(Studi Deskriptif Pada Siswa-siswi Kelas V SD Virgo Maria 2 Bawen Tahun Ajaran 2015/2016 dan Implikasinya Terhadap Topik-topik Bimbingan Pribadi-Sosial)
Ariska Pinem Universitas Sanata Dharma
2015
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui seberapa baik tingkat pemahaman perkembangan seksualitas pada siswa-siswi kelas V SD Virgo Maria 2 Bawen Tahun Ajaran 2015/2016 dan mengidentifikasi butir-butir item pemahaman perkembangan seksualitas yang rendah untuk diusulkan sebagai topik-topik bimbingan pribadi-sosial.
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif. Subjek penelitian adalah siswa-siswi kelas V SD Virgo Maria 2 Bawen Tahun ajaran 2015/2016 yang berjumlah 56 siswa. Instrumen pengumpulan data menggunakan angket pernyataan pemahaman perkembangan seksualitas yang terdiri dari 44 item pernyataan yang dikembangkan berdasarkan penyusunan skala Guttman. Nilai koefisien reliabilitas setelah
analisis data diperoleh sebesar 0,806. Teknik analisis data yang digunakan adalah berdasarkan kategorisasi yang terdiri dari tiga kategori yaitu baik, cukup baik, tidak baik (rendah).
(descriptive study on fifth grade students of Virgo Maria 2 Elementary School Bawen School Year 2015/2016 and the implementation on personal-social guidance topics)
Ariska Pinem Sanata Dharma University
2015
This research aims to know how good the comprehension level of sexuality development on fifth grade students of Virgo Maria 2 Bawen Elementary School school year 2015/2016 and identify comprehension of sexuality development which is low in order to be suggested as personal-social guidance topics.
This research uses quantitative descriptive research. The subject is 56 students on fifth grade of Virgo Maria 2 Bawen Elementary School school year 2015/2016. The instrument on collecting data uses questionnaire on comprehension of sexuality development which consists of 44 statement items. Those statements are developed based on Guttman scale arrangement. The result of reliability coefficient after analyzing the data is 0,806. Analyzing data method is based on three categories which are good (baik), fair (cukup baik), poor (tidak baik).
TINGKAT PEMAHAMAN PERKEMBANGAN SEKSUALITAS (Studi Deskriptif Pada Siswa-siswi Kelas V SD Virgo Maria 2 Bawen Tahun
Ajaran 2015/2016 dan Implikasinya Terhadap Topik-topik Bimbingan Pribadi-Sosial)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun oleh: Ariska Pinem 111114055
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
TINGKAT PEMAHAMAN PERKEMBANGAN SEKSUALITAS (Studi Deskriptif Pada Siswa-siswi Kelas V SD Virgo Maria 2 Bawen Tahun
Ajaran 2015/2016 dan Implikasinya Terhadap Topik-topik Bimbingan Pribadi-Sosial)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun oleh: Ariska Pinem 111114055
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah,
dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah.
Yohanes 14:1-2
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
Tuhan Yesus Kristus
Kedua orang tua saya, Bapak Ramban Pinem dan Mamak Nurmina Tarigan Saudara-saudara saya
Program Studi Bimbingan dan Konseling USD Sahabat-sahabat saya
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya nyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 24 Juli 2015
vi
LEMBAR PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Ariska Pinem
NIM : 111114055
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
TINGKAT PEMAHAMAN PERKEMBANGAN SEKSUALITAS
(Studi Deskriptif Pada Siswa-siswi Kelas V SD Virgo Maria 2 Bawen Tahun Ajaran 2015/2016 dan Implikasinya Terhadap Topik-topik Bimbingan Pribadi-Sosial)
Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengolahnya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikan di internet maupun media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 7 Agustus 2015 Yang menyatakan
vii ABSTRAK
TINGKAT PEMAHAMAN PERKEMBANGAN SEKSUALITAS (Studi Deskriptif Pada Siswa-siswi Kelas V SD Virgo Maria 2 Bawen Tahun
Ajaran 2015/2016 dan Implikasinya Terhadap Topik-topik Bimbingan Pribadi-Sosial)
Ariska Pinem Universitas Sanata Dharma
2015
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui seberapa baik tingkat pemahaman perkembangan seksualitas pada siswa-siswi kelas V SD Virgo Maria 2 Bawen Tahun Ajaran 2015/2016 dan mengidentifikasi butir-butir item pemahaman perkembangan seksualitas yang rendah untuk diusulkan sebagai topik-topik bimbingan pribadi-sosial.
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif. Subjek penelitian adalah siswa-siswi kelas V SD Virgo Maria 2 Bawen Tahun ajaran 2015/2016 yang berjumlah 56 siswa. Instrumen pengumpulan data menggunakan angket pernyataan pemahaman perkembangan seksualitas yang terdiri dari 44 item pernyataan yang dikembangkan berdasarkan penyusunan skala Guttman. Nilai koefisien reliabilitas setelah analisis data diperoleh sebesar 0,806. Teknik analisis data yang digunakan adalah berdasarkan kategorisasi yang terdiri dari tiga kategori yaitu baik, cukup baik, tidak baik (rendah).
Hasil penelitian yang diperoleh adalah, (1) Tingkat pemahaman perkembangan seksualitas siswa-siswi kelas V SD Virgo Maria 2 Bawen Tahun Ajaran 2015/2016 yang termasuk kategori baik berjumlah 47 subjek (75,68%), yang termasuk kategori cukup baik berjumlah 9 subjek (24,32%), dan yang termasuk kategori tidak baik (rendah) berjumlah tidak ada subjek (0%). (2) Berdasarkan analisis butir-butir item pemahaman perkembangan seksualitas pada siswa-siswi kelas V SD Virgo Maria 2 Bawen Tahun Ajaran 2015/2016, terdapat 1 butir item pada item nomor 18 yang teridentifikasi tidak baik (rendah), sehingga dapat diusulkan sebagai topik bimbingan pribadi-sosial dengan judul topik
viii ABSTRACT
COMPREHENSION LEVEL OF SEXUALITY DEVELOPMENT (descriptive study on fifth grade students of Virgo Maria 2 Elementary School Bawen School Year 2015/2016 and the implementation on
personal-social guidance topics) Ariska Pinem Sanata Dharma University
2015
This research aims to know how good the comprehension level of sexuality development on fifth grade students of Virgo Maria 2 Bawen Elementary School school year 2015/2016 and identify comprehension of sexuality development which is low in order to be suggested as personal-social guidance topics.
This research uses quantitative descriptive research. The subject is 56 students on fifth grade of Virgo Maria 2 Bawen Elementary School school year 2015/2016. The instrument on collecting data uses questionnaire on comprehension of sexuality development which consists of 44 statement items. Those statements are developed based on Guttman scale arrangement. The result of reliability coefficient after analyzing the data is 0,806. Analyzing data method is based on three categories which are good (baik), fair (cukup baik), poor (tidak baik).
The research results are (1) comprehension level of sexuality development on fifth grade students of Virgo Maria 2 Bawen school year 2015/206 which categorized as good (baik) are 47 subjects (75, 68%), 9 subjects (24,32%) are categorized as fair (cukup baik), and none of them (0%) is categorized as poor (tidak baik). (2) Based on the analysis of sexuality development comprehension items on fifth grade students in Virgo Maria 2 Bawen school year 2015/2016, there is one item which is in the 18th item. It means that it is identified as poor (tidak baik), so that it can be suggested as a personal-social guidance topic entitled
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas pertolonganNya, hikmatNya, serta penyertaanNya dalam persiapan pelaksanaan serta penyelesaian skripsi ini.
Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan dari Program Studi Bimbingan dan Konseling, Jurusan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Penulis menyadari bahwa selesainya penulisan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan dan dukungan banyak pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih yang tulus kepada:
1. Dr. Gendon Barus, M.Si. sebagai Kepala Program Studi Bimbingan dan
Konseling Universitas Sanata Dharma.
