• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP POLA KELEKATAN ORANGTUA TUNGGAL DENGAN KONSEP DIRI REMAJA DI KOTA BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP POLA KELEKATAN ORANGTUA TUNGGAL DENGAN KONSEP DIRI REMAJA DI KOTA BANDUNG."

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

No. Skripsi: 495/SKRIPSI/PSI/FIP-UPI.04.2015

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP POLA KELEKATAN

ORANGTUA TUNGGAL DENGAN KONSEP DIRI REMAJA DI KOTA BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh Karina Ismiyani

1001567

DEPARTEMEN PSIKOLOGI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP POLA

KELEKATAN ORANGTUA TUNGGAL DENGAN KONSEP

DIRI REMAJA DI KOTA BANDUNG

Oleh: Karina Ismiyani

NIM. 1001567

Sebuah Skripsi Yang Diajukan Untuk Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Pada Departemen Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan

© Karina Ismiyani

Universitas Pendidikan Indonesia April 2015

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang.

(3)
(4)
(5)

Karina Ismiyani, 2014

Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

Karina Ismiyani (1001567). Hubungan antara Persepsi terhadap Pola

Kelekatan Orangtua Tunggal dengan Konsep Diri Remaja di Kota Bandung.

Skripsi. Departemen Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung 2015. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi terhadap pola kelekatan orangtua tunggal dengan konsep diri remaja akhir di kota Bandung. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian korelasional. Penentuan subjek dalam penelitian ini menggunakan teknik

purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner

yang disusun oleh peneliti sendiri. Hasil penelitian ini adalah: 1) Pola kelekatan yang dominan dipersepsikan oleh responden yang diasuh oleh orangtua tunggal di kota Bandung adalah pola kelekatan cemas melawan (anxious-resistant

attachment); 2) Konsep diri (self concept) remaja yang diasuh oleh orangtua

tunggal di kota Bandung dominan memiliki konsep diri yang rendah; 3) Terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi terhadap pola kelekatan orangtua tunggal dengan konsep diri remaja di kota Bandung. Rekomendasi dalam penelitian ini adalah: 1) Bagi orangtua tunggal, diharapkan dapat terus menjalin komunikasi yang baik dengan anak-anak mereka, lebih perhatian serta terus menjalin pola kelekatan yang positif dengan anak-anaknya meskipun anak tersebut telah beranjak remaja ataupun dewasa; 2) Bagi anak dengan orangtua tunggal, diharapkan selalu menjalin komunikasi dengan orang-orang terdekat seperti orangtua, keluarga ataupun teman-teman; 3) Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan melakukan pendekatan secara personal kepada subjek sebelum melakukan penelitian.

(6)

Karina Ismiyani, 2014

Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

Karina Ismiyani (1001567). The Corelation between the Perception on the

Attachment Style of Single Parents with the Self Concept of the Teenagers in Bandung. Mini Thesis. Psychology Department of Indonesia Universiy of

Education. Bandung 2015.

This research aims to discover the corelation between the perception on the attachment style of single parents with the self concept of the teenagers in Bandung. This research used quantitative research design with correlational research method. The subject in this research is determined by the purposive sampling technique. The technique applied to collect the data is self-designed questionnaire. The result of this research are: 1) The dominant style of attachment -which is viewed by the respondent who is fostered by a single parent in Bandung- is anxious-resistant attachment; 2) Self concept, Teenagers who are fostered by single parents mainly have a low self-concept; 3) There is a significant relation between the perception concerning the style of attachment of single

parents with the teenagers’ self concept in Bandung. The reccomendations in this research are: 1) For the single parents, the single parents ought to keep in touch and maintain the good communication with their children and also ought to give more attention and maintain the positive attachment with the children, eventhough the children of theirs have grown up; 2) For the children who live with a single parent, the children are expected to always maintain a good communication with the people who are relatively close such as mother/father, family members (outside the nuclear family) or friends/comrades; 3) For the researcher, it is expected to do a personal approach towards the subjects before doing the research.

(7)

Karina Ismiyani, 2014

Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

d. Proses Perkembangan Konsep Diri ... 21

e. Kondisi-Kondisi yang Mempengaruhi Konsep Diri pada Remaja... 23

(8)

Karina Ismiyani, 2014

Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C.Kerangka Pemikiran ... 26

D.Asumsi dan Hipotesis Penelitian ... 30

1. Asumsi Penelitian ... 30

2. Hipotesis Penelitian ... 31

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

A.Metode Penelitian ... 32

B.Populasi dan Sampel Penelitian ... 32

C.Variabel Penelitian ... 33

D.Definisi Operasional ... 33

E.Instrumen Penelitian ... 35

1. Instrumen Penelitian Persepsi terhadap Pola Kelekatan .. 35

2. Instrumen Penelitian Konsep Diri ... 38

F. Uji Instrumen ... 40

1. Uji Validitas ... 40

2. Pemilihan Item Layak ... 41

3. Uji Reliabilitas ... 43

G.Teknik Analisis Data ... 44

H.Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 47

A.Hasil Data ... 47

B.Pembahasan Data ... 54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 60

A. Kesimpulan Penelitian... 60

B. Saran Penelitian ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 62 LAMPIRAN

(9)

Karina Ismiyani, 2014

Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Daftar Bagan

(10)

Karina Ismiyani, 2014

Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Daftar Tabel

3.1 Kisi-Kisi Instrumen Persepsi terhadap Pola Kelekatan... 36

3.2 Kisi-Kisi Instrumen Konsep Diri... 38

3.3 Koefisien Reliabilitas Alpha Cronbach... 43

3.4 Nilai Reliabilitas Instrumen Persepsi terhadap Pola Kelekatan... 44

3.5 Nilai Reliabilitas Instrumen Konsep Diri... 44

4.1 Gambaran Umum Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orang Tua Tunggal... 49

4.2 Deskriptif Statistik Skala Konsep Diri... 50

4.3 Gambaran Umum Konsep Diri Remaja yang Diasuh Oleh Orang Tua Tunggal... 51

4.4 Tabel Silang Frekuensi Persepsi terhadap Pola Kelekatan Orang Tua Tunggal dengan Konsep Diri Remaja di Kota Bandung... 52

