• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANCANGAN PRODUK PEMANAS MULTIFUNGSI DENGAN METODE DESIGN FOR MANUFACTURE AND ASSEMBLY (DFMA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERANCANGAN PRODUK PEMANAS MULTIFUNGSI DENGAN METODE DESIGN FOR MANUFACTURE AND ASSEMBLY (DFMA."

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

MANUFACTURE AND ASSEMBLY

(DFMA)

SKRIPSI

Disusun oleh :

TOMY YANAPRI

0832010052

J URUSAN TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

J AWA TIMUR

(2)

ASSEMBLY

(DFMA)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Mengetahui Sebagai Per syaratan Dalam Memperoleh Gelar Sar jana Teknik

J ur usan Teknik Industri

OLEH :

TOMY YANAPRI

NPM : 0832010052

J URUSAN TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

J AWA TIMUR

(3)

PERANCANGAN PRODUK PEMANAS MULTIFUNGSI

DENGAN METODE

DESIGN FOR MANUFACTUR AND

ASSEMBLY

(DFMA)

OLEH :

TOMY YANAPRI

NPM : 0832010052

Telah Dipertahankan dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi J urusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri UPN “Veter an” J awa Timur

Pada tanggal 25 Oktober 2012

Dosen Penguji Dosen Pembimbing

1. 1.

Ir Rr . Rochmoeljati,MMT Ir. H,Tri Susilo. MM

NIP. 19611029 199103 2 001 NIP. 19550708 198903 1 001

2. 2. Univer sitas Pembangunan Nasional ” Veteran ”

J awa Timur

(4)

SKRIPSI

PERENCANAAN KAPASITAS WAKTU PRODUKSI BOGIE DENGAN METODE CAPACITY REQUIREMENT PLANNING (CRP) DI

PT.BARATA INDONESIA GRESIK

OLEH :

TOMY YANAPRI

NPM : 0832010052

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Negar a Lisan Gelombang II Tahun Ajar an 2012 – 2013

Sur abaya, 25 Oktober 2012 Mengetahui,

Dosen Pembimbing I

Ir. H,Tri Susilo. MM NIP. 19550708 198903 1 001

Dosen Pembimbing II

Ir. Rus Indiyanto, MT NIP. 19650225 199203 1 001

Mengetahui,

Ketua J ur usan Teknik Industri UPN “Veteran” J awa Timur

(5)

Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,

yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan InayahNya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul “Perancangan produk pemanas multifungsi

dengan metode design for manufacture and assembly”. Skripsi ini sebagai salah

satu syarat untuk menempuh gelar sarjana Teknik Program studi S-1 jurusan

Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional

“Veteran” Jawa Timur.

Dalam penelitian skripsi ini, penulis mendapat bimbingan, saran dan

dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada:

1. Bapak Ir. Sutiyono, MT. Selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Ir. Minto Waluyo, MM. Selaku Ketua Jurusan Teknologi

Industri

3. Bapak Ir. Tri Susilo .MM. Selaku Dosen Pembimbing I yang sudah

memberikan bimbingan dan selalu memberi saran kepada penulis

4. Ibu Ir. Rusindiyanto, MT. Selaku Dosen Pembimbing II yang sudah

memberikan bimbingan dan selalu memberi saran kepada penulis

5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Teknik Industri.

6. Orang Tuaku tercinta yang telah memberikan do’a dan semangat dalam

(6)

Akhirnya tiada kata lain yang menjadi harapan, kecuali kritik serta saran

yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Harapan peulis semoga

skripsi ini dapat menjadikan referensi bagi pembacanya, dapat bermanfaat serta

menambah wawasan bagi kita semua.

Surabaya, 24 September 2012

(7)

Di zaman yang modern dan canggih saat ini banyak Perkembangan industri manufaktur baik industri jasa maupun yang menghasilkan produk, contohnya produk setrika dan kompor listrik yang berkembang sangat pesat, perusahaan saling bersaing dari segi harga, keunggulan produk, inovasi produk, dan kenyamanan produk guna untuk mencari pasar konsumen yang tepat.

Dengan adanya persaingan perkembangan produk tersebut, maka dilakukan penelitian perancangan produk pemanas multifungsi, dari kondisi ini penggunaan alat yang sendiri-sendiri tersebut maka kami timbul ide untuk memadukan dua alat tersebut menjadi satu alat yang memiliki fungsi ganda sebagai setrika dan kompor listrik .

Dengan dirancangnya produk ini maka konsumen tidak perlu beli alat dua , jadi cukup satu alat yang berfungsi ganda untuk setrika dan kompor listrik yang dimana produk pemanas multifungsi ini sangat aman, nyaman, dan hemat listrik dengan spesifikasi komponen eksternalnya keamanannya di lengkapi dengan isolator atau penyekat panas pada pegangan dan untuk komponen internalnya diberi pengaman sekring. Dengan menggunakan metode design for manufacture and assembly (DFMA) . selain itu produk ini sangat efisien dan praktis.

Dari hasil analisa menunjukanbahwadesain perancangan alat inovasi mempunyai efisiensi perakitan, yaitu sebagai berikut : telah diperoleh efisiensi perakitan desain alat awal (EA) =

0,024 . Artinya proses pembuatan alat pemanas multifungsi dengan jumlah komponen teoritis 22 dan waktu perakitan total 4620 detik,

(8)

iii

LEMBAR SAMPUL

LEMBAR PE NGESAHAN

DAFTAR ISI ………... iii

DAFTAR TABEL ……….. vi

DAFTAR GAMBAR ………. vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1.LatarBelakang ………..……….1

1.2.PerumusanMasalah …………..……….2

1.3.PembatasanMasalah ..………….……….………..2

1.4.Asumsi…………..……….……….……....3

1.5.TujuanPenelitian ….……….…...…..3

1.6.ManfaatPenelitian ………...…..3

1.7.SistematikaPenulisan ………..…..4

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA 2.1. DefinisiInovasiProduk.. ……….. 5

2.1.1. TipeInovasi………...………..8

(9)

iv

2.1.5. SiklusInovasi……….. ……….…....11

2.2. Pengertian Design for Manufacture and Assembly (DFMA)....12

2.2.1. Rancangan untuk perakitan……….……….…...14

2.2.2. Langkah – langkah DFMA………..….…... 15

2.2.3. Metoda rancangan perakitan manual (DFA) ………..…..16

2.2.4. Analisis DFA ………..………..…....17

2.2.5 EfisiensiPerakitan ……….…………....17

2.2.6. Klasifikasi system untuk pembawaan manual………...…18

2.3 Panas yang ditimbulkanarus listrik………...19

2.4. Produk elektronik ……….………24

2.4.1 . Macam-macam produk pemanas elektronik …….……...25

2.4.2. KomponendanBahanbakuPemanas Multifungsi ……..……...26

2.4.3. Rancangan Pemanas Multifungsi………..…...28

2.4.4. Langkah-langkah teknik pembuatan pemanasmultifungsi...30

2.4.4. Langkah-langkah teknik pembuatan pemanas multifungsi..…31

2.5 Penelitian Terdahulu...………...…32

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. LokasidanWaktuPenelitian………...34

(10)

v

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pengolahan Data...…..……….………....…….…...39

4.1.1. Analisa Design AlatInovasi.……….………….…..39

4.1.1.1 Rancangan Alat Inovasi…. ………….……….….…..39

4.1.1.2. Proses Pembuatan ………....….….……..………….44

4.1.1.3. Jumlah Komponen Penyusun ……….…...………44

4.1.2. Desain Alat Inovasi ……….…………...45

4.1.2.1. Pengisian dan Analisis Tabel DFA ...46

4.4. Hasil Dan Pembahasan……….………47

4.4.1 Hasil …...………...47

4.4.2 Pembahasan………...47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ………48

5.2. Saran ………..48

DAFTAR PUSTAKA

(11)

vi

Tabel 2.1 Tabel DFA ………18

Tabel 3.1 Tabel DFA ………42

Tabel 4.1 TabelWaktuPerakitanTiap Part ……….………....48

Tabel 4.2 JumlahKompnenBahan Baku Alatinovasi...… ……….49

(12)

vii

Gambar 2.4 Gambar Produk strika ………..………26

Gambar 2.5 Kompor Liastrik ……….……..26

Gambar 2.6 Pemanas Multifungsi... ……….………30

Gambar2.7 Alas strika……...……….……..30

Gambar 3.0 Langkah-langkah Pemcahan Masalah ………..42

Gambar4.1 Tabung alumunium tampakAtas………...…………44

Gambar4.2 Tabung aluminium Tampak Samping………...………....45

Gambar4.3 Tutup aluminium Tampak Samping……….…..……...45

Gambar4.4 Tutup aluminium Tampak atas……….………..…45

Gambar 4.5 Pegangan / penyangga Tampak Atas……….………..45

Gambar4.6 Pelat penjepit / clamp Tampak Atas………46

Gambar4.7 Alat pemanas tampak bawah auto cad….………46

Gambar 4.8 Alat pemanas tampak atas auto cad………..47

Gambar4.9 Alat pemanas tampak atas auto cad….………...47

(13)

and the service industry both produce products, such as irons and electric stove products growing, firms compete in terms of price, product excellence, innovative products, and convenience products in order to find appropriate consumer market.