2. Ag. Krisna Indah Marheni, S.Pd., M.A sebagai dosen pembimbing yang
begitu sabar dan tulus dalam memberikan waktu, motivasi, masukan,
arahan serta ide-ide maupun gagasan kepada penulis dalam proses
penulisan skripsi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
3. Bapak dan Ibu dosen di Program Studi Bimbingan dan Konseling, yang
telah membekali penulis dengan berbagai ilmu pengetahuan yang berguna
bagi penulis.
4. Sr. Floren selaku kepala sekolah SD Virgo Maria 2 Bawen yang telah
mengizinkan peneliti untuk melakukan penelitian.
5. Ibu Wati selaku wali kelas V SD Virgo Maria Bawen yang telah begitu
ramah untuk peneliti melakukan penelitian.
6. Kedua orang tua dan saudara (Salsalina Pinem, Srikarina Pinem, Devariani
Pinem, Edhi Putra Pinem, atas dukungan baik materi maupun cinta kasih
yang diberikan).
7. Sahabat dan teman-teman BK 2011 (Nurul, Ating, Reta, Linggar, Resa,
Nita, Tari, Fika, Desta, Metta, Cicil, Sulis, Frida, Sr. Laura, Sr. Kiki, Sr.
Vero, Lilis, Adven, Aji, Andri, Ridam, Bayu, Rino, Yosua, Piter, Irma,
Noel atas motivasi yang diberikan kepada penulis dalam proses penulisan
x
8. Mas Moko sebagai karyawan di prodi BK yang membantu untuk
mengurus segala keperluan surat-surat selama proses pembuatan skripsi.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dan memberikan dukungan dalam proses penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh
sebab itu masukan, saran, dan kritik terhadap karya ini sangat diperlukan.
Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Yogyakarta, 24 Juli 2015
xi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBAR PERYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 6
C. Pembatasan Masalah ... 6
D. Rumusan Masalah ... 7
E. Tujuan Penelitian ... 7
F. Manfaat Penelitian ... 7
G. Definisi Oprasional Variabel ... 9
BAB II KAJIAN TEORI ... 10
A. Hakikat Pemahaman Perkembangan Seksualitas ... 10
1. Pengertian Seksualitas ... 10
2. Pemahaman Perkembangan Seksualitas ... 12
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemahaman Perkembangan Seksualitas ... 14
xii
5. Karakteristik Perkembangan Fisik Anak SD (Sekolah Dasar) ... 17
B. Hakikat Perkembangan Siswa SD (Sekolah Dasar) ... 21
1. Tugas Perkembangan SD (Sekolah Dasar) ... 21
2. Layanan Bimbingan Pribadi-Sosial... 22
BAB III METODE PENELITIAN... 25
A. Jenis Penelitian ... 25
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 25
C. Subjek Penelitian ... 25
D. Variabel Penelitian ... 26
E. Teknik Pengumpulan Data ... 26
F. Instrumen Pengumpulan Data ... 26
G. Validitas dan Reliabilitas ... 30
1. Validitas ... 30
2. Reliabilitas ... 31
H. Metode Analisis Data ... 32
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 33
A. Hasil Penelitian ... 33
B. Pembahasan ... 37
C. Usulan Topik-topik Bimbingan Berdasarkan Item-item Angket yang Teridentifikasi Rendah ... 40
BAB V PENUTUP ... 42
A. Kesimpulan ... 42
B. Saran ... 42
DAFTAR PUSTAKA ... 44
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jumlah Siswa-siswi Kelas V SD Virgo Maria 2 Bawen ... 26
Tabel 2. Norma Skoring Inventori Pemahaman Perkembangan Seksualitas ... 27
Tabel 3. Blue-Print Skala Pemahaman Perkembangan Seksualitas ... 29
Tabel 4. Kisi-kisi Angket Pemahaman Perkembangan Seksualitas ... 29
Tabel 5. Pembagian Item Skala Pemahaman Perkembangan Seksualitas Anak Sebelum Analisis Item ... 30
Tabel 6. Pembagian Item Skala Pemahaman Perkembangan Seksualitas Anak Setelah Analisis Item ... 31
Tabel 7. Kategorisasi Data Penelitian Tingkat Pemahaman Perkembangan Seksualitas Anak ... 33
Tabel 8. Frekuensi Kategori Subjek Tingkat Pemahaman Perkembangan Seksualitas Anak ... 34
Tabel 9. Frekuensi Kategori Item Tingkat Pemahaman Perkembangan Seksualitas Anak ... 35
Tabel 10. Item Pernyataan Pemahaman Perkembangan Seksualitas yang Tergolong Rendah ... 36
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Bagan Frekuensi Subjek Kategori Tingkat Pemahaman Perkembangan
Seksualitas Anak ... 34
Gambar 2. Bagan Frekuensi Item Kategori Tingkat Pemahaman Perkembangan
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kisi-kisi Angket Pemahaman Perkembangan Seksualitas ...47
Lampiran 2. Angket Pemahaman Perkembangan Seksualitas ...51
Lampiran 3. Hasil Penelitian ...56
Lampiran 4. Uji Validitas ...66
1 BAB I PENDAHULUAN
Bab ini mepaparkan latar belakang masalah, identifikasi masalah,
pembatasan masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, dan definisi operasional variable penelitian.
A. Latar Belakang Masalah
Kasus pelecehan seksual di kalangan anak-anak SD (Sekolah
Dasar) di Indonesia banyak terungkap. Pelecehan seksual terhadap
anak di bawah umur lebih sering kita dengar dan baca dari berbagai
sumber baik melalui media elektronik (televisi, radio, internet) maupun
dari media tulis (majalah dan koran). Oleh sebab itu, orang tua dan
guru lebih membekali anak dengan bimbingan yang sesuai dengan
tahap perkembangan anak. Anak membutuhkan informasi yang jelas
untuk bisa memahami perkembangan seksualitasnya dengan baik.
Anak yang berada pada tahap usia anak-anak akhir penting untuk
mengenali perubahan-perubahan yang muncul ketika akan mengalami
perkembangan tersebut.
Komisi Nasional Perlindungan Anak (2014) mencatat sebanyak
342 kasus kekerasan pada anak terjadi di Jakarta selama Januari-April
2014. Sebanyak 52 persen atau sekitar 175 kasus merupakan kejahatan
seksual, sedangkan sepanjang tahun 2013 tercatat ada 666 kasus
kekerasan anak terjadi di Jakarta, dengan 68 persen merupakan
yang terjadi pada tahun 2009, 13 kasus di tahun 2010 lalu tahun ini
hingga Agustus 2011 saja sudah ada 11 kasus.
Lampost (2012) menyatakan Komisi Nasional Perlindungan Anak
mencatat kasus kekerasan terhadap anak terus saja meningkat. Bahkan,
pada 2012-2013 Komnas PA mencatat ada 3.023 kasus pelanggaran
hak anak di Indonesia dan 58% atau 1.620 anak menjadi korban
kejahatan seksual di lingkungan sekolah.
Terungkapnya kasus di atas menambah informasi bagi peneliti
bahwa ternyata cukup banyak anak yang kurang mendapatkan
informasi tentang perkembangan seksualitas di usia mereka, sehingga
anak belum paham bagaimana untuk menjaga diri, dan belum bisa
bersikap ketika mereka sedang berelasi dengan teman sebaya maupun
lawan jenisnya. Banyak orang tidak setuju dengan pemberian
pendidikan seks, terutama di sekolah. Mereka khawatir bahwa justru
setelah anak mengetahui seluk-beluk seks, anak akan mencoba-coba
mempraktikkannya. Ada pula yang tidak setuhu dengan pemberian
pendidikan seks karena seks identik dengan kebejatan dan segala
sesuatu yang menjijikkan (walaupun mungkin dalam hati kecilnya
terbersit perasaan bahwa seks itu menggairahkan). Ada juga yang
menduga bahwa pendidikan seks hanya berhubungan dengan
pemanfaatan alat-alat reproduksi (Wuryani, 2008).
