• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR DOMINAN PENYEBAB KETERLAMBATAN PELAKSANAAN PROYEK GEDUNG MENGGUNAKAN METODE KURVA S DAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR DOMINAN PENYEBAB KETERLAMBATAN PELAKSANAAN PROYEK GEDUNG MENGGUNAKAN METODE KURVA S DAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

(

Studi Kasus : Proyek Gedung PT Etelier Enam PM )

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menjadi Sarjana (S1)

Diajukan Oleh :

SHAFU’AN AJI NUGROHO NIM :111510288

FAKULTAS EKONOMI BISNIS DAN ILMU SOSIAL PROGRAM STUDI EKONOMI MANAJEMEN

UNIVERSITAS PELITA BANGSA

BEKASI-2019

(2)
(3)
(4)
(5)

v

Nama ( Full Name ) : SHAFU’AN AJI NUGROHO

Alamat ( Address ) : Kp. Leuweung Malang 002/005

sukaresmi, Cikarang Selatan, Bekasi 17530

Tempat / Tgl. Lahir ( Place / Date of Birth ) : Klaten, 04 september 1995

Agama ( Religion ) : Islam

Jenis Kelamin ( Sex) : Laki-laki Status Perkawinan ( Marital Status ) : Belum Menikah Nomor Hp ( Mobile Phone Number ) : 081931005168 Kewarganegaraan ( Nationality ) : Indonesia

Email : [email protected]

(6)

vi

KETERLAMBATAN PELAKSANAAN PROYEK GEDUNG MENGGUNAKAN METODE KURVA S ANALYTICAL

HIERARCHY PROCESS

Oleh

SHAFU’AN AJI NUGROHO NIM = 111510288

Menganalisis faktor masalah kinerja waktu keterlambatan merupakan bagian dari pengendalian proyek dimana hal tersebut merupakan lagkah awal dari perjalanan proyek untuk menunjang kesuksessan proyek itu sendiri.Hal itu dapat dimengerti karena tingkat menganalisis faktor keterlambatan proyek akan dapat mempermudah dalam proses kontrol kegiatan proyek yang beragam termasuk dalam urutan kegiatan.

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis setiap jenis pekerjaan didalam time schedule progress kenaikan prestasi kemudian menganalisis variabel faktor penyebab keterlambatan yang mempengaruhi kinerja suatu pelaksanaan konstruksi serta menerangkan hubungan faktor keterlambatan dengan waktu pelaksanaan pada proyek

pembangunan gedung PT Etelier Enam PM. .

Dalam menganalisis faktor-faktor penyebab keterlambatan proyek dilakukan analisis Kurva S terlebih dahulu untuk mencari penurunan prestasi pekerjaan kemudian menentukan variabel faktor keterlambatan dikelompokkan menggunakan diagram fishbone, data kemudian dianalisis dengan metode AHP (analytical hierarchy process). Hasil penelitian ini menghasilkan bahwa setiap minggu Kurva S mengalami kenaikan deviasi sehingga pekerjaan tersebut dipastikan mengalami kteterlambatan, terdapat lima faktor dominan penyebab keterlambatan penyelesaian proyek secara berurutan yaitu sub-kriteria produktivitas tenaga kerja yang rendah dengan bobot 0,1259 kerusakan mesin dan peralatan sebesar 0,1158 perizinan atau approval sebesar 0,1106 ketidaksesuaian peralatan dengan kondisi sebesar 0,0993 dan kurangnya bahan konstruksi sebesar 0.0943

Kata Kunci : Keterlambatan,Proyek Gedung,Analytical Hierarchy Process

(7)

vii

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

Analysis the delays of time factors is a part of project control, which is the early step of pr oject’s process to succeed the projects is self. It is understood because the analysis level for the delays factors would much help in process controlling or in many variety project, including in each activities order.

The purpose of this research are to analyse eachtype of the job in time schedule progress improvement and than analyse variable factors that cause delays affect the performance of construction and explain the relationship between time delays and implementation on building contruction of PT Etelier Enam PM

The research use S curve to analyse the factors of time delays project to find the decreased work performance and to determine variable time delay in the group research use fishbone diagram The data analyse use AHP (Analytical Hierarchy Process) metode. Result of this research it each S curve has an increasein deviation so that the jobs is delays. There are factors dominant factors time delay performance sub-criteria performance for man power productivity which is 0,1259 machine and equipment demage is 0,1158 aprroval is 0,1106 equipment and compability with conditions is 0,0993 and the last of construction material is 0,0943

Keywords : Dominant Factors Delays,Building Projects,Analytical hierarchy process

(8)

viii

Penyebab Keterlambatan Pelaksanaan Proyek Gedung Menggunakan Metode Kurva S Dan Analytical Hierarchy Process dapat diselesaikan tepat waktu. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat guna meraih gelar Sarjana manajemen pada Program studi Manajemen Universitas Pelita Bangsa

Sehubungan selesainya karya akhir tersebut, penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :

1. Bapak Hamzah Muhammad Mardiputera,SKM.,MM. selaku Rektor Universitas Pelita Bangsa

2. Ibu Preatmi Nursatuti S.E,.M.M selaku Dekan Fakultas Ekonomi Bisnis dan Ilmu Sosial Universitas Pelita Bangsa.

3. Ibu Yunita Ramadhani Ratnaningsih DS S.E,.M.Sc selaku Ketua Jurusan Manajemen.

4. Bapak Fathurohman S.T., M.M. yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan Proposal Skripsi ini.

5. Bapak Amiral selaku Manager Konstruksi PT Etelier Enam Project Management telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian.

6. Civitas Akademika Pelita Bangsa

7. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Manajemen Universitas Pelita Bangsa angkatan 2015.

8. Keluarga tercinta yang senantiasa memberikan dukungan dan semangat.

Penulis menyadari penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saran serta kritik yang membangun sangat saya harapkan.

Bekasi, 15 Januari 2020

Peneliti

(9)

ix

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Batasan Masalah ... 5

1.4 Tujuan Penelitian ... 5

1.5 Manfaat Penelitian ... 6

1.6 Sistematika Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

2.1 Landasan teori ... 9

2.1.1 Definisi Proyek ... 9

2.1.2 Jenis-jenis Proyek ... 11

2.1.3 Pelaksanaan Proyek ... 12

2.1.4 Penjadwalan ... 14

2.1.5 Analytical Hierarchy Process ... .16

2.2 Penelitian Terdahulu ... .22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 28

3.1 Jenis Penelitian ... 28

3.2 Jadwal dan Tempat Penelitian ... 29

3.3 Kerangka Penelitian ... 30

(10)

x

BAB IV GAMBARAN UMUM PROYEK ... .46

4.1 Sejarah Perusahaan... 46

4.1.1 Sejarah PT Etelier Enam PM ... 46

4.1.2 Lokasi dan Tata Letak Objek penelitian ... 49

4.1.3 Visi dan Misi Perusahaan ... 50

4.1.4 Kebijakan Mutu ... 50

4.1.5 Sasaran Mutu ... 51

4.1.6 Pelayanan ... 51

4.2 Struktur Organisasi ... 53

4.3 Kegiatan Operasional Objek Penelitian ... 54

BAB V HASIL PENELITIAN ... 58

5.1 Analisis Data Penelitian ... 58

5.2 Diagram Sebab-Akibat ( Cause and Effect Diagram ) ... 55

5.3 Analytical Hierarchy Process ... 60

5.3.1 Menyusun hirarki ... 63

5.3.2 Menghitung Bobot/Prioritas Dari Masing-Masing Variabel Level 1 ... 64

5.3.3 Menghitung Bobot/Prioritas Dari Masing-Masing Variabel Level 2 ... 64

5.3.4 Analisis Rangking Faktor Keterlambatan Proyek ... 76

5.3.5 Uji Konsistensi Rasio (CR) ... 78

5.4 Intreprestasi Data dan Pembahasan ... 83

BAB VI PENUTUP ... 86

6.1 Kesimpulan ... 86

6.2 Saran ... 86

(11)

xi

(12)

xii

2.1 Skala Dalam Perbandingan Berpasangan ... 19

2.2 Indeks random Untuk Beberapa Orde Matrik ... 20

3.1 Jadwal Penelitian ... 28

3.2 Matriks Perbandingan Berpasangan ... 37

3.3 Daftar Indeks Random Konsistensi ... 40

3.4 Format Bobot Elemen AHP ... 43

5.1 Kurva S Rencana dan Progress Aktual Lebih Lambat ... 51

5.2 Progress Akumulatif Pekerjaan Mengalami Penurunan Prestasi Kurva S ... 53

5.3 Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria Utama Penyebab Keterlambatan Proyek Gedung PT Etelier ... 58