With the development of competitive products, the research design of multifunctional heating products, or product description information is taken from sources strika products and electric stoves that observed in the supermarkets and markets. With the execution of the study tersbut the idea arose to develop the two products is a way to summarize and make these products into a single product that has a function that for ironing clothes and cooking water by using a method based on Design For Manufacture and Assembly (DFMA). Multifunctional heater is a product designed for daily needs.

With products designed for the consumer does not need to be afraid, because for heating multifunctional product specification is very safe, comfortable, and efficient electricity. for the specification of external components keamananya equipped with insulators or heat insulation on the handle and to its internal components are given a safety fuse. By using this multifunctional heating products to provide comfort in its use, other than that these products are very efficient and practical.

From the results of the analysis showed that the design of innovative design tools have an efficiency of assembly, as follows: have obtained initial tool assembly design efficiency (EA) = 0.024. This means that the process of making a number of multifunctional heater theoretical component 22 and 4620 seconds total assembly time.

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Di zaman yang moderen dan canggih saat ini banyak Perkembangan

industri manufaktur baik industri jasa maupun yang menghasilkan produk,

contohnya produk setrika dan kompor listrik yang berkembang sangat pesat,

perusahaan saling bersaing dari segi harga, keunggulan produk, inovasi produk,

dan kenyamanan produk guna untuk mencari pasar konsumen yang tepat.

Dengan adanya persaingan perkembangan produk tersebut, maka dilakukan

penelitian perancangan produk pemanas multifungsi, dari kondisi ini penggunaan

alat yang sendiri-sendiri tersebut maka kami timbul ide untuk memadukan dua

alat tersebut menjadi satu alat yang memiliki fungsi ganda sebagai setrika dan

kompor listrik.

Dengan dirancangnya produk ini maka konsumen tidak perlu beli alat dua ,

jadi cukup satu alat yang berfungsi ganda untuk setrika dan kompor listrik yang

dimana produk pemanas multifungsi ini sangat aman, nyaman, dan hemat listrik

dengan spesifikasi komponen eksternalnya keamanannya di lengkapi dengan

isolator atau penyekat panas pada pegangan dan untuk komponen internalnya

diberi pengaman sekring. Dengan menggunakan metode design for manufacture

(15)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan yang

dihadapi, yaitu :

“Bagaimana merancang produk pemanas multifungsi (Pemanas setrika dan

memasak) dengan metode Design For Manufacturing and Assembly (DFMA)?”

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :

1. Perancangan tidak melakukan perbandingan kualitas produk.

2. Perancangan hanya melakukan pada ukuran produk pemanas multifungsi.

3. Pendekatan ergonomi sebatas kenyamanan pemakaian pada produk pemanas

multifungsi.

4. Tidak dilakukanya perhitungan ekonomis.

5. Penelitian dilakukan di Lab Sistem Manufaktur dan lab Perancangan Sistem

Kerja dan Ergonomi Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa timur

2012

1.4 Asumsi

Asumsi yang dibahas adalah :

1. Komponen dan alat yang dibutuhkan dalam perakitan selalu tersedia di

pasaran.

(16)

1.5 Tujuan

Mengetahui proses perakitan produk Pemanas multifungsi (Pemanas setrika

dan kompor) dengan menggunakan metode Design For Manufacture and

Assembly (DFMA).

1.6 Manfaat

Manfaat yang diperoleh dengan melakukan penelitian ini adalah :

a. Bagi Peneliti

Sebagai latihan untuk menerapkan teori yang diberikan dibangku kuliah

dalam permasalahan nyata diperusahaan.

b. Bagi Pengguna (penguna pemanas multifungsi)

- Hasil penulisan ini diharapkan dapat menjadi pegangan bagi perusahaan

tentang faktor-faktor apa saja yang dapat digunakan untuk merancang

sebuah produk.

- Mengetahui pengaruh-pengaruh apa saja yang dihasilkan dari kombinasi

beberapa faktor dominan tersebut.

- Dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang faktor-faktor

konsumen dalam pengembangan produk dengan pendekatan ergonomi.

c. Bagi Ilmu Pengetahuan

Dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam memecahkan masalah sejenis

dengan penulisan ini, khususnya tentang faktor-faktor yang dominan terhadap

perancangan dan pengembangan produk sehingga masih dapat dikembangkan

(17)

1.7 Sistematika Penulisan Laporan

Dalam hal ini sistematika penulisan laporan pada makalah skripsi yang

dibuat oleh penyusun adalah membahas mengenai hal-hal sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Menjelaskan secara umum mengenai latar belakang, perumusan masalah,

batasan masalah, asumsi, tujuan, manfaat dan ruang lingkup sistematika

penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan teori-teori mengenai obyek produk yaitu, teori

mengenai desain pemanas multifungsi dengan menggunakan metode

Design For Manufacture and Assembly (DFMA) .

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan lokasi penelitian ,metode pengumpulan data dan

langkah pemecahan masalah.

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Menjelaskan pengumpulan data dan perancangan pemanas multifungsi

dengan menggunakan metode Design For Manufacture and Assembly

(DFMA)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Berisi tentang kesimpulan terhadap permasalahan yang telah dibahas

serta memberikan saran yang bermanfaat.

DAFTAR PUSTAKA

(18)

BAB II

TINJ AUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Inovasi Produk

Kata inovasi dapat diartikan sebagai “proses” dan atau “hasil”

pengembangan atau pemanfaatan, keterampilan dan pengalaman untuk

menciptakan atau memperbaiki produk, proses, atau sistem yang baru, yang

memberikan nilai yang berarti atau secara signifikan.

Inovasi atau innovation berasal dari kata to innovate yang mempunyai arti

membuat perubahan atau memperkenalkan sesuatu yang baru. Inovasi kadang

pula diartikan sebagai penemuan, namun berbeda maknanya dengan penemuan

dalam arti discovery atau invention (invensi). Discovery mempunyai makna

penemuan sesuatu yang sebenarnya sesuatu itu telah ada sebelumnya, tetapi

belum diketahui. Sedangkan invensi adalah penemuan yang benar-benar baru

sebagai hasil kegiatan manusia. Pr of. Dr. Anna Poejiadi (2001) memberikan

penjelasan: Secara harfiah to discover berarti membuka tutup. Artinya sebelum

dibuka tutupnya, sesuatu yang ada di dalamnya belum diketahui orang. Sebagai

contoh perubahan pandangan dari geosentrisme menjadi heliosentrisme dalam

astronomi. Nicolaus Copernicus memerlukan waktu bertahun-tahun guna

melakukan pengamatan dan perhitungan untuk menyatakan bahwa bumi berputar

pada porosnya, bahwa bulan berputar mengelilingi matahari dan bumi, bahwa

planet-planet lain juga berputar mengelilingi matahari. Kesalahan besar yang ia

lakukan adalah bahwa ia yakin semua planet (termasuk bumi dan bulan)

(19)

Brahe melakukan pengamatan lebih teliti terhadap gerakan planet. Data

pengamatan kemudian membuat Johanes Kepler akhirnya mampu merumuskan

hukum-hukum gerak planet yang tepat. Penemuan ketiga tokoh tersebut

merupakan ”discovery”. Sedangkan invent yang dalam kamus didefinisikan

sebagai menciptakan sesuatu yang baru yang tidak pernah ada sebelumnya.

Contoh invention adalah penemuan Thomas Alva Edison (1847-1931), yaitu

penemuan perekam suara elektronik, penyempurnaan mesin telegram yang secara

otomatis mencetak huruf mesin, mesin piringan hitam, dan pengembangan bola

lampu pijar.

Inovasi diartikan penemuan dimaknai sebagai sesuatu yang baru bagi

seseorang atau sekelompok orang baik berupa discovery maupun invensi untuk

mencapai tujuan atau untuk memecahkan masalah tertentu. Dalam inovasi

tercakup discovery dan invensi.

Kata kunci lainnya dalam pengertian inovasi adalah baru. Santoso S.

Hamijoyo dalam Cece Wijaya dkk (1992 : 6) menjabarkan bahwa kata baru

diartikan sebagai apa saja yang belum dipahami, diterima atau dilaksanakan oleh

si penerima pembaharuan, meskipun mungkin bukan baru lagi bagi orang lain.

