IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER KEDISIPLINAN MELALUI MUATAN PELAJARAN PPKN PADA SISWA
KELAS IV SD KANISIUS BABADAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Yuliana NIM: 171134112
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2021
i
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER KEDISIPLINAN MELALUI MUATAN PELAJARAN PPKN PADA SISWA
KELAS IV SD KANISIUS BABADAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Yuliana NIM: 171134112
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2021
ii SKRIPSI
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER KEDISIPLINAN MELALUI MUATAN PELAJARAN PPKN PADA SISWA
KELAS IV SD KANISIUS BABADAN
iii SKRIPSI
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER KEDISIPLINAN MELALUI MUATAN PELAJARAN PPKN PADA SISWA
KELAS IV SD KANISIUS BABADAN
Dipersiapkan dan ditulis oleh:
iv
PERSEMBAHAN
Dengan penuh rasa syukur dan pujian kepada kepada Tuhan Tuhan Yang Esa yang berkenan melimphakan Rahmat dan kasihNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu skripsi ini saya persembahkan kepada:
1. Kedua orangtua yang telah melahirkan, merawat, membesarkan, mendidik dan mendampingi saya dengan tulus dan penuh kasih sayang.
2. Keluarga besar Kongregasi Suster-suster Santo Paulus dari Chartres Provinsi Indonesia yang memberi kepercayaan dan kesempatan kepada saya melalui perutusan studi.
3. Saudara-saudariku: kakak, adik, ipar keponakan dan keluarga besarku yang senantiasa mendukung dan mendoakan saya.
4. Para suster di komunitas Studi Yogyakarta yang selalu mendukung dan mendoakan selama menjalani studi sampai selesai.
5. Dosen pembimbing Drs. Paulus Wahana, M.Hum. dan Maria Melani Ika Susanti, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing I dan Dosen Pembimbing II skripsi yang dengan penuh perhatian dan keikhlasan menyediakan waktu, saran, ide, dan nasehat saat bimbingan selama melaksanakan penelitian dan penyusunan skripsi ini.
6. Almamater tercinta Universitas Sanata Dharma, Dosen pembimbing Akademik dan para Dosen serta seluruh staff administrasi, petugas sekretariat, cleaning service, dan semua keluarga besar kampus yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
7. Agama, Nusa, dan Bangsa.
v MOTTO
Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan
memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan.
(Yesaya 41:10)
Jangan pernah berhenti melakukan kebajikan-kebajikan untuk sesama demi Kemuliaan Tuhan dan perkembangan diri, sesama untuk kemajuan bangsa dan
negara tercinta.
_ Penulis _
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 30 Juli 2021 Penulis
Yuliana
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Yuliana
Nomor Mahasiswa : 171134112
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: Implementasi Pendidikan Karakter Kedisiplinan melalui Muatan Pelajaran PPKN pada Siswa Kelas IV SD Kanisius Babadan beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 30 Juli 2021 Yang menyatakan
Yuliana
viii ABSTRAK
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER KEDISIPLINAN MELALUI MUATAN PELAJARAN PPKN PADA SISWA KELAS IV SD
KANISIUS BABADAN Yuliana
Universitas Sanata Dharma 2017
Tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan perencanaan, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi dan hasil penilaian implementasi pendidikan karakter kedisiplinan melalui muatan pelajaran PPKn pada siswa kelas IV SD Kanisius Babadan.
Jenis penelitian merupakan penelitian deskriptif kualitatif ex post facto, penelitian yang berkaitan dengan fakta/kejadian yang sudah terjadi, bukan meneliti/memeriksa peristiwa yang sedang berlangsung. Pengumpulan data penelitian melalui dokumentasi, kuesioner, dan wawancara. Subjek penelitian adalah Kepala Sekolah, guru kelas IV, dan 2 siswa kelas IV di SD Kanisius Babadan pada tahun ajaran 2019/2020. Objek penelitian adalah implementasi pendidikan karakter kedisiplinan melalui muatan pelajaran PPKn.
Hasil penelitian menunjukkan: guru kelas IV tidak membuat silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) secara mandiri melainkan dibuat bersama guru seluruh Komunitas Sekolah Kanisius (KSK) Sleman Timur, Yogyakarta. Guru kelas IV telah melaksanakan, dan melakukan penilaian implementasi pendidikan karakter kedisiplinan. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) dan soal evaluasi merupakan perencanaan yang dibuat guru kelas IV dalam implementasi pendidikan karakter kedisiplinan. Dalam perencanaan pembelajaran yang digunakan guru kelas IV setelah sesui ketentuan yaitu KD, indikator, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran yang mendukung untuk mengimplementasikan karakter kedisiplinan. Pelaksanaan implementasi pendidikan karakter kedisiplinan melalui muatan pelajaran PPKn yang dilakukan oleh guru kelas IV SD Kanisius Babadan belum sepenuhnya sesuai perencanaan karena terdapat kendala-kendala yang terjadi selama proses pembelajaran. Evaluasi dan hasil implementasi pendidikan karakter kedisiplinan melalui muatan pelajaran PPKn dilaksanakan oleh guru kelas IV melalui rubrik penilaian yang ada di RPP. Hasil implementasi pendidikan karakter kedisiplinan siswa kelas IV belum sepenuhya sesuai harapan guru kelas IV karena terdapat faktor-faktor yang kurang mendukung.
Kata kunci: Karakter kedisiplinan, PPKn
ix ABSTRACT
THE IMPLEMENTATION OF DISCIPLINARY CHARACTER EDUCATION THROUGH PPKN SUBJECT TO THE GRADE IVTH ELEMENTARY
SCHOOL STUDENTS OF KANISIUS ABADAN
Yuliana
Sanata Dharma University 2017
The aim of this observation is to describe the planning, education implementation, evaluation and the assessment of the implementation of disciplinary character education through PPKN subject to the grade IVth Elementary School students of Kanisius Babadan.
The type of research is ex post facto qualitative descriptive research, research related to facts/events that have occurred, not researching/examining ongoing events. The research data collection through documentation, questionnaire, and interview. The target of observation are the principal of the school, the supervisor teacher of grade IV, and two grade 4th students of Kanisius Babadan Elementary School at the year of 2019/2020.
The object observation is the implementation of disciplinary characteristics education through the implementation of PPKn subject. The result of observation shows: the grade IV teacher does not make syllabus and Lesson Implementation Plan (RPP) by her/himself but done it in cooperation with all teachers of Kanisius School Community (KSK) of East Sleman, Yogyakarta. The grade IVth teacher has implemented and done the assessment of the implementation of disciplinary characteristics education. The Student Worksheet (LKPD) and evaluation matter are planning that the grade IVth teacher has to do in implementation of disciplinary characteristic education. The lesson planning which is used by grade IVth teacher has matched to the demands such as, KD, indicator, learning aim, learning matters, learning methods and supporting learning activities to implement disciplinary character. The realization of the implementation of disciplinary character education through PPKn subject which is done by the grade IVth elementary school teacher of Kanisius Babadan has not yet totally matched to the planning because there are obstacles that take place during education process. Evaluation and the result of the implementation of disciplinary character education through PPKn subject is done by grade IVth teacher through assessment rubric at RPP. The implementation result of the disciplinary character education of grade IVth students has not matched totally to the expectation of the grade 4th teacher because of the unsupporting factors.
Keyword: Disciplinary character, PPKn lesson
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Implementasi Pendidikan Karakter Kedisiplinan Melalui Muatan Pelajaran PPKN Pada Siswa Kelas IV SD Kanisius Babadan”.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Univerditas Sanata Dharma.
