• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh penggunaan metode Inkuiri terhadap kemampuan menjelaskan dan menginterpretasi pada pelajaran IPA SD Kanisius Demangan Baru 1 Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh penggunaan metode Inkuiri terhadap kemampuan menjelaskan dan menginterpretasi pada pelajaran IPA SD Kanisius Demangan Baru 1 Yogyakarta."

Copied!
170
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

 

Hastuti, Elisabet. (2014). Pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan menjelaskan dan menginterpretasi pada pelajaran IPA SD Kanisius Demangan Baru 1 Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

Kata kunci: metode inkuiri, kemampuan menjelaskan, kemampuan

menginterpretasi, pelajaran IPA.

Latar belakang penelitian ini adalah keprihatinan terhadap rendahnya tingkat literasi IPA sesuai studi PISA 2009 dan 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan

menjelaskan dan menginterpretasi pada pelajaran IPA.

Penelitian ini menggunakan metode quasi experimental tipe non-equivalent control group design. Populasi penelitian adalah siswa kelas V SDK Demangan Baru 1 sebanyak 80 siswa. Sampel penelitian adalah kelas VB sebagai kelompok eksperimen berjumlah 25 siswa dan kelas VC sebagai kelompok kontrol berjumlah 28 siswa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) penggunaan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan menjelaskan. Harga Sig. (2-tailed) sebesar 0,04 (p < 0,05) dengan df = 51; t = 2,09. Rerata skor kelompok eksperimen lebih besar dari kelompok kontrol dengan M = 0,42; SD = 0,48; SE = 0,09 untuk kelompok eksperimen dan M = 0,12; SD = 0,53; SE = 0,10 untuk kelompok kontrol. Besarnya effect size adalah r = 0,26 atau 6% yang setara dengan efek menengah. (2) Penggunaan metode inkuiri tidak berpengaruh terhadap kemampuan

menginterpretasi. Harga Sig. (2-tailed) sebesar 0,10 (p > 0,05) dengan df = 51; t = 1,65. Rerata skor kelompok eksperimen lebih besar dari kelompok kontrol dengan

M = 0,46; SD = 0,56; SE = 0,11 untuk kelompok eksperimen dan M = 0,17; SD = 0,66; SE = 0,12 untuk kelompok kontrol. Besarnya effect size adalah r = 0,22 atau 4% yang setara dengan efek menengah. 

(2)

ABSTRACT

Hastuti, Elisabet. (2014). The effect of using inquiry method towards the ability of explaining and interpreting in science subject SD Kanisius Demangan Baru 1 Yogyakarta. Essay. Yogyakarta: Elementary School Teacher Education Study Program, Sanata Dharma University.

Keywords: inquiry method, ability of explaining, ability of interpreting, natural science subject.

This study background was concern about the low level of science literacy according to PISA 2009 and 2012 studies. The aim of this study was to determine the effect of using inquiry method towards the ability of explaining and interpreting in science subject.

This study used experimental type nonequivalent control group design method. This study’s population were 5th grades students of SD Kanisius Demangan Baru 1 totaled 80 students. The samples were VB as the experimental group totaled 25 students and VC as the control group totaled 28 students.

(3)

i PENGARUH PENGGUNAAN METODE INKUIRI

TERHADAP KEMAMPUAN

MENJELASKAN DAN MENGINTERPRETASI PADA PELAJARAN IPA

SD KANISIUS DEMANGAN BARU 1 YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun oleh: Elisabet Hastuti NIM. 111134080

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)

i PENGARUH PENGGUNAAN METODE INKUIRI

TERHADAP KEMAMPUAN

MENJELASKAN DAN MENGINTERPRETASI PADA PELAJARAN IPA

SD KANISIUS DEMANGAN BARU 1 YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun oleh: Elisabet Hastuti NIM. 111134080

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(5)
(6)
(7)

iv HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

To begin with the end in mind means to start with a clear understanding of your destination. It means to know where you’re going, so that you better understand where you are now, so that the steps you take are always in the right direction.

-Stephen R. Covey, The 7 Habits of Highly Effective

People-I believe that history is not equal to the future, but it could be if we don’t change,

if we don’t move from our comfort zones and start contributing goodness and perfections in our lives.

-Agnez Mo, I Believe-

Teaching isn’t about time and money, but about my passion to see God in others.

-Elhast-Karya ilmiah sederhana ini Peneliti persembahkan kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus Sang Juru Selamatku.

2. Kedua orang tuaku yang sungguh luar biasa.

3. Kedua adikku yang selalu membuatku tersenyum.

4. Sahabat-sahabatku yang setia.

(8)

v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar referensi sebagai layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 19 Desember 2014

Penulis,

(9)

vi LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata

Dharma,

nama : Elisabet Hastuti,

nomor Mahasiswa : 111134080.

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:

“PENGARUH PENGGUNAAN METODE INKUIRI TERHADAP

KEMAMPUAN MENJELASKAN DAN MENGINTERPRETASI PADA PELAJARAN IPA SD KANISIUS DEMANGAN BARU 1 YOGYAKARTA”, beserta perangkat yang diperlukan (bila ada).

Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata

Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,

mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan

mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis

tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya,

selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 19 Desember 2014

Yang menyatakan,

(10)

vii ABSTRAK

Hastuti, Elisabet. (2014). Pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan menjelaskan dan menginterpretasi pada pelajaran IPA SD Kanisius Demangan Baru 1 Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

Kata kunci: metode inkuiri, kemampuan menjelaskan, kemampuan menginterpretasi, pelajaran IPA.

Latar belakang penelitian ini adalah keprihatinan terhadap rendahnya tingkat literasi IPA sesuai studi PISA 2009 dan 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan menjelaskan dan menginterpretasi pada pelajaran IPA.

Penelitian ini menggunakan metode quasi experimental tipe non-equivalent control group design. Populasi penelitian adalah siswa kelas V SDK Demangan Baru 1 sebanyak 80 siswa. Sampel penelitian adalah kelas VB sebagai kelompok eksperimen berjumlah 25 siswa dan kelas VC sebagai kelompok kontrol berjumlah 28 siswa.

(11)

viii ABSTRACT

Hastuti, Elisabet. (2014). The effect of using inquiry method towards the ability of explaining and interpreting in science subject SD Kanisius Demangan Baru 1 Yogyakarta. Essay. Yogyakarta: Elementary School Teacher Education Study Program, Sanata Dharma University.

Keywords: inquiry method, ability of explaining, ability of interpreting, natural science subject.

This study background was concern about the low level of science literacy according to PISA 2009 and 2012 studies. The aim of this study was to determine the effect of using inquiry method towards the ability of explaining and interpreting in science subject.

This study used experimental type nonequivalent control group design method. This study’s population were 5th grades students of SD Kanisius Demangan Baru 1 totaled 80 students. The samples were VB as the experimental group totaled 25 students and VC as the control group totaled 28 students.

(12)

ix KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih-Nya

sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar dan tepat waktu.

Skripsi yang berjudul “PENGARUH PENGGUNAAN METODE INKUIRI

TERHADAP KEMAMPUAN MENJELASKAN DAN MENGINTERPRETASI PADA PELAJARAN IPA SD KANISIUS DEMANGAN BARU 1

YOGYAKARTAini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan dengan lancar

berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Karena itu, peneliti

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Gregorius Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., M.A., selaku Ketua Program

Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta sekaligus dosen pembimbing I yang telah membimbing dan

memotivasi dengan penuh sabar dan bijaksana.

3. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd., selaku Wakil Ketua Program Studi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Irine Kurniastuti, S.Psi., M.Psi., selaku dosen pembimbing II yang telah

membimbing kami dengan penuh perhatian dan kesabaran.

5. Y. Hariyanta, S.Pd., selaku Kepala SD Kanisius Demangan Baru 1

Yogyakarta yang telah memberikan ijin pelaksanaan penelitian.

6. Albertus Hartoyo, selaku guru mitra SD peneliti yang telah membantu

pelaksanaan penelitian.

7. Guru-guru SD Kanisius Demangan Baru 1 yang telah membantu

terlaksananya penelitian, Pak Sarjono, Bu Ambar, Bu Tyas, Bu Rina, dan

Pak Frans.

8. Siswa kelas VB dan VC SD Kanisius Demangan Baru 1 Yogyakarta tahun

(13)

x 9. Sekretariat PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah

membantu proses perijinan penelitian skripsi.

10. Kedua orang tuaku, Yustinus Heru Susanto dan Theresia Suprihatin yang

sungguh luar biasa dalam memberikan dukungan berupa doa, nasihat, dan

materiil.

11. Kedua adikku, Yosep Hartoko dan Cecilia Hardani yang selalu memberikan

senyum semangat.

12. Kakakku, Felicia Sinta yang selalu setia dalam suka dan duka selama

tinggal di Yogyakarta.