(11)

Karina Ismiyani, 2014

Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Daftar Grafik

4.1 Presentase Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin... 47 4.2 Presentase Subjek Berdasarkan Pengasuhan... 48 4.3 Presentase Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Berdasarkan

Pengasuhan... 49 4.4 Presentase Konsep Diri Berdasarkan Pengasuhan... 51

(12)

Karina Ismiyani, 2014

Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Daftar Lampiran

1. Kartu Bimbingan

2. Surat Keputusan Pengangkatan Dosen Pembimbing 3. Surat Pernyataan Expert Judgment

4. Data Hasil Try Out 5. Hasil Uji Reliabilitas 6. Data Hasil Kuesioner 7. Hasil Uji Korelasi

(13)

Karina Ismiyani, 2014

Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Idealnya, di dalam sebuah keluarga yang lengkap haruslah ada ayah, ibu dan juga anak. Namun, pada kenyataannya, saat ini banyak sekali orang tua yang menjadi orangtua tunggal atau single parent. Single parent adalah suatu kondisi dimana ibu atau ayah menjalankan peran tunggal sebagai orang tua dalam mengasuh anak mereka. Menjadi orang tua tungal atau single parent dapat terjadi biasanya karena ada perceraian antara ayah dengan ibu, atau meninggalnya salah satu orangtua sehingga menyebabkan orang tua satunya menanggung segala beban rumah tangga seorang diri serta harus merangkap sebagai ayah sekaligus ibu untuk anak-anak mereka.

Data statistik dari kementerian sosial mencatat bahwa pada tahun 2010 perempuan yang menjadi single parent di Indonesia cukup besar yaitu 31,60% dibanding laki-laki yang menjadi single parent yaitu sebanyak 3,53%. Badan Urusan Peradilan Agama (Badilag), Mahkamah Agung (MA) mencatat selama periode 2005 hingga 2010 terjadi peningkatan angka perceraian nasional hingga 70%. Ada tiga daerah tercatat memiliki tingkat perceraian paling tinggi. Bandung menempati urutan pertama. Berdasarkan data Pengadilan Tinggi (PT) tahun 2010, angka perceraian mencapai 84.084 perkara. Angka tersebut naik 100% lebih dibanding tahun sebelumnya sebanyak 37.523 perkara. Rincian penyebab perceraian adalah sebanyak 33.684 perceraian akibat faktor ekonomi, 25.846 perkara tidak ada keharmonisan, dan 17.348 perkara tidak ada tanggung jawab. Diurutan kedua yaitu kota Surabaya 68.092 perkara serta kota Semarang di urutan ketiga dengan jumlah perkara sebanyak 54.105.

(14)

2

Karina Ismiyani, 2014

Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

terendah. Konflik perceraian diantara orangtua akan menimbulkan berbagai dampak bagi anak dari hasil pernikahannya. Terlebih jika anak sudah menginjak remaja, karena jika konflik orangtua terjadi pada masa tersebut, remaja akan cenderung lebih mengingat konflik-konflik tersebut sehingga lebih rentan untuk mengalami stres.

Hurlock (1999) menambahkan, hubungan yang buruk di dalam keluarga merupakan bahaya psikologis pada semua usia, terlebih selama masa remaja karena pada masa tersebut anak laki-laki dan perempuan sangat tidak percaya pada diri sendiri dan bergantung pada keluarga untuk memperoleh rasa aman. Jika hubungan-hubungan keluarga banyak ditandai dengan pertentangan, perasaan-perasaan tidak aman yang berlangsung cukup lama akan berakibat remaja kurang memiliki kesempatan untuk mengembangkan pola perilaku yang tenang dan lebih matang.

Hubungan yang dijalin dengan keluarga membentuk pola kelekatan pada individu (Santrock, 2002). Pola kelekatan sendiri merupakan suatu ikatan afeksional seorang individu dengan individu lain yang merupakan figur lekatnya atau orang yang paling dekat dengannya. Pola kelekatan berfungsi dalam menumbuhkan perasaan saling percaya dalam interaksi sosial serta membantu individu untuk memiliki perasaan mampu dan lebih positif dalam menghadapi situasi yang menekan. Pola kelekatan dengan orangtua pada masa remaja dapat membantu kompetensi sosial dan kesejahteraan sosial remaja, seperti tercermin dalam ciri-ciri seperti harga diri, penyesuaian emosional, dan kesehatan fisik (Allen, dkk, 1994: Onishi & Gjerde, 1994 dalam Faiz, 2011).

(15)

3

Karina Ismiyani, 2014

Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Meskipun remaja hanya tinggal dengan orangtua tunggal dan memiliki kelekatan yang kokoh dengan orang tuanya, namun pada periode remaja awal adalah masa ketika konflik dengan orangtua meningkat melampaui tingkat pada masa kanak-kanak (Steinberg, 1993). Umumnya, orangtua merupakan tempat pertama bagi anak untuk menyelesaikan masalah yang dialaminya, namun pada kenyataannya banyak remaja yang tidak mau menceritakan masalah pada orangtuanya karena ia menganggap orangtuanya tidak akan peduli dan tidak memahami permasalahan yang dihadapinya. Selain itu, orangtua juga mulai memberi tekanan kepada remaja untuk menjadi mandiri dan berusaha menyelesaikan masalahnya sendiri.

Hurlock (1974) mengatakan bahwa hubungan dengan keluarga akan memengaruhi konsep diri dari individu. Konsep diri terbentuk berdasarkan pengalaman dengan lingkungan, dan kelekatan (attachment) yang terjalin dalam keluarga sejak tahun pertama individu akan menjadi pengalaman dasar yang membentuk konsep diri menjadi positif atau negatif di masa mendatang. Meskipun ketika dewasa figur lekat bisa saja berganti dari orangtua menjadi figur utama lainnya seperti teman atau saudara, namun kelekatan yang terjalin di tahun-tahun pertama kehidupannya akan berpengaruh besar sebagai pengalaman awal dalam pembentukan konsep diri.

