• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI PADA PEMBELAJARAN OTOMOTIF DASAR PENYETELAN PELK SEPEDA MOTOR DI SMALB.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI PADA PEMBELAJARAN OTOMOTIF DASAR PENYETELAN PELK SEPEDA MOTOR DI SMALB."

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Teknik Mesin

Oleh

FADHLILLAH RAKHMAN GUSTIAN NIM 0806640

DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FAKULTAS PENDIDIKAN DAN TEKNOLOGI KEJURUAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(2)

Halaman Hak Cipta

IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI PADA PEMBELAJARAN OTOMOTIF DASAR PENYETELAN PELK SEPEDA MOTOR DI SMALB

Oleh

Fadhlillah Rakhman Gustian

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan

© Fadhlillah Rakhman Gustian 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

SEPEDA MOTOR DENGAN METODE DEMONTRASI PADA SISWA SMP NEGERI 2 CIWIDEY

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Dr. H. Wahid Munawar, M.Pd. NIP. 19630520 198901 1 001

Pembimbing II

Drs. Tatang Permana, M.Pd NIP. 19651110 199203 1 007

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Mesin Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan

Universitas Pendidikan Indonesia

(4)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GRAFIK ... viii

DAFTAR DIAGRAM ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah Penelitian ... 5

C. Rumusan Masalah Penelitian ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 7

F. Struktur Organisasi. ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA... 8

A. Metode Pembelajaran Demontrasi ... 8

B. Pendidikan Difabel ... 15

C. Pembelajaran Otomotif ... 19

D. Penelitian Terdahulu ... 29

E. Kerangka Berfikir ... 30

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

A. Lokasi dan Objek Penelitian ... 32

B. Metode Penelitian dan Desain Penelitian ... 32

C. Subjek Penelitian ... 35

D. Definisi Operasional ... 35

E. Prosedur Penelitian ... 36

F. Instrumen Penelitian ... 37

(5)

B. Hasil Penelitian ... 47

C. Analisis Data. ... 55

D. Pembahasan Analisis Dalam Kondisi, Analisis Antar Kondisi dan Analisis Waktu Rata-Rata ... 78

BAB V KESIMPULAN ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 82

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel Hal

3.1 Kisi-kisi penelitian penyetelan pelk sepeda motor... 35

3.2 Instrumen Penelitian Kegiatan ... 36

3.3 Instrumen Penelitian Ketepatan Waktu Pengerjaan ... 38

3.4 Panjang Kondisi ... 42

3.5 Estimasi Kecenderungan Arah ... 42

4.1 Skor Kemampuan Keterampilan Menyetel Pelk Sepeda Motor Siswa 1 Kondisi Baseline 1 (A-1) ...57

4.2 Skor Kemampuan Keterampilan Menyetel Pelk Sepeda Motor Siswa 2 Kondisi Baseline 1 (A-2) ... 57

4.3 Skor Kemampuan Keterampilan Menyetel Pelk Sepeda Motor Siswa 1 Kondisi Intervensi B ...58

4.4 Skor Kemampuan Keterampilan Menyetel Pelk Sepeda Motor Siswa 2 Kondisi Intervensi B ...59

4.5 Skor Kemampuan Keterampilan Menyetel Pelk Sepeda Motor Siswa 1 Kondisi Baseline 2 (A-2) ...60

4.6 Skor Kemampuan Keterampilan Menyetel Pelk Sepeda Motor Siswa 2 Kondisi Baseline 2 (A-2) ...61

4.7 Rekapitulasi Skor Kemampuan Menyetel Pelk Sepeda Motor Siswa 1 ... 62

4.8 Rekapitulasi Skor Kemampuan Menyetel Pelk Sepeda Motor Siswa 2 ... 63

4.9 Panjang Kondisi ... 65

4.10 Kecenderugan Arah kondisi A1-B-A2 Siswa 1 ...66

4.11 Kecenderugan Arah kondisi A1-B-A2 Siswa 2 ... 67

4.12 Persentase Stabilitas Siswa 1 ... 74

4.13 Persentase Stabilitas Siswa 2 ... 74

4.14 Kecenderungan Jejak Data Siswa 1... 75

4.15 Kecenderungan Jejak Data Siswa 2 ... 75

4.16 Level Stabilitas dan Rentang Siswa 1 ... 76

4.17 Level Stabilitas dan Rentang Siswa 2 ... 76

4.18 Level Perubahan Siswa 1 ... 75

(7)

4.22 Jumlah Variabel yang Diubah ... 78

4.23 Perubahan Kecenderungan Arah ... 79

4.24 Perubahan Kecenderungan Stabilitas dan Efeknya ... 79

4.25 Level Perubahan Siswa ... 79

4.26 Tabel Overlap ... 83

4.27 Rangkuman Hasil Analisis Antar Kondisi Siswa 1 ... 83

4.28 Rangkuman Hasil Analisis Antar Kondisi Siswa 2 ... 84

4.29 Waktu Rata-Rata Kemampuan Tiap Siswa Dalam Keterampilan Menyetel Pelk Sepeda Motor Pada Anal Tunarungu Pada Fase A1-BA2 ... 84

(8)

DAFTAR GRAFIK

Grafik Hal

4.1 Kemampuan Menyetel Pelk Sepeda Motor Siswa 1 pada kondisi baseline 1 (A-1) 57

4.2 Kemampuan Menyetel Pelk Sepeda Motor Siswa 2 pada kondisi baseline 1 (A-1) 58

4.3 Kemampuan Menyetel Pelk Sepeda Motor Siswa 1 pada kondisi Intervensi (B) 59

4.4 Kemampuan Menyetel Pelk Sepeda Motor Siswa 2 pada kondisi Intervensi (B) 59

4.5 Kemampuan Menyetel Pelk Sepeda Motor Siswa 1 pada kondisi baseline 2 (A-2) 60

4.6 Kemampuan Menyetel Pelk Sepeda Motor Siswa 2 pada kondisi baseline 2 (A-1) 61

4.7 Rekapitulasi Skor Menyetel Pelk Sepeda Motor Siswa 1 ... 62

4.8 Rekapitulasi Skor Menyetel Pelk Sepeda Motor Siswa 2 ... 63

4.9 Estimasi Kecenderugan Arah kondisi A1-B-A2 Siswa 1 ... 66

4.10 Estimasi Kecenderungan Arah Kondisi A1-B-A2 Siswa 2 ... 67

4.11 Kecenderungan Stabilitas Fase Baseline A1 Siswa 1 ... 69

4.12 Kecenderungan Stabilitas Fase Baseline A1 Siswa 2 ... 70

4.13 Kecenderungan Stabilitas Fase Intervensi A1 Siswa 1 ... 71

4.14 Kecenderungan Stabilitas Fase Intervensi A1 Siswa 2 ... 72

4.15 Kecenderungan Stabilitas Fase Baseline A2 Siswa 1 ... 73

4.16 Kecenderungan Stabilitas Fase Baseline A2 Siswa 2 ... 74

4.17 Data Overlap Kondisi Baseline A1 ke Intervensi B Siswa 1 ... 81

4.18 Data Overlap Kondisi Intervensi B ke Baseline A2 Siswa 1 ... 81

4.19 Data Overlap Kondisi Baseline A1 ke Intervensi B Siswa 2 ... 82

(9)

DAFTAR DIAGRAM

Diagram Hal

4.1 Waktu rata-rata kemampuas siswa 1 dalam keterampilan menyetel pelk sepeda motor

pada fase A1-B-A2 ... 85

4.2 Waktu rata-rata kemampuas siswa 2 dalam keterampilan menyetel pelk sepeda motor

pada fase A1-B-A2 ... 86

4.3 Waktu Tiap Kegiatan Siswa 1 ... 87

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

2.1 Alat Penyetel Pelk Sepeda Motor ... 21

2.2 Kunci Penyetel Jari-Jari ... 21

2.3 Kunci Pembuka Ban ... 22

2.4 Kunci Ring dan Kunci Pas ... 22

2.5Pompa Ban Manual ... 22

2.6 Menyiapkan Alat penyetelan pelk sepeda motor ... 23

2.7 Membuka roda dari sepeda motor ... 23

2.8 Membuka ban dari pelk sepeda motor ... 23

2.9 Melepaskan ban dalam ... 24

2.10 Memasang pelk pada alat stel ... 24

2.11 Memutar pelk untuk melihat keolengan ... 24

2.12 Menyetel pelk sepeda motor ... 25

2.13 Mengecek keolengan pelk sepeda motor ... 25

2.14 Memasang ban dalam dan ban luar pada pelk yang telah di stel ... 25

2.15 Memompa ban ... 26

2.16 Memasang roda pada sepeda motor ... 26

2.17 Pelk sepeda motor tidak oleng ... 26

2.18 Kerangka berfikir ... 29

3.1 SLB-B Sukapura ... 30

3.2 Desain A-B-A ... 32

4.1 Guru mendemonstrasikan alat penyetelan pelk ... 47

4.2 Guru mendemonstrasikan roses melepaskan roda sepeda motor ... 48

4.3 Siswa mempraktekan proses melepaskan roda sepeda motor ... 48

4.4 Guru mendemonstrasikan cara melepas ban ... 49

4.5 Siswa mempraktekan cara melepas ban ... 49

4.6 Guru mendemonstrasikan cara memasang pelk pada alat penyetelan ... 49

(11)

