(Studi kasus di Kelurahan Rungkut Menanggal – Surabaya Timur)
SKRIPSI
Oleh :
Siti Nurhayati Triutami 0913010126/FE/AK
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
Disusun Oleh : Siti Nurhayati Triutami
0913010126/FE/AK
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh
Tim Penguji Skripsi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
pada tanggal 31 Mei 2013
Pembimbing : Tim Penguji :
Pembimbing Utama Ketua
Drs. Ec. Saiful Anwar, Msi Drs. Ec. Saiful Anwar, Msi NIP. 19580325 198803 1001 NIP. 19580325 198803 1001
Sekretaris
Dra. Ec. Anik Yuliati, M.aks NIP. 19610831 199203 2001
Anggota
Drs. Ec. R. Sjarief Hidajat, M.Si NIP. 19600614 198803 1001
Mengetahui, Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Dekan Fakultas Ekonomi
memberikan rahmat, kesehatan serta karunia-Nya. Tidak lupa penulis hanturkan
Sholawat serta salam kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW,
beserta keluarganya, para sahabat-sahabatnya, dan insya Allah kita semua sebagai
pengikutnya hingga akhir zaman. Berkat hidayah dan karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan judul “PEMAHAMAN WAJIB PAJAK ATAS
PBB, KESADARAN WAJIB PAJAK DAN SOSIALISASI PERPAJAKAN
TERHADAP KEBERHASILAN PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN
BANGUNAN (STUDI KASUS DI KELURAHAN RUNGKUT
MENANGGAL-SURABAYA TIMUR).
Penulisan skripsi ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
program studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan bisa terselesaikan
dengan baik tanpa adanua bantuan dari beberapa pihak. Pada kesempatan ini
dengan segala kerendahan hati ijinkan penulis untuk menyampaikan ucapan
terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
2. Bapak Drs. DHANI ICHSANUDDIN NUR , DR.SE,MM selaku Dekan
Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa
Timur.
3. Bapak Drs. Rahman Amrullah Suwaidi, Msi, selaku Wakil Dekan 1
Fakutas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa
Timur.
4. Bapak Dr. Hero Priono, M.Si, AK selaku Ketua Program Studi Akuntansi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
5. Bapak Drs. Ec. Saiful Anwar, MSi , selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktunya untuk mengarahkan serta memberikan bimbingan
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Ibu ANIK YULIATI, DRA.EC.,M.AKS selaku Dosen Wali penulis,
terima kasih telah banyak membantu penulis selama penulis menjalani
proses perkuliahan di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa
Timur.
7. Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah mendidik penulis selama
yang tiada hentinya. Sehingga memberikan keyakinan serta kepercayaan
diri dalam menjalani kehidupan sehari – hari dalam perkuliahan serta
peyusunan skripsi ini.
9. Seluruh staf DPPK kota Surabaya dan seluruh staf Kelurahan Rungkut
Menanggal.
10.Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang tidak
dapat disebutkan satu persatu yang turut membantu dalam kuliah dan
penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa isi dari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, segala kritik dan saran sangat penulis harapkan guna
meningkatkan mutu dari penulisan skripsi ini.
Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat-Nya serta memberikan balasan atas
segala bantuan yang telah diberikan. Penulis berharap semoga dapat bermanfaat
bagi semua pihak yang membutuhkan, Aamiin.
Surabaya, April 2013
DAFTAR ISI………..iv
DAFTAR TABEL……….ix
ABSTRAKSI………..xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...1
1.2 Perumusan Masalah...5
1.3 Tujuan Penelitian...6
1.4 Manfaat Penelitian...7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hasil – Hasil Penelitian Terdahulu...8
2.2 Landasan Teori...14
2.2.1. Keuangan Daerah...14
2.2.2. Pajak………...15
2.2.2.1Fungsi Pajak...16
2.2.2.2Pengelompokan Pajak………...17
2.2.2.3Tata Cara Pemungutan Pajak………...18
2.2.2.4Tarif Pajak……...19
2.2.3. Pajak Bumi dan Bangunan...22
2.2.3.4Maksud dan tujuan...24
2.2.3.5Sifat Pajak Bumi dan Bangunan...25
2.2.3.6Subjek Pajak Bumi dan Bangunan...26
2.2.3.7Ketentuan Umum...27
2.2.3.8Tarif Pajak...28
2.2.3.9Dasar Pengenaan dan Cara Menghitung Pajak……….29
2.2.3.10 Tahun Pajak, Saat dan Tempat yang Menentukan Pajak Terutang...29
2.3 Kerangka Pikir……...30
2.3.1 Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak atas PBB terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan...30
2.3.2 Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak atas PBB terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan...31
3.1 Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel……35
3.1.1 Definisi Operasional…...35
3.1.1.1 Variabel Bebas………35
3.1.1.2 Variabel Terikat………..36
3.1.2 Pengukuran Variabel...36
3.2 Teknik Penentuan Sampel...39
3.2.1 Populasi...39
3.2.2 Sampel...40
3.3 Teknik Pengumpulan Data...40
3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis...41
3.4.1 Uji Kualitas Data...41
3.4.2 Uji Asumsi Klasik………..44
3.4.3 Analisis Regresi Berganda……….45
3.4.4 Uji Hipotesis………..46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Obyek Penelitian………49
4.2 Deskripsi Hasil Penelitian………..50
4.2.1 Karakteristik Responden………...50
4.2.2.3 Deskripsi Variabel Sosialisasi Perpajakan(X3)…….55
4.2.2.4 Deskripsi Variabel Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (Y)………...56
4.3 Hasil Uji Kualitas Data………..57
4.3.1 Hasil Uji Validitas……….57
4.3.2 Hasil Uji Reliabilitas……….60
4.4 Hasil Uji Asumsi Klasik……….61
4.4.1 Hasil Uji Normalitas………..61
4.4.2 Hasil Uji Multikolinieritas………62
4.4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas………63
4.5 Hasil Pengujian Regresi Linier Berganda………..65
4.6 Hasil Pengujian Hipotesis………..68
4.6.1 Pengaruh Simultan………68
4.6.2 Pengaruh Parsial………69
4.7 Pembahasan………72
4.7.1 Pengaruh Simultan Variabel Pemahaman WP atas PBB (X1),
Kesadaran WP (X2), dan Sosialisasi Perpajakan terhadap
4.7.3 Pengaruh Parsial Variabel Kesadaran WP (X2) terhadap
Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (Y)..74
4.7.4 Pengaruh Parsial Variabel Sosialisasi Perpajakan (X3)
terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan
Bangunan (Y)………...75
4.8 Perbedaan Peneliti Sekarang dengan Terdahulu………76
4.9 Keterbatasan Penelitian………..79
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan……….80
5.2 Saran………...81
Tabel 4-1 Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Pekerjaan…………..50
Tabel 4-2 Karakteristik Responden berdasarkan Usia………51
Tabel 4-3 Karakteristik Responden berdasarkan Pendidikan Terakhir……..51
Tabel 4-4 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin…………...52
Tabel 4-5 Karakteristik Responden Berdasarkan Kepemilikan NPWP…….52
Tabel 4-6 Rekapitulasi jawaban responden Variabel Pemahaman Wajib Pajak
atas PBB (X1)……….53
Tabel 4-7 Rekapitulasi jawaban responden Variabel Kesadaran Wajib Pajak
(X2)……….54
Tabel 4-8 Rekapitulasi jawaban responden Variabel Sosialisasi Perpajakan
(X3)……….55
Tabel 4-9 Rekapitulasi jawaban responden Variabel Penerimaan Pajak Bumi
dan Bangunan (Y)………..56
Tabel 4-10 Hasil Uji Validitas Variabel Pemahaman Wajib Pajak atas PBB
(X1)……….57
Tabel 4-11 Hasil Uji Validitas Variabel Kesadaran Wajib Pajak atas PBB
(X2)……….58
Tabel 4-12 Hasil Uji ValiditasVariabel Sosialisasi Perpajakan (X3)………...59 Tabel 4-13 Hasil Uji ValiditasVariabel Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan
Tabel 4-16 Hasil Uji Mulitikolinieritas………62
Tabel 4-17 Hasil Uji Heterokedastisitas………...64
Tabel 4-18 Besarnya Pengaruh variabel Pemahaman WP atas PBB (X1), Kesadaran WP (X2), dan Sosialisasi Perpajakan (X3) terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan(Y)………..65
Tabel 4-19 Hasil Pengujian Regresi Linier Berganda………..66
Tabel 4-20 Hasil Pengujian Hipotesis (Uji F)………..68
Tabel 4-21 Hasil Pengujian Hipotesis (uji t)………70
ABSTRAK
Pajak bumi dan bangunan merupakan hal terpenting dalam membantu perkembangan pembangunan infrastruktur daerah. Pihak DPPK telah berupaya semaksimal mungkin untuk meningkatkan penerimaan pajak bumi dan bangunan. Salah satunya dengan menggalakkan sosialisasi perpajakan di setiap wilayah. Dari sosialisasi tersebut maka diharapkan dapat membantu para wajib pajak dalam lebih memahami mengenai peraturan perpajakan serta meningkatkan rasa kesadaran akan pentingnya pajak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemahaman wajib pajak, kesadaran wajib pajak, dan sosialisasi perpajakan terhadapa keberhasilan penerimaan pajak bumi dan bangunan.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pemahaman wajib pajak atas PBB (X1), Kesadaran wajib pajak (X2) dan Sosialisasi Perpajakan (X3) terhadap Keberhasilan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (Y). Penelitian ini menggunakan pengukuran skala likert. Populasi penelitian ini adalah wajib pajak pada pajak bumi dan bangunan pada wilayah kelurahan rungkut menanggal Surabaya timur. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan cara non probability sampling dengan teknik Quota Sampling sebanyak 100 orang wajib pajak. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.