Konsep diri tidak dibawa oleh individu ketika ia lahir, karena ketika individu lahir ia tidak memiliki konsep diri dan tidak memiliki pengetahuan tentang diri sendiri (Hurlock, 1974). Dengan kata lain, konsep diri bukanlah faktor bawaan dari individu, melainkan berkembang seiring dengan pengalaman yang dialami oleh individu tersebut yang berkaitan dengan perasaannya sendiri maupun yang berasal dari lingkungannya. Pengalaman-pengalaman tersebut di dapatkan bersama lingkungan terdekatnya yaitu keluarga dan orangtua.

Sejalan dengan hal tersebut, hasil penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Riyandara (2010) menunjukkan baik remaja yang berasal dari keluarga broken home yang disebabkan karena hubungan orangtua yang tidak harmonis namun tidak bercerai, maupun remaja yang berasal dari keluarga

(16)

4

Karina Ismiyani, 2014

Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

diri negatif dilihat dari pengetahuan diri yang tidak teratur, harapan terhadap diri yang tidak realistis, dan penilaian tentang diri yang rendah.

Sebelumnya, telah dilakukan beberapa penelitian yang berkaitan dengan

attachment dan konsep diri yang dilakukan oleh Helmi (1999) dengan hasil yang

menunjukkan adanya korelasi antara gaya kelekatan dengan konsep diri dimana penelitian tersebut dilakukan kepada seluruh mahasiswa psikologi di Universtas Gajah Mada. Hal tersebut yang menginspirasi peneliti untuk melakukan penelitian serupa namun lebih difokuskan subjeknya kepada remaja yang diasuh oleh orangtua tunggal di kota Bandung agar dapat terlihat secara lebih detail bagaimana pola kelekatan serta konsep diri seorang remaja yang hanya diasuh oleh orangtua tunggal karena pasti terdapat perbedaan dalam pola kelekan antara keluaraga yang harmonis dengan keluarga yang bercerai atau broken home.

Berdasarkan hasil wawancara dengan RW, seorang remaja berusia 17 tahun yang saat ini diasuh hanya oleh ibunya akibat perceraian orangtua mereka ketika RW berusia 5 tahun. RW menceritakan bahwa dirinya sangat kehilangan sosok ayahnya dan jarang bertemu terlebih saat ini ayahnya telah menikah lagi dan membina keluarga yang baru. Kemudian, saat ini ibu RW juga bekerja sebagai guru di sebuah SMA serta menjalankan beberapa bisnis dengan membuka toko pakaian. Praktis waktu RW bersama ibu yang mengasuhnya seorang diri pun menjadi berkurang karena kesibukan satu sama lain. Namun berdasarkan hasil observasi, RW tampak tidak terlalu mempermasalahkan hal tersebut, sikapnya yang selalu ceria serta berprestasi di sekolah dan meraih berbagai penghargaan di bidang akademik, ia juga menjuarai salah satu ajang kecantikan di jawa barat. Hal tersebut memperlihatkan bahwa subjek memliki konsep diri yang positif meskipun dalam hubungan keluarga yang kurang harmonis.

(17)

5

Karina Ismiyani, 2014

Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kecil. Ketika bertengkar, ibunya sering keluar dari rumah dan meninggalkan AR serta adiknya bersama dengan ayahnya. Setelah bercerai, AR diasuh oleh ayahnya dan berpisah dengan ibunya. Menurut AR, saat ini ia kesulitan menjalin komunikasi dengan ibunya dan jarang bertemu. Meskipun ia tinggal bersama ayahnya, namun AR menuturkan bahwa ayahnya sering keluar rumah untuk bekerja. Perpisahan kedua orangtuanya serta kurangnya kasih sayang yang didapatkan AR sepertinya berdampak cukup besar pada kehidupan AR saat ini. AR menjadi anak yang kurang terbuka serta cukup kasar ketika berbicara, ia juga menjadi anak yang cukup bermasalah di sekolahnya. Selain itu, AR juga sempat beberapa kali terlihat merokok di area luar sekolah dengan teman-temannya.

Kasus diatas memperlihatkan kurangnya relasi kelekatan antara orang tua dengan anaknya yang diakibatkan oleh perceraian. Konflik yang terjadi diantara kedua orang tua hingga menyebabkan terjadinya perpisahan akan menimbulkan berbagai dampak bagi anak itu sendiri. Seperti yang diungkapkan oleh Bowbly (1990), bahwa umumnya figur lekat bagi anak adalah orang tuanya, karena melalui pengasuhannya orangtua akan melengkapi perilaku untuk lekat yang ditampilkan oleh anaknya serta ikatan afeksi yang terjadi antara anak dengan orangtuanya itulah yang menjadi landasan utama bagi perkembangan sosial dan emosional anak dimasa mendatangnya.

Berdasarkan fenomena-fenomena yang telah disebutkan sebelumnya mengenai kasus-kasus perceraian dan pengasuhan orang tua tunggal serta dampak bagi anak, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul “Hubungan Antara Persepsi terhadap Pola Kelekatan OrangTua Tunggal dengan Konsep Diri Remaja di Kota Bandung”

B. Rumusan Masalah

(18)

6

Karina Ismiyani, 2014

Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu C. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mendapatkan data empiris tentang hubungan antara dua variabel yaitu persepsi terhadap pola kelekatan

(attachment style) orangtua tunggal dan konsep diri (self concept) remaja di Kota

Bandung.

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan secara teoritis terutama dalam bidang psikologi mengenai pola kelekatan dan juga konsep diri. Penelitian ini juga diharapkan dapat memperkuat hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya serta dapat menjadi acuan untuk penelitian selanjutnya. Bagi peneliti sendiri, penelitian ini akan dapat memberikan bukti dan penjelasan mengenai fenomena–fenomena yang terjadi di lapangan, juga sebagai pembelajaran pengalaman awal bagi penulis dalam menulis karya ilmiah.