Dalam penyeselesaian skripsi ini tidak terlepas dari keterlibatan berbagai pihak melalui pendampingan, bimbingan, arahan serta saran dan teristimewa dukungan doa dan harapannya. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
2. Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
3. Apri Damai Sagita Krissandi S.S., M.Pd. selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
4. Maria Agustina Amelia S.Si., M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak membantu, dan membimbing penulis selama kuliah.
5. Drs. Paulus Wahana, M.Hum. dan Maria Melani Ika Susanti, S.Pd., M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I dan Dosen Pembimbing II skripsi yang telah membimbing, mengarahkan dan membantu saya selama melaksanakan penelitian dan penyusunan skripsi.
6. Drs.Y.B. Adimassana M.A., selaku Dosen ahli dan Fransiska Karunia Jatisari, guru kelas IV SD Kanisius Kadirojo selaku validator untuk instrumen penelitian sehingga layak digunakan untuk skripsi.
7. Para Romo SJ, Bapak/Ibu Dosen, dan seluruh staff, karyawan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendididikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma yang telah membantu dan membimbing penulis selama kuliah.
xi
8. Kepala Sekolah SD Kanisius Babadan, C. Mari Istanti, S.Pd. yang memberi izin dan tempat kepada penulis untuk melakukan pengambilan data penelitian.
9. Pak Purwanto selaku guru kelas kelas IV, dan Pak Supriadi, Siswa kelas IV (Gea dan Dea) yang bersedia menjadi informan dalam penelitian.
10. Orang tua saya: Simon Sondok (Ayah), Veronika Ratte (Ibu), yang telah melahirkan, membesarkan saya, serta kakak dan adik yang turut mendukung dalam penyelesaian skripsi.
11. Sr. Yovitha Daru, SPC selaku Pemimpin Provinsi Kongregasi SPC Indonesia dan Keluarga besar SPC secara khusus para suster di Komunitas studi Yogyakarta, yang turut mendukung dan mendoakan selama menjalani studi sampai selesai.
12. Teman-teman satu payung bimbingan skripsi (Nanda, Riza, Reni, Etrin, dan Sr.
Cicilia Hage) yang selalu menyemangati, membantu, mendukung, dan mendoakan dalam menyelesaikan skripsi.
13. Semua pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung yang penulis tidak dapat sebutkan namanya satu pesatu telah ikut memberikan semangat, dukungan, dan doa dalam penulisan skripsi.
Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu diharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca.
Yogyakarta, 30 Juli 2021
Penulis
Yuliana
xii DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Asumsi Penelitian ... 6
F. Definisi Operasional ... 6
BAB II LANDASAN TEORI ... 8
A. Kajian Pustaka ... 8
B. Penelitian yang Relevan... 32
C. Kerangka Berpikir ... 36
D. Pertanyaan Penelitian ... 38
xiii
BAB III METODE PENELITIAN ... 39
A. Jenis penelitian ... 39
B. Setting Penelitian ... 40
C. Desain Penelitian ... 41
D. Teknik Pengumpulan Data ... 43
E. Instrumen Penelitian ... 45
F. Kredibilitas dan Transferabilitas ... 47
G. Teknik Analisis Data ... 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 50
A. Hasil Penelitian ... 50
C. Pembahasan ... 79
BAB V PENUTUP ... 90
A. Kesimpulan ... 90
B. Keterbatasan Penelitian ... 92
C. Saran ... 93
DAFTAR PUSTAKA ... 94
LAMPIRAN ... 97
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 162
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Panduan dokumentasi ... 45
Tabel 3.2 Kisi-kisi pedoman kuesioner guru kelas ... 46
Tabel 3.3 Kisi-kisi pedoman kuesioner siswa ... 46
Tabel 3.4 Kisi-kisi pedoman wawancara Kepala Sekolah ... 47
Tabel 3.5 Kisi-kisi pedoman wawancara guru kelas IV ... 47
Tabel 4.1 Hasil pengamatan Dokumentasi RPP ... 58
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Filosofi pendidikan karakter Ki Hajar Dewantara ... 9
Gambar 2.2 Skema penelitian yang relevan ... 35
Gambar 2.3 Kerangka berpikir ... 37
Gambar 3.1 Bagan desain penelitian ... 41
Gambar 3.2 Model interaktif Miles dan Huberman ... 49
Gambar 4.1 Daftar nilai siswa kelas IV ... 72
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Surat Izin Penelitian... 98
Lampiran 2 Surat Izin Validasi ... 99
Lampiran 3 Validasi Permukaan Instrumen Validator Guru ... 100
Lampiran 4 Validasi Permukaan Instrumen Validator Dosen ... 102
Lampiran 5 Validasi Instrumen Validator Guru ... 104
Lampiran 6 Validasi Instrumen Validator Dosen ... 110
Lampiran 7 Reduksi Data Hasil Dokumentasi ... 115
Lampiran 8 Pemetaan Kompetensi Dasar ... 116
Lampiran 9 Perangkat Pembelajaran ... 118
Lampiran 10 Lembar Kuesioner ... 133
Lampiran 11 Hasil Lembar Kuesioner ... 139
Lampiran 12 Pedoman Wawancara ... 142
Lampiran 13 Reduksi Hasil Kuesioner ... 144
Lampiran 14 Reduksi Hasil Wawancara ... 147
Lampiran 15 Dokumen gambar ... 161
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap tingkatan pendidikan dalam dunia pendidikan sudah terdapat pembelajaran yang memuat tentang pendidikan nilai karakter. Mulyana (2004:9) mendefinisikan nilai sebagai sebuah keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas dasar pilihannya. Sedangkan menurut Mustari (2014), nilai merupakan suatu prinsip umum yang menyediakan anggota masyarakat dengan sebuah takaran atau standar untuk membuat evaluasi atau penilaian dan pemilihan mengenai tindakan dan cita-cita tertentu.
Kluckhohn dalam Mustari (2014) menyatakan bahwa nilai adalah standar yang waktunya agak langgeng. Nilai bagi masyarakat pada umumnya adalah sesuatu yang sangat dikehendaki. Maka dalam dunia pendidikan sangat perlu ditanamkan nilai-nilai yang nantinya dapat membawa seseorang menjadi manusia yang memiliki kapasitas, mutu, dan sifat yang baik dan berkualitas agar dapat bermakna bagi diri sendiri maupun untuk orang lain dalam hidupnya. Oleh karena itu pendidikan nilai merupakan suatau proses kegiatan yang dilaksanakan secara sistematis oleh setiap satuan pendidikan yang nantinya akan melahirkan manusia yang berkualitas, bermutu, serta memiliki pengetahuan, afektif, dan kepribadian yang terarah sesuai dengan nilai-nilai kepercayaan. Subur (2007) mengatakan bahwa pendidikan nilai merupakan upaya pembentukan sikap dan tingkah laku seseorang. Pendidikan nilai hendaknya bukan hanya sekadar tambahan (pelengkap), melainkan merupakan sesuatu yang hakiki dalam seluruh proses pendidikan. Menurut pendapat Scheler dalam Wahana (2004:51), nilai merupakan suatu kualitas yang tidak tergantung pada pembawanya, merupakan kualitas apriori (yang telah dapat dirasakan oleh manusia tanpa melalui pengalaman indrawi terlebih dahulu). Nilai merupakan kualitas yang tidak tergantung, dan tidak berubah seiring dengan perubahan barang. Pendidikan karakter adalah sebuah sistem yang
menanamkan nilai-nilai karakter pada peserta didik, mengandung komponen pengetahuan, individu, tekad serta adanya kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, maupun bangsa, sehingga akan terwujud insan kamil (Aunillah, 2011:18).