Hasil dari penelitian ini adalah Pemahaman WP atas PBB, Kesadaran WP dan Sosialisasi Perpajakan tidak berpengaruh terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kelurahan Rungkut Menanggal Surabaya Timur secara simultan. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil pengujian hipotesis (Uji F), yaitu dengan besarnya nilai F hitung adalah 1,314 dengan taraf signifikan 0,274 atau di atas 0,05. Pemahaman wajib pajak atas PBB memiliki nilai t hitung 0,23 dengan tingkat signifikansi 0,818 , Kesadaran wajib pajak memilik nilai t hitung 0,265 dengan tingkat signifikansi 0,792 , Sosialisasi perpajakan memiliki nilai t hitung sebesar -1,881 dengan tingkat signifikansi 0,063. Ketiga variabel tersebut memiliki taraf signifikansi diatas 0,05, hal tersebut mengartikan bahwa tidak ada pengaruh secara parsial terhadap keberhasilan penerimaan pajak bumi dan bangunan.
1.1.Latar Belakang
Dalam pasal 33 ayat (3) Undang – Undang Dasar 1945 telah dijelaskan bahwa
bumi yang termasuk pula perairan kekayaan alam yang terkandung didalamnya
dikuasai oleh Negara. Bagi masyarakat yang telah mempergunakan hasil bumi serta
kekayaan alam yang terkandung didalamnya wajib menyerahkan sebagian dari hasil
yang telah diperoleh kepada Negara melalui pembayaran yaitu yang disebut pajak.
Negara Indonesia menempatkan perpajakan sebagai salah satu dari perwujudan
kewajiban kenegaraan dalam asas gotong royong secara nasional guna sebagai wujud
peran serta masyarakat dalam pembangunan.
Untuk membantu peningkatan dalam penerimaan daerah, beberapa kebijakan
yang akan ditempuh antara lain yaitu optimalisasi sumber pendapatan daerah serta
meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membayar pajak. Motivasi, penyuluhan
serta pendidikan secara dini mengenai perpajakan telah diberikan kepada masyarakat
untuk mendukung tumbuhnya tingkat kesadaran masyarakat serta didampingi pula
oleh peningkatan pelayanan dan beberapa sanksi yang tegas.
Sumber pendapatan dari dalam negeri yang paling utama adalah berasal dari
daerah sendiri, suatu sumber yang cukup potensial dalam membiayai aktivitas
pembangunan adalah dari sektor pajak, utamanya penerimaan Pajak Bumi dan
Bangunan pun termasuk sumber pendapatan daerah di Kelurahan Rungkut
Menanggal, adanya peningkatan dalam hal pembangunan ekonomi maka diharapkan
realisasi penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan pun akan meningkat pula dari tahun
ke tahun berikutnya. Sehingga kontribusi terhadap Penerimaan Asli Daerah pun akan
meningkat pula (Insukindro dkk, 1994:1).
Beberapa usaha telah dilakukan serta beberapa kebijakan telah dilalui agar hasil
dari penerimaan pajak bumi dan bangunan dapat terealisasi sesuai dengan target yang
telah ditetapkan maka perlu diketahui faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi
dalam keberhasilan penerimaan tersebut. Pencapaian target ini diperlukan untuk
mendukung APBD yang tentunya akan mempengaruhi pendapatan asli daerah, karena
penerimaan pajak bumi dan bangunan memiliki potensi dalam menunjang
pembiayaan pembangunan daerah pada khususnya dan pembangunan nasional pada
umumnya (Kamaruddin dkk, 1989).
Berdasarkan data di DPPK Surabaya, tunggakan tagihan PBB dan BPHTB
sebesar Rp.511 miliar. Dana tersebut merupakan tinggalan pemerintah pusat selama
10 tahun terakhir. Perinciannya tahun 2000-2004 ada tunggakan sekitar Rp.108
miliar. Sedangkan untuk tahun 2005-2009 terdapat tunggakan lain sebesar Rp.402
miliar. Sementara itu, realisasi PBB kota Surabaya tahun 2012 pun tidak mampu
mencapai target. Dari target Rp.790 miliar baru tercapai sekitar 73% nya yaitu sekitar
Rp.577,9 miliar. Hal tersebut mengartikan bahwa PBB akan menjadi tunggakan
Terdapat 2.767 wajib pajak di wilayah Kelurahan Rungkut Menanggal
(Kecamatan Gunung Anyar-Surabaya Timur). Menurut data yang diperoleh yaitu
selama 6 tahun terakhir ini terhitung dari tahun 2006-2011, wilayah tersebut belum
dapat mencapai realisasi target penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan yang
ditetapkan oleh pihak pemerintah. Dari 100% target yang ditetapkan rata-rata hanya
dapat terpenuhi 84,73% sedangkan yang tak tertagih sebesar 15,27%.
Pada tabel dibawah ini yaitu Tabel 1-1 , dapat dilihat bahwa peneriman Pajak
Bumi dan Bangunan di wilayah Kelurahan Rungkut Menanggal (Kecamatan Gunung
Anyar-Surabaya Timur) masih belum dapat memenuhi target yang telah ditetapkan.
Dalam beberapa periode, penerimaan pajak bumi dan bangunan hampir mencapai
target namun hal tersebut masih dirasa sangat kurang mengingat pembangunan
daerah yang membutuhkan dana relatif besar.
Tabel 1-1
Data Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (2006-2011)
Kelurahan Rungkut Menanggal Surabaya
No Tahun Target Realisasi Persentase
Pencapaian
1 2006 1.170.665.252 957.980.710 81,83%
2 2007 1.197.324.897 1.013.999.500 84,68%
3 2008 1.357.886.300 1.117.679.146 82,31%
4 2009 1.388.112.980 1.239.008.986 89,25%
5 2010 1.467.349.000 1.348.609.732 91,90%
6 2011 1.578.990.771 1.238.320.899 78,42%
Pada data Tabel 1-1 diatas dapat terlihat jelas bahwa realisasi penerimaan
pajak bumi dan bangunan selalu dibawah target yang telah ditetapkan. Dari fakta
yang didapatkan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan bahwa :
1) Rata-rata realisasi penerimaan pajak bumi dan bangunan yang tertagih baru
mencapai 84,73%, dan sebesar 15,27% masih belum dapat tertagih.
2) Adanya ketidak konstanan dalam jumlah realisasi penerimaan pajak bumi dan
bangunan dari tahun ke tahun.
3) Adanya peningkatan target dari tahun ke tahun, hal tersebut dikarenakan
adanya perkembangan jumlah pemukiman yang berpengaruh pada banyaknya
pendirian bangunan-bangunan baru.
Demi tercapainya target dalam penerimaan pajak bumi dan bangunan maka perlu
pula dilihat seberapa besar tingkat pemahaman masyarakat terhadap pajak tersebut.
