PERANCANGAN PERBAIKAN PADA LINTASAN PERAKITAN PANEL LISTRIK TIPE PIX DI PT. X
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Strata 1 (S-1)
Disusun Oleh :
Nurhadi Juanda 4160401-021
P R O G R A M S T U D I T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N O L O G I I N D U S T R I
U N I V E R S I T A S M E R C U B U A N A 2 0 0 8
T
LEMBAR PERSETUJUAN
Yang bertanda tangan dibawah ini menerangkan bahwa laporan Tugas Akhir, dari mahasiswa :
Nama : Nurhadi Juanda
NIM : 4160401-021
Program Studi : Teknik Industri Fakultas : Teknologi Industri
Judul : “ Perancangan Perbaikan pada Lintasan Perakitan Panel Listrik Tipe PiX di PT. X “
Telah Diperiksa dan Disetujui Sebagai Bahan Laporan Tugas Akhir
Jakarta, Mei 2009 Pembimbing Tugas Akhir
Ir. H. Torik Husien, MT
LEMBAR PENGESAHAN
PERANCANGAN PERBAIKAN PADA LINTASAN PERAKITAN PANEL LISTRIK TIPE PIX DI PT. X
Disusun Oleh :
Nurhadi Juanda 4160401-021
Pembimbing Tugas Akhir
(Ir. H. Torik Husein, MT)
Mengetahui,
Koordinator TA / Ketua Program Studi Teknik Industri
(Ir. Muhammad Kholil, MT)
T
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Nurhadi Juanda
NIM : 4160401-021
Program Studi : Teknik Industri Fakultas : Teknologi Industri
Judul : “ Perancangan Perbaikan pada Lintasan Perakitan Panel Listrik Tipe PiX di PT. X “
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil karya sendiri, kecuali pada bagian yang telah disebutkan sumbernya.
Jakarta, Mei 2009
Nurhadi Juanda
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Tugas Akhir ini dengan lancar dan baik. Penulisan Tugas Akhir ini disusun sebagai persyaratan akademis terakhir dalam menyelesaikan studi pada Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana, untuk mendapatkan gelar Strata – 1 (S-1).
Penelitian yang dilakukan di PT.X dimaksudkan untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama perkuliahan di Program Studi Teknik Industri.
Selama Penyusunan dan penulisan Tugas Akhir ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Tugas Akhir ini. Dan pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada :
1. Bapak Ir. H. Torik Husein, MT atas bimbingan dan arahannya kepada penulis dalam penulisan tugas akhir ini. dan sebagai Dosen Pembimbing Angkatan 2004 yang selalu memberikan motivasi kepada penulis.
2. Bapak Ir. Muhamad Kholil, MT selaku Koordinator Tugas Akhir dan Ketua Program Studi Teknik Industri atas dukungannya kepada mahasiswa-mahasiswa di Program Studi Teknik Industri, terutama kepada penulis.
3. Seluruh Dosen di Program Studi Teknik Industri, Universitas Mercu Buana yang telah memberikan pengetahuan dan yang telah mengajarkan teori-teori tentang
T
Teknik Industri yang sangat berguna dan mendidik bagi penulis dalam penyusunan tugas akhir ini.
4. Kedua orang tua yang telah memberikan kasih sayang dan kesabarannya dalam mendidik dan membangun karakter penulis unutk menjadi seseorang yang berguna di masa yang akan datang.
5. Bachtiar Setiabudi ST sebagai kakak yang selalu memberikan dukungan secara moril dan materi dalam penulisan tugas akhir ini.
6. Danya Keyzhi Alhena dan Netty Chris Hidayanty yang telah menjadi inspirasi dan motivasi.
7. Seluruh Pimpinan dan Staff Assembling Line Panel PiX di PT. X yang telah memberikan kemudahan-kemudahan dan bantuannya dalam pengumpulan data- data untuk penulisan tugas akhir ini.
8. Rekan-rekan mahasiswa Teknik Industri Angkatan 2004, terima kasih atas pengalaman-pengalaman yang telah dijalani, wawasan-wawasan yang telah dibagi dan kesolidaritasannya dalam satu angkatan ini.
9. Dan seluruh pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah membantu penulis selama penulisan tugas akhir ini
Penulis sadar bahwa tugas akhir ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saran dan kritik yang membangun dari pembaca senantiasa penulis harapkan demi perbaikan tugas akhir ini. Penulis berharap tugas akhir ini dapat berguna bagi rekan-rekan, khususnya bagi yang ingin membuka dan menambah wawasan dalam menemukan pemecahan masalah-masalah yang berkaitan dengan keseimbangan lintasan.
Jakarta, Mei 2009
Nurhadi Juanda
ABSTRAK
Dalam bidang teknik industri, efisiensi merupakan suatu keutamaan pada setiap kegiatannya untuk memproduksi suatu produk. Bertujuan untuk mencapai tingkat efisiensi dalam lintasan perakitan, perusahaan-perusahaan telah melakukan berbagai hal untuk meningkatkan efisiensi tersebut. Perkembangan teknologi dibidang perindustrian merupakan hasil dari usaha manusia untuk mencapai tingkat efisiensi yang optimal dalam memproduksi suatu produk.
Perusahaan yang bergerak dibidang perakitan panel listrik ini adalah salah satu dari banyaknya perusahaan yang berada dibidang yang sama dan telah melakukan banyak hal untuk dapat mencapai tingkat efisiensi yang optimal pada lintasan perakitannya, terutama lintasan perakitan panel listrik tipe PiX yang ada dan sudah berlangsung ini. Besarnya nilai efisiensi dalam lintasan dipengaruhi oleh jumlah stasiun-stasiun kerja, dan dalam menentukan jumlah stasiun kerja ini dengan menggunakan metode-metode yang berkaitan dengan teori keseimbangan lintasan.
Metode ini bisa berdasarkan matematis, probabilistic, dan heuristic dalam pendekatannya. Metode wilayah adalah metode heuristic yang digunakan dalam mencapai tingkat efisiensi dalam penulisan tugas akhir ini, dimana merancang ulang jumlah stasiun kerja dan jumlah operator yang terdapat didalamnya adalah langkah- langkah yang dilakukan dalam penulisan tugas akhir ini.
Hasil dari penelitian dan penghitungan ini adalah peningkatan nilai efisiensi sebesar 17.97 %, dari 53,95 % menjadi 71,92 %, berkurangnya nilai waktu menganggur sebesar 11520 detik, dari 21218.58 detik menjadi 9698.58 detik, berkurangnya jumlah stasiun kerja dan jumlah operator sebanyak 1 (satu) stasiun kerja dan 1 (satu) operator.
Sehingga beban kerja operator menjadi lebih merata.
(Kata Kunci : waktu baku, waktu menganggur, stasiun kerja, efisiensi lintasan, keseimbangan lintasan, dan metode wilayah)
T
ABSTRACT
In world of industry, efficiency is a main thing on each activity for producing a product. Intent to reach effisiency in assembling line, many companies have done things to increase the efficiency. Technological developing in world industries constitute result from man effort to reach efficiency in producing a product.
This company that moving at electrical panel assembling is one of most company that moving in the same part and do things to get the optimum of efficiency on its assembling line, especially electrical panel PiX type assembling line that existing and have taken place. The amount of efficiency value on assembling line inflluenced by amount of work stations, and determining the amount of work station it can be done by using methods related to line balancing theory. This method can pursuant to its mathematical, probabilistic, and heuristic in its approach. Regional Method is a method of heuristic which is used in reaching efficiency in writing of this final duty, where redesigning the amount of work station and amount of operator which there are in its steps that performed in this final duty.
The result of this enumeration and research is increasing the efficiency value equal to 17.97 %, from 53.95 % becoming 71.92 %. Decreasing of its idle time amount equal to 11520 second, from 21218.58 second becoming 9698.58 second and decreasing amount of work station and operator equal to 1 (one) work station and 1 (one) operator.