Pendidikan karakter adalah penciptaan lingkungan sekolah yang dapat membantu siswa melalui perkembangan etika, tanggungjawab melalui model, dan pengajaran karakter yang baik melalui nilai-nilai universal (Berkowitz & Bier, 2005:7). Pendidikan karakter merupakan suatu usaha dalam mendidik anak-anak supaya mampu mengambil keputusan dengan bijakan dan menerapkannya dalam kehidupan sehari- hari mereka, sehingga dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya, (Kesuma, Triatna, dan Permana dalam Megawangi, 2004:95). Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas merupakan bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, dan watak. Selain itu, yang dapat dikatakan berkarakter adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak baik.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan karakter adalah sebuah sistem yang menanamkan nilai-nilai karakter yang mengandung komponen pengetahuan, kesadaran individual, tekad serta adanya kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, maupun bangsa, dan merupakan sebuah usaha dalam mendidik anak-anak supaya tumbuh menjadi anak bijak mampu mengambil keputusan yang benar dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya.
Kepedulian pemerintah akan pendidikan karakter melalui PPK perlu diimplementasikan. Untuk kepentingan pendidikan nilai karakter di sekolah-sekolah diperlukan pengembangan sejumlah nilai yang dianggap
penting dan mutlak dimiliki oleh setiap anak atau lulusan dari sekolah tersebut. Salah satu nilai yang perlu anak kembangkan dalam pertumbuhan dirinya adalah mengenai kedisiplinan. Peserta didik yang disiplin dalam beragam hal, seperti mengikuti proses pembelajaran, kegiatan di sekolah, maupun belajar mandiri di rumah tentu akan berpengaruh terhadap prestasi kognitif di sekolah. Dengan adanya sikap disiplin maka peserta didik dapat mencapai tujuan pendidikan. Karena sebuah hasil tidak akan mengkhianati usaha yang telah susah payah dilakukan.
Johar dalam Yasmin, F.L., Santoso, A., dan Sugeng Utaya, S.(2010), mengemukakan bahwa disiplin merupakan suatu keadaan yang terbentuk dari proses serta rangkaian perilaku yang menggambarkan nilai-nilai kepatuhan, ketaatan, kesetiaan, keteraturan, atau ketertiban. Kedisiplinan merupakan suatu hal yang sangat mutlak dalam kehidupan manusia, karena seorang manusia tanpa disiplin yang kuat akan merusak sendi-sendi kehidupnnya, yang akan membahayakan dirinya dan manusia lainnya, bahkan alam sekitarnya (Hani, 2008: 17). Disiplin merujuk pada instruksi sistematis yang diberikan kepada murid (disciple). Disiplin adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan (Mustari, 2014:34). Bisa juga dikatakan disiplin merupakan suatu kemampuan yang dimiliki setiap orang untuk mampu tetap taat, dapat mengendalikan dirinya sendiri supaya tetap mematuhi aturan yang telah dibuat atau disepakati bersama atau yang telah dibuatnya secara pribadi.
Dari pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan adalah sikap patuh terhadap aturan dan tata tertib yang sudah disepakati bersama. Dengan menanamkan disipin baik pada diri sendiri maupun dalam hidup bersama maka dengan sendirinya hidup kita akan menjadi teratur dan disiplin dalam banyak hal.
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) adalah muatan pelajaran yang mengajarkan siswanya agar menjadi warga negara yang baik dan cerdas sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, sehingga siswa tidak
hanya mempunyai pengetahuan yang akan menjadikannya cerdas, transformatif dan humanis tetapi juga memiliki sikap yang baik terhadap sesama makhluk hidup, bangsa dan negaranya. Melalui muatan pelajaran PPKn ini, nilai karakter kedisiplinan dapat dikembangkan agar anak bisa berkomitmen dalam hidupnya dan mampu mentaati dan setia pada aturan- aturan yang ada.
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hartati (2017) dengan judul “Implementasi pendidikan karakter disiplin di SD Negeri 7 Tanjung Raja”. Dalam penelitian ini, peneliti menemukan adanya perubahan sikap yang positif dari siswa dan hal tersebut terjadi setelah diterapkannya pendidikan karakter disiplin, yaitu pada saat berpapasan dengan guru siswa menerapkan 5s (senyum, sapa, salam, sopan, dan santun), hormat terhadap guru yang sedang mengajar, berpakain rapi, dan sudah membuang sampah pada tempatnya. Selain itu hasil dari penelitiannya juga menunjukkan bahwa pendidikan karakter disiplin dapat berubah sikap dan tingkah laku guru maupun siswa-siswa di SD Negeri 7 Tanjung Raja.
Arah pendidikan nasional yaitu untuk menciptakan anak bangsa menjadi cerdas berintelektual dan memiliki kepribadian yang baik. Namun sebagaimana yang sering kita saksikan terdapat banyak peserta didik yang masih jauh dari ranah afektif karena dalam proses pembelajaran sering kali terjadi pengabaian atas ranah tersebut. Ranah kognitif lebih dijadikan pusat utama sebagai tolok ukur dalam suatu keberhasilan pembelajaran.
Oleh karena itu terbentuklah individu-individu yang berintelektual baik tatapi kurang memiliki karakter yang baik.
Penelitian ini terkait dengan implementasi pendidikan karakter kedisiplinan melalui muatan pelajaran PPKn pada tingkat satuan pendidikan sekolah dasar secara khusus di SD Kanisius Babadan. SD Kanisius Babadan dipilih karena merupakan salah satu sekolah di wilayah Ngemplak yang telah mendapatkan sosialisasi tentang implementasi Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dalam pembelajaran. Peneliti ingin
mengetahui gambaran pelaksanaan pembelajaran PPKn pada siswa kelas IV SD Kanisius Babadan. Pendidikan karakter pada anak SD itu sangat penting untuk pertumbuhan mereka dalam hidup bermasyarakat dan berbudaya di Indonesia demi masa depan bangsa.
Peneliti melakukan batasan-batasan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini yang meliputi: pendidikan karakter kedisiplinan pada siswa, perangkat pembelajaran muatan pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan kelas IV di SD Kanisius Babadan, dan hasil penilaian dan dampak pembelajaran pendidikan karakter kedisiplinan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pendidikan karakter kedisiplinan direncanakan dalam RPP melalui muatan PPKn pada siswa kelas 4 SD Kanisius Babadan?
2. Bagaimana pendidikan karakter kedisiplinan dilaksanakan melalui muatan pembelajaran PPKn pada siswa kelas 4 SD Kanisius Babadan?
3. Bagaimana hasil atau dampak pembelajaran pendidikan karakter kedisiplinan melalui muatan pembelajaran PPKn pada siswa kelas 4 SD Kanisius Babadan?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mendeskripsikan pendidikan karakter kedisiplinan direncanakan dalam RPP melalui muatan PPKn pada siswa kelas 4 SD Kanisius Babadan.
2. Untuk mendeskripsikan pendidikan karakter kedisiplinan dilaksanakan melalui muatan pembelajaran PPKn pada siswa kelas 4 SD Kanisius Babadan.
3. Untuk mengetahui hasil atau dampak pembelajaran pendidikan karakter kedisiplinan melalui muatan pembelajaran PPKn pada siswa kelas 4 SD Kanisius Babadan.
D. Manfaat Penelitian 1. Peneliti
Mengetahui gambaran tentang pendidikan karakter kedisiplinan yang dapat jadi model dalam mendampingi siswa.
