• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS TEKNIK PROBLEM SOLVING TRAINING UNTUK MENINGKATKAN KEBAHAGIAAN SISWA : Penelitian Pra-Eksperimen terhadap Siswa Kelas XI MIA 1 di SMA Negeri 2 Sumedang Tahun Ajaran 2014/2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS TEKNIK PROBLEM SOLVING TRAINING UNTUK MENINGKATKAN KEBAHAGIAAN SISWA : Penelitian Pra-Eksperimen terhadap Siswa Kelas XI MIA 1 di SMA Negeri 2 Sumedang Tahun Ajaran 2014/2015."

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS TEKNIK PROBLEM SOLVING TRAINING

UNTUK MENINGKATKAN KEBAHAGIAAN SISWA

(Penelitian Pra-Eksperimen terhadap Siswa Kelas XI MIA 1 di SMA Negeri 2 Sumedang Tahun Ajaran 2014/2015)

Diajukan untuk memenuhi sebagian

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Departemen Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Oleh

Nurul Kamilah NIM 1000163

DEPARTEMEN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

2015

(2)

Efektivitas Teknik Problem Solving Training

untuk Meningkatkan Kebahagiaan Siswa

Oleh Nurul Kamilah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Nurul Kamilah 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul "Efektivitas Teknik

Problem Solving Training untuk Meningkatkan Kebahagiaan Siswa (Peneltian

Pra-Eksperimen terhadap Siswa Kelas XI MIA 1 SMA Negeri 2 Sumedang Tahun

Ajaran 2014/2015)" ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya

sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara

yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.

Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi apabila di kemudian

hari ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan atau ada klaim dari pihak

lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Januari 2015 Yang membuat pernyataan,

(4)

NURUL KAMILAH

EFEKTIVITAS TEKNIK PROBLEM SOLVING TRAINING UNTUK MENINGKATKAN KEBAHAGIAAN SISWA

(Penelitian Pra-Eksperimen terhadap Siswa Kelas XI MIA 1 SMA Negeri 2 Sumedang Tahun Ajaran 2014/2015)

disetujui dan disahkan oleh pembimbing:

Pembimbing I

Dr. Nandang Rusmana, M.Pd. NIP 19600501 19860 31004

Pembimbing II

Dr. Ipah Saripah, M.Pd NIP 19771014 200112 2 002

Mengetahui,

Ketua Departemen Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

(5)

Mutiana Widianti, 2014

Profil resiliensi pada siswa penerima Bantuan Khusus Murid (BKM) serta implikasinya terhadap bimbingan dan konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Nurul Kamilah. (2015). Efektivitas Teknik Problem Solving Training untuk Meningkatkan Kebahagiaan Siswa (Penelitian Pra-Eksperimen terhadap Siswa Kelas XI MIA 1 di SMA Negeri 2 Sumedang Tahun Ajaran 2014/2015)

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pentingnya kebahagiaan untuk siswa. Kebahagiaan dapat berdampak positif bagi keberfungsian individu dalam bidang pendidikan, pekerjaan, hubungan sosial dan kesehatan. Fakta di lapangan menunjukkan adanya ketidakbahagiaan di kalangan siswa, indikasinya adalah terdapat siswa SMK yang melakukan bunuh diri dan beberapa percobaan bunuh diri di kalangan siswa. Mengingat salah satu sumber penghambat kebahagiaan adalah masalah, salah satu cara untuk meningkatkan kebahagiaan adalah dengan menggunakan teknik problem solving training. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pra-eksperimen dengan desain penelitian One-Group Pretest-Postest Design. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa Kelas XI MIA 1 SMA Negeri 2 Sumedang Tahun Ajaran 2014/2015. Data yang digunakan untuk mengetahui peningkatan kebahagiaan siswa dikumpulkan melalui instrumen kebahagiaan siswa berupa angket model likert. Teknik analisis data menggunakan rumus uji-t untuk mengukur uji beda dua rata-rata berpasangan. Hasil penelitian menunjukkan: 1) secara umum kebahagiaan siswa Kelas XI MIA SMA Negeri 2 Sumedang Tahun Ajaran 2014/2015 berada pada kategori sedang, 2) hasil uji-t menunjukkan teknik problem solving training tidak efektif meningkatkan kebahagiaan siswa Kelas XI MIA 1 SMA Negeri 2 Sumedang Tahun Ajaran 2014/2015. Rekomendasi ditujukan kepada Guru BK/Konselor dan peneliti selanjutnya. Rekomendasi berupa jenis layanan, metode penelitian yang harus digunakan dan kemungkinan teknik lain yang dapat digunakan untuk meningkatkan kebahagiaan.

(6)

Mutiana Widianti, 2014

Profil resiliensi pada siswa penerima Bantuan Khusus Murid (BKM) serta implikasinya terhadap bimbingan dan konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

Nurul Kamilah. (2015). Effectivity of Problem Solving Training Techniques For Improving Student Happiness. (Pre-Experimental research on students of class XI MIA 1 in SMAN 2 Sumedang Academic Year 2014/2015)

This research is motivated by the importance of happiness for students. Happiness can be a positive impact on the functioning of individuals in the areas of education, employment, social relationships and health. Facts on the ground indicate unhappiness among students, the indication is there vocational students who commit suicide and several suicide attempts among students. Given one source of happiness inhibitor is a problem, one way to increase happiness is to use the techniques of problem solving training. This study uses a quantitative approach. The method used in this study is a pre experimental research design One-Group Pretest-Posttest Design. Subjects in this study were students of Class XI MIA 1 SMAN 2 Sumedang Academic Year 2014/2015. The data used to determine the increase in happiness of students gathered through a questionnaire instrument student happiness Likert models. Data were analyzed using t-test formula to measure two different test average in pairs. The results showed: 1) general happiness MIA Class XI students of SMAN 2 Sumedang Academic Year 2014/2015 in middle category, 2) the results of t-test showed problem solving training techniques are not effective to increases happiness MIA Class XI students of SMA Negeri 1 2 sumedang Academic Year 2014/2015. Recomendations addressed to teacher BK/counselor and further researcher. The Recommendations are; form of services, research methods should be used and the possibility of other techniques that can be used to increase happiness.

(7)

Nurul Kamilah, 2015

Efektivitas teknik problem solving training untuk meningkatkan kebahagiaan siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

1.5 Struktur Organisasi Penelitian ... 8

BAB II KONSEP KEBAHAGIAAN DAN PROBLEM SOLVING TRAINING ... 9

2.1 Konsep Kebahagiaan ... 9

2.2 Konsep Problem Solving Training ... 23

2.3 Penelitian Terdahulu ... 30

2.4 Kerangka Pemikiran ... 31

2.5 Asumsi Penelitian ... 34

2.6 Hipotesis Penelitian ... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 35

3.1 Pendekatan, Metode dan Teknik Penelitian ... 35

3.2 Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian ... 36

3.3 Definisi Operasional Variabel ... 36

3.4 Instrumen Penelitian ... 41

3.5 Langkah-langkah Penelitian ... 45

3.6 Teknik Analisis Data ... 45

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 50

(8)

Nurul Kamilah, 2015

Efektivitas teknik problem solving training untuk meningkatkan kebahagiaan siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4.2 Program dan Uji Efektivitas Intervensi Teknik Problem Solving Training untuk Meningkatkan Kebahagiaan Siswa Kelas XI MIA 1

SMA Negeri 2 Sumedang Tahun Ajaran 2014/2015... 61

4.3 Pembahasan Temuan Penelitian ... 92

4.4 Keterbatasan Penelitian ... 116

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI ... 117

5.1 Kesimpulan ... 117

5.2 Implikasi ... 118

5.3 Rekomendasi ... 118

DAFTAR PUSTAKA ... 121 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(9)

Nurul Kamilah, 2015

Efektivitas teknik problem solving training untuk meningkatkan kebahagiaan siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1Kisi-kisi Instrumen Penelitian Kebahagiaan ... 41

3.2Kategorisasi, Jumlah dan Persentase Kebahagiaan Siswa ... 46

3.3Interpretasi Kategori Kebahagiaan Siswa ... 46

3.4Interpretasi Nilai Gain yang Dinormalisasi ... 49

4.1Profil Umum Tingkat Kebahagiaan Siswa Kelas XI MIA SMA Negeri 2 Sumedang Tahun Ajaran 2014/2015... 50

