• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURNAL SKRIPSI UMI SETIYOWATI K6412072

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "JURNAL SKRIPSI UMI SETIYOWATI K6412072"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

1

INTERNALISASI NILAI PEDULI SOSIAL PADA SEKOLAH BERBASIS

ISLAM SEBAGAI UPAYA PENGUATANCIVIC DISPOSITIONSISWA

(Studi di SMA Islam 1 Surakarta)

ARTIKEL JURNAL

Oleh :

UMI SETIYOWATI

NIM. K6412072

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

INTERNALISASI NILAI PEDULI SOSIAL PADA SEKOLAH BERBASIS

ISLAM SEBAGAI UPAYA PENGUATANCIVIC DISPOSITIONSISWA

(Studi di SMA Islam 1 Surakarta)1

Oleh :

Umi Setiyowati, Muchtarom, Muh. Hendri N2

ABSTRACT

The objective of research was to find out: (1) how the implementation of social care internalization is in SMA Islam 1 Surakarta, (2) what the constraints are in social care internalization in SMA Islam 1 Surakarta, and (3) what the effect of social care internalization is on civic disposition of students in SMA Islam 1 Surakarta.

This study employed a qualitative approach with descriptive research form. Data source used consisted of: informant, document and place and event. The sampling technique used was purposive sampling one. Techniques of collecting data used were: observation, interview, and documentation. Data validation was carried out using data and method triangulations. Technique of analyzing data used was an interactive model of analysis, consisting of four components: data collection, data reduction, data display and conclusion drawing.

Considering the result of research, the following conclusions could be drawn. (1) The implementation of social care internalization by educators to the students in SMA Islam 1 Surakarta was conducted through some activities: intra-curricular (teaching-learning activity), extraintra-curricular: PMR (Adolescent Red Cross) and Pramuka (Boy Scout), and co-curricular activities. (2) Educators still encountered some constraints in the implementation of social care value internalization: extracurricular activity not contributing maximally to implanting social care value, and limited time in civic education learning. (3) Social care value internalization conducted by educators in SMA Islam 1 Surakarta affected the social care attitude of students, despite small effect on the students in SMA Islam 1 Surakarta. However, the students that had followed the activity of social care value international from the educators in SMA Islam 1 Surakarta become more caring about and appreciating their fellow and helping each other thereby impacting on the reinforcement of students’ civic disposition, manifested in a harmonious student interaction.

Keywords: internalization, value, social care, civic disposition

1

Artikel Penelitian

2

(3)

commit to user PENDAHULUAN

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya

dan masyarakat. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya

pribadi manusia.

Pendidikan sebagai sarana mencerdaskan kehidupan bangsa juga berfungsi

sebagai sarana untuk mengembangkan potensi serta membentuk kepribadian dan

karakter manusia. Hal ini sesuai dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional

yang tertuang dalam Undang-Undang No. 23 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pasal

3 yang menyatakan bahwa :

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepata Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kratif dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab.

Mencermati fungsi pendidikan nasional, yakni mengembangkan

kemampuan dan watak serta peradaban bangsa, apabila pendidikan tidak mampu

membentuk watak(character) bisa dikatakan pendidikan tersebut tidak berfungsi

dengan baik. Untuk menghasilkan kemampuan, sikap dan tingkah laku yang

bernilai dan berkarakter di masyarakat maka diperlukan pendidikan nilai sebagai

pembentuk karakter pada diri manusia. Di Indonesia nilai-nilai bersumber dari

agama, pancasila, budaya dan tujuan pendidikan nasional. Manurut Muchlas

Samani dan Hariyanto (2012: 52) nilai-nilai pendidikan karakter itu antara lain :

(1) religious, (2) jujur, (3) toleransi, (4) disiplin, (5) kerja keras, (6) kratif, (7)

mandiri, (8) demokratis, (9) rasa ingin tahu, (10) semangat kebangsaan, (11) cinta

tanah air, (12) manghargai prestasi, (13) bersahabat/komunikatif, (14) cinta tanah

air, (15) gemar membaca, (16) peduli lingkungan, (17) peduli sosial, (18)

(4)

commit to user

Berbicara pendidikan tentunya kita tidak akan pernah terlepas dari

pembicaraan tentang manusia karena objek sekaligus dari pendidikan adalah

manusia. Pendidikan sebagai sebuah proses untuk menjadikan manusia dapat

mengktualkan nilai kemanusiaan yang merupakan dimensi dalam dirinya sebagai

manusia. Selama ini penilaian untuk mengukur kecerdasan anak didik (pelajar)

masih terjebak pada sebuah penilaian pada ranah kognitif saja namun tidak pernah

menjadikan salah satu penilaian ketika anak didik atau pelajar memiliki kepekaan

ataupun kepeduliaan terhadap sessama baik dalam lingkungan sekolah maupun

mmasyarakat. Pada hal keadaan seperti ini perlu didorong dalam diri pelajar

sebagai bagian dari ranah afektif.

