Galih Permatasari Wasliman, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN STRATEGI COPING PADA REMAJA DARI ORANG TUA TUNGGAL DI SMKN 8 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
530/SKRIPSI/PSI-FIP.UPI.08.2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN STRATEGI COPING PADA REMAJA DARI ORANG TUA TUNGGAL
DI SMKN 8 BANDUNG
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar
Sarjana Psikologi
Oleh:
Galih Permatasari Wasliman
NIM 0802942
DEPARTEMEN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Galih Permatasari Wasliman, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN STRATEGI COPING PADA REMAJA DARI ORANG TUA TUNGGAL DI SMKN 8 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN STRATEGI COPING PADA REMAJA DARI ORANG TUA TUNGGAL
DI SMKN 8 BANDUNG
Oleh
Galih Permatasari Wasliman
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Galih Permatasari Wasliman 2015
Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
Galih Permatasari Wasliman, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN STRATEGI COPING PADA REMAJA DARI ORANG TUA TUNGGAL DI SMKN 8 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
Galih Permatasari Wasliman
0802942
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN STRATEGI COPING PADA REMAJA DARI ORANG TUA TUNGGAL
DI SMKN 8 BANDUNG
Disetujui dan disahkan oleh pembimbing:
Pembimbing I,
Dra. Siti Wuryan Indrawati, M.Pd., Psi.
NIP. 19501010 198002 2 001
Pembimbing II,
Dra. Herlina, M.Pd., Psi.
NIP. 19660516 200012 2 002
Mengetahui,
Ketua Departemen Psikologi
Drs. H.M Engkos Kosasih, M.Pd
Galih Permatasari Wasliman, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN STRATEGI COPING PADA REMAJA DARI ORANG TUA TUNGGAL DI SMKN 8 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu SKRIPSI INI TELAH DIUJIKAN PADA:
Hari, tanggal : Rabu, 12 Agustus 2015
Waktu : 09.00-10.00
Tempat : Ruang 1.07 Lt 1, Gd. FIP UPI Bandung
Para Penguji Terdiri Dari:
Penguji I,
Dra. Siti Wuryan Indrawati, M.Pd., Psi.
NIP. 19501010 198002 2 001
Penguji II,
Drs. MIF Baihaqi, M.Si.
NIP. 19621208 198803 1 001
Penguji III,
Sri Maslihah, M.Psi., Psi.
NIP. 19700726 200312 2 001
Tanggung jawab yuridis ada pada:
Peniliti
Galih Permatasari Wasliman
Galih Permatasari Wasliman, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN STRATEGI COPING PADA REMAJA DARI ORANG TUA TUNGGAL DI SMKN 8 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
v
ABSTRAK
Galih Permatasari Wasliman (0802942). Hubungan Konsep Diri dengan
Strategi Coping pada Remaja dari Orang Tua Tunggal di SMKN 8 Bandung. Skripsi. Departemen Psikologi. FIP. UPI Bandung (2015).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsep diri dengan strategi coping pada remaja dengan orang tua tunggal di SMKN 8 Bandung. Sampel populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa dengan orang tua tunggal di SMKN 8 Bandung sebanyak 105 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuisioner. Instrumen yang digunakan untuk mengukur konsep diri dibuat peneliti berdasarkan teori Hurlock (1974), sedangkan untuk mengukur strategi coping digunakan kuisioner adaptasi Ways of Coping dari Lazarus (1986). Instrumen konsep diri memiliki reliabilitas Alpha Cronbach sebesar 0,874, sedangkan strategi coping sebesar 0,882. Data dianalisis menggunakan korelasi Spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep diri dan strategi coping memiliki koefisien korelasi sebesar 0,262 pada tingkat signifikansi 0,007. Artinya, terdapat hubungan yang rendah antara konsep diri dengan strategi coping. Selain itu, konsep diri dan problem-focused
coping memiliki korelasi sebesar 0,200 dengan signifikansi 0,041,
sedangkan untuk konsep diri dan emotion-focused coping memiliki koefisien korelasi sebesar 0,266 dengan signifikansi 0,006. Berdasarkan hasil tersebut, diperoleh hubungan rendah antara konsep diri dengan
problem focused coping maupun emotion focused coping. Hasil penelitian
juga menunjukkan bahwa sebagian besar sampel mempunyai konsep diri yang tinggi, sedangkan strategi coping yang paling banyak digunakan adalah problem-focused coping.
Kata Kunci: Konsep Diri, Strategi Coping, Problem-focused coping,
Galih Permatasari Wasliman, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN STRATEGI COPING PADA REMAJA DARI ORANG TUA TUNGGAL DI SMKN 8 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
vi ABSTRACT
Galih Permatasari Wasliman (0802942). The Relationship of Self Concept
and Coping Strategy on Adolescence with Single Parent at SMKN 8 Bandung.
Undergraduate thesis of Psychology Department UPI Bandung (2015).
The aim of this research is discovering the relationship between self concept and coping strategy on adolescence of single parent at SMKN 8 Bandung. Sample of population in this research are 105 students of SMKN 8 Bandung who have single parent. The data in this research was collected by questionnaire technique. Self concept variable is measured by questionnaire which is based on theory of self concept by Hurlock (1974), and coping strategy instrument which is adapted from Ways of Coping by Lazarus (1986). The reliability of self concept and coping strategy instruments are 0,874 and 0,882 respectively on Alpha Cronbach. Data analysis used Spearman correlation. The result showed that self concept and coping strategy correlation is 0,262 in los 0,007. It mean there is a low correlation between self concept and coping strategy. The result also showed, self concept and problem-focused coping correlation is 0,200 in los 0,041, and self concept and emotion-focused coping correlation is 0,266 in los 0,006. Based on the result, there is a low correlation between self concept and problem-focused coping or emotion-focused coping. The result also showed that most of the samples have a high self concept, meanwhile coping strategy most widely used is problem-focused coping.