4.2Rekap Hasil Penimbangan Program Problem Solving Training untuk Meningkatkan Kebahagiaan Siswa Kelas XI MIA 1 SMA Negeri 2 Sumedang Tahun Ajaran 2014/2015 ... 61

4.3Deskripsi Kebutuhan Siswa ... 66

4.4Rencana Operasional Program Problem Solving Training ... 71

4.5Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data Kebahagiaan Siswa Kelas XI MIA SMA Negeri 2 Sumedang ... 81

4.6Nilai Varian Sampel Pretest dan Posttest ... 83

4.7Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Data ... 83

4.8Uji Gain Ternormalisasi Setelah Memperoleh Intervensi... 83

4.9Hasil Perhitungan Uji-t Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen... 85

4.10 Hasil Perhitungan Uji-t Masing-masing Aspek Kebahagiaan Siswa ... 86

4.11 Data Hasil Observasi ... 87

(10)

Nurul Kamilah, 2015

Efektivitas teknik problem solving training untuk meningkatkan kebahagiaan siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

4.1Kedudukan Persentil Rata-rata Skor Kebahagiaan Siswa Sebelum Intervensi Pada Setiap Indikator Kebahagiaan ... 52 4.2Perbedaan Kedudukan Persentil Rata-rata Skor Kebahagiaan Sebelum

dan Setelah Intervensi ... 53 4.3Perbedaan Kedudukan Persentil Rata-rata Skor Pretest dan Posttest

Pada Aspek Emosi Positif ... 54 4.4Perbedaan Kedudukan Persentil Rata-rata Skor Pretest dan Posttest

Pada Aspek Keterlibatan ... 56 4.5Perbedaan Kedudukan Persentil Rata-rata Skor Pretest dan Posttest

Pada Aspek Hubungan Sosial Positif ... 57 4.6Perbedaan Kedudukan Persentil Rata-rata Skor Pretest dan Posttest

Pada Aspek Kebermaknaan ... 59 4.7Perbedaan Kedudukan Persentil Rata-rata Skor Pretest dan Posttest

Pada Aspek Prestasi ... 60 4.8Hasil Uji Normalitas Data Pretest ... 81 4.9Hasil Uji Normalitas Data Posttest ... 82 4.10 Profil Umum Kebahagiaan Siswa Kelas XI MIA SMA Negeri 2

Sumedang Tahun Ajaran 2014/2015 ... 92 4.11 Profil Kebahagiaan Siswa Kelas XI MIA 1 SMA Negeri 2 Sumedang

(11)

Nurul Kamilah, 2015

Efektivitas teknik problem solving training untuk meningkatkan kebahagiaan siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR BAGAN

Bagan Halaman

2.1Hipotesis hubungan di antara konsep-konsep utama dari relasional model pemecahan masalah, stres dan well-being... 24 2.2Kerangka Pemikiran Efektivitas Teknik Problem Solving Training

(12)

Nurul Kamilah, 2015

Efektivitas teknik problem solving training untuk meningkatkan kebahagiaan siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Administrasi Penelitian Lampiran 2 Instrumen Penelitian Lampiran 3 Hasil Pengolahan Data Lampiran 4 Rancangan Intervensi

dan RPLBK (Rencana Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling)

Lampiran 5 Kumpulan Data Penelitian

(13)

Mutiana Widianti, 2014

Profil resiliensi pada siswa penerima Bantuan Khusus Murid (BKM) serta implikasinya terhadap bimbingan dan konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

Bab I merupakan bab perkenalan, di dalamnya dipaparkan mengenai; latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi. Latar belakang yang diangkat berupa isu tentang pentingnya kebahagiaan, diikuti fenomena kebahagiaan siswa yang ada di lingkungan sekolah, dan alasan penggunaan teknik problem solving training untuk meningkatkan kebahagiaan siswa.

1.1Latar Belakang Penelitian

Setiap individu di muka bumi baik anak-anak, remaja maupun orangtua adalah para pencari kebahagiaan. Pendapat ini diperkuat oleh Willis & Setyawan (1981, hlm. 7) bahwa setiap manusia menginginkan kebahagiaan. Kebahagiaan merupakan kebutuhan yang penting bagi manusia dalam menjalani setiap fungsi dan aktivitasnya sehari-hari. Oishi dan Koo (2008, dalam Panembrama, 2013) mengungkapkan bahwa kebahagiaan merupakan hal yang penting karena dapat memberikan dampak positif bagi keberfungsian manusia itu sendiri dalam berbagai aspek kehidupan seperti pekerjaan, pendidikan, hubungan sosial, dan kesehatan. Penelitian kepribadian untuk kebahagiaan menunjukkan individu yang bahagia adalah individu yang extrovert, optimis, memiliki harga diri yang tinggi serta memiliki lokus kontrol internal (Carr, 2004, hlm. 42).

Diener dan Seligman (2002, dalam Conoley & Conoley, 2009, hlm. 466) menemukan bahwa orang-orang yang sangat bahagia memiliki hubungan yang sangat memuaskan dengan teman-teman, teman dekat, dan anggota keluarga. Orang yang sangat senang secara konsisten lebih extravert, lebih menyenangkan dan tidak memiliki gangguan neurotik.

(14)

2

Mutiana Widianti, 2014

Profil resiliensi pada siswa penerima Bantuan Khusus Murid (BKM) serta implikasinya terhadap bimbingan dan konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kebahagiaan siswa di sekolah. Karena pendidikan dan kebahagiaan sangatlah berhubungan. Seperti yang dikatakan oleh Noddings (2003, hlm. 27) pendidikan dan kebahagiaan sangat berkaitan dimana kebahagiaan merupakan tujuan utama dalam pendidikan.

Dapat disimpulkan bahwa kebahagiaan dapat membawa individu menjadi individu yang memiliki jiwa sehat, membangun sumber kekuatan, dan me-recover dari pengalaman yang negatif (Frederickson & Losada, 2005 dalam Snyder & Lopez, 2007, hlm. 137). Dengan memiliki kebahagiaan individu dapat lebih produktif menjalani kehidupan dan penghalang adanya stres.

Adanya ketidakbahagiaan dimungkinkan berawal dari harapan dan kebutuhan yang tidak terpenuhi sehingga mengakibatkan stres. Masalah yang menjadi penghambat terpenuhinya harapan dan kebutuhan ini yang perlu diatasi. Setiap orang tentu memilliki masalah, baik itu anak-anak, remaja maupun orang dewasa. Masa paling rentan terhadap masalah adalah masa remaja. Sebagaimana dikatakan oleh Hurlock (1980) bahwa masa remaja merupakan masa badai dan stres, pada periode ini remaja mengalami perubahan yang sangat cepat, baik dari segi fisik, mental dan masa sosial.

Remaja memiliki kecenderungan emosi yang tinggi dan ketidakstabilan dari waktu ke waktu sebagai usaha penyesuaian diri terhadap perubahan. Masa ini cenderung masa yang tidak bahagia bagi remaja (Hurlock, 1980, hlm. 213). Dijelaskan lebih lanjut bahwa remaja yang penyesuaian dirinya cenderung buruk dan tidak dapat mengatasi masalah yang dihadapi maka akan cenderung mengalami ketidakbahagiaan sepanjang masa remajanya (Hurlock, 1980, hlm. 239).

(15)

3

Mutiana Widianti, 2014

Profil resiliensi pada siswa penerima Bantuan Khusus Murid (BKM) serta implikasinya terhadap bimbingan dan konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru BK di SMA Negeri 2 Sumedang, diketahui pada Tahun Ajaran 2014-2015 terdapat siswa yang mengalami DO (drop out), hamil di luar nikah, mengalami masalah pertengkaran dengan teman, bolos sekolah dan cenderung terlihat tidak menikmati aktivitas di sekolah.

Hasil penelitian Walker (Sari, 2012, hlm. 12) terhadap 60 orang remaja, diketahui bahwa penyebab utama ketegangan dan masalah yang ada pada remaja berasal dari beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut di antaranya adalah hubungan dengan teman dan keluarga, tekanan dan harapan dari diri mereka sendiri dan orang lain, tekanan di sekolah oleh guru dan pekerjaan rumah, tekanan ekonomi dan tragedi yang ada dalam kehidupan mereka misalnya; kematian, perceraian dan penyakit yang dideritanya atau anggota keluarganya.