Akan tetapi, yang lebih penting dari sifatnya yang baru adalah sifat kualitatif yang

berbeda dari sebelumnya. Kualitatif berarti bahwa inovasi itu memungkinkan

adanya reorganisasi atau pengaturan kembali dalam bidang yang mendapat

inovasi.

Kita berada di tengah-tengah samudera hasil inovasi. Ada inovasi:

(20)

dikelompokkan pula atas inovasi besar dan inovasi kecil-kecil namun sangat

banyak. Inovasi itu tidak harus mahal. Inovasi itu dapat dilakukan oleh siapa saja,

kapan saja, dimana saja. Kalau leluhur kita tidak inovatif, kita semuanya akan

tetap tinggal di gua-gua, dalam kegelapan, tanpa busana.

Inovasi dapat menjadi positif atau negatif. Inovasi positif didefinisikan

sebagai proses membuat perubahan terhadap sesuatu yang telah mapan dengan

memperkenalkan sesuatu yang baru yang memberikan nilai tambah bagi

pelanggan. Inovasi negatif menyebabkan pelanggan enggan untuk memakai

produk tersebut karena tidak memiliki nilai tambah, merusak cita rasa dan

kepercayaan pelanggan hilang.

Menurut Joseph Schumpeter definisi inovasi dalam ekonomi,1934:

Mengenalkan barang baru dimana para pelanggan belum mengenalnya atau

kualitas baru dari sebuah barang;

1. Mengenalkan metoda produksi baru yang dibutuhkan, ditemukan melalui

serangkaian uji coba ilmiah

2. Membuka pasar baru, dimana perusahaan sejenis tidak memasukinya, baik

pasar tersebut ada atau belum ada ketika perusahaan memasukinya

3. Menguasai sumber bahan baku baru untuk industri barang

4. Menjalankan organisasi baru, seperti menciptakan monopoli, atau membuka

monopoli perusahaan lain.

Dalam OECD, (1995) definisi Inovasi Teknologi adalah:

(21)

meningkatkan pangsa pasar. Penciptaan proses dan produk baru melibatkan

penelitian ilmiah, teknologi, organisasi, finansial dan aktifitas periklanan.

Menurut Regis Cabral (1998, 2003) bahwa Inovasi adalah elemen baru yang

diperkenalkan dalam jaringan yang dapat mengubah, meskipun hanya sesaat, baik

harganya, pelakunya, elemen-nya atau simpul dalam jaringan.

2.1.1 Tipe inovasi

Ada 5 tipe inovasi menurut para ahli, yaitu:

1. Inovasi pr oduk; yang melibatkan pengenalan barang baru, pelayanan baru

yang secara substansial meningkat. Melibatkan peningkatan karakteristik

fungsi juga, kemampuan teknisi, mudah menggunakannya. Contohnya:

telepon genggam, komputer, kendaraan bermotor, dsb;

2. Inovasi proses; melibatkan implementasi peningkatan kualitas produk yang

baru atau pengiriman barangnya;

3. Inovasi pemasaran; mengembangkan metoda mencari pangsa pasar baru

dengan meningkatkan kualitas design, pengemasan, promosi;

4. Inovasi organisasi; kreasi organisasi baru, praktek bisnis, cara menjalankan

organisasi atau perilaku berorganisasi;

5. Inovasi model bisnis; mengubah cara berbisnis berdasarkan nilai yang dianut.

Inovasi karakteristiknya ditentukan oleh pasar dan bisnis. Inovasi yang

mengikuti kondisi, memungkinkan pasar dapat dijalankan seperti biasanya.

Inovasi yang terpisah, dapat mengubah pasar atau produk contohnya penemuan

(22)

karena berlangsungnya evolusi dalam berpikir inovasi, penggunaan teknologi

yang memperbesar peluang keberhasilan dan mengurangi produk yang tidak

sempurna.

http://inovasipendidikan.wordpress.com/2007/12/04/landasan-teori-inovasi-pendidikan/

Inovasi radikal, mengubah proses manual menjadi proses berbasis teknologi

keseluruhannya.

2.1.2 Sumber inovasi

Terdapat dua sumber utama inovasi , yaitu:

1. Secara tradisional, sumbernya adalah inovasi fabrikasi. Hal tersebut karena

agen (orang atau bisnis) berinovasi untuk menjual hasil inovasinya.

2. Inovasi pengguna; hal tersebut dimana agen (orang atau bisnis)

mengembangkan inovasi sendiri (pribadi atau di rumahnya sendiri), hal itu

dilakukan karena produk yang dipakainya tidak memenuhi apa yang

dibutuhkannya.

2.1.3 Tujuan Inovasi

Tujuan utama inovasi adalah: • meningkatkan kualitas

• menciptakan pasar baru

• memperluas jangkauan produk

• meningkatkan proses produksi

• mengurangi bahan baku

(23)

• mengganti produk atau pelayanan

• mengurangi konsumsi energi

• menyesuaikan diri dengan undang-undang

2.1.4 Kegagalan Inovasi

Hasil survey menunjukkan, bahwa dari 3000 ide tentang sebuah produk,

hanya satu yang sukses di pasaran. Kegagalan inovasi mengakibatkan hilangnya

sejumlah nilai investasi, menurunkan moral pekerja, meningkatkan sikap sinis,

atau penolakan produk serupa dimasa datang. Padahal produk yang gagal

seringkali memiliki potensi sebagai ide yang baik, penolakan terjadi karena

kurangnya modal, keahlian yang kurang, atau produk tidak sesuai kebutuhan

pasar. Kegagalan harus diidentifikasi dan diselesksi ketika proses berlangsung.

Penyeleksian dini memungkinkan kita dapat menghindari uji coba ide yang tidak

cocok dengan bahan baku, sehingga dapat menghemat biaya produksi.

Penyebab umum gagalnya suatu proses inovasi, dapat disaring kedalam 4

macam,yaitu:

definisi tujuan yang buruk

1. Buruknya mensejajarkan aksi untuk mencapai tujuan;

2. Buruknya partisipasi anggota tim;

3. Buruknya pengawasan produk;

(24)

2.1.5 Siklus Inovasi

Siklus inovasi berlangsung seperti kurva difusi dimana pada tahap awal,

tumbuh relatif lambat, ketika kemudian pelanggan merespon produk tersebut

sebagai sebuah kebutuhan maka pertumbuhan produk meningkat secara

eksponensial. Pertumbuhan produk akan terus meningkat bila dilakukan

inkrenetori inovasi atau mengubah produk. Di akhir kurva pergerakannya

melambat kembali dan cenderung menurun.

Gambar 2.1 Siklus Inovasi Melalui Teknologi

Perusahaan yang inovatif akan bekerja dengan cara inovasi baru, yang

menggantikan cara lama untuk mempertahankan tumbuhnya kurva melalui

pembaharuan teknologi, bila teknologi tidak dilakukan pembaharuan pertumbuhan

akan cenderung stagnan atau bahkan menurun.

Berdasarkan siklus inovasi diatas, maka dibuatlah sebuah metode yang

(25)

2.2Pengertian Design for Manufacture and Assembly (DFMA)

DFMA atau Design for Manufacture and Assembly sendiri merupakan

kombinasi dari dua istilah dalam design manufaktur, yaitu design for manufacture

(DFM) dan design for assembly (DFA).

“DFA is a fairly well established subset of DFM which involves minimizing

cost of assembly.” [Ulrich dan Eppinger, 1995]

Design for assembly (DFA) adalah sebuah paradigma design dimana engineer

menggunakan beberapa metode seperti analisa, estimasi, perencanaan, dan

simulasi untuk menghitung semua kemungkinan yang terjadi selama proses

perakitan kemudian menyesuaikan bentuk komponen agar mudah dan cepat

dirakit sehingga meminimalkan waktu perakitan yang pada akhirnya dapat

mengurangi biaya produk [Xie, 2003]

Rancangan perakitan ( Design For Assembly / DFA) adalah suatu rancangan

perakitan bagi produk manufaktur untuk tercapainya efisiensi yang tinggi bagi

sistem perakitan atau suatu peningkatan produktivitas di bagian perakitan (shop

floor). Dengan harapan untuk meminimumkan biaya operasi yang terjadi agar

produk bisa lebih kompetitif dalam pasaran. Rancangan perakitan ini bisa

berdasarkan pada sistem perakitan manual ataupun otomasi tergantung dari pada

investasi maupun pengembangan perencanaan dari sistem produksinya /

manufakturnya. Untuk merancang sistem perakitan suatu produk, tidak bisa

terlepas dari sistem rancangan dari produk itu sendiri, dimana fungsi dan

(26)

(existing). Dasar pemikiran yang telah dikembangkan oleh Boothroyd dan

Dewhrust tentang minimum jumlah part atau komponen adalah merupakan

konsep yang terbaik saat ini untuk digunakan sebagai suatu dasar dalam

perancangan produk yang pengaruhnya secara positif berlanjut pada rancangan

sistem perakitan (assembly) dan manufakturnya. Hasil evaluasi terhadap sistem

rancangan produk yang dikembangkan oleh Boothroyd dan Dewhrust ini adalah

efisiensi yang terjadi setelah perbaikan atau modifikasi produk melalui

pengurangan jumlah part yang seminimum mungkin dibandingkan efisiensi

sebelum modifikasi dilakukan. Oleh karena itu Helander menyatakan bahwa

kelemahan dari metoda Boothroyd dan Dewhrust ini adalah hanya dapat

dilakukan jika produk telah ada (existed) sebelumnya. Dan sulit dilakukan

evaluasinya jika produk adalah baru sama sekali atau merupakan rancangan awal

produk. Untuk itu Helander menyarankan ergonomi sebagai metode pendekatan

dalam rancangan awal tersebut.