Ian (2011) menjelaskan pendidikan seks adalah salah satu bentuk
kesehatan dan fungsi seks yang normal. Pemahaman yang berbeda
terhadap arti pendidikan seks membuat orang salah mengartikan kata
pendidikan seks sebagai sesuatu yang jorok dan hanya mengajarkan
hubungan kelamin antara laki-laki dan perempuan. Pemahaman
tentang seksualitas merupakan bagian dari pendidikan secara
keseluruhan, sehingga pengertian pendidikan seks erat hubungannya
dengan pendidikan pada umumnya.
Pemahaman tentang perkembangan seks di usia dini oleh orang tua
dan guru dapat menambah pemahaman anak mengenai perkembangan
seksualitas. Seks merupakan sesuatu hal sebenarnya layak dikenal oleh
anak sebagai suatu pengetahuan yang berkaitan dengan perkembangan
seksualitas anak tersebut. Walaupun tetap harus ada pengawasan dari
orang tua dan guru. Pendidikan seks pada anak usia dini dapat
diberikan sejak mulainya tahap perkembangan anak dari usia 5-12
tahun karena pada usia ini anak terkadang lebih kritis untuk memahami
serta menanggapi sesuatu hal termasuk perubahan ketika terjadi
perkembangan seksualitas.
Orangtua dan guru yang memberikan informasi tentang seksualitas
dapat menambah pemahaman dan wawasan anak mengenai
perkembangan seksualitasnya. Selain itu, informasi seksualitas sejak
dini dapat menjadi pegangan untuk anak dalam menjaga diri, sehingga
anak bisa memahami batasan hubungannya dengan lawan jenis dan
Berdasarkan pengamatan peneliti ketika melakukan PPL (Program
Pengenalan Lapangan) di SD, terbatasnya informasi yang didapatkan
anak dari orang tua dan guru mengenai seksualitas tersebut menjadi
tembok besar yang menghalangi anak untuk bisa lebih mengenal dan
memahami tentang seksualitas. Orang tua, guru, serta masyarakat
sekitar cenderung masih menganggap tabu dan belum layak
memberikan informasi tentang seksualitas pada anak. Akibatnya
beberapa anak di sekolah tersebut ketika diberikan pertanyaan
mengenai perkembangan seksualitasnya anak tidak bisa menjawab,
anak menjadi malu, dan bahkan menjadi bahan lelucon di kelas.
Observasi juga dilakukan di SD Virgo Maria 2 Bawen yang
menjadi target penelitian. Peneliti juga menemukan informasi yang
hampir mirip dengan sekolah dasar sebelumnya. Informasi yang
diberikan oleh guru sekaligus wali kelas yang menjadi subjek
penelitian menjelaskan bahwa sudah beberapa anak didiknya
berperilaku. Seperti adanya ketertarikan pada lawan jenis, pertanyaan
tentang perubahan fisik (payudara, jakun, tumbuh rambut di bagian
tertentu), dan beberapa anak pernah membuka baju mereka
sembarangan walaupun ada lawan jenis dalam satu ruangan kelas.
Ketika guru dan orang tua dihadapkan pada pertanyaan yang
menyangkut tentang perkembangan seksualitas anak, guru dan orang
tua cenderung mengabaikan tanpa memberikan penjelasan yang tepat
perkembangan seksualitasnya sendiri. Beberapa fakta yang ada dapat
disimpulkan bahwa pemahaman mengenai perkembangan seksualitas
siswa-siswi kelas V SD Virgo Maria 2 Bawen masih teridentifikasi
rendah. Pemahaman tentang perkembangan seksualitas di usia dini
sangat penting diperoleh oleh anak melalui perantara orang tua dan
guru karena bisa dibayangkan bahwa waktu anak sangat banyak
didampingi oleh orang tua dan guru.
Jadi, pokok dari pemahaman perkembangan seksualitas diberikan
kepada anak dengan harapan agar anak dapat memenuhi tugas
perkembangannya dengan baik seperti, anak mengembangkan sikap
yang menyeluruh terhadap diri sendiri sebagai individu yang sedang
berkembang, belajar berkawan dengan teman sebaya, belajar
melakukan peranan sosial sebagai laki-laki dan perempuan, serta
pengembangan moral, nilai, dan hati nurani (Hartinah, 2008).
Berdasarkan penjelasan dari latarbelakang serta kasus-kasus yang
ada, maka peneliti tertarik untuk mengangkat judul “TINGKAT
PEMAHAMAN PERKEMBANGAN SEKSUALITAS (Studi Deskriptif Pada Siswa-siswi Kelas V SD Virgo Maria 2 Bawen
Tahun Ajaran 2015/2016 dan Implikasinya Terhadap Topik-topik Bimbingan Pribadi-Sosial)”. Melalui skripsi ini peneliti berharap akan ada manfaat yang dapat diambil oleh orang tua, guru, dan siswa.
Peneliti mengambil subyek penelitian yaitu siswa-siswi pada tahap
V) usia 10 tahun sekolah dasar karena diharapkan siswa-siswi pada
tahap perkembangan di usia ini lebih bisa mengenal dan memahami
aspek-aspek seksualitas mereka.
B. Identifikasi Masalah
Berangkat dari latar belakang masalah di atas, terkait dengan tingkat
pemahaman anak tentang seksualitas diidentifikasikan berbagai masalah
sebagai berikut:
1. Rendahnya pemahaman siswa – siswi kelas V SD Virgo Maria 2 Bawen
tentang perkembangan seksualitas.
2. Siswa/siswi kurang memiliki informasi dan gambaran yang jelas
mengenai perkembangan seksualitas mereka.
3. Orang tua, guru, dan masyarakat sekitar menganggap tabu memberikan
informasi tentang perkembangan seksualitas pada anak.
C. Pembatasan Masalah
Fokus kajian penelitian diarahkan pada menjawab masalah-masalah
yang teridentifikasi di atas khususnya masalah mengenai seberapa baik
tingkat pemahaman perkembangan seksualitas pada siswa-siswi kelas V
SD Virgo Maria 2 Bawen tahun ajaran 2015/2016 dan pada butir-butir
item mana sajakah pemahaman tentang perkembangan seksualitas
D. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:
1. Seberapa baik tingkat pemahaman perkembangan seksualitas pada
siswa-siswi kelas V SD Virgo Maria 2 Bawen tahun ajaran 2015/2016?
2. Berdasarkan analisis butir-butir item pemahaman perkembangan
seksualitas yang teridentifikasi rendah, topik-topik bimbingan pribadi
sosial apa sajakah yang relevan untuk diusulkan sebagai topik-topik
bimbingan pribadi-sosial?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini yaitu:
1. Mengetahui seberapa baik tingkat pemahaman perkembangan
seksualitas pada siswa-siswi kelas V SD Virgo Maria 2 Bawen tahun
ajaran 2015/2016.
2. Mengidentifikasi butir-butir item pemahaman perkembangan
seksualitas yang rendah untuk diusulkan sebagai topik-topik
bimbingan pribadi-sosial.
F. Manfaat Penelitian
Peneliti berharap muncul beberapa manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan untuk menambah wawasan dan kekayaan
ilmu pengetahuan mengenai pemahaman tentang perkembangan
seksualitas pada anak dan topik-topik bimbingan pribadi-sosial.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Orang tua
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tolak ukur yang
dapat digunakan oleh sebagian orang tua untuk melihat seberapa
tinggi tingkat pengenalan serta pemahaman anak tentang
perkembangan seksualitas mereka. Selain itu, orang tua juga dapat
menentukan langkah-langkah yang dapat diberikan kepada anak
untuk dapat lebih mengenal dan memahami tentang seksualitas
sejak dini.
b. Bagi Guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tolak ukur yang
dapat digunakan oleh para guru untuk melihat seberapa baik
tingkat pemahaman anak didik mereka tentang perkembangan
seksualitas. Selain itu, para guru juga dapat menentukan
langkah-langkah yang dapat diberikan kepada anak didik untuk dapat lebih
mengenal dan memahami tentang perkembangan seksualitas sejak
dini.
c. Bagi siswa-siswi
Siswa-siswi dapat lebih tahu seberapa baik mereka mengenal dan
memahami tentang perkembangan seksualitas di usia mereka.