13. Kedua kakakku, Romana Dewi dan Regina Krisna yang telah

membimbingku menjadi mahasiswi yang disiplin dan rajin selama di SKK.

14. Sahabat-sahabatku penelitian kolaboratif payung IPA Eta, Linda, Yulita,

Siska, Era, Eden, Silvi, Ika, Shandy, Rosa, dan Ratri yang telah memberikan

bantuan selama menyelesaikan skripsi.

15. Sahabat-sahabatku di kelas VII E, sahabat seperjuangan selama kuliah yang

sungguh luar biasa.

16. Kakak-kakak dan sahabat-sahabatku di Asrama Syantikara dan Kos

Jl.Petung 27, yang telah memberikan keceriaan, semangat, dan bantuan.

17. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu namun telah

banyak membantu peneliti menyelesaikan skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Segala

masukan berupa saran dan kritik yang membangun akan peneliti terima dengan

senang hati. Peneliti juga berharap, semoga skripsi ini bermanfaat bagi para

pembaca dan dunia pendidikan.

(14)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... Error! Bookmark not defined.iii HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined.ix DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Definisi Operasional ... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 7

2.1 Kajian Pustaka ... 7

2.1.1 Teori-teori yang Mendukung ... 7

2.1.1.1 Perkembangan Kognitif ... 7

2.1.1.2 Kemampuan Memahami ... 8

2.1.1.3 Kemampuan Menjelaskan ... 10

2.1.1.4 Kemampuan Menginterpretasi ... 11

2.1.1.5 Metode Inkuiri ... 12

1. Pengertian Metode Inkuiri ... 12

2. Prinsip Metode Inkuiri ... 12

3. Macam-macam Metode Inkuiri ... 13

4. Metode Inkuiri Terbimbing ... 13

5. Langkah-langkah Metode Inkuiri ... 14

6. Manfaat Metode Inkuiri ... 14

2.1.1.6 Hakikat IPA ... 15

2.1.1.7 Pencemaran Air ... 16

2.1.1.8 Metode Inkuiri dalam Kurikulum 2013 ... 20

2.1.2 Hasil Penelitian yang Relevan ... 21

2.1.2.1 Penelitian tentang Metode Inkuiri ... 21

2.1.2.2 Penelitian tentang Kemampuan Menjelaskan dan Menginterpretasi ... 22

2.2 Kerangka Berpikir ... 25

2.3 Hipotesis Penelitian ... 25

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

3.1 Jenis Penelitian ... 26

3.2 Setting Penelitian ... 27

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 27

(15)

xii

3.3 Populasi dan Sampel ... 29

3.4 Variabel Penelitian ... 29

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 30

3.6 Instrumen Penelitian ... 32

3.7 Teknik Pengujian Instrumen ... 34

3.7.1 Validitas Instrumen ... 34

3.7.2 Reliabilitas Instrumen ... 36

3.8 Teknik Analisis Data ... 37

3.8.1 Uji Normalitas Distribusi Data ... 37

3.8.2 Uji Statistik ... 38

3.8.2.1 Uji Perbedaan Kemampuan Awal ... 38

3.8.2.2 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ... 39

3.8.3 Analisis Lebih Lanjut ... 40

3.8.3.1 Uji Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I ... 40

3.8.3.2 Uji Besar Pengaruh Perlakuan ... 41

3.8.3.3 Uji Retensi Pengaruh Perlakuan ... 42

3.8.3.4 Dampak Pengaruh Perlakuan ... 42

3.8.3.5 Pembahasan Lebih Lanjut ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45

4.1 Hasil Penelitian ... 45

4.1.1 Implementasi Penelitian... 45

4.1.1.1 Deskripsi Populasi Penelitian ... 45

4.1.1.2 Deskripsi Implementasi Pembelajaran ... 46

1. Deskripsi Implementasi Pembelajaran Kelompok Eksperimen ... 46

2. Deskripsi Implementasi Pembelajaran Kelompok Kontrol ... 51

4.1.2 Hasil Uji Hipotesis Penelitian I ... 52

4.1.2.1 Uji Normalitas Distribusi Data ... 53

4.1.2.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal ... 54

4.1.2.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ... 55

4.1.2.4 Analisis Lebih Lanjut ... 57

4.2.4 Uji Effect Size Signifikansi Pengaruh Perlakuan ... 57

4.2.4 Uji Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I ... 57

4.2.4 Uji Effect Size Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I ... 59

4.2.4 Uji Retensi Pengaruh Perlakuan ... 59

4.1.3 Hasil Uji Hipotesis Penelitian II ... 61

4.1.3.1 Uji Normalitas Distribusi Data ... 62

4.1.3.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal ... 63

4.1.3.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ... 65

4.1.3.4 Analisis Lebih Lanjut ... 66

1. Uji Effect Size Signifikansi Pengaruh Perlakuan ... 66

2. Uji Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I ... 67

3. Uji Effect Size Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I ... 68

4. Uji Retensi Pengaruh Perlakuan ... 69

4.2 Pembahasan ... 71

4.2.1 Pengaruh Metode Inkuiri terhadap Kemampuan Menjelaskan ... 71

4.2.2 Pengaruh MetodeInkuiriterhadap Kemampuan Menginterpretasi ... 74

4.2.3 Dampak Pengaruh Perlakuan ... 76

(16)

xiii

BAB V PENUTUP ... 83

5.1 Kesimpulan ... 83

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 84

5.3 Saran ... 84

DAFTAR REFERENSI ... 85

LAMPIRAN ... 90

(17)

xiv DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Materi Pembelajaran ... 16

Gambar 2.2 Bagan Penelitian yang Relevan ... 24

Gambar 3.1 Desain Penelitian ... 27

Gambar 3.2 Variabel Penelitian ... 30

Gambar 3.3 Rumus Persentase Uji Peningkatan Skor ... 40

Gambar 3.4 Rumus Besar Efek Untuk Data Normal ... 41

Gambar 3.5 Rumus Besar Efek Untuk Data Tidak Normal ... 41

Gambar 3.6 Rumus Persentase Uji Retensi... 42

Gambar 4.1 Diagram Rerata Selisih Skor Pretest-Posttest I Kemampuan Menjelaskan ... 56

Gambar 4.2 Grafik Pretest,Posttest I, dan Posttest II Kemampuan Menjelaskan ... 61

Gambar 4.3 Diagram Rerata Selisih Skor Pretest-Posttest I Kemampuan Menginterpretasi ... 66

(18)

xv DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jadwal Pengambilan Data ... 29

Tabel 3.2 Pengumpulan Data Pretest dan Posttest ... 31

Tabel 3.3 Matrik Pengembangan Instrumen ... 32

Tabel 3.4 Rubrik Penilaian ... 33

Tabel 3.5 Uji Validitas Variabel Menjelaskan dan Menginterpretasi ... 36

Tabel 3.6 Uji Reliabilitas Semua Variabel Kemampuan Memahami ... 37

Tabel 3.7 Kriteria Besar Pengaruh Perlakuan ... 41

Tabel 3.8 Pedoman Wawancara Siswa Kelompok Eksperimen ... 44

Tabel 3.9 Pedoman Wawancara Guru ... 44

Tabel 4.1 Hasil Uji Normalitas Kemampuan Menjelaskan ... 53

Tabel 4.2 Hasil Uji Perbedaan Rerata Skor Pretest Kemampuan Menjelaskan ... 55

Tabel 4.3 Hasil Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Menjelaskan ... 56

Tabel 4.4 Hasil Uji Effect Size Signifikansi Pengaruh pada Kemampuan Menjelaskan ... 57

Tabel 4.5 Hasil Uji Peningkatan Skor Pretest-Posttest I Kemampuan Menjelaskan ... 58

Tabel 4.6 Hasil Uji Effect Size Peningkatan Skor Kemampuan Menjelaskan ... 59

Tabel 4.7 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Menjelaskan ... 60

Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Kemampuan Menginterpretasi ... 63

Tabel 4.9 Hasil Uji Perbedaan Rerata Skor Pretest Kemampuan Menginterpretasi ... 64

Tabel 4.10 Hasil Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Menginterpretasi ... 65

Tabel 4.11 Hasil Uji Effect Size Signifikansi Pengaruh pada Kemampuan Menginterpretasi ... 67

Tabel 4.12 Hasil Uji Peningkatan Skor Pretest-Posttest I Kemampuan Menginterpretasi ... 67

Tabel 4.13 Hasil Uji Effect Size Peningkatan Skor Kemampuan Menginterpretasi ... 68

(19)

xvi DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.1 Surat Ijin Penelitian ... 91

Lampiran 1.2 Surat Ijin Validitas Instrumen ... 92

Lampiran 2.1 Silabus Kelompok Ekperimen ... 93

Lampiran 2.2 Silabus Kelompok Kontrol ... 96

Lampiran 2.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Eksperimen ... 99