Ketegangan di atas dapat menjadi faktor penyebab adanya stres dan membuat remaja tidak bahagia. Kebahagiaan akan muncul pada diri remaja manakala mereka merasa puas terhadap pencapaian minat dan melakukan penyelesaian masalah. Salah satu ketegangan yang berakibat pada aspek pribadi adalah maraknya kasus bunuh diri di kalangan remaja. Menurut Hurlock (1980, hlm. 239) kasus bunuh diri di kalangan remaja memperkuat keyakinan bahwa periode ini merupakan periode yang tidak bahagia dalam rentang kehidupan. Seperti kasus pada remaja X seorang siswa SMK yang melakukan beberapa kali percobaan bunuh diri pada tahun 2012 di sekolah dengan meminum obat nyamuk. Setelah dilakukan wawancara, siswa ini mengalami ketidakbahagiaan akibat beberapa faktor, di antaranya karena belum terbiasa dengan lingkungan asrama, merasa dibuang oleh orang tuanya karena tinggal di asrama dan merasa kurang mendapat kasih sayang dari teman-temannya.

(16)

4

Mutiana Widianti, 2014

Profil resiliensi pada siswa penerima Bantuan Khusus Murid (BKM) serta implikasinya terhadap bimbingan dan konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Fakta lain tentang gambaran umum kebahagiaan remaja diungkapkan oleh Karina (2012) yang meneliti tentang kebahagiaan di SMA Pasundan 2 Bandung. Hasil penelitian menunjukkan gambaran siswa yang mengalami kebahagiaan sedang sebesar 16%, tingkat kebahagiaan tinggi sebesar 83% sedangkan untuk kategori rendah sebesar 1%. Penelitian ini menunjukkan tidak semua remaja memiliki kebahagiaan.

Penelitian tentang kebahagiaan sangat penting dilakukan karena kebahagiaan merupakan penghalang stress, kejadian hidup yang positif dapat mengurangi keputusasaan dan depresi dengan atribusi positif yang mereka miliki. (Argyle, 2001 dalam Baker & Maupin, 2009, hlm. 189). Kondisi nyata remaja saat ini sangat meresahkan. Dengan adanya beberapa kasus bunuh diri di atas menunjukkan seorang remaja sangat perlu memiliki banyak pengalaman emosi positif untuk memulihkan semua emosi negatif yang berakibat pada ketidakbahagiaan. Remaja tidak dapat berdiri sendiri dalam menjalani proses perkembangannya. Perlu ada sosok pembimbing yang mampu mengarahkan remaja memiliki keterampilan dalam mengatasi permasalahan yang menyebabkan ketidakbahagiaan tersebut.

Guru BK sebagai seseorang yang berperan membimbing siswa di sekolah, memiliki tugas melakukan layanan bimbingan untuk meningkatkan kebahagiaan siswa di sekolah. Salah satu tujuan bimbingan dan konseling yang dikemukakan Willis & Setyawan (1981, hlm. 25) yaitu agar terdapat pengarahan diri yang tepat bagi individu, dalam hal ini individu memahami dirinya (potensi dan kelemahan-kelemahannya), individu akan berusaha seoptimal mungkin untuk mengarahkan diri sehingga akan tercapai kebahagiaan.

(17)

5

Mutiana Widianti, 2014

Profil resiliensi pada siswa penerima Bantuan Khusus Murid (BKM) serta implikasinya terhadap bimbingan dan konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mencapai kehidupan yang bermakna dan berbahagia baik secara personal maupun sosial.

Setiap layanan memiliki teknik-teknik khusus yang diterapkan kepada siswa sesuai dengan karakteristik masalah yang dialami. Cara untuk meningkatkan kebahagiaan menurut Myers (1993, dalam Carr, 2004, hlm. 130) adalah dengan menggunakan Life Enhancement Strategies. Pendekatan lain yang diuji cobakan oleh untuk meningkatkan kebahagiaan adalah dengan menggunakan Quality of Life Therapy (QOLT), This rooted from positive psychology approach

which suggested as the study and increase of human happiness, strength, and

better quality of life for all” (Frisch dalam Gunawan, 2010, hlm. 3). Selain itu terdapat teknik yang mampu mengkonstruk cara berpikir remaja disertai perilaku yang nyata dalam mempersepsikan masalah adalah teknik problem-solving. Problem-solving merupakan salah satu cara agar seseorang mampu memiliki

emosi positif sehingga dapat berkontribusi terhadap kebahagiaan (Carr, 2004, hlm. 16). Hal ini dikemukakan juga oleh Smith (2003, hlm. 322) “historically, in whatever way intelligence has been defined, problem solving has been viewed as

an important part of the definition and as a fundamental element of cognitive

well-being”.

Salah satu model dalam problem solving adalah problem solving training. Problem solving training merupakan strategi coping serbaguna yang

meningkatkan fungsi adaptif dan well-being positif, serta mereduksi dampak negatif dari berbagai macam masalah (D'Zurilla & Goldfried, 1971, dalam Dobson, 2010, hlm. 21). Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Rajabimoghaddam & Bidjari (2012) terhadap 150 siswi SMA terdapat hubungan antara kebahagiaan dan kemampuan seseorang dalam melakukan problem-solving. Ada korelasi yang positif antara kebahagiaan dan problem-solving, self

control, positive reappraisal dengan hasil statistic (P<0/01).

Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh D’zurilla

(18)

6

Mutiana Widianti, 2014

Profil resiliensi pada siswa penerima Bantuan Khusus Murid (BKM) serta implikasinya terhadap bimbingan dan konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

beberapa studi telah meneliti peran pemecahan masalah sebagai mediator atau moderator dari hubungan antara peristiwa kehidupan yang penuh stres dan kebahagiaan atau penyesuaian.

Keterampilan dalam mengatasi masalah sangat diperlukan dalam meningkatkan kebahagiaan remaja menghadapi masa perkembangannya. Penggunaan teknik problem solving training diharapkan dapat menjadi cara yang tepat bagi siswa dalam menyelesaikan masalah sehingga hasil penyelesaian masalah tersebut dapat berkontribusi terhadap kebahagiaan. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk melihat seberapa besar teknik problem solving training berkontribusi dalam meningkatkan kebahagiaan siswa Kelas XI MIA

SMA Negeri 2 Sumedang Tahun Ajaran 2014/2015.

1.2Rumusan Masalah Penelitian

Kebahagiaan remaja adalah ketika mereka memiliki kepuasan dalam mengatasi masalah, tugas perkembangan yang terpenuhi secara optimal, serta adanya hubungan yang baik antar keluarga, teman sebaya serta lingkungan sekolahnya. Dengan adanya kebahagiaan remaja akan memiliki minat terhadap kehidupan pribadi dan sosialnya. Seperti minat terhadap diri sendiri dan lingkungannya, memiliki hubungan sosial yang baik, meniliki kualitas persahabatan dan kekeluargaan yang tinggi.

Masalah yang menyebabkan siswa tidak bahagia adalah ketidakmampuan dalam mengatasi masalah serta tidak adanya kepuasan untuk mengatasi masalah tersebut. Perlu adanya teknik yang mampu membantu individu dalam mengatasi masalah agar meningkatkan kebahagiaan. Teknik yang digunakan dalam mengatasi masalah adalah dengan menggunakan teknik problem solving training. Problem solving training merupakan strategi coping serbaguna yang

meningkatkan fungsi adaptif dan well-being positif, serta mereduksi dampak negatif dari berbagai macam masalah (D'Zurilla & Goldfried, 1971, dalam Dobson, 2010, hlm. 21).

B e r d a s a r k a n i d e n t i f i k a s i m a s a l a h

(19)

7

Mutiana Widianti, 2014

Profil resiliensi pada siswa penerima Bantuan Khusus Murid (BKM) serta implikasinya terhadap bimbingan dan konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

solving training, m a k a r u m u s a n m a s a l a h d a l a m

p e n e l i t i a n i n i a d a l a h “ A p a k a h t e k n i k

problem solving training e f e k t i f d a l a m

m e n i n g k a t k a n k e b a h a g i a a n s i s w a ? ”

S e c a r a l e b i h r i n c i p e r t a n y a a n

p e n e l i t i a n i n i a d a l a h s e b a g a i b e r i k u t .