So that work force become more flatten
(Keywords : standard time, idle time, work station, line efficiency, line balancing and regional method)
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN... ii
LEMBAR PENGESAHAN... iii
LEMBAR PERNYATAAN... iv
KATA PENGANTAR ...v
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR DIAGRAM... xiv
DAFTAR TABEL ...xv
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
1.1 LATAR BELAKANG... 3
1.2 IDENTIFIKASI PERMASALAHAN... 3
1.3 TUJUAN PENELITIAN... 4
1.4 PEMBATASAN MASALAH... 4
1.5 METODOLOGI PENELITIAN... 5
1.6 METODE PENGUMPULAN DATA... 6
1.6.1 Metode Pengumpulan Data Primer ... 6
T
1.6.2 Metode Pengumpulan Data Sekunder... 6
1.7 SISTEMATIKA PENULISAN... 7
BAB II. LANDASAN TEORI ... 9
2.1 PENGUKURAN KERJA... 9
2.1.1 Pengukuran Waktu Kerja (Time Study) ... 9
2.1.2 Manfaat Pengukuran Waktu Kerja... 10
2.1.3 Pengukuran Waktu Cara Langusng dengan Metode Jam Henti ... 11
2.1.4 Melakukan Pengukuran Waktu... 12
2.2 FAKTOR PENYESUAIAN DAN KELONGGARAN... 15
2.2.1 Faktor Penyesuaian ... 15
2.2.2 Faktor Kelonggaran ... 18
2.3 MENGHITUNG WAKTU BAKU... 21
2.4 LINTASAN PRODUKSI... 22
2.5 POLA ALIRAN BAHAN UNTUK PROSES PERAKITAN... 23
2.6 DIAGRAM JARINGAN KERJA (PRECEDENCE DIAGRAM) ... 25
2.7 KESEIMBANGAN LINI PERAKITAN... 26
2.7.1 Tujuan Penyeimbangan Lintasan ... 26
2.7.2 Masukan (Input) Keseimbangan Lintasan ... 27
2.8 METODE KESEIMBANGAN LINI (LINE BALANCING) ... 27
2.8.1 Metode Peringkat Bobot Posisi (Ranked Positional Weight Method)... 28
2.8.2 Metode Wilayah (Region Appraoch Method) ... 29
2.8.3 Metode Waktu Operasi Terpanjang ( Largest Candidates Rules ) ... 30
2.9 BEBAN KERJA PADA STASIUN KERJA... 31
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 32
3.1 PENELITIAN PENDAHULUAN... 32
3.2 STUDI KEPUSTAKAAN... 33
3.3 PERUMUSAN MASALAH... 33
3.4 PENGUMPULAN DATA... 33
3.4.1 Persiapan Pengukuran Waktu ... 33
3.4.2 Melakukan Pengukuran Waktu... 34
3.5 PENGOLAHAN DATA... 35
3.5.1 Pengujian Keseragaman Data ... 35
3.5.2 Pengujian Kecukupan Data... 35
3.5.3 Perhitungan Waktu Baku ... 36
3.5.4 Perhitungan Efisiensi Stasiun Kerja pada Kondisi Awal... 36
3.5.5 Perhitungan Efisiensi Stasiun Kerja pada Kondisi perancangan ... 36
3.6 HASIL DAN ANALISA... 37
3.7 KESIMPULAN DAN SARAN... 37
BAB IV. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... 39
4.1 PENGUMPULAN DATA... 39
4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan... 39
4.1.2 Kegiatan Proses Produksi ... 49
4.1.3 Kegiatan Proses Perakitan... 53
4.1.4 Klasifikasi Elemen Kerja di Lintasan Assembling Line... 57
T
4.1.5 Waktu Siklus Operasi di Lintasan Assembling Line ... 58
4.2 PENGOLAHAN DATA... 72
4.2.1 Uji Keseragaman Data ... 72
4.2.2 Uji Kecukupan Data... 76
4.2.3 Studi Waktu ... 77
4.3 LINI PERAKITAN PADA KONDISI AWAL... 83
4.3.1 Membuat Precedence Diagram ... 84
4.3.2 Menghitung Efisiensi Keseimbangan Lintasan pada Kondisi Awal... 85
4.4 LINI PERAKITAN PADA KONDISI PERANCANGAN... 88
4.4.1 Penggunaan Metode Wilayah pada Kondisi Perancangan... 89
BAB V. ANALISA HASIL ... 94
5.1 PERBANDINGAN KONDISI AWAL DAN SETELAH PERBAIKAN... 94
5.2 ANALISA BEBAN KERJA... 98
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 100
6.1 KESIMPULAN... 100
6.2 SARAN... 102
DAFTAR PUSTAKA ... 103
L A M P I R A N ... 104
DAFTAR GAMBAR
2.1 Sistem Produksi ……… 22
2.2 Combination Assembly Line ……….. 24
2.3 Tree Assembly Line ……….. 24
2.4 Dendretic Assembly Line ……….. 25
2.5 Overhead Assembly line ……… 25
4.1 Panel Listrik Tipe PiX ……….. 41
4.2 Site Plan PT. X ………. 42
4.3 Trumpf Trumatic TR 500 rotation dan Finn Power E5 ……… 47
4.4 Bending Machine ……….. 48
4.5 Eisenmann Paint Plant ……… 48
4.6 Lathe Machine dan Bending Machine for Busbar ……….. 49
4.7 MIG Welding ………. 49
4.8 Proses Punching dan Bending Sheet Metal ……… 50
4.9 Proses Pembuatan Busbar ………. 51
4.10 Proses Machining Memproduksi Coding Switch ……….. 51
4.11 Proses Pengelasan pada Middle Door ……… 52
4.12 Proses Cleaning dan Painting ………. 52
4.13 Proses Perakitan Earthing Switch ………. 53
4.14 Wire Mesh Top Front ……… 53
4.15 Current Transformator Preparing and Testing ………. 54
4.16 Spout ………. 54
4.17 Proses Perakitan Middle Door ……….. 54
4.18 Proses Perakitan Rear Unit ……… 55
4.19 Proses Pemasangan Current Transformator dan Earthing Switch ………….. 55
4.20 Proses Pemasangan Capacitive Divider ………. 56
4.21 Lay Out Assembling Line Panel Listrik Tipe PiX Kondisi Awal ……… 83
4.22 Lay Out Assembling Line Panel Listrik Tipe PiX Kondisi Perancangan ……… 93
T
DAFTAR DIAGRAM
3.1 Flow Chart Metodologi Penelitian ………. 38 4.1 Struktur Organisasi PT. X ………. 43 4.2 Precedence Diagram Assembling Line Panel Listrik Tipe PiX ……….. 84 4.3 Pengelompokan Operasi pada Work Station Kondisi Awal Lintasan Perakitan .. 85 4.4 Precedence Diagram Assembling Line Panel Listrik Tipe PiX ……….. 89 4.5 Precedence Diagram dengan Work Station pada Lintasan Perancangan ……… 92
DAFTAR TABEL
2.1 Pengelompokan Data Operasi Kerja ……….. 13
2.2 Faktor Penyesuaian Menurut Westinghuose ………. 17
2.3 Besarnya Kelonggaran Berdasarkan Faktor-Faktor yang Berpengaruh ……….. 19
4.1 Pengukuran Kerja Pada Operasi 1 ……….…………. 59
4.2 Pengukuran Kerja Pada Operasi 2 ………. 61
4.3 Pengukuran Kerja Pada Operasi 3 ………. 62
4.4 Pengukuran Kerja Pada Operasi 4 ………. 63
4.5 Pengukuran Kerja Pada Operasi 5 ………. 64
4.6 Pengukuran Kerja Pada Operasi 6 ………. 65
4.7 Pengukuran Kerja Pada Operasi 7 ………. 67
4.8 Pengukuran Kerja Pada Operasi 8 ………. 69
4.9 Pengukuran Kerja Pada Operasi 9 ………. 71
4.10 Pengelompokan Data Waktu Operasi 1 ………. 72
4.11 Perhitungan Standar Deviasi Operasi 1 ………. 73
4.12 Perhitungan Standar Deviasi Sebenarnya dan Subgrup pada Setiap Operasi ………. 74
4.13 Perhitungan BKA dan BKB pada Setiap Operasi ……….. 75
4.14 Keseragaman Data Operasi 1 ………. 75
4.15 Kecukupan Data pada Masing-masing Operasi ………. 77
4.16 Perhitungan Rata-rata Waktu Siklus ……… 77
4.17 Perhitungan Waktu Siklus pada Masing-masing Operasi ……… 78
4.18 Besarnya Faktor Kelonggaran pada Masing-masing Operasi ………. 79
4.19 Perhitungan Waktu Normal pada Setiap Operasi ……….. 79
4.20 Faktor Kelonggaran pada Operasi 1 ………. 80
4.21 Besar Faktor Kelonggaran pada Masing-Masing Operasi ……… 81
4.22 Hasil Perhitungan Waktu Standar ………. 82
4.23 Assembling Line Report Kondisi Awal ……… 84
4.24 Pengelompokan Operasi untuk Perhitungan Efisiensi ……… 85
4.25 Pengelompokan Operasi Kerja dan Efisiensi per Work Station ……… 88
4.26 Pengelompokan Operasi pada Work Station Kondisi Perancangan ……… 90
4.27 Efisiensi Lintasan pada Kondisi Perancangan dengan Metode Wilayah ………….. 91
4.28 Pengelompokan Operasi pada Work Station ………. 91
5.1 Kondisi Awal Lintasan Perakitan Assembling Line Panel Listrik Tipe PiX ………… 95
5.2 Kondisi Perancangan Lintasan Perakitan Assembling Line Panel Listrik Tipe PiX .. 95
5.3 Uraian Operasi Di Work Station pada Kondisi Awal Lintasan Perakitan ……… 96
5.4 Uraian Operasi Di Work Station pada Kondisi Perancangan Lintasan Perakitan …. 97 5.5 Beban Kerja Operator pada Kondisi Awal Lintasan Perakitan ………. 99
5.6 Beban Kerja Operator pada Kondisi Perancangan Lintasan Perakitan ……… 99
6.1 Waktu Baku pada Lintasan Perakitan Panel Listrik Tipe PiX di PT. X ………. 100
T
BAB 1. PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN
Manusia telah melakukan berbagai hal untuk meningkatkan efisiensi kerja dalam setiap kegiatannya untuk memproduksi suatu barang. Perkembangan teknologi adalah salah satu pertanda dari usaha manusia untuk meningkatkan efisiensi kerja pada setiap kegiatannya dalam memproduksi suatu barang. Dari perkembangan teknologi ini, dihasilkan berbagai macam mesin-mesin, peralatan dan perlengkapan yang disesuaikan untuk memproduksi suatu barang.