Lampiran 2.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Kontrol...106

Lampiran 3.1 Soal Uraian ...110

Lampiran 3.2 Kunci Jawaban ...113

Lampiran 3.3 Hasil Rekap Nilai Expert Judgement...119

Lampiran 3.4 Hasil Analisis SPSS Uji Validitas Kemampuan Memahami...120

Lampiran 3.5 Hasil Analisis SPSS Uji Reliabilitas Kemampuan Memahami ....121

Lampiran 4.1 Tabulasi Nilai Pretest, Posttest I, dan Posttest II Kemampuan Menjelaskan ...122

Lampiran 4.2 Tabulasi Nilai Pretest, Posttest I, dan Posttest II Kemampuan Menginterpretasi ...124

Lampiran 4.3 Hasil SPSS Uji Normalitas Data ...126

Lampiran 4.4 Hasil SPSS Uji Perbedaan Kemampuan Awal ...127

Lampiran 4.5 Hasil SPSS Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ...128

Lampiran 4.6 Hasil Uji Effect Size Signifikansi Pengaruh Perlakuan ...130

Lampiran 4.7 Hasil SPSS Uji Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I ...131

Lampiran 4.8 Hasil Uji Effect Size Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I ...135

Lampiran 4.9 Hasil SPSS Uji Retensi Pengaruh Perlakuan ...137

Lampiran 4.10 Transkrip Wawancara ...141

Lampiran 5.1 Foto-foto Kegiatan Pembelajaran ...148

(20)

1 BAB I

PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.

1.1 Latar Belakang

Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

menerangkan bahwa pendidikan adalah usaha terencana untuk mencapai

pembelajaran yang dapat membuat peserta didik aktif mengembangkan potensi

dirinya (Sanjaya, 2006: 2). Pemerintah melakukan perbaikan dalam bidang

pendidikan dengan membuat UU Guru dan Dosen Tahun 2005 serta menentukan

anggaran pendidikan sebesar 20% dari APBN (Chang dkk, 2014: 5). Tujuan UU

Guru dan Dosen Tahun 2005 adalah untuk melakukan reformasi dalam

manajemen guru dan proses pembangunan bangsa. UU Guru dan Dosen Tahun

2005 memuat usaha pemerintah Indonesia yang berkesinambungan dalam

meningkatkan kualitas pendidikan melalui profesionalitas dan gaji guru (Chang

dkk, 2014: 2). Anggaran pendidikan digunakan untuk meningkatkan kualitas guru

dengan memberikan gaji guru dan tunjangan professional guru (Chang dkk, 2014:

5). Berdasarkan beberapa paparan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

pemerintah mengutamakan perbaikan manajemen guru untuk mencapai

pembelajaran yang mampu mengembangkan potensi siswa.

Usaha pemerintah dalam memperbaiki pendidikan melalui sertifikasi dan

gaji dua kali lipat bagi guru pada kenyataannya tidak berpengaruh terhadap

peningkatan pembelajaran di kelas (Chang dkk, 2014: 117). Jumlah guru yang

meningkat justru tidak tersebar merata di wilayah Indonesia sehingga masih

banyak sekolah yang kekurangan guru dan ini membuat sistem pendidikan kurang

berhasil (Chang dkk, 2014: 177). Program for International Student Assessment (PISA) melakukan penelitian dalam bidang matematika, membaca, dan sains

setiap tiga tahun sekali. Penelitian ini dilakukan di 65 negara dan diikuti oleh

lebih dari 510.000 siswa berusia sekitar 15 tahun. Hasil penelitian tahun 2009

(21)

2 (OECD, 2010: 8). Peringkat Indonesia pada tahun 2012 mengalami penurunan

menjadi peringkat 64 dari 65 negara di dunia (OECD, 2013: 232). Keprihatinan

rendahnya literasi matematika, membaca, dan sains menimbulkan pertanyaan apa

saja yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran.

Hasil kajian teori mengungkapkan bahwa salah satu cara memperbaiki

kualitas pembelajaran adalah dengan menggunakan metode pembelajaran. Suyono

dan Hariyanto (2011: 212) mengungkapkan bahwa usaha memperbaiki kualitas

pembelajaran dapat dimulai dengan memilih metode pembelajaran yang sesuai

dengan perkembangan usia anak. Pembelajaran sebaiknya dapat memfasilitasi

siswa dalam membangun pengetahuannya sendiri, sehingga guru perlu

menggunakan metode pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan

(Djamarah & Zain, 2010: 323). Berdasarkan pendapat kedua ahli tersebut

disimpulkan bahwa usaha perbaikan pendidikan dimulai dengan memilih metode

pembelajaran yang dapat memfasilitasi siswa dalam membangun pengetahuannya

sendiri. Hal ini sesuai dengan pengertian belajar, yaitu kegiatan yang sengaja

dilakukan oleh seseorang untuk mendapatkan pemahaman baru sehingga mampu

memperbaiki cara berpikir, bersikap, dan bertingkah laku (Susanto, 2013: 4).

Wiggins dan McTighe (2005: 5 & 7) mengungkapkan bahwa dalam

pembelajaran, hal pertama yang perlu dikuasai siswa adalah pemahaman. Wiggins

dan McTighe (2005: 84) mengungkapkan bahwa pemahaman terdiri dari enam

kemampuan, yaitu menjelaskan, menginterpretasi, menerapkan, mengembangkan perspektif, membangun empati, dan memahami diri. Siswa dikatakan telah

mampu memahami suatu peristiwa apabila ia memiliki keenam kemampuan

tersebut. Kemampuan menjelaskan adalah kemampuan memberikan penjelasan logis dan sistematis tentang suatu peristiwa, tindakan, atau gagasan (Wiggins &

McTighe, 2005: 84-104). Kemampuan menginterpretasi adalah kemampuan menerjemahkan gagasan atau peristiwa secara berarti melalui gambar, anekdot,

analogi, atau model. Kemampuan menerapkan adalah kemampuan untuk

menggunakan pengetahuan ke dalam situasi atau konteks yang berbeda.

Kemampuan mengembangkan perspektif adalah kemampuan melihat sesuatu dari

berbagai sudut pandang yang berbeda secara kritis. Kemampuan membangun

(22)

3 orang lain. Kemampuan memahami diri adalah kemampuan untuk melihat

keterbatasan diri sendiri. Pemahaman siswa dapat didesain oleh guru dengan

melalui penentuan hasil yang ingin dicapai, penentuan cara mengevaluasi, dan

penentuan metode pembelajaran yang tepat Wiggins dan McTighe (2005: 21).

Beberapa kajian teori mengatakan bahwa metode inkuiri dapat digunakan

untuk meningkatkan pemahaman. Metode ini membantu siswa memperoleh

pengetahuan dan pemahaman dari hasil menemukan sendiri berbasis kontekstual

(Trianto, 2009a: 114). Kontekstual artinya adanya keterkaitan antara materi

belajar dengan keadaan sesungguhnya di dunia kehidupan anak (Mulyasa, 2006b:

102). Metode inkuiri juga mengutamakan proses berpikir kritis tentang suatu

masalah (Sanjaya, 2006: 194). Piaget (dalam Mulyasa, 2006b: 108) menjelaskan bahwa metode inkuiri menyiapkan siswa dalam belajar dengan percobaan atau

eksperimen sendiri. Beberapa penelitian memang menunjukkan bahwa metode

inkuiri itu efektif (Ambarsari, Santosa, & Maridi, 2013; Faezaty, Rosilawaty, &

Efkar, 2013).

Penggunaan metode inkuiri untuk meningkatkan aspek-aspek kemampuan

memahami secara spesifik berdasarkan Wiggins dan McTighe (2005: 84) belum

pernah dilakukan. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu diujicobakan metode

inkuiri terhadap aspek-aspek kemampuan memahami. Metode inkuiri diuji dengan

menggunakan pelajaran IPA sebagai sarana penelitian. Metode pembelajaran

inkuiri dianggap sebagai metode yang paling tepat dalam pembelajaran IPA

(Susanto, 2013: 172). Susanto (2013: 167) menjelaskan bahwa IPA adalah usaha

manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan, prosedur, dan

penalaran sehingga mendapat kesimpulan. Pendapat ini diperkuat dengan

pendapat Liem (2007: XV) yang menjelaskan bahwa pembelajaran IPA lebih

tepat apabila menggunakan aktivitas-aktivitas belajar yang banyak dari pada

hanya studi terhadap fakta-fakta. Berdasarkan pendapat ahli tersebut metode

inkuiri sesuai untuk digunakan dalam pembelajaran IPA.

Kompetensi inti yang digunakan adalah “4. Menyajikan pengetahuan faktual

dan konseptual dalam bahasa yang jelas dan logis dan sistematis, dalam karya

yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan

(23)

4

dasar yang digunakan yaitu “4.5 Menyajikan hasil laporan tentang permasalahan

akibat terganggunya keseimbangan alam akibat ulah manusia, serta memprediksi

apa yang akan terjadi jika permasalahan tersebut tidak diatasi”. Materi yang

digunakan dalam penelitian adalah pencemaran air. Materi yang dibahas mulai

dari manfaat air untuk manusia, definisi pencemaran air, penyebab pencemaran air

sungai, bahan pencemar air sungai, ciri-ciri pencemaran air, akibat pencemaran

sungai, cara mencegah dan mengatasi pencemaran air.

