UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI N-HEKSANA, FRAKSI KLOROFORM, DAN FRAKSI ETANOL KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) TERHADAP Escherichia coli RESISTEN
AMOKSISILIN
Christiana Destia Anggraeni 108114074
INTISARI
Garcinia mangostana L. merupakan tanaman yang diketahui memiliki aktivitas antibakteri terhadap Escherichia coli. Resistensi Escherichia coli terhadap amoksisilin banyak ditemui di masyarakat sehingga dilakukan penelitian tentang aktivitas antibakteri dari Garcinia mangostana L. terhadap Escherichia coli yang resisten amoksisilin.
Penelitian ini merupakan eksperimental murni rancangan acak lengkap pola searah. Kultur Escherichia coli resisten amoksisilin didapat dengan metode adaptif gradual. Ekstraksi bertingkat dengan metode maserasi kulit buah manggis menggunakan pelarut n-heksana, kloroform, dan etanol. Uji aktivitas antibakteri masing-masing fraksi menggunakan metode difusi sumuran (variasi konsentrasi 25%; 12,5%, 6,25%, 3,125%; 1,5625%).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Escherichia coli dapat menjadi resisten terhadap amoksisilin ditunjukkan dengan meningkatnya nilai KHM menjadi 10 kali lipat, yaitu dari 4 µg/ml menjadi >42 µg/ml. Hasil dari uji aktivitas antibakteri menunjukkan bahwa fraksi n-heksana dan kloroform tidak memiliki aktivitas antibakteri terhadap Escherichia coli resisten amoksisilin, sedangkan fraksi etanol mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Escherichia coli resisten amoksisilin. Hasil analisis statistik menggunakan uji ANOVA dilanjutkan dengan uji Post Hoc
menggunakan t-test menunjukkan bahwa konsentrasi 25%; 12,5%; 6,25% dan 3,125% fraksi etanol mempunyai aktivitas antibakteri yang berbeda bermakna terhadap kontrol negatif.
Kata kunci: fraksi n-heksana, fraksi kloroform, fraksi etanol, Garcinia mangostana L, antibakteri, Escherichia coli, resisten, amoksisilin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
Garcinia mangostana L. is a plant that is known have antibacterial activity against Escherichia coli. Escherichia coli resistant to Amoxicillin mostly found in societies that antibacterial activity of Garcinia mangostana L against amoxicillin resistant Escherichia coli is studied.
This study purely experimental, completely randomized design. amoxicillin resistant Escherichia coli cultures obtained by gradual adaptive method. Terraced extraction by maceration using n-hexane, chloroform, and ethanol as solvent. Antibacterial activity test using diffusion method (variations concentration are 25%; 12,5%, 6,25%, 3,125%; 1,5625%).
The result showed that Escherichia coli can become resistant to amoxicillin indicated by increasing MIC to 10 fold, from 4 µg/ml to >42 µg/ml. The result of antibacterial activity test showed that n-hexane and chloroform fraction do not have antibacterial activity againts amoxicillin resistant Escherichia coli, while the ethanol fraction has antibacterial activity againts amoxicillin resistant Escherichia coli. Statistical analysing using ANOVA followed by Post Hoc using t-test showed that concentration 25%; 12,5%; 6,25%; and 3,125% of ethanol fraction have a significant difference of antibacterial activity to the negative control.
Keyword: n-hexane fraction, chloroform fraction, ethanol fraction, Garcinia mangostana L., antibacterial, Escherichia coli, resistance, amoxicillin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Pendahuluan
Tape merupakan panganan tradisional
khas Indonesia, berasal dari singkong yang
d i f e r m e n t a s i k a n d e n g a n r a g i
(Saccharomyces cerevisiae) (Rukmana,
1997). Hasil fermentasi dari mikroba
tersebut adalah etanol (C H OH) yang 2 5
merupakan alkohol dengan dua rantai karbon
dan satu gugus hidroksil (-OH). Hasanah
(2008) melaporkan bahwa lama fermentasi
pada tape dapat berdampak terhadap kadar
alkohol, dimana kadar alkohol mencapai
11,81% setelah 2 hari fermentasi. Indrayani
dkk., (2008) melaporkan bahwa konsumsi
alkohol dapat menurunkan kerusakan pada
hati tikus yang terinduksi parasetamol,
berupa penurunan kadar alanin transaminase
(ALT) dan aspartat transaminase (AST).