4.10 Guru mendemonstrasikan cara menyetel pelk ... 51

4.11 Siswa mempraktekan cara menyetel pelk ... 52

4.12 Guru mendemonstrasikan cara pengecekan keolengan pelk ... 52

4.13 Siswa mempraktekan cara pengecekan keolengan pelk ... 53

4.14 Guru mendemonstrasikan cara memasang ban pada pelk ... 53

4.15 Siswa mempraktekan cara memasang kembali ban pada pelk ... 54

4.16 Guru mendemonstrasikan cara mengisi angin pada ban ... 54

4.17 Siswa mempraktekan cara mengisi angin pada ban ... 55

4.18 Guru mendemonstrasikan cara memasang kembali roda ... 55

(12)

i

Fadhlillah Rakhman Gustian, 2014

ABSTRAK

Fadhlillah Rakhman Gustian (2014). Implementasi Metode Demonstrasi Pada Pembelajaran Otomotif Dasar Penyetelan Pelk Sepeda Motor Di SMALB ”.

Penelitian ini dilatar belakangi oleh sebuah permasalahan yaitu tidak sesuainya antara harapan dan kenyataan. Harapannya siswa SMALB-B SLB Sukapura bisa lebih terampil sehingga dengan modal keterampilan mereka bisa hidup mandiri di masyarakat. Kenyataannya proses pembelajaran keterampilan di SMALB-B SLB Sukapura masih belum optimal. Komunikasi pada anak tuna rungu menjadi salah satu faktor penghambat tercapainya tujuan pembelajaran sehingga diperlukan metode pembelajaran yang sesuai dengan kondisi anak tunarungu. Tujuan pada penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai hasil implementasi metode demonstrasi pada pembelajaran otomotif dasar penyetelan pelk sepeda motor di SMALB. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan jenis penelitian subjek tunggal atau Single Subject Research (SRR), yaitu suatu metode yang bertujuan untuk memperoleh data yang diperlukan, dengan melihat hasil ada tidaknya pengaruh atau perubahan yang terjadi dari suatu perlakuan yang diberikan kepada subjek, secara berulang-ulang dalam waktu tertentu. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian subjek tunggal ini adalah desain reversal tipe A-B-A, yaitu merupakan pengembangan dari disain dasar A-B, dimana pengukuran fase baseline diulang dua kali. Prosedur dasarnya adalah pengukuran pada fase baseline (A1) sebanyak 4 kali, kemudian pada kondisi intervensi (B) 6 kali, dan pengukuran kembali pada fase baseline (A2) 4 kali. Berdasarkan hasil penelitian terhadap 2 subjek tunarungu di SMALB, implementasi metode demonstrasi pada pembelajaran otomotif dasar penyetelan pelk sepeda motor mengalami peningkatan dan dapat dilihat pada analisis dalam kondisi maupun antar kondisi. Kesimpulannya bahwa metode pembelajaran demonstrasi dapat membatu siswa dalam meningkatakan kemampuan pada pembelajaran otomotif dasar penyetelan pelk sepeda motor.

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Warga Negara Republik Indonesia yang memiliki keragaman budaya,

perbedaan latar belakang, karakteristik, bakat dan minat, peserta didik

memerlukan proses pendidikan yang fleksibel, bervariasi dan memenuhi standar.

Peserta didik dengan kemampuan fisik dan mental yang mengalami kekurangan

atau berkebutuhan khusus (difabel), mereka juga memerlukan pendidikan khusus

untuk dapat hidup wajar dan mendapat hak-haknya dalam berbagai bidang

kehidupan dan penghidupan. Sebagaimana yang telah dikemukakan dalam

Undang-Undang Dasar Nomer 20 Tahun 2003 Bab IV pasal 5 ayat 2 yaitu warga

negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau

sosial berhak memperoleh pendidikan khusus. Anak luar biasa atau berkebutuhan

khusus merupakan anak yang mengalami penyimpangan rata-rata normal dalam

karakteristik mental, kemampuan sensoris, karakteristik, neuromotor atau fisik,

perilaku sosial, kemampuan sosial, kemampuan berkomunikasi atau gabungan

dari berbagai variabel tersebut. Pemerintah menaruh perhatian dalam hal

pendidikan mereka. ,sebagaimana dikemukakan pada Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional (Permendiknas Nomor 1 Tahun 2008: 4-5)bahwa :

Pendidikan khusus adalah pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, intelektual, sosial, memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Standar proses pendidikan khusus ini berlaku untuk peserta didik seperti: tunanetra, tunagrahita, tunarungu, tunadaksa, tuna laras pada Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), Sekolah Menegah Pertama Luar Biasa (SMPLB), dan Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB).

Permendiknas diatas menegaskan bahwa anak berkebutuhan khusus (difabel)

yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran, berhak dan

difasilitasi oleh negara untuk mendapatkan layanan pendidikan melalui

pendidikan khusus. Anak berkebutuhan khusus ada beberapa macam, salah

(14)

2

anak luarbiasa. Anak tuna rungu dipandang sebagai salah satu anak berkebutuhan

khusus, yang masih memiliki kemampuan untuk berkembang dalam bidang

pelajaran akademik, penyesuaian sosial,kemampuan bekerja,dan bahkan banyak

yang dapat mandiri di masyarakat. Kemandirian pada anak tuna rungu bisa

dikembangkan melalui pendidikan luar biasa, yaitu SLB-B sekolah luar biasa

yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan untuk anak tuna rungu. Melalui

SLB-B kemandirian pada anak tuna rungu bisa dikembangkan, hal tersebut sejalan

dengan Peraturan Pemerintah (PP) 72 Tahun 1991 Bab 2 pasal 2disebutkan bahwa

tujuan pendidikan luar biasa adalah:

membantu peserta didik yang menyandang kelainan fisik dan/atau mental, agar mampu mengembangkan sikap, pengetahuan dan keterampilan sebagai pribadi maupun anggota masyarakat, dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitar, serta dapat mengembangkan kemampuan dalam dunia atau mengikuti pendidikan lanjutan.

Tujuan pendidikan luar biasa di atas salah satunya dapat diwujudkan melalui

pembelajaran keterampilan. Keterampilan menjadi salah satu hal yang penting

dalam pelayanan pendidikan luar biasa, hal tersebut sudah diperhatikan dengan

adanya pendidikan keterampilan pada kurikulum sekolah luar biasa. Pendidikan

keterampilan diharapkan akan menjadi bekal bagi anak luar biasa untuk bisa lebih

terampil, menjadi anak yang mandiri dan tidak terus bergantung pada kedua

orang tua atau orang terdekatnya, sehingga pada akhirnya mereka bisa menjadi

anak yang mandiri seutuhnya di masyarakat (Wakil Kepala Sekolah Bagian

Kurikulum SLB-B Sukapura Kiaracondong, wawancara 4 Agustus 2014).

Pembelajaran bagi anak-anak berkebutuhan khusus ditekankan pada

penguasaan keterampilan vokasional. Upaya tersebut sebagai langkah untuk

meningkatkan kompetensi anak-anak berkebutuhan khusus untuk bisa mandiri

dengan mengembangkan potensi yang mereka miliki. Keterampilan vokasional

yang ada di SLB-B Sukapura Kiaracondong Bandung yaitu tata busana, tata boga,

seni tari, seni musik dan keterampilan otomotif.

Pembelajaran dasar vokasi otomotif adalah salah satu pembelajaran

(15)

Kebutuhan masyarakat terhadap otomotif semakin meningkat dari tahun ke tahun,

sehingga ada peluang yang menjanjikan bagi setiap orang, termasuk anak

berkebutuhan khusus untuk mengembangkan pembelajaran otomotif dasar.