5.4 Bobot kriteria Faktor Keterlambatan proyek PT Etelier Enam PM ... 60

5.5 Matriks Perbandingan Berpasangan Sub-kriteria Mesin ... 61

5.6 Kepentingan (bobot) sub-kriteria Mesin ... 61

5.7 Matriks perbandingan berpasangan Sub-Kriteria Metode ... 62

5.8 Kepentingan bobot sub-kriteria Metode ... 63

5.9 Matriks Perbandingan Berpasangan Sub-kriteria Material... 64

5.10 Kepentingan Bobot Sub-kriteria Material ... 65

5.11 Matriks Perbandingan Berpasangan Sub-kriteria Manusia ... 65

5.12 Kepentingan bobot Sub-Kriteria Manusia ... 66

5.13 Matriks Perbandingan Berpasangan Sub-Kriteria Keuangan ... 66

5.14 Prioritas Kepentingan Bobot Sub-kriteria Keuangan ... 67

(13)

xiii

Penyelesaian Proyek Pada PT Etelier Enam PM ... 70 5.18 Indeks Random ( CR ) ... 73 5.19 Consistency Ratio (CR) Penilaian Responden ... 76

(14)

xiv

3.2 Diagram Sebab-Akibat ... 35

3.3 Kerangka Analytical Hierarchy Process ... 37

4.1 PT Etelier Enam Project Management ... 40

4.2 Lokasi PT Etelier Enam Project Management ... 43

4.3 Struktur Organisasi PT Etelier Enam PM ... 48

5.1 Fishbone Faktor Keterlambatan Pelaksanaan Proyek ... 54

5.2 Penyusunan Hirarki Faktor Keterlambatan ... 57

(15)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menganalisis faktor-faktor masalah kinerja waktu keterlambatan merupakan bagian dari pengendalian proyek dimana hal tersebut merupakan langkah awal dari perjalanan proyek untuk menunjang kesuksessan proyek itu sendiri. Hal itu dapat dimengerti karena tingkat menganalisis faktor keterlambatan proyek akan dapat mempermudah dalam proses kontrol kegiatan proyek yang beragam termasuk dalam urutan kegiatannya. Analisis ini dapat memfokuskan pekerjaan yang harus dilakukan dengan lebih teliti ataupun pekerjaan yang memerlukan waktu lebih panjang.

Sekarang ini pembangunan diberbagai bidang sedang giat dilaksanakan oleh tiap daerah berusaha untuk menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.

Oleh karena itu hasil pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat sebagai peningkatan kesejahteraan secara adil dan merata sejalan dengan perkembangan pembangunan fisik tersebut maka mulai berdiri perusahaan-perusahaan yang bekerja sebagai pelaksana maupun perencana baik untuk pembangunan gedung, hal ini di latar belakangi oleh keinginan untuk mendapatkan keuntungan yang besar ( Kamaruzzaman:2012)

(16)

Kebutuhan akan ketepatan analisis faktor keterlambatan proyek dapat dilihat dari segi perlunya seorang pemimpin proyek yang profesional dan telah memiliki pengalaman dalam ritme proyek yang penuh dengan faktor-faktor keterlambatan proyek itu sendiri. Pelaksanaan proyek konstruksi merupakan kegiatan yang saling bergantung satu sama lain, semakin besar suatu proyek menyebabkan semakin besar pula resiko yang harus dihadapi mulai dari perencanaan yang kita hadapi pada pengaturan sumber daya,waktu,biaya,waktu,peralatan dan sebagainya (Kareth:2012)

Berdasarkan hal di atas, proses analisis faktor keterlambatan proyek merupakan suatu yang harus dilakukan dan tidak dapat di abaikan dalam penyelenggaraan kegiatan konstruksi yang berorientasi pada suksesnya pelaksanaan proyek.

Karakteristik yang beragam dimiliki oleh masing-masing proyek dapat mempengaruhi keterlambatan suatu proyek contohnya saja pada proyek gedung PT Etelier Enam PM, memiliki ciri khas tersendiri jika di bandingkan dengan proyek lain pada umumnya , yaitu dengan manajemen yang sangat memadai sehingga menghasilkan suatu gedung yang mempunyai kualitas lebih dari yang lain. Perbedaan tersebut yang membuat peneliti ingin mengangkat gedung PT Etelier Enam PM ini sebagai subyek peneliti.

(17)

Tabel 1.1 Kurva S Rencana dan Progress Aktual Lebih Lambat.

Sumber : Time schedule PT Etelier Enam Project Management

Dari hasil data aktual lapangan didapat bobot prestasi tiap minggunya, seperti yang terlihat pada Tabel 1.1 diatas dimana dari minggu ke-1 hingga minggu ke 6 adalah : 3.55%, 6.2%, 5%, 9.87%, 7.54% dan 8.92% yang semuanya diakumulatifkan seperti diatas sehingga membentuk kurva hingga minggu ke-6. Dari tabel diatas terlihat bahwa kurva S aktual berada dibawah kurva S rencana. Kondisi ini menunjukkan bahwa proyek mengalami keterlambatan yang terlihat dari minggu pertama hingga minggu ke-6 sehingga dilakukan pemberhentian proyek terlebih dahulu untuk mengevaluasi faktor yang mempengaruhi keterlambatan proyek tersebut kemudian diadakan audit kinerja proyek yang akan mempengaruhi berbagai susunan atau rencana proyek yang lain untuk di jalankan.

Task Bobot (%) 1 2 3 4 5 6

Pendahuluan 3,66 1,22

Pondasi 7,32 1,22 1,22 1,22 1,22

Struktur 1,22 0,61 0,61

Dinding Bata 12,20 2,44 2,44 2,44

Pintu dan Jendela 2,44 1,22 1,22

Instalasi listrik 21,95 2,74 2,74 2,74 2,74 2,74

Sanitasi Air 9,76

Lantai 2,44

Pengecatan 9,76 4,88 4,88

Atap Beton 29,27 4,88 4,88 4,88 4,88

Total 100

Rencana 4.88 7.62 8.75 11.19 11.8 13.02

Renc. Kum 4.88 12,50 21,25 32,44 44,24 57,26

Aktual 3.55 6.20 5.00 9.87 7.54 8.92

Akt. Kum 3.55 9.75 14.75 24.62 32.16 41.08

Baseline MINGGU

(18)

Agar waktu keterlambatan dapat dianalisis dan waktu penyelesaian proyek dapat dicapai agar tidak merugikan pemilik proyek karena waktu operasional ikut terlambat diperlukan usaha-usaha dalam mengatasi dimulai dari minggu ke-6 tersebut. Untuk dapat memahami tentang analisis faktor-faktor dominan penyebab keterlambatan proyek. Selain dikarenakan hal tersebut di atas ketertarikan penulis mengambil proyek gedung PT Etelier Enam PM sebagai objek penelitian adalah pada proyek tersebut peneliti dapat izin untuk mengetahui tata cara pelaksanaan proyek dari awal proses sampai sampai proyek tersebut dinyatakan layak untuk dilaksanakan setelah dilakukan peninjauan oleh pihak konsultan manajemen proyek yaitu PT Etelier Enam PM.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti ingin mengangkat tema tersebut sebagai tema skripsi dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Dominan Penyebab Keterlambatan Pelaksanaan Proyek Gedung Menggunakan Metode Kurva S Dan Analytical Hierarchy Process”

1.2 Rumusan Masalah

Pembahasan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Faktor-faktor dominan apa sajakah yang dapat menyebabkan keterlambatan pelaksanaan pembangunan proyek gedung PT Etelier Enam PM?

2. Bagaimana tindakan pencegahan dan tindakan koreksi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah yang muncul tersebut ?

(19)

1.3 Batasan Masalah

Sesungguhnya banyak masalah yang bisa diangkat dalam penelitian ini, namun penulisan perlu membatasi masalah yang lebih terperinci dan jelas agar pemecahannya terarah dan berhasil. Jadi penulisan ini hanya pada :

1. Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja waktu tahap pelaksanaan pembangunan gedung PT Etelier Enam PM dari sudut pandang pelaksana dengan melihat data aktual yang telah disusun oleh manajemen proyek melalui Time scheduling.