2. Siswa
Siswa mendapatkan pengarahan yang benar dalam membangun karakter kedisiplinan.
3. Guru
Menemukan cara melaksanakan pendidikan karakter kedisiplinan dengan baik dan benar.
E. Asumsi Penelitian
1. Sekolah sudah mendapatkan sosialisasi dan melaksanakan kurikulum 2013 yang memiliki muatan pelajaran PPKn.
2. Sekolah sudah memperoleh dan mengimplementasikan sosialisasi program penguatan pendidikan karakter (PPK) melalui muatan pembelajaran PPKn.
F. Defenisi Operasional
1. Pendidikan nilai merupakan sustau proses kegiatan yang dilaksanakan secara sistemais oleh suatu instansi satuan pendidikan yang nantinya akan melahirkan menusiayang berkualitas, bermutuh, serta memiliki pengetahuan, afektif, dan kepribadian yang terarah sesuai dengan nilai-nilai kepercayaan.
2. Pendidikan karakter merupakan sebuah sistem yang menanamkan nilai-nilai karakter pada peserta didik, mengandung komponen pengetahuan, kesadaran individual, tekad serta adanya kamuan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, maupun bangsa serta merupakan sebuah usaha dalam mendidik anak-anak supaya tumbuh menjadi anak bijak mampu mengambil keputusan yang
benar dan mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya.
3. Disiplin adalah suatu keadaan yang terbentuk dari proses serta rangkaian perilaku yang menggambarkan nilai-nilai kepatuhan, ketaatan, kesetiaan, keteraturan, atau ketertiban dalam diri seseorang.
4. Siswa sekolah dasar (SD) merupakan anak yang berumur sekitar 6- 12 tahun. Siswa kelas IV sekolah dasar biasanya berumur antara 10- 12 tahun.
5. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang mengajarkan siswanya agar menjadi warga negara yang baik dan cerdas sesuai dengan nilai-nilai pancasila, sehingga siswa tidak hanya mempunyai pengetahuan yang akan menjadikannya cerdas, transformatif, dan humanis tetapi juga memiliki sikap yang baik terhadap sesama makhluk hidup, bangsa, dan negaranya.
8 BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
1. Penguatan Pendidikan Karakter
Perpres Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter menyebutkan Penguatan pendidikan karakter yang selanjutnya disingkat PPK adalah gerakan pendidikan di bawah tanggung jawab satuan pendidikan untuk memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga dengan pelibatan dan kejasama antara satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat sebagai bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM). Gerakan PPK secara nasional, memprioritaskan ada 5 (lima) nilai utama karakter yang mengacu kepada Pancasila, butir-butir Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM), kebutuhan karakter nasional, dan kearifan budaya bangsa Indonesia. Adapun kelima nilai utama yang dimaksud adalah sebagai berikut: Religus, nasilis, mandiri, gotongroyong, dan integtirtas. Kelima nilai karakter tersebut tidak berkembang sendiri-sendiri malainkan saling terintegrasi satu lain dan dan bekembang secara dinamis membentuk kepribadian seseorang. Di satuan pendidikan nilai-nilai utama tersebut diimplementasikan melalui intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler (Peremendikbud, 2017:6-7)
Tujuan PPK (Permendikbud, 2017:8) adalah sebagai berikut: a) mengembangkan platform pendidikan nasional yang meletakkan makna dan nilai karakter sebagai jiwa atau generator utama penyelenggaraan pendidikan; b) untuk mengembalikan pendidikan karakter sebagai ruh dan fondasi pendidikan melalui harmonisasi olah hati (etik), olah rasa (estetik), olah pikir (literasi), dan olah raga (kinestetik); dan c) membangun jejaring pelibatan masyarakat (publik) sebagai sumber-sumber belajar di dalam dan di luar sekolah.
Berikut ini pola filosofi pendidikan karakter menurut Ki Hajar Dewantara dalam Budiman (2017:11).
Permendikbud nomor 20 tahun 2018, PPK dalam satuan pendidikan formal diselenggarakan dengan mengoptimalkan fungsi kemitraan tripusat pendidikan yang meliputi: sekolah; seluarga; dan masyarakat.
Pengoptimalan penyelenggarakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dalam Permendikbud No. 20 tahun 2018, pada sekolah satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan satuan pendidikan tingkat pendidikan menengah diselenggarakan melalui kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler, yang dilaksanakan secara kreatif dan terpadu. Pada keluarga dilaksanakan melalui kegiatan bersama dan pelibatan keluarga di sekolah, rumah, dan lingkungan masyarakat. Pada masyarakat dilaksanakan melalui pelibatan perorangan, kelompok masyarakat, dan/atau lembaga.
Ki Hajar Dewantara dalam Kristi (2019:143-144) mengajarkan bahwa sistem Tri Pusat Pendidikan, yakni sekolah keluarga dan masyarakat. Konsep Tri Pusat Pendidikan yang memuat tiga pilar yaitu sekolah, keluarga, dan masyarakat. Hal ini tidak dapat dibiarkan begitu
Gambar 2.1 Filosofi Pendidikan Karakter Ki Hajar Dewantara
saja karena sistem pendidikan nasional bukan saja di lingkungan sekolah namun juga di lingkungan keluarga, dan di lingkungan masyarakat. Ketiga hal ini saling berkaitan untuk membantu pembentukan karakter pada seseorang.
Dalam lingkungan sekolah, pendidikan diberikan kepada peserta didik dalam waktu yang terbatas, maka hal ini juga membuat peserta didik kurang maksimal dalam besosialisai dan berinteraksi dengan guru di sekolah atau di kelas. Dengan demikian diharapkan gurupun memiliki ketebatasan waktu untuk memberi perhatian pada perkembangan kepribadian dan fisik anak didik secara terbatas juga. Di lingkungan keluarga, keluarga menjadi saluran utama dimana mulai dari kandungan sampai lahir dan dalam pertumbuhannya untuk mejadi dewasa dan terus berlajut sepanjang hidupnya. Pada lingkungan masyarakat, karakter dan wawasan serta tingkah laku seseorang akan mencerminkan karakter.
Konsistensi karakter anak didik akan telihat dari cara bergaul dalam lingkungan dimana mereka tinggal dan beradaptasi (Kristi (2019:144)
Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat simpulkan bahwa penguatan pendidikan karakter merupakan gerekan yang memiliki tanggung jawab atas satuan pendidikan untuk memperkuat pendidikan karakter yang memuat harmonisasi olah hati, olah pikir, olah rasa, olah raga yang bekerja sama dengan lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat.
2. Pendidiakan karakter
a. Pengertian pendidikan karakter
Pendidikan karakter adalah sebuah sistem yang menanamkan nilai-nilai karakter pada peserta didik, yang mengandung komponen pengetahuan, kesadaran individu, tekat serta adanya kamauan dan tindakan dalam melaksanakan nilai-nilai, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesama manusia, diri sendiri, lingkungan, dan bangsa, maka akan terwujud insan kamil (Aunillah, (2011:18-19). Lickona dalam
Gunawan (2012:23) berpendapat bahwa pendidikan karakter adalalah pendidikan untuk membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan budi pekerti, yang hasilnya muncul dalam tindakan nyata seseorang, melalui tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, kerja keras dan sebagainya. Pendidikan karakter adalah suatu usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya, (Kesuma, Triatna, dan Permana dalam Megawangi, 2004:95).
