ABSTRAK
Hastuti, Elisabet. (2014). Pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan menjelaskan dan menginterpretasi pada pelajaran IPA SD Kanisius Demangan Baru 1 Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.
Kata kunci: metode inkuiri, kemampuan menjelaskan, kemampuan
menginterpretasi, pelajaran IPA.
Latar belakang penelitian ini adalah keprihatinan terhadap rendahnya tingkat literasi IPA sesuai studi PISA 2009 dan 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan
menjelaskan dan menginterpretasi pada pelajaran IPA.
Penelitian ini menggunakan metode quasi experimental tipe non-equivalent control group design. Populasi penelitian adalah siswa kelas V SDK Demangan Baru 1 sebanyak 80 siswa. Sampel penelitian adalah kelas VB sebagai kelompok eksperimen berjumlah 25 siswa dan kelas VC sebagai kelompok kontrol berjumlah 28 siswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) penggunaan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan menjelaskan. Harga Sig. (2-tailed) sebesar 0,04 (p < 0,05) dengan df = 51; t = 2,09. Rerata skor kelompok eksperimen lebih besar dari kelompok kontrol dengan M = 0,42; SD = 0,48; SE = 0,09 untuk kelompok eksperimen dan M = 0,12; SD = 0,53; SE = 0,10 untuk kelompok kontrol. Besarnya effect size adalah r = 0,26 atau 6% yang setara dengan efek menengah. (2) Penggunaan metode inkuiri tidak berpengaruh terhadap kemampuan
menginterpretasi. Harga Sig. (2-tailed) sebesar 0,10 (p > 0,05) dengan df = 51; t = 1,65. Rerata skor kelompok eksperimen lebih besar dari kelompok kontrol dengan
M = 0,46; SD = 0,56; SE = 0,11 untuk kelompok eksperimen dan M = 0,17; SD = 0,66; SE = 0,12 untuk kelompok kontrol. Besarnya effect size adalah r = 0,22 atau 4% yang setara dengan efek menengah.
ABSTRACT
Hastuti, Elisabet. (2014). The effect of using inquiry method towards the ability of explaining and interpreting in science subject SD Kanisius Demangan Baru 1 Yogyakarta. Essay. Yogyakarta: Elementary School Teacher Education Study Program, Sanata Dharma University.
Keywords: inquiry method, ability of explaining, ability of interpreting, natural science subject.
This study background was concern about the low level of science literacy according to PISA 2009 and 2012 studies. The aim of this study was to determine the effect of using inquiry method towards the ability of explaining and interpreting in science subject.
This study used experimental type nonequivalent control group design method. This study’s population were 5th grades students of SD Kanisius Demangan Baru 1 totaled 80 students. The samples were VB as the experimental group totaled 25 students and VC as the control group totaled 28 students.
i PENGARUH PENGGUNAAN METODE INKUIRI
TERHADAP KEMAMPUAN
MENJELASKAN DAN MENGINTERPRETASI PADA PELAJARAN IPA
SD KANISIUS DEMANGAN BARU 1 YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Disusun oleh: Elisabet Hastuti NIM. 111134080
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i PENGARUH PENGGUNAAN METODE INKUIRI
TERHADAP KEMAMPUAN
MENJELASKAN DAN MENGINTERPRETASI PADA PELAJARAN IPA
SD KANISIUS DEMANGAN BARU 1 YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Disusun oleh: Elisabet Hastuti NIM. 111134080
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN
To begin with the end in mind means to start with a clear understanding of your destination. It means to know where you’re going, so that you better understand where you are now, so that the steps you take are always in the right direction.
-Stephen R. Covey, The 7 Habits of Highly Effective
People-I believe that history is not equal to the future, but it could be if we don’t change,
if we don’t move from our comfort zones and start contributing goodness and perfections in our lives.
-Agnez Mo, I Believe-
Teaching isn’t about time and money, but about my passion to see God in others.
-Elhast-Karya ilmiah sederhana ini Peneliti persembahkan kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus Sang Juru Selamatku.
2. Kedua orang tuaku yang sungguh luar biasa.
3. Kedua adikku yang selalu membuatku tersenyum.
4. Sahabat-sahabatku yang setia.
v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar referensi sebagai layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 19 Desember 2014
Penulis,
vi LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata
Dharma,
nama : Elisabet Hastuti,
nomor Mahasiswa : 111134080.
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:
“PENGARUH PENGGUNAAN METODE INKUIRI TERHADAP
KEMAMPUAN MENJELASKAN DAN MENGINTERPRETASI PADA PELAJARAN IPA SD KANISIUS DEMANGAN BARU 1 YOGYAKARTA”, beserta perangkat yang diperlukan (bila ada).
Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya,
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 19 Desember 2014
Yang menyatakan,
vii ABSTRAK
Hastuti, Elisabet. (2014). Pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan menjelaskan dan menginterpretasi pada pelajaran IPA SD Kanisius Demangan Baru 1 Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.
Kata kunci: metode inkuiri, kemampuan menjelaskan, kemampuan menginterpretasi, pelajaran IPA.
Latar belakang penelitian ini adalah keprihatinan terhadap rendahnya tingkat literasi IPA sesuai studi PISA 2009 dan 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan menjelaskan dan menginterpretasi pada pelajaran IPA.
Penelitian ini menggunakan metode quasi experimental tipe non-equivalent control group design. Populasi penelitian adalah siswa kelas V SDK Demangan Baru 1 sebanyak 80 siswa. Sampel penelitian adalah kelas VB sebagai kelompok eksperimen berjumlah 25 siswa dan kelas VC sebagai kelompok kontrol berjumlah 28 siswa.
viii ABSTRACT
Hastuti, Elisabet. (2014). The effect of using inquiry method towards the ability of explaining and interpreting in science subject SD Kanisius Demangan Baru 1 Yogyakarta. Essay. Yogyakarta: Elementary School Teacher Education Study Program, Sanata Dharma University.
Keywords: inquiry method, ability of explaining, ability of interpreting, natural science subject.
This study background was concern about the low level of science literacy according to PISA 2009 and 2012 studies. The aim of this study was to determine the effect of using inquiry method towards the ability of explaining and interpreting in science subject.
This study used experimental type nonequivalent control group design method. This study’s population were 5th grades students of SD Kanisius Demangan Baru 1 totaled 80 students. The samples were VB as the experimental group totaled 25 students and VC as the control group totaled 28 students.
ix KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih-Nya
sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar dan tepat waktu.
Skripsi yang berjudul “PENGARUH PENGGUNAAN METODE INKUIRI
TERHADAP KEMAMPUAN MENJELASKAN DAN MENGINTERPRETASI PADA PELAJARAN IPA SD KANISIUS DEMANGAN BARU 1
YOGYAKARTA” ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan dengan lancar
berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Karena itu, peneliti
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Gregorius Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., M.A., selaku Ketua Program
Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta sekaligus dosen pembimbing I yang telah membimbing dan
memotivasi dengan penuh sabar dan bijaksana.
3. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd., selaku Wakil Ketua Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Irine Kurniastuti, S.Psi., M.Psi., selaku dosen pembimbing II yang telah
membimbing kami dengan penuh perhatian dan kesabaran.
5. Y. Hariyanta, S.Pd., selaku Kepala SD Kanisius Demangan Baru 1
Yogyakarta yang telah memberikan ijin pelaksanaan penelitian.
6. Albertus Hartoyo, selaku guru mitra SD peneliti yang telah membantu
pelaksanaan penelitian.
7. Guru-guru SD Kanisius Demangan Baru 1 yang telah membantu
terlaksananya penelitian, Pak Sarjono, Bu Ambar, Bu Tyas, Bu Rina, dan
Pak Frans.
8. Siswa kelas VB dan VC SD Kanisius Demangan Baru 1 Yogyakarta tahun
x 9. Sekretariat PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah
membantu proses perijinan penelitian skripsi.
10. Kedua orang tuaku, Yustinus Heru Susanto dan Theresia Suprihatin yang
sungguh luar biasa dalam memberikan dukungan berupa doa, nasihat, dan
materiil.
11. Kedua adikku, Yosep Hartoko dan Cecilia Hardani yang selalu memberikan
senyum semangat.
12. Kakakku, Felicia Sinta yang selalu setia dalam suka dan duka selama
tinggal di Yogyakarta.
13. Kedua kakakku, Romana Dewi dan Regina Krisna yang telah
membimbingku menjadi mahasiswi yang disiplin dan rajin selama di SKK.
14. Sahabat-sahabatku penelitian kolaboratif payung IPA Eta, Linda, Yulita,
Siska, Era, Eden, Silvi, Ika, Shandy, Rosa, dan Ratri yang telah memberikan
bantuan selama menyelesaikan skripsi.