1) B a g a i m a n a g a m b a r a n u m u m

k e b a h a g i a a n s i s w a K e l a s X I M I A

S M A N e g e r i 2 S u m e d a n g T a h u n

A j a r a n 2 0 1 4 / 2 0 1 5 ?

2) Bagaimana rancangan teknik problem solving training untuk meningkatkan kebahagiaan siswa K e l a s X I M I A 1 S M A N e g e r i 2 S u m e d a n g T a h u n

A j a r a n 2 0 1 4 / 2 0 1 5?

3) Apakah teknik problem solving training efektif untuk meningkatkan kebahagiaan siswa K e l a s X I M I A 1 S M A N e g e r i 2 S u m e d a n g T a h u n A j a r a n

2 0 1 4 / 2 0 1 5?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk menguji efektivitas teknik problem-solving training dalam meningkatkan kebahagiaan siswa Kelas XI MIA SMA Negeri 2

Sumedang Tahun Ajaran 2014/2015. Adapun tujuan khusus penelitian adalah untuk memperoleh gambaran empirik tentang:

1) gambaran umum kebahagiaan siswa K e l a s X I M I A S M A N e g e r i 2 S u m e d a n g Tahun Ajaran 2014/2015;

(20)

8

Mutiana Widianti, 2014

Profil resiliensi pada siswa penerima Bantuan Khusus Murid (BKM) serta implikasinya terhadap bimbingan dan konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3) efektivitas penggunaan teknik problem solving training terhadap kebahagiaan siswa K e l a s X I M I A 1 S M A N e g e r i 2 S u m e d a n g Tahun Ajaran 2014/2015.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoretis

Penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan keilmuan dalam bidang bimbingan dan konseling serta memberikan sumbangan bagi penggunaan teknik problem-solving untuk meningkatkan kebahagiaan dan mengatasi masalah lain dalam bidang bimbingan dan konseling.

1.4.2 Manfaat Praktis

Penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi guru BK/Konselor dan peneliti selanjutnya.

1) Bagi guru BK/Konselor

Manfaat praktis penelitian untuk guru BK/Konselor adalah diharapkan dapat mendeteksi siswa yang kebahagiaannya rendah dengan mengaplikasikan teknik problem solving training.

2) Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan penelitian menjadi referensi yang mendukung untuk kelanjutan penelitian tentang teknik problem-solving training dan tentang kebahagiaan.

1.5 Struktur Organisasi Penulisan

Skripsi dibagi ke dalam lima bab, menjelaskan tahap-tahap penelitian. Bab I membahas tentang latar belakang penelitian, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi. Kajian teori dibahas didalam Bab II, yang berisi tentang kebahagiaan dan teknik problem-solving training, disertai kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian. Bab III

(21)

9

Mutiana Widianti, 2014

Profil resiliensi pada siswa penerima Bantuan Khusus Murid (BKM) serta implikasinya terhadap bimbingan dan konseling

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(22)

Nurul Kamilah, 2015

Efektivitas teknik problem solving training untuk meningkatkan kebahagiaan siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada Bab III ini merupakan bagian yang bersifat prosedural, yakni alur penelitian dari mulai pendekatan penelitian yang diterapkan, instrumen yang digunakan, tahapan pengumpulan data yang dilakukan, hingga langkah-langkah analisis data yang dijalankan.

3.1Pendekatan, Metode dan Teknik Penelitian

3.1.1 Pendekatan dan Metode Penelitian

Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu pendekatan yang memungkinkan dilakukannya pencatatan berupa angka-angka, pengolahan statistik, struktur dan percobaan kontrol (Sukmadinata, 2008, hlm. 53). Pendekatan kuantitatif dimaksudkan untuk memperoleh data numerical berupa presentase kebahagiaan siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Sumedang dan keefektifan teknik problem solving training untuk meningkatkan kebahagiaan siswa Kelas XI MIA SMA Negeri 2 Sumedang.

Metode yang dilakukan digunakan dalam penelitian adalah metode eksperimen yaitu eksperimental design. Penelitian menggunakan metode pra-eksperimen, yaitu metode penelitian eksperimen yang desain dan perlakuannya seperti eksperimen tetapi tidak ada pengontrolan sama sekali (Sugiyono, 2008). Desain penelitian One-Group Pretest-Postest Design yaitu desain eksperimen dengan memberikan pretest sebelum dan posttest sesudah diberikan perlakuan eksperimen kepada kelompok subjek. Hal ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar teknik problem-solving dapat meningkatkan kebahagiaan siswa. Desain yang digunakan akan digambarkan pada gambar sebagai berikut.

O1 X O2

Keterangan:

(23)

36

Nurul Kamilah, 2015

Efektivitas teknik problem solving training untuk meningkatkan kebahagiaan siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu X : eksperimen/tindakan (treatment)

O2 : nilai post test (setelah dilakukan treatment)

(Sugiyono, 2010)

3.1.2 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan teknik penelitian tidak langsung dengan menggunakan angket yang disebarkan kepada siswa. Angket yang digunakan merupakan angket kebahagiaan yang telah digunakan oleh peneliti sebelumnya yaitu Karina, (2012) di SMA Pasundan 2 Bandung Kelas X Tahun Ajaran 2011-2012.

3.2Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 2 Sumedang. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa Kelas XI MIA SMA Negeri 2 Sumedang Tahun Ajaran 2014/2015. Hasil observasi selama praktik salah satu tugas mata kuliah, menunjukkan adanya ketidakbahagiaan dilihat dari ciri-ciri siswa yang murung dan tidak bersemangat. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa Kelas XI MIA 1 SMA Negeri 2 Sumedang. Kelas XI MIA 1 memiliki kedudukan skor rata-rata persentil terendah dibandingkan dengan kelas lain. Dengan demikian Kelas XI MIA 1 SMA Negeri 2 Sumedang dipilih sebagai kelas sampel penelitian.

3.3Definisi Operasional Variabel

3.3.1 Kebahagiaan

Beberapa istilah kebahagiaan menurut para ahli diantaranya adalah authentic happiness, happiness, subjective well-being dan flourishing. Diener

(24)

37

Nurul Kamilah, 2015

Efektivitas teknik problem solving training untuk meningkatkan kebahagiaan siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kepuasan hidup, emosi menyenangkan, fulfillment, kepuasan terhadap area-area seperti pernikahan, pekerjaan, tingkat emosi negatif yang rendah.

Samways (1997, hlm. 4) menjelaskan bahwa kesehatan dan kebahagiaan muncul atas hal yang terjadi dalam hidup atau dalam tubuh. Sepanjang kebutuhan dasar untuk merasa aman dan nyaman bertemu, dan individu tidak terancam oleh orang lain secara fisik maupun emosional, individu dapat merasa bahagia dan sehat.

Berdasarkan konsep flourishing terdapat beberapa ahli yang mengemukakan pendapat berbeda tentang komponen yang membangun kebahagiaan. Huppert & So (Hone, Schofield & Duncan, 2014, hlm. 67) menyajikan komponen kebahagiaan flourishing diantaranya competence, emotional stability, engagement, meaning, optimism, positive emotion, positive

relationships, resilience, self-esteem, dan vitality.

Berbeda dengan Keyes (2002, dalam Hone, Schofield & Duncan, 2014, hlm. 65) yang menyajikan lebih dari 5 komponen flourishing diantaranya adalah afek positif, tujuan hidup, penerimaan diri, afek positif yang bermakna bahagia, kontribusi sosial, integrasi sosial, pertumbuhan sosial, penerimaan sosial, koherensi sosial, penyesuaian lingkungan, pertumbuhan individu, autonomi dan terakhir kepuasan hidup.

Sementara itu, Seligman (2011, dalam Hone, Schofield & Duncan, 2014, hlm. 69) dengan singkatan PERMA-nya menyajikan konsep kebahagiaan yang terdiri atas 5 elemen yaitu positif (positive emotions), keterlibatan (engagement), yang ketiga adalah kebermaknaan hidup (meaning of life), hubungan sosial positif (positive relationship) dan prestasi (accomplishment) yang kemudian diungkapkan dengan istilah well-being.