Definisi lain disampaikan oleh Gaffar dalam Kusuma (2011:5) berkaitan dengan transformasi nilai adalah sebuah metode transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuhkembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan orang itu.
Dalam definisi tersebut terdapat tiga ide penting, yaitu: 1) proses transformasi nilai-nilai, 2) ditumbuhkembangkan dalam kepribadian, dan 3) menjadi satu dalam perilaku. Sedangkan pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, dan watak. Selain itu, yang disebut dengan berkarakter ialah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak baik.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter merupakan pendidikan untuk membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan budi pekerti, tindakan nyata seseorang melalui tangka laku yang baik, jujur bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, dan kerja keras, serta mengandung komponen pengetahuan, yang mampu menjadikan anak dapat memiliki keberanian untuk mengambil keputusan dalam hidupnya dengan bijak supaya dapat mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Berikut ini nilai-nilai karakter berdasarkan rumusan Kemendiknas (2010) antara lain adalah:
1) Religius, yaitu sikap dan perilaku yang setia dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2) Jujur yaitu sikap yang dapat menjadikan diri seseorang sebagai orang yang selalu pada percaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3) Toleransi yaitu tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4) Disiplin yaitu tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan yang berlaku.
5) Kerja keras yaitu tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
6) Kreatif yaitu berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7) Mandiri yaitu sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8) Demokratis yaitu cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9) Rasa ingin tahu, yaitu sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
10) Semangat kebangsaan, yaitu cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
11) Cinta tanah air, yaitu cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
12) Menghargai prestasi, yaitu sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
13) Bersahabat/komunikatif, yaitu sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
14) Cinta damai, yaitu sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
15) Gemar membaca, yaitu kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
16) Peduli lingkungan, yaitu sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
17) Peduli sosial, yaitu sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
18) Tanggung jawab, yaitu tindakan seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
Dalam Peraturan Presiden Nomor 87 tahun 2017, Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dilaksanakan dalam pendidikan karakter terutama meliputi nilai-nilai religius, jujur, toleran, disiplin, bekerja keras, kreatif mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan bertanggungiawab. Nilai-nilai tersebut telah diperbarui dalam
Pemendikbud No. 20 tahun 2018, merupakan merupakan perwujudan dari 5 (lima) nilai utama yang saling berkaitan yaitu religiusitas, nasionalisme, kemandirian, gotong royong, dan integritas yang terintegrasi dalam kurikulum.
b. Tujuan pendidikan karakter
Tujuan pendidikan karakter menurut Puskur dalam Hartati (2017) yaitu sebagai berikut:
1) Mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa;
2) Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius;
3) Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa;
4) Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, dan berwawasan kebangsaan;
5) Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan.
Menurut presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudoyono dalam Aunillah (2011: 97-103), ada lima hal dasar yang menjadi tujuan dalam menyelenggarakan pendidikan karakter. Kelima tujuan tersebut adalah sebagai berikut:
1) Membentuk manusia Indonesia yang bermoral
2) Membentuk manusia Indonesia yang cerdas dan rasional
3) Membentuk manusia Indonesia yang inovatif dan suka bekerja keras
4) Membentuk manusia Indonesia yang optimis dan percaya diri 5) Membentuk manusia Indonesia yang berjiwa patriot
Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan pendidikan karakter adalah untuk memfasilitasi penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud dalam perilaku anak, baik pada waktu anak masih sekolah maupun sudah selesai sekolah (lulus) anak akan tumbuh dan berkembang menjadi anak Indonesia yang kreatif, mandiri, jujur, berjiwa, humanis, percaya diri, inovatif, dan berjiwa patriot untuk bangsa dan dirinya sendiri.
c. Bentuk-bentuk pendidikan karakter
Ada beberapa bentuk pendidikan karakter yang perlu ajarkan pada peserta didik sejak dini menurut Aunillah (2011:47-93) adalah sebagai berikut:
1) Jujur, merupakan salah satu sikap penting harus dimiliki oleh semua lapisan masyarakat, maka sangat epenting untuk sekolah menanamkan sikap tersebut kepada peserta didik agar mereka memahami pentingnya bersikap jujur sejak kecil. Yang perlu dilakukan oleh guru dalam membangun karakter jujur dalam diri peserta didik, diantaranya yaitu: 1) proses pemahaman terhadap kejujuran itu sendiri, 2) menyediakan sarana yang dapat merangsang tumbuhnya sikap jujur, 3) keteladanan, 4) terbuka, dan 5) tidak bereaksi berlebihan.
2) Disiplin, merupakan tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh guru dalam pembetukan disiplin di sekolah pada peserta didik, diantanya adalah:
a) Konsisten. Bersikap konsisten dalam mematuhi peraturan dapat menumbuhkan sikap disilpin dalam diri peserta didik.
b) Bersifat jelas. Membuat peraturan yang jelas, sederhana dan memudahkan peserta didik dalam melakukannya.
c) Memperhatikan harga diri. Tidak menegur peserta didik di depan orang banyak saat mereka melakukan pelanggaran kedisiplinan.
d) Sebuah alasan yang bisa dipahami. Membuat peraturan harus ada lasannya yang mudah dipahami oleh peserta didik.
e) Menghadiahkan pujian. Guru memberikan apresiasi berupa pujian pada peserta didik apabila mematuhi aturan dan tata tertib kedisiplinan yang ada di sekolah.
f) Memberikan hukuman. Hukuman hendaknya tidak sampai menyakiti fisik dan psikologi peserta didik.
g) Bersikap luwes. Guru harus mampu bersikap luwes dalam menegakkan disiplin.
h) Melibatkan peserta didik.
i) Bersikap tegas dan tidak emosional
3) Percaya diri. Percaya diri merupakan sebuah kekuatan yang luar biasa. Peduli. Kepedulian merupakan sikap yang tidak bisa tumbuh dengan sendirinya maka diperlukan latihan, pengenalan, dan penanaman secara intens sehingga nilai-nilai kepedulian tumbuh dan berakar dalam diri seseorang.
4) Mandiri. Untuk membentuk peserta didik agar tumbuh menjadi sosok yang berkarakter mandiri, maka ada beberapa langkah yang perlu dilakukan oleh guru, antar lain: 1) berilah bekal keterampilan untuk mengurus diri sendiri, 2) bentuklah kegiatan-kegiatan sekolah yang merangsang sikap mandiri, 3) mintalah kepada peserta didik untuk membuat program kegiatan positif, 4) biarkan peserta didik mengatur waktunya sendiri, 5) peserta didik diberi tanggung jawab, 6)mewujudkan kondisi badan yang sehat dan kuat, 7) berilah kebebasan kepada peserta didik untuk menentukan tujuannya sendiri, dan 8) menyadarkan peserta didik bahwa guru tidak selalu ada di sisinya.
5) Gigih. Kegigihan adalah semangat pantang menyerah yang diikuti keinginan kuat dan mantap untuk mencapai impian dan cita-cita.
6) Tegas. Ketegasan merupakan salah satu nilai yang perlu ditanamkan pada peserta didik.
7) Bertanggung Jawab. Rasa tanggung jawab merupakan pelajaran yang tidak hanya perlu diperkenalkan dan diajarkan, namun perlu juga ditanamkan kepada peserta didik, baik pada masa prasekolah maupun sekolah.
8) Kreatif. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3, pada hakikatnya pendidikan nasional mengembangkan kemampuan sekaligus watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan serta bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
9) Bersikap Kritis. Sikap kritis dapat menjadikan peserta didik terbiasa bersikap logis sehingga ia tidak mudah dipermainkan sekaligus memiliki keteguhan dalam memegang suatu prinsip dan keyakinan.