SMALB menerapkan pembelajaran otomotif dasar namun berdasarkan

observasi di SMALB pelaksanaannya masih belum optimal. Menurut Wakil

Kepala Sekolah Bidang Kurikulum di SLB-B Sukapura (wawancara, 4 Agustus

2014), mengemukakan beberapa faktor penyebab peserta didik kurang menguasai

pembelajaran keterampilan dasar otomotif: (1) Kurangnya alat praktik otomotif

sehingga membuat siswa susah berlatih; (2) Siswa SLB-B khususnya SMALB

jarang melakukan latihan keterampilan terutama pada bidang keterampilan

otomotif; (3) Tidak adanya guru keterampilan yang relevan dengan bidang

keterampilan otomotif; (4) Komunikasi anak tuna rungu yang terganggu

merupakan salah satu penyebab kurangnya pemahaman dalam proses

pembelajaran keterampilan otomotif; (5) Pemilihan metode yang kurang tepat

digunakan pada mata pelajaran vokasi. Metode yang banyak diterapkan pada mata

pelajaran vokasi adalah metode konvensional seperti metode ceramah. Metode

ceramah yang kebanyakan diterapkan selama ini pada mata pelajaran

keterampilan membuat siswa kurang paham dan mengalami kesulitan dalam

menerima materi yang disampaikan, sehingga membuat peserta didik kurang

paham dalam memahami materi yang disampaikan. Wakil Kepala Sekolah Bidang

Kurikulum mengatakan bahwa siswa belum pernah diberikan pembelajaran

otomotif dasar menyetel pelk sepeda motor baik teori maupun praktek, mengingat

keterampilan vokasi otomotif dasar penyetelan pelk sepeda motor merupakan

salah satu bidang usaha yang sangat berguna dalam dunia otomotif.

Proses pembelajaran yang kurang maksimal mengakibatkan siswa SMALB

kurang terampil khususnya dalam keterampilan otomotif. Muhibbin (dalam

Sugihartono, 2007: 77) membagi faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

menjadi tiga macam, yaitu:

(16)

4

strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran.

Pada penelitian ini lebih memfokuskan pada pendekatan belajar yang

didalamnya termasuk metode belajar. Metode belajar yang digunakan akan

mempengaruhi terhadap hasil belajar. Prinsipnya dalam belajar keterampilan

otomotif, akan lebih efektif apabila siswa dibimbing dan langsung mengalami

sendiri materi yang dipelajari. Metode pembelajaran yang sesuai dengan

kebutuhan peserta didik akan mempercepat pemahaman terhadap materi yang

disampaikan.

Kendala komunikasi pada anak tuna rungu menjadi salah satu faktor

penghambat utama proses pembelajaran, sehingga diperlukan pemilihan metode

pembelajaran yang tepat agar pemaparan seorang guru dapat dimengerti dengan

baik, seperti menurut Abu (dalam B. Suryosubroto, 2002: 34) yang menyatakan

bahwa „dasar pemilihan metode mengajar yaitu harus relevan dengan situasi

pembelajaran, bahwa metode harus sesuai dengan kondisi pengajaran yang ada.

Penggunaan metode yang kurang tepat membuat siswa tidak termotivasi belajar‟.

Berdasarkan pendapat Abu A. penulis berpendapat bahwa metode demonstrasi

adalah metode yang dipandang relevan dan tepat untuk proses pembelajaran

keterampilan bagi peserta didik tuna rungu. Pendengaran anak tuna rungu tidak

dapat berfungsi dengan baik, sehingga melalui indera penglihatannya anak tuna

rungu berusaha memperoleh informasi. Metode demonstrasi yang lebih

mengedepankan visualisasi akan memudahkan anak tuna rungu untuk menyerap

informasi dan mengerti akan maksud isi pembelajaran, selain itu dengan metode

demonstrasi terjadinya verbalisme juga akan dapat dihindari, sebab dengan

menggunakan metode demonstrasi siswa akan langsung memperhatikan bahan

pelajaran yang dijelaskan. Akhirnya dari latar belakang masalah tersebut di atas

penulis tertarik untuk melakukan penelitian tetantang “Implementasi Metode

Demonstrasi Pada Pembelajaran Otomotif Dasar Penyetelan Pelk Sepeda Motor

(17)

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, untuk mempermudah dalam pengenalan

masalahnya maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Siswa SLB-B khususnya SMALB belum melakukan latihan vokasi otomotif

penyetelan pelk sepeda motor.

2. Terbatasnya fasilitas praktik otomotif sehingga membuat siswa sulit untuk

berlatih.

3. Komunikasi anak tuna rungu merupakan salah satu penyebab kurangnya

pemahaman dalam proses pembelajaran keterampilan otomotif.

4. Tidak adanya guru pembelajaran vokasi otomotif dasar yang memiliki

disiplin ilmu yang sesuai dengan bidang vokasi otomotif.

5. Guru belum mengimplementasikan pembelajaran keterampilan otomotif

penyetelan pelk sepeda motor.

6. Kurang tepatnya metode pembelajaran yang digunakan dengan kondisi anak

tunarungu pada mata pelajaran vokasi khususnya otomotif.

C.Rumusan Masalah

Masalah penelitian perlu dirumuskan untuk memperjelas masalah yang akan

diteliti. Penulis merumuskan masalah inti yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran vokasi otomotif dasar penyetelan

pelk sepeda motor dengan metode demonstrasi pada siswa SMALB?

2. Bagaimana hasil pembelajaran vokasi otomotif dasar penyetelan pelk

sepeda motor dengan metode demonstrasi?

3. Bagaimana ketercapaian waktu rata-rata pembelajaran otomotif dasar

penyetelan pelk sepeda motor dengan metode demonstrasi?

D.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian berkaitan erat dengan rumusan masalah yang dianjurkan.

(18)

6

1. Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran otomotif dasar penyetelan pelk

sepeda motor dengan metode demonstrasi.

2. Mendeskripsikan hasil pembelajaran otomotif dasar penyetelan pelk dengan

metode demonstrasi.

3. Mendeskripsikan ketercapaian waktu rata-rata penyetelan pelk sepeda motor

dengan metode demonstrasi.

E.Manfaat Penelitian

Setelah penelitian ini selesai dilakukan dan hasilnya diperoleh, diharapkan

memiliki manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung. Manfaat tersebut

adalah:

1. Bagi peneliti, diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman

praktis tentang pelaksanaan dan pembelajaran keterampilan otomotif

penyetelan pelk sepeda motor.

2. Bagi guru, diharapkan dapat melaksanakan metode demonstrasi pada

pembelajaran keterampilan otomotif penyetelan pelk sepeda motor.

3. Bagi siswa, diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman

praktis tentang keterampilan otomotif penyetelan pelk untuk menjadi bekal

agar bisa lebih mandiri.

F. Stuktur Organisasi

Struktur organisasi merupakan urutan penyusunan materi dalam penulisan

skripsi agar susunannya teratur. Struktur organisasi penulisan pada penelitian ini

adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini mencakup latar belakang masalah, identifikasi masalah, perumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Bab ini mencakup teori-teori yang berhubungan dengan penelitian yang

dilakukan.

(19)

Bab ini mencakup tentang metode penelitian, desain penelitian, variabel

penelitian, lokasi penelitian, subjek penelitian, teknik pengumpulan data, definisi

operasional, instrument penelitian, dan analisis data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini mencakup tentang deskripsi data, analisis data, dan pembahasan hasil

penelitian.

(20)

BAB III

METEDOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di salah satu Sekolah Luar Biasa B di kota

Bandung. Pemilihan SLB-B ini sebagai lokasi penelitian berdasar dari beberapa

aspek diantaranya adalah karena SLB-B merupakan SLB untuk anak tunarungu

yang memiliki kelainan pada indera pendengaran, SLB-B ini sudah memiliki mata

pelajaran keterampilan otomotif dasar seperti tune-up sepeda motor dan mencuci

motor namun untuk bidang penyetelan pelk sepeda motor belum diterapkan.

Program vokasional yang terdapat di SLB ini antara lain: keterampilan otomotif,

keterampilan tataboga, keterampilan menjahit, keterampilan seni musik dan seni

tari.

Gambar 3.1 SLB-B Sukapura (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

B. Metode dan Desain Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif, dengan jenis penelitian subjek tunggal yang dikenal dengan istilah

(21)

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal lain-lain yang sudah disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian.

Sedangkan penelitian single subject research (SSR) yaitu suatu metode yang

bertujuan untuk memperoleh data yang diperlukan dengan melihat hasil ada

tidaknya pengaruh dan perubahan yang terjadi dari suatu perlakuan yang

diberikan kepada subjek secara berulang-ulang dalam waktu tertentu.

Perbandingan tidak dilakukan antar individu maupun kelompok tetapi

dibandingkan dalam subjek yang sama dalam kondisi yang berbeda. Dimaksud

kondisi disini adalah kondisi baseline dan kondisi eksperimen.

Baseline adalah kondisi dimana pengukuran target behavior dilakukan pada

keadaan natural sebelum dilakukan interven siapa pun. Kondisi eksperimen adalah

kondisi dimana suatu intervensi telah diberikan dan target behavior diukur

dibawah kondisi tersebut. Penelitian dengan desain subjek tunggal selalu

dilakukan perbandingan antara fase baseline dengan sekurang-kurangnya fase

intervensi (Sunanto, 2005:56).

2. Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah desain subjek tunggal Single Subject

berulang-ulang dengan periode waktu tertentu misalnya, perminggu, perhari, atau perjam.