Idealnya, pendidikan harus mampu memberikan proses pencerahan dan

kepedulian sosial kepada peserta didik. Kepedulian yang dimaksud adalah

memiliki apresiasi tinggi terhadap masalah kemanusiaan, kejujuran, keadilan,

tolong menolong, demokratisasi, toleransi dan kedamaian hidup, sehingga mereka

mampu bersikap responsif terhadap segala persoalan yang tengah dihadapi

masyarakat dan bangsanya. Melalui hal tersebut, mereka diharapkan dapat

menjadi sosok yang memiliki kepedulian sosial yang menciptakan damai di

tengah berkecamuknya kebencian, yang menawarkan pengampunan bila terjadi

penghinaan atau setidaknya dapat melahirkan manusia yang merasa malu ketika

melakukan kesalahan atau keburukan.

Siswa yang memiliki kepedulian sosial dalam hal ini apresisasi yang tinggi

terhadap nilai-nilai kemanusiaan mewujudkan diri dalam perik kehidupan yang

diliputi dengan kesadaran prnuh, perilaku yang berpedoman pada hati nurani,

penampilan penuh tanpa kepalsuan, kepedulian besar akan tegaknya etika sosial.

Namun sebaliknya bila anak tidak memiliki kepedulian sosial

menunjukkan diri dalam ekspresi ekslusif dan intoleran serta acuh tak acuh

terhadap problem masyarakat dan bangsanya bahkan yang sering terjadi

belakangan ini sering kita jumpai adalah konflik atau tawuran antara pelajar, seks

bebas, dan pecandu obat-obatan terlarang serta tidak pedulinya dengan kondisi

(5)

commit to user

SMA Islam 1 Surakarta merupakan salah satu sekolah islam yang ada di

Surakarta. Berdasarkan hasil observasi selama PPL di SMA Islam 1 Surakarta,

menunjukkan kecenderungan siswa di sekolah berdasarkan gejala-gejala sosial

ppada saat melakukan aktivitas pembelajaran dikelas berlangsung sangat beragam

diantaranya terdapat siswa yang mudah berinteraksi dengan siswa lainnya dan

guru, ada pula yang tertutup. Ada siswa yang aktif mengikuti berbagai kegiatan,

beberapa gejala tentang kepedulian sosial di SMA tersebut.

Kehidupan di sekolah memang selalu diwarnai oleh berbagai hal sehingga

diperlukan pembatasan terhadap hal-hal buruk dalam diri dan salah satunya adalah

sikap mementingkan dirinya sendiri. Sikap mementingkan dirinya sendiri berarti

adalah suatu sikan dan sifat egois. Sikap egois siswa hanya akan menjadi

boomerang bagi dirinya sendiri. Selain itu, tidak munculnya sikap saling

memahami satu sama lain, kerja sama diantara siswa yang satu dengan lainnya

kurang terlihat selama proses pembelajaran. Berbagai fakta terkait kondisi pelajar

yang masih jauh mencerminkan sebagai anak terdidik, pedidikan kita harus

bersikap antisipatif dengan memberikan sentuhan perhatian yang cukup berarti

terhadap ranah afektif siswa.

Mata pelajaran yang terkait dengan pembangunan kepedulian sosial

peserta didik, selain ditambah alokasi waktunya, hendaknya juga tidak sekadar

memberi siswa dengan setumpuk teori dan hafalan tetapi bena-benar menyentuh

kedalam dan hakikat ranah afektif yang membuka ruang kesadaran di tengah

kehidupan sosial budaya yang majemuk. Hal ini harus didukung oleh semua guru

di setiap mata pelajaran terutama pendidikan kewarganegaraan dengan

mengintegrasikan nilai-nilai kemanusian. Jiwa kepedulian sosial yang tinggi,

mereka akan lebih mudah bersosialisasi serta akan lebih dihargai. Dengan

menanamkan jiwa kepedulian sosial pada siswa, maka setidaknya ada sedikit

harapan dimasa depan dimana anak-anak akan menjadi pemimpin untuk

mewujudkan masyarakat yang damai yang saling tolong menolong. Untuk

menanamkan jiwa sosial tersebut pada siswa, sebagai pendidik kita harus lebih

(6)

commit to user

didik, sehingga peserta didik akan mencontoh perbuatan-perbuatan nyata yang

yang telah dilakukan guru sebagai sosok teladan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Untuk mengetahui pelaksanaan

internalisasi nilai peduli sosial, untuk mengetahui apa saja yang menjadi

hambatan dalam internalisasi nilai peduli sosial, untuk mengetahui dampak

terhadap internalisasi nilai peduli sosial di SMA Islam 1 Surakarta. Hasil

penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dapat

digunakan sebagai masukan (bahan pemikiran) keilmuan dan informasi bagi

lembaga pendidikan yang dalam hal ini adalah sekolah maupun bagi perorangan,

seperti guru, mahasiswa para pembaca dan lain sebagainya dan secara praktis

dapat dijadikan acuan dan pedoman bagi guru dalam upaya mengembangkan

kepedulian siswa di sekolah.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Islam 1 Surakarta yang berada di Jl.

Brigjen Sudiarto No. 151 Joyosuran, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta,

Provinsi Jawa Tengah. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian

kualitatif. Jenis penelitian yang digunakan adalah menurut Moleong (2014: 6)

sebagai berikut:

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomene tentan apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistic, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.