Dengan semakin berkembangnya teknologi untuk melakukan kegiatan produksi ini, manusia, yang tadinya adalah sebagai sumber daya dalam kegiatan memproduksi barang secara langsung, kini hanya cukup digunakan untuk mengoperasikan suatu mesin dan perlengkapan produksi yang ada.
Pada saat ini dinegara-negara berkembang, efisiensi kerja adalah suatu hal yang berkaitan dengan setiap usaha produksi yang menggunakan sumber daya manusia dan juga berkaitan dengan proses-proses yang terjadi pada lintasan produksi. Dan dalam hal ini, efisiensi kerja ini tidak dikaitkan dengan kegiatan penanaman modal untuk program penambahan kuantitas dan pengembangan teknologi pada mesin-mesin atau peralatan produksi yang lebih canggih. Dikatakan demikian karena kegiatan tersebut tidak efisien dalam hal permodalan, atau dapat dikatakan memerlukan biaya yang besar, walaupun kebijakan tersebut dapat meningkatkan produktifitas.
Efisiensi kerja dapat digambarkan sebagai suatu sistem, dimana sistem ini berhubungan dengan tenaga kerja dan modal. Modal yang dimaksud berupa mesin-mesin produksi, lintasan produksi, peralatan kerja, bahan baku, layout bangunan pabrik, dan lain-lain yang bersifat dapat dikelola dengan cara yang terorganisir untuk menghasilkan suatu produk secara efektif, efisien dan tetap memperhatikan dan menjaga kualitas dari produk yang di produksi.
Bertitik tolak dari hal diatas, maka kita akan selalu berusaha memanfaatkan sumber daya tersebut untuk mewujudkan sesuatu secara maksimal dengan memadukan sumber daya dan hasil yang optimal dan efisien. Disamping modal dan sumber produksi lainnya, tenaga manusia adalah sumber daya yang harus dimanfaatkan secara penuh dan terarah.
Seorang tenaga kerja yang dianggap sebagai salah satu sumber daya di dalam kegiatan produksi suatu produk, dianggap bekerja dengan produktif dan efisien jika ia dapat menunjukan output kerja yang setidaknya dapat mencapai ketentuan minimal dan tidak mempunyai waktu menganggur yang besar. Ketentuan ini didasarkan atas besarnya keluaran yang dihasilkan secara normal dan diselesaikan dalam jangka waktu yang layak pula. Waktu kerja disini adalah suatu ukuran umum dari nilai masukan yang harus diketahui guna melaksanakan penelitian mengenai perancangan lintasan perakitan yang efisien. Masukan yang berupa waktu ini dapat diteliti dan diperoleh dengan cara melaksanakan studi mengenai tata cara dan pengukuran waktu kerja atau pengukuran waktu baku. Untuk mendapatkan suatu lintasan produksi yang efisien, dapat kita lihat dari efisiensi lintasan perakitan yang memiliki nilai efisiensi yang tinggi, jumlah waktu menganggur operator yang sedikit dan selisih beban kerja operator yang sedikit.
T
1.1 Latar Belakang
PT. X, adalah perusahaan yang bergerak dibidang sumber tenaga listrik. Panel listrik adalah produk yang perusahaan ini produksi setiap hari sepanjang tahunnya. Berbagai macam tipe telah diproduksi oleh perusahaan ini, sehingga perusahaan ini memiliki satu dari berbagai tipe panel listrik yang dianggap sebagai tipe unggulan, dikatakan unggul karena tipe banyak dipesan dan diinstalasi di berbagai jaringan listrik oleh pelanggan mereka, baik dari perusahaan swasta sampai perusahaan negara.
Dengan meningkatnya jumlah pesanan atau jumlah kebutuhan akan panel listrik tersebut, perusahaan harus dapat memenuhinya. Dalam hal ini, pemenuhan akan kebutuhan produk ini adalah dengan memproduksi produk pesanan atau produk yang dibutuhkan, sesuai dengan jumlah produk dan sesuai dengan jadwal yang dikehendaki oleh pelanggan. Dalam hal pemenuhan kebutuhan ini, perusahaan mencoba meningkatkan jumlah produksi perharinya demi memenuhi ketepatan waktu untuk memenuhi kebutuhan para pelanggan. Akan tetapi, kegiatan ini tentunya harus dirasakan lebih efisien dan lebih optimal oleh perusahaan.
Dalam hal ini, penulis mencoba mengaplikasikan pengetahuan yang didapatkan selama perkuliahannya di Program Studi Teknik Industri Universitas Mercu Buana, pada lintasan lini perakitan panel listrik type PiX di PT. X yang sudah ada dan sudah berlangsung. Dan dengan tujuan untuk memperbaiki lintasan lini perakitannya dengan cara menganalisis dan merancang lintasan lini perakitannya yang lebih efisien sehingga dapat dikatakan optimal.
1.2 Identifikasi Permasalahan
Di dalam lintasan lini perakitan panel listrik tipe PiX, terdapat stasiun kerja dengan proses-proses kegiatan (operasi) di tiap-tiap stasiun kerja, tentunya terdapat pula perbedaan- perbedaan kapasitas waktu produksi atau waktu siklus di tiap-tiap stasiun kerja. Hal ini
menyebabkan diperlukan adanya penyeimbangan dalam kegiatan perakitan di lintasan lini perakitan. Agar pembahasan masalah dapat lebih terarah, maka penulis akan mengidentifikasi beberapa masalah yang akan diteliti dalam tugas akhir ini ke dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :
1. Menentukan berapa waktu baku pada proses perakitan panel listrik tipe PiX di PT. X?
2. Menghitung berapa nilai efisiensi lintasan awal dan menghitung efisiensi lintasan usulan pada proses perakitan panel listrik tipe PiX di PT. X?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Menghitung waktu baku pada lintasan perakitan panel listrik tipe PiX, 2. Mengetahui efisiensi lintasan pada lintasan perakitan panel listrik tipe PiX, 3. Merancang lintasan perakitan panel listrik tipe PiX yang baru dan efisien, dan
4. Mengetahui nilai beban kerja operator pada kondisi perancangan lintasan perakitan yang baru.
1.4 Pembatasan Masalah
Untuk mencapai tujuan penulisan yang optimal, penulis membatasi pembahasan dari masalah yang dikemukan agar ruang lingkup pembahasan permasalahan tidak menyimpang dan tidak meluas dalam pemecahan permasalahan. Pembatasan masalah tersebut adalah sebagai berikut :
1. Produk yang diamati adalah produk panel listrik tipe PiX yang ada di PT. X.
2. Hanya melakukan pengamatan pada assembling line panel listrik tipe PiX yang ada di PT. X.
T
3. Tidak memperhitungkan faktor biaya yang berkaitan dengan usulan atau kegiatan penambahan atau pengurangan jumlah operator, stasiun kerja dan mesin-mesin produksi.