15. Sahabat-sahabatku di kelas VII E, sahabat seperjuangan selama kuliah yang
sungguh luar biasa.
16. Kakak-kakak dan sahabat-sahabatku di Asrama Syantikara dan Kos
Jl.Petung 27, yang telah memberikan keceriaan, semangat, dan bantuan.
17. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu namun telah
banyak membantu peneliti menyelesaikan skripsi ini.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Segala
masukan berupa saran dan kritik yang membangun akan peneliti terima dengan
senang hati. Peneliti juga berharap, semoga skripsi ini bermanfaat bagi para
pembaca dan dunia pendidikan.
xi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... Error! Bookmark not defined.iii HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined.ix DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.4 Manfaat Penelitian ... 5
1.5 Definisi Operasional ... 5
BAB II LANDASAN TEORI ... 7
2.1 Kajian Pustaka ... 7
2.1.1 Teori-teori yang Mendukung ... 7
2.1.1.1 Perkembangan Kognitif ... 7
2.1.1.2 Kemampuan Memahami ... 8
2.1.1.3 Kemampuan Menjelaskan ... 10
2.1.1.4 Kemampuan Menginterpretasi ... 11
2.1.1.5 Metode Inkuiri ... 12
1. Pengertian Metode Inkuiri ... 12
2. Prinsip Metode Inkuiri ... 12
3. Macam-macam Metode Inkuiri ... 13
4. Metode Inkuiri Terbimbing ... 13
5. Langkah-langkah Metode Inkuiri ... 14
6. Manfaat Metode Inkuiri ... 14
2.1.1.6 Hakikat IPA ... 15
2.1.1.7 Pencemaran Air ... 16
2.1.1.8 Metode Inkuiri dalam Kurikulum 2013 ... 20
2.1.2 Hasil Penelitian yang Relevan ... 21
2.1.2.1 Penelitian tentang Metode Inkuiri ... 21
2.1.2.2 Penelitian tentang Kemampuan Menjelaskan dan Menginterpretasi ... 22
2.2 Kerangka Berpikir ... 25
2.3 Hipotesis Penelitian ... 25
BAB III METODE PENELITIAN ... 26
3.1 Jenis Penelitian ... 26
3.2 Setting Penelitian ... 27
3.2.1 Lokasi Penelitian ... 27
xii
3.3 Populasi dan Sampel ... 29
3.4 Variabel Penelitian ... 29
3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 30
3.6 Instrumen Penelitian ... 32
3.7 Teknik Pengujian Instrumen ... 34
3.7.1 Validitas Instrumen ... 34
3.7.2 Reliabilitas Instrumen ... 36
3.8 Teknik Analisis Data ... 37
3.8.1 Uji Normalitas Distribusi Data ... 37
3.8.2 Uji Statistik ... 38
3.8.2.1 Uji Perbedaan Kemampuan Awal ... 38
3.8.2.2 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ... 39
3.8.3 Analisis Lebih Lanjut ... 40
3.8.3.1 Uji Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I ... 40
3.8.3.2 Uji Besar Pengaruh Perlakuan ... 41
3.8.3.3 Uji Retensi Pengaruh Perlakuan ... 42
3.8.3.4 Dampak Pengaruh Perlakuan ... 42
3.8.3.5 Pembahasan Lebih Lanjut ... 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45
4.1 Hasil Penelitian ... 45
4.1.1 Implementasi Penelitian... 45
4.1.1.1 Deskripsi Populasi Penelitian ... 45
4.1.1.2 Deskripsi Implementasi Pembelajaran ... 46
1. Deskripsi Implementasi Pembelajaran Kelompok Eksperimen ... 46
2. Deskripsi Implementasi Pembelajaran Kelompok Kontrol ... 51
4.1.2 Hasil Uji Hipotesis Penelitian I ... 52
4.1.2.1 Uji Normalitas Distribusi Data ... 53
4.1.2.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal ... 54
4.1.2.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ... 55
4.1.2.4 Analisis Lebih Lanjut ... 57
4.2.4 Uji Effect Size Signifikansi Pengaruh Perlakuan ... 57
4.2.4 Uji Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I ... 57
4.2.4 Uji Effect Size Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I ... 59
4.2.4 Uji Retensi Pengaruh Perlakuan ... 59
4.1.3 Hasil Uji Hipotesis Penelitian II ... 61
4.1.3.1 Uji Normalitas Distribusi Data ... 62
4.1.3.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal ... 63
4.1.3.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ... 65
4.1.3.4 Analisis Lebih Lanjut ... 66
1. Uji Effect Size Signifikansi Pengaruh Perlakuan ... 66
2. Uji Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I ... 67
3. Uji Effect Size Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I ... 68
4. Uji Retensi Pengaruh Perlakuan ... 69
4.2 Pembahasan ... 71
4.2.1 Pengaruh Metode Inkuiri terhadap Kemampuan Menjelaskan ... 71
4.2.2 Pengaruh MetodeInkuiriterhadap Kemampuan Menginterpretasi ... 74
4.2.3 Dampak Pengaruh Perlakuan ... 76
xiii
BAB V PENUTUP ... 83
5.1 Kesimpulan ... 83
5.2 Keterbatasan Penelitian ... 84
5.3 Saran ... 84
DAFTAR REFERENSI ... 85
LAMPIRAN ... 90
xiv DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Materi Pembelajaran ... 16
Gambar 2.2 Bagan Penelitian yang Relevan ... 24
Gambar 3.1 Desain Penelitian ... 27
Gambar 3.2 Variabel Penelitian ... 30
Gambar 3.3 Rumus Persentase Uji Peningkatan Skor ... 40
Gambar 3.4 Rumus Besar Efek Untuk Data Normal ... 41
Gambar 3.5 Rumus Besar Efek Untuk Data Tidak Normal ... 41
Gambar 3.6 Rumus Persentase Uji Retensi... 42
Gambar 4.1 Diagram Rerata Selisih Skor Pretest-Posttest I Kemampuan Menjelaskan ... 56
Gambar 4.2 Grafik Pretest,Posttest I, dan Posttest II Kemampuan Menjelaskan ... 61
Gambar 4.3 Diagram Rerata Selisih Skor Pretest-Posttest I Kemampuan Menginterpretasi ... 66
xv DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jadwal Pengambilan Data ... 29
Tabel 3.2 Pengumpulan Data Pretest dan Posttest ... 31
Tabel 3.3 Matrik Pengembangan Instrumen ... 32
Tabel 3.4 Rubrik Penilaian ... 33
Tabel 3.5 Uji Validitas Variabel Menjelaskan dan Menginterpretasi ... 36
Tabel 3.6 Uji Reliabilitas Semua Variabel Kemampuan Memahami ... 37
Tabel 3.7 Kriteria Besar Pengaruh Perlakuan ... 41
Tabel 3.8 Pedoman Wawancara Siswa Kelompok Eksperimen ... 44
Tabel 3.9 Pedoman Wawancara Guru ... 44
Tabel 4.1 Hasil Uji Normalitas Kemampuan Menjelaskan ... 53
Tabel 4.2 Hasil Uji Perbedaan Rerata Skor Pretest Kemampuan Menjelaskan ... 55
Tabel 4.3 Hasil Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Menjelaskan ... 56
Tabel 4.4 Hasil Uji Effect Size Signifikansi Pengaruh pada Kemampuan Menjelaskan ... 57
Tabel 4.5 Hasil Uji Peningkatan Skor Pretest-Posttest I Kemampuan Menjelaskan ... 58
Tabel 4.6 Hasil Uji Effect Size Peningkatan Skor Kemampuan Menjelaskan ... 59
Tabel 4.7 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Menjelaskan ... 60
Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Kemampuan Menginterpretasi ... 63
Tabel 4.9 Hasil Uji Perbedaan Rerata Skor Pretest Kemampuan Menginterpretasi ... 64
Tabel 4.10 Hasil Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Menginterpretasi ... 65
Tabel 4.11 Hasil Uji Effect Size Signifikansi Pengaruh pada Kemampuan Menginterpretasi ... 67
Tabel 4.12 Hasil Uji Peningkatan Skor Pretest-Posttest I Kemampuan Menginterpretasi ... 67
Tabel 4.13 Hasil Uji Effect Size Peningkatan Skor Kemampuan Menginterpretasi ... 68
xvi DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.1 Surat Ijin Penelitian ... 91
Lampiran 1.2 Surat Ijin Validitas Instrumen ... 92
Lampiran 2.1 Silabus Kelompok Ekperimen ... 93
Lampiran 2.2 Silabus Kelompok Kontrol ... 96
Lampiran 2.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Eksperimen ... 99
Lampiran 2.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Kontrol...106
Lampiran 3.1 Soal Uraian ...110
Lampiran 3.2 Kunci Jawaban ...113
Lampiran 3.3 Hasil Rekap Nilai Expert Judgement...119
Lampiran 3.4 Hasil Analisis SPSS Uji Validitas Kemampuan Memahami...120
Lampiran 3.5 Hasil Analisis SPSS Uji Reliabilitas Kemampuan Memahami ....121
Lampiran 4.1 Tabulasi Nilai Pretest, Posttest I, dan Posttest II Kemampuan Menjelaskan ...122
Lampiran 4.2 Tabulasi Nilai Pretest, Posttest I, dan Posttest II Kemampuan Menginterpretasi ...124
Lampiran 4.3 Hasil SPSS Uji Normalitas Data ...126
Lampiran 4.4 Hasil SPSS Uji Perbedaan Kemampuan Awal ...127
Lampiran 4.5 Hasil SPSS Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ...128
Lampiran 4.6 Hasil Uji Effect Size Signifikansi Pengaruh Perlakuan ...130
Lampiran 4.7 Hasil SPSS Uji Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I ...131
Lampiran 4.8 Hasil Uji Effect Size Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I ...135