Penelitian harus dapat memahami fakta dan kejadian yang sebenarnya

terjadi dengan mengamati perilaku yang dilakukan oleh subjek penelitian. Selain

perilaku peneliti juga haruslah mengamati persepsi, pandangan dan pendapat yang

dikemukakan oleh subyek peneliti. Perilaku, persepsi, motivasi daan tindakan

yang dilakukan oleh subyek penelitian yang sudah teramati kemudian dirangkum

dalam sebuah kata-kata yang sistematis dan ilmiah. Penelitian ini menekankan

pada internalisasi nilai peduli sosial di SMA Islam 1 Surakarta.

Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari informan, tempat,

peristiwa dan dokumen. Menurut Lofland dan Lofland dalam Lexy Moleong

(7)

commit to user

ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen

dan lain-lain”. Berdasakan uraian tersebut, maka sumber data yang diperoleh

dalam penelitian ini berasal dari narasumber, tempat dan peristiwa, dokumen dan

arsip yang ada di SMA Islam 1 Surakarta.

Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Menurut

Sugiyono (2011: 123-125), “Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel

dengan pertimbangan tertentu”. Berdasarkan uraian tersebut maka penelitian ini

cenderung memilih informan dari orang-orang yang akan dijadikan informasi

kunci (key informan) yang dapat dipercaya yaitu Kepala Sekolah, Wakasek

Kurikulum, Wakasek Kesiswaan, guru Bimbingan Konseling, guru PPKn dan

peserta didik di SMA Islam 1 Surakarta.

Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh dan

menyusun data penelitian ini adalah dengan wawancara, observasi, dan analisis

dokumen. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan terhadap Kepala Sekolah,

Wakasek Kurikulum, Wakasek Kesiswaan, guru Bimbingan Konseling, guru

PPKn dan beberapa peserta didik di SMA Islam 1 Surakarta. Observasi ini

dilakukan dengan mengamati peserta didik dalam proses belajar mengajar.

Dokumen yang dianalisis dalam penelitian ini diantaranya, Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP), silabus pada mata pelajaran PPKn.

Validitas data menggunakan trianggulasi data dan trianggulasi metode.

Penelitian ini menggunakan trianggulasi data dan trianggulasi metode karena

untuk menutup kemungkinan apabila ada kekurangan data dari salah satu sumber

atau salah satu metode, maka dapat dilengkapi dengan data dari sumber atau

metode lain. Dengan cara seperti itu maka data yang didapatkan dari jawaban para

informan telah valid untuk digunakan sebagai data yang akan dianalisis dalam

penelitian.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Pelaksanaan Internalisasi Nilai Peduli Sosial di SMA Islam 1 Surakarta

Internalissi nilai peduli sosial merupakan salah satu strategi pengajaran

dalam menguatkan civic disposition peserta didik. Pelaksanaan internalisasi

(8)

commit to user

dimana sebuah nilai merupakan suatu hal yang dapat hilang jika tidak

dilakukan pembinaan secara terus menerus. Hal ini sesuai dengan pendapat

Hamid Darmadi (2007: 50) yaitu :

Nilai berada dalam hati nurani dan pikiran sebagai suatu keyakinan atau kepercayaan. Nilai harus dibina terus menerus karena nilai merupakan aspek masalah kewajiban yang timbul tenggelam atau pasang surut.

Adanya internalisasi nilai peduli sosial yang dilakukan pendidik di

SMA Islam 1 Surakarta tersebut agar nilai peduli sosial maupun nilai-nilai

karakter senantiasa berkembang dan tumbuh serta selalu diamalkan oleh

semua peserta didik dalam kehidupan sehari-hari di sekolah maupun di

lingkungan masyarakat.

Hasil penelitian ditemukan bahwa internalisasi nilai peduli sosial

kepada peserta didik di SMA Islam 1 Surakarta, dilaksanakan melalui

kegiatan intrakurikuler atau kegiatan belajar mengajar, kokurikuler, dan

ekstrakurikuler. Adapun kegiatan-kegiatan tersebut secara lengkap dapat

[image:8.595.131.538.214.678.2]

dinyatakan dalam bagan di bawah ini:

Gambar 4.1 Pelaksanaan Internalisasi Nilai Peduli Sosial

Internalisasi nilai

peduli sosial di SMA Islam 1 Surakarta

3. Kegiatan Ekstrakurikuler 1. Kegiatan

intrakurikuler

2. kegiatan Kokurikuler

kegiatan belajar mengajar dengan strategi studi kasus dengan

metode diskusi

Kajian umum

(9)

commit to user

Pelaksanaan internalisasi nilai peduli sosial di atas dapat dijelaskan

sebagai berikut:

a. Kegiatan intrakurikuler

Kegiatan intrakurikuler merupakan kegiatan pengembangan diri

yang dilaksanakan sebagaian besar di dalam kelas (intrakurikuler).