Hati merupakan organ terbesar dan organ
pemetabolisme yang paling kompleks di
dalam tubuh. Fungsi hati sangat penting
terutama untuk melaksanakan fungsi vital
dan mengatur homeostasis dalam tubuh
(Ward dan Daly, 2000). Dalam hubungannya
dengan fungsi hati bagi kelangsungan hidup
manusia, maka organ hati perlu mendapat
perhatian serius. Penyakit hati dapat
disebabkan antara lain oleh obat atau
hepatotoksin, infeksi virus dan reaksi
imunogenik (Williamson, Okpako dan
Evans, 1996). World Health Organization (WHO) mencatat sekitar 180 juta manusia
terinfeksi virus hepatitis C, dengan angka
kejadian sebesar 3% (WHO, 2009).
Salah satu senyawa yang dapat digunakan
sebagai senyawa model untuk menimbulkan
kerusakan pada hati adalah karbon
tetraklorida (Janakat dan Al-Merie, 2003).
JURNAL FARMASI SAINS DAN KOMUNITAS, November 2013, hlm. 95-100 Vol. 10 No. 2
ISSN : 1693-5683
POTENSI TAPE SEBAGAI PANGANAN TRADISIONAL TERHADAP EFEK HEPATOTOKSIK TIKUS TERINDUKSI KARBON-TETRAKLORIDA
GIDION KRISNADI YOSEPH, CHRISTIANA DESTIA ANGGRAENI, NI LUH PUTU DIAN PRAWITA PUTRI, ABEDNEGO YOGA DWI PRASETYO, PHEBE HENDRA
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Abstract: The purpose of this study was to determine the effect of “Tape” that has an alcoholic compound, to the hepatotoxic effect in the rat induced Carbon Tetrachloride. And also determine which fermentation time of the Tape can give effect to the hepatotoxic in the rat induced Carbon tetrachloride. Healthy rats were randomly divided into 7 groups of 5 animals in each. Group 1 received carbon tetrachloride 2ml/kgBW treated intraperitoneal. Group 2-4 were given “Tape” suspension 18g/kgBW once daily for 6 days with different fermentation time (3, 5, 7 days). Group 5-7 were given “Tape” suspension 18g/KgBW once daily for 6 days with different fermentation
th
time and carbon tetrachloride was given on the 7 day. Blood sample from all groups was obtained by sinus orbitalis after 24 hours application for estimation the serum level of transaminase. The result showed that “Tape” suspension had a potential effect to reduce the hepatotoxicity induced by carbon tetrachloride. “Tape” suspension with 5 days fermentation was significantly decreased serum level of transaminase (P<0,05) upon carbon tetrachloride-induced hepatic damage in rats.
Senyawa CCl akan dimetabolisme di hati 4
oleh enzim sitokrom P450 dan menghasilkan
metabolit aktif berupa radikal bebas karbon
triklorometil yang bersifat toksik. Senyawa
radikal bebas ini menyebabkan peroksidasi
lipid yang memicu kerusakan membran sel
dan mitokondria, sehingga
substansi-substansi yang terdapat pada sitoplasma
seperti enzim ALT dan AST masuk ke aliran
darah.. Selain itu, radikal bebas ini dapat
mengganggu produksi lipoprotein yang
berfungsi membawa lipid keluar dari hati.
Akibatnya terjadi penumpukan lemak di hati
yang dikenal sebagai steatosis (Johnston dan
Kroening, 1998; Timbrell, 2008; Wahyuni,
2005; Arhoghro et.al., 2009).
Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu
dilakukan penelitian pengaruh alkohol yang
terkandung dalam tape terhadap efek
hepatotoksik pada tikus terinduksi karbon
tetraklorida.
2. Metode Penelitian
Bahan yang digunakan dalam pe-nelitian
ini adalah tape, larutan CMC-Na 1%, karbon
tetraklorida, minyak zaitun (olive oil), tikus
jantan (galur Wistar).
Alat yang digunakan dalam penelitian ini
adalah blender (Laboratorium
Far-makologi-Toksikologi, USD), spuit injek-si oral, spuit
injeksi intraperitoneal, dan alat-alat gelas
(Pyrex).