2. Penerapan analisa melalui Kurva S pekerjaan apa saja yang mengalami penurunan prestasi menggunakan Program fishbone dalam mencari faktor- faktor yang berpengaruh dan dianalisa menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk :

Menganalisis variabel-variabel faktor penyebab keterlambatan yang dapat mempengaruhi kinerja suatu pelaksanaan konstruksi pada proyek pembangunan gedung PT Etelier Enam PM sehingga diharapkan keterlambatan proyek tidak terjadi lagi khususnya bagi proyek-proyek yang dilakukan oleh pihak kontraktor yang sedang di teliti.

(20)

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini yang utama adalah agar hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan para pihak yang bergerak di bidang industry konstruksi yang penuh dengan faktor keterlambatan pelaksanaan proyek khususnya pihak yang terlibat.

Adapun manfaat lainnya adalah : 1. Bagi pihak peneliti

Dapat menganalisis faktor-faktor keterlambatan melalui data kurva S time schedul yang sering muncul dalam penyebab keterlambatan pelaksanaan proyek.

2. Bagi pihak pelaksana

Pembangunan dengan menganalisis masalah dapat melakukan tindakan antisipasi pencegahan maupun mengurangi atau bahkan menghilangkan faktor keterlambatan yang mungkin timbul, sehingga kerugian akibat hal tersebut dapat diperkecil.

3. Bagi pihak pembaca

Dapat dijadikan wawasan pengetahuan tentang penyususnan jadwal proyek dengan baik dan faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan suatu proyek gedung dan juga dapat digunakan sebagai tinjauan penelitian selanjutnya.

(21)

1.5 Sistematika Penulisan

Agar penulisan karya ilmiah skripsi ini terarah dan sistematis, skripsi ini terdiri dari 6 bab dan dimana setiap bab terdapat sub-sub sebagai perinciannya,sehingga dapat diuraikan sebagai berikut :

- BAB I PENDAHULUAN

dimana pada bab ini menjelaskan tentang latar belakang, perumusan masalah, batasan penelitian, tujuan penelitian, manfaat/kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.

- BAB II KAJIAN PUSTAKA

dimana pada bab ini menjelaskan tentang landasan teori meliputi pengertian kompetensi dan indikatornya, pengertian motivasi dan indikatornya, pengertian kinerja guru dan indikatornya, selanjtnya menjelaskan tentang penelitian terdahulu yang relevan dan hipotesis.

- BAB III MEODOLOGI PENELITIAN

dimana pada bab ini menjelaskan tentang jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, kerangka konsep yang meliputi desain penelitian dan deskripsi operasional variabel penelitian, selanjutnya menjelaskan tentang populasi dan sampel, metode pengumpulan data, metode analisis data yang meliputi tahap pengolahan data kuantitatif dan tahap pengujian instrumen penelitian.

- BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

Dimana pada bab ini menjelaskan tentang obyek penelitian yang meliputi visi, misi, target, sasaran, selanjutnya menjelaskan tentang struktur organisasi

(22)

yang terdiri dari gambar struktur organisasi.

- BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN,

Dimana pada bab ini menjelaskan tentang hasil analisis data meliputi uji validitas untuk menentukan faktor-faktor penyebab keterlambatan proyek gedung kemudian dikelompokkan menggunakan Diagram fish bone kemudian data di analisa menggunakan metode analytical hierarchy process (AHP) - BAB VI PENUTUPAN

- Dimana pada bab ini menjelaskan kesimpulan dan saran bagi pihak- pihak yang terkait.

- DAFTAR PUSTAKA

(23)

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori 2.1.1Definisi Proyek

Proyek yaitu rangkaian tugas yang diarahkan pada suatu hasil utama . proyek dalam analisis jaringan kerja adalah serangkaian kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan produkyang unik dan hanya dilakukan dalam periode tertentu (J.Heizer dan B.Render:2009). sebuah proyek memiliki karakteristik penting yang terkandung di dalamnya yaitu : sementara (temporary), unik dan progesive elaboration,selalu berkembang dan berlanjut hingga proyek berakhir.Selain itu proyek selalu melibatkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Senantiasa di butuhkan pemberdayaan sumber daya yang tersedia di organisasikan untuk mencapai tujuan,sasaran dan harapan tertentu. Aktivitas atau kegiatan pada proyek merupakan sebuah mata rantai yang dimulai sejak di tuangkan ide,rencana kemudian dilaksanakan sampai benar-benar memberikan hasil yang sesuai dengan perencanaan semula. Hingga pada akhirnya kita akan dapat melihat bahwa pelaksanaan proyek pada umumnya merupakan rangkaian mekanisme tugas

(24)

dan kegiatan yang komplek, membentuk saling ketergantungan dan secara otomotasi mengandung permasalahan tersendiri ( fitri,2012)

Proyek adalah rangkaian kegiatan yang mempunyai suatu permulaan dan yang harus dilaksanakan serta diselesaikan untuk mendapat suatu tujuan tertentu, biasanya yang dimaksud dengan tujuan adalah merupakan ujung akhir dipandang dari sudut logikan dan waktu. Adapun karakteristik dari proyek adalah :

1. Unik

Pada dasarnya tidak pernah ada dua proyek yang benar-benar sama karena dipengaruhi oleh beberapa faktor (tujuan,lokasi,prasarana yang tersedia,teknologi yang digunakan serta waktu pelaksanaanya).

2. Tidak berulang

Kegiatan penyelenggaraan proyek adalah kegiatan yang sekali selesai dan bersifat spesifik, dengan demikian pengalaman yang diperoleh tidak selalu dapat digunakan sepenuhnya pada proyek lain meskipun sejenis.

3. Kendala-kendala yang berbeda

Kendala yang ada antara lain keterbatasan biaya,kualitas yang diharapkan selalu baik dan dapat dipertanggung jawabkan secara teknis, serta terbatasnya waktu pelaksanaan sehingga sulit dicapainya ketiga kendala tersebut pada pelaksanaan proyek dalam kondisi bersamaan.

(25)

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka dapat dikatakan ciri pokok proyek adalah:

a. Bertujuan menghasilkan lingkup tertentu berupa produk akhir atau hasil akhir kerja,

b. Dalam proses mewujudkan lingkup diatas ditentukan jumlah biaya, jadwal serta kriteria mutu,

c. Bersifat sementara yaitu umurnya dibatasi oleh selesainya tugas, titik awal dan akhir proyek ditentukan dengan jelas,

d. Nonrutin, tidak berulang-ulang intensitas kegiatan berubah sepanjang proyek berlangsung.

2.1.2 Jenis-jenis proyek

Menurut Kirkham (2013) yang mengacu pada proses konstruksi yang dikategorikan menjadi dua jenis yaitu konstruksi bangunan dan sipil.

di klarifikasikan konstruksi proyek ke dalam empat jenis proyek sebagai berikut :

1. Bangunan perumahan (residential building)

Bangunan rumah tinggal yang dipengaruhi oleh peran pemeritah tentang pajak, kebijakan fiscal dan hukum yang dikembangkan untuk tempat tinggal dari tiap-tiap orang atau keluarga, misalnya individu dirumah, multifamily tempat tinggal dan lain sebagainya.

(26)

2. Bangunan komersial (commercial building)

Yaitu sebuah bangunan yang cenderung bersifat teknis yang kompleks, dimana diperlukan kontrol yang lebih terhadap keuangan untuk mengatur praktek manajemen dan perencanaan pembanguna konstruksi dan operasional. Bentuk bangunan komersial misalnya, bangunan pemerintahan,kantor,stadion olahraga,hotel resort dan lain sebagainya.

3. Bangunan infrastruktur (infrastructure and heavy engineering)

Infrastruktur dan rekayasa berat biasanya melayani kebutuhan masyarakat , cenderung lama selama konstruksi dan sebagian besar ddipublikasikan dan didanai oleh pemerintah seperti bandara,jalan raya,jembatan,bendungan,pembangkit listrik dan lain-lain.

4. Bangunan industri (industrial building)

Bangunan industri di bangun untuk mempertahankan produksi industri rumah kegiatan yang didanai swasta atau pribadi misalnya pabrik,kilang minyak,tanaman nuklir dan tanaman produksi lainnya.

