkan data 7) membimbing siswa untuk mentransfer pengetahuan atau konsep

(42)

27

bertanya, tukar pengalaman, dan berbagi ide. Pertanyaan kreatif diharapkan muncul dari siswa. Sekelompok orang yang terikat dalam kegiatan belajar

d. Masyarakat Belajar

Masyarakat belajar atau learning community adalah kegiatan pembelajaran yang difokuskan pada aktivitas berbicara dan berbagi pengalaman dengan orang lain. Aspek kerja sama dengan orang lain untuk menciptakan kerja sama yang lebih baik adalah tujuan pembelajaran yang menerapkan learning community. Hal yang berbeda dan mendapatkan penekanan dalam pembelajaran yang menerapkan prinsip masyarakat belajar adalah pentingnya membangun tim atau kelompok yang tangguh. Kelompok yang tangguh adalah kelompok yang tiap anggotanya mau saling berbagi, saling mendukung, saling mau menerima kelebihan dan kekurangan orang lain.

(43)

28

tidak harus dihindari dengan menggunakan teknik diskusi atau pembelajaran yang benar-benar kooperatif bukan sekadar kolaboratif. Masyarakat belajar adalah salah satu kecakapan hidup yang perlu dilatihkan sejak dini karena pada kenyataannya dalam hidup bermasyarakat, 99% sukses hidup seseorang ditentukan oleh kemampuannya dalam bekerja sama dengan orang lain.

e. Pemodelan

Teori tentang pentingnya pemodelan dalam pembelajaran kontekstual diadopsi dari teori belajar sosial yang dikembangkan oleh Bandura (Dahar, 1988). Dalam teorinya, Bandura berpendapat bahwa manusia itu belajar dari suatu model dan belajar dari keberhasilan dan kegagalan orang lain. Sebagai contoh, guru-guru olah raga mendemontrasikan loncat tinggi dan para siswa menirunya. Bandura menyebut ini no-trial learning, karena siswa tidak harus melalui proses pembentukan (shaping process), tetapi dengan segera menghasilkan respons yang benar (Dahar, 1989).

(44)

29

(45)

30

menciptakan model baru yang jauh lebih baik. Buah dari reproduksi adalah reinforcement atau penguatan berupa pujian atau bentuk-bentuk yang lain. Penguatan ini akan memberikan motivasi atau semangat untuk membuat model yang lebih baik. Fase keempat dalam belajar melalui model adalah fase motivasi. Dari penguatan atau motivasi inilah seorang pembelajar akan berani menampilkan model yang dibuatnya dengan penuh keberanian.

Teknik modeling adalah penggunaan model untuk memperkaya stuktur pengetahuan atau skemata isi terkait dengan aspek yang akan dikembangkan. Melalui model ini siswa diajak untuk menganalisis dan mensintesis kelebihan dan kekurangan model dan mengembangkan model lain yang lebih baik.

(46)

31

kelebihan atau kekurangannya dan untuk menciptakan model yang lebih baik.

f. Penilaian Otentik

Di samping istilah penilaian otentik, akhir-akhir ini juga sedang marak dibicarakan istilah penilaian kelas. Apakah sebenarnya penilaian otentik itu dan apa kaitannya antara penilaian otentik dengan penilaian kelas atau sering juga disebut penilaian berbasis kelas? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, di sini akan dijelaskan pengertian dan hubungan dari kedua istilah tersebut.

Penilaian adalah proses pengumpulan data/bukti untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa. Berdasarkan definisi tersebut, maka penilaian kelas dapat diartikan sebagai proses pengumpulan informasi yang dilakukan oleh guru untuk mengukur proses dan hasil belajar siswa. Definisi ini selaras dengan definisi yang dikemukakan oleh O’Malley dan Valdez Pierce (1996) yang menyatakan bahwa

penilaian berbasis kelas adalah penilaian yang merefleksikan proses belajar siswa, kemampuan siswa, motivasi dan sikap-sikap siswa dalam pembelajaran. Definisi ini menyatakan bahwa fokus penilaian kelas adalah proses dan hasil belajar siswa.

(47)

32

diri sendiri (self-evaluation) adalah aspek penting, karena siswa harus mengetahui dengan sadar letak keberhasilan atau kemajuannya. Penilaian kinerja ini dimaksudkan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Penilaian yang demikian inilah yang disebut dengan penilaian otentik.

