SKRIPSI
diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Teknik Mesin
Oleh
FADHLILLAH RAKHMAN GUSTIAN NIM 0806640
DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FAKULTAS PENDIDIKAN DAN TEKNOLOGI KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
Halaman Hak Cipta
IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI PADA PEMBELAJARAN OTOMOTIF DASAR PENYETELAN PELK SEPEDA MOTOR DI SMALB
Oleh
Fadhlillah Rakhman Gustian
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
© Fadhlillah Rakhman Gustian 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Oktober 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
SEPEDA MOTOR DENGAN METODE DEMONTRASI PADA SISWA SMP NEGERI 2 CIWIDEY
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:
Pembimbing I
Dr. H. Wahid Munawar, M.Pd. NIP. 19630520 198901 1 001
Pembimbing II
Drs. Tatang Permana, M.Pd NIP. 19651110 199203 1 007
Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Mesin Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
Universitas Pendidikan Indonesia
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMAKASIH ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GRAFIK ... viii
DAFTAR DIAGRAM ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah Penelitian ... 5
C. Rumusan Masalah Penelitian ... 6
D. Tujuan Penelitian ... 6
E. Manfaat Penelitian ... 7
F. Struktur Organisasi. ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA... 8
A. Metode Pembelajaran Demontrasi ... 8
B. Pendidikan Difabel ... 15
C. Pembelajaran Otomotif ... 19
D. Penelitian Terdahulu ... 29
E. Kerangka Berfikir ... 30
BAB III METODE PENELITIAN ... 32
A. Lokasi dan Objek Penelitian ... 32
B. Metode Penelitian dan Desain Penelitian ... 32
C. Subjek Penelitian ... 35
D. Definisi Operasional ... 35
E. Prosedur Penelitian ... 36
F. Instrumen Penelitian ... 37
B. Hasil Penelitian ... 47
C. Analisis Data. ... 55
D. Pembahasan Analisis Dalam Kondisi, Analisis Antar Kondisi dan Analisis Waktu Rata-Rata ... 78
BAB V KESIMPULAN ... 80
DAFTAR PUSTAKA ... 82
DAFTAR TABEL
Tabel Hal
3.1 Kisi-kisi penelitian penyetelan pelk sepeda motor... 35
3.2 Instrumen Penelitian Kegiatan ... 36
3.3 Instrumen Penelitian Ketepatan Waktu Pengerjaan ... 38
3.4 Panjang Kondisi ... 42
3.5 Estimasi Kecenderungan Arah ... 42
4.1 Skor Kemampuan Keterampilan Menyetel Pelk Sepeda Motor Siswa 1 Kondisi Baseline 1 (A-1) ...57
4.2 Skor Kemampuan Keterampilan Menyetel Pelk Sepeda Motor Siswa 2 Kondisi Baseline 1 (A-2) ... 57
4.3 Skor Kemampuan Keterampilan Menyetel Pelk Sepeda Motor Siswa 1 Kondisi Intervensi B ...58
4.4 Skor Kemampuan Keterampilan Menyetel Pelk Sepeda Motor Siswa 2 Kondisi Intervensi B ...59
4.5 Skor Kemampuan Keterampilan Menyetel Pelk Sepeda Motor Siswa 1 Kondisi Baseline 2 (A-2) ...60
4.6 Skor Kemampuan Keterampilan Menyetel Pelk Sepeda Motor Siswa 2 Kondisi Baseline 2 (A-2) ...61
4.7 Rekapitulasi Skor Kemampuan Menyetel Pelk Sepeda Motor Siswa 1 ... 62
4.8 Rekapitulasi Skor Kemampuan Menyetel Pelk Sepeda Motor Siswa 2 ... 63
4.9 Panjang Kondisi ... 65
4.10 Kecenderugan Arah kondisi A1-B-A2 Siswa 1 ...66
4.11 Kecenderugan Arah kondisi A1-B-A2 Siswa 2 ... 67
4.12 Persentase Stabilitas Siswa 1 ... 74
4.13 Persentase Stabilitas Siswa 2 ... 74
4.14 Kecenderungan Jejak Data Siswa 1... 75
4.15 Kecenderungan Jejak Data Siswa 2 ... 75
4.16 Level Stabilitas dan Rentang Siswa 1 ... 76
4.17 Level Stabilitas dan Rentang Siswa 2 ... 76
4.18 Level Perubahan Siswa 1 ... 75
4.22 Jumlah Variabel yang Diubah ... 78
4.23 Perubahan Kecenderungan Arah ... 79
4.24 Perubahan Kecenderungan Stabilitas dan Efeknya ... 79
4.25 Level Perubahan Siswa ... 79
4.26 Tabel Overlap ... 83
4.27 Rangkuman Hasil Analisis Antar Kondisi Siswa 1 ... 83
4.28 Rangkuman Hasil Analisis Antar Kondisi Siswa 2 ... 84
4.29 Waktu Rata-Rata Kemampuan Tiap Siswa Dalam Keterampilan Menyetel Pelk Sepeda Motor Pada Anal Tunarungu Pada Fase A1-BA2 ... 84
DAFTAR GRAFIK
Grafik Hal
4.1 Kemampuan Menyetel Pelk Sepeda Motor Siswa 1 pada kondisi baseline 1 (A-1) 57
4.2 Kemampuan Menyetel Pelk Sepeda Motor Siswa 2 pada kondisi baseline 1 (A-1) 58
4.3 Kemampuan Menyetel Pelk Sepeda Motor Siswa 1 pada kondisi Intervensi (B) 59
4.4 Kemampuan Menyetel Pelk Sepeda Motor Siswa 2 pada kondisi Intervensi (B) 59
4.5 Kemampuan Menyetel Pelk Sepeda Motor Siswa 1 pada kondisi baseline 2 (A-2) 60
4.6 Kemampuan Menyetel Pelk Sepeda Motor Siswa 2 pada kondisi baseline 2 (A-1) 61
4.7 Rekapitulasi Skor Menyetel Pelk Sepeda Motor Siswa 1 ... 62
4.8 Rekapitulasi Skor Menyetel Pelk Sepeda Motor Siswa 2 ... 63
4.9 Estimasi Kecenderugan Arah kondisi A1-B-A2 Siswa 1 ... 66
4.10 Estimasi Kecenderungan Arah Kondisi A1-B-A2 Siswa 2 ... 67
4.11 Kecenderungan Stabilitas Fase Baseline A1 Siswa 1 ... 69
4.12 Kecenderungan Stabilitas Fase Baseline A1 Siswa 2 ... 70
4.13 Kecenderungan Stabilitas Fase Intervensi A1 Siswa 1 ... 71
4.14 Kecenderungan Stabilitas Fase Intervensi A1 Siswa 2 ... 72
4.15 Kecenderungan Stabilitas Fase Baseline A2 Siswa 1 ... 73
4.16 Kecenderungan Stabilitas Fase Baseline A2 Siswa 2 ... 74
4.17 Data Overlap Kondisi Baseline A1 ke Intervensi B Siswa 1 ... 81
4.18 Data Overlap Kondisi Intervensi B ke Baseline A2 Siswa 1 ... 81
4.19 Data Overlap Kondisi Baseline A1 ke Intervensi B Siswa 2 ... 82
DAFTAR DIAGRAM
Diagram Hal
4.1 Waktu rata-rata kemampuas siswa 1 dalam keterampilan menyetel pelk sepeda motor
pada fase A1-B-A2 ... 85
4.2 Waktu rata-rata kemampuas siswa 2 dalam keterampilan menyetel pelk sepeda motor
pada fase A1-B-A2 ... 86
4.3 Waktu Tiap Kegiatan Siswa 1 ... 87
DAFTAR GAMBAR
Gambar
2.1 Alat Penyetel Pelk Sepeda Motor ... 21
2.2 Kunci Penyetel Jari-Jari ... 21
2.3 Kunci Pembuka Ban ... 22
2.4 Kunci Ring dan Kunci Pas ... 22
2.5Pompa Ban Manual ... 22
2.6 Menyiapkan Alat penyetelan pelk sepeda motor ... 23
2.7 Membuka roda dari sepeda motor ... 23
2.8 Membuka ban dari pelk sepeda motor ... 23
2.9 Melepaskan ban dalam ... 24
2.10 Memasang pelk pada alat stel ... 24
2.11 Memutar pelk untuk melihat keolengan ... 24
2.12 Menyetel pelk sepeda motor ... 25
2.13 Mengecek keolengan pelk sepeda motor ... 25
2.14 Memasang ban dalam dan ban luar pada pelk yang telah di stel ... 25
2.15 Memompa ban ... 26
2.16 Memasang roda pada sepeda motor ... 26
2.17 Pelk sepeda motor tidak oleng ... 26
2.18 Kerangka berfikir ... 29
3.1 SLB-B Sukapura ... 30
3.2 Desain A-B-A ... 32
4.1 Guru mendemonstrasikan alat penyetelan pelk ... 47
4.2 Guru mendemonstrasikan roses melepaskan roda sepeda motor ... 48
4.3 Siswa mempraktekan proses melepaskan roda sepeda motor ... 48
4.4 Guru mendemonstrasikan cara melepas ban ... 49
4.5 Siswa mempraktekan cara melepas ban ... 49
4.6 Guru mendemonstrasikan cara memasang pelk pada alat penyetelan ... 49
4.10 Guru mendemonstrasikan cara menyetel pelk ... 51
4.11 Siswa mempraktekan cara menyetel pelk ... 52
4.12 Guru mendemonstrasikan cara pengecekan keolengan pelk ... 52
4.13 Siswa mempraktekan cara pengecekan keolengan pelk ... 53
4.14 Guru mendemonstrasikan cara memasang ban pada pelk ... 53
4.15 Siswa mempraktekan cara memasang kembali ban pada pelk ... 54
4.16 Guru mendemonstrasikan cara mengisi angin pada ban ... 54
4.17 Siswa mempraktekan cara mengisi angin pada ban ... 55
4.18 Guru mendemonstrasikan cara memasang kembali roda ... 55
i
Fadhlillah Rakhman Gustian, 2014
ABSTRAK
Fadhlillah Rakhman Gustian (2014). “Implementasi Metode Demonstrasi Pada Pembelajaran Otomotif Dasar Penyetelan Pelk Sepeda Motor Di SMALB ”.