2.1.3 Pelaksanaan proyek

Pelaksanaan proyek konstruksi merupakan kegiatan yang saling bergantung satu sama lain. Semakin besar suatu proyek menyebabkan semakin pula resiko yang harus dihadapi mulai dari perencanaan kita

(27)

dihadapkan pengaturan sumber daya seperti tenaga kerja,biaya,waktu peralatan dan sebagainya sampai pada pelaksanaan proyek.(Kareth,2012)

Manajemen proyek adalah merencanakan, mengorganisir, memimpin dan mengendalikan sumber daya perusahaan untuk mencapai suatu sasaran jangka pendek yang telah ditentukan. Manajemen proyek juga dapat diartikan sebagai perencanaan,penjadwalan dan pengarahan dengan menggunakan bentuk tahapan waktu dari sumber- sumber(uang,tenaga kerja,bahan baku,peralatan,fasilitas,informasi teknologi) keterampilan/skill dan pengetahuan untuk melaksanakan penyelesaian dari berbagai komponen dan segmen proyek.

Dalam setiap pelaksanaan proyek selalu dituntut untuk melaksanakan proyek tepat waktu,tepat mutu sesuai dengan peraturan perundangan serta ketentuan-ketentuan lain yang berlaku dan tetap dalam batas-batas anggaran yang telah direncanakan. Oleh karena itu dalam melakukan kegiatan proyek dibutuhkan suatu perencanaan yang bagus untuk memperkirakan urutan-urutan kegiatan proyek,alokasi sumber daya yang berkualitas,anggaran biaya,waktu pelaksanaan kegiatan proyek dan lain sebagainya.

Penyusunan pelaksanaan kegiatan proyek secara logis menurut waktu tertentu akan menghasilkan rencana formal yang mencantumkan : 1. Kegiatan

2. Tugas

(28)

3. Waktu 4. Sumber daya

5. Biaya selagi target dalam pelaksanaan nantinya.

Mengingat perubahan-perubahan yang selalu terjadi pada saat pelaksanaan maka beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam membuat jadwal proyek yang cukup efektif yaitu :

1. Secara teknis jadwal tersebut dapat dipertanggung jawabkan (technically feasible),

2. Disusun berdasarkan perkiraan yang akurat (reliable estimate), dimana perkiraan waktu,sumber daya serta biayanya berdasarkan kegiatan tersebut pada proyek sebelumnya,

3. Sesuai dengan sumber daya dan peralatan yang tersedia

4. Sesuai dengan penjadwalan proyek lain dengan menggunakan sumber daya yang sama.

5. Fleksibel terhadap perubahan-perubahan misalnya perubahan pada spesifikasi proyek,

6. Mengatur secara detail alat pengukur hasil yang dipakai untuk pengendalian kemajuan proyek,

7. Dapat menampilkan kegiatan proyek yang kritis,

(29)

2.1.4 Penjadwalan

Dalam banyak hal yang ada,penjadwalan merupakan alat yang diperlukan guna menyelesaikan suatu proyek. Untuk proyek yang besar dimana jumlah kegiatan yang sangat besar dan rumitnya ketergantungan antara kegiatan tidak mungkin lagi diolah dalam fikiran, maka penjadwalan dan kontrol menjadi sangat penting (Abdul Rasyid:2009)

Unsur utama dalam penjadwalan adalah peramalan (forecasting),walaupun perlu disadari bahwa perubahan-perubahan dapat terjadi dimasa mendatang dan dapat pula mempengaruhi pola rencananya sendiri. Penjadwalan itu sendiri adalah berfikir secara mendalam melalui berbagai persoalan, menguji jalur-jalur yang logis,menyusun berbagai macam tugas yang menghasilkan suatu kegiatan lengkap dan menuliskan berbagai macam kegiatan dalam kerangka yang logis dan rangkaian waktu yang tepat.

Jadwal bagi proyek merupakan peta dalam perjalanan. Tanpa peta yang baik maka perjalanan dapat menyimpang sehingga menghabiskan banyak waktu,biaya,bahan baku atau bahkan tidak sampai ketujuan karena habisnya waktu (proyek gagal).

Untuk itu sebelum proyek dimulai sebaiknya seorang manajer yang baik terlebih dahulu merencanakan jadwal proyek. Tujuan perencanaan proyek adalah :

1. Mempermudah rumusan masalah proyek,

(30)

2. Menetukan metode atau cara yang sesuai

3. Untuk mengorganisir kelancaran kegiatan dan hasil yang maksimal

Manfaat dari hasil perencanaan tersebut bagi proyek adalah : 1. Mengetahui keterkaitan antar kegiatan

2. Menetukan kegiatan kritis yang menjadi perhatian

3. Kapan harus memulai dan harus diselesaikannya kegiatan yang dapat diketahui dengan jelas.

2.1.5 Analytic hierarchy process

Analytic Hierarchy Process disingkat AHP atau dalam bahasa Indonesia disebut Proses Hirarki Analisis atau PHA merupakan suatu metodologi yang sangat kuat dan komprehensif yang memungkinkan kelompok maupun individu dengan kemampuan untuk menghubungkan faktor kualitatif dalam proses pengambilan keputusan.AHP menggunakan model hirarkhi yang terdiri dari tujuan,kriteria dan beberapa subkriteria serta alternatif untuk setiap masing –masing permasalahan maupun keputusan.

Manusia mempunyai kemampuan untuk menetapkan relasi atau obyek antar pemikiran sedemikian sehingga koheren yaitu obyek-obyek atau pemikiran itu saling terkait dengan baik dan kaitan mereka menunjukkan konsistensi ( Thomas L Saaty:2008).AHP menyatukan antar judgement dan

(31)

penilaian pribadi dalam suatu cara yang logis yaitu tergantung pada pengalaman atau pengetahuan terstruktur hirarki permodelan.

AHP merupakan suatu teknik pengambilan keputusan multikriteria dimana faktor kuantitaif dan kualitatif di padukan, sehingga dapat dilakukan pengurutan prioritas,kedudukan dan evaluasi terhadap alternatif-alternatif.

Metode ini dicetuskan dan dikembangkan oleh Thomas L. saaty.

AHP didasarkan pada tiga prinsip yaitu Dekomposisi,Penilaian perbandingan dan Proses komposisi hirarki. Proses dekomposisi diaplikasikan agar masalah komplek dapat dipecahkan secara terstruktur menjadi hirarki dari cluster (kelompok).prinsip dari penilaian perbandingan pasangan (pairwise comparation) dari semua kombinasi elemen-elemen cluster. Penilaian perbandingan ini digunakan agar prioritas lokal dari elemen pada cluster dapat diperoleh. Prinsip dari proses komposisi hirarkis diaplikasikan dengan digandakannya prioritas lokal dari elemen cluster dari prioritas global dari elemen parent sehingga prioritas global untuk keseluruhan hirarki dapat dihasilkan dan kemudian prioritas global untuk elemen level terbawah ditambahkan.

Langkah pertama AHP adalah dengan dibangunnya representasi (perwakilan) hirarki dari sebuah masalah. Pada puncak hirarki ditempatkannya keseluruhan obyektif sedangkan alternatif keputusan pada bagian bawah hirarki. Diantara bagian puncak dan bawah terdapat atrbut-

(32)

atribut yang berhubungan dengan permasalahan pengambilan keputusan sehingga alternative yang ada dapat dibandingkan.jumlah level yang ada pada hirarki tergantung pada kompleksitas dari masalah dan model hirarki dari pembuat keputusan

Akhirnya dilakukan perhitungan terhadap prioritas atau bobot dari alternatif pada tingkat terendah pada hubungan dengan obyektif yang paling puncak. Pada AHP perbandingan pasangan digunakan agar pemberian prioritas dapat dikembangkan. Permintaan kognitif dari pembuat keputusan dibatasi oleh pendekatan intuitif yang sederhana dari perbandungan relatif dan dimaksudkan agar dilakukan pemeriksaan komsistensi dari perbandingan. AHP memungkinan pengambil keputusan uuntuk menghadapi faktor yang nyata dan tidak nyata.

AHP mempunyai kemampuan utnuk memecahkan masalah yang multiobyektif dan multikriteria yang berdasar pada perbandingan dari setiap elemen dalam hirarki. Jadi ini merupakan suatu model pengambilan keputusan yang komprehensif. AHP sebagai salah satu dari metode pengambilan keputusan kriteria majemuk lebih banyak menarik minat banyak peneliti untuk terus mengembangkannya dibandingkan metode lainnya. Hal ini didasari karena AHP memiliki keunggulan dari segi proses pengambilan keputusan dan akomodasi untuk atribut kualitatif maupun kuantitatif.