4. Tidak melakukan pengaturan tata letak pabrik.
5. Tidak melakukan peramalan terhadap permintaan.
1.5 Metodologi Penelitian
Metode penelitian yang digunakan untuk melakkan penelitian dan analisis, dilakukan melalui beberapa tahap :
1. Meninjau dan mengamati langsung ke kawasan perusahaan untuk mengamati dan mengukur waktu setiap operasi dari operasi-operasi yang terjadi di lintasan perakitan panel listrik tipe PiX,
2. Wawancara langsung dengan pihak-pihak yang bersangkutan dengan proses operasi yang terjadi di lintasan perakitan untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan menentukan perhitungan dan pengukuran waktu pada setiap operasi yang terjadi di lintasan perakitan panel listrik tipe PiX, dan
3. Studi kepustakaan untuk mempelajari teori-teori dari referensi-referensi buku yang ada sebagai landasan penulis untuk menulis tugas akhir ini.
1.6 Metode Pengumpulan Data
Dalam penulisan tugas akhir ini, penulis menggunakan dua jenis metodologi pengumpulan data, yaitu metode pengumpulan data primer dan metode pengumpulan data sekunder.
1.6.1 Metode Pengumpulan Data Primer
Metode ini digunakan untuk mendapatkan data teknik yang sebenarnya dalam riset atau pengamatan secara langsung yang dilakukan. Metode ini dapat dilakukan dengan dua cara :
1. Wawancara, penulis melakukan diskusi atau tanya jawab dengan pembimbing di lapangan serta teknisi/operator, dan
2. Observasi, penulis melakukan pengambilan data dengan cara mengamati dan mencatat secara lengsung pada objek pengamatan
1.6.2 Metode Pengumpulan Data Sekunder
Metode ini digunakan untuk mendapatkan data/informasi secara tidak langsung, antara lain :
1. Laporan Perusahaan, 2. Literatur,
3. Kajian dokumen, dan
4. Buku-buku yang berkaitan dengan teori Keseimbangan Lini.
T
1.7 Sistematika Penulisan
Penulisan penelitian tugas akhir ini disusun berdasarkan suatu sistematika penulisan yang secara garis besar dapat digambarkan sebagai berikut :
BAB I. PENDAHULUAN
Pada bab ini dijelaskan mengenai latar belakang dan identifikasi permasalahan yang terjadi dengan pembatasan-pembatasan permasalahan sehingga didapat maksud dan tujuan dari penulisan penelitian ini. Metodologi dari penulisan, metode pengumpulan data dan sistematika dari penulisan adalah sebagai panduan dari penulisan tugas akhir ini.
BAB II. LANDASAN TEORI
Bab kedua ini menguraikan tentang teori-teori, konsep-konsep, dan rumusan yang membantu dan menunjang penulis dalam pemecahan permasalahan.
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini dijelaskan tentang teknik dan tata cara dalam pengambilan data dan juga dalam pengolahan data sebagai langkah penulis untuk mendapatkan tujuan dari penulisan tugas akhir ini.
BAB IV. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Di bab ini terdapat hasil dari pengumpulan data yang dilakukan penulis, dan dituangkan seutuhnya sebagai gambaran umum perusahaan. Dan dari data-data yang telah dikumpulkan, juga dilakukan pengolahan data berdasarkan teori-teori dan metode yang ada untuk kemudian sebagai acuan dalam menganalisa permasalahan.
BAB V. ANALISA HASIL
Bab ini berisikan hasil dari pengolahan data, dimana hasil dari pengolahan data ini akan dianalisa dan disusun sebagai langkah-langkah untuk penyelesaian.
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN
Isi dari bab ini adalah kesimpulan dari hasil penelitian dan pengolahan data yang telah dihasilkan pada bab sebelumnya, juga disertai dengan saran-saran yang diusulkan penulis untuk pemecahan dari permasalahan yang telah diteliti.
T
BAB 2. LANDASAN TEORI
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengukuran Kerja
Untuk mengetahui apakah suatu sistem kerja yang diterapkan sudah baik, maka diperlukan prinsip-prinsip pengukuran kerja yang meliputi teknik-teknik pengukuran mengenai waktu yang dibutuhkan, tenaga yang dikeluarkan, pengaruh psikologis dan fisiologis.
Pengukuran kerja adalah pengukuran terhadap suatu aktifitas untuk menentukan waktu yang dibutuhkan oleh seorang operator (yang memiliki keterampilan rata-rata dan terlatih dengan baik) dalam melaksanakan sebuah kegiatan kerja dalam kondisi dan tempo kerja yang normal.
2.1.1 Pengukuran Waktu Kerja (Time Study)
Salah satu pengukuran kerja adalah pengukuran waktu kerja (time study). Pengukuran waktu kerja adalah kegiatan mengamati pekerjaan dan mencatat waktu kerjanya, baik setiap elemen ataupun siklus dengan menggunakan alat-alat yang diperlukan dalam mengukur waktu.
Pengukuran waktu kerja bertujuan untuk mendapatkan nilai acuan suatu waktu yang disebut sebagai waktu baku. Waktu baku adalah waktu penyelesaian seorang pekerja melaksanakan pekerjaan secara wajar, dimana waktu tidak terlalu cepat dan juga tidak terlalu lambat, dalam suatu sistem kerja yang terbaik.
Teknik pengukuran waktu terbagi 2 macam, yaitu:
1. Teknik Pengukuran Cara Langsung
Teknik pengukuran cara langsung adalah teknik pengukuran dengan pengamatan langsung pada pekerjaan (benda kerja). Teknik Pengukuran waktu ini dilakukan secara langsung ditempat kerja. Cara ini terbagi menjadi 2 metode, yaitu:
a. Metode jam henti (stop watch) b. Metode sampling pekerjaan
2. Teknik Pengukuran Cara Tidak Langsung
Pengukuran waktu ini dilakukan tanpa perlu berada ditempat kerja, tetapi cukup dengan membaca data dari tabel - tabel atau literatur yang tersedia. Cara ini terbagi juga menjadi 2 metode, yaitu :
a. Data waktu baku b. Data waktu gerakan
Dalam hal ini, pembahasan akan dilakukan dengan teknik pengukuran waktu secara langsung dengan menggunakan metode jam henti.
2.1.2 Manfaat Pengukuran Waktu Kerja
Manfaat dari pengukuran waktu kerja (time study) adalah : 1. Untuk menentukan jadwal dan perencanaan kerja.
2. Untuk menentukan standar biaya dalam mempersiapkan anggaran.
3. Untuk memperkirakan biaya produksi sebuah produk sebelum diproduksi, agar dapat mempersiapkan penawaran dan menentukan harga jual.
4. Untuk menentukan pemanfaatan mesin, jumlah mesin yang dapat dioperasikan seorang operator dan membantu dalam menyeimbangkan lintasan produksi.
5. Untuk menentukan standar waktu yang dapat dijadikan dasar dalam pemberian upah perangsang bagi pekerja secara langsung maupun tidak langsung.
T
6. untuk menentukan standar waktu sebagai dasar pengendalian biaya tenaga kerja.
2.1.3 Pengukuran Waktu Cara Langusng dengan Metode Jam Henti
Pengukuran waktu dengan metode jam henti menggunakan stopwatch sebagai alat pengukur waktu yang ditunjukkan dalam penyelesaian suatu aktivitas yang diamati (actual time). Waktu yang berhenti diukur dan dicatat kemudian dimodifikasikan dengan
mempertimbangkan tempo kerja operator dan menambahkannya dengan kelonggaran waktu (allowances time) Langkah-langkah yang harus dilakukan sebelum melakukan pengukuran waktu dengan jam henti adalah sebagai berikut :
1. Penetapan tujuan pengukuran
Sebelum dimulai kegiatan pengukuran, maka perlu ditetapkan tujuan dari hasil pengukuran. Tujuan ini akan mempengaruhi besarnya tingkat ketelitian dan tingkat kepercayaan yang digunakan.
2. Melakukan penelitian pendahuluan
Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mempelajari sistem dan kondisi kerja saat ini sehingga jika diperlukan dapat melakukan perbaikan sistem kerja yang baik.
3. Memilih operator
Operator yang akan diukur dalam melakukan pekerjaannya hendaknya seorang yang berkemampuan normal. Jadi, operator yang dipilih adalah operator yang bekerja secara wajar dan berkemampuan rata-rata.
4. Menguraikan pekerjaan berdasarkan elemen pekerjaan
Pekerjaan yang hendak diukur waktunya dibagi – bagi menjadi elemen – elemen kerja dengan batas yang jelas. Penguraian ini dilakukan jika diperlukan dan tergantung dari tujuan yang diinginkan sehingga waktu siklus pekerjaan adalah penjumlahan dari waktu siklus elemen –elemen kerjanya.
5. Menyiapkan alat – alat pengukuran
Alat – alat yang dipakai dalam pengukuran waktu ini adalah : a. Jam kerja ( stopwatch )
b. Lembar pengamatan c. Alat – alat tulis d. Papan pengamatan
Kegiatan pengukuran waktu merupakan kegiatan mengamati seorang operator dalam melakukan pekerjaannya dan mencatat waktu kerja yang dibutuhkan dengan alat pengukur waktu yang sesuai dalam suatu siklus operasi kerja.