Diharapkan anak lebih berani untuk bertanya kepada orang tua dan
G. Definisi Operasional Variabel
Adapun Definisi Operasional Variabel dalam penelitian ini yaitu:
1. Perkembangan seksualitas adalah serangkaian perilaku yang dipelajari
berdasarkan sifat dasar seks dan ciri-ciri yang khusus yang ada pada diri
individu baik interaksi dari pengaruh lingkungan maupun sifat bawaan
lahir.
2. Siswa/siswi SD adalah jenjang paling dasar bagi anak usia
pertengahan-akhir untuk menempuh pendidikan formal.
10 BAB II
LANDASAN TEORI Bab ini memaparkan kajian teori penelitian.
A. Hakikat Pemahaman Perkembangan Seksualitas 1. Pengertian Seksualitas
Seks adalah hal yang berkaitan dengan jenis kelamin. Setiap
orang sadar akan seksnya. Sejak lahir, seorang anak sudah dikenal,
entah sebagai anak pria atau sebagai anak wanita. Diharapkan agar
anak dapat bertindak dalam masyarakat sesuai atau menurut jenis
kelaminnya. Melalui seks sorang pria dan seorang wanita saling
tertarik satu sama lain, saling mencintai dan melanjutkan
keturunan. (Tukan, 1985).
Tukan (1985) menyatakan seksualitas adalah satu daya terbesar
dalam diri setiap makhluk hidup di dunia termasuk manusia.
Kemampuan seksual adalah sarana untuk menjamin kelangsungan
jenis. Fakta bahwa anak sebagai pria atau sebagai wanita
menentukan anak secara keseluruhan, mewarnai segala sikap dan
merupakan pengalaman dasar anak dalam dunia dan masyarakat.
Dian (2010) menyebutkan seksualitas merupakan dimana
laki-laki dan perempuan berbeda (dan mirip) satu sama lain, secara
fisik, psikologis, dan dalam istilah-istilah perilaku; aktivitas,
perasaan, dan sikap yang dihubungkan dengan reproduksi; dan
bagaimana laki-laki dan perempuan berinteraksi dalam
bahasa yang sederhana, seksualitas adalah bagaimana orang
merasakan dan mengekspresikan sifat dasar dan ciri-ciri yang
khusus. Ada pula penjelasan lain mengenai pendidikan seksualitas
dari penulis jurnal maupun sumber lain yang masih berkaitan
dengan mengenai seksualitas.
Definisi dari pendidikan seks adalah pendidikan tentang
tingkah laku yang baik sehubungan dengan masalah-masalah seks.
Jadi, pendidikan seks mengutamakan pendidikan tingkah laku yang
baik dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemasyarakatan; yang
dipentingkan adalah pendidikannya, bukan seksnya, walaupun
pada pendidikan seks memang tidak dapat dihindari pembahasan
pengetahuan tentang seks dalam arti keilmuan (seksologi).
Pendidikan seks juga dapat diartikan sebagai semua cara
pendidikan yang dapat membantu anak muda untuk menghadapi
persoalan hidup yang berpusat pada naluri seks, yang
kadang-kadang timbul dalam bentuk tertentu dan merupakan pengalaman
manusia yang normal (Wuryani, 2008).
Binues (2011) menyatakan pendidikan seksualitas adalah upaya
untuk memberikan pendidikan dan pengetahuan tentang perubahan
biologis, psikologis, dan psikososial sebagai akibat pertumbuhan
dan perkembangan manusia. Artinya, pendidikan pada dasarnya
merupakan upaya untuk memberikan pengetahuan tentang fungsi
agama supaya tidak terjadi penyalahgunaan organ reproduksi
tersebut.
Jadi, penjelasan mengenai pengertian seksualitas adalah
bagaimana orang merasakan dan mengekspresikan sifat dasar dan
ciri-ciri yang khusus yang ada pada dirinya. Sedangkan pendidikan
seks adalah pendidikan tentang tingkah laku yang baik sehubungan
dengan masalah-masalah seks.
2. Pemahaman Perkembangan Seksualitas
Pada masa bayi (0-12 bulan) bayi melakukan beberapa gerakan
refleks yang berulang, misalnya gerakan menghisap puting susu,
gerakan menggenggam sesuatu yang di letakkan pada telapak
tangannya dan gerakan menutup kedua matanya. Pada masa ini
terlihat anak mengalami kenikmatan khusus melalui mulutnya (fase
oral). Pada masa anak-anak (usia 1-3 tahun) anak mulai mengatur
dirinya sendiri dalam hal buang air besar dan buang air kecil (fase
anal). Sifat-sifat yang tampak pada fase ini, yaitu ingin menguasai,
menonjolkan diri dan mengatur, sehingga bisa merepotkan orang tua.
Sebaliknya, kalau anak tidak bisa melakukan dan digantikan oleh
orang lain, maka pada anak ini bisa timbul rasa malu dan ragu ragu.
Mengompol pada fase ini bahkan sampai usia 6 tahunmasih
dianggap normal (Tukan, 1985).
Tukan (1985) menjelaskan fase anak-anak awal (usia 3-6 tahun)
dalam fase ini anak pria mencintai ibunya dan membenci ayahnya
karena ayah dianggap sebagai saingannya (kompleks Oedipus).
Demikian pula anak perempuan mencintai ayahnya dan membenci
ibunya (kompleks elektra).
Anak mulai masuk sekolah , berada di luar rumah, bergaul
dengan teman-teman lain dan mengikuti pendidikan yang diberikan
oleh gurunya. Kadangkala terasa bahwa anak lebih mengikuti
nasehat gurunya di sekolah ketimbang nasehat yang diberikan oleh
orangtuanya sendiri. Hendaknya orangtua menyediakan
permainan-permaian yang khusus untuk anak pria dan wanita, permainan ini
hendaknya bersifat edukatif yang dapat memperkembangkan diri
anak menjadi semakin pria atau semakin wanita.
Pada fase anak-anak akhir (usia 5-12 tahun) disebut juga fase
tersembunyi atau latency. Orangtua hendaknya memperbolehkan
anak untuk bermain dan membuat permainan yang produktif. Anak
kan memperoleh perasaan gairah dan merasa bahwa ia mampu untuk
melakukan sesuatu dan akan lebih mengenal perkembangan
seksualitasnya ketika anak bermain dengan kelompok teman sebaya
dan dengan jenis kelamin yang berbeda.
Pada fase remaja awal (usia 12-14 tahun) berlangsung
memang tidak semua anak mengalami perubahan-perubahan dalam
dirinya, seperti proporsi badan mulai kacau, pertumbuhan
kelamin sekunder, misalnya tumbuh bulu di pangkal paha dan di
sekitar alat kelamin, pada pria mulai tumbuh kumis, jenggot dan
bulu dada, suara pria berubah lebih rendah satu oktaf, sura wanita
mengalami perubahan merendah satu terts, buah adam dari pria
mulai menonjol, buah dada wanita mulai membesar, dada pria
menjadi lebih bidang, dan pinggul wanita menjadi lebih lebar.
3. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Seksualitas
Hurlock (1978) menyebutkan ada beberapa faktor yang
mempengaruhi perkembangan seksualitas pada anak, yakni;
a. Pengamatan perilaku
Bagaimana kedua jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan
bersikap dalam situasi yang sama. Hal ini memberi anak
petunjuk mengenai apa yang dianggap sesuai baginya.
b. Pakaian yang dipakai kedua jenis kelamin
Jenis pakaian yang dipakai memberi petunjuk mengenai gengsi
dan kesulitan bermain dan bekerja kedua jenis kelamin antara
laki-laki dan perempuan.
c. Jawaban atas pertanyaan
Tujuan dari jawaban atas pertanyaan mengenai peran jenis
kelamin tersebut adalah anak mendapat petunjuk mengenai apa
saja yang oleh anggota kelompok sosialnya dianggap sesuai
dengan berbagai peran seks, dan bagaimana anak menilai
pemain peran tersebut.
d. Perlakuan oleh orang lain
Perlakuan orang tua, guru, dan teman sebaya dari jenis lain
menyampaikan arti penting pada anak mengenai apa yang
sesuai dengan jenis kelaminnya.
e. Kesempatan untuk belajar
Di rumah, sekolah, dan tempat bermain, anak laki-laki
didorong untuk belajar hal-hal yang dianggap sesuai untuk
mereka dan anak perempuan tidak memperoleh kesempatan
belajar tersebut. Mereka diharapkan belajar hal-hal yang
dianggap suai bagi mereka.
f. Pendidikan seks
Pendidikan seks merupakan bagian yang paling penting karena
baik jika informasi tentang seks diberikan di rumah maupun di
sekolah, informasi ini menekankan bahwa peran kedua jenis
kelamin antara laki-laki dan perempuan sangat berbeda dalam
berpacaran, perkawinan, reproduksi, dan pengasuhan anak.
g. Media massa
Komik, buku cerita, buku pelajaran, dan acara televisi sangat
besar peranannya sebagai sumber informasi tentang peran seks
bentuk-bentuk media massa ini dan keyakinan mereka bahwa apa saja
yang diceritakan di buku atau diperlihatkan di layar itu benar.