Penelitian ini dibatasi pada pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap

kemampuan menjelaskan dan menginterpretasi pelajaran IPA kelas V di SD Kanisius Demangan Baru 1 Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015. Aspek-aspek

kemampuan menjelaskan dibatasi pada kemampuan menjabarkan, memperkirakan, memberi alasan, dan memberi contoh (Wiggins & McTighe,

2005: 161-165). Aspek-aspek kemampuan menginterpretasi dibatasi pada kemampuan menerjemahkan, mengkritik, menarik benang merah, dan

menceritakan. Penelitian ini menggunakan kelas V sebagai populasi. Kelas VB

diambil sebagai kelompok eksperimen dan kelas VC diambil sebagai kelompok

kontrol.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apakah penggunaan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan

menjelaskan pada pelajaran IPA materi pencemaran air kelas V SD Kanisius

Demangan Baru 1 Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2014/2015?

1.2.2 Apakah penggunaan metode inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan

menginterpretasi pada pelajaran IPA materi pencemaran air kelas V SD Kanisius Demangan Baru 1 Yogyakarta semester gasal tahun ajaran

2014/2015?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Mengetahui pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan

(24)

5 1.3.2 Mengetahui pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan

menginterpretasi pada pelajaran IPA materi pencemaran air kelas V SD Kanisius Demangan Baru 1 Yogyakarta semester gasal tahun ajaran

2014/2015.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Siswa

Siswa mendapat pengalaman belajar yang menyenangkan melalui

penggunaan metode inkuiri. Selain itu, siswa juga mendapat latihan untuk

berpikir kritis dalam menemukan jawaban suatu pertanyaan melalui

kegiatan eksperimen.

1.4.2 Bagi Guru

Guru dapat lebih memahami langkah-langkah pembelajaran dengan metode

inkuiri. Guru juga mendapat pengalaman dalam menerapkan metode inkuiri

pada pelajaran IPA.

1.4.3 Bagi Sekolah

Sekolah dapat menambah referensi bacaan tentang metode pembelajaran

inkuiri pada pelajaran IPA yang pelaksanaan pembelajarannya berpedoman

pada kurikulum 2013.

1.4.4 Bagi Peneliti

Peneliti mendapat pengalaman baru dalam menyusun kegiatan pembelajaran

IPA dengan menggunakan metodeinkuiri dan berpedoman pada kurikulum

2013. Pengalaman ini kelak dapat menjadi bekal bagi peneliti untuk

menerapkan metode inkuiri dengan lebih baik.

1.5 Definisi Operasional

1.5.1 Metodeinkuiri adalah metode pembelajaran yang memfasilitasi siswa untuk

menemukan sendiri jawaban terhadap suatu permasalahan melalui tujuh

langkah, yaitu orientasi, merumuskan permasalahan, merumuskan hipotesis,

melakukan eksperimen, menarik kesimpulan, mempresentasikan hasil, dan

(25)

6 1.5.2 Metode inkuiri terbimbing adalah metode inkuiri yang dilaksanakan oleh

siswa dalam pembelajaran dengan bimbingan dari guru secara intensif.

1.5.3 Kemampuan memahami adalah kecakapan menangkap dan membangun

makna dari pesan-pesan yang diperoleh dari pembelajaran baik secara lisan,

tulis, maupun grafis yang memiliki enam aspek kemampuan, yaitu

menjelaskan, menginterpretasi, menerapkan, mengembangkan perspektif, membangun empati, dan memahami diri.

1.5.4 Kemampuan menjelaskan adalah kecakapan dalam menguraikan secara terang tentang terjadinya suatu peristiwa melalui pola sebab-akibat dengan

memberikan alasan yang sesuai kaidah-kaidah umum, sistematis, dan

disertai contoh atau gambaran.

1.5.5 Kemampuan menginterpretasi adalah kecakapan dalam menafsirkan suatu peristiwa melalui pemindahan pemahaman ke dalam bentuk gambar atau

model lain sehingga diperoleh pemahaman pribadi.

1.5.6 Ilmu Pengetahuan Alam adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari

gejala-gejala di lingkungan alam sekitar.

1.5.7 Pencemaran air adalah proses masuknya bahan atau zat lain ke dalam air

oleh kegiatan manusia sehingga membuat air menjadi kotor.

1.5.8 Siswa SD yaitu siswa kelas V di SD Kanisius Demangan Baru 1 Yogyakarta

(26)

7 BAB II

LANDASAN TEORI

Bab ini membahas kajian pustaka, kerangka berpikir, dan hipotesis

penelitian. Kajian pustaka terdiri dari tiga bagian, yaitu teori-teori yang

mendukung, penelitian yang relevan, dan literature map.

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Teori-teori yang Mendukung

2.1.1.1Perkembangan Kognitif

Setiap anak mengalami perkembangan dalam hal kognitif dan memiliki

perkembangan kognitif yang berbeda. Salah satu tokoh yang mengembangkan

teori perkembangan kognitif adalah Piaget. Teori perkembangan kognitif Piaget

adalah teori yang menjelaskan bagaimana anak beradaptasi dengan menginterpretasikan objek dan kejadian-kejadian yang terjadi di sekitarnya (Desmita, 2007: 46). Anak belajar untuk menyesuaikan diri dengan

lingkungannya dengan menginterpretasikan atau menafsirkan objek dan kejadian yang mereka alami maupun terjadi di sekitar mereka. Setelah mampu menafsirkan

objek atau kejadian-kejadian, mereka akan menghasilkan sesuatu, baik berupa

benda, sikap, perilaku, maupun keterampilan untuk bertahan hidup.

Perkembangan yang dialami anak dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu

maturasi, pengalaman, transmisi sosial, dan faktor ekuilibrasi (Salkind, 2009:

313). Salkind mengungkapkan bahwa perubahan biologis yang menyebabkan

perubahan-perubahan neurologis melalui pertumbuhan fisik sehingga faktor

keturunan disebut maturasi atau pematangan. Pengalaman diperoleh anak ketika ia

melakukan aktivitas-aktivitas yang di dalamnya terdapat interaksi dengan

lingkungan alam maupun sosial. Transmisi sosial terjadi ketika informasi, sikap,

dan kebiasaan ditransmisikan dari kelompok yang satu ke kelompok yang lain.

Ekuilibrasi merupakan faktor yang berperan untuk menyatukan ketiga faktor

tersebut yang mendorong terjadinya perkembangan pada anak.

Piaget (Crain, 2007: 171) mengemukakan empat tahap perkembangan

(27)

pra-8 operasional (2-7 tahun), (3) tahap operasional konkret (7-11 tahun), dan (4) tahap

operasional formal (11-dewasa). Siswa Sekolah Dasar dilihat dari usianya

termasuk pada tahap operasional konkret, sehingga akan dibahas secara lebih

mendalam tentang tahap operasional konkret. Operasional konkret adalah tahap

ketika anak mengembangkan kemampuan berpikir sistematis, namun hanya ketika

mereka dapat mengacu pada objek-objek dan aktivitas yang nyata.

Siswa yang berusia 7-11 tahun memungkinkan dirinya untuk membalik

operasi tetapi hanya pada tingkatan yang bersifat konkret (Salkind, 2009: 346).

Salkind menyebutkan bahwa siswa pada usia ini juga memiliki karakter sebagai

makhluk sosiosentris. Sosiosentris artinya mengenal lingkungan sosialnya dan

tahu perbedaan-perbedaaan yang ada dalam diri setiap orang melalui

pengalaman-pengalaman nyata. Salkind berpendapat bahwa strategi pendidikan yang sesuai

bagi anak-anak pada usia ini adalah belajar dengan menggunakan pengalaman

yang mengutamakan pada tindakan untuk membuat keputusan dan menguji

hipotesis.

Penelitian ini menggunakan teori perkembangan kognitif dari Piaget sebagai

dasar untuk menentukan metode pembelajaran yang sesuai dengan usia anak

Sekolah Dasar. Teori ini memberi pedoman bagi peneliti untuk menerapkan

metode pembelajaran yang menyediakan kegiatan-kegiatan nyata. Anak pada

tahap operasional konkret membutuhkan kegiatan-kegiatan yang langsung

melibatkan dirinya pada objek-objek nyata untuk memahami lingkungannya.

Anak juga mampu menyelesaikan masalah yang masih abstrak, namun tetap

membutuhkan kegiatan konkret atau nyata.