Galih Permatasari Wasliman, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN STRATEGI COPING PADA REMAJA DARI ORANG TUA TUNGGAL DI SMKN 8 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... ii
PERNYATAAN ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vii
UCAPAN TERIMA KASIH... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Struktur Organisasi Skripsi ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8
A.Kajian Pustaka Konsep Diri ... 8
1. Pengertian Konsep Diri ... 8
2. Komponen Konsep Diri Menurut Hurlock ... 9
3. Jenis-Jenis Konsep Diri ... 9
Galih Permatasari Wasliman, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN STRATEGI COPING PADA REMAJA DARI ORANG TUA TUNGGAL DI SMKN 8 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5. Persepsi Diri ... 12
B.Kajian Pustaka Strategi Coping ... 13
1. Pengertian Strategi Coping ... 13
2. Jenis-jenis Strategi Coping ... 14
3. Bagaimana Remaja Mempelajari Coping ... 15
C.Kajian Pustaka Remaja ... 15
1. Pengertian Remaja ... 15
2. Ciri-ciri Masa Remaja... 16
D.Remaja dengan Orang Tua Tunggal ... 17
1. Remaja dengan Perceraian Orang Tua ... 17
2. Remaja dengan Salah Satu Orang Tua yang Meninggal ... 20
E.Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ... 22
1. Kerangka Pemikiran ... 22
2. Hipotesis Penelitian ... 23
BAB III METODE PENELITIAN ... 24
A. Desain Penelitian ... 24
B. Lokasi Penelitian ... 24
C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 24
D. Definisi Operasional ... 25
1. Definisi Operasional Konsep Diri ... 25
2. Definisi Operasional Strategi Coping ... 25
E. Pengembangan Instrumen Penelitian ... 26
1. Instrumen Konsep Diri ... 27
Galih Permatasari Wasliman, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN STRATEGI COPING PADA REMAJA DARI ORANG TUA TUNGGAL DI SMKN 8 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 29
4. Kategorisasi Skala ... 32
F. Analisis Data ... 33
G. Prosedur Penelitian ... 34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 36
A. Hasil dan Pembahasan ... 36
1. Gambaran Konsep Diri Remaja dengan Orang Tua Tunggal di SMKN 8 Bandung...36
2. Gambaran Strategi Coping Remaja dengan Orang Tua Tunggal di SMKN 8 Bandung ... 38
a. Problem-Focused Coping ...40
b. Emotion-Focused Coping...41
3. Hubungan Antara Konsep Diri dengan Strategi Coping pada Remaja dengan Orang Tua Tunggal di SMKN 8 Bandung ... 43
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 46
A. Kesimpulan ... 46
B. Saran ... 46
DAFTAR PUSTAKA ... 47
LAMPIRAN 1 ADMINISTRASI ... 52
LAMPIRAN 2 ... 53
2.1 Kuisioner Konsep Diri A ... 55
Galih Permatasari Wasliman, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN STRATEGI COPING PADA REMAJA DARI ORANG TUA TUNGGAL DI SMKN 8 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2.3 Kuisioner Strategi Coping ... 60
2.4 Uji Reliabilitas Instrumen Konsep Diri ... 64
2.5 Uji Reliabilitas Instrumen Strategi Coping ... 67
2.6 Data Hasil Kuisioner Konsep Diri ... 69
2.7 Data Hasil Kuisioner Strategi Coping ... 76
Galih Permatasari Wasliman, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN STRATEGI COPING PADA REMAJA DARI ORANG TUA TUNGGAL DI SMKN 8 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Konsep Diri teori Hurlock ... 27
Tabel 3.2 Skor Konsep Diri ... 28
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Strategi Coping teori Lazarus & Folkman ... 28
Tabel 3.4 Skor Strategi Coping ... 29
Tabel 3.5 Hasil Pengembangan Instrumen Konsep Diri ... 30
Tabel 3.6 Koefisien Reabilitas Alpha Cronbach... 31
Tabel 3.7 Reliabilitas Konsep Diri ... 31
Tabel 3.8 Reabilitas Strategi Coping ... 31
Tabel 3.9 Kategorisasi Skala Konsep Diri ... 32
Tabel 3.10 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi ... 33
Tabel 4.1 Gambaran Konsep Diri ... 36
Tabel 4.2 Gambaran Strategi Coping ... 38
Tabel 4.3 Gambaran Sub-Tipe Problem-Focused Coping ... 40
Galih Permatasari Wasliman, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN STRATEGI COPING PADA REMAJA DARI ORANG TUA TUNGGAL DI SMKN 8 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir ... 23
Gambar 4.1 Gambaran Konsep Diri ... 36
Gambar 4.2 Gambaran Strategi Coping ... 38
Gambar 4.3 Gambaran Sub-Tipe Problem-Focused Coping ... 40
Galih Permatasari Wasliman, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN STRATEGI COPING PADA REMAJA DARI ORANG TUA TUNGGAL DI SMKN 8 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Keluarga merupakan pranata pendidikan yang pertama dalam memberikan
bekal pendidikan bagi pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas
(Putro, 2005). Keluarga merupakan sekolah bagi remaja, didalam keluarga
terdapat fungsi pendidikan untuk menanamkan nilai-nilai dan pengetahuan serta
keterampilan (Miharso, 2004).
Menurut (BKkbN, 2009). orang tua mempunyai peran besar dalam
membantu remaja meningkatkan rasa percaya diri, berani mengemukakan
masalah, serta mencoba membuat keputusan. Maka keutuhan orang tua dalam
sebuah keluarga sangat dibutuhkan oleh remaja (Widyarini, 2009). Hal tersebut
tentunya akan terasa sulit bagi remaja, ketika mereka tidak mempunyai orang tua
yang utuh.
Perpisahan dengan anggota keluarga, merupakan hal yang sulit terutama
bagi remaja. Bagi remaja yang dibesarkan dengan orang tua tunggal mendapatkan
orang tuanya tidak lengkap lagi akan merasa terpukul, kebingungan dalam
mengambil keputusan, sering merasakan frustasi karena kebutuhan dasarnya
seperti perasaan ingin disayang, dilindungi, rasa aman, dan dihargai (Hawari
dalam Yusuf, 2009). Remaja yang orang tuanya bercerai atau meninggal dunia
seringkali mengalami masalah perilaku diri dan perilaku sosial, misalnya,
gampang tersinggung dan marah-marah, murung maupun lebih memilih bermain
sendiri (soliter) (dalam Republika, 2008). Penelitian terhadap karakter remaja
yang dibesarkan single parent wanita pada remaja laki-laki cenderung akan
banyak mengadopsi sifat feminism dari ibunya. (Rahmi dalam Suryasoemirat,
2007).
Hal ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan Listiyanto (2009)
ditemukan agresivitas remaja yang memiliki orang tua tunggal atau single parent
wanita antara lain, agresi fisik dan agresi verbal yang dilakukan secara langsung,
karena iseng, frustasi, kesal dan emosi. Hal tersebut disebabkan oleh faktor
Galih Permatasari Wasliman, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN STRATEGI COPING PADA REMAJA DARI ORANG TUA TUNGGAL DI SMKN 8 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2
baik di lingkungan rumah maupun sekolah. Sedangkan orang tuanya kurang
memberi perhatian terhadap tingkah laku remaja tersebut karena kesibukannya
mencari nafkah.
Santrock (2003) menyatakan anak-anak dari keluarga bercerai memiliki
kecenderungan untuk mengalami masalah akademis, menunjukkan masalah
eksternal (seperti kenakalan) dan masalah internal (seperti cemas, depresi), kurang
memiliki tanggung jawab sosial, memiliki hubungan yang kurang baik, putus
sekolah, aktif secara seksual di usia dini dan memiliki nilai diri yang rendah.
Banyak diantara mereka yang tidak dapat menerima atau mengatasi hal ini
terjerumus dalam tindakan kenakalan. Namun tidak sedikit dari mereka juga yang
dapat mengatasi ketidakberdayaan diri yang muncul karena situasi dan kondisi
sulit yang melingkupi tumbuh dan berkembang secara wajar.
Periode remaja adalah masa transisi dalam periode anak ke periode dewasa
(Rathus, 2014). Istilah remaja dikenal dengan istilah adolescence atau dalam
perkembangan tumbuh menjadi dewasa (dalam Desmita, 2010). Remaja
membutuhkan pengakuan, perhatian, pujian, dan kasih sayang dari
lingkungannya, khususnya dari orang tua atau keluarganya, karena secara alamiah
orang tua dan keluarga memiliki ikatan emosi yang sangat kuat (Allport, 1961
dalam Sarwono 2008).
Menurut data dari Biro Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2010, terdapat 65
juta keluarga, yang 14% nya dikepalai oleh perempuan. Sedangkan menurut data
SUSENAS tahun 2007, jumlah perempuan yang menjadi kepala keluarga sebesar
13,60% dari populasi keluarga. Dengan demikian terdapat peningkatan kepala
rumah tangga perempuan sebesar 0,1% rata-rata per tahunnya (Syafa’at, 2012).
Data tersebut dapat memberikan gambaran tingginya keluarga yang berstatus
sebagai orang tua tunggal. Menurut Sager dkk (dalam Duvall & Miller, 1985),
yang dimaksud dengan orang tua tunggal adalah orang tua yang secara sendirian
membesarkan anak-anaknya tanpa kehadiran, dukungan atau tanggung jawab
pasangannya. Ada beberapa sebab individu menjadi orang tua tunggal yaitu
karena kematian suami/isteri, perceraian atau perpisahan, mempunyai anak tanpa
Galih Permatasari Wasliman, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN STRATEGI COPING PADA REMAJA DARI ORANG TUA TUNGGAL DI SMKN 8 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3
Hall, 1985). Orang tua tunggal harus dapat mengatur waktunya agar dapat
memenuhi kebutuhan fisik, sosial dan psikologis remaja dan juga dirinya.