(33)

Prinsip-prinsip analis hirarki proses (AHP) 1. Penyusunan struktur hirarki

Penyusunan hirarki suatu permasalahan adalah langkah pendefinisian yang rumit dan kompleks sehingga menjadi lebih jelas dan detail. Hirarki keputusan disusun berdasarkan pandangan pihak-pihak yang memiliki pengetahuan dan keahlian dibidang yang bersangkutan.

Keputusan yang akan diambil sebagai tujuan, dijabarkan mejadi elemen- elemen yang lebih rinci hingga mencapai suatu tahapan yang terukur.hirarki permasalahan akan mempermudah pengambilan keputusan untuk menganalisa dan menarik kesimpulan terhadap permasalahan tersebut.

Keuntungan hirarki dalam metode ini adalah :

 Memberikan suatu model yang mudah dimengerti dan luwes untuk aneka ragam persoalan tak terstruktur dan mengelompokkan struktur yang serupa dalam setiap tingkat.

 Memberikan suatu skala untuk mengukur dan menetapkan prioritas serta untuk mengetahi konsistensi logis dari pertimbangan yang digunakan dalam menetapkan berbagai prioritas sebelum seorang meilih alternatif terbaik berdasarkan tujun mereka.

(34)

2. Penentuan Prioritas

Priotitas elemen-elemen kriteria merupakan bobot konstribusi kriteria terhadap tujuan atau menentukan peningkatan elemen-elemen menurut relatif pentingnya. AHP melakukan analisis prioritas dengan metode perbandingan berpasangan (pairwise comparism) antara dua elemen sehingga seluruh elemen yang ada tercakup. Salah satu pendekatan yang dikemukakan Saaty adalah perbandingan berpasangan yang digunakan utnuk menentukan kepentingan alternatif-alternatif dan kriteria yang ada.

Dalam pendekatan ini pengambil keputusan dapat memberikan pendapatnya tentang nilai dari perbandingan tersebut.

Hasil dari penelitian akan tampak lebih jelas bila disajikan dalam bentuk matrik yang dinamakan pairwise comparism. Untuk membandingkan elemen-elemen yang digunakan skala banding berpasangan yang mendefinisikan nilai 1 (satu) sampai dengan 9 (Sembilan) sebagai bilangan pembanding antara kriteria yang digunakan.

Identifikasi tingkat kepentingan tersebut adalah sebagai berikut :

(35)

Tabel 2.1 Skala dalam perbandingan berpasangan

Sumber : Jurnal manajemen 2015

3. Konsistensi logis

Konsistensi jawaban para responden dalam menentukan prioritas elemen merupakan prinsip pokok yang akan menetukan validitas data dari pengambilan keputusan. Konsistensi sampai kadar tertentu dalam menetapkan prioritas untuk elemen atau aktifitas yang berkenaan dengan beberapa kriteria adalah perlu untuk memperoleh hasil yang benar dalam dunia nyata. AHP mengukur konsistensi menyeluruh dari berbagai pertimbangan kita melalui rasio konsistensi. Nilai konsistensi harus 10% atau kurang jika lebih dari 10%

pertimbangan itu harus diperbaiki.

Perhitungan konsistensi didasarkan pada nilai rasio konsistensi yang didapat dari perbandingan antara index konsistensi dengan indeks acak. Nilai indeks acak berdasarkan table berikut ini :

Intensitas

Kepentingan Keterangan Penjelasan

1 Kedua elemen sama pentingnya

kriteria alternatif A sama pentingnya dengan kriteria alternatif B

3

Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya

A sedikit lebih penting dari B

5 Elemen tang satu lebih penting

dari elemen lainnya A jelas lebih penting dari B 7 Satu elemen jelas lebih mutlak

penting dari pada elemen lainnya

A sangat jelas lebih penting dari B

9 Satu elemen mutlak penting Mutlak lebih penting dari komponen B

2,4,6,8 Nilai-nilai antara nilai

pertimbangan yang berdekatan

Apabila ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatan

(36)

Tabel 2.2 Random index untuk beberapa orde matrik

Sumber : Jurnal manajemen 2015

2.2 Penelitian Terdahulu Yang Relevan

1. Lira Rahmi (2018) melakukan penelitian yang berjudul “Evaluasi Faktor – Faktor Penyebab Keterlambatan Proyek Konstruksi Dengan Metode Pendekatan AHP di Kota Padang” yang diterbitkan pada Journal of Multidiscoplirasi Research and Development Vol.1 No 1 (2018). Penelitian ini bertujuan menganalisis faktor apa saja yang menyebabkan keterlambatan penyelesaian proyek konstruksi di Kota Padang. Metode yang digunakan adalah diagram sebab akibat (Fishbone Diagram) untuk mencari variabel faktor dan AHP (Analitycal Hierarchy Process) hasilnya yaitu faktor utama sesuai ranking penyebab keterlambatan proyek : (1) Spesifikasi/perubahan desain dengan nilai bobot 0,1265 (2) Cuaca dan bencana alam dengan nilai

Ukuran Matriks Nilai IR

1,2 0.00

3 0.58

4 0.90

5 1.12

6 1.24

7 1.32

8 1.41

9 1.45

10 1.49

(37)

bobot 0,1144 (3) Kesalahan dalam memilih konstruksi dengan nilai bobot 0,0912.

2. Nadia Asmira Asmarantaka (2014) melakukan penelitian yang berjudul

“Analisis Resiko Faktor-Faktor Penyebab Keterlambaatn Proyek Dengan Metode Pendekatan AHP di Kota palembang” yang dipublikasikan pada Journal Teknik dan Lingkungan Vol.2 No.3 (2014). Dengan menggunakan Metode AHP hasil penelitian menunjukan bahwa faktor resiko yang mempengaruhi keterlambatan proyek terdiri dari 6 faktor variabel resiko dengan tingkat yang tinggi antara lain yaitu adanya additional work dengan nilai faktor 0,913 , cuaca buruk dengan nilai faktor resiko 0,838 , kurangnya bahan kontruksi dengan nilai faktor 0,799 , keterlambatan perijinan dengan nilai faktor 0,754 , kurangnya tenaga kerja dengan nilai faktor 0, 730 dan kerusakan peralatan kerja dengan nilai faktor 0,718. Dari data tersebut, nilai tertinggi yang berpengaruh adalah pada additional work dengan faktor resiko sebesar 0,913.

3. Aziz Abdul M. (2016) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisa Faktor Keterlambatan Proyek Progres Terkait Dengan Manajemen Waktu” yang dipublikasikan pada Wahan Teknik Vol.21 No.2 (2016). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor penyebab keterlambatan proyek progress dengan menggunakan Metode AHP (analitycal Hierarchy Process) yang diperoleh kesimpulan urutan ranking faktor keterlambatan proyek pada pelaksanaan minggu ke 4-13 yaitu antara lain : (1) Faktor

(38)

keterlambatan pengiriman bahan (2) Kesalahan desain oleh kontraktor (3) Produktivitas tenaga kerja yang rendah (4) Ketidaktepatan waktu pemesanan bahan baku. Kemudian dilakukan perbaikan/pembetulan mengubah Metode Kerja yaitu menempatkan pekerja terampil sesuai bidang keahliannya dan menyiapkan peralatan yang memadai ataupun sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan kerja.

4. Idzuinida Ismail dan Junaidi (2014) melakukan penelitian yang berjudul

“Identifikasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Pelaksanaan Pekerjaan Pada Proyek Pembangunan Gedung di Kota Bukit Tinggi” yang telah dipublikasikan pada Journal Momentum Vo.16 No.1 (2014). Metode yang digunakan dalam penelitian ini melalui survey terlebih dahulu dengan mengumpulkan data dari hasil literatur dan pengolahan data menggunakan Metode AHP (Analitycal Hierarchy Process). Hasil yang didapat menunjukkan ada tiga faktor yang paling dominan penyebab Keterlambatan Proyek Gedung Konstruksi dengan ranking urutan yaitu (1) Mutu material kurang dari yang dibutuhkan (2) Mutu material tidak sesuai dengan spesifikasi (3) Perubahan spesifikasi ikut mempengaruhi keterlambatan proyek.

5. Rusmansyah (2012) dalam “ Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Waktu Pelaksanaan Kontruksi Gedung Secara Swakelo (Studi Kasus: proyek pengembangan gedung sekolah menengah kejuruan di provinsi Aceh)”.