2.1.1.2Kemampuan Memahami

Bloom membagi proses kognitif menjadi enam tahap, yaitu mengingat,

memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta

(Anderson & Krathwohl, 2010: 99). Siswa dikatakan memahami apabila mereka

dapat membangun makna dari pesan-pesan pembelajaran baik secara lisan, tulis,

maupun grafis (Anderson & Krathwohl, 2010: 105). Tahap memahami mencakup

(28)

9 merangkum, menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan (Anderson &

Krathwohl, 2010: 99).

Kemampuan menjelaskan didefinisikan sebagai proses membuat model sebab-akibat dalam sebuah sistem, misalnya menjelaskan sebab terjadinya

peristiwa penting dalam sejarah Indonesia (Anderson & Krathwohl, 2010: 114).

Anderson dan Krathwohl (2010: 106) mengungkapkan bahwa menafsirkan berarti

mengubah satu bentuk gambaran (misalnya angka) menjadi bentuk lain (misalnya

kata-kata). Nama lain proses menafsirkan adalah mengklarifikasi,

memparafrasekan, merepresentasi, dan menerjemahkan.

Berbeda dengan Bloom, Wiggins dan McTighe (2005: 83-84) menyebutkan

enam aspek kemampuan memahami yaitu penjelasan, interpretasi, aplikasi,

perspektif, empati, dan pengetahuan diri. The Oxford English Dictionary dalam Wiggins dan McTighe (2005: 83) menyatakan bahwa kata kerja memahami

berarti menangkap makna atau impor ide. Ketika kita benar-benar memahami

maka kita dapat melakukan enam kemampuan (Wiggins & McTighe, 2005: 84).

Pertama, kita dapat menjelaskan melalui generalisasi atau prinsip-prinsip,

memberikan pengetahuan yang benar dan sistematis dari fenomena, fakta, dan

data; menghubungkan pengetahuan dan memberikan contoh atau ilustrasi. Kedua,

kita bisa menafsirkan cerita yang bermakna; menawarkan terjemahan tepat;

memberikan sejarah atau dimensi pribadi dengan mengungkapkan ide-ide dan

peristiwa; membuat objek pemahaman pribadi melalui gambar, anekdot, analogi,

dan model.

Aspek kemampuan memahami yang ketiga, yaitu dapat menerapkan secara

efektif dalam menggunakan dan mengadaptasi apa yang kita ketahui dalam

konteks yang beragam dan nyata (Wiggins & McTighe, 2005: 84). Keempat,

memiliki perspektif yaitu melihat dan mendengar berbagai sudut pandang melalui

mata dan telinga yang kritis untuk memperoleh gambaran besar. Kelima, bisa

berempati, yaitu menemukan harga dalam tindakan yang dilakukan orang lain;

dan memiliki rasa sensitif atas dasar pengalaman langsung sebelumnya. Keenam,

memiliki pengetahuan diri, yaitu kesadaran akan sesuatu yang tidak kita mengerti

(29)

10 Berdasarkan pendapat dua ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

kemampuan memahami adalah kecakapan dalam menangkap dan membangun

makna dari pesan-pesan pembelajaran baik secara lisan, tulis, maupun grafis yang

memiliki enam aspek kemampuan, yaitu menjelaskan, menginterpretasi, menerapkan, mengembangkan perspektif, membangun empati, dan memahami

diri. Dua pendapat ahli tersebut menyebutkan bahwa ada dua aspek pemahaman

yang sama, yaitu menjelaskan dan menginterpretasi atau menafsirkan. Penelitian ini dibatasi pada dua aspek memahami, yaitu kemampuan menjelaskan dan menginterpretasi atau menafsirkan. Berikut adalah pembahasan tentang dua kemampuan tersebut.

2.1.1.3Kemampuan Menjelaskan

Kata kemampuan didefinisikan sebagai ‘kesanggupan, kecakapan, kekuatan, kekayaan’ (KBBI, 2008: 869). Definisi menjelaskan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 574) adalah ‘menerangkan, menguraikan secara terang’. Ketika kita benar-benar memahami, maka kita dapat menjelaskan dengan menggunakan

kaidah-kaidah umum, memberikan alasan dan laporan yang sistematis akan suatu

peristiwa, fakta, dan data kemudian membuat pola hubungan serta memberikan

contoh (Wiggins & McTighe, 2005: 84).

Kemampuan menjelaskan terjadi ketika siswa dapat membuat dan menggunakan model sebab-akibat yang diturunkan dari teori atau hasil penelitian

dalam sebuah sistem (Anderson & Krathwohl, 2010: 114). Contoh tujuan

pendidikan kemampuan menjelaskan adalah menjelaskan cara kerja hukum-hukum fisika dasar dan tugas pehargaannya yaitu meminta siswa yang telah

belajar hukum Ohm untuk menjelaskan apa yang terjadi pada jumlah arus listrik

ketika ditambahkan sebuah baterai pada rangkaian listrik (Anderson & Krathwohl,

2010: 114). Berdasarkan pengertian kemampuan dan menjelaskan diperoleh pengertian dari kemampuan menjelaskan. Kemampuan menjelaskan adalah kecakapan dalam menguraikan secara terang tentang terjadinya suatu peristiwa

melalui pola sebab-akibat dengan memberikan alasan yang sesuai kaidah-kaidah

(30)

11 memamerkan, mengekspresikan, meminta, memberi instruksi, memberi alasan,

memberi contoh, memperkirakan, membuktikan, memperlihatkan, menyimpulkan,

dan mengajari (Wiggins & McTighe, 2005: 161-165).

2.1.1.4Kemampuan Menginterpretasi

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 543) mendefinisikan kata menginterpretasikan sebagai ‘menafsirkan’. Wiggins dan McTighe (2005: 84) mengungkapkan bahwa ketika kita benar-benar memahami, selain dapat

menjelaskan, kita juga dapat menginterpretasikan atau menafsirkan suatu cerita,

peristiwa, dan ide-ide. Menginterpretasi diwujudkan dengan cara memindahkan

pemahaman akan suatu cerita, peristiwa, dan ide-ide ke dalam bentuk gambar atau

model lain sehingga diperoleh pemahaman pribadi.

Menafsirkan terjadi ketika siswa dapat mengubah informasi dari satu bentuk

ke bentuk yang lain (Anderson & Krathwohl, 2010: 106). Menafsirkan berupa

pengubahan kata-kata menjadi kata-kata lain, kata-kata menjadi gambar, gambar

menjadi kata-kata, angka menjadi kata-kata, kata-kata menjadi angka, not balok

menjadi suara musik, dan sebagainya. Tujuan menafsirkan dalam pelajaran sains

adalah belajar menggambar berbagai fenomena alam di kertas dan pehargaannya

adalah meminta siswa menggambar diagram-diagram yang menjelaskan

fotosintesis (Anderson & Krathwohl, 2010: 106). Berdasarkan pengertian

kemampuan dan menginterpretasi, diperoleh pengertian dari kemampuan

menginterpretasi sebagai kecakapan dalam menafsirkan suatu peristiwa melalui pemindahan pemahaman ke dalam bentuk gambar atau model lain sehingga

diperoleh pemahaman pribadi. Kemampuan menginterpretasi terdiri dari kemampuan membuat analogi, mengkritik, mendokumentasi, mengevaluasi,

memberi ilustrasi, menentukan, memberi arti, membuat masuk akal, memberi

metafora, melihat benang merah, melambangkan, menceritakan, dan

(31)

12 2.1.1.5Metode Inkuiri

1. Pengertian Metode Inkuiri

Kata inkuiri berasal dari kata inquiry (bahasa Inggris) yang secara harafiah berarti ‘penyelidikan’. Definisi metode inkuiri menurut para ahli adalah sebagai

berikut. Piaget (dalam Mulyasa, 2006b: 108) menjelaskan bahwa metode inkuiri adalah suatu metode yang menyiapkan siswa dalam proses belajar untuk

melakukan percobaan atau eksperimen sendiri. Sanjaya (2006: 194)

mengungkapkan bahwa metode inkuiri adalah sebuah rangkaian kegiatan

pembelajaran dengan mengutamakan proses berpikir kritis tentang suatu masalah

dan menganalisisnya untuk mencari dan menemukan sendiri jawabannya.

Trianto (2009a: 114) menyatakan bahwa metode inkuiri merupakan kegiatan

inti dari proses pembelajaran berbasis kontekstual yang membantu siswa

memperoleh pengetahuan dan pemahaman dari hasil menemukan sendiri.

Pembelajaran kontekstual adalah konsep pembelajaran yang mengutamakan

keterkaitan antara materi belajar dengan keadaan sesungguhnya di dunia

kehidupan anak (Mulyasa, 2006b: 102). Berdasarkan pendapat tersebut bisa

disimpulkan bahwa metode inkuiri merupakan langkah-langkah pembelajaran

yang mengutamakan proses berpikir kritis tentang suatu masalah dan

menganalisisnya untuk mencari dan menemukan sendiri jawabannya melalui

percobaan atau eksperimen sendiri agar memperoleh pengetahuan dan

pemahaman.