Terlepas dari kedua konsep tersebut di atas, evaluasi yang ada tetap

ditujukan pada manusianya (operatornya) ataupun robotnya (jika sistem adalah

otomasi) dalam membentuk tugas-tugas kerjanya secepat mungkin dan seteliti

mungkin. Sehingga efisiensi didasarkan pada waktu proses interaksi antara

manusia (robot) dan produk.

Dari contoh pengalaman yang diberikan oleh Helander dari pabrik produk

mesin fotocopy pada perusahaan IBM di Boca Raton, Florida, yang telah berhasil

merancang ulang produk dengan hasil pengurangn jumlah komponen dari 27

menjadi 14 komponen, disebutkan bahwa ke 14 komponen hasil ulang rancangan

(27)

komponen tersebut membutuhkan persyaratan gerakan pemasangan masuk

(insertion) komponen yang rumit namun bisa dilakukan secara manual. Dari hasil

ulang rancangan ini , maka mekanisme perakitan untuk cara manual dan otomasi

menjadi lebih sederhana dan mudah. Dan ketika manual menjadi pertimbangan

utama, maka biaya yang terjadi adalah sangat murah.

Pengurangan dan penyederhanaan komponen-komponen ini didasarkan

pada pengenalan fungsi komponen dan penyederhanaan gerakan sehingga

operator atau manusia menjadi mudah dalam melakukan tugasnya dan dasar

pemikiran ini sebetulnya bertujuan juga untuk mempermudah robot dalam

melakukan tugasnya (penyederhanaan proses keputusan, aksi dan kendali). Jadi

dalam hal ini keterbatasan kemampuan manusia di jadikan obyek perancangan

dalam merancang produk untuk tercapainya efisiensi dalam sistem kerja.

(http//www.jurnalDFMA.com)

2.2.1 RANCANGAN UNTUK PERAKITAN DFA

Rancangan untuk perakitan (design for assembly /DFA) adalah bagian dari

sistem rancangan untuk manufaktur (design for manufacturing /DFM). Perakitan

(assembly) memegang peranan penting dalam suatu proses manufaktur suatu

produk. Dalam perakitan semua komponen datang bersama dan semua kesalahan

ataupun kekurangan yang ditimbulkan pada awal proses menjadi tampak.

Misalnya, jika rancangan tidak baik maka dalam perakitan terjadi kesulitan,

apalagi jika ditambah adanya kesalahan toleransi, maka komponen/part tidak

dapat dirakit dengan baik. Oleh karena itu level performansi dalam perakitan

dapat dilihat sebagai indikator yang bagus bagi cara-cara pembuatan produk.

(28)

proses direkomendasi untuk membentuk analisa DFA sebagai langkah pertama

sebelum DFM sebab DFA mempunyai pengaruh yang paling penting pada

rancangan ulang produk (lihat gambar 2.2 )

Secara umum di kenal tiga macam operasi perakitan:

a. Perakitan manual (manual assembly)

b. Mesin-mesin perakit khusus (fixed automation)

c. Perakit robot (robotic assembly , flexible automation)

2.2.2 Langkah – langkah DFMA

Langkah – langkah yang digunakan dalam pengaplikasian prinsip DFMA

selama proses perancangan adalah sebagai berikut :

(29)

Gambar 2.2 Flow chart DFMA

Analisa DFA yang pertama kali dikonduksikan untuk menyederhanakan struktur

dari produk. Lalu dengan menggunakan prinsip DFM, estimasi biaya untuk semua

komponen dapat dihasilkan. Selama proses ini material dan proses yang terbaik

digunakan untuk bermacam - macam komponen ditetapkan. Ketika seleksi akhir

dari material dan proses telah terjadi, analisa yang lebih jauh untuk DFM dapat

dilakukan pada detil desain semua komponen.

2.2.3 Metoda r ancangan perakitan manual (DFA)

Metoda ini didasarkan pada studi yang mendalam dari operasi perakitan

dengan tujuan untuk menentukan parameter operasional yang menyelesaikan atau

menjawab pada persoalan biaya dan waktu perakitan. Studi-studi percobaan telah

dilakukan untuk mengukur pengaruh dari simetri, ukuran, berat, ketebalan, dan

fleksibilitas pada waktu angkat manual. Tambahan percobaan juga dilakukan

untuk memperhitungkan pengaruh dari ketebalan pada pemegangan dan

manipulasi komponen yang menggunakan penjepit, pengaruh geometri pegas, dan

pengaruh dari berat pada waktu pembawaan untuk komponen yang membutuhkan

dua tangan bagi pemegangan dan manipulasi.

Dengan memperhatikan rancangan komponen bagi kenyamanan pemasukan atau

penyisipan secara manual, percobaan dan analisa-analisa teori telah dibuat pada

pengaruhnya terhadap rancangan pegangan pada waktu pemasukan manual,

(30)

dari geometri komponen pada waktu pemasukan, dan pengaruh penghalang jalan

masuk dan keterbatasan penglihatan pada operasi-operasi perakitan.

Sebagai hasil, suatu klasifikasi dan sistem pengkodean bagi

pembawaan(handling) manual, pemasukan atau penyisipan (insertion) dan proses

pengikatan (fastening) dihadirkan dalam bentuk suatu sistem standard waktu bagi

perancang untuk menggunakanya dalam penghitungan waktu perakitan manual.

(http//www.jurnalDFMA.com)

2.2.4 Analisis DFA

Tabel 2.1 Tabel DFA

No Bagian Jumlah riel Jumlah teoritis Waktu perakitan (menit) 1.

2. dst

Pada tabel ini berisi tentang spesifikasi bagian-bagian produk, jumlah

bagian-bagian produk, serta waktu perakitan tiap part. Tabel ini digunakan dalam

menghitung efisiensi perakitan.

2.2.5 Efisiensi Perakitan

Disini ada 2 faktor utama yang mempengaruhi biaya perakitan dari suatu

produk atau sub perakitan, yaitu : jumlah total dari part dalam suatu produk,

(31)

Tujuan dari metodologi DFA adalah untuk mencari suatu pengukuran yang mengungkapkan ke dua faktor tersebut diatas. Pengukuran ini disebut efisiensi perakitan

(Assembly Efficiency) untuk perakitan manual yaitu :

E = NM x ta / TM

Dimana :

E = Design efisiensi

NM = Jumlah part minimum secara theoritis

ta = Waktu perakitan dasar tiap part ( rata – rata diambil 5Menit)

TM = Jumlah waktu perakitan seluruh part

Jadi efisiensi perakitan adalah rasio dari waktu perakitan ideal terhadap waktu

perakitan yang sebenarnya. Acuan untuk pengukuran ini diberikan berdasarkan

pada jumlah minimum dari komponen, yang menghadirkan suatu situasi yang

ideal.

2.2.6 Klasifikasi system untuk pembawaan manual (CLASSIFICATION

SYSTEM FOR MANUAL HANDLING):

Klasifikasi sistem adalah pengelompokan dari waktu-waktu standard

perakitan, dengan kriteria pengelompokan yang mempengaruhi waktu perakitan

ini, proses perakitan dibagi menjadi 2 kategori operasi: pembawaan manual

(manual handling), dan pemasukan dan pengikatan manual (manual insertion and

fastening).

Kriteria dari klasifikasi pembawaan manual ini adalah: ukuran, ketebalan, berat,

(32)

kebutuhan penggunaan 2 tangan, kebutuhan penggunaan alat pegang, kebutuhan

peralatan optik, kebutuhan bantuan mekanik. Selain kriteria - kriteria itersebut,

perlu diperhitungkan pula masalah pengaruh simetrikal komponen pada waktu

pembawaan (effect of part symmetry on handling time) yang mempunyai pengaruh

sangat penting pada hampir seluruh operasi perakitan.