Lampiran 4.9 Hasil SPSS Uji Retensi Pengaruh Perlakuan ...137
Lampiran 4.10 Transkrip Wawancara ...141
Lampiran 5.1 Foto-foto Kegiatan Pembelajaran ...148
1 BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.
1.1 Latar Belakang
Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menerangkan bahwa pendidikan adalah usaha terencana untuk mencapai
pembelajaran yang dapat membuat peserta didik aktif mengembangkan potensi
dirinya (Sanjaya, 2006: 2). Pemerintah melakukan perbaikan dalam bidang
pendidikan dengan membuat UU Guru dan Dosen Tahun 2005 serta menentukan
anggaran pendidikan sebesar 20% dari APBN (Chang dkk, 2014: 5). Tujuan UU
Guru dan Dosen Tahun 2005 adalah untuk melakukan reformasi dalam
manajemen guru dan proses pembangunan bangsa. UU Guru dan Dosen Tahun
2005 memuat usaha pemerintah Indonesia yang berkesinambungan dalam
meningkatkan kualitas pendidikan melalui profesionalitas dan gaji guru (Chang
dkk, 2014: 2). Anggaran pendidikan digunakan untuk meningkatkan kualitas guru
dengan memberikan gaji guru dan tunjangan professional guru (Chang dkk, 2014:
5). Berdasarkan beberapa paparan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
pemerintah mengutamakan perbaikan manajemen guru untuk mencapai
pembelajaran yang mampu mengembangkan potensi siswa.
Usaha pemerintah dalam memperbaiki pendidikan melalui sertifikasi dan
gaji dua kali lipat bagi guru pada kenyataannya tidak berpengaruh terhadap
peningkatan pembelajaran di kelas (Chang dkk, 2014: 117). Jumlah guru yang
meningkat justru tidak tersebar merata di wilayah Indonesia sehingga masih
banyak sekolah yang kekurangan guru dan ini membuat sistem pendidikan kurang
berhasil (Chang dkk, 2014: 177). Program for International Student Assessment (PISA) melakukan penelitian dalam bidang matematika, membaca, dan sains
setiap tiga tahun sekali. Penelitian ini dilakukan di 65 negara dan diikuti oleh
lebih dari 510.000 siswa berusia sekitar 15 tahun. Hasil penelitian tahun 2009
2 (OECD, 2010: 8). Peringkat Indonesia pada tahun 2012 mengalami penurunan
menjadi peringkat 64 dari 65 negara di dunia (OECD, 2013: 232). Keprihatinan
rendahnya literasi matematika, membaca, dan sains menimbulkan pertanyaan apa
saja yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran.
Hasil kajian teori mengungkapkan bahwa salah satu cara memperbaiki
kualitas pembelajaran adalah dengan menggunakan metode pembelajaran. Suyono
dan Hariyanto (2011: 212) mengungkapkan bahwa usaha memperbaiki kualitas
pembelajaran dapat dimulai dengan memilih metode pembelajaran yang sesuai
dengan perkembangan usia anak. Pembelajaran sebaiknya dapat memfasilitasi
siswa dalam membangun pengetahuannya sendiri, sehingga guru perlu
menggunakan metode pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan
(Djamarah & Zain, 2010: 323). Berdasarkan pendapat kedua ahli tersebut
disimpulkan bahwa usaha perbaikan pendidikan dimulai dengan memilih metode
pembelajaran yang dapat memfasilitasi siswa dalam membangun pengetahuannya
sendiri. Hal ini sesuai dengan pengertian belajar, yaitu kegiatan yang sengaja
dilakukan oleh seseorang untuk mendapatkan pemahaman baru sehingga mampu
memperbaiki cara berpikir, bersikap, dan bertingkah laku (Susanto, 2013: 4).
Wiggins dan McTighe (2005: 5 & 7) mengungkapkan bahwa dalam
pembelajaran, hal pertama yang perlu dikuasai siswa adalah pemahaman. Wiggins
dan McTighe (2005: 84) mengungkapkan bahwa pemahaman terdiri dari enam
kemampuan, yaitu menjelaskan, menginterpretasi, menerapkan, mengembangkan perspektif, membangun empati, dan memahami diri. Siswa dikatakan telah
mampu memahami suatu peristiwa apabila ia memiliki keenam kemampuan
tersebut. Kemampuan menjelaskan adalah kemampuan memberikan penjelasan logis dan sistematis tentang suatu peristiwa, tindakan, atau gagasan (Wiggins &
McTighe, 2005: 84-104). Kemampuan menginterpretasi adalah kemampuan menerjemahkan gagasan atau peristiwa secara berarti melalui gambar, anekdot,
analogi, atau model. Kemampuan menerapkan adalah kemampuan untuk
menggunakan pengetahuan ke dalam situasi atau konteks yang berbeda.
Kemampuan mengembangkan perspektif adalah kemampuan melihat sesuatu dari
berbagai sudut pandang yang berbeda secara kritis. Kemampuan membangun
3 orang lain. Kemampuan memahami diri adalah kemampuan untuk melihat
keterbatasan diri sendiri. Pemahaman siswa dapat didesain oleh guru dengan
melalui penentuan hasil yang ingin dicapai, penentuan cara mengevaluasi, dan
penentuan metode pembelajaran yang tepat Wiggins dan McTighe (2005: 21).
Beberapa kajian teori mengatakan bahwa metode inkuiri dapat digunakan
untuk meningkatkan pemahaman. Metode ini membantu siswa memperoleh
pengetahuan dan pemahaman dari hasil menemukan sendiri berbasis kontekstual
(Trianto, 2009a: 114). Kontekstual artinya adanya keterkaitan antara materi
belajar dengan keadaan sesungguhnya di dunia kehidupan anak (Mulyasa, 2006b:
102). Metode inkuiri juga mengutamakan proses berpikir kritis tentang suatu
masalah (Sanjaya, 2006: 194). Piaget (dalam Mulyasa, 2006b: 108) menjelaskan bahwa metode inkuiri menyiapkan siswa dalam belajar dengan percobaan atau
eksperimen sendiri. Beberapa penelitian memang menunjukkan bahwa metode
inkuiri itu efektif (Ambarsari, Santosa, & Maridi, 2013; Faezaty, Rosilawaty, &
Efkar, 2013).
Penggunaan metode inkuiri untuk meningkatkan aspek-aspek kemampuan
memahami secara spesifik berdasarkan Wiggins dan McTighe (2005: 84) belum
pernah dilakukan. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu diujicobakan metode
inkuiri terhadap aspek-aspek kemampuan memahami. Metode inkuiri diuji dengan
menggunakan pelajaran IPA sebagai sarana penelitian. Metode pembelajaran
inkuiri dianggap sebagai metode yang paling tepat dalam pembelajaran IPA
(Susanto, 2013: 172). Susanto (2013: 167) menjelaskan bahwa IPA adalah usaha
manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan, prosedur, dan
penalaran sehingga mendapat kesimpulan. Pendapat ini diperkuat dengan
pendapat Liem (2007: XV) yang menjelaskan bahwa pembelajaran IPA lebih
tepat apabila menggunakan aktivitas-aktivitas belajar yang banyak dari pada
hanya studi terhadap fakta-fakta. Berdasarkan pendapat ahli tersebut metode
inkuiri sesuai untuk digunakan dalam pembelajaran IPA.