Penelitian untuk mengetahui faktor-faktor resiko dilakukan secara kualitatif, dengan menganalisa data persepsi yang didapat dari kuisioner dengan

(39)

responden pemilik proyek,tim pelaksana dan tim perencana/pengawas proyek pengembangan SMK di provinsi aceh tahun anggararan 2009. Analisa data di olah dengan statistic deskriptif, analytical hierarchy process(AHP) dan analisa level resiko untuk mendapatkan rangking faktor. Korelasi non parametris dilakukan dengan korelasi spearman. Hasil analisa data menunjukan ada tujuh faktor resiko utama yang berpengaruh terhadap kinerja waktu pelaksanaan konstruksi gedung secara swakelo pada proyek pengembangan sekolah SMK di aceh yaitu kemampuan dan kecakapan pelaksana, rangking 1 (14.186%);singkatnya waktu pengerjaan, rangking 2 (13.562%);manajemen proyek yang kurang berpengalaman,ranking 3 (12,456%); perpajakan,rangking 4(11.324%); ganggguan cuaca,rangking 5(11.134%); tenaga kerja dan produktifitas peralatan,rangking 6 (11.026%);

dan perkiraan bill of quantity yang kurang akurat,rangking 7 (10,917). Dari analisa nonparametris didapat bahwa resiko berkorelasi dengan kinerja waktu yang dapat menurunkan kinerja waktu proyek.

6. Baiq Farida Sakinah (2015) dalam “Analisa Penyebab Keterlambatan Pada Pekerjaan Konstruksi Jalan Kabupaten Lombok Tengah” dengan metode analisa faktor. Metode analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan relative index dan analisa faktor. Hasil analisis menunjukan bahwa intervensi negatif masyarakat merupakan faktor yang pling berpengaruh keterlambatan berdasarkan metode relative index. Sedangkan melaui analisa faktor, terdapat dua kelompok faktor baru yang masing-masing terdiri dari

(40)

sumber daya manusia yang tidak memadai (berupa kuantitas maupun kualitas),masalah finansial dan manajemen kontrak yang kurang baik pada faktor pertama dan monitoring kontrol pekerjaan konstruksi yang buruk dan pengadaan alat konstruksi yang tidak teratur.

7. Hasolon Benget Sianipar (2012) dalam “Analisis Faktor-Faktor Penyebab Keterlambatan Penyelesaian Proyek Konstruksi Pengaruhnya Terhadap Biaya”. Pengolahan data ini menggunakan SPSS (statiscal product and service solution), hasil dalam penelitian ini yaitu 3 faktor yang diperoleh dari hasil ekstraksi analisis faktor adalah perubahan lingkup dan dokumen pekerjaan,koordinasi,serta keahlian tenaga kerja, sistem evaluasi dan perencanaan menghasilkan satu model persamaan linier berganda untuk menerangkan hubungan ketiga faktor yang menyebabkan pembengkakan pada waktu.

8. Abdur Rasyid (2009) dalam “ Identifikasi Faktor Keterlambatan Penyelesaian Proyek Gedung Orphanage Home, Sentul Bogor “ yang dipublikasikan pada jurnal Multidisiplinary Research and Development Vol.1 No.1 2011 metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui penyebaran kuesioner data kemudian dianalisa dengan menggunakan metode AHP ( Analytical Hierarchy Process ) diperoleh kesimpulan faktor penyebab keterlambatan pelaksanaan proyek gedung Orphanage Home adalah adanya perubahan desain selama konstruksi, sering terjadinya perubahan (rework).

(41)

Adanya peningkatan scope pekerjaan dan keterbatasan anggaran untuk pembelian Material.

9. Shubham sharma dan Sohit Agrawal (2017) dalam “ Rangking of Delays Factor in Construction Projects Using AHP and Vikor Multi-Attribute Decision making Method” yang dipublikasikan pada International Journal of Innovative Research in Science, Engineering and Technology Vol. 6 issue 7, Juli 2017 dengan menggunakan metode AHP dan Vikor Multi-Atribute Decision. Hasil penelitian menunjukkan 6 faktor penyebab keterlambatan proyek gedung yaitu 1. Manajemen yang buruk 2. Interfensi 3.kesalahan atau error 4. Kemampuan pekerja yang rendah 5. Kendala kerja tim 6. Kendala pengalaman

10. Shabbab Al Hammadi dan M. Sadique Nawab(2016) dalam penelitiannya yang berjudul “Study of Delays Factors in Construction Projects” yang dipublikasikan dalam jurnal International Advanced research Journal in Science, Engineering, Technology Vol 3 issue 4 April 2016 . Tujuannya adalah menganalisis faktor keterlambatan proyek konstruksi. metode yang digunakan yaitu Critical Analysis dengan mengumpulkan beberapa faktor melalui studi literatur kemudian penyebaran Kuesioner kepada konsultan konstruksi. Dari penelitian tersebut hasilnya 7 faktor keterlambatan yaitu 1.

Lambat dan kendala 2.tidak kompeten 3. Desain 4. Pemasaran dan estimasi 5.

Kapasitas keuangan 6. Peraturan 7. Pekerja.

(42)

28

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenisi Penelitian

Jenis penelitian penelitian yang digunakan pada penulisan ini adalah jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode diskriptif dipilih karena penelitian yang dilakukan adalah berkaitan dengan peristiwa-peristiwa yang sedang berlangsung dan berkenaan dengan kondisi masa sekarang.(Moh.Nazir,2011:52) menjelaskan metode diskriptif adalah sebagai berikut :

Metode diskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia,subjek,suatu set kondisi,suatu sistem pemikiran ataupun kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah membuat gambaran atau uraian secara sistematis serta berhubungan antar fenomena yang sedang diteliti.

Sugiyono(2013) menjelaskan tentang pengertian penelitian kualitatif sebagai berikut :

metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berdasarkan pada filsafat positif, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah,(sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive

(43)

dan snowball,teknik penggabungan dengan trianggulasi, analisis data bersifat induktif/kualitatif dan hasil penelitian lebih menekankan pada makna daripada generalisasi.Metode tersebut cocok dalam penelitian ini karena peneliti berusaha mencari gambaran satu kelompok manusia untuk mencapai tujuan kelompok tersebut, sehingga fenomena kelompok tersebut dapat terungkap dengan jelas dan akurat.

3.2 Jadwal dan Lokasi Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan pada rentan waktu 6 bulan yaitu dari bulan Agustus 2019 sampai bulan Januari 2020. Adapun kegiatan pokoknya adalah sebagi berikut :

Tabel 3.1 jadwal penelitian

No Uraian Agustus September Oktober November Desember Januari

1 Observasi

2 Menyusun Proposal

3 Bimbingan Proposal

4 Menyusun Skripsi

5 Bimbingan Skripsi

6 Menyusun Skripsi

7 Bimbingan skripsi

8 Menyusun Skripsi

9 Bimbingan Skripsi

10 Ujian Skripsi

Sumber : Peneliti

(44)

Penelitan ini berlokasi di Proyek Gedung PT Etelier Enam PM Jababeka Residence Jl. Taman Golf Timur 1 no.100 Setajaya,Cikarang Timur,Bekasi Jawa Barat 17530 Indonesia.

3.3 Kerangka dan Desain Penelitian

Penelitian ini berangkat dari permasalahan yang dialami oleh perusahaan kontraktor sesuai data yang signifikansi masalah dimana salah pada pelaksanaan pengerjaan mengalami keterlambatan penyelesaian proyek sampai dengan batas yang telah ditentukan.

Faktor-faktor keterlambatan pekerjaan yang muncul didalam pelaksanaan proyek berdampak pada kinerja waktu proyek, dimana proyek menjadi terlambat diselesaikan.dengan adanya fenomena keterlambatan proyek yang terjadi pada salah satu kontraktor. Apa faktor-faktor dominan yang berpengaruh terhadap kinerja waktu proyek tersebut jika dilihat dari sisi pelaksana.