2.3 Panas yang ditimbulkan arus listrik

Listrik dimisalkan seperti panas, hanya secara berbeda mempunyai juga

suatu sifat kehadiran-di-mana-mana tertentu. Nyaris tiada perubahan yang dapat

terjadi di atas bumi tanpa dibarengi oleh gejala elektrikal. Apabila air menguap,

apabila api menyala, apabila dua jenis logam, atau dua logam yang bersuhu

berbeda, bersentuhan, atau apabila besi bersentuhan dengan suatu larutan sulfat

tembaga, dan begitu selanjutnya, maka proses-proses elektrikal serentak terjadi

dengan gejala-gejala fisikal dan kimiawi yang lebih tampak.

Kalor merupakan salah satu bentuk energi yang mempunyai banyak

kegunaan bagi manusia. Kalor juga dapat diartikan sebagai suatu bentuk energi

yang diterima oleh suatu benda yang menyebabkan benda tersebut berubah suhu

atau wujud bentuknya. Kalor tidak dapat disamakan dengan suhu, karena suhu

adalah ukuran dalam satuan derajat panas. Kalor merupakan suatu kuantitas atau

jumlah panas baik yang diserap maupun dilepaskan oleh suatubenda.

Kalor (panas) berpindah dari benda yang suhunya lebih tinggi ke benda yang

suhunya lebih rendah jika kedua benda disentuhkan (dicampurkan). Secara

(33)

rendah kepada benda yang suhunya lebih tinggi, kecuali ada perlakuan khusus,

yakni denganmenggunakan bantuan mesin atau alat khusus.

Teori-teori kalor dasar yang dicetuskan oleh beberapa peneliti antara lain : ”Kalor

yang diterima sama dengan kalor yang dilepaskan” (Asas Black) ditemukan oleh

Joseph Black (1720-1799) dari Inggris, ”Kalor dapat terjadi akibat adanya suatu

gesekan” penemunya adalah Benyamin Thompson (1753-

1814) dari Amerika, ”Kalor adalah satu bentuk energi” ditemukan oleh Robert

Mayer (1814-1878), dan ” Kesetaraan antara satuan kalor dan satuan energi

disebut kalor mekanik” digagas oleh James Prescott (1818- 1889).

Kalor (Q) yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu suatu benda tergantung

padatigahal,yakni:

1. Perubahan suhu benda (∆t) “ Besar kalor Q yang diberikan pada suatu

benda sebanding dengan kenaikan suhu benda itu (∆t).”

2. Mass benda (m) “ Besar kalor yang diserap satu benda untuk menaikkan

suhu yang sama sebanding dengan massa benda itu. “

3. Jenis benda(c) “Besar kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu

benda/zat bergantung pada jenis zat tersebut.” Setiap benda memiliki nilai tetapan

“kalor jenis (c)” yang menentukan banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk

menaikkan suhu benda setiap derajatnya.

Kumparan panas suatu kalorimeter dialiri arus listrik, maka panas yang

ditimbulkan oleh kumparan akan diterima oleh air, thermometer, dan tabung

(34)

arus listrik ( I ) yang mengalir dalam suatu kumparan kawat tahanan ( pemanas )

yang biasanya dililitkan pada beban yang hendak diteliti. Sejarah awal

ditemukannya listrik adalah oleh seorang cendikiawan Yunani yang bernama

Thales, yang mengemungkakan fenomena batu ambar yang bila digosok -

gosokkan akan dapat menarik bulu sebagai fenomena listrik. Kemudian setelah

bertahun - tahun semenjak ide Thales dikemukakan, baru kemudian muncul lagi

pendapat - pendapat serta teori -teori baru mengenai listrik seperti yang diteliti

dan dikemukakan oleh William Gilbert, Joseph priestley, Charles De Coulomb,

AmpereMichael Farraday Oersted, dll.

Energi listrik W digunakan oleh suatu alat dengan beda potensial V dan kuat arus

I selama selang waktu t tertentu dapat dituliskan dalam

Sedangkan panas H yang ditimbulkan dapat pula dituliskan secara matematis

sebaga berikut:

- Na = nilai air kalorimeter

- m = massa air

- C = kalorjenisair

(35)

Dengan satuan H adalah besar kecilnya kalor yang dibutuhkan suatu

benda(zat) bergantung pada 3 faktor, yaitu massa zat, jenis zat, dan perubahan

suhu.

Sehingga secara matematis dapat dirumuskan :

Dimana :

Q = kalor yang dibutuhkan (J)

m = massa benda (kg)

c = kalor jenis (J/kgC)

(t2-t1 atau ∆t) = perubahan suhu (oC)

Kalor dapat dibagi menjadi 2 jenis

1. Kalor yang digunakan untuk menaikkan suhu

2. Kalor yang digunakan untuk mengubah wujud (kalor laten), persamaan yang

digunakan dalam kalor laten ada dua macam Q = m.U dan Q = m.L. Dengan U

adalah kalor uap (J/kg) dan L adalah kalor lebur (J/kg) Dalam pembahasan kalor

ada dua kosep yang hampir sama tetapi berbeda yaitu kapasitas kalor (H) dan

kalor jenis (c). Kapasitas kalor adalah banyaknya kalor yang diperlukan untuk

menaikkan suhu benda sebesar 1 derajat celcius.

Kalor jenis adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu

1 kg zat sebesar 1 derajat celcius. Alat yang digunakan untuk menentukan besar

kalor jenis adalah kalorimeter. c = Q/m.(t2-t1) Bila kedua persamaan tersebut

(36)

Kalor merupakan bentuk energi maka dapat berubah dari satu bentuk kebentuk

yang lain. Berdasarkan Hukum Kekekalan Energi maka energi listrik dapat

berubah menjadi energi kalor dan juga sebaliknya energi kalor dapat berubah

menjadi energi listrik. Dalam pembahasan ini hanya akan diulas tentang hubungan

energi listrik dengan energi kalor. Alat yang digunakan mengubah energi listrik

menjadi energi kalor adalah ketel listrik, pemanas listrik, dll.

Besarnya energi listrik yang diubah atau diserap sama dengan besar kalor yang

dihasilkan. Sehingga secara matematis dapat dirumuskan. W = Q

Untuk menghitung energi listrik digunakan persamaan sebagai berikut :

Keterangan :

W = energi listrik (J)

P = daya listrik (W)

t = waktu yang diperlukan (s)

Bila rumus kalor yang digunakan adalah Q = m.c.(t2 - t1) maka diperoleh

persamaan ; P.t = m.c.(t2 - t1)

Menurut asas Black apabila ada dua benda yang suhunya berbeda kemudian

disatukan atau dicampur maka akan terjadi aliran kalor dari benda yang bersuhu

tinggi menuju benda yang bersuhu rendah. Aliran ini akan berhenti sampai terjadi

keseimbangan termal (suhu kedua benda sama). Secara matematis dapat

dirumuskan :

Q lepas = Q terima

(37)

benda yang bersuhu tinggi digunakan (t1 - ta) dan untuk benda yang bersuhu

rendah digunakan (ta-t2). Dan rumus kalor yang digunakan tidak selalu yang ada

diatas bergantung pada soal yang dikerjakan.

Hukum Ohm menyatakan bahwa besar arus yang mengalir pada suatu konduktor

pada suhu tetap sebanding dengan beda potensial antara kedua ujung konduktor

( V = R.I ) http//www.fisikapanasaliranlistrik.com

2.4 Produk elektronik

2.4.2 Macam-macam produk pemanas elektronik

Di jaman yang moderen dan canggih saat ini banyak Perkembangan

industri manufaktur baik industri jasa maupun yang menghasilkan produk,

contohnya produk setrika dan kompor listrik yang berkembang sangat pesat,

perusahaan saling bersaing dari segi keunggulan produk, inovasi produk, dan

kenyamanan produk guna untuk mencari pasar konsumen yang tepat.