Penilaian otentik dapat didefinisikan sebagai proses pengumpulan informasi yang dilakukan oleh guru untuk mengetahui perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan siswa melalui berbagai teknik pengukuran yang mampu mengungkapkan, membuktikan, atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran dan kemampuan (kompetensi) telah dikuasai dan dicapai (O’Malley dan Valdez Pierce, 1996). Penilaian otentik untuk mendeskripsikan berbagai bentuk penilaian yang merefleksikan proses pembelajaran yang dialami siswa, kemampuan siswa, motivasi siswa, dan sikap yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Penilaian otentik menuntut siswa mengaplikasikan keterampilan dan pengetahuannya dalam konteks yang bermakna. Penilaian otentik mengamanatkan agar instrumen penilaian benar-benar dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.

(48)

33

proses dan hasil belajar siswa, harus dilaksanakan dengan menggunakan paradigma/prinsip penilaian otentik.

Penilaian otentik yang dilaksanakan dalam pembelajaran didasarkan atas prinsip-prinsip sesuai yang dikemukakan oleh Nurhadi, dkk. (2004: 52), yakni: 1) harus mengukur semua aspek pembelajaran, 2) dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung, 3) menggunakan berbagai cara dan berbagai sumber, 4) tes hanya salah satu alat pengumpul data penilaian, 5) tugas-tugas yang diberikan kepada siswa harus mencerminkan bagian-bagian kehidupan siswa yang nyata setiap hari, mereka harus dapat menceritakan pengalaman atau kegiatan yang mereka lakukan setiap hari, dan 6) penilaian harus menekankan kedalaman pengetahuan dan keahlian siswa, bukan hanya sekadar keluasannya (kuantitas).

Proses penilaian otentik harus dilaksanakan secara terus-menerus, yaitu guru secara terus-menerus berinteraksi dan mengamati aktivitas siswa dalam berbagai kegiatan pembelajaran. Untuk mewujudkan penilaian yang seperti itu, akhir-akhir ini telah dikembangkan beragam alat penilaian otentik, yaitu portofolio, performasi/kinerja, lembar observasi, jurnal, log, dan tes.

g. Refleksi

(49)

34

atau pengalaman yang terjadi dalam pembelajaran, dan memberikan masukan-masukan perbaikan jika diperlukan.

Dalam menerapkan prinsip refleksi ini diperlukan keterbukaan dari guru untuk menerima kritik dan saran terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan guna perbaikan pada pembelajaran berikutnya. Dengan memperhatikan prinsip ini sebenarnya guru dituntut untuk menyiapkan pembelajaran secara baik dan seksama agar respon balik yang kita terima juga baik.

C. Metode Pembelajaran Snowball Throwing

1. Pengertian Snowball Throwing

(50)

35

(cooperative learning), pembelajaran partisipatorik, mengajar reaktif (reactive teaching), dan pembelajaran yang menyenangkan (joyfull learning).

Pengetahuan tumbuh dan berkembang melalui pengalaman. Pengalaman semakin dalam dan semakin kuat apabila selalu diuji dengan pengalaman baru. Menurut Piaget manusia memilki struktur pengetahuan dalam otaknya, yang masing-masing individu memilki kemampuan yang berbeda-beda. Setiap pengalaman baru (struktur pengetahuan) dihubungkan dan disimpan di dalam otak manusia. Struktur pengetahuan dikembangkan dalam otak manusia melalui dua cara, yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah struktur pengetahuan dibuat atau dibangun atas dasar struktur pengetahuan yang sudah ada. Akomodasi adalah struktur pengetahuan yang sudah ada dimodifikasi untuk menampung dan menyesuaikan dengan pengalaman baru yang diperoleh.

(51)

36

Di dalam metode pembelajaran snowball throwing strategi memperoleh dan pendalaman pengetahuan lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan tersebut.

2. Kelebihan Pembelajaran Metode Snowball Throwing

a. Melatih kesiapan siswa dalam merumuskan pertanyaan dengan bersumber pada materi yang diajarkan serta saling memberikan pengetahuan.

b. Siswa lebih memahami dan mengerti secara mendalam tentang materi pelajaran yang dipelajari. Hal ini disebabkan karena siswa mendapat penjelasan dari teman sebaya yang secara khusus disiapkan oleh guru serta mengerahkan penglihatan, pendengaran, menulis, dan berbicara mengenai materi yang didiskusikan dalam kelompok.

c. Dapat membangkitkan keberanian siswa dalam mengemukakan pertanyaan kepada teman lain maupun guru.

d. Melatih siswa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh temannya dengan baik.

e. Merangsang siswa mengemukakan pertanyaan sesuai dengan topik yang sedang dibicarakan dalam pelajaran tersebut.

f. Siswa akan lebih mengerti makna kerjasama dalam menemukan pemecahan suatu masalah.

g. Siswa akan memahami makna tanggung jawab.