Dengan demikian, bentuk-bentuk pendidikan karakter tidak terlepas dari nilai-nilai kehidupan yang harus ditanamkan dalam diri peserta didik agar mereka boleh bertumbuh dan berkembang menjadi anak yang disiplin, bertanggungjawab, mampu berpikir kritis dan kreatif, mandiri, percaya diri dan memiliki kepedulian yang tinggi dalam hidupnya.
d. Komponen pendukung dalam pendidikan karakter
Komponen-komponen pendukung yang perlu diperhatikan dalam menjalankan pendidikan karakter menurut Aunillah (2011:107-112) antara lain:
1) Partisipasi masyarakat;
2) Kebijakan pendidik;
3) Kesepakatan;
4) Kurikulum terpadu;
5) Pengalaman pembelajaran;
6) Evaluasi;
7) Bantuan orang tua;
8) Pengembangan staff; dan 9) Program.
e. Prinsip-prinsip pendidikan karakter
Kemendiknas dalam Gunawan (2012:35-36) memberikan rekomendasi 11 prisnsip untuk mewujudkan pendidikan karakter yang efektif sebagai berikut:
1) Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter;
2) Mengindentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup pemikiran, perasaan, dan perilaku;
3) Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk membangun karakter;
4) Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian;
5) Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan perilaku yang baik;
6) Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang yang menghargai semua peserta didik, membangun karakter mereka, dan membantu mereka untuk sukses;
7) Mengusahakan tumbuhnya motivasi peserta didik;
8) Memfungsikan seluruh staff sekolah sebagai komunitas moral yang berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia pada nilai dasar yang sama;
9) Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam membangun inisiatif pendidikan karakter;
10) Memungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha membangun karakter;
11) Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staff sekolah sebagai guru- guru berkarakter, dan manifestasi karakter positif dalam kehidupan peserta didik.
f. Pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah
Dalam tahap penerapan (implementasi), dikembangkan pengalaman belajar dan proses pembelajaran yang bermuara pada pembentukan karakter dalam diri peserta didik. Kegiatan tersebut berlangsung dalam tiga pilar pendidikan yakni di sekolah, keluarga dan masyarakat. Di setiap pilar pendidikan ada dua jenis pengalaman belajar yang dibangun melalui intervensi dan kebiasaan (habituasi).
Melalui intrusi dikembangkannya interaksi pembelajaran yang dirancang untuk mencapai tujuan pembentukan karakter dengan penerapan pengalaman belajar terstruktur.
Kebiasaan (habituasi) diciptakan situasi dan kondisi yang memungkinkan para siswa di mana saja dapat membiasakan diri bersikap dan bertindak sesuai nilai dan yang telah menjadi karakter dirinya, karena sudah diinternalisasi dan dipersonifikasi melalui proses intervensi. Kemudian, pada tahap evaluasi hasil, dilakukan asesmen untuk perbaikan berkelanjutan yang sengaja dirancang/dibuat dan dilaksanakan untuk mendeteksi aktualisasi karakter dalam diri peserta didik.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter merupakan sebuah sistem yang menanamkan nilai-nilai moral hidup manusia, dan sebagai usaha untuk membentuk peserta didik menjadi anak yang berkaraker baik sesuai yang diharapkan oleh semua pihak sehingga mampu mengambil setiap keputusan dalam hidupnya dan menjadi orang yang bijaksana, disiplin, dan berkarakter baik dalam gidup bermasyarakat sebagai warga negara yang baik pula. Selain itu pendidikan karakter memiliki tujuan untuk mengembangkan peserta didik menjadi orang yang percaya diri, bijaksana dan berjiwa patriot, serta berjiwa kepemimpinan.
Dengan demikan, pendidikan karakter memiliki nilai-nilai yang sangat penting dalam hidup dan tidak bisah dipisahkan dari kehidupan setiap manusia selama berada di dunia ini. Prinsip-prinsip pendidikan karakter sangat penting diterapkan untuk pengembangan karakter peserta didik dan semua anggota masyarakat di lingkungan sekolah.
Begitu pula dalam pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah, nilai kedisiplinan terus diupayakan agar tertanam baik dalam diri peserta didik. Bukan saja pada peserta didik namun juga kepada para guru.
Meskipun masih saja menemui hambatan atau halangan untuk bisa mencapai kemaksimalan dalam pelaksanaan.
3. Kedisiplinan a. Pengertian
Pembentukan karakter disiplin pada anak yang baik dan bermutu, perlu dilakukan sejak usia dini. Apabila karakter disiplin dalam diri anak sudah tumbuh maka dengan sendirinya anak mampu mengikuti aturan-aturan yang berlaku entah itu di rumah atau di sekolah. Campur tangan orang tua tidak bisa terlepas dari pembinaan awal kedisiplinan pada anak. Begitu pula anggota keluarga dan masyarakat sekitar ikut andil dalam pembentukan sikap disiplin dalam diri anak. Maka baik sekolah, orangtua, tetangga atau masyarakat pada umumnya terlibat dalam pembinaan mengenai kedisiplinan dalam tumbuh kembang peserta didik.
Istilah lain dari kata disiplin berasal dari bahasa latin, yaitu disciplina dan discipulus yang berarti perintah yang diberikan oleh orang tua kepada anak atau guru kepada murid. Perintah tersebut diberikan kepada anak atau murid agar melakukan apa yang diinginkan oleh orang tua dan guru. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, disiplin menurut bahasa berasal dari kata “discipline” yang artinya kedisiplinan. Kedisiplinan merupaka seuatu kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang mengharuskan
orang untuk tunduk kepada keputusan, perintah dan peraturan yang berlaku. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997:747).
Kedisiplinan merupakan sesuatu yang teratur, misalnya disiplin dalam menyelesaikan pekerjaan berarti bekerja secara teratur (Santoso 2004). Kedisiplinan juga berarti suatu tuntutan bagi berlangsungnya kehidupam yang sama, teratur, dan tertib kemajuan dan perubahan-perubahan ke arah yang lebih baik (Budiono, 2006).
Disiplin adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan (https://www.academia.edu/
2016, 16 April 2020).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kedisiplinan merupakan kepatuhan dalam mengikuti perintah atau tuntutan yang harus dilaksanakan sesuai dengan aturan yang sudah berlaku agar yang menjalan aturan tersebut semakin tertib dan terarah dalam hidupnya.
b. Tujuan Kedisiplinan
Rachman dalam Sa’diyah (2016:19), mengatakan bahwa,
“Tujuan kedisiplinan peserta didik di sekolah adalah: a) memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang; b) Mendorong siswa untuk melakukan yang baik dan benar; c) membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya dan menjauhi melakukan hal-hal yang di larang oleh sekolah; d) siswa belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan bermanfaat baginya serta lingkungannya.”
Menurut Nugroho (2020: 93) tujuan disiplin adalah untuk membantu anak membangun pengendalian diri mereka, dan bukan membuat anak mengikuti dan mematuhi perintah orang dewasa. Maria, J. Wantah dalam Nugroho (2020:93) mengemukakan bahwa tujuan khusus disiplin pada anak adalah pembentukan dasar-dasar perilaku
sosial sesuai yang diharapkan masyarakat, dan membantu mengembangkan pengendalian diri anak sejak usia dini.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan kedisiplinan adalah ada dua macam yaitu umum dan khusus untuk memberikan dukungan dan dorongan kepada peserta didik berperilaku baik, tidak menyimpang, membantu anak dalam pembentukan dasar-dasar tangkah laku anak dan dalam pengembangan pengendalian diri sejak usia dini.
c. Faktor yang mempengaruhi kedisiplinan
Menurut Purwanto dalam Sa’diyah (2016:17-18) ada tiga hal yang mempengaruhi kedisplinan yaitu sebagi berikut:
1)
Perasaan takut. Pendekatan disiplin yang diutamakan adalah kekuasaan dan kekuatan.2) Kebiasaan. Kebiasaan mempunyai dua arti yaitu: sesuatu yang biasa dikerjakan dan pola untuk melakukan tanggapan terhadap situasi tertentu yang dipelajari oleh seseorang individu dan yang dilakukannya secara berulang untuk hal yang sama.