Menurut Siti Kurnia (2010:141), pemahaman perpajakan mempengaruhi sikap
terhadap sistem perpajakan yang adil. Apabila seorang wajib pajak semakin paham
terhadap undang-undang perpajakan serta ketetapan, ketentuan dan peraturan yang
berlaku maka hal tersebut akan menimbulkan rasa sadar atas pentingnya dalam
membayar pajak.
Rasa sadar dalam kewajiban bernegara dapat pula menggugah rasa sadar wajib
pajak dalam hal perpajakan. Kesadaran bernegara merupakan sikap sadar mempunyai
Negara dan sikap sadar terhadap fungsi Negara. Sikap tersebut merupakan konstelasi
komponen kognitif, afektif dan konatif yang berinteraksi dalam memahami dan
merasa menjadi warga Negara, yaitu kerelaan dalam memberikan kontribusi dana
untuk melakasanakan fungsi pemerintahan cara membayar kewajibannya yang berupa
pajak (Suparmoko, 2003:218).
Dengan tumbuhnya rasa sadar tersebut mengartikan bahwa setiap wajib pajak
rela untuk memenuhi kewajibannya, termasuk rela memberikan kontribusi dana untuk
pelaksanaan fungsi pemerintah dengan cara membayar kewajiban pajaknya (M.Hariz
Setyawan, 2011). Selain dari tingkat pemahaman serta kesadaran yang melekat pada
wajib pajak, sumber informasi mengenai pajak bumi dan bangunan yang diberikan
pihak instansi pemerintahan juga sangat penting dalam meningkatkan penerimaan
tersebut.
Sumber informasi dapat diterapkan melalui sosialisasi perpajakan yang dilakukan
pihak pemerintah. Apabila pihak instansi kurang maksimal dalam memberikan
sosialisasi perpajakan kepada wajib pajak, maka hal tersebut juga akan menghambat
para wajib pajak untuk memahami serta mengenal bagaimana pajak bumi dan
banguna tersebut. Dengan adanya sosialisasi perpajakan, maka segala peraturan
undang-undang perpajakan yang telah diubah dapat diketahui oleh wajib pajak serta
hal tersebut dapat hal tersebut dapat meningkatkan kesadaran dan kepatuhan wajib
pajak (Esther Yohannah, 2012). Menurut Samudera (2004:6), dalam melakukan
sosialisai perlu adanya strategi dan metode yang tepat yang dapat diaplikasikan
dengan baik yaitu Publikasi, Kegiatan, Pemberitaan, Keterlibatan Komunitas,
Sebagaimana yang telah dijabarkan diatas, maka perlu diperhatikan bahwa
pemahaman wajib pajak, kesadaran wajib pajak serta sosialisasi perpajakan dapat
berpengaruh pada penerimaan pajak bumi dan bangunan. Dalam penelitian ini akan
dilihat seberapa besar pengaruh dari pemahaman wajib pajak, kesadaran wajib pajak
serta sosialisasi perpajakan dapat berpengaruh pada Keberhasilan Penerimaan Pajak
Bumi dan Bangunan.
Berdasarkan pada uraian diatas mengenai fenomena-fenomena yang ada, maka
penulis sangat tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh
Pemahaman Wajib Pajak atas PBB, Kesadaran Wajib Pajak dan Sosialisasi
Perpajakan terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan
(Studi kasus di Kelurahan Rungkut Menanggal – Surabaya Timur)”.
1.2.Perumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang Masalah diatas, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
Apakah pemahaman wajib pajak atas PBB ,kesadaran wajib pajak dan sosialisasi
perpajakan berpengaruh terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan
Bangunan.
1.3.Tujuan Penelitian
Untuk membuktikan secara empiris pengaruh pemahaman wajib pajak atas PBB ,
kesadaran wajib pajak dan sosialisasi perpajakan terhadap Keberhasilan Penerimaan
1.4.Manfaat Penelitian
a. Bagi Peneliti
Penulis dapat menerapkan, mengembangkan, mempertimbangkan ilmu yang di
dapat dari bangku kuliah dengan keadaan yang sebenarnya yang terdapat di
masyarakat.
b. Bagi Pemerintahan Kota Surabaya
Penelitian ini merupakan gambaran mengenai faktor yang mempengaruhi
penerimaan PBB serta dampaknya terhadap penerimaan daerah di kota Surabaya,
sehingga diharapkan dapat menjadi suatu masukan pemerintahan kota Surabaya
dalam hal pengelolaan keuangan daerah dan mencari solusi untuk lebih
meningkatkan penerimaan pajak khususnya PBB.
c. Bagi Universitas
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi penelitian lain
dengan materi yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti oleh
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu
Hasil dari penelitian terdahulu yang digunakan sebagai referensi dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Ratih Ayu Wulandari (2006)
a. Judul
“Pengaruh Tekanan Sosial, Persepsi Sanksi dan Pemahaman Wajib Pajak
akan Undang-undang Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak”.
b. Rumusan Masalah
1) Apakah tekanan sosial, persepsi tentang sanksi dan pemahaman WP
akan undang-undang perpajakan mempunyai pengaruh secara simultan
terhadap kepatuhan Wajib Pajak ?
2) Apakah tekanan sosial, persepsi tentang sanksi dan pemahaman WP
akan undang-undang perpajakan mempunyai pengaruh secara parsial
terhadap kepatuhan Wajib Pajak ?
c. Hipotesis
Diduga tekanan sosial, persepsi tentang sanksi dan pemahaman WP akan
d. Kesimpulan
Berdasarkan hipotesis bahwa diduga tekanan sosial, persepsi tentang
sanksi dan pemahaman WP akan undang-undang perpajakan mempunyai
pengaruh terhadap kepatuhan WP, teruji kebenarannya.
2. Solikhin (2007)
a. Judul
“Pengaruh Sosialisasi Perpajakan, Kesadaran dan Kepatuhan Wajib Pajak
terhadap Penerimaan Pajak Pratama Kebayoran Baru Satu”.
b. Rumusan Masalah
Apakah Sosialisasi Perpajakan, Kesadaran dan Kepatuhan Wajib Pajak
berpengaruh terhadap Penerimaan Pajak. Pratama Kebayoran Baru Satu.
c. Hipotesis
Diduga bahwa Sosialisasi Perpajakan, Kesadaran dan Kepatuhan Wajib
Pajak berpengaruh terhadap Penerimaan Pajak. Pratama Kebayoran Baru
Satu.
d. Kesimpulan
Terdapat pengaruh yang signifikan antara Sosialisasi Perpajakan,
Kesadaran dan Kepatuhan Wajib Pajak terhadap Penerimaan Pajak.
3. Dian Pranesti (2009)
a. Judul
“Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak tentang PPh, Kepatuhan Wajib Pajak
dan Sistem Pemungutan PPh terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan di
Kecamatan Kayen Kidul Kabupaten Kediri Jawa Timur”.
b. Rumusan Masalah
Apakah Pemahaman Wajib Pajak tentang PPh, Kepatuhan Wajib Pajak
dan Sistem Pemungutan PPh berpengaruh terhadap Penerimaan Pajak
Penghasilan di Kecamatan Kayen Kidul Kabupaten Kediri Jawa Timur.
c. Hipotesis
Terdapat pengaruh antara Pemahaman Wajib Pajak tentang PPh,
Kepatuhan Wajib Pajak dan Sistem Pemungutan PPh terhadap Penerimaan
Pajak Penghasilan di Kecamatan Kayen Kidul Kabupaten Kediri Jawa
Timur.
d. Kesimpulan
Tidak adanya pengaruh antara Pemahaman Wajib Pajak tentang PPh,
Kepatuhan Wajib Pajak dan Sistem Pemungutan PPh terhadap Penerimaan
Pajak Penghasilan di Kecamatan Kayen Kidul Kabupaten Kediri Jawa
4. Retti Nor Alfi Syahra (2008)
a. Judul
“Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak, Kesadaran Perpajakan Wajib Pajak,
dan Kepatuhan Wajib Pajak Terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak
Bumi dan Bangunan”.
b. Rumusan Masalah
Apakah tingkat pemahaman wajib pajak, kesadaran perpajakan wajib
pajak, dan kepatuhan wajib pajak berpengaruh terhadap keberhasilan
penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di kabupaten Sumenep.
c. Hipotesis
Diduga tingkat pemahaman wajib pajak, kesadaran perpajakan wajib
pajak, dan kepatuhan wajib pajak berpengaruh terhadap keberhasilan
penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di kabupaten Sumenep.
d. Kesimpulan
1) Hipotesis penelitian yang menyatakan tingkat pemahaman wajib pajak,
kesadaran perpajakan wajib pajak, dan kepatuhan wajib pajak
berpengaruh terhadap keberhasilan penerimaan Pajak Bumi dan
Bangunan di kabupaten Sumenep dapat terbukti kebenarannya.