Kegiatan intrakurikule ini tidak terlepas dari proses belajar mengajar yang

merupakan proses inti yang terjadi di sekolah sebagai suatu lembaga

pendidikan formal. Dalam hal ini kegitan intrakurikuler dalam

pelaksanaan internalisasi nilai peduli sosial kepada peserta didik di SMA

Islam 1 Surakarta yaitu melalui adanya proses kegiatan pembelajaran

pendidikan kewarganegaraan di kelas menggunakan strategi studi kasus

dengan metode diskusi.

b. Kegiatan kokurikuler

Kegiatan kokurikuler merupakan kegiatan penunjang serta

membantu kegiatan intrakurikuler. Dalam hal ini kegiatan kokurikuler

dalam pelaksanaan internalisasi nilai peduli sosial kepada pesert didik di

SMA Islam 1 Surakarta yaitu melalui kegiatan disekolah seperti kajian

umum karena di SMA Islam 1 Surakarta menggunakan kurikulum diknas

dan kurikulum diniyah dengan konsep sekolah berbasis islam diharapkan

dapat menanamkan nilai-nilai karakter kepada peserta didik khususnya

nilai peduli sosial. Terbukti dengan adanya kegiatan-kegiatan seperti:

kajian umum dan kegiatan positif seperti oleh raga dan yang lainnya dapat

menanamkan nilai peduli sosial kepada peserta didik.

c. Kegiatan ekstrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang dilaksanakan di

luar jam pelajaran biasa (di luar intrakurikuler). Kegiatan ini dapat

berfungsi untuk menyalurkan atau mengembangkan kemampuan peserta

didik sesuai dengan minat dan bakatnya, memperluas pengetahuan, belajar

bersosialisasi, menambah keterampilan, mengisi waktu luang, bisa

dilaksanakan di sekolah ataupun kadang-kadang bisa di luar sekolah.

(10)

commit to user

nilai peduli sosial kepada peserta didik di SMA Islam 1 Surkarta yaitu

kegiatan ekstrakurikuler PMR dan Pramuka, di dalam kegiatan tersebut

peserta dilatih untuk saling peduli satu sama lain, kerjasama dengan teman

sehingga dengan adanya kegiatan tersebut mampu menanamkan nilai

peduli sosial kepada peserta didik.

Adanya kegiatan tersebut, menunjukkan bahwa pendidik di SMA

Islam 1 Surakarta telah melakukan proses internalisasi nilai peduli sosial

kepada peserta didik, karana proses internalisasi dapat dilakukan melalui

berbagai pendekatan dimana sesuai pendapat Superka, et.al bahwa dalam

rangka meningkatkan keberhasilan internalisasi nilai peduli sosial kepada

peserta didik perlu adanya suatu pendekatan nilai ada 5 tipologi

pendekatan pendidikan karakter yaitu:

(1)Pendekatan penanaman nilai (inculcation approach), (2) pendekatan moral kognitif (cognitive moral development

approach), (3) pendekatan analisis nilai (values analysis

approach), (4) pendekatan klarifikasi nilai (values clarification approach), (5) pendekatan pembelajaran berbuat (action learning approach) (Masnur Muslich, 2011: 107)

Dalam proses internalisasi nilai peduli sosial, peserta didik di SMA

Islam 1 Surakarta cenderung menggunakan pendekatan penanaman nilai.

Setelah dilaksanakannya internalisasi nilai peduli sosial di SMA Islam 1

Surakarta, maka dapat diketahui targer keberhasilan dalam

pelaksanaannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberhasilan

pelaksanaan internalisasi nilai peduli sosial bisa dikatakan kurang

maksimal, terbukti dengan pelaksanaan internalisasi peduli sosial, menurut

hasil pengamatan dan observasi yang telah dilakukan dengan bapak Iskak

S.Pd selaku guru pendidikan kewarganegaran yang melaksanakan

internalisasi nilai peduli sosial dengan starategi studi kasus dan dengan

metode diskusi. Pelaksanaan pembelajaran yang telah diuat masih perlu

pengembangan dalam hal pelaksanaannya. Guru harus mampu memilih

dan menerapkan model dan pendekatan pada penanaman niali yaitu

(11)

commit to user

Pelaksanaan internalisasi nilai peduli sosial dikatakan berhasil

apabila nilai-nilai karakter yang dimiliki peserta didik dapat disampaikan

dalam masyarakat dan berpengaruh terhadap perilaku peserta didik

tersebut sesuai dengan nilai-nilai yang diajarkan. Krathwohl, Bloom dan

Marsia (1973) menjelaskan bahwa “internalisasi adalah proses

perasaan/sikap terhadap subuah obyek yang berkisar dari sebuah tingkatan

kesadaran dimana perasaan tersebut terinternalisasi dan secara konsisten

membimbing atau mengontrol tingkah laku seseorang” (Dharma Kesuma,

2011: 55).

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa

pelaksanaan internalisasi nilai peduli sosial yang dilakukan oleh pendidik di

SMA Islam 1 Surakarta masih kurang maksimal, karena dari segi kebijakan

maupun kegian yang berhubungan untuk menanamkan nilai peduli sosial

masih terdapat kekurangan dimana dari kekurangan tersebut sangat

berpengaruh pada hasil yang diharapkan sehingga mempengaruhi perilaku

peserta didik.

2. Hambatan Dalam Internalisasi Nilai Peduli Sosial di SMA Islam 1

Surakarta

pendidik dalam internalisasi nilai peduli sosial kepada peserta didik di

SMA Islam 1 Surakarta, adalah sebagai berikut:

a. Kendala dari peserta didik

Factor dari latar belakang peserta didik yang beraneka ragam

sehingga terdapat beberapa perbedaan budaya, kehidupan sosial, dan

bahasa. Factor dari tingkat kemampuan atau intelegensi peserta didik yang

rendah karena dalam pemasukan siswa baru di SMA Islam 1 Surakarta

tidak ada ujian masuk dan juga tidak ada seleksi nilai.