3)
Kesadaran untuk disiplin. Kesadaran melaksanakan aturan atau tata tertib misalnya tata tertib sekolah diharapkan akan menumbuhkan perilaku disiplin positif, sebab disiplin positif inilah yang nantinya menjadi pola perilaku yang relatif menetap.d.
Indikator kedisiplinanBerdasarkan Kemendiknas (2010:26) indikator nilai kedisiplinan ialah sebagai berikut:
1) Membiasakan hadir tepat waktu.
2) Membiasakan mematuhi aturan.
3) Menggunakan pakaian sesuai dengan ketentuan.
Menurut Ma’mur dalam Prasetya (2014:17) bahwa dimensi dari sikap disiplin ialah:
1) Disiplin waktu.
2) Disiplin menegakkan aturan
3) Disiplin sikap
4) Disiplin menjanlankan ibadah.
Berdasarkan uraian di atas terkait indikator kedisiplinan maka dapat disimpulkan bahwa indikator nilai kedisiplinan adalah pembiasaan dalam metahuhi kedisiplinan melalui disiplin waktu, mematuhi aturan, dan disiplin perilaku.
4. Muatan PPkn a. Pengertian
Muatan pelajaran PPKn merupakan salah muatan pelajaran yang berorientasi pada pembentukan sikap kewarganegaraan yang baik, untuk itu perlu memuat nilai-nilai karakter pada bahan ajar yang digunakan dalam proses pembelajarannya. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) bukanlah hal yang baru dalam sistem pendidikan di Indonesia. Mulai dari istilah civics (1957/1962) berkenaan dengan pendidikan kemasyarakatan yang merupakan integrasi sejarah, ilmu bumi. Kewarganegaraan (1964), Pendidikan Kewargaan Negara (1968/1969), Pendidikan Kewarganegaraan, civics, dan hukum (1973), pendidikan moral Pancasila (PMP) pada (1975/1984), PPkn (1994
),
PKn (2004/2012) dan sekarang PPKn (2013).
Winataputra (2016:19) mengatakan dalam tulisannya bahwa muatan atau mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan dimandatkan dalam Pasal 37 UU 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas beserta penjelasannya, dinyatakan dengan tegas bahwa: “...Pendidikan kewarganegaraan difungsikan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air”.
Menurut Maftuh (2009:123), pendidikan kewarganegaraan menyiapkan siswa untuk menjadi warga negara yang baik dengan menguasai pengetahaun kewarganegaraan (knowledge) yang berasal dari konsep dan teori sebagai disiplin ilmu, meyakini,
mentransformasikan, dan mengamalkan nilai-nilai dan kebenaran yang menjadi pandangan hidup bangsa dan negara (Virtues) serta mampu menerapkan keterampilan berwarga negara (citizenship skill).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa muatan PPKn merupakan mata pelajaran yang berorientasi pada pembentukan sikap dan nilai-nilai karakter yang luhur dan dapat menjadikan manusia memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air.
b. Tujuan muatan PPKn
Tujuan PPKn adalah meng-Indonesiakan bangsa Indonesia karena melalui PPKn diharapkan bangsa Indonesia ini dapat menjadi seorang warga negara yang baik perilakunya, cerdas intelektualnya serta mengetahui kewajiban dan haknya sebagai warga negara, dan juga mampu berpartisipasi dalam kegiatan pemerintahan.
Permendikbud 2014 dalam Asmarina (2015:26) mengemukakan tentang pembelajaran PPKn bertujuan untuk:
“Mengembangkan daya nalar bagi peserta didik, karena difokuskan untuk pembangunan karakter bangsa yang merupakan proses pengembangan warga negara yang Cerdas dan berdaya nalar tinggi. Terkait hal itu, maka Pendidikan Pancasila dan Kewarganegraan (PPKn) memusatkan perhatiannya pada pengembangan kecerdasan (civic intelligence), tanggung jawab (civic responsibility), dan partisipasi (civic participstion) warga negara sebagai landasan pengembangan nilai dan perilaku demokrasi”.
Secara umum tujuan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan pada tingkat sekolah dasar dan menengah adalah sebagai berikut:
1) Sikap kewarganegaraan termasuk keteguhan, komitmen, dan tanggung jawab kewarganegaraan (civic convidence, civic, commitment, and civic responsibility).
2) Pengetahuan kewarganegaraan
3) Keterampilan kewarganegaraan termasuk kecakapan dan partisipasi kewarganegaraan (civic competence and civic responsibility).
Secara khusus tujuan PPKn berisi tentang keseluruhan dimensi tersebut sehingga pesert didi mampu: 1) mampu menampilkan karakter yang mencerminkan penghayatan, pemahaman, dan pengamalan nilai dan moral Pancasila secara personal dan sosial, 2) memiliki komitmen konstitusional yang ditopamg oleh sikap positif, dan pemahaman utuh tentang UUD Negara Republik Indonesia 1945, 3) berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif serta memiliki semangat kebangsaan serta cinta tanah air yang dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila, UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945, semangat Bhinneka Tunggal Ika, dan komitmen NKRI, 4) Berpartisipasi secara aktif, cerdas, dan bertanggung jawab sebagai anggota masyarakat, tunas bangsa, dan warga negara sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai mahkluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
Berdasarkan pemaparan di atas terkait tujuan muatan pelajaran PPKn maka dapat disimpulkan bahwa tujuan muatan pelajaran PPKn adalah untuk membangun bangsa Indonesia yang berkarakter baik dan memusatkan perhatiannya pada pengembangan kecerdasan, tanggung jawab, dan partisipasi warga negara sebagai landasan untuk pengembangan nilai dan perilaku anak didik.
5. Implementasi Pendidikan Karakter dalam Muatan Pelajaran
Pendidikan karakter secara terintegrasi di dalam muatan pelajaran adalah pengenalan nilai-nilai, diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, dan penginternalisasian nilai-nilai ke dalam sikap dan tindakan peserta didik sehari-hari selama mereka berada di lingkungan sekolah melalui proses pembelajaran baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran. Nilai-nilai karakter dalam setiap muatan pelajaran ada yang sama dan ada yang berbeda atau tidak sama.
Pengintegrasian pendidikan karakter dalam muatan pelajaran dikembangkan melalui tahap perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi/hasil pembelajaran.
a. Perencanaan pembelajaran.
Pada tahap ini silabus, RPP dan bahan ajar disusun. Silabus, RPP, dan bahan ajar dirancang agar muatan maupun kegiatan pembelajarannya memfasilitasi/berwawasan pendidikan karakter.
1) Silabus pembelajaran. Silabus dikembangkan dengan rujukan utama Standar Isi (Permendiknas nomor 22 tahun 2006). Silabus memuat SK. KD, Materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.
2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP disusun berdasarkan silabus yang telah dikembangkan oleh sekolah.