(52)

37

i. Siswa akan terus termotivasi untuk meningkatkan kemampuannya. 3. Kelemahan Pembelajaran Metode Snowball Throwing

a. Terciptanya suasana kelas yang ramai yang dapat mengganggu kelas lain.

b. Adanya siswa yang bergantung pada siswa lain/ kurang mandiri dalam membuat pertanyaan yang akan dilemparkan kepada kelompok lain.

D. Prestasi Belajar

Menurut Sardiman (2001: 46), prestasi adalah kemampuan nyata yang merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi baik dari dalam maupun dari luar individu dalam belajar. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 186), prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya). Sedangkan menurut Winkel (1996: 165), prestasi adalah bukti usaha yang telah dicapai.

Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi merupakan suatu hasil yang telah dicapai sebagai bukti usaha yang telah dilakukan. Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang setelah ia melakukan perubahan belajar, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Di dalam webster’s New Internasional Dictionary mengungkapkan tentang prestasi yaitu: “Achievement test a standardised test for measuring the skill

(53)

38

garis-garis pekerjaan atau belajar. Dalam kamus popular, prestasi ialah hasil sesuatu yang telah dicapai (Purwodarminto, 1979: 251).

E. Kerangka Berpikir

Penerapan model pembelajaran snowball throwing merupakan salah satu wujud aplikasi pembelajaran bermakna dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Melalui model pembelajaran snowball throwing, siswa dilibatkan secara holistik baik aspek fisik, emosional, dan intelektualnya.

(54)

39

BAB III.

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Ebbut dalam Wiriaatmadja (2005), PTK adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktik pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dan tindakan-tindakan tersebut. PTK diterapkan pada mata pelajaran ekonomi dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing.

B. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII A SMP Islam Sarbini Grabag Kabupaten Magelang dengan jumlah siswa 28 orang. Penulis memilih kelas VIII A dengan pertimbangan hasil belajarnya paling rendah dibandingkan kelas lain. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan perbandingan rekapitulasi hasil ulangan harian I Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi Semester I Tahun pelajaran 2012/2013.

Tabel III.1

Rekapitulasi Hasil Ulangan Harian I

IPS Ekonomi Semester I Tahun Pelajaran 2012/2013

Kelas Jumlah

Siswa KKM

Tidak Tuntas Tuntas

Siswa Persentase Siswa Persentase

VIII A 28 65 18 64,29 10 35,71

VIII B 25 65 10 40 15 60

(55)

40

2. Objek Penelitian

Objek penelitian tindakan kelas ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing yang akan diterapkan guru untuk meningkatkan keterampilan bertanya jawab dan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi. Hal ini didasari pada prestasi belajar yang rendah, partisipasi aktif siswa rendah, dan variasi mengajar guru yang monoton. Adapun jenis tindakan yang diteliti adalah aktivitas siswa dalam memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru, membaca materi pembelajaran, kemampuan bertanya jawab, dan kerja sama dalam tim/berdiskusi.

C. Tempat Penelitian

Penulis mengambil lokasi penelitian di SMP Islam Sarbini Grabag Kabupaten Magelang dengan pertimbangan penulis bekerja pada sekolah tersebut, sehingga memudahkan dalam mencari data, peluang waktu yang luas, dan subjek penelitian yang sesuai dengan profesi penulis. Selain itu, input siswa SMP Islam Sarbini Grabag yang rendah.

D. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan September sampai dengan bulan Oktober 2012.

E. Prosedur Penelitian

(56)

41

yang efektif, sehingga dimungkinkan adanya tindakan yang berulang dengan revisi untuk meningkatkan hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi. Peneliti melakukan kegiatan-kegiatan sesuai perencanaan tindakan yang dibuat. Peneliti selalu bekerja sama dengan guru bidang studi Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai observer untuk mengamati serta mendata aktivitas guru dan siswa. Penelitian ini terdiri dari dua siklus dengan empat kegiatan utama yang ada di setiap siklus, yaitu: 1) perencanaan, 2) pelaksanaan, 3) pengamatan dan pengumpulan data, dan 4) refleksi yang dapat digambarkan sebagai berikut.