Karakteristik peserta didik berbeda-beda antara satu dengan yang

lainnya. Ada peserta didik yang berkarakter mudah diatur, tetapi juga ada

sebagian siswa yang sulit diatur. Untuk mengatasi hal ini perlu dilakukan

(12)

commit to user

b. Kurangnya sarana prasarana dan keterbatasan waktu dalam pembelajaran

Kenyataan di lapangan waktu pada saat proses kegiatan

pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk menanamkan nilai

karakter kepada peserta didik membutuhkan waktu yang lama.

c. Kegiatan ekstrakurikuler yang belum memberikan kontribusi secara

maksimal dalam menamkan nilai peduli sosial kepada peserta didik di

SMA Islam 1 Surakarta. Hal tersebut sesuai dengan penjelasan Dasim

Budimansyah (2010: 142-143 mengatakan bahwa:

Factor hambatan yang sering terjadi dalam membentuk karakter siswa adalah pelaksanaan kegitan ekstrakurikuler sebagai wahana

sosio-pedagogis untuk mendapatkan hand-on experience juga

belum memberikan kontribusi yang signifikan untuk menyeimbangkan atara penguasaan teori dan praktek pembiasaan perilaku dan keterampilan dalam kehidupan yang demokratis dan sadar hukum.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa dalam

pelaksanaan internalisasi nilai peduli sosial yang dilakukan oleh pendidik

selama ini belum bisa berjalan secara optimal dari segi metode, isi, dan

perilaku karena pelaksanaannya masih menghadapi berbagai hambatan

meliputi: factor dari tingkat kemampuan peserta didik yang rendah,

kurangnya sarana prasarana dan keterbatasan waktu serta kegiatan

ekstrakurikuler yang belum berkontribusi secara maksimal dalam

pelaksanaan internalisasi nilai pesuli sosial di SMA Islam 1 Surakarta.

3. Dampak Terhadap Internalisasi Nilai Peduli Sosial Dalam Penguatan

Civic DispositionSiswa di SMA Islam

Internalisasi nilai peduli sosial merupakan sebuah usaha untuk

menanamkan dan menumbuhkembangkan nilai peduli sosial menjadi bagian

dari diri seseorang sehingga berpengaruh pada tingkah laku seseorang

tersebut. Penanaman dan penumbuhkembangan nilai tersebut dilakukan

melalui berbagai metode seperti melalui beberapa pendekatan nilai dan

pengajaran seperti pendidikan, pengarahan, indokrinasi, bimbingan, binaan,

dan lain sebagainya. Internalisasi menurut menurut Krathwohl, Bloom dan

(13)

commit to user

Internalisasi adalah proses perasaan/sikap terhadap sebuah obyek yang berkisar dari sebuah tingkatan kesadaran yang umumnya/hanya menyadari sesuatu/menjadi melek nilai, ketingkatan dimana perasaan tersebut terinternalisasi dan secara konsisten membimbing atau mengontrol tingkah laku seseorang (Dharma Kesuma, 2011: 55)

Melalui internalisasi nilai, dalam hal ini nilai peduli sosial diharapkan

nantinya nilai peduli sosial tersebut dapat tumbuh dan berkembang dalam diri

setiap anggota peserta didik sehingga akan berpengaruh terhadap perilaku

peserta didik yang lebih menghargai dan menghormati perbedaan. Dalam hal

ini, pendidikan sangat berperan penting dalam proses internalisasi nilai ke

dalam diri peserta didik sehingga membuat peserta didik memiliki karakter

yang baik (civic disposition) dapat terwujud. Jadi pendidikan merupakan

sarana strategis dalam penanaman dan pembentukan civic disposition peserta

didik.

Internalisasi nilai peduli sosial di SMA Islam 1 Surakarta dilakukan

melalui proses pembelajaran khususnya melalui pelajaran pendidikan

kewarganegaraan (PKn), kegiatan ekstrakurikuler, dan kegiatan kokurikuler.

Kegiatan tersebut diharapkan mampu menanamkan sikap toleransi tidak hanya

dilingkup sekolah akan tetapi juga dapat menghargai masyarakat yang berbeda

budaya, agama, suku, maupun bahasa.

Melalui kegiatan tersebut, peserta didik akan terpengaruh terhadap

nilai-nilai yang terkandung di dalam kegitan tersebut, sehngga peserta didik

secara sadar akan mengimplementasikan keyakinan tersebut dalam wujud

sikap dan tingkah laku yang berdasarkan nilai yang diperolehnya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa meskipun

pelaksanaan nilai peduli sosial berpengaruh terhadap peningkatan sikap peduli

sosial peserta didik di SMA Islam 1 Surakarta meskipun belum optimal dapat

memperkuat karakter (civic disposition) peserta didik tersebut. Namun

pengaruh tersebut belum sepenuhnya maksimal, karena dari hasil penelitian

menunjukkan bahwa masih ada beberapa siswa yang masih memilih-milih

(14)

commit to user

4. Hubungan Internalisasi Nilai Peduli Sosial Sebagai Upaya Penguatan

Civic Disposition Siswa dengan Siswa dengan Pendidikan

Kewarganegaraan (PKn)

Berdasarkan hasil penelitian, internalisasi nilai peduli sosial melalui

kegiatan positif di sekolah seperti kajian umum, kegiatan ekstrakurikuler, dan

kegiatan sosial yang diadakan di sekolah yang mampu memberikan perubahan

terhadap sikap kepedulian sosial peserta didik. Sikap kepedulian sosial peserta

didik tidak hanya diaplikasikan dalam lingkungan sekolah akan tetapi dalam

kehidupan bermasyarakat.