Kompetensi inti yang digunakan adalah “4. Menyajikan pengetahuan faktual
dan konseptual dalam bahasa yang jelas dan logis dan sistematis, dalam karya
yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan
4
dasar yang digunakan yaitu “4.5 Menyajikan hasil laporan tentang permasalahan
akibat terganggunya keseimbangan alam akibat ulah manusia, serta memprediksi
apa yang akan terjadi jika permasalahan tersebut tidak diatasi”. Materi yang
digunakan dalam penelitian adalah pencemaran air. Materi yang dibahas mulai
dari manfaat air untuk manusia, definisi pencemaran air, penyebab pencemaran air
sungai, bahan pencemar air sungai, ciri-ciri pencemaran air, akibat pencemaran
sungai, cara mencegah dan mengatasi pencemaran air.
Penelitian ini dibatasi pada pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap
kemampuan menjelaskan dan menginterpretasi pelajaran IPA kelas V di SD Kanisius Demangan Baru 1 Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015. Aspek-aspek
kemampuan menjelaskan dibatasi pada kemampuan menjabarkan, memperkirakan, memberi alasan, dan memberi contoh (Wiggins & McTighe,
2005: 161-165). Aspek-aspek kemampuan menginterpretasi dibatasi pada kemampuan menerjemahkan, mengkritik, menarik benang merah, dan
menceritakan. Penelitian ini menggunakan kelas V sebagai populasi. Kelas VB
diambil sebagai kelompok eksperimen dan kelas VC diambil sebagai kelompok
kontrol.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah penggunaan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan
menjelaskan pada pelajaran IPA materi pencemaran air kelas V SD Kanisius
Demangan Baru 1 Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2014/2015?
1.2.2 Apakah penggunaan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan
menginterpretasi pada pelajaran IPA materi pencemaran air kelas V SD Kanisius Demangan Baru 1 Yogyakarta semester gasal tahun ajaran
2014/2015?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Mengetahui pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan
5 1.3.2 Mengetahui pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan
menginterpretasi pada pelajaran IPA materi pencemaran air kelas V SD Kanisius Demangan Baru 1 Yogyakarta semester gasal tahun ajaran
2014/2015.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Siswa
Siswa mendapat pengalaman belajar yang menyenangkan melalui
penggunaan metode inkuiri. Selain itu, siswa juga mendapat latihan untuk
berpikir kritis dalam menemukan jawaban suatu pertanyaan melalui
kegiatan eksperimen.
1.4.2 Bagi Guru
Guru dapat lebih memahami langkah-langkah pembelajaran dengan metode
inkuiri. Guru juga mendapat pengalaman dalam menerapkan metode inkuiri
pada pelajaran IPA.
1.4.3 Bagi Sekolah
Sekolah dapat menambah referensi bacaan tentang metode pembelajaran
inkuiri pada pelajaran IPA yang pelaksanaan pembelajarannya berpedoman
pada kurikulum 2013.
1.4.4 Bagi Peneliti
Peneliti mendapat pengalaman baru dalam menyusun kegiatan pembelajaran
IPA dengan menggunakan metodeinkuiri dan berpedoman pada kurikulum
2013. Pengalaman ini kelak dapat menjadi bekal bagi peneliti untuk
menerapkan metode inkuiri dengan lebih baik.
1.5 Definisi Operasional
1.5.1 Metodeinkuiri adalah metode pembelajaran yang memfasilitasi siswa untuk
menemukan sendiri jawaban terhadap suatu permasalahan melalui tujuh
langkah, yaitu orientasi, merumuskan permasalahan, merumuskan hipotesis,
melakukan eksperimen, menarik kesimpulan, mempresentasikan hasil, dan
6 1.5.2 Metode inkuiri terbimbing adalah metode inkuiri yang dilaksanakan oleh
siswa dalam pembelajaran dengan bimbingan dari guru secara intensif.
1.5.3 Kemampuan memahami adalah kecakapan menangkap dan membangun
makna dari pesan-pesan yang diperoleh dari pembelajaran baik secara lisan,
tulis, maupun grafis yang memiliki enam aspek kemampuan, yaitu
menjelaskan, menginterpretasi, menerapkan, mengembangkan perspektif, membangun empati, dan memahami diri.
1.5.4 Kemampuan menjelaskan adalah kecakapan dalam menguraikan secara terang tentang terjadinya suatu peristiwa melalui pola sebab-akibat dengan
memberikan alasan yang sesuai kaidah-kaidah umum, sistematis, dan
disertai contoh atau gambaran.
1.5.5 Kemampuan menginterpretasi adalah kecakapan dalam menafsirkan suatu peristiwa melalui pemindahan pemahaman ke dalam bentuk gambar atau
model lain sehingga diperoleh pemahaman pribadi.
1.5.6 Ilmu Pengetahuan Alam adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
gejala-gejala di lingkungan alam sekitar.
1.5.7 Pencemaran air adalah proses masuknya bahan atau zat lain ke dalam air
oleh kegiatan manusia sehingga membuat air menjadi kotor.
1.5.8 Siswa SD yaitu siswa kelas V di SD Kanisius Demangan Baru 1 Yogyakarta
7 BAB II
LANDASAN TEORI
Bab ini membahas kajian pustaka, kerangka berpikir, dan hipotesis
penelitian. Kajian pustaka terdiri dari tiga bagian, yaitu teori-teori yang
mendukung, penelitian yang relevan, dan literature map.
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Teori-teori yang Mendukung
2.1.1.1Perkembangan Kognitif
Setiap anak mengalami perkembangan dalam hal kognitif dan memiliki
perkembangan kognitif yang berbeda. Salah satu tokoh yang mengembangkan
teori perkembangan kognitif adalah Piaget. Teori perkembangan kognitif Piaget
adalah teori yang menjelaskan bagaimana anak beradaptasi dengan menginterpretasikan objek dan kejadian-kejadian yang terjadi di sekitarnya (Desmita, 2007: 46). Anak belajar untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya dengan menginterpretasikan atau menafsirkan objek dan kejadian yang mereka alami maupun terjadi di sekitar mereka. Setelah mampu menafsirkan
objek atau kejadian-kejadian, mereka akan menghasilkan sesuatu, baik berupa
benda, sikap, perilaku, maupun keterampilan untuk bertahan hidup.
Perkembangan yang dialami anak dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu
maturasi, pengalaman, transmisi sosial, dan faktor ekuilibrasi (Salkind, 2009:
313). Salkind mengungkapkan bahwa perubahan biologis yang menyebabkan
perubahan-perubahan neurologis melalui pertumbuhan fisik sehingga faktor
keturunan disebut maturasi atau pematangan. Pengalaman diperoleh anak ketika ia
melakukan aktivitas-aktivitas yang di dalamnya terdapat interaksi dengan
lingkungan alam maupun sosial. Transmisi sosial terjadi ketika informasi, sikap,
dan kebiasaan ditransmisikan dari kelompok yang satu ke kelompok yang lain.
Ekuilibrasi merupakan faktor yang berperan untuk menyatukan ketiga faktor
tersebut yang mendorong terjadinya perkembangan pada anak.
Piaget (Crain, 2007: 171) mengemukakan empat tahap perkembangan
pra-8 operasional (2-7 tahun), (3) tahap operasional konkret (7-11 tahun), dan (4) tahap
operasional formal (11-dewasa). Siswa Sekolah Dasar dilihat dari usianya
termasuk pada tahap operasional konkret, sehingga akan dibahas secara lebih
mendalam tentang tahap operasional konkret. Operasional konkret adalah tahap
ketika anak mengembangkan kemampuan berpikir sistematis, namun hanya ketika
mereka dapat mengacu pada objek-objek dan aktivitas yang nyata.
Siswa yang berusia 7-11 tahun memungkinkan dirinya untuk membalik
operasi tetapi hanya pada tingkatan yang bersifat konkret (Salkind, 2009: 346).
Salkind menyebutkan bahwa siswa pada usia ini juga memiliki karakter sebagai
makhluk sosiosentris. Sosiosentris artinya mengenal lingkungan sosialnya dan
tahu perbedaan-perbedaaan yang ada dalam diri setiap orang melalui
pengalaman-pengalaman nyata. Salkind berpendapat bahwa strategi pendidikan yang sesuai
bagi anak-anak pada usia ini adalah belajar dengan menggunakan pengalaman
yang mengutamakan pada tindakan untuk membuat keputusan dan menguji
hipotesis.
