• Tidak ada hasil yang ditemukan

SURVEI IMPLEMENTASI PROGRAM PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN UMBULHARJO KOTA YOGYAKARTA HALAMAN JUDUL SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SURVEI IMPLEMENTASI PROGRAM PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN UMBULHARJO KOTA YOGYAKARTA HALAMAN JUDUL SKRIPSI"

Copied!
280
0
0

Teks penuh

(1)

SURVEI IMPLEMENTASI PROGRAM PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN

UMBULHARJO KOTA YOGYAKARTA HALAMAN JUDUL

SKRIPSI

Digunakan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Boni Rahmad Raharjo NIM: 161134222

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2020

(2)

i

SURVEI IMPLEMENTASI PROGRAM PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN

UMBULHARJO KOTA YOGYAKARTA HALAMAN JUDUL

SKRIPSI

Digunakan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Boni Rahmad Raharjo NIM: 161134222

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2020

(3)
(4)
(5)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk :

1. Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada saya.

2. Kedua orangtua saya, Ibu Erma Susilowati dan Ayah Retno Handono yang selalu senantiasa memberikan dukungan dan bimbingan kepada saya sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan sebaik-baiknya.

3. Kakakku tersayang, Ario Cahya Gemilang S.T. yang selalu memberikan semangat dan motivasi dalam penyusunan skripsi.

4. Adikku tersayang, Chandra Ahastino Herlambang yang selalu memberikan semangat dan hiburan ketika saya merasa bosan dan patah semangat.

5. Keluarga besar yang selalu mendukung dan memberikan kasih sayang.

6. Keluarga besar kelas D angkatan 2016, yang selalu memberikan dukungan, semangat, dan pengalaman berjuang bersama.

7. Teman payung skripsi: Fani, Andre, Lala, Tia, Ardinas, Warih , dan Daniel yang selalu rela membantu dan bekerja sama dalam menyelesaikan penyusunan skripsi.

8. Wanita teristimewa Meidia Annisa yang selalu sabar memberikan semangat, motivasi, dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.

(6)

v MOTTO

Sadarlah selalu bahwa prestasi tidak dapat diraih tanpa usaha

Setiap manusia adalah jenius.

Tapi jika anda menilai ikan dari kemampuannya memanjat pohon, seumur hidup dia akan menganggap dirinya bodoh. (Albert Einstein)

(7)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 11 Mei 2020 Peneliti,

Boni Rahmad Raharjo

(8)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Boni Rahmad Raharjo

Nomor Mahasiswa : 161134222

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: “SURVEI IMPLEMENTASI PROGRAM PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN UMBULHARJO KOTA YOGYAKARTA”. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta, Pada tanggal: 11 Mei 2020 Yang menyatakan

(9)

viii ABSTRAK

SURVEI IMPLEMENTASI PROGRAM PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN

UMBULHARJO KOTA YOGYAKARTA Boni Rahmad Raharjo

Universitas Sanata Dharma 2020

Latar belakang penelitian ini adalah adanya sebuah kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan mengenai dicanangkannya program Penguatan Pendidikan Karakter sebagai bentuk upaya untuk memberikan pedoman dan memperkuat karakter siswa yang perlu dilaksanakan di sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana dan mendeskripsikan upaya implementasi program Penguatan Pendidikan Karakter di sekolah dasar negeri se -Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta.

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif dengan metode survei. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 120 guru dengan jumlah sampel 92 sesuai pada tabel penentuan sampel minimal Krejcie dan Morgan. Sampel penelitian diambil dengan menggunakan teknik simple random sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner pertanyaan tertutup dan wawancara.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa responden atau guru di sekolah dasar negeri se-Kecamatan Umbulharjo sudah mengimplementasikan program Penguatan Pendidikan Karakter dengan mengedepankan 4 aspek utama. Pertama, implementasi PPK aspek sosialisasi sebanyak 88,50%. Upaya penerapan dilakukan melalui sosialisasi PPK dari guru, kepala sekolah, dan KKG. Kedua , implementasi PPK basis kelas sebanyak 88,93%. Upaya penerapan dilakukan melalui kegiatan pembiasaan kelas menyanyikan lagu wajib nasional, kegiatan literasi, manajemen kelas, penerapan model pembelajaran inovatif dan melakukan layanan bimbingan konseling. Ketiga, implementasi PPK basis budaya sekolah sebanyak 91,86%. Upaya penerapan dilakukan melalui branding sekolah, tradisi yang dijaga kelestariannya, peraturan sekolah, kokurikuler, dan ekstrakurikuler. Keempat, implementasi PPK berbasis masyarakat sebanyak 64,70%. Upaya penerapan dilakukan melalui kerja sama satuan pendidikan seperti dengan orang tua siswa, lembaga kesenian, lembaga pemerintah, lembaga penyedia sumber pembelajaran, masyarakat sipil pegiat pendidikan, komunitas keagamaan, lembaga bisnis, lembaga penyiaran media, dan perguruan tinggi.

Kata kunci: Penguatan Pendidikan Karakter, berbasis kelas, berbasis budaya sekolah, berbasis masyarakat.

(10)

ix ABSTRACT

THE IMPLEMENTATION SURVEY OF CHARACTER EDUCATION PROGRAM AT ELEMENTARY SCHOOLS OF UMBULHARJO DISTRICT

YOGYAKARTA CITY

Boni Rahmad Raharjo

Sanata Dharma University

2020

The background of this research is the existence of government policy in the field of education regarding the launch of the Reinforcing Character Education program as a form of an effort to provide guidance and strengthen the character of students who have been implemented in schools. This study aims to determine the extent and describe efforts to implement the Reinforcing Character Education program in public elementary schools throughout th e Umbulharjo District of Yogyakarta City.

This type of research is a quantitative descriptive survey method. The population in this study were 120 teachers with 92 samples according to the Krejcie and Morgan minimum sample determination tables. The research sample was taken using a simple random sampling technique. Data collection techniques using closed question questionnaires and interviews.

The results of this study indicate that respondents or teachers in public elementary schools in the Umbulharjo District have implemented the Reinforcing Character Education program by prioritizing 4 main aspects. First, the socialization aspect was 88.50%. Implementation efforts were made through KDP dissemination from teachers, school principals, and KKG. Second class base of 88.93%. Implementation efforts are carried out through classroom habituation activities singing national compulsory songs, literacy activities, class management, applying innovative learning models and providing counseling guidance services. The third base of school culture is 91.86%. Implementation efforts are carried out through school branding, traditions that are preserved, school regulations, curricular and extracurricular. Fourth, community -based as much as 64.70%. Implementation efforts are carried out through collaborative education units such as with parents of students, arts institutions, government institutions, institutions providing learning resources, civil society activists for education, religious communities, business institutions, media broadcasting institutions, and universities.

Keywords: Reinforcing Character Education, class-based, school-based culture, community-based.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Survei Implementasi Program Penguatan Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta” dengan lancar. Skripsi ini ditulis untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik tidak terlepas dari bantuan, dan bimbingan dari berbagai p ihak. Oleh karena itu, peneliti dalam kesempatan ini ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

2. Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

3. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd., selaku Wakil Ketua Progam Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

4. Maria Melani Ika Susanti, S.Pd., M.Pd., dan Drs. Paulus Wahana, M.Hum., selaku dosen pembimbing I dan II yang telah sabar memberikan saran, bimbingan, dan motivasi kepada peneliti dalam menyusun skripsi.

5. Odo Hadinata, M.Pd., selaku Tim Pengembang Program Penguatan Pendidikan Karakter Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang telah memberikan saran dalam penyusunan instrumen penelitian.

(12)

xi

6. Andri Anugrahana, S.Pd., M.Pd., selaku dosen pembimbing akademik yang selalu sabar memberikan bimbingan dan dorongan.

7. Segenap dosen, karyawan, dan sekretariat Program Studi P GSD Universitas Sanata Dharma yang telah membantu dalam kelancaran penelitian.

8. Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta dan UPT wilayah Timur Kota Yogyakarta yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian di wilayah tersebut serta seluruh kepala sekolah dan guru SD Negeri se-Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk turut membantu dalam penelitian.

9. Seluruh validator instrumen penelitian di SD Swasta se-Kota Yogyakarta. 10. Teman-teman kelas D P GSD angkatan 2016 dan seluruh pihak yang telah

membantu yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.

Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih memiliki kekurangan. Oleh karena itu peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Mohon maaf jika terdapat kesalahan dalam penulisan skripsi in i, semoga dengan adanya skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terkait.