Keluarga dengan orang tua tunggal bersifat merusak karena menurut
penelitian bahwa tidak adanya seorang ayah dalam sebuah keluarga mempunyai
efek buruk terhadap pendidikan anak dan prestasi dalam pekerjaan (Mouer dkk,
1988 dalam Friedman, 1988). Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Sari (2009),
terhadap remaja dan single parent akibat perceraian telah ditemukan bahwa
komunikasi yang dilakukan single parent dan remaja cukup bervariasi. Remaja
yang orang tuanya bercerai saat masih berusia 10 tahun lebih bisa menerima
kenyataan dan memiliki konsep diri positif dibandingkan remaja yang orang
tuanya bercerai saat berusia di atas 10 tahun. Menurut penelitian Sari di atas
dijelaskan bahwa kondisi keluarga tunggal terutama yang disebabkan oleh
perceraian dapat mempengaruhi konsep diri yang dimiliki oleh anak. Interaksi dan
komunikasi antar single parent dan remaja mempengaruhi pembentukan konsep
diri remaja.
Menurut Pudjijogyanti (1993), konsep diri mempunyai peranan yang
penting dalam menentukan perilaku individu, individu tersebut berperilaku sesuai
dengan bagaimana dia memandang atau menilai dirinya sendiri. Apabila individu
tersebut memandang dirinya sebagai seseorang yang memiliki kemampuan untuk
mengerjakan tugas, maka individu itu akan menampakan perilaku sukses dalam
mengerjakan tugasnya. Sebaliknya jika individu memandang dirinya sebagai
seseorang yang tidak mampu dalam mengerjakan tugas, maka individu akan
menampakan ketidakmampuan dalam mengerjakan tugasnya.
Cooley (dalam Burns, 1993) menyatakan bahwa konsep diri terbentuk
berdasarkan proses belajar tentang nilai-nilai, sikap, peran dan identitas dalam
hubungan interaksi simbolis antara dirinya dan berbagai kelompok primer,
misalnya keluarga. Hubungan tatap muka dalam kelompok primer tersebut
mampu memberikan umpan balik kepada individu tentang bagaimana penilaian
orang lain terhadap dirinya. Dalam proses perkembangannya, konsep diri individu
dipengaruhi dan sekaligus terdistorsi oleh penilaian orang lain. Konsep diri
dibentuk oleh pengalaman masa lalu baik yang positif maupun yang negatif.
Galih Permatasari Wasliman, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN STRATEGI COPING PADA REMAJA DARI ORANG TUA TUNGGAL DI SMKN 8 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4
seseorang, sebaliknya pengalaman yang negatif dapat mempengaruhi cara
pandang yang rendah terhadap dirinya sehingga dia kurang percaya diri.
Menurut Fitts (1971), konsep diri merupakan aspek penting dalam diri
seseorang, karena konsep diri seseorang merupakan kerangka acuan dalam
berinteraksi dengan lingkungan. Dasar konsep diri individu tertanam pada saat
kecil dan menjadi dasar dari tingkah lakunya di kemudian hari. Konsep diri
dipelajari oleh individu melalui kontak dan pengalaman dengan orang lain
termasuk berbagai stressor yang dilalui individu tersebut. Hal ini akan
membentuk persepsi individu terhadap dirinya sendiri dan penilaian persepsinya
terhadap pengalaman akan situasi tertentu.
Konsep diri merupakan persepsi diri seseorang yang menyangkut fisik,
sosial, dan psikologis yang diperoleh berdasarkan pengalaman dan interaksi orang
lain (Brooks, dalam Rahmat 2005). Konsep diri adalah evaluasi mengenai diri
sendiri, penilaian atau penaksiran mengenai diri sendiri oleh individu yang
bersangkutan (Chaplin terjemahan Kartini, 2006). Dari definisi-definisi tersebut
dapat diambil kesimpulan bahwa konsep diri adalah cara pandang seseorang
terhadap dirinya sendiri baik yang menyangkut fisik, sosial dan psikologis
terhadap penampilan dan kemampuannya yang diperoleh berdasarkan pengalaman
dan interaksi dengan orang lain.
Lingkungan dan permasalahan yang dihadapi setiap individu pun
berbeda-beda, namun semua itu menuntut peranan dari individu tersebut. Jika individu
memiliki konsep diri positif, individu tersebut akan dapat bersifat sesuai dan
melewati masalah yang dihadapinya (Handayani & Suharnan, 2012). Sebaliknya
jika individu tersebut memiliki konsep diri yang negatif, individu tersebut tidak
dapat memenuhi tuntutan sehingga menimbulkan stres. Stres merupakan
hubungan antara individu dengan lingkungan yang oleh individu dinilai
membebani atau melebihi kekuatannya dan mengancam kesehatannya (Lazarus &
Folkman, 1984).
Individu dalam hal ini remaja biasanya memiliki respon untuk menghadapi
stresnya masing-masing. Upaya untuk menghilangkan atau mengurangi stres yang
dirasakan olehnya untuk mengubah stressor disebut strategi coping. Strategi
Galih Permatasari Wasliman, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN STRATEGI COPING PADA REMAJA DARI ORANG TUA TUNGGAL DI SMKN 8 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5
menerus untuk mengatasi tuntutan eksternal atau internal yang dinilai sebagai
beban atau melampaui sumber daya individu tersebut (Lazarus & Folkman, 1984).
Lazarus mengatakan bahwa strategi coping mengarah pada apa yang dilakukan
individu untuk mengatasi situasi stres atau tuntutan yang membebani secara
emosional (Lazarus, 1976).
Lazarus & Folkman (1984) menggolongkan dua strategi coping yang
biasanya digunakan oleh individu, yaitu: problem focused coping, dimana
individu secara aktif mencari penyelesaian dari masalah untuk menghilangkan
kondisi atau situasi yang menimbulkan stres dan emotion focused coping, dimana
individu melibatkan usaha-usaha untuk mengatur emosinya dalam rangka
menyesuaikan diri dengan dampak yang akan ditimbulkan oleh suatu kondisi atau
situasi yang penuh tekanan. Hasil penelitian membuktikan bahwa individu
menggunakan kedua cara tersebut untuk mengatasi berbagai masalah yang
menekan dalam berbagai ruang lingkup kehidupan sehari-hari (Lazarus &
Folkman, 1984).
Pada umumnya prestasi siswa di dalam pencapaian hasil belajar sangat
dipengaruhi oleh konsep diri yang dimiliki seseorang. Keberhasilan seseorang
selain dari konsep diri, juga dipengaruhi dukungan dari kedua orang tuanya.
Dukungan dari orang tua memainkan peran penting dalam pencapaian prestasi
bagi remaja (Butler-Por, 1987). Oleh karena itu, di dalam kenyataan hidup di
masyarakat kita sering menemukan kegagalan seorang remaja menyelaraskan
konsep diri dengan lingkungannya akibat kurangnya dukungan dari orang tua,
teristimewa dirasakan oleh mereka yang memiliki orang tua tunggal.
Penelitian Lestari (2014), tentang penerimaan diri dan strategi coping pada
remaja korban perceraian orang tua, menyimpulkan bahwa setelah orang tuanya
bercerai hal itu berdampak pada kondisi psikologis dan perilaku keempat subjek
penelitian sehingga mempengaruhi penerimaan diri para subjek remaja, hingga
keempat subjek melakukan coping yang lebih memfokuskan pada emosi (emotion
focused coping) untuk meringankan beban masalah dan stres yang dialaminya.