(25)

38

Nurul Kamilah, 2015

Efektivitas teknik problem solving training untuk meningkatkan kebahagiaan siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kesimpulannya, kebahagiaan adalah kondisi positif individu yang ditandai dengan dirasakannya emosi positif, adanya keterlibatan dalam aktivitas yang disukai, memiliki hubungan sosial yang positif, merasakan kebermaknaan hidup dan mencapai prestasi. Definisi yang dipaparkan tersebut cenderung pada definisi yang diusung oleh Seligman (2011) pada teori well-being yang diringkas dengan istilah PERMA.

Pengertian kebahagiaan dalam penelitian ini adalah penilaian siswa Kelas XI MIA SMA Negeri 2 Sumedang Tahun Ajaran 2014/2015 terhadap pernyataan tentang kondisi positif dirinya meliputi emosi positif, keterlibatan dengan aktivitas belajar, hubungan sosial yang positif, kebermaknaan hidup dan pencapaian prestasi di sekolah.

Berikut ini merupakan aspek kebahagiaan menurut Seligman (2011) dan telah disesuaikan dengan indikator kebahagiaan siswa menurut beberapa ahli.

1) Aspek emosi positif adalah pengalaman siswa dalam merasa baik selama di sekolah. Indikator pada aspek emosi positif diantaranya: (1) gembira saat berada di sekolah; (2) memiliki harapan untuk sukses; dan (3) bangga terhadap hasil akademis.

2) Aspek keterlibatan adalah peristiwa dari tingginya konsentrasi, kegembiraan dan ketertarikan siswa pada aktivitas belajar. Indikator pada aspek keterlibatan diantaranya: (1) berkonsentrasi saat belajar; (2) tertarik untuk belajar; dan (3) gembira saat belajar.

3) Aspek hubungan sosial positif adalah keyakinan bahwa siswa dipedulikan, dicintai, dihargai dan dianggap penting oleh orang lain di sekolah. Indikator dari aspek hubungan sosial positif ini diantaranya: (1) merasa dipedulikan orang lain di sekolah; (2) merasa dicintai orang lain di sekolah; (3) merasa dihargai orang lain di sekolah; dan (4) merasa dianggap penting oleh orang lain di sekolah.

(26)

39

Nurul Kamilah, 2015

Efektivitas teknik problem solving training untuk meningkatkan kebahagiaan siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memberikan alasan untuk menjalani kehidupan di sekolah dan menjadikannya sebagai tujuan untuk dicapai di sekolah. Indikator pada aspek kebermaknaan diantaranya: (1) memiliki nilai yang berharga bagi diri; (2) memiliki alasan untuk bersekolah; dan (3) memiliki tujuan untuk dicapai di sekolah.

5) Aspek prestasi adalah keberhasilan siswa mencapai keadaan yang diinginkan di sekolah dan mencapai kemajuan menuju tujuan lain. Indikator dari aspek prestasi diantaranya: (1) mencapai keadaan yang diinginkan di sekolah; dan mencapai kemajuan menuju tujuan lain.

3.3.2 Problem-solving Training

Problem-solving merupakan konsep yang merujuk pada suatu proses untuk

menemukan solusi pada permasalahan yang spesifik (D’Zurilla & Nezu, 2010,

hlm. 199). D’Zurilla & Nezu (1990, dalam Chinaveh, 2010, hlm. 303)

mengungkapkan bahwa problem-solving memiliki strategi coping yang mampu meningkatkan kompetensi umum dan adaptasi terhadap kehidupan nyata. Problem-solving memiliki beberapa dimensi dalam strategi penyelesaian masalah,

diantaranya problem-solving orientation dan problem-solving style.

Dzurilla & Nezu (2010, hlm. 206) mengungkapkan bahwa strategi untuk melakukan coping dalam problem-solving ini dinamakan problem-solving training. Problem-solving training merupakan strategi coping serbaguna yang

meningkatkan fungsi adaptif dan well-being positif, serta mereduksi dampak negatif dari berbagai macam masalah.

(27)

40

Nurul Kamilah, 2015

Efektivitas teknik problem solving training untuk meningkatkan kebahagiaan siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sosial, performa akademik dan performa pekerjaan) dan fungsi psikologis (seperti afeksi positif, self-esteem dan kebahagiaan hidup).

Problem-solving merupakan salah satu cara agar seseorang mampu

memiliki emosi positif sehingga dapat berkontribusi terhadap kebahagiaan (Carr, 2004, hlm. 16). Hal ini dikemukakan juga oleh Smith (2003, hlm. 322)

historically, in whatever way intelligence has been defined, problem solving has been viewed as an important part of the definition and as a fundamental element

of cognitive well-being”.

Problem-solving training dalam penelitian ini adalah layanan yang

diberikan oleh Guru BK/Konselor kepada siswa Kelas XI MIA SMA Negeri 2 Sumedang Tahun Ajaran 2014/2015 untuk memiliki keterampilan dalam proses penyelesaian masalah, meningkatkan fungsi adaptif dan well-being positif, serta mereduksi dampak negatif dari berbagai macam masalah.

Berikut tahap-tahap pelaksanaan teknik problem-solving menurut D’Zurilla & Nezu (2010) diantaranya sebagai berikut:

Initial Structuring (sesi ini bertujuan untuk mengenalkan problem solving

training kepada konseli); Problem Definition and orientation (sesi ini bertujuan

untuk menggambarkan alasan mengapa situasi yang dihadapi konseli merupakan suatu masalah dan membuat tujuan yang realistis dan objektif untuk mengarahkan usaha pemecahan masalah selanjutnya);

Generation of Alternatives (sesi ini bertujuan untuk membuat, menggunakan

beberapa prinsip pengungkapan pendapat (brainstorming), merumuskan solusi yang memungkinkan agar ide solusi yang paling efektif segera dapat diidentifikasi);

Decision Making (sesi ini bertujuan untuk membuat analisis dari setiap

(28)

41

Nurul Kamilah, 2015

Efektivitas teknik problem solving training untuk meningkatkan kebahagiaan siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Solution Implementation and Verification (sesi ini bertujuan untuk

melaksanakan solusi yang telah direncanakan, memonitor, mengevaluasi keefektifan solusinya, dan segera memperbaikinya jika solusi yang dilaksanakan tidak efektif); dan

Guided Practice (sesi ini bertujuan untuk memaksimalkan kecakapan dalam

(29)

42

Nurul Kamilah, 2015

Efektivitas teknik problem solving training untuk meningkatkan kebahagiaan siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.4 Instrumen Penelitian

3.4.1 Jenis Instrumen

Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatan pengumpulan data (Arikunto, 2005, hlm. 24). Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah kuesioner/angket dengan menggunakan model skala Likert, yaitu angket dengan skala pilihan jawaban yang terdiri dari 5 alternatif pilihan jawaban Tidak Sesuai (TS), Kurang Sesuai (KS), Ragu-ragu (R), Sesuai (S) dan Sangat Sesuai (SS).

3.4.2 Kisi-Kisi Instrumen Kebahagiaan

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen kebahagiaan yang telah digunakan oleh peneliti sebelumnya yaitu Karina (2012) di SMA Pasundan 2 Kelas X Tahun Ajaran 2011-2012 (izin penggunaan terlampir). Berikut kisi-kisi instrumen untuk mengungkap kebahagiaan siswa SMA Negeri 2 Sumedang yang disajikan dalam Tabel 3.1.

Tabel 3.1

Kisi-kisi Instrumen Penelitian Kebahagiaan

Aspek Indikator No.Item Jumlah Total

Emosi Positif

Memiliki nilai atau hal yang berharga bagi diri

18, 28, 41

3

Memiliki alasan untuk bersekolah 9, 19, 42 3 Memiliki tujuan untuk dicapai di

sekolah

20, 29, 43

(30)

43

Nurul Kamilah, 2015

Efektivitas teknik problem solving training untuk meningkatkan kebahagiaan siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.1

Kisi-kisi Instrumen Penelitian Kebahagiaan

Aspek Indikator No.Item Jumlah Total

Prestasi

Instrumen penelitian dibuat dalam bentuk pernyataan positif untuk mengetahui tingkat kebahagiaan siswa. Item pernyataan kebahagiaan dibuat dalam bentuk alternatif respon subjek dengan pilihan jawaban yang terdiri dari Tidak Sesuai (TS), Kurang Sesuai (KS), Ragu-ragu (R), Sesuai (S) dan Sangat Sesuai (SS). Untuk menentukan kedudukan subjek dalam tingkat kebahagiaan, dilakukan teknik pengolahan data dengan menggunakan rumus skor ideal. Penentuan skor untuk setiap alternatif pilihan jawaban, dilakukan secara aposteriori, yaitu kemungkinan skor bagi setiap kemungkinan jawaban didasarkan atas hasil uji coba (Subino, 1987, hlm.124).