2) Variabel tingkat pemahaman wajib pajak, tingkat kesadaran perpajakn
wajib pajak yang dapat terbukti berpengaruhnya secara nyata,
sedangkan untuk kepatuhan wajib tidak berpengaruh nyata terhadap
5. M. Haris Setyawan (2011)
a. Judul
“Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan terhadap
Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (Studi di Kelurahan Pulorejo
Mojokerto)”.
b. Rumusan Masalah
Apakah Kesadaran Wajib Pajak, Pemahaman Wajib Pajak, dan Sistem
Pemungutan berpengaruh terhadap Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan
di Kelurahan Pulorejo-Mojokerto.
c. Hipotesis
Terdapat pengaruh yang signifikan antara Kesadaran Wajib Pajak,
Pemahaman Wajib Pajak, dan Sistem Pemungutan terhadap Penerimaan
Pajak Bumi dan Bangunan di Kelurahan Pulorejo-Mojokerto.
d. Kesimpulan
1) Kesadaran Wajib Pajak, Pemahaman Wajib Pajak, dan Sistem
Pemungutan mempunyai pengaruh terhadap Penerimaan Pajak Bumi
dan Bangunan di Kelurahan Pulorejo-Mojokerto.
2) Kesadaran Wajib Pajak, dan Sistem Pemungutan mempunyai pengaruh
yang dominan terhadap Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di
Kelurahan Pulorejo-Mojokerto dibandingkan dengan variabel
6. Esther Yohannah (2012)
a. Judul
“Tinjauan atas Sosialisasi Peraturan Perpajakan dan Kinerja Account
Representative Dalam upaya peningkatan Kepatuhan Wajib Pajak (Studi
kasus KPP Pratama Jakarta Pademangan)”.
b. Rumusan Masalah
1) Bagaimanakah cara-cara pelaksanaan sosialisasi peraturan perpajakan
di KPP Pratama Jakarta Pademangan?
2) Apa saja kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan sosialisasi
perpajakan peraturan perpajakan di KPP Pratama Jakarta Pademangan?
3) Apa peran Account Representative dalam meningkatkan kepatuhan
perpajakan Wajib Pajak, baik WP perorangan maupun WP badan?
c. Kesimpulan
1) KPP Pratama Jakarta Pademangan telah menggunakan media untuk
menyosialisasikan pajak melalui flyers, leaflet dan booklet, billboard,
serta standing banner.
2) Cara-cara sosialisasi sudah baik dilihat dari pemberdayaan AR baik di
seksi waskon maupun di help desk. Disamping itu ketersediaan call
center serta kegiatan penyuluhan dan website pajak bisa dijadikan
sumber informasi.
3) Kinerja AR di KPP Pratama Jakarta Pademangan sudah baik. Dilihat
menjadi lebih nyaman dalam berkonsultasi atau menyampaikan
keluhan.
4) Secara keseluruhan kepatuhan Wajib Pajak di KPP Pratama Jakarta
Pademangan dalam hal pelaporan SPT masih dikatakan sangat rendah
dilihat dari jumlah SPT yang masuk. Kendala lain adalah sulitnya
masuk kedalam jaringan telepon call center.
5) Sebenarnya KPP Pratama Pademangan telah mengadakan media untuk
menyosialisasikan peraturan pajak, namun kesadaran serta rasa ingin
tahu wajib pajak mengenai peraturan baru masih terbilang sangat
rendah. Hal tersebut dilihat dari rasa acuh tak acuh wajib pajak pada
media yang telah disediakan.
2.2 Landasan Teori 2.2.1 Keuangan Daerah
Penyelenggara tugas pemerintah Daerah dan DPRD di biayai dari dan atas
beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Penyeleanggaraan tugas
Pemerintah di daerah di biayai dari atas dan beban Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (Undang-undang Otonomi Daerah, 1999:32). Adapun beberapa
Sumber Pendapatan Daerah terdiri atas :
a. Pendapatan Asli Daerah :
1. Hasil Pajak Daerah
2. Hasil Retribusi Daerah
3. Hasil perusahaan milik daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
4. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah
b. Dana Perimbangan
c. Pinjaman Daerah
d. Lain-lain pendapatan Daerah yang sah
2.2.2 Pajak
Disetiap Negara memiliki istilah pajak yang berbeda tetapi dengan pengertian
yang sama. Pajak dalam istilah asing disebut tax (inggris), import contribution,
droit (perancis), Gebuhr (jerman), tasa (Spanyol) dan Belasting (Belanda). Dalam literature Amerika selain tax dikenal pula istilah tarif (Siti Kurnia, 2010:21).
Menurut Siti Resmi (2008:1), pengertian pajak dapat dipelajari pula melalaui
beberapa pendapat yaitu :
a. Definisi Pajak yang dikemukakan oleh Prof. DR. Rochmat Soemitro, S.H :
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan
undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik
yang langsung dapat ditunjukkan, dan apa yang digunakan untuk
membayar pengeluaran umum.
b. Definisi Pajak yang dikemukakan oleh S.I. Djajadiningrat :
Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan
ke kas Negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan
yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman,
menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan,
tetapi tidak ada jasa timbal balik dari Negara secara langsung untuk
c. Definisi Pajak menurut Dr. N. J. Feldman :
Pajak adalah persepsi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang
kepada penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkan secara umum),
tanpa adanya kontraprestasi dan semata-mata digunakan untuk menutup
pengeluaran-pengeluaran umum.
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa
pajak merupakan iuran wajib dari masyarakat yang menjadi wajib pajak kepada
pihak pemerintah walaupun tidak mendapatkan jasa timbale balik secara
langsung.
2.2.2.1 Fungsi Pajak
Menurut Siti Resmi (2008:3), terdapat dua fugsi pajak yaitu fungsi budgetair
(sumber keuangan Negara) dan fungsi regularend (pengatur).
a. Fungsi Budgetair (Sumber Keuangan Negara)
Pajak mempunyai fungsi budgetair, artinya pajak merupakan salah
satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik
rutin maupun pembangunan. Sebagai sumber keuangan Negara,
pemerintah berupaya memasukkan uang sebanyak-banyaknya untuk kas
Negara. Upaya tersebut ditempuh dengan cara ekstensifikasi maupun
instensifikasi pemungutan pajak melalui penyempurnaan peraturan
berbagai jenis pajak seperti pajak penghasilan (PPh), PPN, Pajak
b. Fungsi Regularend (Pengatur)
Pajak mempunyai fungsi pengatur, hal tersebut mengartikan bahwa
pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan
pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi, serta mencapai beberapa
tujuan tertentu di luar bidang keuangan.
2.2.2.2 Pengelompokan Pajak
Pajak dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu pengelompokkan menurut
golongan, menurut sifat dan menurut lembaga pemungutannya (Siti Resmi,
2008:7).
a. Menurut Golongan, pajak dikelompokkan menjadi dua :
1. Pajak Langsung : pajak yang harus dipikul atau ditanggung sendiri oleh WP
dan tidak dapat dilimpahkan atau di bebankan kepada orang lain atau pihak
lain. Contoh dari pajak langsung adalah PPH.
2. Pajak Tidak Langsung : Pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau
dilimpahkan kepada orag lain atau pihak ketiga. Contoh dari pajak tidak
langsung yaitu Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
b. Menurut Sifat, pajak dikelompokkan menjadi dua yaitu :
1. Pajak Subjektif : pajak yang pengenaannya memerhatikan keadaan pribadi
wajib pajak atau pengenaan pajak yang memerhatikan keadaan subjeknya.
Contohnya ialah pada Pajak Penghasilan (PPH).
2. Pajak Objektif : pajak yang pengenaannya memerhatikan objeknya baik
timbulnya kewajiban membayar pajak, tanpa memerhatikan keadaan pribadi
subjek pajak maupun tempat tinggal.
c. Menurut Lembaga Pemungut, dikelompokkan menjadi dua :
1. Pajak Negara (Pajak Pusat) : merupakan pajak yang dipungut oleh
pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara
pada umumnya. Contohnya adalah PPh, PPN, PPnBM, PBB serta Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).