Dengan adanya persaingan perkembangan produk tersebut, maka

dilakukan penelitian perancangan pemanas multifungsi, gambaran produk ini

diambil dari produk strika dan, kompor listrik yang di amati di supermarket dan

toko elektronik. dengan dilakukanya penelitian tersbut maka timbulah ide untuk

mengembangkan ke dua produk tersebut dengan cara meringkas dan menjadikan

produk tersebut menjadi satu produk yang berinovasi dengan menggunakan

metode Design For Manufacture and Assembly (DFMA) dan prinsip pendekatan

ergonomi yang dibaeri nama pemanas multifungsi. Pemanas multi fungsi ialah

(38)

Dengan dirancangnya produk ini untuk konsumen janganlah takut, karena

untuk spesifikasi produk pemanas multi fungsi ini sangat aman, nyaman dan

hemat listrik. untuk spesifikasi komponen mekanik keamananya di lengkapi

dengan isolator atau penyekat panas pada pegangan dan untuk komponen

elektriknya diberi pengaman sekring. Dengan menggunakan produk pemanas

multi fungsi ini dapat memberikan kenyamanan dalam penggunaanya, selain itu

produk ini sangat efisien dan praktis.contoh beberapa elektronik dengan sistem

elemen atau heater :

Gambar 2.4. strika

Gambar 2.5. Kompor listrik

(39)

2.4.3 Komponen dan Bahan baku Pemanas Multifungsi

1. Aluminium

Aluminium adalah logam yang berwaarna putih perak dan tergolong

ringan yang mempunyai massa jenis 2,7 gr cm– 3 .Sifat-sifat yang dimilki

aluminium antara lain :

1. Ringan, tahan korosi dan tidak beracun maka banyak digunakan untuk alat

rumah tangga seperti panci, wajan dan lain-lain.

2. Reflektif, dalam bentuk aluminium foil digunakan sebagai pembungkus

makanan, obat, dan rokok.

3. Daya hantar listrik dua kali lebih besar dari Cu maka Al digunakan

sebagai kabel tiang listrik.

4. Paduan Al dengan logam lainnya menghasilkan logam yang kuat seperti

Duralium (campuran Al, Cu, mg) untuk pembuatan badan peswat.

5. Al sebagai zat reduktor untuk oksida MnO22O3 dan Cr

Aluminium terdapat melimpah dalam kulit bumi, yaitu sekitar 7,6 %.

Dengan kelimpahan sebesar itu, aluminium merupakan unsur ketiga terbanyak

setelah oksigen dan silikon, serta merupakan unsur logam yang paling

melimpah. Namun, Aluminium tetap merupakan logam yang mahal karena

pengolahannya sukar.( http//:heriutkimia.blogspot.com )

2. Heater atau elemen pemanas

Heater yaitu benda yang terbuat dari kawat nikelin yang mempunyai resistansi

(40)

atau elemen pemanas ini sering digunakan pada elektronik seperti sterika, alat

pijat bantal infra red, teko pemanas, magic com, water solar pool, sauna, dll.

.( http//:heriutkimia.blogspot.com )

3. Isolator asbes

Asbes adalah istilah pasar untuk bermacam-macam mineral yang dapat dipisah-pisahkan hingga menjadi serabut yang fleksibel. Berdasarkan komposisi mineralnya, asbes dapat digolongkan menjadi dua bagian. Golongan serpentin; yaitu mineral krisotil yang merupakan hidroksida magnesium silikat dengan komposisi Mg6(OH)6(Si4O11) H2O, Golongan amfibol; yaitu mineral krosidolit, antofilit, amosit, aktinolit dan tremolit.Walaupun sudah jelas mineral asbes terdiri dari silikat-silikat kompleks, tetapi dalam menulis komposisi mineral asbes terdapat perbedaan. Semula dianggap bahwa silikatnya terdiri dari molekul Si11O12. Akan tetapi berdasarkan hasil penyelidikan sinar-X, sebenarnya silikat-silikat itu terdiri dari molekul-molekulSi4O11. Yang banyak digunakan dalam industri adalah asbes jenis krisotil. Perbedaan dalam serat asbes selain karena panjang seratnya berlainan, juga karena sifatnya yang berbeda. Satu jenis serat asbes pada umumnya dapat dimanfaatkan untuk beberapa penggunaan yaitu dari serat yang berukuran panjang hingga yang halus. http//:heriutkimia.blogspot.com )

4. Plate penjepit panas yaitu plat ini berfungsi agar panas yang dihasilkan nikelin

atau elemen terserap rata oleh plate alumunium

5. Handle wire atau tiang penyangga yaitu berfungsi sebagai penyangga dan

pegangan saat alat digunakan, handel wire terbuat dari besi yang berdiameter

5mm dan di beri isolator nylon untuk pelindung panas.

6. Clamp penjepit yaitu berfungsi untuk menahan atau mengunci handle wire

(penyangga) saat digunakan dalam pemakaian alat, dan clam ini terbuat dari

(41)

7. Key bolt atau baut pengunci yaitu berfungsi sebagai pengunci clamp untuk

menahan tiang penyangga.

8. Electric conektor yaitu sambungan jek kabel untuk mengalirkan arus listrik.

9. Pillot lamp atau lampu indikator yang berfungsi untuk mengetahui adanya

arus listrik dan juga untuk mengetahui sistem otomatis. Electrik konektor

yaitu sejenis lampu kecil dengan daya listrik minimum dan awet yang sering

disebut lampu LED .

10.Adjustable temprature adalah alat yang berfungsi mengatur daya panas pada

alat.

2.4.4 Rancangan Pemanas Multifungsi

Dari hasi survei di supermarket dan bisnis online kami melihat beberapa alat

elektronik yang di jual dengan harga murah dan fungsi yang individual dari

masing-masing produk seperti strika untuk merapikan pakaian, dan kompor listrik

yang dibutuhkan masing masing rumah tangga untuk memasak air. Maka dari

beberapa elektronik di atas timbulah ide untuk merancangnya dengan konsep

meringkas ke tiga produk tersebut menjadi satu produk yaitu pemanas multifungsi

yang berinovasi dan nyaman dalam penggunaanya. Sistem produk pemanas

multifungsi sama dengan komponen strika yang menggunakan sistem pemanas

(42)

Gambar 2.6. Pemanas Multifungsi

gambar 2.6. Alas setr ika Th e image part with relation ship I D rI d15 w as no t foun d in the file.

(43)

2.4.5 Langkah-langkah teknik pembuatan pemanas multifungsi

1. Menyiapkan bahan-bahan pemanas multifungsi

2. Melakukan proses pengukuran, pemotongan dan pembentukan

plat alumunium lalu membentuk plat menjadi lingkaran

denganjari-jari100 mm dan tinggi 50 mm

3. Pertama memasukkan heater atau kawat nikel kedalam plat yang telah

dibentuk lalu memasukkan asbes yang berfunsi sebagai isolator dan

kemudian dijepit plat penjepit.

4. Memasang penyangga dan plat clamp (Penjepit) yang berfungsi

sebagai penahan alumunium.

(44)

2.5 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu diambil dari teori – teori atau dari data skripsi

terdahulu yang menggunakan metode DFMA atau Design for Manufacture and

Assembly.

1. Oki Agung Setiyanto /Teknik Industri FTI-ITS /2007

Judul : PENERAPAN DESIGN FOR MANUFACTURE AND ASSEMBLY

(DFMA) PADA PRODUK MESIN GILAS TYPE MGD-4 DI PT BARATA

INDONESIA (PERSERO)

Faktor design berpengaruh besar pada industri Mesin Gilas, karena

didalamnya juga dipertimbangkan proses manufaktur dan perakitan dalam

pembuatan produk. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengevaluasi design

produk yang ada dengan menggunkanan konsep DFMA (Design for

Manufacture and Assembly). DFMA adalah suatu metode yang dikembangkan

untuk merancang sebuah produk agar memiliki proses manufaktur dan proses

perakitan yang paling tepat. Penelitian diawali dengan identifikasi pada design

awal Mesin Gilas. Kemudian dilakukan analisa dengan menggunakan software

DFMA untuk mengetahui waktu perakitan serta biaya komponen pembentuk

produk awal. Selanjtnya dilakukan redesign pada produk untuk mereduksi

waktu perakitan serta biaya komponen pembentuk produk. Redesign dilakukan

dengan mengurangi ataumenghilangjkan komponen yang tidak memberikan

nilai tambah pada produk seperti fasteners atau connectors. Selanjutnya dari

hasil redesign dicari urutan perakitan yang paling optimal (Assembly

(45)

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa waktu perakitan berkurang

hingga 0,23%,jumlah komponen berkurang hingga 13,35%, serta biaya total

manufaktur berkurang hingga 0,61 %.