Penelitian ini menggunakan teori perkembangan kognitif dari Piaget sebagai
dasar untuk menentukan metode pembelajaran yang sesuai dengan usia anak
Sekolah Dasar. Teori ini memberi pedoman bagi peneliti untuk menerapkan
metode pembelajaran yang menyediakan kegiatan-kegiatan nyata. Anak pada
tahap operasional konkret membutuhkan kegiatan-kegiatan yang langsung
melibatkan dirinya pada objek-objek nyata untuk memahami lingkungannya.
Anak juga mampu menyelesaikan masalah yang masih abstrak, namun tetap
membutuhkan kegiatan konkret atau nyata.
2.1.1.2Kemampuan Memahami
Bloom membagi proses kognitif menjadi enam tahap, yaitu mengingat,
memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta
(Anderson & Krathwohl, 2010: 99). Siswa dikatakan memahami apabila mereka
dapat membangun makna dari pesan-pesan pembelajaran baik secara lisan, tulis,
maupun grafis (Anderson & Krathwohl, 2010: 105). Tahap memahami mencakup
9 merangkum, menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan (Anderson &
Krathwohl, 2010: 99).
Kemampuan menjelaskan didefinisikan sebagai proses membuat model sebab-akibat dalam sebuah sistem, misalnya menjelaskan sebab terjadinya
peristiwa penting dalam sejarah Indonesia (Anderson & Krathwohl, 2010: 114).
Anderson dan Krathwohl (2010: 106) mengungkapkan bahwa menafsirkan berarti
mengubah satu bentuk gambaran (misalnya angka) menjadi bentuk lain (misalnya
kata-kata). Nama lain proses menafsirkan adalah mengklarifikasi,
memparafrasekan, merepresentasi, dan menerjemahkan.
Berbeda dengan Bloom, Wiggins dan McTighe (2005: 83-84) menyebutkan
enam aspek kemampuan memahami yaitu penjelasan, interpretasi, aplikasi,
perspektif, empati, dan pengetahuan diri. The Oxford English Dictionary dalam Wiggins dan McTighe (2005: 83) menyatakan bahwa kata kerja memahami
berarti menangkap makna atau impor ide. Ketika kita benar-benar memahami
maka kita dapat melakukan enam kemampuan (Wiggins & McTighe, 2005: 84).
Pertama, kita dapat menjelaskan melalui generalisasi atau prinsip-prinsip,
memberikan pengetahuan yang benar dan sistematis dari fenomena, fakta, dan
data; menghubungkan pengetahuan dan memberikan contoh atau ilustrasi. Kedua,
kita bisa menafsirkan cerita yang bermakna; menawarkan terjemahan tepat;
memberikan sejarah atau dimensi pribadi dengan mengungkapkan ide-ide dan
peristiwa; membuat objek pemahaman pribadi melalui gambar, anekdot, analogi,
dan model.
Aspek kemampuan memahami yang ketiga, yaitu dapat menerapkan secara
efektif dalam menggunakan dan mengadaptasi apa yang kita ketahui dalam
konteks yang beragam dan nyata (Wiggins & McTighe, 2005: 84). Keempat,
memiliki perspektif yaitu melihat dan mendengar berbagai sudut pandang melalui
mata dan telinga yang kritis untuk memperoleh gambaran besar. Kelima, bisa
berempati, yaitu menemukan harga dalam tindakan yang dilakukan orang lain;
dan memiliki rasa sensitif atas dasar pengalaman langsung sebelumnya. Keenam,
memiliki pengetahuan diri, yaitu kesadaran akan sesuatu yang tidak kita mengerti
10 Berdasarkan pendapat dua ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
kemampuan memahami adalah kecakapan dalam menangkap dan membangun
makna dari pesan-pesan pembelajaran baik secara lisan, tulis, maupun grafis yang
memiliki enam aspek kemampuan, yaitu menjelaskan, menginterpretasi, menerapkan, mengembangkan perspektif, membangun empati, dan memahami
diri. Dua pendapat ahli tersebut menyebutkan bahwa ada dua aspek pemahaman
yang sama, yaitu menjelaskan dan menginterpretasi atau menafsirkan. Penelitian ini dibatasi pada dua aspek memahami, yaitu kemampuan menjelaskan dan menginterpretasi atau menafsirkan. Berikut adalah pembahasan tentang dua kemampuan tersebut.
2.1.1.3Kemampuan Menjelaskan
Kata kemampuan didefinisikan sebagai ‘kesanggupan, kecakapan, kekuatan, kekayaan’ (KBBI, 2008: 869). Definisi menjelaskan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 574) adalah ‘menerangkan, menguraikan secara terang’. Ketika kita benar-benar memahami, maka kita dapat menjelaskan dengan menggunakan
kaidah-kaidah umum, memberikan alasan dan laporan yang sistematis akan suatu
peristiwa, fakta, dan data kemudian membuat pola hubungan serta memberikan
contoh (Wiggins & McTighe, 2005: 84).
Kemampuan menjelaskan terjadi ketika siswa dapat membuat dan menggunakan model sebab-akibat yang diturunkan dari teori atau hasil penelitian
dalam sebuah sistem (Anderson & Krathwohl, 2010: 114). Contoh tujuan
pendidikan kemampuan menjelaskan adalah menjelaskan cara kerja hukum-hukum fisika dasar dan tugas pehargaannya yaitu meminta siswa yang telah
belajar hukum Ohm untuk menjelaskan apa yang terjadi pada jumlah arus listrik
ketika ditambahkan sebuah baterai pada rangkaian listrik (Anderson & Krathwohl,
2010: 114). Berdasarkan pengertian kemampuan dan menjelaskan diperoleh pengertian dari kemampuan menjelaskan. Kemampuan menjelaskan adalah kecakapan dalam menguraikan secara terang tentang terjadinya suatu peristiwa
melalui pola sebab-akibat dengan memberikan alasan yang sesuai kaidah-kaidah
11 memamerkan, mengekspresikan, meminta, memberi instruksi, memberi alasan,
memberi contoh, memperkirakan, membuktikan, memperlihatkan, menyimpulkan,
dan mengajari (Wiggins & McTighe, 2005: 161-165).
2.1.1.4Kemampuan Menginterpretasi
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 543) mendefinisikan kata menginterpretasikan sebagai ‘menafsirkan’. Wiggins dan McTighe (2005: 84) mengungkapkan bahwa ketika kita benar-benar memahami, selain dapat
menjelaskan, kita juga dapat menginterpretasikan atau menafsirkan suatu cerita,
peristiwa, dan ide-ide. Menginterpretasi diwujudkan dengan cara memindahkan
pemahaman akan suatu cerita, peristiwa, dan ide-ide ke dalam bentuk gambar atau
model lain sehingga diperoleh pemahaman pribadi.
Menafsirkan terjadi ketika siswa dapat mengubah informasi dari satu bentuk
ke bentuk yang lain (Anderson & Krathwohl, 2010: 106). Menafsirkan berupa
pengubahan kata-kata menjadi kata-kata lain, kata-kata menjadi gambar, gambar
menjadi kata-kata, angka menjadi kata-kata, kata-kata menjadi angka, not balok
menjadi suara musik, dan sebagainya. Tujuan menafsirkan dalam pelajaran sains
adalah belajar menggambar berbagai fenomena alam di kertas dan pehargaannya
adalah meminta siswa menggambar diagram-diagram yang menjelaskan
fotosintesis (Anderson & Krathwohl, 2010: 106). Berdasarkan pengertian
kemampuan dan menginterpretasi, diperoleh pengertian dari kemampuan
menginterpretasi sebagai kecakapan dalam menafsirkan suatu peristiwa melalui pemindahan pemahaman ke dalam bentuk gambar atau model lain sehingga
diperoleh pemahaman pribadi. Kemampuan menginterpretasi terdiri dari kemampuan membuat analogi, mengkritik, mendokumentasi, mengevaluasi,
memberi ilustrasi, menentukan, memberi arti, membuat masuk akal, memberi
metafora, melihat benang merah, melambangkan, menceritakan, dan
12 2.1.1.5Metode Inkuiri
1. Pengertian Metode Inkuiri
Kata inkuiri berasal dari kata inquiry (bahasa Inggris) yang secara harafiah berarti ‘penyelidikan’. Definisi metode inkuiri menurut para ahli adalah sebagai
berikut. Piaget (dalam Mulyasa, 2006b: 108) menjelaskan bahwa metode inkuiri adalah suatu metode yang menyiapkan siswa dalam proses belajar untuk
melakukan percobaan atau eksperimen sendiri. Sanjaya (2006: 194)
mengungkapkan bahwa metode inkuiri adalah sebuah rangkaian kegiatan
pembelajaran dengan mengutamakan proses berpikir kritis tentang suatu masalah
dan menganalisisnya untuk mencari dan menemukan sendiri jawabannya.