3.4.4 Uji Coba Alat Ukur

Pengembangan angket dilakukan melalui tiga tahap pengujian sebagai berikut.

1) Uji Skala Likert

Uji skala Likert ini dilakukan atas tujuan untuk melihat ketepatan skala dan menghasilkan pola setiap item pernyataan (Subino, 1987). Hasil uji skala menunjukkan terdapat 9 butir item yang tidak dapat dihitung dikarenakan tidak adanya nilai 0 yang dipilih oleh semua sampel dalam item nomor tersebut. Nomor yang tidak valid tersebut diantaranya adalah; 1, 31, 33, 34, 41, 42, 43, 44, dan 45. Masing-masing item-selain item yang tidak valid diatas, memiliki pola skala yang berbeda sesuai hasil perhitungan uji skala (terlampir).

(31)

44

Nurul Kamilah, 2015

Efektivitas teknik problem solving training untuk meningkatkan kebahagiaan siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Uji validitas rasional bertujuan untuk mengetahui tingkat kelayakan instrumen dari segi bahasa, konstruk, dan isi. Penimbangan atau uji validitas rasional dilakukan oleh dosen ahli yang dilakukan dengan meminta pendapat dosen ahli untuk memberikan penilaian pada setiap item dengan kualifikasi Memadai (M) dan Tidak Memadai (TM). Item yang diberi nilai M merupakan item yang dapat digunakan dan item yang diberi nilai TM memiliki dua kemungkinan untuk tidak digunakan atau dilakukan revisi.

Hasil uji validitas rasional menunjukkan bahwa sebagian besar item layak digunakan dengan syarat beberapa revisi untuk konstruk bahasa item yang kurang tepat berdasarkan saran para ahli. Jumlah item yang diujicobakan berjumlah 36 item. Total 36 item tersebut merupakan hasil pengujian uji skala. Dan uji validitas menunjukkan 36 item tersebut valid dalam arti layak digunakan.

3) Uji Validitas Empiris

(32)

45

Nurul Kamilah, 2015

Efektivitas teknik problem solving training untuk meningkatkan kebahagiaan siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Item dinyatakan valid jika memiliki koefisien validitas signifikan pada total aspek maupun total perangkat instrumen, dengan nilai probabilitas (p-value) lebih kecil 0.05 (p-value < 0.05).

Berdasarkan hasil uji validitas empirik instrumen kebahagiaan siswa menunjukkan 36 item dinyatakan valid dengan tingkat kepercayaan 95%.

4) Uji Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas berkenaan dengan ketepatan hasil pengukuran. Suatu instrumen memiliki tingkat realibilitas yang memadai, jika instrumen tersebut digunakan untuk mengukur aspek yang diukur beberapa kali hasilnya sama atau relatif sama.

Uji realibilitas menggunakan rumus Cronbach Alpha (α) melalui tahapan sebagai

berikut.

a) Mencari varians semua item dengan menggunakan rumus berikut.

Keterangan:

∑x = jumlah skor

∑x = jumlah kuadrat skor N = banyaknya sampel

b) Menghitung nilai realibilitas atau r hitung (r11) dengan menggunakan rumus berikut.

r11 = realibilitas tes yang dicari

∑a12 = jumlah varian skor tiap-tiap item a12 = varians total

n = banyaknya soal

(Arikunto, 2005, hlm. 239)

(33)

46

Nurul Kamilah, 2015

Efektivitas teknik problem solving training untuk meningkatkan kebahagiaan siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bila rhitung dari rumus di atas lebih besar dari rtabel maka butir tersebut valid, dan

sebaliknya. Dapat juga dilihat dari kriteria korelasi sebagai berikut. Antara 0,800 – 1,00 : sangat tinggi

Antara 0,600 – 0,800 : tinggi Antara 0,400 – 0,600 : cukup Antara 0,200 – 0,400 : rendah Antara 0,00 – 0,200 : sangat rendah

Hasil dari uji reliabilitas pada angket ini sebesar 0,993. Angka reliabilitas menunjukkan kategori sangat tinggi, dengan demikian instrumen kebahagiaan siswa dapat menghasilkan data yang konsisten dan dapat digunakan oleh peneliti sebagai alat pengungkap gambaran kebahagiaan siswa Kelas XI MIA SMA Negeri 2 Sumedang Tahun Ajaran 2014/2015.

3.5 Langkah-Langkah Penelitian

Berikut dipaparkan langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian pra-eksperimen.

3.5.1 Pre-test (Tes Awal)

Penyebaran angket dilakukan di Kelas XI MIA SMA Negeri 2 Sumedang Tahun Ajaran 2014/2015. Kegiatan dilakukan sebagai tes awal (pre-test) dan untuk mendapatkan data tentang gambaran umum kebahagiaan remaja.

3.5.2 Treatment (Perlakuan)

Rancangan intervensi teknik problem solving training dalam meningkatkan kebahagiaan siswa disusun berdasarkan hasil pre-test kebahagiaan siswa Kelas XI MIA SMA Negeri 2 Sumedang.

3.5.3 Post-Test (Tes Akhir)

(34)

47

Nurul Kamilah, 2015

Efektivitas teknik problem solving training untuk meningkatkan kebahagiaan siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.6 Teknis Analisis Data

Pada penelitian dirumuskan tiga pertanyaan penelitian, masing-masing perrtanyaan penelitian dijawab secara berututan dengan cara sebagai berikut. 1) Pertanyaan pertama mengenai gambaran umum kebahagiaan siswa Kelas XI

MIA SMA Negeri 2 Sumedang. Pertanyaan pertama ini dijawab dengan persentase pengolahan data hasil pre-test. Perolehan persentase merupakan hasil jawaban siswa mengenai kebahagiaan yang terbagi menjadi tiga kategori yaitu, bahagia, cukup bahagia dan tidak bahagia. Pengkategorian diperoleh dengan menggunakan rumus rentang sebagai berikut:

a. Menghitung skor maksimal ideal ( ), diperoleh, 153,9 b. Menghitung skor minimal ideal ( ), diperoleh, 36

c. Menentukan banyaknya kelas interval yaitu kategori tinggi, sedang, dan rendah sehingga banyaknya kelas adalah 3

d. Menentukan panjang interval kelas

Rumus untuk menentukan panjang interval kelas adalah sebagai berikut:

e. Menentukan batas interval setiap kategori, sebagai berikut:

(35)

48

Nurul Kamilah, 2015

Efektivitas teknik problem solving training untuk meningkatkan kebahagiaan siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dari hasil perhitungan diperoleh kategori kebahagiaan siswa sebagai berikut:

Tabel 3.2

Kategorisasi, Jumlah dan Persentase Kebahagiaan Siswa

Interval Kategori f Persentase

114.6-153.9 Tinggi 49 44%

75.3-114.5 Sedang 62 56%

39.3-75.2 Rendah 0 0%

Kategori dalam Tabel 3.2 di atas memiliki interpretasi sebagai berikut:

Tabel 3.3

Interpretasi Kategori Kebahagiaan Siswa Rentang

Skor Kategori Deskripsi

≥ 114,5 tinggi

Skor siswa hampir tinggi pada semua indikator dan aspek kebahagiaan. Siswa memiliki frekuensi merasakan emosi positif yang sering, sering menikmati dan terlibat dalam aktivitas yang disukainya, di sekolah memiliki hubungan sosial yang positif, merasakan hidupnya memiliki makna dan mencapai tujuan yang membuatnya bangga.