2.1.4 Melakukan Pengukuran Waktu
Kegiatan mengamati dan mencatat waktu kerja ini adalah mengamati dan mencatat waktu-waktu kerja yang terjadi pada tiap eleman kerja ataupun dalam siklus dengan menggunakan alat-alat yang sesuai untuk melakukan kegiatan ini. Bila operator yang telah kita pilih telah siap didepan pekerjaannya yang nantinya pekerjaan ini akan diukur waktu penyelesaiannya. Seorang pengamat yang sedang melakukan kegiatan pengukuran waktu kerja ini, hendaknya berada pada posisi yang tidak menganggu operator dalam menyelesaikan pekerjaannya, hal ini dianjurkan pula agar seorang operator yang kita amati pekerjaannya tidak merasa canggung secara psikoligis, karena pengamat yang berada tepat didepan operator yang sedang menyelesaikan pekerjaannya. Posisi pengamatan hendaknya berada sedikit menyimpang dibelakang operator dengan jarak pengamatan sekitar satu setengah meter dari operator, posisi pengamatan ini juga dapa memudahkan pengamat dalam mengamati dan mengikuti proses penyelesaian pekerjaan seorang operator dengan baik dari dimulainya pekerjaan dilakukan sampai pada penyelesaian pekerjaan.
T
Berikut adalah uraian langkah – langkah dalam pengukuran waktu, adalah sebagai berikut:
1. Pengukuran pendahuluan
Dalam kegiatan pengukuran yang pertama dilakukan adalah melakukan pengukuran pendahuluan dimana bertujuan untuk mengetahui berapa kali pengukuran harus dilakukan untuk tingkat ketelitian dan keyakinan yang diinginkan.
2. Uji keseragaman data dan Uji kecukupan data
Setelah pengukuran pendahuluan dilakukan, dilanjutkan dengan melakukan pengujian keseragaman data dan bila waktu yang didapat telah seragam dan cukup maka tidak diperlukan pengukuran tahap berikutnya.
Langkah – langkah dalam uji keseragaman data adalah sebagai berikut : a. Mengelompokkan data kedalam subgrup – subgrup
Tabel 2.1 Pengelompokan Data Operasi Kerja Waktu penyelesaian
Subgrup
X1 X2 X3 … Xn
Rata – rata Subgrup 1
2 3 X
X11 X12 X13 … X1n X21 X22 X23 … X2n X31 X32 X33 … X3n X X X … Xki
∑ X1
∑ X2
∑ X3
∑ Xn
Jumlah ∑ Xi
b. Menghitung harga rata – rata subgup
n X =
∑
Xnc. Menghitung harga rata – rata dari harga rata – rata subgrup
n X =
∑
Xid. Menghitung standar deviasi sebenarnya
( )
1
2
−
=
∑
− NX Xi σ
e. Menghitung standar deviasi dari harga rata – rata subgrup
x σn σ =
f. Menghitung batas kontrol atas dan batas kontrol bawah x
X BKA= +2σ
x X BKB= −2σ
3. Tingkat keyakinan dan ketelitian
Tingkat ketelitian menunjukan penyimpangan maksimum hasil pengukuran dari waktu penyelesaian sebenarnya. Sedangkan tingkat keyakinan menunjukan besarnya keyakinan pengukuran bahwa hasil yang diperoleh memnuhi syarat penelitian tadi.
Tingkat keyakinan dan ketelitian dinyatakan dalam satuan hitung persen (%).
Jadi tingkat ketelitian 10% dan keyakinan 95% memberi arti bahwa pengukuran membolehkan rata-rata hasil pengukurannya menyimpang sejauh 10% dari rata-rata sebenarnya dari kemungkinan mendapatkan hasil ini adalah 95%.
Nilai tingkat keyakinan tersebut adalah sebagai berikut (dimana Z, adalah nilai dari distribusi normal) :
− Tingkat keyakinan 90 % = Z = 1,65
− Tingkat keyakinan 95 % = Z = 1,95 – 2
− Tingkat keyakinan 98 % = Z = 2,58 – 3
T
Menghitung uji kecukupan data dengan tingkat ketelitian 10% dan keyakinan 95%.
2 2 2
' ( ) ( )
⎥⎥
⎦
⎤
⎢⎢
⎣
⎡ −
=
∑ ∑ ∑
i
i S i
Z
X
X X
N N
Keterangan rumus :
Xi = waktu penyelesaian yang diukur pada pengamatan ke-i.
X = rata-rata dari harga rata-rata subgrup N = banyaknya data pengukuran yang diambil
'
N = banyaknya data yang diperlukan
Z = tingkat kepercayaan berdasarakan pencaran kurva normal, dalam kasus ini semua pengukuran akan menggunakan tingkat kepercayaan 95% yang bernilai 1,95 ≅ 2
s = tingkat ketelitian, dalam hal ini tingkat ketelitian sebesar 10% atau 0,1.
2.2 Faktor Penyesuaian dan Kelonggaran
2.2.1 Faktor Penyesuaian
Dalam pengukuran langsung, pengukur harus mengamati kewajaran kerja yang ditunjukan oleh seorang operator. Ketidakwajaran bisa terjadi disebabkan oleh banyak hal, misalnya bekerja tanpa kesungguhan, sangat cepat seolah-olah diburu waktu atau menjumpai banyak kesulitan-kesulitan seperti kondisi ruangan yang buruk.
Ketidakwajaran harus diketahui oleh pengukuran, dan pengukuran juga harus mampu menilai seberapa jauh hal ini terjadi. Penilaian perlu diadakan karena berdasarkan inilah penyesuaian dilakukan.
Biasanya penyelesaian dilakukan dengan mengalikan waktu siklus rata-rata atau waktu elemen rata-rata dengan suatu harga p yang disebut dengan faktor penyesuaian.
Bila pengukur berpendapat bahwa operator bekerja diatas normal (terlalu cepat), maka harga p akan lebih besar dari 1 (p > 1), tetapi bila operator dipandang bekerja normal maka harga p sama dengan 1 (p = 1).
Ada beberapa cara menentukan faktor penyesuaian, antara lain adalah : 1. Presentase
Cara presentase ini merupakan cara paling awal digunakan dalam melakukan penyesuaian. Disini faktor penyesuaian sepenuhnya ditentukan oleh pengukur melalui pengamatanya selama melakukan pengukuran. Jadi sesuai dengan pengukuran, pengukur tadi menentukan harga p yang menurutnya akan menghasilkan waktu normal.
Cara ini merupakan cara yang paling mudah dan paling sederhana dalam menentukan faktor penyesuaian, namun segera terlihat adanya ketidak telitian akibat dari kasarnya penelitian.
2. Shumard
Pada cara Shumard penyesuaian ditentukan dengan memberikan patokan-patokan penilaian melalui kelas performa kerja dimana setiap kelas mempunyai nilai sendiri- sendiri. Disini pengukuran diberi patokan untuk menilai performa kerja operator menurut kelas-kelas seperti superfast-, fast+, fast, fast-, excellent dan seterusnya.
3. Westinghouse
Penyesuaian cara Westinghouse lebih diarakan kepada empat faktor yang dianggap menentukan kewajaran atau ketidakwajarannya dalam suatu perkerjaan. Keempat faktor ini adalah keterampilan, usaha, kondisi kerja dan konsistensi. Untuk penyesuaian maka dibagi dalam enam kelas, yaitu super skill, excellent skill, good skill, average skill, fair skill, dan poor skill.
T
Angka-angka yang diberikan bagi setiap kelas dari faktor-faktor diatas diperhatikan pada tabel 2.2.
Tabel 2.2 Penyesuaian Menurut Westinghouse
Faktor Kelas Lambang Penyesuaian
Ketrampilan Superskil A1 +0,15
A2 +0,13
Excellent B1 +0,11
B2 +0,08
Good C1 +0,06
C2 +0,03
Average D 0,00
Fair E1 -0,05
E2 -0,10
Poor F1 -0,16
F2 -0,22
Usaha Excessive A1 +0,13
A2 +0,12
Excelent B1 +0,10
B2 +0,08
Good C1 +0,05
C2 +0,02
Average D 0,00
Fair E1 -0,04
E2 -0,08
Poor F1 -0,12
F2 -0,17
Kondisi Kerja Ideal A +0,06
Excellenty B +0,04
Good C +0,02
Average D 0,00
Fair E -0,03
Poor F -0,07
Konsistensi Perfect A +0,04
Excellent B +0,03
Good C +0,01
Average D 0,00
Fair E -0,02
Poor F -0,04
4. Beduax and Sintesis (Objektif)
Cara Bedaux dan cara Sintesis dikembangkan guna lebih mengobyaktifkan penyesuaian. Pada dasarnya cara Beduax tidak berbeda dengan cara Shumard, hanya saja nilai-nilai pada cara Bedaux dinyatakan dalam “B” (huruf pertama Bedaux, penemunya) seperti misalnya 60B atau 70B.