Trianto (2009a: 114) menyatakan bahwa metode inkuiri merupakan kegiatan
inti dari proses pembelajaran berbasis kontekstual yang membantu siswa
memperoleh pengetahuan dan pemahaman dari hasil menemukan sendiri.
Pembelajaran kontekstual adalah konsep pembelajaran yang mengutamakan
keterkaitan antara materi belajar dengan keadaan sesungguhnya di dunia
kehidupan anak (Mulyasa, 2006b: 102). Berdasarkan pendapat tersebut bisa
disimpulkan bahwa metode inkuiri merupakan langkah-langkah pembelajaran
yang mengutamakan proses berpikir kritis tentang suatu masalah dan
menganalisisnya untuk mencari dan menemukan sendiri jawabannya melalui
percobaan atau eksperimen sendiri agar memperoleh pengetahuan dan
pemahaman.
2. Prinsip Metode Inkuiri
Penggunaaan metode inkuiri memiliki beberapa prinsip dalam
pelaksanaannya yaitu sebagai berikut (Sanjaya, 2006: 197-199). Prinsip yang
pertama ialah mengembangkan kemampuan intelektual, sehingga mengutamakan
hasil belajar dan proses belajar. Kedua, metode inkuiri memiliki prinsip interaksi
yang terjadi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan siswa dengan
lingkungan. Ketiga, pembelajaran dengan metode inkuiri dapat terlaksana jika
dimulai dengan adanya sebuah pertanyaan atau beberapa pertanyaan. Keempat,
metode inkuiri menekankan bahwa belajar adalah proses berpikir, bukan hanya
13 adalah keterbukaan selama proses belajar dengan mencoba berbagai
kemungkinan. Prinsip-prinsip tersebut dapat digunakan sebagai pedoman guru
dalam mengajar menggunakan metode inkuiri.
3. Macam-macam Metode Inkuiri
Sund dan Trowbridge (dalam Mulyasa, 2006b: 109) mengemukakan tiga
macam metode inkuiri, yaitu : (1) inkuiri terbimbing (guided inquiry), (2) inkuiri bebas (free inquiry), dan (3) inkuiri bebas yang dimodifikasi (modified free inquiry). Mulyasa mengungkapkan bahwa siswa dalam inkuiri terbimbing memperoleh pedoman sesuai dengan yang dibutuhkan dan biasanya berupa
pertannyaan-pertanyaan yang membimbing. Inkuiri bebas memberikan kebebasan
pada peserta didik untuk melakukan penelitian sendiri bagaikan seorang ilmuwan.
Adapun pada inkuiri bebas yang dimodifikasi, guru memberikan permasalahan
kemudian peserta didik diminta untuk memecahkan permasalahan tersebut
melalui pengamatan, eksplorasi, dan prosedur penelitian.
Metode inkuiri dikategorikan dalam inkuiri terbimbing, inkuiri yang
dimodifikasi, dan inkuiri bebas (Hartono, 2013: 72). Hartono mengungkapkan
bahwa inkuiri terbimbing adalah pembelajaran inkuiri yang menyediakan
bimbingan dan petunjuk kegiatan pada siswa yang dilakukan oleh guru. Inkuiri
yang dimodifikasi adalah pembelajaran inkuiri yang menjadikan tugas guru
menjadi pembimbing hanya ketika siswa membutuhkan (Hartono, 2013: 73).
Pembelajaran inkuiri bebas memberikan kebebasan dan kemandirian penuh pada
siswa serta campur tangan guru sangat minim.
4. Metode Inkuiri Terbimbing
Inkuiri terbimbing adalah langkah-langkah pembelajaran yang membantu
siswa untuk menemukan sendiri pemecahan suatu dengan pedoman berupa
pertanyaan-pertanyaan yang membimbing (Mulyasa, 2006b: 109).Hartono (2013:
72) mengungkapkan bahwa inkuiri terbimbing adalah pembelajaran inkuiri yang
menyediakan bimbingan dan petunjuk kegiatan pada siswa yang dilakukan oleh
guru. Inkuiri terbimbing adalah pembelajaran yang membutuhkan perencanaan
14 informasi secara bertahap untuk meningkatkan pemahaman akan suatu masalah
atau topik (Kuhlthau, dkk, 2007: 2). Pendapat ketiga ahli tersebut dapat
disimpulkan bahwa inkuiri terbimbing adalah pembelajaran inkuiri yang
memberikan petunjuk siswa secara bertahap melalui pertanyaan-pertanyaan yang
membimbing dalam proses menemukan sendiri jawaban atau pemecahan suatu
masalah.
5. Langkah-langkah Metode Inkuiri
Langkah-langkah inkuiri menurut pendapat tiga ahli adalah sebagai berikut.
Sanjaya (2006: 194) menyampaikan enam rangkaian kegiatan dalam inkuiri,
yaitu: penjelasan dan pengarahan oleh guru atau orientasi, merumuskan masalah,
mengajukan hipotesis atau jawaban sementara, mengumpulkan data, menguji
hipotesis, dan menarik kesimpulan. Trianto (2009a: 114) mengemukakan
langkah-langkah kegiatan inkuiri antara lain merumuskan masalah, melakukan observasi,
menganalisis, dan menyajikan hasil. Ada lima langkah pembelajaran inkuiri yang
dikemukakan oleh Komalasari (2010: 74), yaitu: merumuskan masalah,
melakukan observasi, menganalisis, menyajikan hasil, mengkomunikasikan hasil,
melakukan refleksi dari hasil kegiatannya, memajang hasil. Pendapat para ahli
memiliki kesamaan dalam langkah-langkah inkuiri dan pendapat tersebut saling
melengkapi. Berdasarkan pendapat para ahli, diperoleh tujuh langkah
pembelajaran inkuiri, yaitu: orientasi, merumuskan masalah, merumuskan
hipotesis, melakukan eksperimen, menarik kesimpulan, mempresentasikan hasil,
dan melakukan refleksi.
6. Manfaat Metode Inkuiri
Metode inkuiri memiliki lima manfaat bagi siswa (Kuhlthau dkk, 2007: 6).
Pertama, siswa dapat membangun keterampilan sosial, bahasa, dan membaca.
Kedua, inkuiri memberikan kesempatan pada siswa untuk merumuskan
pemahamannya sendiri. Ketiga, inkuiri memberi kesempatan siswa untuk bebas
dalam belajar dan mencoba. Keempat, inkuiri memberikan motivasi dan
keterlibatan siswa yang tinggi. Kelima, inkuiri mengajak siswa untuk belajar
15 Metode inkuiri juga bermanfaat bagi guru (Kuhlthau dkk, 2007: 7). Pertama,
guru dapat berbagi tanggung jawab dengan siswa. Kedua, guru dapat berbagi
keahlian dengan siswa. Ketiga, guru dapat mengajarkan sekaligus kemampuan
memahami materi dengan sumber informasi. Keempat, inkuiri memberikan
inspirasi dalam merencanakan kegiatan pembelajaran yang kreatif. Kelima, guru
memperoleh pengalaman meningkatkan kualitas pembelajaran dengan
penggunaan metode yang sesuai dengan kurikulum.
2.1.1.6Hakikat IPA
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan usaha manusia dalam memahami
alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan
prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapat suatu kesimpulan
(Susanto, 2013: 167). Siswa mengamati objek nyata yang ada di alam untuk
mendapatkan atau mengumpulkan informasi sebagai dasar membangun
pengetahuannya akan segala hal yang ada di alam semesta. Selain itu, siswa juga
melakukan langkah-langkah kegiatan dalam belajar IPA untuk mengolah
informasi tersebut. Setelah diolah dengan langkah-langkah tertentu, siswa mampu
menarik kesimpulan dan menjelaskan hasil simpulan yang ia peroleh.
Liem (2007: XV) mendefinisikan IPA sebagai proses sekaligus produk.
Karena itu pembelajaran IPA lebih tepat apabila menggunakan aktivitas-aktivitas
belajar yang banyak dari pada hanya studi terhadap fakta-fakta. Melalui
aktivitas-aktivitas yang dilakukan siswa berarti mereka melakukan proses belajar.
Kemudian selama siswa terlibat dalam berbagai aktivitas tersebut, mereka dapat
memperoleh sesuatu yang berguna atau bisa disebut sebagai sebuah produk.
Produk merupakan hasil dari proses suatu aktivitas yang melibatkan siswa.