Peduli sosial merupakan karakter yang harus dimiliki oleh setiap

warga negara. Sikap peduli sosial dapat menjadi sarana bagi warga negara

untuk menjalankan perilaku sesuai dengan nilai-nilai pancasila dalam

kehidupan sehari-hari sehingga dapat menjadi warga negara yang baik (good

citizenship). Peduli sosial untuk saling membantu sesama, tidak egois atau

memntingkan diri sendiri, tidak membeda-bedakan, saling menghargai serta

memiliki rasa hormat merupakan muatan dari pendidikan Kewarganegaraan

(PKn). Hal ini tercermin dalam mata pelajaran PKn yang salah satu standard

kompetensi menampilkan sikap positif terhadap pancasila dalam kehidupan

bermasyarakat.

Berdasarkan Pusat Kurikulum Pengembangan dan Pendidikan Budaya

& Karakter Bangsa dalam buku Pedoman Pendidikan Karakter yang disusun

oleh Kementrian Pendidikan Nasional (2011: 3) menyebutkan:

Dalam rangka lebih memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter

telah teridentifikasi 18 nilai yang bersumber dari agama, pancasila,

budaya, dan tujuan pendidikan nasional, yaitu: (1) Religius, (2) Jujur,

(3) Toleransi, (4) Disiplin, (5) Kerja keras, (6) Kreatif, (7) Mandiri, (8)

Demokratis, (9) Rasa Ingin Tahu, (10) Semangat Kebangsaan, (11)

Cinta Tanah Air, (12) Menghargai Prestasi, (13)

Bersahabat/Komunikatif, (14) Cinta Damai, (15) Gemar Membaca,

(15)

commit to user

Nilai peduli sosial merupakan bagian dari karakter yang menjadi dasar

bagi manusia dalam bertindak. Secara universal berbagai karakter dirumuskan

sebagai nilai hidup bersama berdasarkan atas Sembilan pilar yaitu kedamaian,

menghargai, kerjasama, kebebasan, kebahagiaan, kejujuran, kerendahan hati,

kasih saying, tanggung jawab, kesederhanaan, toleransi, dan persatuan.

Komponen pokok dari pendidikan kewarganegaraan yang seharusnya

dimiliki peserta didik menurut Margaret Stimman Branson adalah sebagai

berikut:

Where ara essential components of a good civic education? There are three essential components: civic knowledge, civic skill, amd civic disposition. Lthe first essential component of civic education is civic knowledge that concerned with the content or what citizens ought to know; the subject matter, if you will. The second essential component of civic education in a democratic society is a civic skill; intellectual and participatory skill. The third essential component of civic education, civic disposition, refers to the traits of private and public

character essential to the maintenance and improvement of

constitutional democracy(Winarno dan Wijianto, 2010: 50).

Maknanya bahwa terdapat tiga komponen penting di dalam

pendidikan kewarganegaraan yaitu civic knowledge (Pengetahuan

kewarganegaraan), civic skill (keterampilan kewarganegaraan), dan civic

disposition (watak/karakter kewarganegaraan). Komponen penting pertama

pendidikan kewarganegaraan adalah civic knowledge (pengetahuan

kewarganegaraan) yang berkaitan dengan isi atau apa-apa yang harus

diketahui warga negara. Komponen penting kedua dari pendidikan

kewarganegaraan dalam masyarakat demokratis adalah civic skill

(keterampilan kewarganegaraan), yaitu meliputi keterampilan intelektual dan

keterampilan partisipasi. Komponen penting ketiga dari pendidikan

kewarganegaraan adalahcivic disposition (watak/karakter kewarganegaraan),

mengacu pada ciri-ciri karakter privat dan public yang penting untuk

pemeliharaan dan perbaikan demokrasi konstitusional.

Sama halnya dengan pelaksanaan internalisasi nilai peduli sosial ini

yang juga mengembangkan tiga komponen pokok Pendidikan

(16)

commit to user

berkenaan dengan apa-apa yang harus diketahui dan dipahami secara layak

oleh warga negara, dalam hal ini pelaksanaan internalisasi nilai peduli sosial

berupaya untuk menanamkan nilai kepada peserta didik agar peserta didik

mengetahui dan memahami nilai peduli sosial. Setelah dilaksanakan

internalisasi diharapkan peserta didik mengetahui apa itu nilai peduli sosial,

apa saja aspek dari nilai peduli sosial, apa fungsi dari niali peduli sosial,

bagaimana mengamalkan nilai peduli sosial dan lain sebagainya.