Pada cara sintesis agak berbeda dengan cara-cara lain, dimana dalam cara ini waktu penyelesaian setiap elemen gerakan dibandingkan dengan harga-harga yang diperoleh dari tabel-tabel data waktu gerakan untuk kemudian dihitung harga rata-ratanya.
2.2.2 Faktor Kelonggaran
Kelonggaran waktu (allowance time) merupakan sejumlah waktu yang harus ditambahkan dalam waktu normal (normal time) untuk mengantisipasi terhadap kebutuhan- kebutuhan waktu guna melepaskan lelah (fatique), kebutuhan-kebutuhan yang bersifat pribadi (personel needs) dan kondisi-kondisi menunggu/menganggur baik yang bisa dihindarkan ataupun tidak bisa dihindarkan (avoidable or unavoidable delay).
Kelonggaran diberikan untuk tiga hal; yaitu kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa lelah dan hambatan-hambatan yang tidak dapat dihindarkan. Ketiganya ini merupakan hal-hal yang secara nyata dibutuhkan oleh pekerja dan yang selama pengukuran tidak diamati, diukur ataupun dihitung. Karenanya setelah pengukuran dan setelah mendapatkan waktu normal, kelonggaran perlu ditambahkan.
1. Kelonggaran Untuk Kebutuhan Pribadi
Besarnya kelonggaran yang diberikan untuk ekbutuhan pribadi seperti itu berbeda- beda dari suatu pekerjaan ke pekerjaan lainnya, karena setiap pekerjaan mempunyai karakteristik sendiri-sendiri dengan tuntutan yang berbeda-beda. Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi bagi wanita adalah 5 % dan bagi pria 2,5%.
T
2. Kelonggaran Untuk menghilangkan Rasa Lelah
Rasa fatique dapat kita lihat pada menurunnya hasil produksi baik jumlah maupun kualitas. Karenanya salah satu cara untuk menentukan besarnya kelonggaran ini adalah dengan melakukan pengamatan sepanjang hari kerja dan mencatat pada saat-saat dimana hasil produksi menurun. Tetapi kesulitannya adalah kesulitan dalam menentukan pada saat-saat menurunnya hasil produksi disebabkan timbulnya rasa fatique karena masih banyak kemungkinan lain yang dapat menyebabkannya.
3. Kelonggaran Untuk Hambatan-hambatan Tak Terhindarkan
Dalam melaksanakan pekerjaannya, operator tidak akan lepas dari berbagai hambatan.
Ada hambatan yang dapat dihindarkan seperti mengobrol yang berlebihan dan menganggur dengan sengaja, selain itu ada pula hambatan-hambatan yang tidak dapat dihindarkan, hal ini terjadi karena berada diluar kekuasaan operator untuk mengendalikannya seperti menerima atau meminta petunjuk kepada pengawas, menyesuaikan mesin, memperbaiki kemacetan atau kerusakan pada mesin, mengasah alat potong dan mengambil alat atau bahan khusus dari gudang. Tabel besarnya kelonggaran-kelonggaran dapat dilihat dibawah ini :
Tabel 2.3 Besarnya Kelonggaran Berdasarkan Faktor-Faktor Yang Berpengaruh
Faktor Kelonggaran
A. Tenaga yang dikeluarkan Pria wanita
1.Dapat diabaikan 0,0-6,0 0,0-6,0
2.Sangat ringan 6,0-7,5 6,0-7,5
3.Ringan 7,5-12,0 7,5-16,0
4.Sedang 12,0-19,0 16,0-30,0
5.Berat 19,0-30,0
6.Sangat berat 30,0-50,0
7. Luar biasa berat B. Sikap kerja
1.Duduk 0,00-1,0
2.Berdiri diatas dua kaki 1,0-2,5
3.Berdiri diatas satu kaki 2,5-4,0
4.Berbaring 2,5-4,0 5.Membungkuk 4,0-10
C. Gerakan kerja
1.Normal 0
2.Agak terbatas 0-5
3.Sulit 0-5
4.Pada anggota badan terbatas 5-10
5.Seluruh anggota badan terbatas 10-15
D. Kelelahan mata Pencahayaan baik Buruk
1.pandangan yang terputus-putus 0,0-6,0 0,0-6,0
2.Pandangan yang hampir terus 6,0-7,5 6,0-7,5
menerus
3.Pandangan yang terus menerus 7,5-12,0 7,5-16,0
dengan fokus berubah-ubah
4.Pandangan yang terus menerus 19,0-30,0 16,0-30,0 dengan fokus tetap
E. Keadaan temperatur
tempat kerja Temperatur
Kelemahan
normal Berlebihan
1.Beku Dibawah 0 diatas 10 diatas 12
2.Rendah 0-13 10-0 12-5
3.Sedang 13-22 5-0 8-0
4.Normal 22-28 0-5 0-8
5.Tinggi 28-38 8-100 5-40
6.Sangat tinggi Diatas-38 diatas 40 diatas 100
F. Keadaan atmosfer
1.Baik 0 2.Cukup 0-5
3.Kurang baik 5-10
4.Buruk 10-20 G. Keadaan lingkungan yang baik
1.Bersih, sehat, cerah dengan kebisingan rendah 0 2.Siklus kerja berulang-ulang antara 5-10detik 0-1 3.Siklus kerja berulang-ulang antara 0-5 detik
4.Sangat bising 0-5
5.Jika Faktor-faktor yang berpengaruh dapat
menurunkan kwalitas 0-5
6.Terasa adanya getaran lantai 5-10
7.Keadaan-keadaan yang luar biasa (bunyi,
kebersihan, dll) 5-15
T
2.3 Menghitung Waktu Baku
Waktu baku secara definitif dinyatakan sebagai waktu yang dibutuhkan oleh seorang pekerja yang memiliki tingkat kemampuan rata-rata untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.
Waktu baku tersebut mencakup faktor kelonggaran waktu (allowance time) yang diberikan dengan memperhatikan situasi dan kondisi pekerjaan yang harus diselesaikan
Untuk mendapatkan waktu baku, maka terdapat beberapa langkah-langkah yang harus diikuti :
1. Menghitung waktu siklus rata-rata (Ws) :
N Ws=
∑
Xi2. Menghitung faktor penyesuaian (P) : P = 1 + p
3. Menghitung waktu normal (Wn) : Wn = Ws x P
4. Menghitung faktor kelonggaran : Faktor Kelonggaran = k
5. Menghitung waktu baku (Wb) : Wb = Wn x ( 1 + k )
2.4 Lintasan Produksi
Sistem produksi adalah suatu sistem yang mengubah input sebagai bentuk awal menjadi output sebagai hasil yang lebih berdaya guna, hubungan ini dapat kita gambarkan seperti pada gambar berikut :
Gambar 2.1 Sistem Produksi
Urutan proses operasi pada unit konversi mulai dari masuknya bahan baku di unit input sampai keluarnya output disebut sebagai lintasan produksi.
Lintasan produksi adalah suatu seri urutan-urutan proses pengerjaan yang diperlukan untuk menghasilkan produk atau jasa. Adapun produksi sering diartikan sebagai aktfitas yang ditujukan untuk meningkatkan nilai masukan (input) menjadi keluaran (output) yang lebih berdaya guna. Lintasan produksi dapat diartikan juga sebagai penjaluran area-area dimana fasilitas-fasilitas seperti mesin-mesin, perlengkapan dan operasi-operasi manual diletakan berdekatan secara berurutan satu sama lain dimana material bergerak secara berkesinambungan dengan kecepatan sama melalui serial operator yang seimbang sampai seluruh pekerjaan selesai.
Dua faktor penting pada setiap lintasan produksi, yaitu : 1. Tempat kerja dengan mesin dan peralatannya.
2. Operator yang mengerjakan tugas tertentu pada tempat kerja tertentu.
Berdasarkan karakteristik proses pengerjaan yang dilakukan, lintasan produksi dibagi menjadi dua bagian :
1. Lintasan Fabrikasi, lintasan produksi yang terdiri dari sejumlah pekerjaan yang bersifat membentuk atau mengubah sifat-sifat kimia/fisika dari suatu benda kerja yang melewati lintasan produksi tersebut.