Jacoboson dan Bergman (dalam Susanto, 2013: 170) mengemukakan lima
karakteristik IPA. Karakteristik IPA tersebut adalah (1) IPA merupakan kumpulan
konsep, prinsip, hukum, dan teori; (2) proses ilmiah dapat berupa fisik dan mental,
serta mencermati fenomena alam, termasuk penerapannya; (3) sikap keteguhan
hati, keingintahuan, dan ketekunan dalam menyingkap rahasia alam; (4) IPA tidak
dapat membuktikan semua akan tetapi hanya sebagian atau beberapa saja; dan (5)
16 Tujuan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dalam BNSP (2006: 171-172)
ialah (1) memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa, (2)
mengembangkan pemahaman konsep-konsep IPA yang dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari, (3) mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan
kesadaran bahwa ada hubungan saling memengaruhi antara IPA, lingkungan,
teknologi, dan masyarakat, (4) mengembangkan keterampilan proses untuk
menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan, (5)
meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan
melestarikan lingkungan alam, (6) meningkatkan kesadaran untuk menghargai
alam ciptaan Tuhan, dan (7) memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan
keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP. Susanto
(2013: 172) menyatakan bahwa metode inkuiri dianggap sebagai metode yang
paling tepat dalam pembelajaran IPA.
2.1.1.7Pencemaran Air
Penelitian ini menggunakan kompetensi inti IPA kelas V “4. Menyajikan
pengetahuan faktual dan konseptual dalam bahasa yang jelas dan logis dan
sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan anak
sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan
berakhlak mulia”. Kompetensi dasar yang digunakan yaitu “4.5 Menyajikan hasil
laporan tentang permasalahan akibat terganggunya keseimbangan alam akibat
ulah manusia, serta memprediksi apa yang akan terjadi jika permasalahan tersebut
[image:35.595.105.510.178.733.2]tidak diatasi.” Materi dibatasi pada pencemaran air dan berikut bagan materi.
Gambar 2.1 Bagan Materi Pembelajaran Manfaat Air untuk Manusia
Pencemaran Air
Sungai yang Tercemar
Penyebab Bahan Ciri-ciri
Pencemar
17 1. Manfaat air untuk manusia
Manfaat air untuk manusia ada banyak, antara lain sebagai berikut
(Hariyanto, 2007: 46). Pertama, air dimanfaatkan untuk keperluan rumah tangga,
misalnya untuk minum, masak, mandi, cuci dan pekerjaan lainnya. Kedua, air
digunakan untuk keperluan umum, misalnya untuk kebersihan jalan dan pasar,
pengangkutan air limbah, hiasan kota, tempat rekreasi dan lain-lainnya. Ketiga, air
dimanfaatkan untuk keperluan industri, misalnya untuk pabrik dan bangunan
pembangkit tenaga listrik. Keempat, air digunakan untuk keperluan perdagangan,
misalnya untuk hotel, restoran, dan lainnya. Kelima, air dimanfaatkan untuk
keperluan pertanian dan peternakan.
2. Pengertian pencemaran air
Pencemaran adalah proses, cara, perbuatan mencemari, pengotoran (Tim
Penyusun Kamus, 2008: 203). Pencemaran adalah masukknya zat-zat berbahaya
ke dalam lingkungan (Yousnelly, 2010: 40). Pencemaran air adalah masuk atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam air
oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu air limbah yang telah
ditetapkan. (UU RI No.32 Tahun 2009). Berdasarkan tiga pengertian tersebut,
pencemaran air adalah proses masuknya bahan atau zat lain ke dalam air oleh
kegiatan manusia sehingga membuat air menjadi kotor.
3. Penyebab pencemaran air
Manusia memanfaatkan sumur, sungai, danau, laut, ataupun tempat lain
yang menjadi sumber air bersih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kegiatan
manusia tersebut bisa membuat air menjadi tercemar. Berikut ini adalah contoh
kegiatan manusia yang menyebabkan pencemaran air.
Pertama, berkembangnya industri-industri (Yousnelly 2010: 38-40).
Berkembangnya industri menyebabkan meningkatnya produksi limbah. Tempat
industri yang berada di dekat aliran sungai cenderung membuang limbahnya ke
dalam sungai sehingga bisa membuat ekosistem air tercemar. Limbah yang
dihasilkan oleh pabrik bisa berupa logam berat, misalnya timbal, tembaga, dan
18 Kedua, pembuangan limbah rumah tangga (Kemendikbud, 2014: 102). Limbah
rumah tangga menghasilkan beberapa zat organik dan anorganik yang dibuang
dan dialirkan melalui selokan-selokan dan akhirnya masuk ke sungai. Zat organik
misalnya sisa makanan, sedangkan zat anorganik misalnya plastik.
Penyebab pencemaran air yang ketiga yaitu pembuangan limbah obat
hama/pupuk kimia pertanian atau penggunaan obat hama/pupuk kimia yang
berlebihan (Yousnelly, 2010: 38-40). Kegiatan pertanian biasanya menghasilkan
limbah yang mengandung zat pencemar seperti pupuk kimia dan obat hama.
Penggunaan pupuk di daerah pertanian akan mencemari air yang keluar dari
pertanian. Air yang mengandung pupuk ini merupakan bahan makanan bagi
ganggang dan tumbuhan air seperti enceng gondok sehingga ganggang dan
tumbuhan air tersebut mengalami pertumbuhan dengan cepat. Tumbuhan air dapat
menutupi permukaan air dan berpengaruh buruk pada ikan-ikan serta komponen
ekosistem biotik lainnya. Pemanfaatan obat hama juga dapat mengganggu
ekosistem air karena mengandung racun dan akan mematikan hewan-hewan air,
burung dan bahkan manusia. Berdasarkan beberapa penyebab tersebut dapat
diketahui bahan-bahan yang dapat mencemari air antara lain daun-daunan, kertas,
kaleng, plastik, sisa-sisa makanan, cairan minyak, sabun (detergen, sabun cuci,
sabun mandi, dan sampo), logam berat, bahan pemberantas hama, dan zat warna
kimia.
4. Ciri-ciri air yang tercemar
Air yang tercemar dapat diketahui dengan beberapa ciri berikut (Wardhana,
2004: 73-77). Pertama, adanya perubahan suhu air. Air limbah yang panas di
buang ke sungai sehingga air sungai menjadi panas. Air sungai yang suhunya naik
akan mengganggu kehidupan hewan dan organisme air lainnya. Kedua, adanya
perubahan warna air. Bahan buangan dan air limbah akan larut dalam air dan
menyebabkan perubahan warna. Air dalam keadaan normal dan bersih tidak akan
berwarna, sehingga tampak bening dan bersih. Tingkat pencemaran air tidak
mutlak tergantung pada warna air, karena limbah yang memberikan warna belum
19 Ciri air tercemar yang ketiga adalah adanya perubahan bau air. Bau yang
keluar dari air bisa langsung dari limbah pabrik yang dibuang, tetapi bisa juga dari
limbah organik yang diubah oleh mikroba menjadi bahan yang berbau. Keempat,
adanya perubahan rasa air. Apabila air mempunyai rasa, maka telah terjadi
pelarutan sejenis garam-garaman atau logam yang dapat mengganggu
kelangsungan hidup organisme air. Kelima, timbulnya endapan dalam air.
Endapan berasal dari bahan buangan industri yang berbentuk padat. Bahan padat
ini akan melayang di air sehingga dapat menghalangi sinar matahari yang masuk
ke air. Sinar matahari diperlukan untuk fotosintesis mikroorganisme air. Jika tidak
ada sinar matahari, tidak bisa terjadi fotosintesis dan kelangsungan
mikroorganisme air akan terganggu. Bahan padat yang melayang lama-lama akan
mengendap di dasar air. Sumantoro (2009: 72) mengungkapkan bahwa air yang
tercemar mengandung kuman penyakit yang berupa bakteri dan lalat karena
adanya sampah dan limbah kimia yang berbahaya.
5. Akibat pencemaran air sungai
Pencemaran air sungai dapat memberikan akibat yang buruk bagi
lingkungan dan makhluk hidup di sekitarnya (Mikrodo, 2010: 74). Beberapa
akibat yang dapat ditimbulkan yaitu air yang kotor dapat menjadi media
munculnya penyakit yang membahayakan manusia, air sungai yang tercemar bisa
mengurangi keindahan lingkungan sekitar, dan makhluk hidup air akan mati.
Selain itu adanya sampah yang menumpuk dapat menghambat aliran air
(Yousnelly, 2010: 38). Hariyanto (2007: 48) mengungkapkan bahwa pencemaran
air sungai juga akan menimbulkan bau busuk sehingga terjadi pencemaran udara
dan makhluk hidup kekurangan air bersih.