Selain itu, melalui penelitian ini diharapkan juga dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi orangtua yang dapat mendorong mereka untuk lebih memperhatikan kondisi psikis anak mereka terutama bagi orang tua tunggal (single parent) serta selalu menjalin hubungan kelekatan yang harmonis dengan anak mereka.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian skripsi yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab I akan diuraikan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika penulisan skripsi.

(19)

7

Karina Ismiyani, 2014

Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pada bab ini akan dibahas teori persepsi terhadap pola kelekatan yaitu definisi persepsi, pola kelekatan remaja, serta remaja yang diasuh oleh orangtua tunggal. Kemudian, berikutnya akan membahas mengenai konsep diri yaitu definisi konsep diri, konsep diri remaja, kondisi-kondisi yang mempengaruhi konsep diri remaja serta proses perkembangan konsep diri. Selanjutnya akan dibahas mengenai penelitian sebelumnya yang relevan, kerangka berpikir, asumsi dan hipotesis.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini berisi tentang metode penelitian yang akan digunakan, yang meliputi desain penelitian, populasi penelitian, sampel penelitian, lokasi penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian yang terdiri dari kuesioner persepsi terhadap pola kelekatan dan kuesioner konsep diri. Selanjutnya akan dibahas mengenai uji reliabilitas, uji validitas dan teknik analisis data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini, akan dibahas mengenai penelitian dan pembahasan hasil analisis mengenai gambaran hubungan antara persepsi terhadap pola kelekatan dan konsep diri remaja di kota Bandung.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan dan saran yang akan bermanfaat bagi orangtua tunggal, subjek penelitian serta peneliti selanjutnya.

(20)

Karina Ismiyani, 2014

Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian kali ini adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan yang menggunakan paradigma teori untuk menemukan masalah, menemukan konsep-konsep maupun dalam menganalisis data (Bungin, 2005:25). Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode korelasional. Metode korelasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dua variabel yaitu pola kelekatan dengan konsep diri pada remaja yang diasuh oleh orangtua tunggal di kota Bandung. Untuk memperoleh datanya, peneliti menggunakan kuesioner. Kuesioner dapat berupa pernyataan/pernyataan tertutup atau terbuka, dapat diberikan kepada responden secara langsung atau dikirim melalui pos atau internet (Sugiyono, 2013: 142). Dalam penelitian ini, kuesioner yang akan diberikan dilakukan secara langsung kepada para remaja yang diasuh oleh orangtua tunggal di kota Bandung.

B. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian merupakan keseluruhan dari subjek penelitian. Sedangkan sampel penelitian merupakan sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto, 2009). Teknik yang digunakan dalam sampel penelitian adalah purposive sampling. Sampel dipilih berdasarkan karakteristik populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Sedangkan pertimbangan atau karakteristik yang diambil dan disusun berdasarkan tujuan penelitian yang telah ditentukan sebelumnya (Arikunto, 2009).

(21)

33

Karina Ismiyani, 2014

Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Karakteristik sampel tersebut adalah :

1) Termasuk ke dalam usia remaja akhir yaitu berusia 17-21 tahun. 2) Berdomisili di kota Bandung.

3) Hanya tinggal dan diasuh oleh ayah/ibu kandung saja.

C. Variabel Penelitian

Variabel merupakan segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan dalam suatu penelitian (Suryabrata, 2012:25). Sedangkan Arikunto (2009), menjelaskan bahwa variabel merupakan objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Dalam penelitian ini, terdapat dua variabel yang akan diteliti, yaitu:

1. Persepsi terhadap Pola Kelekatan sebagai variabel bebas

(independent).

2. Konsep Diri sebagai variabel terikat (dependent).

D. Definisi Operasional

1. Skala Persepsi Terhadap Pola Kelekatan

Persepsi Pola kelekatan (attachment style) yang dimaksud dari penelitian ini adalah bagaimana remaja memersepsikan hubungan afeksional dan emosional yang terjalin antara remaja dengan orangtua tunggalnya. Bagaimana persepsi remaja terhadap pola kelekatan

(attachment style) yang diberikan oleh orangtua tunggalnya, apakah

pola kelekatannnya akan aman (secure) yang merupakan pola kelekatan positif ataukah pola kelekatan cemas melawan

(Anxious-Resistant Attachment) dan pola kelekatan cemas menghindar

(Anxious-Avoidant Attachment) yang merupakan pola kelekatan

(22)

34

Karina Ismiyani, 2014

Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Pola kelekatan aman (secure attachment), yaitu dimensi yang memperlihatkan pola kelekatan yang positif antara orangtua tunggal dengan anak mereka, dimana pola kelekatan terjalin dengan sangat baik dan berkualitas.

2. Pola kelekatan cemas melawan (Anxious-Resistant Attachment), yaitu dimensi yang memperlihatkan pola

kelekatan yang negatif antara orangtua tunggal dengan anak mereka, dimana pola kelekatan yang terjalin sangat tidak konsisten dan tergantung kondisi emosi orangtua serta menyebabkan kebingungan pada anak mereka.

3. Pola kelekatan cemas menghindar (Anxious-Avoidant Attachment), yaitu dimensi yang memperlihatkan pola

kelekatan yang negatif antara orangtua tunggal dengan anak mereka, dimana pola kelekatan yang terjalin sangatlah buruk, dimana orangtua cenderung menolak anak mereka dan tidak nyaman dengan hubungan afeksi yang terjalin.

2. Konsep Diri

Konsep diri (self concept) yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah gambaran pemikirian dan persepsi dari individu (remaja) mengenai dirinya sendiri yang terbentuk berdasarkan pengalaman bersama lingkungannya. Penilaian tersebut didasarkan oleh teori konsep diri dari Hurlock (1974:22), dimana ia membagi komponen-komponen konsep diri menjadi 3 bagian, yaitu :

1. Komponen Fisik (Perceptual Component), merupakan dimensi untuk mengetahui bagaimana gambaran individu (remaja) mengenai tampilan fisiknya sendiri yang didasarkan oleh kesan, pandangan serta penilaian orang lain terhadap dirinya.