2. Pajak Daerah : merupakan pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah baik
tingkat I (pajak provinsi) maupun tingkat II (pajak kabupaten/kota) dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah masing-masing. Pajak
Provinsi meliputi pajak kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air,
pajak bahan bakar kendaraan bermotor, serta pajak pengambilan dan
pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan. Sedangkan untuk pajak
kabupaten meliputi pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak
reklame, pajak penerangan jalan, pajak pengambilan bahan galian golongan
c dan pajak parkir.
2.2.2.3 Tata Cara Pemungutan Pajak
Dalam hukum pajak dikenal tiga macam yang memungut pajak atas suatu
penghasilan atau kekayaan, yaitu yang dinamakan sistem nyata, sistem fiktif dan
sistem campuran. Sistem tersebut harus dengan nyata-nyata disebutkan dalam
undang-undang masing-masing pajak. Fiskus dan Wajib Pajak harus mentaatinya
Dalam memungut pajak, Siti Resmi (2008:11) mengemukakan terdapat tiga
sistem dalam pemungutan pajak, yaitu :
a. Official Assessment System
Sistem pemungutan pajak yang member kewenangan aparatur
perpajakan untuk menentukkan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap
tahunnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b. Self Assessment System
Sistem pemungutan pajak ini memberi kewenagan pada Wajib Pajak
dalam menentukkan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya
sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
c. With Holding System
Sistem pemungutan pajak ini memberi kewenagan pada Pihak Ketiga
yang ditunjuk dalam menentukkan jumlah pajak yang terutang oleh Wajib
Pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang
berlaku. Penunjukkan pihak ketiga ini dilakukan sesuai peraturan
perundang-undangan perpajakan, keputusan presiden dan peraturan
lainnya untuk memotong dan memungut pajak, menyetor dan
mempertanggungjawabkan melalui sarana perpajakan yang tersedia.
2.2.2.4 Tarif Pajak
Untuk menghitung besarnya pajak yang terutang diperlukan dua unsur yaitu
tarif pajak dan dasar pengenaan pajak. Tarif pajak dapat berupa angka atau
proporsional (sebanding), tarif progresif (meningkat) serta tarif degresif (Siti
Resmi, 2008:14).
a. Tarif Tetap, adalah tarif berupa jumlah atau angka yang tetap, berapapun
besarnya dasar pengenaan pajak. Contohnya untuk penyerahan Barang
Kena Pajak (BKP) di daerah Pabean dikenakan pajak PPN sebesar 10%.
b. Tarif Proporsional (sebanding) merupakan tarif berupa persentase tertentu
yang sifatnya tetap terhadap berapa pun dasar pengenaan pajaknya.
Semakin besar dasar pengenaan pajak maka semakin besar pula jumlah
pajak yang terutang dengan kenaikan secara proporsional.
c. Tarif Progresif (Meningkat) adalah tarif berupa persentase tertentu yang
semakin meningkat dengan semakin meningkatnya dasar pengenaan pajak.
d. Tarif Degresif (Menurun) merupakan tarif berupa persentase tertentu yang
semakin menurun dengan semakin meningkatnya dasar pengenaan pajak.
2.2.2.5 Teori yang Mendukung Pemungutan Pajak
Menurut Diaz Priantara (2012:4) terdapat beberapa teori yang mendukung
Negara melakukan pemungutan pajak dari masyarakat :
a. Teori Asuransi
Menurut teori ini, salah satu Negara adalah memberikan perlindungan
kepada rakyatnya atas keselamatan jiwa dan hartanya dengan cara menjaga
ketertiban dan keamanan. Seperti halnya asuransi, rakyat sebagai
tertanggung yang membutuhkan perlindungan dan Negara sebagai
sejumlah premi atas resiko kerugian harta atau jiwanya kepada
penanggung.
b. Teori Kepentingan
Teori ini mengatakan bahwa Negara dan rakyatnya saling memiliki
kepentingan. Rakyat membutuhkan Negara sebagai pengayom, pelindung,
dan pengatur. Tetapi agar Negara (dalam hal ini dilaksanakan oleh
pemerintah) dapat menjalankan perannya maka diperlukan dana. Oleh
karena itu sudah sewajarnya jika biaya-biaya yang dikeluarkan pemerintah
dibebankan kepada rakyat. Pembagian beban didasarkan atas kepentingan
masing-masing orang di dalam Negara.
c. Teori Gaya Pikul
Seperti halnya teori-teori di atas dimana pemerintah membutuhkan dana
agar fungsi Negara dan peran pemerintah dapat berjalan, maka rakyat
memberikan sebagian kekayaannya dalam bentuk pajak. Namun, pada
teori ini pajak yang dibebankan kepada masing-masing orang berdasarkan
pada gaya pikul seseorang atau kemampuan seseorang. Ukuran objektif
gaya pikul adalah berdasarkan penghasilan.
d. Teori Kewajiban Mutlak atau Teori Bakti
Berlawanan dengan teori-teori sebelumnya yang melihat ada hubungan
antara pemerintah dengan rakyatnya dan tidak megutamakan kepentingan
Negara di atas kepentingan warganya makanya teori ini mendasarkan pada
hak mutlak untuk memungut pajak dan kewajiban rakyat untuk membayar
pajak yang pada akhirnya menjadi suatu tanda bakti rakyat kepada Negara.
e. Teori Asas Gaya Beli
Menurut teori ini fungsi pemungutan pajak diibaratkan dengan pompa
yang mengambil gaya beli dari rumah tangga dalam masyarakat kepada
rumah tangga Negara dan selanjutnya memompa keluar atau
menyalurkannya kembali dari Negara kepada masyarakat.
2.2.3 Pajak Bumi dan Bangunan
2.2.3.1 Definisi Pajak Bumi dan Bangunan
Menurut Soemitro Rochmat (1983), Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak yang dikenakan atas harta tak bergerak dalam hal ini yang dipentingkan adalah
objeknya maka status keadaan orang atau badan yang dijadikan subjek tidak
penting dan tidak mempengaruhi besarnya pajak.
Pajak Bumi dan Bangunan sebenarnya merupakan pajak pemerintah daerah
jika ditinjau dari penerima akhir pungutan pajak tersebut, namun dikarenakan
mekanisme administrasi serta pengelolaanya berada pada DJP maka PBB
dikategorikan sebagai pajak pemerintah pusat. Tapi dengan telah berlakunya
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tanggal 15 September 2009 mengenai
Pajak Daerah Retribusi Daerah per 1 januari 2010 maka pemungutan, penagihan,
adminstrasi PBB sektor pedesaan dan perkotaan berada di Pemerintah Daerah.
Yang menjadi objek pajak adalah bumi dan/atau bangunan. Yang dimaksud
dengan bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada dibawahnya.
wilayah Indonesia. Yang dimaksud dengan bangunan adalah konstruksi teknik
yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan/atau perairan. Termasuk
dalam pengertian bangunan adalah jalan lingkungan yang terletak dalam suatu
kompleks bangunan tersebut seperti hotel, pabrik, dan emplasemennya serta hal
lain yang masih merupakan satu kesatuan dengan kompleks bangunan tersebut
yang memberikan manfaat (Diaz Priantara, 2012:597).
2.2.3.2 Subyek Pajak Bumi dan Bangunan
Menurut Diaz Priantara (2012:599), yang menjadi subjek pajak dalam hal pajak bumi dan bangunan adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai
hak atas atas bumi serta memperoleh manfaat atas bumi, memiliki, menguasai dan
memperoleh manfaat atas bangunan. Dengan demikian, tanda pembayaran pajak
bukan berarti merupakan bukti pemilikan hak. Bukti kepemilikan hak atas tanah
berupa sertifikat yang diterbitkan oleh Kantor Pertanahan. Subjek pajak yang
dikenakan kewajiban membayar pajak atas objek pajak ini menjadi WP menurut
UU PBB.