4. Aspek-aspek Perkembangan Seksualitas
Tukan (1985) menyatakan perkembangan seksualitas manusia terdiri
dari aspek biologis, aspek psikologis, dan aspek sosial.
a. Biologis
Anak diharapkan mampu memiliki perkembangan sikap yang
menyeluruh terhadap diri sendiri sebagai individu yang sedang
berkembang. Pada masa ini, anak dituntut mengenal dan dapat
memelihara kesehatan dan keselamatan dirinya (termasuk
mengenal organ-organ reproduksi yang mulai berkembang
secara biologis), menyayangi dirinya, senang berolahraga, dan
berekreasi untuk menjaga kesehatan dirinya, serta memiliki
sikap yang tepat terhadap jenis kelamin lain.
b. Psikologis
Memiliki konsep-konsep yang diperlukan dalam kehidupan
sehari-hari, serta memiliki kemerdakaan pribadi. Anak
mampu memilih, merencanakan, dan melakukan pekerjaan
atau kegiatan tanpa tergantung pada orang tuanya atau orang
dewasa lainnya.
c. Sosial
Belajar melakukan peranan sosial sebagai laki-laki atau
yang diharapkan masyarakat sesuai dengan jenis kelaminnya,
serta memiliki sikap yang tepat terhadap lembaga-lembaga
dan unit atau kelompok-kelompok sosial yang ada dalam
masyarakat.
Jadi, ada 3 aspek yang dianggap mendukung dan sesuai
dengan judul yang telah diangkat yakni, aspek biologis merupakan
mengenal organ-organ reproduksi yang mulai berkembang secara
biologis, aspek psikologis merupakan konsep-konsep yang
diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, dan aspek sosial yang
merupakan belajar melakukan sosial sebagai laki-laki dan
perempuan.
5. Karakteristik Perkembangan Fisik Anak SD (Sekolah Dasar)
Hurlock (1978) menyatakan bahwa karakteristik perkembangan fisik
pada anak, yakni;
a. Perubahan ukuran
Termasuk di sini perubahan fisik dalam tinggi, berat, organ
dalam dan sekelilingnya serta perubahan mental dalam memori,
penalaran, persepsi, dan imajinasi kreatif.
b. Perubahan proporsi
Anak-anak bukanlah miniatur orang dewasa dalam proporsi
fisiknya. Mereka juga tidak memiliki miniatur mental orang
daripada kemampuan penalarannya, sedangkan pada orang
dewasa yang terjadi justru sebaliknya.
c. Hilangnya ciri lama
Bila ciri fisik tertentu, misalnya kelenjar thymus setelah pubertas
dan rambut serta gigi bayi, kehilangan kegunaanya, ciri tersebut
secara bertahap mengalami atrofi (pengecilan atau penyususutan
jaringan otot atau jaringan saraf), seperti halnya beberapa ciri
bawaan psikologis dan perilaku – misalnya, gerak dan bicara
bayi serta imajinasi yang sangat luas.
d. Mendapatkan ciri baru
Beberapa ciri fisik dan mental baru berkembang dari kematangan
dan beberapa lainnya berkembang dari hasil belajar dan
pengalaman. Ciri fisik yang baru termasuk gigi tetap dan
karakteristik jenis kelamin primer dan sekunder, ciri mental baru
termasuk perhatiandalam seks, standar moral, dan keyakinan
agama.
Hurlock (1978) menyatakan perubahan tubuh yang utama dalam
masa puber adalah perubahan ukuran tubuh, ciri jenis kelamin, dan
ciri kelamin kedua. Kecepatan pertumbuhan mendadak menjadi cepat
sekitar 2 tahun sebelum anak mencapai taraf pematangan. Anak
laki-laki lebih tumbuh terus lebih cepat dari anak perempuan.
Pada masa kanak-kanak, alat kelamin yang utama masih belum
kelamin mulai berfungsi pada saat anak berumur 14 tahun. Pada anak
perempuan, indung telurnya juga mulai berfungsi pada usia 13 tahun.
Ciri kelamin kedua inilah yang mebedakan bentuk fisik antara wanita
dan pria. Pada anak perempuan antara lain tampak pertumbuhan buah
dada dan pinggul membesar, pada anak laki-laki antara lain terjadi
perubahan suara, meningkatkan pertumbuhan otot, tumbuhnya bulu
kumis dan jenggot, dan perubahan jaringan kulit.
Hurlock (1978) menyebutkan ada beberapa metode belajar
memerankan peran seks yang terkait dengan karakteristik seksualitas
dalam sosial pada masa kanak-kanak, yakni;
a. Meniru
Bila anak belajar memerankan peran seks dengan meniru, mereka
melakukannya dengan meniru cara bicara, perilaku dan ciri-ciri
pribadi maupun minat dan nilai orang yang ditiru. Model yang
biasa ditiru adalah orang tua, saudara yang lebih tua atau orang
lain yang mengasuhnya seperti guru kelompok bermain atau guru
taman kanak-kanak (sekolah).
b. Identifikasi
Anak bukannya meniru orang-orang dalam lingkungannya,
melainkan memilih dari antara mereka seorang yang sangat
dikaguminya atau yang sangat disayanginya sebagai modelnya.
terutama tokoh media massa, pemimpin masyarakat atau negara,
juara olahraga.
c. Pelatihan anak
Lewat pelatihan anak belajar bertindak, berpikir, dan merasa
seperti yang diharapkan orang yang berwewenang. Pelatihan anak,
terutama menekankan aspek negatif peran seks daripada aspek
positif.
Karnadi (2014) menyatakan tahapan perkembangan seksual anak
normal umur 8-12 tahun, yakni;
a. Kelompok teman sebaya telah mulai mengikat dalam
mempengaruhi persepsi gambaran diri anak.
b. Anak mulai menjauh dari orang tua dan sering menghabiskan
waktunya bersama teman-teman sebayanya.
c. Anak mulai mengalami perubahan bentuk tubuh akibat pubertas.
d. Anak perempuan mulai ada yang menstruasi (antara umur 9-10
tahun).
e. Anak merasa aneh dengan tubuhnya, terkadang muncul rasa malu
bahkan rendah terhadap tubuhnya.
f. Anak mungkin mengalami masturbasi, bahkan orgasme.
g. Anak menyembunyikan sex play (sendiri atau bersama
B. Hakikat Perkembangan Siswa SD
1. Tugas Perkembangan SD (Sekolah Dasar)
Hartinah (2008) menyatakan ada beberapa tugas perkembangan
yang dituntut pada masa anak berusia antara 6-12 tahun, yakni;
a. Belajar keterampilan fisik yang diperlukan dalam permainan.
b. Pengembangan sikap yang menyeluruh terhadap diri sendiri
sebagai individu yang sedang berkembang.
c. Belajar berkawan dengan teman sebaya.
d. Belajar melakukan peranan sosial sebagai laki-laki dan wanita.
e. Belajar menguasai keterampilan-keterampilan intelektual
dasar, yaitu membaca, menulis, berhitung.
f. Pengembangan konsep-konsep diperlukan dalam kehidupan
sehari-hari agar dapat menyesuaikan diri dan berperilaku
sesuai dengan tuntutan dari lingkungannya.