2.1. Pembuatan Suspensi Tape
S u s p e n s i Ta p e d i b u a t d e n g a n
mencampurkan 50 g tape ke dalam 50 ml
CMC-Na 1% dengan bantuan blender
sehingga diperoleh konsentrasi suspensi
sebesar 100%. Selanjutnya suspensi ini
dipejankan pada hewan uji tikus.
2.2. Pembuatan Toksin Karbon Tetraklorida Menurut Janakat dan Al-Merie (2003)
dosis karbon tetraklorida yang mampu
menginduksi terjadinya kerusakan hepar
adalah 2 ml/kgBB diberikan secara
in-traperitoneal. Toksin karbon tetraklorida
dibuat dengan mencampurkan 50 ml karbon
tetraklorida dengan 100 ml minyak zaitun
(olive oil) sehingga diperoleh konsentrasi
50%.
2.3. Pengelompokkan dan Perlakuan Hewan Uji
Penelitian ini menggunakan 35 ekor
tikus jantan (galur Wistar) dibagi secara acak
ke dalam 7 kelompok perlakuan. Kelompok 1
(K1) diberi karbon tetraklorida (CCl ) 2 4
ml/kgBB secara in-traperitoneal. Kelompok
2-4 merupakan kelompok kontrol tape (K2,
K3, K4), diberi suspensi tape dosis
18g/kgBB selama 6 hari dengan waktu
fermentasi tape yang berbeda (3, 5, 7 hari).
Kelom-pok 5-7 merupakan kelompok
perlakuan (P5, P6, P7) diberi suspensi tape
dosis 18g/KgBB selama 6 hari dengan waktu
fermentasi yang berbeda dan diinduksi
dengan karbon tetraklorida pada hari ke-7.
Pada jam ke-24 setelah pemberian karbon
tetraklorida, semua kelompok diambil
darahnya pada daerah sinus orbitalis mata
untuk penetapan aktivitas ALT dan AST.
Untuk kontrol tape pengambilan darah
dilakukan 24 jam setelah pemejanan tape hari
ke-6.
GIDION KRISNADI YOSEPH, dkk.
2.4. Analisis data
Data aktivitas serum ALT dan AST dianalisis dengan Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui distribusi data dan analisis varian untuk melihat homogenitas varian antar kelompoknya sabagai syarat analisis parametrik. Selanjutnya di-lakukan analisis dengan Kruskal Wallis untuk mengetahui perbedaan aktivitas serum ALT-AST antar kelompok. Kemudian dilanjutkan uji dengan Mann Whitney untuk melihat perbedaan tiap kelompok. Hasilnya dihitung sebagai presentase hepatoprotektif. Secara umum, persen efek hepatoprotektif dihitung dengan rumus :
3. Hasil Dan Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh pemberian tape serta pengaruh
lama fermentasi tape terhadap efek
hepatotoksik pada tikus terinduksi karbon
tetraklorida dengan melihat aktivitas serum
ALT dan AST.
3.1. Uji Hepatotoksin
Tahap awal dalam proses penelitian ini
adalah menentukan waktu pencuplikan darah
h e w a n u j i y a n g s e b e l u m n y a t e l a h
diintervensi dengan pemberian senyawa
model yang memodulasi terjadinya
hepatotoksik yaitu karbon tetraklorida.
Karbon tetraklorida diinduksikan melalui
rute intraperitoneal dengan dosis 2
ml/kgBB.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
karbon tetraklorida mampu menginduksi
terjadinya kerusakan hati (Gambar 1 dan 2).
Pengukuran jam ke-24 setelah induksi
karbon tetraklorida memberikan
pe-ningkatan serum ALT dan AST secara
signifikan bila dibandingkan dengan jam
ke-0.
Hasil yang diperoleh sudah sesuai
dengan pustaka acuan bahwa induksi CCl 4
dosis 2 ml/kgBB secara intraperitoneal
mampu meningkatkan aktivitas serum ALT
dan AST 3-5 kali lipat dari kadar awalnya
(Zimmerman, 1999).