2.2.3.3 Nilai Jual Obyek Pajak Bumi dan Bangunan
Nilai jual objek pajak merupakan dasar pengenaan pajak atau dengan kata lain NJOP dijadikan dasar untuk pembayaran PBB. Sehingga besar kecilnya
NJOP sangat mempengaruhi penerimaan pajak bagi Negara. Menurut Soemitro
(2001) bahwa nilai jual objek pajak merupakan unsur atau faktor yang dominan
dari penerimaan pajak bumi dan bangunan. Hal ini disebabkan oleh NJOP yang
Dalam Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 Pasal 79 ayat (1) telah
dijelaskan bahwa penetapan NJOP dapat dilakukan dengan :
a. Perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, adalah suatu
pendekatan metode penentuan nilai suatu objek pajak dengan cara
membandigkannya dengan objek lain yang sejenis letaknya berdekatan
dengan telah diketahui harga jualnya.
b. Nilai Perolehan Baru merupakan suatu pendekatan/metode penentuan
NJOP dengan cara menghitung seluruh biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh objek tersebut pada saat penilaian dilakukan yang dikurangi
dengan penyusutan berdasarkan kondisi fisik objek tersebut.
c. Nilai Jual Pengganti adalah suatu pendekatan atau metode penentuan nilai
jual suatu objek pajak yang berdasarkan pada hasil produksi objek
tersebut.
2.2.3.4 Maksud dan Tujuan
Ada beberapa alasan mengapa dilakukannya pemungutan Pajak Bumi dan
Bangunan yaitu (Vitriana, 2006:21) :
a. Dasar Falsafah yang dipergunakan dalam berbagai undang-undang yang
berasal dari jaman colonial adalah tidak sesuai dengan pancasila.
b. Berbagai undang-undang mengenakan pajak atas harta tak bergerak sehingga
membingungkan masyarakat.
d. Undang-undang yang berasal dari jaman penjajahan masih tertulis dalam
bahasa dan perubahan tertulis dalam Indonesia, sehingga merupakan bahasa
“gado-gado” sedangkan terjemahan resmi tidak ada.
e. Undang-undang jaman colonial tidak sesuai lagi dengan aspirasi dan
kepribadian bangsa Indonesia.
f. Undang-undang lama tidak sesuai dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
g. Undang-undang lama kurang memberikan kepastian hukum.
Selanjutnya adalah yang menjadi tujuan dalam pemungutan Pajak Bumi dan
Bangunan adalah :
a. menyederhanakan peraturan perundang-undangan pajak sehingga mudah
dimengerti.
b. Memberikan dasar yang kuat pada pungutan pajak atas harta tak bergerak dan
sekalian menyerasikan atas harga tak bergerak disemua daerah dan
menghilang.
c. Memberikan kepastian hukum kepada masyarakat, sehingga rakyat tahu
sejauh man hak dan kewajibannya, menghilangkan pajak ganda yang terjadi
sebagai akibat berbagai undang-undang yang sifatnya sama.
d. Memberikan penghasilan kepada daerah ynag sangat diperlukan untuk
menegakkan otonomi daerah dan untuk pembangunan daerah.
e. Menambahkan penghasilan bagi daerah.
2.2.3.5 Sifat Pajak Bumi dan Bangunan
Pajak bumi dan bangunan merupakan pajak yang dikenakan atas harta tak
karena itu keadaan atas status orang atau badan yang dijadikan subjek pajak tidak
penting dan tidak mempengaruhi besarnya pajak, maka sebab itu pajak bumi dan
bangunan disebut juga pajak obyektif, walaupun pajak ini merupakan pajak
obyektif tetapi dipungut dengan surat ketetapan pajak yang pada prinsipnya setiap
tahun dikeluarkan (Vitriana, 2006:30).
2.2.3.6 Subyek Pajak
Menurut Vitriana (2006:32), dalam undang-undang pajak bumi dan bangunan Bab III Pasal 4 menjabarkan mengenai subjek pajak yaitu :
(1) Yang menjadi subjek pajak adalah orang atau badan yang secara nyata
mempunyai hak atas bumi, dan atau memperoleh manfaat atas bumi, dan atau
memiliki, menguasai dan atau memperoleh manfaat atas bangunan.
(2) Subyek pajak sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (1) yang dikenakan
kewajiban membayar pajak menjadi wajib pajak menurut undang-undang ini.
(3) Dalam hal obyek pajak belum jelas diketahui wajib pajaknya, direktur jendral
pajak dapat menetapkan subyek pajak sebagaimana dimaksud pasal (1)
sebagai wajib pajak.
(4) Subyek pajak sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (3) dapat memberikan
keterangan secara tertulis pada direktur jendral pajak bahwa ia bukan wajib
pajak terhadap obyek pajak yang dimaksud.
(5) Bila keterangan yang diajukan oleh wajib pajak sebagaimana dimaksud dalam
ayat (4) disetujui maka direktur jendral pajak membatalkan penetapan sebagai
wajib pajak sebagaimana dalam ayat (3) dalam jangka waktu satu bulan sejak
(6) Bila keterangan yang dimaksud itu tidak disetujui, maka direktur jendral pajak
mengeluarkan surat keputusan penolakan dengan disertai alasan-alasannya.
2.2.3.7 Ketentuan Umum
BAB I, Pasal 1 : UMUM (Vitriana, 2006:30)
(1) Bumi adlah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada dibawahnya.
(2) Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau diletakkan secara tetap
pada tanah atau perairan.
(3) Nilai jual obyek pajak adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual
beli secara wajar, dan bilamana tidak terdapat transaksi jual beli, nilai jual
obyek pajak ditentukan melalui perbandingan harga dengan obyek lain yang
sejenis atau nilai perolehan baru atau nilai jual obyek pengganti.
(4) Surat keputusan obyek pajak adalah surat yang dipergunakan oleh wajib pajak
untuk melaporkan data obyek pajak menurut ketentuan undang-undang.
(5) Surat pemberitahuan pajak terutang yang dipergunakan oleh Direktorat
Jendral Pajak untuk memberitahukan besarnya pajak terutama kepada wajib
pajak.
BAB II, Pasal 2 : OBYEK PAJAK (Vitriana, 2006:30)
(1) Yang menjadi obyek pajak adalah bumi dan bangunan
(2) Klasifikasi obyek pajak yang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur
oleh menteri keuangan.
Pasal 3 (Vitriana, 2006:31)
(1) Obyek pajak yang tidak dikenakan pajak bumi dan bangunan adalah obyek
a. Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum dibidang
ibadah, sosial, kesahatan, pendidikan, dan kebudayaan nasional yang tidak
dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan.
b. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis
dengan itu.
c. Merupakan hutang lindung, suaka alam, hutan wisata, taman nasional,
tanah pengembalaan yang dikuasai oleh desa dan tanah Negara belum
dibebani suatu hak.
d. Dipergunakan oleh perwakilan diplomatik.
e. Dipergunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional yang
ditentukan oleh menteri keuangan.
(2) Obyek pajak yang dipergunakan oleh Negara untuk menyelenggarakan
pemerintahan, penentuan pengenaan pajaknya diatur lebih lanjut dengan
peraturan pemerintah.
(3) Batas nilai jual bangunan tidak kena pajak ditetapkan sebesar Rp.8.000.000
untuk setiap bangunan.
(4) Batasan nilai jual bangunan tidak kena pajak sebagaimana dimaksdukan dalam
ayat (3) akan diselesaikan dengan suatu faktor penyelesaian yang ditetapkan
oleh menteri keuangan.
2.2.3.8 Tarif Pajak
Dalam undang-undang pajak bumi dan bangunan Bab IV Pasal 5, telah
dijelaskan bahwa tarif pajak yang dikenakan atas objek pajak adalah sebesar
pajak macam apapun di seluruh wilayah Indonesia, karenanya dikenal sebagai
tarif tunggal.
2.2.3.9 Dasar Pengenaan dan Cara Menghitung Pajak
Pada Undang-undang Pajak Bumi dan Bangunan Pasal 6 telah dijabarkan
mengenai dasar pengenaan pajak. Dasar pengenaan pajak adalah Nilai Jual Objek
Pajak. Besarnya Nilai Jual Objek Pajak sebagaimana dimaksud ialah ditetapkan
setiap tiga tahun oleh Menteri Keuangan, kecuali untuk daerah tertentu ditetapkan
setiap tahun sesuai dengan perkembangan daerahnya. Dalam menentukan nilai
jual, Menteri Keuangan mendengar pertimbangan dari Gubernur serta
memerhatikan asas self assessment. NJOP diatur oleh Menteri Keuangan melalui
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 150/PMK.03/2010 tanggal 27 agustus 2010
tentang penentuan klasifikasi dan besarnya NJOP sebagai dasar pengenaan PBB.