Perbandingan tidak dilakukan antar individu maupun kelompok tetapi

dibandingkan dalam subjek yang sama dalam kondisi yang berbeda.

Kondisi disini adalah kondisi baseline dan kondisi perlakuan intervensi.

Baseline adalah kondisi dimana pengukuran target behavior dilakukan pada

keadaan natural sebelum dilakukan intervensi apapun. Kondisi intervensi adalah

kondisi dimana suatu intervensi telah diberikan dan target behavior diukur

dibawah kondisi tersebut. Penelitian dengan desain subjek tunggal selalu

dilakukan perbandingan antara fase baseline dengan sekurang-kurangnya fase

intervensi (Sunanto, 2006:41).

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain A - B - A

(22)

34

Bertujuan untuk mempelajari besarnya suatu perlakuan intervensi terhadap target

behavior tertentu yang diberikan kepada individu (Sunanto,2006:44).

Waktu Gambar 3.2

Desain A-B-A (Sunanto dkk 2006:45)

Al = baseline

Baseline adalah kondisi awal kemampuan keterampiian subjek sebelum diberi

perlakuan intervensi. Pengukuran fase baseline dilakukan sampai data stabil.

B = intervensi

Intervensi adalah kondisi keterampilan subjek selama memperoleh perlakuan.

Perlakuan diberikan sampai data menjadi stabil, dengan menggunakan media

sebaya.

A2 = baseline

Pengulangan kondisi baseline sebagai evaluasi sejauh mana intervensi diberikan

pada subjek. Dilakukan sampai stabil mendapatkan validitas penelitian yang baik,

pada saat melakukan eksperimen dengan disain A-B-A, penelitian perlu

memperhatian beberapa hal berikut ini.

1. Mendefinisikan target behaviour sebagai perilaku yang dapat diukur secara

akurat.

2. Mengukur dan mengumpulkan data pada kondisi baseline (A1), secara

berkelanjutan sekurang-kurangnya 3 atau 5 sampai trend dan level data

menjadi stabil.

3. Memberikan intervensi setelah trend data baseline stabil.

4. Mengukur dan mengumpulakan data pada fase intervensi (B) dengan

periode waktu tertentu sampai data menjadi stabil. Target

behavio

Base line A Intervensi Base line

(23)

5. Setelah kecendrungan dan level data pada fase intervensi(B) stabil

mengulang fase baseline (A2).

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI SMALB Sukapura Kiaracondong

Bandung. Pada pembelajaran otomotif keterampilan otomotif dasar penyetelan

pelk sepeda motor terdapat dua subjek atau siswa yang keduanya memiliki

difabilitas yang sama yaitu tunarungu.

1. Siswa I

Nama : ANT

Alamat : Maleer Utara RT 03 RW 04 Bandung

Tempat tanggal lahir : Bandung, 15 Desember 1994

Jenis Kelamin : Laki-Laku

Wali : Dedi Junaedi dan Upit

Difabelitas : Tunarungu

Tingkat Ketulian : Lebih dari 75db

2. Siswa II

Nama : RS

Alamat : Kebaktian Garu I No. 14C RT 12 RW 11 Kel. Babakan

Sari. Kec Kiaracondong Bandung

Tempat tanggal lahir : Semarang, 22 Agustus 1993

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Wali : Titik Setiawati dan Dani Suardani

Difabelitas : Tunarungu

Tingkat Ketulian : Lebih dari 75db

D. Definisi Operasional

Dalam penelitian ini perlu diketahui definisi operasional dari setiap variabel

untuk menghindari ketidak jelasan arti variabel-variabel yang akan diteliti.

(24)

36

1. Definisi konseptual penyetelan pelk sepeda motor adalah mengembalikan

kondisi pelk yang bengkok, oleng atau tidak dalam keadaan normal menjadi

normal kembali dan tidak oleng, dengan cara mengencangkan atau menyetel

jari-jari pelk. Definisi operasionalnya adalah skor performance assesment

skor waktu rata-rata yang meliputi persiapan kerja, persiapan alat dan bahan,

proses pelepasan roda, proses penyetelan pelk, proses pengecekan

keolengan pelk dan pemasangan roda.

2. Definisi Konseptual Implementasi metode demontrasi penyetelan pelk

sepeda motor adalah penerapan metode mengajar dengan memperagakan

barang, kejadian, aturan dan urutan melakukan suatu kegiatan penyetelan

pelk sepeda motor baik secara langsung maupun melalui penggunaan media

pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan dan materi yang disajikan.

Definisi operasionalnya adalah berupa kegiatan pembelajaran demonstrasi

setiap indikator yang meliputi kegiatan persiapan kerja dengan guru

mendemonstrasikan lalu siswa mempraktekan kembali, kegiatan persiapan

alat dan bahan dengan guru mendemonstrasikan lalu siswa mempraktekan

kembali, kegiatan pelepasan roda dengan guru mendemonstrasikan

kemudian siswa mempraktekan kembali, kegiatan menyetel pelk dengan

guru mendemonstrasikan kemudian siswa mempraktekan kembali, kegiatan

pengecekan keolengan pelk dan memasang roda dengan guru

mendemonstrasikan kemudian siswa mempraktekan kembali.

E. Prosedur Penelitian

Pembelajaran vokasional otomotif dasar penyetelan pelk sepeda motor

menggunakan metode demonstrasi. Adapun prosedur penelitian ini antara lain :

1. Menentukan dan menetapkan prilaku apa yang akan diubah sebagai target

behavior dalam penelitian ini adalah keterampilan otomotif. Keterampilan

otomotif yang diambil yaitu keterampilan penyetelan pelk sepeda motor.

Aspek pengamatan dalam penelitian ini adalah menyiapkan alat dalam

(25)

motor, melakukan pembukaan roda, melakukan penyetelan pelk, melakukan

pemasangan roda.

2. Mengobservasi perilaku subjek dalam kemampuan keterampilan penyetelan

pelk sepeda motor. Pengumpulan data dilakukan dengan mencatat respon

peserta didik selama observasi. Setiap hari dilakukan dua kali observasi.

Peneliti mengamati sekaligus mencatat respon dalam format data yang telah

disediakan serta memberi penilaian pada setiap aspek yang dinilai, dengan

dibantu teman sebaya (tahap 1, fase baseline 1).

3. Melakukan intervensi langsung. Tahap ini merupakan tahap intervensi yang

kegiatannya adalah memberikan demontrasi pada peserta didik saat

menyetel pelk. Peneliti mengamati sekaligus mencatat respon dalam format

data yang telah disediakan serta memberi penilaian pada setiap aspek yang

dinilai, tahap 2, fase intervensi.

4. Mengobservasi perilaku subjek dalam kemampuan keterampilan menyetel

pelk sepeda motor. Pengumpulan data dilakukan dengan mencatat

responpeserta didik selama observasi. Setiap hari dilakukan satu kali

observasi Peneliti mengamati sekaligus mencatat respon dalam format data

yang telah disediakan serta memberi penilaian pada setiap aspek yang

dinilai, dengan dibantu teman sebaya tahap 3, fase baseline 2.

F. Instrumen Penelitian

Menurut Sugiyono (2013, hlm. 148) pengertian instrumen adalah “suatu alat

yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati”.

Berdasarkan pengertian tersebut, instrumen yang akan digunakan untuk

mengumpulkan data tentang kemampuan atau pembelajran keterampilan otomotif

dasar penyetelan pelk sepeda motor dalam peneliatian ini adalah berupa tes

keterampilan. Format tes disusun berdasarkan point-point tentang kejadian atau

tingkah laku yang digambarkan akan terjadi untuk penyetelan pelk sepeda motor

yangbaik dan benar.

(26)

38

Tabel 3.1

Kisi-kisi penelitian penyetelan pelk sepeda motor

Kompetensi dasar Prosedur Penyetelan Pelk Sepeda

Motor Nomor

Soal

Bentuk soal Praktik

Indikator 1. Persiapan Operator

a. Pakaian Kerja b. Kesehatan Fisik c. Identitas kerja

2. Persiapan Alat Dan Bahan a. Alat penyetel pelk b. Kunci penyetel jari-jari c. Sendok ban

d. Kunci ring dan kunci pas seseuai ukuran roda

e. Pompa ban

3. Proses pelepasan roda

a. Menyiapkan alat penyetel pelk sepeda motor.

b. Melepaskan roda. c. Melepaskan ban luar d. Melepaskan ban dalam. e. Memasang pelk pada alat

penyetel.

4. Proses penyetelan pelk

a. Memutar pelk untuk melihat keolengan

b. Menyetel jari-jari pada bagian pelk yang oleng

c. Melihat keolengan pelk dengan melihat indikator keolengan

5. Proses pengecekan pelk dan pemasangan roda

a. Mengecek keolengan pelk dan memasang ban luar dan dalam b. Mengisi angin pada ban

c. Memasang roda pada sepeda motor

6. Hasil Kerja

Siswa dapat menyetel pelk dan roda sudah tidak oleng.