(23)

35

Karina Ismiyani, 2014

Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(remaja) mengenai segala keunikan atau kekhasan, kelebihan serta kekurangannya, latar belakangnya maupun masa depannya.

3. Komponen Sikap (Attitudinal Component), merupakan dimensi untuk mengetahui bagaimana gambaran individu (remaja) mengenai pandangan atau perasaan-perasaan individu terhadap dirinya sendiri disaat ini dan di masa yang akan datang, seperti sikap terhadap statusnya, rasa malu, rasa bangga, menyalahkan diri sendiri, kehormatan ataupun harga dirinya dan perasaan kebermanfaatan.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang sangat penting didalam suatu penelitian (Riduwan, 2003:32). Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan instrumen berupa angket/kuesioner dengan

ratting scale. Arikunto (2009) menjelaskan bahwa kuesioner merupakan

beberapa pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, ataupun hal-hal yang diketahuinya. Kuesioner dipakai untuk menyebut metode maupun instrumen. Jadi, dalam menggunakan metode angket atau kuesioner instrumen yang dipakai adalah angket atau kuesioner. Selain itu, ia juga menjelaskan bahwa kuesioner dengan ratting scale merupakan sebuah pernyataan tertulis yang diikuti oleh kolom-kolom yang menunjukkan tindakan-tindakan (diantaranya, mulai dari sangat setuju hingga sangat tidak setuju). Kuesioner dalam penelitian ini terdiri dari kuesioner persepsi terhadap pola kelekatan dan konsep diri.

1. Instrumen Persepsi terhadap Pola Kelekatan

(24)

36

Karina Ismiyani, 2014

Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Teori ini memiliki 3 dimensi, diantaranya: (1) dimensi pola kelekatan aman (secure) dijabarkan dalam lima indikator; (2) pola kelekatan cemas melawan (Anxious-Resistant Attachment) dijabarkan dalam tiga indikator; dan (3) pola kelekatan cemas menghindar

(Anxious-Avoidant Attachment) yang dijabarkan dalam tiga indikator. Setiap

indikator dikembangkan dengan pernyataan-pernyataan yang bersifat favorabel yang merupakan suara terbanyak yang bersifat menguatkan hipotesis penelitian yang diperoleh oleh responden dalam pengambilan data. Dimensi-dimensi pada instrumen ini diadaptasi dari teori kelekatan John Bowbly (1978), sedangkan indikator dan item pernyataan dibuat sendiri oleh peneliti dengan cara menurunkan dimensi yang telah ada. Kisi-kisi dari instrumen pola kelekatan, sebagai berikut :

Tabel 3.1

Kisi-Kisi Instrumen Persepsi terhadap Pola Kelekatan

No. Dimensi Indikator Pernyataan Favorabel (+)

(25)

37

Karina Ismiyani, 2014

Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Pola kelekatan

(26)

38

Karina Ismiyani, 2014

Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Alternatif Pilihan Pernyataan Positif

Sangat Sesuai (SS) 4

Sesuai (S) 3

Tidak Sesuai (TS) 2

Sangat Tidak Sesuai (STS) 1

2. Instrumen Konsep Diri (Self Concept)

Instrumen yang digunakan untuk memperoleh gambaran konsep diri (self concept) diperoleh berdasarkan dimensi-dimensi dari teori konsep diri dari Hurlock (1974). Teori ini memiliki 3 dimensi, diantaranya: (1) dimensi Komponen Fisik (Perceptual Component) dijabarkan dalam tiga indikator; (2) dimensi Komponen Psikis

(Conceptual Component) dijabarkan dalam lima indikator; dan (3)

dimensi Komponen Sikap (Attitudinal Component) yang dijabarkan dalam tiga indikator. Setiap indikator dikembangkan dengan pernyataan-pernyataan yang bersifat favorabel. Dimensi-dimensi pada instrumen ini diadaptasi dari teori konsep diri Hurlock (1974), sedangkan indikator dan item pernyataan dibuat sendiri oleh peneliti dengan cara menurunkan dimensi yang telah ada.

Tabel 3.2

Kisi-Kisi Instrumen Konsep Diri

No. Dimensi Indikator Pernyataan Favorabel

(+)

1. Komponen Fisik

(Perceptual

Component)

Daya tarik fisik 1, 2, 3, 4

(27)

39

Karina Ismiyani, 2014

Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambaran penampilan fisik

berdasarkan kesan dan

penilaian orang lain

9, 10, 11, 12

2. Komponen Psikis

(Conceptual

Component)

Konsep mengenai keunikan

atau kekhasan diri

13, 14, 15, 16

Konsep mengenai kelebihan

dan kekurangan diri

17, 18, 19, 20

Konsep mengenai latar

belakang diri (keluarga)

21, 22, 23, 24

Konsep mengenai masa

depan individu

Perasaan serta sikap

individu mengenai keadaan

dirinya saat ini

33, 34, 35, 36

Perasaan bangga, malu,

(28)

40

Karina Ismiyani, 2014

Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Alternatif Pilihan Pernyataan Positif

Sangat Sesuai (SS) 4

Sesuai (S) 3

Tidak Sesuai (TS) 2

Sangat Tidak Sesuai (STS) 1

Setiap jawaban yang diberikan oleh responden akan dijumlahkan sehingga menghasilkan skor total. Semakin tinggi skor total yang diperoleh setiap responden, menunjukan semakin tinggi pula atau semakin positif pula nilai aspek konsep diri yang dimiliki responden. Dalam penelitian ini, peneliti mengelompokkan responden ke dalam lima kategori berdasarkan skor total yang diperoleh setiap responden. Lima kategorisasi dari skala konsep diri ini adalah sebagai berikut:

Kategori Rentang

Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah

(Ihsan, 2013) Keterangan:

T = Skor Subjek

µ = Mean (nilai rata-rata)

σ = Standard Deviation (Deviasi standar)

F. Uji Instrumen

(29)

41

Karina Ismiyani, 2014

Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

terlebih dahulu expert judgment terhadap instrumen. Setelah melakukan

expert judgment, selanjutnya instrumen di uji cobakan kepada 100

responden dan hasilnya diolah untuk kemudian dilakukan uji reliabilitas. Adapun hasil dari uji validitas dan reliabilitas adalah sebagai berikut :

1. Uji Validitas

Validitas isi adalah validitas yang dilakukan melalui pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau lewat professional

judgment. Pertanyaan yang dicari jawabannya dalam validasi ini adalah “sejauhmana item-item dalam tes mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur” atau “sejauh mana isi tes mencerminkan ciri atribut yang hendak diukur” (Azwar, 2010).