2. Brianti Satrianti Utami / Teknik Mesin – FTI / UI / 2008-2009

Judul : PENGEMBANGAN PROTOTIPE SISTEM PENDETEKSI GAYA

MULTI AXIS UNTUK PEMBUATAN LINTASAN GERAK ROBOT

ARTIKULASI 5 DERAJAT KEBEBASAN

Kebutuhan dalam dunia manufaktur yang tinggi dalam hal ekonomi dan

kualitas produk mendorong peneliti dan industriawan untuk terus

mengembangkan teknologi manufaktur. Robot memungkinkan proses

manufaktur berjalan cepat, dengan tingkat kesalahan yang rendah. Akan tetapi

robot manufaktur yang umum digunakan saat ini, yakni robot artikulasi dengan

kontrol posisi numerik, masih memiliki kelemahan tidak mampu

mengindentifikasi perubahan gaya-gaya disekitarnya. Optimasi dari system

pendeteksi gaya multi axis ini adalah implementasi dari prinsip DFMA, yaitu

gabungan dari DFA dan DFM. Dengan karakteristik seperti ini, robot tidak

dapat diaplikasikan untuk proses produksi yang memerlukan indera peraba

manusia seperti deburring, polishing, dan proses perakitan yang presisi.

Peranti Sistem Pendeteksi Gaya Multi Axis memungkinkan robot

artikulasi untuk mendeteksi gaya yang terjadi pada end effector dalam arah x,

y, dan z relatif terhadap koordinat end effector. Sistem Pendeteksi Gaya Multi

Axis dalam penelitian ini dirancang khusus untuk Robot Artikulasi 5 Derajat

Kebebasan RV-M1 yang tersedia di Laboratorium Departemen Teknik Mesin

(46)

Penelitian ini terfokus pada perancangan mekanik sebagai tranducer,

perancangan konfigurasi jembatan Wheatstone sebagai rangkaian elektrikal

strain gage,pengkondisian sinyal dan akuisisi data Sistem Pendeteksi Gaya

Multi Axis. Dalam penelitian ini juga dilakukan pengujian prototipe alat untuk

meninjau persamaan konversi tegangan keluaran terhadap gaya yang diterima di

titik asal koordinat end effector pada arah x, y, dan z, dengan bantuan anak

timbangan yang terkalibrasi nasional.

Dengan penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan Sistem Pendeteksi Gaya

Multi Axis dengan jangkauan pengukuran, keakuratan dan resolusi pengukuran

yang tepat; karakteristik histerisis pengukuran yang baik; dan displacement

tranducer yang memadai untuk digunakan dalam rangkaian penelitian lebih lanjut

(47)

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Lab Sistem Manufaktur dan lab Perancangan

Sistem Kerja dan Ergonomi Universitas Pembangunan Nasional Veteran

Jawa timur 2012

3.2 Identifikasi Variabel

Dalam pemecahan masalah membuat alat inovasi dengan desain inovasi

yang lebih tinggi, penulis menggunakan konsep DFA sebagai model pemecahan

masalah. Adapun variabel – variabel yang dibutuhkan.

1. Variabel Terikat

Yaitu variabel yang nilainya di pengaruhi dari variabel bebas. Variabel terikat

yang diteliti adalah effisiensi waktu proses dan waktu perakitan.

2. Variabel Bebas

Yaitu variabel yang mempengaruhi nilai variabel terikat. Variabel bebas

yang digunakan terdiri dari :

a. Gambar desain

Gambar desain adalah gambar rancangan alat inovasi dengan desain Auto

Cad.

b. Waktu perakitan

Waktu perakitan adalah waktu yang digunakan dalam proses perakitan.

c. Jumlah komponen

(48)

Studi Pustaka Perumusan Masalah

Pengumpulan Data :

1. Gambar desain alat pemanas multifungsi 2.. Waktu perakitan tiap part

Metodologi penelitian ini menggambarkan tahapan proses penelitian,

tahapan ini merupakan suatu rangkaian yang selalu berurutan. Output dari suatu

tahapan tertentu merupakan input bagi tahapan berikutnya.

(49)

A B

Keterangan flow chart :

Penelitian diawali dengan identifikasi masalah, dengan mencari informasi

dari literature yang sudah ada berupa data-data tertulis.

a) Setelah tahap itu dilanjutkan proses perumusan masalah, dalam proses ini

menunjukkan masalah apa saja yang akan diangkat sebagai bahan penelitian.

b) Tujuan penelitian merupakan goal dari peneliti, apakah yang menjadi tujuan

dari penelitian yang akan dilakukan. Data yang diambil meliputi waktu

perakitan dan jumlah komponen yang digunakan dalam perancangan alat

pemanas multifungsi

c) Mengidentifikasi variabel yang dibutuhkan dalam penelitian, setelah tahap

diatas dilakukan tahap pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti pada

objek yang akan diteliti.

d) Desain awal dan desain inovasi dilakukan spesifikasi komponen dengan

melakukan pengisian tabel DFA

Gambar 3.3. Tahap-Tahap Penelitian

Hasil dan pembahasan

Kesimpulan dan saran

Selesai

(50)

ditetapkan sebagai alternatif perancangan Alat yang terbaik. f) Selesai.

3.4 Metode Pengolahan Data

Teknik pengolahan data yang dilakukan yaitu berdasar prinsip-prinsip

DFMA, yaitu spesifikasi komponen produk awal, pengisian tabel DFA dan

melakukan analisis yang kemudian dilanjutkan dengan mencari efisiensi.

Langkah-langkah pengolahan data :

a. Analisis DFA

Tabel 3.1 Tabel DFA

No Bagian Jumlah riel Jumlah teoritis Waktu perakitan (menit) 1.

2. Dst

Pada tabel ini berisi tentang spesifikasi bagian-bagian Alat, jumlah bagian-bagian Alat, serta waktu perakitan tiap part. Tabel ini digunakan dalam

menghitung efisiensi perakitan.

b. Efisiensi Per akitan

Untuk mengetahui sejauh mana tingkat efisiensi dari perakitan suatu Alat

dapat digunakan rumus sebagai berikut :

(51)

E = Design efisiensi

NM = Jumlah part minimum secara theoritis

Ta = Waktu perakitan dasar tiap part ( rata – rata diambil / menit )

(52)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengumpulan Data

Pengumpulan data penelitian dilakukan berdasarkan data-data yang telah

ada dan data-data yang diambil dari proses pembuatan pemanas multifungsi.

4.1.1 Analisa Design pemanas multifungsi

Alumunium digunakan pada rancangan alas yang memiliki fungsi setrika

dan kompor listrik, kawat heater sebagai penghasil panas pada alat, kawat dengan

ukuran diameter 5 mm yang dilapisi isolator digunakan sebagai pegangan atau

penyangga alat pemanas multifungsi, clamp yang tebuat dari bahan plat besi

digunakan untuk menjepit penyangga atau pegangan, adjustable temperature

berfungsi sebagai pengatur suhu panas pada saat strika ataupun menggunakan

kompor listrik.

4.1.1.1 Rancangan Pemanas Multifungsi (Satuan milimeter (mm) )

(53)

Gambar 4.2 Tabung aluminium Tampak Samping

Gambar 4.3 Tutup aluminium Tampak Samping

(54)

Gambar 4.5 Pegangan / penyangga Tampak Atas

Gambar 4.6 Pelat penjepit / clamp Tampak Atas

(55)

Gambar 4.8 Alat pemanas tampak atas auto cad

(56)

Waktu perakitan total dari pembuatan alat baru adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1 Waktu Perakitan Tiap Part

(Sumber informasi : Hasil Pengolahan, lampiran 1)

No Pr oses Waktu

(menit)

Waktu (detik)

1. Mengukur alumunium 1 60

2. Memperkecil diameter luar alumunium 20 1200

3. Mengukur luas diameter dalam 1 60

4. Melubangi atau Membubut diameter dalam 20 1200

5. Mengukur tutup alumunium 1 60

6. Membubut tutup aluminium dengan ukuran ø 98mm 10 600

7. Membuat 3 lubang pada tutup alumunium 3 180

8. Memasang audjustable pada lubang tutup 1 60

9. Memasang electric konektor atau cable jack 1 60

10 Mengukur plat t 2mm 1 60

11. Memotong dengan ukuran 30mm x 10 mm 3 180

12. Melubangi titik tengat plat untuk skrup atau baut 3 180

13. Mengukur beton neser ø 5mm 1 60

14. Memotong beton neser 1 60

15. Membentuk beton neser menjadi penyangga 3 180

16. Memasang penyangga pada tutup alumunium 1 60

17. Menjepit penyangga Dengan plat clamp dan dikunci skrup 1 60

18. Mengukur asbes ø 49mm 1 60

19. Memotong abes 1 60

20. Memasukkan lilitan atau gulungan kawat kedalam tabung Alumunium

1 60

21. Menyambungkan kawat lilitan pada jack cable 1 60

22. Memasukkan asbes 1 60

(57)

4.1.1.3 J umlah Komponen Penyusun

Komponen penyusun alat pemanas multifungsi dapat dilihat pada gambar

berikut :

Gambar 4.10 Diagr am Material Alat pemanas multifungsi

Berdasarkan gambar 4.10, desain alat pemanas terdiri dari 4 sub

komponen, yaitu terdiri dari komponen material alumunium, komponen material

besi,komponen nikel, komponen plastik. untuk komponen material alumunium

terdiri dari alas, tutup dan tabung, untuk komponen material besi terdiri dari

penyangga, plat clamp dan baut, untuk komponen nikel terdiri kawat, untuk

komponen penunjang terdiri adjustable temperature dan asbes.