Pemahaman tentang seksualitas kepada anak sejak dini tidak pernah
terlepas dari periode perkembangan anak. Hurlock (1978) menyatakan
periode perkembangan utama yang harus di lewati pada masa
kanak-kanak. Periode ini biasanya terdiri atas dua bagian, yakni;
a. Masa kanak-kanak dini (2 sampai 6 tahun) adalah usia
prasekolah atau “prakelompok”. Anak itu berusaha
mengendalikan lingkungan dan mulai belajar menyesuaikan
b. Akhir masa kanak-kanak (6 sampai 13 tahun pada masa anak
perempuan dan 14 tahun pada anak laki-laki) adalah dimana
terjadi kematangan seksual dan masa remaja dimulai.
Perkembangan utama ialah sosialisasi. Ini merupakan usia
sekolah atau “usia kelompok”.
2. Layanan Bimbingan Pribadi – Sosial
a. Pengertian Bimbingan Pribadi-Sosial
Wingkel & Hastuti (2007) menyatakan bahwa layanan
bimbingan pribadi-sosial berarti bimbingan dalam menghadapi
keadaan batinnya sendiri dan mengatasi berbagai pergumulan dalam
batinnya sendiri; dalam mengatur diri sendiri di bidang kerohanian,
perawatan jasmani, pengisian waktu luang, penyaluran nafsu
seksual, dan sebagainya; serta bimbingan dalam membina hubungan
kemanusiaan dengan sesama di berbagai lingkungan (pergaulan
sosial).
b. Bentuk-bentuk Layanan Bimbingan Pribadi-Sosial
Menurut Winkel dan Hastuti (2007), terdapat beberapa
bentuk dalam layanan bimbingan pribadi-sosial, diantaranya
meliputi:
1)Bimbingan Individual atau Bimbingan Perorangan
Bimbingan yang dilakukan oleh konselor untuk satu
orang saja. Bimbingan individual ini dapat disalurkan
bertatap muka dengan konselor untuk membicarakan
masalah yang sedang dihadapinya.
2)Bimbingan Kelompok
Bimbingan yang dilakukan konselor dimana yang
dilayani atau yang mendapatkan pelayanan berjumlah lebih
dari satu orang, baik itu kelompok kecil, sedang, besar
ataupun sangat besar. Dalam bimbingan kelompok dapat
dilakukan dengan berbagai cara seperti contoh membentuk
kelompok kecil dalam rangka layanan konseling kelompok.
3)Bimbingan Klasikal
Bimbingan yang dilakukan konselor dimana layanan
atau yang mendapatkan pelayanan sangat besar. Seperti
contoh konselor mengadakan layanan konseling satu kelas,
atau satu sekolah.
c. Tujuan Layanan Bimbingan Pribadi-Sosial
Menurut Reiss dan Halstead (2004) para siswa perlu
diberikan pendidikan seksual. Pendidikan seksual dapat diberikan
melalui bimbingan pribadi dan sosial di sekolah. Bimbingan
pribadi bertujuan:
1)Siswa dapat memiliki pengertian dan pengetahuan
mengenai perubahan fisik, mental, dan proses kematangan
2)Siswa dapat mengurangi ketakutan dan kecemasan
sehubungan dengan dengan perkembangan dan
penyesuaian seksual (peran, tuntutan, dan tanggung
jawab).
3)Siswa dapat membentuk sikap dan pengertian tentang
seks.
4)Siswa memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang
seksual agar dapat menjaga diri.
Selain itu, pendidikan seks melalui bimbingan sosial
bertujuan agar siswa semakin siap dan mampu menjadi anggota
masyarakat, yaitu menjadi siswa yang mewarisi nilai-nilai positif
dari kebudayaan masyarakat, mampu melibatkan diri dalam usaha
masyarakat, dan peduli terhadap lingkungan sosial secara positif
25 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini dipaparkan mengenai jenis penelitian, tempat dan waktu
penelitian, subjek penelitian, variabel penelitian, metode dan instrumen
pengumpulan data, validitas dan realibilitas, dan teknik analisis data.
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif yakni
penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik
satu variabel atau lebih (independent) tanpa membuat perbandingan atau
penghubungan dengan variabel yang lain (Hasan, 2004). Penelitian ini
dilakukan dengan pendekatan kuantitatif yang menekankan analisisnya
pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika
(Azwar, 2009).
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian di SD Virgo Maria 2 yang beralamat di Jl. Palagan
No. 59, Bawen. Waktu penelitian pada hari Kamis, 30 April 2015, pukul
10.00 WIB -selesai.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa-siswi kelas V SD Virgo Maria 2
Bawen Tahun Ajaran 2015/2016 yang berjumlah 56 siswa. Metode
pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini mnggunakan uji
terpakai yaitu siswa-siswi kelas V SD Virgo Maria 2 Bawen Tahun Ajaran
Arikunto (2010) menyatakan bahwa apabila subjek kurang dari 100,
lebih baik diambil semua sehingga penelitian merupakan penelitian
populasi, tetapi jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15%
atau 20-25% atau lebih. Berikut rincian subjek penelitian sebagai berikut:
Tabel 1.
Jumlah siswa-siswi kelas V SD Virgo Maria 2 Bawen Tahun Ajaran 2015/2016
No. Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah
1. Va 15 orang 12 orang 27 orang
2. Vb 16 orang 13 orang 29 orang
D. Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah pemahaman
perkembangan seksualitas yang berarti proses seumur hidup, yang
dapat dipelajari secara ilmiah untuk mengenal atau mengenali
perbedaan antara anak laki-laki dan anak perempuan, baik secara
biologis, psikologis, dan sosial.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan yakni skala Guttman. Skala Guttman
digunakan bila ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu
permasalahan yang ditanyakan (Sugiyono, 2012).
Pernyataan yang terdapat dalam Inventori ini terdiri dari
pernyataan positif atau favourable dan pernyataan negatif atau
unfavourable. Pernyataan positif atau favorable merupakan konsep
diukur, sedangkan pernyataan negatif atau unfavorable yaitu konsep
keperilakuan yang tidak sesuai/tidak mendukung atribut/variabel yang
diukur.
Skala Guttman selain dapat dibuat dalam bentuk pilihan ganda,
juga dapat dibuat dalam bentuk checklist (√). Jawaban dapat dibuat
skor tertinggi satu dan terendah nol. Misalnya untuk jawaban ya diberi
skor 1 dan tidak diberi skor 0. Analisa dilakukan sama seperti pada
skala Likert (Sugiyono, 2012).
Instrumen penelitian ini menyediakan 2 alternatif jawaban yaitu
(ya) jika sesuai dengan diri subjek dan (tidak) jika tidak sesuai dengan
diri subjek. Norma skoring yang dikenakan terhadap pengolahan data
yang dihasilkan instrumen ini ditentukan sebagai berikut:
Tabel 2.
Norma Skoring Inventori Pemahaman Perkembangan Seksualitas
Membuat kategorisasi sikap subjek penelitian secara umum
berdasarkan model distribusi normal dengan kategorisasi jenjang.
Tujuannya untuk menempatkan subjek penelitian ke dalam
kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum
berdasar pada atribut diukur. Kontinum jenjang ini berpedoman pada
Azwar (2007) yang mengelompokkan tingkat pemahaman Alternatif Jawaban Skor
Favourable
Skor
Unfovourable
Ya 1 0
perkembangan seksualitas anak dalam dua alternatif jawaban ya/tidak.
Adapun norma kategorisasi adalah sebagai berikut:
Kategori Norma Kategori
Baik (µ+1,0α) ≤ X
Cukup Baik (µ-1,0α) ≤ X < (µ+1,0α)
Tidak Baik X < (µ-1,0α)
Keterangan:
Xmaksimal : Skor tertinggi yang mungkin diperoleh
subjek peneliti dalam skala.
Xmaksimum : Skor terendah yang mungkin diperoleh
subjek peneliti dalam skala.
Standar deviasi (α) : Luas jarak rentangan yang dibagi menjadi
6 satuan deviasi standar.