Komponen kedua adalah civic skill (ketrampilan kewarganegaraan)

yang berkenaan dengan apa yang seharusnya dapat dilakukan oleh warga

negara bagi kelangsungan bangsa dan negara. Civic skill (keterampilan

kewarganegaraan) meliputi ketramilan intelektual dan keterampilan

partisipasi. Sama halnya dengan pelaksanaan internalisasi nilai peduli sosial

yang dilakukan oleh pendidik di SMA Islam 1 Surakarta yang turut berupaya

mengembangkan civic skill (keterampilan kewarganegaraan). melalui

internalisasi nilai peduli sosial diharapkan agar peserta didik mampu turut

berpartisipasi aktif dalam pengamalan nilai peduli sosial dalam kehidupan

sehari-hari. Partisipasi tersebut dapat dilakukan dengan berpartisipasi dalam

kegiatan-kegiatan internliasisai yang dilakukan dengan menyebarkuaskan

nilai peduli sosial dengan cara mempengaruhi lingkungan sekitar mereka

untuk bersikap saling membantu maupun menolong/caring, tidak

mementingkan diri sendiri serta menghindari ke-egoisan pribadi, menghargai

perbedaan. Selai kecakapan partisipasi melalui internalisasi nilai peduli sosial

oleh pendidik di SMA Islam 1 Surakarta ini diharapkan peserta didik

memiliki keterampilan interlektual yang dapat diwujudkan melalui kecakapan

peserta didik dalam memahami kondisi yang ada.

Komponen yang ketiga adalah civic disposistion (watak/karakter

kewarganegaraan), yang berkenaan dengan watak atau karakter yang baik

sebagai seorang warga negara. Civic disposistion sebagai komponen dasar

ketigacivic educationmenunjuk pada karakter publik maupun privat/pribadi.

Karakter privat seperti tanggung jawab moral, disiplin diri adalah wajib bagi

(17)

commit to user

aturan main, peduli sosial merupakan karakter yang sangat penting.

Pelaksanaan internalisasi nilai peduli sosial yang dilakukan oleh pendidik di

SMA Islam 1 Surakarta memiliki tujuan agar peserta didik memiliki karakter

yang baik dari seorang warga negara, baik secara pribadi maupun public.

Pelaksanaan internalisasi nilai peduli sosial ini turut mengembangkan

karakter peserta didik sebagai warga negara yang baik, khususnya adalah

karakter publik yaitu peduli terhadap lingkungan.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa keterkaitan

internalisasi nilai peduli sosial yang dilakukan pendidik di SMA Islam 1

Surakarta sebagai upaya penguatan civic disposistion peserta didik dengan

pendidikan kewarganegaraan yaitu terletak paa aspek tujuannya, keduanya

sama-sama bertujuan membentuk karakter warga negara yang baik yang

meliputi karakter pribadi maupun publik.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan di lapangan dan analisis

yang telah dilakukan oleh peneliti, maka dapat ditarik suatu kesimpulan guna

menjawab rumusan masalah. Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Pelaksanaan internalisasi nilai peduli sosial di SMA Islam 1 Surakarta kepada

peserta didik menunjukkan bahwa, sekolah tersebut tidak hanya ingin

menghasilkan peserta didik yang memiliki karakter religious saja, namun juga

ingin menghasilkan peserta didik yang memiliki sikap yang baik termasuk

sikap peduli sosial. Hal tersebut dibuktikan dengan diadakannya

kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan internalisasi nilai peduli sosial kepada

peserta didik di SMA Islam 1 Surakarta melalui berbagai kegiatan yaitu:

a. Kegiatan intrakurikuler merupakan kegiatan pengembangan diri yang

dilaksanakan sebagian besar di dalam kelas. Kegiatan intrakurikuler ini

tidak terlepas dari proses belajar mengajar yang merupakan proses inti

yang terjadi di sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan formal. Dalam

hal ini kegiatan intrakurikuler dalam pelaksanaan internalisasi nilai peduli

(18)

commit to user

pembelajaran dengan strategi studi kasus dan metode diskusi yang terbukti

dalam proses kegiatan pembelajaran pendidikan kewarganegaraan di kelas.

b. Kegiatan kokurikuler merupakan kegiatan yang menunjang serta

membantu kegiatan intrakurikuler. Dalam hal ini kegiatan kokurikuler

dalam pelaksanaan internalisasi nilai peduli sosial kepada peserta didik di

SMA Islam 1 Surakarta yaitu melalui kegiatan kajian umum bersama yang

diadakan.

c. Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang dilaksanakan di luar

jam pelajaran biasa dan materi ekstrakurikuler di luar materi pembelajaran,

yang berfungsi untuk menyalurkan/mengembangkan kemampuan peserta

didik sesuai dengan minat dan bakatnya, memperluas pengetahuan, belajar

bersosialisasi, menambah keterampilan, mengisi waktu luang, bisa

dilaksanakan di sekolah ataupun di luar sekolah. Kegiatan ekstrakurikuler

dalam pelaksanaan internalisasi nilai peduli sosial kepada peserta didik di

SMA Islam 1 Surakarta yaitu kegiatan ekstrakurikuler PMR dan Pramuka.

Kegiatan tersebut melatih peserta didik untuk kerjasama dengan teman,

mandiri, peduli dengan teman, saling membantu sehingga dengan adanya

kegiatan tersebut mampu menanamkan nilai peduli sosial peserta didik di

SMA Islam 1 Surakarta.

Keberhasilan pelaksanaan internalisasi nilai peduli sosial yang dilakukan

oleh pendidik di SMA Islam 1 Surakarta selama ini kurang maksimal, hal ini

ditunjukkan dengan adanya:

1) Kebijakan khusus untuk internalisasi nilai peduli sosial belum ada, hanya

saja sudah terintegrasi dalam kegiatan pembelajaran di kelas maupun di

luar kelas.