6. Cara Mencegah dan Mengatasi Pencemaran Sungai
Berikut ini beberapa cara untuk mencegah terjadinya pencemaran sungai
(Gallery, 2009: 37). Cara tersebut antara lain membuang sampah pada tempat
yang benar dan telah disediakan, mengurangi pembuangan bahan kimia yang
berlebihan, mengolah limbah rumah tangga dengan baik, menggalakkan industri
20 sebelum dibuang. Gallery (2009: 38) juga mengungkapkan cara-cara untuk
mengatasi pencemaran air sungai. Cara-cara untuk mengatasi pencemaran sungai
yaitu membersihkan sampah di sungai, mengusulkan untuk gotong royong
membersihkan sungai, mengusulkan diadakan daur ulang sampah, mengusulkan
diadakan penyuluhan tentang pencemaran sungai, membuat tulisan
larangan/peringatan di sungai misalnya “jangan membuang sampah di sungai!”,
mengusulkan untuk membuat sanitasi yang benar dan bersih agar sumber-sumber
air bersih lainnya tidak tercemar.
2.1.1.8Metode Inkuiri dalam Kurikulum 2013
Kegiatan pembelajaran dalam kurikulum 2013 menggunakan pendekatan
saintifik dab tematik. Untuk memperkuat pelaksanaan pendekatan saintifik dan
tematik, perlu diterapkan penggunaan metode pembelajaran berbasis penelitian
yaitu metode inkuiri (Kementrian Pendidikan & Kebudayaan, 2013: 14).
Langkah-langkah kegiatan pembelajarannya yaitu mengamati, menanya,
mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta.
Kegiatan mengamati meliputi kegiatan membaca, mendengar, menyimak,
dan melihat (Kementrian Pendidikan & Kebudayaan, 2013: 19). Kegiatan
menanya meliputi kegiatan mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak
dipahami atau pertanyaan untuk mendapat informasi tambahan dari apa yang
diamati. Kegiatan mencoba merupakan kegiatan mengumpulkan informasi
melalui eksperimen, membaca sumber lain, mengamati objek, dan wawancara.
Kegiatan menalar merupakan kegiatan mengolah informasi yang sudah diperoleh
untuk mendapat pemahaman. Kegiatan menyaji yaitu menyampaikan hasil
pengamatan dan kesimpulan secara lisan, tertulis, atau dengan media. Pada
kegiatan mencipta, siswa merancang produk menggunakan langkah-langkah
model pembelajaran berbasis proyek (Kementrian Pendidikan & Kebudayaan,
2013: 21). Pembelajaran saintifik meliputi enam langkah kegiatan yaitu
mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta dengan
21 2.1.2 Hasil Penelitian yang Relevan
2.1.2.1Penelitian tentang Metode Inkuiri
Ambarsari, Santosa, dan Maridi (2013) melakukan penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan pendekatan inkuiri terbimbing
terhadap keterampilan proses sains dasar siswa kelas VIII SMP 7 Surakarta atas
dasar kompetensi menjelaskan sistem peredaran darah manusia dan hubungannya dengan kesehatan. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimental.
Penelitian ini menggunakan semua siswa kelas VII semester gasal di SMPN 7
Surakarta tahun ajaran 2011/2012. Sampel diambil dengan teknik Cluster Random
Sampling sejumlah dua kelas, yaitu kelas kontrol dan eksperimen kelas. Kelas
eksperimen berjumlah 30 siswa dan kelas kontrol berjumlah 30 siswa. Untuk
memenuhi persyaratan dari sampel dilakukan uji kemampuan awal antara
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dengan uji t. Data penelitian berupa keterampilan proses sains dasar siswa yang meliputi observasi, klasifikasi,
pengukuran, prediksi, kesimpulan, dan komunikasi. Data penelitian keterampilan
proses sains dasar hasil yang diperoleh dari lembar observasi. Analisis data dalam
penelitian ini menggunakan uji t dua sampel pada Mini tab 16. Setelah ujian merupakan prasyarat Anderson-Darling uji normalitas dan uji homogenitas
Levene. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran dipandu
penyelidikan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keterampilan proses
sains dasar siswa kelas VIII SMP 7 Surakarta.
Penelitian yang dilakukan oleh Faezaty, Rosilawaty, dan Efkar (2013)
bertujuan untuk mengetahui efektivitas inkuiri terbimbing dalam meningkatkan
keterampilan menginterpretasi suatu pernyataan dan memberikan alasan pada materi laju reaksi. Penelitian ini menggunakan metode pre-eksperimen dengan
One Group Pretest Posttest Design. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI
IPA2 SMAN 2 Gadingrejo yang berjumlah 34 orang. Data penelitian ini adalah
data keterampilan menginterpretasi suatu pernyataan dan memberikan alasan. Sedangkan analisis data menggunakan gain. Hasil penelitian menujukkan
N-gain keterampilan menginterpretasi suatu pernyataan 0,7 (sedang) dan yang mencapai KKM sebesar 79%. N-gain untuk memberikan alasan adalah 0,5
22 tersebut, bahwa pembelajaran dengan inkuiri terbimbing efektif meningkatkan
keterampilan menginterpretasi suatu pernyataan dan memberikan alasan siswa kelas XI IPA2 pada materi laju reaksi.
Wahyudin, Sutikno, dan Isa (2010) memanfaatkan software Macromedia Flash 8 Professional sebagai media pembelajaran dengan pendekatan inkuiri terbimbing untuk meningkatkan minat dan pemahaman siswa. Adapun tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui minat dan pemahaman siswa. Metode yang
digunakan adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus.
Masing-masing siklus meliputi tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan,
dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas X-1 di SMA Negeri 14
Semarang dengan jumlah 40 orang. Data hasil belajar kognitif diperoleh melalui
tes, sedangkan minat belajar siswa diperoleh melalui lembar kuesioner.
Peningkatan rata-rata hasil belajar pada siklus II cukup signifikan karena secara
individu siswa yang mencapai ketuntasan belajar meningkat dari 13 siswa menjadi
38 siswa. Pemahaman siswa meningkat dari 60% siswa yang dinyatakan tidak
paham pada siklus I menjadi 5% siswa yang dinyatakan tidak paham untuk siklus
II. Hasil analisis tanggapan siswa terhadap pengajaran diperoleh rata-rata
tanggapan siswa sebelum tindakan sebesar 72,90%. Setelah tindakan, harga rata-
rata tanggapan siswa meningkat menjadi 76,81%.
2.1.2.2Penelitian tentang Kemampuan Menjelaskan dan Menginterpretasi
Noviyanti, Rosilawaty, dan Efkar (2013) melakukan penelitian dengan
tujuan untuk mendeskripsikan kemampuan memberikan alasan dan
menginterpretasi pernyataan pada materi asam-basa melalui penerapan LC3E
dalam setiap kelompok. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA4 di
SMAN 12 Bandar Lampung tahun ajaran 2012/2013. Penelitian ini adalah
penelitian deskriptif, menggunakan metode pre-eksperimental dengan One-shot case study design. Analisis data menggunakan analisis deskriptif. Berdasarkan hasil analisis data disimpulkan bahwa kemampuan memberikan alasan dalam
kelompok tingkat tinggi: hampir semua sangat baik dan yang lain baik. Pada
kelompok tingkat menengah, hampir semua yang baik dan yang lain sangat baik.
23 Kemampuan menafsirkan pernyataan dalam kelompok tingkat tinggi: setengah
sangat baik, hampir setengah baik, dan yang lain-lain yang cukup baik. Pada
kelompok tingkat menengah, hanya sebagian kecil yang sangat baik, hampir
setengah yang baik dan yang lain yang cukup baik. Pada kelompok tingkat
rendah, hampir yang baik dan yang lain yang cukup baik.
Wulandari, Harlita, dan Muzzayinah (2011) melakukan penelitian dengan
metode kuasi-eksperimental. Subjek penelitian adalah siswa kelas X di SMA Al
Islam 1 Surakarta tahun ajaran 2011/ 2012. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui jenis jamur di taro tape dan mengetahui pengaruh dari pemanfaatan
hasil penelitian identifikasi sebagai sumber pembelajaran berbasis modul terhadap
keterampilan menafsirkan data. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah sumber
pembelajaran berbasis modul sedangkan variabel terikat adalah keterampilan
menafsirkan data. Pengujian hipotesis untuk pelaksanaan hasil penelitian terhadap
proses pembelajaran biologi menggunakan t-test. Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa (1) ada dua genus jenis jamur di taro tape, yaitu genus
Saccharomyces genus Aspergillus dan yang diidentifikasi sesuai dengan
karakteristik morfologi, (2) pemanfaatan hasil penelitian iden