7. Waktu Kerja

(27)

Waktu kerja adalah 29,5 Menit.

G. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yaitu dengan cara mengamati setiap aspek yang

menjadi sasaran dalam penelitian ini. Pengamatan dilakukan dengan

mengobservasi kinerja subjek penelitian berupas tes performance sebelum dan

sesudah intervensi dilaksanakan. Fase baseline pengumpulan data dilakukan

dengan cara mencatat setiap kegiatan anak yang telah ditentukan selama

observasi. Setiap kali dilakukan observasi selama tes unjuk kerja, peneliti

mengamati sekaligus mencatat keterampilan anak dalam proses penyetelan pelk

sepeda motor dengan format data yang telah disediakan serta memberkan nilai.

2. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah suatu kegiatan untuk meneliti, memeriksa, mempelajari,

membandingkan data yang ada dan membuat interpretasi yang diperlukan.

Kegunaan analisis data adalah sebagai bahan masukan untuk pengambilan

keputusan, perencanaan, pemantauan, pengawasan, penyusunan laporan

pendidikan, penyusunan statistik pendidikan, penyusunan program rutin dan

pembangunan, peningkatan program pendidikan dan pembinaan sekolah.

Penelitian subjek tunggal memerlukan beberapa hal dalam menganalisis data di

antaranya pembuatan grafik, penggunaan statistik deskriptrif dan penggunaan

analisis visual. Penggunaan grafik diharapkan untuk memperjelas gambaran dari

suatu kondisi eksperimen baik sebelum perlakuan (baseline1), maupun setelah

diberikan perlakuan (intervensi), dan perubahan-perubahan yang terjadi setelah

perlakuan (baseline 2).

Sunanto (2006: 66) mengemukakan bahwa

(28)

40

level data dalam suatu kondisi antar kondisi, arah perubahan dalam kondisi

maupun antar kondisi

Analisis data pada penelitian desain subjek tunggal ini peneliti melakukan tiga

hal yaitu pembuatan grafik, penggunaan statistic deskritif, dan analisis visual.

Penganalisaan yang dilakukan meliputi analisis dalam kondisi dan analisis antar

kondisi.

1. Analisis Dalam Kondisi

Perubahandata yang dianalisis dalam suatu kondisi misalnya kondisi

baselineatau kondisi intervensi, sedangkan komponen yang akan dianalisis

meliputi:

a. Panjang Kondisi

Sunanto (2006:66) mengemukakan bahwa:

Panjangnya kondisi dilihat dari banyaknya data point atau skor pada setiap kondisi. Seberapa banyak data point yang harus ada pada setiap kondisi tergantung pada masalah penelitian dan intervensi yang diberikan. Untuk panjang kondisi baselinesecara umum bisa digunakan tiga atau lima data

point.

Berdasarkan pendapat di atas, penentuan panjang kondisi ditentukan dengan

panjang interval. Panjang interval menunjukan ada berapa fasedalam kondisi

tersebut, selanjutnya dibuat dalam tabel.

Tabel 3.2 Panjang Kondisi

KONDISI BASELINE (A) INTERVENSI (B)

Panjang Kondisi

b. Estimasi Kecenderungan Arah (Trend/Slope)

Menurut Sunanto (2005:67) mengemukakan bahwa “ada tiga macam

kecenderungan arah grafik (trend) yaitu, (1) meningkat; (2) mendatar; dan (3) menurun.”Kecenderungan arah (trend/slope) data pada suatu grafik sangat penting

untuk memberikan gambaran perilaku subjek yang sedang diteliti.Ada dua cara

untuk menentukan kecenderungan arah grafik (trend) yaitu metode freehand dan

(29)

split-middle (belah dua). Mengestimasi kecenderungan arah dengan metode ini

adalah menentukan kecenderungan arah grafik berdasarkan median data point

nilai ordinatnya. Sunanto (2006:78) mengemukakan ada beberapa langkah dalam

metode ini, diantaranya:

1) Bagilah data pada fasebaseline menjadi dua bagian,

2) Bagian kanan dan kiri dari tahap 1, dibagi lagi menjadi dua bagian 3) Tentukan posisi median dari masing-masing belahan

4) Tariklah garis sejajar dengan absis yang menghubungkan titik temu antara bagian kanan dengan bagian kiri.

Estimasi kecenderungan arah dibuat dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 3.3

Estimasi Kecenderungan Arah

KONDISI BASELINE

Estimasi Kecendrungan Arah

(Meningkat)

(Mendatar)

(Menurun)

c. Kecenderungan Stabilitas

Menurut Sunanto (2006:68) mengemukakan bahwa

(30)

42

menentukan tingkat stabilitas data biasanya digunakan persentase penyimpangan dari mean sebesar (5, 10, 12, dan 15%). Persentasepenyimpangan terhadap mean yang digunakan untuk menghitung stabilitas digunakanyang kecil (10%) jika data mengelompok di bagian atas dan digunakan persentasebesar (15%) jika data mengelompok di bagian tengah maupun bagian bawah.

Mean level untuk data di suatu kondisi dihitung dengan cara menjumlahkan,

semua data yang ada padakordinat dibagi banyaknya data,adapun langkah

penentuan kecendrungan stabilitas menurut Sunanto (2006:79) diantaranya adalah

sebagai berikut :

1) Mementukan rentang stabilitas dengan rumusan: Rentang Stabilitas = skor tertingi x kriteria stabilitas.

2) Menentukan mean level dengan cara menjumlahkan semua data yang ada pada kordinat dibagi banyaknya data.

3) Menentukan batas atas dengan rumusan :

Batas Atas = Mean Level + (0,5. Rentang Stabilitas). 4) Menetukan batasan bawah dengan rumusan :

Batas bawah = Mean Level – (0,5. Rentang Stabilitas). 5) Menghitung persentase stabilitas (PS) dengan rumus :

� = �

��� 100 %

Keterangan :

PS = Persentase Stabilitas

BR = banyak Data Poin dalam Rentang BP = Banyak Data Poin

d. Jejak Data

Jejak data merupakan perubahan dari satu data ke data lain dalam suatu kondisi

dengan tiga kemungkinan, yaitu menaik, menurun, dan mendatar.

e. Level Stabilitas dan Rentang

Leve lmenunjukan pada besar kecilnya data yang berada pada skala ordinat

(sumbu Y). Data di ambil berdasarkan hasil perhitungan kecendrungan stabilitas.

f. Level Perubahan (Level Change)

Tingkat perubahan menunjukan berapa besarnya perubahan data dalam suatu

kondisi dengan cara :

1) Menentukan berapa besar data poin (skor) pertama dan terakhir dalam suatu

(31)

2) Kurangi data yang besar dengan data yang kecil, tentukan apakah selisihnya

menunjukan arah yang membaik (therapeutic), atau memburuk

(contatherapeutic) sesuai dengan tujuan intervensi atau pengajarannya.

Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah target behavior

yang berubah sepanjang faseintervensi (B), dan bagaimana perubahannya

dibandingkan dengan fasebaseline(A). Jika benar terjadi perubahan pada

fasebaseline dan faseintervensi benar-benar hanya pada satu variable terikat,

hal ini mengindikasikan adanya pengaruh intervensiterhadap target

behavior.

2. Analisis Antar Kondisi

Sunanto (2006:82) untuk menganalisa visual antar kondisi terdapat lima

komponen yaitu:

a. Jumlah Variabel yang Diubah

Mengetahui perubahan variabel bebas intervensi terhadap variabel terikat

target behavior secara jelas, peneliti harus terfokus pada perubahan satu target

behavior dua kodisi. Terjadi penibahan pada fase baseline dan fase intervensi

benar-benar hanya pada satu variabel terikat, hal ini mengindikasikan adanya

pengaruh intervensi terhadap target behaviour.

b. Perubahan Kecenderungan Arah dan Efeknya

Menentukan perubahan kecendrungan arah dengan mengambil data pada

analisis Kecendenmgan Arah dalam masing-masing kondisi, baik itu fase baseline

maupun intervensi.

c. Perubahan Stabilitas

Menentukan perubahan kecenderungan stabilitas dengan melihat

kecenderungan stabilitas pada masing-masing fase, baik itu fase baseline maupun

intervensi.

d. Perubahan Level

Menentukan level perubahan dengan cara menentukan data skor pada kondisi

baselinepada fase terakhir dan fase pertama pada kondisi intervensi kemudian

(32)

44

Menentukan overlap data pada kondisi baseline dengan intervensi prilakukan

dengan cara :

1) Lihat kembali batas bawah dan atas pada kondisi baseline.

2) Hitung ada berapa data point pada kondisi intervensi yang berada pada

rentang kondisi.

3) Perolehan pada langkah (b) dibagi dengan banyaknya data poit dalam

kondisi kemudian dikalikan 100.