Rerata teoritis (µ) : Rata-rata teoritis dari skor maksimum dan
minimum.
F. Instrumen Pengumpul Data
Instrumen pengumpulan data menggunakan angket. Angket
memuat beberapa item pernyataan pemahaman perkembangan
seksualitas. Blue-print skala pemahaman perkembangan seksualitas,
kisi-kisi angket, dan pembagian item skala pemahaman perkembangan
Tabel 3.
Blue-print Skala Pemahaman Perkembangan Seksualitas
No. Aspek pengenalan perkembangan
Kisi-kisi Angket Pemahaman Perkembangan Seksualitas
No Aspek Indikator No Item Jmlh
1. Biologis 1.1mengenal organ-organ reproduksi yang mulai
1.4Memiliki sikap yang tepat terhadap jenis kelamin lain.
2. Psikologis 2.1 Mampu memilih pekerjaan atau kegiatan yang
berhubungan dengan seksualitas.
2.2 Mampu merencanakan pekerjaan atau kegiatan yang berhubungan dengan
3. Sosial 3.1 Berperan sesuai jenis kelamin.
3.2 Bergaul dengan teman sebaya.
Tabel 5.
Pembagian Item Pemahaman Perkembangan Seksualitas Anak Sebelum Analisis Item
No. Aspek pemahaman perkembangan
G. Validitas dan Reliabilitas Kuesioner
1. Validitas
Menurut Azwar (2005) validitas menunjuk pada sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi
ukurnya. Validitas yang diuji untuk instrumen penelitian ini adalah
validitas isi. Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat
pengujian terhadap isi alat ukur dengan analisis rasional dengan cara
professional judgement (Azwar, 2004). Instrumen penelitian
dikonstruksi berdasarkan aspek-aspek yang akan diukur dan
selanjutnya dikonsultasikan pada ahli (dosen pembimbing).
Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS
16 (Statistic Programme for Social Science) versi 16.0. perhitungan
dengan SPSS 16 menggunakan patokan 0,250 karena jumlah subjek
penelitian lebih dari 50. Jika koefisien korelasinya > 0.250 maka item
yang bersangkutan dinyatakan valid. Jika koefisien korelasinya < 0,250
Berdasarkan perhitungan statistik yang telah dilakukan peneliti,
diperoleh 37 item yang dinyatakan valid dan 7 item dinyatakan tidak
valid (gugur) yakni pada aspek biologis (item nomor 8, 11, 44), aspek
psikologis (item nomor 33), aspek sosial (21, 23, 28). Adapun hasil
item-item yang valid dan tidak valid terdapat pada tabel 6.
Tabel 6.
Pembagian Item Pemahaman Perkembangan Seksualitas Anak Setelah Analisis Item
No. Aspek
pemahaman perkembangan
seksualitas
Item favourable Item
unfavourable
Reliabilitas adalah tingkat kepercayaan hasil pengukuran.
Pengukuran yang mempunyai reliabilitas tinggi artinya mampu
memberikan hasil ukur yang terpercaya mengenai seberapa baik
tingkat pemahaman perkembangan seksualitas siswa/siswi yang
disebut sebagai reliabel (Azwar, 2007).
Pada penelitian ini, pengujian reliabilitas dilakukan dengan
teskonsistensi internal yang hanya memerlukan satu kali pengenaan
tes pada subjek (single trial administration). Konsistensi internal
Hasil perhitungan sebelum seleksi item diperoleh koefisien
reliabilitas data sebesar 0,843. Kemudian, setelah seleksi item
diperoleh koefisien reliabilitas data sebesar 0,806. Hal ini
menunjukkan bahwa Skala Pemahaman Perkembangan Seksualitas
Anak menurun, tetapi tetap memiliki reliabilitas yang baik.
H. Metode Analisis Data
Metode analisis data penelitian ini adalah statistik deskriptif. Statistik
deskriptif berfungsi untuk mendiskripsikan atau memberi gambaran
terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi
sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan
yang berlaku umum (Sugiyono, 2010).
Berikut ini adalah tahap-tahap yang ditempuh dalam pengumpulan dan
analisis data:
1. Menyusun angket
2. Pengujian item angket oleh dosen pembimbing
3. Pengumpulan data uji coba validitas dan reliabilitas angket
4. Melakukan uji empirik terhadap validitas dan reliabilitas angket
5. Pengumpulan data penelitian yang dilakukan dengan menyebarkan
angket kepada siswa/siswi kelas V SD Virgo Maria 2 Bawen.
33 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini dipaparkan mengenai hasil penelitian dan pembahasan.
A. Hasil Penelitian
Pada hasil penelitian diperoleh skor Pengenalan Perkembangan
Seksualitas Anak tiap subjek dan item. Kemudian, skor tersebut
dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu baik, cukup baik, dan tidak baik
(rendah). Norma pengelompokkan kategori dan skor ditampilkan pada tabel
berikut ini:
Tabel 7.
Kategorisasi Data PenelitianTingkat Perkembangan Perkembangan Seksualitas Anak
Kategori Norma Kategori Norma Skor
Baik (µ+1,0α) ≤ X 24,66 ≤ X
Cukup Baik (µ-1,0α) ≤ X <
(µ+1,0α)
12,34 ≤ X < 24,66
Tidak Baik X < (µ-1,0α) X < 12,34
Keterangan :
Xminimum = 37 x 0
= 0
Xmaksimum = 37 x 1
= 37
Standar deviasi (α) = 37 : 6
= 6,16
Rerata teoritis (µ) = 37 : 2
Frekuensi Kategori Subjek Tingkat Pemahaman Perkembangan
Seksualitas Anak.
Tabel 8.
Frekuensi Kategori Subjek Tingkat Pemahaman Perkembangan Seksualitas Anak
Kategori Jumlah Subjek Persentase
Baik 47 75,68 %
Cukup Baik 9 24,32 %
Rendah 0 0 %
Total 56 100 %
Gambar 1.
Kategorisasi data penelitian untuk item dapat diilustrasikan sebagai
berikut:
20 30 40
...*...*...*... Tidak Baik Cukup Baik Baik
Berdasarkan norma pengelompokkan norma kategori, berikut ini
disajikan deskripsi tingkat pemahaman perkembangan seksualitas pada
item:
Tabel 9.
Frekuensi Kategori Item Tingkat Pemahaman Perkembangan Seksualitas Anak
Kategori Jumlah Item
Baik 30
Cukup Baik 6
Tidak Baik 1
Total 37
Gambar 2.
Pada hasil penelitian tampak bahwa dari total 56 subjek terdapat 47
subjek (75,68%) dan 30 item memiliki tingkat pemahaman perkembangan
seksualitas yang baik, 9 subjek (24,32%) dan 6 item memiliki tingkat
pemahaman perkembangan seksualitas yang cukup baik, dan tidak ada
subjek (0%) dan ada 1 (satu) item memiliki pemahaman perkembangan
seksualitas yang tidak baik. Jadi, dapat disimpulkan bahwa secara umum
subjek memiliki pemahaman perkembangan seksualitas yang baik,
sedangkan secara umum ada 1 (satu) item yang teridentifikasi tidak baik.
Tabel 10.
Item Pernyataan Pemahaman Perkembangan Seksualitas yang Tergolong Rendah
No. Aspek Indikator No Item Pernyataan Skor Item 1. Biologis Mengenal
organ-organ reproduksi yang mulai
berkembang secara biologis.
18. Saya sudah mengenal menstruasi (haid)/mimpi basah.
B. Pembahasan
Hasil analisis deskriptif data Skala Pemahaman Perkembangan
Seksualitas Anak menyatakan bahwa dari 56 subjek terdapat 47 subjek
(75,68%) dan 30 item dengan pengenalan perkembangan seksualitas baik,
9 subjek (24,32%) dan 6 item dengan pengenalan perkembangan
seksualitas yang cukup baik, dan tidak ada subjek (0%) dan hanya 1 (satu)
item dengan pemahaman perkembangan seksualitas tidak baik (rendah).