Untuk melakukan validitas isi, peneliti meminta bantuan kepada dua orang ahli dalam bidang perkembangan, yaitu Drs. Aas Saomah, M.Si, serta Drs. Mif Baihaqi, M. Si. Hasil yang didapat setelah melakukan expert judgement tersebut adalah instrumen persepsi terhadap pola kelekatan yang pada awalnya memiliki jumlah sebanyak 48 item dikurangi menjadi 44 item. Serta instrumen konsep diri yang pada awalnya 50 item menjadi 44 item.

2. Pemilihan Item yang Layak

(30)

42

Karina Ismiyani, 2014

Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tercapai (Ihsan, 2013). Berikut ini akan diuraikan hasil analisis item dari masing-masing instrumen.

a. Persepsi Terhadap Pola Kelekatan

Berdasarkan perhitungan analisis item yang telah dilakukan terhadap instrumen persepsi terhadap pola kelekatan orangtua tunggal, diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa 29 dari 44 item dinyatakan layak, dan 15 item dinyatakan tidak layak. Item-item yang layak diantaranya adalah 1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 12, 14, 15, 17, 18, 19, 20, 21, 23, 25, 27, 29, 30, 33, 34, 37, 38, 39, 42, 43. Serta item yang dinyatakan tidak layak diantaranya : 3, 11, 13, 16, 22, 24, 26, 28, 31, 32, 35, 36, 40, 41, 44.

Selanjutnya, untuk menyamakan jumlah item dari setiap dimensi agar sama rata dan mempermudah dalam kategorisasi, maka peneliti memilih kembali item yang akan digunakan dari item-item yang telah layak tersebut sehingga pada akhirnya berjumlah 18 item. Item kembali dipilih berdasarkan nilai yang terbesar sehingga didapatkan hasil akhir instrumen persepsi pola kelekatan diantaranya adalah 1, 2, 7, 12, 15, 20, 21, 23, 25, 27, 29, 30, 33, 34, 37, 39, 42, 43.

b. Konsep Diri (Self Concept)

(31)

43

Karina Ismiyani, 2014

Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Namun untuk menyamakan jumlah item dari setiap dimensi agar sama rata, maka peneliti memilih kembali item yang akan digunakan dari item-item yang telah layak tersebut. Kemudian nomer item 33, sesungguhnya memiliki nilai dibawah 0,30 namun peneliti tetap memasukkan item tersebut karena memiliki nilai yang mendekati dan dianggap cukup layak sehingga pada akhirnya item berjumlah 22 item. Item kembali dipilih berdasarkan nilai yang terbesar sehingga didapatkan hasil akhir instrumen konsep diri diantaranya adalah 1, 2, 5, 8, 9, 12, 13, 14, 17, 19, 21, 24, 25, 27, 30, 32, 33, 34, 37, 40, 42, 43.

3. Uji Realibilitas

Dalam pendekatan kuantitatif, reliabilitas dilakukan dengan cara mencari harga reliabilitas instrumen, dimana instrumen terlebih dahulu diujicobakan dan data hasil ujicoba ini dihitung secara statistik dengan menggunakan beberapa formula statistik. Azwar (2010) menambahkan, bahwa realibilitas berarti sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya.

Dalam penelitian yang dilakukan, penghitungan reliabilitas menggunakan pendekatan Alpha Cronbach dengan rumus sebagai berikut:

α=

(Azwar, 2010) keterangan:

(32)

44

Karina Ismiyani, 2014

Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu k = banyaknya belahan tes

sj2= varians belahan j; j = 1,2,3,…

sx2 = varians skor tes

Koefisien reliabilitas Alpha Cronbach terbagi menjadi 5 kategori, yaitu:

Tabel 3.3

Koefisien Reliabilitas Alpha Cronbach Kriteria Koefisien Reliabilitas

Sangat Reliabel >0,900

Reliabel 0,700 – 0,900

Cukup Reliabel 0,400 – 0,700

Kurang Reliabel 0,200 – 0,400

Tidak Reliabel <0,200

(Guilford, dalam Sugiyono, 2008) Hasil dari uji kedua instrumen adalah sebagai berikut:

Tabel 3.4

Nilai Reliabilitas Instrumen Persepsi terhadap Pola Kelekatan

Cronbach's

Alpha N of Items

,952 29

Dari hasil penghitungan reliabilitas yang menggunakan Alpha

Cronbach, dapat dilihat sesuai tabel diatas didapatkan koefisien realibilitas

sebesar 0,952. Hasil tersebut menandakan bahwa instrumen persepsi terhadap pola kelekatan yang digunakan sangat reliabel.

(33)

45

Karina Ismiyani, 2014

Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Nilai Reliabilitas Instrumen Konsep Diri

Cronbach's

Alpha N of Items

,904 30

Dari hasil penghitungan reliabilitas yang menggunakan Alpha

Cronbach, dapat dilihat sesuai tabel diatas didapatkan koefisien realibilitas

sebesar 0,904. Hasil tersebut menandakan bahwa instrumen konsep diri yang digunakan sangat reliabel.

G. Teknik Analisis Data

Metode analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis korelasional dengan tujuan untuk mengetahui atau mencari hubungan antara dua fenomena, baik asosiasi (atau hubungan), sejajar (covariational relations) maupun hubungan kausal (causal relations). Kerangka tabel yang digunakan untuk tujuan ini yaitu memuat dua atau lebih variabel pengamatan yang disusun dalam satu tabel yang disebut tabel silang atau disebut juga tabel kontingensi (Silalahi, 2012, hlm. 334).