Semakin kecil persentase overlap makin baik pengaruh intervensi terhadap

(33)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan bagi penulis untuk menarik

suatu kesimpulan, secara umum penulis dapat menyimpulkan bahwa metode

demonstrasi memberikan hasil yang lebih baik dibanding dengan yang tidak

menggunakan metode demonstrasi.

1. Pelaksanaan pembelajaran otomotif dasar penyetelan pelk sepeda motor

dengan menggunakan metode demonstrasi pada siswa SMALB, dilakukan

dengan mengacu pada langkah setiap indikator. Guru mendemonstrasikan

setiap langkah kegiatan dalam proses menyetel pelk sepeda motor,

kemudian siswa memperhatikan lalu siswa mempraktekan kembali apa yang

sudah di demonstrasikan oelh guru.

2. Hasil belajar pada kedua siswa dalam bidang keterampilan otomotif dasar

penyetelan pelk sepeda motor ini dapat dilihat dari skoring kemampuan

menyetel pelk sepeda motor dan waktu rata-rata yang dicapai pada fase

baseline 1 (A-1), Intervensi B dan Baseline 1 (A-2). Terjadi peningkatan

skor kemampuan menyetel pelk sepeda motor pada kedua siswa dari fase

baseline 1 (A-1) setelah di beri perlakuan pada fase intervensi B. Siswa

ANT mendapatkan skor rata-rata 7,25 pada fase baseline 1 (A-1), kemudian

meningkat menjadi 12,20 setelah diberikan perlakuan pada fase intervensi B

dan skor pada fase baseline 1 (A-2) adalah 12,50. Siswa RZ mendapatkan

skor rata-rata 7,00 pada fase baseline 1 (A-1), kemudian meningkat menjadi

11,83 setelah diberi perlakuan pada fase intervensi B dan skor pada fase

baseline 1 (A-2) adalah 12,25.

3. Ketercapaian waktu rata-rata keterampilan otomotif dasar penyetelan pelk

sepeda motor dapat dilihat dari rata-rata ketercapaian kedua siswa. Waktu

rata-rata siswa ANT dalam pengerjaan keseluruhan menyetel pelk sepeda

(34)

91

detik atau 28,9 menit. Maka dari itu kedua siswa sudah memenuhi standar

prosedur waktu penyetelan pelk sepeda motor yaitu harus dibawah 29,5

menit

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan penelitian, penulis mengmukakan beberapa saran

sebagai berikut:

1. Bagi guru khususnya yang menangani siswa tunarungu di SMALB,

diharapkan penelitian ini dapat memberikan gambaran dalam penggunaan

metode dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajars iswa

tunarungu pada keterampilan otomotif khususnya penyetelan pelk sepeda

motor.

2. Bagi kepala sekolah, selaku pimpinan dapat merekomendasikan kepada

guru-guru keterampilan yang lain untuk meningkatkan pembelajaran

keterampilan otomotif.

3. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat dijadikan gambaran

pembelajaran keterampilan otomotif bagi siswa tungarungu dan dapat

(35)

Adang, H. (2012). Metodologi Pembelajaran. Banten : LP3G.

Amin, N. (2005). Ensiklopedi Otomotif. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Arifin dan Sirojudin (1998). Pengajaran Keterampilan. Bandung: Alfabeta.

Arikunto, S. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT. BumiAksara.

Daryanto, (2010) Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta : PT. Gavamedia

Depdiknas, (2003). Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003, Tentang Sistem

Pendidikan Nasional. Jakarta.

Depdiknas, (2004). Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Pendidikan Berbasis Life

Skills di Sekolah Menengah Atas (SMAKh). Jakarta : Direktorat Pendidikan

Luar Biasa.

Depdiknas,Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomer 1 Tahun 2008 Tentang

Standar Proses Pendidikan Khusus Tunanetra, Tunarungu, Tunagrahita, Tunadaksa, dan Tunalaras. jakarta.

Djamarah, (2010). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Effendi, M (2009). Pengantar psi kopedagogik anak berkelainan.Jakarta: PT BumiAksara.

Firdan N. F, (2011) Eksplorasi Pembelajaran Keterampilan Otomotif

Menggunakan Metode Demontrasi Bagi Peserta Didik Difabel di SLBN B Pembina Sumedang Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Irwan,(2011). Kursus otomotif. [ Online ]. Tersedia di: http : // www. antarajateng.com / detail/index.php?id=19962 [ Diakses 25Oktober2013 pkl.20.30 ].

Kuswana, W.S.(2013). Dasar-Dasar Pendidikan Vokasi dan Kejuruan. Bandung: PT.Alfabeta.

Muhibbin, S. (2002). Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Munawar W, dkk. (2013). Desain dan Pengembangan Model Pendidikan

(36)

93

Fadhlillah Rakhman Gustian, 2014

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 (1991) Pendidikan Luar

Biasa : Jakarta.

Permendiknas, (2006) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik

Indonesia Nomor 22 Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah. Jakarta.

Roetiyah, N.K. (2001). Strategi Belajar Mengajar.Jakarta: Rineka Cipta.

Saeful, Rifki. (2014). Hasil Belajar Keterampilan Otomotif Dengan

Menggunakan Metode Demonstrasi Pada Anak Difabel Di Smalb-B Majalengka. Skripsi sarjana pada FPTK Universitas pendidikan

Indonesia: tidak diterbitkan

Sanjaya, W.(2006) Strategi Pembelajaran. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Saptaringga, Septian. (2014). Implementasi Metode Latihan Keterampilan/Drill

Pada Pembelajaran Keterampilan Vokasional Otomotif Untuk Siswa Difabel (Tunarungu) Di Smalb. Skripsi sarjana pada FPTK Universitas

pendidikan Indonesia: tidak diterbitkan.

Sugihartono, (2007)Psikologi Pendidikan Yogyakarta : UNY Press-Yogya.

Sugiyono, (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif

Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Sunanto, J. (2006). Pengantar penelitian dengan subyek tunggal. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.

Suryosubroto, (2002). Beberapa Aspek Dasar-Dasar Kependidikan Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Syaiful, B. D. (2010). Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif.Jakarta :RinekaCipta.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.

Yanzori, Y. (____). Manfaat Psikologis Pedagogis Metode Demonstrasi.[Online].

Tersedia di

http://www.academia.edu/5374249/Metode_demonstrasi_dalam_belajar_

(37)

No Kegiatan Indikator Visualisasi Kinerja Standar Judgment Waktu

1 Persiapan Kerja

Persiapan Operator: a. Pakaian Kerja. b. Kesehatan Fisik. c. Identitas Kerja.

Memakai Pakaian kerja (wearpack).

Dalam Keadaan sehat.

2 Persiapan Alat dan Bahan

Persiapan Alat dan Bahan:

a. Alat penyetelan pelk.

b. Kunci penyetel jari-jari.

c. Kunci pembuka ban / sendok ban.

d. Kunci ring 17

a)

b)

c)

(38)

e. Kunci pas 12

f. Pompa ban manual. e)

f)

3 Proses kerja a. Mempersiapkan alat

penyetel pelk sepeda motor.

(39)

menggunakan kunci ring 17.

c. Buka ban luar dari pelk dengan sendok ban.

d. Lepaskan ban dalam yang ada didalam ban luar.

(40)

f. Putar pelk untuk melihat keolengan pelk tersebut

g. Stel jari-jari pada bagian pelk yang oleng menggunakan alat penyetel jari-jari

(41)

keolengan lagi dengan melihat indikator keolengan, pasang kembali ban dalam dan luar pada pelk yang telah di stel.

j. Beri angin pada ban dengan menggunakan pompa ban

k. Pasang kembali roda

pada sepeda motor

4. Hasil Pelk sepeda motor

(42)

Mengetahui Pemilik Bengkel

Penyetelan Pelk Sepeda Motor Katapang

_______________________ 5. Waktu Kerja Waktu kerja 29,5 menit

(43)

Pernyataan Expert Judgement

Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama :

NIP :

Pekerjaan/Jabatan :

Alamat :

Bersedia memberikan Expert Judgement atas instrumen penelitian (Job Sheet)

yang diajukan oleh:

Nama : Fadhlillah Rakhman Gustian

NIM : 0806640

Berdasarkan hasil analisis, saya menyatakan bahwa instrumen penelitian (Job

Sheet) tersebut layak untuk digunakan.

Demikian pernyataan ini saya buat untuk keperluan proses penelitian skripsi

dengan judul: “Implementasi Keterampilan Otomotif Penyetelan Pelk Sepeda

Motor Dengan Metode Demontrasi Pada Siswa SMALB”.

Bandung ...

Penilai

(44)

117

Nama Peserta Tes : ………..

Kelas : ……… Satuan Pendidikan : SLB Mata Pelajaran : Keterampilan Otomotif – B Sukapura

Petunjuk:

Tuliskan centang (V) untuk kemampuan peserta tes yang teramati pada waktu tes keterampilan

Uji Keterampilan:

Penyetelan pelk sepeda motor.