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, peneliti ingin
mengetahui hubungan antara konsep diri dengan strategi coping pada remaja
Galih Permatasari Wasliman, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN STRATEGI COPING PADA REMAJA DARI ORANG TUA TUNGGAL DI SMKN 8 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6
B. Rumusan Masalah
Konsep diri merupakan aspek penting dari diri seseorang, karena konsep diri
seseorang merupakan kerangka acuan dalam berinteraksi dengan lingkungan.
Konsep diri dibentuk oleh pengalaman masa lalu baik positif dan negatif, dasar
konsep diri individu tertanam saat masa kecil dan menjadi dasar dari tingkah
lakunya di kemudian hari. Lingkungan dan permasalahan yang dihadapi individu
berbeda-beda. Jika individu memiliki konsep diri yang baik dan positif, individu
tersebut akan dapat memenuhi tuntutan dan melewati masalah yang ada.
Sebaliknya jika individu tersebut memiliki konsep diri yang negatif individu
tersebut tidak dapat memenuhi tuntutan sehingga menimbulkan stres. Individu
dalam hal ini remaja biasanya memiliki respon untuk menghadapi stresnya
masing-masing. Upaya untuk menghilangkan atau mengurangi stres yang
dirasakan remaja untuk mengubah stressor disebut strategi coping.
Dari pernyataan di atas rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Apakah terdapat hubungan antara konsep diri dengan strategi coping pada
remaja dari orang tua tunggal di SMKN 8 Kota Bandung?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, tujuan
yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengetahui apakah terdapat
hubungan antara konsep diri dengan strategi coping pada remaja dari orang tua
tunggal di SMKN 8 Kota Bandung.
D. Manfaat Hasil Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka penelitian ini
diharapkan memiliki kegunaan sebagai berikut:
1. Secara Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sehingga
dapat menjadi bahan literatur bagi ilmu psikologi perkembangan yang memiliki
Galih Permatasari Wasliman, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN STRATEGI COPING PADA REMAJA DARI ORANG TUA TUNGGAL DI SMKN 8 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
7
2. Secara Praktis
Adapun kegunaan praktis dari penelitian ini adalah untuk memberikan
informasi bagi yang berkepentingan terutama remaja dengan orang tua tunggal
berkenaan dengan konsep diri dan strategi coping, sehingga dapat membantu
memecahkan masalah yang sedang dihadapi.
E. Struktur Organisasi Skripsi
Berikut ini merupakan sistematika penulisan skripsi:
BAB I merupakan pendahuluan yang akan membahas latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian dan manfaat
penelitian.
BAB II merupakan kajian pustaka yang akan membahas teori konsep diri,
strategi coping, remaja, kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian.
BAB III merupakan metode penelitian di dalamnya akan membahas desain
penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel penelitian, definisi operasional,
instrumen penelitian, teknik pengumpulan data dan analisis data.
BAB IV akan membahas hasil penelitian dan pembahasan, dengan
pemaparan data, dan pembahasan data
Galih Permatasari Wasliman, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN STRATEGI COPING PADA REMAJA DARI ORANG TUA TUNGGAL DI SMKN 8 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
24
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain penelitian
Penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode
penelitian yang digunakan yaitu teknik studi korelasional (correlation study),
dimana teknik korelasi ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan
antara variabel yang satu dengan variabel lainnya, dan jika terdapat hubungan
maka seberapa erat dan seberapa berartinya hubungan itu (Arikunto, 1997:51).
Hasilnya dianalisis secara statistik untuk mencari hubungan diantara
variabel-variabel yang diteliti.
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di SMKN 8 Bandung yang terletak di jalan
Kliningan no 31. SMKN 8 merupakan salah satu SMK yang memiliki
kompetensi khusus di bidang otomotif, yang terdiri dari tiga jurusan yakni, teknik
kendaraan ringan, teknik sepeda motor dan teknik perbaikan body otomotif.
SMKN 8 Bandung dipilih sebagai tempat penelitian dikarenakan selain dekat
dengan tempat peneliti, juga memiliki sampel terbanyak diantara sekolah yang
ada di dekat tempat peneliti.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMKN 8 Bandung yang memiliki
orang tua tunggal. Menurut data dari pihak sekolah, saat ini SMKN 8 sebanyak
105 siswa yang diasuh oleh orang tua tunggal. Penelitian ini merupakan penelitian
populasi, karena semua subjek akan dipakai sebagai sampel penelitian.
Adapun karakterisktik yang menjadi partisipan dalam penelitian ini adalah
remaja berumur sekitar 15-18 tahun, merupakan siswa di SMKN 8 Bandung, dan
Galih Permatasari Wasliman, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN STRATEGI COPING PADA REMAJA DARI ORANG TUA TUNGGAL DI SMKN 8 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
25
D. Definisi Operasional
Definisi operasional dari dua variabel yang digunakan di dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Konsep diri
Yang dimaksud konsep diri dalam penelitian ini adalah gambaran yang
dimiliki seseorang tentang dirinya sendiri untuk berinteraksi dengan
lingkungannya.
Dalam penelitian ini menurut Hurlock (1974: 22), konsep diri dibagi menjadi
tiga komponen, yaitu :
a. Perceptual component yaitu penilaian seseorang tentang mengenai
penampilan fisiknya dan kesan yang ditampilkan pada orang lain, meliputi
daya tarik (attractiveness), keserasian seksual tubuhnya (sex
appropriatiness), arti penting bagian tubuh, dan kesan dan penilaian orang
lain;
b. Conceptual component yaitu konsepsi seseorang mengenai karakteristik
khusus yang dimiliki, kemampuan dan ketidakmampuannya, masa kini
dan masa depannya serta latar belakangnya;
c. Attitudinal component yaitu perasaan seseorang tentang diri sendiri, sikap
terhadap statusnya sekarang dan prospeknya di masa depan, meliputi
perasaan sikap terhadap diri, sikap terhadap masa depan, dan penghargaan
diri.
2. Strategi coping
Yang dimaksud strategi coping dalam penelitian ini adalah suatu perilaku
individu untuk mengatasi situasi stres atau tuntutan yang membebani secara
internal maupun eksternal.
Terdapat dua jenis strategi coping, yaitu Problem focused coping dan emotion
focused coping sesuai dengan teori strategi coping dari Lazarus & Folkman
(1984):
Problem focused coping dilihat dari planful problem solving dan confrotative
coping yang digunakan ketika suatu kondisi dinilai dapat dirubah dan diperbaiki
Galih Permatasari Wasliman, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN STRATEGI COPING PADA REMAJA DARI ORANG TUA TUNGGAL DI SMKN 8 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
26
a. Planful problem solving upaya fokus pada masalah untuk menemukan
cara mengubah situasi, menggunakan pendekatan analitik untuk
menyelesaikan masalah.
b. Confrotative coping menggambarkan upaya untuk tidak lari dari
masalah dan menghadapainya dengan cara agresif.