SIKLUS I

Model Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto, 2006).

Secara operasional penelitian tindakan yang diterapkan dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut.

(57)

42

1. Kegiatan pratindakan

a. Observasi pada guru

Observasi terhadap guru meliputi kegiatan pra-pembelajaran meliputi apersepsi dan menyampaikan kompetensi yang akan dicapai, kegiatan inti meliputi penguasaan materi pelajaran, pemanfaatan media/sumber belajar, pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa, penilaian proses dan hasil belajar, penggunaan bahasa, dan kegiatan penutup meliputi refleksi, rangkuman, tindak lanjut setelah pembelajaran.

b. Observasi pada siswa

Observasi terhadap perilaku siswa dapat mengungkapkan berbagai hal yang menarik. Masing-masing siswa dapat diamati secara individual atau berkelompok sebelum, saat berlangsung, dan sesudah usai pembelajaran. Perubahan pada setiap individu juga dapat diamati pada saat pembelajaran (siswa siap mengikuti proses pembelajaran), kegiatan inti (siswa memperhatikan penjelasan guru, siswa menanggapi pembahasan pembelajaran, siswa mencatat hal-hal penting), kegiatan penutup (siswa mengerjakan tugas dengan baik, secara pribadi maupun dalam kelompok).

c. Observasi pada kelas

(58)

43

observasi ini dapat menunjukkan strategi yang digunakan guru dalam menangani kendala dan hambatan pembelajaran yang terjadi di kelas.

2. Siklus I

a. Perencanaan Tindakan

1) Setelah ditemukan permasalahan, maka peneliti bersama guru merencanakan tindakan yang akan dilakukan, meliputi model pembelajaran yang akan digunakan, waktu dan hari pelaksanaan. 2) Membuat kesepakatan bersama guru bidang studi Ilmu

Pengetahuan Sosial untuk menetapkan materi yang akan diajarkan.

3) Merancang program pembelajaran berupa silabus, rencana program pembelajaran (RPP), materi “Pasar”, bola-bola yang berisi soal, dan soal posttest (ulangan harian) serta lembar pengamatan untuk penilaian aktivitas siswa.

4) Sebelum pelaksanaan tindakan, peneliti dan guru berlatih bersama untuk menyamakan persepsi mengenai proses pembelajaran yang telah direncanakan.

b. Pelaksanaan Tindakan

(59)

44

pelaksanaan di lapangan. Dalam pelaksanaan tindakan, peneliti berperan sebagai guru, sedangkan kolaborator berperan sebagai observer. Langkah-langkah penbelajaran kooperatif tipe snowball throwing yang dilakukan sebagai berikut.

1) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, kemudian menyuruh siswa untuk membaca materi pembelajaran tentang “Pasar” kemudian guru mempresentasikan inti dari materi “Pasar”.

2) Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi,

3) masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru ke temannya,

4) masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menulis satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok,

5) kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa lain selama kurang lebih 5 menit. Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan pada siswa tersebut untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergiliran,

(60)

45

c. Observasi dan Monitoring

Observasi dan monitoring dilakukan bersama ketika pembelajaran (pelaksanaan tindakan) berlangsung. Pengamatan ini tidak dilakukan oleh peneliti sendiri yang bertindak sebagai guru tetapi bekerja sama dengan guru bidang studi Ilmu Pengetahuan Sosial yang berperan sebagai observer/pengamat yang bertugas mengamati aktivitas siswa dalam kerjasama dalam kelompok dan aktivitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Observer juga mengamati aktivitas peneliti ketika peneliti melakukan tindakan.

d. Refleksi

(61)

46

tindakan dan observasi, sehingga masalah tersebut dapat teratasi dan tercapainya hasil yang optimal.

e. Evaluasi

Setelah keempat tahap tersebut dilaksanakan, tahap terakhir sebagai penentu hasil belajar maka dilakukan evaluasi. Tahap ini merupakan proses mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan informasi sehingga bermanfaat untuk pengambilan keputusan tindakan diantara dialog awal, perencanaan tindakan, observasi dan refleksi yang merupakan proses yang terkait secara sistematis dan berkesinambungan. Evaluasi ditujukan pada penemuan bukti adanya peningkatan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi siswa kelas VIII A SMP Islam Sarbini Grabag tahun ajaran 2012/2013.