2. Prinsip Metode Inkuiri

Penggunaaan metode inkuiri memiliki beberapa prinsip dalam

pelaksanaannya yaitu sebagai berikut (Sanjaya, 2006: 197-199). Prinsip yang

pertama ialah mengembangkan kemampuan intelektual, sehingga mengutamakan

hasil belajar dan proses belajar. Kedua, metode inkuiri memiliki prinsip interaksi

yang terjadi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan siswa dengan

lingkungan. Ketiga, pembelajaran dengan metode inkuiri dapat terlaksana jika

dimulai dengan adanya sebuah pertanyaan atau beberapa pertanyaan. Keempat,

metode inkuiri menekankan bahwa belajar adalah proses berpikir, bukan hanya

(32)

13 adalah keterbukaan selama proses belajar dengan mencoba berbagai

kemungkinan. Prinsip-prinsip tersebut dapat digunakan sebagai pedoman guru

dalam mengajar menggunakan metode inkuiri.

3. Macam-macam Metode Inkuiri

Sund dan Trowbridge (dalam Mulyasa, 2006b: 109) mengemukakan tiga

macam metode inkuiri, yaitu : (1) inkuiri terbimbing (guided inquiry), (2) inkuiri bebas (free inquiry), dan (3) inkuiri bebas yang dimodifikasi (modified free inquiry). Mulyasa mengungkapkan bahwa siswa dalam inkuiri terbimbing memperoleh pedoman sesuai dengan yang dibutuhkan dan biasanya berupa

pertannyaan-pertanyaan yang membimbing. Inkuiri bebas memberikan kebebasan

pada peserta didik untuk melakukan penelitian sendiri bagaikan seorang ilmuwan.

Adapun pada inkuiri bebas yang dimodifikasi, guru memberikan permasalahan

kemudian peserta didik diminta untuk memecahkan permasalahan tersebut

melalui pengamatan, eksplorasi, dan prosedur penelitian.

Metode inkuiri dikategorikan dalam inkuiri terbimbing, inkuiri yang

dimodifikasi, dan inkuiri bebas (Hartono, 2013: 72). Hartono mengungkapkan

bahwa inkuiri terbimbing adalah pembelajaran inkuiri yang menyediakan

bimbingan dan petunjuk kegiatan pada siswa yang dilakukan oleh guru. Inkuiri

yang dimodifikasi adalah pembelajaran inkuiri yang menjadikan tugas guru

menjadi pembimbing hanya ketika siswa membutuhkan (Hartono, 2013: 73).

Pembelajaran inkuiri bebas memberikan kebebasan dan kemandirian penuh pada

siswa serta campur tangan guru sangat minim.

4. Metode Inkuiri Terbimbing

Inkuiri terbimbing adalah langkah-langkah pembelajaran yang membantu

siswa untuk menemukan sendiri pemecahan suatu dengan pedoman berupa

pertanyaan-pertanyaan yang membimbing (Mulyasa, 2006b: 109).Hartono (2013:

72) mengungkapkan bahwa inkuiri terbimbing adalah pembelajaran inkuiri yang

menyediakan bimbingan dan petunjuk kegiatan pada siswa yang dilakukan oleh

guru. Inkuiri terbimbing adalah pembelajaran yang membutuhkan perencanaan

(33)

14 informasi secara bertahap untuk meningkatkan pemahaman akan suatu masalah

atau topik (Kuhlthau, dkk, 2007: 2). Pendapat ketiga ahli tersebut dapat

disimpulkan bahwa inkuiri terbimbing adalah pembelajaran inkuiri yang

memberikan petunjuk siswa secara bertahap melalui pertanyaan-pertanyaan yang

membimbing dalam proses menemukan sendiri jawaban atau pemecahan suatu

masalah.

5. Langkah-langkah Metode Inkuiri

Langkah-langkah inkuiri menurut pendapat tiga ahli adalah sebagai berikut.

Sanjaya (2006: 194) menyampaikan enam rangkaian kegiatan dalam inkuiri,

yaitu: penjelasan dan pengarahan oleh guru atau orientasi, merumuskan masalah,

mengajukan hipotesis atau jawaban sementara, mengumpulkan data, menguji

hipotesis, dan menarik kesimpulan. Trianto (2009a: 114) mengemukakan

langkah-langkah kegiatan inkuiri antara lain merumuskan masalah, melakukan observasi,

menganalisis, dan menyajikan hasil. Ada lima langkah pembelajaran inkuiri yang

dikemukakan oleh Komalasari (2010: 74), yaitu: merumuskan masalah,

melakukan observasi, menganalisis, menyajikan hasil, mengkomunikasikan hasil,

melakukan refleksi dari hasil kegiatannya, memajang hasil. Pendapat para ahli

memiliki kesamaan dalam langkah-langkah inkuiri dan pendapat tersebut saling

melengkapi. Berdasarkan pendapat para ahli, diperoleh tujuh langkah

pembelajaran inkuiri, yaitu: orientasi, merumuskan masalah, merumuskan

hipotesis, melakukan eksperimen, menarik kesimpulan, mempresentasikan hasil,

dan melakukan refleksi.

6. Manfaat Metode Inkuiri

Metode inkuiri memiliki lima manfaat bagi siswa (Kuhlthau dkk, 2007: 6).

Pertama, siswa dapat membangun keterampilan sosial, bahasa, dan membaca.

Kedua, inkuiri memberikan kesempatan pada siswa untuk merumuskan

pemahamannya sendiri. Ketiga, inkuiri memberi kesempatan siswa untuk bebas

dalam belajar dan mencoba. Keempat, inkuiri memberikan motivasi dan

keterlibatan siswa yang tinggi. Kelima, inkuiri mengajak siswa untuk belajar

(34)

15 Metode inkuiri juga bermanfaat bagi guru (Kuhlthau dkk, 2007: 7). Pertama,

guru dapat berbagi tanggung jawab dengan siswa. Kedua, guru dapat berbagi

keahlian dengan siswa. Ketiga, guru dapat mengajarkan sekaligus kemampuan

memahami materi dengan sumber informasi. Keempat, inkuiri memberikan

inspirasi dalam merencanakan kegiatan pembelajaran yang kreatif. Kelima, guru

memperoleh pengalaman meningkatkan kualitas pembelajaran dengan

penggunaan metode yang sesuai dengan kurikulum.

2.1.1.6Hakikat IPA

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan usaha manusia dalam memahami

alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan

prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapat suatu kesimpulan

(Susanto, 2013: 167). Siswa mengamati objek nyata yang ada di alam untuk

mendapatkan atau mengumpulkan informasi sebagai dasar membangun

pengetahuannya akan segala hal yang ada di alam semesta. Selain itu, siswa juga

melakukan langkah-langkah kegiatan dalam belajar IPA untuk mengolah

informasi tersebut. Setelah diolah dengan langkah-langkah tertentu, siswa mampu

menarik kesimpulan dan menjelaskan hasil simpulan yang ia peroleh.

Liem (2007: XV) mendefinisikan IPA sebagai proses sekaligus produk.

Karena itu pembelajaran IPA lebih tepat apabila menggunakan aktivitas-aktivitas

belajar yang banyak dari pada hanya studi terhadap fakta-fakta. Melalui

aktivitas-aktivitas yang dilakukan siswa berarti mereka melakukan proses belajar.

Kemudian selama siswa terlibat dalam berbagai aktivitas tersebut, mereka dapat

memperoleh sesuatu yang berguna atau bisa disebut sebagai sebuah produk.

Produk merupakan hasil dari proses suatu aktivitas yang melibatkan siswa.

Jacoboson dan Bergman (dalam Susanto, 2013: 170) mengemukakan lima

karakteristik IPA. Karakteristik IPA tersebut adalah (1) IPA merupakan kumpulan

konsep, prinsip, hukum, dan teori; (2) proses ilmiah dapat berupa fisik dan mental,

serta mencermati fenomena alam, termasuk penerapannya; (3) sikap keteguhan

hati, keingintahuan, dan ketekunan dalam menyingkap rahasia alam; (4) IPA tidak

dapat membuktikan semua akan tetapi hanya sebagian atau beberapa saja; dan (5)

(35)

16 Tujuan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dalam BNSP (2006: 171-172)

ialah (1) memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa, (2)

mengembangkan pemahaman konsep-konsep IPA yang dapat diterapkan dalam

kehidupan sehari-hari, (3) mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan

kesadaran bahwa ada hubungan saling memengaruhi antara IPA, lingkungan,

teknologi, dan masyarakat, (4) mengembangkan keterampilan proses untuk

menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan, (5)

meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan

melestarikan lingkungan alam, (6) meningkatkan kesadaran untuk menghargai

alam ciptaan Tuhan, dan (7) memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan

keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP. Susanto

(2013: 172) menyatakan bahwa metode inkuiri dianggap sebagai metode yang

paling tepat dalam pembelajaran IPA.