2. Lintasan Perakitan, adalah lintasan produksi yang terdiri dari sejumlah operasi yang
input Unit konversi output
T
dikerjakan diberbagai tempat kerja untuk membentuk suatu produk yang menggabungkan komponen-komponen yang telah jadi.
Pada lintasan produksi setiap jenis pekerjaan satu dengan jenis pekerjaan lainnya sangat besar ketergantungannya. Jika terjadi suatu keterlambatan atau kerusakan peralatan tertentu, maka akan menjadi hambatan pada proses produksi selanjutnya.
Persyaratan yang perlu diperhatikan untuk menunjang kelangsungan lintasan produksi yang baik adalah :
1. Jumlah/volume produk harus dapat menutup biaya set up lintasan.
2. Keseimbangan (balance) waktu kerja untuk masing-masing operasi (stasiun kerja).
3. Kontinuitas aliran dari benda kerja harus dijamin.
Dari hal diatas dapat disimpulkan bahwa lintasan produksi adalah urutan-urutan tempat kerja yang dilalui oleh produk secara berurutan menurut kebutuhan proses pengerjaannya dengan waktu siklus yang tertentu.
2.5 Pola Aliran Bahan Untuk Proses Perakitan
Ada sekitar empat macam pola aliran yang dipakai dalam suatu perakitan (assembly), yaitu sebagai berikut :
1. Combination Assembly Line Patern
a. Disini main assembly line akan disuplay dari sejumlah sub assembly line atau part line.
b. Sub assembly ini berada pada sisi-sisi yang sama.
c. Combination assembly line ini akan memerlukan lintasan yang panjang.
Main assembly Line
Gambar 2.2 Combination Assembly Line
2. Tree Assembly Line Patern
a. Pada Tree Assembly Line Patern, sub assembly line akan berada di dua sisi dari main assembly line.
b. Hal ini dirasakan cukup bermanfaat karena akan dapat diperkecil lintasan dari main assembly line.
c. Kalau combination assembly line patern akan memungkinkan untuk menempatkan main assembly line pada atau sepanjang jalan lintasan (aisle), maka tree assembly line patern ini akan baik dipakai terutama bila main assembly line berada di bagian tengah bangunan pabrik.
Main assembly line
Gambar 2.3 Tree Assembly Line Patern
3. Dendretic Assembly Line Patern
a. Pola ini kelihatan lebih tidak teratur dibandingkan dengan combination atau tree assembly line patern.
b. Disini tiap bagian berlangsung operasi sepanjang lintasan produksi sampai menuju produksi yang lengkap untuk proses assembling.
T
Gambar 2.4 Dendretic Assembly Line Patern
4. Overhead Assembly Line Patern
a. Pada dasarnya pola ini bukanlah merupakan suatu assembly line patern, akan tetapi lebih merupakan sejumlah patern yang sama atau tidak sama yang terletak pada tingkat/lantai yang berlebihan.
Gambar 2.5 Overhead Assembly Line Patern
2.6 Diagram Jaringan Kerja (Precedence Diagram)
Diagram jaringan kerja adalah suatu jaringan kerja yang berisi lintasan-lintasan dan urutan-urutan kegiatan dalam suatu proses perakitan. Notasi yang digunakan dalam jaringan kerja adalah notasi yang memperlihatkan urutan operasi pekerjaan.
Adapun notasi-notasi adalah sebagai berikut :
1. Notasi elemen kerja yaitu suatu lingkaran yang berisi nomor elemen kerja.
Berarti elemen kerja nomor 01
2. Notasi penghubung yang berupa panah yang menghubungkan suatu elemen ke elemen yang lainnya. Notasi ini terdiri dari dua bagian, yaitu :
a. hubungan yang teratur.
Berarti elemen kerja no. 01 harus mendahului no.02
01
01 02
b. Hubungan yang tidak teratur
Elemen 01 harus mendahului elemen 02 dan 03, tetapi tidak ada hubungan keterkaitan antar elemen.
3. Notasi waktu yaitu angka yang menunjukan berapa lama elemen dikerjakan.
15” Berarti elemen kerja 01 lamanya 15 detik
Waktu disini bisa berdasarkan jam, menit ataupun detik.
2.7 Keseimbangan Lini Perakitan
Keseimbangan lini perakitan adalah suatu metode penugasan sejumlah pekerjaan ke dalam stasiun-stasiun kerja yang saling berkaitan dalam suatu lini produksi, sehingga setiap stasiun kerja memiliki waktu yang tidak melibihi waktu siklus dari stasiun kerja tersebut. Suatu lini perakitan dapat dikatakan seimbang apabila setiap stasiun dapat memberikan keluaran untuk stasiun kerja lainnya dalam kecepatan waktu yang relatif sama.
Persoalan dalam keseimbangan lintasan berawal dari lintasan proses poduksi massal, dimana tugas-tugas yang dibutuhkan dalam proses produksi harus dibagi kepada seluruh pekerja agar usaha pekerja merata dan jumlah pekerja dapat diminimumkan untuk mempertahankan laju produksi yang diharapkan.
2.7.1 Tujuan Penyeimbangan Lintasan
Dalam pengaturan dan perencanaan yang tidak tepat dimana kecepatan proses perakitan dari setiap stasiun kerja yang berbeda-beda ini mengakibatkan lintasan perakitan tidak efisien karena terjadinya penumpukan material atau produk setengah jadi diantara stasiun kerja yang tidak berimbang kecepatan prosesnya.
Umumnya merencanakan keseimbangan dalam sebuah lintasan meliputi usaha yang
01
03 02
01
T
bertujuan untuk mencapai suatu kapasitas yang optimal, dimana tidak terjadi penghamburan fasilitas (waktu, tenaga dan material). Tujuan ini tercapai bila :
1. Lintasan bersifat seimbang, setiap stasiun kerja mendapatkan beban kerja yang sama nilainya diukur dengan waktu.
2. Jumlah waktu menganggur minimum di setiap stasiun kerja sepanjang lintasan perakitan.
3. Stasiun kerja berjumlah minimum.
2.7.2 Masukan (Input) Keseimbangan Lintasan
Masukan (input) yang diperlukan untuk merencanakan keseimbangan lintasan perakitan adalah :
1. Suatu jaringan kerja (terdiri atas rangkaian simpul dan anak panah) yang menggambarkan urutan perakitan.
2. Data waktu baku pekerjaan tiap operasi, yang diturunkan dari perhitungan waktu baku pekerjaan operasi perakitan.
3. Kecepatan lintasan yang diinginkan (waktu siklus /CT).
2.8 Metode Keseimbangan Lini (Line Balancing)
Dalam menyeimbangkan lintasan terdapat beberapa metode atau cara pendekatan yang berbeda-beda, akan tetapi mempunyai tujuan yang pada dasarnya sama, yaitu mengoptimalkan lintasan agar didapat penggunaan tenaga kerja dan fasilitas yang sebaik mungkin.
Secara umum terdapat tiga metode dasar keseimbangan lintasan perakitan : 1. Metode Matematis
Merupakan metode yang dapat menghasilkan suatu solusi yang optimal.
2. Metode Probabilistik
Simulasi solusi yang dihasilkan adalah solusi-solusi yang feasible.
3. Metode Heruistik
Metode Heruistik pertama kali digunaka oleh Simon dan Newll untuk menggambarkan pendekatan tertentu untuk memecahkan masalah dan membuat keputusan. Beberapa metode Heuristik yang umum dikenal adalah :
a. Metode Helgesson – Birnie
Disebut juga metode ranked positional weight (metode peringkat bobot posisi).
b. Metode Regoin Approach
Dasarnya adalah OPC yang ditransformasikan menjadi precedence diagram.
c. Metode Largest Candidates Rules
Prinsip dasarnya adalah menghubungkan proses-proses atas dasar pengurutan operasi dari waktu proses terbesar.
2.8.1 Metode Peringkat Bobot Posisi (Ranked Positional Weight Method)
Salah satu pendekatan keseimbangan lintasan yang biasa digunakan sebagai metode dasar adalah metode yang dikembangkan oleh Helgesson dan Birnie yaitu Peringkat Bobot Posisi.
Pendekatan ini menugaskan operasi ke dalam stasiun-stasiun kerja dengan dasar panjang waktu operasi. Proses kerja diurutkan berdasarkan peringkat, mulai dari yang paling besar sampai yang paling kecil. Nilai peringkat didapat dari jumlah waktu operasi mulai dari awal sampai akhir proses.
Langkah yang harus dilakukan sebagai berikut : a. Buat precedence diagram untuk setiap proses.
b. Tentukan bobot posisi untuk masing-masing elemen kerja yang berkaitan dengan waktu operasi untuk waktu pengerjaan yang terpanjang dari mulai operasi
T
permulaan hingga sisa operasi sesudahnya.
c. Membuat rangking tiap elemen kerja berdasarkan bobot posisi dilangkah ke-b.