3. Siklus II

Tahap-tahap kegiatan pada siklus II pada dasarnya sama dengan siklus I, tetapi tindakannya yang berbeda. Perbedaan tindakan pada penelitian ini adalah jumlah siswa tiap kelompok. Jika pada siklus I jumlah anggota kelompok 6 sampai 7 siswa, pada siklus II jumlah anggota kelompok 4 sampai 5 siswa. Tindakan pada siklus kedua ini dasarnya perbaikan siklus pertama dan didasarkan atas refleksi siklus pertama.

F. Instrumen Penelitian

(62)

47

1. Lembar Observasi

Tabel III.2

Lembar Observasi Aktivitas Tanya Jawab

Lembar observasi digunakan sebagai lembar penilaian aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung tentang proses pembelajaran pada saat dilaksanakan tindakan. Persentase aktivitas siswa selama pembelajaran dapat dihitung dengan menggunakan rumus menurut Ali, 1992: 104, sebagai berikut:

x100%

(63)

48

1) Persentase aktivitas 25% ≤ 50%: aktivitas siswa dalam pembelajaran “Rendah”. Artinya selama pembelajaran berlangsung siswa tidak pernah bertanya maupun menjawab pertanyaan dari guru atau dari kelompok lain.

2) Persentase aktivitas 50% ≤ 75%: aktivitas siswa dalam pembelajaran “Sedang”. Artinya selama pembelajaran berlangsung siswa hanya sesekali bertanya maupun menjawab pertanyaan dari guru atau kelompok lain.

3) Persentase aktivitas 75% ≤ 100% : aktivitas siswa dalam pembelajaran “Tinggi”. Artinya selama pembelajaran berlangsung siswa sering bertanya kepada guru dan mampu menjawab pertanyaan dari guru atau kelompok lain. Selain aktivitas siswa, aktivitas guru juga diamati dengan instrumen berikut ini.

Tabel III.3

Lembar Observasi Aktivitas Guru

No Elemen yang dinilai Pratindakan Siklus I Siklus II

Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak

1.

Guru menjelaskan pembelajaran kooperatif dengan tipe snowball throwing

2.

Guru mengorganisasikan bahasan yang bersifat umum menjadi sub pokok bahasan yang lebih sempit dan membantu siswa dalam pembelajaran snowball throwing 3.

Guru memberikan materi yang akan dipelajari dalam kegiatan belajar mengajar melalui presentasi kelas. 4.

(64)

49

No Elemen yang dinilai Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak

5. Guru memotivasi siswa agar terlibat dalam kegiatan diskusi kelompok. 6.

Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk bekerja sama dalam kelompok

Guru mendorong siswa untuk mendiskripsikan masalah, mengkaji teori, konsep, prinsip, dan

mengumpulkan informasi yang sesuai untuk mendapatkan jawaban. 9.

Guru membantu dan mengarahkan siswa dalam pengerjaan lembar kegiatan.

10.

Guru melakukan evaluasi hasil pembelajaran melalui latihan soal dan tes formatif

11. Guru memotivasi siswa agar terlibat aktif dalam turnamen.

12.

Guru memberikan penghargaan bagi kelompok yang memiliki skor terbaik.

13.

Guru melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan.

Persentase

2. Tes Tertulis

(65)

50

Tabel III.4

Kisi-kisi Soal Tes Formatif

Variabel Indikator Jumlah

Butir soal

1.Pengertian pasar 8 1,2,6,11,12,16,17,18 2.Fungsi pasar 8 3,4,5,7,14,21,22,25 3.Peran pasar dalam

kegiatan ekonomi

9 8,9,10,13,15,19,20, 23,24

Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian, instrumen tes (lampiran 6 halaman 104) diujicobakan terlebih dahulu, untuk mendapatkan perangkat tes yang valid, dan mempunyai taraf kesukaran, serta daya pembeda soal yang baik.

a. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2006: 59). Suatu instrumen dianggap valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari setiap variabel yang diteliti atau tidaknya soal yang akan digunakan dalam model pembelajaran snowball throwing.

(66)

51

Dalam penelitian ini pengukuran validitas diukur dengan menggunakan bentuk metode statistik. Data yang terkumpul diuji dengan teknik korelasi product moment dari Karl Pearson (Arikunto, 2006: 72)

Keterangan:

X : skor item yang akan dihitung validitasnya Y : skor total dari tiap tes

N : banyaknya peserta tes.