Pada penelitian ini, akan dilakukan uji korelasi dengan menggunakan rumus Chi Square (Koefisien Kontingensi). Chi Square merupakan suatu teknik statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis dimana dalam populasi terdiri atas dua atau lebih kelas data berbentuk nominal (Sugiyono, 2008). Uji korelasi Chi Square ini akan dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS 16.0.

Hasil dari uji korelasi ialah koefisen korelasi, yaitu melihat hasil dari dan untuk melihat apakah terdapat hubungan atau tidak diantara dua variabel. Sebelum mencari nilai koefisien korelasi, peneliti membuat hipotesis statistik terlebih dahulu, yaitu sebagai berikut:

 Ho diterima, apabila  Ho ditolak, apabila

(34)

46

Karina Ismiyani, 2014

Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Dalam penelitian ini peneliti melakukan beberapa prosedur pelaksanaan penelitian, yaitu sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

a. Melakukan pengamatan terhadap fenomena-fenomena yang berkaitan dengan permasalahan dan sampel yang akan diteliti. b. Melakukan perumusan masalah.

c. Menentukan dua variabel yang akan diteliti.

d. Melakukan studi literatur untuk mendapatkan gambaran dan landasan teoritis yang relevan dengan variabel yang akan diteliti. e. Menyusun alat ukur berdasarkan teori yang mendukung variabel

yang akan diteliti.

f. Menetapkan populasi dan sampel penelitian. 2. Tahap Pengambilan Data

a. Melakukan expert judgement.

b. Melaksanakan uji coba (try out) terlebi dahulu untuk menguji validitas dan reliabilitas alat ukur yang digunakan dalam penelitian.

c. Menyusun kembali instrumen penelitian yang telah dinyatakan valid dan reliabel.

d. Membagikan kuesioner penelitian secara langsung maupun lewat internet kepada subjek yang dianggap sesuai dengan kriteria yang diinginkan oleh peneliti.

e. Melaksanakan pengambilan data.

f. Memberikan reward kepada subjek yang telah bersedia menjadi subjek penelitian.

3. Tahap Pengolahan Data

a. Melakukan skoring terhadap kuesioner yang telah dibagikan kepada subjek yaitu dengan cara menginputnya berdasarkan skala yang telah ditentukan.

(35)

47

Karina Ismiyani, 2014

Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Melakukan analisis data pada setiap variabel dengan kategorisasi untuk memperoleh gambaran tingkat pada setiap variabel penelitian.

d. Melakukan uji reliabilitas dan validitas untuk mengetahui seberapa reliabel dan valid alat ukur tersebut.

e. Melakukan uji hipotesis menggunakan koefisien kontingensi dengan bantuan program SPSS versi 16.0 for windows.

4. Tahap Pembahasan

a. Mendeskripsikan hasil penelitian yang telah diolah.

b. Menginterpretasikan dan membahas hasil analisis statistik berdasarkan hipotesis yang diajukan dalam penelitian.

(36)

Karina Ismiyani, 2014

Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini, diantaranya yaitu :

1. Pola kelekatan yang dominan dipersepsikan oleh responden yang diasuh oleh orangtua tunggal di kota Bandung adalah pola kelekatan cemas melawan (anxious-resistant attachment). Kemudian, pola kelekatan aman (secure attachment) merupakan pola kelekatan kedua yang paling banyak dipersepsikan oleh responden dalam penelitian ini. 2. Konsep diri (self concept) remaja yang diasuh oleh orangtua tunggal di

kota Bandung dominan memiliki konsep diri yang rendah.

3. Terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi terhadap pola kelekatan orangtua tunggal dengan konsep diri remaja di kota Bandung.

B. Saran

Saran dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut: 1. Bagi Orangtua

a. Bagi ayah, meskipun ia mengasuh anaknya sendiri dan juga harus bekerja mencari nafkah, diharapkan terus menjalin komunikasi yang baik dengan anak-anak mereka, memberikan perhatian serta terus memantau tumbuh kembang anaknya meskipun anaknya telah beranjak remaja karena pola kelekatan antara orangtua dan anak akan sangat penting dalam segala rentang usia.

(37)

61

Karina Ismiyani, 2014

Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Bagi Anak dengan Orangtua Tunggal

Diharapkan selalu menjalin komunikasi dengan orang-orang terdekat seperti orangtua, keluarga ataupun teman-teman agar tetap tercipta hubungan yang baik dan harmonis dengan lingkungan sekitarnya. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Jika ingin melakukan penelitian dengan tema yang sama dengan penelitian ini, maka diharapkan lebih melakukan pendekatan personal terlebih dahulu dengan responden, karena tema dari penelitian ini sendiri cukup sensitif sehingga terkadang responden menolak untuk mengisi kuesioner penelitiannya.

b. Melakukan penelitian dengan variabel lain yang sekiranya masih berhubungan dengan remaja yang diasuh oleh orangtua tunggal

(single parent).

c. Memperhatikan setiap kekurangan dalam penelitian ini serta memperbaikinya pada penelitian selanjutnya.

(38)

Karina Ismiyani, 2014

Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohammad & Asrori, Mohammad. (2009). Psikologi Remaja Perkembangan

Peserta Didik. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. (2009). Manajemen Penelitian. Jakarta. Rineka Cipta. Atkinson, Rita. I. Dkk. (1997). Pengantar Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar, Saifuddin. (2010). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Bungin, Burhan. (2005). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta : Prenada Media. Burns, R.B. (1993). Teori, Pengukuran, Perkembangan dan Perilaku. Jakarta:

Arcan.

Bowbly, John. (1978). Attachment and Loss Volume 1 Attachment. London : Penguin Books.

Bowbly, John. (1978). Attachment and Loss Volume 2 Separation Anxiety and

Anger. London : Penguin Books.

Bowbly, John. (1990). A SECURE BASE Parent-Child Attachment and Healthy

Human Development. London : The Hogarth Press.

Desmita. (2007). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Eka Putri, Nurwansa. (2010). Hubungan Konsep Diri Dengan Kecemasan

Menghadapi Pensiun. Skripsi tidak diterbitkan. Bandung: Universitas

Pendidikan Indonesia.