75 – 114,5 Sedang

(36)

49

Nurul Kamilah, 2015

Efektivitas teknik problem solving training untuk meningkatkan kebahagiaan siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.3

Interpretasi Kategori Kebahagiaan Siswa Rentang

Skor Kategori Deskripsi

≤ 75 Rendah

Skor siswa pada hampir setiap aspek rendah. Menunjukkan jarangnya siswa merasakan emosi positif, jarang menikmati dan terlibat dalam aktivitas yang disukai, kurang memiliki hubungan sosial yang positif di sekolah, kurang memiliki makna dalam hidup serta kurang memiliki motivasi untuk berprestasi bagi dirinya sendiri.

2) Pertanyaan penelitian yang kedua yaitu rancangan teknik problem solving training untuk meningkatkan kebahagiaan siswa. Program disusun

berdasarkan hasil pengolahan data pretest siswa Kelas XI MIA SMA Negeri 2 Sumedang Tahun Ajaran 2014/2015. Setelah disusun, program kemudian diujikan oleh 3 orang pakar bimbingan dan konseling guna menguji kelayakan dari keseluruhan program yang akan digunakan dalam pelaksanaan intervensi.

3) Pertanyaan penelitian ketiga mengenai keefektifan teknik problem-solving training dirumuskan ke dalam hipotesis “teknik problem solving training

efektif untuk meningkatkan kebahagiaan siswa”. Untuk mengetahui keefektifan intervensi dapat diketahui dengan melalui tahap-tahap pengolahan dan analisis data dengan metode kuantitatif. Berikut uji statistik yang dilakukan dalam proses pengujian efektivitas.

a) Uji Normalitas

(37)

50

Nurul Kamilah, 2015

Efektivitas teknik problem solving training untuk meningkatkan kebahagiaan siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

statistika kolmogorov-smirnov menggunakan taraf signifikansi 5%. Terdapat hipotesis yang digunakan pada uji normalitas, sebagai berikut.

Ho : Data pretest dan posttest kelas eksperimen berdistribusi normal H1 : Data pretest dan posttest kelas eksperimen berdistribusi tidak normal.

Dengan kriteria pengujian sebagai berikut :

Jika Fhitung ≥ FTabel, berarti Tidak Homogen Jika Fhitung ≤ FTabel, berarti Homogen

b) Homogenitas

Jika data dari pretest dan posttest berdistribusi normal maka dilanjutkan dengan uji homogenitas. Uji homogenitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sama atau tidaknya variansi kedua populasi. Uji homogenitas dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan software SPSS 16.0 for windows menggunakan uji Levene’s test, dengan taraf signifikansi 5%. Terdapat hipotesis yang digunakan pada uji homogenitas, sebagai berikut.

: Data pretest dan posttest kelas eksperimen homogen.

: Data pretest dan posttest kelas eksperimen tidak homogen.

(Sugiyono, 2011, hlm. 275) c) Uji kesamaan dua rata-rata

Setelah diketahui varian kedua kelompok homogen, maka pengolahan data dilanjutkan dengan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t. Uji-t dimaksudkan untuk mengetahui signifikansi perbedaan antara dua rata-rata (mean) yang berpasangan. Dalam penelitian ini uji t dilakukan dengan menggunakan bantuan software SPSS 16.0 for windows.

d) Uji Gain

Untuk mengetahui peningkatan skor rata-rata kebahagiaan siswa, dilakukan perhitungan rata-rata Gain yang dinormalisasi dengan rumus sebagai berikut :

(38)

51

Nurul Kamilah, 2015

Efektivitas teknik problem solving training untuk meningkatkan kebahagiaan siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Untuk mengetahui klasifikasi peningkatan hasil intervensi dari hasil perhitungan N-gain tersebut, skor yang telah diperoleh kemudian diinterpretasikan pada Tabel 3.4 berikut.

Tabel 3.4

Interpretasi Nilai Gain yang Dinormalisasi

Nilai <g> Klasifikasi

<g> 0,7 Tinggi

0,7 > <g> 0,3 Sedang

<g> < 0,3 Rendah

(39)

Nurul Kamilah, 2015

Efektivitas teknik problem solving training untuk meningkatkan kebahagiaan siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

Bab ini berisi simpulan, implikasi, dan rekomendasi yang menyajikan penafsiran dan pemaknaan penulis terhadap hasil analisis temuan penelitian sekaligus mengajukan hal-hal penting yang dapat dimanfaatkan dari hasil penelitian tersebut. Rekomendasi dalam bab ini ditujukan untuk Guru BK/Konselor dan peneliti selanjutnya.

5.1Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang efektivitas teknik problem solving training untuk meningkatkan kebahagiaan siswa di Kelas XI MIA SMA Negeri 2

Sumedang Tahun Ajaran 2014/2015, didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut.

1) Secara umum kebahagiaan siswa di Kelas XI MIA SMA Negeri 2 Sumedang Tahun Ajaran 2014/2015 berada pada kategori sedang. Artinya siswa berada pada kondisi kadang-kadang merasakan frekuensi positif pada hampir semua aspek kebahagiaan seperti kadang-kadang merasakan emosi positif di sekolah, kadang-kadang memiliki hubungan sosial yang positif dengan teman dan lingkungan sekolah, kadang-kadang merasa terlibat dalam kegiatan di sekolah, kadang-kadang memiliki makna yang berharga bagi dirinya dan kadang-kadang pula memiliki pencapaian prestasi di sekolah.

2) Pelaksanaan layanan intervensi untuk meningkatkan kebahagiaan siswa Kelas XI MIA 1 SMA Negeri 2 Sumedang Tahun Ajaran 2014/2015 didasarkan pada indikator paling rendah dalam setiap aspek kebahagiaan. Layanan dilaksanakan dalam 9 pertemuan termasuk sesi pretest dan posttest. Program intervensi dilaksanakan dengan menggunakan jenis

(40)

118

Nurul Kamilah, 2015

Efektivitas teknik problem solving training untuk meningkatkan kebahagiaan siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3) Teknik problem solving training tidak efektif dalam meningkatkan kebahagiaan siswa di Kelas XI MIA 1 SMA Negeri 2 Sumedang Tahun Ajaran 2014/2015. Kendatipun demikian, diperoleh peningkatan pada beberapa indikator, di antaranya; bangga terhadap hasil akademis, gembira saat di sekolah, berkonsentrasi saat melakukan aktivitas belajar, merasa dicintai teman, merasa dihargai oleh teman, memiliki nilai atau hal berharga bagi diri dan terakhir adalah mencapai keadaan yang diinginkan di sekolah.

5.2 Implikasi

Implikasi dari penelitian ini adalah pentingnya Guru BK/Konselor meningkatkan kebahagiaan siswa di sekolah agar siswa memiliki jiwa yang sehat, tidak mudah stres, memiliki hubungan sosial yang positif, memiliki makna, memiliki keterlibatan yang erat dengan aktivitas positif di sekolah, memiliki emosi positif dan berprestasi. Selain itu penelitian ini memiliki implikasi bagi sekolah agar dapat menyelenggarakan pendidikan yang membahagiakan bagi siswa. Implikasi dari penelitian ini juga sangat penting bagi peneliti selanjutnya yang memiliki ketertarikan pada dunia psikologi positif guna mengembangkan atau menindak lanjuti isu-isu fokus intervensi kepada siswa/konseli dengan menggunakan perspektif perilaku individu dalam psikologi positif .

5.3 Rekomendasi

Rekomendasi penelitian diberikan kepada guru BK/Konselor dan peneliti selanjutnya sebagai berikut.

5.3.1 Guru BK/Konselor

(41)

119

Nurul Kamilah, 2015

Efektivitas teknik problem solving training untuk meningkatkan kebahagiaan siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kebahagiaan siswa pada indikator tersebut menambah jumlah sesi dan memberikan materi yang lebih spesifik.

2) Berdasarkan hasil penelitian, layanan intervensi hanya menyentuh bagian permukaan saja karena jenis layanan yang diberikan adalah klasikal sehingga menjadikan siswa sulit untuk diajak mengaplikasikan secara langsung teknik problem solving training terhadap permasalahan pribadi, dengan demikian, Guru BK/konselor dapat menindaklanjuti masalah spesifik yang dialami oleh siswa melalui layanan konseling individual atau kelompok berdasarkan jurnal harian dan home assignment yang siswa tulis setiap selesai menerima layanan.