Sedangkan emotion focused coping dilihat dari distancing, self control,
seeking social, accepting responsibility, escape avoidance dan positive
reappraisal, digunakan ketika dinilai tidak ada yang dapat dilakukan untuk
merubah bahaya, ancaman atau kondisi lingkungan yang menantang.
a. Distancing merupakan upaya untuk melepaskan diri dari situasi stres
atau permasalahan dengan menciptakan pandangan yang positif.
b. Self control merupakan upaya untuk mengatur perasaan dan
tindakannya terhadap masalah.
c. Seeking social support merupakan upaya untuk mencari informasi,
bantuan nyata dan emosional dari orang lain.
d. Accepting responsibility adalah upaya mengetahui perannya dan
menempatkan dirinya dengan segala sesuatu dalam sebuah
permasalahan secara benar.
e. Escape avoidance menggambarkan keinginan dan upaya perilaku
untuk melarikan diri atau menghindar dari permasalahannya.
f. Positive reappraisal merupakan upaya untuk menciptakan makna
yang positif dari pengalaman dengan cara memfokuskan diri pada
perkembangan diri dengan suatu sifat/religius.
E. Pengembangan instrumen penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2011). Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini berupa angket, untuk mengukur konsep diri dan
strategi coping pada remaja dengan orang tua tunggal. Instrumen yang digunakan
untuk konsep diri dibuat oleh peneliti berdasarkan teori Hurlock, sedangkan untuk
strategi coping peneliti menggunakan Ways of Coping yang dikembangkan oleh
Galih Permatasari Wasliman, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN STRATEGI COPING PADA REMAJA DARI ORANG TUA TUNGGAL DI SMKN 8 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
27
Berikut ini merupakan kisi-kisi instrumen penelitian konsep diri dan strategi
coping:
1. Instrumen Konsep Diri
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan skala pengukuran
konsep diri berdasarkan teori Hurlock yang terdiri dari tiga komponen yaitu
perceptual component, conceptual component dan attitudinal component.
Instrumen berupa kuisioner terdiri atas 21 item pernyataan yang didapat dari tiga
dimensi dan sepuluh indikator, dengan reliabilitas instrumen sebesar 0,874.
Tabel 3.1 Kisi-kisi instrumen Konsep Diri teori Hurlock
Dimensi Indikator No Item
Preceptual component Attractiveness 1, 5
Sex appropriateness 3
Arti penting bagian-bagian tubuh 2, 8, 7, 6
Kesan dan penilaian orang lain
terhadap penampilannya
4
Conceptual component Karakteristik yang khas 10,12
Kemampuan dan ketidakmampuan 9
Latar belakang 17, 13
Attitudinal component Sikap terhadap diri sendiri 16, 14
Sikap terhadap masa kini dan masa
depan
15, 20, 21
Penghargaan diri 11, 19, 18
Skala yang digunakan merupakan skala likert, terdiri dari lima pilihan
jawaban. Responden diminta memilih salah satu dari lima pilihan jawaban yang
sesuai dengan keadaan diri responden, dengan memberikan tanda ceklis () pada
kolom yang sudah disediakan. Adapun pilihan jawaban yang disediakan, yaitu
Sangat sesuai, Sesuai, Agak sesuai, Tidak sesuai, Sangat tidak sesuai. Pada tabel
Galih Permatasari Wasliman, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN STRATEGI COPING PADA REMAJA DARI ORANG TUA TUNGGAL DI SMKN 8 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
28
Tabel 3.2 Skor Konsep Diri
Pilihan Jawaban
Nilai Pernyataan
Favorable Unfavorable
Sangat tidak sesuai 1 5
Tidak sesuai 2 4
Agak sesuai 3 3
Sesuai 4 2
Sangat sesuai 5 1
2. Instrumen Strategi coping
Instrumen yang digunakan diadaptasi dari skala pengukuran Ways of coping
yang disusun oleh Folkman, S., Lazarus, R. S., Dunkel-Schetter, C., DeLongis, A.,
& Gruen, R. (1986). Teori strategi coping terdiri dari dua jenis, yaitu problem
focused coping dan emotion focused coping. Instrumen ini terdiri dari dua dimensi
dan delapan indikator dan diturunkan menjadi 48 item pernyataan.
Tabel 3.3 Kisi-kisi instrumen Strategi Coping teori Lazarus & Folkman
Dimensi Sub Dimensi Indikator No. Item
Problem-
Focused Coping
Planful problem
solving
Upaya pemecahan masalah dengan
menggunakan pendekatan analitik untuk
penyelesaian masalah
39, 19, 1, 29,
38,42
Confrontative
coping
Menggambarkan untuk reaksi agresif
untuk mengubah masalah
36, 7, 12, 20,
25, 2
Emotion-Focused Coping
Distancing Upaya untuk melepaskan diri dan fokus
untuk menciptakan pandangan yang positif
34, 8, 31, 15,10
Self control Upaya untuk mengatur perasaan dan
tindakannya terhadap masalah
9, 33, 6, 26, 43,
48
Seeking social
support
Upaya untuk mencari informasi dan
bantuan dari orang lain
4, 23,32, 35,13,
16
Accepting
responsibility
Upaya menempatkan diri dengan benar
dalam suatu permasalahan
5, 21, 41, 18
Escape avoidance Perilaku untuk melarikan diri atau
menghindar dari permasalahannya
45, 7, 46, 24,
30, 40, 37, 11
Positive
reappraisal
Upaya untuk menciptakan makna yang
positif dari pengalaman dengan cara
memfokuskan diri pada perkembangan diri
dengan suatu sifat/religius
17, 22, 27, 28,
Galih Permatasari Wasliman, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN STRATEGI COPING PADA REMAJA DARI ORANG TUA TUNGGAL DI SMKN 8 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
29
Skala yang digunakan dalam instrumen ini adalah skala Likert, terdiri dari
empat pilihan jawaban. Adapun jawaban pilihan jawaban yang disediakan sebagai
berikut :
Tabel 3.4 Skor Strategi Coping
Pilihan Jawaban Skor
Tidak Pernah 1
Jarang 2
Cukup Sering 3
Sering 4
3. Validitas dan Reabilitas Instrumen
3.1.1 Validitas
Validitas yaitu suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kebenaran suatu alat
ukur atau instrumen penelitian. Uji validitas dilakukan berkenaan dengan
ketepatan alat ukur terhadap konsep yang diukur sehingga mampu mengukur apa
yang seharusnya diukur. Pengujian validitas alat ukur dapat menunjukan sejauh
mana alat ukur penelitian dapat mengukur variabel yang terdapat dalam suatu
penelitian. Suatu alat ukur atau skala pengukuran dikatakan valid apabila
pengukuran tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2013).
Secara teknis pengujian validitas isi dibantu dengan menggunakan kisi-kisi
instrumen. Dalam kisi-kisi itu terdapat variabel yang diteliti, indikator sebagai
tolak ukur dan nomor butir (item) pertanyaan atau pernyataan yang telah
dijabarkan dari indikator. Dengan kisi-kisi instrumen itu maka pengujian validitas
dapat dilakukan dengan mudah dan sistematis.
Setelah instrumen konsep diri dan strategi coping selesai disusun, kemudian
dikonsultasikan dengan para ahli untuk dimintai pendapat mengenai instrumen
yang telah disusun. Para ahli yang diminta untuk melakukan judgement berjumlah
dua orang dan merupakan Dosen Psikologi Klinis dan Dosen Psikologi
Perkembangan. Para ahli memberikan masukan mengenai konteks isi dan tata cara
penulisan pernyataan pada kuisioner, adapun dilakukannya perbaikan ini dengan
Galih Permatasari Wasliman, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN STRATEGI COPING PADA REMAJA DARI ORANG TUA TUNGGAL DI SMKN 8 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
30
kuisioner. Setelah perbaikan kuesioner selesai, maka selanjutnya dilakukan
penyebaran pada sampel yang akan diukur.
3.1.2 Analisis item
Setelah memperoleh data hasil uji coba, akan didapat butir-butir item yang
valid dan reliabel untuk digunakan sebagai instrumen pada penelitian. Analisis
item digunakan pada saat uji coba instrumen telah dilakukan. Untuk menguji
validitas setiap item, maka skor-skor yang dimaksud dikorelasikan dengan skor
total. Dengan diperolehnya indeks validitas setiap item dapat diketahui item mana
yang tidak memenuhi syarat, maka peneliti dapat mengganti atau merevisi item
tersebut (Arikunto, 2013: 219-221).