Feist, Jess & J. Feist, Gregory. (2010). Theories of Personality, 7th ed: Teori

Kepribadian Edisi Ke-7. Jakarta: Salemba Humanika

Faiz Insani, M. Febby. (2011). Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola

Kelekatan Orangtua-Remaja Dengan Perilaku Melanggar Aturan. Skripsi

Tidak Diterbitkan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

Helmi, Avin Fadilla. (1999). Gaya Kelekatan dan Konsep Diri. [ONLINE]. Tersedia: (avin.staff.ugm.ac.id/data/jurnal/gayakelekatan_avin.pdf, diakses

pada 5 November 2013)

Helmi, Avin Fadilla. (2004). Gaya Kelekatan, Atribusi, Respon Emosi dan

Perilaku Marah. [ONLINE]. Tersedia:

(39)

63

Karina Ismiyani, 2014

Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

63

ed=0CCAQFjAB&url=http%3A%2F%2Favin.staff.ugm.ac.id%2Fdata%2Fka ryailmiah%2Fmodelteoritis_avin.pdf&ei=iCIOVe39NsrHuATezIHYBw&usg

=AFQjCNEFL_5e_vuc_u4e-4iUKfZL6St-bw&sig2=8IMhgHzeLK-EVValpLg-vw, diakses pada 6 November 2014).

Hurlock, E.B. (1974). Personality Development. New York: McGraw-Hill, Inc. Hurlock, E. B. (1999). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentan Kehidupan. Jakarta: Erlangga

Ihsan, Helli. (2013). Metode Skala Psikologi. Bandung : Jurusan Psikologi UPI Jurusan Psikologi UPI. (2012). Pedoman Penulisan Skripsi. Bandung : Jurusan

Psikologi UPI

Nurhayati, Dienni. (2011). Hubungan Antara Gaya Kelekatan (Attachment)

Dengan Konsep Diri Pada Pecandu Narkoba. Skripsi Tidak Diterbitkan.

Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

Papalia, D.E. (2004). Human Development (9th ed). Mc Graw Hill: New York.

Pudjijogyanti, Clara. R. (1995). Konsep Diri Dalam Pendidikan. Jakarta: Arcan Purnama Putra, Erik. (2012). Hakim Jago 'Mediasi Cerai' Dapat Kemudahan

Promosi [Online]. Tersedia:

(http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/12/01/24/lya3z7-hakim-jago-mediasi-cerai-dapat-kemudahan-promosi, diakses pada 5 Juli 2014). Ramdhana, S.R., Nurwianti, F., Yulianto, A. (2011). Hubungan antara Kualitas

Attachment dan Psychological Well-being pada Remaja dari Keluarga Miskin Perkotaan. [Online]. Tersedia: (http://share.pdfonline.com/bad4b711c32c4868

9e85b08b123de896/

SITI%20RIZKY%20RAMDHANA-JURNAL-FPSI-2013.htm, diakses pada 8 Januari 2014).

Respati, Winanti Siwi, Yulianto, Aries, & Widiana, Noryta. (2006). Perbedaan

Konsep Diri Antara Remaja Akhir Yang Mempersepsi Pola Asuh Orang Tua Authorian, Permissive dan Authoritative. Jakarta: Jurnal Psikologi Vol. 4 No.

2, Desember 2006

Riduwan. (2003). Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung :CV Alfabeta.

Riyandara P.N, Gantira. (2010). Konsep Diri Remaja dari Keluarga Broken Home

di Kota Bandung. Skripsi tidak diterbitkan. Bandung: Universitas Pendidikan

(40)

64

Karina Ismiyani, 2014

Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

64

Santrock, J.W. (2002). Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup Edisi

ke-5 Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Santrock, J. W. (2007). Remaja, Edisi Kesebelas. Jakarta: Erlangga. Sarlito, W. S. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.

Silalahi, U. (2012). Metode Penelitian Sosial. Bandung : PT. Refika Aditama. Steinberg. (1993). Adolescence Third Edition. New York: McGraw-Hill, Inc Sujoko. (2011). Hubungan Antara Keluarga Broken Home, Pola Asuh OrangTua

dan Interaksi Teman Sebaya dengan Kenakalan Remaja. [Online].

Tersedia: (

https://psikologi05.files.wordpress.com/2012/02/naskah-publikasi.pdf, diakses pada 5 Agustus 2014).

Sugiyono. (2008). Metode Peneliian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung. Alfabeta.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suryabrata, Sumadi. (2012). Metodologi Penelitian. Jakarta : Rajawali Pers. Werdyaningrum, Puri. (2013). Psychological Well-Being Pada Remaja Yang

Orang Tua Bercerai Dan Yang Tidak Bercerai (Utuh). [ONLINE]. Tersedia:

(http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jop/article/view/1654/1750 diakses

pada tanggal 20 Maret 2015).

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.2
Gambaran penampilan fisik
Tabel 3.3
+2

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsep diri dengan strategi coping pada remaja dengan orang tua tunggal di SMKN 8 Bandung.. Sampel populasi dalam

Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah ada korelasi positif yang sangat signifikan antara persepsi remaja terhadap pola asuh ibu sebagai orang tua tunggal dengan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1) Hubungan antara persepsi pola asuh permisif orangtua dengan intensi merokok pada remaja awal. 2) Sumbangan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1) Hubungan antara persepsi pola asuh permisif orangtua dengan intensi merokok pada remaja awal. 2) Sumbangan efektif persepsi

Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang sangat signifikan antara kekerasan orangtua dan konsep diri dengan perilaku bullying .Artinya secara simultan

efektif variabel persepsi remaja terhadap efektivitas komunikasi dengan orangtua.. terhadap variabel konsep diri hanyalah sebesar 29,1 %, sehingga masih

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan negatif antara persepsi pola asuh tipe permisif dengan kontrol diri remaja

Karina Ismiyani (1001567). Hubungan antara Persepsi terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal dengan Konsep Diri Remaja di Kota Bandung. Departemen Psikologi