3.2. Kontrol Tape
Pengukuran aktivitas ALT dan AST pada
kelompok kontrol tape bertujuan untuk
memastikan bahwa pemejanan tape selama 6
hari tidak memberikan peningkatan pada
aktivitas ALT dan AST yang berdampak pada (aktivitas ALT serum kontrol hepatotoksin) - (aktivitas ALT serum perlakuan)
(aktivitas ALT serum kontrol hepatotoksin) x100%
Gambar 1. Diagram Batang Rata-Rata Aktivitas
Serum ALT pada Tikus Terinduksi CCl 2ml/kgBB4
Gambar 2. Diagram Batang Rata-Rata Aktivitas
Serum AST pada Tikus Terinduksi CCl 2ml/kgBB4
kerusakan hati. Hasil pengukuran aktivitas
serum ALT/AST kontrol tape menunjukkan
bahwa tape tidak menginduksi kenaikan
aktivitas serum ALT dan AST.
Pada gambar 3 dan 4 menunjukkan
bahwa kontrol tape dengan variasi waktu
fermentasi (3, 5 dan 7 hari) memiliki nilai
aktivitas serum ALT dan AST yang lebih
kecil dibandingkan dengan nilai aktivitas
serum ALT/AST kontrol CCl . Berdasarkan 4
hal tersebut, maka tape dengan berbagai
variasi waktu fermentasi tidak menginduksi
kenaikkan aktivitas serum ALT maupun AST.
3.3. Perlakuan Tape
Hasil perlakuan tape pada tikus yang
diinduksi CCl (P5, P6, P7) menunjukkan, 4
pemberian tape dengan lama fermentasi 3, 5,
dan 7 hari memiliki pengaruh terhadap tikus
yang diinduksi hepatotoksin, karbon
tetraklorida. Pengaruh tape berupa
kemampuan menurunkan potensi karbon
tetraklorida yang menginduksi terjadinya
kerusakan hati, dilihat dari penurunan kadar
ALT dan AST serum dibanding kelompok
kontrol karbon tetraklorida. Aktivitas ALT
pada tikus yang diberi perlakuan tape
fermentasi hari ke-3 dan 7 menunjukkan
perbedaan yang tidak bermakna terhadap
kelompok perlakuan karbon tetraklorida.
Perlakuan tape dengan lama fermentasi 5 hari
mem-berikan penurunan aktivitas ALT dan
AST yang signifikan terhadap kontrol karbon
tetraklorida.
Berdasarkan hal tersebut, maka
kelompok perlakuan tape dengan waktu
fermentasi 5 hari memiliki potensi proteksi
yang lebih besar dalam mencegah terjadinya
kerusakan hati. Hal ini dilihat dari
kemampuan reduksi kenaikan aktivitas
serum ALT/AST yang seharusnya meningkat
ketika hewan uji diinduksi oleh karbon
tetraklorida sebagai senyawa model
penginduksi terjadinya kerusakan hati.
Potensi proteksi tape terhadap CCl yang 4
menginduksi hepatotoksik disajikan dalam
% hepatoprotektif untuk masing-masing
waktu fermentasi (Tabel 1).
Perhitungan persentase efek
he-patoprotektif didasarkan pada nilai ALT
karena lebih spesifik menggambarkan fungsi
hati daripada AST. Enzim AST terdapat
dalam konsentrasi tinggi pada hati, pankreas,
ginjal, paru paru, otot dan sel darah merah.
ALT juga ditemukan pada jaringan lain,
Kelompok perlakuan
Efek hepatoprotektif
(%)
Tape fermentasi 3 hari 29,5
Tape fermentasi 5 hari 87,4
Tape fermentasi 7 hari 48,2
Gambar 3. Diagram Batang Rata-Rata
Aktivitas Serum ALT
Tabel 1. Persentase efek hepatoprotektif perlakuan tape pada tikus terinduksi karbon tetraklorida
GIDION KRISNADI YOSEPH, dkk.
namun jumlah yang dihasilkan di hati lebih
banyak, sehingga dapat secara spesifik
menggambarkan fungsi hati (North-Lewis,
2 0 0 8 ) . B e r d a s a r k a n n i l a i e f e k
hepatoprotektif yang dihasilkan tiap
kelompok fermentasi tape (Tabel 1), yang
memiliki persentase paling tinggi adalah
kelompok tape fermentasi 5 hari sebesar
97,4%. Adanya efek hepatoprotektif dari
tape, dapat disebabkan dari alkohol yang
dihasilkan. Hal ini sesuai dengan penelitian
Indrayani dkk., (2008) yang menyatakan
bahwa konsumsi alkohol dapat menurunkan
kerusakan pada hati tikus yang terinduksi
parasetamol, berupa penurunan kadar alanin
t r a n s a m i n a s e ( A LT ) d a n a s p a r t a t
transaminase (AST).