2.1.1.7Pencemaran Air

Penelitian ini menggunakan kompetensi inti IPA kelas V “4. Menyajikan

pengetahuan faktual dan konseptual dalam bahasa yang jelas dan logis dan

sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan anak

sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan

berakhlak mulia”. Kompetensi dasar yang digunakan yaitu “4.5 Menyajikan hasil

laporan tentang permasalahan akibat terganggunya keseimbangan alam akibat

ulah manusia, serta memprediksi apa yang akan terjadi jika permasalahan tersebut

[image:35.595.105.510.178.733.2]

tidak diatasi.” Materi dibatasi pada pencemaran air dan berikut bagan materi.

Gambar 2.1 Bagan Materi Pembelajaran Manfaat Air untuk Manusia

Pencemaran Air

Sungai yang Tercemar

Penyebab Bahan Ciri-ciri

Pencemar

(36)

17 1. Manfaat air untuk manusia

Manfaat air untuk manusia ada banyak, antara lain sebagai berikut

(Hariyanto, 2007: 46). Pertama, air dimanfaatkan untuk keperluan rumah tangga,

misalnya untuk minum, masak, mandi, cuci dan pekerjaan lainnya. Kedua, air

digunakan untuk keperluan umum, misalnya untuk kebersihan jalan dan pasar,

pengangkutan air limbah, hiasan kota, tempat rekreasi dan lain-lainnya. Ketiga, air

dimanfaatkan untuk keperluan industri, misalnya untuk pabrik dan bangunan

pembangkit tenaga listrik. Keempat, air digunakan untuk keperluan perdagangan,

misalnya untuk hotel, restoran, dan lainnya. Kelima, air dimanfaatkan untuk

keperluan pertanian dan peternakan.

2. Pengertian pencemaran air

Pencemaran adalah proses, cara, perbuatan mencemari, pengotoran (Tim

Penyusun Kamus, 2008: 203). Pencemaran adalah masukknya zat-zat berbahaya

ke dalam lingkungan (Yousnelly, 2010: 40). Pencemaran air adalah masuk atau

dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam air

oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu air limbah yang telah

ditetapkan. (UU RI No.32 Tahun 2009). Berdasarkan tiga pengertian tersebut,

pencemaran air adalah proses masuknya bahan atau zat lain ke dalam air oleh

kegiatan manusia sehingga membuat air menjadi kotor.

3. Penyebab pencemaran air

Manusia memanfaatkan sumur, sungai, danau, laut, ataupun tempat lain

yang menjadi sumber air bersih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kegiatan

manusia tersebut bisa membuat air menjadi tercemar. Berikut ini adalah contoh

kegiatan manusia yang menyebabkan pencemaran air.

Pertama, berkembangnya industri-industri (Yousnelly 2010: 38-40).

Berkembangnya industri menyebabkan meningkatnya produksi limbah. Tempat

industri yang berada di dekat aliran sungai cenderung membuang limbahnya ke

dalam sungai sehingga bisa membuat ekosistem air tercemar. Limbah yang

dihasilkan oleh pabrik bisa berupa logam berat, misalnya timbal, tembaga, dan

(37)

18 Kedua, pembuangan limbah rumah tangga (Kemendikbud, 2014: 102). Limbah

rumah tangga menghasilkan beberapa zat organik dan anorganik yang dibuang

dan dialirkan melalui selokan-selokan dan akhirnya masuk ke sungai. Zat organik

misalnya sisa makanan, sedangkan zat anorganik misalnya plastik.

Penyebab pencemaran air yang ketiga yaitu pembuangan limbah obat

hama/pupuk kimia pertanian atau penggunaan obat hama/pupuk kimia yang

berlebihan (Yousnelly, 2010: 38-40). Kegiatan pertanian biasanya menghasilkan

limbah yang mengandung zat pencemar seperti pupuk kimia dan obat hama.

Penggunaan pupuk di daerah pertanian akan mencemari air yang keluar dari

pertanian. Air yang mengandung pupuk ini merupakan bahan makanan bagi

ganggang dan tumbuhan air seperti enceng gondok sehingga ganggang dan

tumbuhan air tersebut mengalami pertumbuhan dengan cepat. Tumbuhan air dapat

menutupi permukaan air dan berpengaruh buruk pada ikan-ikan serta komponen

ekosistem biotik lainnya. Pemanfaatan obat hama juga dapat mengganggu

ekosistem air karena mengandung racun dan akan mematikan hewan-hewan air,

burung dan bahkan manusia. Berdasarkan beberapa penyebab tersebut dapat

diketahui bahan-bahan yang dapat mencemari air antara lain daun-daunan, kertas,

kaleng, plastik, sisa-sisa makanan, cairan minyak, sabun (detergen, sabun cuci,

sabun mandi, dan sampo), logam berat, bahan pemberantas hama, dan zat warna

kimia.

4. Ciri-ciri air yang tercemar

Air yang tercemar dapat diketahui dengan beberapa ciri berikut (Wardhana,

2004: 73-77). Pertama, adanya perubahan suhu air. Air limbah yang panas di

buang ke sungai sehingga air sungai menjadi panas. Air sungai yang suhunya naik

akan mengganggu kehidupan hewan dan organisme air lainnya. Kedua, adanya

perubahan warna air. Bahan buangan dan air limbah akan larut dalam air dan

menyebabkan perubahan warna. Air dalam keadaan normal dan bersih tidak akan

berwarna, sehingga tampak bening dan bersih. Tingkat pencemaran air tidak

mutlak tergantung pada warna air, karena limbah yang memberikan warna belum

(38)

19 Ciri air tercemar yang ketiga adalah adanya perubahan bau air. Bau yang

keluar dari air bisa langsung dari limbah pabrik yang dibuang, tetapi bisa juga dari

limbah organik yang diubah oleh mikroba menjadi bahan yang berbau. Keempat,

adanya perubahan rasa air. Apabila air mempunyai rasa, maka telah terjadi

pelarutan sejenis garam-garaman atau logam yang dapat mengganggu

kelangsungan hidup organisme air. Kelima, timbulnya endapan dalam air.

Endapan berasal dari bahan buangan industri yang berbentuk padat. Bahan padat

ini akan melayang di air sehingga dapat menghalangi sinar matahari yang masuk

ke air. Sinar matahari diperlukan untuk fotosintesis mikroorganisme air. Jika tidak

ada sinar matahari, tidak bisa terjadi fotosintesis dan kelangsungan

mikroorganisme air akan terganggu. Bahan padat yang melayang lama-lama akan

mengendap di dasar air. Sumantoro (2009: 72) mengungkapkan bahwa air yang

tercemar mengandung kuman penyakit yang berupa bakteri dan lalat karena

adanya sampah dan limbah kimia yang berbahaya.

5. Akibat pencemaran air sungai

Pencemaran air sungai dapat memberikan akibat yang buruk bagi

lingkungan dan makhluk hidup di sekitarnya (Mikrodo, 2010: 74). Beberapa

akibat yang dapat ditimbulkan yaitu air yang kotor dapat menjadi media

munculnya penyakit yang membahayakan manusia, air sungai yang tercemar bisa

mengurangi keindahan lingkungan sekitar, dan makhluk hidup air akan mati.

Selain itu adanya sampah yang menumpuk dapat menghambat aliran air

(Yousnelly, 2010: 38). Hariyanto (2007: 48) mengungkapkan bahwa pencemaran

air sungai juga akan menimbulkan bau busuk sehingga terjadi pencemaran udara

dan makhluk hidup kekurangan air bersih.

6. Cara Mencegah dan Mengatasi Pencemaran Sungai

Berikut ini beberapa cara untuk mencegah terjadinya pencemaran sungai

(Gallery, 2009: 37). Cara tersebut antara lain membuang sampah pada tempat

yang benar dan telah disediakan, mengurangi pembuangan bahan kimia yang

berlebihan, mengolah limbah rumah tangga dengan baik, menggalakkan industri

(39)

20 sebelum dibuang. Gallery (2009: 38) juga mengungkapkan cara-cara untuk

mengatasi pencemaran air sungai. Cara-cara untuk mengatasi pencemaran sungai

yaitu membersihkan sampah di sungai, mengusulkan untuk gotong royong

membersihkan sungai, mengusulkan diadakan daur ulang sampah, mengusulkan

diadakan penyuluhan tentang pencemaran sungai, membuat tulisan

larangan/peringatan di sungai misalnya “jangan membuang sampah di sungai!”,

mengusulkan untuk membuat sanitasi yang benar dan bersih agar sumber-sumber

air bersih lainnya tidak tercemar.

2.1.1.8Metode Inkuiri dalam Kurikulum 2013

Kegiatan pembelajaran dalam kurikulum 2013 menggunakan pendekatan

saintifik dab tematik. Untuk memperkuat pelaksanaan pendekatan saintifik dan

tematik, perlu diterapkan penggunaan metode pembelajaran berbasis penelitian

yaitu metode inkuiri (Kementrian Pendidikan & Kebudayaan, 2013: 14).