Pengerjaan yang mempunyai bobot terbesar diletakan pada rangking pertama.
d. Tentukan waktu siklus (CT).
e. Pililah tugas dengan bobot terbesar diletakan pada rangking pertama.
f. Lanjutkan dengan menempatkan elemen kerja yang memiliki bobot posisinya tertinggi hingga ke yang terendah ke dalam stasiun kerja.
g. Jika pada setiap stasiun kerja terdapat kelebihan waktu, dalam hal ini waktu stasiun kerja melebihi waktu siklus, tukar atau ganti dengan elemen kerja yang ada dalam stasiun kerja tersebut ke dalam stasiun kerja berikutnya selama tidak menyalahi precedence diagram.
h. Ulangi langkah ke-f dan g diatas sampai seluruh elemen kerja sudah ditempatkan ke dalam stasiun kerja.
2.8.2 Metode Wilayah (Region Appraoch Method)
Pendekatan ini merupakan perbaikan Helgesson-Birnie oleh Mansoor, dimana metode ini dapat memberikan hasil yang lebih optimal dari metode sebelumnya. Pendekatan ini melibatkan pertukaran antara pekerjaan setelah kesimbangan mula-mula diperoleh. Pendekatan ini tidak layak untuk jaringan yang besar serta kombinasi pekerjaan yang dapat dipertukarkan yang kaku.
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menggunakan metode ini adalah sebagai berikut :
a. Buatlah precedence diagram dalam suatu kolom vertikal dimana setiap elemen tugas dari urutan yang identik diletakan dalam satu kolom.
b. Daftar elemen sesuai dengan urutan kolomnya, kolom I pada bagian atas daftar, jika ada elemen yang ditempatkan di dalam lebih dari satu kolom, tulis semua
kolom yang mungkin ditempatinya dalam daftar.
c. Tempatkan elemen-elemen dalam stasiun kerja mulai dengan elemen-elemen kolom, teruskan prosedur penempatan dalam urutan kolom sampai waktu silus dicapai, prosedur penempatan dilakukan sampai semua elemen dialokasikan ke dalam stasiun-stasiun kerja
2.8.3 Metode Waktu Operasi Terpanjang ( Largest Candidates Rules )
Metode ini merupakan metode yang sederhana. Dapat dikatakan demikian karena metode ini melakukan pendekatan menyeimbangan lini perakitan berdasarkan waktu operasi terpanjang, dimana operasi yang memiliki waktu terpanjang akan diprioritaskan penempatannya dalam stasiun kerja.
Langkah yang harus dilakukan dalam menggunakan metode ini adalah :
a. Urutkan semua elemen kerja yang paling besar waktunya hingga yang paling kecil.
b. Elemen kerja pada stasiun kerja pertama diambil dari urutan yang paling atas.
Elemen kerja pindah ke stasiun kerja berikutnya, apabila jumlah elemen kerja telah melebihi waktu siklus.
c. Lanjutkan proses langkah b, hingga semua proses elemen kerja telah berada dalam stasiun kerja dan memenuhi ≤ waktu siklus.
Secara matematis keseimbangan lini (Line Balancing) dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Efisiensi Stasiun Kerja x100% W
W
S
= i
2. Efisiensi Lintasan 1 x100% Ws
n W
n
i i
=
∑
•− 3. Waktu Menganggur = Ws - WiT
4. Total Waktu Menganggur
n
i
Wi Ws
n
−1
∑
−
•
=
Dimana : n = jumlah stasiun standar
Ws = waktu siklus terbesar (waktu proses terbesar) Wi = waktu sebenarnya pada stasiun kerja
I = 1,2,3,4,...,n
2.9 Beban Kerja pada Stasiun Kerja
Beban kerja adalah operasi (jumlah waktu kerja) yang harus ditempuh seorang operator dalam sebulan untuk menyelesaikan target satu bulan produksi. Untuk dapat mengetahui beban kerja per bulan operator maka dapat dilakukan dengan cara mengalikan waktu baku per stasiun kerja dengan jumlah rencana produksi perbulannya.
Beban Kerja = Wb x Produksi 1 bulan
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam metodologi penelitian, metode yang digunakan adalah metode pengumpulan data-data dan informasi dari berbagai sumber yang berkaitan, dimana penelitian tugas akhir bertujuan untuk mendapatkan efisiensi lini perakitan. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka pada bab ini penulis menguraikan beberapa langkah-langkah dalam metode penelitiannya.
3.1 Penelitian Pendahuluan
Untuk memperbaiki kondisi kerja dan cara kerja yang telah ada dan berlangsung, diperlukan pengetahuan dan pengalaman dalam menerapkan sistem kerja yang baik, maka pada tahap ini penulis melakukan pengamatan awal secara keseluruhan, pengamatan secara keseluruhan ini dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang masalah yang sering terjadi, penyebab dari permasalahan yang terjadi, bagian-bagian atau departemen-departemen mana saja yang berpengaruh besar dengan permasalahan yang terjadi.
Dan pada akhirnya informasi-informasi yang didapat akan dijadikan sebagai data-data yang akan diolah dengan menggunakan teori-teori yang didapat selama perkuliahan berlangsung.
T
3.2 Studi Kepustakaan
Pada bagian ini penulis mencari referensi-referensi, baik dari perpustakaan maupun dari luar perpustakaan, dimana didalam referensi-referensi tersebut terdapat teori-toeri yang berkaitan dengan teori-teori yang digunakan untuk memperhitungkan data, mengolah data dan menyelesaikan permasalahan. Teori-toeri yang digunakan antara lain teori dalam pengujian keseragaman dan kecukupan data, perhitungan waktu siklus, waktu normal, waktu baku, dan teori perhitungan keseimbangan lini.
3.3 Perumusan Masalah
Dalam upaya mencapai tujuan penelitian yang dilakukan, maka perumusan masalah yang ditentukan untuk memecahkan persoalan ini adalah merancang lintasan perakitan yang lebih efisien pada lintasan perakitan panel listrik tipe PiX. Dalam mencapai tingkat produktifitas yang tinggi dan memenuhi target produksi di lintasan perakitan, diperlukan adanya lintasan perakitan yang efisien. Dengan merancang lintasan perakitan yang baru yang lebih efisien sehingga dapat mengurangi waktu menganggur operator dan mengurangi beban kerja operator yang berlebih.
3.4 Pengumpulan Data
Pada tahap ini mulai dilakukan langkah-langkah pengumpulan data yang dibutuhkan.
3.4.1 Persiapan Pengukuran Waktu
Dalam melakukan pengukuran-pengukuran ini, data-data waktu yang didapat adalah data-data waktu yang sebenarnya untuk menyelesaikan suatu proses kerja, data ini didapat dengan mengukur langsung tiap-tiap operasi yang terjadi di lintasan perakitan. Dengan demikian penulis memperoleh data-data yang pasti dan akurat.
Beberapa langkah yang dilakukan dalam mempersiapkan pengukuran waktu : a. Menetapkan tujuan pengukuran waktu
Hasilnya untuk mendapatkan waktu baku yang digunakan sebagai dasar untuk menentukan efisiensi lini perakitan dalam lintasan perakitan panel listrik tipe PiX.
Dengan tingkat ketelitian 10 % dan tingkat keyakinan 95% yang digunakan dalam penelitian ini, dimana tingkat ketelitian menunjukan penyimpangan maksimum hasil pengukuran dari waktu sebenarnya, sedangkan besarnya tingkat keyakinan menunjukan besarnya keyakinan pengukuran bahwa hasil yang diperoleh memenuhi syarat ketelitian.
b. Mempersiapkan peralatan pengukuran, seperti :
− Jam henti (stopwatch)
− Lembaran pengamatan
− Alat tulis
3.4.2 Melakukan Pengukuran Waktu
Pengukuran waktu kerja adalah kegiatan mengamati pekerja dan mencatat waktu-waktu kerjanya, baik setiap elemen perkerjaannya, maupun kemampuannya. Pengukuran waktu kerja yang diperoleh didapat dengan mengukur langsung pada operator yang sedang melaksanakan pekerjaannya.
Alat yang digunakan untuk mengukur waktu kerja adalah stopwatch. Hal-hal penting dalam persiapan melakukan pengukuran kerja adalah :
1. Memilih operator yang berkemampuan normal.
2. Mengurai pekerjaan atas elemen-elemen kerja (jika diperlukan), yang merupakan bagian dari pekerjaan yang behubungan.
3. waktu siklus dari pengukuran adalah jumlah dari elemen-elemen kerjanya.