Pada Pasal tersebut juga telah dijelaskan bahwa Nilai Jual Objek Pajak yang ditetapkan yaitu serendah-rendahnya 20% dan setinggi-tingginya 100% dari Nilai
Jual Objek Pajak. Besarnya persentase tersebut ditetapkan dengan peraturan
pemerintah dengan memperhatikan kondisi ekonomi sosial.
2.2.3.10 Tahun Pajak, Saat dan Tempat yang Menentukan Pajak Terhutang Menurut Diaz Priantara (2012:603) tahun pajak merupakan jangka waktu satu
tahun takwim. Jangka waktu satu tahun takwim adalah dari 1 januari sampai
dengan 31 desember. Sedangkan saat yang menentukan pajak yang terutang
adalah menurut keadaan objek pajak pada 1 januari. Karena tahun pajak dimulai 1
januari, maka keadaan objek pajak pada tanggal tersebut merupakan saat yang
a. Untuk daerah Jakarta, di wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
b. Untuk daerah lainnya, di wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II atau
Kotamadya Daerah Tingkat II yang meliputi letak objek pajak.
2.3 Kerangka Pikir
2.3.1 Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak atas PBB terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan.
Landasan Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak atas PBB terhadap Keberhasilan
Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan tersebut mengacu pada Teori
Kepentingan. Teori ini dalam ajarannya yang semula hanya memperhatikan
pembagian beban pajak yang harus dipungut dari seluruh penduduk. Pembagian
beban ini harus didasarkan atas kepentingan orang masing-masing dalam
tugas-tugas pemerintah, termasuk perlindungan atas jiwa orang-orang itu atas harta
bendanya. Oleh karena itu, sudah sewajarnyalah jika biaya-biaya yang
dikeluarkan oleh Negara dibebankan kepada mereka (Siti Resmi, 2003:5).
Menurut Siti Kurnia (2010:141), pemahaman perpajakan mempengaruhi
sikap terhadap sistem perpajakan yang adil. Dengan kualitas pemahaman
perpajakan yang semakin baik akan memberikan sikap memenuhi kewajiban
dengan benar. Dengan meningkatnya pengetahuan perpajakan maka akan
berdampak positif terhadap pemahaman Wajib Pajak dalam membayar pajak.
Tingkat pemahaman perpajakan yang tinggi terhadap pajak khususnya pajak
bumi dan bangunan, akan secara otomatis membangkitkan suatu kesadaran
pajak. Hal tersebut menjadi suatu andil yang sangat besar dalam peningkatan
keberhasilan penerimaan pajak bumi dan bangunan.
2.3.2 Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak atas PBB terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan.
Kesadaran bernegara merupakan faktor penentu adanya kesadaran dalam hal
perpajakan. Kesadaran bernegara merupakan sikap sadar mempunyai Negara dan
sikap sadar terhadap fungsi Negara. Sikap tersebut merupakan konstelasi
komponen kognitif, afektif dan konatif yang berinteraksi dalam memahami dan
merasakan serta berperilaku terhadap makna dan fungsi Negara atau siapapun
yang merasa menjadi warga Negara, yaitu kerelaan dalam memberikan kontribusi
dana untuk melakasanakan fungsi pemerintahan cara membayar kewajibannya
yang berupa pajak (Suparmoko, 2003:218).
Apabila setiap wajib pajak sadar akan pentingnya suatu pembangunan daerah
serta segala partisipasinya dalam hal tersebut, maka dapat memacu pula kesadaran
dalam hal membayar pajak bumi dan bangunan yang berfungsi sebagai
penerimaan daerah. Dengan adanya tingkat kesadaran yang tinggi tersebut dapat
memberikan peningkatkan pula pada penerimaan pajak bumi dan bangunan.
2.3.3 Pengaruh Sosilasisasi Perpajakan atas PBB terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan.
Kegiatan dalam sosialisasi perpajakan mempunyai andil yang sangat besar
dalam memberikan informasi kepada masyarakat serta akan berpengaruh pula
terhadap keberhasilan penerimaan pajak bumi dan bangunan. Menurut Mustofa
proses dimana kita belajar melalui interaksi dengan orang lain tentang cara
berfikir, merasakan dan bertindak dimana kesemuanya itu merupakan hal-hal
yang sangat penting dalam menghasilkan partisipasi sosial yang efektif.
Menurut Samudera (2004:6), dalam melakukan sosialisai perlu adanya strategi dan metode yang tepat yang dapat diaplikasikan dengan baik yaitu :
a. Publikasi
Adalah suatu aktivitas publikasi yang dilakukan melalui media komunikasi,
baik media cetak seperti surat kabar, majalah maupun audiovisual seperti radio
ataupun televisi.
b. Kegiatan
Institusi pajak dapat melibatkan diri pada penyelenggaraan aktivitas – aktivitas
tertentu yang dihubungkan dengan program peningkatan kesadaran
masyarakat akan perpajakan pada momen – momen tertentu. Misalnya :
kegiatan olahraga, hari – hari nasional dan lain sebagainya.
c. Pemberitaan
Pemberitaan dalam hal ini mempunyai pengertian yang khusus yaitu menjadi
bahan berita dalam arti positif, sehingga menjadi sarana promosi yang efektif.
Pajak dapat disosialisasikan dalam bentuk berita kepada masyarakat, sehingga
masyarakat dapat lebih cepat menerima informasi tentang pajak.
d. Keterlibatan Komunitas
Melibatkan komunitas pada dasarnya adalah cara untuk mendekatkan institusi
adat ketimuran untuk bersilaturahmi dengan tokoh – tokoh setempat sebelum
institusi pajak dibuka.
e. Pencantuman Identitas
Berkaitan dengan pencantuman logo otoritas pajak pada berbagai media yang
ditujukan sebagai sarana promosi.
f. Pendekatan Pribadi
Pendekatan secara pribadi yang dilakukan secara informal tersebut ialah untuk
mencapai suatu tujuan tertentu.
Dengan adanya berbagai upaya dalam pengaplikasian sosialisasi perpajakan,
maka diharapkan para wajib pajak dapat dengan mudah memperoleh segala
informasi serta peraturan baru yang berkaitan dengan pajak bumi dan bangunan.
Hal tersebut dapat pula dijadikan suatu upaya dalam peningkatan kepatuhan wajib
pajak yang tentunya akan berpengaruh pula pada penerimaan pajak bumi dan
bangunan.
2.3.4 Diagram Kerangka Pikir
Pajak Bumi dan Bangunan merupakan salah satu sumber penerimaan daerah yang memberikan suatu kontribusi besar terhadap Penerimaan Daerah serta dapat
diandalkan untuk membiayai pembangunan, karena kontribusi Pajak Bumi dan
Bangunan dalam APBD relatif besar. Oleh karena itu, pemerintah selalu berupaya
untuk menemukan cara agar pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan dapat
berjalan seefektif mungkin serta setiap penerimaan yang diperoleh dapat mencapai
Berdasarkan teori – teori serta penelitian terdahulu yang telah dijelaskan
diatas, maka dapat dibuat suatu Diagram Kerangka Pemikiran sebagai berikut :
Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak atas PBB, Kesadaran Wajib Pajak dan Sosialisasi Perpajakan terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan
Bangunan
Regresi Linier Berganda
2.5 Hipotesis
Berdasarkan pada rumusan masalah, maka dapat dikemukakan bahwa
hipotesis dalam penelitian ini adalah bahwa Pemahaman Wajib Pajak atas PBB,
Kesadaran Wajib Pajak dan Sosialisasi Perpajakan berpengaruh terhadap
Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan.
Keberhasilan
Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan(Y)
Pemahaman Wajib Pajak (X1)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.1.1 Defini Operasional
Definisi operasional merupakan suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel dengan cara memberikan arti atau spesifikasi atas kegiatan, ataupun
memberikan operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut
(Nazir, 1998 : 152).
Berdasarkan perumusan masalah yang diajukan pada bab I dan hipotesis yang
telah diajukan pada bab II, maka variabel dalam penelitian ini terdiri atas 2 jenis,
yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas terdiri dari 3, yaitu
pemahaman wajib pajak atas PBB (X1), kesadaran wajib pajak (X2), dan sosialisasi perpajakan (X3). Sedangkan variabel terikatnya yaitu keberhasilan
penerimaan pajak bumi dan bangunan yang disimbolkan dengan Y.