Langkah-langkah kegiatan pembelajarannya yaitu mengamati, menanya,

mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta.

Kegiatan mengamati meliputi kegiatan membaca, mendengar, menyimak,

dan melihat (Kementrian Pendidikan & Kebudayaan, 2013: 19). Kegiatan

menanya meliputi kegiatan mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak

dipahami atau pertanyaan untuk mendapat informasi tambahan dari apa yang

diamati. Kegiatan mencoba merupakan kegiatan mengumpulkan informasi

melalui eksperimen, membaca sumber lain, mengamati objek, dan wawancara.

Kegiatan menalar merupakan kegiatan mengolah informasi yang sudah diperoleh

untuk mendapat pemahaman. Kegiatan menyaji yaitu menyampaikan hasil

pengamatan dan kesimpulan secara lisan, tertulis, atau dengan media. Pada

kegiatan mencipta, siswa merancang produk menggunakan langkah-langkah

model pembelajaran berbasis proyek (Kementrian Pendidikan & Kebudayaan,

2013: 21). Pembelajaran saintifik meliputi enam langkah kegiatan yaitu

mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta dengan

(40)

21 2.1.2 Hasil Penelitian yang Relevan

2.1.2.1Penelitian tentang Metode Inkuiri

Ambarsari, Santosa, dan Maridi (2013) melakukan penelitian yang

bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan pendekatan inkuiri terbimbing

terhadap keterampilan proses sains dasar siswa kelas VIII SMP 7 Surakarta atas

dasar kompetensi menjelaskan sistem peredaran darah manusia dan hubungannya dengan kesehatan. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimental.

Penelitian ini menggunakan semua siswa kelas VII semester gasal di SMPN 7

Surakarta tahun ajaran 2011/2012. Sampel diambil dengan teknik Cluster Random

Sampling sejumlah dua kelas, yaitu kelas kontrol dan eksperimen kelas. Kelas

eksperimen berjumlah 30 siswa dan kelas kontrol berjumlah 30 siswa. Untuk

memenuhi persyaratan dari sampel dilakukan uji kemampuan awal antara

kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dengan uji t. Data penelitian berupa keterampilan proses sains dasar siswa yang meliputi observasi, klasifikasi,

pengukuran, prediksi, kesimpulan, dan komunikasi. Data penelitian keterampilan

proses sains dasar hasil yang diperoleh dari lembar observasi. Analisis data dalam

penelitian ini menggunakan uji t dua sampel pada Mini tab 16. Setelah ujian merupakan prasyarat Anderson-Darling uji normalitas dan uji homogenitas

Levene. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran dipandu

penyelidikan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keterampilan proses

sains dasar siswa kelas VIII SMP 7 Surakarta.

Penelitian yang dilakukan oleh Faezaty, Rosilawaty, dan Efkar (2013)

bertujuan untuk mengetahui efektivitas inkuiri terbimbing dalam meningkatkan

keterampilan menginterpretasi suatu pernyataan dan memberikan alasan pada materi laju reaksi. Penelitian ini menggunakan metode pre-eksperimen dengan

One Group Pretest Posttest Design. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI

IPA2 SMAN 2 Gadingrejo yang berjumlah 34 orang. Data penelitian ini adalah

data keterampilan menginterpretasi suatu pernyataan dan memberikan alasan. Sedangkan analisis data menggunakan gain. Hasil penelitian menujukkan

N-gain keterampilan menginterpretasi suatu pernyataan 0,7 (sedang) dan yang mencapai KKM sebesar 79%. N-gain untuk memberikan alasan adalah 0,5

(41)

22 tersebut, bahwa pembelajaran dengan inkuiri terbimbing efektif meningkatkan

keterampilan menginterpretasi suatu pernyataan dan memberikan alasan siswa kelas XI IPA2 pada materi laju reaksi.

Wahyudin, Sutikno, dan Isa (2010) memanfaatkan software Macromedia Flash 8 Professional sebagai media pembelajaran dengan pendekatan inkuiri terbimbing untuk meningkatkan minat dan pemahaman siswa. Adapun tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui minat dan pemahaman siswa. Metode yang

digunakan adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus.

Masing-masing siklus meliputi tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan,

dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas X-1 di SMA Negeri 14

Semarang dengan jumlah 40 orang. Data hasil belajar kognitif diperoleh melalui

tes, sedangkan minat belajar siswa diperoleh melalui lembar kuesioner.

Peningkatan rata-rata hasil belajar pada siklus II cukup signifikan karena secara

individu siswa yang mencapai ketuntasan belajar meningkat dari 13 siswa menjadi

38 siswa. Pemahaman siswa meningkat dari 60% siswa yang dinyatakan tidak

paham pada siklus I menjadi 5% siswa yang dinyatakan tidak paham untuk siklus

II. Hasil analisis tanggapan siswa terhadap pengajaran diperoleh rata-rata

tanggapan siswa sebelum tindakan sebesar 72,90%. Setelah tindakan, harga rata-

rata tanggapan siswa meningkat menjadi 76,81%.

2.1.2.2Penelitian tentang Kemampuan Menjelaskan dan Menginterpretasi

Noviyanti, Rosilawaty, dan Efkar (2013) melakukan penelitian dengan

tujuan untuk mendeskripsikan kemampuan memberikan alasan dan

menginterpretasi pernyataan pada materi asam-basa melalui penerapan LC3E

dalam setiap kelompok. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA4 di

SMAN 12 Bandar Lampung tahun ajaran 2012/2013. Penelitian ini adalah

penelitian deskriptif, menggunakan metode pre-eksperimental dengan One-shot case study design. Analisis data menggunakan analisis deskriptif. Berdasarkan hasil analisis data disimpulkan bahwa kemampuan memberikan alasan dalam

kelompok tingkat tinggi: hampir semua sangat baik dan yang lain baik. Pada

kelompok tingkat menengah, hampir semua yang baik dan yang lain sangat baik.

(42)

23 Kemampuan menafsirkan pernyataan dalam kelompok tingkat tinggi: setengah

sangat baik, hampir setengah baik, dan yang lain-lain yang cukup baik. Pada

kelompok tingkat menengah, hanya sebagian kecil yang sangat baik, hampir

setengah yang baik dan yang lain yang cukup baik. Pada kelompok tingkat

rendah, hampir yang baik dan yang lain yang cukup baik.

Wulandari, Harlita, dan Muzzayinah (2011) melakukan penelitian dengan

metode kuasi-eksperimental. Subjek penelitian adalah siswa kelas X di SMA Al

Islam 1 Surakarta tahun ajaran 2011/ 2012. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui jenis jamur di taro tape dan mengetahui pengaruh dari pemanfaatan

hasil penelitian identifikasi sebagai sumber pembelajaran berbasis modul terhadap

keterampilan menafsirkan data. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah sumber

pembelajaran berbasis modul sedangkan variabel terikat adalah keterampilan

menafsirkan data. Pengujian hipotesis untuk pelaksanaan hasil penelitian terhadap

proses pembelajaran biologi menggunakan t-test. Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa (1) ada dua genus jenis jamur di taro tape, yaitu genus

Saccharomyces genus Aspergillus dan yang diidentifikasi sesuai dengan

karakteristik morfologi, (2) pemanfaatan hasil penelitian iden

Gambar

Gambar 2.1 Bagan Materi Pembelajaran
Gambar 2.2 Bagan Penelitian-penelitian yang Relevan
Gambar 3.1 Desain Penelitian
Tabel 3.1 Jadwal Pengambilan Data
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa mahasiswa dengan gaya hidup sedentary di PSIK UMY rata-rata memiliki nilai HRV sangat tinggi yang berarti sistem saraf otonom

dijangkau, calon mahasiswa akan mendapatkan informasi wilayah FT lebih cepat daripada harus datang ke kampus FT. Berbagai informasi wilayah FT bisa berisi mengenai

Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa diperlukan basis data yang digunakan untuk menyimpan data barang masuk, barang keluar, dan data permintaan barang yang akan

K[ltrrAlAN UJr

Pelayanan sirkulasi adalah suatu layanan di perpustakaan yang dapat dimanfaatkan oleh para pengguna untuk melakukan proses peminjaman dan pengembalian bahan pustaka dalam waktu

Untuk mencapai maksud tersebut akan dikaji secara mendasar (tinjauan instruksional khusus: TIK) tiga pokok bahasan (PB) yang menyangkut : pertama manajemen Iingkungan

Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Guna Menyelesaikan Studi pada Program Diploma III. Fakultas Ekonomi Universitas

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanpa memperhatikan tingkat kecocokan CRM, iklan yang menggunakan CRM lebih berpengaruh dibandingkan dengan iklan yang tidak