2) Tidak berhasilnya metode yang diterapkan pendidik di SMA Islam 1

Surakarta dalam menanamkan nilai peduli sosial di kelas kepada peserta

didik.

3) Peserta didik belum merasakan dampak dari kegiatan-kegiatan yang

bertujuan untuk menanamkan nilai peduli sosial kepada peserta didik. Hal

(19)

commit to user

adanya peserta didik yang masih memilih-milih teman ketika menolong

dan berteman.

2. Hambatan dalam internalisasi nilai peduli sosial di SMA Islam 1 Surakarta

adalah sebagai berikut:

a. Kendala dari siswa

Faktor intelegensi/kemampuan peserta didik yang rendah karena dalam

pemasukan atau penerimaan siswa baru di SMA Islam 1 Surakarta tidak

ada ujian masuk dan juga tidak ada seleksi nilai. Karakteristik peserta

didik berbeda-beda antara peserta didik satu dengan yang lainnya. Ada

peserta didik yang berkarakter penurut ada juga siswa yang susah diatur.

b. Kurangnya sarana prasarana dan keterbatasan waktu dalam pembelajaran

Kegiatan pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk menanamkan

nilai peduli sosial kepada peserta didik membutuhkan model pembelajaran

yang membutuhkan waktu lama misalnya diskusi yang membutuhkan

waktu.

c. Kegiatan ekstrakurikuler yang belum memberikan kontribusi secara

maksimal dalam menanamkan nilai peduli sosial kepada peserta didik di

SMA Islam 1 Surakarta.

3. Internalisasi nilai peduli sosial di SMA Islam 1 Surakarta dapat

mempengaruhi sikap kepedulian sosial pada diri peserta didik meskipun dalam

pelaksanaannya kurang maksimal, hal tersebut dapat dibuktikan dengan

peserta didik memiliki rasa menghargai, peduli dan ikut berpartisipasi dalam

membagi-bagikan daging kurban, sehingga hal tersebut dapat mewujudkan

karakter yang baik bagi peserta didik yang terwujud dalam:

a. Partisipasi siswa dalam memberikan bantuan sosial seperti dana PMI

untuk orang yang terkena musibah, ikut membagi-bagikan daging kurban.

b. Adanya hubungan baik diantara peserta didik meskipun dari latar belakang

daerah yang berbeda.

c. Antusias yang tinggi dari peserta didik mengikuti ekstrakurikuler PMR

(20)

commit to user

d. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik santun ketika berbicara dengan

teman, pendidik maupun karyawan di SMA Islam 1 Surakarta.

DAFTAR PUSTAKA

Asmani, Ma’mur, Jamal. 2013.Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter

di Sekolah. Jogjakarta : Diva Press.

Budimansyah, Dasim & Karim Suryadi. (2008). Pkn dan Masyarakat

Multikultural. Prodi PPKn : UPI.

Darmadi, Hamid. 2012.Dasar Konsep Pendidikan Moral. Bandung : Alfabeta.

Dasim, Budimansyah. 2010. Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan Untuk

Membangun Karakter Bangsa.Bandung: Widya Aksara Press.

Kesuma, Dharma. 2011.Pendidikan Karakter.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Moleong, Lexy J. (2012).Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung:

PT Remaja Rosdakarya.

Muslich, Masnur. 2014. Pendidikan Karakter menjawab tantangan krisis

multidimensional. Jakarta : Bumi Aksara.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,

Gambar

Gambar 4.1 Pelaksanaan Internalisasi Nilai Peduli Sosial

Referensi

Dokumen terkait

PENERAPAN MODEL BOUNDED INQUIRY LAB PADA PESERTA DIDIK KELAS XI MIA 3 SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA. Surakarta: Pendidikan Biologi. Fakultas Keguruan dan Ilmu

pengamalan peserta didik tentang agama Islam. Proses internalisasi dan pengembangan nilai syari’ah adalah:.. 1) Proses internalisasi nilai syariah tidak hanya melalui

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan pembelajaran berbasis ICT religi model animasi pada peserta didik SMA Negeri 8 Surakarta kelas X 7

TEKNIK DISENSITISASI SISTEMATIK UNTUK MENGURANGI KECEMASAN SOSIAL PADA PESERTA DIDIK KELAS XI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2016/2017, Skripsi,

PENGEMBANGAN MODEL SIMULASI SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN PKN UNTUK PENINGKATAN SIKAP DEMOKRATIS PESERTA DIDIK. (Suatu kajian terhadap sikap peserta didik kelas XI IPS SMA Negeri

Kendala yang dihadapi SMK Negeri 8 Surakarta dalam menanamkan pendidikan karakter peduli sosial dan santun peserta didik melalui budaya sekolah, yakni pertama berasal

ini mampu melatih peserta didik untuk menunjukkan sikap sosial misalnya sikap peduli dan sikap toleransi dalam perbedaan sosial budaya untuk meminimalkan konflik budaya

Permasalahan yang ditemukan saat melakukan penelitian yaitu dari hasil angket, wawancara dan juga observasi karakter peduli sosial peserta didik kelas V di SDN Sambirejo Surakarta