Tabel 4.2 J umlah Komponen Bahan Baku Alat Inovasi

( Sumber informasi : Hasil pengolahan, lampiran 2)

No. Komponen penyusun J umlah

1. Alumunium ø 50mm tinggi 30mm 1

(58)

4.1.2 Desain Alat Inovasi

Untuk desain inovasi, pengisian dan menganalisis tabel DFA dan proses

pemasangan per part komponen alat, efisiensi perakitan alat inovasi untuk

mengetahui sejauh mana tingkat efisiensi dari perakitan alat inovasi.

4.1.2.1 Pengisian dan Analisis Tabel DFA

Untuk pengisian tabel DFA, kita melihat dari proses pemasangan per part

komponen alat. Jumlah teoritis (NM) didapat dari banyak komponen yang

dibutuhkan, kemudian dilihat dari satu part komponen kita melakukan berapa kali

proses pemasangan. Jadi jumlah teoritis (NM), bisa dilihat dari banyaknya part 2. Memperkecil diameter luar alumunium 1 1200 3. Mengukur luas diameter dalam 1 60 4. Melubangi atau Membubut diameter dalam 1 1200 5. Mengukur tutup alumunium 1 60 6. Memperkecil diameter tutup aluminium dengan ukuran ø

98mm

1 600

(59)

(Sumber informasi : Data diolah, lampiran 3)

Berdasarkan : Pada tabel 4.3 dapat diketahui jumlah bagian total adalah

22 dan waktu proses yang tidak effisien terdapat pada proses Memperkecil

diameter luar alumunium dengan waktu proses 1200 menit dan proses Melubangi

atau Membubut diameter dalam alumunium dengan waktu proses 1200 ,Total

waktu perakitan seluruh bagian adalah 4620 detik

4.1.2.2 Efisiensi Perakitan Alat pemanas multifungsi (EI)

Untuk mengetahui sejauh mana tingkat efisiensi dari perakitan alat dapat

digunakan rumus sebagai berikut :

EI = Jumlah bagian x Jumlah teoritis

EI =

E I = 0,024

Analisa : Dari perhitungan efisiensi perakitan, alat baru mempunyai efisiensi

perakitan sebesar 0,024 atau . Artinya proses pembuatan alat pemanas multifungsi

dengan jumlah komponen teoritis 22 dan waktu perakitan total 4620 detik,

menghasilkan efisiensi perakitan sebesar 0,02.4 atau 2.4 %

Alumunium

21. Menyambungkan kawat lilitan pada jack cable 1 60 22. Memasukkan asbes 1 60

Total 22 4620

(60)

4.2 Hasil Dan Pembahasan

4.2.1 Hasil

Berdasarkan perhitungan maka diperoleh hasil sebagai berikut :

1. Pada tabel DFA dapat diketahui jumlah bagian total adalah 22 proses dan

waktu proses yang tidak efisien yang terdapat pada proses Memperkecil

diameter luar alumunium dengan waktu proses 1200 menit dan proses

Melubangi atau Membubut diameter dalam alumunium dengan waktu

proses 1200 Total waktu perakitan seluruh bagian adalah 2640 detik.

2. Dari perhitungan efisiensi perakitan, alat baru mempunyai efisiensi

perakitan sebesar 0,024 atau 2.4 %

4.2.2 Pembahasan

Berdasarkan analisa diatas, maka didapat desain alat baru memiliki

efisiensi perakitan,. Efisiensi desain didapat dari jumlah bagian dikali waktu

teoritis kemudian dibagi waktu total perakitan. Waktu teoritis itu sendiri sudah

ditetapkan diambil 5. Berdasarkan perhitungan diatas, maka desain alat baru

memenuhi untuk metode DFA. Karena salah satu syarat dari metode ini adalah

lebih efisien dengan waktu proses yang lebih cepat.

Dengan adanya pemilihan bahan baku komponen yang lebih mudah didapat,

waktu proses yang lebih cepat maka desain alat baru dapat menjadi alternatife

untuk digunakan.

Dari segi desain yang ergonomis juga lebih kuat dan daya tahan lebih

bagus. Sebagaimana alat pemanas multifungsi kebanyakan juga menggunakan

(61)

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat di tarik kesimpulan sebagai

berikut:

1. Dari hasil proses perakitan yang dilakukan dalam pembuatan produk

pemanas multifungsi adalah proses membubut pada alumunium, proses

pengeboran pada diameter dalam untuk lubang baut, lubang tutup

alumunium untuk pengunci penyangga dan lubang untuk tempat

adjustable temperature.

2. Proses perakitan yang digunakan untuk alat ini menggunakan proses

manual dan tidak ada proses otomatisasi pada perakitan ini dan hasil

perancangan pemanas multifungsi ini kurang maksimal karena peralatan

yang kurang lengkap.

3. Jadi proses pembuatan alat pemanas multifungsi dengan jumlah komponen

teoritis 22 dan waktu perakitan total 4620 detik dan menghasilkan efisiensi

perakitan sebesar 0,02.4 atau 2.4 %

5.2 Sar an

Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan beberapa hal :

1. Untuk skala perusahaan atau industry manufaktur maka waktu produksi

akan bisa dipercepat dengan cara membuat cetakan atau moulding pada

proses pembuatan tabung dan tutup alumunium sehingga dapat maksimal

pada proses perancangan alat ini

2. Setiap ada produk baru maka sebaiknya dilakukan analisa DFA untuk

(62)

pengembangan teknologi manufakturyang semakin lama semakin ketatnya

(63)

Bernadus Kristyanto , JURNAL TEKNOLOGI INDUSTRI KONTRIBUSI ERGONOMI UNTUK RANCANGAN PERAKITAN, 2, VOL. III, NO. 1, Hal. 47-62 ISSN 1410-5004. (http//www.jurnalDFMA.com)

Susilo, Tri Ir.mm. 2009, buku proses manufaktur 2 UPN jatim Veteran. 2009

http://inovasipendidikan.wordpress.com/2007/12/04/landasan-teori-inovasi-pendidikan/

Ulrich, Karl T. dan Eppinger Steven D. 1995. Product Design and Development,McGraw-Hill, Inc. 1995

DFA is a fairly well established subset of DFM which involves minimizing cost of assembly. [Ulrich dan Eppinger, 1995]

Wibawa, Made Satriya. 2007. Penuntun Praktikum Fisika Dasar. Bali : Jurusan Fisika FMIPA Unud (http://www.fisikadasarpanasaliranlistrik.com)

Xie, Xiofan. 2003. Design for Manufacture and Assembly. URL : http://home.utah.edu/~u0324774/pdf/DFMA.pdf

Ariyany , Enny Ir.mt. 2012. Buku panduan autocad 2007, UPN veteran Jatim , 2012

Toko online elektronik 2012. (Http//www.Tokobagus.com)

Gambar

Gambar 2.1 Siklus Inovasi Melalui Teknologi
Tabel 2.1 Tabel DFA
Gambar 2.4.   strika
gambar  2.6.  Alas setrika
+7

Referensi

Dokumen terkait

Promoting university - industry - government (UIG) partnerships for research and innovation has long been a key feature of economic development strategy in Organisation for

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah peningkatan kemampuan berpikir kritis dan representasi matematis serta kecemasan matematis siswa yang mendapatkan

Meningkatkan kemampuan kontrol diri anggota Intelkam Polres Cilacap agar dapat menjalankan tugas sebagai penegak hukum dan dengan baik tidak mudah terpancing

Perusahaan dengan kuantitas yang besar untuk membangun keunggulan biaya. Harga jual produk cuci cetak lebih murah dari pada pesaing. Harga barang mentah yang

Indonesia dimana laut memang merupakan faktor fisik yang paling dominan yang membentuk tanah air Indonesia.. 1 Secara geografis, wilayah Indonesia memiliki letak yang

Kepuasan kerja merupakan hal penting yang harus ditekankan, oleh karenanya indikator kepuasan kerja yang dinilai rendah yaitu kesesuaian gaji-pekerjaan (rerata= 3,68), dan

Indosat Tbk is a leading telecommunication and information service provider in Indonesia that provides cellular services (Mentari, Matrix and IM3), fixed telecommunication services

Harry Sasongko, President Director and CEO of Indosat said: “We are extremely pleased to report that Indosat’s cellular business grew at a quarterly rate of 7.7%, and a year on