Menurut Ihsan (2009: 68-69), item yang dipilih menjadi item final adalah
item yang memiliki korelasi item total sama dengan atau lebih dari 0,30, namun
sebagian ahli psikometri mengatakan bahwa korelasi item total 0,20 adalah cukup.
Untuk itu jika sebuah item tidak mencapai 0,30 namun jika item itu dihapus akan
ada indikator yang terbuang, maka kriterianya bisa diturunkan menjadi 0,20.
Pernyataan yang terdiri dari 42 item pada sebelum uji coba, setelah uji coba dan
dianalisis terdapat 21 item yang layak pakai. Berikut di bawah ini merupakan item
yang terpakai dan tidak layak pakai:
Tabel 3.5 Hasil Pengembangan Instrumen Konsep Diri
Dimensi Indikator No Item Layak No Item tidak
Layak
Preceptual
component
Attractiveness 2, 9 1, 6
Sex appropriateness 5 24, 13
Arti penting bagian-bagian tubuh 3, 12, 11,10 -
Kesan dan penilaian orang lain
terhadap penampilannya
7 4, 8
Conceptual
component
Karakteristik yang khas 15, 19 20, 21, 23
Kemampuan dan ketidakmampuan 14 17, 22, 18
Latar belakang 38, 34 25, 27
Attitudinal
component
Sikap terhadap diri sendiri 37, 35 32, 26
Sikap terhadap masa kini dan masa
depan
36, 41, 42 28, 29, 30, 33
Galih Permatasari Wasliman, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN STRATEGI COPING PADA REMAJA DARI ORANG TUA TUNGGAL DI SMKN 8 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
31
3.2 Uji reabilitas
Uji reliabilitas dilakukan secara internal diuji dengan mengalanalisis
konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen. Hasil analisis dapat digunakan
untuk memprediksi reliabilitas instrumen (Sugiyono, 2013).
Uji reabilitas dalam penelitian ini menggunakan Alpha Cronbach yang akan
dihitung menggunakan bantuan software SPSS 20.0 Menurut Guilford (Sugiyono,
2011: 172), kriteria koefisien reliabilitas Alpha Cronbach dapat dikategorikan
sebagai berikut:
Tabel 3.6 Koefisien Reliabilitas Alpha Cronbach
Kriteria Koefisien
Sangat Reliabel > 0.900
Reliabel 0.700 – 0.900
Cukup Reliabel 0.400 – 0.700
Kurang Reliabel 0.200 – 0.400
Tidak Reliabel < 0.200
Berdasarkan hasil perhitungan untuk instrumen konsep diri diperoleh indeks
reliabilitas sebesar 0,582, indeks tersebut menunjukkan bahwa instrumen berada
pada kategori cukup reliabel dan dapat digunakan pada penelitian. Setelah
pengurangan item yang tidak layak sebanyak 21 item, diperoleh indeks reliabilitas
sebesar 0,874, indeks tersebut menunjukkan bahwa instrumen berada pada
kategori reliabel dan dapat digunakan pada penelitian.
Tabel 3.7 Reabilitas Konsep Diri sebelum pengurangan item
Konsep Diri Cronbach's
Alpha N of Items
Sebelum pengurangan item ,582 42
Setelah pengurangan item ,874 21
Sedangkan hasil perhitungan untuk instrumen strategi coping diperoleh
indeks reabilitas sebesar 0,882, instrumen tersebut berada dalam kategori reliabel.
Tabel 3.8 Reabilitas Strategi Coping
Cronbach's
Alpha N of Items
Galih Permatasari Wasliman, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN STRATEGI COPING PADA REMAJA DARI ORANG TUA TUNGGAL DI SMKN 8 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
32
Skor pada emotion-focused coping x 100%
Skor maksimal pada emotion-focused coping 4. Kategorisasi Skala
Kategori skala atau norma dilakukan untuk mengelompokan sebuah
kelompok pengambilan tes atau skala dibagi ke dalam beberapa level (Ihsan,
2009: 76). Kategorisasi yang ada dalam penelitian ini ada dua, yaitu kategorisasi
skala untuk instrumen konsep diri dan instrumen strategi coping.
4.1Kategori Skala Instrumen Konsep Diri
Kategorisasi skala yang digunakan penelitian ini adalah skala berdasarkan
skor ideal, yaitu kategorisasi skala berdasarkan skor ideal dari instrumen yang
telah ditetapkan terlebih dahulu (Azwar, 1996). Sampel dibagi ke dalam tiga
kategori, yaitu kategori konsep diri tinggi, konsep diri sedang dan konsep diri
rendah. Berikut ini merupakan kategorisasi untuk skala konsep diri sebagai
berikut:
Tabel 3.9 Kategori skala Konsep Diri
Skor Kategori
X > 77 Tinggi
49 < X < 77 Sedang
X < 49 Rendah
4.2 Kategorisasi Skala Instrumen Strategi Coping
Kategorisasi skala strategi coping dalam penelitian ini yaitu
mengelompokkan jenis strategi yang digunakan oleh responden ke dalam tipe
problem-focused coping atau emotion-focused coping. Pengelompokan ini didapat
melalui penghitungan skor relatif (Lazarus &Folkman, 1984). Berikut ini rumusan
dari skor relatif:
Untuk dimensi Problem-Focused Coping:
Untuk dimensi Emotion-Focused Coping:
Skor pada problem-focused coping x 100%
Galih Permatasari Wasliman, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN STRATEGI COPING PADA REMAJA DARI ORANG TUA TUNGGAL DI SMKN 8 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
33
Menurut rumusan tersebut, apabila skor relatif yang diperoleh subjek lebih
tinggi pada problem-focused coping, maka subjek tersebut memakai strategi
coping yang berfokus pada masalah. Begitu pula sebaliknya apabila skor relatif
subjek lebih tinggi pada emotion-focused coping, maka subjek tersebut memakai
strategi coping yang berfokus pada emosi.
F. Analisis Data
Teknik yang digunakan yaitu metode statistik, karena merupakan metode
ilmiah untuk mengumpulkan, menyusun, menyajikan serta menganalisis data
penelitian yang berwujud angka dan dapat memberikan hasil yang objektif. (Hadi,
1993).
Setelah skor diperoleh, kemudian dilakukan pengelompokkan. Pada
instrumen konsep diri skor dikelompokkan menjadi konsep diri tinggi, sedang,
dan rendah, sedangkan untuk strategi coping, ditentukan skor tersebut termasuk
pada problem-focused coping atau emotion focused coping. Selanjutnya,
dilakukan analisis data untuk memperoleh koefisien korelasi antara konsep diri
dan strategi coping.
Teknik korelasi yang digunakan untuk penelitian ini adalah korelasi Spearman.