Yogyakarta, 11 Mei 2020 Peneliti,

(13)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ……… i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .……….. ii

HALAMAN PENGESAHAN ………. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ……….. iv

HALAMAN MOTTO ……….. v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………. vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ………. vii

ABSTRAK ……… viii

ABSTRACT ………... ix

KATA PENGANTAR ………. x

DAFTAR ISI ……… xii

DAFTAR GAMBAR ………... xv

DAFTAR TABEL ……… xvii

DAFTAR LAMPIRAN ………... xviii

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

A. Latar Belakang Masalah ……….. 1

B. Identifikasi Masalah ………. 8 C. Batasan Masalah ……….. 9 D. Rumusan Masalah ……… 10 E. Tujuan Penelitian ………. 10 F. Manfaat Penelitian ………... 10 G. Definisi Operasional ……… 12

BAB II LANDASAN TEORI ………. 15

A. Kajian Pustaka ………. 15

1. Karakter ………... 15

a. Hubungan Karakter dan Kepribadian ………. 16

b. Hubungan Karakter dan Moral ………... 17

(14)

xiii

d. Pendidikan Karakter ……… 19

e. Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) ……… 20

B. Hasil Penelitian yang Relevan ………... 55

C. Kerangka Berpikir ………. 60

D. Pertanyaan Penelitian ……… 62

BAB III METODE PENELITIAN………. 64

A. Jenis Penelitia n ………. 64

B. Waktu dan Tempat Penelitian ……….. 65

1. Waktu Penelitian ………. 65

2. Tempat Penelitian ……… 66

C. Populasi dan Sampel ……… 68

1. Populasi ………... 68

2. Sampel ………. 69

D. Variabel Penelitian ………... 74

E. Teknik Pengumpulan Data ………... 76

1. Kuesioner ……… 76 2. Wawancara ……….. 77 3. Studi Dokumenter ………... 78 F. Instrumen Penelitian ……… 78 1. Kuesioner ……… 79 2. Pedoman Wawancara ……….. 82

G. Teknik Pengujian Instrumen ……… 83

1. Validitas Muka ……… 84

2. Validitas Isi ………. 88

H. Teknik Analisis Data ……… 96

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………... 100

A. Hasil Penelitian ……… 100

1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ……… 100

2. Deskripsi Responden Penelitian ……….. 103 3. Deskripsi Data Survei Implementasi Program Penguatan

(15)

xiv

Umbulharjo Kota Yogyakarta………. 104

B. Pembahasan ……….. 148 BAB V PENUTUP ………... 171 A. Kesimpulan ……….. 171 B. Keterbatasan Penelitian ……… 174 C. Saran ……… 174 DAFTAR PUSTAKA ……….. 176 LAMPIRAN ………. 180

(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Filosofi Pendidikan Karakter Ki Hajar Dewantara ………... 22 Gambar 2.2 Contoh Manajemen Kelas ……….. 37 Gambar 2.3 Contoh Layanan Bimbingan dan Konseling ……… 41 Gambar 2.4 Kegiatan Pemeriksaan Kesehatan Gigi di Universitas Gadjah

Mada ……… 51 Gambar 2.5 Kegiatan Latihan Karawitan dan Kunjungan di Budayawan

Lokal Daerah Condongcatur Yogyakarta ………..… 52 Gambar 2.6 Bagan Literature Map ……….…... 59 Gambar 4.1 Grafik Persentase Implementasi PPK Aspek Sosialisasi ….. 110 Gambar 4.2 Grafik Persentase Program Penguatan Pendidikan Karakter

Berbasis Kelas Bagian Kurikulum ……….…... 113 Gambar 4.3 Grafik Persentase Program Penguatan Pendidikan Karakter

Berbasis Kelas Aspek Pembiasaan Kelas ……….……. 114 Gambar 4.4 Grafik Persentase Program Penguatan Pendidikan Karakter

Berbasis Kelas Aspek Manajemen Kelas ………..… 117 Gambar 4.5 Grafik Persentase Program Penguatan Pendidikan Karakter

Berbasis Kelas Aspek Metode/model Pembelajaran …….… 119 Gambar 4.6 Grafik Persentase Program Penguatan Pendidikan Karakter

Berbasis Kelas Aspek Layanan Bimbingan dan Konseling …. 121 Gambar 4.7 Grafik Persentase Program Penguatan Pendidikan Karakter

Berbasis Budaya Sekolah Aspek Branding ………... 125 Gambar 4.8 Contoh Kegiatan Semutlis di SD N Giwangan ………. 127 Gambar 4.9 Grafik Persentase Program Penguatan Pendidikan Karakter

Berbasis Budaya Sekolah Aspek Pembiasaan Sekolah atau

Tradisi ……… 129 Gambar 4.10 Grafik Persentase Program Penguatan Pendidikan Karakter

Berbasis Budaya Sekolah Aspek Peraturan Sekolah ………. 133 Gambar 4.11 Grafik Persentase Program Penguatan Pendidikan Karakter

(17)

xvi

Budaya Sekolah Aspek Kegiatan Kokurikuler ………... 135 Gambar 4.12 Grafik Persentase Program Penguatan Pendidikan Karakter

Berbasis Budaya Sekolah Aspek Kegiatan Ekstrakurikuler …. 137 Gambar 4.13 Persentase Implementasi Program PPK Aspek Kelas ……… 153 Gambar 4.14 Persentase Implementasi Program PPK Aspek Budaya

Sekolah ………. 158 Gambar 4.15 Persentase Implementasi Program PPK Aspek Masyarakat … 163

(18)

xvii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Contoh Pengintegrasian Nilai Karakter dalam RPP ...…………. 34

Tabel 3.1 Daftar Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Umbulharjo …..…. 67

Tabel 3.2 Populasi Penelitian …….………. 69

Tabel 3.3 Penentuan Jumlah Sampel Minimal Menurut Krejcie dan Morgan ………….………... 70

Tabel 3.4 Tabel Populasi dan Sampe l Tiap Sekolah …….……….. 72

Tabel 3.5 Kisi-kisi Pertanyaan Tertutup yang terdapat dalam Kuesioner ... 80

Tabel 3.6 Skor Pertanyaan Instrumen ……..……… 81

Tabel 3.7 Pedoman Wawancara …..……… 82

Tabel 3.8 Hasil Validitas Muka …...……… 84

Tabel 3.9 Lembar Validasi Instrumen …….……… 88

Tabel 3.10 Konversi Nilai Skala Lima …….………. 91

Tabel 3.11 Kriteria Skor Skala Lima …….……… 93

Tabel 3.12 Rekapitulasi Validitas Instrumen ……….……… 93

Tabel 4.1 Daftar SD yang diteliti ……….……… 100

Tabel 4.2 Kuesioner Pertanyaan Tertutup ………...……… 104

Tabel 4.3 Rerata Persentase Aspek Sosialisasi ……… 108

Tabel 4.4 Rerata Persentase PPK Berbasis Kelas ……… 111

Tabel 4.5 Rerata Persentase PPK Berbasis Budaya Sekolah …...………… 122

Tabel 4.6 Daftar Kegiatan Ekstrakurikuler di SD Negeri se-Kecamatan Umbulharjo ……….……… 138

Tabel 4.7 Rerata Persentase PPK Berbasis Budaya Masyarakat …….…… 141

(19)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian dari Universitas Sanata Dharma ……….. 181

Lampiran 2. Surat Rekomendasi Izin Melakukan Penelitian dari Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta ….………... 182

Lampiran 3. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari UPT Wilayah Timur ……….. 183

Lampiran 4. Rangkuman Data SD Negeri di Kecamatan Umbulharjo ...….. 184

Lampiran 5. Coding Data 13 SD Negeri se-Kecamatan Umbulharjo ….….. 185

Lampiran 6. Rekap Data Survei Implementasi Instrumen Pertanyaan Tertutup ……….... 188

Lampiran 7. Kisi-kisi Instrumen Pertanyaan Tertutup ……….. 200

Lampiran 8. Identitas Responden ………. 201

Lampiran 9. Instrumen Penelitian Pertanyaan Tertutup …..……….. 202

Lampiran 10. Surat Permohonan Izin Validasi Ahli ……… 207

Lampiran 11. Data Mentah 13 Validasi Ahli ………..……… 208

Lampiran 12. Hasil Rekap Validasi Instrumen Pertanyaan Tertutup ……….. 248

Lampiran 13. Hasil Validasi Instrumen Pertanyaan Tertutup ….……… 249

(20)

1 BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab 1 akan dijelaskan mengenai landasan penelitian seperti latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.