3) Bahan/buku ajar. Bahan/buku ajar merupaka kompenen pemeblajaran yang paling berpengaruh terhadap apa yang sesungguhnya terjadi pada proses pembelajaran.
b. Rencana pelaksanaan pembelajaran.
Kegiatan pembelajaran dari tahapan kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup dipilih dan dilaksanakan agar peserta didik mempraktekkan nilai-nilai karakter yang ditargetkan.
1) Kegiatan pendahuluan
Berdasarkan Standar Proses, pada kegiatan pendahuluan, guru:
a) Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran;
b) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari;
c) Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai; dan
d) Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.
2) Kegiatan inti
Berdasarkan Permendiknas No. 41 tahun 2007 dalam Gunawan 2012:231) kegiatan inti pembelajaran terbagi atas tiga tahap, yaitu eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
a) Tahap Eksplorasi: peserta didik difasilitasi untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan dan mengembangkan sikap melalui kegiatan pembelajaran yang berpusat pada siswa.
b) Tahap elaborasi: pesertta didik diberi peluang untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan serta sikap lebih lanjut melalui sumber-sumber dan kegiatan-kegiatan pembelajaran lainnya sehingga pengetahuan, keterampilan, dan sikap peserta didik semakin luas dan dalam.
c) Tahap konfirmasi: peserta didik memperoleh umpan baik atas kebenaran dan kelayakan dari pengatahuan, keterampilan, dan sikap yang diperoleh oleh siswa.
3) Kegian Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
a) Bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran.
b) Melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram.
c) Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran.
d) Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas, baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik.
e) Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
4) Evaluasi/hasil pembelajaran.
Teknik dan instrument penilaian yang dipilih dan dilaksanakan tidak hanya mengukur pencapaian akademik/kognitif siswa, tetapi juga mengukur perkembangan kepribadian siswa.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa implementasi pendidikan karakter melalui muatan pelajaran, merupakan
pengintegrasian pendidikan karakter yang dikembangkan melalui tahap perencanaan pembelajaran memuat perangkat pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, memuat pendahuluan, inti, dan penutup dalam prose pembelajaran untuk suatu muatan pelajaran. Terdapat pula evaluasi atau hasil pembelajaran untuk mengukur pencapaian akademik dan perkembangan siswa.
6. Implementasi Pendidikan Karakter Kedisiplinan melalui muatan pelajaran PPKn
Implementasi pendidikan karakter kedisiplinan dalam proses pembelajaran PPKn dilaksanakan melalui tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran. Dalam penelitian ini akan di bahas mengenai karakter kedisiplinan yang merupakan nilai salah satu dari 18 karakter yang dipaparkan oleh kemendiknas. Nilai karakter tersebut adalah karakter kedisiplinan.
a. Penjabaran karakter kedisiplinan melalui muatan pelajaran PPKn Nilai karakter kedisiplinan dalam penelitian ini dikembangkan dalam tiga aspek yaitu disiplin waktu, disiplin menaati aturan, dan disiplin perilaku.
1) Disiplin waktu. Guru dan semua peserta didik menjalankan akvitas atau tugas sesuai waktu yang telah ditentukan. Muatan pelajaran PPKn dilaksanakan sesuai jadwal yang sudah dibuat untuk dijalankan. Guru dan siswa mengikuti kegiatan pembelajaran dengan hadir tepat waktu. Guru mengecek kedisiplinan waktu siswa dengan melakukan presensi terelbih dahulu sebelu pembelajaran dimulai. Guru mengecek kedisiplinan siswa saat pengumpulan tugas-tugas baik itu tugas individu maupun kelompok.
2) Disiplin menaati aturan. Setiap kelas memailiki aturan masing- masing. Guru membuat aturan sesuai kesepakatan kelas untuk dipatuhi selama pembelajaran mauatan PPKn maupun muatan
pelajaran lainnya berlangsung. Guru dan siswa wajib menaati aturan yang sudah dibuat bersama. Salah satu aturan yang ada dalam kelas itu selama pembelajaran berlangsung adalah guru dan sisw tidak boleh menigggalkan kelas saat pembelajaran sedang berlangsung. Siswa yang melanggar aturan mendapat hukuman/sanksi dari guru dan teman sesuai kesepakatan bersama.
3) Disiplin perilaku. Disiplin perilaku berkaitan dengan kemampuan seseorang mengontrol dirinya sendiri. Kegiatan yang berkaitan dengan disiplin perilaku saat pembelajaran PPKn adalah siswa tidak boleh berkata senonoh baik saat sedang belajar di dalam ataupun di luar kelas. Siswa tidak mudah meniruh bila ada teman yang melanggar aturan. Siswa yang melanggar aturan datang kepada guru meminta maaf dan siap menerima hukuman atau sanksi sesuai kesepakatan bersama.
b. Perencanaan pembelajaran karakter kedisiplinan melalui muatan pelajaran PPKn.
Berdasarkan Kemendikbud No. 65 (2013:5) perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada Standar Isi.
Perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dan penyiapan media dan sumber belajar, perangkat penilaian pembelajaran, dan skenario pembelajaran.
Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang menggunakan model pembelajaran tematik terintegratif. Menurut Sungkono dalam Prasetya (2014:38) pembelajaran tematik merupakan suatu kegiatan pembelajaran dengan mengintegrasikan materi dari beberapa mata pelajaran dalam satu tema atau topik pembahasan tertentu. Penyusunan perencanaan pembelajaran tematik mencakup beberapa hal antara lain:
1) Pemetaan Kompotensi Dasar. Guru kelas selaku guru muatan PPKn kelas IV perlu menjabarkan kompetensi dasar (KD) ke dalam indikator-indikator yang ingin dicapai dalam pembelajaran.
2) Jaringan tema. Muatan pelajaran PPKn adalah muatan pelajaran tematik terintegrasi dengan muatan pelajaran yang lain maka guru PPKn perlu menghubungkan KD dan indikator sesuai dengan tema sehingga saling keterkaktan satu sama lain.
3) Silabus. Pengembangan silabus dilakukan oleh guru PPKn yang didalamnya terdapat Kompetensi Inti (KI), KD, indikator, Silabus memuat SK. KD, Materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar (Gunawan, 2012:225)
4) RPP. RPP tematik yang terdapat muatan pelajaran PPKn disusun guru dengan memenuhi kegiatan pendahuluan, inti dan penutup.
Berdasarkan Kemendikbud No. 65 (2013:5) RPP disusun berdasarkan Kompetensi Dasar (KD) atau subtema yang dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Mulyasa dalam Prasetya (2014:39-40) mengatakan bahwa prinsip dalam sebuah RPP yang berkarakter adalah:
a) Karakter yang dimunculkan dalam RRP harus jelas.
b) RPP berkarakter harus sederhana dan fleksibel, serta dapat dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran, dan pembentukan karakter peserta didik.
c) Kegiatan-kegiatan yang disusun dan dikembangkan dalam RPP berkarakter harus menunjang, dan sesuai dengan kompetensi dasar yang telah ditetapkan.
d) RPP karakter yang dikembangkan harus utuh dan menyeluruh, serta jelas pencapaiannya.
e) Harus ada koordinasi antar komponen pelaksanaan program di sekolah.
Perencanaan pembelajaran sangat penting disiapkan dalam suatu kegiatan pembelajaran agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar dan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai bersama peserta didik.
c. Pelaksanaan pembelajaran karakter kedisiplinan melalui muatan pelajaran PPKn
Langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam pelaksanaan pembelajaran yaitu pendahuluan, inti, dan penutup.
1) Pendahuluan