Uji korelasi dilakukan untuk menemukan ada tidaknya hubungan antar variabel,
serta seberapa erat atau tidaknya hubungan tersebut (Arikunto, 2006). Syarat
penggunaan uji korelasi Spearman adaah data yang dihasilkan dari variabel yang
ada merupakan data ordinal. Setelah mengetahui nilai koefisien korelasi,
selanjutnya diinterpretasikan untuk mengetahui tingkat hubungannya. Berikut ini
merupakan interpretasi besar kecil koefisien korelasi menurut Sugiyono (2011):
Tabel 3.10 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,000-0,199 Sangat rendah
0,200-0,399 Rendah
0,400-0,599 Sedang
0,600-0,799 Kuat
Galih Permatasari Wasliman, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN STRATEGI COPING PADA REMAJA DARI ORANG TUA TUNGGAL DI SMKN 8 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
34
G. Prosedur penelitian
Prosedur penelitian dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
Peneliti melakukan studi kepustakaan untuk mendapat gambaran yang
berkaitan dengan variabel yang akan diteliti. Kemudian peneliti menentukan
desain penelitian dan instrumen yang akan digunakan dalam penelitian. Peneliti
menetapkan sampel serta teknik sampling yang akan digunakan. Setelah itu
peneliti menyusun proposal penelitian, dan mengajukan proposal kepada Dewan
Pembimbing Skripsi untuk mendapat pengesahan. Setelah mendapat pengesahan
peneliti menyusun instrumen, melakukan uji instrumen (judgement oleh ahli), dan
uji coba instrumen dengan karakteristik sampel yaitu remaja dengan orang tua
tunggal. Peneliti juga mengajukan surat ijin penelitian, untuk diberikan kepada
pihak sekolah.
2. Tahap Pelaksanaan
Peneliti mendatangi sekolah untuk meminta pengambilan data, dengan cara
mengelompokan anak dengan orang tua tunggal ke dalam satu ruangan untuk
membagikan angket/kuisioner kepada sampel. Setelah itu peneliti memberi
penjelasan cara pengisian angket kepada sampel. Ketika pengisian
angket/kuisioner selesai, peneliti mengumpulkan kembali angket yang telah diisi
oleh sampel sembari memberikan reward berupa pulpen dan permen kepada
sampel.
3. Tahap Pengolahan Data
a. Verifikasi data
Melakukan verifikasi data untuk mengecek kelengkapan angket, beserta
pengisiannya. Sehingga tidak terdapat kesalahan dan kekurangan data untuk
dilakukannya proses pengolahan data.
b. Tabulasi data
Melakukan tabulasi dengan merekap data yang telah terkumpul, untuk
dilakukannya perhitungan dengan bantuan software SPSS versi 20.
c. Penyekoran data
Melakukan penyekoran data, setiap jenis data dikelompokan ke dalam dua
Galih Permatasari Wasliman, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN STRATEGI COPING PADA REMAJA DARI ORANG TUA TUNGGAL DI SMKN 8 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
35
4. Tahap Penyelesaian
Menampilkan hasil analisis penelitian. Kemudian peneliti membahas hasil
penelitian dengan menjawab hipotesis yang telah diajukan dari teori yang
digunakan. Setelah itu peneliti membuat kesimpulan dari hasil penelitian disertai
rekomendasi dan saran mengenai penelitian yang dilakukan untuk pihak yang
Galih Permatasari Wasliman, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN STRATEGI COPING PADA REMAJA DARI ORANG TUA TUNGGAL DI SMKN 8 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
46
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini, didapatkan koefisien korelasi sebesar 0,262
pada tingkat signifikansi 0,007 antara konsep diri dengan strategi coping. Maka
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang rendah antara konsep diri dengan
strategi coping pada remaja dari orang tua tunggal di SMKN 8 Bandung, dengan
tingkat korelasi rendah. Selain itu, untuk koefisien korelasi antara konsep diri dan
problem focused coping sebesar 0,200 dengan signifikansi 0,041, untuk konsep
diri dengan emotion focused coping sebesar 0,266 dengan signifikansi 0,006.
Berdasarkan hasil tersebut, diperoleh hubungan rendah antara konsep diri dengan
problem focused coping maupun emotion focused coping. Diketahui pula bahwa
sebagian besar remaja dengan orang tua tunggal di SMKN 8 Bandung memiliki
konsep diri yang tinggi, serta lebih banyak menggunakan problem focused coping
untuk menyelesaikan masalahnya.
B. Saran
1. Bagi Sekolah
Adanya sesi bimbingan konseling atau pelatihan-pelatihan untuk
mengembangkan konsep diri yang positif sangat dibutuhkan untuk melatih dan
mengarahkan remaja yang sedang mencari identitas diri, sehingga ketika
mendapatkan lingkungan sekolah yang mendukung, mereka diharapkan dapat
menemukan konsep diri positif. Konsep diri yang tinggi atau positif akan
menghasilkan tingkah laku yang baik pula. Diharapkan ketika konsep diri remaja
tinggi atau positif, mereka juga akan memiliki strategi coping yang efektif untuk
memecahkan masalah yang dihadapi di sekolah, sehingga remaja bisa melewati
masalahnya dengan baik.
2. Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini dapat digunakan menjadi dasar untuk penelitian selanjutnya,
dengan tema yang sama serta mengkaitkan dengan variabel lainnya sehingga
Galih Permatasari Wasliman, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN STRATEGI COPING PADA REMAJA DARI ORANG TUA TUNGGAL DI SMKN 8 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
47
DAFTAR PUSTAKA
Agustiani, H. (2006). Psikologi Perkembangan. Bandung: Refika Aditama.
Agustiani, H. (2009). Psikologi Perkembangan, Pendekatan Ekologi Kaitannya
dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri pada Remaja. Bandung: Refika
Aditama.
Anggraeni, D. (2008). Studi Perbandingan mengenai Coping Strategy Mahasiswa
yang Berhasil dan yang tidak Berhasil Menyelesaikan Skripsi dalam Dua Semester Ganjil di Fakultas Psikologi UNISBA. Skripsi. Fakultas Psikologi,
Universitas Islam Badung, Bandung.
Arikunto, S. (1997). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2006). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar, S. (1996). Tes Prestasi Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Billings, A.G., & Moos, R.H. (1984). Coping, Stress and Social Resources Among Adulths With Unipolar Depression. Journal of Personality and
Social Psychology. Vol. 46, No. 4, 877-891.
BKkbN. (2009). Buku Penyuluhan Bina Keluarga Remaja (BKR) Pegangan
Kader tentang Pembinaan Anak. Remaja. Jakarta: BKkbN.
Bob & Blood, M. (1978). Marriage. London: The Free Press.
Brooks, W.D, Emmert, P. (1976). Interpersonal Community. IOWA: Brow Company Publisher.
Burns, R.B. (1993). Konsep diri: teori, pengukuran, perkembangan dan perilaku. Jakarta: Arcan.
Calhoun, J.F., dan Acocella, J.R. (1990). Psikologi Tentang Penyesuaian dan
Hubungan Kemanusiaan. Alih bahasa: Satmoko, R.S. IKIP Semarang
Press Semarang.
Carver, C.S., Scheir, M.F., & Wientraub, J.K. (1989). Assessing Coping Strategies: A Theoritically Based Approach. Journal of Personality and
Social Psychology, Vol. 56, No. 2, 267 – 283.
Dagun, S. (2013). Psikologi Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta.
Desmita. (2010). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Dian N, F. (2008). Hubungan Konsep Diri dengan Coping Strategy pada
Developed Kiddie dalam Komunitas Hacker di Perguruan Tinggi X Bandung. Skripsi. Fakultas Psikologi, Universitas Islam Badung, Bandung.
Galih Permatasari Wasliman, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN STRATEGI COPING PADA REMAJA DARI ORANG TUA TUNGGAL DI SMKN 8 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
48
Douglas, J.W.B., Ross, T.M., Hammond, W.A., & Mulligan, D.G. (1966). Delinquency and social class. British Journal of Criminology, Vol 6,
294-302.
Duvall, E.M. & Miller, B.C. (1985). Marriage and Family Development (6th Ed.). New York: Harper & Row Publishers.
Fitts, W.H. (1971). The Self Concept and Self Actualization. Los Angeles, California, Western Psychological Services A Division of Manson Western Corporation.