3) Para ahli menyebutkan kebahagiaan akan lebih terbangun jika seseorang melakukan hal baik seperti beramal dan menolong orang lain, oleh karena itu Guru BK/konselor dapat menyelipkan beberapa layanan dalam bentuk field trip atau kunjungan ke tempat-tempat panti sosial, seperti mengajak siswa ke rumah yatim piatu, rumah singgah anak jalanan dan tempat panti jompo. Dengan demikian, siswa akan lebih bahagia dengan cara bersyukur karena di antara semua masalah yang dihadapi oleh siswa, dinilai masih ringan dibanding mereka yang ada di tempat-tempat sosial.

5.3.2 Peneliti Selanjutnya

1) Menggunakan jenis layanan konseling kelompok atau konseling individual agar lebih mengefektifkan pemberian teknik problem solving training untuk siswa.

2) Penggunaan metode penelitian seperi eksperimen kuasi atau tru-eksperimen guna memperoleh hasil data penelitian yang lebih akurat.

3) Fokuskan penelitian pada siswa yang benar-benar berada pada kategori kebahagiaan rendah.

(42)

120

Nurul Kamilah, 2015

Efektivitas teknik problem solving training untuk meningkatkan kebahagiaan siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mereduksi perilaku negatif yang spesifik yang dialami oleh siswa, misalnya untuk perilaku gangguan kecemasan, perilaku agresif, yang buruk dan dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku positif yang rendah seperti reliliensi, penyesuaian sosial anak dan meningkatkan manajemen belajar siswa di sekolah.

5) Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa kebahagiaan tidak dapat ditingkatkan secara signifikan menggunakan teknik problem solving training, disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk

(43)

Nurul Kamilah, 2015

Efektivitas teknik problem solving training untuk meningkatkan kebahagiaan siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran. (2005). Bandung: Sygma.

Arikunto, S. (2005). Prosedur penelitian: Suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Baker, J.A. & Maupin, A.N. (2009). Handbook of positive psychology in schools. UK: Taylor & Francis e-Library.

Boman, dkk. (2009). Optimism and the school context. Dalam Gilman, H. & Furlong (Penyunting). Handbook of positive psychology in schools (hlm.51-64). New York: Tailor & France.

Bono, G. & Froh, J. (2009). Gratittude in school. Dalam Gilman, H. Furlong (Penyunting). Handbook of positive psychology in schools (hlm. 77-88). New York: Tailor & France.

Bornstein, M.H, dkk. (2003). Well-being: Positive development across the life course. London: Lawrence Erlbaum Associates Publisher.

Carr, A. (2004). Positive psychology: The science of happiness and human strengths. New York: Brunner Routledge.

Comptom, W.C. (2005). An introduction to positive psychology. USA: Thomson.

Conoley, Collie W. & Conoley, Jane C. (2009). Positive psychology for educators. Dalam Gilman, H. & Furlong (Penyunting). Handbook of positive psychology in schools (hlm. 463). New York: Tailor & France.

Chinaveh, M. (2010). Training problem-solving to enhance quality of life: Implication towards diverse learners: Procedia Social and Behavioral Sciences, 7 (C), hlm. 302–310.

Cloninger, C.R. (2004). Feeling good: The science of well-being. New York: Oxford University Press.

Diener, Ed. (2009). Subjective well-being: Social Indicators Research Series, 37.

(44)

Nurul Kamilah, 2015

Efektivitas teknik problem solving training untuk meningkatkan kebahagiaan siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

D’Zurilla, T.J., Nezu, A.M., & Olivares, A.M. (2004). Social Problem Solving: Theory and assessment. Dalam Social Problem Solving: Theory, Research, and Training. Washington: American Psychological Association.

D’Zurilla, T.J. (1990). Problem-Solving Training for Effective Stress Management and Prevention. Journal of Cognitive Psychotherapy: An International Quarterly, 4, hlm. 327–355.

Dobson. (2010). Handbook of cognitive-behavioral therapies. Third Edition. New York: The Guilford Press.

Emmons, R. (2009). Gratitude. Dalam Lopez, S.J. (Penyunting). The encyclopedia of positive psychology (hlm. 442-446). First Edition. UK: Wiley Blackwell.

Fauzi. (2013). Belajar mengajar dan pelayanan klasikal yang efektif. [Online]. Diakses dari: http://fauzizdeslav.blogspot.com/2013/09/belajar-mengajar-dan-pelayanan-klasikal.html.

Forgeard, M.J.C., Jayawickreme, E., Kern, M., & Seligman, M.E.P. (2011). Doing the right thing: Measuring wellbeing for public policy. International Journal of Wellbeing, 1(1), hlm. 79-106. doi:10.5502/ijw.v1i1.15.

Fredrickson, B.L. (2008). Promoting positive affect. Dalam Eid, M. & Larsen R.J. (Peyunting). The science of subjective well-being (hlm. 449-468). New York: Guilford Press.

Froh, J. (2009). Happiness. Dalam Lopez, S.J. (Penyunting). The encyclopedia of positive psychology. First Edition (hlm. 455-461). UK: Wiley Blackwell.

Frydenberg, E. (2002). Adolescent coping: Theoretical and research perspectives. USA: Taylor & Francis e-Library.

Griffiths, A.J., Sharkey, J.D., & Furlong M.J. (2009). Students engagement and positive school adaption. Dalam Gilman, H. & Furlong (Penyunting). Handbook of positive psychology in schools (hlm. 197-212). New York: Tailor & France.

(45)

Nurul Kamilah, 2015

Efektivitas teknik problem solving training untuk meningkatkan kebahagiaan siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hake, R.R. (1998). Interactive engagement methods in introductory mechanics courses. [Online]. Diakses dari: http://www.physics.indiana.edu/~sdi/IEM-2b.pdf.

Hone, L.C., Jarden, A., Schofield, G.M., & Duncan, S. (2014). Measuring Flourishing: The Impact of Operational Definitions on The Prevalence of High Levels of Wellbeing. International Journal of Wellbeing, 4(1), hlm. 62-90.

Huebner, E.S., Drane, J.W., & Valois, R.F. (2000). Levels and Demographic Correlates of Adolescent Life Satisfaction Reports. School Psychology International Journal, 21, hlm. 281–292.

Hurlock, E.B. 1980. Developmental psychology: A life span approach (Fifth ed.). Istiwidayanti & Soedjarwo. (Alih bahasa). 1997. Psikologi perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Jakarta:

Lazarus & Folkman. (1984). Stress, appraisal, and coping. New York: Springer Publishing Company.

Karina, T. (2012). Efektivitas bimbingan pribadi-sosial untuk meningkatkan kebahagiaan siswa:Eksperimen-kuasi terhadap siswa kelas X SMA Pasundan 2 Bandung tahun ajaran 2011/2012. (Skripsi). Program Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Keyes, C.L.M. (2009). The nature and importance of positive mental health in

america’s adolescents. Dalam Gilman, H. & Furlong. (Penyunting). Handbook of positive psychology in school (hlm. 9-25). New York: Routledge.

Lopez, S.J. (2009). The encyclopedia of positive psychology. First Edition. UK: Wiley Blackwell.

Martin, M.W. (2012). Happiness and the good life. New York: University Press.

McGuire, J. & Mary, M. (2005). Social problem solving and offending: evidence, evaluation and evolution. England: John Wiley & Sons Ltd.

Nezu, A.M. (2004). Problem Solving and Behavior Therapy Revisited. Drexel University. Behavior Therapy, 35, hlm. 1-33.

Gambar

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Kebahagiaan
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Kebahagiaan
Tabel 3.3 Interpretasi Kategori Kebahagiaan Siswa
Tabel 3.3 Interpretasi Kategori Kebahagiaan Siswa

Referensi

Dokumen terkait

Efektivitas Teknik Permainan Circular Word Puzzles Untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Keterampilan Menulis Kalimat Bahasa Perancis Berdasrkan Cecrl.. Universitas

Efektivitas Problem Solving Training Untuk Mereduksi Kecenderungan Adiksi Situs Jejaring Sosial Pada Peserta Didik (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Tiga Peserta Didik Kelas XI

Puji dan syukur bagi Allah atas berkat kemurahan dan kelimpahan kasih-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir dengan judul “Efektivitas Implementasi Pendidikan