(45)

Gambar 3.1 kerangka Pemikiran

Sumber : jurnal momentum Vol.16 no 1 2014

MULAI

IDENTIFKASI MASALAH Dalam pembangunan proyek konstuksi dibutuhkan kajian yang mendalam untuk

kelancaran proyek agar mencegah keterlambatan proyek TUJUAN PENELITIAN

Untuk mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi

keterlambatan proyek

STUDI LITERATUR

Menyusun variabel proyek konstruksi yang mempengaruhi keterlambatan proyek

MENETAPAKAN VARIABEL

VALIDASI KUALIFIKASI PAKAR

KUESIONER TAHAP 1

Para pakar diminta memasukkan variabel yang telah dikumpulkan pada kuesioner tahap 1 dan apakah berpengaruh pada keterlambatan proyek

SURVEY RESPONDEN

Responden diminta untuk membagikan penilaian variabel terhadap keterlambatan proyek KUESIONER TAHAP 2

Berisi variabel-variabel yang sudah divalidasi oleh pakar

ANALISA FAKTOR

Membuat analisa dari data yang didapat pada survey ke responden kemudian dikelompokkan menggunakan diagram fishbone kemudian di analisa menggunkan metode AHP

HASIL ANALISA faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan

proyek

VALIDASI HASIL Hasil divalidasi oleh pakar

SELESAI

(46)

3.4 Populasi dan Sampel 3.4.1 Populasi

Yaitu suatu hal yang memberikan penjelasan mengenai objek dalam penelitian yang didalammya memberikan penjelasan mengenai karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh objek penelitian tersebut, wilayah generalisasi yang ada dalam penelitian wilayah ini meliputi tentang objek dan subjek yang bisa di tarik kesimpulannya. Sugiyono (2013)

Populasi dari penelitian ini adalah karyawan yang ada di proyek hingga sampai akhir proses Manajemen Proyek Gedung PT Etelier Enam PM selaku yang menentukan jalannya proyek dalam segi legalitas, Responden pada kuesioner ini adalah orang-orang yang dipilih sesuai kriteria tertentu sesuai kebutuhan, maka metode sampel yang digunakan adalah Purposive Sampling.

.

3.4.2 Sampel

Menurut Sekaran,Uma & Bougie (2014) sampel adalah suatu bagian yang ada didalam populasi. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah menggunakan metode Purposive Sampling yaitu teknik penentuan sampel yang dipilih dengan cermat sehingga relevan dengan dengan struktur penelitian dimana pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil sampel orang-orang yang dipilih oleh penulis menurut karakteristik tertentu.

(47)

Berdasarkan pendekatan AHP yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah seorang ahli. sampel dalam penelitian ini adalah para pemangku kepentingan dan pengambil keputusan PT Etelier Enam Project Management antara 7 responden diantaranya 3 responden grid menengah dan 4 responden gred kecil yang dimana respondennya masing-masing pemimpin didalam struktur organisasi.

3 .5 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Observasi/pengamatan yang dilakukan secara langsung di proyek gedung kawana grup sebagai objek penelitian mengenai faktor-faktor keterlambatan proyek gedung.

2. Data kuesioner, pengumpulan data dengan cara menyebarkan angket kuesioner yang berisi tentang pernyataan mengenai faktor-faktor penyebab keterlambatan proyek yang diberikan kepada 100 pekerja maupun pegawai konsultan manajemen proyek dengan menggunakan skala penilaian responden 1-10, dimana skala 1 (sangat tidak setuju) sampai dengan skala 10 (sangat setuju).

3. Studi Kepustakaan, dilakukan dengan cara mengumpulkan artikel- artikel, teori yang relevan, dan literatur lainnya yang ada kaitannya dengan penelitian

(48)

ini termasuk dalam mengumpulkan beberapa faktor yang dapat menyebabkan keterlambatan proyek

3.6 Metode Analisa Data

Metode analisa yang dipakai dalam penelitian ini disesuaikan dengan banyaknya tahap pengumpulan data.

Langkah 1 Analisis Kurva S Time Schdule

Kurva S digunakan sebagai perhitungan awal penyebab keterlambatan, dalam penelitia n ini adalah mengidentifikasi atau diagnosa awal untuk mencari pekerjaan yang mengalami keterlambatan kemudian menghitung prestasi pekerjaan proyek, dimana kurva S terdapat rencana mingguan proyek perhitungan realisasi pelaksanaan . perbandingan antara rencana dan aktual akan diketahui seberapa besar prestasi maupun deviasi pekerjaan.

Karena informasi diatas sifatnya masih awal dan belum cukup data untuk melakukan tindakan koreksi, maka diperlukan data-data lagi mengenai kegiatan operasional untuk mengatasi keterlambatan proyek, dengan data-data tersebut serta upaya penanganan yang dilakukan kemudian dievaluasi melalui diagram Sebab-Akibat dan dilakukan perhitungan analisa AHP guna mendapatkan faktor-faktor penyebab keterlambatan proyek agar tidak terlalu jauh dengan waktu yang telah direncanakan di awal kontrak kerja.

Pengumpulan data dan analisis data yang dimulai dengan melakukan kuisioner tahap pertama kepada para pakar untuk memvalidasi variabel-variabel

(49)

yang peneliti dapat dari literatur untuk mendapatkan faktor-faktor dominan penyebab keterlambatan proyek PT Etelier Enam PM medan susun dengan diagram fishbone. Validasi yang disetujui oleh pakar akan dipilih sesuai dengan suara terbanyak untuk dilanjutkan ke tahap survey selanjutnya yaitu tahap kedua.

Responden survey tahap kedua yaitu anggota dari stakeholder yang terlibat langsung dalam pelaksanaan proyek yang diteliti. Hasil survey tahap kedua akan dianalisa dengan analisa AHP (analytic Hierarchy Process). Proses analisa AHP ini ditujukan untuk mendapat prioritas faktor-faktor resiko. Selanjutnya hasil dari AHP akan divalidasi kepakar sekaligus project manager bersangkutan untuk ditanyakan tindakan preventif yang diperlukan terhadap faktor-faktor dominan penyebab keterlambatan tersebut.

Langkah 2 Diagram Sebab-Akibat ( Fishbone)

Diagram sebab akibat ini pertama kali dikembangkan oleh seorang pakar kualitas dari jepang yaitu Dr. Kaoru Ishikawa pada Tahun 1950. Diagram ini disebut juga diagram tulang ikan ( Fishbone Chart ) atau Ishikawa diagram yang berguna melihat faktor-faktor dengan lebih terperinci yang berpengaruh dan mempunyai akibat pada faktor utama tersebut. Berikut ini bentuk Diagram tulang tersebut.

(50)

Gambar 3.2 Diagram Sebab-Akibat

Sumber :Heizer dan Render (2009)

Adapun langkah-dalam membuat diagram sebab-akibat adalah sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi masalah utama

2. Menempatkan masalah utama tersebut disebalah kanan diagram

3. Mengidentifikasi penyebab minor dan meletakkanya pada diagram utama 4. Mengidentifikasi penyebab minor dan meletakkannya pada penyebab mayor 5. Diagram telah selesai kemudian dilakukan evaluasi untuk menentukan

penyebab sesungguhnya

Langkah 3 Uji Validitas

Analisa data untuk tahap pertama dilaksanakan dengan langkah sebagai berikut:

Variabel hasil literatur untuk proyek gedung PT Etelier Enam PM secara general dibawa ke pakar dan manajer proyek untuk di validasi, apakah pakar dan manajer

Efek

Mesin Material

Tenaga Kerja

Metode

(51)

proyek setuju atau tidak bahwa variabel yang ada berdampak pada kinerja waktu proyek yang telah berlangsung, jika setuju diminta untuk menandai atau memberikan tanda (√) pada kolom ya jika menurut anda berpengaruh atau tidak berilah tang (√)pada kolom tidak jika tidak berpengaruh. Kemudian pakar dan manajer proyek diminta menambahkan variabel jika ada kemudian data tersebut dikumpulkan dan variabelnya dihitung. Jika dari pakar dan manajer proyek berpendapat setuju maka variabel tersebut adalah variabel atau faktor-faktor resiko yang berdampak pada kinerja waktu proyek pembangunan gedung Kawana Grup cikarang

Langkah 4 Analytic hierarchy process.(AHP)

menurut Thomas L Saaty (2009) AHP adalah teori pengukuran melalui matriks perbandingan (pairwise comparison) dan tergantung pada peniliaian para ahli untuk mendapatkan nilai skala prioritas.

Menurut Thomas L Saaty mengemukakan prosedur atau langkah-langkah dalam metode AHP meliput :

a) Penetuan Bobot Prioritas

1. Definisikan persoalan dan rinci pemecahan yang diinginkan 2. Lakukan dekomposisi dengan penyusunan kriteria dan sub-kriteria 3. Buat diagram hirarki

(52)

Gambar 3.3 Kerangka Analytic Hierarchy Process GOAL

KRITERIA

ALTERNATIF

4. Lakukan sintesisprioritas dengan membuat matriks Pairwise comparison (matriks perbandingan berpasangan)

Tabel 3.4 Matriks Perbandingan Berpasangan

C

……

……

….. …… …… …… ……

...