Penelitian ini dilatar belakangi oleh sebuah permasalahan yaitu tidak sesuainya antara harapan dan kenyataan. Harapannya siswa SMALB-B SLB Sukapura bisa lebih terampil sehingga dengan modal keterampilan mereka bisa hidup mandiri di masyarakat. Kenyataannya proses pembelajaran keterampilan di SMALB-B SLB Sukapura masih belum optimal. Komunikasi pada anak tuna rungu menjadi salah satu faktor penghambat tercapainya tujuan pembelajaran sehingga diperlukan metode pembelajaran yang sesuai dengan kondisi anak tunarungu. Tujuan pada penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai hasil implementasi metode demonstrasi pada pembelajaran otomotif dasar penyetelan pelk sepeda motor di SMALB. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan jenis penelitian subjek tunggal atau Single Subject Research (SRR), yaitu suatu metode yang bertujuan untuk memperoleh data yang diperlukan, dengan melihat hasil ada tidaknya pengaruh atau perubahan yang terjadi dari suatu perlakuan yang diberikan kepada subjek, secara berulang-ulang dalam waktu tertentu. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian subjek tunggal ini adalah desain reversal tipe A-B-A, yaitu merupakan pengembangan dari disain dasar A-B, dimana pengukuran fase baseline diulang dua kali. Prosedur dasarnya adalah pengukuran pada fase baseline (A1) sebanyak 4 kali, kemudian pada kondisi intervensi (B) 6 kali, dan pengukuran kembali pada fase baseline (A2) 4 kali. Berdasarkan hasil penelitian terhadap 2 subjek tunarungu di SMALB, implementasi metode demonstrasi pada pembelajaran otomotif dasar penyetelan pelk sepeda motor mengalami peningkatan dan dapat dilihat pada analisis dalam kondisi maupun antar kondisi. Kesimpulannya bahwa metode pembelajaran demonstrasi dapat membatu siswa dalam meningkatakan kemampuan pada pembelajaran otomotif dasar penyetelan pelk sepeda motor.
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Warga Negara Republik Indonesia yang memiliki keragaman budaya,
perbedaan latar belakang, karakteristik, bakat dan minat, peserta didik
memerlukan proses pendidikan yang fleksibel, bervariasi dan memenuhi standar.
Peserta didik dengan kemampuan fisik dan mental yang mengalami kekurangan
atau berkebutuhan khusus (difabel), mereka juga memerlukan pendidikan khusus
untuk dapat hidup wajar dan mendapat hak-haknya dalam berbagai bidang
kehidupan dan penghidupan. Sebagaimana yang telah dikemukakan dalam
Undang-Undang Dasar Nomer 20 Tahun 2003 Bab IV pasal 5 ayat 2 yaitu warga
negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau
sosial berhak memperoleh pendidikan khusus. Anak luar biasa atau berkebutuhan
khusus merupakan anak yang mengalami penyimpangan rata-rata normal dalam
karakteristik mental, kemampuan sensoris, karakteristik, neuromotor atau fisik,
perilaku sosial, kemampuan sosial, kemampuan berkomunikasi atau gabungan
dari berbagai variabel tersebut. Pemerintah menaruh perhatian dalam hal
pendidikan mereka. ,sebagaimana dikemukakan pada Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional (Permendiknas Nomor 1 Tahun 2008: 4-5)bahwa :
Pendidikan khusus adalah pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, intelektual, sosial, memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Standar proses pendidikan khusus ini berlaku untuk peserta didik seperti: tunanetra, tunagrahita, tunarungu, tunadaksa, tuna laras pada Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), Sekolah Menegah Pertama Luar Biasa (SMPLB), dan Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB).
Permendiknas diatas menegaskan bahwa anak berkebutuhan khusus (difabel)
yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran, berhak dan
difasilitasi oleh negara untuk mendapatkan layanan pendidikan melalui
pendidikan khusus. Anak berkebutuhan khusus ada beberapa macam, salah
2
anak luarbiasa. Anak tuna rungu dipandang sebagai salah satu anak berkebutuhan
khusus, yang masih memiliki kemampuan untuk berkembang dalam bidang
pelajaran akademik, penyesuaian sosial,kemampuan bekerja,dan bahkan banyak
yang dapat mandiri di masyarakat. Kemandirian pada anak tuna rungu bisa
dikembangkan melalui pendidikan luar biasa, yaitu SLB-B sekolah luar biasa
yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan untuk anak tuna rungu. Melalui
SLB-B kemandirian pada anak tuna rungu bisa dikembangkan, hal tersebut sejalan
dengan Peraturan Pemerintah (PP) 72 Tahun 1991 Bab 2 pasal 2disebutkan bahwa
tujuan pendidikan luar biasa adalah:
membantu peserta didik yang menyandang kelainan fisik dan/atau mental, agar mampu mengembangkan sikap, pengetahuan dan keterampilan sebagai pribadi maupun anggota masyarakat, dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitar, serta dapat mengembangkan kemampuan dalam dunia atau mengikuti pendidikan lanjutan.
Tujuan pendidikan luar biasa di atas salah satunya dapat diwujudkan melalui
pembelajaran keterampilan. Keterampilan menjadi salah satu hal yang penting
dalam pelayanan pendidikan luar biasa, hal tersebut sudah diperhatikan dengan
adanya pendidikan keterampilan pada kurikulum sekolah luar biasa. Pendidikan
keterampilan diharapkan akan menjadi bekal bagi anak luar biasa untuk bisa lebih
terampil, menjadi anak yang mandiri dan tidak terus bergantung pada kedua
orang tua atau orang terdekatnya, sehingga pada akhirnya mereka bisa menjadi
anak yang mandiri seutuhnya di masyarakat (Wakil Kepala Sekolah Bagian
Kurikulum SLB-B Sukapura Kiaracondong, wawancara 4 Agustus 2014).
Pembelajaran bagi anak-anak berkebutuhan khusus ditekankan pada
penguasaan keterampilan vokasional. Upaya tersebut sebagai langkah untuk
meningkatkan kompetensi anak-anak berkebutuhan khusus untuk bisa mandiri
dengan mengembangkan potensi yang mereka miliki. Keterampilan vokasional
yang ada di SLB-B Sukapura Kiaracondong Bandung yaitu tata busana, tata boga,
seni tari, seni musik dan keterampilan otomotif.
Pembelajaran dasar vokasi otomotif adalah salah satu pembelajaran
Kebutuhan masyarakat terhadap otomotif semakin meningkat dari tahun ke tahun,
sehingga ada peluang yang menjanjikan bagi setiap orang, termasuk anak
berkebutuhan khusus untuk mengembangkan pembelajaran otomotif dasar.
SMALB menerapkan pembelajaran otomotif dasar namun berdasarkan
observasi di SMALB pelaksanaannya masih belum optimal. Menurut Wakil
Kepala Sekolah Bidang Kurikulum di SLB-B Sukapura (wawancara, 4 Agustus
2014), mengemukakan beberapa faktor penyebab peserta didik kurang menguasai
pembelajaran keterampilan dasar otomotif: (1) Kurangnya alat praktik otomotif
sehingga membuat siswa susah berlatih; (2) Siswa SLB-B khususnya SMALB
jarang melakukan latihan keterampilan terutama pada bidang keterampilan
otomotif; (3) Tidak adanya guru keterampilan yang relevan dengan bidang
keterampilan otomotif; (4) Komunikasi anak tuna rungu yang terganggu
merupakan salah satu penyebab kurangnya pemahaman dalam proses
pembelajaran keterampilan otomotif; (5) Pemilihan metode yang kurang tepat
digunakan pada mata pelajaran vokasi. Metode yang banyak diterapkan pada mata
pelajaran vokasi adalah metode konvensional seperti metode ceramah. Metode
ceramah yang kebanyakan diterapkan selama ini pada mata pelajaran
keterampilan membuat siswa kurang paham dan mengalami kesulitan dalam
menerima materi yang disampaikan, sehingga membuat peserta didik kurang
paham dalam memahami materi yang disampaikan. Wakil Kepala Sekolah Bidang
Kurikulum mengatakan bahwa siswa belum pernah diberikan pembelajaran
otomotif dasar menyetel pelk sepeda motor baik teori maupun praktek, mengingat
keterampilan vokasi otomotif dasar penyetelan pelk sepeda motor merupakan
salah satu bidang usaha yang sangat berguna dalam dunia otomotif.
Proses pembelajaran yang kurang maksimal mengakibatkan siswa SMALB
kurang terampil khususnya dalam keterampilan otomotif. Muhibbin (dalam
Sugihartono, 2007: 77) membagi faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
menjadi tiga macam, yaitu:
4
strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran.
Pada penelitian ini lebih memfokuskan pada pendekatan belajar yang
didalamnya termasuk metode belajar. Metode belajar yang digunakan akan
mempengaruhi terhadap hasil belajar. Prinsipnya dalam belajar keterampilan
otomotif, akan lebih efektif apabila siswa dibimbing dan langsung mengalami
sendiri materi yang dipelajari. Metode pembelajaran yang sesuai dengan
kebutuhan peserta didik akan mempercepat pemahaman terhadap materi yang
disampaikan.
Kendala komunikasi pada anak tuna rungu menjadi salah satu faktor
penghambat utama proses pembelajaran, sehingga diperlukan pemilihan metode
pembelajaran yang tepat agar pemaparan seorang guru dapat dimengerti dengan
baik, seperti menurut Abu (dalam B. Suryosubroto, 2002: 34) yang menyatakan
bahwa „dasar pemilihan metode mengajar yaitu harus relevan dengan situasi
pembelajaran, bahwa metode harus sesuai dengan kondisi pengajaran yang ada.
Penggunaan metode yang kurang tepat membuat siswa tidak termotivasi belajar‟.
Berdasarkan pendapat Abu A. penulis berpendapat bahwa metode demonstrasi
adalah metode yang dipandang relevan dan tepat untuk proses pembelajaran
keterampilan bagi peserta didik tuna rungu. Pendengaran anak tuna rungu tidak
dapat berfungsi dengan baik, sehingga melalui indera penglihatannya anak tuna
rungu berusaha memperoleh informasi. Metode demonstrasi yang lebih
mengedepankan visualisasi akan memudahkan anak tuna rungu untuk menyerap
informasi dan mengerti akan maksud isi pembelajaran, selain itu dengan metode
demonstrasi terjadinya verbalisme juga akan dapat dihindari, sebab dengan
menggunakan metode demonstrasi siswa akan langsung memperhatikan bahan
pelajaran yang dijelaskan. Akhirnya dari latar belakang masalah tersebut di atas
penulis tertarik untuk melakukan penelitian tetantang “Implementasi Metode
Demonstrasi Pada Pembelajaran Otomotif Dasar Penyetelan Pelk Sepeda Motor
B.Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, untuk mempermudah dalam pengenalan
masalahnya maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Siswa SLB-B khususnya SMALB belum melakukan latihan vokasi otomotif
penyetelan pelk sepeda motor.
2. Terbatasnya fasilitas praktik otomotif sehingga membuat siswa sulit untuk
berlatih.
3. Komunikasi anak tuna rungu merupakan salah satu penyebab kurangnya
pemahaman dalam proses pembelajaran keterampilan otomotif.
4. Tidak adanya guru pembelajaran vokasi otomotif dasar yang memiliki
disiplin ilmu yang sesuai dengan bidang vokasi otomotif.
5. Guru belum mengimplementasikan pembelajaran keterampilan otomotif
penyetelan pelk sepeda motor.
6. Kurang tepatnya metode pembelajaran yang digunakan dengan kondisi anak
tunarungu pada mata pelajaran vokasi khususnya otomotif.
C.Rumusan Masalah
Masalah penelitian perlu dirumuskan untuk memperjelas masalah yang akan
diteliti. Penulis merumuskan masalah inti yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran vokasi otomotif dasar penyetelan
pelk sepeda motor dengan metode demonstrasi pada siswa SMALB?
2. Bagaimana hasil pembelajaran vokasi otomotif dasar penyetelan pelk
sepeda motor dengan metode demonstrasi?
3. Bagaimana ketercapaian waktu rata-rata pembelajaran otomotif dasar
penyetelan pelk sepeda motor dengan metode demonstrasi?
D.Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian berkaitan erat dengan rumusan masalah yang dianjurkan.
6
1. Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran otomotif dasar penyetelan pelk
sepeda motor dengan metode demonstrasi.
2. Mendeskripsikan hasil pembelajaran otomotif dasar penyetelan pelk dengan
metode demonstrasi.
3. Mendeskripsikan ketercapaian waktu rata-rata penyetelan pelk sepeda motor
dengan metode demonstrasi.
E.Manfaat Penelitian
Setelah penelitian ini selesai dilakukan dan hasilnya diperoleh, diharapkan
memiliki manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung. Manfaat tersebut
adalah:
1. Bagi peneliti, diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
praktis tentang pelaksanaan dan pembelajaran keterampilan otomotif
penyetelan pelk sepeda motor.
2. Bagi guru, diharapkan dapat melaksanakan metode demonstrasi pada
pembelajaran keterampilan otomotif penyetelan pelk sepeda motor.
3. Bagi siswa, diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
praktis tentang keterampilan otomotif penyetelan pelk untuk menjadi bekal
agar bisa lebih mandiri.
F. Stuktur Organisasi
Struktur organisasi merupakan urutan penyusunan materi dalam penulisan
skripsi agar susunannya teratur. Struktur organisasi penulisan pada penelitian ini
adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini mencakup latar belakang masalah, identifikasi masalah, perumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Bab ini mencakup teori-teori yang berhubungan dengan penelitian yang
dilakukan.
Bab ini mencakup tentang metode penelitian, desain penelitian, variabel
penelitian, lokasi penelitian, subjek penelitian, teknik pengumpulan data, definisi
operasional, instrument penelitian, dan analisis data.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini mencakup tentang deskripsi data, analisis data, dan pembahasan hasil
penelitian.
BAB III
METEDOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di salah satu Sekolah Luar Biasa B di kota
Bandung. Pemilihan SLB-B ini sebagai lokasi penelitian berdasar dari beberapa
aspek diantaranya adalah karena SLB-B merupakan SLB untuk anak tunarungu
yang memiliki kelainan pada indera pendengaran, SLB-B ini sudah memiliki mata
pelajaran keterampilan otomotif dasar seperti tune-up sepeda motor dan mencuci
motor namun untuk bidang penyetelan pelk sepeda motor belum diterapkan.
Program vokasional yang terdapat di SLB ini antara lain: keterampilan otomotif,
keterampilan tataboga, keterampilan menjahit, keterampilan seni musik dan seni
tari.
Gambar 3.1 SLB-B Sukapura (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
B. Metode dan Desain Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif, dengan jenis penelitian subjek tunggal yang dikenal dengan istilah
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal lain-lain yang sudah disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian.
Sedangkan penelitian single subject research (SSR) yaitu suatu metode yang
bertujuan untuk memperoleh data yang diperlukan dengan melihat hasil ada
tidaknya pengaruh dan perubahan yang terjadi dari suatu perlakuan yang
diberikan kepada subjek secara berulang-ulang dalam waktu tertentu.
Perbandingan tidak dilakukan antar individu maupun kelompok tetapi
dibandingkan dalam subjek yang sama dalam kondisi yang berbeda. Dimaksud
kondisi disini adalah kondisi baseline dan kondisi eksperimen.
Baseline adalah kondisi dimana pengukuran target behavior dilakukan pada
keadaan natural sebelum dilakukan interven siapa pun. Kondisi eksperimen adalah
kondisi dimana suatu intervensi telah diberikan dan target behavior diukur
dibawah kondisi tersebut. Penelitian dengan desain subjek tunggal selalu
dilakukan perbandingan antara fase baseline dengan sekurang-kurangnya fase
intervensi (Sunanto, 2005:56).
2. Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah desain subjek tunggal Single Subject
berulang-ulang dengan periode waktu tertentu misalnya, perminggu, perhari, atau perjam.
Perbandingan tidak dilakukan antar individu maupun kelompok tetapi
dibandingkan dalam subjek yang sama dalam kondisi yang berbeda.
Kondisi disini adalah kondisi baseline dan kondisi perlakuan intervensi.
Baseline adalah kondisi dimana pengukuran target behavior dilakukan pada
keadaan natural sebelum dilakukan intervensi apapun. Kondisi intervensi adalah
kondisi dimana suatu intervensi telah diberikan dan target behavior diukur
dibawah kondisi tersebut. Penelitian dengan desain subjek tunggal selalu
dilakukan perbandingan antara fase baseline dengan sekurang-kurangnya fase
intervensi (Sunanto, 2006:41).
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain A - B - A
34
Bertujuan untuk mempelajari besarnya suatu perlakuan intervensi terhadap target
behavior tertentu yang diberikan kepada individu (Sunanto,2006:44).
Waktu Gambar 3.2
Desain A-B-A (Sunanto dkk 2006:45)
Al = baseline
Baseline adalah kondisi awal kemampuan keterampiian subjek sebelum diberi
perlakuan intervensi. Pengukuran fase baseline dilakukan sampai data stabil.
B = intervensi
Intervensi adalah kondisi keterampilan subjek selama memperoleh perlakuan.
Perlakuan diberikan sampai data menjadi stabil, dengan menggunakan media
sebaya.
A2 = baseline
Pengulangan kondisi baseline sebagai evaluasi sejauh mana intervensi diberikan
pada subjek. Dilakukan sampai stabil mendapatkan validitas penelitian yang baik,
pada saat melakukan eksperimen dengan disain A-B-A, penelitian perlu
memperhatian beberapa hal berikut ini.
1. Mendefinisikan target behaviour sebagai perilaku yang dapat diukur secara
akurat.
2. Mengukur dan mengumpulkan data pada kondisi baseline (A1), secara
berkelanjutan sekurang-kurangnya 3 atau 5 sampai trend dan level data
menjadi stabil.
3. Memberikan intervensi setelah trend data baseline stabil.
4. Mengukur dan mengumpulakan data pada fase intervensi (B) dengan
periode waktu tertentu sampai data menjadi stabil. Target
behavio
Base line A Intervensi Base line
5. Setelah kecendrungan dan level data pada fase intervensi(B) stabil
mengulang fase baseline (A2).
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI SMALB Sukapura Kiaracondong
Bandung. Pada pembelajaran otomotif keterampilan otomotif dasar penyetelan
pelk sepeda motor terdapat dua subjek atau siswa yang keduanya memiliki
difabilitas yang sama yaitu tunarungu.
1. Siswa I
Nama : ANT
Alamat : Maleer Utara RT 03 RW 04 Bandung
Tempat tanggal lahir : Bandung, 15 Desember 1994
Jenis Kelamin : Laki-Laku
Wali : Dedi Junaedi dan Upit
Difabelitas : Tunarungu
Tingkat Ketulian : Lebih dari 75db
2. Siswa II
Nama : RS
Alamat : Kebaktian Garu I No. 14C RT 12 RW 11 Kel. Babakan
Sari. Kec Kiaracondong Bandung
Tempat tanggal lahir : Semarang, 22 Agustus 1993
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Wali : Titik Setiawati dan Dani Suardani
Difabelitas : Tunarungu
Tingkat Ketulian : Lebih dari 75db
D. Definisi Operasional
Dalam penelitian ini perlu diketahui definisi operasional dari setiap variabel
untuk menghindari ketidak jelasan arti variabel-variabel yang akan diteliti.
36
1. Definisi konseptual penyetelan pelk sepeda motor adalah mengembalikan
kondisi pelk yang bengkok, oleng atau tidak dalam keadaan normal menjadi
normal kembali dan tidak oleng, dengan cara mengencangkan atau menyetel
jari-jari pelk. Definisi operasionalnya adalah skor performance assesment
skor waktu rata-rata yang meliputi persiapan kerja, persiapan alat dan bahan,
proses pelepasan roda, proses penyetelan pelk, proses pengecekan
keolengan pelk dan pemasangan roda.
2. Definisi Konseptual Implementasi metode demontrasi penyetelan pelk
sepeda motor adalah penerapan metode mengajar dengan memperagakan
barang, kejadian, aturan dan urutan melakukan suatu kegiatan penyetelan
pelk sepeda motor baik secara langsung maupun melalui penggunaan media
pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan dan materi yang disajikan.
Definisi operasionalnya adalah berupa kegiatan pembelajaran demonstrasi
setiap indikator yang meliputi kegiatan persiapan kerja dengan guru
mendemonstrasikan lalu siswa mempraktekan kembali, kegiatan persiapan
alat dan bahan dengan guru mendemonstrasikan lalu siswa mempraktekan
kembali, kegiatan pelepasan roda dengan guru mendemonstrasikan
kemudian siswa mempraktekan kembali, kegiatan menyetel pelk dengan
guru mendemonstrasikan kemudian siswa mempraktekan kembali, kegiatan
pengecekan keolengan pelk dan memasang roda dengan guru
mendemonstrasikan kemudian siswa mempraktekan kembali.
E. Prosedur Penelitian
Pembelajaran vokasional otomotif dasar penyetelan pelk sepeda motor
menggunakan metode demonstrasi. Adapun prosedur penelitian ini antara lain :
1. Menentukan dan menetapkan prilaku apa yang akan diubah sebagai target
behavior dalam penelitian ini adalah keterampilan otomotif. Keterampilan
otomotif yang diambil yaitu keterampilan penyetelan pelk sepeda motor.
Aspek pengamatan dalam penelitian ini adalah menyiapkan alat dalam
motor, melakukan pembukaan roda, melakukan penyetelan pelk, melakukan
pemasangan roda.
2. Mengobservasi perilaku subjek dalam kemampuan keterampilan penyetelan
pelk sepeda motor. Pengumpulan data dilakukan dengan mencatat respon
peserta didik selama observasi. Setiap hari dilakukan dua kali observasi.
Peneliti mengamati sekaligus mencatat respon dalam format data yang telah
disediakan serta memberi penilaian pada setiap aspek yang dinilai, dengan
dibantu teman sebaya (tahap 1, fase baseline 1).
3. Melakukan intervensi langsung. Tahap ini merupakan tahap intervensi yang
kegiatannya adalah memberikan demontrasi pada peserta didik saat
menyetel pelk. Peneliti mengamati sekaligus mencatat respon dalam format
data yang telah disediakan serta memberi penilaian pada setiap aspek yang
dinilai, tahap 2, fase intervensi.
4. Mengobservasi perilaku subjek dalam kemampuan keterampilan menyetel
pelk sepeda motor. Pengumpulan data dilakukan dengan mencatat
responpeserta didik selama observasi. Setiap hari dilakukan satu kali
observasi Peneliti mengamati sekaligus mencatat respon dalam format data
yang telah disediakan serta memberi penilaian pada setiap aspek yang
dinilai, dengan dibantu teman sebaya tahap 3, fase baseline 2.
F. Instrumen Penelitian
Menurut Sugiyono (2013, hlm. 148) pengertian instrumen adalah “suatu alat
yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati”.
Berdasarkan pengertian tersebut, instrumen yang akan digunakan untuk
mengumpulkan data tentang kemampuan atau pembelajran keterampilan otomotif
dasar penyetelan pelk sepeda motor dalam peneliatian ini adalah berupa tes
keterampilan. Format tes disusun berdasarkan point-point tentang kejadian atau
tingkah laku yang digambarkan akan terjadi untuk penyetelan pelk sepeda motor
yangbaik dan benar.
38
Tabel 3.1
Kisi-kisi penelitian penyetelan pelk sepeda motor
Kompetensi dasar Prosedur Penyetelan Pelk Sepeda
Motor Nomor
Soal
Bentuk soal Praktik
Indikator 1. Persiapan Operator
a. Pakaian Kerja b. Kesehatan Fisik c. Identitas kerja
2. Persiapan Alat Dan Bahan a. Alat penyetel pelk b. Kunci penyetel jari-jari c. Sendok ban
d. Kunci ring dan kunci pas seseuai ukuran roda
e. Pompa ban
3. Proses pelepasan roda
a. Menyiapkan alat penyetel pelk sepeda motor.
b. Melepaskan roda. c. Melepaskan ban luar d. Melepaskan ban dalam. e. Memasang pelk pada alat
penyetel.
4. Proses penyetelan pelk
a. Memutar pelk untuk melihat keolengan
b. Menyetel jari-jari pada bagian pelk yang oleng
c. Melihat keolengan pelk dengan melihat indikator keolengan
5. Proses pengecekan pelk dan pemasangan roda
a. Mengecek keolengan pelk dan memasang ban luar dan dalam b. Mengisi angin pada ban
c. Memasang roda pada sepeda motor
6. Hasil Kerja
Siswa dapat menyetel pelk dan roda sudah tidak oleng.
7. Waktu Kerja
Waktu kerja adalah 29,5 Menit.
G. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yaitu dengan cara mengamati setiap aspek yang
menjadi sasaran dalam penelitian ini. Pengamatan dilakukan dengan
mengobservasi kinerja subjek penelitian berupas tes performance sebelum dan
sesudah intervensi dilaksanakan. Fase baseline pengumpulan data dilakukan
dengan cara mencatat setiap kegiatan anak yang telah ditentukan selama
observasi. Setiap kali dilakukan observasi selama tes unjuk kerja, peneliti
mengamati sekaligus mencatat keterampilan anak dalam proses penyetelan pelk
sepeda motor dengan format data yang telah disediakan serta memberkan nilai.
2. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah suatu kegiatan untuk meneliti, memeriksa, mempelajari,
membandingkan data yang ada dan membuat interpretasi yang diperlukan.
Kegunaan analisis data adalah sebagai bahan masukan untuk pengambilan
keputusan, perencanaan, pemantauan, pengawasan, penyusunan laporan
pendidikan, penyusunan statistik pendidikan, penyusunan program rutin dan
pembangunan, peningkatan program pendidikan dan pembinaan sekolah.
Penelitian subjek tunggal memerlukan beberapa hal dalam menganalisis data di
antaranya pembuatan grafik, penggunaan statistik deskriptrif dan penggunaan
analisis visual. Penggunaan grafik diharapkan untuk memperjelas gambaran dari
suatu kondisi eksperimen baik sebelum perlakuan (baseline1), maupun setelah
diberikan perlakuan (intervensi), dan perubahan-perubahan yang terjadi setelah
perlakuan (baseline 2).
Sunanto (2006: 66) mengemukakan bahwa
40
level data dalam suatu kondisi antar kondisi, arah perubahan dalam kondisi
maupun antar kondisi
Analisis data pada penelitian desain subjek tunggal ini peneliti melakukan tiga
hal yaitu pembuatan grafik, penggunaan statistic deskritif, dan analisis visual.
Penganalisaan yang dilakukan meliputi analisis dalam kondisi dan analisis antar
kondisi.
1. Analisis Dalam Kondisi
Perubahandata yang dianalisis dalam suatu kondisi misalnya kondisi
baselineatau kondisi intervensi, sedangkan komponen yang akan dianalisis
meliputi:
a. Panjang Kondisi
Sunanto (2006:66) mengemukakan bahwa:
Panjangnya kondisi dilihat dari banyaknya data point atau skor pada setiap kondisi. Seberapa banyak data point yang harus ada pada setiap kondisi tergantung pada masalah penelitian dan intervensi yang diberikan. Untuk panjang kondisi baselinesecara umum bisa digunakan tiga atau lima data
point.
Berdasarkan pendapat di atas, penentuan panjang kondisi ditentukan dengan
panjang interval. Panjang interval menunjukan ada berapa fasedalam kondisi
tersebut, selanjutnya dibuat dalam tabel.
Tabel 3.2 Panjang Kondisi
KONDISI BASELINE (A) INTERVENSI (B)
Panjang Kondisi
b. Estimasi Kecenderungan Arah (Trend/Slope)
Menurut Sunanto (2005:67) mengemukakan bahwa “ada tiga macam
kecenderungan arah grafik (trend) yaitu, (1) meningkat; (2) mendatar; dan (3) menurun.”Kecenderungan arah (trend/slope) data pada suatu grafik sangat penting
untuk memberikan gambaran perilaku subjek yang sedang diteliti.Ada dua cara
untuk menentukan kecenderungan arah grafik (trend) yaitu metode freehand dan
split-middle (belah dua). Mengestimasi kecenderungan arah dengan metode ini
adalah menentukan kecenderungan arah grafik berdasarkan median data point
nilai ordinatnya. Sunanto (2006:78) mengemukakan ada beberapa langkah dalam
metode ini, diantaranya:
1) Bagilah data pada fasebaseline menjadi dua bagian,
2) Bagian kanan dan kiri dari tahap 1, dibagi lagi menjadi dua bagian 3) Tentukan posisi median dari masing-masing belahan
4) Tariklah garis sejajar dengan absis yang menghubungkan titik temu antara bagian kanan dengan bagian kiri.
Estimasi kecenderungan arah dibuat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 3.3
Estimasi Kecenderungan Arah
KONDISI BASELINE
Estimasi Kecendrungan Arah
(Meningkat)
(Mendatar)
(Menurun)
c. Kecenderungan Stabilitas
Menurut Sunanto (2006:68) mengemukakan bahwa
42
menentukan tingkat stabilitas data biasanya digunakan persentase penyimpangan dari mean sebesar (5, 10, 12, dan 15%). Persentasepenyimpangan terhadap mean yang digunakan untuk menghitung stabilitas digunakanyang kecil (10%) jika data mengelompok di bagian atas dan digunakan persentasebesar (15%) jika data mengelompok di bagian tengah maupun bagian bawah.
Mean level untuk data di suatu kondisi dihitung dengan cara menjumlahkan,
semua data yang ada padakordinat dibagi banyaknya data,adapun langkah
penentuan kecendrungan stabilitas menurut Sunanto (2006:79) diantaranya adalah
sebagai berikut :
1) Mementukan rentang stabilitas dengan rumusan: Rentang Stabilitas = skor tertingi x kriteria stabilitas.
2) Menentukan mean level dengan cara menjumlahkan semua data yang ada pada kordinat dibagi banyaknya data.
3) Menentukan batas atas dengan rumusan :
Batas Atas = Mean Level + (0,5. Rentang Stabilitas). 4) Menetukan batasan bawah dengan rumusan :
Batas bawah = Mean Level – (0,5. Rentang Stabilitas). 5) Menghitung persentase stabilitas (PS) dengan rumus :
� = �
��� 100 %
Keterangan :
PS = Persentase Stabilitas
BR = banyak Data Poin dalam Rentang BP = Banyak Data Poin
d. Jejak Data
Jejak data merupakan perubahan dari satu data ke data lain dalam suatu kondisi
dengan tiga kemungkinan, yaitu menaik, menurun, dan mendatar.
e. Level Stabilitas dan Rentang
Leve lmenunjukan pada besar kecilnya data yang berada pada skala ordinat
(sumbu Y). Data di ambil berdasarkan hasil perhitungan kecendrungan stabilitas.
f. Level Perubahan (Level Change)
Tingkat perubahan menunjukan berapa besarnya perubahan data dalam suatu
kondisi dengan cara :
1) Menentukan berapa besar data poin (skor) pertama dan terakhir dalam suatu
2) Kurangi data yang besar dengan data yang kecil, tentukan apakah selisihnya
menunjukan arah yang membaik (therapeutic), atau memburuk
(contatherapeutic) sesuai dengan tujuan intervensi atau pengajarannya.
Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah target behavior
yang berubah sepanjang faseintervensi (B), dan bagaimana perubahannya
dibandingkan dengan fasebaseline(A). Jika benar terjadi perubahan pada
fasebaseline dan faseintervensi benar-benar hanya pada satu variable terikat,
hal ini mengindikasikan adanya pengaruh intervensiterhadap target
behavior.
2. Analisis Antar Kondisi
Sunanto (2006:82) untuk menganalisa visual antar kondisi terdapat lima
komponen yaitu:
a. Jumlah Variabel yang Diubah
Mengetahui perubahan variabel bebas intervensi terhadap variabel terikat
target behavior secara jelas, peneliti harus terfokus pada perubahan satu target
behavior dua kodisi. Terjadi penibahan pada fase baseline dan fase intervensi
benar-benar hanya pada satu variabel terikat, hal ini mengindikasikan adanya
pengaruh intervensi terhadap target behaviour.
b. Perubahan Kecenderungan Arah dan Efeknya
Menentukan perubahan kecendrungan arah dengan mengambil data pada
analisis Kecendenmgan Arah dalam masing-masing kondisi, baik itu fase baseline
maupun intervensi.
c. Perubahan Stabilitas
Menentukan perubahan kecenderungan stabilitas dengan melihat
kecenderungan stabilitas pada masing-masing fase, baik itu fase baseline maupun
intervensi.
d. Perubahan Level
Menentukan level perubahan dengan cara menentukan data skor pada kondisi
baselinepada fase terakhir dan fase pertama pada kondisi intervensi kemudian
44
Menentukan overlap data pada kondisi baseline dengan intervensi prilakukan
dengan cara :
1) Lihat kembali batas bawah dan atas pada kondisi baseline.
2) Hitung ada berapa data point pada kondisi intervensi yang berada pada
rentang kondisi.
3) Perolehan pada langkah (b) dibagi dengan banyaknya data poit dalam
kondisi kemudian dikalikan 100.
Semakin kecil persentase overlap makin baik pengaruh intervensi terhadap
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan bagi penulis untuk menarik
suatu kesimpulan, secara umum penulis dapat menyimpulkan bahwa metode
demonstrasi memberikan hasil yang lebih baik dibanding dengan yang tidak
menggunakan metode demonstrasi.
1. Pelaksanaan pembelajaran otomotif dasar penyetelan pelk sepeda motor
dengan menggunakan metode demonstrasi pada siswa SMALB, dilakukan
dengan mengacu pada langkah setiap indikator. Guru mendemonstrasikan
setiap langkah kegiatan dalam proses menyetel pelk sepeda motor,
kemudian siswa memperhatikan lalu siswa mempraktekan kembali apa yang
sudah di demonstrasikan oelh guru.
2. Hasil belajar pada kedua siswa dalam bidang keterampilan otomotif dasar
penyetelan pelk sepeda motor ini dapat dilihat dari skoring kemampuan
menyetel pelk sepeda motor dan waktu rata-rata yang dicapai pada fase
baseline 1 (A-1), Intervensi B dan Baseline 1 (A-2). Terjadi peningkatan
skor kemampuan menyetel pelk sepeda motor pada kedua siswa dari fase
baseline 1 (A-1) setelah di beri perlakuan pada fase intervensi B. Siswa
ANT mendapatkan skor rata-rata 7,25 pada fase baseline 1 (A-1), kemudian
meningkat menjadi 12,20 setelah diberikan perlakuan pada fase intervensi B
dan skor pada fase baseline 1 (A-2) adalah 12,50. Siswa RZ mendapatkan
skor rata-rata 7,00 pada fase baseline 1 (A-1), kemudian meningkat menjadi
11,83 setelah diberi perlakuan pada fase intervensi B dan skor pada fase
baseline 1 (A-2) adalah 12,25.
3. Ketercapaian waktu rata-rata keterampilan otomotif dasar penyetelan pelk
sepeda motor dapat dilihat dari rata-rata ketercapaian kedua siswa. Waktu
rata-rata siswa ANT dalam pengerjaan keseluruhan menyetel pelk sepeda
91
detik atau 28,9 menit. Maka dari itu kedua siswa sudah memenuhi standar
prosedur waktu penyetelan pelk sepeda motor yaitu harus dibawah 29,5
menit
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan penelitian, penulis mengmukakan beberapa saran
sebagai berikut:
1. Bagi guru khususnya yang menangani siswa tunarungu di SMALB,
diharapkan penelitian ini dapat memberikan gambaran dalam penggunaan
metode dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajars iswa
tunarungu pada keterampilan otomotif khususnya penyetelan pelk sepeda
motor.
2. Bagi kepala sekolah, selaku pimpinan dapat merekomendasikan kepada
guru-guru keterampilan yang lain untuk meningkatkan pembelajaran
keterampilan otomotif.
3. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat dijadikan gambaran
pembelajaran keterampilan otomotif bagi siswa tungarungu dan dapat
Adang, H. (2012). Metodologi Pembelajaran. Banten : LP3G.
Amin, N. (2005). Ensiklopedi Otomotif. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Arifin dan Sirojudin (1998). Pengajaran Keterampilan. Bandung: Alfabeta.
Arikunto, S. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT. BumiAksara.
Daryanto, (2010) Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta : PT. Gavamedia
Depdiknas, (2003). Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003, Tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Jakarta.
Depdiknas, (2004). Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Pendidikan Berbasis Life
Skills di Sekolah Menengah Atas (SMAKh). Jakarta : Direktorat Pendidikan
Luar Biasa.
Depdiknas,Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomer 1 Tahun 2008 Tentang
Standar Proses Pendidikan Khusus Tunanetra, Tunarungu, Tunagrahita, Tunadaksa, dan Tunalaras. jakarta.
Djamarah, (2010). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Effendi, M (2009). Pengantar psi kopedagogik anak berkelainan.Jakarta: PT BumiAksara.
Firdan N. F, (2011) Eksplorasi Pembelajaran Keterampilan Otomotif
Menggunakan Metode Demontrasi Bagi Peserta Didik Difabel di SLBN B Pembina Sumedang Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Irwan,(2011). Kursus otomotif. [ Online ]. Tersedia di: http : // www. antarajateng.com / detail/index.php?id=19962 [ Diakses 25Oktober2013 pkl.20.30 ].
Kuswana, W.S.(2013). Dasar-Dasar Pendidikan Vokasi dan Kejuruan. Bandung: PT.Alfabeta.
Muhibbin, S. (2002). Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Munawar W, dkk. (2013). Desain dan Pengembangan Model Pendidikan
93
Fadhlillah Rakhman Gustian, 2014
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 (1991) Pendidikan Luar
Biasa : Jakarta.
Permendiknas, (2006) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia Nomor 22 Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah. Jakarta.
Roetiyah, N.K. (2001). Strategi Belajar Mengajar.Jakarta: Rineka Cipta.
Saeful, Rifki. (2014). Hasil Belajar Keterampilan Otomotif Dengan
Menggunakan Metode Demonstrasi Pada Anak Difabel Di Smalb-B Majalengka. Skripsi sarjana pada FPTK Universitas pendidikan
Indonesia: tidak diterbitkan
Sanjaya, W.(2006) Strategi Pembelajaran. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Saptaringga, Septian. (2014). Implementasi Metode Latihan Keterampilan/Drill
Pada Pembelajaran Keterampilan Vokasional Otomotif Untuk Siswa Difabel (Tunarungu) Di Smalb. Skripsi sarjana pada FPTK Universitas
pendidikan Indonesia: tidak diterbitkan.
Sugihartono, (2007)Psikologi Pendidikan Yogyakarta : UNY Press-Yogya.
Sugiyono, (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif
Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Sunanto, J. (2006). Pengantar penelitian dengan subyek tunggal. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.
Suryosubroto, (2002). Beberapa Aspek Dasar-Dasar Kependidikan Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Syaiful, B. D. (2010). Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif.Jakarta :RinekaCipta.
Universitas Pendidikan Indonesia. (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.
Yanzori, Y. (____). Manfaat Psikologis Pedagogis Metode Demonstrasi.[Online].
Tersedia di
http://www.academia.edu/5374249/Metode_demonstrasi_dalam_belajar_
No Kegiatan Indikator Visualisasi Kinerja Standar Judgment Waktu
1 Persiapan Kerja
Persiapan Operator: a. Pakaian Kerja. b. Kesehatan Fisik. c. Identitas Kerja.
Memakai Pakaian kerja (wearpack).
Dalam Keadaan sehat.