JOBSHEET

Ikutilah perintah dibawah ini sesuai prosedur!

No Kegiatan Indikator Visualisasi Kinerja Standar

1 Persiapan Kerja

Persiapan Operator: a. Pakaian Kerja. b. Kesehatan Fisik. c. Identitas Kerja.

Memakai Pakaian kerja (wearpack).

Dalam Keadaan sehat.

2 Persiapan Alat dan Bahan

Persiapan Alat dan Bahan:

a. Alat penyetelan pelk.

b. Kunci penyetel jari-jari.

c. Kunci pembuka ban / sendok ban.

a)

b)

(45)

d. Kunci ring 17

e. Kunci pas 12

f. Pompa ban manual. d)

e)

f)

(46)

119

3 Proses kerja a. Mempersiapkan alat penyetel pelk sepeda motor.

b. Lepaskan roda dari sepeda motor menggunakan kunci ring 17.

c. Buka ban luar dari pelk dengan sendok ban.

(47)

f. Putar pelk untuk melihat keolengan pelk tersebut

(48)

121

h. Cek pelk yang telah di stel jari-jari nya dengan melihat indilator keolengan pelk.

i. Setelah pelk dirasakan tidak ada keolengan lagi dengan melihat indikator keolengan, pasang kembali ban dalam dan luar pada pelk yang telah di stel.

(49)

4. Hasil Pelk sepeda motor tidak oleng.

(50)

94

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Nama Sekolah : SLB B Sukapura

Mata Diklat : Keterampilan Otomotif

Kelas/Semester : XI/4

Alokasi Waktu :

Standar Kompetensi : Prosedur Penyetelan Pelk Sepeda Motor

Kompetensi Dasar : Menyetel Pelk Sepeda Motor

Indikator :

1. Peserta didik dapat melakukan persiapan alat dan bahan yang akan digunakan.

2. Peserta didik dapat melepas roda dari sepeda motor.

3. Peserta didik dapat membuka ban dari pelk sepeda motor.

4. Peserta didik dapat menyetel pelk sepeda motor.

5. Peserta didik dapat memasang kembali roda pada sepeda motor.

I. Tujuan Pembelajaran

Setelah proses pembelajaran ini selesai tujuan pembelajaran yang diharapkan, adalah

peserta didik dapat melakukan menyetel pelk sepeda motor mulai dari melepas roda dari sepeda

motor, memeriksa kondisi pelk, menyetel pelk dan kembali memasang roda pada sepeda motor.

II. Materi Pembelajaran

A. Cara menggunakan Alat Penyetelan Sepeda Motor.

B. Proses Penyetelan Pelk Sepeda Motor.

III. Metode Pembelajaran

Demonstrasi

IV. Langkah-langkah Pembelajaran

A. Kegiatan awal

1. Salam pembukaan, penyiapan peserta didik dan berdoa.

2. Mengabsen peserta didik.

(51)

B. Kegiatan inti:

1. Pendidik menjelaskan secara garis besar materi yang akan diajarkan.

2. Peserta didik mempelajari job sheet langkah-langkah proses penyetelan pelk sepeda motor

yang telah Pendidik sediakan.

3. Peserta didik langsung dibawa ke lapangan untuk malakukan praktik penyetelan pelk sepeda

motor.

4. Peserta didik melakukan persiapan alat dan bahan. Pendidik membimbing atau mengawasi

peserta didik agar dapat melaksanakan proses dengan benar.

5. Peserta didik melakukan proses pelepasan roda dari sepeda motor. Pendidik membimbing

atau mengawasi peserta didik agar dapat melaksanakan proses dengan benar.

6. Peserta didik melakukan proses pelepasan ban dari pelk sepeda motor. Pendidik mebimbing

atau mengawasi peserta didik agar dapat melaksanakan proses dengan benar.

7. Peserta didik melakukan proses penyetelan pelk sepeda motor. Pendidik membimbing atau

mengawasi peserta didik agar dapat melaksanakan proses dengan benar.

8. Peserta didik melakukan proses pemasangan kembali roda ke sepeda motor. Pendidik

membimbing atau mengawasi peserta didik agar dapat melaksanakan proses dengan benar.

9. Pendidik malakukan bimbingan peserta didik secara individual

10. Pendidik mencatat pencapaian kemajuan peserta didik.

C. Penutup KBM

1. Pendidik menyimpulkan materi yang telah disampaikan.

2. Pendidik melaksanakan evaluasi untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik

terhadap materi yang telah dipelajari.

3. Salam penutup dan berdoa.

V. Alat/Media dan sumber belajar

A. Alat / Media :

(52)

96

2. Kunci penyetel jari-jari.

3. Sendok ban

4. Kunci ring 17

5. Kunci pas 12

6. Pompa ban manual.

B. Sumber :

1. Job sheet

VI. Evaluasi/Penilaian

1. Prosedur test : Post test

2. Jenis test : Praktik

(53)

Pelaksanaan Implementasi Metode Demonstrasi Pada Pembelajaran

Otomotif Dasar Penyetelan Pelk Sepeda Motor di SMALB

Berikut langkaj-langkah dan dokumentasi proses pembelajaran otomotif dasar

[image:53.595.187.420.197.355.2]

penyetelan pelk sepeda motor di SMALB:

Gambar 1 Pendidik mendemonstrasikan alat penyetelan pelk sepeda motor (Sumber: dokumen pribadi)

Pendidik menjelaskan alat-alat yang diperlukan untuk menyetel pelk sepeda

motor serta fungsinya dengan cara mendemonstrasikan persiapan alat apa saja

yang harus disiapkan untuk menyetel pelk sepeda motor, dan juga dikarena

kebutuhan siswa, pendidik menjelaskan dengan menulis di white board (gambar

1).

Alat penyetelan pelk sepeda motor harus di kenali peserta didik baik bentuk

atau fungsinya agar tidak terjadi kesalahan dalam membawa alat untuk menyetel

pelk sepeda motor.

[image:53.595.220.426.553.686.2]
(54)

Pendidik mendemonstrasikan proses melepaskan roda sepeda motor dengan

menggunakan kunci ring dan kunci pas sesuai dengan ukuran mur dan baut roda

sepeda motor tersebut dan Pendidik membantu siswa yang mengalami kesulitan

[image:54.595.220.419.199.349.2]

dalam melepaskan roda sepeda motor (gambar 2).

Gambar 3 Siswa mempraktekan proses melepaskan roda sepeda motor (Sumber: dokumen pribadi)

Siswa mempraktekan kembali proses melepaskan roda dari sepeda motor

dengan menggunkan kunci pas atau kunci ring sesuai ukuran as roda.

Pendidik mengawasi dan mengarahkan siswa tersebut. (gambar 3)

Gambar 4 Pendidik mendemonstrasikan cara melepas ban (Sumber: dokumen pribadi)

Pendidik mendemonstrasikan cara melepas ban dengan menggunakan

sendok ban. Siswa memperhatikan Pendidik dan bertanya tentang pemakaian

[image:54.595.243.394.472.586.2]
(55)
[image:55.595.230.395.119.229.2]

Gambar 5 Siswa mempraktekan cara melepas ban (Sumber: dokumen pribadi)

Siswa mempraktekan kembali proses melepaskan ban dari pelk dengan

menggunakan sendok ban. Siswa secara bergantian mempraktekan melepaskan

[image:55.595.237.401.343.452.2]

ban dengan pengawasan dan pengarahan dari Pendidik (gambar 5).

Gambar 6 Pendidik mendemonstrasikan cara memasang pelk pada alat penyetelan

(Sumber: dokumen pribadi)

Pendidik mendemonstrasikan cara pemasangan pelk pada alat penyetel pelk.

Siswa memperhatikan dan sekali-kali bertanya tentang pemasangan pelk yang

benar pada alat penyetel. (gambar 6).

[image:55.595.246.404.568.719.2]
(56)

Siswa mempraktekan kembali proses memasang pelk pada alat penyetel pelk.

Siswa secara bergantian melakukannya dan memberikan masukan satu sama

[image:56.595.222.408.204.345.2]

lainnya dengan pengawasan serta arahan dari Pendidik (gambar 7).

Gambar 8 Pendidik mendemonstrasikan cara melihat keolengan pelk (Sumber: dokumen pribadi)

Pendidik mendemonstrasikan cara melihat keolengan pelk pada alat penyetel

pelk dengan memutar pelk tersebut. Siswa memperhatikan dan sekali-kali

bertanya tentang cara memutar pelk untuk melihat keolengannya (gambar 8).

Gambar 9 Siswa mempraktekan cara melihat keolengan pelk (Sumber: dokumen pribadi)

Siswa mempraktekan kembali cara melihat keolengan pelk pada alat penyetel

dengan cara memutar pelk. Siswa secra bergantian melakukannya dan Pendidik

[image:56.595.224.405.490.621.2]
(57)
[image:57.595.226.411.115.270.2]

Gambar 10 Pendidik mendemonstrasikan cara menyetel pelk (Sumber: dokumen pribadi)

Pendidik mendemonstrasikan cara menyetel pelk sepeda motor. Pendidik

menjelaskan cara mengencangkan jara-jari dengan menggunakan kunci jari-jari.

Siswa memperhatikan Pendidik dan sekali-kali bertanya tentang cara penyetelan

pelk tersebut (Gambar 10)

Gambar 11 Siswa mempraktekan penyetelan pelk (Sumber: dokumen pribadi)

Siswa mempraktekan kembali cara menyetel pelk sepeda motor. Sekali kali

siswa bertanya mengenai cara menyetel pelk. Pendidik mengawasi,

[image:57.595.256.376.403.560.2]
(58)
[image:58.595.217.409.131.255.2]

Gambar 12 Pendidik mendemontrasikan pengecekan keolengan pelk (Sumber: dokumen pribadi)

Pendidik mendemonstrasikan cara melihat keolengan pelk pada alat penyetel

setelah pelk di stel dengan memutar kembali pelk tersebut. Pendidik

menjelaskan tentang beasarnya pengaruh keolengan pelk terhadap kenyamanan

berkendara sepeda motor. Pendidik menjelaskan apabila pelk dirasakan sudah

tidak oleng dengan melihat indikator keolengan, pasang kembali ban pada pelk.

Siswa memperhatikan dan sekali-kali bertanya tentang cara melihat keolengan

pelk (gambar 12)

Gambar 13 Siswa mempraktekan pengecekan keolengan pelk (Sumber: dokumen pribadi)

Siswa mempraktekan kembali cara mengecek keolengan pelk yang sudah di

[image:58.595.244.395.454.663.2]
(59)

melakukannya dan memberikan masukan satu sama lainnya dengan pengawasan

[image:59.595.228.400.164.316.2]

serta arahan dari Pendidik (gambar 13).

Gambar 14 Pendidik mendemonstrasikan pemasangan ban pada pelk (Sumber: dokumen pribadi)

Pendidik mendemonstrasikan cara memasang kembali ban pada pelk yang

sudah di stel. Siswa memperhatikan dan sekali-kali bertanya tentang cara

memasang kembali ban pada pelk (gambar 14)

Gambar 15 Siswa mempraktekan pemasangan kembali ban pada pelk (Sumber: dokumen pribadi)

Siswa mempraktekan kembali cara memasang ban pada pelk yang sudah di

stel. Siswa secara bergantian melakukannya dan memberikan masukan satu

[image:59.595.228.428.423.556.2]
(60)
[image:60.595.238.399.122.344.2]

Gambar 16 Pendidik mendemonstrasikan cara mengisi angin pada ban (Sumber: dokumen pribadi)

Pendidik mendemonstrasikan cara mengisi angin pada ban. Pendidik

menjelaskan pentingnya tekanan angin pada ban terhadap kenyamanan

berkendara sepeda motor Siswa memperhatikan dan sekali-kali bertanya tentang

cara mengisi angin pada ban (gambar 16)

[image:60.595.244.402.477.698.2]
(61)

Siswa mempraktekan kembali cara mengisi angin pada ban. Siswa secara

bergantian melakukannya dan memberikan masukan satu sama lainnya dengan

[image:61.595.199.430.190.345.2]

pengawasan serta arahan dari Pendidik (gambar 17).

Gambar 18 Pendidik mendemonstrasikan cara pemasangan kembali roda pada sepeda motor

(Sumber: dokumen pribadi)

Pendidik mendemonstrasikan cara memasang kembali roda pada sepeda

motor. Siswa memperhatikan dan sekali-kali bertanya tentang cara memasang

kembali roda pada sepeda motor (Gambar 18)

(62)

Siswa mempraktekkan kembali proses pemasangan roda pada sepeda

motor. Siswa secara bergantian melakukannya dan memberikan masukan satu

sama lainnya dengan pengawasan serta arahan dari Pendidik (gambar 19).

Data yang diolah merupakan skor keterampilan menyetel pelk di setiap

tiap pertemuan. Analisis data visual yang digunakan dalam penelitian ini

adalah analisis dalam kondisi dan analisis antar kondisi. Komponen analisis

dalam kondisi meliputi enam komponen diantaranya: Panjang kondisi,

estimasi, kecenderungan arah, kecenderungan stabilitas, jejak data, level

(63)

Tes : ………..

Kelas : ……… Mata Pelajaran : Keterampilan Otomotif –

Petunjuk:

Tuliskan centang (V) untuk kemampuan peserta tes yang teramati pada waktu tes keterampilan

Uji Keterampilan:

Penyetelan pelk sepeda motor.

No Kegiatan Indikator Visualisasi Kinerja Standar

Skoring Penilaian

Ya Tidak

1 Persiapan Kerja

Persiapan Operator: a. Pakaian Kerja. b. Kesehatan Fisik. c. Identitas Kerja.

Memakai Pakaian kerja (wearpack).

Dalam Keadaan sehat.

1 0

2 Persiapan Alat dan Bahan

Persiapan Alat dan Bahan:

a. Alat penyetelan pelk.

b. Kunci penyetel jari-jari.

c. Kunci pembuka ban / sendok ban.

a)

b)

c)

(64)

d. Kunci ring 17

e. Kunci pas 12

f. Pompa ban manual. d)

e)

f)

(65)

b. Lepaskan roda dari sepeda motor menggunakan kunci ring 17.

1 0

c. Buka ban luar dari pelk dengan sendok ban.

1 0

d. Lepaskan ban dalam yang ada didalam ban luar.

(66)

e. Pasang pelk yang akan di stel pada alat penyetel pelk.

1 0

4 Proses

penyetelan pelk

f. Putar pelk untuk melihat keolengan pelk tersebut

1 0

g. Stel jari-jari pada bagian pelk yang oleng menggunakan alat penyetel jari-jari

(67)

pelk.

5 Proses

pengecekan pelk dan pemasangan roda

i. Setelah pelk dirasakan tidak ada keolengan lagi dengan melihat indikator keolengan, pasang kembali ban dalam dan luar pada pelk yang telah di stel.

1 0

j. Beri angin pada ban dengan menggunakan pompa ban

(68)

Nilai Akhir =� �� �ℎ�

� �� � � � 100

Guru Penanggung jawab Bandung, Agustus 2014

k. Pasang kembali roda

pada sepeda motor

1 0

4. Hasil Pelk sepeda motor

tidak oleng.

5. Waktu Kerja Waktu kerja 29,5 menit

(69)

H. Dikdik Dwiyana Koswara, SP.d Fadhlillah Rakhman Gustian

NIP.19651021 109203 1004 NIM. 0806640

Mengetahui, Kepala Sekolah SLB-B Sukapura Bandung

Hj. Anna Budhiarti, SP.d ,M.M NIP.19620610 198703 2009

Nama Peserta Tes : ………..

Kelas : ………

Kebutuhan : Tunarungu

Satuan Pendidikan : SLB – B Sukapura Mata Pelajaran : Keterampilan Otomotif

Gambar

Gambar
Gambar 3.1 SLB-B Sukapura (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Gambar 3.2 Waktu  Desain A-B-A (Sunanto dkk 2006:45)
Tabel 3.1 Kisi-kisi penelitian penyetelan pelk sepeda motor
+7

Referensi

Dokumen terkait

Konstribusi Iklim Sekolah dan Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru SMPN Akreditasi B .... Pembahasan Hasil Penelitian terhadap Guru PNS

Berdasarkan hasil penelitian maka diajukan beberapa saran, sebagai berikut : (1) hasil penelitian terbukti bahwa ada hubungan yang signifikan dan positif antara manajemen

Nilai sosial yang dijadikan sebagai pedoman dalam bertingkah laku bagi masyarakat adalah nilai ... Nilai-nilai sosial yang terdapat dalam kehidupan dapat

pelaksanaan diversi, hambatan dalam pelaksanaan diversi, penyelesaian terhadap hambatan diversi, syarat-syarat pelaksanaan diversi, dan jenis tindak pidana yang dapat

Gambar 4.15 Posisi angular dari simulasi sistem closed loop terhadap variasi nilai koefisien thrust yang acak

 Siswa menggambar persegi panjang dengan berbagai ukuran yang diberikan guru  Siswa menghitung luas persegi panjang yang digambarnya.  Pertemuan III : 6 x 35 menit (B.

Bola Leungeun Seuneu (Boles) Sebagai Kearifan Budaya Lokal Sebuah Alternatif Pengayaan Pendidikan Jasmani. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

PENETAPAN KADAR MINERAL KALSIUM, KALIUM, MAGNESIUM, DAN NATRIUM PADA SELADA ROMAINE ( Lactuca sativa var. longifolia Lam.) ORGANIK DAN NON-ORGANIK SECARA SPEKTROFOTOMETRI