Kriteria validitas butir soal: jika r hitung > r tabel (0,325), N= 28 orang dengan = 5% maka item dinyatakan valid dan jika r hitung < r tabel maka item dinyatakan tidak valid.

Tabel III.5

Hasil Perhitungan Validitas Instrumen Uji Coba

Butir Soal r.hitung r tabel Kriteria

1 0,396 0,325 Valid

2 0,097 0,325 Tidak Valid

3 0,147 0,325 Tidak Valid

4 0,398 0,325 Valid

5 0,385 0,325 Valid

6 0,455 0,325 Valid

7 0,472 0,325 Valid

8 0,386 0,325 Valid

9 0,441 0,325 Valid

10 0,247 0,325 Tidak Valid

11 0,396 0,325 Valid

12 0,325 0,325 Valid

13 0,528 0,325 Valid

14 0,534 0,325 Valid

(67)

52

Butir Soal r.hitung r tabel Kriteria

16 0,487 0,325 Valid

Hasil perhitungan validitas pada instrumen uji coba diperoleh 16 butir soal dengan kriteria valid dan 9 butir soal yang tidak valid. b. Reliabilitas

Reliabilitas adalah ketepatan atau keajegan suatu alat ukur dalam mengukur apa yang diukur. Artinya kapanpun alat ukur tersebut digunakan akan memberikan hasil yang sama (Sudjana, 2006: 120). Untuk mengetahui reliabilitas soal pokok bahasan “Pasar” peneliti menggunakan rumus Cronbach Alpha:

2

(68)

53

(∑X)2

=kuadrat dari jumlah skor N =jumlah peserta tes

2

b = total varians butir 2

t = total varians

Untuk mengetahui instrumen reliabel atau tidak digunakan kriteria realibilitas sebagai berikut:

0 - 0,19 = Sangat Rendah 0,20 - 0,39 = Rendah

0,40 - 0,59 = Cukup 0,60 - 0,79 = Tinggi

0,80 - 1,00 = Sangat Tinggi

Berdasarkan kriteria Normally dalam Ghozali (2005), instrumen dikatakan reliabel, jika r11 > 0,60. Berdasarkan uji coba reliabilitas butir soal uji coba dengan = 5% diperoleh koefisien r11 > 0,60 yang berarti instrumen tersebut reliabel dengan kategori tinggi.

c. Daya pembeda soal

Daya beda dicari dengan mengambil skor 50% skor teratas sebagai kelompok atas (JA) dan 50% skor terbawah sebagai kelompok bawah (JB). Rumus yang digunakan untuk pilihan ganda menurut Arikunto, 2006: 213 sebagai berikut.

(69)

54

Dengan

D = daya pembeda

JA = banyaknya peserta kelompok atas JB = banyaknya peserta kelompok bawah

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Untuk mengetahui soal-soal yang akan dipakai berdasarkan daya pembeda soal, digunakan klasifikasi menurut Arikunto (2006: 218), sebagai berikut:

0 - 0,20 (jelek) 0,21 - 0,40 (cukup) 0,41 - 0,70 (baik) 0,71 - 1,00 (baik sekali)

Dari hasil perhitungan daya beda soal pada tes uji coba didapat hasil sebagai berikut:

1) Soal yang tergolong baik adalah nomor: 6, 13, 14 dan 15.

2) Soal yang tergolong cukup adalah nomor: 7, 8, 16, 17, 18, 19, 20, 23, dan 25.

(70)

55

d. Tingkat kesukaran soal

Rumus yang digunakan yaitu:

JS B

P

Keterangan:

P = indeks kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul JS = jumlah seluruh siswa peserta tes

Kriteria tingkat kesukaran menurut Arikunto (2006: 208) sebagai berikut.

0,00 - 0,30 soal sukar 0,31 - 0,70 soal sedang 0,71 - 1,00 soal mudah

Dari hasil perhitungan tingkat kesukaran pada instrumen uji coba untuk butir soal dengan kriteria soal mudah adalah butir soal nomor 1, 2, 3, 4, 8, 9, 10, 11, 16, 17, 21, 22, 24, 25, soal dengan kategori kriteria sedang adalah soal nomor 5, 6, 7, 12, 13, 14, 15, 18, 20, 21, 23 dan soal dengan kriteria sukar adalah soal nomor 19.

e. Hasil analisis uji coba tes

(71)

56

3. Kuisioner

Tabel III.6

Kuisioner Sikap Siswa Terhadap Metode Snowboll Throwing

No Pernyataan Frekuensi Jml

SS S TS STS

1

Pembelajaran IPS Ekonomi dengan metode snowboll throwing ini menyenangkan

4 3 2 1

2

Pembelajaran IPS Ekonomi dengan metode snowboll throwing ini mudah dipahami

4 3 2 1

3

Ingin mendalami pembelajaran IPS Ekonomi lebih giat setelah

penerapan metode snowboll throwing

ini

4 3 2 1

4

Pembelajaran IPS Ekonomi menggunakan model snowboll throwing perlu dilanjutkan

4 3 2 1

Jumlah Persentase

G. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini data diperoleh melalui beberapa cara, yaitu: 1. Observasi

(72)

57

Observasi digunakan untuk menilai kemampuan afektif dan psikomorik siswa. Dalam penilaian hasil belajar afektif dan psikomotorik siswa, digunakan skala Likert dengan rentang dari 5 sampai dengan 1. Dengan demikian, jika dalam penelitian ada 6 aspek yang harus diamati, maka skor maksimum 30 dan skor minimumnya adalah 6. Apabila dalam penilaian hasil belajar afektif siswa dibagi dalam empat kategori, maka siswa dengan skor:

24 <x ≤ 30 Kategori amat baik 18 <x ≤ 24 Kategori baik 12< x ≤ 18 Kategori kurang 6≤ x ≤ 12 Kategori amat kurang

x adalah skor yang diperoleh siswa (Winkel, 1983). 2. Tes/Penilaian

Tes digunakan untuk memperoleh data hasil belajar siswa (kognitif) yang dilakukan setelah tindakan dengan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing. Pengambilan data hasil belajar siswa dilakukan pada tiap akhir siklus dengan instrumen yang sudah diuji cobakan dan dianalisis, kemudian skor diubah menjadi nilai. Data hasil belajar siswa ini menunjukkan prestasi siswa.

(73)

58

3. Kuisioner

Dalam pengumpulan data peneliti juga menggunakan metode kuisioner. Metode kuisioner ini digunakan untuk mengetahui sikap siswa terhadap metode belajar yang digunakan. Adapun cara pelaksanaannya adalah anak mengisi daftar pernyataan yang telah disediakan oleh guru pada instrument kuisioner tabel III.6.

H. Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini mencakup kegiatan mengungkap kelebihan dan kelemahan kinerja siswa dan guru dalam proses belajar mengajar. Hasil analisis tersebut nantinya akan digunakan sebagai dasar untuk menyusun perencanaan tindakan untuk tahap berikutnya. Pada penelitian ini perbandingan nilai posttest dipergunakan untuk mengetahui adanya peningkatan hasil belajar siswa. Data hasil belajar diperoleh dari tes yang dilakukan setiap akhir siklus, digunakan untuk mengetahui perkembangan nilai siswa dari sebelum dan setelah menggunakan metode pembelajaran snowball throwing. Adapun rumus yang digunakan adalah:

1. Menghitung rata-rata nilai

Untuk menghitung rata nilai secara klasikal digunakan rumus rata-rata nilai (Arikunto, 2006: 264)

N X

X

Keterangan:

(74)

59

∑X = jumlah seluruh nilai N = jumlah siswa

2. Menghitung ketuntasan belajar

Untuk menghitung ketuntaasan belajar secara klasikal digunakan rumus:

x100%

N n P ersentase

Keterangan:

Persentase = Tingkat persentase yang dicapai n = Nilai yang diperoleh

N = Jumlah seluruh siswa

Dalam menjumlah ketuntasan belajar secara klasikal dengan rumus diatas, maka “n”merupakan simbol dari jumlah siswa yang mempunyai nilai 68 ≤ dan “N”merupakan simbol dari seluruh siswa peserta tes.