2 Persiapan Alat dan Bahan
Persiapan Alat dan Bahan:
a. Alat penyetelan pelk.
b. Kunci penyetel jari-jari.
c. Kunci pembuka ban / sendok ban.
d. Kunci ring 17
a)
b)
c)
e. Kunci pas 12
f. Pompa ban manual. e)
f)
3 Proses kerja a. Mempersiapkan alat
penyetel pelk sepeda motor.
menggunakan kunci ring 17.
c. Buka ban luar dari pelk dengan sendok ban.
d. Lepaskan ban dalam yang ada didalam ban luar.
f. Putar pelk untuk melihat keolengan pelk tersebut
g. Stel jari-jari pada bagian pelk yang oleng menggunakan alat penyetel jari-jari
keolengan lagi dengan melihat indikator keolengan, pasang kembali ban dalam dan luar pada pelk yang telah di stel.
j. Beri angin pada ban dengan menggunakan pompa ban
k. Pasang kembali roda
pada sepeda motor
4. Hasil Pelk sepeda motor
Mengetahui Pemilik Bengkel
Penyetelan Pelk Sepeda Motor Katapang
_______________________ 5. Waktu Kerja Waktu kerja 29,5 menit
Pernyataan Expert Judgement
Yang bertandatangan di bawah ini:
Nama :
NIP :
Pekerjaan/Jabatan :
Alamat :
Bersedia memberikan Expert Judgement atas instrumen penelitian (Job Sheet)
yang diajukan oleh:
Nama : Fadhlillah Rakhman Gustian
NIM : 0806640
Berdasarkan hasil analisis, saya menyatakan bahwa instrumen penelitian (Job
Sheet) tersebut layak untuk digunakan.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk keperluan proses penelitian skripsi
dengan judul: “Implementasi Keterampilan Otomotif Penyetelan Pelk Sepeda
Motor Dengan Metode Demontrasi Pada Siswa SMALB”.
Bandung ...
Penilai
117
Nama Peserta Tes : ………..
Kelas : ……… Satuan Pendidikan : SLB Mata Pelajaran : Keterampilan Otomotif – B Sukapura
Petunjuk:
Tuliskan centang (V) untuk kemampuan peserta tes yang teramati pada waktu tes keterampilan
Uji Keterampilan:
Penyetelan pelk sepeda motor.
JOBSHEET
Ikutilah perintah dibawah ini sesuai prosedur!
No Kegiatan Indikator Visualisasi Kinerja Standar
1 Persiapan Kerja
Persiapan Operator: a. Pakaian Kerja. b. Kesehatan Fisik. c. Identitas Kerja.
Memakai Pakaian kerja (wearpack).
Dalam Keadaan sehat.
2 Persiapan Alat dan Bahan
Persiapan Alat dan Bahan:
a. Alat penyetelan pelk.
b. Kunci penyetel jari-jari.
c. Kunci pembuka ban / sendok ban.
a)
b)
d. Kunci ring 17
e. Kunci pas 12
f. Pompa ban manual. d)
e)
f)
119
3 Proses kerja a. Mempersiapkan alat penyetel pelk sepeda motor.
b. Lepaskan roda dari sepeda motor menggunakan kunci ring 17.
c. Buka ban luar dari pelk dengan sendok ban.
f. Putar pelk untuk melihat keolengan pelk tersebut
121
h. Cek pelk yang telah di stel jari-jari nya dengan melihat indilator keolengan pelk.
i. Setelah pelk dirasakan tidak ada keolengan lagi dengan melihat indikator keolengan, pasang kembali ban dalam dan luar pada pelk yang telah di stel.
4. Hasil Pelk sepeda motor tidak oleng.
94
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Nama Sekolah : SLB B Sukapura
Mata Diklat : Keterampilan Otomotif
Kelas/Semester : XI/4
Alokasi Waktu :
Standar Kompetensi : Prosedur Penyetelan Pelk Sepeda Motor
Kompetensi Dasar : Menyetel Pelk Sepeda Motor
Indikator :
1. Peserta didik dapat melakukan persiapan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Peserta didik dapat melepas roda dari sepeda motor.
3. Peserta didik dapat membuka ban dari pelk sepeda motor.
4. Peserta didik dapat menyetel pelk sepeda motor.
5. Peserta didik dapat memasang kembali roda pada sepeda motor.
I. Tujuan Pembelajaran
Setelah proses pembelajaran ini selesai tujuan pembelajaran yang diharapkan, adalah
peserta didik dapat melakukan menyetel pelk sepeda motor mulai dari melepas roda dari sepeda
motor, memeriksa kondisi pelk, menyetel pelk dan kembali memasang roda pada sepeda motor.
II. Materi Pembelajaran
A. Cara menggunakan Alat Penyetelan Sepeda Motor.
B. Proses Penyetelan Pelk Sepeda Motor.
III. Metode Pembelajaran
Demonstrasi
IV. Langkah-langkah Pembelajaran
A. Kegiatan awal
1. Salam pembukaan, penyiapan peserta didik dan berdoa.
2. Mengabsen peserta didik.
B. Kegiatan inti:
1. Pendidik menjelaskan secara garis besar materi yang akan diajarkan.
2. Peserta didik mempelajari job sheet langkah-langkah proses penyetelan pelk sepeda motor
yang telah Pendidik sediakan.
3. Peserta didik langsung dibawa ke lapangan untuk malakukan praktik penyetelan pelk sepeda
motor.
4. Peserta didik melakukan persiapan alat dan bahan. Pendidik membimbing atau mengawasi
peserta didik agar dapat melaksanakan proses dengan benar.
5. Peserta didik melakukan proses pelepasan roda dari sepeda motor. Pendidik membimbing
atau mengawasi peserta didik agar dapat melaksanakan proses dengan benar.
6. Peserta didik melakukan proses pelepasan ban dari pelk sepeda motor. Pendidik mebimbing
atau mengawasi peserta didik agar dapat melaksanakan proses dengan benar.
7. Peserta didik melakukan proses penyetelan pelk sepeda motor. Pendidik membimbing atau
mengawasi peserta didik agar dapat melaksanakan proses dengan benar.
8. Peserta didik melakukan proses pemasangan kembali roda ke sepeda motor. Pendidik
membimbing atau mengawasi peserta didik agar dapat melaksanakan proses dengan benar.
9. Pendidik malakukan bimbingan peserta didik secara individual
10. Pendidik mencatat pencapaian kemajuan peserta didik.
C. Penutup KBM
1. Pendidik menyimpulkan materi yang telah disampaikan.
2. Pendidik melaksanakan evaluasi untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik
terhadap materi yang telah dipelajari.
3. Salam penutup dan berdoa.
V. Alat/Media dan sumber belajar
A. Alat / Media :
96
2. Kunci penyetel jari-jari.
3. Sendok ban
4. Kunci ring 17
5. Kunci pas 12
6. Pompa ban manual.
B. Sumber :
1. Job sheet
VI. Evaluasi/Penilaian
1. Prosedur test : Post test
2. Jenis test : Praktik
Pelaksanaan Implementasi Metode Demonstrasi Pada Pembelajaran
Otomotif Dasar Penyetelan Pelk Sepeda Motor di SMALB
Berikut langkaj-langkah dan dokumentasi proses pembelajaran otomotif dasar
[image:53.595.187.420.197.355.2]penyetelan pelk sepeda motor di SMALB:
Gambar 1 Pendidik mendemonstrasikan alat penyetelan pelk sepeda motor (Sumber: dokumen pribadi)
Pendidik menjelaskan alat-alat yang diperlukan untuk menyetel pelk sepeda
motor serta fungsinya dengan cara mendemonstrasikan persiapan alat apa saja
yang harus disiapkan untuk menyetel pelk sepeda motor, dan juga dikarena
kebutuhan siswa, pendidik menjelaskan dengan menulis di white board (gambar
1).
Alat penyetelan pelk sepeda motor harus di kenali peserta didik baik bentuk
atau fungsinya agar tidak terjadi kesalahan dalam membawa alat untuk menyetel
pelk sepeda motor.
[image:53.595.220.426.553.686.2]
Pendidik mendemonstrasikan proses melepaskan roda sepeda motor dengan
menggunakan kunci ring dan kunci pas sesuai dengan ukuran mur dan baut roda
sepeda motor tersebut dan Pendidik membantu siswa yang mengalami kesulitan
[image:54.595.220.419.199.349.2]dalam melepaskan roda sepeda motor (gambar 2).
Gambar 3 Siswa mempraktekan proses melepaskan roda sepeda motor (Sumber: dokumen pribadi)
Siswa mempraktekan kembali proses melepaskan roda dari sepeda motor
dengan menggunkan kunci pas atau kunci ring sesuai ukuran as roda.
Pendidik mengawasi dan mengarahkan siswa tersebut. (gambar 3)
Gambar 4 Pendidik mendemonstrasikan cara melepas ban (Sumber: dokumen pribadi)
Pendidik mendemonstrasikan cara melepas ban dengan menggunakan
sendok ban. Siswa memperhatikan Pendidik dan bertanya tentang pemakaian
[image:54.595.243.394.472.586.2]Gambar 5 Siswa mempraktekan cara melepas ban (Sumber: dokumen pribadi)
Siswa mempraktekan kembali proses melepaskan ban dari pelk dengan
menggunakan sendok ban. Siswa secara bergantian mempraktekan melepaskan
[image:55.595.237.401.343.452.2]ban dengan pengawasan dan pengarahan dari Pendidik (gambar 5).
Gambar 6 Pendidik mendemonstrasikan cara memasang pelk pada alat penyetelan
(Sumber: dokumen pribadi)
Pendidik mendemonstrasikan cara pemasangan pelk pada alat penyetel pelk.
Siswa memperhatikan dan sekali-kali bertanya tentang pemasangan pelk yang
benar pada alat penyetel. (gambar 6).
[image:55.595.246.404.568.719.2]Siswa mempraktekan kembali proses memasang pelk pada alat penyetel pelk.
Siswa secara bergantian melakukannya dan memberikan masukan satu sama
[image:56.595.222.408.204.345.2]lainnya dengan pengawasan serta arahan dari Pendidik (gambar 7).
Gambar 8 Pendidik mendemonstrasikan cara melihat keolengan pelk (Sumber: dokumen pribadi)
Pendidik mendemonstrasikan cara melihat keolengan pelk pada alat penyetel
pelk dengan memutar pelk tersebut. Siswa memperhatikan dan sekali-kali
bertanya tentang cara memutar pelk untuk melihat keolengannya (gambar 8).
Gambar 9 Siswa mempraktekan cara melihat keolengan pelk (Sumber: dokumen pribadi)
Siswa mempraktekan kembali cara melihat keolengan pelk pada alat penyetel
dengan cara memutar pelk. Siswa secra bergantian melakukannya dan Pendidik
[image:56.595.224.405.490.621.2]Gambar 10 Pendidik mendemonstrasikan cara menyetel pelk (Sumber: dokumen pribadi)
Pendidik mendemonstrasikan cara menyetel pelk sepeda motor. Pendidik
menjelaskan cara mengencangkan jara-jari dengan menggunakan kunci jari-jari.
Siswa memperhatikan Pendidik dan sekali-kali bertanya tentang cara penyetelan
pelk tersebut (Gambar 10)
Gambar 11 Siswa mempraktekan penyetelan pelk (Sumber: dokumen pribadi)
Siswa mempraktekan kembali cara menyetel pelk sepeda motor. Sekali kali
siswa bertanya mengenai cara menyetel pelk. Pendidik mengawasi,
[image:57.595.256.376.403.560.2]Gambar 12 Pendidik mendemontrasikan pengecekan keolengan pelk (Sumber: dokumen pribadi)
Pendidik mendemonstrasikan cara melihat keolengan pelk pada alat penyetel
setelah pelk di stel dengan memutar kembali pelk tersebut. Pendidik
menjelaskan tentang beasarnya pengaruh keolengan pelk terhadap kenyamanan
berkendara sepeda motor. Pendidik menjelaskan apabila pelk dirasakan sudah
tidak oleng dengan melihat indikator keolengan, pasang kembali ban pada pelk.
Siswa memperhatikan dan sekali-kali bertanya tentang cara melihat keolengan
pelk (gambar 12)
Gambar 13 Siswa mempraktekan pengecekan keolengan pelk (Sumber: dokumen pribadi)
Siswa mempraktekan kembali cara mengecek keolengan pelk yang sudah di
[image:58.595.244.395.454.663.2]melakukannya dan memberikan masukan satu sama lainnya dengan pengawasan
[image:59.595.228.400.164.316.2]serta arahan dari Pendidik (gambar 13).
Gambar 14 Pendidik mendemonstrasikan pemasangan ban pada pelk (Sumber: dokumen pribadi)
Pendidik mendemonstrasikan cara memasang kembali ban pada pelk yang
sudah di stel. Siswa memperhatikan dan sekali-kali bertanya tentang cara
memasang kembali ban pada pelk (gambar 14)
Gambar 15 Siswa mempraktekan pemasangan kembali ban pada pelk (Sumber: dokumen pribadi)
Siswa mempraktekan kembali cara memasang ban pada pelk yang sudah di
stel. Siswa secara bergantian melakukannya dan memberikan masukan satu
[image:59.595.228.428.423.556.2]Gambar 16 Pendidik mendemonstrasikan cara mengisi angin pada ban (Sumber: dokumen pribadi)
Pendidik mendemonstrasikan cara mengisi angin pada ban. Pendidik
menjelaskan pentingnya tekanan angin pada ban terhadap kenyamanan
berkendara sepeda motor Siswa memperhatikan dan sekali-kali bertanya tentang
cara mengisi angin pada ban (gambar 16)
[image:60.595.244.402.477.698.2]Siswa mempraktekan kembali cara mengisi angin pada ban. Siswa secara
bergantian melakukannya dan memberikan masukan satu sama lainnya dengan
[image:61.595.199.430.190.345.2]pengawasan serta arahan dari Pendidik (gambar 17).
Gambar 18 Pendidik mendemonstrasikan cara pemasangan kembali roda pada sepeda motor
(Sumber: dokumen pribadi)
Pendidik mendemonstrasikan cara memasang kembali roda pada sepeda
motor. Siswa memperhatikan dan sekali-kali bertanya tentang cara memasang
kembali roda pada sepeda motor (Gambar 18)
Siswa mempraktekkan kembali proses pemasangan roda pada sepeda
motor. Siswa secara bergantian melakukannya dan memberikan masukan satu
sama lainnya dengan pengawasan serta arahan dari Pendidik (gambar 19).
Data yang diolah merupakan skor keterampilan menyetel pelk di setiap
tiap pertemuan. Analisis data visual yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis dalam kondisi dan analisis antar kondisi. Komponen analisis
dalam kondisi meliputi enam komponen diantaranya: Panjang kondisi,
estimasi, kecenderungan arah, kecenderungan stabilitas, jejak data, level
Tes : ………..
Kelas : ……… Mata Pelajaran : Keterampilan Otomotif –
Petunjuk:
Tuliskan centang (V) untuk kemampuan peserta tes yang teramati pada waktu tes keterampilan
Uji Keterampilan:
Penyetelan pelk sepeda motor.
No Kegiatan Indikator Visualisasi Kinerja Standar
Skoring Penilaian
Ya Tidak
1 Persiapan Kerja
Persiapan Operator: a. Pakaian Kerja. b. Kesehatan Fisik. c. Identitas Kerja.
Memakai Pakaian kerja (wearpack).
Dalam Keadaan sehat.
1 0
2 Persiapan Alat dan Bahan
Persiapan Alat dan Bahan:
a. Alat penyetelan pelk.
b. Kunci penyetel jari-jari.
c. Kunci pembuka ban / sendok ban.
a)
b)
c)
d. Kunci ring 17
e. Kunci pas 12
f. Pompa ban manual. d)
e)
f)
b. Lepaskan roda dari sepeda motor menggunakan kunci ring 17.
1 0
c. Buka ban luar dari pelk dengan sendok ban.
1 0
d. Lepaskan ban dalam yang ada didalam ban luar.
e. Pasang pelk yang akan di stel pada alat penyetel pelk.
1 0
4 Proses
penyetelan pelk
f. Putar pelk untuk melihat keolengan pelk tersebut
1 0
g. Stel jari-jari pada bagian pelk yang oleng menggunakan alat penyetel jari-jari
pelk.
5 Proses
pengecekan pelk dan pemasangan roda
i. Setelah pelk dirasakan tidak ada keolengan lagi dengan melihat indikator keolengan, pasang kembali ban dalam dan luar pada pelk yang telah di stel.
1 0
j. Beri angin pada ban dengan menggunakan pompa ban
Nilai Akhir =� �� �ℎ�
� �� � � � 100
Guru Penanggung jawab Bandung, Agustus 2014
k. Pasang kembali roda
pada sepeda motor
1 0
4. Hasil Pelk sepeda motor
tidak oleng.
5. Waktu Kerja Waktu kerja 29,5 menit
H. Dikdik Dwiyana Koswara, SP.d Fadhlillah Rakhman Gustian
NIP.19651021 109203 1004 NIM. 0806640
Mengetahui, Kepala Sekolah SLB-B Sukapura Bandung
Hj. Anna Budhiarti, SP.d ,M.M NIP.19620610 198703 2009
Nama Peserta Tes : ………..
Kelas : ………
Kebutuhan : Tunarungu
Satuan Pendidikan : SLB – B Sukapura Mata Pelajaran : Keterampilan Otomotif