3.1.1.1 Variabel Bebas (X)
1. Pemahaman Wajib Pajak atas PBB (X1)
Pemahaman Wajib Pajak merupakan tingkat pemahaman atau persepsi
terhadap Undang-Undang dan peraturan Pajak Bumi dan Bangunan akan fungsi
dan pentingnya membayar Pajak Bumi dan Bangunan.
2. Kesadaran Wajib Pajak (X2)
Kesadaran wajib pajak adalah rasa yang timbul dari dalam diri wajib pajak
3. Sosialisasi Perpajakan (X3)
Sosialisasi perpajakan merupakan suatu cara untuk menginformasikan kepada
masyarakat mengenai segala hal yang berhubungan pajak bumi dan bangunan
baik menggunakan media cetak atau media audiovisual.
3.1.1.2 Variabel Terikat (Y)
Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (Y)
Keberhasilan dari penerimaan PBB merupakan suatu peningkatan sikap
proaktif wajib pajak serta termasuk salah satu elemen konatif dari sikap wajib
pajak yang berpengaruh terhadap keberhasilan perpajakan.
3.1.2 Pengukuran Variabel
A. Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (Y)
Merupakan suatu peningkatan sikap proaktif wajib pajak serta termasuk salah satu elemen konatif dari sikap wajib pajak yang berpengaruh terhadap
keberhasilan perpajakan. Pada variabel ini menggunakan pengukuran skala
interval dengan teknik pengukuran likert (Sugiyono, 2001:71). Instrumen yang
akan digunakan dalam penelitian ini merupakan pengembangan dan modifikasi
dari instrumen yang digunakan dalam penelitian Effi Sulistyorini (2003) yang
diadaptasi lagi oleh Vitriana (2006). Variabel ini diukur dengan 4 (empat)
pertanyaan. Indikator untuk variabel ini adalah :
1. Kebenaran petugas dalam menghitung pajak
3. Keberatan ketidaksamaan perhitungan pajak
4. Berdiskusi tentang masalah pajak
1 2 3 4 5
Sangat tidak setuju Sangat setuju
Dari skala interval tersebut, arti nilai terhadap variabel adalah :
1 = Menunjukkan sikap proaktif wajib pajak yang rendah
2 = Meninjukkan sikap proaktif wajib pajak yang cukup rendah
3 = Menunjukkan sikap proaktif wajib pajak yang cukup
4 = Menunjukkan sikap proaktif wajib pajak yang cukup tinggi
5 = Menunjukkan sikap proaktif wajib pajak yang tinggi
B. Pemahaman Wajib Pajak (X1)
Merupakan tingkat pemahaman wajib pajak terhadap undang-undang serta
segala peraturan yang terkait dengan pajak bumi dan bangunan. Dalam mengukur
variabel ini yaitu menggunakan skala interval dengan teknik pengukuran likert.
Indikator yang digunakan untuk mengukur variabel ini adalah berasal dari peneliti
Effi Sulistyorini (2003) yang diadaptasi lagi oleh Vitriana (2006) ,yaitu :
1. PBB merupakan sarana atau sumber pendapatan daerah
2. PBB dikenakan pada benda tidak bergerak, sehingga yang dipentingkan
objeknya
3. Subyek PBB adalah orang atau badan yang menguasai atau memperoleh
manfaat dari objek pajak
Variabel ini menggunakan skala pengukuran interval sebagai berikut :
1 2 3 4 5
Sangat tidak setuju Sangat setuju
Dari skala interval tersebut, arti nilai terhadap variabel adalah :
1 = Menunjukkan pemahaman wajib pajak yang rendah
2 = Menunjukkan pemahaman wajib pajak yang cukup rendah
3 = Menunjukkan pemahaman wajib pajak yang cukup
4 = Menunjukkan pemahaman wajib pajak yang cukup tinggi
5 = Menunjukkan pemahaman wajib pajak yang tinggi
C. Kesadaran Wajib Pajak (X2)
Kesadaran wajib pajak merupkan suatu rasa yang timbul dari dalam diri wajib
pajak atas kewajibannya dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan. Variabel
ini diukur dengan menggunakan skala interval dengan teknik pengukuran likert.
Indikator yang digunakan dalam mengukur variabel ini adalah Effi Sulistyorini
(2003) dan telah diadaptasi oleh Vitriana (2006) :
1. PBB dipergunakan sebagai sumber pendapatan Negara
2. PBB harus dibayar tepat waktu untuk pembiayaan pembangunan
3. PBB harus dibayar karena kewajiban warga Negara
4. PBB sumber pendapatan daerah
Variabel ini menggunakan skala pengukuran interval sebagai berikut :
1 2 3 4 5
Sangat tidak setuju Sangat setuju
1 = Menunjukkan kesadaran wajib pajak yang rendah
2 = Menunjukkan kesadaran wajib pajak yang cukup rendah
3 = Menunjukkan kesadaran wajib pajak yang cukup
4 = Menunjukkan kesadaran wajib pajak yang cukup tinggi
5 = Menunjukkan kesadaran wajib pajak yang tinggi
D. Sosialisasi Perpajakan (X3)
Sosialisasi Perpajakan merupakan suatu upaya untuk memberikan informasi
dan pembinaan kepada masyarakat pada umumnya dan pada khususnya kepada
wajib pajak mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan pajak serta
perundang-undangan pajak. Variabel ini diukur dengan menggunakan skala
interval dengan teknik pengukuran likert. Indikator yang digunakan dalam
mengukur variabel ini adalah Esther Yohannah (2012:50) :
1. Arti serta manfaat PBB
2. PBB disosialisasikan melalui media cetak serta elektronik
3. PBB disosialisasikan melalui seminar serta penyuluhan
4. Peran para petugas dalam memberikan penyuluhan
Variabel ini menggunakan skala pengukuran interval sebagai berikut :
1 2 3 4 5
Sangat tidak setuju Sangat setuju
Dari skala interval tersebut, arti nilai terhadap variabel adalah :
1 = Menunjukkan sosialisasi perpajakan yang rendah
2 = Menunjukkan sosialisasi perpajakan yang cukup rendah
4 = Menunjukkan sosialisasi perpajakan yang cukup tinggi
5 = Menunjukkan sikap proaktif wajib pajak yang tinggi
3.2 Teknik Penentuan Sampel 3.2.1 Populasi
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas serta karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik suatu kesimpulan (Sugiyono, 2006:72).
Populasi dalam penelitian ini adalah wajib pajak rumahan di wilayah kecamatan
rungkut menanggal Surabaya yaitu yang berjumlah 2.767 wajib pajak pada tahun
2011.
3.2.2 Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan cara non
probability sampling dengan teknik Quota Sampling. Quota Sampling yaitu sampel dipilih yang paling mudah ditemui dari kelompok yang ditargetkan
berdasar jumlah quota yang telah ditentukan sebelumnya (Sularso, 2003:69).
Sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah 100 orang wajib pajak
(PBB) untuk perumahan di wilayah Kelurahan Rungkut Menanggal (Kecamatan
Gunung Anyar – Surabaya Timur). Pengambilan jumlah sampel paling sesuai
dihampir semua penelitian adalah 30<n<500 (Sularso, 2003:70). Teknik yang
akan digunakan dalam penentuan sampel adalah menggunakan Accidental
Sampling yaitu membagikan kuesioner secara acak kepada penduduk yang secara kebetulan berada dirumah masing-masing, yang bertempat tinggal di wilayah
3.3 Teknik Pengumpulan Data 3.3.1 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer yaitu merupakan data yang bersumber dari pendapat
serta tanggapan para responden atas beberapa daftar pertanyaan yang akan tertera
dalam angket. Data sekunder diperoleh dari Dinas Pendapatan dan Pengelolaan
Keuangan Kota Surabaya serta dari Kelurahan Rungkut Menanggal Surabaya.
3.3.2 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis akan diperoleh dengan
menggunakan prosedur sebagai berikut :
1. Wawancara
Wawancara adalah pengumpulan data dengan memberikan daftar
pertanyaan atau kuesioner yang telah disiapkan dan diberikan secara
langsung kepada responden untuk mendapatkan data yang diberikan
(Sugiyono, 2006:130).
2. Observasi
Observasi adalah pengumpulan data melalui pengamatan objek secara
langsung dan mencatat segala data yang diperlukan dan berhubungan
dengan masalah yang sedang diteliti (Sugiyono, 2006:138).
3. Kuesioner
Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu
dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan