• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER KEDISIPLINAN MELALUI MUATAN PELAJARAN PPKN KELAS IV SD NEGERI DERESAN YOGYAKARTA SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER KEDISIPLINAN MELALUI MUATAN PELAJARAN PPKN KELAS IV SD NEGERI DERESAN YOGYAKARTA SKRIPSI"

Copied!
202
0
0

Teks penuh

(1)

MELALUI MUATAN PELAJARAN PPKN KELAS IV SD NEGERI DERESAN YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Veronica Riza Arditta NIM: 171134086

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2021

(2)

ii

(3)

iii

(4)

iv

PERSEMBAHAN Karya ilmiah ini peneliti persembahkan kepada:

1. Tuhan Yesus dan Bunda Maria.

2. Dosen pembimbingku Bapak Drs.Paulus Wahana M.Hum. dan Ibu Maria Melani Ika Susanti, S.Pd., M.Pd. yang telah memberikan dukungan, saran, dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Keluargaku, Papa, Mama, Mba Arne, dan Mba Dita yang selalu memberikan doa, motivasi, dan dukungan yang luar biasa.

4. Guru SD Negeri Deresan Yogyakarta.

5. Sahabatku, Wik Wok Grup.

6. Teman-teman Amazing A yang berjuang bersama menyelesaikan sarjana.

7. Almamaterku Universitas Sanata Dharma,Yogyakarta.

(5)

v

Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan

syukur

(Filipi 4:6)

“Yakin dan percaya pada diri sendiri, jangan pernah putus asa, dan lakukan yang terbaik”

(Veronica Riza Arditta)

(6)

vi

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini, tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 13 April 2021 Peneliti

Veronica Riza Arditta

(7)

vii

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Veronica Riza Arditta Nomor Mahasiswa : 171134086

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

“IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER KEDISIPLINAN MELALUI MUATAN PPKN KELAS IV SD NEGERI DERESAN YOGYAKARTA”, beserta perangkat yang diperlukan.

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikanya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 13 April 2021 Yang menyatakan

Veronica Riza Arditta

(8)

viii

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER KEDISIPLINAN MELALUI MUATAN PPKN KELAS IV SD NEGERI DERESAN YOGYAKARTA

Veronica Riza Arditta Universitas Sanata Dharma

2021

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kebijakan pemerintah dengan dicanangkannya program Penguatan Pendidikan Karakter. Program ini perlu diwujudkan atau diimplementasikan dalam lembaga pendidikan agar tujuan dari program tersebut dapat tercapai. Pada penelitian ini, program Penguatan Pendidikan Karakter difokuskan pada PPK berbasis kelas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perencanaan pembelajaran, gambaran pelaksanaan pembelajaran dan hasil atau dampak yang dirasakan siswa terhadap implementasi pendidikan karakter kedisiplinan dalam muatan pelajaran PPKn.

Penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Deresan Yogyakarta. Pada penelitian ini melibatkan kepala sekolah, guru kelas IVA dan IVB serta 2 siswa kelas IVA dan IVB untuk memperoleh data.

Pengumpulan data yang dilakukan melalui dokumentasi, kuesioner dan wawancara.

Hasil penelitian adalah sebagai berikut: 1) Program penguatan Pendidikan Karakter yang telah dimasukkan oleh guru ke dalam bentuk RPP, 2) Guru telah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang dibuat serta sudah mengimplementasikan pendidikan karakter kedisiplinan melalui muatan pembelajaran PPKn melalui keteladanan guru dengan memberikan contoh kebiasaan baik, 3) Hasil atau dampak yang dirasakan yaitu siswa mampu menerapkan karakter kedisiplinan dalam kehidupan sehari-hari.

Kata kunci : karakter, pendidikan, kedisiplinan.

(9)

ix

IMPLEMENTATION OF DISCIPLINARY CHARACTER EDUCATION THROUGH PANCASILA AND CIVIC SUBJECT ON FOURTH GRADE STUDENT OF

DERESAN PUBLIC ELEMENTARY SCHOOL YOGYAKARTA

Veronica Riza Arditta Sanata Dharma University

2021

The background of the research is the government policy to implement the reinformen of character education (PPK) program. The program ned to be realized or the goal of the program. This research is focused on the implementasion of reinforcemen character education in the classroom. The purpose of the research is to find out about the lesson plan, to ilustrate the implementation of learning and the result or impact felt by student in accordance to the implementation disciplinary character education in the civic subject

The research uses qualitative descriptive. The research is carried out in Deresan Public Elementary School in Yogyakarta. This research is involuing the headmaster, the home teacher of IVA and IVB and two student from IVA and IVB for date collection.

The result of the research are : 1) reinforcement of character education program which has been inserted in the lesson plan 2) the teacher do the teaching an learning based on the lesson plan and they have implemented the disciplinary character education through civic lesson, example of teachers good character.

The result or impact of the reseach are the student able to apply the disuplinary character education in daily live.

Key words: character, education, disciplinary.

(10)

x

Puji syukur dan terima kasih ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Dalam menyelesaikan skripsi ini peneliti mendapat bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu memberi berkat, jalan dan sumber kekuatanku.

2. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

5. Bapak Drs. Paulus Wahana M.Hum. selaku dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, masukan, serta saran dalam penulisan skripsi ini.

6. Ibu Maria Melani Ika Susanti, S.Pd., M.Pd. selaku dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, masukan, serta saran dalam penulisan skripsi ini.

7. Ibu Indah Lestari, S.Pd SD. selaku Kepala Sekolah SD Negeri Deresan yang telah memberikan ijin dalam pengambilan data yang dibutuhkan dalam penelitian.

8. Bapak Paino, S.Pd dan Ibu Catharina Nita, S.Pd. selaku guru kelas IV yang bersedia terlibat dalam penelitian serta memberikan dukungan, masukan dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi.

9. Dosen-dosen Mata Kuliah PPKn yang sudah bersedia memberikan masukan terkait validasi penelitian.

(11)

xi

membantu proses perizinan implementasi skripsi penelitian.

11. Papa Stephanus Sapardi dan Mama Catharina Impun Purwaningsih yang selalu memberikan dukungan kepada penulis berupa doa, motivasi dan kasih sayang sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.

12. Mbakku Agatha Arne Pramudiana dan Maria Dea Pramudita yang selalu memberikan dukungan dan selalu mengingatkan untuk menyelesaikan skripsi.

13. Keluarga besar penulis yang selalu mendukung berupa doa, semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

14. Sahabatku terkasih Wik Wok Grup yakni Valen, Reza, Reni, dan Anton yang selalu mendukung, mengingatkan serta memberikan motivasi kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi.

15. Temen seperjuangan skripsi yaitu Tio Christin dan Dian Tri Cahyani yang selalu mendukung dan menemani dalam menyelesaikan skripsi.

16. Teman-teman satu bimbingan Pak Wahana yaitu Suster Yuli, Reni, Etrin, Nanda, dan Suster Hage yang selalu memberikan dukungan serta motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.

17. Keluarga Amazing A yang sudah berproses dari awal sampai akhir perkulihan ini. Terima kasih untuk kerja sama dan kebersamaan selama ini.

18. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 13 April 2021 Peneliti

Veronica Riza Arditta

(12)

xii

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Asumsi Penelitian ... 9

F. Definisi Operasional ... 9

BAB II LANDASAN TEORI ... 11

A. Kajian Pustaka ... 11

1. Karakter ... 11

2. Pendidikan Karakter ... 14

3. Penguatan Pendidikan Karakter ... 16

4. Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Kelas ... 18

5. Muatan Pelajaran PPKn ... 26

6. Kedisiplinan ... 29

(13)

xiii

B. Penelitian yang relevan ... 36

C. Kerangka Berpikir ... 39

BAB III METODE PENELITIAN ... 42

A. Jenis Penelitian ... 42

B. Setting Penelitian ... 43

1. Lokasi penelitian ... 43

2. Subjek penelitian ... 44

3. Objek penelitian ... 44

4. Waktu Penelitian ... 44

C. Desain penelitian ... 44

1. Perencanaan ... 45

2. Penyusunan Instrumen ... 45

3. Pengumpulan Data ... 45

4. Analisis Data ... 46

5. Kesimpulan ... 46

D. Teknik Pengumpulan Data ... 47

1. Dokumentasi ... 47

2. Wawancara... 47

3. Kuesioner/ angket ... 49

E. Instrumen Penelitian ... 50

1. Pedoman Dokumentasi ... 51

2. Pedoman Wawancara ... 51

3. Pedoman kuesioner/ angket untuk guru dan siswa ... 53

1. Kredibilitas dan Transferabilitas ... 58

2. Derajat Kepercayaan (Credibility) ... 58

a) Triangulasi ... 58

b) Member check ... 59

3. Transferability ... 59

F. Teknik Analisis Data ... 60

1. Reduksi Data (Reduction Data) ... 60

2. Penyajian Data (Data Display) ... 61

3. Penarikan Kesimpulan (Concluting Drawing) ... 61

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 63

(14)

xiv

1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian ... 63

2. Deskripsi Penelitian ... 63

B. Hasil Penelitian ... 64

1. Dokumentasi ... 64

2. Kuesioner ... 67

3. Wawancara... 72

C. PEMBAHASAN ... 87

BAB V PENUTUP ... 102

A. Kesimpulan ... 102

B. Keterbatasan penelitian ... 103

C. Saran ... 103

DAFTAR PUSTAKA ... 104

LAMPIRAN ... 110

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 185

(15)

xv

Gambar 2.1 Bagan Literature Map Penelitian yang Relevan ... 38

Gambar 3.1 Desain Penelitian ... 44

Gambar 3.2 Triangulasi dengan Teknik Pengumpulan Data ... 59

Gambar 4.3 Analisis Model Interaktif ... 62

(16)

xvi

Tabel 3.1 Teknik Pengumpulan Data dan Sumber Data ... 50

Tabel 3.2 Teknik Pengumpulan Data dan Sumber Data ... 50

Tabel 3.3 Pedoman Wawancara Kepala Sekolah... 51

Tabel 3.4 Pedoman Wawancara Guru... 53

Tabel 3.5 Kisi-kisi Pertanyaan Terbuka untuk guru ... 54

Tabel 3.6 Kisi-kisi Pertanyaan Terbuka untuk siswa ... 57

Tabel 7 4.1 Hasil Dokumentasi Kegiatan melalui RPP ... 64

(17)

xvii

Lampiran 1.1 Surat Izin Melaksanakan Penelitian ... 112

Lampiran 2.1 Lembar Pedoman Wawancara Kepala Sekolah ... 114

Lampiran 2.2 Lembar Pedoman Wawancara Guru ... 116

Lampiran 2.3 Instrumen Penelitian Kuesioner Tertutup ... 118

Lampiran 2.4 Instrumen Penelitian Kuesioner Terbuka ... 120

Lampiran 2.5 Instrumen Penelitian ... 122

Lampiran 3.1 Hasil Wawancara Kepala Sekolah... 124

Lampiran 3.2 Hasil Wawancara Guru Kelas IVA ... 127

Lampiran 3.3 Hasil Wawancara Guru Kelas IVB... 132

Lampiran 3.4 Hasil Kuesioner Tertutup Guru Kelas IVA ... 136

Lampiran 3.5 Hasil Kuesioner Terbuka Guru Kelas IVA ... 138

Lampiran 3.6 Hasil Kuesioner Tertutup Guru Kelas IVB ... 140

Lampiran 3.7 Hasil Kuesioner Terbuka Guru Kelas IVB ... 142

Lampiran 3.8 Hasil Kuesioner Siswa I dan II ... 144

Lampiran 4.1 Hasil Validasi Instrumen Dosen I... 146

Lampiran 4.2 Hasil Validasi Instrumen Dosen I... 148

Lampiran 4.3 Hasil Validasi Instrumen Dosen II ... 152

Lampiran 4.4 Hasil Validasi Instrumen Dosen II ... 154

Lampiran 4.5 Hasil Validasi Guru Kelas IV ... 158

Lampiran 4.6 Hasil Validasi Kuesioner Guru Kelas IV ... 160

Lampiran 4.7 Hasil Validasi Instrumen Guru Kelas IV... 164

Lampiran 4.8 Hasil Validasi Instrumen Guru Kelas IV... 166

Lampiran 5.1 Dokumentasi RPP guru kelas IVA ... 171

Lampiran 5.2 Dokumentasi RPP Kelas IVB + Perangkat Pembelajaran ... 174

Lampiran 6.1 Media Pembelajaran IVB ... 181

(18)

1 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan karakter harus ditanamkan sejak dini melalui pembiasaan, keteladanan, maupun dalam kultur yang mengarah pada pendidikan nilai di sekolah. Visi misi sekolah semestinya jangan hanya mengarah pada pencapaian pengetahuan (intelektual) siswa saja, melainkan harus diarahkan untuk penanaman karakter melalui budaya sekolah. Pendidikan karakter diarahkan untuk membentuk sikap dan sifat alami peserta didik dalam merespons situasi secara bermoral, yang diwujudkan dalam tindakan nyata melalui tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati orang lain.

Pendidikan karakter bukanlah persoalan yang mudah untuk dipecahkan mengingat masih sering terjadinya dikotomisasi pendidikan intelektual di satu pihak, dan pendidikan nilai di lain pihak. Pendidikan karakter juga bukan hanya sekedar program yang mengembangkan kemampuan kognitif siswa, tetapi juga menyentuh ranah afektif dan psikomotor. Wibowo (2012: 36) berpendapat bahwa pendidikan karakter merupakan proses pendidikan yang menanamkan dan mengembangkan karakter-karakter luhur kepada anak didik, sehingga mereka memiliki karakter luhur, dan menerapkan serta mempraktikan dalam kehidupannya, baik di lingkungan keluarga, warga masyarakat, maupun warga negara. Pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah dasar bukan merupakan hal yang mudah untuk diterapkan. Terdapat berbagai permasalahan dalam pelaksanaan serta penerapan pendidikan karakter di sekolah dasar. Salah satu yang menjadi permasalahan adalah mengenai kedisiplinan siswa dalam mentaati peraturan yang diterapkan di sekolah contohnya tidak menggunakan seragam sekolah sesuai dengan ketentuan, datang ke sekolah tidak tepat waktu, tidak mengumpulkan tugas tepat waktu. Permasalahan tersebut adalah terkait dengan perilaku kedisiplinan dalam melaksanakan kewajiban siswa seperti yang telah dituangkan dalam tata tertib sekolah. Kedisiplinan siswa merupakan salah satu wujud dari nilai karakter yang dikembangkan di sekolah.

(19)

2 Pentingnya sebuah pendidikan sebagai suatu usaha dalam mencerdaskan anak Indonesia, mempersiapkan para generasi muda dalam membangun bangsa, dan mengubah pola pikir agar bisa berguna secara maksimal. Pendidikan bertujuan agar individu mengembangkan segala potensi yang ada pada dirinya.

Berbagai upaya dalam pendidikan diarahkan untuk membina perkembangan kepribadian manusia secara menyeluruh baik dalam segi kognitif, afektif, maupun psikomotor. Pada awalnya, pendidikan hanya berorientasi pada subjek peserta didik seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Sulistiyarini (2004: 1) berpendapat bahwa pendidikan merupakan upaya dalam mengembangkan dan menumbuhkan aspek kognitif seseorang, tetapi pada saat sekarang ini aspek kognitif bukanlah suatu tujuan semata melainkan sikap atau perilaku seseorang juga dibentuk dalam proses pembelajaran di sekolah. Tentunya dalam hal ini untuk mewujudkan atau menciptakan manusia yang memiliki karakter atau akhlak sangat diperlukan banyak dukungan atau pihak dalam kegiatan proses pembelajaran tersebut. Namun, banyak orang atau pihak yang hanya mementingkan pengetahuan kognitif atau pun prestasi semata tanpa melihat perkembangan dan pertumbuhan sikap atau moral seseorang. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan banyaknya kasus atau pelanggaran yang dilakukan oleh siswa baik yang diberitakan oleh media, bahkan kita bisa melihat sendiri di lingkungan sekitar. Kepribadian itu pada dasarnya merupakan suatu sistem fisik dan psikologis dalam diri individu yang menetukan penyesuaian dirinya terhadap lingkungan. Kepribadian itu bersifat kompleks yang berarti mencakup individu dan sosial. Kepribadian seseorang akan terbentuk dari luar maupun dari dalam diri nya sendiri, begitu juga dengan karakter seseorang bisa terbentuk dari luar maupun dari dalam dirinya sendiri. Adapun karakter seseorang yang terbentuk dari luar tidak terlepas dari dunia pendidikan misalnya seseorang di sekolah,

(20)

3 tempat organisasi, lingkungan sehari-hari dan lain sebagainya yang akan mempengaruhi karakter seseorang.

Dalam UU No 20 Tahun 2003 menyebutkan bahwa pendidikan karakter menjadi sebuah pembelajaran yang wajib diinternalisasikan sejak dini di semua jenjang termasuk dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Permendikbud Nomor 20 pasal 1 tahun 2018 tentang penguatan pendidikan karakter pada satuan pendidikan formal menyebutkan bahwa Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) adalah gerakan pendidikan di bawah tanggung jawab satuan pendidikan untuk memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah piker dan olah raga dengan pelibatan dan kerjasama antar satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM).

Dalam Permendikbud Nomor 20 pasal 2 tahun 2018, pendidikan formal diselenggarakan perlu mengoptimalkan fungsi kemitraan Tri Pusat Pendidikan yang meliputi sekolah, keluarga, dan masyarakat. Maka dari itu, pendidikan karakter harus terarah dan terencana, baik di lingkungan keluarga, sekolah dan di lingkungan masyarakat (Kurniawan, 2013: 13). Perpres No 87 Tahun 2017 mengatur tentang adanya penguatan pendidikan karakter. PPK berbasis kelas merupakan sebuah proses program yang menyisipkan muatan karakter pada setiap pembelajaran di kelas misalnya melalui integrasi kurikulum, manajemen kelas, metode pembelajaran, dan sebagainya.

Kebijakan pemerintah terkait program PPK tentu saja perlu disosialisasikan dan diimplementasikan dalam lingkungan pendidikan formal. Kekuatan karakter yang dibentuk dalam lingkungan kelas, sekolah, dan masyarakat akan semakin baik jika saling berkolaborasi untuk mencapai 5 kristalisasi nilai karakter yang diatur dalam Permendikbud No 20 Tahun 2018 yaitu religiusitas, nasionalisme, kemandirian, gotong royong, dan integritas. Program PPK sangat penting untuk peserta didik dikarenakan dengan adanya program PPK, peserta didik mampu beradaptasi dengan baik di lingkungan sekolah dan di lingkungan masyarakat, menghargai perbedaan antara sesame teman di sekolah, mencintai kejujuran dan percaya diri saat adanya tes evaluasi, dan melatih peserta didik memiliki daya juang, kreativitas, keberanian serta menjadi pembelajar sepanjang hayat.

(21)

4 Pendidikan karakter harus melibatkan berbagai pihak, baik di dalam kelas, lingkungan sekolah, dan masyarakat. Penguatan pendidikan karakter mulai dari lingkungan keluarga, sekolah dan meluas ke dalam lingkungan masyarakat.

Penguatan pendidikan karakter di era sekarang merupakan hal yang penting untuk dilakukan mengingat banyaknya peristiwa yang menunjukkan terjadinya krisis moral di kalangan anak-anak. Oleh karena itu disiplin adalah salah satu karakter yang perlu dikembangkan.

Disiplin adalah salah satu wujud yang menjadi tuntutan kebutuhan bangsa, dimana dengan disiplin menjadi suatu dasar utama dalam mengembangkan karakter peserta didik di sekolah. Melalui kedisiplinan di sekolah, terutama dari guru membentuk pembiasaan kepada peserta didik untuk berbuat hal yang membawa kearah positif, menciptakan suasana yang lebih tertib dengan peraturan-peraturan yang ada di sekolah dapat menumbuhkan sikap disiplin.

Maskuri (2018: 345) mengemukakan tujuan dari pembentukan karakter disiplin di sekolah adalah untuk memberi dorongan dan dukungan pada peserta didik agar menunjukkan perilaku positif, dan mampu beradaptasi dengan segala tuntutan peraturan di lingkungan yang menjadi kewajibannya sehingga terlatih dalam mengendalikan setiap perbuatan.

Dalam kehidupan sehari-hari kedisiplinan sering dianggap sebuah hal yang tidak penting oleh peserta didik, dan sering diabaikan dalam keseharian. Salah satu contoh karena tidak disiplin dan menjadi kebiasaan seperti di sekolah adalah siswa sering terlambat datang ke sekolah, tidak mengerjakan pekerjaan rumah (PR), dan tidak menggunakan seragam sekolah sesuai dengan ketentuan. Inilah yang menjadi salah satu awal dari perilaku buruk dari kebiasaan yang sering dilakukan oleh siswa sehingga menganggap apa yang dilakukannya merupakan hal yang biasa.

Dalam membangun karakter khususnya disiplin pada peserta didik, perlu adanya kontribusi dari semua warga sekolah dalam mengembangkan sikap dan perilaku disiplin. Guru sebagai contoh dalam pengamalan budaya disiplin di sekolah supaya penerapan disiplin dapat secara maksimal terwujud. Hal ini perlu dilakukan agar peserta didik tidak hanya menjadi pribadi yang baik namun juga

(22)

5 diharapkan menjadi pembiasaan selalu disiplin dalam segala hal tidak hanya di sekolah tetapi di luar sekolah. Oleh karena itu peserta didik dapat menerapkan di dalam kebiasaan sehari-hari di sekolah, dibutuhkan sebuah perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dalam membuat strategi kebijakan terkait peraturan sekolah agar memiliki tujuan.

Penerapan pendidikan karakter kedisiplinan dapat dikembangkan dalam muatan pembelajaran salah satunya dalam muatan pembelajaran pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan. Pendidikan kewarganegaraan tidak hanya mengharapkan pada aspek intelektual manusia Indonesia (cognitive) melainkan juga terdapat aspek lain yang harus dimiliki yaitu aspek sikap atau nilai (afektif) dan aspek psikomotor. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) adalah muatan pelajaran yang sarat isi dengan nilai-nilai Pancasila untuk membentuk kepribadian seseorang. Pemerintah menganjurkan agar penanaman pembangunan karakter bangsa dimasukkan ke dalam kurikulum mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn). Di dalam standar isi mata pelajaran PPKn, disebutkan bahwa PPKn merupakan mata pelajaran yang berfokus terhadap pembentukan warga negara agar dapat memahami serta mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya sebagai warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter. Tujuan utama dari mata pelajaran PPKn yaitu untuk membentuk warga negara yang baik dan berkarakter. Dianti & Puspa (2014: 68) mengemukakan bahwa pengintegrasian pendidikan karakter dalam pembelajaran PPKn merupakan solusi yang dapat membangkitkan kembali peran PPKn sebagai bagian utama dalam pengembangan karakter siswa. Materi dalam PPKn terkandung nilai-nilai karakter sehingga memudahkan dalam mengintegrasikan konsep pendidikan karakter pada siswa. Pengembangan karakter pada siswa dapat melalui tahapan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode, media, dan sumber belajar yang mendukung.

Pelaksanaan pendidikan karakter yang diintegrasikan dalam mata pelajaran perlu direncanakan sejak awal, dapat direncanakan saat guru menyusun rencana pembelajaran. Harapannya jika nilai-nilai karakter yang hendak ditanamkan sudah ada dalam perencanaan pembelajaran yang dilakukan guru, maka pelaksanaan

(23)

6 pembelajaran akan lebih terarah dalam membangun karakter siswa. Menurut observasi yang dilakukan pada bulan Agustus 2020 di SD Negeri Deresan, guru dalam membuat RPP disampaikan sebatas materi pelajaran saja, sehingga siswa kurang memahami nilai yang perlu dimiliki. Hal tersebut dikarenakan siswa menerima materi dengan kemampuan kognitifnya saja.

Dalam membentuk karakter kemampuan kognitif saja belum cukup dimiliki siswa. Siswa hendaknya mengamalkan nilai yang terkandung dalam pelajaran PPKn tersebut. Pengamalan dari nilai tersebut dapat berupa sikap positif yang dilakukan untuk lingkungan sekitar. Menurut Kesuma, (2012: 9) tujuan pertama pendidikan karakter adalah memfasilitasi penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud dalam perilaku anak baik ketika proses sekolah maupun setelah proses sekolah (setelah lulus dari sekolah). Penguatan dan pengembangan nilai karakter kedisiplinan memiliki makna bahwa pendidikan dalam seting sekolah bukanlah sekedar suatu dogmatisasi nilai kepada peserta didik untuk memahami dan merefleksi bagaimana suatu nilai menjadi penting untuk diwujudkan dalam perilaku keseharian manusia, termasuk bagi anak.

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan adalah muatan mata pelajaran wajib dan pokok yang diajarkan dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi.

Muatan/ mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan sangatlah penting untuk menanamkan nilai-nilai karakter pada peserta didik yang bisa diterima dalam kehidupan di masyarakat, sehingga diharapkan terjadi pembentukan karakter pada setiap peserta didik melalui mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.

Fungsi Pancasila sebagai ideologi memberi arah dan landasan bagi pembangunan dan sekaligus memberi gambaran tentang kehidupan masyarakat yang dicita-citakan. Sedangkan fungsi Pancasila sebagai pandangan hidup memberi arah dan landasan bagi pembangunan karakter bangsa. Fungsi Pancasila sebagai pandangan hidup membawa implikasi bahwa Pancasila sebagai jiwa dan sekaligus sebagai kepribadian bangsa. Ini berarti moral dan karakter bangsa Indonesia adalah Pancasila. Karakter kedisiplinan dapat ditemukan dalam nilai- nilai Pancasila yang terdapat pada sila ke dua karna poin inti dari sila ke dua itu

(24)

7 adalah kemunusiaan harus dijunjung tinggi serta diterapkan dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan sekolah di rumah maupun di masyarakat. Selain itu pengamalan sila Pancasila akan ditentukan oleh manusia itu sendiri agar dapat mengendalikan diri dan kepentingannya untuk memahami hak dan kewajibannya sebagai warga negara Indonesia. Di dalam penelitian saya, hak dan kewajiban sebagai warga negara di sekolah contohnya kewajiban di sekolah misalnya mematuhi aturan yang berlaku di sekolah. Misalnya menggunakan seragam sekolah sesuai dengan ketentuan, mengumpulkan tugas tepat waktu. Siswa berhak mendapat nilai apabila mengerjakan tugas. Dengan mengumpulkan tugas tepat waktu maka dapat membentuk karakter kedisiplinan di kelas.

Komponen penting dalam membentuk karakter siswa di sekolah yaitu kepala sekolah dan guru, karena kepala sekolah dan guru memiliki peran penting dalam mengajarkan kedisiplinan kepada siswa. Selain memberikan materi pelajaran guru berperan dalam membimbing siswa agar memiliki disiplin yang baik pada dirinya seperti disiplin waktu, disiplin berpakaian dan berperilaku disiplin yang berdasarkan nilai dan moral.

Penelitian-penelitian terdahulu yang relevan tentang nilai nilai kedisiplinan pada siswa dilakukan oleh Anggara (2015) yang meneliti “Implementasi Nilai Nilai Kedisiplinan Siswa SD”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru kelas IV Sekolah Dasar Unggulan Aisyiyah Bantul mengimplementasikan nilai kedisiplinan pada siswa dengan menggunakan teknik pengintegrasian nilai yang meliputi; kegiatan rutin, kegiatan spontan, keteladanan, dan pengkondisian. Pada penerapannya guru menggunakan peraturan, hukuman, konsistensi dan penghargaan sebagai pedoman. Hambatan yang dialami guru dalam mengimplementasikan nilai kedisiplinan yaitu pelaksanaan implementasi masih terpaku pada aturan sekolah, program belum berjalan jika belum ada perintah dari sekolah, dan guru pengganti masih kesulitan mengkondisikan siswa di kelas ketika menggantikan guru kelas.

Permasalahan di atas menumbuhkan rasa ingin tahu peneliti untuk mengetahui lebih jauh terkait karakter kedisiplinan siswa tersebut. Karakter kedisiplinan tentu akan memiliki peranan penting di masa depan yaitu sebagai bekal dalam

(25)

8 menjalani kehidupan agar lebih baik. Oleh karena itu peneliti berusaha untuk mengetahui implementasi nilai-nilai kedisiplinan melalui penelitian yang berjudul

“Implementasi Pendidikan Nilai dan Karakter Kedisiplinan Melalui Muatan PPKN Kelas IV SD Negeri Deresan Tahun Ajaran 2019/2020” yaitu bagaimana menerapkan pendidikan karakter kedisiplinan kepada siswa di dalam kebiasaan sehari-hari di sekolah melalui perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dalam proses pembelajaran di kelas.

B. Rumusan Masalah

Latar belakang masalah dan batasan masalah yang dikemukakan melandasi rumusan masalah dalam penelitian ini. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pendidikan karakter kedisiplinan direncanakan dalam RPP melalui muatan pelajaran PPKn?

2. Bagaimana pendidikan karakter kedisiplinan dilaksanakan dalam proses pembelajaran melalui muatan pelajaran PPKn?

3. Bagaimana hasil atau dampak pembelajaran bagi siswa dari implementasi pendidikan nilai karakter kedisiplinan dalam muatan pelajaran PPKn?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui pendidikan nilai karakter kedisiplinan direncanakan dalam RPP melalui muatan pelajaran PPKn.

2. Mendeskripsikan gambaran tentang pendidikan nilai dan karakter kedisiplinan dalam proses pembelajaran melalui muatan Pelajaran PPKn.

3. Mengetahui dampak atau hasil pembelajaran bagi siswa dari pendidikan nilai karakter kedisiplinan melalui muatan pelajaran PPKn.

(26)

9 D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi peneliti

Mengetahui gambaran tentang pendidikan nilai dan karakter yang dapat menjadi modal untuk tugas mendampingi siswa.

2. Bagi guru

Memberikan pengarahan yang benar dalam membangun karakter kedisiplinan melalui muatan PPKn.

3. Bagi Sekolah

Menemukan cara melaksanakan pendidikan karakter dengan baik dan benar.

E. Asumsi Penelitian

Bahwa kebijakan Pemerintah terkait Penguatan Pendidikan Karakter dilaksanakan di SD Negeri Deresan melalui Sosialisasi Penguatan Pendidikan Karakter. Setelah memperoleh sosialisasi PPK, sekolah mengimplementasikan pendidikan karakter kedisiplinan melalui RPP maupun pelaksanaannya dalam muatan pelajaran PPKn.

F. Definisi operasional

Definisi operasional berisi tentang istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini. Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

1. Disiplin

Disiplin adalah merupakan perilaku atau tingkah laku seseorang menjadi kebiasaan yang muncul dari dalam dirinya dengan mematuhi dan mengikuti aturan yang ada.

(27)

10 2. Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter adalah proses pendidikan yang menanamkan nilai dan mengembangkan kemampuan niat untuk mewujudkan nilai positif, disertai ketaatan pada norma yang mendukung karakter-karakter luhur kepada anak didik, sehingga mereka memiliki karakter luhur, dan menerapkan serta mempraktikan dalam kehidupannya, baik di lingkungan keluarga, warga masyarakat, maupun warga negara.

3. Muatan PPKn

Muatan Pelajaran PPKn adalah studi tentang kehidupan sehari-hari, mengajarkan bagaimana menjadi warga negara yang baik dan menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila yang merupakan dasar negara Indonesia.

(28)

11 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka 1. Karakter

a. Pengertian Karakter

Nilai-nilai karakter yang harus dikembangkan yaitu nilai karakter dalam kompetensi inti sikap spiritual dan kompetensi inti sikap sosial yang terdapat dalam Permendikbud No. 24 Tahun 2016. Diantara kedua kompetensi inti tersebut, penelitian ini hanya mengambil kompetensi inti sikap sosial. Kompetensi inti sikap sosial “menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman dan guru”.

Penelitian peneliti hanya difokuskan pada nilai karakter disiplin.

Karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Karakter yang dianggap sebagai nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, manusia lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan dan perbuatan berdasarkan norma-norma, hukum, tata karma, budaya, adat istiadat dan estetika. Karakter adalah perilaku yang tampak dalam kehidupan sehari hari baik dalam bersikap maupun dalam bertindak. Warsono dkk. (2010:

70) mengutip Jack Corley dan Thomas Philip (2000: 80) menyatakan: “karakter merupakan sikap dan kebiasaan seseorang yang memungkinkan dan mempermudah tindakan moral. Menurut Lickona, dalam (Wuryandani, 2018: 1) menjelaskan bahwa karakter terkait dengan tiga hal yaitu pengetahuan moral, perasaan moral, dan perilaku moral. Karakter yang baik terdiri dari atas mengetahui hal yang baik, menginginkan yang baik, dan melakukan kebiasaan baik terdiri dari pikiran, kebiasaan hati, dan kebiasaan tindakan. Seseorang dikatakan memiliki karakter yang baik jika ia tidak hanya tahu tentang karakter yang baik, tetapi juga diwujudkannya dalam perilakunya sehari-hari.

(29)

12 Pendapat para ahli di atas mengungkapkan bahwa karakter dapat disimpulkan sikap dan kebiasaan seseorang untuk mengetahui hal yang baik, menginginkan yang baik, dan melakukan kebiasaan baik terdiri dari pikiran, kebiasaan hati, dan kebiasaan tindakan yang diwujudkan dalam kehidupan sehari- hari.

Pendapat para ahli di atas mengungkapkan bahwa karakter mencangkup kepribadian moral, dan nilai. Untuk memahami pengertian karakter, kita perlu melihat hubungan karakter dengan kepribadian, moral dan nilai.

a. Hubungan karakter dan kepribadian

Suprihadi (1982: 6) mengatakan bahwa kepribadian merupakan sekumpulan sikap-sikap yang dimiliki setiap orang sebagai latar belakang terhadap tindakan sosial yang dilakukannya terhadap lingkungan sekitar.

Lindzy (1993: 26) mengatakan bahwa kepribadian merupakan istilah untuk menunjukkan hal-hal khusus tentang individu dan yang membedakannya dari orang lain.

Pendapat tokoh di atas dapat disimpulkan bahwa kepribadian merupakan identitas seseorang melalui perilaku-perilaku yang dimilikinya. Karakter dan kepribadian merupakan istilah yang memiliki kesamaan yaitu sama-sama bermakna sebagai identitas seseorang yang dinilai orang lain melalui sikap dan perilaku yang dimilikinya. Kepribadian lebih menekankan sekumpulan sikap-sikap yang membentuk, sedangkan karakter lebih menekankan pada sifat khas dari setiap orang yang terbentuk oleh sekumpulan sikap-sikap tersebut.

b. Hubungan karakter dengan moral

Suprihadi (1982: 5) mengatakan bahwa moral adalah sesuatu hal yang membahas mengenai perilaku yang benar atau salah. Oleh sebab itu tidak mengherankan apabila seringkali mendengar perkataan orang tentang orang lain sebagai bermoral atau tidak bermoral baik, ada pula yang menyebut orang lain sebagai rusak moralnya. Kaelan (2001: 180) mengatakan bahwa moral merupakan suatu ajaran atau wejangan, patokan, atau kumpulan peraturan baik

(30)

13 lisan maupun tertulis tentang bagaimana harus hidup dan bertindak agar menjadi manusia yang baik.

Pendapat tokoh di atas dapat disimpulkan bahwa moral merupakan kumpulan peraturan mengenai perilaku yang baik dan yang buruk. Moral memiliki arti yang berbeda dengan karakter. Karakter merupakan pola pikir, sikap atau tindakan yang melekat pada diri seseorang, sedangkan moral merupakan berbagai macam hal yang secara umum diterima oleh masyarakat, menunjukkan mana yang baik dan mana yang tidak baik bagi kehidupan, sehingga karakter yang perlu diwujudkan adalah karakter yang bermoral baik, yang secara umum diterima masyarakat.

c. Hubungan karakter dengan nilai

Suprihadi (1982: 11) mengatakan bahwa nilai adalah gambaran mengenai suatu hal yang diinginkan, berharga, pantas, dan dapat mempengaruhi perilaku sosial setiap individu yang mempunyai nilai tersebut. Menurut Kartawisatra (dalam Rukiyanto 2013: 16) nilai merupakan bagian dari potensi manusia yang berada dalam dunia rohani, tidak berwujud namun sangat kuat pengaruhnya dalam setiap perbuatan dan penampilan seseorang. Nilai akan menjadikan pribadi seseorang berkualitas apabila diwujudkan, sehingga pribadi seseorang akan memiliki karakter yang baik.

Pendapat tokoh di atas dapat disimpulkan bahwa nilai merupakan keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas dasar pilihannya. Karakter seseorang terbentuk oleh nilai-nilai yang biasa diwujudkan dalam hidupnya.

Nilai akan muncul berdasarkan karakter seseorang, dimana karakter seseorang akan mempengaruhi nilai dari pandangan orang lain terhadap seseorang tersebut, sehingga nilai-nilai tersebut dapat dilakukan.

b. Nilai-nilai Karakter

Adapun nilai-nilai dalam pendidikan karakter dalam Pasal 3 Perpres Nomor 87 Tahun 2017 meliputi nilai-nilai religius, jujur, toleran, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli

(31)

14 lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Nilai-nilai tersebut juga senada dengan Pasal 2 Permendikbud Nomor 20 Tahun 2018. Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter di Indonesia diidentifikasi berasal dari empat sumber yaitu agama, pancasila, budaya dan tujuan pendidikan (Zubaedi, 2011: 73).

2. Pendidikan Karakter

a. Pengertian Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter bukanlah persoalan yang mudah untuk dipecahkan mengingat masih sering terjadinya dikotomisasi pendidikan intelektual satu pihak, dan pendidikan nilai di lain pihak. Pendidikan karakter juga bukan hanya sekedar program yang mengembangkan kemampuan kognitif siswa, tetapi juga menyentuh ranah afektif dan psikomotor. Arthur (dalam Wuri Handayani, 2018: 83) menjelaskan bahwa pendidikan karakter merupakan pendekatan yang spesifik dalam pendidikan nilai dan moral yang secara konsisten dikaitkan dengan Pendidikan Kewarganegaraan. Wibowo (2012: 36) mengatakan bahwa pendidikan karakter merupakan proses pendidikan yang menanamkan dan mengembangkan nilai karakter luhur kepada anak didik, sehingga mereka memiliki karakter luhur, dan menerapkan serta mempraktikkan dalam kehidupannya, baik di lingkungan keluarga, warga masyarakat, maupun warga negara. Berdasarkan pengertian tersebut, maka yang bertanggung jawab dalam mengembangkan pendidikan tidak hanya sekolah, tetapi sinergis antara keluarga, sekolah dan masyarakat.

Pendidikan karakter merupakan hal yang penting untuk ditanamkan kepada generasi muda. Orang tua, pendidik, institusi agama, organisasi kepemudaan memiliki tanggung jawab yang besar untuk membangun karakter, nilai, dan moral pada generasi muda (Krischenbaum, 1995: 3). Pendidikan karakter bukanlah tanggung jawab segelintir orang atau lembaga tertentu saja.

Pelaksanaan pendidikan karakter merupakan tanggung jawab bersama, baik lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Ketiga lingkungan pendidikan tersebut harus bekerja sama untuk mendukung konsistensi dan kontinuitas pendidikan karakter, sehingga dapat tercapai tujuan yang telah ditetapkan.

(32)

15 Pendapat tokoh di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter merupakan proses pendidikan yang menanamkan nilai dan mengembangkan kemampuan niat untuk mewujudkan nilai positif, disertai ketaatan pada norma yang mendukung karakter-karakter luhur kepada anak didik, sehingga mereka memiliki karakter luhur, dan menerapkan serta mempraktikan dalam kehidupannya, baik di lingkungan keluarga, warga masyarakat, maupun warga negara.

Tujuan pendidikan karakter menurut Puskur (2010: 1) yaitu 1) mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa; 2) Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius; 3) menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa; 4) mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif dan berwawasan kebangsaan; 5) mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan. Fungsi pendidikan karakter yaitu menumbuh kembangkan kemampuan dasar peserta didik agar berpikir cerdas, berperilaku yang berakhlak, bermoral, dan berbuat sesuatu yang baik, yang bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga dan masyarakat.

Berdasarkan uraian diatas, dapat dikatakan bahwa tujuan pendidikan karakter adalah untuk mengembangkan, menguatkan, memfasilitasi perilaku- perilaku positif dan meminimalisir maupun mengoreksi perilaku-perilaku negatif peserta didik. Selain itu, pendidikan karakter juga bertujuan untuk membangun hubungan antara sekolah, keluarga, maupun masyarakat dalam memerankan tanggung jawab, keluarga, maupun masyarakat dalam memerankan tanggung jawab untuk tumbuhnya karakter baik pesesrta didik. Melalui peserta didik, peserta didik diharapkan mampu menggunakan pengetahuannya untuk memahami hal-hal baik yang harus dilakukan serta hal-hal buruk yang harus ditinggalkan.

(33)

16 Sehingga pada peserta didik dengan kesadaran diri mampu mengimplementasikan nilai-nilai karakter luhur ke dalam perilakunya sehari-hari.

3. Penguatan Pendidikan Karakter

a. Pengertian Penguatan Pendidikan Karakter

Penguatan Pendidikan Karakter yaitu gerakan pendidikan di bawah tanggung jawab satuan pendidikan untuk memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir dan olah raga dengan pelibatan dan kerja sama antar satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat (Perpres No. 87 Tahun 2017). Tujuan Penguatan Pendidikan Karakter

Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter memiliki tujuan (Tim PPK Kemendikbud, 2017: 16) sebagai berikut :

1) Mengembangkan platform pendidikan nasional yang meletakkan makna dan nilai karakter sebagai jiwa atau generasi utama penyelenggaraan pendidikan.

2) Membangun dan membekali Generasi Emas Indonesia 2045 menghadapi dinamika perubahan di masa depan dengan keterampilan abad 21.

3) Mengembalikan pendidikan karakter secara ruh dan fondasi pendidikan melalui harmonisasi olah hati (etik/ nilai dan spiritual), olah rasa (estetik), olah piker (literasi dan numerasi), dan olah raga (kinestetik).

4) Merevitalisasi dan memperkuat kapasitas ekonomi pendidikan (kepala sekolah, guru, peserta didik, pengawas, dan komite sekolah) untuk mendukung perluasan implementasi pendidikan karakter.

5) Membangun jejaring perlibatan masyarakat (publik) sebagai sumber-sumber belajar di dalam dan di luar sekolah.

6) Melestarikan kebudayaan dan jati diri bangsa Indonesia dalam mendukung Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM).

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa program Penguatan Pendidikan Karakter perlu diterapkan dengan tujuan untuk membekali peserta didik dalam menghadapi dinamika perubahan zaman yang semakin global, dengan mengajarkan pembiasaan-pembiasaan yang positif sejak dini dalam kehidupan sehari hari baik di lingkungan sekolah maupun masyarakat sebagai

(34)

17 manifestasi dari nilai, kemampuan, kapasitas moral, dan ketegaran dalam menghadapi kesulitan dan tantangan.

b. Nilai-nilai Utama dalam Penguatan Pendidikan Karakter

Berdasarkan Permendikbud No. 20 tahun 2018, ada lima nilai utama karakter yang saling berkaitan membentuk jejaring nilai yang perlu dikembangkan sebagai prioritas gerakan PPK. Kelima nilai utama karakter bangsa yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1) Religiusitas

Nilai karakter religiusitas mencerminkan keberimanan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang diwujudkan dalam perilaku melaksanakan ajaran agama dan kepercayaan yang dianut, menghargai perbedaan agama, menjunjung sikap toleran. Nilai karakter religiusitas ini meliputi tiga dimensi relasi sekaligus yaitu hubungan individu dengan Tuhan, individu dengan sesama, dan individu dengan alam semesta (lingkungan). Subnilai religiusitas antara lain cinta damai, toleransi, menghargai perbedaan agama dan kepercayaan, teguh pendirian, percaya diri, kerja sama antar pemeluk agama dan kepercayaan, antibuli dan kekerasan, persahabatan, ketulusan, tidak memaksakan kehendak, mencintai lingkungan, dan melindungi yang kecil dan tersisih.

2) Nasionalisme

Nilai karakter nasionalis merupakan cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa, menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. Subnilai nasionalisme antara lain apresiasi budaya bangsa sendiri, menjaga kekayaan budaya bangsa, rela berkorban, unggul, dan berprestasi, cinta tanah air, menjaga lingkungan, taat hukum, disiplin, menghormati keragaman budaya, suku, dan agama.

(35)

18 3) Kemandirian

Nilai karakter kemandirian merupakan sikap dan perilaku tidak bergantung pada orang lain dan mempergunakan segala tenaga, pikiran, waktu untuk merealisasikan harapan, mimpi dan cita-cita. Subnilai kemandirian antara lain etos kerja (kerja keras), tangguh tahan banting, daya juang, professional, kreatif, keberanian dan menjadi pembelajar sepanjang hayat.

4) Gotong Royong

Nilai karakter gotong royong mencerminkan tindakan menghargai semangat kerja sama dan bahu membahu menyelesaikan persoalan bersama, menjalin komunikasi dan persahabatan, memberi bantuan/ pertolongan pada orang-orang yang membutuhkan. Subnilai gotong toyong antara lain menghargai, kerja sama, inklusif, komitmen atas keputusan bersama, musyawarah mufakat, tolong-menolong, solidaritas, empati, anti diskriminasi, anti kekerasan, dan sikap kerelawan.

5) Integritas

Nilai karakter integritas merupakan nilai yang mendasari perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, memiliki komitmen dan kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan dan moral (integritas moral). Subnilai integritas antara lain kejujuran, cinta pada kebenaran, setia, komitmen moral, anti korupsi, keadilan, tanggung jawab, keteladanan, dan menghargai martabat individu (terutama penyandang disabilitas).

4. Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Kelas

a. Pengertian Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Kelas

Pendidikan Karakter berbasis kelas adalah locus educations utama yaitu dimana proses pembentukan karakter terjadi di dalam lingkungan pendidikan.

Seluruh reformasi dalam bidang pendidikan, secanggih apapun programnya, tidak akan efektif bila tidak menyentuh pokok persoalan sendiri, yaitu keseluruhan proses pengajaran yang terjadi di dalam kelas (Koesoema, 2018a: 9).

(36)

19 Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter berbasis kelas adalah proses pembentukan karakter pada setiap peserta didik yang dibentuk melalui proses pembelajaran atau kegiatan intrakurikuler.

b. Jenis-jenis Pengimplementasian Program Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Kelas

1) Pengintegrasian PPK dalam Kurikulum

Pengintegrasian PPK dalam kurikulum ini memiliki arti, bahwa di dalam proses pembelajaran guru mampu mengintegrasikan nilai-nilai karakter dalam setiap mata pelajaran. Hal ini bertujuan untuk menumbuhkan dan menguatkan pengetahuan dalam menanamkan kesadaran peserta didik dan mempraktikkan nilai-nilai karakter, khususnya dalam melaksanakan proses pembelajaran. Dalam Permendikbud No. 17 Tahun 2017, kurikulum adalah seperangkat rencana dan perangkat mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dengan demikian, guru dapat memanfaatkan materi yang tersedia di dalam kurikulum secara kontekstual dengan disertai penguatan nilai-nilai karakter (Tim PPK Kemendikbud, 2017: 27)

Langkah-langkah menerapkan PPK (Tim PPK Kemendikbud, 27- 28) melalui pembelajaran terintegrasi dalam kurikulum dapat dilaksanakan dengan cara

a) Melakukan analisis KD melalui mengidentifikasi nilai-nilai yang terkandung dalam materi pembelajaran, seperti KD yang tercantum dalam mata pelajaran PPKn kelas 4 tema 2 subtema 1 yaitu KD 4.5 Menyajikan laporan hasil pengamatan dan penelusuran informasi tentang berbagai perubahan bentuk energi. Melalui KD tersebut, nilai karakter yang ingin dikembangkan yaitu nilai disiplin.

b) Mendesain RPP yang memuat fokus penguatan karakter dengan memilih model dan metode pembelajaran dan pengelolaan (manajemen) kelas yang relevan. Misalnya, mempelajari KD 4.5 tersebut, peserta didik menyajikan laporan hasil pengamatan secara

(37)

20 berkelompok. Oleh karena itu, model pembelajaran yang digunakan ialah model pembelajaran kooperatif dan menggunakan model diskusi. Pengelolaan kelas yang dilakukan untuk menanamkan nilai-nilai karakter peserta didik melalui pembelajaran kooperatif yaitu adanya nama-nama pada setiap kelompok. Contohnya, kelompok A dinamakan kelompok kedisiplinan, kelompok B dinamakan kelompok tanggung jawab, dan kelompok C dinamakan gotong royong. Melalui hal tersebut, peserta didik akan memahami dengan nilai nilai karakter.

c) Melaksanakan pembelajaran sesuai skenario RPP. Dalam hal ini, pembelajaran di kelas dilakukan sesuai dengan RPP yang telah dibuat. Misalnya pada KD 4.5, guru merancang RPP menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan metode diskusi, maka pembelajaran yang dilakukan guru di kelas juga menerapkan model dan metode pembelajaran sesuai dengan RPP yang dirancang.

d) Melaksanakan penilaian otentik atas pembelajaran yang dilakukan.

Misalnya, dengan adanya kuis atau pretes. Dalam hal ini, penilaian otentik dilakukan bertujuan untuk mengetahui perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik.

e) Melakukan refleksi dan evaluasi terhadap keseluruhan pembelajaran. Contohnya, setelah melaksanakan pembelajaran, guru mengajak peserta didik untuk melakukan refleksi secara singkat mengenai proses pembelajaran yang telah berlangsung dengan cara menanyakan kesulitan apa yang dihadapi mengenai materi yang telah dipelajari dan memberikan evaluasi terhadap kekurangan dan kelebihan peserta didik dalam belajar.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan, bahwa pengintegrasian kurikulum dalam PPK ini dilaksanakan secara tidak langsung melalui proses pembelajaran. Hal ini bertujuan untuk memadukan materi pada setiap mata pelajaran dengan nilai-nilai karakter yang sesuai dengan materi pelajaran yang akan dipelajari. Diharapkan setiap peserta didik dapat memahami materi dalam

(38)

21 pengintegrasian kurikulum yang dipelajari, sehingga dapat mewujudkan penguatan karakter peserta didik yang baik dan menganut nilai-nilai karakter dalam kehidupan sehari-hari.

c. PPK Melalui Manajemen Kelas

Pendidikan karakter di sekolah sangat terkait dengan manajemen kelas.

Manajemen kelas adalah momen pendidikan yang menempatkan para guru sebagai individu yang berwenang dan memiliki otonomi dalam proses pembelajaran untuk mengarahkan, membangun kultur pembelajaran, mengevaluasi dan mengajak seluruh komunitas kelas membuat komitmen bersama agar proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan berhasil (Tim PPK Kemendikbud, 2017: 28). Sedangkan di pihak lain, Koesoema, (2018: 147) mendefinisikan bahwa manajemen kelas sebagai “tindakan-tindakan yang diambil oleh guru untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pembelajaran akademik dan emosi sosial”. Berdasarkan pendapat beberapa para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa manajemen kelas merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh guru dalam menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif, agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan efektif demi tercapainya tujuan pembelajaran.

Dalam proses pengelolaan dan pengaturan kelas terdapat momen penguatan nilai-nilai pendidikan karakter. Guru memiliki kewenangan untuk mempersiapkan sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung yang berkaitan dengan penguatan nilai-nilai karakter. Dalam hal ini, yang dimaksud pengelolaan kelas yang baik ini, misalnya sebelum memasuki materi pembelajaran, seorang guru menerapkan komitmen atau aturan yang harus dilakukan dalam proses pembelajaran seperti jika peserta didik ingin bertanya, maka peserta didik harus tunjuk tangan terlebih dahulu. Dengan adanya aturan-aturan atau komitmen yang diterapkan oleh seorang guru, maka peserta didik akan menumbuhkan nilai-nilai kedisiplinan dan juga akan menciptakan suasana kelas yang kondusif dan teratur, sehingga pengelolaan kelas sangat penting diterapkan. Melalui manajemen kelas

(39)

22 yang baik akan membantu peserta didik dapat belajar dengan baik dan dapat meningkatkan prestasi belajar (Tim PPK Kemendikbud, 2017: 28)

Secara langsung, fungsi manajemen kelas dalam proses pembelajaran adalah tercapainya tujuan pembelajaran melalui proses pembelajaran yang kondusif. Sedangkan secara tidak langsung, manajemen kelas dapat membantu peserta didik mengetahui, memahami dan mempraktikkan nilai-nilai yang perlahan-lahan akan membentuk karakter mereka. Nilai-nilai ini terbentuk dan tertanamkan melalui diskusi, dialog dan perencanaan pengalaman belajar yang bermakna (Koesoema, 2018: 116)

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan, bahwa dengan adanya pengelolaan kelas yang berdasarkan aturan-aturan yang disepakati oleh guru dan peserta didik, maka akan menumbuhkembangkan nilai-nilai karakter seperti nilai kedisiplinan. Oleh karena itu, peserta didik mampu mengetahui, memahami, mempraktikkan nilai nilai karakter yang telah ditanamkan sejak dini melalui proses pembelajaran yang baik.

d. PPK Melalui Pilihan dan Penggunaan Model dan Metode Pembelajaran Pengintegrasian nilai-nilai utama PPK dalam basis kelas juga dapat dilakukan melalui model pembelajaran yang tepat. Model/ metode pembelajaran yang dipilih harus dapat membantu guru dalam memberikan pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan peserta didik (Tim PPK Kemendikbud, 2017: 29).

Penguatan Pendidikan Karakter terintegrasi dalam kurikulum dilakukan melalui pembelajaran di kelas dengan menggunakan model dan metode pembelajaran yang tepat. Trianto (2010: 51) menjelaskan bahwa model pembelajaran merupakan suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Sedangkan metode pembelajaran merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan (Djamarah, 2006: 46).

Model dan metode pembelajaran yang dipilih harus dapat membantu guru dalam memberikan pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan peserta didik.

Melalui model dan metode pembelajaran diharapkan peserta didik memiliki

(40)

23 keterampilan yang dibutuhkan abad 21, seperti berpikir kritis, berpikir kreatif, kecakapan berkomunikasi, penguasaan bahasa internasional, dan kerja sama dalam pembelajaran. Melalui penggunaan model dan metode pembelajaran yang menarik, dapat membangun motivasi peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran (Tim PPK Kemendikbud, 2017: 29)

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa model merupakan pola yang digunakan sebagai pedoman untuk merencanakan tujuan pembelajaran, sedangkan metode pembelajaran adalah suatu cara yang dilakukan oleh seorang guru dalam menyampaikan materi yang efektif, sehingga mencapai tujuan yang telah ditetapkan sesuai dengan yang dibutuhkan peserta didik.

e. PPK Melalui Mata Pelajaran Khusus

Penguatan Pendidikan Karakter secara umum dilakukan dengan cara mengintegrasikan PPK dalam mata pelajaran yang sudah ada (terintegrasi dalam kurikulum). Namun, sekolah bisa pula mengajarkan nilai nilai utama PPK melalui mata pelajaran khusus yang berfokus pada tema nilai-nilai tertentu. Tema-tema yang mengandung nilai utama PPK diajarkan dalam bentuk pembelajaran di kelas dengan model dan metode pembelajaran yang selaras sehingga dapat semakin memperkaya praksis PPK di sekolah. Tema-tema yang diambil disesuaikan dengan visi dan misi sekolah, maka satuan pendidikan juga akan mendesain sendiri tema dan prioritas nilai-nilai karakter apa yang mereka tekankan dalam mengajarkan materi yang akan dipelajari (Tim Kemendikbud, 2017: 32)

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan, bahwa adanya pengintegrasian mata pelajaran melalui PPK ini, bertujuan untuk memperkuat karakter peserta didik dengan mengajarkan nilai-nilai PPK yang terkandung sesuai dengan tema-tema yang akan diajarkan oleh peserta didik.

f. PPK Melalui Gerakan Literasi

Gerakan literasi merupakan kegiatan mengasah kemampuan, mengakses, memahami, mengolah dan memanfaatkan informasi secara kritis dan cerdas berlandaskan kegiatan membaca, menulis, menyimak dan berbicara untuk

(41)

24 menumbuhkembangkan karakter seseorang menjadi tangguh, kuat, dan baik.

Dalam konteks PPK berbasis kelas, kegiatan-kegiatan literasi tersebut dapat diintegrasikan ke dalam kegiatan pembelajaran dan mata pelajaran yang ada dalam struktur kurikulum. Setiap guru dapat mengajak peserta didik membaca, menulis, menyimak, dan mengkomunikasikan secara teliti, cermat dan tepat tentang topic yang dipelajari yang terdapat di berbagai sumber informasi baik media sosial maupun buku surat kabar (Tim PPK Kemendikbud, 2017: 32).

Dalam hubungan ini, maka di sekolah dibutuhkan ketersediaan sumber- sumber informasi yang ada seperti internet maupun buku surat kabar, sehingga fasilitas sekolah seperti perpustakaan ataupun komputer yang terdapat jaringan internet dapat mendukung pelaksanaan pembelajaran.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan, bahwa gerakan literasi merupakan kegiatan membaca, menyimak, mengolah informasi, dan mengkomunikasikannya dengan tepat tentang topik yang terdapat di berbagai sumber-sumber informasi. Kegiatan ini bertujuan untuk mengasah kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis dalam mengakses, memahami dan mengolah sumber-sumber informasi yang dibutuhkan terutama pada saat proses pembelajaran.

g. PPK Melalui Layanan Bimbingan Konseling

Prayitno, (2013: 95) bimbingan merupakan segala kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan relisasi pribadi setiap individu. Bimbingan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok, agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bidang pengembangan kehidupan pribadi, kemampuan belajar, dan prencanaan karir, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma-norma yang berlaku (Hikmawati, 2011: 1).

Peranan guru BK tidak hanya terfokus untuk membantu peserta didik yang bermasalah, melainkan membantu semua peserta didik dalam mengembangkan potensi yang dimiliki. Bimbingan dan konseling di sekolah dilaksanakan secara kolaboratif dengan peran guru mata pelajaran, tenaga kependidikan, maupun

(42)

25 pemangku kepentingan lainnya. Lima nilai utama PPK yaitu religiositas, nasionalisme, gotong royong, kemandirian, dan integritas dalam bimbingan konseling mempunyai peran dan tanggung jawab sebagai pengembangan perilaku jangka panjang sebagai kekuatan nilai pada pribadi individu di dalam mengembangkan potensi di bidang belajar (Tim PPK Kemendikbud, 2017: 33).

Penguatan pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan dan konseling dapat diselenggarakan melalui layanan-layanan berikut.

1) Layanan dasar

Layanan dasar adalah pendampingan yang diperuntukkan bagi peserta didik melalui kegiatan pengamatan terstruktur secara berkelompok yang bertujuan untuk mengembangkan perilaku jangka panjang dalam pengembangan perilaku belajar, karir, pribadi, dan sosial.

2) Layanan responsif

Layanan responsif adalah kegiatan yang diperuntukkan bagi peserta didik tertentu, baik individual maupun kelompok, yang memerlukan bantuan segera agar peserta didik tidak terhambat dalam pencapaian tugas perkembangannya.

3) Layanan individual dan peminatan

Layanan ini dimaksudkan untuk membantu setiap peserta didik dalam pengembangan minat dan bakatnya. Nilai-nilai utama dalam PPK dikomparasikan dalam proses pemahaman diri dan penguatan pilihan serta pembelajaran dalam pengembangan minat dan bakat.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan, bahwa peran dan tanggung jawab bimbingan dalam PPK adalah mengembangkan perilaku peserta didik yang menyangkut lima nilai utama tersebut sebagai kekuatan nilai pada pribadi individu di dalam mengembangkan potensi di bidang belajar, karier, pribadi dan sosial. Selain itu, didalam penguatan PPK ini terdapat beberapa layanan dan dukungan seperti layanan dasar, layanan responsif, layanan perencanaan dan peminatan serta dukungan sistem. Beberapa layanan dan dukungan tersebut memiliki maksud yang berbeda-beda namun saling berkaitan untuk memperkuat peserta didik.

(43)

26 h. Tujuan Pelaksanaan Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Kelas

Gerakan PPK dapat dilaksanakan dengan berbasis struktur kurikulum yang sudah ada dan mantap dimiliki oleh sekolah. Salah satu basis Penguatan Pendidikan Karakter adalah Pendidikan Karakter berbasis kelas. Adapun tujuan pelaksanaan Penguatan Pendidikan Karakter berbasis kelas (Tim PPK Kemendibud, 2017: 15) antara lain:

1) Mengintegrasikan proses pembelajaran di dalam kelas melalui isi kurikulum dalam mata pelajaran, baik itu secara tematik maupun terintegrasi dalam mata pelajaran.

2) Memperkuat manajemen kelas, pilihan metodologi, dan evaluasi pengajaran 3) Mengembangkan muatan local sesuai dengan kebutuhan daerah

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan, bahwa tujuan Penguatan Pendidikan Karakter berbasis kelas perlu di terapkan dalam proses pembelajaran di kelas dengan adanya pengintegrasian kurikulum dengan memadukan materi yang akan diajarkan, model dan metode pembelajaran yang menarik, dan adanya pengelolaan kelas atau manajemen kelas untuk menciptakan suasana lingkungan kelas yang kondusif dan disiplin, serta adanya kegiatan bimbingan konseling. Melalui kegiatan tersebut, secara tidak langsung peserta didik ditanamkan nilai-nilai karakter dalam kegiatan intrakurikuler.

5. Muatan Pelajaran PPKn

a. Pengertian Muatan Pelajaran PPKn

Pembelajaran PPKn identik dengan pembelajaran yang cenderung monoton dan membosankan materinya sehingga anak didik kurang antusias untuk mengikuti pembelajaran. Berdasarkan pada kurikulum 2013 Pendidikan kewargangaraan diberlakukan kembali dengan nama Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, disingkat PPKn. PPKn merupakan perubahan dari mata pelajaran sebelumnya yaitu Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) berdasar kurikulum 2006. Dinyatakan diberlakukan kembali, oleh karena nama PPKn sebelumnya sudah dikenal melalui kurikulum tahun 1994.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian yang diperoleh pada penelitian ini adalah pendidikan karakter sudah diimplementasikan dalam pembelajaran bahasa Indonesia di MAN Godean Yogyakarta, baik

Fokus penelitian ini adalah kesesuaian implementasi program Penguatan Pendidikan Karakter PPK yang dilakukan guru dengan nilai-nilai yang terkandung dalam program Penguatan

Implementasi pendidikan ramah anak dalam pembentukan karakter siswa kelas rendah telah diimplementasikan SD Muhammadiyah Program Khusus Kotta Barat dengan melaksanakan

Berdasarkan hasil penelitian implementasi program lima hari sekolah dalam penguatan pendidikan karakter siswa SDN Gugus IV Praya Tengah memiliki beberapa kesamaan

Akan tetapi untuk pengimplementasian penguatan pendidikan karakter yang nilai karakternya dikerucutkan menjadi lima tersebut belum diimplementasikan karena menurut

Berdasarkan hasil penelitian implementasi program lima hari sekolah dalam penguatan pendidikan karakter siswa SDN Gugus IV Praya Tengah memiliki beberapa kesamaan

Munculnya kebijakan pemerintah tentang penguatan pendidikan karakter yang tertuang dalam Peraturan Presiden (PERPRES) Nomor 87 tahun 2017 tentang Penguatan

Upaya implementasi program Penguatan Pendidikan Karakter di sekolah dasar negeri se-Kecamatan Umbulharjo dilakukan melalui berbagai cara diantaranya: adanya