4.Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan untuk membuktikan pengaruh tape
terhadap ketoksikan hati, disimpulkan bahwa
tape memiliki pengaruh terhadap efek
hepatotoksik pada tikus terinduksi karbon
tetraklorida.
Waktu fermentasi tape selama 5 hari
memberikan pengaruh paling optimal dalam
mereduksi terjadinya ketoksikan hati akibat
induksi karbon tetraklorida. Potensi proteksi
tape fermentasi 5 hari sebesar 87,4%.
Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terima kasih
kepada Dirjen DIKTI melalui PKMP yang
telah membantu dalam pembiayaan
penelitian ini, serta semua pihak yang
membantu dalam penelitian ini.
Daftar Pustaka
Arhoghro, E.M., Ekpo, K.E., Ibeh, G.O., 2009, Effect
of aqueous extract of scent leaf (Ocimum
gratissimum) on carbon tetrachloride (CCl ) 4
Gambar 4. Diagram Batang Rata-Rata Aktivitas Serum AST
induced liver damage in albino Wister rats, African Journal of Pharmacy and Pharmacology, 3(11) 562-567.
Hasanah, H. 2008. Pengaruh Lama Fermentasi
Terhadap Kadar Alkohol Tape Ketan Hitam (Oryza sativa L var forma glutinosa) dan Tape Singkong (Manihot utilissima Pohl). Universitas Islam Negeri Malang. Hlm 91.
Indrayani dkk. 2008. Efek Parasetamol terhadap Kadar SGPT dan SGOT Darah Mencit yang Diberikan Alkohol Akut dan Alkohol Kronis.
Jurnal Kongres Nasional Ikatan Farmakologi Indonesia. Vol. 21. No. 3. Edisi Juli-September. Hlm 1-3.
Janakat, S., dan Al-Merie, H. 2002. Optimization of t h e d o s e a n d r o u t e o f i n j e c t i o n , a n d characterization of the time course of carbon
tetrachloride-induced hepatotoxicity in the rat. J.
Pharm. Tox. Methods. 48. 41-44.
Johnston., D.E., and Kroening, C. 1998. Mechanism of Early Carbon Tetrachloride Toxicity in Cultured
Rat Hepatocytes. Pharmacology & Toxicology. 83.
231-239.
North-Lewis, P. 2008. Drugs and The Liver, A Guide to
D r u g H a n d l i n g i n L i v e r D y s f u n c t i o n .
Pharmaceutical Press. London. 12. 17-18.
Rukmana, R. 1997. Ubi Kayu Budi Daya dan
Paskapanen. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Hlm 12.
Timbrell, J.A. 2008. Principles of Biochemical
Toxicology. 4th Edition. Iinforma Health Care. USA. pp. 309-311.
Wahyuni, S. 2005. Pengaruh Daun Sambiloto (Andrographis paniculata, Ness.) terhadap Kadar
SGPT dan SGOT Tikus Putih. GAMMA. 1 (1).
45-53.
Ward, F.M. dan Daly, M.J. 2000. Hepatitic Disease. in
Halber, R. and Edwards C.(Eds). Clinical nd
Pharmacy and Therapeutics. 2 Ed. Churchill Livingstone. Edinburgh. 197.
Williamson, E.M., Okpako, D.T., Evans, F.J. 1996.
Pharmacological Methods in Phytotherapy R e s e a r c h S e l e c t i o n P r e p a r a t i o n a n d Pharmacological Evaluation in Plant Material. I. John Wiley & Sons Ltd. London. Hlm 47-66. World Health Organization. 2009. Initiative for
vaccine research, viral cancers, hepatitis C. . nd
Ziemmerman, H.J., 1999, Hepatotoxicity, 2 edition,
Lippincott Williams and Wilkins, Philadelphia, pp. 195-210.
GIDION KRISNADI YOSEPH, dkk.