Pemahaman perkembangan seksualitas subjek yang baik terdapat pada
aspek sosial. Pada sistem belajar berbasis peristiwa, subjek difasilitasi
untuk belajar sesuai kodratnya sebagai anak. Hal ini menunjukkan sistem
belajar anak harus sesuai dengan tahap perkembangan yang seharusnya
memang ditempuh oleh anak pada usia sekarang. Misalnya, salah satu
tugas perkembangan anak yang harus terpenuhi adalah anak mampu
belajar melakukan peranan sosial sebagai laki-laki dan perempuan sesuai
keadaannya sebagai anak seusianya (Hartinah, 2008). Guru dan orang tua
sebagai pendamping, menemani serta membebaskan subjek dalam
berkembang sehingga subjek dapat menemukan sendiri apa yang
dipelajarinya dalam lingkungan sosialnya.
Selanjutnya, pemahaman perkembangan seksualitas yang baik
didukung oleh seluruh aspek pemahaman perkembangan seksualitas anak.
Dari tiga aspek, dua aspek secara kuat mendukung pemahaman
perkembangan seksualitas subjek dan satu aspek secara lemah mendukung
kuat mendukung pemahaman perkembangan seksualitas subjek adalah
aspek biologis dan aspek sosial. Aspek yang paling lemah dalam
mendukung pemahaman perkembangan seksualitas subjek adalah aspek
psikologis.
Aspek pertama yang paling kuat mendukung pemahaman
perkembangan seksualitas adalah aspek sosial. Peneliti menyimpulkan
pada sistem belajar anak kelas V SD Virgo Maria 2 Bawen, siswa-siswi
mendapat kesempatan untuk belajar bersosialisasi baik dengan lawan jenis
dan teman sebaya. Hal ini berdasarkan keterangan yang diperoleh peneliti
dari wali kelas subjek penelitian, tata ruang kelas juga di atur dengan
menyatukan anak laki-laki dan perempuan dalam satu kelas, dan dengan
adanya peraturan sekolah seperti ini siswa dapat memikirkan berbagai
kemungkinan dan alternatif dalam menanggapi peranan sosial yang
harusnya mereka lakukan. Jadi, siswa dapat lebih memperluas pergaulan
serta peranan mereka baik sebagai laki-laki maupun perempuan di
lingkungan sosial terutama di sekolah.
Selanjutnya, aspek kedua yang paling kuat dalam mendukung
pemahaman perkembangan seksualitas anak adalah aspek biologis.
Berdasarkan pengamatan peneliti, aspek biologis yang berkembang pada
diri subjek didukung oleh salah satu tujuan penyelenggaraan pendidikan
SD Virgo Maria 2 Bawen, yaitu anak diharapkan mengenal bagian-bagian
tubuh mereka sudah mulai berkembang (seperti; pertumbuhan rambut
(bagi anak perempuan), mimpi basah (bagi anak laki-laki)) (Hartinah,
2008). Selain itu, agar subjek mamahami dan menghargai dirinya sendiri,
guru-guru SD Virgo Maria 2 cukup terbuka untuk mendengarkan dan
menerima pendapat yang disampaikan oleh anak. Walaupun demikian,
pada aspek biologis terdapat 1 (satu) item yang teridentifikasi rendah
sehingga 1 (satu) item tersebut akan digunakan untuk usulan terhadap
topik bimbingan pribadi sosial.
Pada hasil analisis data tampak satu aspek yang paling lemah dalam
mendukung pemahaman perkembangan seksualitas. Aspek yang paling
lemah dalam pengenalan perkembangan seksualitas subjek adalah aspek
psikologis.
Berdasarkan pengamatan peneliti, aspek psikologis memang kurang
ditekankan, karena banyak faktor yang mempengaruhi. Guru belum
memberikan pelajaran secara mendalam mengenai hal-hal psikologis apa
yang harusnya siswa-siswi dapatkan di usia mereka yang berkaitan
dengan pemahaman perkembangan seksualitas. Salah satu hal yang
seharusnya sudah dapat anak lakukan menyangkut aspek psikologisnya
adalah mampu memilih pekerjaan atau kegiatan yang berhubungan
dengan seksualitas (Hartinah, 2008). Maksudnya, anak sudah bisa
memilih pekerjaan atau kegiatan ketika anak akan atau anak sudah
mengalami perubahan-perubahan pada fisiknya. Tetapi karena adanya
faktor seperti yang telah disebutkan diatas dan adanya penghambat seperti
(manja) sehingga anak menjadi sulit untuk memutuskan sendiri apa yang
harus dilakukannya ketika terjadi perubahan pada fisiknya, maka hal
tersebut secara tidak langsung telah mengganggu aspek psikologis anak.
C. Usulan Topik-topik Bimbingan Berdasarkan Item-item Dalam
Angket yang Teridentifikasi Rendah yang Dapat Digunakan
Sebagai Topik-topik Bimbingan Pribadi Sosial
Berdasarkan hasil perhitungan skor item diketahui bahwa kategori
rendah hanya terdapat 1 (satu) item dengan bunyi pernyataan “saya sudah
mengenal menstruasi (haid)/mimpi basah pada aspek biologis yakni
mengenal organ-organ reproduksi yang mulai berkembang secara biologis.
Item inilah yang akan menjadi topik bimbingan. Adapun item tersebut
Usulan Topik-topik Bimbingan Berdasarkan Angket yang Teridentifikasi Rendah yang Dapat Digunakan sebagai Bimbingan Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Pemahaman Perkembangan Seksualitas
Siswa-siswi Kelas V SD Virgo Maria 2 Bawen Tahun Ajaran 2015/2016 No. No
Item
Pernyataan Tujuan Materi Judul Topik
Pearce, Evelyn. (2013). Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Hartinah. (2008). Pengembangan Peserta Didik. Bandung: Refika
42 BAB V PENUTUP
Bab ini menguraikan dua hal, yaitu kesimpulan dan saran.
A. Kesimpulan
1. Secara umum, tingkat pemahaman perkembangan seksualitas
siswa-siswi kelas V SD Virgo Maria 2 Bawen termasuk baik. Tingkat
pemahaman perkembangan seksualitas yang baik didukung oleh aspek
sosial dan aspek biologis sedangkan aspek yang rendah dalam
mendukung pemahaman perkembangan seksualitas siswa-siswi kelas
V SD Virgo Maria 2 Bawen adalah aspek psikologis.
2. Ada 1 (satu) item yang teridentifikasi rendah tentang pemahaman
perkembangan seksualitas siswa-siswi kelas V SD Virgo Maria 2
Bawen yang dijadikan sebagai usulan untuk topik-topik bimbingan
pribadi sosial.
B. Saran
Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek psikologis merupakan aspek
yang paling lemah dalam mendukung pemahaman perkembangan seksualitas
subjek dan ada 1 (satu) item pada aspek biologis yang teridentifikasi rendah.
Oleh karena itu, peneliti menyarankan bagi pihak sekolah (guru), orang tua,
dan peneliti lain untuk :
1. Bagi Guru
Guru membimbing subjek untuk mampu mengenal organ-organ
memilih pekerjaan atau kegiatan yang berhubungan dengan
perkembangan seksualitas mereka, dan subjek mampu
merencanakan pekerjaan atau kegiatan yang berhubungan dengan
perkembangan seksualitas mereka.
2. Bagi Orang Tua
Orang tua bersikap terbuka untuk memberitahukan subjek agar
lebih mengenal organ-organ reproduksi mereka yang mulai
berkembang secara biologis. Orang tua mengarahkan subjek untuk
mampu memilih pekerjaan atau kegiatan yang berhubungan dengan
perkembangan seksualitas karena waktu anak lebih banyak
bersama dengan orang tua.
3. Bagi Peneliti Lain
Peneliti lain mampu mengembangkan topik penelitian yang berbeda
dari peneliti sebelumnya seperti menambahkan wawancara, peneliti
lain lebih menyeimbangkan jumlah item pada setiap aspek-aspek,
peneliti lain lebih banyak membaca buku dan referensi dari
berbagai sumber, dan peneliti lain tidak hanya sekedar menyusun
topik-topik bimbingan tetapi juga dapat membuat program
bimbingan sehingga penyampaian topik bimbingan lebih jelas dan