3. Menghitung data tentang nilai belajar (kognitif) siswa Dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

x100

SMI X

Nilai

Keterangan:

X = skor yang dicapai SMI = skor maksimal ideal

I. Indikator keberhasilan

(75)

60

1. Kriteria keberhasilan aktivitas tanya jawab:

a. siklus I dikatakan berhasil jika persentase siswa yang aktif ≥ 60%, b. siklus II dikatakan berhasil jika persentase siswa yang aktif ≥ 75% 2. Kriteria keberhasilan belajar:

a. siklus I dikatakan berhasil jika persentase siswa yang tuntas dalam tes akhir siklus I ≥ 60%,

(76)

61

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum SMP Islam Sarbini Grabag

1. Keadaan Fisik Sekolah

SMP Islam Sarbini Grabag terletak di Jalan Raya XII-81 Grabag Kabupaten Magelang. Kondisi fisik SMP Islam Sarbini Grabag cukup memadai untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar. SMP Islam Sarbini Grabag memiliki luas tanah 20.000 m2 . Di atas tanah tersebut berdiri bangunan-bangunan yang merupakan sarana dan prasarana sekolah. Sarana dan prasarana sekolah meliputi ruang Kepala Sekolah, ruang Tata Usaha, ruang BK, ruang Komite, ruang guru, ruang kelas, perpustakaan , ruang laboratorium komputer, laboratorium IPA, mushola, ruang tunggu, tempat parkir, ruang UKS, ruang koperasi, ruang BP, kamar mandi, kantin, ruang OSIS, ruang alat olahraga, dan gudang.

Selain itu, SMP Islam Sarbini Grabag telah memiliki lapangan olahraga yang berada di sekolah yaitu lapangan basket, lapangan voli, dan lapangan sepakbola.

2. Penggunaan Sekolah

Gedung sekolah SMP Islam Sarbini Grabag hanya digunakan oleh segenap warga SMP Islam Sarbini Grabag sebagai sarana belajar mengajar, kegiatan ekstrakurikuler, dan kegiatan tambahan lain

(77)

62

berlangsung dari pukul 07.30 – 12.30 WIB, hari Jum’at mulai pukul 07.30 – 10.40 WIB, sementara untuk hari Sabtu pembelajaran dimulai jam pukul 07.30 – 12.30 WIB.

SMP Islam Sarbini Grabag memiliki beberapa kegiatan ekstrakurikuler untuk menyalurkan minat siswa, mengembangkan dan meningkatkan potensi diri peserta didik. Kegiatan ekstrakurikuler tersebut yaitu pramuka, mading, jurnalistik, voli, basket, renang, tenis meja, seni bela diri, Baca Tulus Qur’an (BTQ), seni musik, dan seni tari.

3. Keadaan Guru dan Siswa a. Guru

Guru di SMP Islam Sarbini Grabag berjumlah 19 yang terdiri atas 5 guru laki-laki dan 14 guru perempuan.

b. Siswa

Siswa di SMP Islam Sarbini Grabag berjumlah 168 siswa dengan rincian 114 siswa laki-laki dan 282 siswa perempuan.

4. Kondisi Kelas VIII A

Gambar

Gambar 1   Model Siklus PTK  ..............................................................................................
Tabel I.1 Pengamatan Aktivitas Tanya Jawab Pratindakan
Tabel I.2 Daftar Nilai Ulangan Harian IPS Ekonomi
Tabel I.3 Rekapitulasi Nilai Ulangan Harian IPS Ekonomi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Terus anak sakit ndak ada gininya apalagi sakit udah gak peduli, untuk dirinya sendiri aja udah gak bisa ngidupin gitu dia emang sih kalau orang bilang uang itu ndak selalu

H 0 : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara curah hujan, hari hujan, penggunaan pupuk dan sisa tanam akhir tahun lalu terhadap hasil produksi padi di Kabupaten

Arsitektur jaringan ini dibangun berdasarkan perangkat-perangkat yang dibutuhkan, seperti Modem khusus ADSL, Hub/Switch, konektor RJ-45 dan Kabel UTP 100 base T yang akan

4 Data Balita Yaitu Backup data dari hasil pengolahan data, seperti Laporan Status Gizi Balita Menurut Jenis Kelamin, Laporan Jumlah Balita yang ditimbang menurut

*) Diisi untuk kerugian yang sudah terjadi maupun pasti akan terjadi loss dalam jumlah tertentu **) Diisi hanya untuk Kantor Cabang Bank Asing, apabila ada. PENDAPATAN (BEBAN)

7 Petugas memeriksa kembali jenis dan jumlah Resep 1 menit Kemasan Obat obat sesuai permintaan pada resep, Obat. lalu memasukkan obat kedalam wadah yang sesuai agar

[r]

Pada saat inisialisasi yang dilakukan modul adalah memberi tegangan pada pin heater sensor ditandai dengan nyala berkelip cepat LED hijau dimodul sensor agar sensor bisa