Folkman, S. & Lazarus, R.S. (1985). If it Changes it Must be a Process: A Study of Emotion and Coping During Three Stages of a College Examination.
Journal of Personality and Social Psychology. No. 48, 150-170.
Friedman, M.M. (1998). Keperawatan Keluarga: Teori dan Praktik. Jakarta: EGC.
Frydenberg, E. (1997). Adolescent Coping, Theoretical and Research
Perspectives. New York: Routledge.
Gibson, Ivanevich, dan Donnely. (1997). Organization. Texas: Richard D. Irwins, Inc.
Glueck, S., & Glueck, E. T. (1950). Unraveling juvenile delinquency. New York: Commonwealth Fund.
Gregory, I. (1965). Anterospective Data Following Childhood Loss of a Parent.
Archives of General Psychiatry, Vol 13, 110-120.
Hadi, S. 1993. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Ofset.
Handayani, S.W.R.I & Suharnan. (2012). Konsep Diri, Stres, dan Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa. Persona, Jurnal Psikologi Indonesia, Vol 1
No.2.
Hetherington, E.M., Cox, M., & Cox, R. (1978). The aftermath of divorce. In J. H. Stevens Jr. & M. Mathews (Eds.), Mother-child, father-child relations. Washington D.C: National Association for the Education of Young Children.
Hoffman, M.L. (1971). Father absence and conscience development. Journal
Developmental Psychology, Vol 4(3), 400-406.
Hurlock, E.B. (1974). Personality development. New Delhi: Mc Graw-Hill.
Hurlock, E.B. (1993). Perkembangan Anak Jilid 2. Terjemahan oleh Thandrasa. Jakarta: PT. Erlangga.
Hurlock, E.B. (2003). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Ihsan, H. (2009). Metode Skala Psikologi. Bandung: Jurusan Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia.
Ismiyani, K. (2015). Hubungan antara Persepsi terhadap Pola Kelekatan
Orangtua Tunggal dengan Konsep diri Remaja di Kota Bandung. Skripsi.
Galih Permatasari Wasliman, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN STRATEGI COPING PADA REMAJA DARI ORANG TUA TUNGGAL DI SMKN 8 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
49
Lazarus, R.S. (1976). Pattern of Adjusment. New York: Springer Publishing Company.
Lazarus, R.S. & Folkman, S. (1984). Stress, Appraisal, and Coping. New York: Springer Publishing Company.
Lazarus, R. and etc (1986). Dynamic of Stressful Encounter: Cognitive Appraisal, Coping, and Encounter Outcomes. Journal of Personality and Social
Psychology Vol 50, No 5.
Lestari, D.W. (2014). Penerimaan Diri dan Strategi Coping pada Remaja Korban Perceraian Orang Tua. eJournal Psikologi Vol 2 No 1. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Mulawarman.
Listiyanto, B.D. (2009). Agresivitas remaja yang memiliki orang tua tunggal
(single parent) wanita. Diakses dari: www.gunadarma.ac.id (12 November
2014)
Miharso, M. (2004). Pendidikan Keluarga Qur’ani. Yogyakarta: Safiria Insania Press.
National Safety Council. (2003). Manajemen Stres. Terjemahan Palupi Widyastuti. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Nevid, S.J., Rothus, A.S. & Greene, B. (2005). Psikologi abnormal (edisi ke-5,
jilid I) (Alih bahasa: Tim Fakultas Psikologi Universitas Indonesia).
Jakarta: Erlangga.
Papalia, D.E. & Olds, S.W. (1995). Human Development (6th ed). New York: Mc Graw-Hill Companies.
Perlmutter, M. & Hall. (1985). Adult Development and Aging. New York: Jhon Willey & Sons.
Pramadi, A. & Lasmono, H.K. (2003). Koping Stres pada Etnis Bali, Jawa, dan Sunda. Indonesian Psychological Journal. Anima. Vol. 18, No. 4, 326- 340.
Prihatina, R.D., Latifah, M., Johan, I.R. (2012). Konsep Diri, Kecerdasan Emosional, Tingkat Stress dan Strategi Koping Remaja pada Berbagai Model Pembelajaran. Jurnal Ilmu Keluarga & Konsumen, Vol. 5, No.1,
48-57.
Pudjijogyanti, R.C. (1993). Konsep Diri dalam Pendidikan. Jakarta: Penerbit Arcan.
Putri, M.M. (2013). Suatu Penelitian Mengenai Hubungan Emotional Inteligence
dengan Coping Stress (Bentuk-bentuk Coping Stress) pada Siswa Kelas Akselerasi Tahun Pertama SMAN 'X' Bekasi. Skripsi. Fakultas Psikologi,
Universitas Maranatha, Bandung.
Putro, K.Z. (2005). Orangtua Sahabat Anak dan Remaja. Yogyakarta: Cerdas Pustaka.
Galih Permatasari Wasliman, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN STRATEGI COPING PADA REMAJA DARI ORANG TUA TUNGGAL DI SMKN 8 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
50
Rando, T. (1984). Grief, Dying, and Death: Clinical Interventions for Caregivers. Illinois: Research Press Company.
Rathus, S.A. (2014). Childhood and Adolescence. USA: Wadsworth, Cengage Learning.
Republika. (2008). Peran Seimbang Orang Tua Tunggal. Diakses dari http://gayahidup.republika.co.id/berita/gaya-hidup/parenting/08/10/11/6863-peran-seimbang-orangtua-tunggal
Sanders, C.M. (1992). Surviving Grief and Learning to Live Again. New York: John Wiley and Sons. Inc.
Santrock, J.W. (2003). Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.
Santrock, J.W., Warshak, R.A., Lindbergh, C., & Meadows, L. (1982). Children's and parents observed social behavior in stepfather families. Child
Development, 53, 472-480.
Sarafino, E.P., & Smith. (2011). Health psychology: Biopsychosocial Interactions
seventh edition. New York: John Willey & Sons.
Sari, W.P. (2009). Pembentukan Konsep Diri Remaja (Studi Deskriptif
Komunikasi antar Pribadi Tunggal dan Pembentukan Konsep Diri Remaja di Kota Medan). Skripsi. Universitas Sumatera Utara, Medan.
Silaban, Isra, D., Mingkid, E., dan Kalerasan, E.R. (2015), Komunikasi Antarpribadi Orang tua dalam Pembentukan Konsep Diri Remaja pada Keluarga di Lingkungan III Kelurahan Bahu. E-journal “Acta Diurna”
Volume IV. No.3. Tahun 2015. Diakses dari: http://ejournal.unsrat.ac.id
(April 2015)
Smet, B. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta: Grasindo.
Steinberg, L. (2002). Adolescence (6th ed). New York: Mc Graw-Hill Companies.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suryasoemirat, A. (2007). Wanita Single Parent yang Berhasil. Jakarta: EDSA Mahkota
Syafa’at. (2012). Saatnya memikirkan janda muda. Diakses dari:
http://www.kabarbanyuwangi.info/saatnya-memikirkan-janda-muda.html (10 Oktober 2014)
Syarkiki, Hendi dan Ariati, J. (2014). Hubungan antara Problem Focused Coping dengan Prokratinasi Akademik pada Siswa Kelas XII SMA Islam Hidayatullah Semarang. Jurnal Empati Vol 3, No 4. Semarang: Universitas Diponegoro, Fakultas Psikologi.
Wallerstein, J., and Kelly, J.B. (1980). Surviving the Breakup: How Children and
Parents Cope With Divorce. New York: Basic Books Inc.
Galih Permatasari Wasliman, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN STRATEGI COPING PADA REMAJA DARI ORANG TUA TUNGGAL DI SMKN 8 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
51
Vardiansyah, D. (2008). Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Jakarta: Index.