A. Latar Belakang Masalah

Seiring dengan berkembangnya zaman bangsa Indonesia terus melakukan suatu perubahan mengenai pendidikan nasional yang akan diberikan kepada seluruh peserta didik untuk membantu mencapai tujuan negara berdasarkan UUD 1945. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 yang berbunyi “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Menurut Idi & Jalaluddin (2011: 193) pendidikan berkaitan dengan usaha untuk mengubah sikap dan tingkah laku. Pendidikan dinilai dapat membentuk karakter setiap individu yang sedang berkembang dan belajar dalam mencari jati dirinya. Di zaman modern ini, pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan globalisasi. Munculnya globalisasi dinilai tidak selalu menimbulkan dampak positif saja, melainkan juga dapat dikatakan sebagai

(21)

sebuah ancaman tersendiri. Dengan munculnya globalisasi, setiap individu yang sedang mempelajari suatu ilmu dapat dengan mudah mengakses segala informasi secara bebas. Hal ini dikawatirkan muncul peluang bagi peserta didik untuk melakukan tindakan yang tidak bertanggung jawab, seperti meniru budaya luar yang cenderung bertentangan dengan nilai-nilai leluhur yang dimiliki bangsa Indonesia, sehingga jika hal ini tidak diberi batasan atau arahan mengenai pendidikan yang sesuai akan menimbulkan menurunnya kualitas moral dari peserta didik. Salah satu upaya untuk membantu meminimalisir turunnya kualitas moral individu adalah melalui adanya pendidikan karakter. Pendidikan karakter merupakan suatu pendidikan yang sengaja dibent uk dengan tujuan untuk mengajarkan nilai-nilai budi pekerti yang mencakup moralitas di dalamnya. Menurut Kurniawan (2013: 31) bahwa budi pekerti dalam konteks ini adalah watak atau tabiat khusus seseorang untuk berbuat sopan dan menghargai pihak lain yang tercermin dalam perilaku dan kehidupannya.

Ketika individu ingin mencapai sebuah tujuan, selain memanfaatkan potensi yang dimiliki, diperlukan juga bekal pendidikan yang harus ditanamkan sejak dini. Pendidikan bukan selalu membahas mengenai ilmu pengetahuan (kognitif) saja, tetapi pada hakekatnya juga terdapat berbagai macam aspek lainnya yang penting dipelajari dalam perkembangan individu, yaitu aspek afektif atau sesuatu yang berkaitan dengan perasaan, sikap maupun nilai dan aspek lainnya adalah aspek psikomotorik atau kemampuan dalam bidang keterampilan. Faktanya berdasarkan penelitian di Harvard University Amerika

(22)

Serikat (dalam Kurniawan, 2013: 32) terungkap bahwa kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard

skill) saja, tetapi lebih kepada kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill).

Karakter merupakan kebiasaan yang mengarah pada tindakan manusia. Secara sederhana untuk menilai manusia yang berkarakter dapat dilihat dengan cara melihat dari tindakan yang dilakukannya apakah sudah berlandasan pada pedoman nilai-nilai karakter atau sebaliknya. Menurut Kurniawan (2013: 41) nilai-nilai dalam pendidikan karakter dapat dirangkum menjadi 18 kriteria diantaranya: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, pe duli sosial, dan tanggung jawab.

Kondisi yang terjadi di Indonesia saat ini mencerminkan bahwa bangsa Indonesia telah mengalami degradasi moral dalam berperilaku. Hal ini dibuktikan dari banyaknya peristiwa yang tengah muncul. Dalam berita online

Tribunnews.com pada Selasa 15 November 2019, memberitahukan bahwa

terjadi kasus perkelahian dan kekerasan yang mengakibatkan kematian. Parahnya, kasus ini dilakukan oleh anak yang masih duduk di bangku SD. Kejadian nahas itu terjadi di sebuah sekolah di Bantul Yogyakarta. Kapolsek Semon, Kompol Paimun menyatakan, korban dan dua orang temannya yang beinisial M dan H diketahui terlibat adu mulut. Kejadian ini bermula saat korban mendatangi M dan H yang sedang bermain di halaman sekolah. Pada

(23)

saat itu korban mengejek terlebih dahulu sembari mendorong pelaku hingga terjatuh. Pelaku M yang jatuh kemudian tak terima dan mencoba membalas dengan mengayunkan tangannya ke dada sebelah kanan korban. Sementara R atau korban, memegangi perut sampai terjatuh dan muntah.Saat itu korban sempat dibawa ke klinik sekolah dan puskesmas, namun nahas korban akhirnya dinyatakan meninggal dunia. Sementara itu, pihak kepolisian mengatakan pihaknya saat ini masih belum menahan pelaku, karena ada prosedur lain yang belum terselesaikan namun kasus tersebut tetap akan diproses sesuai prosedur hukum yang berlaku. Hal ini selaras dengan informasi yang diberitahukan oleh berita online Republika.co.id pada Selasa 12 Feb 2019, yang menyebutkan bahwa Direktur UNICEF Perwakilan Pulau Jawa, Arie Rukmantara mengatakan, kasus perundungan masih marak terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Bahkan, angkanya mencapai 21 persen yang terjadi pada anak berumur 13 hingga 17 tahun.

Selain itu peristiwa yang bertentangan dengan moral juga menjadi sorotan dalam berita online SuaraJogja.id pada Jumat, 21 Februari 2020 yang memberitahukan seorang siswa SD di Yogyakarta diduga telah menjadi korban kekerasan dan bully ing hingga mengalami luka pada usus yang mengakibatkan anak tersebut selama berhari-hari tidak bisa makan serta buang air secara normal. Cerita bermula pada hari Senin (27/1/2020) saat korban yang masih kelas 1 SD hendak a kan menjalankan ibadah salat duha, tiba-tiba mendapatkan kekerasan dan bullying oleh kakak kelasnya yang duduk di kelas 6. Keesokan harinya korban tak masuk sekolah

(24)

karena mengalami sakit perut hingga ia harus bolak-balik ke RSKIA Sadewa Depok, Sleman, yang kemudian dirujuk ke RS Bethesda Yogyakarta. Hal ini juga telah dikonfirmasi oleh Kepala Humas dan Marketing RS Bethesda Bapak Adiatno P riambodo, Jumat (21/02/2020), yang membenarkan ada kesamaan cerita yang dialami salah satu pasien yang dirawat di RS Bethesda. Pasien tersebut adalah seorang anak berin isial SAGH (9) yang menjalani operasi di bagian perut pada Kamis (13/2/2020) dan ditangani dua dokter bedah anak. Dari beberapa contoh kejadian tersebut menunjukkan bahwa bangsa Indonesia harus melakukan pembenahan diri untuk membentuk karakter peserta didik sejak awal.

Pendidikan nasional merupakan salah satu solusi yang tepat dalam upaya mengatasi masalah yang berkaitan dengan perilaku manusia. Namun realitanya pendidikan nasional yang sudah diterapkan masih saja sering diabaikan dan dianggap sebelah mata oleh sebagian masyarakat. Oleh karena itu pendidikan nasional yang sudah diterapkan perlu dilakukan ka jian ulang, salah satunya dengan memodifikasi proses belajar yang ada di satuan pendidikan dengan memasukkan pedoman moralitas yang menyinggung nilai-nilai pendidikan karakter. Dalam hal ini upaya yang dilakukan oleh pemerintah yaitu dengan membentuk sebuah program yang ditujukan untuk memberikan pedoman dalam berkarakter. Program ini dikenal dengan sebutan Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 87 Tahun 2017 pasal 1 ayat 1 menjelaskan bahwa “Penguatan Pendidikan Karakter yang selanjutnya disingkat PPK adalah gerakan pendidikan di bawah

(25)

tanggung jawab satuan pendidikan untuk memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga dengan pelibatan dan kerja sama antara satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat sebagai bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM)”.

Penguatan pendidikan karakter menjadi salah satu program prioritas Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Melalui programnya Joko Widodo menjelaskan bahwa pemerintah juga melakukan kajian lebih dalam mengenai urgensi pendidikan karakter yang sedang terjadi di Indonesia. Realitanya pendidikan karakter yang sedang terjadi masih dirasa kurang digali dan dipelajari lebih dalam. Untuk itu tindakan yang dilakukan pemerintah dalam hal ini salah satunya adalah melalui program nawacita nomor 8 yang membahas mengenai penguatan revolusi karakter bangsa melalui budi pekerti.. Nawacita merupakan sembilan program Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla yang sengaja dirancang dan disampaikan pada saat mengikuti Pemilihan Presiden tahun 2014.

Program PPK diterapkan melalui tiga pendekatan utama yaitu berbasis kelas, berbasis budaya sekolah dan berbasis masyarakat (Hendarman, dkk, 2017: 4). Melalui program PPK berbasis kelas secara khusus dapat dikelola oleh pendidik dengan cara menyisipkan nilai karakter pada saat pembelajaran di kelas berlangsung. Berbeda halnya dengan program PPK berbasis kelas, PPK berbasis budaya sekolah, lebih berfokus untuk menekankan pada pembiasaan nilai-nilai utama dalam keseharian sekolah dengan tujuan mengembangkan ciri khas, keunggulan, dan daya saing sekolah. Sedangkan

(26)

PPK berbasis masyarakat adalah aktifitas di satuan pendidikan yang sengaja dibentuk dengan melibatkan masyarakat sebagai proses pengembangan penguatan pendidikan karakter (Hendarman, dkk, 2017: 27).

Melalui program PPK diharapkan dapat menjadi pondasi utama peserta didik yang sedang bertumbuh dan berkembang dalam mengatasi masalah yang berkaitan dengan perilaku manusia. Namun adanya program PPK bukan hanya tanggung jawab dari satu pihak saja, tetapi program ini adalah program bersama yang dapat terealisasi dengan adanya bantuan dan kerja sama dari berbagai pihak yaitu: pendidik atau guru, peserta didik, serta tokoh-tokoh dalam masyarakat. Hal ini sesuai dengan Permendikbud Nomor 20 Tahun 2018 pasal 5 yang secara ringkas menyatakan bahwa PPK dapat diselenggarakan dengan mengoptimalkan fungsi kemitraan tripusat pendidikan yang meliputi: sekolah, keluarga, dan masyarakat.

Untuk melihat apakah program PPK yang seharusnya sudah terlaksana di sekolah telah diimplementasikan secara optimal atau tidak, maka salah satu cara yang revelan dapat dilakukan peneliti adalah melakukan penelitian survei yang membahas mengenai implementasi Penguatan Pendidikan Karakter di satuan pendidikan dengan judul “Survei Implementasi Program Penguatan Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta”.

Alasan utama peneliti memilih mengunakan metode survei dikarenakan metode ini dinilai dapat mendiskripsikan kondisi yang sebenarnya berdasarkan informasi dari sumber responden. Selain itu pemilihan metode survei pada

(27)

penelitian ini dianggap relevan dan efektif untuk dilakukan karena mengingat jumlah responden yang ada pada penelitian ini banyak dan luas, sehingga peneliti dapat memperoleh data yang nyata dengan cara melakukan pengambilan sampel secara acak dari populasi yang ada denga n menggunakan rumus hitungan penentuan jumlah sampel minimal.

Penelitian ini mengambil lokasi penelitian di Kecamatan Umbulharjo. Kecamatan Umbulharjo terletak di sisi selatan Kota Yogyakarta dan berbatasan dengan Kecamatan Mergangsan, Kecamatan Pakualama n, Kecamatan Kotagede, Kecamatan Bantul, dan Kecamatan Gondokusuman. Peneliti mengambil lokasi di Kecamatan Umbulharjo dikarenakan kecamatan ini memiliki jumlah satuan pendidikan khususnya SD yang paling banyak dibandingkan kecamatan lainnya di Kota Yogyakarta, diharapkan dengan adanya kondisi ini dapat mencerminkan karakteristik yang sebenarnya dari populasi yang dipilih. Selain itu pertimbangan peneliti dalam memilih lokasi dikarenakan letak Kecamatan Umbulharjo yang mudah dijangkau dan belum ada penelitian yang dilakukan dengan topik survei implementasi program Penguatan Pendidikan Karakter di Kecamatan Umbulharjo.

B. Identifikasi Masalah

Penelitian ini memaparkan beberapa masalah yang mendasari penelitian, beberapa masalah tersebut adalah:

1. Program Penguatan Pendidikan Karakter merupakan salah satu program dari pemerintah dalam bidang pendidikan yang perlu diimplementasikan

(28)

oleh sekolah secara optimal dalam rangka untuk membangun karakter bangsa.

2. Upaya implementasi Program Penguatan Pendidikan Karakter perlu direncanakan oleh pendidik dengan menggunakan 3 basis utama yaitu: basis kelas, budaya sekolah, dan masyarakat yang telah dimodifikasi sesuai dengan kondisi masing-masing sekolah.

C. Batasan Masalah

Agar pembahasan dalam penelitian ini tidak terlalu luas dan lebih terarah maka maslaah yang diteliti dibatasi sebagai berikut:

1. Penelitian berfokus pada survei implementasi program Penguatan Pendidikan Karakter berbasis kelas, budaya sekolah, dan masyarakat di tingkat sekolah dasar negeri.

2. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah sekolah dasar negeri se-Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta.

3. Sedangkan subjek penelitian ini adalah guru kelas I sampai dengan VI sekolah dasar negeri se-Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta.

4. Pengambilan sampel penelitian ini menggunakan metode simple random

(29)

D. Rumusan Masalah

Latar belakang masalah yang dikemukakan melandasi rumusan masalah dalam penelitian ini. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Sejauh mana implementasi Progam Penguatan Pendidikan Karakter di sekolah dasar negeri se-Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta?

2. Bagaimana upaya implementasi Progam Penguatan Pendidikan Karakter di sekolah dasar negeri se-Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagi berikut.

1. Mengetahui sejauh mana implementasi Progam Penguatan Pendidikan Karakter di sekolah dasar se-Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta. 2. Mendeskripsikan upaya implementasi Progam Penguatan Pendidikan

Karakter di sekolah dasar se-Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta. F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian survei implementasi program penguatan pendidikan karakter di sekolah dasar adalah sebagai berikut.

1. Secara Teoritis

Memberikan manfaat terhadap pendidikan yang mengedepankan nilai-nilai moral pada manusia atau pendidikan berbasis karakter di sekolah dasar.

(30)

2. Secara Praktis a. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini merupakan sarana menambah pengalaman dan informasi tentang program penguatan pendidikan karakter. Dengan melakukan peneliti ini peneliti dapat belajar mengenai pengimplementasian program penguatan pendidikan karakter di sekolah dasar.

b. Bagi Pembaca

Hasil penelitian ini dapat menjadi wawasan bagi pembaca mengenai upaya-upaya implementasi PPK yang dapat dilaksanakan di sekolah dasar.

c. Bagi Guru

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai alat ukur bagi guru untuk melihat seberapa jauh pengimplementasian program penguatan pendidikan karakter yang telah dilakukan di masing-masing sekolah. d. Bagi Sekolah

Dengan adanya penelitian ini sekolah diharapkan dapat menjadi wadah yang berdampak untuk pengembangan kegiatan yang berkaitan dengan program PPK.

e. Bagi UPT

Hasil penelitian ini dapat menjadi gambaran mengenai salah satu contoh kondisi di sekolah yang telah melaksanakan PPK, sehingga untuk ke depannya jika masih ditemukan beberapa aspek yang kurang

(31)

dimaksimalkan dalam mengimplementasikan PPK di sekolah, pihak UPT dapat memberikan pemahaman kembali kepada pihak sekolah mengenai pentingnya implementasi PPK dan bagaimana cara yang efektif dan relevan untuk dilakukan dengan mempertimbingkan kondisi yang ada di masing-masing sekolah

G. Definisi Operasional

Definisi operasional berisi tentang istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini. Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

1. Karakter merupakan sebuah identitas atau ciri pada manusia yang mengacu secara rinci pada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behavior), motivasi

(motivations), dan keterampilan (skills) yang dimilikinya dengan

mencerminkan moralitas dan budi pekerti yang dapat terbentuk melalui lingkungan.

2. Pendidikan Karakter merupakan pendidikan yang sengaja dibuat untuk peserta didik dengan tujuan mengajarakan, menanamkan, mengembangkan dan mempraktikkan dalam kehidupannya tentang akhlak dan etika, sehingga ketika peserta didik dalam memaknai hidupnya diharapkan mampu menghasilkan sebuah keputusan yang bijak atas pertimbangan dari modal pendidikan yang diterima maupun dipelajarinya.

3. Program Penguatan Pendidikan Karakter merupakan program pendidikan yang dibentuk oleh pemerintah dengan berlandaskan pada pancasila yang dilaksanakan melalui satuan pendidikan dengan tujuan untuk memberikan

(32)

pedoman pada peserta didik ketika mengembangkan dirinya dalam berkarakter dengan mengintegrasikan nilai-nilai karakter yang termuat di dalamnya.

4. Program Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Kelas adalah salah satu program yang direncanakan dengan tujuan penanaman dan penguatan pendidikan karakter dengan memanfaatkan segala jalur yang berkaitan dengan kelas seperti pengelolaan kelas, penggunaan metode pembelajaran, proses pembelajaran di dalam kelas, pembiasaan literasi, dan layanan bimbingan dan konseling.

5. Program Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Sekolah merupakan program penguatan pendidikan karakter melalui jalur yang terfokus pada pembentukan iklim dan lingkungan sekolah, dengan tujuan untuk menimbulkan dampak positif bagi peserta didik dalam mengembangkan pendidikan karakter di tingkat satuan pendidikan.

6. Program Penguatan Pendidikan Karakter Masyarakat perencanaan program dalam bidang pendidikan yang melibatkan kerjasama dari pihak sekolah dengan pihak masyarakat atau pihak diluar sekolah yang memuat aktifitas dalam rangka memfasilitasi peserta didik untuk mengembangankan nilai-nilai karakter.

7. Sekolah Dasar adalah jenjang paling dasar pada pendidikan formal yang ditempuh dengan jenjang waktu enam tahun, mulai kelas I sampai dengan kelas VI.

(33)

8. Kecamatan Umbulharjo adalah salah satu kecamatan yang ada di kota Yogyakarta dengan ketinggian 113 meter dari permukaan laut, dengan luas wilayah +811,4800 Ha yang terletak di sisi selatan Kota Yogyakarta dan berbatasan dengan Kecamatan Mergangsan, Kecamatan Pakualaman, Kecamatan Kotagede, Kecamatan Bantul, dan Kecamatan Gondokusuman.

(34)

15 BAB II LANDASAN TEORI

Di dalam Bab II ini akan dibahas mengenai kajian pustaka, hasil penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan pertanyaan penelitian. Bagian-bagian tersebut akan dijabarkan sebagai berikut.

A. Kajian Pustaka 1. Karakter

Maksudin (2013: 3) berpendapat bahwa karakter adalah ciri khas setiap individu berkenaan dengan jati dirinya (daya qalbu), yang merupakan saripati kualitas batiniah/rohaniah, cara berpikir, cara berperila ku (sikap dan perbuatan lahiriah) hidup seseorang dan bekerja sama baik dalam keluarga, masyarakat, bangsa maupun Negara. Sedangkan Zuchdin (2013: 167) memahami bahwa karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang universal yang meliputi seluruh aktifitas manusia, baik dalam rangka berhubungan dengan Tuhannya, dengan dirinya, dengan sesama manusia, maupun dengan lingkungannya, yang terwujud dalam pikiran, perasaan, dan perkataan serta perilaku sehari-hari berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata karma, budaya, dan adat istiadat.

Sementara Koesoma (2010: 80) memahami bahwa karakter sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ciri, atau karakteristik, atau gaya, atau sifat khas dari diri seorang yang bersumber dari

(35)

bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil, juga bawaan sejak lahir.

Dari pendapat para ahli di atas mengenai karakter, maka dapat disimpulkan bahwa karakter merupakan sebuah identitas atau ciri pada manusia yang mengacu secara rinci pada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behavior), motivasi (motivations), dan keterampilan (skills) yang dimilikinya dengan mencerminkan moralitas dan budi pekerti yang dapat terbentuk melalui lingkungan.

a. Hubungan Karakter dan Kepribadian

Florence (2006: 38) memaparkan bahwa kepribadian adalah keseluruhan perilaku seorang individu dengan sistem kecenderungan tertentu yang berinteraksi dengan serangkaian situasi. Maka dari itulah situasi diciptakan dalam pembelajaran harus diseimbangkan dengan kebiasaan dan tindakan seorang anak, sehingga terdapat perasaan yang memaksa atau tertekan dalam diri anak. Hal ini selaras dengan pendapat Gregory (dalam Sjarkawi, 2006: 13) yang mendefinisikan kepribadian adalah sebuah kata yang menandakan ciri pembawaan dan pola kelakuan seseorang yang khas bagi pribadi itu sendiri.

Dari pendapat para ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kepribadian yang dimiliki individu dapat mempengaruhi karakter yang dibentuk. Adanya perilaku yang sering dilakukan dalam kehidupan sehari-hari membuat kepribadian individu satu dengan yang lain tidaklah selalu sama. Individu yang memiliki kepribadian yang baik

(36)

akan memiliki peluang untuk membentuk karakter yang baik juga begitu pula sebaliknya.

b. Hubungan Karakter dan Moral

Sudarsono (1993: 159) mendefinsikan moral sebagai sesuatu yang berhubungan dengan norma-norma perilaku yang baik/benar dan salah menurut keyakinan-keyakinan etis pribadi atau kaidah-kaidah sosial, ajaran mengenai baik perbuatan dan kelakuan. Hal ini juga selaras dengan pendapat Megawangi (2007: 83) yang menjelaskan bahwa moral mengacu pada pengetahuan seseorang terhadap baik atau buruk sedangkan karakter lebih mengacu pada tabiat (kebiasaan) seseorang yang didorong langsung oleh otak.

Selain itu Ali & Asrori (2012: 136) juga memaparkan mengenai moral yang pada dasarnya berasal dari kata Latin mores yang artinya tata cara dalam kehidupan, adat istiadat, kebiasaan. Moral pada dasarnya merupakan rangkaian nilai tentang berbagai macam perilaku yang harus dipatuhi. Moral merupakan kaidah norma dan pranata yang mengatur perilaku individu dalam hubungannya dengan kelompok sosial dan masyarakat. Moral merupakan standar baik-buruk yang ditentukan bagi individu nilainilai sosial budaya dimana individu sebagai anggota sosial. Moralitas merupakan aspek kepribadian yang diperlukan seseorang dalam kaitannya dengan kehidupan sosial secara harmonis, adil, dan seimbang. Perilaku moral diperlukan demi

(37)

terwujudnya kehidupan yang damai penuh keteraturan, ketertiban, dan keharmonisan.

Dari pendapat para ahli di atas dapat ditarik kesimpulkan bahwa moral adalah sesuatu yang berhubungan dengan kebiasaan pada suatu lingkungan atau adat yang memuat tata cara perilaku kehidupan manusia yang baik dan buruk. Dengan adanya moral dapat mengajarkan manusia dalam berperilaku yang tidak merugikan orang lain karena moral memiliki sifat mengedepankan hak-hak manusia atau menghargai manusia sebagai ciptaan Tuhan yang memiliki akal budi maupun ahklak.

c. Hubungan Karakter dan Nilai

Isna (2001: 98) mendefiniskan nilai sebagai sesuatu yang bersifat abstrak, ideal, nilai bukan benda konkrit, bukan fakta, tidak hanya persoalan benar dan salah yang menuntut pembuktian empirik, melainkan sosial penghayatan yang dikehendaki, disenangi, dan tidak disenangi. Sedangkan Sjarkawi (2006: 29) menjelaskan nilai sebagai suatu “keharusan” yang mencerminkan kualitas terhadap suatu hal sehingga dapat menjadikan objek yang disukai, diinginkan, berguna, dan dihargai. Hal ini selaras dengan pendapat Wahana (2004: 84) yang memaparkan nilai sebagai daya tarik yang mempunyai peranan sebagai pendorong dan pengarah bagi pembentukan diri manusia melalui tindakan-tindakannya

(38)

Dalam kehidupan manusia, perilaku yang diciptakan individu satu dengan yang lainnya tidaklah selalu sama, hal ini disebabkan karena masing-masing individu memiliki pandangan dan tujuan sendiri-sendiri berdasarkan apa yang akan mereka capai. Untuk mengetahui makna dari perilaku-perilaku tersebut, manusia dapat menghubungkan suatu fenomena dengan fenomena lainnya atau suatu ilmu dengan ilmu lainnya yang selanjutnya diambil keputusan hal ini sering disebut dengan menilai. Nilai memiliki pengaruh pada pemikiran yang dibangun oleh individu terhadap pembentukan diri melalui penghayatan keyakinan yang mendasar pada pilihannya. Jika individu mampu memahami nilai dengan melibatkan ilmu mengenai kemanusiaan seperti moral, budi pekerti atau ilmu-ilmu yang berkaitan dengan sikap dan perilaku manusia, maka karakter individu yang terbentuk akan mencerminkan pada cara berpikir dan berperilaku yang berkualitas dengan mununjukan manusia yang memiliki hubungan pada Tuhannya, diri sendiri, sesama manusia, maupun lingkungannya.

2. Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter adalah suatu proses pendidikan yang holistik yang menghubungkan dimensi moral dengan ranah sosial dalam kehidupan peserta didik sebagai pondasi bagi terbentuknya generasi yang berkualitas yang mampu hidup mandiri dan memiliki prinsip suatu kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan (Rahar jo, 2010: 233). Sedangkan menurut

(39)

Zubaedi (2011: 31) pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti

plus, yang intinya merupakan program pengajaran yang bertujuan

mengembangkan watak dan tabiat peserta didik dengan cara menghayati nilai-nilai dan keyakinan masyarakat sebagai kekuatan moral dalam hidupnya melalui kejujuran, dapat dipercaya, disiplin, dan kerja sama yang menekankan ranah afektif (perasaan/sikap) tanpa meninggalkan ranah kognitif (berpikir rasional), dan ranah skill (keterampilan, terampil mengolah data, mengemukakan pendapat, dan kerja sama). Sementara Megawangi (2004: 95) memahami bahwa pendidikan karakter merupakan sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya.

Dari pendapat para ahli di atas mengenai pendidikan karakter, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter merupakan pendidikan yang sengaja dibuat untuk peserta didik dengan tujuan mengembangkan watak dan tabiat, sehingga ketika peserta didik dalam memaknai hidupnya diharapkan mampu menghasilkan sebuah keputusan yang bijak atas pertimbangan dari modal pendidikan yang diterima maupun dipelajarinya. 3. Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (Fathurrohman , Fatriany &

(40)

Suryana, 2013: 7). Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2010 tentang Pengelolaan Penyelenggaraan Pendidikan pada Pasal 17 ayat (3) menyebutkan bahwa, pendidikan dasar, termasuk sekolah bertujuan: membangun landasan bagi berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang: (a) beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Mahasa Esa; (b) berakhlak mulia, dan berkepribadian luhur; (c) berilmu, cakap, kritis, kreatif, dan inovatif; (d) sehat, mandiri, dan percaya diri; (e) toleran, peka sosial, demokratis, dan bertanggung jawab. Dari penjabaran teori para ahli di atas, dapat diperjelas bahwa pendidikan nasional yang selalu ditekankan di negara Indonesia juga menitikberatkan pada aspek karakter khususnya pembentukan karakter peserta didik yang sedang berkembang di semua jenjang satuan pendidikan.

Demi kepentingan masa depan bangsa Indonesia, bahkan sejak sekarang perlu dilakukan pemusatan (centering) pendidikan karakter dalam penyelenggaraan pendidikan nasional Indonesia. Kesadaran sekaligus usaha pemusatan pendidikan karakter di jantung pendidikan nasional semakin kuat ketika pada tahun 2010 pemerintah Indonesia mencanangkan sekaligus melaksanakan ke bijakan Gerakan Nasional Pendidikan Karakter berlandaskan Rencana Aksi Nasional (RAN) Pendidikan Karakter Bangsa. Hal tersebut perlu dilanjutkan, dioptimalkan, diperdalam, dan bahkan diperluas sehingga diperlukan penguatan pendidikan karakter bangsa. Untuk itu, sejak sekarang perlu dilaksanakan

(41)

Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dengan mengindahkan asas keberlanjutan dan kesinambungan (Hendarman, dkk, 2017: 5).

Penguatan pendidikan karakter merupakan gerakan pendidikan di sekolah untuk memperkuat karakter melalui proses pembentukan, transformasi, transmisi, dan pengembangan potensi peserta didik dengan cara harmonisasi olah hati (etik dan spiritual), olah rasa (estetik), olah pikir (literasi dan numerasi), dan olah raga (kinestetik) sesuai falsafah hidup pancasila (Hendarman, dkk, 2017: 17). Hal ini juga selaras dengan teori yang dipaparkan oleh Ki Hajar Dewantara (dalam Elvira, 2017: 10) mengenai nilai-nilai karakter dalam individu memiliki integrasi yang berkesinambungan dalam empat aspek. Aspek tersebut secara ringkas ditunjukkan dalam gambar 2.1 berikut inI.

Gambar 2.1 Filosofi Pendidikan Karakter Ki Hajar Dewantara

Sumber: dari buku yang berjudul Gerakan Penguatan Pendidikan

(42)

Gambar 2.1 menunjukkan bahwa setiap aspek memiliki keterkaitan terhadap aspek-aspek lainnya. Harmonisasi yang diciptakan dari empat aspek tersebut terdiri dari nilai-nilai karakter yang berbeda-beda. Pada aspek olah hati memiliki nilai karakter yaitu: beriman dan bertaqwa, jujur, amanah, adil, bertanggung jawab, berempati, berani mengambil resiko, pantang menyerah, rela berkorban, dan berjiwa patriotik. Sedangkan aspek olah pikir memiliki nilai karakter yaitu: cerdas, kritis, kreatif, inovatif, ingin tahu, berpikir terbuka, produktif, berorientasi IPTEKS, dan reflektif. Selain itu aspek olah karsa memiliki nilai karakter siantaranya: ramah, saling menghargai, toleran, peduli, suka menolong, gotong royong, nasionalis, kosmopolit, mengutamakan kepentingan umum, bangga menggunakan Bahasa dan produk Indonesia, dinamis, kerja keras, dan beretos kerja. Dan pada aspek olah raga memiliki nilai karakter yaitu: bersih dan sehat, disiplin, sportif, tangguh, andal, berdaya tahan, bersahabat, kooperatif, determinatif, kompetitif, ceria, dan gigih (Samani dan Hariyanto, 2012: 24-25).

Penguatan pendidikan karakter merupakan gerakan pendidikan di sekolah untuk memperkuat karakter melalui proses pembentukan, transformasi, transmisi, dan pengembangan potensi peserta didik dengan cara harmonisasi olah hati (etik dan spiritual), olah rasa (estetik), olah pikir (literasi dan numerasi), dan olah raga (kinestetik) sesuai falsafah hidup pancasila (Hendarman, dkk, 2017: 17). Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) merupakan lanjutan dari program sebelumnya yang

(43)

memberikan solusi terhadap turunnya moral anak bangsa, karena menurut Kemendikbud (2017) salah satu urgensi PPK adalah “Keterampilan abad 21 yang dibutuhkan siswa guna mewujudkan keunggulan bersaing Generasi Emas 2045: Kualitas Karakter, Literasi Dasar, Kompetensi 4 C

(Critical Thinking, Problem Solving, Creativity, Communication Skills, dan Ability to Work Collaboratively (Andiarini, Arifin, & Nurabadi. 2018:

239).

Dari pendapat para ahli di atas mengenai Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK), maka dapat disimpulkan bahwa Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) merupakan program pendidikan yang dibentuk oleh pemerintah dengan berlandaskan pada pancasila yang dilaksanakan melalui satuan pendidikan dengan tujuan untuk memberikan pedoman pada peserta didik ketika mengembangkan dirinya dalam berkarakter dengan mengintegrasikan nilai-nilai karakter yang termuat di dalamnya.

Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter memiliki tujuan sebagai berikut (Hendarman,dkk, 2017: 16):

a. Mengembangkan platform pendidikan nas ional yang meletakkan makna dan nilai karakter sebagai jiwa atau generator utama penyelenggaraan pendidikan.

b. Membangun dan membekali Generasi Emas Indonesia 2045 menghadapi dinamika perubahan di masa depan dengan keterampilan abad 21.

(44)

c. Mengembalikan pendidikan karakter sebagai ruh dan fondasi pendidikan melalui harmonisasi olah hati (etik dan spiritual), olah rasa (estetik), olah pikir (literasi dan numerasi), dan olah raga (kinestetik).

d. Merevitalisasi dan memperkuat kapasitas ekosistem pendidikan (kepala sekolah, guru, siswa, pengawas, dan komite sekolah) untuk mendukung perluasan implementasi pendidikan karakter.

e. Membangun jejaring pelibatan masyarakat (publik) sebagai sumbersumber belajar di dalam dan di luar sekolah.

f. Melestarikan kebudayaan dan jati diri bangsa Indonesia dalam mendukung Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM).

Dari pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan adanya program PPK adalah untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan nilai-nilai karakter yang mampu diwujudkan dalam perilaku maupun tindakan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh Hendarman, dkk (2017: 7) bahwa program PPK ingin memperkuat pembentukan karakter siswa yang selama ini sudah dilakukan di banyak sekolah

a. Nilai Karakter dalam Program Penguatan Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter dilakukan melalui pendidikan nilai-nilai atau kebijakan yang menjadi nilai dasar karakter bangsa. Kebajikan yang menjadi atribut suatu karakter pada dasarnya adalah nilai. Oleh karena itu, pendidikan karakter pada dasarnya adalah pengembangan nilai-nilai

(45)

yang berasal dari pandangan hidup atau ideologi bangsa Indonesia, agama, budaya, dan nilai-nilai yang terumuskan dalam tujuan pendidikan nasional (Zubaedi, 2011: 72). Hal ini diperkuat oleh pendapat dari Kurniawan (2013: 41) yang memaparkan bahwa nilai-nilai dalam pendidikan karater dapat dirangkum menjadi 18 kriteria diantaranya: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.

Hendarman, dkk (2017: 8) memaparkan bahwa gerakan PPK menempatkan nilai karakter sebagai dimensi terdalam pendidikan yang membudayakan dan memberadabkan para pelaku pendidikan. Terdapat lima nilai utama karakter yang saling berkaitan membentuk jejaring nilai yang perlu dikembangkan sebagai prioritas Gerakan PPK.

Seiring berjalannya waktu pembahasan dan pembaruan mengenai nilai-nilai karakter mengalami perubahan, namun penafsiran makna nilai karakter ini tetap berpedoman pada ideologi bangsa Indonesia yaitu Pancasila. Lima nilai utama karakter dalam PPK sekarang merupakan kristalisasi dari berbagai nilai-nilai karakter yang sudah ada dan dikembangkan sebelumnya. Berikut ini merupakan lima nilai utama karakter dalam program PPK berdasarkan Hendarman, dkk (2017: 8-10).

(46)

1) Religius

Nilai karakter religius mencerminkan keberimanan terhadap Tuhan yang Maha Esa yang diwujudkan dalam perilaku melaksanakan ajaran agama dan kepercayaan yang dianut, menghargai perbedaan agama, menjunjung tinggi sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama dan kepercayaan lain, hidup rukun dan damai dengan pemeluk agama lain. Subnilai religius antara lain cinta damai, toleransi, menghargai perbedaan agama dan kepercayaan, teguh pendirian, percaya diri, kerja sama antar pemeluk agama dan kepercayaan, antibuli dan kekerasan. Persahabatan, ketulusan, tidak memaksakan kehendak, mencintai lingkungan, dan melindungi yang kecil dan tersisih. Kata religiusitas merupakan istilah baru untuk religius yang telah direvisi dalam Permendikbud Nomor 20 Tahun 2018.

2) Nasionalis

Nilai karakter nasionalis merupakan cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa, menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. Subnilai nasionalis antara lain apresiasi budaya bangsa sendiri, menjaga kekayaan budaya bangsa, rela berkorban, unggul, dan berprestasi, cinta tanah air, menjaga lingkungan, taat hukum,

(47)

disiplin, menghormati keragaman budaya, suku, dan agama. Kata nasionalisme merupakan istilah baru untuk nasionalis yang telah direvisi dalam Permendikbud Nomor 20 Tahun 2018.

3) Mandiri

Nilai karakter mandiri merupakan sikap dan perilaku tidak bergantung pada orang lain dan mempergunakan segala tenaga, pikiran, waktu untuk merealisasikan harapan, mimpi dan cita-cita. Subnilai mandir antara lain etos kerja (kerja keras), tangguh tahan banting, daya juang, profesional, kreatif, keberanian, dan menjadi pembelajar sepanjang hayat. Kata kemandirian merupakan istilah baru untuk mandiri yang telah direvisi dalam Permendikbud Nomor 20 Tahun 2018.

4) Gotong Royong

Nilai karakter gotong royong mencerminkan tindakan menghargai semangat kerjasama dan bahu membahu menyelesaikan persoalan bersama, menjalin komunikasi dan persahabatan, memberi bantuan/ pertolongan pada orang-orang yang membutuhkan. Subnilai gotong royong antara lain menghargai, kerja sama, inklusif, komitmen atas keputusan bersama, musyawarah mufakat, tolong-menolong, solidaritas, empati, anti diskriminasi, anti kekerasan, dan sikap kerelawanan. Kata gotong royong tidak mengalami perubahan istilah baru dalam Permendikbud Nomor 20 Tahun 2018.

(48)

5) Integritas

Nilai karakter integritas merupakan nilai yang mendasari perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, memiliki komitmen dan kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan dan moral (integritas moral). Hal ini meliputi sikap tanggung jawab sebagai warga negara, aktif terlibat dalam kehidupan sosial, melalui konsistensi tindakan dan perkataan yang berdasarkan kebenaran. Subnilai integritas antara lain kejujuran, cinta pada kebenaran, setia, komitmen moral, anti korupsi, keadilan, tanggung jawab, keteladanan, dan menghargai martabat individu (terutama penyandang disabilitas). Kata integritas tidak mengalami perubahan istilah baru dalam Permendikbud Nomor 20 Tahun 2018.

Berdasarkan penjelasan para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa program PPK mampu memberikan landasan pendidikan berupa penerapan 5 nilai utama karakter kepada peserta didik yang berfungsi untuk memberikan pemahaman mengenai bagaimana cara mengembangkan potensi pada diri masing-masing individu dengan memanfaatkan akhlak maupun budi pekerti.

(49)

b. Prinsip-prinsip Pengembangan dan Implementasi PPK

Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dikembangkan dan dilaksanakan dengan menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut (Hendarman, dkk, 2017: 10).

1) Nilai-nilai Moral Universal

Program PPK menggunakan prinsip nilai-nilai moral universal yang berarti adalah meyakin dan mengharagai adanya nilai moral dalam macam-macam latar belakang agama, keyakinan, kepercayaan, sosial, dan budaya.

2) Holistik

Holistik yang dimaksud dalam prinsip Program PPK adalah pengembangan fisik (olah raga), intelektual (olah pikir), estetika (olah rasa), etika dan spiritual (olah hati) dilakukan secara bersama -sama, berkaitan dan tidak menitik beratkan pada salah satu aspek saja, baik melalui proses pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler.

3) Terintegrasi

Program PPK dilaksanakan secara terintegrasi artinya pendidikan yang dilaksanakan dilakukan dengan cara memadukan, dan menghubungkan berbagai elemen pendidikan yang mendasarinya.

(50)

4) Partisipatif

Melalui prinsip partisipatif akan membantu terwujudnya progam PPK yang bermakna dan meningkatkan sosialitas yang tinggi. Partisipatif dalam hal ini adalah mengikutsertan seluruh elemen pendidi yang membantu dan mengayomi berlangsungnya jalannya Program PPK.

5) Kearifan Lokal

Pengimplementasian program PPK juga diharapkan bisa mengedepankan dan mengembangkan kearifan lokal nusantara sehingga dapat memberi indentitas atau jati diri pada setiap keberagaman yang dimiliki peserta didik namun tetap sebagai bangsa Indonesia yang utuh dan bersatu.

6) Kecakapan Abad XXI

Gerakan PPK mengembangkan kecakapan-kecakapan yang dibutuhkan oleh peserta didik untuk hidup pada abad XXI, antara lain kecakapan berpikir kritis (critical thinking), berpikir kreatif (creative thinking), kecakapan berkomunikasi (communication skill), termasuk penguasaan bahasa internasional, dan kerja sama dalam pembelajaran (collaborative learning).

7) Adil dan Inklusif

Dalam pengimplementasian program PPK juga selalu mengedepankan keadilan, keberagaman, menghargai kebhinekaan dan perbedaan (inklusif).

(51)

8) Selaras dengan Perkembangan Peserta Didik

Gerakan PPK direncanakan, dikembangkan, dan dilaksanakan berdasarkan pada perkembangan peserta didik baik perkembangan biologis, psikologis, maupun sosial, agar tingkat relevansi dapat dinilai tinggi dan maksimal. Oleh karena itu segala bentuk upaya dalam pengembangan maupun perencanaan program adalah hal yang penting dan utama,

9) Terukur

Program PPK dikembangkan dan dilaksanakan berlandaskan prinsip keterukuran dengan tujuan agar dapat diamati dan diketahui proses dan hasilnya secara objektif. Dalam hubungan ini komunitas sekolah mendeskripsikan nilai-nilai utama karakter yang menjadi prioritas pengembangan di sekolah dalam sebuah sikap dan perilaku yang dapat diamati dan diukur secara objektif; mengembangkan program-program penguatan nilai-nilai karakter bangsa yang mungkin dilaksanakan dan dicapai oleh sekolah; dan mengerahkan sumber daya yang dapat disediakan oleh sekolah dan pemangku kepentingan pendidikan.

c. Basis Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)

Albertus (dalam Hendarman, dkk, 2017: 15) berpendapat bahwa gerakan PPK dapat dilaksanakan dengan berbasis struktur kurikulum yang sudah ada dan mantap dimiliki oleh sekolah, yaitu pendidikan karakter berbasis kelas, budaya sekolah, dan masyarakat/komunitas.

(52)

Berdasarkan teori di atas yang menjelaskan mengenai Program Penguatan Pendidikan Karakter, maka berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai pengimplementasian progam penguatan pendidikan karakter (Hendarman,dkk, 2017: 27-41).

1) Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) Berbasis Kelas

Program Penguatan Pendidikan Karakter berbasis kelas dapat diimplementasikan pada satuan pendidikan dengan melalui banyak cara, diantaranya yaitu:

a) Pengintegrasian PPK dalam kurikulum

Hamalik (2001: 66) mendefinisikan kurikulum sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Selain itu Sagala (2007: 232) juga menjelaskan bahwa kurikulum tidak hanya sekedar mempelajari mata pelajaran, tetapi lebih mengembangkan pikiran, menambah wawasan, serta mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya. Dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa kurikulum merupakan seperangkat pr ogram pendidikan yang dapat berupa mata pelajaran yang diterapkan oleh suatu penyelenggara pendidikan guna untuk mengembangkan pikiran, menambah wawasan, dan pengetahuan bagi peserta didik.

(53)

Jika dikaitkan dengan program PPK, perancanaan dalam penerapan kurikulum di satuan pendidikan dapat dijadikan sebagai salah satu upaya dalam mengimplementasikan program PPK. Pengintegrasian PPK melalui kurikulum dapat diartikan bahwa pendidik dapat memaksimalkan pengintegrasian nilai-nilai utama PPK ke dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan dengan tujuan untuk menumbuhkan, menguatkan, menanamkan dan mempraktikkan nilai-nilai utama PPK. Adapun langkah-langkah dalam penerapan PPK melelui pengintegrasian pembelajaran dalam kurikulum adalah sebagai berikut:

(1) Melakukan analisis KD melalui identifikasi nilai-nilai yang terkandung dalam materi pembelajaran. Berikut ini merupakan salah satu contoh pengimplementasian PPK berbasis kelas dengan mengintegrasikan nilai karakter ke dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) di muatan pembelajaran PPKn.

Tabel 2.1 Contoh Pengintegrasian Nilai Karakter ke dalam RPP

Mata

Pelajaran No

Kompetensi

Dasar No Indikator Pencapaian Nilai Karakter

PPKn 1.1 Mensyukuri ditetapkannya bintang, rantai, pohon beringin, kepala banteng, dan padi kapas sebagai lambang negara “Garuda Pancasila” 1.1.1 Menunjukkan rasa syukur atas keberadaan diri sebagai bangsa Indonesia Hidup rukun dengan pemeluk agama lain (religiusitas) 1.1.2 Membuat ungkapan syukur dalam doa untuk bangsa Indonesia

(54)

Mata

Pelajaran No

Kompetensi

Dasar No Indikator Pencapaian Nilai Karakter

2.1

Bersikap santun, rukun, mandiri, dan percaya diri sesuai dengan sila Pancasila dalam lambang negara “Garuda Pancasila” dalam kehidupan sehari-hari 2.1.1 Menunjukkan sikap santun dalam berinteraksi dengan keluarga dan teman

Menghargai keberagamaan, saling tolong- menolong tanpa melihat agama, suku, dan adat istiadat (integritas) 2.1.2 Menunjukkan sikap rukun dan saling menghormati di sekolah 3.1 Mengenal simbol sila Pancasila dalam lambang negara “Garuda Pancasila” 3.1.1 Mengucapkan bunyi tulisan yang terdapat pada pita burung Garuda Cinta tanah air, menjaga persatuan, (nasionalisme) 3.1.2 Menjelaskan arti

Bhineka Tunggal Ika

4.1 Menceritakan simbol sila Pancasila pada lambang Garuda sila Pancasila 4.1.1 Menceritakan gambar

simbol sila Pancasila Kerja sama (gotong royong) 4.1.2

Memberi contoh perilaku sesuai simbol Garuda Pancasila

Berdasarkan pada tabel 2.1 dapat diketahui bahwa pengimplementasian pendidikan karakter berbasis kelas dapat diintegrasikan melalui muatan pembelajaran yang diajarkan kepada siswa dengan mempertimbangkan materi yang dibahas. Pada tabel 2.1 merupakan pengintegrasian nilai karakter pada muatan pembelajaran PPKn yang tertuang pada RPP kelas 1 semster 1 dengan materi simbol sila-sila Pancasila dengan mengintegrasikan nilai karakter PPK religiusitas, integritas, nasionalisme , dan gotong royong.

(55)

(2) Mendesain RPP yang memuat fokus penguatan karakter dengan memilih metode pembelajaran dan pengelolaan (manajemen) kelas yang relevan.

(3) Melaksanakan pembelajaran sesuai skenario dalam RPP. (4) Melaksanakan penilaian otentik atas pembelajaran yang

dilakukan; dan

(5) Melakukan refleksi dan evaluasi terhadap keseluruhan proses pembelajaran

b) Pengintegrasian PPK melalui manajemen kelas

Djamarah (2000: 173) berpendapat bahwa manajemen kelas adalah suatu upaya memberdayagunakan potensi kelas yang ada seoptimal mungkin untuk mendukung proses interaksi edukatif mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini selaras dengan pendapat Usman (2002: 97) yang menyatakan bahwa manajeman kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar. Dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen kelas adalah usaha yang dilakukan pendidik dalam rangka menciptakan situasi kelas yang kondusif guna untuk memperoleh pembela jaran yang mampu memberikan dampak positif bagi peserta didik.

Jika dikaitkan dengan program PPK, pengelolaan kelas atau manajemen kelas dapat dijadikan sebagai salah satu upaya dalam

Gambar

Gambar 2.1 Filosofi Pendidikan Karakter Ki Hajar Dewantara
Tabel 2.1 Contoh Pengintegrasian Nilai Karakter ke dalam  RPP
Gambar 2.2 Contoh Manajemen Kelas
Gambar 2.3 Contoh Layanan Bimbingan dan Konseling
+7

Referensi

Dokumen terkait

Atozz Jaya Indonesia merupakan perusahaan yang memiliki sistem penjualan electronic dan komponen electronic yang mempunyai mutu yang baik dan berkualitas untuk

Berdasrkan hasil penelitian mengenai frekuensi pemberian pakan fermentasi kulit ubi kayu (Manihot utilissima) menunjukkan bahwa laju pertumbuhan harian, tingkat

Kolom array[i] menunjukan nilai yang terdapat pada array ke-i.Kolom t menunjukan nilai yang terdapat pada array ke-m (elemen saat ini).array yang sudah fix menunjukan array

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika dengan indikator pemecahan masalah yaitu memahami

23 Tahun 2011 Kantor Pajak Patama merujuk pada Peraturan Direktur Jendral Pajak Nomor PER-15/PJ/2012 tentang perubahan peraturan Jenderal Pajak Nomor PER-33/PJ/2011

Jenis data pada penelitian ini berupa; (a) proses penamaan atau pembuatan brand lembaga zakat, (b) cara yang dilakukan oleh lembaga zakat dalam sosialisasi

Ini yang mendoromg peneliti tertarik melakukan penelitian dieL-Zawa Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, dengan adanya putusan Mahkamah Konstitusi

Pusdiklat Bulutangkis di Semarang tidak hanya sebagai wadah pembinaan dan pelatihan, tetapi juga menjadi salah satu tempat seleksi atlet-atlet berbakat dari sekitar