Sumber : Heizer dan Render (2009)

Maksud dari tabel diatas adalah terdapat suatu sistem hirarki dengan kriteria C dan sejumlah n kriteria dibawahnya, sampai . Nilai adalah nilai perbandingan antara elemen (baris) dengan

Goal

Kriteria 1 Kriteria 2 Kriteria 3 Kriteria 4

Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3 2

(53)

(kolom) yang menyatakan hubungan seberapa jauh tingkat kepentingan (baris) terhadap kriteria C dibandingkan dengan

(kolom).

Dalam kepentingan relatif dua elemen berlaku aksioma reciprocal yang artinya jika elemen i dinilai 5 kali lebih penting dibandingkan dengan j, maka elemen j nilainya 1/5 kali pentinganyadari elemen i. disamping itu jika elemen memiliki tingkat kepentingn yang sama maka akan mendapatkan nilai 1. Banyaknya penilaian yang diperlukan dalam penyusunan matriks ini adalah n(n-1)/2 karena matriksnya reciprocal dan elemen diagonal sama dengan 1.

5. Tentukan vektor prioritas dari masing-masing kriteria

6. Buat matriks evaluasi faktor dan lakukan pairwise comparison antara elemen/kriteria sehingga diperoleh bobot faktor.

7. Tentukan/evaluasi bobot total keseluruhan 8. Tetapkan pilihan berdasarkan nilai bobot.

(54)

b) Uji Konsistensi

1. Mencari vektor jumlah bobot (weight sum vector)dengan mengalikan nilai pada sel-sel tabel perbandingan berpasangan dengan vektor prioritas seperti halnya dilakukan perkalian matriks 2. Menghitung konsistensi vektor yang dilakukan dengan membagi sel-

sel vektor jumlah bobot dengan vektor prioritas

3. Menghitung nilai eigen value yang merupakan rata-rata dari vektor konsistensi

4. Menghitung indeks konsistensi (CI) dengan rumus : CI = (λ maks – n ) / ( n-1 )

Dimana CI = konsistensi rasio n = banyaknya elemen

Intensitas

Kepentingan Keterangan Penjelasan

1 Kedua elemen sama pentingnya

kriteria alternatif A sama pentingnya dengan kriteria alternatif B

3

Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya

A sedikit lebih penting dari B

5 Elemen tang satu lebih penting

dari elemen lainnya A jelas lebih penting dari B 7 Satu elemen jelas lebih mutlak

penting dari pada elemen lainnya

A sangat jelas lebih penting dari B

9 Satu elemen mutlak penting Mutlak lebih penting dari komponen B

2,4,6,8 Nilai-nilai antara nilai

pertimbangan yang berdekatan

Apabila ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatan

(55)

5. Menghitung rasio konsistensi (CR) dengan rumus : CR = CI/IR

Dimana CR = Consistenscy Ratio CI = Consistency Index

IR = Index Random consistency

6. Bandingkan nilai CR dengan nilai CR standar (0.1) jika CR hitung sama dengan 0.1 maka telah dilakukan perbandingan yang konsisten.

7. Jika hasil dari CR tidak konsistensi konsekuensi yaitu harus melakukan perhitungan ulang.

untuk menguji konsitensi hirarki dan tingkat akurasi,dampak maupun frekuensi dengan banyaknya elemen dalam matriks (n) besarnya nilai n sesuai dengan daftar indeks random konsistensi.

Langkah 5 Analisa Data

Analisa data untuk tahap ketiga dilaksanakan untuk validasi kepakar, variabel hasil penelitian yang telah diolah dan dianalisa yaitu faktor-faktor dominan penyebab keterlambatan, dibawa ke pakar dan manajer proyek untuk validasi, apakah pakar setuju dengan hasil penelitian, jika pakar dan manajer proyek berpendapat setuju maka penelitian ini dapat dikatakan valid.

(56)

58

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Analisis Data Penelitian

1. Analisa kurva S

Pada tahap pertama dalam penelitian ini adalah melakukan identifikasi untuk mencari pekerjaan yang mengalami penurunan prestasi atau keterlambatan berdasarkan data dari kurva S yang digunakan sebagai dasar analisa dan identifikasi pada jenis pekerjaan yang mengalami keterlambatan dan juga untuk menentukan waktu pelaksanaan pekerjaan yang terlambat pada proyek tersebut serta menunjukkan seberapa besar penurunan yang terjadi pada kumulatif rencana dengan kumulatif realisasi.

Tabel 5.1 Kurva S Rencana dan Progress Aktual Lebih Lambat

Sumber : Time Schdule PT Etelier Enam Project Management

Tas k Bobot (%) 1 2 3 4 5 6

Pendahuluan 3,66 1,22

Pondasi 7,32 1,22 1,22 1,22 1,22

Pengecatan 1,22 0,61 0,61

Dinding Bata 12,20 2,44 2,44 2,44

Pintu dan Jendela 2,44 1,22 1,22

Instalasi listrik 21,95 2,74 2,74 2,74 2,74 2,74

Sanitasi Air 9,76

Lantai 2,44

Struktur 9,76 4,88 4,88

Atap Beton 29,27 4,88 4,88 4,88 4,88

Total 100

Rencana 4.88 7.62 8.75 11.19 11.8 13.02

Renc. Kum 4.88 12,50 21,25 32,44 44,24 57,26

Aktual 3.55 6.20 5.00 9.87 7.54 8.92

Akt. Kum 3.55 9.75 14.75 24.62 32.16 41.08

Bas e line MINGGU

(57)

Dari gambar 5.1 dapat dilihat pada kurva S bahwa progress proyek mengalami keterlambatan sejak minggu pertama hingga akhir minggu ke-6, pekerjaan Atap mempunyai nilai bobot yang paling tinggi yaitu 29,27 % kemudian instalasi listrik 21,95% dinding bata 12,20% sanitasi air dan Struktur dengan bobot yang sama 9,76% pondasi 7,32% pendahuluan 3.66% pintu, jendela dan lantai yaitu 2,44% dan yang terakhir yaitu Pengecatan 1.22%

pekerjaan tersebut dapat mempengaruhi pekerjaan yang lain sehingga mengalami keterlambatan. Untuk monitoring proyek dengan kurva S diperlukan satu unit satuan pekerjaan yang seragam agar dapat dihitung secara mudah karena unit masing-masing pekerjaan berbeda-beda seperti : , atau m maka semua satuan tersebut disatukan dalam bobot (%) dengan satuan dalam bentuk biaya sehingga :

Bobot (%) =

x 100%

Jumlah biaya setiap pekerjaan ditentukan oleh owner proyek dengan terlebih dahulu melakukan studi harga yang telah ditentukan sebelum proyek ini dimulai.

Berikutnya kurva S digunakan sebagai dasar analisa dan identifikasi penurunan progress dalam menentukan waktu pelaksanaan keterlambatan proyek PT Etelier Enam PM tersebut.

Gambar

Tabel 2.1 Skala dalam perbandingan berpasangan
Tabel 3.1 jadwal penelitian
Gambar 3.2 Diagram Sebab-Akibat
Tabel 3.4 Matriks Perbandingan Berpasangan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengguna dalam pemodelan sistem ini terdiri dari administrator, administrator adalah orang yang mengolah data (menambah, mengedit dan menghapus) serta user (masyarakat)

Pelabuhan Indonesia II khususnya bagian pelayanan barang, bagian inti tersebut telah menerapkan sistem informasi pada proses operasionalnya, namun sistem yang ada pada

Gejolak Politik Di Akhir Kekuasaan Presiden : Kasus Presiden Soekarno (1965-1967) dan Soeharto Dalam Pandangan Surat Kabar Kompas. Universitas Pendidikan Indonesia |

[r]

Dalam Permendiknas Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar di Kabupaten/Kota, terdapat 13 indikator pemenuhan SPM yang merupakan

skenario partial connected penggunaan bandwidth Babel masih lebih kecil, untuk delay diungguli oleh B.A.T.M.A.N-adv, sedangkan jitter dan packet loss.. nilai Babel

The theoretical research and construction of Music Iconography could have been used to solve the problems occurred in academic practice of modern art and musicology.

Teori ini menjelaskan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh dua buah cognition yaitu values (nilai) dan intentions (tujuan). Umumnya, manajer menerima penetapan tujuan